9
1 ANALISA PERBANDINGAN MADZHAB Memelihara Anjing Bukan Untuk Suatu KebutuhanOleh: Aida Dwi Rahmawati Email: [email protected] A. Latar Belakang Kebanyakan orang saat ini cenderung memandang jijik terhadap hewan yang satu ini. Namun, segala sesuatu yang Allah Swt. ciptakan mesti memiliki keistimewaan tersendiri. Begitu juga dengan anjing. Ternyata anjing sering pula bermanfaat bagi manusia. Buktinya, tidak sedikit orang yang merasa aman karena di sekitar rumahnya dijaga anjing. Demikian halnya dengan para petugas keamanan yang kerap kali menggunakan jasa anjing pelacak ketika memburu penjahat. Itu artinya anjing juga banyak membantu manusia. Lalu, bagaimana dengan memelihara anjing untuk bersenang-senang saja? Hal semacam ini sering kali dijumpai di perkotaan, terutama mereka yang tergolong “kaya”. Kita dapati bahwa mereka yang hidup bermewah- mewahan mengeluarkan dana perawatan anjing-anjingnya demikian besar, tetapi bakhil memberikannya kepada sesama manusia. Bahkan ada pula diantara mereka yang tidak hana memberinya makan, tetapi juga memberikan curahan kasih sayangnya. Sementara ia bersikap dingin

Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing

1

ANALISA

PERBANDINGAN MADZHAB

“Memelihara Anjing Bukan Untuk Suatu Kebutuhan”

Oleh: Aida Dwi Rahmawati

Email: [email protected]

A. Latar Belakang

Kebanyakan orang saat ini cenderung memandang jijik terhadap

hewan yang satu ini. Namun, segala sesuatu yang Allah Swt. ciptakan

mesti memiliki keistimewaan tersendiri. Begitu juga dengan anjing.

Ternyata anjing sering pula bermanfaat bagi manusia. Buktinya, tidak

sedikit orang yang merasa aman karena di sekitar rumahnya dijaga anjing.

Demikian halnya dengan para petugas keamanan yang kerap kali

menggunakan jasa anjing pelacak ketika memburu penjahat. Itu artinya

anjing juga banyak membantu manusia.

Lalu, bagaimana dengan memelihara anjing untuk bersenang-senang

saja? Hal semacam ini sering kali dijumpai di perkotaan, terutama mereka

yang tergolong “kaya”. Kita dapati bahwa mereka yang hidup bermewah-

mewahan mengeluarkan dana perawatan anjing-anjingnya demikian besar,

tetapi bakhil memberikannya kepada sesama manusia. Bahkan ada pula

diantara mereka yang tidak hana memberinya makan, tetapi juga

memberikan curahan kasih sayangnya. Sementara ia bersikap dingin

Page 2: Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing

2

terhadap kerabatnya sendiri sesama manusia, melupakan tetangga dan

saudaranya. Gaya hidup seperti ini, menurut para ulama tidaklah sesuai

dengan etika (akhlak) Islam. Atau dalam istilah ulama salaf, tergolong

akhlak yang tidak terpuji.

B. Rumusan Masalah

1. Ada berapa jenis anjing itu?

2. Bagaimana fiqh menghukumi anjing dan juga dengan memeliharanya?

3. Bagaimana pendapat para ulama terhadap masalah ini?

C. Pembahasan

1. Jenis-jenis Anjing

Penting melacak kembali jenis-jenis anjing yang ada saat ini. Menurut

beberapa pendapat ulama, secara umum, anjing memiliki dua jenis:

a) Anjing dalam kategori mu’allamah (terdidik).

Jenis anjing ini sering dimanfaatkan sebagai anjing pemburu,

penjaga ternak, atau penjaga tanaman.

