Upload
9elevenstarunila
View
733
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas Akhir Perkuliahan Penganggaran Perusahaan
PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014
PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX
Disusun Oleh:
Adi Wijaya
Agustian Permadi
Ahmad Daud
Albert Andika Prasetia
Budi Santoso
Fariz Muhammad Haikal
Fauzan Nur Abdilah
Ganjar Asdi Sudrajat
Janson Yanda Hutauruk
Misbun Siddik Rozali
M. Arief Bukhari Saraan
Rozqi Hakiki
Sani Nurbani
Willy Andersen Siahaan
Yogi Gumilar
Mahasiswa Program Sarjana Akuntansi STAR BPKP-ADB Batch II
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 1
BAB I KONSEP..................................................................................................................................... 2
BAB II REGULASI .............................................................................................................................. 11
BAB III IMPLEMENTASI ................................................................................................................... 18
BAB IV SIMPULAN ............................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 27
2
BAB I
KONSEP
1. Anggaran Sektor Publik
Pengertian Anggaran
Perencanaan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses
manajemen organisasi. Demikian juga, anggaran mempunyai posisi yang penting.
Anggaran mengungkapkan apa yang dilakukan di masa mendatang. Anggaran dapat
diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran
yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Di dalam
tampilannya, anggaran selalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang
terjadi di masa lalu. Dan menurut Mulyadi (2001:488), Anggaran merupakan suatu
rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter
standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Sedangkan, Menurut National Commitee on Governmental Accounting (NCGA)
yang saat ini telah menjadi Governmental Accounting Standards Board (GASB), definisi
anggaran (budget) adalah sebagai rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi
pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk
membiayainya dalam periode waktu tertentu.
Kebanyakan sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan
modal dan penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran. Dampaknya
adalah pemisahan penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan. Jenis
anggaran sektor publik adalah:
1. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD (Budget of State)
2. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran usaha setiap
BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan publik-swasta.
Karakteristik dan Fungsi Anggaran
Karakteristik anggaran sektor publik, adalah sebagai berikut:
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan non keuangan
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari
penyusun anggaran
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.
3
Fungsi Anggaran sebagai berikut:
1. Anggaran sebagai alat perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan
organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang
akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil
yang diperoleh dan belanja pemerintah tersebut.
2. Anggaran sebagai alat pengendalian
Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk menghubungkan antara
proses perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian, anggaran
memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintahagar
pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa
anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan
pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri,
gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan melalui anggaran.
Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan (membatasi
kekuasaan) eksekutif.
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran
publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat
dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk
mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat
sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat politik
Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan
keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan
political tool sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas
penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu, pembuatan
anggaran publik membutuhkan political will, coalition building, keahlian berorganisasi,
dan pemahaman prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik.
5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran.
Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan.
Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya
inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu,
4
anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam
lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi
untuk dilaksanakan.
6. Anggaran adalah alat penilaian kinerja
Anggaran merupakan wujud komitmen dan budget holder (eksekutif) kepada
pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan berapa
yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran
merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian.
7. Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran sebagai instrumen untuk memotivasi masyarakat manajemen agar
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi, anggaran hendaknya
bersifat challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya
adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat
dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD.
Masyarakat, LSM, Perguruan tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus
terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir
akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka.
Kelompok lain dari masyarakat yang kurang terorganisasi akan mempercayakan
aspirasinya melalui proses politik yang ada. Pengangguran, tuna wisma dan
kelompok lain yang tak teroganisasi dengan mudah dan tidak berdaya mengikuti
tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan suara mereka, maka
mereka akan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan tindakan massa,
melakukan boikot, vandalisme dan sebagainya.
Jenis – Jenis Anggaran
1. Line Item Budgeting
Line Item Budgeting adalah penyusunan anggaran yang didasarkan pada dan
darimana dana berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa dana tersebut
digunakan (pos-pos pengeluaran). Jenis anggaran ini relatif dianggap paling tua dan
banyak mengandung kelemahan atau sering pula disebut “traditional budgeting”.
Walaupun tak dapat disangkal, “line item budgeting” sangat populer penggunaannya
karena dianggap mudah untuk dilaksanakan.
2. Incremental Budgeting
5
Incremental Budgeting adalah sistem anggaran belanja dan pendapatan yang
memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan
usulan anggaran periode tahun yang akan datang. Angka di pos pengeluaran
merupakan perubahan (kenaikan) dari angka periode sebelumnya. Permasalahan
yang harus diputuskan bersama adalah metode kenaikan/penurunan (incremental)
dari angka anggaran tahun sebelumnya. Logika sistem anggaran ini adalah bahwa
seluruh kegiatan yang dilaksanakan merupakan kelanjutan kegiatan dari tahun
sebelumnya.
3. Planning Programming Budgeting Sistem
Planning Programming Budgeting Sistem adalah suatu proses perencanaan,
pembuatan program, dan penganggaran yang terkait dalam suatu sistem sebagai
kesatuan yang bulat dan tidak terpisah-pisah, dan didalamnya terkandung identifikasi
tujuan organisasi atas permasalahan yang mungkin timbul. Proses
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan terhadap semua kegiatan
sangat diperlukan selain pertimbangan atas implikasi keputusan terhadap berbagai
kegiatan di masa yang akan datang.
