Upload
khairul-fadhli
View
1.953
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
i
ANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKROEKONOMI TERHADAP
VOLUME TRANSAKSI SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
(Periode 2010-2013)
Skripsi Ini Disusun Sebagai Syarat Dalam Pengajuan Judul Skripsi
Oleh :
KHAIRUL FADHLI
NIM : 108046100170
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2014 M
ii
iii
iv
i
ABSTRAK
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) merupakan surat berharga yang
diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan prinsip syariah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, jumlah uang beredar, kurs, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap volume transaksi SBSN
dengan menggunakan model analisis model koreksi kesalahan (Error Correction Model), dengan data time series bulanan dari bulan Januari 2010 sampai dengan
bulan Juli 2013 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), dan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada hasil uji ECM ditemukan bahwa variabel inflasi berpengaruh
signifikan pada jangka panjang, dan mempunyai hubungan negatif terhadap volume transaksi SBSN, sedangkan kurs rupiah terhadap USD berpengaruh
sigifikan pada jangka pendek, dan mempunyai hubungan negatif terhadap volume transaksi SBSN di pasar sekunder. Sedangkan inflasi, jumlah uang beredar, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada jangka pendek tidak berpengaruh
signifikan terhadap volume transaksi SBSN di pasar sekunder. Pada jangka panjang variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan kurs
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume transaksi SBSN di pasar sekunder. Kata kunci: Inflasi, Jumlah Uang Beredar (M1), Kurs Rupiah, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, Volume Transaksi SBSN.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbi al-alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan inayahnya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Indikator
Makroekonomi di Indonesia Terhadap Volume Transaksi Surat Berharga
Syariah Negara”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta pengikutnya dan semoga kelak
mendapat syafa’atnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah di Fakultas Syariah Dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis telah banyak mendapat dukungan dan bantuan baik moril maupun materil
dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan pada
waktu yang tepat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan
Mukmin Rauf, M. Ag, selaku Sekretaris Jurusan Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengarahan dan
membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi
ini.
iii
3. Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM dan Rr. Tini Anggraeni, ST, M. Si,
selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan,
tuntunan, masukan, dan solusi yang amat baik kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah dengan
sabar memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya. Semoga
menjadi ilmu yang bermanfaat, sehingga menjadi amal kebaikan
bagi kita semua. Aamiin.
5. Kepala perpustakaan utama UIN Jakarta dan perpustakaan Fakultas
Syariah dan Hukum beserta jajarannya yang telah membantu penulis
dengan menyediakan fasilitas berupa referensi- referensi yang
penulis butuhkan dan ruangan yang kondusif untuk mengerjakan
skripsi, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Siti Sholihah, SH.i selaku Staff Program Studi Muamalat yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam
menyelesaikan kebutuhan administrasi selama perkuliahan.
7. Kepada Ayahanda Drs. Syamsuridjal dan Ibunda Dra. Daurah Nurdin,
yang selalu mendoakan untuk kebahagiaan dan kesuksesan ananda dan
memotivasi baik secara moril dan materiil semata-mata untuk
keberhasilan penulis.
8. Teruntuk saudara tua Mursal Darwis dan Miftahul Masyhuri yang
sangat men support penulis baik moril maupun materiil untuk
iv
keberhasilan studi penulis. Serta, adik-adikku Ahmad Nazhir dan Fikri
Kamil yang senantiasa mendoakan untuk keberhasilan penulis.
9. Sahabat–sahabat (Gilang Aji Sulastomo, Azharuddin Anwar, Ahmad
Aminullah, Ihda Siti Nuraida, Yaman Hijaz, dkk), teman-teman
seperjuangan mahasiswa Perbankan Syariah angkatan 2008 (Sari
Ardiyanti Rahayu, Ilham Dzulhelmi, dkk), teman-teman HML (Riki
Dian Saputra, Abdurrahman, dkk), teman-teman dan keluarga di rumah
kedua Antala’lai Residence (Rosyid Suryandaru, Tedi Novian, dkk)
yang sangat mempengaruhi perubahan sikap penulis untuk selalu
semangat dalam melalui proses penyelesaian skripsi.
10. Semua makhluk Allah yang membuat penulis terinspirasi dan semua
pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis, hingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT, semoga senantiasa
menerima kebaikan dan ketulusan mereka, serta memberikan sebaik-baiknya
balasan atas amal baik mereka. Terakhir semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat
menambah khazanah keilmuan kita. Amin.
Jakarta, 6 Januari 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................................7
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................8
D. Perumusan Masalah......................................................................................8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................9
F. Kerangka Pemikiran ...................................................................................11
G. Sistematika Penulisan.................................................................................12
BAB II Tinjauan Pustaka .......................................................................................13
A. Tinjauan Umum Tentang Sukuk ................................................................13
1. Pengertian Sukuk..................................................................................13
2. Karakteristik Sukuk ..............................................................................17
3. Tujuan Penerbitan Sukuk .....................................................................21
4. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan SBSN / Sukuk ..........22
vi
5. Jenis – Jenis SBSN (Sukuk) Serta Tinjauan Fiqih Mengenai Akad Dan
Penerbitannya .......................................................................................23
B. Nilai Tukar Rupiah .....................................................................................29
C. Inflasi..........................................................................................................32
1. Pengukuran Inflasi................................................................................33
2. Macam – Macam Inflasi.......................................................................34
3. Dampak dari Inflasi ..............................................................................37
D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ..............................................................38
E. Jumlah Uang Beredar .................................................................................44
1. Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1) ..................44
2. Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2).........................45
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar ..............45
F. Studi Review Terdahulu .............................................................................47
G. Kerangka Konseptual .................................................................................50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................52
A. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................52
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................................52
1. Variabel Terikat....................................................................................52
2. Variabel Bebas .....................................................................................53
C. Teknik Penentuan Data ..............................................................................53
1. Sumber Data .........................................................................................54
2. Metode Pengumpulan Data ..................................................................54
D. Teknik Analisis Data ..................................................................................55
vii
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................56
a. Uji Multikolinieritas .......................................................................56
b. Uji Heteroskedastatisitas ................................................................57
c. Autokorelasi ...................................................................................58
2. Uji Linieritas ........................................................................................58
3. Uji Stasioner .........................................................................................59
a. Uji Akar Unit..................................................................................59
b. Uji Derajat Integrasi .......................................................................60
4. Uji Kointegrasi .....................................................................................60
5. Uji ECM ...............................................................................................62
E. Hipotesis .....................................................................................................64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .........................................................66
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...........................................................66
B. Deskripsi Data ............................................................................................68
1. Volume Transaksi SBSN Seri IFR.......................................................68
2. Tingkat Inflasi ......................................................................................70
3. Jumlah Uang Beredar (M1) ..................................................................71
4. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika (Kurs Rupiah) ............72
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ........................................................74
C. Analisis dan Pembahasan ...........................................................................75
1. Uji Linieritas ........................................................................................75
2. Uji Stasioneritas ...................................................................................77
3. Uji Kointegrasi .....................................................................................80
viii
4. Uji Asumsi Klasik ................................................................................81
a. Uji Multikolinieritas .......................................................................82
b. Uji Heteroskedastatisitas ................................................................83
c. Autokorelasi ...................................................................................84
5. Uji Error Correction Model (ECM) ....................................................85
D. Interpretasi Data .........................................................................................88
1. Konstanta..............................................................................................88
2. Pengaruh Inflasi Terhadap Volume Transaksi SBSN ..........................88
3. Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Volume Transaksi SBSN .89
4. Pengaruh Kurs Terhadap Volume Transaksi SBSN ............................90
5. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah Terhadap Volume
Transaksi SBSN ...................................................................................90
E. Analisis Ekonomi .......................................................................................91
BAB V PENUTUP.................................................................................................95
A. Kesimpulan.................................................................................................95
B. Saran ...........................................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................98
LAMPIRAN ........................................................................................................101
ix
DAFTAR GRAFIK
No. Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Penerbian Sukuk di Indonesia 4
1.2 Outstanding SBSN 5
x
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1
Surat Berharga Syariah Negara, Inflasi, Kurs, Jumlah Uang
Beredar, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah di Indonesia
periode 2010 - 2013
6
4.1 Volume Transaksi SBSN seri IFR Tahun 2010-2013 64
4.2 Tingkat Inflasi periode Tahun 2010-2013 66
4.3 Jumlah Uang Beredar periode Tahun 2010-2013 67
4.4 Kurs Rupiah Terhadap USD periode Tahun 2010-2013 68
4.5 Nisbah Bagi Hasil periode Tahun 2010-2013 70
4.6 Uji Ramsey Reset 72
4.7 Uji Root Test Augmented Dickey-Fuller Pada Level-Intercept 73
4.8
Uji Root Test Augmented Dickey-Fuller Pada 1st Difference-
Trend and Intercept 75
4.9 Uji Root Test Augmented Dickey-Fuller Pada 2nd Difference-
Trend and Intercept
75
4.10 Hasil Uji Kointegrasi 76
4.11 Hasil Uji Multikolinieritas 78
4.12 Uji Heteroskedastatisitas 79
4.13 Uji Autokolerasi LM-Test 80
4.14 Hasil Uji ECM 82
4.15 Hasil Uji ECM 83
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Kerangka Pemikiran 10
2.1 Skema Penerbitan SBSN Ijarah – Sale and Lease Back 24
2.2 Susunan dan Bentuk Sukuk Mudharabah 25
2.3 Model Kerangka Konseptual 47
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Data Penelitian 96
2. Uji Linieritas 98
3. Uji Stasioner 99
4. Uji Kointegrasi 108
5. Uji Asumsi Klasik 109
6. Uji ECM 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sukuk merupakan instrumen yang diperdagangkan di bursa efek syariah.
Kata sukuk berasal dari bahasa Arab shukûk, bentuk jamak dari kata shaak, yang
dalam peristilahan ekonomi berarti legal instrument, deed, atau check.1 Sudah
banyak sekali jenis produk atau instrumen keuangan syariah sekarang ini. Mulai
dari tabungan, asuransi saham, reksadana, sampai sukuk. Salah satu instrumen
keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan adalah sukuk.
Sukuk sering disebut Obligasi Syariah atau Surat Berharga Syariah
Negara, yang merupakan salah satu instrumen pasar modal syariah di samping
saham dan reksadana syariah. Pada awalnya banyak pihak yang masih meragukan
keabsahan dari Surat Berharga Syariah Negara. Namun, sebagaimana pengertian
bank syariah adalah bank yang menjalankan prinsip syariah, tetap menghimpun
dan menyalurkan dana, tetapi tidak menggunakan instrumen bunga. Hal tersebut
juga berlaku pada obligasi syariah yang mengalami pergeseran makna, berbeda
dengan obligasi pada umumnya (obligasi konvensional).2
Sukuk adalah salah satu instrumen investasi syariah yang cukup diminati
karena dianggap memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibanding investasi
pada instrumen investasi lainnya. Sukuk saat ini tengah menjadi fenomena yang
mendunia dalam ekonomi Islam. Sampai dengan Juli 2010 total emisi sukuk
1 Muhamad Nafik H R, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta: PT. Ikrar
Mandiriabadi, 2009), h. 246 2 Firdaus, dkk, Konsep Dasar Obligasi Syariah , (Jakarta: PT. Renaisan, 2005), h. 13.
2
internasional telah mencapai sekitar USD 213 miliar. Berkembang secara pesat
dari semula sekitar USD 4 miliar pada tahun 2002.3 Sebenarnya jika kita telursuri
dari sejarah Islam, sukuk atau obligasi syariah bukanlah merupakan istilah baru.
Istilah tersebut telah dikenal sejak abad pertengahan dimana umat Islam
menggunakannya dalam konteks perdagangan internasional. Pada abad
pertengahan sukuk digunakan sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban
finansial. Dokumen ini timbul dari segi usaha perdagangan dan aktivitas
komersial lainnya.
Dalam dunia keuangan Islam sukuk merupakan terobosan baru di
Indonesia, meskipun istilah tersebut merupakan istilah yang memiliki dasar
sejarah yang panjang. Inilah salah satu bentuk yang inovatif dalam perkembangan
sistem syariah kontemporer saat ini. Di Indonesia sendiri sukuk sudah
berkembang pesat. Apalagi semenjak adanya dukungan dari pemerintah dengan
dikeluarkannya fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN
MUI) No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah dan No. 33/DSN-
MUI/IX/2002 tentang obligasi mudharabah.
Secara historis berdasarkan data Bapepam-LK sejak obligasi syariah
pertama kali diterbitkan pada September 2002 terdapat tiga periode penerbitan
obligasi. Pembagian ini berdasarkan fenomena berbeda yang terjadi pada masing-
masing periode. Periode pertama antara Oktober 2002 hingga Maret 2004
sebanyak 7 lembar obligasi syariah diterbitkan. Seluruh obligasi yang terbit pada
perode awal ini menggunakan akad mudharabah. Periode kedua, April 2004
3 Tim Penyusun Direktorat Pembiayaan Syariah, “ Tanya Jawab Surat Berharga Syariah
Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah” Edisi ke-2 (Jakarta: Direktorat
Jendral Pembiayaan Syariah, 2010), h. 4.
3
hingga Juli 2007 sebanyak 15 lembar obligasi syariah diterbitkan. Seluruh
obligasi syariah yang terbit menggunakan akad Ijarah. Periode ketiga, Juli 2007
hingga April 2012 sebanyak 26 obligasi syariah diterbitkan. Berbeda dengan
periode pertama dan kedua dimana seluruh obligasi syariah yang terbit hanya
menggunakan satu jenis akad. Pada periode ketiga ini kedua jenis akad
mudharabah dan ijarah digunakan dalam penerbitan obligasi syariah.
Sukuk korporasi di Indonesia memiliki time horizon yang bervariasi, dari
mulai yang paling kecil 2 tahun yakni Sukuk Ijarah I Bakrieland Development
Tahun 2009 Seri A sebesar Rp. 60.000.000.000 (Juni 2009 – Juli 2011). Hingga
yang paling lama adalah 12 tahun yakni Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri B
dengan nilai nominal Rp. 340.000.000.000 (Juni 2010 – Juli 2022). Nilai sukuk
terendah yang pernah dikeluarkan oleh korporasi di Indonesia adalah Rp.
28.000.000.000 yakni Sukuk Ijarah Indosat IV tahun 2009 seri A (November 2009
– Desember 2014), sedangkan yang jumlah nominalnya paling tinggi adalah
Sukuk Subordinasi Mudharabah berkelanjutan I tahap I Bank Muamalat tahun
2012 (Juni 12 – Juni 22) sebesar Rp. 800.000.000.000. Total nilai sukuk korporasi
telah mencapai Rp. 9.590,4 miliar dan yang masih outstanding Rp. 6.779, 0
miliar. Lebih lengkap data tersebut dapat dilihat dalam data statistic sukuk pada
Grafik 1.1 yang dikeluarkan oleh Bapepam LK per November 2012 berikut:
4
Grafik 1.1
Perkembangan Penerbitan Sukuk di Indonesia 2002 - 2012
Sumber: diolah dari Statistik Sukuk November 2012, Bapepam LK
Selain korporasi, pemerintah sendiri telah melakukan beberapa
pembiayaan dengan menggunakan instrumen sukuk yang dinamakan SBSN
(Sertifikat Berharga Syariah Negara). Jumlah SBSN yang dikeluarkan oleh
pemerintah semakin meningkat dari tahun 2009 hingga bulan Oktober 2012
sebagaimana yang tergambar pada grafik 1.2. BI merilis SBSN yang masih
outstanding pada Oktober 2012 sebesar Rp 98.810 miliar (statistik sistem
pembayaran BI).4
4 Wahyu Jatmiko, “Sukuk: Sebuah Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Indonesia” artikel
diakses pada 08 Januari 2013 dari http://untukmuilmu.blogspot.com/
5
Grafik 1.2
Outstanding SBSN 2009 - 2012
Sumber: diolah dari data statistik sistem pembayaran BI (www.bi.go.id, diakses
10 Januari 2012)
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat volume transaksi pada SBSN
saat ini. Namun, secara umum pasar modal tidak terlepas dari pengaruh yang
berkembang di lingkungannya, baik yang terjadi di lingkungan mikro yaitu
peristiwa atau keadaan para emiten, seperti laporan kinerja, pembagian deviden,
perubahan strategi perusahaan dalam rapat umum pemegang saham akan menjadi
informasi yang menarik bagi para investor di pasar modal. Di samping lingkungan
ekonomi mikro, perubahan yang terjadi di ekonomi makro juga dapat memberikan
pengaruh terhadap pasar modal.
6
Tabel 1.1
Surat Berharga Syariah Negara, Inflasi, Kurs, Jumlah Uang Beredar, dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah di Indonesia periode 2010 - 2013
Tahun SBSN Seri IFR Inflasi
(persen) Kurs
JUB
(Milyar)
SBIS
(Milyar)
2010 12.329.858.000.000 6,96% 9022,62 6.412.679 24.768
2011 14.712.121.000.000 3,78% 9088,48 7.617.459 34.618
2012 11.345.793.000.000 4,30% 9645,89 9.101.471 36.771
Q1 2013 3.299.324.000.000 8,38% 10073,4 5.778.038 32.472
Sumber: BI, BPS, dan BEI
Pada tahun 2010 volume transaksi SBSN Seri IFR mengalami kenaikan
dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat selama tahun 2010 Goverment
Securities dengan tipe Fixed Rate terdapat 8 seri dengan nilai nominal Rp.
12.126.700.000,00, dan volume transaksinya sebesar Rp. 12.329.858.000.000,00
dengan frekuensi 1.086 kali transaksi. Pada tahun 2011 pun volume dan frekuensi
transaksi SBSN seri IFR ini mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun tersebut
terdapat penambahan 1 seri IFR sehingga terdapat 9 seri dengan volume transaksi
sebesar Rp. 14.712.121.000.000,00 dengan frekuensi transaksi 5450 kali.
