82
Perencanaan Partisipatif Dr Ernan Rustiadi

Perencanaan partisipatif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perencanaan partisipatif

Perencanaan

Partisipatif

Dr Ernan Rustiadi

Page 2: Perencanaan partisipatif

Perencanaan Publik

Perencanaan yang dilakukan untuk kebutuhan/tujuan bersama masyarakat (umum) Berupa intervensi kepentingan publik pada kepentingan individual/usaha Berbedan dg Perencanaan privat

- perencanaan invidual - perencanaan badan usaha (bagian dari ilmu manajemen)

Page 3: Perencanaan partisipatif

Perencanaan UU No. 25/2014 psl 1

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Page 4: Perencanaan partisipatif

Definisi Perencanaan Suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Suatu cara rasional untuk mempersiapkan masa depan. Suatu kegiatan terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu di dalam waktu tertentu. Bagian dari proses perubahan sosial

Page 5: Perencanaan partisipatif

Dua Unsur Utama Perencanaan Di dalam Proses Perencanaan, secara umum

selalu terdapat dua unsur penting, yakni: (1) Unsur hal yang ingin dicapai (2) Unsur cara untuk mencapainya. Dalam penjabarannya, di dalam proses perencanaan

dikenal berbagai nomenklatur-nomenklatur seperti visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, proyek, aktifitas, dan lain-lain.

Page 6: Perencanaan partisipatif

Pertanyaan utama perencanaan publik:

”Mengapa &

dalam situasi apa intervensi publik (perencanaan) diperlukan?”

Page 7: Perencanaan partisipatif

Perencanaan sebagai intervensi publik

Perencanaan pada dasarnya adalah bagian dari “intervensi publik”(oleh pemerintah atau institusi publik lainnya) Upaya “mengatur” masyarakat agar menjadi masyarakat dengan tatanan yang lebih baik /maju

Page 8: Perencanaan partisipatif

“great debate” antara pendukung perencanaan publik & anti perencanaan

(perencanaan minimum)

“perencanaan oleh pemerintah” Karl Manheim (1994), Rexford Tugwell (1940),

Barbara Wooton (1945) Vs

“pasar bebas & liberalisme” (free market dan laissez-faire)

Friedrich Hayek (1944), Ludwig von Mises (1952).

Page 9: Perencanaan partisipatif

Perdebatan Kembali di 1970-1980an (Khususnya di Inggris & USA)

“perlu atau tidaknya dilakukan perencanaan nasional”

Tren Kebijakan nasional : - deregulasi, privatisasi, pengembangan zone bebas untuk industri

perkotaan - mengurangi peran pemerintah dalam urusan ekonomi. Eksistensi “perencanaan”, “diserang oleh kalangan media masa, literatur-

literatur ilmiah hingga kalangan legislatif (Friedman dan Friedman, 1979; Simon, 1978; Wildavsky, 1973).

Di masa tahun 1980an: - Sekolah perencanaan di barat menurun drastis (Krueckeberg, 1984) - Pemerintah menurunkan jumlah rekrutmen tenaga perencana

profesional (Klosterman, 1985),

Page 10: Perencanaan partisipatif

Argumen Ekonomi Perlunya Meminimalkan/ Mengurangi (Intervensi, Perencanaan) Pemerintah

(Klosterman, 1985)

Argumentasi untuk menurunkan peran perencanaan : semakin diandalkannya peran “kewirausahaaan” (enterpreunership) dan “kompetisi pasar” (market competitition)

Pemerintah dianggap menghalangi inovasi, meningkatkan beban ekonomi.

Privatisasi dan persaingan pasar banyak terbukti dapat menurunkan harga dan biaya

.

Page 11: Perencanaan partisipatif

Argumen Ekonomi Perlunya Meminimalkan/ Mengurangi (Intervensi, Perencanaan) Pemerintah

(Klosterman, 1985)

Argumen ini berakar dari teori/tradisi liberal klasik Adam Smith (menekankan kebebasan individu, kepercayaan kepada “pasar); “campur tangan pemerintah yang minimal”, tindakan masyarakat untuk memilih dan bertindak dilandasi pasar yang kompetitif.

Ekonomi neoklasik: “pasar yang bersaing sempurna” mampu

untuk mendistribusikan sumberdaya secara efisien.

Page 12: Perencanaan partisipatif

Ekonomi neoklasik “pasar yang bersaing sempurna” mampu untuk

mendistribusikan sumberdaya secara efisien.

