28
Ekonomi Industri dan Ekonomi Industri dan Tren Surat Kabar Tren Surat Kabar Alfi Septiani Alfi Septiani (2402713075) (2402713075)

Ekonomi industri dan tren surat kabar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Ekonomi Industri dan Tren Ekonomi Industri dan Tren Surat KabarSurat Kabar

Alfi Septiani (2402713075)Alfi Septiani (2402713075)

Page 2: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Sebelum dan Sesudah Menjadi Institusi Bisnis

Sebelum surat kabar menjadi institusi bisnis, surat kabar merupakan media penyampaian informasi politik, sosial dan kultural.

Sesudah surat kabar menjadi institusi bisnis, surat kabar merupakan media yang menjual informasi.

Page 3: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Peranan Surat Kabar di Indonesia Masa-masa pramerdeka, banyak koran yang didirikan

dan disubsidi oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai alat propaganda pemerintah kolonial ketika itu, disamping koran-koran kaum nasionalis yang menjadi media politik yang memberikan kritik atau perlawanan terhadap pemerintah kolonial.

Masa demokrasi liberal, surat kabar di Indonesia bersifat partisan, mereka berafiliasi pada partai politik tertentu;

Harian Rakjat- Partai Komunis Indonesia (PKI)Pedoman-Partai Sosialis Indonesia (PSI)Abadi-Partai MasyumiKompas-Partai Katolik

Page 4: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Sejak awal kemerdekaan sampai orde baru, pers belum menjadi suatu industri karena kondisi ekonomi saat itu.

Titik awal pers Indonesia memasuki era industri adalah ketika diterbitkannya UU penanaman modal dalam negeri (Juli 1968), dimana pers sebagai industri yang berhak mendapat pinjaman pemerintah, insentif panjak, dan insentif barang impor (kertas koran).

Era reformasi, pers menjadi institusi ekonomi sebagaimana tertera pada UU Pers No.40 Tahun 1998 sehingga pers harus mampu menghidupi dirinya sendiri.

Page 5: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Ruang lingkup Ekonomi Industri Surat Kabar

Page 6: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Pasar Surat Kabar

Pasar surat kabar bersifat monopolistik, karena sirkulasi atau jumlah pembaca surat kabar belakangan menurun. Pasar surat kabar cenderung mengerucut atau terkonsentrasi. Sejumlah perusahaan surat kabar kecil tidak mampu merebut pasar yang terkonsentrasi itu sehingga perusahaan surat kabar besar kemudian membeli perusahaan surat kabar kecil dan terjadi konsentrasi kepemilikan dan konsentrasi pasar.

Page 7: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Sirkulasi Masa transisi kondisi politik di Indonesia dari orde baru yang

otoriter menuju orde reformasi, oplah surat kabar meningkat menjadi 6 juta eksemplar/hari.

Page 8: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Per juni 2008, berdasarkan Catatan Serikat PenerbitSurat Kabar (SPS) jumlah koran mencapai 7,49 juta

eksemplar/hari, dari 290 penerbit.

Menurut data Roy Morgan Single Source (Oktober 2006-September 2007), surat kabar menjangkau 39,0% penduduk Indonesia. Harian Kompas merupakan koran dengan tiras terbesar, baik untuk edisi Senin-Sabtu maupun edisi Minggu.

Page 9: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Faktor yang memprediksikan sirkulasi surat kabar di masa mendatang cenderung menurun disebabkan : 1. Permintaan khalayak atas surat kabar bersifat elastisDi banyak negara, termasuk Indonesia, ada 2 tipe permintaan pembaca atas surat kabar :BerlanggananEceran ;Permintaan eceran elastisitasnya sangat besar, tergantung pada peristiwa yang tengah terjadi di masyarakat yang sedang in atau booming saat itu.2. Persaingan dengan media lain (seperti televisi terutama internet/online) yang cenderung membuat turunnya oplah koran .Menurut Rupert Murdoch (konglomerat media nomor satu dunia) memprediksikan “the end of paper” akibat televisi dan internet dan Philip Meyer (penulis buku The Vanishing Newspaper) memprediksikan bahwa koran terakhir terbit pada April 2040.

Page 10: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Di Indonesia, menurut Survei Kominfo menunjukkan bahwa oplah koran juga cenderung menurun. Oplah koran semula 6 juta eksemplar di awal era reformasi (1998/1999), kemudian hanya tinggal 4,3 juta eksemplar pada tahun 2003.

Di Amerika, pada tahun 60-an empat dari lima orang membaca koran sedangkan pada tahun 2005 tinggal dua dari lima orang saja yang membaca koran, yang tiga orang lagi telah beralih ke dunia elektronik atau digital.

Page 11: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Kompetisi

Dampak persaingan surat kabar menurut James N.Rosse yaitu;Hilangnya segmentasi pasar surat kabarMenurunnya pendapatan iklan, pengiklan lebih suka memasang iklan di TVPenurunan jumlah pembaca di rumah tanggaPenduduk berubah, dari penduduk kota yang beragam menjadi penduduk pinggiran yang seragam yang kebutuhan informasinya bisa dipenuhi oleh media komunitas

Page 12: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Strategi Surat kabar : Teknologi cetak jarah jauh (TCJJ) Penyisipan edisi lokal sesuai pasar yang dituju(contoh; Kompas Gramedia melalui Tribun dan Jawa Pos Grup melalui Radar/post/ekspres, Jakarta Post-KBRI, Manado post anak dari Jawa Pos Grup menerbitkan sisipan mingguan berbahasa Inggris dan Indonesia bernama Polygon News-Pasar ASEAN terutama Brunei, Malaysia dan Filipina) Dua kali pencetakan setiap hari; edisi pagi dan edisi sore(contoh; Kompas dengan edisi “up-date’ dan Media Indonesia. Namun sekarang tidak lagi dilakukan) Dari segi teknis pencetakan dan desain, terutama terkait dengan kenyamanan membaca.