Namun tahun 2012 volume dan frekuensi SBSN seri IFR terus mengalami
penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tercatat pada tahun 2012
terdapat 10 seri atau ada penambahan 1 seri pada tahun tersebut, dengan volume
transaksi sebesar Rp. 11.345.793.000.000,00 dan frekuensi perdagangan sampai
757 kali transaksi. Pada pertengahan tahun 2013 volume transaksi dan frekuensi
SBSN seri IFR tercatat sebesar 3.299.324.000.000,00 dan frekuensi 236 kali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakkan pasar modal termasuk di
dalamnya Surat Berharga Syariah Negara tergantung pada 2 hal, yaitu kondidi
7
makro ekonomi Indonesia dan stabilitas politik nasional. Jadi, perkembangan
volume transaksi surat berharga syariah negara juga dipengaruhi oleh beberapa
variabel makro ekonomi dan moneter di antaranya adalah jumlah Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, tingkat surat berharga indonesia syariah, inflasi, jumlah uang
beredar, dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Kestabilan kondisi makroekonomi
Indonesia sangat mutlak diperlukan bagi perkembangan pasar modal di Indonesia
umumnya dan SBSN khususnya. Hal ini akan memengaruhi kondisi pasar uang
yang terdapat di Indonesia. Pasar uang yang kondusif akan memengaruhi
keputusan penerbitan Surat Berharga Syariah Negara yang dilakukan baik oleh
pemerintah maupun korporasi.
Oleh sebab itu, penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai
pengaruh indikator makroekonomi di Indonesia, dalam hal ini inflasi, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan nilai tukar rupiah terhadap
volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara.
2. Identifikasi Masalah
a) Bagaimana pengaruh faktor makroekonomi terhadap volume transaksi
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) periode 2009-2013?
b) Faktor makroekonomi apa yang paling mempengaruhi volume
transaksi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ?
3. Pembatasan Masalah
Agar lebih terfokus dan spesifik, dalam penelitian ini penulis membatasi
masalah-masalah yang akan diteliti yaitu sebatas faktor-faktor ekonomimakro
8
yang mempengaruhi volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara. Pada
indikator nilai tukar rupiah penulis membatasi hanya nilai tukar rupiah terhadap
dolar (USD), dan pada indikator jumlah uang beredar penulis mengambil M1
sebagai acuan. Penelitian ini mengambil sample data pada periode Januari 2010
sampai Juli 2013.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana pengaruh inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, jumlah
uang beredar, dan nilai tukar rupiah terhadap volume transaksi Surat Berharga
Syariah Negara. Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ingin dijawab adalah
sebagai berikut:
a) Apakah inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, jumlah uang
beredar, dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap volume transaksi Surat
Berharga Syariah Negara di Indonesia periode 2010 – 2013?
b) Berapa besar pengaruh yang dihasilkan dari inflasi, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan nilai tukar rupiah
terhadap volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara di Indonesia
periode 2010 – 2013 baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang?
9
5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis signifikansi dari pengaruh inflasi, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan kurs rupiah terhadap
volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
2. Untuk mangetahui tingkat pengaruh yang diakibatkan inflasi, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan kurs rupiah
terhadap volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat bagi dunia akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di
bidang ekonomi syariah secara umum dan sukuk secara khusus mengingat masih
kurangnya literatur penelitian tentang sukuk.
2. Manfaat bagi dunia korperasi
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada korporasi
khususnya emiten yang menerbitkan sukuk untuk dapat mengetahui faktor apa
yang mempengaruhi volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara.
10
3. Manfaat bagi pemerintah
Sebagai regulator, diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan
manfaat bagi pemerintah yang memegang peranan penting dalam kebijakan
ekonomi makro di Indonesia agar dapat menumbuhkan sukuk di Indonesia.
4. Manfaat bagi investor
Bagi para investor yang harus selektif dalam mendaratkan dananya dalam
berinvestasi, penelitian ini diharapkan mampu untuk menjadi referensi bagi
pertimbangan berinvestasi pada sukuk.
11
Tidak
Ya
6. Kerangka Pemikiran
Berikut skema kerangka pemikiran pada penelitian ini.
Gambar 1.1
Sertifikat Bank Indonesia
Syariah Inflasi
Kurs Rupiah terhadap USD SBSN
Uji Linearitas
Uji Akar Unit
Stasioner
Pendekatan ECM
Stationer Pada
Ordo Yang Sama Uji Kointegrasi
Analisis dan Pembahasan
Uji Asumsi klasik:
Multikolinieritas
Heteroskedastisitas
Autokorelasi
Kesimpulan
Uji Derjat Integrasi
Jumlah Uang Beredar
12
7. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan
yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan pustaka, menguraikan tentang teori- teori yang terkait
dengan sukuk, nilai tukar rupiah, inflasi, Sertifikat Bank Indonesia
Syariah, jumlah uang beredar, review studi terdahulu, dan kerangka
pemikiran.
BAB III Metode penelitian, terdiri dari ruang lingkup penelitian, definisi
operasional variabel penelitian, metode pengumpulan data, teknik
analisa data dan hipotesis.
BAB IV Analisis dan pembahasan akan menguraikan bagaimana temuan
hasil yang diperoleh dari pengolahan data yang telah dilakukan
beberapa pengujian, interprestasi data dan analisis ekonomi.
BAB V Penutup, berisikan kesimpulan dan saran dari penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Sukuk
1. Pengertian Sukuk
Kata Sukuk berasal dari bahasa Arab dari fi’il (shokka – yashukku)
dalam bentuk masdarnya adalah (shokkun), dan bentuk jamaknya adalah
(shukûk) yang artinya dokumen, piagam, akte.5 Dalam Kamus Bahasa
Arab Al-Munjid disebutkan: sukuk berasal dari bentuk mufrad: (shokkun),
dan bentuk jamaknya: (ashukkun) - (shukûk) - (shikâk) yang definisinya
adalah kitabul iqraar bil-maali aw ghoiru dzalik, artinya: suatu catatan
pengakuan atas suatu property dan jenis lainnya, 6 dan dalam istilah lain
disebutkan juga shukûk istitsmâr yang artinya secara etimologi adalah
sertifikat investasi. Akan tetapi sejumlah penulis barat tentang sejarah
perdagangan Arab abad pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata
shakk merupakan kata dari suara Latin “Cheque” yang biasa digunakan
pada perbankan kontemporer.
Secara terminologi sukuk memiliki berbagai definisi, yang
didefinisikan oleh beberapa instansi atau lembaga yang concern dan
berwenang, sebagai berikut:
a. Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institution (AAOIFI)
5 AW. Munawwir, kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Cet ke-5, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2002), h. 787 6 Al-Munjid, Fil-lughoh wal-A’lam, Cet ke-39 (Beirut: Darul Masyriq A l-Maktabah As-
Syarkiyah, 2002), h. 430-431
14
Sesuai dengan Sharia Standard No. 17 tentang Investment menyatakan
definisi Sukuk adalah: “Investment sukuk are certificates of equal
value representing undivided shares in ownership of tangible assets,
usufruct and service or (in ownership of) the assets or particular
projects or special investment activity, however, this is true after
receipt of the value of the sukuk, the closing of subcription and the
employment of funds received for the purpose for which the sukuk were
issued”.7 Artinya sukuk adalah sertifikat dengan nilai yang sama
dengan bagian atau seluruhnya dari kepemilikan harta berwujud nyata
untuk mendapatkan hasil dan jasa di dalam kepemilikan asset dari
proyek tertentu atau aktifitas investasi khusus, sertifikat ini berlaku
setelah menerima nilai sukuk, di saat jatuh tempo dengan menerima
dana seutuhnya sesuai dengan tujuan sukuk.
b. Bapepam-LK
Dalam Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah,
Sukuk didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang
tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas: kepemilikan asset berwujud
tertentu, nilai manfaat dan jasa atas asset proyek tertentu. 8
7 Mohd Daud Bakar. Round-table Discussion on International Islamic Sovereign Bond
(Sukuk), (Foreign Debt Div ision Directorate of International Affair Bank Indonesia 2006), h. 129 8 Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal, Studi Standar Akuntansi Syariah
di Pasar Modal Indonesia, (BAPEPAM 2007), h. 10
15
c. DSN-MUI
Definisi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dapat kita temukan
juga dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 69/DSN-
MUI/VI/2008 disebutkan pengertian SBSN adalah: “Surat Berharga
Syariah Negara atau dapat disebut sukuk negara adalah Surat Berharga
Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas
bagian kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing”.9
d. Direktorat Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan
Sukuk adalah sertifikat yang bernilai sama yang mewakili kepemilikan
yang tidak dibagikan atas suatu aset berwujud, nilai manfaat
(usufruct), atau kepemilikan atas aset dari proyek tertentu atau
kegiatan investasi tertentu, dan sukuk tidak memberikan bunga
melainkan imbalan, margin, atau bagi hasil dan penerbitannya sukuk
memerlukan underlying assets sehingga benar-benar aman dari riba.10
e. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008
Pengertian SBSN menurut UU Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat
Berharga Syariah Negara adalah: “surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing. Yang mana aset SBSN adalah Barang Milik Negara
9 Fatwa DSN No: 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara.
10 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan
Berbasis Syariah, (Brosur Departemen Keuangan 2013).
16
(BMN)”.11 Dan untuk memberikan pengertian yang komprehensif,
penulis menyajikan terminologi umum tentang sukuk, sebagai berikut:
(a) SBSN atau Sukuk Negara adalah surat berharga Negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
(b) Imbalan adalah pembayaran yang dapat berupa sewa, bagi hasil
atau margin, atau bentuk pembayaran lainnya sesuai dengan akad
penerbitan SBSN yang diberikan kepada pemegang SBSN sampai
dengan berakhirnya periode SBSN.
(c) Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan / atau Barang
Milik Negara yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan /
atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan
sebagai dasar penerbitan SBSN.
(d) Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang
SBSN sesuai dengan yang diperjanjikan.
(e) Perusahaan penerbit SBSN adalah Badan Hukum yang d idirikan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang untuk melaksanakan
kegiatan penerbitan SBSN.
Dalam dunia investasi terdapat 2 jenis risiko. Pertama, risiko
nonsistematis adalah jenis risiko yang melekat pada suatu sekuritas dan
dapat dihilangkan atau direduksi dengan membentuk suatu portofolio yang
11
Pasal 1 UU No 19 Tahun 2008 tentang Sertifikat Berharga Syariah Negara Departemen
Keuangan Republik Indonesia
17
well divercified, artinya risiko dapat terbagi secara baik. Risiko ini juga
disebut sebagai suatu risiko spesifik (specific risk) karena berpengaruh
hanya memberikan pengaruh kuat pada satu atau beberapa kelompok
perusahaan dalam satu industri. Jenis risiko ini dapat dihindari oleh
investor dengan melakukan suatu portofolio.
Kedua, risiko sistematis atau unique risk adalah risiko dalam dunia
investasi yang akan berpengaruh besar terhadap seluruh sekuritas serta
sifatnya tidak dapat didiversifikasikan melalui manajemen portofolio.
Risiko sistematis inilah yang dianggap relevan untuk dibahas dalam
analisis investasi karena kaitannya dengan risiko pasar (market risk).
Risiko sistematis sangatlah bergantung pada berbagai faktor seperti
perubahan perekonomian dan politik yang kuat berpengaruh. 12
2. Karakteristik Sukuk
Pada dasarnya instumen obligasi dan sukuk mempunyai banyak
kesamaan namun dalam berbagai hal terdapat juga perbedaan-perbedaan
mendasar yang menjadi ciri khusus kedua instrumen keuangan tersebut,
yakni: sukuk merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud (tangible)
atau hak manfaat (beneficial title) dari suatu aset yang menjadi dasar
penerbitan sukuk, sedangkan bila dibandingkan dengan obligasi, dapat
disimpulkan bahwa obligasi merupakan instrumen utang.13
12
Eko Priyo Pratomo, dkk, Reksa dana: Solusi Perencanaan Investasi Di Era Modern ,
Ed isi Revisi Ke 2, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 300 13
Direktorat Jendral Pengelo laan Utang, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara
(Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah , Cet. 2, (Jakarta: Departemen Keuangan
Republik Indonesia, Jakarta 2010), h. 11
18
Dan sudah jelas dinyatakan dalam terminologinya bahwa sukuk
tidak mewakili sebuah hutang yang diserahkan kepada emiten oleh
pemegang sertifikat. Sukuk diterbitkan berdasarkan sebuah kontrak yang
dirujuk sesuai dengan peraturan syariah yang mengatur penerbitan dan
perdagangannya. Perdagangan sukuk tergantung kepada syarat-syarat yang
mengatur perdagangan hak yang mewakilinya. 14
Penggunaan dana hasil sukuk juga tidak boleh bertentangan dengan
prinsip syariah. Berbeda dengan proceed obligasi dapat digunakan secara
bebas tanpa memperhatikan ketentuan syariah. 15
Penerbitan sukuk memerlukan adanya underlying transaction
sebagai dasar penerbitan, sedangkan obligasi tidak memerlukan underlying
transaction tersebut. Penghasilan yang diberikan sukuk bukan berupa
bunga melainkan berupa imbalan/sewa, bagi hasil atau margin, sedangkan
penghasilan obligasi berupa bunga yang merupakan harga dari uang.
Penerbitan sukuk pada umumnya memerlukan SPV (Special
Purpose Vehicle) sebagai penerbit, sedangkan obligasi diterbitkan secara
langsung oleh obligor. SPV adalah badan hukum yang didirikan khusus
untuk kepentingan penerbitan sukuk yang memiliki funsi sebagai penerbit
sukuk, counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset, dan
bertindak sebagai wali amanat (trustee) yang mewakili kepentingan
14
Cecep Maskanul Hakim, Obligasi Syariah Kendala dan Prospek , Peneliti Bank
Yunior Biro Perbankan Syariah, Brosur Bank Indonesia 2009. 15
Direktorat Jendral Pengelo laan Utang, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara
(Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah , Cet. 2, (Jakarta: Departemen Keuangan
Republik Indonesia, Jakarta 2010), h. 10
19
investor. Dan perlu dipahami, bahwa sukuk merupakan instrumen
penyertaan sementara obligasi adalah instrumen hutang. 16
SBSN dalam penerbitannya di Indonesia sekarang banyak
menggunakan skim jual dan sewa balik (buy and lease back), artinya
pemerintah menjual asetnya dan menyewa kembali, ini merupakan bentuk
ijarah mumtahiya bittamlik yang dalam aplikasinya terdapat tambahan
akad, yaitu akad ba’i dan adanya perjanjian untuk tidak menjual kembali
aset yang telah dibeli (wa’ad) sesuai dengan proses penerbitan SBSN yang
ada sekarang.
Dalam penerbitannya SBSN bersandar pada Konsep Keuangan
Islam (Islamic finance) dimana di dalamnya terdapat prinsip moralitas dan
keadilan, oleh karena itu sesuai dengan dasar operasionalnya yakni syariah
Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits serta Ijma’ (hasil
kesepakatan para ahli), instrumen pembiayaan syariah harus selaras dan
memenuhi prinsip-prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi yang
dilakukan oleh para pihak harus bersifat adil, halal, dan maslahat.
Dan perlu diketahui bahwa akad yang paling sering digunakan
pada penerbitan SBSN di Indonesia adalah skim ijarah, dan karakteristik
pada SBSN dengan skim ijarah adalah sebagai berikut:
16
Muhamad Nafik HR, Bursa Efek & Investasi Syariah, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,
2009, cet. 1), h. 283
20
a. Terlengkapinya rukun-rukunnya sebagai berikut:
- Pemberi sewa / pemberi jasa (mu’jir)
- Penyewa / pengguna jasa (musta’jir) untuk memperoleh
manfaat atas objek yang disewakan
- Objek yang disewakan (ma’jur) yang dikuasai oleh mu’ajir
dimana musta’jir membayar harga sewa (ujrah) kepada mu’ajir
untuk jangka waktu tertentu.
Dalam hal ini rukun tergantung dengan akad yang dipakai,
karena pada saat ini Indonesia menggunakan ijarah, maka rukun
yang digunakan adalah seperti diatas.
b. Syarat, meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan
jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah
- Harga barang dan jasa harus jelas
- Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan
berdampak pada biaya transportasi
- Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepemilikan karena tidak boleh menjual barang yang belum
dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short
selling dalam pasar modal17
17
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003),
h. 223
21
Disini penulis menyimpulkan, karakteristik sukuk negara atau
SBSN sebagai instrumen keuangan berbasis syariah secara umum
diterbitkan dengan berlandaskan beberapa prinsip di bawah ini:
a. Sukuk adalah sertifikat bukti kepemilikan suatu aset berwujud
atau hak manfaat (benefical title), dan sukuk tidak mewakili
utang dari orang yang diberi utang oleh penerbit kepada
pemegang sukuk, tetapi merupakan pemegang sertifikat yang
berbagi return.18
b. Imbal hasil berupa sewa, margin, atau bagi hasil.
c. Bebas dari unsur gharar, maysir, yaitu dokumen prospektus
yang menawarkan sukuk harus menggambarkan keterbukaan
secara menyeluruh agar terhindar dari kekeliruan (jahalah).
d. Memerlukan SPV (Speial Purpose Vehicle)
e. Menggunakan underlying assets.19
f. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.
3. Tujuan Penerbitan Sukuk Negara (SBSN)
Penerbitan sukuk bagi pemerintah sesuai dengan Undang-Undang
No. 19 Tahun 2008, ditujukan untuk membiayai APBN termasuk
membiayai proyek-proyek negara yang telah disetujui oleh negara. Di
bawah ini merupakan tujuan diterbitkannya SBSN atau sukuk negara:
18
Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah , (Jakarta:
Prenada Media Group, 2008), h. 162 19
Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan
Berbasis Syariah, Brosur Departemen Keuangan Republik Indonesia 2013.
22
a. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara
b. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan
syariah di dalam negari
c. Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah baik dalam
negeri maupun luar negeri
d. Memperluas dan mendiversifikasikan basis investor
e. Mengembangkan alternatif instrumen investasi
f. Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara
g. Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring
oleh sistem perbankan konvensional20
4. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan SBSN / Sukuk
Dalam transaksi sukuk ada beberapa pihak yang terlibat langsung
penerbitannya yakni:
a. Emiten, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran
pokok serta imbal hasil sukuk yang diterbitkan, dalam hal ini
yang berwenang adalah pemerintah yaitu departemen
keuangan.
b. Special Purpose Vehicle (SPV), badan hukum yang didirikan
khusus untuk kepentingan penerbitan sukuk yang memiliki
fungsi sebagai: penerbit sukuk, counterpart pemerintah dalam
transaksi pengalihan aset, bertindak sebagai wali amanat
(trustee) yang mewakili kepentingan investor.
