Upload
gebril-daulai
View
533
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Power Poin ini berisi perbandingan sistem Pemilu yang berlaku di Indonesia sejak penyelenggaraan Pemilu I Tahun 1955
Citation preview
OLEHOLEHGEBRIL DAULAIGEBRIL DAULAI
(TENAGA AHLI KPU RI)(TENAGA AHLI KPU RI)
2
PEMILIHAN UMUM
• Sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat• Sarana pelaksanaan hak-hak asasi manusia• Sarana sirkulasi kekuasaan secara tertib dan damai• Sarana membentuk pemerintahan• Sarana pendidikan politik• Sarana rekrutmen politik
3
Jenis Sistem Pemilu
• Sistem Distrik (mayoritas)• Sistem Proporsional• Sistem Campuran
Negara dibagi-bagi menjadi daerah pemilihan Satu daerah pemilihan memilih lebih daripada satu orang wakil Sistem proporsional tertutup: saat pemungutan suara, pemilih
memilih nama partai Sistem proporsional terbuka: pemilih memilih nama partai dan
atau nama kandidat Proporsi perolehan suara tercermin dalam proporsi perolehan
kursi4
CIRI Sistem Pemilu Proporsional (1)
Kelebihan sistem proporsional:1. Setiap suara terkonversi menjadi kursi
2. Membuka kesempatan kelompok minoritas untuk terwakili
3. Lebih besar kesempatan bagi perempuan untuk terpilih
4. Partai dan kelompok minoritas dapat berkembang
Kelemahan sistem proporsional:1. Sistemnya lebih rumit dibandingkan sistem mayoritas
2. Hubungan wakil rakyat – konstituen kurang dekat
3. Kemungkinan stagnasi kebijakan dalam Pemerintahan yang terbentuk5
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN Sistem Pemilu Proporsional (2)
Negara dibagi menjadi beberapa dapil yang jumlahnya sama
dengan jumlah wakil rakyat yang akan dipilih dalam sebuah lembaga perwakilan
Satu distrik akan menghasilkan satu wakil rakyat Kandidat yang memperoleh suara terbanyak di suatu distrik
menjadi wakil rakyat terpilih Kandidat yang memperoleh suara lebih sedikit, suaranya tidak
diperhitungkan atau dianggap hilang sehingga dikenal istilah the winner takes all
CIRI Sistem Pemilu DiSTRIK (1)
Kelebihan sistem distrik : Distrik wilayahnya relatif kecil, maka pemilih dapat mengenali lebih baik
kandidat yang akan dipilihnya Sistem distrik lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena
kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu wakil Mendorong kearah penyederhanaan partai secara alamiah Sistem distrik sederhana, mudah untuk diselenggarakan, tidak memerlukan
waktu dan dana yang banyak Berkurangnya parpol memudahkan terbentuknya pemerintahan yang lebih
stabil
KELEBIHAN Sistem Pemilu DISTRIK (2)
Kelemahan sistem distrik :1. Kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan minoritas, apalagi
jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik
2. Kurang representatif dalam arti partai yang calonnya kalah dalam suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya
3. Kurang efektif dalam masyarakat plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius, dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa suatu kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem ini
4. Ada kemungkinan wakil rakyat cenderung lebih memperhatikan kepentingan distrik tersebut saja, dari pada kepentingan nasional
KELEMAHAN Sistem Pemilu DISTRIK (3)
Memadukan ciri-ciri positif sistim distrik dan proporsional Terdapat dua sistem Pemilu yang jalan beriringan Suara diberikan oleh pemilih yang sama dan
dikontribusikan pada pemilihan wakil rakyat di bawah kedua sistem tersebut
Mengkonversi suara menjadi kursi dengan hasil yang berada di antara proporsionalitas dengan mayoritarian
SISTEM PEMILU CAMPURAN (1)
Kelebihan sistem campuran :1. Hasil sistem Paralel berada di antara mayoritas-pluralitas dan sistem proporsional
2. Memberikan kepada pemilih baik pilihan distrik maupun pilihan berdasarkan partai secara nasional karena sistem tersebut memerlukan dua kertas suara
3. Jika ada kursi proporsional yang cukup, partai-partai kecil yang tidak mendapatkan kursi melalui mayoritas pluralitas masih dapat memperoleh kursi dalam alokasi kursi berdasarkan sistem proporsional
4. Dapat mengurangi penggolongan sistem partai menjadi lebih kecil dibandingkan dengan sistem pemilihan proporsional murni
KELEBIHAN Sistem CAMPURAN (2)
Kekurangan sistem campuran :1. Adanya dua jenis anggota parlemen2. Tidak dapat menjamin proporsionalitas secara keseluruhan3. Relatif kompleks dan dapat membingungkan pemilih dalam hal hakikat dan cara
kerja sistemnya4. Menghasilkan kinerja yang mengecewakan karena adanya efek-efek interaksi di
antara komponen-komponen PR dan majoritarian di dalam sistem Pemilunya5. Para wakil rakyat yang terlibat dalam voting behavior yang tidak sesuai dengan
jenis kursi yang didapatnya atau sistem campuran yang highly majoritarian kemungkinan gagal untuk mengurangi fragmentasi di lembaga perwakilan
KEKURANGAN Sistem CAMPURAN (3)
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Penyelenggara Pemilu
KPU : perwakilan Pemerintah, perwakilan partai politik peserta Pemilu
KPU : anggotanya dipilih melalui proses pemilihan oleh Presiden (pengusul nama balon) dan DPR yang menyeleksi dan menentukan hasil akhir nama-nama anggota KPU.