Anjing dapat disebut anjing terdidik/terlatih apabila pemilik anjing

dapat mengendalikan dan mengarahkannya, sehingga bila tuannya

memanggil ia pun menyahut, jika tuannya memerintahkannya

Page 3: Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing

3

untuk berburu, ia pun segera mengejarnya, dan jika disuruh

berhenti ia pun berhenti.1

b) Anjing dalam kategori ghair al-mu’allamah (tidak terdidik atau

liar)

2. Pandangan fiqh tentang anjing dan memelihara anjing

تى ين انجىازح يكهبين - يسأنىنك ياذا أحم نهى قم أحم نكى انطيباث ويا عه

ا أيسكن عهيكى . ]انائدة ) فكهىا ي كى الل ا عه ىنهن ي [4(: 5تعه

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “Apakah yang

dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah “Yang dihalalkan bagimu

adalah (makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh

binatang pemburu yang telah kamu latih menurut apa yang telah

diajarkan Allah kepadamu.” [QS. al-Maidah (5): 4].

Anjing sebenarnya sudah mulai akrab bergaul dengan manusia

sejak masa silam. Menjadikannya sebagai penjaga keamanan sudah

sering dilakukan orang zaman dulu. Bahkan, dalam sebuah literatur

dijelaskan bahwa orang yang pertama kali memelihara anjing dan

menggunakannya sebagai penjaga keamanan adalah Nabi Nuh a.s. Apa

1 Yusuf Qardhawi, Halal Haram dalam Islam. Intermedia. Surakarta: 2000. Hal. 105.

Page 4: Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing

4

yang dilakukan oleh Nabi Nuh a.s. ini ternyata terus menjadi kebiasaan

manusia pada perkembangan selanjutnya.2

Mengenai hukum memelihara anjing, dalam sebuah hadis

dijelaskan:

“Barangsiapa memelihara anjing, maka setiap hari pahalanya

akan berkurang seberat satu qirath (2/3 dinar), kecuali anjing

penjaga ternak, anjing pemburu hewan dan penjaga tanaman.”

Berangkat dari hadis inilah, sebagian ulama menghukumi boleh

memelihara anjing selama ada kebutuhan. Lebih jelasnya, Ibnu Abdul

Barr menegaskan bahwa kebolehan itu didasarkan pada jalb al-

manafi’ wa daf’u al-mafasid, seperti menjaga tanaman, ternak,

menanggulangi tindak kriminal, dan lain sebagainya. Hal ini

sebagaimana dicontohkan dalam hadis. Dengan demikian, tanpa ada

kebutuhan, ulama hampir sepakat atas keharaman memelihara anjing.

Namun, sebagian ulama menghukumi makruh. Alasannya, kalau saja

memelihara anjing itu haram, tentu harus berlaku disetiap kondisi,

baik pahalanya berkurang atau tidak, sebagaimana tersebut dalam

hadis. Selanjutnya diantara yang disepakati ulama adalah tentang

keharaman memelihara anjing yang suka menggigit (galak).

2 Abu Yasid, Fikih Kontroversial. Erlangga. Situbondo: 2007. Hal. 125.

Page 5: Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing

5

Selain itu, keberadaan anjing dirumah seorang muslim juga

menjadikan berbagai bejana dan sejenisnya tersentuh najis akibat

jilatan anjing.

Padahal Nabi Saw. bersabda: “Jika anjing menjilat bejana salah

seorang diantara kalian, hendaklah dicuci tujuh kali, satu

diantaranya dengan tanah.” HR. Bukhari.

Tentang hikmah dilarangnya memelihara anjing, sebagian ulama

mengatakan, “Ia menggonggong tamu, menimbulkan rasa takut pada

orang yang minta-minta, dan menganggu orang lewat.”

Sedangkan anjing yang dimiliki untuk keperluan seperti anjing

pemburu atau penjaga kebun, ternak, dan sejenisnya dikecualikan dari

hukum tersebut.

Seperti yang disebutkan dalam hadis Nabi Saw. sebagai berikut:

: ين اتار ةهب ا ةه يا يت عن أبى هسيسة قال قال زسىل هللا يلع هللا ىلص

. ]زواه يسهى وأبى قيساط أو صيد أو شزع انتقص ين أجسه ةم يىو

داود[

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw

bersabda: Barangsiapa yang memelihara anjing, kecuali anjing untuk

menjaga ternak, berburu dan bercocok tanam, maka pahalanya akan

Page 6: Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing

6

berkurang setiap satu hari sebanyak satu qirath.” [HR. Muslim dan

Abu Dawud].

