129
ANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKROEKONOMI TERHADAP VOLUME TRANSAKSI SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (Periode 2010-2013) Skripsi Ini Disusun Sebagai Syarat Dalam Pengajuan Judul Skripsi Oleh : KHAIRUL FADHLI NIM : 108046100170 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2014 M

Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

i

ANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKROEKONOMI TERHADAP

VOLUME TRANSAKSI SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

(Periode 2010-2013)

Skripsi Ini Disusun Sebagai Syarat Dalam Pengajuan Judul Skripsi

Oleh :

KHAIRUL FADHLI

NIM : 108046100170

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2014 M

Page 2: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

ii

Page 3: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

iii

Page 4: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

iv

Page 5: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

i

ABSTRAK

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) merupakan surat berharga yang

diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan prinsip syariah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, jumlah uang beredar, kurs, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap volume transaksi SBSN

dengan menggunakan model analisis model koreksi kesalahan (Error Correction Model), dengan data time series bulanan dari bulan Januari 2010 sampai dengan

bulan Juli 2013 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), dan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pada hasil uji ECM ditemukan bahwa variabel inflasi berpengaruh

signifikan pada jangka panjang, dan mempunyai hubungan negatif terhadap volume transaksi SBSN, sedangkan kurs rupiah terhadap USD berpengaruh

sigifikan pada jangka pendek, dan mempunyai hubungan negatif terhadap volume transaksi SBSN di pasar sekunder. Sedangkan inflasi, jumlah uang beredar, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada jangka pendek tidak berpengaruh

signifikan terhadap volume transaksi SBSN di pasar sekunder. Pada jangka panjang variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan kurs

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume transaksi SBSN di pasar sekunder. Kata kunci: Inflasi, Jumlah Uang Beredar (M1), Kurs Rupiah, Sertifikat Bank

Indonesia Syariah, Volume Transaksi SBSN.

Page 6: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbi al-alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan inayahnya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Indikator

Makroekonomi di Indonesia Terhadap Volume Transaksi Surat Berharga

Syariah Negara”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta pengikutnya dan semoga kelak

mendapat syafa’atnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah di Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dalam penyusunan skripsi ini,

penulis telah banyak mendapat dukungan dan bantuan baik moril maupun materil

dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan pada

waktu yang tepat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan

Mukmin Rauf, M. Ag, selaku Sekretaris Jurusan Muamalat Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengarahan dan

membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi

ini.

Page 7: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

iii

3. Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM dan Rr. Tini Anggraeni, ST, M. Si,

selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan,

tuntunan, masukan, dan solusi yang amat baik kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah dengan

sabar memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya. Semoga

menjadi ilmu yang bermanfaat, sehingga menjadi amal kebaikan

bagi kita semua. Aamiin.

5. Kepala perpustakaan utama UIN Jakarta dan perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum beserta jajarannya yang telah membantu penulis

dengan menyediakan fasilitas berupa referensi- referensi yang

penulis butuhkan dan ruangan yang kondusif untuk mengerjakan

skripsi, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Siti Sholihah, SH.i selaku Staff Program Studi Muamalat yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam

menyelesaikan kebutuhan administrasi selama perkuliahan.

7. Kepada Ayahanda Drs. Syamsuridjal dan Ibunda Dra. Daurah Nurdin,

yang selalu mendoakan untuk kebahagiaan dan kesuksesan ananda dan

memotivasi baik secara moril dan materiil semata-mata untuk

keberhasilan penulis.

8. Teruntuk saudara tua Mursal Darwis dan Miftahul Masyhuri yang

sangat men support penulis baik moril maupun materiil untuk

Page 8: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

iv

keberhasilan studi penulis. Serta, adik-adikku Ahmad Nazhir dan Fikri

Kamil yang senantiasa mendoakan untuk keberhasilan penulis.

9. Sahabat–sahabat (Gilang Aji Sulastomo, Azharuddin Anwar, Ahmad

Aminullah, Ihda Siti Nuraida, Yaman Hijaz, dkk), teman-teman

seperjuangan mahasiswa Perbankan Syariah angkatan 2008 (Sari

Ardiyanti Rahayu, Ilham Dzulhelmi, dkk), teman-teman HML (Riki

Dian Saputra, Abdurrahman, dkk), teman-teman dan keluarga di rumah

kedua Antala’lai Residence (Rosyid Suryandaru, Tedi Novian, dkk)

yang sangat mempengaruhi perubahan sikap penulis untuk selalu

semangat dalam melalui proses penyelesaian skripsi.

10. Semua makhluk Allah yang membuat penulis terinspirasi dan semua

pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis, hingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT, semoga senantiasa

menerima kebaikan dan ketulusan mereka, serta memberikan sebaik-baiknya

balasan atas amal baik mereka. Terakhir semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat

menambah khazanah keilmuan kita. Amin.

Jakarta, 6 Januari 2014

Penulis

Page 9: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................v

DAFTAR GRAFIK .................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1

B. Identifikasi Masalah .....................................................................................7

C. Pembatasan Masalah ....................................................................................8

D. Perumusan Masalah......................................................................................8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................9

F. Kerangka Pemikiran ...................................................................................11

G. Sistematika Penulisan.................................................................................12

BAB II Tinjauan Pustaka .......................................................................................13

A. Tinjauan Umum Tentang Sukuk ................................................................13

1. Pengertian Sukuk..................................................................................13

2. Karakteristik Sukuk ..............................................................................17

3. Tujuan Penerbitan Sukuk .....................................................................21

4. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan SBSN / Sukuk ..........22

Page 10: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

vi

5. Jenis – Jenis SBSN (Sukuk) Serta Tinjauan Fiqih Mengenai Akad Dan

Penerbitannya .......................................................................................23

B. Nilai Tukar Rupiah .....................................................................................29

C. Inflasi..........................................................................................................32

1. Pengukuran Inflasi................................................................................33

2. Macam – Macam Inflasi.......................................................................34

3. Dampak dari Inflasi ..............................................................................37

D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ..............................................................38

E. Jumlah Uang Beredar .................................................................................44

1. Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1) ..................44

2. Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2).........................45

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar ..............45

F. Studi Review Terdahulu .............................................................................47

G. Kerangka Konseptual .................................................................................50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................52

A. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................52

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................................52

1. Variabel Terikat....................................................................................52

2. Variabel Bebas .....................................................................................53

C. Teknik Penentuan Data ..............................................................................53

1. Sumber Data .........................................................................................54

2. Metode Pengumpulan Data ..................................................................54

D. Teknik Analisis Data ..................................................................................55

Page 11: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

vii

1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................56

a. Uji Multikolinieritas .......................................................................56

b. Uji Heteroskedastatisitas ................................................................57

c. Autokorelasi ...................................................................................58

2. Uji Linieritas ........................................................................................58

3. Uji Stasioner .........................................................................................59

a. Uji Akar Unit..................................................................................59

b. Uji Derajat Integrasi .......................................................................60

4. Uji Kointegrasi .....................................................................................60

5. Uji ECM ...............................................................................................62

E. Hipotesis .....................................................................................................64

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .........................................................66

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...........................................................66

B. Deskripsi Data ............................................................................................68

1. Volume Transaksi SBSN Seri IFR.......................................................68

2. Tingkat Inflasi ......................................................................................70

3. Jumlah Uang Beredar (M1) ..................................................................71

4. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika (Kurs Rupiah) ............72

5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ........................................................74

C. Analisis dan Pembahasan ...........................................................................75

1. Uji Linieritas ........................................................................................75

2. Uji Stasioneritas ...................................................................................77

3. Uji Kointegrasi .....................................................................................80

Page 12: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

viii

4. Uji Asumsi Klasik ................................................................................81

a. Uji Multikolinieritas .......................................................................82

b. Uji Heteroskedastatisitas ................................................................83

c. Autokorelasi ...................................................................................84

5. Uji Error Correction Model (ECM) ....................................................85

D. Interpretasi Data .........................................................................................88

1. Konstanta..............................................................................................88

2. Pengaruh Inflasi Terhadap Volume Transaksi SBSN ..........................88

3. Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Volume Transaksi SBSN .89

4. Pengaruh Kurs Terhadap Volume Transaksi SBSN ............................90

5. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah Terhadap Volume

Transaksi SBSN ...................................................................................90

E. Analisis Ekonomi .......................................................................................91

BAB V PENUTUP.................................................................................................95

A. Kesimpulan.................................................................................................95

B. Saran ...........................................................................................................96

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................98

LAMPIRAN ........................................................................................................101

Page 13: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

ix

DAFTAR GRAFIK

No. Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Penerbian Sukuk di Indonesia 4

1.2 Outstanding SBSN 5

Page 14: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

x

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1

Surat Berharga Syariah Negara, Inflasi, Kurs, Jumlah Uang

Beredar, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah di Indonesia

periode 2010 - 2013

6

4.1 Volume Transaksi SBSN seri IFR Tahun 2010-2013 64

4.2 Tingkat Inflasi periode Tahun 2010-2013 66

4.3 Jumlah Uang Beredar periode Tahun 2010-2013 67

4.4 Kurs Rupiah Terhadap USD periode Tahun 2010-2013 68

4.5 Nisbah Bagi Hasil periode Tahun 2010-2013 70

4.6 Uji Ramsey Reset 72

4.7 Uji Root Test Augmented Dickey-Fuller Pada Level-Intercept 73

4.8

Uji Root Test Augmented Dickey-Fuller Pada 1st Difference-

Trend and Intercept 75

4.9 Uji Root Test Augmented Dickey-Fuller Pada 2nd Difference-

Trend and Intercept

75

4.10 Hasil Uji Kointegrasi 76

4.11 Hasil Uji Multikolinieritas 78

4.12 Uji Heteroskedastatisitas 79

4.13 Uji Autokolerasi LM-Test 80

4.14 Hasil Uji ECM 82

4.15 Hasil Uji ECM 83

Page 15: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran 10

2.1 Skema Penerbitan SBSN Ijarah – Sale and Lease Back 24

2.2 Susunan dan Bentuk Sukuk Mudharabah 25

2.3 Model Kerangka Konseptual 47

Page 16: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Penelitian 96

2. Uji Linieritas 98

3. Uji Stasioner 99

4. Uji Kointegrasi 108

5. Uji Asumsi Klasik 109

6. Uji ECM 110

Page 17: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sukuk merupakan instrumen yang diperdagangkan di bursa efek syariah.

Kata sukuk berasal dari bahasa Arab shukûk, bentuk jamak dari kata shaak, yang

dalam peristilahan ekonomi berarti legal instrument, deed, atau check.1 Sudah

banyak sekali jenis produk atau instrumen keuangan syariah sekarang ini. Mulai

dari tabungan, asuransi saham, reksadana, sampai sukuk. Salah satu instrumen

keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan adalah sukuk.

Sukuk sering disebut Obligasi Syariah atau Surat Berharga Syariah

Negara, yang merupakan salah satu instrumen pasar modal syariah di samping

saham dan reksadana syariah. Pada awalnya banyak pihak yang masih meragukan

keabsahan dari Surat Berharga Syariah Negara. Namun, sebagaimana pengertian

bank syariah adalah bank yang menjalankan prinsip syariah, tetap menghimpun

dan menyalurkan dana, tetapi tidak menggunakan instrumen bunga. Hal tersebut

juga berlaku pada obligasi syariah yang mengalami pergeseran makna, berbeda

dengan obligasi pada umumnya (obligasi konvensional).2

Sukuk adalah salah satu instrumen investasi syariah yang cukup diminati

karena dianggap memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibanding investasi

pada instrumen investasi lainnya. Sukuk saat ini tengah menjadi fenomena yang

mendunia dalam ekonomi Islam. Sampai dengan Juli 2010 total emisi sukuk

1 Muhamad Nafik H R, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta: PT. Ikrar

Mandiriabadi, 2009), h. 246 2 Firdaus, dkk, Konsep Dasar Obligasi Syariah , (Jakarta: PT. Renaisan, 2005), h. 13.

Page 18: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

2

internasional telah mencapai sekitar USD 213 miliar. Berkembang secara pesat

dari semula sekitar USD 4 miliar pada tahun 2002.3 Sebenarnya jika kita telursuri

dari sejarah Islam, sukuk atau obligasi syariah bukanlah merupakan istilah baru.

Istilah tersebut telah dikenal sejak abad pertengahan dimana umat Islam

menggunakannya dalam konteks perdagangan internasional. Pada abad

pertengahan sukuk digunakan sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban

finansial. Dokumen ini timbul dari segi usaha perdagangan dan aktivitas

komersial lainnya.

Dalam dunia keuangan Islam sukuk merupakan terobosan baru di

Indonesia, meskipun istilah tersebut merupakan istilah yang memiliki dasar

sejarah yang panjang. Inilah salah satu bentuk yang inovatif dalam perkembangan

sistem syariah kontemporer saat ini. Di Indonesia sendiri sukuk sudah

berkembang pesat. Apalagi semenjak adanya dukungan dari pemerintah dengan

dikeluarkannya fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN

MUI) No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah dan No. 33/DSN-

MUI/IX/2002 tentang obligasi mudharabah.

Secara historis berdasarkan data Bapepam-LK sejak obligasi syariah

pertama kali diterbitkan pada September 2002 terdapat tiga periode penerbitan

obligasi. Pembagian ini berdasarkan fenomena berbeda yang terjadi pada masing-

masing periode. Periode pertama antara Oktober 2002 hingga Maret 2004

sebanyak 7 lembar obligasi syariah diterbitkan. Seluruh obligasi yang terbit pada

perode awal ini menggunakan akad mudharabah. Periode kedua, April 2004

3 Tim Penyusun Direktorat Pembiayaan Syariah, “ Tanya Jawab Surat Berharga Syariah

Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah” Edisi ke-2 (Jakarta: Direktorat

Jendral Pembiayaan Syariah, 2010), h. 4.

Page 19: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

3

hingga Juli 2007 sebanyak 15 lembar obligasi syariah diterbitkan. Seluruh

obligasi syariah yang terbit menggunakan akad Ijarah. Periode ketiga, Juli 2007

hingga April 2012 sebanyak 26 obligasi syariah diterbitkan. Berbeda dengan

periode pertama dan kedua dimana seluruh obligasi syariah yang terbit hanya

menggunakan satu jenis akad. Pada periode ketiga ini kedua jenis akad

mudharabah dan ijarah digunakan dalam penerbitan obligasi syariah.

Sukuk korporasi di Indonesia memiliki time horizon yang bervariasi, dari

mulai yang paling kecil 2 tahun yakni Sukuk Ijarah I Bakrieland Development

Tahun 2009 Seri A sebesar Rp. 60.000.000.000 (Juni 2009 – Juli 2011). Hingga

yang paling lama adalah 12 tahun yakni Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri B

dengan nilai nominal Rp. 340.000.000.000 (Juni 2010 – Juli 2022). Nilai sukuk

terendah yang pernah dikeluarkan oleh korporasi di Indonesia adalah Rp.

28.000.000.000 yakni Sukuk Ijarah Indosat IV tahun 2009 seri A (November 2009

– Desember 2014), sedangkan yang jumlah nominalnya paling tinggi adalah

Sukuk Subordinasi Mudharabah berkelanjutan I tahap I Bank Muamalat tahun

2012 (Juni 12 – Juni 22) sebesar Rp. 800.000.000.000. Total nilai sukuk korporasi

telah mencapai Rp. 9.590,4 miliar dan yang masih outstanding Rp. 6.779, 0

miliar. Lebih lengkap data tersebut dapat dilihat dalam data statistic sukuk pada

Grafik 1.1 yang dikeluarkan oleh Bapepam LK per November 2012 berikut:

Page 20: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

4

Grafik 1.1

Perkembangan Penerbitan Sukuk di Indonesia 2002 - 2012

Sumber: diolah dari Statistik Sukuk November 2012, Bapepam LK

Selain korporasi, pemerintah sendiri telah melakukan beberapa

pembiayaan dengan menggunakan instrumen sukuk yang dinamakan SBSN

(Sertifikat Berharga Syariah Negara). Jumlah SBSN yang dikeluarkan oleh

pemerintah semakin meningkat dari tahun 2009 hingga bulan Oktober 2012

sebagaimana yang tergambar pada grafik 1.2. BI merilis SBSN yang masih

outstanding pada Oktober 2012 sebesar Rp 98.810 miliar (statistik sistem

pembayaran BI).4

4 Wahyu Jatmiko, “Sukuk: Sebuah Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Indonesia” artikel

diakses pada 08 Januari 2013 dari http://untukmuilmu.blogspot.com/

Page 21: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

5

Grafik 1.2

Outstanding SBSN 2009 - 2012

Sumber: diolah dari data statistik sistem pembayaran BI (www.bi.go.id, diakses

10 Januari 2012)

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat volume transaksi pada SBSN

saat ini. Namun, secara umum pasar modal tidak terlepas dari pengaruh yang

berkembang di lingkungannya, baik yang terjadi di lingkungan mikro yaitu

peristiwa atau keadaan para emiten, seperti laporan kinerja, pembagian deviden,

perubahan strategi perusahaan dalam rapat umum pemegang saham akan menjadi

informasi yang menarik bagi para investor di pasar modal. Di samping lingkungan

ekonomi mikro, perubahan yang terjadi di ekonomi makro juga dapat memberikan

pengaruh terhadap pasar modal.

Page 22: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

6

Tabel 1.1

Surat Berharga Syariah Negara, Inflasi, Kurs, Jumlah Uang Beredar, dan

Sertifikat Bank Indonesia Syariah di Indonesia periode 2010 - 2013

Tahun SBSN Seri IFR Inflasi

(persen) Kurs

JUB

(Milyar)

SBIS

(Milyar)

2010 12.329.858.000.000 6,96% 9022,62 6.412.679 24.768

2011 14.712.121.000.000 3,78% 9088,48 7.617.459 34.618

2012 11.345.793.000.000 4,30% 9645,89 9.101.471 36.771

Q1 2013 3.299.324.000.000 8,38% 10073,4 5.778.038 32.472

Sumber: BI, BPS, dan BEI

Pada tahun 2010 volume transaksi SBSN Seri IFR mengalami kenaikan

dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat selama tahun 2010 Goverment

Securities dengan tipe Fixed Rate terdapat 8 seri dengan nilai nominal Rp.

12.126.700.000,00, dan volume transaksinya sebesar Rp. 12.329.858.000.000,00

dengan frekuensi 1.086 kali transaksi. Pada tahun 2011 pun volume dan frekuensi

transaksi SBSN seri IFR ini mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun tersebut

terdapat penambahan 1 seri IFR sehingga terdapat 9 seri dengan volume transaksi

sebesar Rp. 14.712.121.000.000,00 dengan frekuensi transaksi 5450 kali.