20
Ibid
23
c. Investor adalah pihak pemegang sertifikat sukuk yang memiliki
hak atas kepemilikan atas underlying asset, akan tetapi hanya
memiliki hak atas manfaat saja dan bersifat sementara sampai
jatuh tempo, oleh karena itu investor berhak mendapat imbal
hasil berupa sewa, margin, atau bagi hasil.21
5. Jenis-Jenis SBSN (Sukuk) Serta Tinjauan Fiqih Mengenai Akad Dan
Penerbitannya
Jenis obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan (financing) dan
sekaligus investasi (investment) terbagi dalam 7 akad yang telah
diaplikasikan di dunia. Di bawah ini akan dijelaskan jenis-jenis sukuk,
antara lain:
a) Ijarah (sale and lease back)
Al-Ijarah bearasal dari bahasa arab al-ajru yang berarti al-
iwadhu (ganti). Sukuk Ijarah adalah sekuritas yang mewakili
kepemilikan aset yang keberadaannya jelas dan diketahui.22
Berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 72/DSN-MUI/IV/ Tahun 2008
Tentang Surat Berharga Syariah Negara Ijarah Sale And Lease Back ,
SBSN Ijarah Sale And Lease Back adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
21
Direktorat Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis
Syariah, Brosur Departemen Keuangan. 22
Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2008), h. 144
24
kepemilikan aset SBSN yang diterbitkan dengan menggunakan akad
ijarah dengan mekanisme sale and lease back.
Mekanisme sale and lease back adalah jual beli suatu aset yang
kemudian pembeli menyewakan kembali aset tersebut kepada penjual.
Kemudian pendapat ulama mengenai akad ijarah dalam kitab Al-
Muhadzadzab juz I kitab Al-Ijarah:
Artinya: “Boleh melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas
manfaat yang dibolehkan karena keperluan terhadap manfaat sama
dengan keperluan terhadap benda. Oleh karena akad jual beli atas
benda dibolehkan, maka seharusnya boleh pula akad ijarah atas
manfaat”.
Dalam mekanismenya Ijarah seperti Ijarah Sale Lease Contract
atau hire contract karena dalam akad Ijarah hanya ada perpindahan
manfaat dari aset bukan kepemilikan bentuk fisik aset seperti pada
leasing.23
Struktur di bawah ini digunakan dalam penerbitan SBSN seri
Islamic Fixed Rate (IFR), Sukuk Ritel (SR), dan Sukuk Negara
Indonesia (SNI).
23
Foreign Debt Div ision Directorate of International Affair, 2006, Round Table
Discussion On International Islamic Sovereign Bond (Sukuk) , (Jakarta: Bank Indonesia), h. 27
25
Gambar 2.1
Skema Penerbitan SBSN Ijarah – Sale and Leaseback
1) SPV dan Obligor melakukan transaksi jual-beli aset,
disertai dengan purchase and sale undertaking dimana
pemerintah menjamin untuk membeli kembali aset dari
SPV, dan SPV wajib menjual kembali aset kepada
pemerintah, pada saat sukuk jatuh tempo atau dalam hal
terjadi default.
2) SPV menerbitkan sukuk untuk membiayai pembelian aset.
3) Pemerintah menyewa kembali aset dengan melakukan
perjanjian sewa (Ijara Agreement) dengan SPV untuk
periode yang sama dengan tenor sukuk yang diterbitkan.
Pemerintah (Obligor/Penjual)
SPV (Penerbit/Leasor)
Pemegang Sukuk (Investor)
(1) Penjualan Aset Rp
(2) Penerbitan Sukuk
Aset (3) Penyewaan
kembali aset
Aset Rp
Purchase and Sales
Undertaking
26
4) Berdasarkan servicing agency agreement, pemerintah
ditunjuk sebagai agen yang bertanggung jawab atas
perawatan aset.
b) Mudharabah (Bagi Hasil / profit and lost sharing)
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
yakni pihak pertama sebagai shahibul amal penyedia seluruh modal
dan pihak kedua sebagai mudharib / pengelola usaha. Sedangkan
keuntungan secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
tertuang dalam kontrak.24 Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat
menjadi instrumen dalam meningkatkan partisipasi publik pada
kegiatan investasi. Jenis ini merupakan sertifikat yang mewakili
proyek atau kegiatan yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah.
24 Sofin iyah Ghufron dkk, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah
Memahami Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renainsan, 2005), h. 40
27
Gambar 2.2
Susunan dan Bentuk Sukuk Mudharabah
Keterangan gambar 2.2:
1) Penerbit memproses penerbitan sukuk mudharabah untuk
keperluan memobilisasi modal dengan kadar tertentu.
2) Penerbit (sebagai mudharib) dan investor (rabbul maal)
membuat kontrak mudharabah dengan perjanjian
keuntungan yang disepakati (X:Y).
3) Atas kontrak tersebut, modal mudharabah terkumpul
sejumlah tertentu.
4) Penerbit menanamkan modal pada proyek perniagaan
sebagai peluang baik dalam alternatif perniagaan.
Penerbit
(amil/mudharib)
Hasil
Perniagaan
Labur dalam
Perniagaan
Investor
MODAL
Mudharabah
1
2
3
4
5
6
7
8 9
Garis Proses
Garis Aliran Uang
28
5) Atas investasi yang dilakukan mudharib dapat
menghasilkan keuntungan tertentu.
6) Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas perniagaan
tersebut dibagikan bersama antara rabbul maal dan
mudharib dengan kadar yang telah disepakati (X:Y).
7) Keuntungan bagi rabbul maal bernilai Y%
8) Keuntungan bagi mudharib bernilai X%
9) Jika dalam investasi tersebut terjadi kerugian, kerugian
ditanggung oleh rabbul maal, sedangkan mudharib
menanggung kerugian tenaga dan manajemen.
c) Musyarakah (Penyertaan Modal)
Secara bahasa, al-syirkah berarti ikhtilat (percampuran), yaitu
percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit
dibedakan. Sedangkan menurut istilah, syirkah adalah keikutsertaan
dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan sejumlah
modal yang telah ditetapkan.25
d) Murabahah (cost lost sharing)
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam obligasi sayriah dengan
akad murabahah investor membiayai sebagian atau seluruh harga
pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya dengan emiten.
25
Sofin iyah Ghufron, dkk, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah
Memahami Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renainsan, 2005), h. 43
29
Dan keuntungan investor diperoleh dari selisih harga beli dari
produsen dengan harga jual kepada emiten.
Sukuk murabahah lebih memungkinkan digunakan untuk hal
yang berhubungan dengan pembelian barang untuk sektor publik,
misalnya pemerintah membutuhkan barang-barang dengan harga
tinggi, maka dimungkinkan untuk membelinya melalui penjualan
kredit dengan membayar angsuran.26
e) Istishna’
Istishna’ merupakan kontrak penjualan antara mustashni’
(pembeli akhir) dan shani’ (supplier), dalam akad ini shani’ menerima
pesanan dari mustashni’, yang nantinya harga ataupun spesifikasi
barang yang dipesan sesuai dengan kedua belah pihak.27 Ketentuan
mengenai akad istishna’ terdapat dalam fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-
MUI/IV/2000.
B. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Nilai Tukar adalah harga mata uang luar negeri dalam satuan
matauang domestik.28 Nilai tukar juga merupakan perbandingan antara
mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Dalam pandangan
26
Nurul Huda, Mustafa Edwin, Investasi Pada Pasar Modal Syariah , (Jakarta: Prenada
Media Group, 2008), h. 148 27
Sofin iyah Ghufron, dkk, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah
Memahami Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renainsan, 2005), h. 43 28
Salvator Dominick, Ekonomi Internasional, Jilid Kelima , Jakarta, Terjemahan, 1997, h
49
30
global, transaksi yang melibatkan nilai tukar menjadi suatu keharusan
karena setiap negara menggunakan mata uang yang berbeda. Nilai tukar
merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk
memperoleh mata uang dari negara lain.
Kurs atau nilai tukar adalah patokan nilai Bank Sentral suatu
negara untuk membeli atau menjual mata uang asing.29 Hubungan antara
nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat diliha t dengan dua
pendekatan.
Pendekatan pertama adalah pendekatan pasar barang. Pendekatan
ini menyatakan bahwa perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat
kompetitif suatu perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing
terdepresiasi maka biaya bahan baku yang menggunakan produk impor
atau memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan dan
biaya produksi meningkat sehingga laba perusahaan akan turun dan
menyebabkan tingkat deviden yang dibagikan berkurang dan return yang
ditawarkan pun menurun, permintaan atas harga saham akan berkurang
sehingga harga saham di pasar turun.
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan keseimbangan
portofolio yang melihat hubungan dimana harga saham menyebabkan
perubahan pada nilai tukar kenaikan harga saham di suatu bursa akan
menarik capital inflow sehingga akan meningkatkan permintaan mata uang
domestik, akibatnya nilai tukar mata uang domestic akan terapresiasi.
29
Michael P Todaro dan Stephen Smith. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
Kedelapan, (Jakarta : Erlangga, 2004), h 75
31
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan
mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri teruama dalam pasar
modal. Ketika nilai tukar rupiah naik akan mempengaruhi perkembangan
pemasaran produkIndonesia di luar negeri karena harganya dapat bersaing.
Sebaliknya bila nilai tukar rupiah menurun maka akan berdampak pada
perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
terutama bila produk perusahaan dihasilkan melalui bahan baku impor.
Dampaknya biaya produksi akan meningkat akan tetapi laba yang
diperoleh menurun sehingga harga saham perusahaan tersebut jatuh.
Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-
keputusan pembelanjaan karena kurs memungkinkan kita untuk
menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa
yang sama. Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai nilai seunit
valuta (mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam
negeri.30
Dalam menentukan nilai tukar mata uang asing dikenal tiga sistem
dan diterapkan di semua negara di dunia ini yaitu sistem kurs tetap (fixed
exchange rates), kurs mengambang terkendali (managed floating
exchange rates), dan kurs mengambang bebas (free floating exchange
rates).31
30
Sukirno, Sadono, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 397 31
BI, Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia : Tinjauan kelembagaan,
Kebijakan, dan Organisasi. (Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), 2003),
h. 69
32
Dalam sistem kurs tetap, pemerintah menetapkan nilai tukar mata
uang dalam negeri secara tetap terhadap nilai tukar mata uang lain.
sedangkan dalam kurs mengambang terkendali, kurs bergerak sesuai
dengan perkembangan pasar (berdasarkan permintaan dan penawaran).
Akan tetapi pemerintah menetapkan batas dari perubahan kurs tersebut.
Dalam sistem kurs bebas, nilai tukar suatu mata uang asing tidak
dapat dipengaruhi oleh pemerintah melalui suatu tingkatan tertentu
maupun melalui intervensi langsung di pasar valuta asing. Oleh karena itu
pada sistem kurs bebas ini fluktuasi yang terjadi cukup besar jika
dibandingkan kurs mengambang terkendali.
C. Inflasi
Menurut Ebert dan Griffin dalam Murhadi (2009:21) inflasi
merupakan kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih sedikit dari
jumlah permintaan sehingga akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga
yang meluas dalam sistem perekonomian secara keseluruhan. Kenaikan inflasi
yang signifikan akan mempengaruhi daya beli konsumen berupa penurunan
kemampuan daya beli.
Ketika suatu negara mengalami kenaikan inflasi yang tinggi dan
bersifat uncertainty (tidak menentu) maka risiko dari investasi dalam aset –
aset keuangan akan meningkat dan keredibilitas mata uang domestik akan
melemah terhadap mata uang global. Tingkat inflasi biasanya diukur melalui
perubahan indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI).
33
Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga-harga barang secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang tidak bisa
disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikan harga barang itu mengakibatkan
harga barang lain menjadi ikut naik. Misalnya kenaikan harga telur, sedang
barang lain konstan tidak dapat disebut sebagai inflasi. Tetapi kenaikan harga
minyak, atau listrik dapat mengakibatkan harga – harga barang lain menjadi
naik. Kenaikan harga minyak dan listrik ini dapat dimasukan sebagai pemicu
inflasi.32
Di dalam indikator ekonomi sering dituliskan angka inflasi. Misalnya
angka inflasi 10 persen. Ini menunjukan kenaikan harga barang – barang
secara umum adalah 10 persen. Hal ini bukan berarti bahwa semua barang
harganya naik 10 persen. Ada barang yang naiknya di atas 10 persen dan ada
pula yang turun lebih dari 10 persen. Namun secara rata – rata harga semua
barang – barang naik 10 persen.
1. Pengukuran Inflasi
Untuk menghitung inflasi dapat digunakan rumus:
π = Pt – Pt-1 / Pt = ∆ Pt / Pt-1
Dimana:
π = Inflasi
Pt = Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun-t
Pt-1 = IHK tahun sebelumnya (t-1)
32
Dra. Hj. Sukwaiaty, dkk, Ekonomi, Cet 1,(Jakarta: Yudhistira, 2009), h. 154
34
2. Macam – Macam Inflasi
Ada berbagai cara untuk menggolongkan inflasi. Penggolongan
pertama didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut. Berdasarkang ini
inflasi dapat dibagi atas:
a. Inflasi ringan (dibawah 10 persen per tahun)
b. Inflasi sedang (10% - 30%)
c. Inflasi berat (30% - 100%)
d. Hiperinflasi (diatas 100%)
Indonesia pernah mengalami hiperinflasi pada tahun 1960-an yang
mencapai 650 persen. Indonesia pernah pula mengalami inflasi berat yaitu
mencapai 60 persen pada tahun 1998. Di tahun 1999 inflasi sedikit
melemah yaitu mencapai 20 persen.
Atas dasar sebab awal dari inflasi ini, inflasi dapat dibedakan atas:
a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Menurut Keynes demand pull inflation merupakan tekanan
inflasi akibat adanya excess demand terhadap barang dan jasa.
Harga disini maksudnya adalah harga – harga umum atau yang
disebut sebagai inflasi. Bertambahnya permintaan dapat
disebabkan oleh naiknya permintaan barang, pengeluaran
pemerintah, dan permintaan suatu barang oleh luar negeri.
Menurut klasik, demand pull inflation dijelaskan melalui
Quantity Theory of Money. Jika Supply uang melebihi jumlah
permintaannya, maka individu ekonomi akan menggunakan
35
kelebihan uangnya itu untuk meningkatkan pengeluarannya.
Kalau permintaan output tumbuhnya lebih tinggi dibanding
pertumbuhan ekonomi, maka akan terjadi inflasi (too much
money chasing few goods).
MV = PY
Bila dilihat perubahannya, maka
P = M + V – Y
Velositas (perputaran) uang itu stabil dalam jangka pendek,
jadi V=0.P menunjukan perubahan harga (inflasi), M
menunjukan perubahan jumlah uang beredar, dan Y
menunjukan pertumbuhan ekonomi.
Jika pertumbuhan ekonomi 2%, dan pertumbuhan jumlah
uang beredar 5% maka inflasi akan naik sebesar 3%.
Kaum monetaris mengatakan, jika ingin inflasi itu nol
persen (0%), maka perlu kebijakan dari otoritas moneter untuk
menyeimbangkan antara pertumbuhan jumlah uang beredar
dengan pertumbuhan ekonomi.
b. Inflasi Dorongan Harga (Cost Push Inflation)
Perbedaan dari demand pull inflation dengan cost push
inflation, pertama, pada demand pull inflation terjadi kenaikan
output sedangkan pada cost push inflation yang terjadi malah
penurunan output. Kedua, pada demand pull inflation, kenaikan
harga barang mendahului kenaikan harga bahan – bahan input
36
(material) sedang pada cost push inflation, kenaikan harga
barang input yang mendahului kenaikan harga barang output.
Penggolongan inflasi ketiga adalah berdasarkan asal dari
inflasi. Dari sini kita dapat membedakan:
1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri adalah inflasi yang
berasal dari dalam negeri itu sendiri seperti defisit keuangan
negara yang dibiayai (ditutupi) dengan pencetakan uang baru,
atau pengenaan pajak oleh pemerintah.
Sedangkan inflasi yang berasal dari luar negeri adalah
inflasi yang terjadi akibat pengaruh kenaikan harga barang –
barang dari luar negeri. Misalnya kenaikan harga barang –
barang input dari luar negeri, penurunan nilai tukar mata uang
rupiah yang mengakibatkan harga barang – barang dari luar
negeri menjadi semakin mahal, dll. Kenaikan harga dalam
negeri akibat hubungan luar negeri bisa juga terjadi akibat
naiknya ekspor. Dengan naiknya ekspor akan mengakibatkan
barang di dalam negeri menjadi langka, yang pada akhinya
mengakibatkan naiknya harga barang dalam negeri.
3. Dampak dari Inflasi
Dampak yang akan ditimbulkan dari inflasi adalah sebagai berikut:
a. Memburuknya distribusi pendapatan
37
Dengan terjadinya inflasi, pendapatan juga naik. Namun bagi
produsen yang naiknya biaya produksi akan dibebankan kepada
konsumen, sehingga pendapatannya meningkat. Bagi pekerja,
walaupun gaji yang diterimanya naik, kenaikan harga-harga barang
konsumsi membuat kemampuan daya beli semakin menurun.
b. Bunga yang semakin tinggi
Inflasi akan cenderung menyebabkan suku bunga semakin
meningkat. Ada perbedaan pandangan antara Keynes dan Monetaris
tentang fenomena ini. Menurut Keynes dalam (Amalia, 2010: 110)
naiknya tingkat harga menyebabkan semakin tingginya pengeluaran
nominal. Meningkatnya pengeluaran nominal tersebut, mengakibatkan
permintaan akan uang untuk transaksi juga meningkat. Bila jumlah
uang beredar tetap, maka akan mengakibatkan suku bunga menjadi
meningkat.33
D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Keberadaan SBI sebagai instrumen kebijakan moneter memiliki
tingkat keberhasilan yang signifikan. Akan tetapi SBI dengan system
diskontonya tentu saja membuat bank syariah tidak dapat ikut serta dalam
upaya pengendalian jumlah uang beredar tersebut. Untuk itu, kemudian Bank
Indonesia menyiapkan instrument lain berupa Sertifikat Wadiah Bank
Indnesia. Akan tetapi, karakteristik dasarnya yang berprinsip wadiah rupanya
kurang efektif. Maka dari itu, untuk meningkatkan efektifitas pengendalian
33
Sadono Sukirno, Ekonomimakro Teori Pengantar, Edisi ketiga, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 333
38
moneter, maka Bank Indonesia menyiapkan sebuah instrument yang bernama
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
SBIS tentu saja tidak menggunakan sistem diskonto. Akad yang dapat
digunakan dalam SBIS adalah akad Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh,
Musyarakah, Ju'alah, Wadi'ah, Qardh, dan Wakalah. Dari keenam akad di
atas, yang saat ini telah digunakan hanyalah SBIS berdasarkan akad Ju’alah.
Ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan
(reward/iwadh/ju’l) tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan
dari suatu pekerjaan.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret
2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia Menurut Bank Indonesia (2013)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga sebagai
pengakuan utang Bank Indonesia yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah.
Karakteristik SBIS saat ini adalah:
1. Menggunakan akad jualah namun, berdasarkan fatwa DSN-MUI,
SBI Syariah juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad
mudharabah, musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah).
2. Bersatuan unit sebesar Rp 1juta
39
3. Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12
bulan.
4. Diterbitkan tanpa warkat (scripless)
5. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia, dan
6. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-negotiable).
Seperti halnya SBI, SBIS adalah juga instrumen Bank Indonesia untuk
operasi pasar terbuka, utamanya melalui mekanisme perbankan syariah.
Mekanisme penerbitan SBIS adalah lewat cara lelang. Pihak yang dapat
diikutsertakan dalam proses pelelangan SBIS adalah sebagai berikut:
1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS; dan
2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta
tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit
Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.
Bank Indonesia memberikan imbalan terhadap SBIS yang diterbitkan.
Sedangkan hasil dari transaksi lelang SBIS dapat dibatalkan dengan cara
sebagai berikut:
1. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia.
2. Transaksi SBIS (setelmen lelang SBIS, setelmen first leg Repo
SBIS, dan setelmen second leg Repo SBIS) dinyatakan batal
apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS
atau UUS di Bank Indonesia tidak mencukupi.
40
Menurut Fatwa DSN-MUI No.63/DSN-MUI/XII/2007 akad pada SBIS
yang digunakan saat ini adalah jualah. Akad jualah adalah janji atau
komitmen untuk memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil yang
ditentukan dari suatu hasil pekerjaan. Adapun rukun dan syarat syahnya jualah
adalah sebagai berikut:
Rukun jualah:
1. Sighat, hendaknya kalimat itu mengandung arti izin kepada yang
akan bekerja juga tidak ditentukan waktunya.
2. Ja’il, yaitu pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu
dari hasil pencapaian atas suatu pekerjaan yang telah dijanjikan
sebelumnya.
3. Ma’julah adalah orang yang melaksanakan akad jualah.
4. Ma’julaih adalah pekerjaan yang dilaksanakan.
5. Upah
Syarat syahnya akad jualah adalah sebagai berikut:
1. Orang yang menjanjikan hadiah atau upah harus orang yang cakap
untuk melakukan tindakan hukum. Yaitu: baliqh, berakal, dan
cerdas.
2. Objek jualah harus berupa pekerjaan yang tidak dilarang oleh
syariah.
3. Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang
berharga atau bernilai dan harus jelas juga nilainya.
41
4. Ijab harus disampaikan dengan jelas oleh pihak yang menjanjikan
upah walaupun tanpa ucapan qabul dari pihak yang melaksanakan
pekerjaan.
5. Pekerjaan yang mengharapkan hasilnya itu harus mengandung
manfaat yang jelas dan boleh dimanfaatkan menurut hukum syar’i.
Dalam SBIS Jualah, Bank Indonesia bertindak bertindak sebagai ja’il
(pemberi pekerjaan) dan Bank Syariah bertindak sebagai ma’julah (penerima
pekerjaan) dan objek Jualah (mahall al-‘aqd) adalah partisipasi Bank Syariah
untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui
penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Bank
Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Dalam hal supaya akad ini
menjadi sah, rukun dan syarat Jualah pun harus dipenuhi. Menurut Fatwa
DSN MUI NO: 64/DSN-MUI/XII/2007 ketentuan akad SBIS Jualah adalah
sebagai berikut:
1. SBIS jualah sebagai instrument moneter boleh diterbitkan untuk
pengendalian moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan
syariah.
2. Dalam SBIS jualah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja’il
(pemberi pekerjaan); Bank Syariah bertindak sebagai ma’julah
(penerima pekerjaan); dan objek Jualah (mahal al-‘aqd) adalah
partisipasi bank syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia
dalam pengendalian moneter melalui penyerapan likuiditas dari
42
masyarakat dan menepatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah
dan jangka waktu tertentu.
3. Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penertiban
SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-
bank syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan
imbalan (reward/’iwadh/ju’l) tertentu bagi yang turut berpartisipasi
dalam pelaksanaannya. Adapun ketentuan hukum dari SBIS
Ju’alah adalah sebagai berikut:
a. Bank Indonesia wajib memberikan imbalan
(reward/’iwadh/ju’l) yang telah dijanjikan kepada Bank
Syariah yang telah membantu Bank Indonesia dalam upaya
pengendalian moneter dengan cara menempatkan dana di
Bank Indonesia dalam jangka waktu tertentu, melalui
"pembelian" SBIS Ju'alah.
b. Dana Bank Syariah yang ditempatkan di Bank Indonesia
melalui SBIS adalah wadi’ah amanah khusus yang
ditempatkan dalam rekening SBIS Ju’alah, yaitu titipan
dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan atau
ketentuan Bank Indonesia, dan tidak dipergunakan oleh
Bank Indonesia selaku penerima titipan, serta tidak boleh
ditarik oleh Bank Syariah sebelum jatuh tempo.
c. Dalam hal Bank Syariah selaku pihak penitip dana (mu’di)
memerlukan likuiditas sebelum jatuh tempo, ia dapat me-
43
repokan SBIS Ju’alah-nya dan Bank Indonesia dapat
mengenakan denda (gharamah) dalam jumlah tertentu
sebagai ta'zir.
d. Bank Indonesia berkewajiban mengembalikan dana SBIS
Ju’alah kepada pemegangnya pada saat jatuh tempo.
e. Bank syariah hanya boleh atau dapat menempatkan
kelebihan likuiditasnya pada SBIS Jua’lah sepanjang
belum dapat menyalurkannya ke sektor riil.
f. SBIS Ju’alah merupakan instrumen moneter yang tidak
dapat diperjualbelikan (non tradeable) atau
dipindahtangankan, dan bukan merupakan bagian dari
portofolio investasi bank syariah.
E. Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar (M) adalah hasil kali uang primer dengan
pengganda uang. Uang primer terdiri dari uang kartal yang berada diluar
sistem perbankan ditambah dengan simpanan lembaga – lembaga keuangan.
Volume uang primer dikendalikan oleh bank sentral melalui operasi pasar
terbuka. Ada sebagian ahli yang mengklasifikasikan jumlah uang beredar
menjadi dua, yaitu:
1. Jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut “Narrow
Money” (M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand
deposit); dan
44
2. Uang beredar dalam arti luas atau “Broad Money” (M2), yang
terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).
Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2
ditambah dengan semua deposito pada lembaga – lembaga keuangan non
bank. Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu
uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2).
1. Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam
arti sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di
tangan masyarakat. Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank
Indonesia) yang disimpan di bank – bank umum atau bank sentral itu
sendiri, tidak dikelompokkan sebagai uang kartal. Sedangkan uang
giral merupakan simpanan rekening koran (giro) masyarakat pada bank
– bank umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang beredar,
karena sewaktu – waktu dapat digunakan oleh pemiliknya untuk
melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik suatu
bank yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang
giral.
2. Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)
Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1
(uang beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuas i atau
near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam
45
bentuk deposito berjangka (time deposito) dan tabungan. Uang kuasi
diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua
bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai
oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.
Dalam sistem moneter di Indonesia, uang dalam arti luas ini (M2)
sering disebut dengan likuiditas perekonomian.34
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar
Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar
adalah sebagai berikut:
a. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit)
Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti
ada devisa yang masuk ke dalam negara, hal ini berarti ada
penambahan jumlah uang beredar. Demikian pula sebaliknya,
jika neraca pembayaran mengalami defisit, berarti ada
pengurangan terhadap devisa negara. Hal ini berarti ada
pengurangan terhadap jumlah uang beredar.
b. Keadaan APBN (surplus atau defisit)
Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN,
maka pemerintah dapat mencetak uang baru. Hal ini berarti ada
penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya,
jika APBN negara mengalami surplus, maka sebagian uang
34
Eugene A Dulio, Uang Dan Uang, Alih Bahasa: Ir. Burhanuddin Abdullah, (Jakarta:
PT. Gelora Aksara PratSama, 1998), h. 133
46
beredar masuk ke dalam kas negara. Sehingga jumlah uang
beredar semakin kecil.
c. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia
Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja
dapat memberikan kredit kepada bank – bank umum, tetapi BI
juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga –
lembaga pemerintah yang lain seperti Pertamina, dan badan
usaha milik negara (BUMN) lainnya. Perubahan besarnya
kredit langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya
jumlah uang beredar.
d. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia
Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit
likuiditas kepada bank – bank umum. Sebagai contoh, ketika
terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan
kredit likuiditas dalam rangka mengatasi krisis likuiditas bank
– bank umum, yang jumlahnya mencapai ratusan triliun rupiah.
Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar. Di
samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak,
juga dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang
beredar.35
35
Imamuddin Yuliadi, “Ekonomi Moneter”, (Jakarta: Indeks, 2008), h. 86
47
F. Review Studi Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya secara sistematis dapat disajikan
berikut:
Pertama, Tya Ryandini mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh
dana investasi melalui instrumen Surat Utang Negara (SUN) dan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
periode 2008-2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error
Correction Model (ECM) menyimpulkan bahwa variabel Surat Utang Negara
(SUN) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan variabel Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dana
instrumen Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) memiliki pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek, namun
tidak signifikan pada jangka pannjang.
Kedua, Mohammad Agus Khoirul Wafa’ melakukan penelitian tentang
analisa faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan sukuk ritel
(Periode Maret 2009-Juni 2010) pada Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Volume
IV, No. 2, Desember 2010. Dengan metode Vector Auto Regressive p (VAR
[p]) menyimpulkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor independen
(Harga Sukuk Negara Ritel, Harga Obligasi Ritel, Tingkat Bagi Hasil
Deposito Bank Syariah, Dan Tingkat Suku Bunga) mempunyai pengaruh yang
48
signifikan terhadap Tingkat Permintaan Sukuk Negara Ritel pada Periode
Maret 2009-Juni 2010. Secara parsial setiap variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap Tingkat Permintaan Sukuk Negara Ritel pada Periode
Maret 2009-Juni 2010.
Ketiga, Achmad Tohari mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2010) melakukan penelitian tentang analisis
pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar, inflasi, dan jumlah uang beredar
(M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan
mudharabah (Pada Perbankan Syariah di Indonesia). Penelitian ini
menggunakan metode analisis jalur dengan model struktural. Hasil pengujian
pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel Nilai Tukar/$, inflasi, dan
jumlah uang beredar (M2) berpengaruh terhadap dana pihak ketiga. Hasil
pengujian substruktur II menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar
dan dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh signifikan terhadap Mudharabah.
Keempat, Heryanto mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh
inflasi, BI rate, kurs rupiah, dan jumlah uang beredar terhadap volume
perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda. Hasil analisis regresi berganda ditemukan bahwa
variabel BI rate berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan negatif
terhadap volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, sedangkan
variabel inflasi, kurs rupiah, dan jumlah uang beredar tidak mempunyai
49
pengaruh yang signifikan terhadap volume perdagangan saham di Bursa Efek
Indonesia.
Kelima, Dwi Nuryanti mahasiswa Universitas Islam Indonesia (2012)
melakukan penelitian tentang pengaruh dari suku bunga deposito, tingkat
inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dan GDP terhadap
permintaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Model analisis yang
digunakan adalah model koreksi kesalahan (error correction model), dengan
data time series bulanan periode bulan Desember 2009 sampai bulan
Desember 2011 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank
Indonesia (BI). Pengujian statistik meliputi uji t, uji F, dan R-Square
(koefesien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
suku bunga deposito perbankan, nilai tukar, dan GDP dalam jangka pendek
berpengaruh terhadap permintaan Surat Berharga Syariah Negara di Indonesia,
sedangkan dalam jangka panjang suku bunga deposito perbankan, nilai tukar,
dan GDP berpengaruh terhadap permintaan SBSN. Sedangkan tingkat inflasi
dalam jangka pendek dan jangka panjang tidak mempengaruhi permintaan
SBSN.
G. Kerangka Konseptual
Kerangka pemikiran merupakan sinetesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat berupa
50
bagan, deskrptif kualitatif, atau bahkan gabungan keduanya. Volume transaksi
SBSN mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Pertumbuhannya ini tidak
lepas karena dipengaruhi atas beberapa variabel ekonomi makro seperti
inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan kurs
rupiah terhadap USD.
Pada inti permasalahan utamanya adalah variabel makro ekonomi
secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap
instrumen investasi syariah di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan peneliti dan dengan melihat dari penelitian sebelumnya maka
kerangka konseptual yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3
Model Kerangka Konseptual
Inflasi Kurs
Jumlah Uang Beradar
Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Surat Berharga Syariah
Negara
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah membahas mengenai
pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, inflasi, jumlah uang beredar, dan
nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) terhadap volume transaksi
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Objek penelitian ini adalah volume
transaksi SBSN, laporan Sertifikat Bank Indonesia Syariah, inflasi, jumlah
uang beredar, dan kurs rupiah terhadap USD dari Bank Indonesia. Data yang
digunakan merupakan data bulanan dari Januari 2010 sampai dengan Juli
2013.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh
yang disebabkan oleh variabel bebas.36
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat berupa:
Volume transaksi SBSN yang direpresentasikan berupa angka dalam
rupiah volume transaksi SBSN dengan data perbulan. Volume transaksi
36
Ety Rochaeti dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS , (Jakarta:
Penerbit Mit ra Wacana Media, 2007), h.11
52
SBSN merupakan volume perdagangan seri IFR SBSN yang sesuai
dengan Syariah Islam.
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini berupa:
Inflasi, merupakan keadaan yang menunjukkan adanya kenaikan
tingkat harga barang dan atau jasa secara umum yang terjadi secara
terus menerus dan berlangsung dalam waktu yang relative lama.
Tingkat inflasi dinyatakan dalam bentuk persentase (%).
Kurs rupiah yaitu harga rupiah terhadap mata uang Amerika
Serikat (USD). Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu
mata uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara
Amerika Serikat (USD).
Sertifikat Bank Indonesia Syariah, yaitu proporsi pembagian hasil
dalam ukuran persentase atas kemungkinan hasil produktifitas
nyata.
Jumlah Uang Beredar, yaitu peredaran uang kartal dan uang giral
yang ada di tangan masyarakat.
C. Teknik Penentuan Data
Dalam melakukan pengumpulan data sangat dibutuhkan ketelitian agar
mendapatkan data yang bagus. Data yang bagus dapat membantu
53
mendapatkan hasil yang sesuai dalam penelitian yang sedang dikerjakan.
Dalam penelitian ini data yang dipergunakan adalah:
1. Sumber Data
Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah, inflasi, dan kurs yang
digunakan diperoleh dari Bank Indonesia (BI) berupa data bulanan
pada tahun 2010 – 2013. Sedangkan, data jumlah uang beredar (M1)
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan data volume transaksi
SBSN seri IFR diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock
Exchange) berupa data bulanan pada tahun 2010 – 2013.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari data statistik dan data yang di
publikasikan secara umum. Data – data yang dikumpulkan adalah
sebagai berikut:
a. Data volume transaksi SBSN seri IFR pada periode Januari
2010 – Juli 2013 bersumber dari Bursa Efek Indonesia
(BEI)
b. Data kurs rupiah terhadap USD pada periode Januari 2010
– Juli 2013 bersumber dari Bank Indonesia (BI)
c. Data statistik Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada
periode Januari 2010 – Juli 2013 bersumber pada Bank
Indonesia (BI)
d. Data inflasi yang dipublish oleh BPS pada periode Januari
2010 – Juli 2013 bersumber pada Bank Indonesia (BI)
54
e. Data jumlah uang beredar pada periode Januari 2010 – Juli
2013 bersumber pada Badan Pusat Statistik (BPS)
D. Teknik Analisis Data
Dalam peneletian ini, menggunakan model Error Correction
Model(ECM). Model ECM yang digunakan telah melalui uji linieritas,
stationer, derajat integrasi, kointegrasi dan uji asumsi klasik, serta terbebas
dari semua permasalahan dari pengujian tersebut, sehingga model ECM yang
digunakan sudah layak untuk dipakai dan dianalisis.
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh
yaitu untuk mengetahui pengaruh antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah,
inflasi dan kurs rupiah terhadap peningkatan outstanding SBSN dengan
menggunakan software EViews 6. Metode analisis data yang digunakan adalah
metode koreksi kesalahan atau dikenal dengan nama Error CorrectionModel
(ECM), yaitu suatu teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka
pendek menuju pada keseimbangan jangka panjang. 37
Dengan kata lain ECM merupakan metode analisis data yang
memperlihatkan atau menjelaskan hubungan jangka panjang dan jangka
pendek dari variabel penelitian yang disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan hubungan pada model dan ketidaknormalan serta
ketidakstasioneran data. Metode ini dikenalkan oleh Sargan dan dipopulerkan
oleh Engle dan Granger.
37
Nachrowi D Nachrowi dan Hardius Us man, Penggunaan Teknik Ekonometri, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.371
55
1. Uji Asumsi Klasik
Jika dalam suatu model variabel terikat yang ingin dijelaskan
dihipotesis bergantung pada lebih dari satu variabel bebas atau
variabel penjelas, maka model analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda (multiple regression analysis)38. Analisis regresi
dapat menghadapi beberapa masalah serius seperti adanya
multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi tersebut terdapat masalah serius atau tidak, sehingga
model tersebut dan memenuhi kaidah BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator).
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya
multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi
masing-masing variabel bebas. Jika koefesien korelasi di antara
masing-masing varibel bebas lebih besar dari 0,8, maka terjadi
multikolinearitas.39
Multikolinieritas mengacu pada situasi di mana dua atau
lebih variabel penjelas dalam suatu regresi mempunyai korelasi
38
Dominick Salvatore, Managerial Economic dalam Perekonomian Global , (Jakarta: PT
Penerbit Erlangga,2002), h.164 39
Shochrul R. Arija, dkk, Cara Cerdas Menguasai E-Views, (Jakarta: Salemba Empat,
2011), h. 35
56
yang tinggi. Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui
apakah dalam suatu model terdapat multikolinieritas atau tidak.
b. Uji Heteroskedastatisitas
Heteroskedastatisitas merupakan keadaan di mana semua
gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak
memiliki varians yang sama. Uji heteroskedastatisitas dapat
dilakukan dengan cara seperti ini.