Page 13: Perencanaan partisipatif

ekonomi pasar (market economy)

• sistem kelembagaan (institution) yang berperan sebagai perantara (mediator) antara orang-orang rasional yang memperoleh informasi (harga) dan bersepakat secara sukarela untuk membeli dan menjual barang serta jasa pada sejumlah kuantitas dan kualitas dengan harga-harga tertentu.

Page 14: Perencanaan partisipatif

Asumsi-asumsi Persaingan Pasar yang Sempurna

(1) adanya penjual dan pembeli dalam jumlah yang cukup banyak yang melakukan jual beli barang dan jasa,

(2) penjual dan pembeli memiliki informasi yang rasional untuk memilih,

(3) preferensi konsumen tidak dipengaruhi oleh prefrensi yang lain, dan

(4) semua individu secara soliter ingin memaksimumkan keuntungan dan

(5) adanya mobilitas yang sempurna dalam sistem produksi, tenaga kerja dan konsumsi.

Page 15: Perencanaan partisipatif

Dalam kenyataannya

Banyak penyimpangan atas asumsi-asumsi tersebut di dalam dunia nyata dan pasar kompetisi sempurna.

Linblom (1977) dan Thurow (1978) menunjukkan adanya jurang yang lebar antara pasar riil dan pasar bersaing sempurna ideal,

Oleh karenanya, intervensi pemerintah dapat konsisten (tidak bertentangan) dengan privatisasi, kebebasan individual dan desentralisasi pasar.

Page 16: Perencanaan partisipatif

Pada pasar bersaing sempurna sekalipun dibutuhkan peran pemerintah dalam mengatasi ‘kegagalan pasar persaingan sempurna’ terkait dengan adanya:

(1)Barang publik (2)Eksternalitas atau efek spill over, (3)Kondisi “dilema narapidana” (prisonner dilemma)

dan (4)Distrbusi sumberdaya (pemerataan)

Page 17: Perencanaan partisipatif

(1) Barang Publik

Jalan Fasilitas pendidikan Fasilitas kesehatan Keamanan Lingkungan

Page 18: Perencanaan partisipatif

Barang Privat vs Publik

Page 19: Perencanaan partisipatif

Sifat Barang Publik (1) Barang publik (public goods) didefinisikan berdasarkan dua

karakteristik teknis (sifat): (1)adanya konsumsi yang bersifat “jointed” atau non rivalry

(tidak ada persaingan), jika dikonsumsi seseorang tidak mengganggu/ mengurangi jumlah konsumsi individu lainnya, dan

(2)tidak dapat diekslusifkan, artinya barang tersebut sulit untuk dijadikan sebagai hak milik individu atau sulit untuk membatasi akses konsumen lain.

• Contoh: siaran televisi, konser/pertunjukkan terbuka, dan lain-lain. Lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai “barang public” , bermanfaat bagi banyak orang, karena kepuasan individual tidak akan mengurangi kepuasan individu lain, pembatasan atas akses tersebut sangat sulit.

Page 20: Perencanaan partisipatif

2 Barang Publik (2)

Kompetisi pasar yang efisien secara teoritis dapat mengalokasikan barang-barang yang bersifat non-publik/pribadi (non-public goods) dengan mekanisme jual-beli, individu membayar sesuai dengan kesediaannya untuk membayar. Untuk barang publik, manfaat yang diterima individu tergantung dari total pasokan barang yang tidak sepenuhnya hasil produksi yang dilakukannya. Mekanisme pasar sulit mengatur individu-individu untuk membayar jasa-jasa lingkungan, kenyamanan, sehingga muncul “penumpang gratis” (free riders).

Page 21: Perencanaan partisipatif

2 Eksternalitas (erxternality)

terjadi jika seseorang terkena dampak aktivitas ekonomi tertentu yang dilakukan orang lain tanpa dapat memanfaatkan sistem pasar untuk berperan sebagai perantara (mediator) bagi kepentingan pertukaran barang dan jasa antara mereka.

