31
UU NO . 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH

Embed Size (px)

Citation preview

UU NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP

Disusun Oleh :

Ardo Yoga P 8111413139

Daniel Octaviano 8111413141

Kunta Anjana 8111413144

Arief Hidayat 8111413145

Wahyu Multi 8111413147

Syifa Arum Dewanti 8111413148

Fatkhul Rifki 8111413150

Wahyu Nur Dwi 8111413155

LINGKUNGAN HIDUP

Lingkungan hidup adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan,

dan makhluk hidup termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi alam itu

sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteran manusia serta makhluk hidup

lainnya.

Sedangkan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah

terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,

pemanfatan, pengendalian, pemeliharaan,

pengawasan dan penegakan hukum.

PENGENDALIAN LINGKUNGAN

HIDUP

Pengedalian pecemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup ini

terdiri dari 3P:

-pencegahan,

-penanggulangan

-pemulihan

3P tersebut menerapkan berbagai instrumen

Instrumen pencegahan

pencemaran dan / atau kerusakan

lingkungan hidup terdiri atas :

KLHS

Tata ruang

Baku mutu

Kriteria baku kerusakan

lingkungan hidup

AMDAL

UKL, UPL

Perizinan

Instrumen ekonomi

lingkungan hidup

Peraturan perundang –

undangan berbasis

lingkungan hidup

Anggaran berbasis

lingkungan hidup

Analisis risiko

Audit lingkungan hidup, dan

Instrument lain sesuai

dengan kebutuhan dan / atau

perkembangan ilmu

pengetahuan.

KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)

KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan

partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi

dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,

dan/atau program (Ps. 1 Ayat 10 UU No. 32 Th. 2009)

3 PRINSIP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN

KEBERLANJUTAN

KEADILAN

DEMOKRATIS

TUJUAN KLHS

KLHS BERTUJUAN UNTUK MEMASTIKAN BAHWA PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TELAH MENJADI DASAR DAN TERINTEGRASI DALAM PEMBANGUNAN.

KLHS JUGA DIGUNAKAN UNTUK MERENCANAKAN DAN MENGEVALUASI KEBIJAKAN, RENCANA DAN/ATAU PROGRAM AGAR DAMPAK DARI LINGKUNGAN YANG TIDAK DIHARAPKAN DAPAT DIMINIMALKAN

SEDANGKAN DALAM KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM YANG MENIMBULKAN DAMPAK DAN/ATAU RISIKO NEGATIF TERHADAP LINGKUNGAN.

Sumber : www.klhsindonesia.org

Dalam penjelasan tersebut KLHS memiliki sejumlah manfaat

antara lain :

Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung

pengambilan keputusan,

Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang

baru melalui pengkajian sistematis dan cermat atas opsi

pembangunan yang tersedia,

Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih

sistematis pada jenjang pengambilan keputusan yang lebih

tinggi,

Mencegah kesalahan investasi dengan berkat teridentifikasinya

peluang pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak dini

Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat

keterlibatan para pihak (stakeholders) dalam proses

pengambilan keputusan melalui proses konsultasi dan

partisipasi

Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan

hidup guna menjamin berlangsungnya pembangunan

berkelanjutan,

Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik,

berbagi pemanfaatan sumberdaya alam, dan menangani

masalah kumulatif dampak lingkungan.

Contoh Program :

A. Rencana tata ruang, rencana pembangunan jangka

panjang, dan rencana pembangunan jangka menengah,

baik dalam tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten/

kota.

B. Kebijakan rencana dan/atau program yang berpotensi

menimbulkan dampak risiko lingkungan hidup.

TATA RUANG

Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya Land

use adalah wujud struktur ruang dan pola ruang

disusun secara nasional, regional dan lokal

Tata Ruang terdapat di dalam Pasal 19 ayat (1)

dan (2) Undang – undang No. 32 Tahun

2004 yang berisi :

Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan

keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang

wilayah wajib didasarkan pada KLHS.

Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud di

dalam ayat (1) ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung

dan daya tamping lingkungan hidup.

BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP

Baku mutu lingkungan hidup adalah

ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,

energi, atau komponen yang ada atau harus

ada dan/atau unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya dalam suatu

sumber daya tertentu sebagai unsur

lingkungan hidup.

(Pasal 20 ayat (1) ). Baku mutu lingkungan hidup ini terdiri dari

beberapa macam yang meliputi :

a. Baku mutu air

b. Baku mutu air limbah

c. Baku mutu air laut

d. Baku mutu udara ambient

e. Baku mutu emisi

f. Baku mutu gangguan

g. Baku mutu lain sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

KRITERIA BAKU KERUSAKAN

LINGKUNGAN HIDUP

Kriteria baku kerusakan

ekosistem

Kriteria baku akibat

perubahan iklim

Kriteria Baku Kerusakan

Ekosistem

Kriteria baku kerusakantanah untuk produksibiomassa

Kriteria baku kerusakanterumbu karang

Kriteria baku kerusakanlingkungan hidup yang berkaitan tentangkebakaran hutan/lahan

Kriteria baku kerusakanmangrove

Kriteria baku kerusakanpadang lamun

Kriteria baku kerusakangambut

Kriteria baku kerusakankarst

Kriteria baku kerusakanekosistem lainnya denganperkembangan ilmupengetahuan & teknologi

Kriteria baku akibat perubahan iklim

Kenaikan temperature

Kenaikan muka air laut

Badai, dan

Kekeringan

AMDAL (Analisis Mengenai DampakLingkungan)

Kajian mengenai

dampak besar dan penting

suatu usaha dan/atau kegiatan

yang direncanakan pada

lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha

dan/atau kegiatan.