- Melihat pola residual dari hasil estimasi regresi. Jika residual
bergerak konstan, maka tidak ada heteroskedastatisitas. Akan
tetapi, jika residual membentuk suatu pola tertentu, maka hal
tersebut mengindikasikan adanya heteroskedastatisitas.
- Untuk membuktikan dugaan pada uji heteroskedastatisitas
pertama, maka dilakukan uji white Heteroscedasticity yang
tersedia dalam program Eviews. Hasil yang diperhatikan dari
uji ini adalah nilai F dan Obs*R-Squared. Jika nilai Obs*R-
Squared lebih kecil dari X2 tabel, maka tidak terjadi
heteroskedastatisitas. Demikian juga, sebaliknya.
c. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada
korelasi dalam model regresi linier antar variabel independen. Jika
terjadi korelasi,maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk
melihat adanya autokorelasi atau tidak dapat dilakukan dengan uji
57
Langrange Multiplier. Pada uji Langrange-Multiplier pengambilan
keputusan dilihat dari nilai probability Chi Square.
Jika Prob Chi-square < 0.05 Maka terjadi autokorelasi
Jika Prob Chi-square > 0.05 Maka tidak terjadi autokorelasi
2. Uji Linieritas
Uji linieritas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat
apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak.
Untuk mengetahui suatu model linier atau tidak, dapat dilakukan
dengan cara Uji Ramsey (RESET), yaitu suatu pengujian yang
dikembangkan oleh Ramsey dengan mengembangkan uji secara
umum kesalahan spesifikasi atau dikenal dengan uji kesalahan
spesifikasi regresi (Regression Speciflcation Error Test = RESET). 40
Hipotesis:
Ho: model linier
Ha: model tidak linier
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Obs*
R2, yaitu sebagai berikut:
Bila probabilitas Obs* R2> 0,05 maka signifikan, dan menolak
Ho. Dengan demikian model dikatakan linier.
Bila probabilitas Obs* R2< 0,05 maka tidak signifikan dan Ho
diterima. Dengan demikian model dikatakan tidak linier.
40
Agus Widarjono, Ekimometrika: Pengantar dan Aplikasinya , (Yogyakarta: Ekonisia,
2009), h.170-171
58
3. Uji Stasioner
a. Uji Akar Unit
Untuk melihat data stasioner atau tidak, dalam penelitian
ini digunakan uji akar unit (unit root test). Apabila basil uji akar
unit menunjukkan data belum stasioner pada level maka data akan
dilakukan diferensiasi tingkat pertama (flrst difference) hingga data
menjadi stasioner dan terbebas dari regresi lancung.
Uji akar unit merupakan pengujian yang formal yang
dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Pengujian akar
unit dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
stasioner atau tidak. Data yang stasioner adalah data time series
yang tidak mengandung akar unit dan sebaliknya. Dalam penelitian
ini, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji Augmented
Dicky-Fuller.
Hipotesis:
Ho: data tidak stasioner
Ha: data stasioner
Apabila hasil uji Augmented Dicky-Fuller menyatakan
bahwa:
Nilai ADF statistik > 0,05 maka data stasioner, Ho ditolak.
Nilai ADF statistik < 0,05 maka data tidak stasioner, Ho
diterima
b. Uji Derajat Integrasi
59
Pengujian derajat integrasi dilakukan apabila uji
stasioneritas dengan menggunakan unit root test pada tingkat level
menunjukkan bahwa data tidak stasioner, sehingga perlu
distasionerkan dengan cara mendiferensiasikan data variabel
penelitian. Seperti halnya uji akar unit di atas, uji derajat integrasi
pun dilihat dengan menggunakan uji Augmented Dicky-Fuller. Uji
derajat integrasi ini ada dua, diferensiasi pertama (first difference)
dan diferensiasi kedua (second difference).
Seperti pada uji akar unit, apabila hasil uji Augmented
Dicky-Fuller menyatakan bahwa:
Nilai ADF statistik > 0,05 maka data stasioner. Ho ditolak.
Nilai ADF statistik < 0,05 maka data tidak stasioner, Ho
diterima
4. Uji Kointegrasi
Kointegrasi berkaitan erat dengan pengujian terhadap
kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antar
variabel-variabel ekonomi seperti yang dikehendaki oleh teori
ekonomi. Uji kointegrasi dari dua atau lebih data time series
menujukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang. Data time
series dikatakan terkointegrasi jika residu daritingkat regresi stasioner,
maka tingkat regresi akan memberikan estimasi yang tepat untuk
hubungan jangka panjang.
60
Dalam melihat suatu model memiliki kointegrasi atau tidak,
dapat dilakukan dengan menjalankan uji sebagai berikut:
- Uji Johansen
- Uji CRDW
- Uji EG
Dalam penelitian ini, untuk melihat ada atau tidaknya
kointegrasi dilakukan dengan uji Engel-Granger (EG) atau uji
Augmented Engel-Granger, yaitu pengujian yang dilakukan dengan
memanfaatkan uji Augmented Dicky-Fuller dengan cara
mengestimasi model regresi kemudian menghitung nilai residualnya.
Apabila nilai residualnya stasioner maka regresi tersebut merupakan
regresi kointegrasi.41
Adapun proses pengujian dilakukan dengan cara terlebih
dahulu mengestimasi model regresi dan mencari nilai residual dan
menghitungnya. Setelah itu, dilakukan uji DF-ADF yang merupakan
pengujian Engel-Granger untuk memperoleh hasil apakah model
terkointegrasi atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0: nilai ADF < nilai kritis, maka model tidak terkointegrasi
Ha: nilai ADF > nilai kritis, maka model terkointegrasi
5. Uji ECM (Error Correction Model)
ECM (Error Correction Model) merupakan model yang
digunakan untuk mengoreksi persamaan regresi di antara variabel-
41
Nachrowi D Nachrowi dan Hardius Us man, Op.Cit., h.367
61
variabel yang secara individual tidak stasioner agar kembali ke nilai
equilibriumnya di jangka panjang, dengan syarat utama berupa
keberadaan hubungan kointegrasi di antara variabel-variabel
penyusunnya. Hubungan kointegrasi dapat diartikan sebagai suatu
hubungan jangka panjang (long term relationship/equilibrium) antara
variabel-variabel yang tidak stasioner.42
Dalam penelitian ini, model ECM yang digunakan telah
terbebas dari ketidakstasioneran model melalui uji stasioneritas, uji
derajat kointegrasi, dan uji asumsi klasik. Sehingga model ECM yang
digunakan sudah layak dipakai dan dianalisis. Analisis yang
digunakan bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Hubungan SBSN dan faktor-faktor makroekonomi
yang mempengaruhinya dapat diformulasikan sebagai berikut:
SBSNt = f (Inft, Nbht, Kurst)
Model ECM pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
DSBSNt = β0 + β1 DInflt + β2 DNbht + β3 DKurst + β4 DJUBt +
β5 DInflt-1 + β6 DNbht-1 + β7 DKurst-1 + β8 DJUBt-1 + β9 ECT
Dimana:
β0 = Konstanta
β1 – β6 = Koefisien Regresi
β7 = Koefisien ECT
42
Shochrul R. Arija, dkk. Cara Cerdas Menguasai E-Views (Jakarta: Salemba Empat,
2011), h. 133
62
DSBSNt = Fluktuasi SBSN periode t
DInflt = Inflasi (Jangka Pendek)
DNbht = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Jangka
Pendek)
DKurst = Kurs (Jangka Pendek)
DJUBt = Jumlah Uang Beredar (Jangka Pendek)
DInflt-1 = Inflasi (Jangka Panjang)
DNbht-1 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Jangka
Panjang)
DKurst-1 = Kurs (Jangka Panjang)
DJUBt-1 = Jumlah Uang Beredar (JangkaPanjang)
ECT =ErrorCorrectionTerm (Koreksi Kesalahan)
Jika variabel ECT positif dan signifikan 5% maka spesifikasi
model sudah valid dan dapat menjelaskan variabel dependen.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang
masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat
diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Inflasi (X1)
Ho = Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
Ha = Inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
63
Ho = Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka panjang
terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
Ha = Inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka panjang
terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
2. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X2)
Ho = Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak berpengaruh secara
signifikan dalam jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN
periode 2010 – 2013.
Ha = Sertifikat Bank Indonesia Syariah berpengaruh secara signifikan
dalam jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 –
2013.
Ho = Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak berpengaruh secara
signifikan dalam jangka panjang terhadap volume transaksi SBSN
periode 2010 – 2013.
Ha = Sertifikat Bank Indonesia Syariah berpengaruh secara signifikan
dalam jangka panjang terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 –
2013.
3. Variabel Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) Rupiah Tehadap USD (X3)
Ho = Kurs tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
Ha = Kurs berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
64
Ho = Kurs tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka panjang
terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
Ha = Kurs berpengaruh secara signifikan dalam jangka panjang
terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
4. Jumlah Uang Beredar (X4)
Ho = Jumlah Uang Beredar tidak berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
Ha = Jumlah Uang Beredar berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
Ho = Jumlah Uang Beredar tidak berpengaruh secara signifikan dalam
jangka panjang terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
Ha = Jumlah Uang Beredar berpengaruh secara signifikan dalam
jangka panjang terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.
65
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Pertumbuhan Sukuk
Dalam perkembangannya sukuk dapat diterbitkan dengan 14
struktur model melalui rekomendasi The Accounting and Auditing
Organisation Of Islamic Financial Institutions (AAOIFI), namun dalam
prakteknya model sukuk yang diterbitkan hanya 7 model saja, yaitu
struktur ijarah, musyarakah, salam, murabahah, istishna’, mudharabah,
dan hybrid (percampuran beberapa akad), dan struktur penerbitan yang
paling sering digunakan adalah ijarah.
Total penerbitan sukuk yang menggunakan struktur ijarah hampir
50% lebih dari total penerbitan di dunia, karena pada prakteknya ijarah
lebih mudah dalam aplikasinya.43 Sukuk merupakan investasi baru yang
mewarnai pasar modal Indonesia sejak tahun 2002. Pioner-nya adalah PT.
Indosat, telah meluncurkan sukuk mudharabah senilai Rp. 175 miliar.
Langkah ini kemudian diikuti banyak perusahaan seperti Matahari Putra
Prima, Sona Topas, Toursm Industry, Barlian Laju Tanker, Bank Bukopin,
dll. Sampai dengan akhir tahun 2003 terdapat 6 emiten yang menawarkan
sukuk dengan total emisi sebesar Rp. 740 miliar. Pada tahun 2004 ada
penambahan sebanyak 7 emiten baru yang telah mendapat pernyataan
43
Nazwar U. Nawawi, “Mengenal Sukuk”, Pontianak Post, Selasa 2 September 2008.
66
efektif dari Bapepam. Sehingga total sukuk pada tahun Rp. 1,424 triliun
yang berarti ada peningkatan sebesar 92,43%.44
Pada 2008, pemerintah menjual dua seri Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) atau Sukuk Negara, yaitu IFR-0001 dan IFR-0002. Seri
IFR-0001 memiliki jangka waktu tujuh tahun dan IFR-0002 selama
sepuluh tahun tahun. Sukuk berakad ijarah sale and lease back ini dijual
dengan nilai nominal per unit Rp. 1 juta dan pembelian minimal 1.000 unit
atau Rp. 1 miliar. Penjualan sukuk Negara lebih ditujukan ke investor
institusi bukan ritel, seperti dana pensiun, perbankan, atau manager
investasi, baik local maupun asing. Penerbitan Sukuk Negara atau Obligasi
Syari’ah Negara RI didasarkan pada UU 19/2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara.
Untuk menerbitkan SBSN, pemerintah melalui Menteri Keuangan
dapat meminta fatwa atau pernyataan kesesuaian SBSN dengan prinsip-
prinsip syariah dari lembaga yang memiliki kewenangan mengeluarkan
fatwa. Apabila penerbitannya di dalam negeri, lembaga yang berwenang
mengeluarkan fatwa ialah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI). Sedangkan apabila penerbitan SBSN di luar
negeri, fatwa dapat dimintakan kepada lembaga syariah internasional yang
ditentukan berdasarkan hasil kesapakatan. Tujuan fatwa ialah untuk
mendapatkan Syariah Compliance Endorsement / SCE dalam penerbitan
SBSN.
44
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk , (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 137
67
SBSN diterbitkan dengan tujuan untuk membiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) termasuk membiayai
pembangunan proyek. Kewenangan menerbitkan SBSN untuk tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 berada pada Pemerintah.
Kewenangan dilaksanakan oleh Menteri.
SBSN diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat, serta
dapat diperdagangkan melalui bursa atau di luar bursa. Penjualan SBSN
ada yang diarahkan bagi pembeli dari kalangan perusahaan, dan ada juga
SBSN retail yang khusus diarahkan bagi kalangan individu/perseorangan.
Dan penerbitan SBSN dengan cara Sale and Lease Back diatur
dalam Fatwa No. 71 /DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Leaseback.
B. Deskripsi Data
1. Volume Transaksi SBSN Seri IFR
Data volume transaksi selama bulan Januari 2010 sampai dengan
Juli 2013, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
68
Tabel 4.1
Volume Transaksi (dalam Juta) SBSN Seri IFR Tahun 2010 - 2013
Bulan Tahun
2010 2011 2012 2013
Januari 33.000 590.868 406.500 80500
Februari 232.370 401.250 1.506.631 49000
Maret 1.017.463 1.649.477 469.294 1757590
April 2.977.926 1.444.936 115.680 376407
Mei 1.259.300 558.590 127.590 115310
Juni 820.735 518.060 348.200 214400
Juli 2.103.206 660.150 588.500 22600
Agustus 297.708 1.413.216 428.768 -
September 417.850 599.406 447.074 -
Oktober 1.944.750 1.310.332 281.726 -
November 784.070 888.492 360.080 -
Desember 441.480 1.239.260 2.811.972 -
Sumber: IDX.co.id
Pada 2008, pemerintah menjual dua seri Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) atau Sukuk Negara, yaitu IFR-0001 dan IFR-0002. Seri
IFR-0001 memiliki jangka waktu tujuh tahun dan IFR-0002 selama
sepuluh tahun tahun. Sukuk berakad ijarah sale and lease back ini dijual
dengan nilai nominal per unit Rp. 1 juta dan pembelian minimal 1.000 unit
atau Rp. 1 miliar. Penjualan sukuk Negara lebih ditujukan ke investor
institusi bukan ritel, seperti dana pensiun, perbankan, atau manager
investasi, baik lokal maupun asing. Penerbitan Sukuk Negara atau
Obligasi Syariah Negara RI didasarkan pada UU 19/2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara.
Pada tahun 2010 volume transaksi SBSN Seri IFR mengalami
kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat selama tahun 2010
Goverment Securities dengan tipe Fixed Rate terdapat 8 seri dengan nilai
69
nominal Rp. 12.126.700.000,00, dan volume transaksinya sebesar Rp.
12.329.858.000.000,00 dengan frekuensi 1.086 kali transaksi.
Pada tahun 2011 pun volume dan frekuensi transaksi SBSN seri
IFR ini mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun tersebut terdapat
penambahan 1 seri IFR sehingga terdapat 9 seri dengan volume transaksi
sebesar Rp. 14.712.121.000.000,00 dengan frekuensi transaksi 5450 kali.
Namun tahun 2012 volume dan frekuensi SBSN seri IFR terus
mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tercatat
pada tahun 2012 terdapat 10 seri atau ada penambahan 1 seri pada tahun
tersebut, dengan volume transaksi sebesar Rp. 11.345.793.000.000,00 dan
frekuensi perdagangan sampai 757 kali transaksi.
Pada pertengahan tahun 2013 volume transaksi dan frekuensi
SBSN seri IFR tercatat sebesar 3.299.324.000.000,00 dan frekuensi 236
kali.
2. Tingkat Inflasi
Data tingkat inflasi bulanan selama periode Januari 2010 sampai
Juli 2013, data diperoleh dari laporan moneter Bank Indonesia. Dapat
dilihat di bawah ini:
70
Tabel 4.2
Tingkat Inflasi (dalam %) periode Tahun 2010 – 2013
Bulan Tahun
2010 2011 2012 2013
Januari 3,72% 7,02% 3,65% 4,57%
Februari 3,81% 6,84% 3,56% 5,31%
Maret 3,43% 6,65% 3,97% 5,9%
April 3,91% 6,16% 4,5% 5,57%
Mei 4,16% 5,98% 4,45% 5,47%
Juni 5,05% 5,54% 4,53% 5,9%
Juli 6,22% 4,61% 4,56% 8,61%
Agustus 6,44% 4,79% 4,58% -
September 5,8% 4,61% 4,31% -
Oktober 5,67% 4,42% 4,61% -
November 6,33% 4,15% 4,32% -
Desember 6,96% 3,79% 4,3% -
Sumber data: bi.go.id
Pada tahun 2010, tingkat inflasi tertinggi berada pada bulan
Desember sebesar 6,96% dan tingkat yang terendah berada pada bulan
Maret sebesar 3,43%. Pada awal tahun 2011 tingkat inflasi mengalami
kenaikan sebesar 7,02% dan diakhir tahun 2011 tingkat inflasi berada pada
titik terendah sebesar 3,79%.
Pada tahun 2012, tingkat inflasi tertinggi berada pada bulan
Oktober sebesar 4,61%, dan tingkat terendah berada pada bulan Februari
sebesar 3,56%. Hingga pertengahan tahun 2013 ini inflasi selalu tinggi,
pada bulan Juli inflasi berada pada tingkat tertinggi sebesar 8,61%, dan
terendah pada bulan Januari sebesar 4,57%.
