32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut terutama menyerang pada anak- anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian. (Depkes, 2006). Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty. Penanggulangan demam berdarah dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, dengan teknik program 3M ( menutup, menguras, mengubur barang-barang bekas). Diperoleh data pada kasus DBD di DKI Jakarta menurun selama tiga tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat 1

Dengue Hemorargic Fever

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dengue Hemorargic Fever

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit

demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya

berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi

perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan

kematian. (Depkes, 2006).

Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada

pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya

(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty. Penanggulangan demam berdarah

dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada di air

bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat

penampungan air, dengan teknik program 3M ( menutup, menguras, mengubur

barang-barang bekas).

Diperoleh data pada kasus DBD di DKI Jakarta menurun selama tiga tahun

terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan,

penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus

DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan di tahun 2008

yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat signifikan

hanya menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus DBD semakin

menyusut menjadi 12.639 kasus.

Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan

tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah

terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak

menggantung pakaian yang sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan

penampungan air, kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan

kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan trombosit

seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan

1

Page 2: Dengue Hemorargic Fever

kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila

keluhan timbul kembali. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik

memilih judul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Penyakit DHF”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah tentang asuhan keperawatan anak dengan

DHF adalah :

1. Apakah DHF itu ?

2. Apa saja etiologi dari penyakit DHF ?

3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit DHF ?

4. Apa klasifikasi dari penyakit DHF ?

5. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit DHF ?

6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari penyakit DHF ?

7. Bagaimana pencegahan dari penyakit DHF ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

1. Memberikan wawasan luas kepada para pembaca untuk

memahami/mengetahui tentang DHF

2. Menyelesaikan tugas akhir keperawatan Anak yang dibimbing oleh dosen

Keperawatan Anak, Ibu Rossyana S, S.Kp., M.Pd

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui/memahami definisi DHF

2. Mengetahui/memahami etiologi dari penyakit DHF

3. Mengetahui/memahami patofisiologi dari penyakit DHF

4. Mengetahui/memahami klasifikasi dari penyakit DHF

5. Mengetahui/memahami manifestasi klinis dari penyakit DHF

6. Mengetahui/memahami pemeriksaan diagnostic dari penyakit DHF

7. Mengetahui/memahami pencegahan dari penyakit DHF

2

Page 3: Dengue Hemorargic Fever

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DHF

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh

penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak

dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan

masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)

(Hidayat, 2006)

Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit

demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya

berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi

perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan

kematian. (Depkes, 2006).

Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF), dan Syndrom Shock Dengue (SSD).Infeksi dengue di

jumpai sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan. Demam berdarah

dengue merupakan penyakit infeksi yang masih menimbulkan masalah kesehatan.

(Depkes, 2006).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue

haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita

melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa

dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau

tanpa ruam.

3

Page 4: Dengue Hemorargic Fever

2.2 ETIOLOGI

1. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus

(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3

dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat

dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk

dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak

dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel

mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel

Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk

aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa

spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan

salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya

(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan

virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk

Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan

di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan.

Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana

– bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di

luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun

dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih

menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi

hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).

3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan

mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih

4

Page 5: Dengue Hemorargic Fever

mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue

tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang

pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi

ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang

mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat

imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).

2.3 PATOFISIOLOGI

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah

viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan

antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya

terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik.

Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada

pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan

jumlah trombosit (trombositopenia) dan factor koagulasi merupakan factor terjadi

perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran

plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah

menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi

hipoksia jaringan.

Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan

asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan

jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti

jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi ,

hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus

masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual,

muntah dan anoreksia. Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue

tersebut menganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat

sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati

tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga

menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini

akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi

5

Page 6: Dengue Hemorargic Fever

dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine

dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh

darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan

6

Page 7: Dengue Hemorargic Fever

IV. PATHWAY

7

Page 8: Dengue Hemorargic Fever

2.4 KLASIFIKASI DHF

Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai

berikut:

1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji

turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II : Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan

atau perdarahan lain.

3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat

dan lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.

4. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah

yang tidak dapat diukur.

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF)

dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :

a. Derajat I

Panas 2 – 7 hari , gejala umumtidak khas, uji taniquet hasilnya positif

b. Derajat II

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan

spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis,

melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

c. Derajat III

Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti

nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg)

tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik

dibawah 80 mmHg.

d. Derajat IV

Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140

mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

8

Page 9: Dengue Hemorargic Fever

2.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian

turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung

demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri

punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat

menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39).

2. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya

terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi

perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39).

Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas

hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan

gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah,

1995 ; 349).

3. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada

anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali

dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada

penderita . (Soederita, 1995 ; 39).

4. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai

dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung

hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada

masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan

pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga

dapat ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni :

9

Page 10: Dengue Hemorargic Fever

1. Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%)

leukopenia (mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis

(UPF IKA, 1994).

2. Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi

HI (Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah

Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari

1/20 dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi

pada infeksi kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut >

1/20 dan akan meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebih dari

pada 1/2560.

Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam

stadium rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202)

Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap

jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal

haemostasis x-foto dada, elektro kardio gram, kreatinin serum.

Dasar diagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) WHO tahun 1997:

Klinis:

- Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.

- Menifestasi perdarahan petikie, melena, hematemesis (test rumple leed).

- Pembesaran hepar.

- Syock yang ditandai dengan nadi lemah, cepat, tekanan darah menurun, akral

dingin dan sianosis, dan gelisah.

Laboratorium:

- Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari

20%.

2.7 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit

menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes

10

Page 11: Dengue Hemorargic Fever

dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat

virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya.

(Soemarmo, 1998 ; 56)

Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998 ; 57)

1) manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS

2) memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada

tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.

3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu

sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan

tinggi.

Menurut Rezeki S, (1998 : 22) Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic

Fever (DHF) ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk

penularan ditempat perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu

1) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang –

kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya

2) Menutup rapat – rapat tempat penampung air dan

3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung

air hujan seperti dilanjutkan di baliknya.

2.8 PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF)

bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue

Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan,

apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah

dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7

sakit ( Purnawan dkk, 1995 ; 571)

11

Page 12: Dengue Hemorargic Fever

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ;

203) yaitu:

Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan

kurang) atau kejang–kejang.

Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet

positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas

disertai perdarahan, Panas disertai renjatan.

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF

IKA, 1994 ; 203 – 206 adalah.

1. Belum atau tanpa renjatan:

Grade I dan II

Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan

“surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan

asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan

Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari

Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari

Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari

Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari

Terapi cairan

1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak

dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB <

10 10 kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu

secukupnya

2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum

sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin.

3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan

infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita

dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :

100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

12

Page 13: Dengue Hemorargic Fever

50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain,

antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan

hebat.

2. Dengan Renjatan ;

Grade III

1. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan

nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)

lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi

stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan

kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah

masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai

untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm

diperhitungkan sebagai berikut :

100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.

60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

2. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam

keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah,

akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma

ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam

dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan

cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu

setelah dapat mengatasi renjatan.

3. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1

jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg

dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus

memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)

13

Page 14: Dengue Hemorargic Fever

sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB

dalam kurun waktu 24 jam.

14

Page 15: Dengue Hemorargic Fever

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Contoh Kasus

Pada tanggal 11 Desemeber 2001 Seorang anak (An.E.C) berumur 9 tahun

dibawa ke RSUD Dr.Soetomo oleh ibunya dikarenakan panas tinggi.

Sebelumnya sempat dibawa ke puskesmas dan mendapat terapi obat

paracetamol. Namun pada hari rabu malam An. E.C tiba-tiba muntah-muntah

air, tidak mau makan, namun masih mau minum. Kamis jam 3 pagi keluar

darah dari hidung pada waktu bersin, pusing, mencret air, dan akhirnya

dibawa ke IRD.

3.2 Pembahasan Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama : An. E.C

Umur : 9 thn

Alamat : Tambak Asri 23/27 Surabaya

Agama : Kristen

Nama Ibu : Ny. T

Pendidikan : SMA

Nama Ayah : Tn S

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan swasta

Diagnosa Medik : DBD Grade II

Pengkajian tanggal : 13 Desember 2001

2. Keluhan Utama :

Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.

3. Riwayat penyakit sekarang :

Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun.

Rabu malam anak tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum

15

Page 16: Dengue Hemorargic Fever

masih mau. Kamis jam 03 pagi keluar darah dari hidung pada waktu

bersin, keluhan pusing, mencret air, dibawa ke IRD.

4. Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.

5. Riwayat penyakit keluarga

Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini

menderita sakit DBD.

6. Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal

dekat kali kecil, sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk

menanam tanaman yang belum dipakai, bak mandi dikuras setiap

seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang yang

menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah

belum pernah disemprot.

7. Riwayat kehamilan

Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg, ibu

tidak tahu mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan

selama 1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI

Lactona s/d 2 tahun.

8. Pengkajian Persistem

a. Sistem Gastrointestinal

Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan,

minum tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada,

muntah tidak terjadi. Terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites

positif, bising usus 8x/mnt.

b. Sistem muskuloskeletal :

Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat

ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.

c. Sistem Genitourinary

BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu

untuk diukur, BAB dari malam belum ada.

d. Sistem Respirasi.

16

Page 17: Dengue Hemorargic Fever

Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd

saat pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi

napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.

e. Sistem Cardiovaskuler

TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda

cyanosis, cap. Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-

tanda petikhie spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple

leed.

f. Sistem Neurosensori

Tidak ada kelainan

g. Sistem Endokrin

Tidak ada kelainan

h. Sistem Integumen.

