41
HALLYU SEBAGAI DIPLOMASI KEBUDAYAAN KOREA SELATAN Tulisan ini memaparkan tentang gambaran umum tentang sejarah kemunculan fenomena kebudayaan Korea Selatan yang dikenal sebagai Hallyu. Kebangkitan industri kebudayaan Korea Selatan di akhir periode 1990-an merupakan titik awal dari perkembangan Hallyu. Peran pemerintah dan pihak swasta dalam mempromosikan kebudayaan Korea Selatan akhirnya mendapat tanggapan positif tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Popularitas yang diraih pada level domestik tidak menjadi batasan untuk memperkenalkan kebudayaan Korea Selatan ke dunia internasional. Penyebaran Hallyu di awal perkembangan masih berada di kawasan Asia Timur, seperti; Cina, Jepang dan Taiwan. Tanggapan positif terhadap produk-produk kebudayaan mendorong Korea Selatan melebarkan sayap ekspansi kebudayaan tidak hanya di Asia Timur tapi juga ke seluruh dunia. Fenomena Hallyu yang mendapat popularitas di banyak negara di dunia membuatnya menjadi instrumen diplomasi kebudayaan yang bertujuan untuk merubah citra Korea Selatan sebagai negara yang memiliki kebudayaan unik dan menarik. Pada periode perkembangan Hallyu di pertengahan tahun 2000-an mulai mengarah kepada kesuksesan karena respon positif yang ditunjukkan oleh hampir seluruh negara Asia, seperti; negara-negara di kawasan Asia Tenggara, kawasan Timur Tengah dan sebagainya. Gelombang kebudayaan berikutnya terjadi di awal tahun 2010 ketika Korea Selatan memperluas wilayah ekspansi kebudayaan hingga ke kawasan Eropa dan Amerika. Kesuksesan yang diraih Hallyu merubahnya dari fenomena nasional menjadi fenomena trasnasional yang memiliki daya jual serta

Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

HALLYU SEBAGAI DIPLOMASI KEBUDAYAAN KOREA SELATAN

Tulisan ini memaparkan tentang gambaran umum tentang sejarah kemunculan

fenomena kebudayaan Korea Selatan yang dikenal sebagai Hallyu. Kebangkitan

industri kebudayaan Korea Selatan di akhir periode 1990-an merupakan titik awal

dari perkembangan Hallyu. Peran pemerintah dan pihak swasta dalam

mempromosikan kebudayaan Korea Selatan akhirnya mendapat tanggapan positif

tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Popularitas yang diraih pada

level domestik tidak menjadi batasan untuk memperkenalkan kebudayaan Korea

Selatan ke dunia internasional. Penyebaran Hallyu di awal perkembangan masih

berada di kawasan Asia Timur, seperti; Cina, Jepang dan Taiwan. Tanggapan positif

terhadap produk-produk kebudayaan mendorong Korea Selatan melebarkan sayap

ekspansi kebudayaan tidak hanya di Asia Timur tapi juga ke seluruh dunia.

Fenomena Hallyu yang mendapat popularitas di banyak negara di dunia

membuatnya menjadi instrumen diplomasi kebudayaan yang bertujuan untuk

merubah citra Korea Selatan sebagai negara yang memiliki kebudayaan unik dan

menarik. Pada periode perkembangan Hallyu di pertengahan tahun 2000-an mulai

mengarah kepada kesuksesan karena respon positif yang ditunjukkan oleh hampir

seluruh negara Asia, seperti; negara-negara di kawasan Asia Tenggara, kawasan

Timur Tengah dan sebagainya. Gelombang kebudayaan berikutnya terjadi di awal

tahun 2010 ketika Korea Selatan memperluas wilayah ekspansi kebudayaan hingga

ke kawasan Eropa dan Amerika. Kesuksesan yang diraih Hallyu merubahnya dari

fenomena nasional menjadi fenomena trasnasional yang memiliki daya jual serta

Page 2: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

berdampak tidak hanya terhadap peningkatan perekonomian tapi juga politik, sosial

dan budaya Korea Selatan.

3.1 Sejarah Kemunculan Hallyu

Akhir periode 1980-an hingga pertengahan periode 1990-an merupakan waktu

yang penting bagi media massa di Korea Selatan yaitu melalui pengenalan liberalisasi

pada sektor tersebut. Pada tahun 1993 diproduksi film Sopyonje yang berhasil berada

diurutan atas box-office yang ditonton oleh jutaan penonton. Kejadian ini tidak

diprediksi sebelumnya karena pada waktu itu tidak ada lagi harapan bagi industri film

lokal untuk bertahan, oleh karena itu film Sopyonje menjadi film lokal pertama yang

menarik perhatian masyarakat Korea Selatan. Selain itu film ini juga mendapat

undangan tayang di Jepang, Amerika Serikat serta beberapa negara di Eropa. Pada

tahun 1994 Penasihat Presiden Bidang Sains dan Teknologi memberikan sebuah

saran kepada Presiden untuk mempromosikan rumah produksi film sebagai strategi

industri hiburan nasional. Melihat respon terhadap film Sapyonje memberikan ide

baru bagi pemerintah untuk menjadikan kebudayaan sebagai sebuah industri.

Isu-isu mengenai perencanaan yang disusun oleh Pemerintah Korea Selatan

untuk membantu menghidupkan kembali industri hiburan di Korea Selatan menjadi

topik pembicaraan di kalangan masyarakat dalam jangka waktu yang lama.

Pemerintah Korea Selatan mendirikan Departemen Industri Kebudayaan atau The

Cultural Industry Bureau yang berada dalam Kementrian Kebudayaan dan Olahraga

atau The Ministry of Culture, Sports and Tourism. Selain itu juga disahkannya The

Motion Picture Promotion Law atau Undang-Undang mengenai hak cipta dan hasil

Page 3: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

produksi industri kebudayaan yang bertujuan menarik kerjasama dan investasi untuk

industri perfilman lokal. Untuk lebih meningkatkan daya tarik industri hiburan, Korea

Selatan memberikan dorongan untuk menyesuaikan dengan sistem media Amerika

Serikat yang dikenal sebagai ’Learning from Hollywood’. Tujuan dari pengadopsian

sistem tersebut adalah melakukan promosi perusahaan-perusahaan penyiaran Korea

Selatan seperti; Munhwa Broadcasting Company (MBC), Seoul Broadcasting System

(SBS) dan Korean Broadcasting System (KBS) secara besar-besaran di pasaran media

penyiaran.

Pemerintah memberikan dukungan besar terhadap industri kebudayaan yang

perlahan-lahan mulai menjadi sektor penting dan perlu diberikan perhatian secara

khusus. Oleh karena itu, Presiden Kim Dae Jung membentuk Basic Law for the

Cultural Industry Promotion melalui alokasi dana sebesar US$148.5 juta untuk

proyek industri ini.1 Berdasarka laporan dari Kementrian Kebudayaan dan Olahraga

Korea, selama masa pemerintahan Presiden Kim Dae Jun jumlah alokasi dana untuk

sektor industri kebudayaan bertambah dari 0.60% atau sekitar 484.8 juta won dari

total dana belanja pemerintah di tahun 1998 menjadi 1,281.5 juta won atau 1.15%

dari total dana belaja pemerintah di tahun 2002. Seperti yang telah diperkirakan

sebelumnya bahwa industri kebudayaan Korea Selatan mulai berkembang pesat, tidak

hanya industri perfilman tetapi juga industri musik yang mulai mendapatkan

popularitasnya. Sejalan dengan penyebaran produksi film Korea, industri musik juga

1 Doobo, Shim, 2006. Hybridity and the Rise of Korean Popular Culture in Asia, SAGE Publication,

Vol.28 (1), pp.25-44, hlm.34.

Page 4: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

mulai bangkit dan diminati tidak hanya masyarakat lokal tapi juga masyarakat luar

negeri.

Banyaknya peminat drama dan musik Korea seperti di Cina membuat konten

kebudayaan tersebut meraih popularitas di Cina. Salah satunya drama Korea yang

berjudul What is Love All About yang ditayangkan di China Central Television

(CCTV) mendapat perhatian masyarakat Cina. Tidak hanya drama televisi, musik dan

lagu-lagu Korea juga mulai digemari oleh para remaja Cina saat itu. Grup idola Korea

seperti; H.O.T, S.E.S, Baby V.O.X dan NRG mendapat perhatian dengan menduduki

tangga lagu di Cina, Taiwan dan Hongkong. Grup idola tersebut muncul menjadi

trend musik baru dan meraih popularitas di kalangan remaja Cina. Melihat respon

positif yang ditunjukkan oleh masyarakat Cina terhadap drama dan musik Korea,

seorang wartawan Cina memberikan sebutan atas fenomena tersebut yang dikenal

sebagai Hallyu.

3.2 Konten-Konten Kebudayaan

Hallyu adalah sebutan untuk fenomena budaya populer Korea Selatan yang

telah menyebar di kawasan Asia Timur dimulai sejak akhir periode 1990-an. Namun

saat ini Hallyu telah menyebar ke seluruh Benua Asia, Eropa dan Amerika serta di

beberapa negara Afrika dan kawasan Oceania (Australia dan Selandia Baru). Hallyu

juga dikenal dengan sebutan Korean Wave yang diartikan sebagai fenomena

gelombang kebudayaan Korea Selatan yang terdiri dari beberapa konten-konten

kebudayaan. Adapun konten-konten tersebut adalah film, K-Drama, K-Pop, K-

Page 5: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Fashion dan sebagainya. Berikut ini merupakan penjabaran dari beberapa konten

kebudayaan yang dipromosikan melalui Hallyu, diantaranya;

3.2.1 Film

Hingga tahun 1987 hanya perusahaan domestik yang diizinkan untuk

melakukan impor dan distribusi film-film luar negeri di pasar Korea Selatan.

