29
MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT THD DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN SUTANTO UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA 2015

MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT THD DAMPAK PENYALAHGUNAAN

MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

SUTANTOUNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

2015

Page 2: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

“DARI PADA WARGA DKI KENA KANKER, LEBIH BAIK DIMARAHI PEDAGANG”, Kata AHOK

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Gubernur  DKI  Jakarta memilih  PKL  marah  ketimbang  akibat makanan yang dijajakannya banyak warga DKI Jakarta yang mengalami sakit kanker., dlm  inspeksi mendadak  terhadap  makanan  dan  minuman  yang  dijajakan  para  PKL  di  sentra  jajanan  khas Ramadan di Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta Pusat.

"Kita harus berani, orang mau marah yah terserah yang penting warga DKI  jangan sampai kanker," ucap Ahok di Benhil, Jakarta Pusat, Sabtu (27/6/2015). Dirinya  lebih baik menyarankan agar warga DKI tidak mengkonsumsi kerupuk yang berwarna karena setelah diuji laboratorium, kerupuk berwarna merah ternyata mengandung zat kimia berbahaya yang bisa menyebabkan kanker.

"Itu karena banyak makan produk seperti  ini nih, merah-merah zat pewarna. Kita harus  tegas. Kita mulai jajanan PKL yang kita dorong masuk ke balai Kota saja kalau tidak ada tes dari BPOM jangan disajikan deh kasian tamu," ungkapnya.

Page 3: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN
Page 4: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

PENDAHULUAN Menurut UU RI No 18 tahun 2012 tentang pangan, menjelaskan

bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Berdasarkan hal itu pemerintah wajib mengatur bahan pangan yang bermutu baik dan memenuhi gizi. Untuk mencapai tujuan pemenuhan mutu dan gizi yang baik dalam bahan makanan pemerintah menteri kesehatan mengatur bahan tambahan pangan (BPT) yang diperbolehkan untuk penggunaannya pada PERMENKES RI Nomor 33 Tahun 2012.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2012 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pewarna

Page 5: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

Batas maksimum Penggunaan bahan Pewarna, pengawet, pemanis dan penguat rasa telah diatur pada Peraturan KBPOM secara berurut yaitu:◦ PKBPOM Nomor 37 tahun 2013 tentang batas maksimum

penggunaan bahan tambahan pangan pewarna, ◦ PKBPOM Nomor 36 tahun 2013 Tentang Batas maksimum

penggunaan Bahan tambahan pangan pengawet, ◦ PKBPOM Nomor 23 tahun 2013 Tentang Batas maksimum

penggunaan Bahan tambahan pangan penguat rasa, dan ◦ PKBPOM nomor 4 tahun 2014 tentang batas maksimum

penggunaan bahan tambahan pangan pemanis.

Page 6: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

Pengawasan penggelolaan dan pendistribusianPemerintah mengawasi pengadaan dan

pendistribusian penyalahgunaan zat berbahaya yang digunakan sebagai BTP zat berbahaya pada:◦Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor 75 tahun 2014 mengenai pengadaan, distribusi dan pengawasan bahan berbahaya dan Peraturan Bersama dalam Negeri Republik Indonesia dan

◦Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 43 dan 02 tahun 2013 tentang pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan.

Page 7: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA

Faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya pengelola makanan menggunakan zat berbahaya pada makanan tersebut diantaranya:

◦ Mudahnya mendapatkan bahan tersebut, ◦ Harga yang lebih murah, ◦ Warna yang lebih menarik dibandingkan menggunakan zat pewarna

makanan alami. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemerintah sudah mengatur

bahan pewarna makananan yang diperbolehkan dengan Peraturan Kepala badan Pengawas Obat dan makanan Republik Indonesia no. 37 Tahun 2013 tentang Batas maksimum Penggunaan bahan Tambahan Pangan Pewarna, bahan pewarna berbahaya, hak konsumen, dan

Kewajiban BPOM dalam mempublikasikan zat makanan yang tidak berbahaya secara berkala.