Page 22: Perencanaan partisipatif

Eketernalitas

Kegiatan usaha warga yang mengganggu warga lainnya Dampak aktivitas pabrik Polusi RPH

Page 23: Perencanaan partisipatif

Contoh-contoh eksternalitas

Negatif Positif

Merokok Kebisingan pembalakan kayu (logging) Pengeboman terumbu karang

Jasa Kebun buah pada usaha ternak lebah

Jasa keindahan kebun teh di puncak atau teras padi subak di Bali

Page 24: Perencanaan partisipatif

Masalah Eksternalitas

tidak ada sistem pasar yang mampu menjadi perantara (mediator) yang dapat rnenghubungkan kepentingan-kepentingran bagi orang-orang baik yang menimbulkan eksternalitas (negatif/positif), maupun bagi orang-orang yang terkena beban biaya oleh terjadinya bencana eksternalitas tersebut.

Page 25: Perencanaan partisipatif

3 Memudahkan Kerjasama (menyelesaikan persoalan prisonner

dilemma)

Untuk kerjama perlu perantara (comblang) Fasilitasi kerjasama Mengkoordinasikan kerja-kerja bersama

Page 26: Perencanaan partisipatif

perspektif sistem produksi Yang dihitung dalam mekanisme pasar

private cost Output (komoditas tertentu)

Yang tidak dihitung dalam mekanisme pasar

(quasi market) Social cost Social value

Page 27: Perencanaan partisipatif

4 Distribusi dan Pemerataan

Pemerintah (desa) memberi perhatian pada pemerataan Perhatian pada kelompok lemah: yatim, disable, balita, manula, perempuan Penanggulangan kemiskinan

Page 28: Perencanaan partisipatif

Pragmatism

ADA 7 MAZHAB (Almendinger, 2002):

Teori sistem dan Teori Rasional (Rational Planning)

Teori Marxisme dan Kritik (Marxism and Critical Theory)

Perencanaan “Kanan” Baru (New Right Planning)

Perencanaan Advokasi

Perencanaan Post Modern (Postmo)

Perencanaan Kolaboratif

Green Theory

1

2

3

4

5

6

7

posi

tivis

m Gel.I

Gel.II

Gel.III

Gel.IV

Post

pos

itivi

sm

Perencanaan Partisipatif

Perencanaan Teknokratik

Page 29: Perencanaan partisipatif

Perencanaan Rasional (teknokratik)

vs Perencanaan Partisipatif

Page 30: Perencanaan partisipatif

Perencanaan Rasional (rational planning) Rasionalitas: suatu cara memilih pendekatan terbaik untuk mencapai tujuan tertentu.

Tahapan umum (1) identifikasi masalah, (2) menetapkan tujuan/sasaran, (3) identifikasi peluang dan hambatan, (4) memunculkan alternatif-alternatif, (5) menetapkan pilihan dan melaksanakannya. Membutuhkan pengetahuan “sempurna” Disebut juga sebagai pendekatan yang komprehensif. Akhir-akhir ini pendekatan rasional cenderung hanya dipakai untuk

perencanaan di tahap awal dan saat belum banyak melibatkan berbagai pihak.

Bias ilmiah (scientific) dalam cara menetapkan tujuan, tidak selalu tepat dengan apa yang sebenarnya diperlukan masyarakat.

Selain itu teknik analitis yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, juga menjadi salah satu penyebab bias tersebut.

Page 31: Perencanaan partisipatif

Perencanaan partisipatif -berbasis konsensus

Reformulasi perencanaan komprehensif (Innes, 1996, p 461). Rasionalitas setiap orang bersifat tidak sama dan terbatas (bounded rationality) akibat perbedaan informasi Perencanaan rasional/komprehensif menuntut pengetahuan yang ”sempurna”, suatu kondisi yang sangat sulit dipenuhi. Akibatnya rasionalitas masing-masing perencana/stakeholder bersifat terbatas, Informasi sebenarnya tersebar beragam di masing-masing stakeholder dengan kepentingan yang berbeda-beda pula. Sifat komprehensif suatu perencanaan dapat dipenuhi dengan membangun partisipasi seluruh stakeholder agar di dapat informasi yang lengkap dan dipahami bersama untuk kemudian dibangun keputusan yang terbaik.

Page 32: Perencanaan partisipatif

Perencanaan partisipatif awalnya hanya dianggap sesuai untuk perencanaan pembangunan di daerah-daerah yang terbelakang sistem informasinya (perdesaan, Negara yang sedang berkembang). Di negara yang sudah majupun, akibat permasalahan pembangunan yang semakin kompleks, pencapaian pengatahuan yang “sempurna” (seperti yang dituntut dalam perencanaan rasional), dimanapun juga hampir tidak pernah dicapai. Perkembangan konflik antar stakeholder dari waktu ke waktu ternyata terus berkembang semakin kompleks, karenanya pendekatan-pendekatan perencanaan partisipatif semakin dikembangkan bukan hanya di perdesaan atau di negara-negara yang sedang berkembang. Bahkan juga semakin dibutuhkan di lingkup perkotaaan dan Negara-negara industri maju dengan pendekatan yang berbeda-beda.