71
3. Jumlah Uang Beredar (M1)
Data jumlah uang beredar bulanan selama periode Januari 2011
sampai Juli 2013, data diperoleh dari Bada Pusat Statistik. Dapat dilihat di
bawah ini:
Tabel 4.3
Jumlah Uang Beredar (dalam miliar) periode Tahun 2010 – 2013
Bulan Tahun
2010 2011 2012 2013
Januari 496527 604169 696323 787860
Februari 490084 585890 683253 786549
Maret 494461 580601 714258 810055
April 494718 584634 720924 832213
Mei 514005 611791 749450 822876
Juni 545405 636206 779416 858499
Juli 539746 639688 771792 879986
Agustus 555495 662806 772429 -
September 549941 656096 795518 -
Oktober 555549 665000 774983 -
November 571337 667587 801403 -
Desember 605411 722991 841722 -
Sumber: BPS
Pada tahun 2010, tingkat jumlah uang beredar (M1) tertinggi
berada pada bulan Desember sebesar Rp. 605.411,00 (dalam miliar) dan
yang terendah pada bulan Februari sebesar Rp. 490084,00 (dalam miliar).
Kemudian pada tahun 2011, tingkat jumlah uang beredar terbesar berada
pada bulan Desember sebesar Rp. 722.991,00 dan yang terendah berada
pada bulan Maret sebesar Rp. 580.601,00.
Pada tahun 2012, tingkat jumlah uang beredar berada pada tingkat
tertinggi pada bulan Desember sebesar Rp. 841.773,00 dan terendah pada
bulan Februari sebesar Rp. 683.253,00. Hingga pertengahan tahun 2013,
72
jumlah uang beredar selalu mengalami penambahan. Tercatat pada bulan
Juli jumlah uang beredar berada pada tingkat tertinggi sebesar Rp.
879.986,00 dan terendah pada bulan Februari sebesar Rp. 786.549,00.
4. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika (Kurs Rupiah)
Data dari penghitungan nilai tukar rupiah terhadap USD diambil
secara akhir bulan di mulai dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan
bulan Juli tahun 2013, data diperoleh dari Bank Indonesia. Data dari
penghitungan nilai tukar rupiah terhadap USD tampak pada tabel 4.4 yang
merupakan hasil dari penghitungan berdasarkan laporan moneter bulanan
Bank Indonesia.
Tabel 4.4
Kurs Rupiah Terhadap USD periode Tahun 2010 – 2013
Bulan Tahun
2010 2011 2012 2013
Januari 9275,45 9037,38 9109,14 9687,33
Februari 9348,21 8912,56 9025,76 9686,65
Maret 9173,73 8761,48 9165,33 9709,42
April 9027,33 8651,3 9175,5 9724,05
Mei 9183,21 8555,8 9290,24 9760,91
Juni 9148,36 8564 9451,14 9881,53
Juli 9049,45 8533,24 9456,59 10073,4
Agustus 8971,76 8532 9499,84 -
September 8975,84 8765,5 9566,35 -
Oktober 8927,9 8895,24 9597,14 -
November 8927,38 9015,18 9627,95 -
Desember 9022,62 9088,48 9645,89 -
Sumber: bi.go.id
Pada tahun 2010, nilai tukar rupiah terhadap USD tertinggi berada
pada bulan Februari sebesar Rp. 9348,21 dan yang terendah pada bulan
November sebesar 8927,38. Pada tahun 2011, nilai tukar rupiah terhadap
73
USD tertinggi berada pada bulan Desember sebesar Rp. 9088,48 dan yang
terendah pada bulan Agustus sebesar Rp.8532,00.
Pada tahun 2012, nilai tukar rupiah terhadap USD terus mengalami
pelemahan. Kurs rupiah terlemah terhadap USD berada pada bulan
Desember sebesar Rp. 9645,89 dan terkuat pada tahun 2012 berada pada
bulan Februari sebesar Rp. 9025,76. Hingga pertengahan 2013, kurs
rupiah makin melemah. Tercatat pada bulan Juli kurs rupiah mengalami
penukaran terlemah sebesar Rp. 10.073,4, dan terkuat pada tahun 2013
berada pada bulan Februari sebesar Rp. 9.686,65.
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Data dari penghitungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah diambil
secara akhir bulan di mulai dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan
bulan Juli tahun 2013, data diperoleh dari Bank Indonesia. Data dari
penghitungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah tampak pada tabel 4.5
yang merupakan hasil dari penghitungan berdasarkan laporan moneter
bulanan Bank Indonesia.
74
Tabel 4.5
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (dalam miliar) periode Tahun 2010 – 2013
Bulan Tahun
2010 2011 2012 2013
Januari 4113 3296 3799 3970
Februari 3272 3326 3806 4595
Maret 2345 3376 3567 4855
April 2859 3701 3155 4958
Mei 1535 3271 3160 5048
Juni 1445 3042 3155 4623
Juli 555 1604 2662 4423
Agustus 715 1819 2372 -
September 755 1989 2495 -
Oktober 1776 2574 2382 -
November 2401 3144 2763 -
Desember 2997 3476 3455 -
Sumber: bi.go.id
C. Analisis dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan data yang berbentuk time series (runtun
waktu) yakni data suatu objek yang terdiri atas beberapa periode. Time series
data berhubungan dengan nilai – nilai suatu variabel yang diatur secara
kronologis menurut perhitungan hari, minggu, bulan, kuartal, atau tahun.
Data dalam penelitian ini diawali dari periode tahun 2010 hingga 2013.
Penelitian ini menggunakan data volume transaksi SBSN seri IFR yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia sebagai variabel dependen (variabel
terikat). Sedangkan, variabel independen (variabel bebas) terdiri dari data
inflasi, nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah yang diperoleh dari Bank Indonesia, dan data jumlah uang beredar
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM).
75
Model ECM yang digunakan untuk menguji spesifikasi model dan
kesesuaian teori dengan kenyataan. Pengolahan data dilakukan secara
elektronik dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan E-
Views 6.0.
1. Uji Linieritas
Uji linieritas merupakan pengujian yang dilakukan untuk
melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau
tidak. Untuk mengetahui suatu model linier atau tidajj, dapat
dilakukan dengan cara Uji Ramsey (RESET), yaitu suatu pengujian
yang dikembangkan oleh Ramsey dengan mengembangkan uji secara
umum kesalahan spesifikasi atau dikenal dengan uji kesalahan
spesifikasi regresi (Regression Speciflcation Error Test = RESET).45
Hipotesis:
Ho: model linier
Ha: model tidak linier
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Obs*
R2, yaitu sebagai berikut:
Bila probabilitas Obs* R2> 0,05 maka signifikan, dan menolak
Ho. Dengan demikian model dikatakan linier.
Bila probabilitas Obs* R2< 0,05 maka tidak signifikan dan Ho
diterima. Dengan demikian model dikatakan tidak linier.
45
Agus Widarjono, Ekimometrika: Pengantar dan Aplikasinya, (Yogyakarta: Ekonisia,
2009) h.170-171
76
Tabel 4.6
Uji Ramsey RESET
Ramsey RESET Test: F-statistic 0.543614 Prob. F(1,37) 0.4656
Log likelihood ratio 0.627172 Prob. Chi-Square(1) 0.4284
Sumber: Eviews 6.0
Dari uji linieritas (Uji Ramsey RESET) pada tabel diatas, nilai
probabilitasnya adalah 0,4284 lebih besar dari tingkat keyakinan 5%,
artinya tidak ada permasalahan linieritas. Dengan kata lain bentuk
fungsi model dalam penelitian ini adalah linier.
2. Uji Stasioneritas
Untuk menguji stasioneritas data, dapat digunakan uji akar unit
(Unit Root Test) yang dikembangkan oleh Dickey – Fuller. Dalam
penelitian ini, pengujian data dilakukan dengan uji Augmented Dickey
– Fuller. Apabila nilai t-Statistik ADF lebih besar dari nilai kritis pada
tingkat keyakinan 5%, maka data stasioner, jika nilai t-Statistik ADF
lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat keyakinan 5%, maka data tidak
stasioner.
77
Tabel 4.7
Unit Root Test Augmented Dickey – Fuller Pada Level – Intercept
Variabel Nilai t-Statistik
ADF
Nilai Kritis
Statistik ADF
Prob Kesimpulan
SBSN -6.249946 -2.933158 0.0000
Stationer
INFLASI -0.978807 -2.935001 0.7519
Tidak Stationer
JUB -0.154579 -2.936942 0.9360
Tidak Stationer
KURS 0.181300 -2.935001 0.9681
Tidak Stationer
SBIS -3.216909 -2.936942 0.0263
Stationer
Sumber: Eviews 6.0
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa:
a. Data SBSN stasioner pada tingkat level – intercept. Hal
ini terlihat dari nilai absolut t-statistik ADF (-6.249946)
yang lebih besar dari nilai kritis pada tingkat keyakinan
5% (-2.933158). Dapat pula dilihat dari probabilitas
data SBSN yang lebih kecil dari 0,05 yakni 0,0000
(data akan stasioner jika nilai probabilitas < 0,05)
b. Data inflasi tidak stasioner pada tingkat level –
intercept. Hal ini terlihat dari nilai absolut t-statistik
ADF (-0.978807) yang lebih kecil dari nilai kritis pada
tingkat keyakinan 5% (-2.935001). Dapat pula dilihat
dari probabilitas data inflasi yang lebih besar dari 0,05
yakni 0.7519 (data akan stasioner jika nilai probabilitas
< 0,05)
78
c. Data jumlah uang beredar tidak stasioner pada tingkat
level – intercept. Hal ini terlihat dari nilai absolut t-
statistik ADF (-0.154579) yang lebih kecil dari nilai
kritis pada tingkat keyakinan 5% (-2.936942). Dapat
pula dilihat dari probabilitas data jumlah uang beredar
yang lebih besar dari 0,05 yakni 0.9360 (data akan
stasioner jika nilai probabilitas < 0,05)
d. Data kurs belum stasioner pada tingkat level – intercept.
Hal ini terlihat dari nilai absolut t-statistik ADF
(0.181300) yang lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat
keyakinan 5% (-2.935001). Dapat pula dilihat dari
probabilitas data kurs yang lebih besar dari 0,05 yakni
0.9681 (data akan stasioner jika nilai probabilitas <
0,05)
e. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah stasioner pada
tingkat level – intercept. Hal ini terlihat dari nilai
absolut t-statistik ADF (-3.216909) yang lebih besar
dari nilai kritis pada tingkat keyakinan 5% (-2.936942).
Dapat pula dilihat dari probabilitas data SBIS yang
lebih kecil dari 0,05 yakni 0.0263 (data akan stasioner
jika nilai probabilitas < 0,05)
Oleh karena itu, perlu dilakukan tes yang kedua (tes derajat
integrasi): 1st Difference – Trend and Intercept.
79
Tabel 4.8
Unit Root Test Augmented Dickey – Fuller Pada 1st Difference – Trend and Intercept
Variabel Nilai t-Statistik
ADF
Nilai Kritis
Statistik ADF
Prob Kesimpulan
INFLASI -2.360196 -3.523623 0.3939
Tidak Stationer
JUB -6.892461 -3.526609 0.0000
Stationer
KURS -4.959217 -3.523623 0.0013
Stationer
Sumber: Eviews 6.0
Hasil dari tabel 4.3 menunjukkan Unit Root Test dengan
menggunakan ADF pada derajat integrasi pertama belum stasioner
pada data inflasi. Maka, perlu dilakukan uji derajat integrasi kedua.
Tabel 4.9 Unit Root Test Augmented Dickey – Fuller
Pada 2nd Difference – Trend and Intercept
Variabel Nilai t-Statistik
ADF
Nilai Kritis
Statistik ADF
Prob Kesimpulan
INFLASI -5.184780 -3.526609 0.0007
Stationer
Sumber: Eviews 6.0
Pada tabel 4.4 menunjukkan unit root test dengan
menggunakan ADF pada derajat integrasi kedua yang memperlihatkan
bahwa masing – masing variabel sudah stasioner. Hal ini dapat dilihat
pada nilai t-statistik ADF yang lebih besar dari nilai kritis 5%. Dapat
pula dilihat dari probabilitas data inflasi yang lebih kecil dari 0,05.
3. Uji Kointegrasi
Dari hasil uji derajat integrasi didapat bahwa semua variabel
stationer pada ordo yang sama. Pengujian selanjutnya dilanjutkan ke
uji kointegrasi. Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk
80
mengetahui apakah residual regresi terkointegrasi stasioner atau tidak.
Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil
dalam jangka panjang. Sebaliknya jika tidak terdapat kointegrasi antar
variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam
jangka panjang.
Tabel 4.10
Hasil Uji Kointegrasi Null Hypothesis: RESID01 has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.162950 0.0000
Test critical values: 1% level -2.621185
5% level -1.948886
10% level -1.611932 Sumber: Eviews 6.0
Dari hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa nilai t-Statistik
ADF sebesar -7.162950 sedangkan nilai kritis sttistik ADF pada
tingkat signifikansi 5% yaitu -1.948886. Oleh karena itu t-statistik
ADF lebih besar daripada nilai kritis maka residual dari persamaan
telah stationer pada derajat integrasi nol atau I(0), sehingga variabel-
variabel tersebut dapat dikatakan terkointegrasi atau terdapat indikasi
hubungan jangka panjang.
Adanya indikasi hubungan keseimbangan dalam jangka
panjang belum dapat digunakan sebagai bukti bahwa terdapat
hubungan jangka pendek. Sehingga untuk mengetahui itu harus di uji
Error Corection Model (ECM). Sebelum menuju Uji ECM harus
dilakukan Uji Asumsi Klasik terlebih dahulu.
81
4. Uji Asumsi Klasik
Jika dalam suatu model variabel terikat yang ingin dijelaskan
dihipotesis bergantung pada lebih dari satu variabel bebas atau variabel
penjelas, maka model analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda (multiple regression analysis)46. Analisis regresi dapat
menghadapi beberapa masalah serius seperti adanya multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi tersebut terdapat masalah serius atau tidak, sehingga
model tersebut dan memenuhi kaidah BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator.
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel
yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya
multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien
korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefesien korelasi
di antara masing-masing varibel bebas lebih besar dari 0,8,
maka terjadi multikolinearitas.47
Multikolinieritas mengacu pada situasi di mana dua
atau lebih variabel penjelas dalam suatu regresi mempunyai
46
Dominick Salvatore, Managerial Economic dalam Perekonomian Global , (Jakarta: PT
Penerbit Erlangga,2002), h.164 47
Shochrul R. Arija, dkk, Cara Cerdas Menguasai E-Views, (Jakarta: Salemba Empat,
2011), h. 35
82
korelasi yang tinggi. Uji multikolinieritas dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam suatu model terdapat
multikolinieritas atau tidak.
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas
INFLASI JUB KURS SBIS
INFLASI 1 0.030614 -0.0013880 0.051185
JUB 0.030614 1 0.692258 0.551800
KURS -0.001388 0.692258 1 0.507724
SBIS 0.051185 0.551800 0.507724 1
Sumber: Eviews 6.0
Dari tabel di atas dapt dilihat bahwa hasil uji
multikolineritas dengan correlation matrix menunjukkan tidak
ada koefisien yang nilai nya lebih besar dari 0,9. Maka dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi
multikolineritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan keadaan di mana semua
gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak
memiliki varians yang sama. Untuk membuktikan dugaan pada
uji heteroskedastisitas pertama, maka dilakukan uji White
Heteroscedasticity yang tersedia dalam program E-Views.
Hasil yang diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs* R-
Squared. Jika nilai Obs* R-Squared lebih kecil dari X2 tabel,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Demikian juga
sebaliknya.
83
Tabel 4.12
Uji White Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.230150 Prob. F(14,28) 0.0344
Obs*R-squared 22.66975 Prob. Chi-Square(14) 0.0659
Scaled explained SS 37.75728 Prob. Chi-Square(14) 0.0006 Sumber: Eviews 6.0
Pengujian hipotesis heteroskedastatisitas.
- H0 = tidak ada heteroskedastatisitas
H1 = ada heteroskedastatisitas
- Jika p-value Obs* R-squared < α, maka H0 ditolak.
- Oleh karena p-value Obs* R-squared = 0,0659 > 0,05,
maka H0 diterima.
- Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%,
tidak ada heteroskedastatisitas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi atau otokorelasi menunjukkan korelasi di
antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut
waktu atau ruang. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi,
maka dapat dilakukan uji LM (metode Bruesch Godfrey).
Metode ini didasarkan pada nilai F dan Obs* R-Squared,
dimana jika nilai probabilitas dari Obs* R-Squared melibihi
tingkat kepercayaan, maka H0 diterima. Artinya, tidak ada
masalah autokorelasi.
84
Tabel 4.13
Uji Autokolerasi LM-Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.571961 Prob. F(2,36) 0.2216
Obs*R-squared 3.453630 Prob. Chi-Square(2) 0.1778 Sumber: Eviews 6.0
Pengujian hipotesis autokorelasi.
- H0 : tidak ada korelasi serial (serial correlation)
H1 : ada korelasi serial (serial correlation)
- Jika p-value Obs* R-Square < α, maka H0 ditolak.
- Oleh karena p-value Obs* R-Square = 0,2216 < 0,05, maka
H0 diterima.
- Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%,
tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.
5. Uji Error Correction Model (ECM)
Pada uji kointegrasi sebelumnya, ditemukan bahwa data dalam
penelitian ini memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang antara
variabel independen dengan variabel dependen. Walaupun terdapat
keseimbangan jangka panjang, dalam jangka pendek mungkin saja
terjadi ketidakseimbangan. Untuk menguji apakah variabel-variabel
memiliki pengaruh dalam jangka pendek, maka dilakukan analisis
dengan pendekatan Error Correction Model.
Berikut adalah model persamaan ECM yang digunakan dalam
penelitian ini:
85
DSBSNt = β0 + β1 DInflt + β2 DNbht + β3 DKurst + β4 DJUBt +
β5 DInflt-1 + β6 DNbht-1 + β7 DKurst-1 + β8 DJUBt-1 + β9 ECT
Hasil pengolahan data regresi linier ECM tersebut dengan
menggunakan pengolah data Eviews 6.0 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14
Hasil Uji ECM
Dependent Variable: D(SBSN)
Method: Least Squares
Date: 01/31/14 Time: 02:49
Sample (adjusted): 2010M02 2013M07
Included observations: 42 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INFLASI) 11585079 19539874 0.592894 0.5574
D(JUB) 8.047705 5.146311 1.563781 0.1277
D(KURS) -3665.231 1359.396 -2.696221 0.0111
D(SBIS) 366.6291 209.9155 1.746555 0.0903
INFLASI(-1) -23070979 10390796 -2.220328 0.0336
JUB(-1) 0.124989 1.558752 0.080185 0.9366
KURS(-1) -255.4163 430.0202 -0.593964 0.5567
SBIS(-1) -32.97516 117.2663 -0.281199 0.7804
ECT -1.028672 0.147042 -6.995775 0.0000
C 5025709. 3566307. 1.409219 0.1684 R-squared 0.698139 Mean dependent var -247.6190
Adjusted R-squared 0.613241 S.D. dependent var 1018705.