S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak

terdapat perdarahan spontan pada kulit.

9. Pemeriksaan Penunjang

Hb : 11.8

Leko : 5,5

Trombo : 133

PCV : 0,30

10. Terapi

Infus D ½ saline 1600 cc/24 jam

Minum manis

Vit B compleks / C 3 x 1

Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.

Nasi 3 x sehari

Susu : 3 x 200 cc

17

Page 18: Dengue Hemorargic Fever

B. ANALISA DATANo Data Etiologi Masalah

1 S : Klien mengatakan

badanya terasa panas,

pusing

O : - Akral dingin

- Panas hari ke

2 panjang.

- TTV : S :

376, Nadi 98x/mnt,

TD : 100/60, RR

25x/mnt.

S : Klien mengatakan tidak

suka minum dan perut

terasa kenyang minum

terus.

O : - Turgor kulit baik

- Mukosa bibir

kering

- Urine banyak warna

kuning pekat

- Panas hari ke 2

panjang

- Trombosit ; 133.000

- TD : 100/60, N ;

98x/mnt.

S : Klien menyatakan tidak

mau makan, tetapi tidak

mual.

O : - KU lemah

Proses inflamasi infeksi

virus dengue

Viremia

Thermoregulasi

Ektravasasi cairan

Intake kurang

Volume plasma berkurang

Penurunan volume cairan

tubuh

Nafsu makan menurun

Intake nutrisi tidak adekuat

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Peningkatan

suhu tubuh

Cairan tubuh

Nutrisi

18

Page 19: Dengue Hemorargic Fever

- Makan pagi

hanya mau 3 sendok

C. DiAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus

dengue.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan

intravaskuler ke ekstravaskuler

3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan

yang menurun.

D. PERENCANAAN

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi infeksi

virus dengue

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal

Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal ( 365 – 375 )

Membran mukosa basah.

Rencana Intervensi ;

1. Observasi TTV setiap 1 jam

Rasional : Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan

2. Berikan kompres air biasa / kran

Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.

3. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2000 ml

Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu

pengeluaran urine guna pembuangan panas lewt urine.

4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyengat keringat.

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas

5. Observasi intake dan out put

Rasional : Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.

6. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik

19

Page 20: Dengue Hemorargic Fever

Rasional : Antipireik berguna bagi penurunan panas.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan

intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria : TD 100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt

Pulsasi kuat

Akral hangat

Rencana Intervensi ;

1. Observasi Vital sign setiap jam atau lebih.

Rasional : Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi fluktuasi cairan intra

vaskuler.

2. Observasi capillary refill

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.

3. Observasi intake dan output, catat jumlah, warna / konsentrasi urine.

Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ

diduga dehidrasi.

4. Anjurkan anak untuk banyak minum 1500-2000 mL

Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan ciran tubuh

5. Kolaborasi pemberian cairan intra vena atau plasma atau darah.

Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya

hipovolemik syok.

3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan

yang menurun.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi

Kriteria : Nafsu makan meningkat

Porsi makan dihabiskan

Rencana Intervensi :

1. Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan

Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.

2. Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna

Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan gastrointestinal.

20

Page 21: Dengue Hemorargic Fever

3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.

Rasional : Menghindari mual dan muntah

4. Hindari makanan yang merangsang : pedas, asam.

Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi

muntah.

5. Beri makanan kesukaan klien

Rasional : Memungkinkan pemasukan yang lebih banyak

6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral

Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat kurang.

21

Page 22: Dengue Hemorargic Fever

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty .Virus dengue

yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus

(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe

1,2,3,4 .Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu

nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan

beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Jika seseorang

mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan

imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk

terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.

Manifestasi klinis dari dhf adalah Demam,Perdarahan,Hepatomegali,Renjatan

(Syok) .Pemeriksaan diagnostik antara lain Trombositopenia (< 100.000 / mm3) ,

Hb dan PCV meningkat (> 20%) leukopenia (mungkin normal atau leukositosis),

isolasi virus, serologis (UPF IKA, 1994). Pemeriksaan serologik yaitu titer CF

(complement fixation) dan anti bodi HI (Haemaglutination ingibition) (Who, 1998

; 69). Pencegahannya yaitu melalui pemberantasan vektor di pusat daerah

pengambaran yaitu sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4.2 SARAN

Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi

dengan DHF ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang

pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi

acuan untuk tindakan proses keperawatan.

22

Page 23: Dengue Hemorargic Fever

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Suharso Darto (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas Airlangga. Surabaya.

( 1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya

Windawati, V. 2014. ASKEP DHF. (Online), (http://www.academia.edu/8374355/askep_DHF), diakses 20 november 2014.

Unimus.2014. DHF. (Online), (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-sitimustak-6945-3-babii.pdf), diakses 21 november 2014

23