Pada tahun 1988 pemerintah Korea Selatan memberikan izin bagi studio

Hollywood untuk melakukan distribusi film secara langsung kepada bioskop-

bioskop lokal. Pembukaan pasar terutama bagi film-film Hollywood

berdampak pada persaingan yang tidak seimbang dengan industri perfilman

lokal. Hal ini terbukti dengan menurunnya jumlah produksi film Korea

Selatan karena masyarakat lebih menyukai film Hollywood daripada film

lokal. Oleh karena itu, industri perfilman Korea Selatan tidak dapat

berkembang dan disukai oleh masyarakatnya sendiri. Analisanya adalah

industri perfilman Korea Selatan tidak mampu bersaing dengan film-film

Hollywood yang lebih diminati oleh masyarakat lokal pada saat itu.

Tahun 1994 terjadi peningkatan pasar perfilman Hollywood dari 53%

di tahun 1987 menjadi 80% dan hal tersebut menyebabkan jatuhnya jumlah

produksi film lokal sebanyak 121 film pada tahun yang sama. Pembukaan

pasar film Hollywood berdampak terhadap kelangsungan rumah produksi film

yang terancam bangkrut karena tidak mampu bersaing dengan film-film

Hollywood. Dalam situasi keterpurukan industri perfilman Korea Selatan,

akhirnya mendapatkan angin segar melalui kesuksesan yang diraih oleh film

Sopyonje. Kesuksesan film tersebut tidak pernah diprediksi sebelumnya

Page 6: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

karena pada saat itu memang sudah tidak ada harapan bagi industri perfilman

Korea Selatan. Film tersebut juga meraih kesuksesan di beberapa negara

seperti; Cina, Jepang dan Taiwan. Menanggapi keberhasilan tersebut,

pemerintah Korea Selatan kembali menaruh harapan pada industri perfilman

Korea dengan memberikan dukungan alokasi dana bantuan agar bisa

memproduksi film kembali.

Seperti yang diharapkan oleh pemerintah Korea Selatan, kesuksesan

industri perfilman berlanjut di tahun 1999 setelah dirilisnya film yang berjudul

Shiri. Film tersebut merupakan titik balik dari kebangkitan industri perfilman

Korea Selatan mulai dari dana produksi pembuatan film, penjualan tiket serta

alur cerita film. Selain itu Shiri juga menjadi box office mengalahkan film-

film Hollywood seperti; Titanic, The Matrix dan Star Wars di Korea Selatan.

Kesuksesan yang diraih oleh film Shiri perlahan-lahan mengangkat nama

Korea Selatan yang dinilai berhasil menyelamatkan industri perfilman dalam

negeri dari kehancuran. Film tersebut tidak hanya sukses di dalam negeri tapi

juga meraih popularitas di Cina, Hongkong, Jepang, Taiwan dan negara

lainnya. Pada tahun 2006 dirilis film berjudul The Host yang juga meraih

kesuksesan sebagai bukti telah bangkitnya industri perfilman di Korea Selatan

dan siap bersaing dengan film-film Hollywood.

Industri perfilman Korea Selatan mulai diperhitungkan karena

produksi filmnya yang memiliki kharakteristik tersendiri. Pembuatan film

mulai dari teknologi dan gaya, sensitivitas dan ekspresi emosional serta alur

cerita yang menarik memberikan karakteristik unik yang menggambarkan

Page 7: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

keadaan dari Korea Selatan yang menarik perhatian penontonnya. Oleh sebab

itu, banyak rumah produksi film Hollywood yang belajar dari karakteristis

unik film Korea dan bahkan beberapa diantaranya melakukan pembuatan

kembali (remakes) terhadap film-film Korea yang menjadi box office.

Pembelian hak untuk melakukan produksi kembali film The Host (2006) yang

dilakukan oleh Universal Studio juga produksi kembali film Korea yang

berjudul Siworae oleh salah satu rumah produksi film Hollywood yang

berjudul The Lake House yang dibintangi oleh Sandra Bullock dan Keanu

Reeves.2

Banyaknya pembuatan kembali film-film Korea oleh rumah produksi

Hollywood membuktikan eksistensi Korea Selatan di jajaran negara produksi

film box office. Namun tidak hanya itu, para aktor Korea Selatan juga menjadi

sasaran bagi rumah produksi film di Hollywood. Para produser film tersebut

menyadari nilai jual yang dimiliki oleh para aktor-aktor Korea dan

berpengaruh terhadap kesuksesan film yang dibintanginya. Lee Byung Hun

seorang aktor Korea Selatan yang bekerjasama dalam produksi film

Hollywood yang berjudul G.I Joe: The Rise of Cobra yang mencapai

kesuksesan tepat setalah film tersebut dirilis dengan total pendapatan $302

juta pada tahun 2009. Tidak hanya Lee Byung Hun, salah satu aktor Korea

Selatan yang juga sukses bekerjasama dalam produksi film Hollywood adalah

Rain yang berpartisipasi dalam film Speed Racer (2008) dan Ninja Assassin

2 The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon, 2012. Contemporary Korea No.1, hlm.83.

Page 8: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

(2009) yang menghantarkannya untuk menerima penghargaan dalam MTV

Movie Award di Amerika Serikat pada tahun 2009.

Apresiasi diberikan untuk semua pihak yang terlibat dalam kesuksesan

industri perfilman Korea Selatan yang mampu bertahan dalam keterpurukan

dan bangkit mencapai keberhasilan. Pembentukan Busan International Film

Festival menjadi salah satu bentuk apresiasi bagi semua pihak yang terlibat

dalam produksi film dan membawa nama Korea Selatan menjadi salah satu

negara produksi film box office. Beberapa dekade lalu industri perfilman

Korea Selatan berada diambang kehancuran karena dominasi film Hollywood

serta tidak mampu bersaing untuk memproduksi film lokal yang sama

kualitasnya. Namun Korea Selatan yang sekarang adalah negara dengan nilai

ekspor film yang meningkat setiap tahunnya. Tidak hanya kesuksesan dalam

produksi film, tapi juga para aktor yang memiliki nilai jual sebagai salah satu

jaminan keberhasilan film tersebut.

3.2.2 Drama Televisi (K-Drama)

Drama televisi juga menjadi bagian dari produk kebudayaan Korea

Selatan yang mendapat perhatian dan pencapaian popularitas pertama

dibandingkan konten-konten budaya lainnya. Oleh karena itu, drama televisi

merupakan salah satu konten kebudayaan yang paling diminati dan dianggap

sebagai produk yang memimpin penyebaran Hallyu. Meskipun demikan

drama televisi dikenal setelah kesuksesan produksi film layar lebar. Drama

televisi Korea juga dikenal dengan sebutan K-Drama atau Opera Sabun (Soap

Page 9: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Opera) di beberapa negara lain. K-Drama mulai menarik perhatian

masyarakat Cina pada tayangan perdana What is Love All About pada tahun

1997. Drama tersebut menempati posisi kedua tertinggi dalam program

televisi asing di Cina pada saat itu. Pada tahun 1999 drama Korea berjudul A

Wish Upon a Star ditayangkan untuk kedua kalinya di Cina setelah mencapai

kesuksesan pada tayangan perdananya di Hongkong’s Phoenix Television.

K-Drama mendapat perhatian lebih cepat jika dibandingkan dengan

film layar lebar yang membutuhkan waktu cukup lama untuk menarik

perhatian penonton. Meskipun demikian situasi berbeda yang terjadi di Jepang

karena beberapa K-Drama yang mendapat rating tinggi setelah disiarkan di

Cina, Hongkong, Taiwan dan beberapa negara di Asia Tenggara malah tidak

mendapat kesuksesan di Jepang. Hal ini disebabkan Jepang lebih dulu

melebarkan sayapnya di bidang kebudayaan yang terkenal, seperti; J-Pop,

anime, game online dan manga. Pada tahun 2003 K-Drama Winter Sonata

untuk pertama kalinya ditayangkan di Jepang melalui stasiun televisi Nippon

Hoso Kyokai (NHK). Drama tersebut ditayangkan sebanyak tiga kali di Jepang

karena banyak tuntutan dari masyarakat Jepang yang ingin melihat kembali

drama televisi itu. Tidak hanya drama tapi juga para pemainnya seperti; Bae

Yong Jun, Choi Ji woo dan Park Yong Ha menjadi bintang Korea pertama

yang terkenal di Jepang berkat drama televisi Winter Sonata. Suksesnya

drama televisi Winter Sonata membuka pintu dalam proses penyebaran

Hallyu di Jepang.

Page 10: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan K-Drama lebih populer jika

dibandingkan dengan program televisi asing lainnya. Menurut Kim Youna

dalam tulisannya yang berjudul Rising East Asia ’Wave’: Korean Media Go

Global memaparkan empat faktor yang menyebabkan K-Drama begitu

populer.3

Pertama, alur ceritanya terlihat lebih emosional serta

menggambarkan sisi romantisme. Kedua, umumnya menceritakan tentang

keluarga kelas menengah dalam strata sosial. Kelebihan dari hal tersebut

adalah banyak para penonton usia remaja yang tertarik dengan alur cerita yang

menggambarkan tentang kehidupan nyata seperti halnya cerita yang

disuguhkan dalam K-Drama. Ketiga, latar belakang cerita di dominasi dengan

gambaran kehidupan modern dan kehidupan tradisional. Hal seperti ini dapat

dilihat dalam beberapa drama seperti; Princess Hours, The King Two Hearts

dan lain-lain. Keempat, kandungan unsur sejarah dan nilai moral yang ada

dalamnya. Ciri khas dari K-Drama adalah masih mengandung nilai moral

seperti ajaran Konfusius, sebagian besar drama mengandung nilai moral yang

ingin disampaikan kepada para penonton. Contohnya; drama Korea yang

berjudul The Birth of A Family yang menceritakan tentang ikatan keluarga dan

nilai-nilai kebaikan.

Pada tahun 2004 drama Jewel In The Palace mulai ditayangkan di

beberapa negara seperti Cina, Jepang, Taiwan, Indonesia, Thailand dan

beberapa negara lainnya. Drama tersebut menggambarkan situasi dan kondisi

3 Kim, Youna, 2006. ‘Rising East Asia ‘Wave’: Korean Media Go Global’, in Thussu, Daya (ed.).

Media on the Move: Global Flow and Contra Flow, London: Routledge, pp. 135-152, hlm.142.