Page 33: Perencanaan partisipatif

Perencanaan Partisipatif

Habermas (1984): “Communicative Planning”: perencanaan adalah proses

komunikasi; Sumber Rasionalitas: Bukan hanya “rasionalitas

instrumental” yang bersumber dari ilmu pengetahuan; pentingnya diskurusus

Davidoff (1965):

Perencanaan Advokasi; Perencana sebagai Advokat

Healey, P. (1997): Collaborative Planning: pemberdayaan bagi seluruh

kelompok masyarakat agar suaranya dapat didengar, Perencana sebagai fasilitator untuk menjamin bahwa kaum lemah

Page 34: Perencanaan partisipatif

Tahap-tahap dan aktivitas perencanaan: Kombinasi rational dan participatory/consensus planning

Pengumpulan data Social assessment Analisis Masalah Menetapkan Tujuan-tujuan Mengidentifikasikan alternatif-alternatif Mengidentifikasi/investigasi hambatan dan peluang Memilih alternative terbaik (decision making) Implementasi Monitoring dan Evaluasi

Page 35: Perencanaan partisipatif

Peran Masyarakat Dalam Perencanaan

Memberikan penilaian (review) dan komentar terhadap suatu rencana yang diusulkan. Konsultasi. masyarakat sebagai konsultan diharapkan menjadi bagian dari penyusunan perencanaan, untuk meningkatkan efektivitas dari suatu keputusan Penasehat (advisory). Dalam komite dengan derajat tingkat pengaruh lebih besar Pengambilan keputusan (decision-making) yang bersama. Masyarakat sebagai mitra didalam perencanaan dan pengambilan keputusan Pengambilan keputusan (decision-making) pengendali. Masyarakat merupakan penentu akhir kebijakan dan keputusan perencanaan. Staf profesional memudahkan pengambilan keputusan, bertindak sebagai penasehat (advisory) dan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan (decision-making) masyarakat

Page 36: Perencanaan partisipatif

Pendekatan partisipatif dapat menutupi berbagai kelemahan-kelemahan pendekatan perencanaan rasional terutama kelemahan-kelemahan akibat terbatasnya informasi yang berdampak serius pada terjadinya bounded rationality.

Page 37: Perencanaan partisipatif

Spektrum pendekatan perencanaan rasional (rational planning) dan perencanaan partisipatif (participatory planning) dalam dimensi-dimensi skala perencanaan, social trust, biaya transaksi, dan Keterlibatan masyarakat.

Nasional/Makro Lokal/Community

RationalPlanning

ParticipatoryPlanning

HighSocial trust(Legitimasi)

Low

Scale

High

Low

High

Low

Tran

sacti

on C

ost

Stak

ehold

erIn

volve

men

t

Page 38: Perencanaan partisipatif

Arnstein’s Ladder of Participation (1967)

Not to enable people to participate, but to enable powerholders

To hear and to have a voice, but lack of power

Page 39: Perencanaan partisipatif

Proses perencanaan sebenarnya bagian dari proses capacity building, yakni membangun kapasitas kelembagaan suatu institusi. Implementasi dari suatu perencanaan diharapkan mengarah pada tercapainya tujuan-tujuan (goals) yang diharapkan Seperti melalui proses monitoring atas dasar indikator-indikator kinerja yang merupakan proses implementasi yang dilakukan evaluasi.

Page 40: Perencanaan partisipatif

Hasil evaluasi atas pencapaian kinerja dari proses implementasi ditindaklanjuti dengan proses pengendalian baik berupa koreksi atau perbaikan dengan melakukan perubahan pada perencanaan-perencanaan pada tahap berikutnya. Proses perencanaan, implementasi dan pengendalian merupakan putaran (loop) tanpa henti sebagai proses pembelajaran (learning process) yang menghasilkan kematangan dan kemandirian institusi (capacity building)

