18
OLEH OLEH GEBRIL DAULAI GEBRIL DAULAI (TENAGA AHLI KPU RI) (TENAGA AHLI KPU RI)

Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Power Poin ini berisi perbandingan sistem Pemilu yang berlaku di Indonesia sejak penyelenggaraan Pemilu I Tahun 1955

Citation preview

Page 1: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

OLEHOLEHGEBRIL DAULAIGEBRIL DAULAI

(TENAGA AHLI KPU RI)(TENAGA AHLI KPU RI)

Page 2: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

2

PEMILIHAN UMUM

• Sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat• Sarana pelaksanaan hak-hak asasi manusia• Sarana sirkulasi kekuasaan secara tertib dan damai• Sarana membentuk pemerintahan• Sarana pendidikan politik• Sarana rekrutmen politik

Page 3: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

3

Jenis Sistem Pemilu

• Sistem Distrik (mayoritas)• Sistem Proporsional• Sistem Campuran

Page 4: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Negara dibagi-bagi menjadi daerah pemilihan Satu daerah pemilihan memilih lebih daripada satu orang wakil Sistem proporsional tertutup: saat pemungutan suara, pemilih

memilih nama partai Sistem proporsional terbuka: pemilih memilih nama partai dan

atau nama kandidat Proporsi perolehan suara tercermin dalam proporsi perolehan

kursi4

CIRI Sistem Pemilu Proporsional (1)

Page 5: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Kelebihan sistem proporsional:1. Setiap suara terkonversi menjadi kursi

2. Membuka kesempatan kelompok minoritas untuk terwakili

3. Lebih besar kesempatan bagi perempuan untuk terpilih

4. Partai dan kelompok minoritas dapat berkembang

Kelemahan sistem proporsional:1. Sistemnya lebih rumit dibandingkan sistem mayoritas

2. Hubungan wakil rakyat – konstituen kurang dekat

3. Kemungkinan stagnasi kebijakan dalam Pemerintahan yang terbentuk5

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN Sistem Pemilu Proporsional (2)

Page 6: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Negara dibagi menjadi beberapa dapil yang jumlahnya sama

dengan jumlah wakil rakyat yang akan dipilih dalam sebuah lembaga perwakilan

Satu distrik akan menghasilkan satu wakil rakyat Kandidat yang memperoleh suara terbanyak di suatu distrik

menjadi wakil rakyat terpilih Kandidat yang memperoleh suara lebih sedikit, suaranya tidak

diperhitungkan atau dianggap hilang sehingga dikenal istilah the winner takes all

CIRI Sistem Pemilu DiSTRIK (1)

Page 7: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Kelebihan sistem distrik : Distrik wilayahnya relatif kecil, maka pemilih dapat mengenali lebih baik

kandidat yang akan dipilihnya Sistem distrik lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena

kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu wakil Mendorong kearah penyederhanaan partai secara alamiah Sistem distrik sederhana, mudah untuk diselenggarakan, tidak memerlukan

waktu dan dana yang banyak Berkurangnya parpol memudahkan terbentuknya pemerintahan yang lebih

stabil

KELEBIHAN Sistem Pemilu DISTRIK (2)

Page 8: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Kelemahan sistem distrik :1. Kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan minoritas, apalagi

jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik

2. Kurang representatif dalam arti partai yang calonnya kalah dalam suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya

3. Kurang efektif dalam masyarakat plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius, dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa suatu kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem ini

4. Ada kemungkinan wakil rakyat cenderung lebih memperhatikan kepentingan distrik tersebut saja, dari pada kepentingan nasional

KELEMAHAN Sistem Pemilu DISTRIK (3)

Page 9: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Memadukan ciri-ciri positif sistim distrik dan proporsional Terdapat dua sistem Pemilu yang jalan beriringan Suara diberikan oleh pemilih yang sama dan

dikontribusikan pada pemilihan wakil rakyat di bawah kedua sistem tersebut

Mengkonversi suara menjadi kursi dengan hasil yang berada di antara proporsionalitas dengan mayoritarian

SISTEM PEMILU CAMPURAN (1)

Page 10: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Kelebihan sistem campuran :1. Hasil sistem Paralel berada di antara mayoritas-pluralitas dan sistem proporsional

2. Memberikan kepada pemilih baik pilihan distrik maupun pilihan berdasarkan partai secara nasional karena sistem tersebut memerlukan dua kertas suara

3. Jika ada kursi proporsional yang cukup, partai-partai kecil yang tidak mendapatkan kursi melalui mayoritas pluralitas masih dapat memperoleh kursi dalam alokasi kursi berdasarkan sistem proporsional