Page 11: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Kerajaan Joseon, makanan sehat Korea dan pengobatan tradisional Korea

sehingga melalui drama tersebut para penonton di seluruh dunia dapat

mengetahui warisan kebudayaan Korea Selatan seperti arsitektur dan sejarah

Kerajaan Joseon, pakaian tradisional, makanan khas dan juga pengobatan

tradisional. Analisanya adalah para penonton tidak perlu mengeluarkan uang

banyak untuk pergi ke Korea Selatan, melalui drama tersebut para penonton

dapat mengetahui dan melihat bagaimana warisan kebudayaan Korea Selatan.

Drama ini tidak hanya sukses di Cina, Jepang dan negara-negara Asia

Tenggara lainnya tapi juga sukses ditayangkan di kawasan Timur Tengah,

Australia, Amerika dan beberapa negara Eropa, seperti; Iran, Turki, Kanada,

Colombia, Rusia dan sebagainya.

Popularitas yang diterima oleh K-Drama memiliki alasan yang berbeda

di tiap-tiap negara karena terdapat perbedaan dalam penilaian.4 Misalnya saja

masyarakat Amerika menilai bahwa K-Drama menyenangkan untuk ditonton

karena alur cerita yang menarik. Sedangkan masyarakat Asia menilai bahwa

para pemain drama (aktor dan aktris) memerankan gaya hidup modern dan

mode pakaian yang menarik. Berbeda dengan masyarakat Timur Tengah yang

menilai bahwa K-Drama lebih bersifat romantis dan kisah yang manis tanpa

adanya kesan seksual. Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab drama

Jewel In The Palace mencapai popularitas di Iran yang masyarakatnya

didominasi oleh muslim. Drama ini dinilai lebih aman untuk ditonton daripada

4 Gunjoo, Jang, Won K. Paik, 2012. Korean Wave as Tool for Korea’s New Cultural Diplomacy,

SciRes, Vol.2, No.3, pp.196-202, hlm.198.

Page 12: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

film produksi Amerika Latin yang menggambarkan kesan seksual baik dari

alur cerita hingga kostum para pemain.

3.2.3 Program Musik atau Korean Pop (K-Pop)

Musik pop Korea Selatan atau yang dikenal dengan K-Pop adalah

konten kebudayaan yang tidak begitu diminati pada awal kemunculannya.

Faktanya pasar musik pop Korea tidak mendapat perhatian seperti drama

televisi dan film hingga periode akhir 1990-an. Selain itu para remaja Korea

Selatan lebih tertarik kepada musik pop Amerika daripada musik lokal. Hal ini

disebabkan musik pop Korea masih mengandung unsur musik tradisional

seperti Pungmul,5 Pansori

6 dan Sanjo.

7 Berbeda dengan musik pop Amerika

yang menggambarkan musik modern tanpa penggabungan musik tradisional.

Oleh sebab itu, musik Korea juga dikenal sebagai konten kebudayaan baru

dalam Hallyu karena kemunculannya baru menarik perhatian di akhir periode

1990-an.

5 Pungmul merupakan jenis musik yang berasal dari ritual-ritual adat dalam masyarakat petani di

Korea Selatan. Musik pungmul dipimpin dengan pukulan dram dan dukungan dari instrumen-

instrumen lain serta para penari. Tiap-tiap dram mewakili elemen-elemen cuaca seperti; hujan, angin,

awan dan petir. Pungmul merupakan dasar dari musik perkusi dalam perkembangan musik modern di

Korea Selatan. 6 Pansori adalah jenis musik yang sangat terkenal di Korea Selatan atau yang lebih dikenal dengan

jenis musik ‘blues’ Korea. Dikatakan sebagai jenis musik ‘blues’ bukan dikarenakan gayanya tetapi

lebih pada kesedihan musik tersebut. Pertunjukan pansori didukung oleh seorang penyanyi dan satu

dram serta lirik lagu yang mengandung cerita narasi. 7Sanjo adalah jenis musik yang sangat terkenal dalam pertunjukan musik di Korea yang digambarkan

oleh pertunjukan solo alat-alat musik tradisional yang dimulai dengan perlahan-lahan pada awalnya

namun semakin dipercepat dengan tempo yang berubah-ubah disertai penambahan improvisasi untuk

menunjukkan kemampuan si pemain instrumen musik tradisional. Pada intinya ritme lagu mengalami

peningkatan dalam satu pertunjukan. Alat-alat musik tradisional yang biasa dipergunakan dalam

pertunjukkan Sanjo diantaranya; piri (obo bambu), daegeum (seruling bambu), haegeum (busur kecapi

dengan dua senar), ajaeng (busur kecapi), geomungo (kecapi dengan enam senar), gayageum (kecapi

dengan dua belas senar).

Page 13: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Korea Broadcasting System (KBS) dan Munhwa Broadcasting

Company (MBC) adalah dua jaringan televisi yang menyiarkan program

musik pada saat itu. Tidak ada perusahaan penyiaran atau badan resmi lainnya

yang mencatat tentang rekor penjualan album musik. Program musik pada

saaat itu hanya menampilkan tangga lagu yang disiarkan setiap minggunya di

televisi. Pemilihan lagu-lagu dan penyanyi berdasarkan tingkat popularitas

yang diraihnya pada saat itu karena tidak ada aturan resmi mengenai

penempatan tangga lagu mingguan. Selain itu karena tidak adanya badan

resmi yang mencatat tentang penjualan album, maka jumlah penjualan tidak

menjadi hal yang penting bagi para musisi pada saat itu. Beberapa faktor

tersebut menjadi alasan kenapa musik Korea tidak begitu diminati oleh

masyarakat lokal.

SM Entertainment adalah perusahaan musik pertama di Korea Selatan

yang didirikan oleh Lee Soo Man. Pendirian label musik tersebut menjadi

pusat perhatian karena kondisi industri musik dalam negeri sedang dalam

keadaan tidak baik. Analisanya adalah pendirian SM Entertainment

merupakan suatu langkah besar untuk membangkitkan industri musik dalam

negeri meskipun terdapat resiko kerugian besar mempertimbangkan kondisi

yang terjadi pada saat itu. Namun tidak seperti yang diprediksikan

sebelumnya, Lee berhasil membangkitkan industri musik Korea Selatan

dengan mengeluarkan grup idola yang bernama H.O.T.

Grup idola tersebut langsung menarik perhatian masyarakat Korea

Selatan dan mencetak rekor penjualan album terbesar saat itu. Menanggapi

Page 14: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

kesuksesan tersebut, salah satu perusahaan utama yang bergerak di bidang

hiburan CJ E&M mulai menetapkan perhitungan atas penjualan album para

musisi Korea Selatan. Mengikuti jejak sukses tersebut, banyak grup idola

yang mulai muncul seperti; Sech Kies, G.O.D, S.E.S, Baby Vox dan

sebagainya. Munculnya grup idola tersebut tidak hanya menarik perhatian

masyarakat Korea Selatan tapi juga China, Hongkong dan Taiwan. Sama

halnya dengan kasus industri perfilman, industri musik Korea Selatan juga

tidak mudah masuk ke Jepang. Hal ini disebabkan musik pop Jepang telah

lebih dulu mendominasi kawasan Asia Timur yang dikenal dengan sebutan J-

Pop.

Pada tahun 2002 penyanyi solo Korea Selatan, BoA mulai

mengibarkan sayapnya ke Jepang dan mendapatkan reaksi positif dari

masyarakat Jepang. Hal ini terbukti dari kesuksesan penjualan albumnya yang

menduduki tangga penjualan tertinggi dalam kategori musik asing. Tidak

hanya itu, BoA menjadi penyanyi asing pertama yang menduduki tangga lagu

mingguan Jepang atau Oricon Chart selama tujuh kali. Mengikuti kesuksesan

BoA, salah satu grup idola Korea Selatan, Dong Bang Shin Ki (DBSK) pada

tahun 2006 sukses melanjutkan fenomena K-Pop di Jepang. DBSK adalah

grup idola asing yang pertama kalinya merajai tangga lagu di Oricon Chart

sebanyak sembilan kali dan meraih kesuksesan besar dalam penjualan album

mereka. Membuka pintu Jepang sebagai jalan masuk K-Pop tidak begitu sulit

karena sebelumnya drama Winter Sonata telah lebih dulu meraih kesuksesan

di sana. Munculnya ketertarikan masyarakat Jepang terhadap K-Drama

Page 15: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

dimanfaatkan untuk mempromosikan K-Pop agar mendapat kesuksesan yang

sama.

K-Pop saat ini diidentikkan dengan grup idola (boyband dan girlband)

dan penyanyi solo yang menjadi icon atau wajah dari Hallyu itu sendiri.

Tingginya popularitas yang diterima oleh mereka berdampak pada penyebaran

Hallyu dalam skala yang lebih luas. Hallyu tidak hanya dikenal di kawasan

Asia Timur saja tetapi telah menyebarluas ke hampir semua negara di benua

Asia, Australia, Eropa bahkan Amerika. Beberapa dari grup idola tersebut

meraih popularitas yang berbeda di tiap negara, seperti; boyband EXO yang

mendapat popularitas tinggi di Cina, Taiwan, Asia Tenggara, dan Amerika

Serikat. Berbeda dengan girlband KARA yang meraih popularitas tinggi di

Jepang yang terbukti dengan banyaknya produk Jepang yang menggunakan

girlband tersebut sebagai brand image atau wajah produk.