4. Zero Based Budgeting (ZBB)
Zero Based Budgeting merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada
perkiraan kegiatan, bukan pada apa yang telah dilakukan di masa lalu. Setiap
kegiatan akan dievaluasi secara terpisah. Ini berarti berbagai program dikembangkan
dalam visi tahun yang bersangkutan. Tiga langkah penyusunan ZBB adalah:
a. Identifikasi unit keputusan
b. Membangun paket keputusan
c. Meriview peringkat paket keputusan
5. Performance Budgeting
Performance Budgeting (anggaran yang berorientasi pada kinerja) adalah sistem
penganggaran yang berorientasi pada “output” organisasi yang berkaitan sangat erat
dengan visi, misi dan rencana strategis organisasi. Performance Budgeting
mengalokasikan sumber daya program, bukan pada unit organisasi semata dan
memakai laporan pengukuran sebagai indikator kinerja organisasi.
6. Medium Term Budgeting Framework (MTBF)
Medium Term Budgeting Framework (MTBF) adalah suatu kerangka strategi
kebijakan tentang anggaran belanja untuk departemen dan lembaga pemerintah non
departemen. Kerangka ini memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada
departemen untuk penetapan lokasi dan sumber dana pembangunan.
6
2. Badan Usaha Milik Negara
Pengertian BUMN
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara dijelaskan bahwa pengertian Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya
disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan. BUMN terdiri dari Perum danPersero.
Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang
bentuknya perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau
paling sedikitnya 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara dijelaskan bahwa Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :
a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
b. mengejar keuntungan;
c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh
sektor swasta dan koperasi;
e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
3. PT Perkebunan Nusantara IX
a) Gambaran Umum PT. Perusahaan Nusantara IX
Landasan Hukum Keberadaan Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996,
merupakan peleburan dari PT. Perkebunan XV-XVI (Persero) dan PT. Perkebunan XVIII
(Persero). Pendirian PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) tersebut tertuang pada
Akta Notaris Harun Kamil, SH Nomor 42 tanggal 11 Maret 1996 yang disahkan dengan
Keputusan Menteri Kehakiman No. C2-8337.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996.
Akta Notaris PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) telah mengalami bebarapa
perubahan, dengan perubahan terakhir tertuang dalam Akta Notaris Ummy Nabawa, SH
7
nomor 65 tanggal 27 Juni 2014 yang dicatat dalam Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia sesuai surat No. AHU-16857.40.22.2014 tanggal 1 Juli 2014.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2014 tentang
Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara III, 90% (sembilan puluh
persen) saham PT Perkebunan Nusantara IX dialihkan ke PT Perkebunan Nusantara III
(Persero).
Usaha Perusahaan
Komoditi pokok yang diusahakan meliputi Karet, Teh, Kopi, (Tanaman Tahunan),
Gula dan Tetes (Tanaman Semusim) dijual bebas kepada konsumen/pelanggan dan
bersaing secara kompetitif dengan perusahaan lain yang mengusahakan komoditi
sejenis di pasar domestik dan global. Selain usaha pokok tersebut dikembangkan pula
industri hilir dan agrowisata yang dikelola oleh Bagian Perencanaan dan
Pengembangan.
b) Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadi perusahaan agrobisnis yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang
bersama mitra.
Misi
Memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, gula dan tetes ke pasar
domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertumbuhan
laba (profit growth) dan mendukung kelestarian lingkungan.
Mengembangkan cakupan bisnis melalui diversifikasi usaha, yaitu produk hilir, wisata
agro, dan usaha lainnya, untuk mendukung kinerja perusahaan.
Mengembangkan sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan
usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
c) Wilayah Kerja
Wilayah kerja PT. Perkebunan Nusantara IX meliputi Propinsi Jawa Tengah
dengan Unit Usaha dan komoditi yang diusahakan :
Divisi Tanaman Semusim mempunyai 8 unit usaha Pabrik Gula :
Pabrik Gula Lokasi Komoditi Utama
1. Jatibarang Kab. Brebes Gula, Tetes
2. Pangka Kab. Tegal Gula, Tetes
3. Sumberharjo Kab. Pemalang Gula, Tetes
4. Sragi Kab. Pekalongan Gula, Tetes
5. Rendeng Kab. Kudus Gula, Tetes
8
6. Mojo Kab. Sragen Gula, Tetes
7. Tasikmadu Kab. Karanganyar Gula, Tetes
8. Gondang Baru Kab. Klaten Gula, Tetes
Divisi Tanaman Tahunan mempunyai 15 unit usaha Kebun :
Kebun Lokasi Komoditi Utama
1. Kawung Kab. Cilacap Karet
2. Warnasari Kab. Cilacap Karet
3. Krumput Kab. Banyumas Karet
4. Kaligua Kab. Brebes Teh
5. Semugih Kab. Pemalang The
6. Blimbing Kab. Pekalongan Karet
7. Jolotigo Kab. Pekalongan Karet, The
8. Siluwok / Subah Kab. Batang Karet
9. Sukamangli Kab. Kendal Karet, Kopi
10. Merbuh Kab. Kendal Karet
11. Ngobo Kab. Semarang Karet, Kopi
12. Getas Kab. Semarang Karet, Kopi
13. Batujamus Kab. Karanganyar Karet
14. Balong / Beji Kab. Jepara Karet
15. Jollong Kab. Pati Kopi
d) Gambaran Umum yang Mempengaruhi Kinerja PT Perkebunan Nusantara IX
Tahun Buku 2014
Kondisi Eksternal
Pemulihan perekonomian dunia terus berlanjut meskipun masih berjalan tidak
seimbang. Perekonomian AS terus tumbuh didukung oleh kegiatan manufaktur,
penjualan eceran, tingkat keyakinan konsumen serta membaiknya indikator tenaga
kerja. Di sisi lain perekonomian Eropa dan Jepang menunjukkan perlambatan yang
tercermin dari permintaan domestik yang masih relatif lemah. Pertumbuhan ekonomi di
negara berkembang masih relatif terbatas sehingga mendorong berlanjutnya penurunan
harga jual komoditas akibat melemahnya permintaan.
Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi masih mengalami moderasi. Kondisi
tersebut antara lain dipengaruhi oleh masih terbatasnya perbaikan ekspor seiiring
dengan menurunnya harga jual komoditas dunia dan masih lemahnya volume
perdagangan negara-negara emerging market.
Kondisi Internal
1. Produksi dan Produktivitas
9
Produksi tahun 2014 dibanding RKAP diprognosakan untuk karet mencapai 100,01%
dengan produktivitas 1.529 kg/ha, teh mencapai 100,00 % dengan produktivitas
2.115 kg/ha, dan komoditi kopi mencapai 103,23%. Untuk gula eks tebu milik PG
mencapai 70,18% dari RKAP dengan rendemen 6,18%, dan tetes milik PG mencapai
96,73% dari RKAP, karena mengalami beberapa kendala pada giling tahun 2014,
antara lain tebu berbunga, norma tebang dan angkut belum sesuai MBS, komposisi
sifat kemasakan tebu tiap pabrik gula belum ideal. Serta operasional off farm tidak
efektif dengan penyebab utama kapasitas pasok tebu di bawah kapasitas giling
(kekurangan tenaga tebang), serta kendala beberapa peralatan dan kekurangan
bahan bakar.
2. Kondisi Pabrik Gula
Pabrik Gula yang dimiliki PTPN IX pada umumnya sudah tua. Pada tahun 2014 telah
direncanakan alih proses DRK pada PG Sragi tahap pertama namun belum dapat
terealisasi, dan upaya yang dilakukan hanya sebatas perawatan dan pemantapan
kapasitas giling agar pabrik gula tetap dapat beroperasi, karena keterbatasan dana.
3. Keuangan
PTPN IX masih memiliki Kredit Modal Kerja (KMK) yang belum dapat dikembalikan
sesuai siklus usaha budidaya tebu. Dalam memenuhi keperluan modal kerja untuk
memproduksi gula dicukupi dengan Kredit Komersial Perbankan yang memberikan
bunga yang rendah untuk PTPN IX dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi
(KKPE) dan Program Kemitraan BUMN lain untuk Petani. Total beban bunga pada
tahun 2014 mencapai Rp. 81,82 milyar atau setara dengan Rp. 1.879/kg gula. Rasio
likuiditas masih rendah karena besarnya liabilitas jangka pendek terutama KMK dan
KKPE. Di sisi lain rasio liabilitas terhadap ekuitas (DER) masih relative tinggi.
e) Pencapaian Kinerja Tahun Buku 2014
Dari data tahun buku 2014 dapat dijelaskan pencapaian kinerja perusahaan sebagai
berikut :
1. Gula eks tebu milik PG dan tetes milik PG masing-masing mencapai 70,18% dan
96,73% dari RKAP, dengan rendemen 6,18%, yang disebabkan jam berhenti giling
pabrik gula yang masih cukup tinggi.
2. Produksi Karet mencapai 100,01% dari RKAP.
3. Produksi Teh tercapai 100,00 % dari RKAP karena kondisi tanaman yang belum
pulih akibat kemarau yang menyebabkan frost sehingga pertumbuhan pucuk
mengalami stagnasi.
4. Produksi Kopi tercapai 103,23 % dari RKAP.
f) Posisi Keuangan Tahun Buku 2014
10
Dari data tahun buku 2014 dapat dijelaskan posisi keuangan perusahaan sebagai
berikut :
1. Total Aset Perusahaan mencapai 108,95% dari RKAP, Total Liabilitas Perusahaan
mencapai 126,96%, dan Total Ekuitas mencapai 73,17%.
2. Laba (Rugi) Komprehensif rugi (Rp.170.683.218) atau mencapai (347,31%) dari
RKAP.
11
BAB II
REGULASI
1. Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002 Tentang Penyusunan RKAP
BUMN
Ketentuan mengenai hal-hal yang harus tercangkup dalam RKAP diatur secara
khusus pada pasal 3 sampai dengan pasal 8 KEP-101/MBU/2002 tentang Penyusunan
RKAP BUMN. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa RKAP sekurang-kurangnya
memuat:
a. Rencana Kerja Perusahaan;
b. Anggaran Perusahaan;
c. Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan;
d. Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan;
e. Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
Rencana Kerja Perusahaan
Rencana Kerja Perusahaan memuat penjelasan dan rincian tentang:
a. Misi Perusahaan;
b. Sasaran Usaha;
c. Strategi Usaha;
d. Kebijakan;
e. Program Kegiatan.