Namun tahun 2012 volume dan frekuensi SBSN seri IFR terus mengalami

penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tercatat pada tahun 2012

terdapat 10 seri atau ada penambahan 1 seri pada tahun tersebut, dengan volume

transaksi sebesar Rp. 11.345.793.000.000,00 dan frekuensi perdagangan sampai

757 kali transaksi. Pada pertengahan tahun 2013 volume transaksi dan frekuensi

SBSN seri IFR tercatat sebesar 3.299.324.000.000,00 dan frekuensi 236 kali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakkan pasar modal termasuk di

dalamnya Surat Berharga Syariah Negara tergantung pada 2 hal, yaitu kondidi

Page 23: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

7

makro ekonomi Indonesia dan stabilitas politik nasional. Jadi, perkembangan

volume transaksi surat berharga syariah negara juga dipengaruhi oleh beberapa

variabel makro ekonomi dan moneter di antaranya adalah jumlah Sertifikat Bank

Indonesia Syariah, tingkat surat berharga indonesia syariah, inflasi, jumlah uang

beredar, dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Kestabilan kondisi makroekonomi

Indonesia sangat mutlak diperlukan bagi perkembangan pasar modal di Indonesia

umumnya dan SBSN khususnya. Hal ini akan memengaruhi kondisi pasar uang

yang terdapat di Indonesia. Pasar uang yang kondusif akan memengaruhi

keputusan penerbitan Surat Berharga Syariah Negara yang dilakukan baik oleh

pemerintah maupun korporasi.

Oleh sebab itu, penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai

pengaruh indikator makroekonomi di Indonesia, dalam hal ini inflasi, Sertifikat

Bank Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan nilai tukar rupiah terhadap

volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara.

2. Identifikasi Masalah

a) Bagaimana pengaruh faktor makroekonomi terhadap volume transaksi

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) periode 2009-2013?

b) Faktor makroekonomi apa yang paling mempengaruhi volume

transaksi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ?

3. Pembatasan Masalah

Agar lebih terfokus dan spesifik, dalam penelitian ini penulis membatasi

masalah-masalah yang akan diteliti yaitu sebatas faktor-faktor ekonomimakro

Page 24: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

8

yang mempengaruhi volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara. Pada

indikator nilai tukar rupiah penulis membatasi hanya nilai tukar rupiah terhadap

dolar (USD), dan pada indikator jumlah uang beredar penulis mengambil M1

sebagai acuan. Penelitian ini mengambil sample data pada periode Januari 2010

sampai Juli 2013.

4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah pada penelitian ini

adalah bagaimana pengaruh inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, jumlah

uang beredar, dan nilai tukar rupiah terhadap volume transaksi Surat Berharga

Syariah Negara. Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ingin dijawab adalah

sebagai berikut:

a) Apakah inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, jumlah uang

beredar, dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan dalam jangka

pendek maupun jangka panjang terhadap volume transaksi Surat

Berharga Syariah Negara di Indonesia periode 2010 – 2013?

b) Berapa besar pengaruh yang dihasilkan dari inflasi, Sertifikat Bank

Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan nilai tukar rupiah

terhadap volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara di Indonesia

periode 2010 – 2013 baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang?

Page 25: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

9

5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis signifikansi dari pengaruh inflasi, Sertifikat Bank

Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan kurs rupiah terhadap

volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dalam jangka

pendek maupun jangka panjang.

2. Untuk mangetahui tingkat pengaruh yang diakibatkan inflasi, Sertifikat

Bank Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan kurs rupiah

terhadap volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi dunia akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di

bidang ekonomi syariah secara umum dan sukuk secara khusus mengingat masih

kurangnya literatur penelitian tentang sukuk.

2. Manfaat bagi dunia korperasi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada korporasi

khususnya emiten yang menerbitkan sukuk untuk dapat mengetahui faktor apa

yang mempengaruhi volume transaksi Surat Berharga Syariah Negara.

Page 26: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

10

3. Manfaat bagi pemerintah

Sebagai regulator, diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan

manfaat bagi pemerintah yang memegang peranan penting dalam kebijakan

ekonomi makro di Indonesia agar dapat menumbuhkan sukuk di Indonesia.

4. Manfaat bagi investor

Bagi para investor yang harus selektif dalam mendaratkan dananya dalam

berinvestasi, penelitian ini diharapkan mampu untuk menjadi referensi bagi

pertimbangan berinvestasi pada sukuk.

Page 27: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

11

Tidak

Ya

6. Kerangka Pemikiran

Berikut skema kerangka pemikiran pada penelitian ini.

Gambar 1.1

Sertifikat Bank Indonesia

Syariah Inflasi

Kurs Rupiah terhadap USD SBSN

Uji Linearitas

Uji Akar Unit

Stasioner

Pendekatan ECM

Stationer Pada

Ordo Yang Sama Uji Kointegrasi

Analisis dan Pembahasan

Uji Asumsi klasik:

Multikolinieritas

Heteroskedastisitas

Autokorelasi

Kesimpulan

Uji Derjat Integrasi

Jumlah Uang Beredar

Page 28: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

12

7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan

yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan pustaka, menguraikan tentang teori- teori yang terkait

dengan sukuk, nilai tukar rupiah, inflasi, Sertifikat Bank Indonesia

Syariah, jumlah uang beredar, review studi terdahulu, dan kerangka

pemikiran.

BAB III Metode penelitian, terdiri dari ruang lingkup penelitian, definisi

operasional variabel penelitian, metode pengumpulan data, teknik

analisa data dan hipotesis.

BAB IV Analisis dan pembahasan akan menguraikan bagaimana temuan

hasil yang diperoleh dari pengolahan data yang telah dilakukan

beberapa pengujian, interprestasi data dan analisis ekonomi.

BAB V Penutup, berisikan kesimpulan dan saran dari penulis.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 29: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Sukuk

1. Pengertian Sukuk

Kata Sukuk berasal dari bahasa Arab dari fi’il (shokka – yashukku)

dalam bentuk masdarnya adalah (shokkun), dan bentuk jamaknya adalah

(shukûk) yang artinya dokumen, piagam, akte.5 Dalam Kamus Bahasa

Arab Al-Munjid disebutkan: sukuk berasal dari bentuk mufrad: (shokkun),

dan bentuk jamaknya: (ashukkun) - (shukûk) - (shikâk) yang definisinya

adalah kitabul iqraar bil-maali aw ghoiru dzalik, artinya: suatu catatan

pengakuan atas suatu property dan jenis lainnya, 6 dan dalam istilah lain

disebutkan juga shukûk istitsmâr yang artinya secara etimologi adalah

sertifikat investasi. Akan tetapi sejumlah penulis barat tentang sejarah

perdagangan Arab abad pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata

shakk merupakan kata dari suara Latin “Cheque” yang biasa digunakan

pada perbankan kontemporer.

Secara terminologi sukuk memiliki berbagai definisi, yang

didefinisikan oleh beberapa instansi atau lembaga yang concern dan

berwenang, sebagai berikut:

a. Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

Institution (AAOIFI)

5 AW. Munawwir, kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Cet ke-5, (Surabaya:

Pustaka Progressif, 2002), h. 787 6 Al-Munjid, Fil-lughoh wal-A’lam, Cet ke-39 (Beirut: Darul Masyriq A l-Maktabah As-

Syarkiyah, 2002), h. 430-431

Page 30: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

14

Sesuai dengan Sharia Standard No. 17 tentang Investment menyatakan

definisi Sukuk adalah: “Investment sukuk are certificates of equal

value representing undivided shares in ownership of tangible assets,

usufruct and service or (in ownership of) the assets or particular

projects or special investment activity, however, this is true after

receipt of the value of the sukuk, the closing of subcription and the

employment of funds received for the purpose for which the sukuk were

issued”.7 Artinya sukuk adalah sertifikat dengan nilai yang sama

dengan bagian atau seluruhnya dari kepemilikan harta berwujud nyata

untuk mendapatkan hasil dan jasa di dalam kepemilikan asset dari

proyek tertentu atau aktifitas investasi khusus, sertifikat ini berlaku

setelah menerima nilai sukuk, di saat jatuh tempo dengan menerima

dana seutuhnya sesuai dengan tujuan sukuk.

b. Bapepam-LK

Dalam Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah,

Sukuk didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti

kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang

tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas: kepemilikan asset berwujud

tertentu, nilai manfaat dan jasa atas asset proyek tertentu. 8

7 Mohd Daud Bakar. Round-table Discussion on International Islamic Sovereign Bond

(Sukuk), (Foreign Debt Div ision Directorate of International Affair Bank Indonesia 2006), h. 129 8 Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal, Studi Standar Akuntansi Syariah

di Pasar Modal Indonesia, (BAPEPAM 2007), h. 10

Page 31: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

15

c. DSN-MUI

Definisi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dapat kita temukan

juga dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 69/DSN-

MUI/VI/2008 disebutkan pengertian SBSN adalah: “Surat Berharga

Syariah Negara atau dapat disebut sukuk negara adalah Surat Berharga

Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas

bagian kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun

valuta asing”.9

d. Direktorat Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan

Sukuk adalah sertifikat yang bernilai sama yang mewakili kepemilikan

yang tidak dibagikan atas suatu aset berwujud, nilai manfaat

(usufruct), atau kepemilikan atas aset dari proyek tertentu atau

kegiatan investasi tertentu, dan sukuk tidak memberikan bunga

melainkan imbalan, margin, atau bagi hasil dan penerbitannya sukuk

memerlukan underlying assets sehingga benar-benar aman dari riba.10

e. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008

Pengertian SBSN menurut UU Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat

Berharga Syariah Negara adalah: “surat berharga negara yang

diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian

penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun

valuta asing. Yang mana aset SBSN adalah Barang Milik Negara

9 Fatwa DSN No: 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara.

10 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan

Berbasis Syariah, (Brosur Departemen Keuangan 2013).

Page 32: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

16

(BMN)”.11 Dan untuk memberikan pengertian yang komprehensif,

penulis menyajikan terminologi umum tentang sukuk, sebagai berikut:

(a) SBSN atau Sukuk Negara adalah surat berharga Negara yang

diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian

penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah

maupun valuta asing.

(b) Imbalan adalah pembayaran yang dapat berupa sewa, bagi hasil

atau margin, atau bentuk pembayaran lainnya sesuai dengan akad

penerbitan SBSN yang diberikan kepada pemegang SBSN sampai

dengan berakhirnya periode SBSN.

(c) Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan / atau Barang

Milik Negara yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan /

atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan

sebagai dasar penerbitan SBSN.

(d) Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang

SBSN sesuai dengan yang diperjanjikan.

(e) Perusahaan penerbit SBSN adalah Badan Hukum yang d idirikan

berdasarkan ketentuan Undang-Undang untuk melaksanakan

kegiatan penerbitan SBSN.

Dalam dunia investasi terdapat 2 jenis risiko. Pertama, risiko

nonsistematis adalah jenis risiko yang melekat pada suatu sekuritas dan

dapat dihilangkan atau direduksi dengan membentuk suatu portofolio yang

11

Pasal 1 UU No 19 Tahun 2008 tentang Sertifikat Berharga Syariah Negara Departemen

Keuangan Republik Indonesia

Page 33: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

17

well divercified, artinya risiko dapat terbagi secara baik. Risiko ini juga

disebut sebagai suatu risiko spesifik (specific risk) karena berpengaruh

hanya memberikan pengaruh kuat pada satu atau beberapa kelompok

perusahaan dalam satu industri. Jenis risiko ini dapat dihindari oleh

investor dengan melakukan suatu portofolio.

Kedua, risiko sistematis atau unique risk adalah risiko dalam dunia

investasi yang akan berpengaruh besar terhadap seluruh sekuritas serta

sifatnya tidak dapat didiversifikasikan melalui manajemen portofolio.

Risiko sistematis inilah yang dianggap relevan untuk dibahas dalam

analisis investasi karena kaitannya dengan risiko pasar (market risk).

Risiko sistematis sangatlah bergantung pada berbagai faktor seperti

perubahan perekonomian dan politik yang kuat berpengaruh. 12

2. Karakteristik Sukuk

Pada dasarnya instumen obligasi dan sukuk mempunyai banyak

kesamaan namun dalam berbagai hal terdapat juga perbedaan-perbedaan

mendasar yang menjadi ciri khusus kedua instrumen keuangan tersebut,

yakni: sukuk merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud (tangible)

atau hak manfaat (beneficial title) dari suatu aset yang menjadi dasar

penerbitan sukuk, sedangkan bila dibandingkan dengan obligasi, dapat

disimpulkan bahwa obligasi merupakan instrumen utang.13

12

Eko Priyo Pratomo, dkk, Reksa dana: Solusi Perencanaan Investasi Di Era Modern ,

Ed isi Revisi Ke 2, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 300 13

Direktorat Jendral Pengelo laan Utang, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara

(Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah , Cet. 2, (Jakarta: Departemen Keuangan

Republik Indonesia, Jakarta 2010), h. 11

Page 34: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

18

Dan sudah jelas dinyatakan dalam terminologinya bahwa sukuk

tidak mewakili sebuah hutang yang diserahkan kepada emiten oleh

pemegang sertifikat. Sukuk diterbitkan berdasarkan sebuah kontrak yang

dirujuk sesuai dengan peraturan syariah yang mengatur penerbitan dan

perdagangannya. Perdagangan sukuk tergantung kepada syarat-syarat yang

mengatur perdagangan hak yang mewakilinya. 14

Penggunaan dana hasil sukuk juga tidak boleh bertentangan dengan

prinsip syariah. Berbeda dengan proceed obligasi dapat digunakan secara

bebas tanpa memperhatikan ketentuan syariah. 15

Penerbitan sukuk memerlukan adanya underlying transaction

sebagai dasar penerbitan, sedangkan obligasi tidak memerlukan underlying

transaction tersebut. Penghasilan yang diberikan sukuk bukan berupa

bunga melainkan berupa imbalan/sewa, bagi hasil atau margin, sedangkan

penghasilan obligasi berupa bunga yang merupakan harga dari uang.

Penerbitan sukuk pada umumnya memerlukan SPV (Special

Purpose Vehicle) sebagai penerbit, sedangkan obligasi diterbitkan secara

langsung oleh obligor. SPV adalah badan hukum yang didirikan khusus

untuk kepentingan penerbitan sukuk yang memiliki funsi sebagai penerbit

sukuk, counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset, dan

bertindak sebagai wali amanat (trustee) yang mewakili kepentingan

14

Cecep Maskanul Hakim, Obligasi Syariah Kendala dan Prospek , Peneliti Bank

Yunior Biro Perbankan Syariah, Brosur Bank Indonesia 2009. 15

Direktorat Jendral Pengelo laan Utang, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara

(Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah , Cet. 2, (Jakarta: Departemen Keuangan

Republik Indonesia, Jakarta 2010), h. 10

Page 35: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

19

investor. Dan perlu dipahami, bahwa sukuk merupakan instrumen

penyertaan sementara obligasi adalah instrumen hutang. 16

SBSN dalam penerbitannya di Indonesia sekarang banyak

menggunakan skim jual dan sewa balik (buy and lease back), artinya

pemerintah menjual asetnya dan menyewa kembali, ini merupakan bentuk

ijarah mumtahiya bittamlik yang dalam aplikasinya terdapat tambahan

akad, yaitu akad ba’i dan adanya perjanjian untuk tidak menjual kembali

aset yang telah dibeli (wa’ad) sesuai dengan proses penerbitan SBSN yang

ada sekarang.

Dalam penerbitannya SBSN bersandar pada Konsep Keuangan

Islam (Islamic finance) dimana di dalamnya terdapat prinsip moralitas dan

keadilan, oleh karena itu sesuai dengan dasar operasionalnya yakni syariah

Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits serta Ijma’ (hasil

kesepakatan para ahli), instrumen pembiayaan syariah harus selaras dan

memenuhi prinsip-prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi yang

dilakukan oleh para pihak harus bersifat adil, halal, dan maslahat.

Dan perlu diketahui bahwa akad yang paling sering digunakan

pada penerbitan SBSN di Indonesia adalah skim ijarah, dan karakteristik

pada SBSN dengan skim ijarah adalah sebagai berikut:

16

Muhamad Nafik HR, Bursa Efek & Investasi Syariah, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,

2009, cet. 1), h. 283

Page 36: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

20

a. Terlengkapinya rukun-rukunnya sebagai berikut:

- Pemberi sewa / pemberi jasa (mu’jir)

- Penyewa / pengguna jasa (musta’jir) untuk memperoleh

manfaat atas objek yang disewakan

- Objek yang disewakan (ma’jur) yang dikuasai oleh mu’ajir

dimana musta’jir membayar harga sewa (ujrah) kepada mu’ajir

untuk jangka waktu tertentu.

Dalam hal ini rukun tergantung dengan akad yang dipakai,

karena pada saat ini Indonesia menggunakan ijarah, maka rukun

yang digunakan adalah seperti diatas.

b. Syarat, meliputi hal-hal sebagai berikut:

- Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan

jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah

- Harga barang dan jasa harus jelas

- Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan

berdampak pada biaya transportasi

- Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam

kepemilikan karena tidak boleh menjual barang yang belum

dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short

selling dalam pasar modal17

17

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003),

h. 223

Page 37: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

21

Disini penulis menyimpulkan, karakteristik sukuk negara atau

SBSN sebagai instrumen keuangan berbasis syariah secara umum

diterbitkan dengan berlandaskan beberapa prinsip di bawah ini:

a. Sukuk adalah sertifikat bukti kepemilikan suatu aset berwujud

atau hak manfaat (benefical title), dan sukuk tidak mewakili

utang dari orang yang diberi utang oleh penerbit kepada

pemegang sukuk, tetapi merupakan pemegang sertifikat yang

berbagi return.18

b. Imbal hasil berupa sewa, margin, atau bagi hasil.

c. Bebas dari unsur gharar, maysir, yaitu dokumen prospektus

yang menawarkan sukuk harus menggambarkan keterbukaan

secara menyeluruh agar terhindar dari kekeliruan (jahalah).

d. Memerlukan SPV (Speial Purpose Vehicle)

e. Menggunakan underlying assets.19

f. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

3. Tujuan Penerbitan Sukuk Negara (SBSN)

Penerbitan sukuk bagi pemerintah sesuai dengan Undang-Undang

No. 19 Tahun 2008, ditujukan untuk membiayai APBN termasuk

membiayai proyek-proyek negara yang telah disetujui oleh negara. Di

bawah ini merupakan tujuan diterbitkannya SBSN atau sukuk negara:

18

Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah , (Jakarta:

Prenada Media Group, 2008), h. 162 19

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan

Berbasis Syariah, Brosur Departemen Keuangan Republik Indonesia 2013.