Page 41: Perencanaan partisipatif

Perencanaan sebagai bagian dari Learning Process

Perencanaan

ImplementasiPengendalian

IndikatorMonitoring

Goals

Evaluasi

IndikatorMonitoring

Capacity building

Page 42: Perencanaan partisipatif

Teori-teori Perencanaan dan perubahan sosial

1. Field Theory 2. Learning Theory (Teori Pembelajaran) 3. Inter-Organization Behavior Explanation

of Change (Perilaku Antar Organisasi) 4. Diffusion of Innovation

(Penyebaran Pembaharuan)

Page 43: Perencanaan partisipatif

Field Theory Teori klasik tentang perubahan social Kurt Lewin: Seluruh sistem sosial dipengaruhi kekuatan lapangan yang mampu mengarahkan dan mengendalikan. ke arah perubahan dan pembangunan, sebagai reaksi memenuhi kebutuhan, ambisi, harapan, & nilai-nilai. Kekuatan pengendalian (kebiasaan, konflik kekuatan penggerak, tingkat energi, & kekerasan) adalah hambatan perubahan. Perubahan sosial adalah sebagai bentuk konsekuensi atas ketidakpuasan. Keinginan/kesadaran telah mengawali upaya perubahan, Perlu menciptakan lingkungan yang memberikan dorongan positif pada upaya-upaya perubahan.

Page 44: Perencanaan partisipatif

Learning Theory (1)

Ivan Pavlov Perubahan adalah suatu fungsi dalam menyesuaikan dengan lingkungan. Usaha individu untuk pindah dari tempat tidak memuaskan ke tempat lain yang lebih memuaskan, merupakan suatu proses pembelajaran.

Page 45: Perencanaan partisipatif

Learning Theory (2) Memberikan dasar-dasar yang dapat berguna

dalam perencanaan, antara lain: Perubahan diawali sbg respon ketidakpuasan, atau kepuasan suatu tindakan. Ketidakpuasan/kepuasan berpengaruh langsung untuk perubahan dan menyediakan sarana untuk belajar bagaimana beradaptasi. Perubahan sosial menunjukkan modifikasi perilaku. Penghargaan, pujian, model perilaku yang digunakan untuk memberikan dorongan positif akan mengarahkan pada perilaku yang diinginkan.

Page 46: Perencanaan partisipatif

(3) Inter-Organization Behavior Explanation of Change

(Perilaku Antar Organisasi)

Chester I. Bannard: kerjasama tergantung pada dua kondisi:

(1) efektifitas-pencapaian dari pengenalan sasaran-sasaran. Tanpa mengenali sasaran-sasaran, individu tidak akan bekerjasama untuk mengerjakan suatu tugas, dan

(2) efisiensi yang dihubungkan dengan alasan kepuasan individu. Jika suatu alasan individu tidak bisa dicukupi, salah satunya berbagi dalam keuntungan atas pengamanan sasaran atau asosiasi perorangan dan kewajiban sebelumnya, maka aktivitas kerjasama tidak akan bisa terjadi.

Page 47: Perencanaan partisipatif

(3) Inter-Organization Behavior Explanation of Change

Penjelasan perilaku antar-organisasi diasumsikan sebagai suatu kebalikan. Target selalu di luar agen dan agen perubahan adalah tidak perorangan tetapi suatu organisasi.

Page 48: Perencanaan partisipatif

(4) Diffusion of Innovation (Penyebaran Pembaharuan)

Inovasi adalah gagasan pembaharuan. Difusi adalah proses bagaimana suatu inovasi menyebar. Adopsi adalah suatu keputusan untuk melanjutkan penggunaan penuh dari suatu inovasi. 5 tahap proses adopsi dari suatu inovasi (Everett Rogers):

Awareness Stage (Tahap kesadaran) Interest Stage (Tahap perhatian) Evaluation Stage (Tahap evaluasi) Trial Stage (Tahap percobaan) Adoption Stage (Tahap adopsi)

Page 49: Perencanaan partisipatif

Tujuaj Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Pembangunan

(1) sumber informasi & kebijaksanaan dalam meningkatkan efektivitas keputusan perencanaan,

(2) Alat mengorganisir persetujuan dan pendukungan untuk tujuan program serta perencanaan, dan

(3) Cara pembenaran, perlindungan individu, dan kelompok.

Page 50: Perencanaan partisipatif

Strategi partisipasi

1. terapi pendidikan (education-therapy) 2. perubahan tingkah laku (behavioral

change) 3. tambahan staff (staff supplement) 4. kemitraan (cooptation), 5. kekuatan masyarakat (community

power), 6. pembelaan (advocay).