Sebagian ahli fiqh menjadikan hadis tersebut sebagai dalil bahwa

larangan memelihara anjing disini adalah larangan makruh bukan

larangan haram, karena sesuatu yang diharamkan tidak boleh

dipelihara untuk keperluan apa pun, baik hal itu mengurangi pahala

ataupun tidak.3

3. Pendapat ulama

Apabila memelihara anjing itu diperbolehkan, lalu bagaimana

cara merawatnya? Seperti yang diketahui, bahwa anjing itu najis.

Status kenajisan anjing menjadi bahan perbedaan yang masyhur

dikalangan pakar hukum Islam klasik:

a) Menurut Mazhab Syafi’i dan Hanbali

Dengan menganalogikan pada mulut anjing, maka seluruh

anggota tubuhnya yang lain juga dihukumi najis. Mulut

dianggap anggota yang paling mulia. Jika mulut dihukumi

najis, apa lagi anggota yang lain.

b) Menurut Mazhab Abu Hanifah

3 Yusuf Qardhawi, Halal Haram dalam Islam... Hal. 174.

Page 7: Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing

7

Bahwa yang dihukum najis hanyalah air liurnya saja,

sedangkan tubuhnya tetap suci.

c) Menurut Mazhab Maliki

Bahwa ada perintah membasuh tujuh kali itu sama sekali tak

berhubungan dengan kenajisan anjing. Penjelasan yang

sederhana adalah bukan saja anjing, ayam, kucing, burung, dan

hewan-hewan lain yang minum di gelas anda pun kemudian

akan anda basuh gelas itu. Alasan di balik hadis itu adalah

faktor kebersihan belaka. Adapun ketentuan “tujuh kali dan

salah satunya pakai debu” itu tak lain bersifat ta’abbudi (ritual;

tak punya rasionalisasi).

Dengan terkesan lebih melonggarkan hukum, mereka

berpendapat bahwa anjing adalah hewan suci. Mereka

mengajukan sebuat ayat sebagai argumentasinya, yaitu Q.S Al-

Maidah(5): 4.

Artinya: “Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya

untukmu...”.

Secara tersurat, ayat diatas menjelaskan tentang kehalalan

hewan hasil buruan anjing. Sedangkan dari yang tersirat, saat

anjing membawa binatang buruan, maka hal tersebut tak lepas

Page 8: Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing

8

dari keringat dan air liur anjing. Dalam kaitan ini, kita tidak

diperintahkan untuk membasuh hewan hasil buruan tersebut.

Atas dasar pemikiran seperti ini maka anjing tidaklah najis.

D. Hasil Analisis

Dari penjelasan di atas, menurut agama Islam memelihara anjing

hanya dapat diperkenankan untuk kebutuhan-kebutuhan yang penting,

seperti menjaga ternak, menjaga sawah, menjaga rumah, berburu atau

menjadi hewan pelacak. Di luar itu memelihara anjing tidak

diperkenankan. Catatan yang perlu diperhatikan adalah untuk kebutuhan

pengecualian tersebut hendaknya anjing jangan sampai masuk ke dalam

rumah (ruangan yang dihuni manusia), karena hal tersebut akan

menghalangi masuknya kebaikan, karena membuat orang lain tidak

nyaman, merasa takut dan risih. Selain itu keberadaan anjing di luar rumah

harus benar-benar diperhatikan agar jangan sampai menjilati pemiliknya

atau menjilati barang-barang lain yang bersih. Karena jilatan anjing,

sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadis, adalah suatu najis yang

harus dihindari.

Page 9: Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing

9

Daftar Pustaka

Qardhawi, Yusuf. Halal Haram dalam Islam. Intermedia. Surakarta: 2000.

Yasid, Abu. Fikih Kontroversial. Erlangga. Situbondo: 2007.