17
AEROLOGICAL DIAGRAM Praktikum Meteorologi Fisik Departemen Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor 2010 Andi Syahid Muttaqin

Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penjelasan mengenai komponen-komponen dalam aerological diagram dan memanfaatkannya untuk analisis data radiosonde.

Citation preview

Page 1: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

AEROLOGICAL DIAGRAM

Praktikum Meteorologi FisikDepartemen Geofisika dan Meteorologi

Institut Pertanian Bogor2010

Andi Syahid Muttaqin

Page 2: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

Keterangan

Garis-garis yang ada pada diagram tersebut adalah:

1. Garis Hitam vertikal paling kiri merupakan ICAO Standard Atmosphere Altitude

2. Garis tebal hitam di tengah-tengah diagram merupakan perkiraan Standard Atmosphere Lapse Rate lapisan troposfer hingga stratosfer.

Page 3: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

3. Garis datar coklat pada sumbu-x mulai 1050 mb hingga 100 mb merupakan Isobar.

4. Garis miring (skewing) cokelat dari kiri ke kanan 45ᵒ: Skew T Isotherm dari -100ᵒC sampai dengan 48ᵒC.

5. Garis padat hijau (melengkung ke kanan) dari kanan bawah ke kiri atas: Adiabatik kering (dry adiabatic). Udara yang belum jenuh akan naik/turun pada garis ini dengan laju 9,8ᵒC/km.

Page 4: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

6. Garis putus-putus hijau (melengkung ke kiri) dari kanan bawah ke kiri atas merupakan garis Adiabatik jenuh (saturated adiabatic/moist adiabatic). Udara naik/turun pada kondisi jenuh dengan laju 4,5ᵒC/km.

7. Garis hijau tipis miring dari kiri bawah ke kanan atas merupakan mixing ratio (g/kg) mulai dari 0,1 – 60 g/kg.

8. Thickness (tebal atmosfer) garis berskala hitam mendatar mulai dari: 1000-700; 1000-500; 700-500; 500-300; 300-200; 200-100.

Page 5: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

Contoh:

Hitung tebal atmosfer pada T=0ᵒC dengan tekanan antara 1000-700 mb.

Jawab:

• Cari Skew T Isotherm = 0ᵒC

• Cari Thickness dengan P antara 1000-700 mb.

• Cari titik perpotongan antara kedua garis tersebut.

• Lihat skala yang tertera pada Thickness P 1000-700 mb, yaitu 28,5.

• Jadi, tebal atmosfernya = 28,5 x 100 = 2.850 m.

Page 6: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

1. Suhu udara ukuran energi kinetis rata-rata dari pergerakan molekul suatu benda. Data sonde T dan P diplotkan pada Aerological Diagram dengan menghubungkan titik-titik T menjadi Kurva T atau Skew T Isotherm.

2. Suhu Titik Embun (Td)/Suhu Titik Beku (Tf). Merupakan suhu udara yang dicapai saat udara mengembun/membeku. Data sonde Td/Tf dan P diplotkan pada Aerological Diagram dengan menghubungkan titik-titik Td/Tf menjadi Kurva Td/Kurva Tf. Namun...

Analisis Data Radio Sonde

Page 7: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

Jika LCL belum diketahui sedangkan Td/Tf sudah diketahui, maka langsung dapat diplotkan ke dalam diagram.

Selain itu, nilai Td/Tf dapat dicari dengan menarik garis secara mixing ratio dari LCL sampai ke Isobar awal. Kemudian tarik garis secara Isoterm yang melewati titik perpotongannya.

Page 8: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

3. LCL (Lifting Condensation Level), merupakan ketinggian dimana sebuah parsel udara menjadi jenuh ketika diangkat secara adiabatik kering disebut juga Tinggi Dasar Awan.

Cara Plotting:

a. dari T pada P, tarik garis sejajar dry adiabatics.

b. dari Td/Tf pada P, tarik garis sejajar mixing ratio.

Perpotongan a dan b disebut LCL. Semua titik LCL yang dihubungkan disebut Kurva LCL.

Untuk menentukan suhu LCL, tarik garis secara Isoterm dari LCL ke bawah.