Page 8: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

Sesuai Permen di atas Bahan Berbahaya (B2) di distribusi oleh distributor yang telah mendapatkan izin usaha perdagangan khusus dari Dirjen PDN untuk menyalurkan B2 kepada Pengecer Terdaftar B2 (PT-B2). PT-B2 mendapat izin usaha perdagangan khusus B2 dari Gubernur dalam hal ini Kepala Dinas Provinsi untuk menjual ke pengguna akhir B2 (PA-B2).

PA-B2 adalah perusahaan industri yang menggunakan B2 sebahai bahan baku/penolong yang diproses secaa fisika dan kimia serta memperoleh nilai tambah ekonomi yang telah memiliki izin dari instansi yang berwenang yaitu Surat Izin Usha Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP-B2).

Pengawasan dalam pendistribusian B2 adalah tanggung jawab dari Kepala Dinas Provinsi bidang perdagangan, Kepala Dinas Kab/Kota bidang perdagangan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Menteri perdagangan.

Page 9: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

BPOM mengatur penggunaan BTP Pewarna yaitu dibuktikan dengan sertifikat analisis kuantitatif, batas maksimum CPPB (jumlah BTP yang diizinkan terdapat pada pangan dalam jumlah secukupnya yang diperlukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan) dibuktikan dengan sertifikat analisis kualitatif, dan Jenis BTP Pewarna yang tidak dapat dianalisis, Batas Maksimum dihitung berdasarkan penambahan BTP Pewarna yang digunakan dalam pangan.

Pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran diatur di PP No 28 th 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan bahwa bahwa pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat

Page 10: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMENUpaya untuk melindungi konsumen

diantaranya adalah:◦Produsen wajib memberikan informasi

dari bahan bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan akanan tersebut,

◦Mengawasi penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan tambahan pangan, badan POM melakukan sosialisasi makanan yang sehat dan melakukan pengawasan penjualan zat berbahaya

Page 11: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

Upaya keterbukaan informasi mengenai bahan apa saja dalam penggolahan makanan dan dasar perlindungan konsumen pun diatur di dalam PP Nomor 61 Tahun 2010 dan perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999.

Pada PP RI No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, menyebutkan bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta menumbuhkembangkan sikap perilaku usaha yang bertanggung jawab.

Berdasarkan UU tersebut konsumen diwajibkan untuk memiliki pengetahuan tentang bahan penyusunan makanan yang akan dikonsumsi serta pelaku usaha wajib mencantumkan label sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

Page 12: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

BPOM harus melaksanakan pelayanan informasi publik, wajib mengumumkan hasil pengawasan obat dan makanan secara berkala, dan menerima pengaduan sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik indonesia Nomor HK.04.1.23.08.11.07457 tahun 2011 Tentang Pejabat pengelola informasi dan dokumentasi yaitu di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sehingga masyarakat wajib mengetahui apa saja BPT yang tidak berbahaya untuk dikonsumsi

Page 13: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

PENDISTRIBUSIAN Pendistribusiannya hanya boleh didistribusi oleh perusahaan

yang telah diakui oleh Dirjen Daglu, kemudian dipasarkan langsung kepada Pengguna Akhir bahan berbahaya yang telah memiliki surat khusus B2 yaitu surat izin usaha perdagangan bahan berbahaya. Hal-hal yang harus dilakukan sehubungan dengan pemeriksaan atas kebenaran legalitas perusahaan :◦ Keberadaan fisik tempat penyimpanan.◦ Adanya fasilitas packing ulang (repacking) dan alat

transportasi yang digunakan oleh tim pemeriksa.◦ Harus ada Nomor CAS (Chemical Abstract Service)

dimana sitem indeks ini mempermudah dalam proses pengidentifikasian senyawa kimia secara spesifik,

◦ Harus ada lembar data keamanan (LDK)/ Safety Data Sheet (SDS) berisi tentang informasi fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, dan tindakan khusus dalam keadaan darurat penggunaan B2 ini.