S.E. of regression 633531.9 Akaike info criterion 29.76027
Sum squared resid 1.28E+13 Schwarz criterion 30.17400
Log likelihood -614.9656 Hannan-Quinn criter. 29.91191
F-statistic 8.223241 Durbin-Watson stat 2.436606
Prob(F-statistic) 0.000003
Sumber: Eviews 6.0
Dari hasil olah data Uji Error Correction Model, pada tabel 4.9
menunjukkan bahwa nilai koefesien ECT sebesar -1,028672 yang
berarti bahwa ketidaksesuaian volume transaksi SBSN Seri IFR aktual
dengan volume transaksi SBSN Seri IFR potensial akan dieliminasi
86
atau dihilangkan dalam satu periode penelitian sebesar 10,2%. Dapat
dilihat nilai probabilitas 0,0000, hal ini berarti ECT sudah signifikan
pada tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05. Oleh karena itu model dari
pengujian ECM ini dapat dikatakan valid.
Tabel 4.15
Hasil Uji ECM
Variabel
Coeffecient
Jangka Pendek Jangka Panjang
Konstanta 5025709 5025709
Inflasi 11585079 -23070979
Jumlah Uang Beredar 8,047705 0,124989
Kurs -3665,231 -255,4163
Sertifikat Bank Indonesia Syariah 366,6291 -32,97516
Sumber: Eviews 6.0
Berdasarkan tabel di atas, maka hasil regresi ECM dalam
jangka pendek dan panjang didapati hasil:
D(SBSN)t = 5025709 - 11585079 D(Infl)t - 366,6291 D(SBIS)t
- 3665,231 D(Kurs)t + 8,047705 D(JUB)t - 23070979 Inflt-1 - 32.97516
SBISt-1 - 255,4163 Kurst-1 - 0,124989 JUBt-1 - 1,028672 ECT
Keterangan:
D(SBSN)t = Fluktuasi SBSN periode t
D(Infl)t = Inflasi (Jangka Pendek)
D(SBIS)t = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Jangka
Pendek)
87
D(Kurs)t = Kurs (Jangka Pendek)
D(JUB)t = Jumlah Uang Beredar (Jangka Pendek)
Inflt-1 = Inflasi (Jangka Panjang)
SBISt-1 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Jangka
Panjang)
Kurst-1 = Kurs (Jangka Panjang)
JUBt-1 = Jumlah Uang Beredar (JangkaPanjang)
ECT =ErrorCorrectionTerm (Koreksi Kesalahan)
D. Interpretasi Data
1. Konstanta
Dalam jangka pendek dan jangka panjang nilai konstanta sebesar
5025709 menunjukkan apabila seluruh variabel independen konstan maka
volume transaksi SBSN Seri IFR rata-rata per tahun sebesar 5025709.
Variabel konstanta adalah variabel bebas yang tidak diperkirakan oleh
penulis sebagai indikator yang mempengaruhi volume transaksi SBSN
secara signifikan, misalnya selera nasabah, dll.
2. Pengaruh Inflasi terhadap volume transaksi SBSN
a. Jangka Pendek
DINFLASI menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.5574 yang
lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi
tidak memiliki hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan
𝛼 = 0,05 pada jangka pendek sebesar 11585079. Realisasi inflasi
88
tidak berpengaruh signifikan dalam jangka pendek terhadap
volume transaksi SBSN.
b. Jangka Panjang
Pada DINFLASI(-1) nilai koefesiennya sebesar -23070979 dan
memiliki probabilitas sebesar 0.0336 yang lebih kecil 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh negatif
yang signifikan pada tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05. Dapat diartikan
bahwa dalam jangka panjang, realisasi inflasi berpengaruh
signifikan terhadap volume transaksi SBSN.
3. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap volume transaksi SBSN
a. Jangka Pendek
DJUB menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.1277 yang lebih
besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah uang
beredar tidak memiliki hubungan yang signifikan pada tingkat
kepercayaan 𝛼 = 0,05 pada jangka pendek sebesar 8,047705.
Realisasi jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan dalam
jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN.
b. Jangka Panjang
Pada JUB(-1) nilai koefesiennya sebesar 0.124989 dan memiliki
probabilitas sebesar 0.9366 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar memiliki
pengaruh negatif yang tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 𝛼
= 0,05. Dapat diartikan bahwa dalam jangka panjang, realisasi
89
jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap volume
transaksi SBSN.
4. Pengaruh Kurs terhadap volume transaksi SBSN
a. Jangka Pendek
DKURS menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0111 yang lebih
besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kurs memiliki
hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05 pada
jangka pendek sebesar -3665.231. Realisasi kurs berpengaruh
negatif dalam jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN
secara signifikan.
b. Jangka Panjang
Pada DKURS(-1) nilai koefesiennya sebesar -255.4163 dan
memiliki probabilitas sebesar 0.5567 yang lebih besar dari 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel kurs memiliki pengaruh
negatif yang tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05.
Dapat diartikan bahwa dalam jangka panjang, realisasi kurs tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume transaksi SBSN.
5. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap volume
transaksi SBSN
a. Jangka Pendek
DSBIS menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0903 yang lebih
besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Sertifikat
Bank Indonesia Syariah tidak memiliki hubungan yang signifikan
90
pada tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05 pada jangka pendek sebesar
366.6291. Realisasi jumlah uang beredar tidak berpengaruh
signifikan dalam jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN.
b. Jangka Panjang
Pada DSBIS(-1) nilai koefesiennya sebesar -32.97516 dan
memiliki probabilitas sebesar 0.7804 yang lebih kecil dari 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia
Syariah tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat
kepercayaan 𝛼 = 0,05. Dapat diartikan bahwa dalam jangka
panjang, realisasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume transaksi SBSN.
E. Analisis Ekonomi
Error correction model dalam tabel memperlihatkan nilai Adjusted
R-Squared sebesar 0,613241 yang berarti 61% variabel dependen (volume
transaksi SBSN) dapat dijelaskan oleh variabel independen (realisasi
inflasi, jumlah uang beredar, kurs, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah).
Sisanya 39% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
model penelitian ini. Nilai t-statistic ECT pada model tersebut sebesar -
6.995775 yang lebih tinggi dari 2 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,0000
yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa model dari pengujian ECM
ini sudah valid.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa inflasi tidak berpengaruh
secara signifikan dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang inflasi
91
berpengaruh signifikan terhadap volume transaksi SBSN. Dalam jangka
panjang inflasi memiliki pengaruh signifikan sebesar -23070979 terhadap
volume transaksi SBSN. Artinya, ketika inflasi turun 1% maka volume
transaksi SBSN naik sebesar 23070979. Hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nuryanti yang menyatakan dalam
penelitiannya bahwa dalam jangka pendek dan jangka panjang tingkat
inflasi tidak mempengaruhi tingkat permintaan SBSN pada periode
Desember 2009 sampai bulan Desember 2011. Perbedaan hasil tersebut
dapat dikarenakan objek penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nuryanti
membahas SBSN secara global sedangkan objek penelitian yang dilakukan
oleh penulis hanya sebatas SBSN seri IFR, dan dapat pula dikarenakan
periode penelitian yang berbeda. Secara teori, penurunan inflasi akan
mempengaruhi suku bunga Bank Indonesia sehingga investor lebih tertarik
untuk berinvestasi pada pasar uang dibanding pasar modal. Adanya
pengaruh jangka panjang ini terjadi karena inflasi merupakan variabel
yang tidak bisa lepas dari kondisi perekonomian Indonesia di masa depan
sehingga berpengaruh dalam jangka panjang terhadap volume transaksi
SBSN namun tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
terhadap volume transaksi SBSN. Selain itu, inflasi adalah variabel makro
ekonomi yang dampaknya baru terasa setelah lebih dari 5 tahun, dan
SBSN seri IFR ini rata-rata durasi jatuh temponya pun melebihi 5 tahun.
Variabel jumlah uang beredar pada jangka panjang dan jangka
pendek tidak signifikan mempengaruhi volume transaksi SBSN seri IFR.
92
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Heryanto yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar tidak mempunyai
pengaruh yang sigifikan terhadap volume perdagangan saham di Bursa
Efek Indonesia. Kesamaan pernyataan tersebut dapat dikarenakan
persamaan pembahasan yang mengambil volume transaksi investasi
sebagai objek penelitian. Karena SBSN seri IFR dan saham sama-sama
merupakan jenis investasi. Secara teoritis seharusnya jumlah uang beredar
mempengaruhi tingkat investasi, karena apabila terjadi kenaikan jumlah
uang beredar maka tingkat investasi akan mengalami kenaikan, karena
investor akan mengalihkan dananya untuk berinvestasi. Hasil penelitian ini
memiliki perbedaan pernyataan dapat dikarenakan jumlah uang beredar
tidak secara langsung mempengaruhi respon investor terhadap investasi,
bahkan SBSN seri IFR ini pun bukan termasuk dalam investasi ritel, jadi
kemungkinan jumlah uang beredar mempengaruhi SBSN secara langsung
pun tidak signifikan.
Variabel independen kurs menunjukkan bahwa kurs rupiah
terhadap USD berpengaruh signifikan sebesar -3665,231 terhadap volume
transaksi SBSN dalam jangka pendek. Artinya, kurs rupiah melemah
setiap 1 rp terhadap USD maka volume transaksi SBSN akan mengalami
peningkatan sebesar 3665,231. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dwi Nuryanti yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah
terhadap USD mempengaruhi permintaan akan SBSN. Secara teoritis
melemahnya nilai tukar rupiah maka dapat diindikasikan perekonomian
93
tidak dalam keadaan baik, keadaan ini menekan investor dalam negeri
untuk berinvestasi, tapi karena SBSN ini merupakan investasi dalam
jumlah yang besar dan investor asing dapat melakukan investasi pada
instrumen ini sehingga investor yang melakukan investasi pada instrumen
ini merupakan korporasi yang lebih suka melakukan trading dengan nilai
mata uang yang stabil, dalam hal ini USD. Berbeda dengan investasi pada
instrumen saham yang dapat dilakukan secara ritel.
Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak berpengaruh
signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pada studi
review terdahulu tidak terdapat variabel SBIS disetiap pengambilan data
untuk menjadi variabel independen. Namun secara teoritis SBIS
merupakan surat berharga syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Sehingga SBIS akan mempengaruhi SBSN karena kedua instrumen
tersebut akan saling tarik menarik investor. Perbedaan ini dapat
dikarenakan perbedaan antara jatuh tempo kedua instrumen tersebut dan
SBIS merupakan instrumen investasi yang tidak diperjualbelikan di pasar
sekunder, sehingga berapapun SBIS diterbitkan tidak mempengaruhi
secara signifikan terhadap volume transaksi SBSN seri IFR ini.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam jangka pendek, inflasi, jumlah uang beredar, dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah tidak mempengaruhi volume transaksi
SBSN seri IFR pada periode 2010 – 2013. Sedangkan variabel kurs
rupiah terhadap USD memiliki pengaruh negatif terhadap volume
transaksi SBSN secara signifikan. Dan dalam jangka panjang
variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap volume transaksi
SBSN seri IFR pada periode 2010 – 2013. Variasi variabel inflasi,
jumlah uang beredar, kurs, dan nisbah bagi hasil dapat
mempengaruhi volume transaksi SBSN sebesar 61%. Hal tersebut
terlihat dari nilai Adjusted R2 sebesar 0,613341. Sisanya 39%
dipengaruhi oleh variasi variabel lain yang tidak diikutsertakan
dalam penelitian ini.
2. Variabel inflasi dalam jangka panjang memiliki pengaruh
signifikan sebesar -23070979 terhadap volume transaksi SBSN.
Artinya, ketika inflasi turun 1% maka volume transaksi SBSN naik
sebesar 23070979. Sedangkan, dalam jangka pendek kurs rupiah
terhadap USD memiliki pengaruh negatif signifikan sebesar -
3665,231 terhadap volume transaksi SBSN. Artinya, ketika kurs
95
rupiah melemah sebesar 1 Rp maka volume transaksi SBSN
mengalami peningkatan sebesar 3665,231.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang ditemukan pada penelitian tentang pengaruh
inflasi, jumlah uang beredar, kurs, dan nisbah bagi hasil, dapat berimplikasi
terhadap pihak – pihak terkait:
1. Bagi pemerintah dalam menetapkan berbagai arah kebijakan
ekonomi agar memperhatikan reaksi pasar. Agar volume transaksi
SBSN seri IFR yang terjadi di pasar sekunder dapat terus
berkembang.
2. Bagi para investor dalam melakukan aktivitas perdagangan Surat
Berharga Syariah Negara Seri IFR sebaiknya mulai memperhatikan
kondisi makro ekonomi (unique risk) di Indonesia. Karena SBSN
seri IFR ini merupakan investasi jangka panjang yang tidak dapat
diprediksi hanya sebatas specific risk (risiko spesifik).
3. Bagi SPV, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang
reaksi investor dalam menanggapi setiap informasi makro ekonomi
Indonesia.
4. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat menjadi acuan dan
memicu penelitian berikutnya tentang beberapa kondisi makro
ekonomi terhadap volume transaksi SBSN seri IFR di pasar
sekunder, dan disarankan agar peneliti selanjutnya melakukan
observasi terhadap faktor- faktor ekonomi lain seperti pendapatan
96
nasional, neraca pembayaran, kebijakan perusahaan SPV, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan volume transaksi SBSN seri IFR
di pasar sekunder.
97
DAFTAR PUSTAKA
Al – Munjid, fil-lughoh wal-A’lam. Cet. Ke-39. Beirut: Darul Masyriq Al-
Maktabah Asy-Syarkiyah, 2002. Arija, Shochrul R. dkk. Cara Cerdas Menguasai E-Views. Jakarta: Salemba
Empat, 2011.
Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia. Tinjauan kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK), 2003. Maskanul Hakim, Cecep. Obligasi Syariah Kendala dan Prospek . Peneliti Bank
Yunior Biro Perbankan Syariah, Brosur Bank Indonesia, 2010.
Cholid, dkk. Metodologi Penelitian. Cet. Ke-5. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003. Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah. Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan
Berbasis Syariah. Brosur Departemen Keuangan, 2013. Direktorat Jendral Pengelolaan Utang. Tanya Jawab Surat Berharga Syariah
Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah. Cet. I.
Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2010. Dominick, Salvatore. Ekonomi Internasional. Penerjemah Munandar, Haris. Cet.
Ke-5. Jakarta: Erlangga, 1997. Dominick, Salvatore. Managerial Economics dalam Perekonomian Global.
Penerjemah Santoso, Natalia dan Anitawati, M. Th. Edisi ke 4. Jakarta: PT
Penerbit Erlangga, 2001. Dulio, Eugene A. Uang Dan Uang. Alih Bahasa: Ir. Burhanuddin Abdullah.
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratsama, 1998.
Fatwa DSN No: 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara, 2010.
Firdaus, dkk. Konsep Dasar Obligasi Syariah. Jakarta: PT. Renaisan, 2005. Hadi, Sutrisno. Metode Penelitan. Cet. Ke-1. Yogyakarta: Andi, 2004. Halim, Abdul. Analisis Investasi. Edisi Ke-2. Jakarta: PT. Salemba Empat, 2005.
Hosen, Nibra. “Dampak Global Penerbitan Sukuk Pada Perkembangan Ekonomi Syariah”. Artikel diakses pada 23 Maret 2009 dari
http://www.pkesinteraktif.com/sukuk. Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa Edwin. Investasi Pada Pasar Modal Syariah.
Jakarta: Kencana, 2007.
Jatmiko, Wahyu. “Sukuk: Sebuah Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Indonesia”. Artikel diakses pada 08 Januari 2013 dari
http://untukmuilmu.blogspot.com/ Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007. Krugman, Paul R. dan Murice Obstfield. Ekonomi Internasional dan Kebijakan.
Cet. Ke-2. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2000. Manan, Abdul. “Obligasi Syariah”. Artikel diakses pada 11 Juli 2007 dari
www.badilag.net. Mankiw, N. Gregory. Principles of Economics: Pengantar Ekonomi Makro. Edisi
ke 5. Australia: South – Western, 2008.
98
Mohd Daud Bakar, Round – Table Discussion on International Islamic Sovereign
Bond (Sukuk). Foreign Debt Division Directorat of International Affair Bank Indonesia, 2006.
Munawwir, AW. Kamus Al-Munawwir Arab – Indonesia Terlengkap. Cet. Ke-5.
Surabaya: Pustaka Progressif, 2002. Nachrowi, Nachrowi D dan Hardius Usman. Penggunaan Teknik Ekonometri.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Nafik, Muhammad. Bursa Efek & Investasi Syariah. Cet. Ke-1. Jakarta: PT. Ikrar
Mandiriabadi, 2009.
Nawawi, Nazwar U. Mengenal Sukuk. Pontianak Post, Selasa 2 September 2008. Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta: 2012. Rochaeti, Ety dkk. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media, 2007.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2003.
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi Kedua. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000.
Sutedi, Adrian. Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk . Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Tim BEI. Sukuk Ritel Kian Diminati. Jakarta: IDX Newsletter, April 2012. Tim Penyusun Direktorat Pembiayaan Syariah. Tanya Jawab Surat Berharga
Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah. Edisi ke-2. Jakarta: Direktorat Jendral Pembiayaan Syariah, 2010.
Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal. Studi Standar Akuntansi
Syariah di Pasar Modal Indonesia. BAPEPAM, 2007. Todaro, Michael P dan Smith, Stephen. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Penerjemah Munandar, Haris. Cet. Ke-8. Jakarta: Erlangga, 2003. Wahid, Nazaruddin Abdul. Sukuk Memahami dan Membedah Obligasi Pada
Perbankan Syariah. Cet. Ke-1. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Widarjono, Agus. Ekimometrika: Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia, 2009.
www.bi.go.id www.dmo.or.id www.ibpa.co.id
Yuliadi, Imamuddin. Ekonomi Moneter. Jakarta: Indeks, 2008.