Page 38: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

22

a. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara

b. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan

syariah di dalam negari

c. Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah baik dalam

negeri maupun luar negeri

d. Memperluas dan mendiversifikasikan basis investor

e. Mengembangkan alternatif instrumen investasi

f. Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara

g. Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring

oleh sistem perbankan konvensional20

4. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan SBSN / Sukuk

Dalam transaksi sukuk ada beberapa pihak yang terlibat langsung

penerbitannya yakni:

a. Emiten, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran

pokok serta imbal hasil sukuk yang diterbitkan, dalam hal ini

yang berwenang adalah pemerintah yaitu departemen

keuangan.

b. Special Purpose Vehicle (SPV), badan hukum yang didirikan

khusus untuk kepentingan penerbitan sukuk yang memiliki

fungsi sebagai: penerbit sukuk, counterpart pemerintah dalam

transaksi pengalihan aset, bertindak sebagai wali amanat

(trustee) yang mewakili kepentingan investor.

20

Ibid

Page 39: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

23

c. Investor adalah pihak pemegang sertifikat sukuk yang memiliki

hak atas kepemilikan atas underlying asset, akan tetapi hanya

memiliki hak atas manfaat saja dan bersifat sementara sampai

jatuh tempo, oleh karena itu investor berhak mendapat imbal

hasil berupa sewa, margin, atau bagi hasil.21

5. Jenis-Jenis SBSN (Sukuk) Serta Tinjauan Fiqih Mengenai Akad Dan

Penerbitannya

Jenis obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan (financing) dan

sekaligus investasi (investment) terbagi dalam 7 akad yang telah

diaplikasikan di dunia. Di bawah ini akan dijelaskan jenis-jenis sukuk,

antara lain:

a) Ijarah (sale and lease back)

Al-Ijarah bearasal dari bahasa arab al-ajru yang berarti al-

iwadhu (ganti). Sukuk Ijarah adalah sekuritas yang mewakili

kepemilikan aset yang keberadaannya jelas dan diketahui.22

Berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 72/DSN-MUI/IV/ Tahun 2008

Tentang Surat Berharga Syariah Negara Ijarah Sale And Lease Back ,

SBSN Ijarah Sale And Lease Back adalah surat berharga negara yang

diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian

21

Direktorat Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis

Syariah, Brosur Departemen Keuangan. 22

Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta:

Prenada Media Group, 2008), h. 144

Page 40: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

24

kepemilikan aset SBSN yang diterbitkan dengan menggunakan akad

ijarah dengan mekanisme sale and lease back.

Mekanisme sale and lease back adalah jual beli suatu aset yang

kemudian pembeli menyewakan kembali aset tersebut kepada penjual.

Kemudian pendapat ulama mengenai akad ijarah dalam kitab Al-

Muhadzadzab juz I kitab Al-Ijarah:

Artinya: “Boleh melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas

manfaat yang dibolehkan karena keperluan terhadap manfaat sama

dengan keperluan terhadap benda. Oleh karena akad jual beli atas

benda dibolehkan, maka seharusnya boleh pula akad ijarah atas

manfaat”.

Dalam mekanismenya Ijarah seperti Ijarah Sale Lease Contract

atau hire contract karena dalam akad Ijarah hanya ada perpindahan

manfaat dari aset bukan kepemilikan bentuk fisik aset seperti pada

leasing.23

Struktur di bawah ini digunakan dalam penerbitan SBSN seri

Islamic Fixed Rate (IFR), Sukuk Ritel (SR), dan Sukuk Negara

Indonesia (SNI).

23

Foreign Debt Div ision Directorate of International Affair, 2006, Round Table

Discussion On International Islamic Sovereign Bond (Sukuk) , (Jakarta: Bank Indonesia), h. 27

Page 41: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

25

Gambar 2.1

Skema Penerbitan SBSN Ijarah – Sale and Leaseback

1) SPV dan Obligor melakukan transaksi jual-beli aset,

disertai dengan purchase and sale undertaking dimana

pemerintah menjamin untuk membeli kembali aset dari

SPV, dan SPV wajib menjual kembali aset kepada

pemerintah, pada saat sukuk jatuh tempo atau dalam hal

terjadi default.

2) SPV menerbitkan sukuk untuk membiayai pembelian aset.

3) Pemerintah menyewa kembali aset dengan melakukan

perjanjian sewa (Ijara Agreement) dengan SPV untuk

periode yang sama dengan tenor sukuk yang diterbitkan.

Pemerintah (Obligor/Penjual)

SPV (Penerbit/Leasor)

Pemegang Sukuk (Investor)

(1) Penjualan Aset Rp

(2) Penerbitan Sukuk

Aset (3) Penyewaan

kembali aset

Aset Rp

Purchase and Sales

Undertaking

Page 42: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

26

4) Berdasarkan servicing agency agreement, pemerintah

ditunjuk sebagai agen yang bertanggung jawab atas

perawatan aset.

b) Mudharabah (Bagi Hasil / profit and lost sharing)

Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak

yakni pihak pertama sebagai shahibul amal penyedia seluruh modal

dan pihak kedua sebagai mudharib / pengelola usaha. Sedangkan

keuntungan secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang

tertuang dalam kontrak.24 Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat

menjadi instrumen dalam meningkatkan partisipasi publik pada

kegiatan investasi. Jenis ini merupakan sertifikat yang mewakili

proyek atau kegiatan yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah.

24 Sofin iyah Ghufron dkk, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah

Memahami Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renainsan, 2005), h. 40

Page 43: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

27

Gambar 2.2

Susunan dan Bentuk Sukuk Mudharabah

Keterangan gambar 2.2:

1) Penerbit memproses penerbitan sukuk mudharabah untuk

keperluan memobilisasi modal dengan kadar tertentu.

2) Penerbit (sebagai mudharib) dan investor (rabbul maal)

membuat kontrak mudharabah dengan perjanjian

keuntungan yang disepakati (X:Y).

3) Atas kontrak tersebut, modal mudharabah terkumpul

sejumlah tertentu.

4) Penerbit menanamkan modal pada proyek perniagaan

sebagai peluang baik dalam alternatif perniagaan.

Penerbit

(amil/mudharib)

Hasil

Perniagaan

Labur dalam

Perniagaan

Investor

MODAL

Mudharabah

1

2

3

4

5

6

7

8 9

Garis Proses

Garis Aliran Uang

Page 44: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

28

5) Atas investasi yang dilakukan mudharib dapat

menghasilkan keuntungan tertentu.

6) Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas perniagaan

tersebut dibagikan bersama antara rabbul maal dan

mudharib dengan kadar yang telah disepakati (X:Y).

7) Keuntungan bagi rabbul maal bernilai Y%

8) Keuntungan bagi mudharib bernilai X%

9) Jika dalam investasi tersebut terjadi kerugian, kerugian

ditanggung oleh rabbul maal, sedangkan mudharib

menanggung kerugian tenaga dan manajemen.

c) Musyarakah (Penyertaan Modal)

Secara bahasa, al-syirkah berarti ikhtilat (percampuran), yaitu

percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit

dibedakan. Sedangkan menurut istilah, syirkah adalah keikutsertaan

dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan sejumlah

modal yang telah ditetapkan.25

d) Murabahah (cost lost sharing)

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam obligasi sayriah dengan

akad murabahah investor membiayai sebagian atau seluruh harga

pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya dengan emiten.

25

Sofin iyah Ghufron, dkk, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah

Memahami Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renainsan, 2005), h. 43

Page 45: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

29

Dan keuntungan investor diperoleh dari selisih harga beli dari

produsen dengan harga jual kepada emiten.

Sukuk murabahah lebih memungkinkan digunakan untuk hal

yang berhubungan dengan pembelian barang untuk sektor publik,

misalnya pemerintah membutuhkan barang-barang dengan harga

tinggi, maka dimungkinkan untuk membelinya melalui penjualan

kredit dengan membayar angsuran.26

e) Istishna’

Istishna’ merupakan kontrak penjualan antara mustashni’

(pembeli akhir) dan shani’ (supplier), dalam akad ini shani’ menerima

pesanan dari mustashni’, yang nantinya harga ataupun spesifikasi

barang yang dipesan sesuai dengan kedua belah pihak.27 Ketentuan

mengenai akad istishna’ terdapat dalam fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-

MUI/IV/2000.

B. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Nilai Tukar adalah harga mata uang luar negeri dalam satuan

matauang domestik.28 Nilai tukar juga merupakan perbandingan antara

mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Dalam pandangan

26

Nurul Huda, Mustafa Edwin, Investasi Pada Pasar Modal Syariah , (Jakarta: Prenada

Media Group, 2008), h. 148 27

Sofin iyah Ghufron, dkk, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah

Memahami Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renainsan, 2005), h. 43 28

Salvator Dominick, Ekonomi Internasional, Jilid Kelima , Jakarta, Terjemahan, 1997, h

49

Page 46: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

30

global, transaksi yang melibatkan nilai tukar menjadi suatu keharusan

karena setiap negara menggunakan mata uang yang berbeda. Nilai tukar

merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk

memperoleh mata uang dari negara lain.

Kurs atau nilai tukar adalah patokan nilai Bank Sentral suatu

negara untuk membeli atau menjual mata uang asing.29 Hubungan antara

nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat diliha t dengan dua

pendekatan.

Pendekatan pertama adalah pendekatan pasar barang. Pendekatan

ini menyatakan bahwa perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat

kompetitif suatu perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing

terdepresiasi maka biaya bahan baku yang menggunakan produk impor

atau memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan dan

biaya produksi meningkat sehingga laba perusahaan akan turun dan

menyebabkan tingkat deviden yang dibagikan berkurang dan return yang

ditawarkan pun menurun, permintaan atas harga saham akan berkurang

sehingga harga saham di pasar turun.

Pendekatan yang kedua adalah pendekatan keseimbangan

portofolio yang melihat hubungan dimana harga saham menyebabkan

perubahan pada nilai tukar kenaikan harga saham di suatu bursa akan

menarik capital inflow sehingga akan meningkatkan permintaan mata uang

domestik, akibatnya nilai tukar mata uang domestic akan terapresiasi.

29

Michael P Todaro dan Stephen Smith. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi

Kedelapan, (Jakarta : Erlangga, 2004), h 75

Page 47: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

31

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan

mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri teruama dalam pasar

modal. Ketika nilai tukar rupiah naik akan mempengaruhi perkembangan

pemasaran produkIndonesia di luar negeri karena harganya dapat bersaing.

Sebaliknya bila nilai tukar rupiah menurun maka akan berdampak pada

perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia

terutama bila produk perusahaan dihasilkan melalui bahan baku impor.

Dampaknya biaya produksi akan meningkat akan tetapi laba yang

diperoleh menurun sehingga harga saham perusahaan tersebut jatuh.

Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-

keputusan pembelanjaan karena kurs memungkinkan kita untuk

menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa

yang sama. Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai nilai seunit

valuta (mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam

negeri.30

Dalam menentukan nilai tukar mata uang asing dikenal tiga sistem

dan diterapkan di semua negara di dunia ini yaitu sistem kurs tetap (fixed

exchange rates), kurs mengambang terkendali (managed floating

exchange rates), dan kurs mengambang bebas (free floating exchange

rates).31

30

Sukirno, Sadono, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, (Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada, 2004), h. 397 31

BI, Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia : Tinjauan kelembagaan,

Kebijakan, dan Organisasi. (Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), 2003),

h. 69

Page 48: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

32

Dalam sistem kurs tetap, pemerintah menetapkan nilai tukar mata

uang dalam negeri secara tetap terhadap nilai tukar mata uang lain.

sedangkan dalam kurs mengambang terkendali, kurs bergerak sesuai

dengan perkembangan pasar (berdasarkan permintaan dan penawaran).

Akan tetapi pemerintah menetapkan batas dari perubahan kurs tersebut.

Dalam sistem kurs bebas, nilai tukar suatu mata uang asing tidak

dapat dipengaruhi oleh pemerintah melalui suatu tingkatan tertentu

maupun melalui intervensi langsung di pasar valuta asing. Oleh karena itu

pada sistem kurs bebas ini fluktuasi yang terjadi cukup besar jika

dibandingkan kurs mengambang terkendali.

C. Inflasi

Menurut Ebert dan Griffin dalam Murhadi (2009:21) inflasi

merupakan kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih sedikit dari

jumlah permintaan sehingga akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga

yang meluas dalam sistem perekonomian secara keseluruhan. Kenaikan inflasi

yang signifikan akan mempengaruhi daya beli konsumen berupa penurunan

kemampuan daya beli.

Ketika suatu negara mengalami kenaikan inflasi yang tinggi dan

bersifat uncertainty (tidak menentu) maka risiko dari investasi dalam aset –

aset keuangan akan meningkat dan keredibilitas mata uang domestik akan

melemah terhadap mata uang global. Tingkat inflasi biasanya diukur melalui

perubahan indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI).

Page 49: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

33

Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga-harga barang secara

umum dan terus menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang tidak bisa

disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikan harga barang itu mengakibatkan

harga barang lain menjadi ikut naik. Misalnya kenaikan harga telur, sedang

barang lain konstan tidak dapat disebut sebagai inflasi. Tetapi kenaikan harga

minyak, atau listrik dapat mengakibatkan harga – harga barang lain menjadi

naik. Kenaikan harga minyak dan listrik ini dapat dimasukan sebagai pemicu

inflasi.32

Di dalam indikator ekonomi sering dituliskan angka inflasi. Misalnya

angka inflasi 10 persen. Ini menunjukan kenaikan harga barang – barang

secara umum adalah 10 persen. Hal ini bukan berarti bahwa semua barang

harganya naik 10 persen. Ada barang yang naiknya di atas 10 persen dan ada

pula yang turun lebih dari 10 persen. Namun secara rata – rata harga semua

barang – barang naik 10 persen.

1. Pengukuran Inflasi

Untuk menghitung inflasi dapat digunakan rumus:

π = Pt – Pt-1 / Pt = ∆ Pt / Pt-1

Dimana:

π = Inflasi

Pt = Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun-t

Pt-1 = IHK tahun sebelumnya (t-1)

32

Dra. Hj. Sukwaiaty, dkk, Ekonomi, Cet 1,(Jakarta: Yudhistira, 2009), h. 154

Page 50: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

34

2. Macam – Macam Inflasi

Ada berbagai cara untuk menggolongkan inflasi. Penggolongan

pertama didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut. Berdasarkang ini

inflasi dapat dibagi atas:

a. Inflasi ringan (dibawah 10 persen per tahun)

b. Inflasi sedang (10% - 30%)

c. Inflasi berat (30% - 100%)

d. Hiperinflasi (diatas 100%)

Indonesia pernah mengalami hiperinflasi pada tahun 1960-an yang

mencapai 650 persen. Indonesia pernah pula mengalami inflasi berat yaitu

mencapai 60 persen pada tahun 1998. Di tahun 1999 inflasi sedikit

melemah yaitu mencapai 20 persen.

Atas dasar sebab awal dari inflasi ini, inflasi dapat dibedakan atas:

a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Menurut Keynes demand pull inflation merupakan tekanan

inflasi akibat adanya excess demand terhadap barang dan jasa.

Harga disini maksudnya adalah harga – harga umum atau yang

disebut sebagai inflasi. Bertambahnya permintaan dapat

disebabkan oleh naiknya permintaan barang, pengeluaran

pemerintah, dan permintaan suatu barang oleh luar negeri.

Menurut klasik, demand pull inflation dijelaskan melalui

Quantity Theory of Money. Jika Supply uang melebihi jumlah

permintaannya, maka individu ekonomi akan menggunakan

Page 51: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

35

kelebihan uangnya itu untuk meningkatkan pengeluarannya.

Kalau permintaan output tumbuhnya lebih tinggi dibanding

pertumbuhan ekonomi, maka akan terjadi inflasi (too much

money chasing few goods).

MV = PY

Bila dilihat perubahannya, maka

P = M + V – Y

Velositas (perputaran) uang itu stabil dalam jangka pendek,

jadi V=0.P menunjukan perubahan harga (inflasi), M

menunjukan perubahan jumlah uang beredar, dan Y

menunjukan pertumbuhan ekonomi.

Jika pertumbuhan ekonomi 2%, dan pertumbuhan jumlah

uang beredar 5% maka inflasi akan naik sebesar 3%.

Kaum monetaris mengatakan, jika ingin inflasi itu nol

persen (0%), maka perlu kebijakan dari otoritas moneter untuk

menyeimbangkan antara pertumbuhan jumlah uang beredar

dengan pertumbuhan ekonomi.

b. Inflasi Dorongan Harga (Cost Push Inflation)

Perbedaan dari demand pull inflation dengan cost push

inflation, pertama, pada demand pull inflation terjadi kenaikan

output sedangkan pada cost push inflation yang terjadi malah

penurunan output. Kedua, pada demand pull inflation, kenaikan

harga barang mendahului kenaikan harga bahan – bahan input

Page 52: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

36

(material) sedang pada cost push inflation, kenaikan harga

barang input yang mendahului kenaikan harga barang output.

Penggolongan inflasi ketiga adalah berdasarkan asal dari

inflasi. Dari sini kita dapat membedakan:

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri adalah inflasi yang

berasal dari dalam negeri itu sendiri seperti defisit keuangan

negara yang dibiayai (ditutupi) dengan pencetakan uang baru,

atau pengenaan pajak oleh pemerintah.

Sedangkan inflasi yang berasal dari luar negeri adalah

inflasi yang terjadi akibat pengaruh kenaikan harga barang –

barang dari luar negeri. Misalnya kenaikan harga barang –

barang input dari luar negeri, penurunan nilai tukar mata uang

rupiah yang mengakibatkan harga barang – barang dari luar

negeri menjadi semakin mahal, dll. Kenaikan harga dalam

negeri akibat hubungan luar negeri bisa juga terjadi akibat

naiknya ekspor. Dengan naiknya ekspor akan mengakibatkan

barang di dalam negeri menjadi langka, yang pada akhinya

mengakibatkan naiknya harga barang dalam negeri.