◦ Harus ada label pada kemasan yang mewadahi B2.

Page 14: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

Orang yang bertanggung jawab atas pendistribusian bahan berbahaya ini adalah Kepala Dinas Provinsi bidang perdagangan, Kepala Dinas Kabupaten/Kota bidang perdagangan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Menteri perdagangan.

Untuk para pelanggar peraturan, pada pasal 17 KBPOM Nomor 37 tahun 2013 sudah ada ketentuan mengenai hukuman bagi pelanggar dimana kepala badan POM dapat mengenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, larangan mengedar sementara waktu atau penarikan kembali produk, pemusnahan sampai pencabutan izin edar

Page 15: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

Beberapa  faktor  para  produsen  atau  pedagang  makanan  lebih menggunakan  bahan  berbahaya  dibandingkan  BTP  aman  diantaranya adalah:◦ Harganya Lebih Murah , MUDAH DIDAPAT, WARNA LEBIH MENARIK

Page 16: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

SOLUSI PENGGUNAAN MENGENAI BTP DARIPEWARNA (COLOUR), PENGAWET (PRESERVATIVE), PEMANIS

(SWEETENER) PENGUAT RASA (FLAVOUR ENHANCER) YANG LAYAK GUNA

PEMERINTAHPRODUSENDISTRIBUTORKONSUMEN

Page 17: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

1. Pemerintah Pemerintah harus tetap melakukan kontrol terhadap zat pewarna berbahaya yang beredar 

dengan bebas dipasaran serta selalu update dengan teknologi yang ada.◦ Contohnya : Tartrazin, KBPOM No 37 tahun 2013 menyatakan bahwa senyawa ini cukup aman untuk 

dikonsumsi. Bahan ini memberikan warna kuning pada makanan dan minuman. Dan sering dikombinasikan dengan Brilliant Blue FCF untuk memberikan warna hijau. 

◦ Pada jumlah yang tinggi ternyata dapat menyebabkan sejumlah alergi dan intoleran terhadap aspirin atau penderita asma. Gejalanya adalah sesak nafas, pusing, migrain, pandangan kabur dan sulit tidur. 

◦ Menurut The American Academic of Pediastrics Commitee on Drugs, Tartrazin dapat menyebabkan gangguan kesehatan, diantaranya adalah tumor kelenjar tiroid, serta kerusakan kromosom, sehingga di beberapa tempat seperti Austria, Norwegia dan Jerman, penggunaannya sudah dihentikan. Dan digantikan dengan beta karoten. 

Pemerintah harus bertindak tegas kepada produsen untuk mencantumkan bahan yang digunakan pada makanan secara jelas. 

Dilakukan sosialisasi kepada masyarakat umum terutama para orangtua yang mempunyai anak yang masih bersekolah untuk menjaga dan mengontrol makanannya agar dapat terhindar dari bahaya yang dapat merusak kesehatan. d) BPOM wajib mengeluarkan informasi mengenai Bahan Tambahan Pangan (BPT) secara berkala. 

Setiap bidang pemerintah yang bertanggung jawab dalam pendistribusian bahan makanan yang berbahaya harus menegaskan sanksi dalam penyalahgunaan bahan berbahaya tersebut.

Page 18: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

PRODUSEN Produsen wajib bekerjasama dengan memberikan data-

data real mengenai bahan – bahan yang digunakan dalam produknya.

Produsen harus bersifat update terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan melakukan penggantian untuk bahan-bahan yang berbahaya.

Mau bekerjasama dengan BPOM untuk kepentingan bersama.

Produsen selektif dalam memilih distributor produknya sehingga penggunaan sesuai dengan fungsinya.

Page 19: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

DISTRIBUTORDistributor wajib bekerjasama dengan tidak

menutup-nutupin data-data real mengenai bahan – bahan yang digunakan dalam produk.