4. Dapat mengurangi penggolongan sistem partai menjadi lebih kecil dibandingkan dengan sistem pemilihan proporsional murni

KELEBIHAN Sistem CAMPURAN (2)

Page 11: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Kekurangan sistem campuran :1. Adanya dua jenis anggota parlemen2. Tidak dapat menjamin proporsionalitas secara keseluruhan3. Relatif kompleks dan dapat membingungkan pemilih dalam hal hakikat dan cara

kerja sistemnya4. Menghasilkan kinerja yang mengecewakan karena adanya efek-efek interaksi di

antara komponen-komponen PR dan majoritarian di dalam sistem Pemilunya5. Para wakil rakyat yang terlibat dalam voting behavior yang tidak sesuai dengan

jenis kursi yang didapatnya atau sistem campuran yang highly majoritarian kemungkinan gagal untuk mengurangi fragmentasi di lembaga perwakilan

KEKURANGAN Sistem CAMPURAN (3)

Page 12: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014

Penyelenggara Pemilu

KPU : perwakilan Pemerintah, perwakilan partai politik peserta Pemilu

KPU : anggotanya dipilih melalui proses pemilihan oleh Presiden (pengusul nama balon) dan DPR yang menyeleksi dan menentukan hasil akhir nama-nama anggota KPU.

KPU : anggotanya dipilih melalui proses pemilihan oleh Presiden (pengusul nama balon) dan DPR yang menyeleksi dan menentukan hasil akhir nama-nama anggota KPU.

KPU:anggotanya dipilih melalui proses pemilihan oleh Presiden (pengusul nama balon) dan DPR yang menyeleksi dan menentukan hasil akhir nama-nama anggota KPU.

Sistem Pemilihan

Sistem proporsional dengan daftar calon tertutup

Sistem proporsional daftar calon terbuka

Sistem proporsional dengan daftar calon terbuka

Sistem proporsional dengan daftar calon terbuka

12

PERBANDINGAN PEMILU di INDONESIA 1999-2014 (1)

Page 13: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

PERBANDINGAN PEMILU di indonesia 1999-2014 (2)

Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014

Jumlah Kursi DPR - Jumlah Kursi DPR 500

- 462 ditetapkan lewat Pemilu

- 38 orang Fraksi ABRI diangkat

- Ditetapkan sebanyak 550 kursi

- Fraksi ABRI dihapus

- Ditetapkan sebanyak 560 kursi

- Fraksi ABRI dihapus

- Ditetapkan sebanyak 560 kursi

- Fraksi ABRI dihapus

Jumlah Kursi DPRD Provinsi

- 45-100 kursi- 10 persen kursi untuk

fraksi ABRI

- 35-100 kursi- Alokasi kursi untuk

Fraksi ABRI dihapus

- 35-100 kursi- Alokasi kursi untuk

Fraksi ABRI dihapus

- 35-100 kursi- Alokasi kursi untuk

Fraksi ABRI dihapus

Jumlah Kursi DPRD Kabupaten/Kota

- 20-45 kursi- 10 persen kursi untuk

Fraksi ABRI

- 20-45 kursi- Alokasi kursi Fraksi

ABRI dihapus

- 20-50 kursi- Alokasi kursi Fraksi

ABRI dihapus 

- 20-50 kursi- Alokasi kursi Fraksi

ABRI dihapus

Page 14: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014

Daerah Pemilihan

DPR = Daerah Tingkat I

DPRD I = Dati I jadi 1 dapil

DPRD II = Dati 2 jadi satu dapil

- Penetapan dapil oleh KPU- Dapil DPR : provinsi

atau bagian-bagian provinsi - Dapil DPRD Provinsi :

kab/kota atau gabungan kab/kota- Dapil DPRD

Kabupaten/Kota: kecamatan atau gabungan kecamatan

- Penetapan dapil DPR RI oleh DPR RI (dlm UU)

- Dapil DPR : provinsi atau bagian provinsi

- Dapil DPRD Provinsi : kabupaten/kota atau gabungan kab/koya

- Dapil DPRD Kab/Kota : kecamatan atau gabungan kecamatan

- Penetapan dapil DPR RI oleh anggota DPR RI (dalam UU Pemilu)

- Dapil DPR adalah provinsi, kab/kota atau gabungan kab/kota, bagian kab/kota

- Dapil DPRD Provinsi adalah kab/kota, gabungan kab/kota, atau bagian kab/kota

- Dapil DPRD Kabupaten/Kota adalah kecamatan, gabungan kecamatan atau bagian kecamatanCara