Fenomena K-Pop terus berlanjut pada tahun 2012 dimana industri

musik mulai menjadi bisnis yang menjanjikan karena pencapaian popularitas

tinggi di berbagai negara. Selain itu tingginya ketertarikan terhadap K-Pop

menjadikannya sebagai konten kebudayaan Hallyu yang selalu ada pada setiap

penyelenggaraan festival kebudayaan Korea Selatan. Seperti penyelenggaraan

Hallyu Dream Festival8

yang merupakan festival musik tahunan yang

diselenggarakan oleh Korea Selatan. Di tahun yang sama grup idola Big Bang

8 Hallyu Dream Festival merupakan festival musik terbesar yang diselenggarakan setiap tahunnya.

Acara ini tediri dari tiga acara utama, yaitu; K-Pop Cover Dance Festival, Hallyu Star Meeting Event

dan Hallyu Dream Concert. K-Pop Cover Dance Festival merupakan acara perlombaan dance yang

menirukan gerakan tari grup idola Korea. Dilanjutkan dengan Hallyu Star Meeting Event yaitu

wawancara para grup idola dan fans sign. Hallyu Dream Concert adalah acara inti yang merupakan

pertunjukan musik para grup idola.

Page 16: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

juga menduduki tempat tertinggi dengan pencarian terbanyak di Youtube

dengan lagu Fantastic Baby yang telah ditonton sebanyak 90.406.653 juta kali

sejak 6 Maret 2012.9 Selain itu penyanyi solo Psy dengan lagunya yang

berjudul Gangnam Style menarik perhatian masyarakat internasional dan

langsung meraih popularitasnya di berbagai negara serta termasuk ke dalam

kategori video musik yang paling banyak ditonton di Youtube yang mencapai

angka 1.843.002.708 milyar kali penayangan sejak 15 Juli 2012.10

Popularitas yang diraih oleh K-Pop pada dasarnya terdiri dari beberapa

faktor. Pertama, K-Pop memiliki karakteristik unik yaitu didominasi oleh para

grup idola seperti; boyband dan girlband yang menjadi daya tarik bagi para

penggemarnya. Kedua, K-Pop yang berasal dari musik tradisional memiliki

nilai jual lebih sekaligus menjadi kharakteristik yang membedakan dengan

musik lainnya. Ketiga, para anggota grup idola memiliki figur tubuh yang

bagus serta wajah yang tampan dan cantik menjadi daya tarik dalam

penyebaran Hallyu. Hal inilah yang menyebabkan para anggota grup idola

dijadikan sebagai wajah Hallyu yang menggambarkan kecantikan dan

keunikan budaya Korea Selatan. Keempat, kemampuan vokal dan tari yang

dimiliki oleh anggota grup idoal atau penyanyi solo lainnya juga menjadi

karakteristik K-Pop.

9 Big Bang – Fantastic Baby MV on YouTube lihat http://www.youtube.com/watch?v=AAbokV76tkU

diakses pada 09 Desember 2013. 10

Psy – Gangnam Style MV on YouTube lihat http://www.youtube.com/watch?v=9bZkp7q19f0

diakses pada 09 Desember 2013.

Page 17: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

3.3 Strategi Penyebaran Hallyu

Sejak tahun 2009 Hallyu tidak lagi muncul sebagai fenomena budaya di

kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Penyebarannya telah mencakup seluruh

Asia, Eropa, Australia, Afrika Barat hingga Amerika. Luasnya penyebaran Hallyu

dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung, karena jika diteliti kembali hingga akhir

periode 1990-an industri budaya Korea Selatan masih baru bangkit dari keterpurukan.

Selain itu, dominasi dari industri budaya Jepang juga menjadi hambatan bagi

penyebaran Hallyu ke lingkungan internasional. Oleh sebab itu, diperlukan strategi

yang cocok untuk melakukan ekspansi kebudayaan Korea Selatan.

Pertama, keterlibatan para aktor yang bertanggung jawab atas penyebaran

Hallyu. Terdapat beberapa aktor utama yang terlibat dalam proses penyebaran Hallyu,

diantaranya; pemerintah, pihak swasta (chaebol) dan grup idola. Para aktor tersebut

memiliki peranan penting di bidangnya masing-masing. Pemerintah dalam hal ini

berperan sebagai pengawas dan pendukung penyebaran Hallyu. Badan pemerintah

yang bertanggung jawab atas hal ini adalah Kementerian Budaya, Olahraga dan

Pariwisata Korea Selatan atau Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST).

MCST terdiri dari banyak departemen yang beberapa diantaraya bertangung jawab

atas penyebaran kebudayaan, seperti; Korea Creative Content Agency (KOCCA),

Korean Tourism Organization dan Korea Foundation for International Cutural

Exchange (KOFICE).

Departemen dibawah MCST tersebut memainkan perannya masing-masing.

Korea Creative Content Agency (KOCCA) merupakan agensi yang mendukung

pembuatan dan produksi konten-konetn kebudayaan Korea Selatan, seperti; film,

Page 18: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

game, animasi, musik, kartun dan lain-lain. KOCCA bertujuan untuk mempromosikan

serta mengembangkan industri kebudayaa Korea Selatan. Selain itu agensi tersebut

juga bertanggung jawab untuk mendukung pertumbuhan industri kebudayaan Korea

Selatan agar menjadi salah satu dari lima agensi konten kebudayaan terbesar di

dunia.11

KOCCA juga terdiri dari badan-badan pendukung lainnya, diantaranya;

Korea Broadcasting Institute, Korea Game Development and Promotion Institute,

Korea Sulture and Contents Center, Digital Contents Business Group of the Korea

SW Industry Promotion Agency.

Korea Foundation for International Cultural Exchange (KOFICE) merupakan

agensi yang bertanggung jawab dalam bidang pertukaran budaya dan program

akademik lainnya. Agensi ini bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan Korea

Selatan melalui program-program akademik, intelektual dan pertukaran budaya, serta

membangun pemahaman bersama tentang kebudayaan Korea Selatan dengan

komunitas internasional. Beberapa program KOFICE yang terkenal, diantaranya;

Enhancement of Korean Studies and Language Overseas,12

Fellowship and Grants,13

Forum and Research,14

Intellectual Exchange,15

Cultural Exchange,16

Publications

and Material17

serta The Korea Foundation Cultural Center.18

11

https://www.facebook.com/KoreanContent/info diakses pada 10 Desember 2013. 12

Program KOFICE yang mendukung pendirian studi kajian tentang Korea Selatan dan Bahasa Korea

di berbagai universitas di dunia. 13

Program KOFICE yang mendukung studi kajian tentang Korea Selatan untuk anggota fakultas,

mahasiswa dan para peneliti melalui pemberian beasiswa dan pembentukan program untuk pasca

sarjana. 14

Program KOFICE yang mengatur pertemuan umum dalam dialog non-pemerintah yang dihadiri oleh

orang terkemuka di Korea Selatan dan negara-negara yang bekerjasama. Selain itu program ini juga

bertanggung jawab untuk pengadaan serta mendukung institute penelitian Korea Selatan yang berada

di luar negeri.

Page 19: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan (MCST)

merupakan leading actor atau aktor yang memimpin dalam proses penyebaran Hallyu

untuk masyarakat domestik maupun internasional. Pernyataan Menteri Budaya,

Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan, Yoo Jin Ryong bahwa,”Cultural policy is

crucial to seeing our creative economy into the future and bringing greater

satisfaction to our communities”.19

Kebijakan kebudayaan merupakan hal yang besar

melihat dampaknya terhadap perekonomian Korea Selatan di masa yang akan datang.

Mempertimbangkan hal tersebut maka MCST mendirikan kantor perwakilan resmi di

luar negeri yang disebut dengan Korea Plaza yang bertujuan untuk memperkuat citra

Korea Selatan melalui Hallyu. Selain itu pemerintah juga menunjukkan dukungannya

melalui program-program pertukaran konten kebudayaan dengan negara-negara lain,

seperti; Cina, Taiwan, Jepang, Indonesia, Filipina dan sebagainya.

Konglomerat atau chaebol juga memainkan peran penting dalam penyebaran

Hallyu yaitu sebagai pihak yang mensponsori kegiatan-kegiatan dalam penyebaran

kebudayaan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa chaebol mengambil

kesempatan untuk mendukung industri kebudayaan Korea Selatan. Salah satu

tindakan yang diambil oleh para chaebol tersebut adalah memberikan pendanaan

15

Program KOFICE yang bertanggung jawab untuk mengadakan pertemuan para pemimpin swasta

(chaebol) dan sector-sektorpublik lainnya yang diundang untuk membangun pemahaman bersama dan

berbagi pengalaman melalui eksplorasi Korea Selatan. 16

Program KOFICE yang bertanggung jawab untuk mendukung kegiatan promosi kebudayaan melalui

pendirian museum, galeri serta penyelenggaraan program-program kebudayaan lainnya. 17

Program KOFICE yang bertanggung jawab untuk mempublikaskan literature dan buku secara

berkala dalam bahasa asing serta mendukung kegiatan produksi konten-konten multimedia kebudayaan

Korea Selatan. 18

Pembangunan gedung KOFICE yang didedikasikan untuk mempromosikan kebudayaan Korea

Selatan serta memberikan informasi tentang kebudayaan suatu negara tempat Korean Cultural Center

didirikan. 19

www.mcst.go.kr/english/aboutus/minister.jsp diakses pada 10 Desember 2013.

Page 20: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

terhadap kegiatan industri kebudayaan seperti; pembuatan film dan K-Drama serta

penyelenggaraan program musik. Selain itu juga penyelenggaraan kontes dan audisi

untuk menjaring pemuda berbakat yang bertujuan untuk mensukseskan program

kebudayaan Korea Selatan. Tidak hanya chaebol yang berpartisipasi dalam

penyebaran Hallyu, ada beberapa pihak swasta lain yang juga ikut ambil bagian.

Seperti agensi musik dan label rekaman diantaranya; SM Entertainment, YG

Entertainment, JYP Entertainment, Cube Entertainment dan sebagainya.