Distributor harus bersifat update terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan melakukan upaya pelaporan terhadap bahan-bahan yang yang berbahaya yang ada dalam produk.

Mau bekerjasama dengan BPOM untuk kepentingan bersama.

Distributor selektif dalam menjual produknya sehingga penggunaan sesuai dengan fungsinya

Page 20: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

KONSUMEN

Konsumen  harus  lebih  cerdas  dan  selektif  dalam  melihat  bahan  – bahan yang digunakan dalam produk.

Konsumen  harus  bersifat  update  terhadap  perkembangan  teknologi dan  ilmu  pengetahuan  dan  melakukan  upaya  pelaporan  terhadap bahan-bahan yang yang berbahaya yang ada dalam produk.

Tidak  semata-mata  terpukau  dengan  tampilan  dan  harga  yang menarik

Page 21: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

KESIMPULAN

Banyaknya zat berbahaya yang beredar di masyarakat harus diiringi dengan pengetahuan mengenai zat-zat tersebut oleh semua pihak.

Namun pada sisi lain produsen harus berusaha dengan fair dan tidak mengesampingkan hak konsumen untuk hidup sehat, begitu juga dengan konsumen yang harus mengetahui informasi mengenai dampak penggunaan zat yang aman untuk dikonsumsi.

Pemerintah yang menjadi badan tertinggi penyelenggaraan negara juga memiliki kewajiban yang besar untuk mengontrol peredaran zat berbahaya ini.

Etika moral untuk penggunaan Bahan Tambahan Pangan yang telah diatur seharusnya menggutamakan kepentingan kesehatan manusia diatas kepentingan peningkatan ekonom.

Penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan tambahan pangan tentu tidak sesuai dengan etika, karena menyebabkan penyakit berbahaya yang mampu merenggut nyawa seseorang.

Badan pengawas obat dan makanan pemerintah harus memberikan informasi secara profesional tentang bahan makanan yang layak konsumsi kepada masyarakat dan sanksi yang tegas., sehingga mampu meminimalisir penyalahgunaan bahan berbahaya.

Selain itu pendistribusian bahan berbahaya harus diperketat agar tepat penggunaan dan tepat sasaran.

Page 22: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

PERTANYAAN

Apa regulasi yang mengatur sanksi dari pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penggunaan Bahan Tambahan Pangan?

Apa saja sanksi administrasi yang dapat dikenakan kepada para pelanggaran regulasi tersebut?

Page 23: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

PERUMUSAN RANCANGAN KEBIJAKAN

SOSIALISASI RANCANGAN KEBIJAKAN

EVALUASI RANCANGAN KEBIJAKAN

PENETAPAN KEBIJAKAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

MEKANISME PERUMUSAN KEBIJAKAN PARTISIPASIF

Page 24: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

PERUMUSAN RANCANGAN KEBIJAKAN PUBLIK

PERUMUSAN

KEBIJAKAN

KEBIJAKAN TERDAHULU

MASUKAN DARI PEMANGKU

KEPENTINGAN

PENGARUH LINGKUNGAN STRATEGIK

RENCANA PROGRAM

KERJA PEMERINTAH

Page 25: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

SOSIALISASI RANCANGAN KEBIJAKAN

ANGGARAN

SDM

RESPONSIBILITY

MASYARAKAT

KEPEMIMPINAN

SARANA PRASARANA PENDUKUNG

PENGORGANISASIAN

Page 26: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

EVALUASI RANCANGAN KEBIJAKAN

EVALUASI RANCANGAN KEBIJAKAN

Page 27: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

PENETAPAN KEBIJAKAN PUBLIKPEMERINTAH

YUDIKATIF

DPR/DPRD

Page 28: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKANANGGARAN

PENGORGANISASIA

N

SDM

LEADERSHIPSARANA

PRASARANA PENDUKUNG

RESPONSIBILITY

MASYARAKAT

PENEGAKAN

HUKUM

Page 29: MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT TERHADAP DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN

TERIMAKASIH