Page 51: Perencanaan partisipatif

1. Strategi terapi pendidikan (education-therapy)

memusatkan pada peningkatan kemampuan peserta secara individu. sasaran dari strategi:

(1) Meningkatkan kompetensi dan kapasitas masyarakat.

(2) Mengembangkan rasa percaya diri (self-confidence) dan kepercayaan pada diri sendiri (self-reliance).

Page 52: Perencanaan partisipatif

(2) Strategi Perubahan Tingkah Laku (Behavioral Change)

Kekuatan utama dalam mengubah prilaku individu adalah melalui proses partisipasi di dalam kelompok.

(1) Lebih mudah mengubah perilaku individu apabila menjadi anggota dari suatu kelompok dibandingkan mengubah perilaku individu secara terpisah-pisah, dan

(2) Individu dan kelompok mempertahankan keputusan yang dibuat secara bersama-sama. Jadi mereka akan mendukung keputusan bersama tersebut sehingga menjadi dasar dalam melakukan perubahan .

Page 53: Perencanaan partisipatif

(3) Strategi Tambahan Staf (Staff Supplement)

Perencana adalah tenaga ahli yang terbatas. Ia mempunyai pengetahuan dalam bentuk konsep dan analisis, tetapi tidak semua isu memerlukan tenaga ahli. Strategi ini bertujuan untuk memanfaatkan kebijaksanaan, kemampuan, waktu luang, dan pengetahuan dari masyarakat. prinsip kesukarelaan, yaitu perekrutan masyarakat untuk menyelesaikan tugas suatu organisasi yang tidak mempunyai sumber daya staff.

Page 54: Perencanaan partisipatif

(4) Strategi Kemitraan (Cooptation)

masyarakat tidak dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan, melainkan sebagai mitra yang akan membentuk organisasi dalam mencapai tujuan. Proses menarik elemen ke dalam kebijakan atau kepemimpinan suatu organisasi serta sebagai alat untuk mengalihkan atau mencegah ancaman yang dapat mengganggu keberadaanya.

Page 55: Perencanaan partisipatif

(5) Strategi Kekuatan Masyarakat (Community Power)

2 strategi partisipasi masyarakat yang didasarkan pada teori kekuatan masyarakat:

(1) Merekrut individu yang memiliki pengaruh dalam menganugerahkan kuasa dan pengaruh pada organisasi tersebut

(2) Menganugerahkan penghargaan pada anggotanya.

Page 56: Perencanaan partisipatif

(6) Strategi Pembelaan (Advocy)

Strategi pembelaan merupakan suatu strategi yang dilakukan melalui penciptaan pemusataan kekuasaan dengan mengerahkan seluruh massa penduduk.

Penciptaan kekuasaan atau pusat baru tidak didasarkan pada kekayaan atau institusi, melainkan melalui dedikasi

Page 57: Perencanaan partisipatif

Perencana Profesional

Page 58: Perencanaan partisipatif

2 Kriteria perencanaan yang professional

1 Mampu mempengaruhi pembuatan kebijakan pemerintah yang terkait dengan kepentingan masyarakat dan merekomendasikan aktivitas atau pilihan kegiatan yang khusus yang dapat mewakili beragam kepentingan dalam masyarakat melalui berbagai putusan-putusan berkaitan dengan sosial, ekonomi, perubahan secara fisik dalam lingkup kepentingan masyarakat.

Page 59: Perencanaan partisipatif

2. Memiliki suatu pandangan yang tepat dan komprehensif.

(i) Mampu memperkirakan akibat-akibat dan konsekuensi fisik, lingkungan, sosial, ekoniomi/keuangan, kepemerintahan dalam mengusulkan suatu suatu model keputusan.

(ii) Mampu menghubungkan/mengaitkan suatu usulan keputusan dengan aspek yang lebih luas

(iii) Meramu berbagai kebijakan, aktivitas, secara sistematik dan membuat kaitan / hubungan antar berbagai elemen kegiatan.

(iv) Menerapkan proses perencanaan dengan memperhatikan kondisi yang ada.

Page 60: Perencanaan partisipatif

Hal-hal yang perlu diperhatikan perencana

(1) Mengenali problem dan peluang yang ada, tujuan yang ditetapkan, alternatif dan pilihan strategi, penerapan, evaluasi.

(2) berorientasi di masa depan, manfaat dari perubahan, dan sumber hambatan/kendala

(3) kualitas dari penelitian dan analisis (4) format kebijakan, program dan rencana

kegiatan.