Program Kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf e di atas, memuat penjelasan
secara kualitatif dan kuantitatif tentang:
a. Pemasaran dan Penjualan;
b. Pengadaan;
c. Produksi dan Kualitas Produk;
d. Teknik dan Teknologi;
e. Keuangan dan Akuntasi;
f. Sistem dan Organisasi;
g. Pengembangan Sumber Daya Manusia;
h. Penelitian dan Pengembangan;
i. Pelestarian Lingkungan;
j. Investasi.
12
Program kegiatan investasi sebagaimana dimaksud pada huruf j di atas, meliputi :
a. Program kegiatan investasi didalam Perusahaan.
b. Program penyertaan pada perusahaan lain.
Anggaran Perusahaan
Anggaran Perusahaan memuat:
a. Anggaran Pendapatan Usaha;
b. Anggaran Biaya Usaha;
c. Anggaran Pendapatan dan Biaya Lainnya;
d. Anggaran Pengadaan;
e. Anggaran Teknik dan Teknologi;
f. Anggaran Penelitian dan Pengembangan;
g. Anggaran Pengembangan Sumber Daya Manusia;
h. Anggaran Pelestarian Lingkungan;
i. Anggaran Investasi.
Dalam Anggaran Biaya Usaha sebagaimana termasuk juga anggaran biaya yang
diperlukan bagi penyelenggaraan PUKK. Untuk Anggaran Investasi meliputi:
a. Anggaran Investasi di dalam Perusahaan.
b. Anggaran Penyertaan pada perusahaan lain.
Proyeksi Keuangan Perusahaan
Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan memuat:
a. Proyeksi Neraca;
b. Proyeksi Laba/Rugi;
c. Proyeksi Arus Kas;
d. Sumber dan Penggunaan Dana.
Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan, terdiri dari :
a. Proyeksi Neraca;
b. Proyeksi Laba/Rugi.
Hal-Hal Lain
Hal-hal lain antara lain mengenai:
a. Penghapusan Piutang;
b. Penghapusan Persediaan;
c. Penghapusan Aktiva Tetap;
d. Penghapusan Aktiva Tetap Lainnya;
e. Penarikan Kredit;
f. Pengagunan Aset;
g. Pemberian Pinjaman;
13
h. Kerjasama Jangka Menengah/Panjang dengan Pihak Ketiga;
i. Perubahan Modal;
j. Penunjukan Direksi dan Komisaris anak perusahaan;
k. Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas;
l. Pembagian tugas Direksi.
2. Peraturan Spesifik (S-441/MBU/WK/08/2014)
Dalam rangka penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
sebagaimana diatur dalam Pasal 22 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara dan Pasal 63 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Menteri BUMN dalam suratnya Nomor S-441/MBU/WK/08/2014
tanggal 25 Agustus 2014 perihal penyampaian aspirasi Pemegang Saham/Pemilik Modal
yang menjadi panduan dasar dalam penyusunan RKAP Tahun 2015 dijelaskan mengenai
panduan dasar dalam penyusunan RKAP BUMN 2015 sebagai berikut:
a. Asumsi-asumsi Dasar Makro
Dalam rangka penyusunan RKAP Tahun 2015, asumsi makro ekonomi yang
digunakan agar mengacu pada asumsi-asumsi penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2015 sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi : 5.6 %
2. Inflasi : 4.4 %
3. Nilai Tukar : Rp 11.900/USD
(untuk BUMN yang kinerjanya sangat sensitif terhadap nilai tukar, dapat
menggunakan asumsi nilai tukar di atas APBN maksimal 10%)
4. Suku Bunga Surat Perbendaharaan Negara (3 bulanan) : 6.2 %
b. Sasaran Kinerja
1. Pertumbuhan Pendapatan Usaha
Target pertumbuhan Pendapatan Usaha dalam RKAP Tahun 2015 ditentukan
sesuai kelompok sebagai berikut:
Pembagian Kelompok BUMN Target Pertumbuhan
Pendapatan Usaha Kelompok Pertumbuhan CAGR Revenue (5 th)
Sangat Tinggi diatas 20% > 20%
Tinggi > 15% s.d. 20% > 16%
Sedang > 10% s.d. 15% > 12%
Rendah > 5% s.d. 10% > 10%
14
Sangat Rendah dibawah 5% > 8%
* angka elcstrim pada tahun-tahun tertentu, tidak diperhitungkan dalam
penghitungan CAGR
2. Pertumbuhan Aset
Target pertumbuhan Aset dalam RKAP Tahun 2015 ditentukan sesuai kelompok
sebagai berikut:
Pembagian Kelompok BUMN Target Pertumbuhan
Aset Kelompok Pertumbuhan CAGR Revenue (5 th)
Sangat Tinggi diatas 20% > 15%
Tinggi > 15% s.d. 20% > 12%
Sedang > 10% s.d. 15% > 10%
Rendah > 5% s.d. 10% > 8%
Sangat Rendah dibawah 5% > 5%
* angka elcstrim pada tahun-tahun tertentu, tidak diperhitungkan dalam
penghitungan CAGR
Untuk mendukung peningkatan aset BUMN, agar diupayakan inovasi/kreativitas
utamanya
dalam rangka optimalisasi aset BUMN dan tidak hanya mengandalkan
pertumbuhan yang
sifatnya organik.