KPU : anggotanya dipilih melalui proses pemilihan oleh Presiden (pengusul nama balon) dan DPR yang menyeleksi dan menentukan hasil akhir nama-nama anggota KPU.
KPU:anggotanya dipilih melalui proses pemilihan oleh Presiden (pengusul nama balon) dan DPR yang menyeleksi dan menentukan hasil akhir nama-nama anggota KPU.
Sistem Pemilihan
Sistem proporsional dengan daftar calon tertutup
Sistem proporsional daftar calon terbuka
Sistem proporsional dengan daftar calon terbuka
Sistem proporsional dengan daftar calon terbuka
12
PERBANDINGAN PEMILU di INDONESIA 1999-2014 (1)
PERBANDINGAN PEMILU di indonesia 1999-2014 (2)
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Jumlah Kursi DPR - Jumlah Kursi DPR 500
- 462 ditetapkan lewat Pemilu
- 38 orang Fraksi ABRI diangkat
- Ditetapkan sebanyak 550 kursi
- Fraksi ABRI dihapus
- Ditetapkan sebanyak 560 kursi
- Fraksi ABRI dihapus
- Ditetapkan sebanyak 560 kursi
- Fraksi ABRI dihapus
Jumlah Kursi DPRD Provinsi
- 45-100 kursi- 10 persen kursi untuk
fraksi ABRI
- 35-100 kursi- Alokasi kursi untuk
Fraksi ABRI dihapus
- 35-100 kursi- Alokasi kursi untuk
Fraksi ABRI dihapus
- 35-100 kursi- Alokasi kursi untuk
Fraksi ABRI dihapus
Jumlah Kursi DPRD Kabupaten/Kota
- 20-45 kursi- 10 persen kursi untuk
Fraksi ABRI
- 20-45 kursi- Alokasi kursi Fraksi
ABRI dihapus
- 20-50 kursi- Alokasi kursi Fraksi
ABRI dihapus
- 20-50 kursi- Alokasi kursi Fraksi
ABRI dihapus
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Daerah Pemilihan
DPR = Daerah Tingkat I
DPRD I = Dati I jadi 1 dapil
DPRD II = Dati 2 jadi satu dapil
- Penetapan dapil oleh KPU- Dapil DPR : provinsi
atau bagian-bagian provinsi - Dapil DPRD Provinsi :
kab/kota atau gabungan kab/kota- Dapil DPRD
Kabupaten/Kota: kecamatan atau gabungan kecamatan
- Penetapan dapil DPR RI oleh DPR RI (dlm UU)
- Dapil DPR : provinsi atau bagian provinsi
- Dapil DPRD Provinsi : kabupaten/kota atau gabungan kab/koya
- Dapil DPRD Kab/Kota : kecamatan atau gabungan kecamatan
- Penetapan dapil DPR RI oleh anggota DPR RI (dalam UU Pemilu)
- Dapil DPR adalah provinsi, kab/kota atau gabungan kab/kota, bagian kab/kota
- Dapil DPRD Provinsi adalah kab/kota, gabungan kab/kota, atau bagian kab/kota
- Dapil DPRD Kabupaten/Kota adalah kecamatan, gabungan kecamatan atau bagian kecamatanCara
Pemberian Suara
Mencoblos lambang partai
Mencoblos nama dan/ atau lambang partai
Memberi tanda satu kali pada nama partai atau lambang partai atau nama calon
Mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar partai politik atau nama caleg
14
PERBANDINGAN PEMILU di indonesia 1999-2014 (3)
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014Penghitungan Suara
- Hasil di hitung di TPS
- Agregasi di PPS, PPK, KPU Kabupaten / Kota, KPU Provinsi dan KPU Nasional
- Stembus Accord (penggabungan suara beberapa parpol yang suaranya kurang / kecil untuk mendapatkan 1 kursi)
- Hasil di hitung TPS
- Agregasi di PPS, PPK, KPU Kabupaten/ Kota, KPU Provinsi dan KPU Nasionali)