Agensi musik Korea Selatan berperan aktif dalam kegiatan industri musik

dimulai dari penyelenggaraan audisi vokal dan tari, proses pelatihan hingga debut

sebagai grup idola atau penyanyi solo. Penyelenggaraan audisi vokal dan tari tidak

hanya dilakukan di dalam negeri, tetapi juga ke beberapa negara lainnya. Ada

beberapa program kerjasama yang dilakukan antara agensi musik untuk mengadakan

audisi terbuka untuk menjaring pemuda berbakat yang berada di negara-negara lain

untuk ikut berpartisipasi dalam proses penyebaran Hallyu. Program-program tersebut

diantaranya adalah SM Global Audition, Scoot K-Pop Star Hunt dan sebagainya.

Strategi ini bertujuan untuk menarik lebih banyak penggemar Hallyu yang tersebar di

berbagai negara untuk ikut merasakan menjadi bagian dari fenomena Hallyu. Ada

beberapa grup idola yang anggotanya berasal dari luar negeri dan merupakan warga

negara asing, seperti; grup idola EXO memiliki tiga anggota kewarganegaraan Cina

dan satu anggota kewarganegaraan Kanada, grup idola Miss A memiliki dua anggota

kewarganegaraan Cina, grup idola f(x) memiliki satu anggota kewarganegaraan Cina

dan satu anggota kewarganegaraan Amerika, grup idola 2PM memiliki satu anggota

kewarganegaraan Thailand dan sebagainya.

Page 21: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Para grup idola, penyanyi solo, aktor dan aktris juga termasuk ke dalam aktor

yang bertanggung jawab dalam proses penyebaran Hallyu. Mereka adalah aktor yang

berdiri di posisi paling depan sebagai wajah Hallyu. Pada dasarnya mereka memiliki

peran utama dalam ekspansi kebudayaan Korea Selatan ke lingkungan internasional.

Hal ini disebabkan popularitas yang telah lebih dulu mereka dapatkan di berbagai

negara di dunia sehingga memudahkan masuknya kebudayaan Korea Selatan di

negara-negara tersebut. Contohnya; aktor Bae Yong Jun yang sangat terkenal di

Jepang melalui K-Drama Winter Sonata menjadikannya sebagai pembuka pintu bagi

Hallyu untuk masuk ke Jepang serta mampu bersaing dengan kebudayaan Jepang

yang telah lebih dulu terkenal.

Modernisasi dan liberalisasi media Korea Selatan sebagai wadah penyebaran

Hallyu di tingkat domestik maupun internasional. Saat ini media di Korea Selatan

memegang peranan penting dalam kegiatan penyebaran kebudayaan. Jaringan televisi

kabel seperti Channel M, One, Arirang, KBS World dan sebagainya merupakan

jaringan televisi kabel yang telah masuk di banyak negara. Jaringan televisi tersebut

dijadikan sebagai wadah untuk mengekspor Hallyu melalui program-program televisi,

seperti; K-Drama, K-Pop, film, reality show hingga K-Style. Beberapa diantara

jaringan televisi tersebut menggunakan bahasa asing sehingga para penonton di

negara-negara lain dapat mengetahui isi program-program tersebut. Arirang TV

merupakan jaringan televisi Korea Selatan yang menggunakan Bahasa Inggris dalam

program penyiarannya. Selain itu juga ada KBS World yang tetap menggunakan

Bahasa Korea sebagai audio dan memberikan terjemahan dalam Bahasa Inggris.

Page 22: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Sejak akhir tahun 2007 media sosial telah memfasilitasi penyebaran Hallyu ke

lingkungan internasional, seperti; Youtube, Melon, Facebook, Twitter dan lain-lain.

Penggunaan intensif terhadap sosial media berdampak pada peningkatan jumlah

ekspor kebudayaan. Korean Broadcasting System (KBS) menjadi jaringan televisi

utama di dunia yang mengekspor konten-konten kebudayaan Hallyu senilai US$43

juta ke 38 negara di dunia.20

Upaya lainnya adalah penyediaan situs live streaming

untuk para penggemar Hallyu yang berada di luar Korea Selatan bisa menyaksikan

program televisi Korea Selatan secara langsung melalui internet. Contohnya

penyelenggaraan acara penghargaan musik, Mnet Asian Music Award 2013 yang

disiarkan langsung dari Hongkong dapat disaksikan via live streaming di beberapa

situs seperti; Mnet.com, Japan-Gyao, Youtube, Tving, China-Sofu.com, Youku dan

Tudou (situs Cina), dan banyak lagi. Selain itu peningkatan koneksi internet melalui

High-Speed Internet Service Program menempatkan Korea Selatan di urutan pertama

sebagai negara dengan koneksi internet tercepat di dunia.

Festival internasional yang diikuti oleh banyak perwakilan negara-negara lain.

Poin utama dalam acara tersebut adalah memperkenalkan kebudayaan Korea Selatan

yang unik dan menarik, penyelenggaraan festival internasional termasuk ke dalam

agenda diplomasi kebudayaan Korea Selatan. Oleh sebab itu, pemerintah Korea

Selatan juga mengucurkan dana yang besar untuk membantu penyelenggaraan

festival tersebut. Beberapa festival bertaraf internasional yang diselenggarakan oleh

Korea Selatan, diantaranya; Busan International Film Festival, Busan International

20

Siprosit, Siriluk, 2012. Globalization, Culture And The Roles of The Media, Erasmus Mundus 2012,

pp.1-11, hlm.5.

Page 23: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Fireworks Festival, Hallu Dream Festival, Yeosu EXPO 2012 dan lain-lain.

Penyelenggaraan festival seperti ini dinilai sebagai salah satu upaya Korea Selatan

dalam mempromosikan kebudayaannya kepada dunia.

Masyarakat domestik dan internasional sebagai target sasaran penyebaran

Hallyu. Berdasarkan laporan dari Korea Tourism Organization (KTO) yang

memaparkan tentang hasil survey yang dilakukan pada tahun 2011 tentang analisis

penggemar Hallyu berdasarkan jenis kelamin, usia dan konten favorit Hallyu.

Penggemar Hallyu berdasarkan jenis kelamin sebanyak 90% adalah wanita dan 10%

adalah pria, berdasarkan kelompok usia sebanyak 47% penggemar Hallyu berada di

usia 20-an, 19% berada di usia 30-an, 18% berada di usia 10-an dan sebagainya.

Berdasarkan konten Hallyu yang paling banyak diminati adalah sebanyak 54%

memilih K-Pop, 33% K-Drama, 6% film dan sebagainya.21

Hasil survey tersebut

merupakan informasi penting dalam penyebaran Hallyu, sehingga ketika profil

tentang target sasaran telah diketahui maka dapat disusun strategi yang tepat agar

sukses dalam penyebaran kebudayaan tersebut.

Strategi penyebaran Hallyu melibatkan kerjasama antara pemerintah,

konglomerat (chaebol), pihak swasta lain dan para bintang Hallyu dalam strategi

perencanaan dan penyebaran kebudayaan. Sedangkan media berperan aktif dalam

mempromosikan kebudayaan tidak hanya di pasar domestik tapi juga pasar

internasional. Pada dasarnya target sasaran penyebaran Hallyu adalah masyarakat di

suatu negara. Respon positif yang ditunjukkan oleh masyarakat tersebut berdampak

terhadap perubahan pola pandang terhadap negara yang menyebarkan konten-konten

21

Charm, Lee, 2013. Hallyu Wave and Tourism, Korea Tourism Organization, Oktober 2013.

Page 24: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

kebudayaan. Seperti yang terjadi di masyarakat Vietnam yang masih mengingat

keterlibatan Korea Selatan dalam Perang Vietnam menjadikan hal tersebut sebagai

nilai negatif terhadap Korea Selatan. Namun ketika Hallyu masuk ke Vietnam

melalui K-Drama diperankan oleh aktor Jang Dong Geun yang meraih kesuksesan di

Vietnam, terjadi perubahan citra Korea Selatan di mata masyarakat Vietnam. Korea

Selatan saat ini adalah negara dengan kebudayaan yang unik dan menarik serta lebih

bersahabat karena sudah terciptanya pemahaman mengenai pesan yang dibawa oleh

Hallyu untuk masyarakat Vietnam.

3.4 Misi Kebudayaan

Pada umumnya diplomasi kebudayaan tidak hanya bertujuan untuk

memamerkan keagungan budaya di suatau negara, tetapi juga mengandung tujuan

lain seperti; politik, ekonomi, sosial dan sebagainya. Meskipun demikian terdapat

perbedaan antara tujuan diplomasi kebudayaan dengan misi kebudayaan. Analisanya

adalah tujuan diasumsikan sebagai bentuk pencapaian kepentingan nasional,

sedangkan misi diasumsikan sebagai motif dalam melakukan diplomasi kebudayaan.

Motif juga mengandung makna sebagai alasan kenapa Hallyu dipilih oleh pemerintah

Korea Selatan sebagai instrumen diplomasi kebudayaan yang dinilai berpotensi untuk

mencapai tujuan. Pemerintah Korea Selatan menyadari bahwa Hallyu telah diterima

oleh sebagian besar negara-negara di dunia dan memperoleh popularitas di negara-

negara tersebut. Munculnya Hallyu sebagai fenomena transnasional menjadi bukti

penerimaan kebudayaan Korea Selatan di lingkungan internasional. Pada dasarnya

Hallyu membawa empat misi kebudayaan, diantaranya; pembentukan citra positif,

Page 25: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

merubah perspektif atau pandangan negara lain, menggalang dukungan atas suatu

kebijakan luar negeri, membentuk penilaian baik terhadap pemimpin atau dukungan

domestik terhadap pemerintah.

Misi kebudayaan yang dibawa oleh Hallyu yaitu pembentukan citra positif

Korea Selatan di lingkungan internasional. Hallyu digambarkan sebagai fenomena

kebudayaan yang membawa pesan-pesan perdamaian dan sebagai bukti bahwa

penyebaran kebudayaan tersebut bukanlah ancaman bagi negara-negara lain. Pesan

perdamaian tersebut dapat dilihat melalui konten kebudayaan yang dibawa oleh

Hallyu, seperti; K-Drama yang alur ceritanya berdasarkan nilai-nilai Konfusius yang

terpusat pada nilai-nilai kekeluargaan, penghormatan terhadap seseorang yang lebih

tua serta menghargai nilai-nilai kebajikan. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh

Chicago Global Affairs tahun 2008 menunjukkan bahwa lebih dari 79% responden

yang merupakan masyarakat di berbagai negara di dunia setuju bahwa penyebaran

kebudayaan Korea Selatan melalui Hallyu merupakan pengaruh yang positif.22

Citra positif kebudayaan Korea Selatan yang telah terbentuk dapat merubah

persepsi, penilaian dan pandangan negara-negara lain terhadap Korea Selatan.