Page 13: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Memperkecil ukuran lembaran/halamannya; Koran Tempo dengan standar ukuran tabloidMengurangi lebar halaman; dari semula 9 kolom menjadi 7 kolomSurat kabar kini memiliki website dan e-paper (koran versi online)(contoh; Kompas, Tempo dan Republika, SINDO)Fenomena koran gratis(contoh; Bisnis Jakarta, Bisnis Makassar, dan Bisnis Surabaya) mereka mengandalkan pemasukan dari iklan, dan telah membuat koran-koran lain banting harga eceran.Dari segi pelaporanlebih banyak menampilkan banyak grafis serta menuliskan hardnews dengan teknik feature yang mendalam atau investigasi.

Page 14: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Iklan Di Amerika, Iklan telah mengambil 50-60% space surat

kabar harian, dan pada hari Minggu, malah iklan di surat kabar lebih banyak lagi.

Di Indonesia, berdasarkan data ACNielsen (2005) Kompas meraih Iklan terbesar.

Page 15: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Biaya Produksi Menurut Picard, pasar surat kabar yang monopolistik juga

diakibatkan adanya sruktur biaya produksi.(contoh; biaya jual-diskon untuk agen/loper-10% PPN) maka

industri penerbitan sangat tergantung pendapatannya pada iklan.

Market Share media cetak di Indonesia hanya 30% sedangkan di negara-negara maju market share-nya mencapai 60%, hal itu disebabkan;

1. Budaya baca2. Kegagalan media cetak menarik perhatian publik, sama

halnya dengan kegagalan media cetak dalam memproduksi berita yang akurat dan dapat dipercaya (rendahnya kualitas).

Page 16: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Kepemilikan

Dalam industri surat kabar, terminologi jaringan digunakan untuk menggambarkan kelompok pemilik/penerbit surat kabar besar memiliki sejumlah surat kabar lainnya. Di Indonesia berdasarkan Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) hingga Agustus 2007 terdapat 251 surat kabar harian. Akan tetapi, hanya sekitar 30% yang sehat secara bisnis.

Kompas Gramedia- Pers Daerah (Persda Networks)Jawa Pos Grup (JPNN) pemilik Dahlan IskanMedia Indonesia-Metro TV pemilik Surya PalohMedia Nusantara Citra (MNC) , SINDO- RCTI, MNCTV,

GLOBALTV pemilik Hari TanoesoedibjoBisnis Mahaka Grup- Republika

Page 17: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Teknologi InvestasiUntuk membeli teknologi cetak jarak jauh (TCJJ), foto digital,

website, sistem newsroom dan lainnya. EfisiensiMenurut Picard, surat kabar kini dapat diproduksi dengan

sedikit tenaga kerja akibat adanya teknologi canggih. Surat Kabar kini dapat diproduksi lebih cepat sehingga memungkinkannya dicetak dengan deadline yang lebih longgar.

Pasar Baru Surat KabarKonvergensi surat kabar dengan internet terciptanya

pembaca baru di kalangan anak muda, dikonsumsi secara lebih personal dan TCJJ memungkinkan terciptanya pasar baru di daerah

Page 18: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Meniadakan bentuk teknologi lainKoran versi online (e-paper) akan menghapuskan surat kabar versi cetak, karena hal itu tepat jika dikaitkan dengan

isu lingkungan (Go Green)

Page 19: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Regulasi Sensor dan pembredelan menjadi isu regulasi, terutama di negara berkembang. (contoh; Indonesia VS Malaysia)

Trikotomi Agenda Pers, Masyarakat Dan

Pemerintah

Page 20: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Masa Depan Surat KabarBeberapa tantangan yang berdampak padakinerja ekonomi surat kabar, diantaranya;Menurunnya oplah surat kabar harianBerkurangnya industri surat kabarMeningkatnya ongkos cetakMakin mahalnya harga kertas koranPerubahan dan perkembangan teknologiKrisis keuanganKompetisi sesama media cetak dan media elektronikStrategi media cetak untuk bertahan (survive), antara lain;Website dan e-paperIntergrated Newsroom (ruang kerja terpadu untuk media cetak dan online dengan akumulasi keseluruhan konten seperti; video, audio dan mobile.

Page 21: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Analisa Surat Kabar

Page 22: Ekonomi industri dan tren surat kabar
Page 23: Ekonomi industri dan tren surat kabar
Page 24: Ekonomi industri dan tren surat kabar
Page 25: Ekonomi industri dan tren surat kabar
Page 26: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Kesimpulan Analisa Perbandingan Koran Republika & Kompas

Sumber; Data Analisa Pribadi

Page 27: Ekonomi industri dan tren surat kabar

Referensi :Darsono, Dono., Enjang Muhaemin. 2013. Reka Bentuk Media Cetak. Bandung: Mimbar Pustaka. Ks, Usman, Ekonomi Media Pengantar Konsep dan Aplikasi, Bogor: Ghalia, 2009.www.jurnalrozak.web.id/2014/12/format-perwajahan-dalam-surat-kabar.html

Page 28: Ekonomi industri dan tren surat kabar

- TERIMA KASIH -