99
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian
Bulan SBSN SBIS INFLASI KURS JUB
Jan-10 33000 4113 0,0372 9275,45 496527
Feb-10 232370 3272 0,0381 9348,21 490084
Mar-10 1017463 2345 0,0343 9173,73 494461
Apr-10 2977926 2859 0,0391 9027,33 494718
Mei-10 1259300 1535 0,0416 9183,21 514005
Jun-10 820735 1445 0,0505 9148,36 545405
Jul-10 2103206 555 0,0622 9049,45 539746
Agu-10 297708 715 0,0644 8971,76 555495
Sep-10 417850 755 0,058 8975,84 549941
Okt-10 1944750 1776 0,0567 8927,9 555549
Nov-10 784070 2401 0,0633 8927,38 571337
Des-10 441480 2997 0,0696 9022,62 605411
Jan-11 590868 3296 0,0702 9037,38 604169
Feb-11 401250 3326 0,0684 8912,56 585890
Mar-11 1649477 3376 0,0665 8761,48 580601
Apr-11 1444936 3701 0,0616 8651,3 584634
Mei-11 558590 3271 0,0598 8555,8 611791
Jun-11 518060 3042 0,0554 8564 636206
Jul-11 660150 1604 0,0461 8533,24 639688
Agu-11 1413216 1819 0,0479 8532 662806
Sep-11 599406 1989 0,0461 8765,5 656096
Okt-11 1310332 2574 0,0442 8895,24 665000
Nov-11 888492 3144 0,0415 9015,18 667587
Des-11 1239260 3476 0,0379 9088,48 722991
Jan-12 406500 3799 0,0365 9109,14 696323
Feb-12 1506631 3806 0,0356 9025,76 683253
Mar-12 469294 3567 0,0397 9165,33 714258
Apr-12 115680 3155 0,045 9175,5 720924
Mei-12 127590 3160 0,0445 9290,24 749450
Jun-12 348200 3155 0,0453 9451,14 779416
Jul-12 588500 2662 0,0456 9456,59 771792
Agu-12 428768 2372 0,0458 9499,84 772429
Sep-12 447074 2495 0,0431 9566,35 795518
Okt-12 281726 2382 0,0461 9597,14 774983
Nov-12 360080 2763 0,0432 9627,95 801403
Des-12 2811972 3455 0,043 9645,89 841722
Jan-13 80500 3970 0,0457 9687,33 787860
Feb-13 49000 4595 0,0531 9686,65 786549
100
Mar-13 1757590 4855 0,059 9709,42 810055
Apr-13 376407 4958 0,0557 9724,05 832213
Mei-13 115310 5048 0,0547 9760,91 822876
Jun-13 214400 4623 0,059 9881,53 858499
Jul-13 22600 4423 0,0861 10073,4 879986
Sumber: BI, BPS, dan BEI
Lampiran 2: Uji Linieritas
Ramsey RESET Test: F-statistic 0.543614 Prob. F(1,37) 0.4656
Log likelihood ratio 0.627172 Prob. Chi-Square(1) 0.4284
Test Equation:
Dependent Variable: SBSN
Method: Least Squares
Date: 01/31/14 Time: 01:26
Sample: 2010M01 2013M07
Included observations: 43 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI 2820483. 15605510 0.180736 0.8576
JUB 0.828691 2.612910 0.317153 0.7529
KURS 233.2299 841.7589 0.277074 0.7833
SBIS 29.31652 150.8749 0.194310 0.8470
C -3060405. 10887574 -0.281092 0.7802
FITTED^2 1.35E-06 1.83E-06 0.737302 0.4656 R-squared 0.117925 Mean dependent var 793295.7
Adjusted R-squared -0.001275 S.D. dependent var 725737.1
S.E. of regression 726199.5 Akaike info criterion 29.95782
Sum squared resid 1.95E+13 Schwarz criterion 30.20357
Log likelihood -638.0932 Hannan-Quinn criter. 30.04845
F-statistic 0.989307 Durbin-Watson stat 2.132995
Prob(F-statistic) 0.437473
101
Lampiran 3: Uji Stasioner
1. Uji Root Test Augmented Dickey – Fuller Pada Level – Intercept
- INFLASI
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.978807 0.7519
Test critical values: 1% level -3.600987
5% level -2.935001
10% level -2.605836 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INFLASI)
Method: Least Squares
Date: 01/31/14 Time: 01:30
Sample (adjusted): 2010M03 2013M07
Included observations: 41 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI(-1) -0.087274 0.089164 -0.978807 0.3339
D(INFLASI(-1)) 0.543950 0.210281 2.586777 0.0136
C 0.005275 0.004556 1.157920 0.2541 R-squared 0.154496 Mean dependent var 0.001171
Adjusted R-squared 0.109996 S.D. dependent var 0.006000
S.E. of regression 0.005661 Akaike info criterion -7.440216
Sum squared resid 0.001218 Schwarz criterion -7.314832
Log likelihood 155.5244 Hannan-Quinn criter. -7.394558
F-statistic 3.471811 Durbin-Watson stat 1.335201
Prob(F-statistic) 0.041228
102
- Jumlah Uang Beredar
Null Hypothesis: JUB has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.154579 0.9360
Test critical values: 1% level -3.605593
5% level -2.936942
10% level -2.606857 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(JUB)
Method: Least Squares
Date: 11/20/13 Time: 01:08
Sample (adjusted): 2010M04 2013M07
Included observations: 40 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. JUB(-1) -0.004601 0.029767 -0.154579 0.8780
D(JUB(-1)) -0.289226 0.156215 -1.851460 0.0723
D(JUB(-2)) -0.390049 0.157674 -2.473777 0.0182
C 18595.13 20223.06 0.919501 0.3640 R-squared 0.183306 Mean dependent var 9638.125
Adjusted R-squared 0.115248 S.D. dependent var 21216.95
S.E. of regression 19956.94 Akaike info criterion 22.73518
Sum squared resid 1.43E+10 Schwarz criterion 22.90407
Log likelihood -450.7036 Hannan-Quinn criter. 22.79625
F-statistic 2.693381 Durbin-Watson stat 2.054505
Prob(F-statistic) 0.060506
103
- KURS Rupiah Terhadap USD
Null Hypothesis: KURS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.181300 0.9681
Test critical values: 1% level -3.600987
5% level -2.935001
10% level -2.605836 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(KURS)
Method: Least Squares
Date: 11/20/13 Time: 01:10
Sample (adjusted): 2010M03 2013M07
Included observations: 41 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. KURS(-1) 0.007361 0.040604 0.181300 0.8571
D(KURS(-1)) 0.364917 0.164866 2.213412 0.0329
C -55.23978 372.0459 -0.148476 0.8828 R-squared 0.130213 Mean dependent var 17.68732
Adjusted R-squared 0.084435 S.D. dependent var 96.63156
S.E. of regression 92.46206 Akaike info criterion 11.96183
Sum squared resid 324870.8 Schwarz criterion 12.08721
Log likelihood -242.2175 Hannan-Quinn criter. 12.00749
F-statistic 2.844440 Durbin-Watson stat 1.698693
Prob(F-statistic) 0.070606
104
- Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Null Hypothesis: SBIS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.216909 0.0263
Test critical values: 1% level -3.605593
5% level -2.936942
10% level -2.606857 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(SBIS)
Method: Least Squares
Date: 01/31/14 Time: 01:34
Sample (adjusted): 2010M04 2013M07
Included observations: 40 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SBIS(-1) -0.221646 0.068900 -3.216909 0.0027
D(SBIS(-1)) 0.198821 0.135883 1.463186 0.1521
D(SBIS(-2)) 0.521307 0.140329 3.714896 0.0007
C 680.3706 210.1344 3.237788 0.0026 R-squared 0.356166 Mean dependent var 51.95000
Adjusted R-squared 0.302513 S.D. dependent var 510.2572
S.E. of regression 426.1448 Akaike info criterion 15.04207
Sum squared resid 6537578. Schwarz criterion 15.21096
Log likelihood -296.8415 Hannan-Quinn criter. 15.10314
F-statistic 6.638344 Durbin-Watson stat 1.671499
Prob(F-statistic) 0.001102
105
- Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Null Hypothesis: SBSN has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.249946 0.0000
Test critical values: 1% level -3.596616
5% level -2.933158
10% level -2.604867 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(SBSN)
Method: Least Squares
Date: 11/20/13 Time: 01:17
Sample (adjusted): 2010M02 2013M07
Included observations: 42 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SBSN(-1) -0.988512 0.158163 -6.249946 0.0000
C 802074.1 171151.7 4.686333 0.0000 R-squared 0.494067 Mean dependent var -247.6190
Adjusted R-squared 0.481418 S.D. dependent var 1018705.
S.E. of regression 733595.8 Akaike info criterion 29.89575
Sum squared resid 2.15E+13 Schwarz criterion 29.97850
Log likelihood -625.8108 Hannan-Quinn criter. 29.92608
F-statistic 39.06182 Durbin-Watson stat 1.993748
Prob(F-statistic) 0.000000
106
2. Uji Derajat Integrasi Uji Root Test Augmented Dickey – Fuller Pada 1st
Difference – Trend and Intercept
- INFLASI
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.360196 0.3939
Test critical values: 1% level -4.198503
5% level -3.523623
10% level -3.192902 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INFLASI,2)
Method: Least Squares
Date: 01/31/14 Time: 01:41
Sample (adjusted): 2010M03 2013M07
Included observations: 41 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INFLASI(-1)) -0.485293 0.205616 -2.360196 0.0235
C -0.001019 0.001865 -0.546229 0.5881
@TREND(2010M01) 8.71E-05 7.44E-05 1.170645 0.2490 R-squared 0.158685 Mean dependent var 0.000639
Adjusted R-squared 0.114406 S.D. dependent var 0.005984
S.E. of regression 0.005631 Akaike info criterion -7.450744
Sum squared resid 0.001205 Schwarz criterion -7.325361
Log likelihood 155.7403 Hannan-Quinn criter. -7.405087
F-statistic 3.583705 Durbin-Watson stat 1.404070
Prob(F-statistic) 0.037515
107
- Jumlah Uang Beredar
Null Hypothesis: D(JUB) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.892461 0.0000
Test critical values: 1% level -4.205004
5% level -3.526609
10% level -3.194611 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(JUB,2)
Method: Least Squares
Date: 11/20/13 Time: 01:54
Sample (adjusted): 2010M04 2013M07
Included observations: 40 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(JUB(-1)) -1.683819 0.244299 -6.892461 0.0000
D(JUB(-1),2) 0.391426 0.157315 2.488174 0.0176
C 14520.81 7232.328 2.007764 0.0522
@TREND(2010M01) 44.61769 273.3808 0.163207 0.8713 R-squared 0.660047 Mean dependent var 427.7500
Adjusted R-squared 0.631717 S.D. dependent var 32884.14
S.E. of regression 19956.18 Akaike info criterion 22.73510
Sum squared resid 1.43E+10 Schwarz criterion 22.90399
Log likelihood -450.7021 Hannan-Quinn criter. 22.79617
F-statistic 23.29895 Durbin-Watson stat 2.057415
Prob(F-statistic) 0.000000
108
- KURS Rupiah Terhadap USD
Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.959217 0.0013
Test critical values: 1% level -4.198503
5% level -3.523623
10% level -3.192902 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(KURS,2)
Method: Least Squares
Date: 11/20/13 Time: 01:56
Sample (adjusted): 2010M03 2013M07
Included observations: 41 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(KURS(-1)) -0.778481 0.156977 -4.959217 0.0000
C -54.22998 29.23739 -1.854816 0.0714
@TREND(2010M01) 3.120123 1.218505 2.560616 0.0145 R-squared 0.398111 Mean dependent var 2.904878
Adjusted R-squared 0.366432 S.D. dependent var 107.3223
S.E. of regression 85.42526 Akaike info criterion 11.80352
Sum squared resid 277304.1 Schwarz criterion 11.92890
Log likelihood -238.9721 Hannan-Quinn criter. 11.84917
F-statistic 12.56727 Durbin-Watson stat 1.706845
Prob(F-statistic) 0.000065
109
3. Uji Derajat Integrasi Kedua
- INFLASI
Null Hypothesis: D(INFLASI,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.184780 0.0007
Test critical values: 1% level -4.205004
5% level -3.526609
10% level -3.194611 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INFLASI,3)
Method: Least Squares
Date: 11/20/13 Time: 02:00
Sample (adjusted): 2010M04 2013M07
Included observations: 40 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INFLASI(-1),2) -1.034918 0.199607 -5.184780 0.0000
C -0.105075 0.210624 -0.498876 0.6208
@TREND(2010M01) 0.008117 0.008332 0.974122 0.3363 R-squared 0.426230 Mean dependent var 0.068750
Adjusted R-squared 0.395216 S.D. dependent var 0.781636
S.E. of regression 0.607862 Akaike info criterion 1.914300
Sum squared resid 13.67135 Schwarz criterion 2.040966
Log likelihood -35.28600 Hannan-Quinn criter. 1.960098
F-statistic 13.74289 Durbin-Watson stat 1.586636
Prob(F-statistic) 0.000034
110
Lampiran 4: Uji Kointegrasi
Null Hypothesis: RESID01 has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.162950 0.0000
Test critical values: 1% level -2.621185
5% level -1.948886
10% level -1.611932 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(RESID01)
Method: Least Squares
Date: 01/31/14 Time: 01:45
Sample (adjusted): 2010M02 2013M07
Included observations: 42 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. RESID01(-1) -1.089984 0.152170 -7.162950 0.0000 R-squared 0.555651 Mean dependent var 20351.61
Adjusted R-squared 0.555651 S.D. dependent var 1015650.
S.E. of regression 677026.9 Akaike info criterion 29.71233
Sum squared resid 1.88E+13 Schwarz criterion 29.75370
Log likelihood -622.9590 Hannan-Quinn criter. 29.72750
Durbin-Watson stat 2.093886
111
Lampiran 5: Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
INFLASI JUB KURS SBIS
INFLASI 1 0.03061407730112343 -0.001388037965391817 0.05118473702404737
JUB 0.03061407730112343 1 0.6922579803496351 0.5518003520707279
KURS -0.001388037965391817 0.6922579803496351 1 0.5077236699246975
SBIS 0.05118473702404737 0.5518003520707279 0.5077236699246975 1
b. Uji Heteroskedastatisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 2.230150 Prob. F(14,28) 0.0344
Obs*R-squared 22.66975 Prob. Chi-Square(14) 0.0659
Scaled explained SS 37.75728 Prob. Chi-Square(14) 0.0006
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 01/31/14 Time: 02:02
Sample: 2010M01 2013M07
Included observations: 43 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.03E+13 2.07E+14 -0.049535 0.9608
INFLASI -1.13E+15 8.36E+14 -1.353443 0.1867
INFLASI^2 -1.38E+15 1.81E+15 -0.759013 0.4542
INFLASI*JUB -8.40E+08 5.15E+08 -1.631323 0.1140
INFLASI*KURS 2.03E+11 1.34E+11 1.517430 0.1404
INFLASI*SBIS -1.32E+10 2.36E+10 -0.557116 0.5819
JUB -1.88E+08 1.22E+08 -1.540509 0.1347
JUB^2 157.8411 45.97044 3.433534 0.0019
JUB*KURS 2822.445 16008.51 0.176309 0.8613
JUB*SBIS -1174.948 2519.529 -0.466336 0.6446
KURS 2.41E+10 4.90E+10 0.492987 0.6259
KURS^2 -2156560. 2886400. -0.747145 0.4612
KURS*SBIS 14667.03 825472.3 0.017768 0.9859
SBIS 2.51E+09 7.23E+09 0.347442 0.7309
SBIS^2 -152665.7 213920.7 -0.713656 0.4813 R-squared 0.527203 Mean dependent var 4.60E+11
Adjusted R-squared 0.290805 S.D. dependent var 9.62E+11
S.E. of regression 8.10E+11 Akaike info criterion 57.94791
Sum squared resid 1.84E+25 Schwarz criterion 58.56228
Log likelihood -1230.880 Hannan-Quinn criter. 58.17447
F-statistic 2.230150 Durbin-Watson stat 2.154150
Prob(F-statistic) 0.034444
112
c. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.571961 Prob. F(2,36) 0.2216
Obs*R-squared 3.453630 Prob. Chi-Square(2) 0.1778
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/31/14 Time: 02:05
Sample: 2010M01 2013M07
Included observations: 43
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI 2450066. 9609692. 0.254958 0.8002
JUB -0.220580 1.392387 -0.158419 0.8750
KURS 47.94564 396.8456 0.120817 0.9045
SBIS 14.13363 120.3978 0.117391 0.9072
C -458275.3 3163623. -0.144858 0.8856
RESID(-1) -0.118891 0.161355 -0.736830 0.4660
RESID(-2) -0.273461 0.162713 -1.680635 0.1015 R-squared 0.080317 Mean dependent var -8.87E-11
Adjusted R-squared -0.072964 S.D. dependent var 686592.9
S.E. of regression 711200.1 Akaike info criterion 29.93520
Sum squared resid 1.82E+13 Schwarz criterion 30.22190
Log likelihood -636.6067 Hannan-Quinn criter. 30.04092
F-statistic 0.523987 Durbin-Watson stat 1.880495
Prob(F-statistic) 0.786263
113
Lampiran 6: Uji ECM
Dependent Variable: D(SBSN)
Method: Least Squares
Date: 01/31/14 Time: 02:49
Sample (adjusted): 2010M02 2013M07
Included observations: 42 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INFLASI) 11585079 19539874 0.592894 0.5574
D(JUB) 8.047705 5.146311 1.563781 0.1277
D(KURS) -3665.231 1359.396 -2.696221 0.0111
D(SBIS) 366.6291 209.9155 1.746555 0.0903
INFLASI(-1) -23070979 10390796 -2.220328 0.0336
JUB(-1) 0.124989 1.558752 0.080185 0.9366
KURS(-1) -255.4163 430.0202 -0.593964 0.5567
SBIS(-1) -32.97516 117.2663 -0.281199 0.7804
ECT -1.028672 0.147042 -6.995775 0.0000
C 5025709. 3566307. 1.409219 0.1684 R-squared 0.698139 Mean dependent var -247.6190
Adjusted R-squared 0.613241 S.D. dependent var 1018705.
S.E. of regression 633531.9 Akaike info criterion 29.76027
Sum squared resid 1.28E+13 Schwarz criterion 30.17400
Log likelihood -614.9656 Hannan-Quinn criter. 29.91191
F-statistic 8.223241 Durbin-Watson stat 2.436606
Prob(F-statistic) 0.000003