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha

atau kegiatan pembangunan dapat berjalan secara

berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup.

Dengan melalui studi AMDAL diharapkan usaha dan/atau

kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola

sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak negatif

dan memaksimalkan dampak positip terhadap lingkungan hidup.

Hal-hal penting baru yang terkait dengan AMDAL yang

termuat dalam UU No. 32 Tahun 2009, antara lain:

AMDAL dan UKL/UPL merupakan salah satu instrumen

pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

Penyusun dokumen AMDAL wajib memiliki sertifikat

kompetensi penyusun dokumen AMDAL;

Komisi penilai AMDAL Pusat, Propinsi, maupun kab/kota

wajib memiliki lisensi AMDAL;

Amdal dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk

penerbitan izin lingkungan;

Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur,

bupati/walikota sesuai kewenangannya.

Selain ke - 5 hal tersebut di atas, ada pengaturan yang tegas yang

diamanatkan dalam UU No. 32 Tahu 2009, yaitu dikenakannya

sanksi pidana dan perdata terkait pelanggaran bidang AMDAL.

Pasal-pasal yang mengatur tentang sanksi-sanksi tersebut, yaitu:

Sanksi terhadap orang yang melakukan usaha/kegiatan tanpa

memiliki izin lingkungan;

Sanksi terhadap orang yang menyusun dokumen AMDAL

tanpa memiliki sertifikat kompetensi;

Sanksi terhadap pejabat yang memberikan izin lingkungan

yang tanpa dilengkapi dengan dokumen AMDAl atau UKL-

UPL.

UKL dan UPL (Upaya Pengelolaan

Lingkungan dan UpayaPemantauan Lingkungan)

Upaya Pengelolaan (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan (UPL) adalah upaya yang dilakukan

dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

oleh penanggung jawab usaha dan/kegiatan.

UKL dan UPL terdapat didalam Pasal 34 dan 35

Undang – undang No. 32 Tahun 2009

Perizinan

Perizinan lingkungan adalah sarana yuridis

administrasi untuk mencegah dan menanggulangi

(pengendalian) pencemaran lingkungan. Jenis dan

prosedur perizinan lingkungan masih beraneka ragam,

rumit dan sukar ditelusuri, sehingga menjadi hambatan

bagi kegiatan dunia industri

.

Melalui perizinan, seorang warga negara diberikan suatu

perkenaan untuk melakukan sesuatu aktivitas yang semestinya

dilarang. Ini berarti, yang esensial dari perijinan adalah larangan

suatu tindakan, kecuali diperkenakan dengan izin. Dengan

demikian, ketentuan-ketentuan perizinan mutlak dicantumkan

keluasan perkenaan yang dapat diteliti batas-batasnya bagi setiap

kegiatan.

Mengenai Perizinian, ada didalam Pasal 36, 37, 38, 39,

40, dan 41 Undang – Undang No. 32 Tahun 2009

INSTRUMEN EKONOMI

LINGKUNGAN HIDUP

Instrumen ekonomi terdiri dari:

Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan

ekonomi

Instrumen pendanaan lingkungan hidup

Insentif dan/atau disinsentif lingkungan hidup

Instrumen perencanaan pembangunan

dan kegiatan ekonomi:

Neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup;

Penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik

regional bruto yang mencakup penyusutan sumber daya alam

dan kerusakan lingkungan hidup;

Mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antar

daerah;

Internalisasi biaya lingkungan hidup. (Pasal 43)

Instrumen pendanaan lingkungan hidup

Dana jaminan pemulihan lingkungan hidup;

Dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan dan

pemulihan lingkungan hidup;

Dana amanah/bantuan untuk konservasi. (Pasal 43)

Insentif dan/atau disinsentif lingkungan

hidup

Pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan hidup;

Penerapan pajak, retribusi, dan subsidi lingkungan hidup;

Pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal

yang ramah lingkungan hidup;

Pengembangan sistem perdagangan izin pembuangan limbah

dan/atau emisi;

Pengembangan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup;

Pengembangan asuransi lingkungan hidup;

Pengembangan sistem label ramah lingkungan hidup;

Sistem penghargaan kinerja di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. (Pasal 43)

Kelebihan UU No.32/2009

Adanya penguatan yang terdapat

dalam undang-undang ini tentang prinsip-

prinsip perlindungan dan pengelolaan

lingkungan yang didasarkan pada tata

kelola pemerintahan yang baik karena

dalam setiap proses perumusan dan

penerapan instrument pencegahan

pencemaran dan / atau kerusakan

lingkungan hidup serta penanggulangan

dan penegakan hukum mewajibkan

pengintegrasian aspek transparasi,

partisipasi, akuntabilitas dan keadilan

Kelemahan UU No.32/2009

Tingkat pengetahuan masyarakat dalam

memahami Undang-Undang sangat kurang

UUPPLH yang sangat bernuansa ilmiah dan

akademis sehingga hanya akan mampu dipahami

oleh komunitas rasional

UUPPLH ini tidak mencantumkan sanksi apapun

bagi pemerintah atau pemerintah daerah yang tidak

melakukannya.