Page 9: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

4. Suhu Potensial (θ): merupakan suhu yang dimiliki parsel udara jika dibawa secara adiabatik kering ke tekanan 1000 mb.

Cara Plotting:

T pada P ditarik sejajar Dry Adiabatics hingga memotong Isobar 1000 mb. Titik hasil perpotongan tersebut disebut Suhu Potensial (θ).

5. Suhu Bola Basah (Tw): merupakan suhu yang dicapai parsel udara jika ditambah uap air hingga jenuh pada P konstan.

Page 10: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

Cara Plotting:

Tarik garis dari LCL secara adiabatik jenuh (mosit adaiabatics) sampai Isobar awal. Kemudian tarik garis Isoterm yang melewati titik perpotongannya.

6. Suhu virtual (Tv): suhu khayal dimana udara kering dianggap memiliki kerapatan yang sama dengan udara lembab pada P sama.

Cara Plotting:

a. Dari Td/Tf pada P tertentu, tarik garis sejajar mixing ratio memotong Isobar 1000 mb. Titik tersebut disebut w (g/kg).

b. Masukkan nilai w ke Tv=(1+0,6w)T

Page 11: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

7. Kelembaban Relatif (RH): merupakan rasio jumlah uap air dalam volume udara yang diberikan terhadap jumlah volume yang tersedia bila udara jenuh.

Cara Plotting:

a. Dari Td tarik garis sejajar mixing ratio hingga didapatkan nilai w.

b. Dari T tarik garis sejajar mixing ratio hingga didapatkan nilai ws

RH = w/ws x 100%.

Page 12: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

8. Suhu ekivalen (Te): suhu udara yang dianggap mengalami kondensasi secara adiabatik pada P konstan dimana semua uap air yang dikandung udara tersebut terkondensasi dan menjadi hujan dengan segera.Cara Plotting:a. Titik potong antara garis sejajar dengan

mixing ratio melalui Td dan garis sejajar Dry Adiabatics melalui T.

b. Tarik garis ke atas sejajar moist adiabatics melalui titik potong (a) ke atas hingga sejajar dry adiabatics.

c. Dari (b) ditarik garis sejajar dry adiabaticshingga memotong Isobar mula-mula.

Page 13: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

9. Suhu Ekivalen Potensial (θe): merupakan suhu udara yang dianggap mengalami kondensasi secara adiabatik pada P 1000 mb dimana semua uap air yang dikandung udara tersebut terkondensasi dan menjadi hujan dengan segera.

10.Mixing ratio jenuh (ws): pada saat garis mixing ratio memotong Td pada P tertentu didapat nilai mixing ratio (w) dalam g/kg, pada saat mixing ratio memotong T pada P tertentu didapatkan nilai mixing ratio jenuh (ws) dalam g/kg.

Page 14: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram
Page 15: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

Soal...1. Berapa suhu dari paket udara yang terangkat

secara Adiabatik Kering:

a. Dari 30ᵒC pada P=1000 mb ke 700 mb.

b. Dari 15ᵒC pada P=1000 mb ke 600 mb.

c. Dari -10ᵒC pada P=900 mb ke 650 mb.

2. Berapa suhu dari paket udara yang terangkat secara Adiabatik Basah:

a.Dari 30ᵒC pada P=1000 mb ke 700 mb.

b. Dari 15ᵒC pada P=1000 mb ke 600 mb.

c. Dari -10ᵒC pada P=900 mb ke 650 mb.

Page 16: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

3. Jika suatu parsel diketahui suhunya 24C padaketinggian 1000 mb dengan mixing ratio 12 g/kg. Gunakan diagram termodinamika untukmenentukan:– Ketinggian LCL (dalam mb)

– Suhu pada ketinggian LCL

– Suhu potensial

– Suhu titik embun

– Suhu bola basah

– Suhu potensial bola basah

Dan hitung:

– Suhu virtual

– RH

Page 17: Analisis Data Radiosonde dengan Aerological Diagram

4. Diketahui tekanan udara 1010 mb, suhu 30 C dan mixing ratio 20 g/kg. Tentukan Suhuequivalen Te, Titik embun Td, Suhu bola basah Tw, Ketinggian dasar awan, dan Suhupotensial bola basah w.

5. Udara yang suhunya 20 C dan mixing ratio 10 g/kg bergerak dari ketinggian 1000 mb ke700 mb melewati sebuah gunung. Tentukantitik embun mula-mula. Udara tersebutkemudian turun ke ketinggian 900 mb di balikgunung.