Adanya penilaian positif tentang kebudayaan yang dibawa oleh Hallyu menjadi faktor

penyebab terjadinya perubahan pandangan negara-negara lain terhadap Korea Selatan.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi

Jepang atau Minsitry of Internal Affairs and Communications of Japan pada tahun

2011 terhadap masyarakat mengenai penyebaran kebudayaan Korea Selatan di Jepang.

Hasilnya adalah 57.1% responden mengakui bahwa terjadi perubahan pandangan

22

Christopher B. Whitney and David Shambaugh, Loc,Cit.,

Page 26: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

yang positif terhadap Korea Selatan. Survey lainnya juga dilaksanakan di Jepang

menunjukkan bahwa 62% responden mengakui perubahan pandangan positif terhadap

Korea Selatan setelah masuknya Hallyu ke Jepang.23

Survey yang dilakukan pada rentang waktu 2009-2011 tersebut dapat

dijadikan sebagai pembuktian terhadap perubahan pandangan negara lain terhadap

Korea Selatan setelah masuknya Hallyu ke negara tersebut. Perubahan pandangan

yang terjadi di Jepang dapat dijadikan sebagai contoh suksesnya diplomasi

kebudayaan Korea Selatan. Analisanya adalah Jepang merupakan negara yang

memiliki kebudayaan besar dan telah lebih dulu terkenal di lingkungan internasional.

Jepang juga salah satu negara yang sulit untuk dijadikan sebagai target sasaran

penyebaran kebudayaan Korea Selatan. Hal ini dapat dilihat dari grafik

perkembangan Hallyu yang mulai berkembang di Cina pada tahun 2002 dan baru

mulai masuk ke Jepang tahun 2004. Penyebaran Hallyu di Jepang tergolong lambat

karena nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakatnya untuk mencintai kebudayaan

lokal. Oleh sebab itu, survey tahun 2009-2011 yang dilakukan terhadap masyarakat

Jepang menunjukkan perubahan pandangan dan persepsi masyarakat Jepang

mengenai kebudayaan Korea Selatan pasca meningkatnya grafik perkembangan

Hallyu di Jepang.

Citra positif yang telah terbentuk berdampak terhadap perubahan persepsi dan

pandangan yang menghasilkan dukungan terhadap Korea Selatan. Adanya dukungan-

dukungan yang ditunjukkan oleh beberapa negara seperti; Cina, Taiwan, Indonesia,

23

Hwang Hye-Kyung, 2009. The Korean Wave Causing Changes in the Perception of Korean and

Japaense-Korean in the Japanese Society, Journal of the Japanese Culture, Vol 42, hlm.273.

Page 27: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Thailand, Malaysia dan sebagainya mengarahkan kepada penggalangan dukungan

terhadap suatu kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh pemerintah Korea Selatan.

Pada dasarnya dukungan yang diberikan oleh negara-negara lain tidak hanya terbatas

pada kebijakan luar negeri tapi juga kepada pemimpin Korea Selatan. Pemerintah

Korea Selatan berusaha keras dalam mendukung penyebaran Hallyu di bawah

Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata (MCST) untuk membentuk

penilaian positif terhadap pemerintah melalui promosi kebudayaan. Pandangan positif

terhadap pemerintah Korea Selatan pasca masuknya Hallyu di lingkungan

internasional, secara tidak langsung juga berdampak terhadap penilaian suatu negara

terhadap pemerintah Korea Selatan. Melalui penyebaran kebudayaan yang membawa

pesan perdamaian dan kerjasama, digambarkan pula pemerintah Korea Selatan yang

juga menginginkan terciptanya perdamaian antar negara melalui Hallyu.

Hallyu merupakan fenomena kebudayaan yang membawa pengaruh positif

bagi negara-negara sasaran penyebaran sehingga membentuk dan merubah pola

pandangan serta penilaian terhadap Korea Selatan sebagai negara yang memiliki

kebudayaan unik dan menarik yang membawa pesan perdamaian. Pemerintah Korea

Selatan sebagai aktor penyebaran kebudayaan juga tergambar sebagai sosok yang

memperjuangkan nilai-nilai perdamaian tersebut. Sehingga dukungan yang muncul

dari negara-negara lain tidak hanya mengarah kepada kebijakan pemerintah tetapi

juga terhadap pemerintah itu sendiri.

Page 28: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

3.5 Hallyu Sebagai Fenomena Transnasional

Fenomena Hallyu telah menyebarluas di lingkungan internasional sejak akhir

tahun 2009. Setelah kesuksesan yang dicapai di dalam negeri, Korea Selatan mulai

menerapkan strategi penyebaran Hallyu ke lingkungan internasional. Kawasan Asia

Timur merupakan wilayah pertama penyebaran Hallyu. Respon positif ditunjukkan

oleh masyarakat Cina dan Taiwan, tapi tidak dengan masyarakat Jepang yang

memang telah lebih dahulu terkenal kebudayaannya. Penyebaran Hallyu selanjutnya

adalah kawasan Asia Tenggara hingga wilayah Timur Tengah, seperti; Arab Saudi,

Turki, Iran dan sebagainya. Setelah menguasai hampir seluruh negara-negara Asia,

Hallyu mulai melebarkan sayapnya ke daratan Eropa hingga ke Amerika. Berikut ini

adalah paparan mengenai Hallyu yang muncul sebagai fenomena transnasional sejak

tahun 2010.

3.4.1 Hallyu di Asia Timur

Korea Selatan menyadari besarnya respon positif yang ditunjukkan

oleh masyarakat di negara-negara Asia Timur seperti Cina, Jepang dan

Taiwan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kawasan Asia

Timur merupakan wilayah pertama penyebaran Hallyu. Oleh karena itu,

Hallyu bukan lagi menjadi fenomena asing bagi masyarakat di sana.

Kerjasama antar pemerintah di bidang kebudayaan, penyelenggaraan festival

internasional hingga penelitian tentang Hallyu merupakan beberapa faktor

pendorong ekspansi kebudayaan Korea Selatan di kawasan Asia Timur.

Hallyu tidak hanya dinilai sebagai fenomena kebudayaan tapi juga telah

Page 29: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

menjadi bagian dari kegiatan akademik seperti studi kajian di beberapa

universitas yang ada di Cina, Jepang dan Taiwan.

Hallyu di Cina mengalami perkembangan pesat dan menarik perhatian

masyarakat jika dibandingkan dengan tahun-tahun pertama masuknya

kebudayaan Korea Selatan ke Cina. Berdasarkan survey yang dilakukan

terhadap masyarakat Cina mengenai faktor kesuksesan Hallyu adalah karena

bintang-bintang Hallyu yang memiliki wajah cantik, elegan dan ramah

menarik perhatian masyarakat Cina. Konten kebudayaan Hallyu yang paling

diminati di Cina adalah K-Pop. K-Fashion dan gaya rambut dari bintang-

bintang K-Pop selalu menjadi trend di kalangan remaja Cina. Selain itu juga

terjadi peningkatan jumlah wisatawan Cina yang datang ke Korea Selatan

untuk melakukan operasi plastik. Senada dengan tulisan Jim Dator dan

Yongseok Seo yang berjudul Korea as the Wave of a Future: The Emerging

Dream Society of Icons and Aesthetic Experience bahwa,”Even more

dramatically, some Chinese women reportedly ask plastic surgeons to change

their faces to look like the Korean stars”.24

Terjadi perubahan gaya hidup dan

pola konsumsi masyarakat Cina setelah masuknya Hallyu yaitu peningkatan

konsumsi produk-produk kecantikan Korea Selatan yang menjadi populer di

kalangan masyarakat Cina. Contohnya; produk parfum Girl yang dibintangi

oleh grup idola Girls Generation yang menjadi item produk kosmetik yang

paling banyak di cari oleh masyarakat Cina.

24

Jim Dator and Yeongseok Seo, 2004. Korea as the Wave of a Future: The Emerging Dream Society

of Icons and Aesthetic Experience. Journal of Futures Studies, vol. 9:1, pp. 31 – 44, hlm.32.

Page 30: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Taiwan merupakan salah satu negara yang melakukan impor K-Drama

terbesar di Asia Timur. Beberapa penelitian yang dilakukan tentang Hallyu di

Taiwan mengungkapkan bahwa kebudayaan Korea Selatan meraih popularitas

di Taiwan karena K-Drama dan K-Pop mendominasi program acara di televisi

di Taiwan. Gala Television (GTV) merupakan stasiun televisi Taiwan yang

paling banyak menayangkan K-Drama dan memperoleh rating tertinggi

diantara tayangan program televisi asing lainnya. Salah satu grup jaringan

televisi kabel di Taiwan, Videoland memiliki beberapa sistem kabel dan

berbagai channel termasuk diantaranya channel yang khusus menayangkan

drama Jepang. Pada saat itu, drama Jepang memiliki harga yang mahal per

episodenya tapi tidak memiliki rating yang tinggi saat penayangannya.

Melihat kesuksesan GTV yang melakukan impor K-Drama dari Korean

Broadcasting System (KBS), maka Videoland juga mulai melakukan impor K-

Drama dari Seoul Broadcasting System (SBS) dan Munhwa Broadcasting

Company (MBC) yang merupakan dua stasiun televisi Korea Selatan.25

Hallyu di Taiwan berdampak pada pola konsumsi masyarakat Taiwan

yang lebih memilih produk-produk Korea Selatan daripada produk lokal.