Page 61: Perencanaan partisipatif

2 Kemampuan penting sebagai perencana

(1) kemampuan melakukan prosedur: Kemampuan prosedur berhubungan dengan fungsi, yaitu mengetahui bagaimana bertindak atau membawa keluar seluruh cakupan dari fungsi yang dibutuhkan di dalam perencanaan.

(2) kemampuan berinteraksi: kemampuan perencana untuk melibatkan dirinya dengan pihak lainnya dan melakukan proses perencanaan secara bersama-sama.

Page 62: Perencanaan partisipatif

Kepemimpinan (leadership) Didefinisikan sebagai sesuatu yang mampu

memberikan inspirasi dan mampu memobilisasi orang lain untuk melakukan kegiatan bersama dalam usaha mencapai tujuan.

Kepemimpinan yang efektif merupakan usaha bersama yang melibatkan banyak orang yang memainkan peran yang berbeda pada saat yang berbeda.

Page 63: Perencanaan partisipatif

Tujuan Partisipasi Masyarakat

Sumber Informasi dan kebijakan Alat mengorganisir persetujuan dan dukungan atas program dan perencanaan yang disusun Suatu cara melindungi kepentingan individu dan kelompok masyarakat

Page 64: Perencanaan partisipatif

Apa yang Membuat Masyarakat Berpartisipasi? Eksternal

Adanya program Adanya musuh bersama Adanya orang luar sebagai fasilitator

Internal Kesadaran kritis Pemimpin/tokoh lokal

Page 65: Perencanaan partisipatif

Perencana dan pemimpin adalah hal yang berbeda Sebagian besar para perencana bekerja pada badan/lembaga pemerintah, namun ada pula yang bekerja pada perusahaan swasta. perencana yang bekerja pada sektor publik/swasta: lingkup kerjanya adalah membantu pemerintah/ komunitas/ masyarakat mempersiapkan masa depan dalam mengelola perubahan atau hal-hal yang mungkin terjadi di masa datang.

Perencana & Pemimpin

Page 66: Perencanaan partisipatif

MODEL PARTISIPASI (Jules, 1996)

Page 67: Perencanaan partisipatif

MANIPULATIF

Suatu kondisi dimana masyarakat / wakil masyarakat terlibat dalam suatu kegiatan / badan, namun keberadaan mereka terjadi tanpa proses pemilihan dan tidak memiliki kekuatan / keabsahan.

Page 68: Perencanaan partisipatif

pasif Suatu kondisi dimana masyarakat diperintah untuk melakukan sesuatu hal yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam kondisi ini keputusan dilakukan searah oleh pemerintah atau administrator kegiatan tanpa memperdulikan pendapat masyarakat. Informasi hanya milik para ahli yang berasal dari luar masyarakat.

Page 69: Perencanaan partisipatif

KONSULTASI Suatu kondisi dimana masyarakat ikut serta melalui proses konsultasi, atau dengan menjawab pertanyaan yang diajukan. Para ahli (pihak luar) mendefinisikan masalah dan proses pengumpulan informasi, dan dengan demikian mengendalikan analisa masalah. Proses konsultatif seperti ini tidak memungkinkan terjadinya keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan para ahli tidak berkewajiban untuk mengajukan / membela pandangan masyarakat

Page 70: Perencanaan partisipatif

UTK INSENTIF MATERIAL Partisipasi Untuk Insentif Material adalah suatu kondisi dimana masyarakat berpartisipasi melalui imbalan berupa makanan, uang atau insentif material lainnya.

Warga dapat menyumbangkan lahan dan tenaga dalam suatu kegiatan, namun tidak terlibat dalam dalam proses eksperimen / pembelajaran / pengambilan keputusan.

Dalam kondisi ini, masyarakat tidak punya kepentingan lagi untuk mempertahankan partisipasi / keahliannya pada saat insentif

Page 71: Perencanaan partisipatif

FUNGSIONAL Suatu kondisi dimana pihak luar memandang partisipasi sebagai alat untuk mencapai tujuan proyek, terutama penghematan biaya proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang berkaitan dengan tujuan proyek. Keterlibatan masyarakat dapat berbentuk interaktif (timbal balik) dan umumnya melibatkan proses pengambilan keputusan secara bersama, yang cenderung dilakukan setelah arah keputusan ditentukan oleh ahli dari pihak luar. Ada kemungkinan masyarakat masih terkooptasi demi pencapaian tujuan yang ditentukan oleh pihak luar.