3. Dampak dari Inflasi

Dampak yang akan ditimbulkan dari inflasi adalah sebagai berikut:

a. Memburuknya distribusi pendapatan

Page 53: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

37

Dengan terjadinya inflasi, pendapatan juga naik. Namun bagi

produsen yang naiknya biaya produksi akan dibebankan kepada

konsumen, sehingga pendapatannya meningkat. Bagi pekerja,

walaupun gaji yang diterimanya naik, kenaikan harga-harga barang

konsumsi membuat kemampuan daya beli semakin menurun.

b. Bunga yang semakin tinggi

Inflasi akan cenderung menyebabkan suku bunga semakin

meningkat. Ada perbedaan pandangan antara Keynes dan Monetaris

tentang fenomena ini. Menurut Keynes dalam (Amalia, 2010: 110)

naiknya tingkat harga menyebabkan semakin tingginya pengeluaran

nominal. Meningkatnya pengeluaran nominal tersebut, mengakibatkan

permintaan akan uang untuk transaksi juga meningkat. Bila jumlah

uang beredar tetap, maka akan mengakibatkan suku bunga menjadi

meningkat.33

D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Keberadaan SBI sebagai instrumen kebijakan moneter memiliki

tingkat keberhasilan yang signifikan. Akan tetapi SBI dengan system

diskontonya tentu saja membuat bank syariah tidak dapat ikut serta dalam

upaya pengendalian jumlah uang beredar tersebut. Untuk itu, kemudian Bank

Indonesia menyiapkan instrument lain berupa Sertifikat Wadiah Bank

Indnesia. Akan tetapi, karakteristik dasarnya yang berprinsip wadiah rupanya

kurang efektif. Maka dari itu, untuk meningkatkan efektifitas pengendalian

33

Sadono Sukirno, Ekonomimakro Teori Pengantar, Edisi ketiga, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2004), h. 333

Page 54: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

38

moneter, maka Bank Indonesia menyiapkan sebuah instrument yang bernama

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka

waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

SBIS tentu saja tidak menggunakan sistem diskonto. Akad yang dapat

digunakan dalam SBIS adalah akad Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh,

Musyarakah, Ju'alah, Wadi'ah, Qardh, dan Wakalah. Dari keenam akad di

atas, yang saat ini telah digunakan hanyalah SBIS berdasarkan akad Ju’alah.

Ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan

(reward/iwadh/ju’l) tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan

dari suatu pekerjaan.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret

2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga

berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah

yang diterbitkan oleh Bank Indonesia Menurut Bank Indonesia (2013)

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga sebagai

pengakuan utang Bank Indonesia yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah.

Karakteristik SBIS saat ini adalah:

1. Menggunakan akad jualah namun, berdasarkan fatwa DSN-MUI,

SBI Syariah juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad

mudharabah, musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah).

2. Bersatuan unit sebesar Rp 1juta

Page 55: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

39

3. Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12

bulan.

4. Diterbitkan tanpa warkat (scripless)

5. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia, dan

6. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-negotiable).

Seperti halnya SBI, SBIS adalah juga instrumen Bank Indonesia untuk

operasi pasar terbuka, utamanya melalui mekanisme perbankan syariah.

Mekanisme penerbitan SBIS adalah lewat cara lelang. Pihak yang dapat

diikutsertakan dalam proses pelelangan SBIS adalah sebagai berikut:

1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau

pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS; dan

2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta

tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit

Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.

Bank Indonesia memberikan imbalan terhadap SBIS yang diterbitkan.

Sedangkan hasil dari transaksi lelang SBIS dapat dibatalkan dengan cara

sebagai berikut:

1. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia.

2. Transaksi SBIS (setelmen lelang SBIS, setelmen first leg Repo

SBIS, dan setelmen second leg Repo SBIS) dinyatakan batal

apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS

atau UUS di Bank Indonesia tidak mencukupi.

Page 56: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

40

Menurut Fatwa DSN-MUI No.63/DSN-MUI/XII/2007 akad pada SBIS

yang digunakan saat ini adalah jualah. Akad jualah adalah janji atau

komitmen untuk memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil yang

ditentukan dari suatu hasil pekerjaan. Adapun rukun dan syarat syahnya jualah

adalah sebagai berikut:

Rukun jualah:

1. Sighat, hendaknya kalimat itu mengandung arti izin kepada yang

akan bekerja juga tidak ditentukan waktunya.

2. Ja’il, yaitu pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu

dari hasil pencapaian atas suatu pekerjaan yang telah dijanjikan

sebelumnya.

3. Ma’julah adalah orang yang melaksanakan akad jualah.

4. Ma’julaih adalah pekerjaan yang dilaksanakan.

5. Upah

Syarat syahnya akad jualah adalah sebagai berikut:

1. Orang yang menjanjikan hadiah atau upah harus orang yang cakap

untuk melakukan tindakan hukum. Yaitu: baliqh, berakal, dan

cerdas.

2. Objek jualah harus berupa pekerjaan yang tidak dilarang oleh

syariah.

3. Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang

berharga atau bernilai dan harus jelas juga nilainya.

Page 57: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

41

4. Ijab harus disampaikan dengan jelas oleh pihak yang menjanjikan

upah walaupun tanpa ucapan qabul dari pihak yang melaksanakan

pekerjaan.

5. Pekerjaan yang mengharapkan hasilnya itu harus mengandung

manfaat yang jelas dan boleh dimanfaatkan menurut hukum syar’i.

Dalam SBIS Jualah, Bank Indonesia bertindak bertindak sebagai ja’il

(pemberi pekerjaan) dan Bank Syariah bertindak sebagai ma’julah (penerima

pekerjaan) dan objek Jualah (mahall al-‘aqd) adalah partisipasi Bank Syariah

untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui

penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Bank

Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Dalam hal supaya akad ini

menjadi sah, rukun dan syarat Jualah pun harus dipenuhi. Menurut Fatwa

DSN MUI NO: 64/DSN-MUI/XII/2007 ketentuan akad SBIS Jualah adalah

sebagai berikut:

1. SBIS jualah sebagai instrument moneter boleh diterbitkan untuk

pengendalian moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan

syariah.

2. Dalam SBIS jualah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja’il

(pemberi pekerjaan); Bank Syariah bertindak sebagai ma’julah

(penerima pekerjaan); dan objek Jualah (mahal al-‘aqd) adalah

partisipasi bank syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia

dalam pengendalian moneter melalui penyerapan likuiditas dari

Page 58: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

42

masyarakat dan menepatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah

dan jangka waktu tertentu.

3. Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penertiban

SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-

bank syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan

imbalan (reward/’iwadh/ju’l) tertentu bagi yang turut berpartisipasi

dalam pelaksanaannya. Adapun ketentuan hukum dari SBIS

Ju’alah adalah sebagai berikut:

a. Bank Indonesia wajib memberikan imbalan

(reward/’iwadh/ju’l) yang telah dijanjikan kepada Bank

Syariah yang telah membantu Bank Indonesia dalam upaya

pengendalian moneter dengan cara menempatkan dana di

Bank Indonesia dalam jangka waktu tertentu, melalui

"pembelian" SBIS Ju'alah.

b. Dana Bank Syariah yang ditempatkan di Bank Indonesia

melalui SBIS adalah wadi’ah amanah khusus yang

ditempatkan dalam rekening SBIS Ju’alah, yaitu titipan

dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan atau

ketentuan Bank Indonesia, dan tidak dipergunakan oleh

Bank Indonesia selaku penerima titipan, serta tidak boleh

ditarik oleh Bank Syariah sebelum jatuh tempo.

c. Dalam hal Bank Syariah selaku pihak penitip dana (mu’di)

memerlukan likuiditas sebelum jatuh tempo, ia dapat me-

Page 59: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

43

repokan SBIS Ju’alah-nya dan Bank Indonesia dapat

mengenakan denda (gharamah) dalam jumlah tertentu

sebagai ta'zir.

d. Bank Indonesia berkewajiban mengembalikan dana SBIS

Ju’alah kepada pemegangnya pada saat jatuh tempo.

e. Bank syariah hanya boleh atau dapat menempatkan

kelebihan likuiditasnya pada SBIS Jua’lah sepanjang

belum dapat menyalurkannya ke sektor riil.

f. SBIS Ju’alah merupakan instrumen moneter yang tidak

dapat diperjualbelikan (non tradeable) atau

dipindahtangankan, dan bukan merupakan bagian dari

portofolio investasi bank syariah.

E. Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar (M) adalah hasil kali uang primer dengan

pengganda uang. Uang primer terdiri dari uang kartal yang berada diluar

sistem perbankan ditambah dengan simpanan lembaga – lembaga keuangan.

Volume uang primer dikendalikan oleh bank sentral melalui operasi pasar

terbuka. Ada sebagian ahli yang mengklasifikasikan jumlah uang beredar

menjadi dua, yaitu:

1. Jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut “Narrow

Money” (M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand

deposit); dan

Page 60: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

44

2. Uang beredar dalam arti luas atau “Broad Money” (M2), yang

terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).

Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2

ditambah dengan semua deposito pada lembaga – lembaga keuangan non

bank. Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu

uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2).

1. Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1)

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam

arti sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di

tangan masyarakat. Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank

Indonesia) yang disimpan di bank – bank umum atau bank sentral itu

sendiri, tidak dikelompokkan sebagai uang kartal. Sedangkan uang

giral merupakan simpanan rekening koran (giro) masyarakat pada bank

– bank umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang beredar,

karena sewaktu – waktu dapat digunakan oleh pemiliknya untuk

melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik suatu

bank yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang

giral.

2. Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)

Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1

(uang beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuas i atau

near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam

Page 61: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

45

bentuk deposito berjangka (time deposito) dan tabungan. Uang kuasi

diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua

bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai

oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.

Dalam sistem moneter di Indonesia, uang dalam arti luas ini (M2)

sering disebut dengan likuiditas perekonomian.34

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar

adalah sebagai berikut:

a. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit)

Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti

ada devisa yang masuk ke dalam negara, hal ini berarti ada

penambahan jumlah uang beredar. Demikian pula sebaliknya,

jika neraca pembayaran mengalami defisit, berarti ada

pengurangan terhadap devisa negara. Hal ini berarti ada

pengurangan terhadap jumlah uang beredar.

b. Keadaan APBN (surplus atau defisit)

Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN,

maka pemerintah dapat mencetak uang baru. Hal ini berarti ada

penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya,

jika APBN negara mengalami surplus, maka sebagian uang

34

Eugene A Dulio, Uang Dan Uang, Alih Bahasa: Ir. Burhanuddin Abdullah, (Jakarta:

PT. Gelora Aksara PratSama, 1998), h. 133

Page 62: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

46

beredar masuk ke dalam kas negara. Sehingga jumlah uang

beredar semakin kecil.

c. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia

Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja

dapat memberikan kredit kepada bank – bank umum, tetapi BI

juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga –

lembaga pemerintah yang lain seperti Pertamina, dan badan

usaha milik negara (BUMN) lainnya. Perubahan besarnya

kredit langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya

jumlah uang beredar.

d. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia

Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit

likuiditas kepada bank – bank umum. Sebagai contoh, ketika

terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan

kredit likuiditas dalam rangka mengatasi krisis likuiditas bank

– bank umum, yang jumlahnya mencapai ratusan triliun rupiah.

Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar. Di

samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak,

juga dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang

beredar.35

35

Imamuddin Yuliadi, “Ekonomi Moneter”, (Jakarta: Indeks, 2008), h. 86

Page 63: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

47

F. Review Studi Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya secara sistematis dapat disajikan

berikut:

Pertama, Tya Ryandini mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh

dana investasi melalui instrumen Surat Utang Negara (SUN) dan Surat

Berharga Syariah Negara (SBSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

periode 2008-2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error

Correction Model (ECM) menyimpulkan bahwa variabel Surat Utang Negara

(SUN) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam

jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan variabel Surat Berharga

Syariah Negara (SBSN) memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dana

instrumen Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN) memiliki pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek, namun

tidak signifikan pada jangka pannjang.

Kedua, Mohammad Agus Khoirul Wafa’ melakukan penelitian tentang

analisa faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan sukuk ritel

(Periode Maret 2009-Juni 2010) pada Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Volume

IV, No. 2, Desember 2010. Dengan metode Vector Auto Regressive p (VAR

[p]) menyimpulkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor independen

(Harga Sukuk Negara Ritel, Harga Obligasi Ritel, Tingkat Bagi Hasil

Deposito Bank Syariah, Dan Tingkat Suku Bunga) mempunyai pengaruh yang

Page 64: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

48

signifikan terhadap Tingkat Permintaan Sukuk Negara Ritel pada Periode

Maret 2009-Juni 2010. Secara parsial setiap variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap Tingkat Permintaan Sukuk Negara Ritel pada Periode

Maret 2009-Juni 2010.

Ketiga, Achmad Tohari mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta (2010) melakukan penelitian tentang analisis

pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar, inflasi, dan jumlah uang beredar

(M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan

mudharabah (Pada Perbankan Syariah di Indonesia). Penelitian ini

menggunakan metode analisis jalur dengan model struktural. Hasil pengujian

pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel Nilai Tukar/$, inflasi, dan

jumlah uang beredar (M2) berpengaruh terhadap dana pihak ketiga. Hasil

pengujian substruktur II menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar

dan dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh signifikan terhadap Mudharabah.

Keempat, Heryanto mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh

inflasi, BI rate, kurs rupiah, dan jumlah uang beredar terhadap volume

perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan analisis

regresi linier berganda. Hasil analisis regresi berganda ditemukan bahwa

variabel BI rate berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan negatif

terhadap volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, sedangkan

variabel inflasi, kurs rupiah, dan jumlah uang beredar tidak mempunyai

Page 65: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

49

pengaruh yang signifikan terhadap volume perdagangan saham di Bursa Efek

Indonesia.

Kelima, Dwi Nuryanti mahasiswa Universitas Islam Indonesia (2012)

melakukan penelitian tentang pengaruh dari suku bunga deposito, tingkat

inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dan GDP terhadap

permintaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Model analisis yang

digunakan adalah model koreksi kesalahan (error correction model), dengan

data time series bulanan periode bulan Desember 2009 sampai bulan

Desember 2011 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank

Indonesia (BI). Pengujian statistik meliputi uji t, uji F, dan R-Square

(koefesien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu multikolinieritas,

heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa

suku bunga deposito perbankan, nilai tukar, dan GDP dalam jangka pendek

berpengaruh terhadap permintaan Surat Berharga Syariah Negara di Indonesia,

sedangkan dalam jangka panjang suku bunga deposito perbankan, nilai tukar,

dan GDP berpengaruh terhadap permintaan SBSN. Sedangkan tingkat inflasi

dalam jangka pendek dan jangka panjang tidak mempengaruhi permintaan

SBSN.

G. Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran merupakan sinetesa dari serangkaian teori yang

tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran

sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari

serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat berupa

Page 66: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

50

bagan, deskrptif kualitatif, atau bahkan gabungan keduanya. Volume transaksi

SBSN mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Pertumbuhannya ini tidak

lepas karena dipengaruhi atas beberapa variabel ekonomi makro seperti

inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, jumlah uang beredar, dan kurs

rupiah terhadap USD.

Pada inti permasalahan utamanya adalah variabel makro ekonomi

secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap

instrumen investasi syariah di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan peneliti dan dengan melihat dari penelitian sebelumnya maka

kerangka konseptual yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3

Model Kerangka Konseptual

Inflasi Kurs

Jumlah Uang Beradar

Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Surat Berharga Syariah

Negara

Page 67: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah membahas mengenai

pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, inflasi, jumlah uang beredar, dan

nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) terhadap volume transaksi

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Objek penelitian ini adalah volume

transaksi SBSN, laporan Sertifikat Bank Indonesia Syariah, inflasi, jumlah

uang beredar, dan kurs rupiah terhadap USD dari Bank Indonesia. Data yang

digunakan merupakan data bulanan dari Januari 2010 sampai dengan Juli

2013.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh

yang disebabkan oleh variabel bebas.36

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Variabel terikat berupa:

Volume transaksi SBSN yang direpresentasikan berupa angka dalam

rupiah volume transaksi SBSN dengan data perbulan. Volume transaksi

36

Ety Rochaeti dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS , (Jakarta:

Penerbit Mit ra Wacana Media, 2007), h.11

Page 68: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

52

SBSN merupakan volume perdagangan seri IFR SBSN yang sesuai

dengan Syariah Islam.

2. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam

penelitian ini berupa:

Inflasi, merupakan keadaan yang menunjukkan adanya kenaikan

tingkat harga barang dan atau jasa secara umum yang terjadi secara

terus menerus dan berlangsung dalam waktu yang relative lama.

Tingkat inflasi dinyatakan dalam bentuk persentase (%).

Kurs rupiah yaitu harga rupiah terhadap mata uang Amerika

Serikat (USD). Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu

mata uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara

Amerika Serikat (USD).

Sertifikat Bank Indonesia Syariah, yaitu proporsi pembagian hasil

dalam ukuran persentase atas kemungkinan hasil produktifitas

nyata.

Jumlah Uang Beredar, yaitu peredaran uang kartal dan uang giral

yang ada di tangan masyarakat.

C. Teknik Penentuan Data

Dalam melakukan pengumpulan data sangat dibutuhkan ketelitian agar

mendapatkan data yang bagus. Data yang bagus dapat membantu

Page 69: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

53

mendapatkan hasil yang sesuai dalam penelitian yang sedang dikerjakan.

Dalam penelitian ini data yang dipergunakan adalah:

1. Sumber Data

Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah, inflasi, dan kurs yang

digunakan diperoleh dari Bank Indonesia (BI) berupa data bulanan

pada tahun 2010 – 2013. Sedangkan, data jumlah uang beredar (M1)

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan data volume transaksi

SBSN seri IFR diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock

Exchange) berupa data bulanan pada tahun 2010 – 2013.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari data statistik dan data yang di

publikasikan secara umum. Data – data yang dikumpulkan adalah

sebagai berikut:

a. Data volume transaksi SBSN seri IFR pada periode Januari

2010 – Juli 2013 bersumber dari Bursa Efek Indonesia

(BEI)

b. Data kurs rupiah terhadap USD pada periode Januari 2010

– Juli 2013 bersumber dari Bank Indonesia (BI)

c. Data statistik Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada

periode Januari 2010 – Juli 2013 bersumber pada Bank

Indonesia (BI)

d. Data inflasi yang dipublish oleh BPS pada periode Januari

2010 – Juli 2013 bersumber pada Bank Indonesia (BI)

Page 70: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

54

e. Data jumlah uang beredar pada periode Januari 2010 – Juli

2013 bersumber pada Badan Pusat Statistik (BPS)

D. Teknik Analisis Data

Dalam peneletian ini, menggunakan model Error Correction

Model(ECM). Model ECM yang digunakan telah melalui uji linieritas,

stationer, derajat integrasi, kointegrasi dan uji asumsi klasik, serta terbebas

dari semua permasalahan dari pengujian tersebut, sehingga model ECM yang

digunakan sudah layak untuk dipakai dan dianalisis.