3. EBITDA Margin
a. EBITDA Margin dalam RKAP Tahun 2015 ditargetkan minimal 10% dan tidak
lebih rendah dari EBITDA Margin tertinggi 3 tahun terakhir.
b. Perusahaan dapat menggunakan EBITDA Margin lebih rendah dari target
tersebut di atas, hanya apabila dapat membuktikan dengan data yang valid
bahwa sector industri perusahaan tersebut memiliki karakteristik EBITDA
Margin jauh dibawah target tersebut di atas.
Pendapatan Usaha dan EBITDA yang digunakan dalam perhitungan EBITDA
Margin tidak memasukkan unsur pendapatan lain-lain yang sifatnya tidak
berkelanjutan seperti penjualan aset, laba/rugi selisih kurs, dan sebagainya.
4. Pertumbuhan Biaya Pegawai
Pertumbuhan biaya pegawai (termasuk jasa produksi) dalam RKAP Tahun 2015
harus lebih rendah dari pertumbuhan laba usaha.
5. Pelaksanaan investasi
Pelaksanaan investasi dalam RKAP Tahun 2015, target program tercapai 100%,
dan target fisik tercapai 75%.
15
6. Skor Good Corporate Governance
a. Untuk BUMN yang skor GCG pada tahun sebelumnya lebih besar dari 85%,
maka target skor GCG pada tahun 2015 adalah minimal sama dengan tahun
sebelumnya.
b. Untuk BUMN yang skor GCG pada tahun sebelumnya antara 75% s.d. 85%,
maka target skor GCG pada tahun 2015 harus lebih besar dari 85%.
c. Untuk BUMN yang skor GCG pada tahun sebelumnya kurang dari 75%, maka
target skor GCG pada tahun 2015 harus lebih besar dari 75%.
d. Untuk BUMN yang belum pernah dilakukan assessment GCG, maka target
pada tahun 2015 harus sudah dilakukan assessment GCG. Dalam hal tidak
dilakukannya assessment GCG karena alasan keterbatasan kemampuan
keuangan BUMN tersebut, maka Deputi teknis diharapkan dapat membantu
dengan DIPA Kementerian BUMN.
7. Skor KPKU
a. Untuk BUMN yang skor KPKU pada tahun sebelumnya berada dibawah kelas
good performance, maka target skor KPKU pada tahun 2015 adalah minimal
naik 10% dari skor tahun sebelumnya.
b. Untuk BUMN yang skor KPKU pada tahun sebelumnya berada dalam kelas
good performance dan kelas diatasnya, maka target skor KPKU pada tahun
2015 adalah minimal naik 5% dari skor tahun sebelumnya.
c. Untuk BUMN yang belum pernah dilakukan assessment KPKU, maka target
pada tahun 2015 harus sudah dilakukan assessment KPKU. Dalam hal tidak
dilakukannya assessment KPKU karena alasan keterbatasan kemampuan
keuangan BUMN tersebut, maka Deputi teknis diharapkan dapat membantu
dengan DIPA Kementerian BUMN.
8. Skor Tingkat Kesehatan
Target tingkat kesehatan RKAP Tahun 2015 minimal Sehat "A", dan skor tidak
boleh lebih rendah dari skor tingkat kesehatan tertinggi 3 tahun sebelumnya.
c. Arahan Umum
1. Penetapan target RKAP 2015 didasarkan atas realisasi/capaian dalam prognosa
tahun 2014. Dalam hal setelah terbitnya laporan tahun buku 2014 (audited)
terdapat deviasi yang material (± lebih dari 10%) antara nilai audited dan prognosa,
maka RKAP 2015 dan Kontrak Manajemen tahun 2015 dapat diminta untuk direvisi.
2. Rencana dan Anggaran Dewan Komisaris/Pengawas merupakan bagian RKAP
Perusahaan.
16
3. RKAP 2015 harus selaras dengan target dalam RJPP. Oleh karenanya apabila
RJPP yang ada saat ini dinilai sudah tidak relevan (deviasi salah satu dari total
aset, pendapatan, atau laba yang material ± 20%), maka agar dilakukan adjustment
RJPP.
4. Direksi dan Dekom/Dewas harus mengusulkan Key Performance Indicators (KPI)
untuk Kontrak Manajemen dengan format yang sederhana (maksimum 12 indikator
utama), namun mencerminkan indikator dan target-target strategis RKAP/RKA
Dekom/Dewas yang harus dicapai oleh Direksi dan Dekom/Dewas. Indikator
kinerjaharus merupakan parameter yang berada dalam pengendalian Direksi dan
Dekom/Dewas yang dapat diukur (measurable) dan diyakini/dibuktikan
kebenarannya (auditable). Pembobotan indikator-indikator tersebut harus
mencerminkan urutan tingkat kepentingan masing-masing indikator terhadap
sasaran utama RKAP. Format KPI dapat menyesuaikan dengan kriteria
sebagaimana yang digunakan dalam KPKU.
5. Anggaran tantiem/insentif kinerja harus terkorelasi dengan aggresivitas target KPI
(semakin agresif target semakin besar anggarannnya), dan dicantumkan dalam
kontrak manajemen.