- Penerapan 3% electoral treshold (untuk diikutkan pada Pemilu berikutnya)
- Hasil di hitung di TPS
- Agregasi di PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dan KPU Nasional
- Penerapan 2,5% Parliamentary Threshold (ambang batas perolehan suara partai politik untuk diikutkan dalam pembagian kursi)
- Hasil di hitung di TPS
- Agregasi di PPS, PPK, KPU Kabupaten / Kota, KPU Provinsi dan KPU Nasional
- Penerapan 3,5% Parliamentary Threshold (ambang batas perolehan suara partai politik untuk diikutkan dalam pembagian kursi)
15
PERBANDINGAN PEMILU di indonesia 1999-2014 (4)
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Pembagian Kursi
3-12 kursi per dapil 3-12 kursi per dapil
3-10 kursi per dapil untuk DPR
3-12 kursi per dapil untuk DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota
3-10 kursi per dapil DPR
3-12 kursi per dapil DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota
Penentuan Caleg terpilih
Nomor urutMemenuhi 100% BPP atau nomor urut
Memenuhi 30% BPP atau nomor urut (Setelah Putusan MK, berdasarkan suara terbanyak)
- Caleg dengan suara terbanyak
- Jika caleg terpilih jumlahnya kurang dari kursi yang diperoleh partai, kursi diisi oleh caleg yang memperoleh suara terbanyak berikutnya 16
PERBANDINGAN PEMILU di indonesia 1999-2014(4)
KEBIJAKAN AFIRMATIF ACTION DALAM PENYUSUNAN DCT (Pemilu 2009 dan 2014)
PEMILU 2004 Penempatan Calon Perempuan Pada Pemilu 2009 Penempatan Calon Perempuan Pada Pemilu 2014
Daftar calon:1.Laki-laki2.Laki-laki3.Laki-laki4.Perempuan5.Laki-laki6.Perempuan7.Laki-laki8.Laki-laki9.Perempuan
Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4
Daftar calon:1.Laki-laki2.Laki-laki3.Perempuan4.Laki-laki5.Laki-laki6.Perempuan7.Laki-laki8.Laki-laki9.Perempuan
Daftar calon:1.Laki-laki2.Perempuan3.Laki-laki4.Laki-laki5.Perempuan6.Laki-laki7.Laki-laki8.Perempuan9.Laki-laki
Daftar calon:1.Perempuan2.Laki-laki3.Laki-laki4.Perempuan5.Laki-laki6.Laki-laki7.Perempuan8.Laki-laki9.Laki-laki
Daftar calon :1.Perempuan2.Laki-laki3.Laki-laki4.Laki-laki5.Perempuan6.Laki-laki7.Laki-laki8.Laki-laki9.Perempuan
Daftar calon:1.Perempuan2.Perempuan3.Perempuan4.Laki-laki5.Laki-laki6.Laki-laki7.Laki-laki8.Laki-laki9.Laki-laki
Daftar calon:1.Perempuan2.Perempuan3.Laki-Laki4.Perempuan5.Laki-laki6.Laki-laki7.Laki-laki8.Laki-laki9.Laki-laki
Daftar calon:1.Laki-laki2.Laki-laki3.Perempuan4.Laki-laki5.Laki-laki6.Perempuan7.Laki-laki8.Laki-laki9.Perempuani
Tidak ada aturan penempatan calon. Perempuan sering ditempatkan di nomor urut bawah
Pasal 55 ayat 2 UU No 10 Tahun 2008, menyebutkan di dalam daftar bakal calon setiap 3 orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 orang perempuan bakal calon
Di dalam daftar bakal calon, setiap 3 orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 orang perempuan bakal calon. Perempuan tidak harus di nomor 3, bisa juga di nomor 1 atau 2. Kebijakan afirmatif dipertegas dalam PKPU Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pencalonan Anggota DPR dan DPRD
terimakasih