Dalam penelitian ini untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh

yaitu untuk mengetahui pengaruh antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah,

inflasi dan kurs rupiah terhadap peningkatan outstanding SBSN dengan

menggunakan software EViews 6. Metode analisis data yang digunakan adalah

metode koreksi kesalahan atau dikenal dengan nama Error CorrectionModel

(ECM), yaitu suatu teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka

pendek menuju pada keseimbangan jangka panjang. 37

Dengan kata lain ECM merupakan metode analisis data yang

memperlihatkan atau menjelaskan hubungan jangka panjang dan jangka

pendek dari variabel penelitian yang disebabkan karena adanya

ketidakseimbangan hubungan pada model dan ketidaknormalan serta

ketidakstasioneran data. Metode ini dikenalkan oleh Sargan dan dipopulerkan

oleh Engle dan Granger.

37

Nachrowi D Nachrowi dan Hardius Us man, Penggunaan Teknik Ekonometri, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.371

Page 71: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

55

1. Uji Asumsi Klasik

Jika dalam suatu model variabel terikat yang ingin dijelaskan

dihipotesis bergantung pada lebih dari satu variabel bebas atau

variabel penjelas, maka model analisis yang digunakan adalah analisis

regresi berganda (multiple regression analysis)38. Analisis regresi

dapat menghadapi beberapa masalah serius seperti adanya

multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi tersebut terdapat masalah serius atau tidak, sehingga

model tersebut dan memenuhi kaidah BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator).

a. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang

sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya

multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi

masing-masing variabel bebas. Jika koefesien korelasi di antara

masing-masing varibel bebas lebih besar dari 0,8, maka terjadi

multikolinearitas.39

Multikolinieritas mengacu pada situasi di mana dua atau

lebih variabel penjelas dalam suatu regresi mempunyai korelasi

38

Dominick Salvatore, Managerial Economic dalam Perekonomian Global , (Jakarta: PT

Penerbit Erlangga,2002), h.164 39

Shochrul R. Arija, dkk, Cara Cerdas Menguasai E-Views, (Jakarta: Salemba Empat,

2011), h. 35

Page 72: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

56

yang tinggi. Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui

apakah dalam suatu model terdapat multikolinieritas atau tidak.

b. Uji Heteroskedastatisitas

Heteroskedastatisitas merupakan keadaan di mana semua

gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak

memiliki varians yang sama. Uji heteroskedastatisitas dapat

dilakukan dengan cara seperti ini.

- Melihat pola residual dari hasil estimasi regresi. Jika residual

bergerak konstan, maka tidak ada heteroskedastatisitas. Akan

tetapi, jika residual membentuk suatu pola tertentu, maka hal

tersebut mengindikasikan adanya heteroskedastatisitas.

- Untuk membuktikan dugaan pada uji heteroskedastatisitas

pertama, maka dilakukan uji white Heteroscedasticity yang

tersedia dalam program Eviews. Hasil yang diperhatikan dari

uji ini adalah nilai F dan Obs*R-Squared. Jika nilai Obs*R-

Squared lebih kecil dari X2 tabel, maka tidak terjadi

heteroskedastatisitas. Demikian juga, sebaliknya.

c. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada

korelasi dalam model regresi linier antar variabel independen. Jika

terjadi korelasi,maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk

melihat adanya autokorelasi atau tidak dapat dilakukan dengan uji

Page 73: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

57

Langrange Multiplier. Pada uji Langrange-Multiplier pengambilan

keputusan dilihat dari nilai probability Chi Square.

Jika Prob Chi-square < 0.05 Maka terjadi autokorelasi

Jika Prob Chi-square > 0.05 Maka tidak terjadi autokorelasi

2. Uji Linieritas

Uji linieritas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat

apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak.

Untuk mengetahui suatu model linier atau tidak, dapat dilakukan

dengan cara Uji Ramsey (RESET), yaitu suatu pengujian yang

dikembangkan oleh Ramsey dengan mengembangkan uji secara

umum kesalahan spesifikasi atau dikenal dengan uji kesalahan

spesifikasi regresi (Regression Speciflcation Error Test = RESET). 40

Hipotesis:

Ho: model linier

Ha: model tidak linier

Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Obs*

R2, yaitu sebagai berikut:

Bila probabilitas Obs* R2> 0,05 maka signifikan, dan menolak

Ho. Dengan demikian model dikatakan linier.

Bila probabilitas Obs* R2< 0,05 maka tidak signifikan dan Ho

diterima. Dengan demikian model dikatakan tidak linier.

40

Agus Widarjono, Ekimometrika: Pengantar dan Aplikasinya , (Yogyakarta: Ekonisia,

2009), h.170-171

Page 74: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

58

3. Uji Stasioner

a. Uji Akar Unit

Untuk melihat data stasioner atau tidak, dalam penelitian

ini digunakan uji akar unit (unit root test). Apabila basil uji akar

unit menunjukkan data belum stasioner pada level maka data akan

dilakukan diferensiasi tingkat pertama (flrst difference) hingga data

menjadi stasioner dan terbebas dari regresi lancung.

Uji akar unit merupakan pengujian yang formal yang

dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Pengujian akar

unit dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan

stasioner atau tidak. Data yang stasioner adalah data time series

yang tidak mengandung akar unit dan sebaliknya. Dalam penelitian

ini, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji Augmented

Dicky-Fuller.

Hipotesis:

Ho: data tidak stasioner

Ha: data stasioner

Apabila hasil uji Augmented Dicky-Fuller menyatakan

bahwa:

Nilai ADF statistik > 0,05 maka data stasioner, Ho ditolak.

Nilai ADF statistik < 0,05 maka data tidak stasioner, Ho

diterima

b. Uji Derajat Integrasi

Page 75: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

59

Pengujian derajat integrasi dilakukan apabila uji

stasioneritas dengan menggunakan unit root test pada tingkat level

menunjukkan bahwa data tidak stasioner, sehingga perlu

distasionerkan dengan cara mendiferensiasikan data variabel

penelitian. Seperti halnya uji akar unit di atas, uji derajat integrasi

pun dilihat dengan menggunakan uji Augmented Dicky-Fuller. Uji

derajat integrasi ini ada dua, diferensiasi pertama (first difference)

dan diferensiasi kedua (second difference).

Seperti pada uji akar unit, apabila hasil uji Augmented

Dicky-Fuller menyatakan bahwa:

Nilai ADF statistik > 0,05 maka data stasioner. Ho ditolak.

Nilai ADF statistik < 0,05 maka data tidak stasioner, Ho

diterima

4. Uji Kointegrasi

Kointegrasi berkaitan erat dengan pengujian terhadap

kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antar

variabel-variabel ekonomi seperti yang dikehendaki oleh teori

ekonomi. Uji kointegrasi dari dua atau lebih data time series

menujukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang. Data time

series dikatakan terkointegrasi jika residu daritingkat regresi stasioner,

maka tingkat regresi akan memberikan estimasi yang tepat untuk

hubungan jangka panjang.

Page 76: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

60

Dalam melihat suatu model memiliki kointegrasi atau tidak,

dapat dilakukan dengan menjalankan uji sebagai berikut:

- Uji Johansen

- Uji CRDW

- Uji EG

Dalam penelitian ini, untuk melihat ada atau tidaknya

kointegrasi dilakukan dengan uji Engel-Granger (EG) atau uji

Augmented Engel-Granger, yaitu pengujian yang dilakukan dengan

memanfaatkan uji Augmented Dicky-Fuller dengan cara

mengestimasi model regresi kemudian menghitung nilai residualnya.

Apabila nilai residualnya stasioner maka regresi tersebut merupakan

regresi kointegrasi.41

Adapun proses pengujian dilakukan dengan cara terlebih

dahulu mengestimasi model regresi dan mencari nilai residual dan

menghitungnya. Setelah itu, dilakukan uji DF-ADF yang merupakan

pengujian Engel-Granger untuk memperoleh hasil apakah model

terkointegrasi atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0: nilai ADF < nilai kritis, maka model tidak terkointegrasi

Ha: nilai ADF > nilai kritis, maka model terkointegrasi

5. Uji ECM (Error Correction Model)

ECM (Error Correction Model) merupakan model yang

digunakan untuk mengoreksi persamaan regresi di antara variabel-

41

Nachrowi D Nachrowi dan Hardius Us man, Op.Cit., h.367

Page 77: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

61

variabel yang secara individual tidak stasioner agar kembali ke nilai

equilibriumnya di jangka panjang, dengan syarat utama berupa

keberadaan hubungan kointegrasi di antara variabel-variabel

penyusunnya. Hubungan kointegrasi dapat diartikan sebagai suatu

hubungan jangka panjang (long term relationship/equilibrium) antara

variabel-variabel yang tidak stasioner.42

Dalam penelitian ini, model ECM yang digunakan telah

terbebas dari ketidakstasioneran model melalui uji stasioneritas, uji

derajat kointegrasi, dan uji asumsi klasik. Sehingga model ECM yang

digunakan sudah layak dipakai dan dianalisis. Analisis yang

digunakan bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek maupun

jangka panjang. Hubungan SBSN dan faktor-faktor makroekonomi

yang mempengaruhinya dapat diformulasikan sebagai berikut:

SBSNt = f (Inft, Nbht, Kurst)

Model ECM pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

DSBSNt = β0 + β1 DInflt + β2 DNbht + β3 DKurst + β4 DJUBt +

β5 DInflt-1 + β6 DNbht-1 + β7 DKurst-1 + β8 DJUBt-1 + β9 ECT

Dimana:

β0 = Konstanta

β1 – β6 = Koefisien Regresi

β7 = Koefisien ECT

42

Shochrul R. Arija, dkk. Cara Cerdas Menguasai E-Views (Jakarta: Salemba Empat,

2011), h. 133

Page 78: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

62

DSBSNt = Fluktuasi SBSN periode t

DInflt = Inflasi (Jangka Pendek)

DNbht = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Jangka

Pendek)

DKurst = Kurs (Jangka Pendek)

DJUBt = Jumlah Uang Beredar (Jangka Pendek)

DInflt-1 = Inflasi (Jangka Panjang)

DNbht-1 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Jangka

Panjang)

DKurst-1 = Kurs (Jangka Panjang)

DJUBt-1 = Jumlah Uang Beredar (JangkaPanjang)

ECT =ErrorCorrectionTerm (Koreksi Kesalahan)

Jika variabel ECT positif dan signifikan 5% maka spesifikasi

model sudah valid dan dapat menjelaskan variabel dependen.

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang

masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat

diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Inflasi (X1)

Ho = Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek

terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

Ha = Inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek

terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

Page 79: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

63

Ho = Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka panjang

terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

Ha = Inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka panjang

terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

2. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X2)

Ho = Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak berpengaruh secara

signifikan dalam jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN

periode 2010 – 2013.

Ha = Sertifikat Bank Indonesia Syariah berpengaruh secara signifikan

dalam jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 –

2013.

Ho = Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak berpengaruh secara

signifikan dalam jangka panjang terhadap volume transaksi SBSN

periode 2010 – 2013.

Ha = Sertifikat Bank Indonesia Syariah berpengaruh secara signifikan

dalam jangka panjang terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 –

2013.

3. Variabel Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) Rupiah Tehadap USD (X3)

Ho = Kurs tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek

terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

Ha = Kurs berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek

terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

Page 80: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

64

Ho = Kurs tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka panjang

terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

Ha = Kurs berpengaruh secara signifikan dalam jangka panjang

terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

4. Jumlah Uang Beredar (X4)

Ho = Jumlah Uang Beredar tidak berpengaruh secara signifikan dalam

jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

Ha = Jumlah Uang Beredar berpengaruh secara signifikan dalam

jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

Ho = Jumlah Uang Beredar tidak berpengaruh secara signifikan dalam

jangka panjang terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

Ha = Jumlah Uang Beredar berpengaruh secara signifikan dalam

jangka panjang terhadap volume transaksi SBSN periode 2010 – 2013.

Page 81: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

65

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Pertumbuhan Sukuk

Dalam perkembangannya sukuk dapat diterbitkan dengan 14

struktur model melalui rekomendasi The Accounting and Auditing

Organisation Of Islamic Financial Institutions (AAOIFI), namun dalam

prakteknya model sukuk yang diterbitkan hanya 7 model saja, yaitu

struktur ijarah, musyarakah, salam, murabahah, istishna’, mudharabah,

dan hybrid (percampuran beberapa akad), dan struktur penerbitan yang

paling sering digunakan adalah ijarah.

Total penerbitan sukuk yang menggunakan struktur ijarah hampir

50% lebih dari total penerbitan di dunia, karena pada prakteknya ijarah

lebih mudah dalam aplikasinya.43 Sukuk merupakan investasi baru yang

mewarnai pasar modal Indonesia sejak tahun 2002. Pioner-nya adalah PT.

Indosat, telah meluncurkan sukuk mudharabah senilai Rp. 175 miliar.

Langkah ini kemudian diikuti banyak perusahaan seperti Matahari Putra

Prima, Sona Topas, Toursm Industry, Barlian Laju Tanker, Bank Bukopin,

dll. Sampai dengan akhir tahun 2003 terdapat 6 emiten yang menawarkan

sukuk dengan total emisi sebesar Rp. 740 miliar. Pada tahun 2004 ada

penambahan sebanyak 7 emiten baru yang telah mendapat pernyataan

43

Nazwar U. Nawawi, “Mengenal Sukuk”, Pontianak Post, Selasa 2 September 2008.

Page 82: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

66

efektif dari Bapepam. Sehingga total sukuk pada tahun Rp. 1,424 triliun

yang berarti ada peningkatan sebesar 92,43%.44

Pada 2008, pemerintah menjual dua seri Surat Berharga Syariah

Negara (SBSN) atau Sukuk Negara, yaitu IFR-0001 dan IFR-0002. Seri

IFR-0001 memiliki jangka waktu tujuh tahun dan IFR-0002 selama

sepuluh tahun tahun. Sukuk berakad ijarah sale and lease back ini dijual

dengan nilai nominal per unit Rp. 1 juta dan pembelian minimal 1.000 unit

atau Rp. 1 miliar. Penjualan sukuk Negara lebih ditujukan ke investor

institusi bukan ritel, seperti dana pensiun, perbankan, atau manager

investasi, baik local maupun asing. Penerbitan Sukuk Negara atau Obligasi

Syari’ah Negara RI didasarkan pada UU 19/2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara.

Untuk menerbitkan SBSN, pemerintah melalui Menteri Keuangan

dapat meminta fatwa atau pernyataan kesesuaian SBSN dengan prinsip-

prinsip syariah dari lembaga yang memiliki kewenangan mengeluarkan

fatwa. Apabila penerbitannya di dalam negeri, lembaga yang berwenang

mengeluarkan fatwa ialah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI). Sedangkan apabila penerbitan SBSN di luar

negeri, fatwa dapat dimintakan kepada lembaga syariah internasional yang

ditentukan berdasarkan hasil kesapakatan. Tujuan fatwa ialah untuk

mendapatkan Syariah Compliance Endorsement / SCE dalam penerbitan

SBSN.

44

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk , (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 137

Page 83: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

67

SBSN diterbitkan dengan tujuan untuk membiayai Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) termasuk membiayai

pembangunan proyek. Kewenangan menerbitkan SBSN untuk tujuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 berada pada Pemerintah.

Kewenangan dilaksanakan oleh Menteri.

SBSN diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat, serta

dapat diperdagangkan melalui bursa atau di luar bursa. Penjualan SBSN

ada yang diarahkan bagi pembeli dari kalangan perusahaan, dan ada juga

SBSN retail yang khusus diarahkan bagi kalangan individu/perseorangan.

Dan penerbitan SBSN dengan cara Sale and Lease Back diatur

dalam Fatwa No. 71 /DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Leaseback.

B. Deskripsi Data

1. Volume Transaksi SBSN Seri IFR

Data volume transaksi selama bulan Januari 2010 sampai dengan

Juli 2013, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 84: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

68

Tabel 4.1

Volume Transaksi (dalam Juta) SBSN Seri IFR Tahun 2010 - 2013

Bulan Tahun

2010 2011 2012 2013

Januari 33.000 590.868 406.500 80500

Februari 232.370 401.250 1.506.631 49000

Maret 1.017.463 1.649.477 469.294 1757590

April 2.977.926 1.444.936 115.680 376407

Mei 1.259.300 558.590 127.590 115310

Juni 820.735 518.060 348.200 214400

Juli 2.103.206 660.150 588.500 22600

Agustus 297.708 1.413.216 428.768 -

September 417.850 599.406 447.074 -

Oktober 1.944.750 1.310.332 281.726 -

November 784.070 888.492 360.080 -

Desember 441.480 1.239.260 2.811.972 -

Sumber: IDX.co.id

Pada 2008, pemerintah menjual dua seri Surat Berharga Syariah

Negara (SBSN) atau Sukuk Negara, yaitu IFR-0001 dan IFR-0002. Seri

IFR-0001 memiliki jangka waktu tujuh tahun dan IFR-0002 selama

sepuluh tahun tahun. Sukuk berakad ijarah sale and lease back ini dijual

dengan nilai nominal per unit Rp. 1 juta dan pembelian minimal 1.000 unit

atau Rp. 1 miliar. Penjualan sukuk Negara lebih ditujukan ke investor

institusi bukan ritel, seperti dana pensiun, perbankan, atau manager

investasi, baik lokal maupun asing. Penerbitan Sukuk Negara atau

Obligasi Syariah Negara RI didasarkan pada UU 19/2008 tentang Surat

Berharga Syariah Negara.

Pada tahun 2010 volume transaksi SBSN Seri IFR mengalami

kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat selama tahun 2010

Goverment Securities dengan tipe Fixed Rate terdapat 8 seri dengan nilai

Page 85: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

69

nominal Rp. 12.126.700.000,00, dan volume transaksinya sebesar Rp.

12.329.858.000.000,00 dengan frekuensi 1.086 kali transaksi.

Pada tahun 2011 pun volume dan frekuensi transaksi SBSN seri

IFR ini mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun tersebut terdapat

penambahan 1 seri IFR sehingga terdapat 9 seri dengan volume transaksi

sebesar Rp. 14.712.121.000.000,00 dengan frekuensi transaksi 5450 kali.