6. BUMN yang melaksanakan PSO:
a. KPI hams mencakup indikator-indikator ukuran keberhasilan pelaksanaan
PSO.
b. Total bobot indikator-indikator sebagaimana butir a di atas minimal 15% dan
maksimal 30%.
c. Target untuk masing-masing indikator adalah sesuai kontrak PSO.
7. BUMN yang kegiatan usahanya bersinggungan dengan permasalahan lingkungan,
maka harus memiliki program pengelolaan lingkungan secara prioritas dan
berkelanjutan dengan tingkat proper yang baik.
8. Program Research and Development (R & D) dapat diintegrasikan dengan kegiatan
karya ilmiah pada beberapa tingkatan sepanjang termasuk dalam program yang
diselenggarakan oleh Kemendiknas atau Kemenristek/BPPT atau Lembaga
Internasional yang diakui oleh Kemendiknas melalui program CSR dan BL. Karya
Ilmiah yang didukung adalah karya yang berkaitan dengan kegiatan usaha BUMN
bersangkutan.
9. RKAP harus memuat hal-hal yang perlu mendapatkan keputusan RUPS seperti
penghapusan piutang, persediaan, aktiva tetap dan aktiva tetap lainnya, penarikan
kredit, pengagunan aset, pemberian pinjaman, serta kerjasama jangka
17
menengah/panjang dengan pihak ketiga, sebagaimana diatur di dalam Anggaran
Dasar masing-masing BUMN.
10. Bagi BUMN yang masih memiliki Rekening Dana Investasi (RDI), Sub-Loan
Agreement (SLA), dan Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya
(BPYBDS), RKAP harus memuat posisi/nilai, skema rencana dan jadwal
penyelesaian, serta informasi yang relevan lainnya.
18
BAB III
IMPLEMENTASI
Pada bab implementasi ini kami akan coba menganalisis Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) Tahun 2015 PT. Perkebunan Nusantara IX dengan cara
membandingkan dan menelaah antara penyusunan anggaran di PT. Perkebunan Nusantara
IX dengan regulasi yang telah ditetapkan. Apakah RKAP yang telah dibuat sesuai antara
regulasi dan implementasinya.
1. Penerapan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002 pada RKAP
Tahun 2015 PTPN IX
Berikut ini kami sajikan tabel kesesuaian RKAP PT. PN IX 2015 dengan
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002:
19
PTPN XI
RKAP sekurang-kurangnya memuat
1 Rencana Kerja Perusahaan √
2 Anggaran Perusahaan √
3 Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan √
4 Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan Tidak ada
5 Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) √
1 Rencana Kerja Perusahaan
a. Misi Perusahaan √
b. Sasaran Usaha √
c. Strategi Usaha √
d. Kebijakan √
e. Program Kegiatan √
2 Program Kegiatan
a. Pemasaran dan Penjualan √
b. Pengadaan √
c. Produksi dan Kualitas Produk √
d. Teknik dan Teknologi √
e. Keuangan dan Akuntansi √
f. Sistem dan Organisasi √
g. Pengembangan Sumber Daya Manusia √
h. Penelitian dan Pengembangan √
i Pelestarian Lingkungan √
j. Investasi √
3 Anggaran Perusahaan
a. Anggaran Pendapatan Usaha √
b. Anggaran Biaya Usaha √
c. Anggaran Pendapatan dan Biaya Lainnya √
KEP 101/MBU/2002
20
d. Anggaran Pengadaan √
e. Anggaran Teknik dan Teknologi √
f. Anggaran Penelitian dan Pengembangan √
g. Anggaran Pengembangan Sumber Daya Manusia √
h. Anggaran Pelestarian Lingkungan √
i Anggaran Investasi √
4 Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan
a. Proyeksi Neraca √
b. Proyeksi Laba/Rugi √
c. Proyeksi Arus Kas √
d. Sumber dan Penggunaan Dana √
5 Hal-hal lain
a. Penghapusan Piutang -
b. Penghapusan Persediaan -
c. Penghapusan Aktiva Tetap -
d. Penghapusan Aktiva Tetap Lainnya -
e. Penarikan Kredit -
f. Pengagunan Aset -
g. Peberian Pinjaman -
h. Kerjasama Jangka Menengah/Panjang dengan Pihak Ketiga -
i Perubahan Modal -
j. Penunjukan Direksi dan Komisaris Anak Perusahaan √
k. Penunjukan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas -
l. Pembagian Tugas Direksi -
Dari data pada table di atas dapat kita lihat bahwa beberapa aspek pada hal-hal
lain pada Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002 tidak diterapkan dalam
RKAP Tahun 2015 PT. Perkebunan Nusantara IX, antara lain:
1. Penghapusan Piutang (Tidak Ada)
Dampak: Nilai piutang yang tidak tertagih akan menambah nilai piutang di Neraca
karena tidak ada prosedur penghapusan piutang. Dengan adanya prosedur
penghapusan piutang, piutang usaha yang tidak mungkin dapat ditagih dapat
dihapuskan/dijadikan biaya bagi perusahaan.
2. Penghapusan Persediaan (Tidak Ada)
Dampak: Nilai Persediaan rusak dan hilang akan menambah nilai Persediaan pada
neraca sediaan karena tidak ada prosedur penghapusan sediaan. Dengan adanya
prosedur penghapusan persediaan, persediaan yang hilang dan rusak dapat diusulkan
untuk dihapuskan.