Terjadinya peningkatan dalam penjualan produk kosmetik, seperti; produk

perawatan kulit Nature Republic Korea. Produk tersebut berkerja sama

dengan grup idola EXO yang meraih popularitas tinggi di Taiwan.

Masyarakat Taiwan khususnya kalangan remaja ingin menggunakan produk

25

Lin, Lihyun, 2006. The Paradox of the Korean Wave In Taiwan, Cultural Space and Public Sphere

in Asia 2006, pp.129-143, hlm.138.

Page 31: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

perawatan kulit yang sama dengan yang digunakan oleh grup idola mereka.

Tidak hanya produk kosmetik, produk game online Korea Selatan juga

menjadi pilihan masyarakat Taiwan dan bersaing dengan produk game online

Jepang di pasar domestik Taiwan.

Jepang merupakan salah satu negara yang sulit mengalami kesulitan

sebagai sasaran penyebaran Hallyu. Bahkan ketika Hallyu mulai menarik

perhatian masyarakat Cina dan Taiwan, tapi baru beberapa tahun setelahnya

Hallyu bisa diterima di Jepang. Popularitas drama Winter Sonata di Jepang

menjadi pembuka akses masuk untuk penyebaran kebudayaan Korea Selatan.

Ada beberapa faktor yang membuat penyebaran Hallyu di Jepang tidak lebih

sukses dibandingkan Hallyu di Cina. Pertama, kebudayaan Jepang yang lebih

dulu mendominasi kawasan Asia Timur melalui anime dan manga. Kedua,

adanya prinsip masyarakat Jepang yang mengutamakan produk dalam negeri

daripada produk asing. Ketiga, munculnya komunitas anti-Hallyu sebagai

bentuk protes sebagian masyarakat Jepang karena dominasi K-Drama dan K-

Pop di televisi Jepang.

Faktor-faktor yang menghambat penyebaran Hallyu di Jepang tidak

seketika menghentikan kegiatan penyebaran kebudayaan di sana. Meskipun

demikian ada nilai positif dari K-Drama yang tidak dimiliki oleh drama

Jepang, hal inilah yang menjadi kelebihan dari K-Drama. Berdasarkan tulisan

New York Times disebutkan bahwa K-Drama berbeda dengan drama Jepang

karena cerita K-Drama menggambarkan pentingnya ketulusan dan

pengorbanan, dan ciri tersebut yang tidak dimiliki oleh drama Jepang.

Page 32: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Walaupun tidak mengalami kesuksesan seperti di Cina dan Taiwan,

kemunculan Hallyu di Jepang juga berdampak pada peningkatan wisatawan

Jepang ke Korea Selatan karena ingin berkunjung ke lokasi pembuatan film

Winter Sonata. Organisasi Pariwisata Korea Selatan atau Korea Tourism

Organization tahun 2009 mencatat sebanyak 71,9% kedatangan wisatawan

asing bertujuan untuk berlibur di Korea Selatan, 43.4% diantaranya adalah

wisatawan Jepang.26

Hallyu di kawasan Asia Timur telah menjadi fenomena budaya yang

mendapat tanggapan positif bagi sebagian besar masyarakat di sana. Hallyu

berpengaruh terhadap gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Asia Timur,

seperti; trend fashion yang dibawa oleh bintang-bintang Hallyu menjadi

panutan bagi para remaja di Cina dan Taiwan. Kemunculan komunitas-

komunitas anti-Hallyu di Jepang tidak benar-benar mempengaruhi kelanjutan

dari penyebaran kebudayaan Korea Selatan. Pada faktanya hingga saat ini

Hallyu masih menikmati popularitasnya di negara-negara tersebut.

3.4.2 Hallyu di Asia Tenggara

Asia Tenggara merupakan wilayah kedua dalam penyebaran

kebudayaan Korea Selatan. Fenomena Hallyu telah menyebar di sebagian

besar negara-negara Asia Tenggara, seperti; Indonesia, Malaysia, Singapura,

Thailand dan sebagainya. Negara-negara di Asia Tenggara memiliki

26

Xiaowei, Hwang, 2009. Korean Wave: The popular Culture, Comes as Both Cultural and Economic

Imperialism in the East Asia, Asia Social Science, Vol.5 No.8, pp.123-130, hlm.126.

Page 33: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

komunitas fandom terbesar setelah Korea Selatan, seperti; komunitas fandom

Super Junior (Elf), fandom EXO (EXO Stans) dan banyak lagi. Keberadaan

komunitas tersebut membuktikan popularitas yang diraih Hallyu di kawasan

Asia Tenggara. Fenomena Hallyu terhadap masyarakat Asia Tenggara terlihat

jelas dari perbahan gaya hidup, pola konsumsi serta pandangan masyarakat

Asia Tenggara tentang Korea Selatan.

Hallyu diterima dengan antusias oleh sebagian besar masyarakat

Indonesia. Popularitas yang diraih oleh Hallyu di Indonesia salah satunya

dapat digambarkan melalui tayangan K-Drama di televisi lokal. Indosiar

merupakan jaringan televisi lokal Indonesia yang melakukan impor K-Drama

dari berbagai stasiun jaringan televisi di Korea Selatan, seperti; KBS, SBS,

MBC dan Channel M. Beberapa K-Drama yang ditayangkan di Indosiar

meraih sukses, seperti; drama Jewel In The Palace, Full House, Boys Before

Flower dan banyak lagi. Tidak hanya itu tayangan program Music Bank yang

sempat ditayangkan oleh Indosiar juga mendapat perhatian dari masyarakat

Indonesia untuk lebih mengenal K-Pop. Selain itu fenomena Hallyu juga

sudah menjadi bahan kajian untuk penelitian akademik yang dibuktikan

melalui penerbitan jurnal akademik mengenai fenomena Hallyu.

Dampak Hallyu terhadap perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia

terbukti dari produk-produk Korea Selatan yang muncul di dalam K-Drama

menarik perhatian penggemar Hallyu untuk memiliki produk tersebut.

Meningkatnya bisnis online shoping yang menyediakan pakaian impor dari

Korea Selatan menjadi salah satu bukti pengaruh Hallyu terhadap pola

Page 34: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

konsumsi masyarakat Indonesia. Penyelenggaraan K-Pop Cover Dance

Festival 2013 juga menjadi dinilai sebagai poin pendorong ketertarikan

masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan Korea Selatan. Fenomena Hallyu

di Indonesia saat ini tidak lagi menjadi sesuatu yang dianggap asing, karena

keberhasilan penyebaran kebudayaan Korea Selatan di Indonesia bukanlah

sesuatu yang baru diketahui kebenarannya.

Hallyu di Malaysia juga mendapat tanggapan positif dan meraih

popularitas tinggi. Drama Jewel In The Palace menarik perhatian masyarakat

Malaysia terhadap kebudayaan dan makanan tradisional Korea Selatan yang

disuguhkan dalam drama tersebut. Banyak masyarakat Malaysia yang

penasaran dengan makanan tradisional Korea Selatan dan sengaja berkunjung

ke restoran Korea hanya untuk mengetahui bagaimana rasa Kimchi dan

Bulgogi. Ada beberapa hal yang menjadi daya tarik Hallyu bagi masyarakat

Malaysia, diantaranya; panorama keindahan alam Korea Selatan, keunikan

gaya hidup dan pakaian tradisional Korea Selatan (Hanbok) yang tidak dapat

ditemukan dalam kebudayaan Malaysia.

Fenomena Hallyu telah membentuk pemahaman masyarakat Malaysia

terhadap kebudayaan Korea Selatan. Berdasaran tulisan Cho, Chul-Ho yang

berjudul Korean Wave In Malaysia and Changes of the Korea-Malaysia

Relations yang menyatakan bahwa tidak ada data tentang penilaian

masyarakat Malaysia terhadap Korea Selatan sebelum munculnya fenomena

Hallyu. Meskipun demikian tidak bisa juga dikatakan bahwa masyarakat

Page 35: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Malaysia memiliki pandangan yang negatif terhadap Korea Selatan.27

Oleh

sebab itu, setelah kemunculan Hallyu di Malaysia melalui kesuksesan K-Pop

dan K-Drama menjadi bukti penerimaan kebudayaan Korea Selatan oleh

masyarakat sebagai bentuk perkenalan terhadap budaya asing yang sedang

populer.

Fenomena Hallyu telah membawa perubahan sosio-kultural serta

perubahan ekonomi terhadap Malaysia. Selain itu, Hallyu juga dipandanng

berkontribusi terhadap peningkatan hubungan bilateral tidak hanya antar

pemerintah negara tetapi juga pada level masyarakat yang ada di kedua negara.

Hallyu juga berkontribusi terhadap perubahan citra bagi Korea Selatan yang

terbukti dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat Malaysia terhadap

kehidupan sosial serta kebudayaan Korea Selatan, seperti; meningkatnya

peserta yang melakukan penelitian dan pengkajian mengenai kebudayaan

Korea Selatan serta membawa perubahan terhadap pola fikir dan pola hidup

masyarakat Malaysia. Perubahan di bidang ekonomi dapat dilihat melalui

peningkatan minat masyarakat Malaysia terhadap produk-produk Korea

Selatan seperti produk elektronik, kosmetik, mode busana dan sebagainya.

Fenomena Hallyu di kawasan Asia Tenggara telah banyak

mempengaruhi masyarakat yang berada di negara-negara Asia Tenggara. Para

penggemar bintang-bintang Hallyu di sana mengadaptasi gaya berbusana,

mode rambut, make-up hingga melakukan operasi plastik agar mirip dengan

27

Cho, Chul-Ho, 2010. Korean Wave In Malaysia And Changes of the Korea-Malaysia Relations,

Malaysian Journal of Media Studies, Vol.12 No.1, pp.1-14, hlm.10.

Page 36: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

idolanya. Selain itu, mereka juga mendekorasi handphone, notebooks serta

ruangan mereka dengan poster-poster dan foto bintang-bintang Hallyu bahkan

sebagian besar dari penggemar tersebut berusaha untuk dapat fasih berbicara

Korea, seperti; Inlingua School di Singapura yang mengalami peningkatan

jumlah siswa yang belajar bahasa Korea hingga 60% karena tertarik dengan

drama-drama televisi Korea Selatan. Di Singapura, K-Drama bahkan lebih

diminati daripada drama Jepang serta memperoleh rating yang tinggi.