Namun tahun 2012 volume dan frekuensi SBSN seri IFR terus

mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tercatat

pada tahun 2012 terdapat 10 seri atau ada penambahan 1 seri pada tahun

tersebut, dengan volume transaksi sebesar Rp. 11.345.793.000.000,00 dan

frekuensi perdagangan sampai 757 kali transaksi.

Pada pertengahan tahun 2013 volume transaksi dan frekuensi

SBSN seri IFR tercatat sebesar 3.299.324.000.000,00 dan frekuensi 236

kali.

2. Tingkat Inflasi

Data tingkat inflasi bulanan selama periode Januari 2010 sampai

Juli 2013, data diperoleh dari laporan moneter Bank Indonesia. Dapat

dilihat di bawah ini:

Page 86: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

70

Tabel 4.2

Tingkat Inflasi (dalam %) periode Tahun 2010 – 2013

Bulan Tahun

2010 2011 2012 2013

Januari 3,72% 7,02% 3,65% 4,57%

Februari 3,81% 6,84% 3,56% 5,31%

Maret 3,43% 6,65% 3,97% 5,9%

April 3,91% 6,16% 4,5% 5,57%

Mei 4,16% 5,98% 4,45% 5,47%

Juni 5,05% 5,54% 4,53% 5,9%

Juli 6,22% 4,61% 4,56% 8,61%

Agustus 6,44% 4,79% 4,58% -

September 5,8% 4,61% 4,31% -

Oktober 5,67% 4,42% 4,61% -

November 6,33% 4,15% 4,32% -

Desember 6,96% 3,79% 4,3% -

Sumber data: bi.go.id

Pada tahun 2010, tingkat inflasi tertinggi berada pada bulan

Desember sebesar 6,96% dan tingkat yang terendah berada pada bulan

Maret sebesar 3,43%. Pada awal tahun 2011 tingkat inflasi mengalami

kenaikan sebesar 7,02% dan diakhir tahun 2011 tingkat inflasi berada pada

titik terendah sebesar 3,79%.

Pada tahun 2012, tingkat inflasi tertinggi berada pada bulan

Oktober sebesar 4,61%, dan tingkat terendah berada pada bulan Februari

sebesar 3,56%. Hingga pertengahan tahun 2013 ini inflasi selalu tinggi,

pada bulan Juli inflasi berada pada tingkat tertinggi sebesar 8,61%, dan

terendah pada bulan Januari sebesar 4,57%.

Page 87: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

71

3. Jumlah Uang Beredar (M1)

Data jumlah uang beredar bulanan selama periode Januari 2011

sampai Juli 2013, data diperoleh dari Bada Pusat Statistik. Dapat dilihat di

bawah ini:

Tabel 4.3

Jumlah Uang Beredar (dalam miliar) periode Tahun 2010 – 2013

Bulan Tahun

2010 2011 2012 2013

Januari 496527 604169 696323 787860

Februari 490084 585890 683253 786549

Maret 494461 580601 714258 810055

April 494718 584634 720924 832213

Mei 514005 611791 749450 822876

Juni 545405 636206 779416 858499

Juli 539746 639688 771792 879986

Agustus 555495 662806 772429 -

September 549941 656096 795518 -

Oktober 555549 665000 774983 -

November 571337 667587 801403 -

Desember 605411 722991 841722 -

Sumber: BPS

Pada tahun 2010, tingkat jumlah uang beredar (M1) tertinggi

berada pada bulan Desember sebesar Rp. 605.411,00 (dalam miliar) dan

yang terendah pada bulan Februari sebesar Rp. 490084,00 (dalam miliar).

Kemudian pada tahun 2011, tingkat jumlah uang beredar terbesar berada

pada bulan Desember sebesar Rp. 722.991,00 dan yang terendah berada

pada bulan Maret sebesar Rp. 580.601,00.

Pada tahun 2012, tingkat jumlah uang beredar berada pada tingkat

tertinggi pada bulan Desember sebesar Rp. 841.773,00 dan terendah pada

bulan Februari sebesar Rp. 683.253,00. Hingga pertengahan tahun 2013,

Page 88: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

72

jumlah uang beredar selalu mengalami penambahan. Tercatat pada bulan

Juli jumlah uang beredar berada pada tingkat tertinggi sebesar Rp.

879.986,00 dan terendah pada bulan Februari sebesar Rp. 786.549,00.

4. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika (Kurs Rupiah)

Data dari penghitungan nilai tukar rupiah terhadap USD diambil

secara akhir bulan di mulai dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan

bulan Juli tahun 2013, data diperoleh dari Bank Indonesia. Data dari

penghitungan nilai tukar rupiah terhadap USD tampak pada tabel 4.4 yang

merupakan hasil dari penghitungan berdasarkan laporan moneter bulanan

Bank Indonesia.

Tabel 4.4

Kurs Rupiah Terhadap USD periode Tahun 2010 – 2013

Bulan Tahun

2010 2011 2012 2013

Januari 9275,45 9037,38 9109,14 9687,33

Februari 9348,21 8912,56 9025,76 9686,65

Maret 9173,73 8761,48 9165,33 9709,42

April 9027,33 8651,3 9175,5 9724,05

Mei 9183,21 8555,8 9290,24 9760,91

Juni 9148,36 8564 9451,14 9881,53

Juli 9049,45 8533,24 9456,59 10073,4

Agustus 8971,76 8532 9499,84 -

September 8975,84 8765,5 9566,35 -

Oktober 8927,9 8895,24 9597,14 -

November 8927,38 9015,18 9627,95 -

Desember 9022,62 9088,48 9645,89 -

Sumber: bi.go.id

Pada tahun 2010, nilai tukar rupiah terhadap USD tertinggi berada

pada bulan Februari sebesar Rp. 9348,21 dan yang terendah pada bulan

November sebesar 8927,38. Pada tahun 2011, nilai tukar rupiah terhadap

Page 89: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

73

USD tertinggi berada pada bulan Desember sebesar Rp. 9088,48 dan yang

terendah pada bulan Agustus sebesar Rp.8532,00.

Pada tahun 2012, nilai tukar rupiah terhadap USD terus mengalami

pelemahan. Kurs rupiah terlemah terhadap USD berada pada bulan

Desember sebesar Rp. 9645,89 dan terkuat pada tahun 2012 berada pada

bulan Februari sebesar Rp. 9025,76. Hingga pertengahan 2013, kurs

rupiah makin melemah. Tercatat pada bulan Juli kurs rupiah mengalami

penukaran terlemah sebesar Rp. 10.073,4, dan terkuat pada tahun 2013

berada pada bulan Februari sebesar Rp. 9.686,65.

5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Data dari penghitungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah diambil

secara akhir bulan di mulai dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan

bulan Juli tahun 2013, data diperoleh dari Bank Indonesia. Data dari

penghitungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah tampak pada tabel 4.5

yang merupakan hasil dari penghitungan berdasarkan laporan moneter

bulanan Bank Indonesia.

Page 90: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

74

Tabel 4.5

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (dalam miliar) periode Tahun 2010 – 2013

Bulan Tahun

2010 2011 2012 2013

Januari 4113 3296 3799 3970

Februari 3272 3326 3806 4595

Maret 2345 3376 3567 4855

April 2859 3701 3155 4958

Mei 1535 3271 3160 5048

Juni 1445 3042 3155 4623

Juli 555 1604 2662 4423

Agustus 715 1819 2372 -

September 755 1989 2495 -

Oktober 1776 2574 2382 -

November 2401 3144 2763 -

Desember 2997 3476 3455 -

Sumber: bi.go.id

C. Analisis dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan data yang berbentuk time series (runtun

waktu) yakni data suatu objek yang terdiri atas beberapa periode. Time series

data berhubungan dengan nilai – nilai suatu variabel yang diatur secara

kronologis menurut perhitungan hari, minggu, bulan, kuartal, atau tahun.

Data dalam penelitian ini diawali dari periode tahun 2010 hingga 2013.

Penelitian ini menggunakan data volume transaksi SBSN seri IFR yang

diperoleh dari Bursa Efek Indonesia sebagai variabel dependen (variabel

terikat). Sedangkan, variabel independen (variabel bebas) terdiri dari data

inflasi, nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), Sertifikat Bank Indonesia

Syariah yang diperoleh dari Bank Indonesia, dan data jumlah uang beredar

yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Model yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM).

Page 91: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

75

Model ECM yang digunakan untuk menguji spesifikasi model dan

kesesuaian teori dengan kenyataan. Pengolahan data dilakukan secara

elektronik dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan E-

Views 6.0.

1. Uji Linieritas

Uji linieritas merupakan pengujian yang dilakukan untuk

melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau

tidak. Untuk mengetahui suatu model linier atau tidajj, dapat

dilakukan dengan cara Uji Ramsey (RESET), yaitu suatu pengujian

yang dikembangkan oleh Ramsey dengan mengembangkan uji secara

umum kesalahan spesifikasi atau dikenal dengan uji kesalahan

spesifikasi regresi (Regression Speciflcation Error Test = RESET).45

Hipotesis:

Ho: model linier

Ha: model tidak linier

Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Obs*

R2, yaitu sebagai berikut:

Bila probabilitas Obs* R2> 0,05 maka signifikan, dan menolak

Ho. Dengan demikian model dikatakan linier.

Bila probabilitas Obs* R2< 0,05 maka tidak signifikan dan Ho

diterima. Dengan demikian model dikatakan tidak linier.

45

Agus Widarjono, Ekimometrika: Pengantar dan Aplikasinya, (Yogyakarta: Ekonisia,

2009) h.170-171

Page 92: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

76

Tabel 4.6

Uji Ramsey RESET

Ramsey RESET Test: F-statistic 0.543614 Prob. F(1,37) 0.4656

Log likelihood ratio 0.627172 Prob. Chi-Square(1) 0.4284

Sumber: Eviews 6.0

Dari uji linieritas (Uji Ramsey RESET) pada tabel diatas, nilai

probabilitasnya adalah 0,4284 lebih besar dari tingkat keyakinan 5%,

artinya tidak ada permasalahan linieritas. Dengan kata lain bentuk

fungsi model dalam penelitian ini adalah linier.

2. Uji Stasioneritas

Untuk menguji stasioneritas data, dapat digunakan uji akar unit

(Unit Root Test) yang dikembangkan oleh Dickey – Fuller. Dalam

penelitian ini, pengujian data dilakukan dengan uji Augmented Dickey

– Fuller. Apabila nilai t-Statistik ADF lebih besar dari nilai kritis pada

tingkat keyakinan 5%, maka data stasioner, jika nilai t-Statistik ADF

lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat keyakinan 5%, maka data tidak

stasioner.

Page 93: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

77

Tabel 4.7

Unit Root Test Augmented Dickey – Fuller Pada Level – Intercept

Variabel Nilai t-Statistik

ADF

Nilai Kritis

Statistik ADF

Prob Kesimpulan

SBSN -6.249946 -2.933158 0.0000

Stationer

INFLASI -0.978807 -2.935001 0.7519

Tidak Stationer

JUB -0.154579 -2.936942 0.9360

Tidak Stationer

KURS 0.181300 -2.935001 0.9681

Tidak Stationer

SBIS -3.216909 -2.936942 0.0263

Stationer

Sumber: Eviews 6.0

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa:

a. Data SBSN stasioner pada tingkat level – intercept. Hal

ini terlihat dari nilai absolut t-statistik ADF (-6.249946)

yang lebih besar dari nilai kritis pada tingkat keyakinan

5% (-2.933158). Dapat pula dilihat dari probabilitas

data SBSN yang lebih kecil dari 0,05 yakni 0,0000

(data akan stasioner jika nilai probabilitas < 0,05)

b. Data inflasi tidak stasioner pada tingkat level –

intercept. Hal ini terlihat dari nilai absolut t-statistik

ADF (-0.978807) yang lebih kecil dari nilai kritis pada

tingkat keyakinan 5% (-2.935001). Dapat pula dilihat

dari probabilitas data inflasi yang lebih besar dari 0,05

yakni 0.7519 (data akan stasioner jika nilai probabilitas

< 0,05)

Page 94: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

78

c. Data jumlah uang beredar tidak stasioner pada tingkat

level – intercept. Hal ini terlihat dari nilai absolut t-

statistik ADF (-0.154579) yang lebih kecil dari nilai

kritis pada tingkat keyakinan 5% (-2.936942). Dapat

pula dilihat dari probabilitas data jumlah uang beredar

yang lebih besar dari 0,05 yakni 0.9360 (data akan

stasioner jika nilai probabilitas < 0,05)

d. Data kurs belum stasioner pada tingkat level – intercept.

Hal ini terlihat dari nilai absolut t-statistik ADF

(0.181300) yang lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat

keyakinan 5% (-2.935001). Dapat pula dilihat dari

probabilitas data kurs yang lebih besar dari 0,05 yakni

0.9681 (data akan stasioner jika nilai probabilitas <

0,05)

e. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah stasioner pada

tingkat level – intercept. Hal ini terlihat dari nilai

absolut t-statistik ADF (-3.216909) yang lebih besar

dari nilai kritis pada tingkat keyakinan 5% (-2.936942).

Dapat pula dilihat dari probabilitas data SBIS yang

lebih kecil dari 0,05 yakni 0.0263 (data akan stasioner

jika nilai probabilitas < 0,05)

Oleh karena itu, perlu dilakukan tes yang kedua (tes derajat

integrasi): 1st Difference – Trend and Intercept.

Page 95: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

79

Tabel 4.8

Unit Root Test Augmented Dickey – Fuller Pada 1st Difference – Trend and Intercept

Variabel Nilai t-Statistik

ADF

Nilai Kritis

Statistik ADF

Prob Kesimpulan

INFLASI -2.360196 -3.523623 0.3939

Tidak Stationer

JUB -6.892461 -3.526609 0.0000

Stationer

KURS -4.959217 -3.523623 0.0013

Stationer

Sumber: Eviews 6.0

Hasil dari tabel 4.3 menunjukkan Unit Root Test dengan

menggunakan ADF pada derajat integrasi pertama belum stasioner

pada data inflasi. Maka, perlu dilakukan uji derajat integrasi kedua.

Tabel 4.9 Unit Root Test Augmented Dickey – Fuller

Pada 2nd Difference – Trend and Intercept

Variabel Nilai t-Statistik

ADF

Nilai Kritis

Statistik ADF

Prob Kesimpulan

INFLASI -5.184780 -3.526609 0.0007

Stationer

Sumber: Eviews 6.0

Pada tabel 4.4 menunjukkan unit root test dengan

menggunakan ADF pada derajat integrasi kedua yang memperlihatkan

bahwa masing – masing variabel sudah stasioner. Hal ini dapat dilihat

pada nilai t-statistik ADF yang lebih besar dari nilai kritis 5%. Dapat

pula dilihat dari probabilitas data inflasi yang lebih kecil dari 0,05.

3. Uji Kointegrasi

Dari hasil uji derajat integrasi didapat bahwa semua variabel

stationer pada ordo yang sama. Pengujian selanjutnya dilanjutkan ke

uji kointegrasi. Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk

Page 96: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

80

mengetahui apakah residual regresi terkointegrasi stasioner atau tidak.

Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil

dalam jangka panjang. Sebaliknya jika tidak terdapat kointegrasi antar

variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam

jangka panjang.

Tabel 4.10

Hasil Uji Kointegrasi Null Hypothesis: RESID01 has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.162950 0.0000

Test critical values: 1% level -2.621185

5% level -1.948886

10% level -1.611932 Sumber: Eviews 6.0

Dari hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa nilai t-Statistik

ADF sebesar -7.162950 sedangkan nilai kritis sttistik ADF pada

tingkat signifikansi 5% yaitu -1.948886. Oleh karena itu t-statistik

ADF lebih besar daripada nilai kritis maka residual dari persamaan

telah stationer pada derajat integrasi nol atau I(0), sehingga variabel-

variabel tersebut dapat dikatakan terkointegrasi atau terdapat indikasi

hubungan jangka panjang.

Adanya indikasi hubungan keseimbangan dalam jangka

panjang belum dapat digunakan sebagai bukti bahwa terdapat

hubungan jangka pendek. Sehingga untuk mengetahui itu harus di uji

Error Corection Model (ECM). Sebelum menuju Uji ECM harus

dilakukan Uji Asumsi Klasik terlebih dahulu.

Page 97: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

81

4. Uji Asumsi Klasik

Jika dalam suatu model variabel terikat yang ingin dijelaskan

dihipotesis bergantung pada lebih dari satu variabel bebas atau variabel

penjelas, maka model analisis yang digunakan adalah analisis regresi

berganda (multiple regression analysis)46. Analisis regresi dapat

menghadapi beberapa masalah serius seperti adanya multikolinieritas,

heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi tersebut terdapat masalah serius atau tidak, sehingga

model tersebut dan memenuhi kaidah BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator.

a. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang

sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel

yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya

multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien

korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefesien korelasi

di antara masing-masing varibel bebas lebih besar dari 0,8,

maka terjadi multikolinearitas.47

Multikolinieritas mengacu pada situasi di mana dua

atau lebih variabel penjelas dalam suatu regresi mempunyai

46

Dominick Salvatore, Managerial Economic dalam Perekonomian Global , (Jakarta: PT

Penerbit Erlangga,2002), h.164 47

Shochrul R. Arija, dkk, Cara Cerdas Menguasai E-Views, (Jakarta: Salemba Empat,

2011), h. 35

Page 98: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

82

korelasi yang tinggi. Uji multikolinieritas dilakukan untuk

mengetahui apakah dalam suatu model terdapat

multikolinieritas atau tidak.

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas

INFLASI JUB KURS SBIS

INFLASI 1 0.030614 -0.0013880 0.051185

JUB 0.030614 1 0.692258 0.551800

KURS -0.001388 0.692258 1 0.507724

SBIS 0.051185 0.551800 0.507724 1

Sumber: Eviews 6.0

Dari tabel di atas dapt dilihat bahwa hasil uji

multikolineritas dengan correlation matrix menunjukkan tidak

ada koefisien yang nilai nya lebih besar dari 0,9. Maka dapat

disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi

multikolineritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan keadaan di mana semua

gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak

memiliki varians yang sama. Untuk membuktikan dugaan pada

uji heteroskedastisitas pertama, maka dilakukan uji White

Heteroscedasticity yang tersedia dalam program E-Views.

Hasil yang diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs* R-

Squared. Jika nilai Obs* R-Squared lebih kecil dari X2 tabel,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Demikian juga

sebaliknya.