3. Penghapusan Aktiva Tetap (Tidak Ada)
21
Dampak: Nilai Aktiva Tetap yang tidak bermanfaat bagi perusahaan akan menambah
nilai aktiva tetap pada neraca karena tidak ada prosedur penghapusan Aktiva Tetap.
Dengan adanya prosedur penghapusan Aktiva Tetap, Aktiva Tetap yang tidak lagi
bermanfaat dapat diusulkan untuk dihapuskan atau dijual secara dilelang.
4. Penghapusan Aktiva Tetap Lainnya (Tidak Ada)
Dampak: Nilai Aktiva Tetap lainnya yang tidak lagi bermanfaat akan menambah nilai
sediaan pada neraca Aktiva Tetap lainnya karena tidak ada prosedur penghapusan
Aktiva Tetap lainnya. Dengan adanya prosedur penghapusan Aktiva Tetap lainnya,
Aktiva Tetap lainnya yang tidak lagi bermanfaat dapat diusulkan untuk dihapuskan.
5. Penarikan Kredit (Tidak Ada)
Dampak: Tidak adanya batasan penarikan kredit, pihak-pihak yang diajukan kredit,
alasan tertentu untuk menarik kredit dan persetujuan dari RUPS.
6. Pengagunan Aset (Tidak Ada)
Dampak: Tidak ada persyaratan dan jenis rinci mengenai aset manakah yang akan
diagunkan akan memperlambat proses penarikan kredit
7. Pemberian Pinjaman (Tidak Ada)
Dampak: Tidak ada dampak signifikan karena tergantung kebijakan perusahaan apakan
mau memberikan pinjaman ke karyawan sendiri atau tidak.
8. Kerjasama jangka menengah/panjang dengan pihak ketiga (Tidak Ada)
Dampak: Akan memperlambat proses perjanjian kerjasama apabila terjadi perjanjian
kerjasama dengan pihak ketiga.
9. Perubahan Modal (Tidak Ada)
Dampak: Akan menyulitkan investor dalam mengetahui nilai penyertaan mereka
terhadap keseluruhan modal perusahaan.
10. Penunjukan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas (Ada)
Dampak: -
11. Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas (Tidak Ada)
Dampak: Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan pengawas harus diketahui
sumbernya agar tidak mempengaruhi Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas dalam
mengambil keputusan demi menjaga kelangsungan perusahaan.
12. Pembagian Tugas Direksi (Tidak Ada)
Dampak: Tidak adanya kejelasan mengenai tugas direksi akan menimbulkan
ketidakefiektifan bagi perusahaan.
Berbagai kemungkinan bisa melatarbelakangi tidak diterapkannya aspek-aspek
hal lain pada keputusan Menteri BUMN tersebut, misalnya saja tidak diterapkannya
22
Penghapusan Aktiva Tetap. Bisa saja hal tersebut terjadi karena pada tahun 2015
PTPN IX tidak memiliki asset tetap yang harus untuk dihapuskan.
2. Penerapan Surat Menteri BUMN Nomor S-441/MBU/WK/08/2014 pada RKAP Tahun
2015 PTPN IX
Berikut ini kami sajikan tabel kesesuaian RKAP PT. PN IX 2015 dengan
Shareholder Aspiration:
No Uraian SatuanShareholder
AspirationPTPN IX
A Asumsi
1 Pertumbuhan Ekonomi % 5,60 -
2 Inflasi % 4,40 3,00
3 Kurs US $ RP/ US $ 11,900 11,900
4 Suku Bunga Perbendaharaan Negara %
-Bunga KMK % 9,50
-Bunga KKPE % 6,00
B Sasaran
Pendapatan Rp Juta
- 2010 1,798,419
- 2011 1,536,490
- 2012 1,392,423
- 2013 1,524,755
- 2014 1,311,319
CAGR % 3,75
1 Pertumbuhan Pendapatan % > 8
- Pendapatan Prognosa 2014 Rp Juta 1,311,319
- Pendapatan RKAP 2015 Rp Juta 1,189,205
Pertumbuhan Pendapatan % (9,31)
2 Pertumbuhan Aset % > 5
- Total Aset 2014 Rp Juta 2,665,780
- Total Aset 2015 Rp Juta 2,718,542
Pertumbuhan Aset % 1,98
3 EBITDA % 10% dan lebih tinggi
- EBITDA Tahun 2013 Rp Juta dari EBITDA 3 th 180,974
- EBITDA Tahun 2014 Rp Juta terakhir 4,729
- EBITDA Tahun 2015 Rp Juta 160,143
Pertumbuhan EBITDA % 3.485,93
4 Skor GCG Lebih Tinggi dari
Tahun 2014
23
- Tahun 2014 70,00
- Tahun 2015 75,00
5 Skor KPKU Naik 10 %
- Tahun 2014 350,00
- Tahun 2015 350,00
6 Tingkat Kesehatan Minimal A dan lebih
Tinggi dari 3 tahun
terakhir
- Tahun 2012 90,25 (AA)
- Tahun 2013 70,10 (A)
- Tahun 2014 50,60 (BBB)
- Tahun 2015 76,25 (A)
Dari table diatas kami dapat jelaskan bahwa terdapat beberapa hal dalam Aspirasi
Pemegang Saham/Pemilik Modal yang tidak dipenuhi dalam penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PTPN IX, yaitu:
1. Asumsi tingkat inflasi yang diajukan Aspirasi Pemegang Saham/Pemilik Modal
sebesar 4,4%, sedangkan PT. Perkebunan Nasional IX membuat asumsi tingkat
inflasi sebesar 3%.