Page 72: Perencanaan partisipatif

INTERAKTIF Suatu kondisi dimana masyarakat ikut serta dalam analisa secara bersama, pengembangan langkah-langkah kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan lokal. Partisipasi dipandang sebagai hak, bukan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Proses ini melibatkan berbagai pendekatan untuk mencari keragaman pandangan, dan menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur. Pada saat kelompok masyarakat mengambil alih keputusan lokal dan menentukan bagaimana sumber daya lokal akan dimanfaatkan, mereka berkepentingan untuk mempertahankan struktur kelembagaan dan praktek-praktek pelaksanaan pembangunan yang baik

Page 73: Perencanaan partisipatif

MOBILISASI DIRI Suatu kondisi dimana masyarakat berpatisipasi dalam berinisiatif secara mandiri untuk melakukan perubahan sistem. Mereka menjalin hubungan dengan pihak luar untuk memperoleh sumber daya dan pendapat teknis yang mereka butuhkan, tetapi tetap memegang kendali atas bagaimana sumber daya itu akan digunakan. Mobilisasi diri dapat berkembang luas jika pemerintah dan LSM memberikan dukungan konstruktif.

73

Page 74: Perencanaan partisipatif

Peran Masyarakat Dalam Perencanaan

Memberikan penilaian (review) dan komentar terhadap suatu rencana yang diusulkan. Konsultasi. masyarakat sebagai konsultan diharapkan menjadi bagian dari penyusunan perencanaan, untuk meningkatkan efektivitas dari suatu keputusan Penasehat (advisory). Dalam komite dengan derajat tingkat pengaruh lebih besar Pengambilan keputusan (decision-making) yang bersama. Masyarakat sebagai mitra didalam perencanaan dan pengambilan keputusan Pengambilan keputusan (decision-making) pengendali. Masyarakat merupakan penentu akhir kebijakan dan keputusan perencanaan. Staf profesional memudahkan pengambilan keputusan, bertindak sebagai penasehat (advisory) dan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan (decision-making) masyarakat

Page 75: Perencanaan partisipatif

Tujuan Partisipasi Masyarakat

Sumber Informasi dan kebijakan Alat mengorganisir persetujuan dan dukungan atas program dan perencanaan yang disusun Suatu cara melindungi kepentingan individu dan kelompok masyarakat

Page 76: Perencanaan partisipatif

Partisipasi sebagai proses komunikatif

Penyelenggaraan 'partisipasi masyarakat' berfungsi untuk mempertahankan legitimasi dari sistem. Habemas (1984) mengusulkan pendekatan berkomunikasi dimana penyampaian suatu pengetahuan dari satu orang ke orang lain dicapai dasar pemahaman timbal balik, berbagi pengetahuan, saling percaya dan kesepakatan.

Page 77: Perencanaan partisipatif

Partisipasi sebagai proses komunikatif

4 syarat klaim validitas berkomunikasi” a. kebenaran (truth), b. ketepatan (rightness) dari hubungan

interpersonal, c. truthfulnes (kepercayaan penuh) tentang

keadaan internal subyektif kita dan d. comprehesibility (kelengkapan, derajat

komprehensif) bahasa yang digunakan

Page 78: Perencanaan partisipatif

Partisipasi sebagai proses komunikatif

Pendapat Habermas (1984) dan Bernstein (1983), adalah untuk mengklaim rasionalitas komunikatif hanya menyediakan kriteria prosedural tentang bagaimana perselisihan dan argumen yang mungkin akan diselesaikan dan tentang bagaimana prinsip-prinsip yang mungkin akan dibangun. Selanjutnya, perbedaan pandangan dapat diterima.

Page 79: Perencanaan partisipatif

Diskursus dalam proses partisipatif

Proses diskursus yang berkualitas menurut Dryzek (1990) dicirikan oleh:

(1) Interaksi yang bebas dari dominasi kekuasaan; (2) Interaksi yang bebas dari strategi (strategising) para aktor; (3) Tidak berbuat curang/menipu; (4) Semua pelaku/aktor setara dan mempunyai hak yang sama

terhadap pandangan/argumen; (5) Tidak ada batasan dalam partisipasi; dan (6) Satu-satunya yang memiliki otoritas adalah “argumen yang

baik”.

Page 80: Perencanaan partisipatif

CONTOH PARTISIPASI

Page 81: Perencanaan partisipatif
Page 82: Perencanaan partisipatif