Hallyu di Vietnam juga berdampak terhadap perubahan pola pandang

dan gaya hidup masyarakat Vietnam. Seperti yang telah disinggung

sebelumnya tentang kondisi hubungan Vietnam dan Korea Selatan yang tidak

cukup baik karena keterlibatan Korea Selatan dalam Perang Vietnam. Setelah

masuknya Hallyu di Vietnam dan kesuksesan K-Drama yang dibintangi oleh

Jang Dong Geun dan Kim Nam Ju telah menarik perhatian masyarakat

Vietnam. Kedua bintang K-Drama tersebut diundang oleh Presiden Vietnam

untuk menghadiri jamuan makan malam bersama, selain itu di jalan kota Ho

Chi Minh dan Hanoi dapat ditemui remaja-remaja Vietnam yang mengadopsi

pola make-up dan K-Fashion. Dampak kebudayaan Korea Selatan terhadap

masyarakat di negara-negara Asia Tenggara pada umumnya mempengaruhi

gaya hidup dan pola pandang mengenai Korea Selatan. Kesuksesan Hallyu di

kawasan Asia Tenggara telah menggeser dominasi kebudayaan Jepang yang

telah lebih dulu terkenal melalui anime dan manga.

Page 37: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

3.4.3 Hallyu di Eropa dan Amerika

Kawasan Eropa dan Amerika merupakan wilayah penyebaran Hallyu

yang tergolong masih baru. Ketertarikan yang ditunjukkan oleh penggemar

Hallyu yang berada di Asia berbeda dengan penggemar di Eropa dan Amerika.

Penyebaran Hallyu di Eropa dan Amerika memiliki tantangan besar karena

industri kebudayaan mereka telah lebih dulu mendominasi. Seperti industri

perfilman di Inggris yang menguasai hampir di seluruh daratan Eropa, serta

Hollywood sebagai citra industri budaya Amerika Serikat yang mendapat

perhatian lebih dari masyarakat internasional. Meskipun terdapat hambatan

dalam proses penyebaran Hallyu, namun kebudayaan Korea Selatan telah

menarik perhatian masyarakat di beberapa negara di Eropa dan Amerika.

Perancis merupakan salah satu dari beberapa negara Eropa yang

menunjukkan tanggapan positif terhadap kebudayaan Korea Selatan. Hal

tersebut dapat dilihat dari dampak penyelenggaraan SM Town Live Concert di

Paris pada 10-11 Juni 2011. Sebanyak 7000 lembar tiket konser terjual habis

dalam waktu 15 menit, selain itu cuplikan konser SM Town Live in Paris telah

ditonton sebanyak 3.28 juta kali di Youtube hanya dalam waktu dua hari.

Tidak hanya Perancis, penyelenggaraan konser K-Pop di Eropa juga

diselenggarakan di Inggris. Beberapa grup idola mendapat popularitas tinggi

di Inggris yang mampu bersaing dengan grup idola lokal untuk menarik

perhatian masyarakat Inggris. Penyelenggaraan berbagai acara penghargaan

musik di Eropa yang melibatkan grup idola Hallyu, seperti; MTV EMA

Amsterdam dan European K-Pop Award juga merupakan salah satu bentuk

Page 38: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

respon positif penerimaan Hallyu di Eropa. Kemenangan yang diraih atas grup

idola Eropa oleh beberapa grup idola Hallyu dalam acara penghargaan

tersebut menjadi bukti bahwa K-Pop dapat berkompetisi dengan industri

musik di Eropa.

Hallyu juga mendapatkan popularitas di Rumania melalui penayangan

K-Drama Jewel In The Palace pada tahun 2009. Dalam kurun waktu setahun,

terdapat empat K-Drama yang telah ditayangkan jaringan televisi Rumania.

Melihat peningkatan jumlah penonton K-Drama di televisi nasional Rumania

atau TVR1, pada tahun 2011 terdapat tiga jaringan televisi swasta Rumania

seperti; National TV, N24Plus dan Euforia TV mulai melakukan impor K-

Drama.28

Penyebab utamanya adalah peningkatan jumlah penonton selama

periode penayangan K-Drama oleh jaringan televisi Rumania. Bukti lain yang

menunjukkan tanggapan positif terhadap kebudayaan Korea Selatan di Eropa

adalah keterlibatan bintang Hallyu, EXO dalam acara Closing Summer

Universiade tahun 2013 di Kazzan-Rusia. Tidak hanya bintang Hallyu saja,

tetapi juga acara penutupan festival olahraga tersebut juga menghadirkan

pertunjukan budaya provinsi Gwangju sebagai perwakilan dari Korea Selatan.

Dampak Hallyu di Eropa dapat terlihat jelas dalam bidang pendidikan,

salah satunya adalah meningkatnya ketertarikan para intelektual di Rumania

untuk melakukan penelitian terhadap dampak dari penyebaran kebudayaan

Korea Selatan. Selain itu adanya pembukaan jurusan pendidikan kebudayaan

28

Manirescu, Valentina, 2013. RO-Hallyu: The Influence of Korean Wave In Romania, Faculty of

Sociology and Social Work University of Bucharest, pp.1-13, hlm.5.

Page 39: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

Korea Selatan seperti bahasa dan literatur melalui Department of East Asiatic

Studies di beberapa universitas di Eropa. Pada dasarnya penyebaran Hallyu di

Eropa yang masih tergolong baru sehingga belum begitu menunjukkan

keberhasilan seperti yang telah diraih di kawasan Asia. Namun Hallyu telah

mencapai popularitas di beberapa negara di Eropa seperti; Inggris, Perancis,

Rusia, Belanda, Jerman, Rumania dan sebagainya.

Kawasan Amerika juga menjadi wilayah ketiga dalam proses

penyebaran kebudayaan Korea Selatan. Meskipun tergolong baru, Hallyu juga

mendapat popularitas di beberapa negara di kawasan Amerika seperti; Kanada,

Amerika Serikat, Meksiko, Brazil, Peru dan sebagainya. Meksiko juga

menjadi salah satu negara di kawasan Amerika yang menjadi sasaran

penyebaran kebudayaan Korea Selatan. Hallyu mendapat respon positif dari

masyarakat Meksiko melalui penayangan K-Drama dan K-Pop. Popularitas

yang diterima Hallyu di Meksiko berdampak pada perubahan sosio-kultural

serta peningkatan minat masyarakat Meksiko terhadap produk-produk Korea

Selatan. Konten-konten Hallyu yang juga mendapat popularitas di Meksiko

adalah video game, games online, animasi dan kartun.29

Penyebaran

kebudayaan Korea Selatan ke Amerika Latin juga mendapat respon positif

dari beberapa negara seperti Brazil dan Peru. Penyelenggaraan konser K-Pop

di Brazil merupakan salah satu strategi penyebaran Hallyu di Amerika Latin,

29

López Rocha, Nayelli. 2011. Hallyu and its Impact on Mexican Society, Hanyang University,

Graduate School of International Studies, Ph. D. Degree Thesis, 2011, hlm.83.

Page 40: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

contohnya; Beast Live Concert In Brazil yang diadakan oleh grup idola Hallyu

B2ST pada tahun 2011.

Festival Hallyu, konser K-Pop, penayangan K-Drama juga

mendominasi kawasan Amerika. Salah satunya seperti konser K-Pop yang

diselenggarakan oleh KCON Amerika Serikat yaitu MCountdown What’s Up

LA yang diadakan di Los Angeles pada 24-25 Agustus 2013. K-Pop

merupakan konten Hallyu yang mendapat popularitas tinggi di kawasan

Amerika Serikat. Selain itu penyelenggaran Hallyu Global Audition juga

menjadi strategi penyebaran kebudayaan Korea Selatan di wilayah Amerika,

contohnya; SM Global Audition yang diadakan di Kanada dan Amerika

Serikat. Penyelenggaraan audisi pencarian bakat yang diadakan di luar Korea

Selatan memiliki daya tarik tersendiri sebagai bentuk proses penyebaran

Hallyu. Banyaknya peminat audisi tersebut dipandang sebagai langkah awal

keberhasilan fenomena Hallyu di kawasan Amerika.

Fenomena kebudayaan Korea Selatan yang meraih sukses di dalam negeri,

mendorong Korea Selatan untuk mengibarkan sayap kebudayaannya hingga ke

seluruh dunia. Terdapat tiga gelombang wilayah penyebaran Hallyu, diantaranya;

gelombang pertama meliputi wilayah Asia Timur (Cina, Jepang dan Taiwan),

gelombang kedua meliputi wilayah Asia Tenggara dan Timur Tengah (Indonesia,

Malaysia, Thailand, Arab Saudi, Iran, Turki dan sebagainya) dan gelombang ketiga

meliputi wilayah Eropa dan Amerika (Perancis, Rumania, Rusia, Amerika Serikat,

Brazil, Kanada dan sebagainya). Berdasarkan perkembangan dari fenomena Hallyu di

Page 41: Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan

wilayah-wilayah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dampak dari fenomena

kebudayaan Korea Selatan memiliki dampak yang berbeda-beda di setiap wilayah

penyebaran karena adanya perbedaan faktor-faktor waktu, proses penyebaran, target

sasaran serta respon dari target sasaran. Oleh karena itu. Dampak Hallyu di Asia

Timur terhadap masyarakat dan pemerintahnya berbeda dengan dampak Hallyu di

Eropa dan Amerika. Contohnya; penyebaran Hallyu di Asia Timur juga

mempengaruhi perekonomian Korea Selatan karena adanya peningkatan daya beli

masyarakat Asia Timur terhadap produk-produk Korea Selatan. Sedangkan di

wilayah Eropa, produk-produk Hallyu belum begitu menarik perhatian sebagian besar

masyarakat Eropa.