2. Dengan CAGR 3,75% berarti PT. Perkebunan Nasional IX masuk dalam kategori
kelompok BUMN dengan pertumbuhan sangat rendah, seharusnya sesuai dengan
standar yang diajukan aspirasi pemegang saham/pemilik modal adalah pertumbuhan
pendapatan harus lebih dari 8%, tetapi PT. PN IX menargetkan di bawah standar
dalam RKAP-nya yaitu sebesar -9,31%.
3. Tingkat pertumbuhan aset dengan CAGR 3,75% seharusnya sesuai dengan standar
yang diajukan aspirasi pemegang saham/pemilik modal adalah lebih dari 5%. PT. PN
IX menargetkan di bawah standar dalam RKAP-nya yaitu sebesar 1,98%.
4. EBITDA sudah sesuai dengan standar yang diajukan aspirasi pemegang
saham/pemilik modal yaitu 10% dan lebih tinggi dari EBITDA 3 tahun. PT. PN IX
menargetkan di atas standar dalam RKAP-nya sebesar 3.485,93%.
5. Skor GCG sudah sesuai dengan standar yang diajukan aspirasi pemegang
saham/pemilik modal yaitu lebih tinggi dari 2014 (70,00). PT. PN IX menargetkan
sebesar 75,00.
6. Skor KPKU belum sesuai dengan standar yang diajukan aspirasi pemegang
saham/pemilik modal yaitu naik sebesar 10%. PT. PN IX menargetkan tidak ada
kenaikan skor KPKU.
7. Tingkat Kesehatan sudah sesuai dengan standar yang diajukan aspirasi pemegang
saham/pemilik modal adalah minimal A dan lebih tinggi dari 3 tahun terakhir. PT. PN
24
IX menargetkan sesuai standar sebesar 76,25/A tetapi tidak lebih tinggi dari tahun
2012 (90,25/AA).
25
BAB IV
SIMPULAN
Pada penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PT
Perkebunan Nusantara tahun 2015 terdapat beberapa ketidaksesuaian dalam penerapan
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002 dan Surat Menteri BUMN Nomor S-
441/MBU/WK/08/2014 diantaranya:
a) Ketidaksesuaian dalam penerapan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-
101/MBU/2002 antara lain:
1. Tidak adanya Anggaran Penghapusan Piutang
2. Tidak adanya Anggaran Penghapusan Persediaan;
3. Tidak adanya Anggaran Penghapusan Aktiva Tetap;
4. Tidak adanya Anggaran Penghapusan Aktiva Tetap Lainnya;
5. Tidak adanya Anggaran Penarikan Kredit;
6. Tidak adanya Anggaran Pengagunan Aset;
7. Tidak adanya Anggaran Pemberian Pinjaman;
8. Tidak adanya Anggaran Kerjasama jangka menengah/panjang dengan pihak
ketiga;
9. Tidak adanya Anggaran Perubahan Modal;
10. Tidak adanya Anggaran Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas;
11. Tidak adanya Anggaran Pembagian Tugas Direksi.
Berbagai kemungkinan bisa melatarbelakangi tidak diterapkannya aspek-aspek hal
lain pada keputusan Menteri BUMN tersebut, misalnya saja tidak diterapkannya
Penghapusan Aktiva Tetap. Bisa saja hal tersebut terjadi karena pada tahun 2015
PTPN IX tidak memiliki asset tetap yang harus untuk dihapuskan
b) Ketidaksesuaian dalam penerapan Surat Menteri BUMN Nomor S-
441/MBU/WK/08/2014 antara lain:
1. Penetapan asumsi inflasi yang dibawah asumsi aspirasi pemegang
saham/pemilik modal;
2. Tingkat Pertumbuhan Pendapat yang dibawah standar aspirasi pemegang
saham/pemilik modal;
3. Tingkat Pertumbuhan Aset yang dibawah yang dibawah standar aspirasi
pemegang saham/pemilik modal;
4. Tidak menargetkan naiknya skor KPKU, sedangkan aspirasi pemegang
saham/pemilik modal mengamantkan untuk naik sebesar 10%
26
Berdasarkan hasil analisis kami diatas, maka kami menyimpulkan secara garis
besar penyusunan RKAP di PT PN IX masuk dalam kategori berhasil. hanya ada beberapa
poin-poin yang tidak terlalu signifikan terhadap keseluruhan RKAP.
27
DAFTAR PUSTAKA
Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Haryanto, Sahmuddin, Arifuddin., 2007. Akuntasi Sektor Publik. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Erlangga
Warsito Kawedar, Abdulrohman, dan Rr. Sri Handayani. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah (Buku 1 dan 2). Semarang: Badan Penerbit Undip.
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002 Tentang Penyusunan RKAP BUMN
Surat Menteri BUMN Nomor S-441/MBU/WK/08/2014 Tanggal 25 Agustus 2014 perihal penyampaian aspirasi Pemegang Saham/Pemilik Modal yang menjadi panduan dasar dalam penyusunan RKAP Tahun 2015
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PT. Perkebunan Nusantara IX Tahun 2015