Pemberian Suara

Mencoblos lambang partai

Mencoblos nama dan/ atau lambang partai

Memberi tanda satu kali pada nama partai atau lambang partai atau nama calon

Mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar partai politik atau nama caleg

14

PERBANDINGAN PEMILU di indonesia 1999-2014 (3)

Page 15: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014Penghitungan Suara

- Hasil di hitung di TPS

- Agregasi di PPS, PPK, KPU Kabupaten / Kota, KPU Provinsi dan KPU Nasional

- Stembus Accord (penggabungan suara beberapa parpol yang suaranya kurang / kecil untuk mendapatkan 1 kursi)

- Hasil di hitung TPS

- Agregasi di PPS, PPK, KPU Kabupaten/ Kota, KPU Provinsi dan KPU Nasionali)

- Penerapan 3% electoral treshold (untuk diikutkan pada Pemilu berikutnya)

- Hasil di hitung di TPS

- Agregasi di PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dan KPU Nasional

- Penerapan 2,5% Parliamentary Threshold (ambang batas perolehan suara partai politik untuk diikutkan dalam pembagian kursi)

- Hasil di hitung di TPS

- Agregasi di PPS, PPK, KPU Kabupaten / Kota, KPU Provinsi dan KPU Nasional

- Penerapan 3,5% Parliamentary Threshold (ambang batas perolehan suara partai politik untuk diikutkan dalam pembagian kursi)

15

PERBANDINGAN PEMILU di indonesia 1999-2014 (4)

Page 16: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014

Pembagian Kursi

3-12 kursi per dapil 3-12 kursi per dapil

3-10 kursi per dapil untuk DPR

3-12 kursi per dapil untuk DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota

3-10 kursi per dapil DPR

3-12 kursi per dapil DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota

Penentuan Caleg terpilih

Nomor urutMemenuhi 100% BPP atau nomor urut

Memenuhi 30% BPP atau nomor urut (Setelah Putusan MK, berdasarkan suara terbanyak)

- Caleg dengan suara terbanyak

- Jika caleg terpilih jumlahnya kurang dari kursi yang diperoleh partai, kursi diisi oleh caleg yang memperoleh suara terbanyak berikutnya 16

PERBANDINGAN PEMILU di indonesia 1999-2014(4)

Page 17: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

KEBIJAKAN AFIRMATIF ACTION DALAM PENYUSUNAN DCT (Pemilu 2009 dan 2014)

PEMILU 2004 Penempatan Calon Perempuan Pada Pemilu 2009 Penempatan Calon Perempuan Pada Pemilu 2014

Daftar calon:1.Laki-laki2.Laki-laki3.Laki-laki4.Perempuan5.Laki-laki6.Perempuan7.Laki-laki8.Laki-laki9.Perempuan

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4

Daftar calon:1.Laki-laki2.Laki-laki3.Perempuan4.Laki-laki5.Laki-laki6.Perempuan7.Laki-laki8.Laki-laki9.Perempuan

Daftar calon:1.Laki-laki2.Perempuan3.Laki-laki4.Laki-laki5.Perempuan6.Laki-laki7.Laki-laki8.Perempuan9.Laki-laki

Daftar calon:1.Perempuan2.Laki-laki3.Laki-laki4.Perempuan5.Laki-laki6.Laki-laki7.Perempuan8.Laki-laki9.Laki-laki

Daftar calon :1.Perempuan2.Laki-laki3.Laki-laki4.Laki-laki5.Perempuan6.Laki-laki7.Laki-laki8.Laki-laki9.Perempuan

Daftar calon:1.Perempuan2.Perempuan3.Perempuan4.Laki-laki5.Laki-laki6.Laki-laki7.Laki-laki8.Laki-laki9.Laki-laki

Daftar calon:1.Perempuan2.Perempuan3.Laki-Laki4.Perempuan5.Laki-laki6.Laki-laki7.Laki-laki8.Laki-laki9.Laki-laki

Daftar calon:1.Laki-laki2.Laki-laki3.Perempuan4.Laki-laki5.Laki-laki6.Perempuan7.Laki-laki8.Laki-laki9.Perempuani

Tidak ada aturan penempatan calon. Perempuan sering ditempatkan di nomor urut bawah

Pasal 55 ayat 2 UU No 10 Tahun 2008, menyebutkan di dalam daftar bakal calon setiap 3 orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 orang perempuan bakal calon

Di dalam daftar bakal calon, setiap 3 orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 orang perempuan bakal calon. Perempuan tidak harus di nomor 3, bisa juga di nomor 1 atau 2. Kebijakan afirmatif dipertegas dalam PKPU Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pencalonan Anggota DPR dan DPRD

Page 18: Perbandingan sistem pemilu di indonesia

terimakasih