Page 99: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

83

Tabel 4.12

Uji White Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 2.230150 Prob. F(14,28) 0.0344

Obs*R-squared 22.66975 Prob. Chi-Square(14) 0.0659

Scaled explained SS 37.75728 Prob. Chi-Square(14) 0.0006 Sumber: Eviews 6.0

Pengujian hipotesis heteroskedastatisitas.

- H0 = tidak ada heteroskedastatisitas

H1 = ada heteroskedastatisitas

- Jika p-value Obs* R-squared < α, maka H0 ditolak.

- Oleh karena p-value Obs* R-squared = 0,0659 > 0,05,

maka H0 diterima.

- Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%,

tidak ada heteroskedastatisitas.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi atau otokorelasi menunjukkan korelasi di

antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut

waktu atau ruang. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi,

maka dapat dilakukan uji LM (metode Bruesch Godfrey).

Metode ini didasarkan pada nilai F dan Obs* R-Squared,

dimana jika nilai probabilitas dari Obs* R-Squared melibihi

tingkat kepercayaan, maka H0 diterima. Artinya, tidak ada

masalah autokorelasi.

Page 100: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

84

Tabel 4.13

Uji Autokolerasi LM-Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.571961 Prob. F(2,36) 0.2216

Obs*R-squared 3.453630 Prob. Chi-Square(2) 0.1778 Sumber: Eviews 6.0

Pengujian hipotesis autokorelasi.

- H0 : tidak ada korelasi serial (serial correlation)

H1 : ada korelasi serial (serial correlation)

- Jika p-value Obs* R-Square < α, maka H0 ditolak.

- Oleh karena p-value Obs* R-Square = 0,2216 < 0,05, maka

H0 diterima.

- Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%,

tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.

5. Uji Error Correction Model (ECM)

Pada uji kointegrasi sebelumnya, ditemukan bahwa data dalam

penelitian ini memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang antara

variabel independen dengan variabel dependen. Walaupun terdapat

keseimbangan jangka panjang, dalam jangka pendek mungkin saja

terjadi ketidakseimbangan. Untuk menguji apakah variabel-variabel

memiliki pengaruh dalam jangka pendek, maka dilakukan analisis

dengan pendekatan Error Correction Model.

Berikut adalah model persamaan ECM yang digunakan dalam

penelitian ini:

Page 101: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

85

DSBSNt = β0 + β1 DInflt + β2 DNbht + β3 DKurst + β4 DJUBt +

β5 DInflt-1 + β6 DNbht-1 + β7 DKurst-1 + β8 DJUBt-1 + β9 ECT

Hasil pengolahan data regresi linier ECM tersebut dengan

menggunakan pengolah data Eviews 6.0 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14

Hasil Uji ECM

Dependent Variable: D(SBSN)

Method: Least Squares

Date: 01/31/14 Time: 02:49

Sample (adjusted): 2010M02 2013M07

Included observations: 42 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INFLASI) 11585079 19539874 0.592894 0.5574

D(JUB) 8.047705 5.146311 1.563781 0.1277

D(KURS) -3665.231 1359.396 -2.696221 0.0111

D(SBIS) 366.6291 209.9155 1.746555 0.0903

INFLASI(-1) -23070979 10390796 -2.220328 0.0336

JUB(-1) 0.124989 1.558752 0.080185 0.9366

KURS(-1) -255.4163 430.0202 -0.593964 0.5567

SBIS(-1) -32.97516 117.2663 -0.281199 0.7804

ECT -1.028672 0.147042 -6.995775 0.0000

C 5025709. 3566307. 1.409219 0.1684 R-squared 0.698139 Mean dependent var -247.6190

Adjusted R-squared 0.613241 S.D. dependent var 1018705.

S.E. of regression 633531.9 Akaike info criterion 29.76027

Sum squared resid 1.28E+13 Schwarz criterion 30.17400

Log likelihood -614.9656 Hannan-Quinn criter. 29.91191

F-statistic 8.223241 Durbin-Watson stat 2.436606

Prob(F-statistic) 0.000003

Sumber: Eviews 6.0

Dari hasil olah data Uji Error Correction Model, pada tabel 4.9

menunjukkan bahwa nilai koefesien ECT sebesar -1,028672 yang

berarti bahwa ketidaksesuaian volume transaksi SBSN Seri IFR aktual

dengan volume transaksi SBSN Seri IFR potensial akan dieliminasi

Page 102: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

86

atau dihilangkan dalam satu periode penelitian sebesar 10,2%. Dapat

dilihat nilai probabilitas 0,0000, hal ini berarti ECT sudah signifikan

pada tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05. Oleh karena itu model dari

pengujian ECM ini dapat dikatakan valid.

Tabel 4.15

Hasil Uji ECM

Variabel

Coeffecient

Jangka Pendek Jangka Panjang

Konstanta 5025709 5025709

Inflasi 11585079 -23070979

Jumlah Uang Beredar 8,047705 0,124989

Kurs -3665,231 -255,4163

Sertifikat Bank Indonesia Syariah 366,6291 -32,97516

Sumber: Eviews 6.0

Berdasarkan tabel di atas, maka hasil regresi ECM dalam

jangka pendek dan panjang didapati hasil:

D(SBSN)t = 5025709 - 11585079 D(Infl)t - 366,6291 D(SBIS)t

- 3665,231 D(Kurs)t + 8,047705 D(JUB)t - 23070979 Inflt-1 - 32.97516

SBISt-1 - 255,4163 Kurst-1 - 0,124989 JUBt-1 - 1,028672 ECT

Keterangan:

D(SBSN)t = Fluktuasi SBSN periode t

D(Infl)t = Inflasi (Jangka Pendek)

D(SBIS)t = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Jangka

Pendek)

Page 103: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

87

D(Kurs)t = Kurs (Jangka Pendek)

D(JUB)t = Jumlah Uang Beredar (Jangka Pendek)

Inflt-1 = Inflasi (Jangka Panjang)

SBISt-1 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Jangka

Panjang)

Kurst-1 = Kurs (Jangka Panjang)

JUBt-1 = Jumlah Uang Beredar (JangkaPanjang)

ECT =ErrorCorrectionTerm (Koreksi Kesalahan)

D. Interpretasi Data

1. Konstanta

Dalam jangka pendek dan jangka panjang nilai konstanta sebesar

5025709 menunjukkan apabila seluruh variabel independen konstan maka

volume transaksi SBSN Seri IFR rata-rata per tahun sebesar 5025709.

Variabel konstanta adalah variabel bebas yang tidak diperkirakan oleh

penulis sebagai indikator yang mempengaruhi volume transaksi SBSN

secara signifikan, misalnya selera nasabah, dll.

2. Pengaruh Inflasi terhadap volume transaksi SBSN

a. Jangka Pendek

DINFLASI menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.5574 yang

lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi

tidak memiliki hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan

𝛼 = 0,05 pada jangka pendek sebesar 11585079. Realisasi inflasi

Page 104: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

88

tidak berpengaruh signifikan dalam jangka pendek terhadap

volume transaksi SBSN.

b. Jangka Panjang

Pada DINFLASI(-1) nilai koefesiennya sebesar -23070979 dan

memiliki probabilitas sebesar 0.0336 yang lebih kecil 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh negatif

yang signifikan pada tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05. Dapat diartikan

bahwa dalam jangka panjang, realisasi inflasi berpengaruh

signifikan terhadap volume transaksi SBSN.

3. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap volume transaksi SBSN

a. Jangka Pendek

DJUB menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.1277 yang lebih

besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah uang

beredar tidak memiliki hubungan yang signifikan pada tingkat

kepercayaan 𝛼 = 0,05 pada jangka pendek sebesar 8,047705.

Realisasi jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan dalam

jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN.

b. Jangka Panjang

Pada JUB(-1) nilai koefesiennya sebesar 0.124989 dan memiliki

probabilitas sebesar 0.9366 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar memiliki

pengaruh negatif yang tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 𝛼

= 0,05. Dapat diartikan bahwa dalam jangka panjang, realisasi

Page 105: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

89

jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap volume

transaksi SBSN.

4. Pengaruh Kurs terhadap volume transaksi SBSN

a. Jangka Pendek

DKURS menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0111 yang lebih

besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kurs memiliki

hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05 pada

jangka pendek sebesar -3665.231. Realisasi kurs berpengaruh

negatif dalam jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN

secara signifikan.

b. Jangka Panjang

Pada DKURS(-1) nilai koefesiennya sebesar -255.4163 dan

memiliki probabilitas sebesar 0.5567 yang lebih besar dari 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa variabel kurs memiliki pengaruh

negatif yang tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05.

Dapat diartikan bahwa dalam jangka panjang, realisasi kurs tidak

berpengaruh signifikan terhadap volume transaksi SBSN.

5. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap volume

transaksi SBSN

a. Jangka Pendek

DSBIS menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0903 yang lebih

besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Sertifikat

Bank Indonesia Syariah tidak memiliki hubungan yang signifikan

Page 106: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

90

pada tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05 pada jangka pendek sebesar

366.6291. Realisasi jumlah uang beredar tidak berpengaruh

signifikan dalam jangka pendek terhadap volume transaksi SBSN.

b. Jangka Panjang

Pada DSBIS(-1) nilai koefesiennya sebesar -32.97516 dan

memiliki probabilitas sebesar 0.7804 yang lebih kecil dari 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia

Syariah tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat

kepercayaan 𝛼 = 0,05. Dapat diartikan bahwa dalam jangka

panjang, realisasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak

berpengaruh signifikan terhadap volume transaksi SBSN.

E. Analisis Ekonomi

Error correction model dalam tabel memperlihatkan nilai Adjusted

R-Squared sebesar 0,613241 yang berarti 61% variabel dependen (volume

transaksi SBSN) dapat dijelaskan oleh variabel independen (realisasi

inflasi, jumlah uang beredar, kurs, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah).

Sisanya 39% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam

model penelitian ini. Nilai t-statistic ECT pada model tersebut sebesar -

6.995775 yang lebih tinggi dari 2 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,0000

yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa model dari pengujian ECM

ini sudah valid.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa inflasi tidak berpengaruh

secara signifikan dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang inflasi

Page 107: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

91

berpengaruh signifikan terhadap volume transaksi SBSN. Dalam jangka

panjang inflasi memiliki pengaruh signifikan sebesar -23070979 terhadap

volume transaksi SBSN. Artinya, ketika inflasi turun 1% maka volume

transaksi SBSN naik sebesar 23070979. Hasil ini tidak sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nuryanti yang menyatakan dalam

penelitiannya bahwa dalam jangka pendek dan jangka panjang tingkat

inflasi tidak mempengaruhi tingkat permintaan SBSN pada periode

Desember 2009 sampai bulan Desember 2011. Perbedaan hasil tersebut

dapat dikarenakan objek penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nuryanti

membahas SBSN secara global sedangkan objek penelitian yang dilakukan

oleh penulis hanya sebatas SBSN seri IFR, dan dapat pula dikarenakan

periode penelitian yang berbeda. Secara teori, penurunan inflasi akan

mempengaruhi suku bunga Bank Indonesia sehingga investor lebih tertarik

untuk berinvestasi pada pasar uang dibanding pasar modal. Adanya

pengaruh jangka panjang ini terjadi karena inflasi merupakan variabel

yang tidak bisa lepas dari kondisi perekonomian Indonesia di masa depan

sehingga berpengaruh dalam jangka panjang terhadap volume transaksi

SBSN namun tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek

terhadap volume transaksi SBSN. Selain itu, inflasi adalah variabel makro

ekonomi yang dampaknya baru terasa setelah lebih dari 5 tahun, dan

SBSN seri IFR ini rata-rata durasi jatuh temponya pun melebihi 5 tahun.

Variabel jumlah uang beredar pada jangka panjang dan jangka

pendek tidak signifikan mempengaruhi volume transaksi SBSN seri IFR.

Page 108: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

92

Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Heryanto yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar tidak mempunyai

pengaruh yang sigifikan terhadap volume perdagangan saham di Bursa

Efek Indonesia. Kesamaan pernyataan tersebut dapat dikarenakan

persamaan pembahasan yang mengambil volume transaksi investasi

sebagai objek penelitian. Karena SBSN seri IFR dan saham sama-sama

merupakan jenis investasi. Secara teoritis seharusnya jumlah uang beredar

mempengaruhi tingkat investasi, karena apabila terjadi kenaikan jumlah

uang beredar maka tingkat investasi akan mengalami kenaikan, karena

investor akan mengalihkan dananya untuk berinvestasi. Hasil penelitian ini

memiliki perbedaan pernyataan dapat dikarenakan jumlah uang beredar

tidak secara langsung mempengaruhi respon investor terhadap investasi,

bahkan SBSN seri IFR ini pun bukan termasuk dalam investasi ritel, jadi

kemungkinan jumlah uang beredar mempengaruhi SBSN secara langsung

pun tidak signifikan.

Variabel independen kurs menunjukkan bahwa kurs rupiah

terhadap USD berpengaruh signifikan sebesar -3665,231 terhadap volume

transaksi SBSN dalam jangka pendek. Artinya, kurs rupiah melemah

setiap 1 rp terhadap USD maka volume transaksi SBSN akan mengalami

peningkatan sebesar 3665,231. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dwi Nuryanti yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah

terhadap USD mempengaruhi permintaan akan SBSN. Secara teoritis

melemahnya nilai tukar rupiah maka dapat diindikasikan perekonomian

Page 109: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

93

tidak dalam keadaan baik, keadaan ini menekan investor dalam negeri

untuk berinvestasi, tapi karena SBSN ini merupakan investasi dalam

jumlah yang besar dan investor asing dapat melakukan investasi pada

instrumen ini sehingga investor yang melakukan investasi pada instrumen

ini merupakan korporasi yang lebih suka melakukan trading dengan nilai

mata uang yang stabil, dalam hal ini USD. Berbeda dengan investasi pada

instrumen saham yang dapat dilakukan secara ritel.

Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak berpengaruh

signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pada studi

review terdahulu tidak terdapat variabel SBIS disetiap pengambilan data

untuk menjadi variabel independen. Namun secara teoritis SBIS

merupakan surat berharga syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Sehingga SBIS akan mempengaruhi SBSN karena kedua instrumen

tersebut akan saling tarik menarik investor. Perbedaan ini dapat

dikarenakan perbedaan antara jatuh tempo kedua instrumen tersebut dan

SBIS merupakan instrumen investasi yang tidak diperjualbelikan di pasar

sekunder, sehingga berapapun SBIS diterbitkan tidak mempengaruhi

secara signifikan terhadap volume transaksi SBSN seri IFR ini.

Page 110: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam jangka pendek, inflasi, jumlah uang beredar, dan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah tidak mempengaruhi volume transaksi

SBSN seri IFR pada periode 2010 – 2013. Sedangkan variabel kurs

rupiah terhadap USD memiliki pengaruh negatif terhadap volume

transaksi SBSN secara signifikan. Dan dalam jangka panjang

variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap volume transaksi

SBSN seri IFR pada periode 2010 – 2013. Variasi variabel inflasi,

jumlah uang beredar, kurs, dan nisbah bagi hasil dapat

mempengaruhi volume transaksi SBSN sebesar 61%. Hal tersebut

terlihat dari nilai Adjusted R2 sebesar 0,613341. Sisanya 39%

dipengaruhi oleh variasi variabel lain yang tidak diikutsertakan

dalam penelitian ini.

2. Variabel inflasi dalam jangka panjang memiliki pengaruh

signifikan sebesar -23070979 terhadap volume transaksi SBSN.

Artinya, ketika inflasi turun 1% maka volume transaksi SBSN naik

sebesar 23070979. Sedangkan, dalam jangka pendek kurs rupiah

terhadap USD memiliki pengaruh negatif signifikan sebesar -

3665,231 terhadap volume transaksi SBSN. Artinya, ketika kurs

Page 111: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

95

rupiah melemah sebesar 1 Rp maka volume transaksi SBSN

mengalami peningkatan sebesar 3665,231.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang ditemukan pada penelitian tentang pengaruh

inflasi, jumlah uang beredar, kurs, dan nisbah bagi hasil, dapat berimplikasi

terhadap pihak – pihak terkait:

1. Bagi pemerintah dalam menetapkan berbagai arah kebijakan

ekonomi agar memperhatikan reaksi pasar. Agar volume transaksi

SBSN seri IFR yang terjadi di pasar sekunder dapat terus

berkembang.

2. Bagi para investor dalam melakukan aktivitas perdagangan Surat

Berharga Syariah Negara Seri IFR sebaiknya mulai memperhatikan

kondisi makro ekonomi (unique risk) di Indonesia. Karena SBSN

seri IFR ini merupakan investasi jangka panjang yang tidak dapat

diprediksi hanya sebatas specific risk (risiko spesifik).

3. Bagi SPV, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang

reaksi investor dalam menanggapi setiap informasi makro ekonomi

Indonesia.

4. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat menjadi acuan dan

memicu penelitian berikutnya tentang beberapa kondisi makro

ekonomi terhadap volume transaksi SBSN seri IFR di pasar

sekunder, dan disarankan agar peneliti selanjutnya melakukan

observasi terhadap faktor- faktor ekonomi lain seperti pendapatan

Page 112: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

96

nasional, neraca pembayaran, kebijakan perusahaan SPV, dan lain

sebagainya yang berkaitan dengan volume transaksi SBSN seri IFR

di pasar sekunder.

Page 113: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

97

DAFTAR PUSTAKA

Al – Munjid, fil-lughoh wal-A’lam. Cet. Ke-39. Beirut: Darul Masyriq Al-

Maktabah Asy-Syarkiyah, 2002. Arija, Shochrul R. dkk. Cara Cerdas Menguasai E-Views. Jakarta: Salemba

Empat, 2011.

Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia. Tinjauan kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi

Kebanksentralan (PPSK), 2003. Maskanul Hakim, Cecep. Obligasi Syariah Kendala dan Prospek . Peneliti Bank

Yunior Biro Perbankan Syariah, Brosur Bank Indonesia, 2010.

Cholid, dkk. Metodologi Penelitian. Cet. Ke-5. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003. Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah. Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan

Berbasis Syariah. Brosur Departemen Keuangan, 2013. Direktorat Jendral Pengelolaan Utang. Tanya Jawab Surat Berharga Syariah

Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah. Cet. I.

Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2010. Dominick, Salvatore. Ekonomi Internasional. Penerjemah Munandar, Haris. Cet.

Ke-5. Jakarta: Erlangga, 1997. Dominick, Salvatore. Managerial Economics dalam Perekonomian Global.

Penerjemah Santoso, Natalia dan Anitawati, M. Th. Edisi ke 4. Jakarta: PT

Penerbit Erlangga, 2001. Dulio, Eugene A. Uang Dan Uang. Alih Bahasa: Ir. Burhanuddin Abdullah.

Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratsama, 1998.

Fatwa DSN No: 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara, 2010.

Firdaus, dkk. Konsep Dasar Obligasi Syariah. Jakarta: PT. Renaisan, 2005. Hadi, Sutrisno. Metode Penelitan. Cet. Ke-1. Yogyakarta: Andi, 2004. Halim, Abdul. Analisis Investasi. Edisi Ke-2. Jakarta: PT. Salemba Empat, 2005.

Hosen, Nibra. “Dampak Global Penerbitan Sukuk Pada Perkembangan Ekonomi Syariah”. Artikel diakses pada 23 Maret 2009 dari

http://www.pkesinteraktif.com/sukuk. Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa Edwin. Investasi Pada Pasar Modal Syariah.

Jakarta: Kencana, 2007.

Jatmiko, Wahyu. “Sukuk: Sebuah Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Indonesia”. Artikel diakses pada 08 Januari 2013 dari

http://untukmuilmu.blogspot.com/ Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007. Krugman, Paul R. dan Murice Obstfield. Ekonomi Internasional dan Kebijakan.

Cet. Ke-2. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2000. Manan, Abdul. “Obligasi Syariah”. Artikel diakses pada 11 Juli 2007 dari

www.badilag.net. Mankiw, N. Gregory. Principles of Economics: Pengantar Ekonomi Makro. Edisi

ke 5. Australia: South – Western, 2008.

Page 114: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

98

Mohd Daud Bakar, Round – Table Discussion on International Islamic Sovereign

Bond (Sukuk). Foreign Debt Division Directorat of International Affair Bank Indonesia, 2006.

Munawwir, AW. Kamus Al-Munawwir Arab – Indonesia Terlengkap. Cet. Ke-5.

Surabaya: Pustaka Progressif, 2002. Nachrowi, Nachrowi D dan Hardius Usman. Penggunaan Teknik Ekonometri.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Nafik, Muhammad. Bursa Efek & Investasi Syariah. Cet. Ke-1. Jakarta: PT. Ikrar

Mandiriabadi, 2009.

Nawawi, Nazwar U. Mengenal Sukuk. Pontianak Post, Selasa 2 September 2008. Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta: 2012. Rochaeti, Ety dkk. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:

Penerbit Mitra Wacana Media, 2007.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2003.

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi Kedua. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000.

Sutedi, Adrian. Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk . Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Tim BEI. Sukuk Ritel Kian Diminati. Jakarta: IDX Newsletter, April 2012. Tim Penyusun Direktorat Pembiayaan Syariah. Tanya Jawab Surat Berharga

Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah. Edisi ke-2. Jakarta: Direktorat Jendral Pembiayaan Syariah, 2010.

Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal. Studi Standar Akuntansi

Syariah di Pasar Modal Indonesia. BAPEPAM, 2007. Todaro, Michael P dan Smith, Stephen. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.

Penerjemah Munandar, Haris. Cet. Ke-8. Jakarta: Erlangga, 2003. Wahid, Nazaruddin Abdul. Sukuk Memahami dan Membedah Obligasi Pada

Perbankan Syariah. Cet. Ke-1. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Widarjono, Agus. Ekimometrika: Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia, 2009.

www.bi.go.id www.dmo.or.id www.ibpa.co.id

Yuliadi, Imamuddin. Ekonomi Moneter. Jakarta: Indeks, 2008.

Page 115: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

99

LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Penelitian

Bulan SBSN SBIS INFLASI KURS JUB

Jan-10 33000 4113 0,0372 9275,45 496527

Feb-10 232370 3272 0,0381 9348,21 490084

Mar-10 1017463 2345 0,0343 9173,73 494461

Apr-10 2977926 2859 0,0391 9027,33 494718

Mei-10 1259300 1535 0,0416 9183,21 514005

Jun-10 820735 1445 0,0505 9148,36 545405

Jul-10 2103206 555 0,0622 9049,45 539746

Agu-10 297708 715 0,0644 8971,76 555495

Sep-10 417850 755 0,058 8975,84 549941

Okt-10 1944750 1776 0,0567 8927,9 555549

Nov-10 784070 2401 0,0633 8927,38 571337

Des-10 441480 2997 0,0696 9022,62 605411

Jan-11 590868 3296 0,0702 9037,38 604169

Feb-11 401250 3326 0,0684 8912,56 585890

Mar-11 1649477 3376 0,0665 8761,48 580601

Apr-11 1444936 3701 0,0616 8651,3 584634

Mei-11 558590 3271 0,0598 8555,8 611791

Jun-11 518060 3042 0,0554 8564 636206

Jul-11 660150 1604 0,0461 8533,24 639688

Agu-11 1413216 1819 0,0479 8532 662806

Sep-11 599406 1989 0,0461 8765,5 656096

Okt-11 1310332 2574 0,0442 8895,24 665000

Nov-11 888492 3144 0,0415 9015,18 667587

Des-11 1239260 3476 0,0379 9088,48 722991

Jan-12 406500 3799 0,0365 9109,14 696323

Feb-12 1506631 3806 0,0356 9025,76 683253

Mar-12 469294 3567 0,0397 9165,33 714258

Apr-12 115680 3155 0,045 9175,5 720924

Mei-12 127590 3160 0,0445 9290,24 749450

Jun-12 348200 3155 0,0453 9451,14 779416

Jul-12 588500 2662 0,0456 9456,59 771792

Agu-12 428768 2372 0,0458 9499,84 772429

Sep-12 447074 2495 0,0431 9566,35 795518

Okt-12 281726 2382 0,0461 9597,14 774983

Nov-12 360080 2763 0,0432 9627,95 801403

Des-12 2811972 3455 0,043 9645,89 841722

Jan-13 80500 3970 0,0457 9687,33 787860

Feb-13 49000 4595 0,0531 9686,65 786549

Page 116: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

100

Mar-13 1757590 4855 0,059 9709,42 810055

Apr-13 376407 4958 0,0557 9724,05 832213

Mei-13 115310 5048 0,0547 9760,91 822876

Jun-13 214400 4623 0,059 9881,53 858499

Jul-13 22600 4423 0,0861 10073,4 879986

Sumber: BI, BPS, dan BEI

Lampiran 2: Uji Linieritas

Ramsey RESET Test: F-statistic 0.543614 Prob. F(1,37) 0.4656

Log likelihood ratio 0.627172 Prob. Chi-Square(1) 0.4284

Test Equation:

Dependent Variable: SBSN

Method: Least Squares

Date: 01/31/14 Time: 01:26

Sample: 2010M01 2013M07

Included observations: 43 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI 2820483. 15605510 0.180736 0.8576

JUB 0.828691 2.612910 0.317153 0.7529

KURS 233.2299 841.7589 0.277074 0.7833

SBIS 29.31652 150.8749 0.194310 0.8470

C -3060405. 10887574 -0.281092 0.7802

FITTED^2 1.35E-06 1.83E-06 0.737302 0.4656 R-squared 0.117925 Mean dependent var 793295.7

Adjusted R-squared -0.001275 S.D. dependent var 725737.1

S.E. of regression 726199.5 Akaike info criterion 29.95782

Sum squared resid 1.95E+13 Schwarz criterion 30.20357

Log likelihood -638.0932 Hannan-Quinn criter. 30.04845

F-statistic 0.989307 Durbin-Watson stat 2.132995

Prob(F-statistic) 0.437473

Page 117: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

101

Lampiran 3: Uji Stasioner

1. Uji Root Test Augmented Dickey – Fuller Pada Level – Intercept

- INFLASI

Null Hypothesis: INFLASI has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.978807 0.7519

Test critical values: 1% level -3.600987

5% level -2.935001

10% level -2.605836 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INFLASI)

Method: Least Squares

Date: 01/31/14 Time: 01:30

Sample (adjusted): 2010M03 2013M07

Included observations: 41 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI(-1) -0.087274 0.089164 -0.978807 0.3339

D(INFLASI(-1)) 0.543950 0.210281 2.586777 0.0136

C 0.005275 0.004556 1.157920 0.2541 R-squared 0.154496 Mean dependent var 0.001171

Adjusted R-squared 0.109996 S.D. dependent var 0.006000

S.E. of regression 0.005661 Akaike info criterion -7.440216

Sum squared resid 0.001218 Schwarz criterion -7.314832

Log likelihood 155.5244 Hannan-Quinn criter. -7.394558

F-statistic 3.471811 Durbin-Watson stat 1.335201

Prob(F-statistic) 0.041228

Page 118: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

102

- Jumlah Uang Beredar

Null Hypothesis: JUB has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.154579 0.9360

Test critical values: 1% level -3.605593

5% level -2.936942

10% level -2.606857 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(JUB)

Method: Least Squares

Date: 11/20/13 Time: 01:08

Sample (adjusted): 2010M04 2013M07

Included observations: 40 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. JUB(-1) -0.004601 0.029767 -0.154579 0.8780

D(JUB(-1)) -0.289226 0.156215 -1.851460 0.0723

D(JUB(-2)) -0.390049 0.157674 -2.473777 0.0182

C 18595.13 20223.06 0.919501 0.3640 R-squared 0.183306 Mean dependent var 9638.125

Adjusted R-squared 0.115248 S.D. dependent var 21216.95

S.E. of regression 19956.94 Akaike info criterion 22.73518

Sum squared resid 1.43E+10 Schwarz criterion 22.90407

Log likelihood -450.7036 Hannan-Quinn criter. 22.79625

F-statistic 2.693381 Durbin-Watson stat 2.054505

Prob(F-statistic) 0.060506

Page 119: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

103

- KURS Rupiah Terhadap USD

Null Hypothesis: KURS has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.181300 0.9681

Test critical values: 1% level -3.600987

5% level -2.935001

10% level -2.605836 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(KURS)

Method: Least Squares

Date: 11/20/13 Time: 01:10

Sample (adjusted): 2010M03 2013M07

Included observations: 41 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. KURS(-1) 0.007361 0.040604 0.181300 0.8571

D(KURS(-1)) 0.364917 0.164866 2.213412 0.0329

C -55.23978 372.0459 -0.148476 0.8828 R-squared 0.130213 Mean dependent var 17.68732

Adjusted R-squared 0.084435 S.D. dependent var 96.63156

S.E. of regression 92.46206 Akaike info criterion 11.96183

Sum squared resid 324870.8 Schwarz criterion 12.08721

Log likelihood -242.2175 Hannan-Quinn criter. 12.00749

F-statistic 2.844440 Durbin-Watson stat 1.698693

Prob(F-statistic) 0.070606

Page 120: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

104

- Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Null Hypothesis: SBIS has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.216909 0.0263

Test critical values: 1% level -3.605593

5% level -2.936942

10% level -2.606857 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(SBIS)

Method: Least Squares

Date: 01/31/14 Time: 01:34

Sample (adjusted): 2010M04 2013M07

Included observations: 40 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SBIS(-1) -0.221646 0.068900 -3.216909 0.0027

D(SBIS(-1)) 0.198821 0.135883 1.463186 0.1521

D(SBIS(-2)) 0.521307 0.140329 3.714896 0.0007

C 680.3706 210.1344 3.237788 0.0026 R-squared 0.356166 Mean dependent var 51.95000

Adjusted R-squared 0.302513 S.D. dependent var 510.2572

S.E. of regression 426.1448 Akaike info criterion 15.04207

Sum squared resid 6537578. Schwarz criterion 15.21096

Log likelihood -296.8415 Hannan-Quinn criter. 15.10314

F-statistic 6.638344 Durbin-Watson stat 1.671499

Prob(F-statistic) 0.001102

Page 121: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

105

- Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Null Hypothesis: SBSN has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.249946 0.0000

Test critical values: 1% level -3.596616

5% level -2.933158

10% level -2.604867 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(SBSN)

Method: Least Squares

Date: 11/20/13 Time: 01:17

Sample (adjusted): 2010M02 2013M07

Included observations: 42 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SBSN(-1) -0.988512 0.158163 -6.249946 0.0000

C 802074.1 171151.7 4.686333 0.0000 R-squared 0.494067 Mean dependent var -247.6190

Adjusted R-squared 0.481418 S.D. dependent var 1018705.

S.E. of regression 733595.8 Akaike info criterion 29.89575

Sum squared resid 2.15E+13 Schwarz criterion 29.97850

Log likelihood -625.8108 Hannan-Quinn criter. 29.92608

F-statistic 39.06182 Durbin-Watson stat 1.993748

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 122: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

106

2. Uji Derajat Integrasi Uji Root Test Augmented Dickey – Fuller Pada 1st

Difference – Trend and Intercept

- INFLASI

Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.360196 0.3939

Test critical values: 1% level -4.198503

5% level -3.523623

10% level -3.192902 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INFLASI,2)

Method: Least Squares

Date: 01/31/14 Time: 01:41

Sample (adjusted): 2010M03 2013M07

Included observations: 41 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INFLASI(-1)) -0.485293 0.205616 -2.360196 0.0235

C -0.001019 0.001865 -0.546229 0.5881

@TREND(2010M01) 8.71E-05 7.44E-05 1.170645 0.2490 R-squared 0.158685 Mean dependent var 0.000639

Adjusted R-squared 0.114406 S.D. dependent var 0.005984

S.E. of regression 0.005631 Akaike info criterion -7.450744

Sum squared resid 0.001205 Schwarz criterion -7.325361

Log likelihood 155.7403 Hannan-Quinn criter. -7.405087

F-statistic 3.583705 Durbin-Watson stat 1.404070

Prob(F-statistic) 0.037515

Page 123: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

107

- Jumlah Uang Beredar

Null Hypothesis: D(JUB) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.892461 0.0000

Test critical values: 1% level -4.205004

5% level -3.526609

10% level -3.194611 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(JUB,2)

Method: Least Squares

Date: 11/20/13 Time: 01:54

Sample (adjusted): 2010M04 2013M07

Included observations: 40 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(JUB(-1)) -1.683819 0.244299 -6.892461 0.0000

D(JUB(-1),2) 0.391426 0.157315 2.488174 0.0176

C 14520.81 7232.328 2.007764 0.0522

@TREND(2010M01) 44.61769 273.3808 0.163207 0.8713 R-squared 0.660047 Mean dependent var 427.7500

Adjusted R-squared 0.631717 S.D. dependent var 32884.14

S.E. of regression 19956.18 Akaike info criterion 22.73510

Sum squared resid 1.43E+10 Schwarz criterion 22.90399

Log likelihood -450.7021 Hannan-Quinn criter. 22.79617

F-statistic 23.29895 Durbin-Watson stat 2.057415

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 124: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

108

- KURS Rupiah Terhadap USD

Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.959217 0.0013

Test critical values: 1% level -4.198503

5% level -3.523623

10% level -3.192902 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(KURS,2)

Method: Least Squares

Date: 11/20/13 Time: 01:56

Sample (adjusted): 2010M03 2013M07

Included observations: 41 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(KURS(-1)) -0.778481 0.156977 -4.959217 0.0000

C -54.22998 29.23739 -1.854816 0.0714

@TREND(2010M01) 3.120123 1.218505 2.560616 0.0145 R-squared 0.398111 Mean dependent var 2.904878

Adjusted R-squared 0.366432 S.D. dependent var 107.3223

S.E. of regression 85.42526 Akaike info criterion 11.80352

Sum squared resid 277304.1 Schwarz criterion 11.92890

Log likelihood -238.9721 Hannan-Quinn criter. 11.84917

F-statistic 12.56727 Durbin-Watson stat 1.706845

Prob(F-statistic) 0.000065

Page 125: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

109

3. Uji Derajat Integrasi Kedua

- INFLASI

Null Hypothesis: D(INFLASI,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.184780 0.0007

Test critical values: 1% level -4.205004

5% level -3.526609

10% level -3.194611 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INFLASI,3)

Method: Least Squares

Date: 11/20/13 Time: 02:00

Sample (adjusted): 2010M04 2013M07

Included observations: 40 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INFLASI(-1),2) -1.034918 0.199607 -5.184780 0.0000

C -0.105075 0.210624 -0.498876 0.6208

@TREND(2010M01) 0.008117 0.008332 0.974122 0.3363 R-squared 0.426230 Mean dependent var 0.068750

Adjusted R-squared 0.395216 S.D. dependent var 0.781636

S.E. of regression 0.607862 Akaike info criterion 1.914300

Sum squared resid 13.67135 Schwarz criterion 2.040966

Log likelihood -35.28600 Hannan-Quinn criter. 1.960098

F-statistic 13.74289 Durbin-Watson stat 1.586636

Prob(F-statistic) 0.000034

Page 126: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

110

Lampiran 4: Uji Kointegrasi

Null Hypothesis: RESID01 has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.162950 0.0000

Test critical values: 1% level -2.621185

5% level -1.948886

10% level -1.611932 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(RESID01)

Method: Least Squares

Date: 01/31/14 Time: 01:45

Sample (adjusted): 2010M02 2013M07

Included observations: 42 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. RESID01(-1) -1.089984 0.152170 -7.162950 0.0000 R-squared 0.555651 Mean dependent var 20351.61

Adjusted R-squared 0.555651 S.D. dependent var 1015650.

S.E. of regression 677026.9 Akaike info criterion 29.71233

Sum squared resid 1.88E+13 Schwarz criterion 29.75370

Log likelihood -622.9590 Hannan-Quinn criter. 29.72750

Durbin-Watson stat 2.093886

Page 127: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

111

Lampiran 5: Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

INFLASI JUB KURS SBIS

INFLASI 1 0.03061407730112343 -0.001388037965391817 0.05118473702404737

JUB 0.03061407730112343 1 0.6922579803496351 0.5518003520707279

KURS -0.001388037965391817 0.6922579803496351 1 0.5077236699246975

SBIS 0.05118473702404737 0.5518003520707279 0.5077236699246975 1

b. Uji Heteroskedastatisitas

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 2.230150 Prob. F(14,28) 0.0344

Obs*R-squared 22.66975 Prob. Chi-Square(14) 0.0659

Scaled explained SS 37.75728 Prob. Chi-Square(14) 0.0006

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 01/31/14 Time: 02:02

Sample: 2010M01 2013M07

Included observations: 43 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.03E+13 2.07E+14 -0.049535 0.9608

INFLASI -1.13E+15 8.36E+14 -1.353443 0.1867

INFLASI^2 -1.38E+15 1.81E+15 -0.759013 0.4542

INFLASI*JUB -8.40E+08 5.15E+08 -1.631323 0.1140

INFLASI*KURS 2.03E+11 1.34E+11 1.517430 0.1404

INFLASI*SBIS -1.32E+10 2.36E+10 -0.557116 0.5819

JUB -1.88E+08 1.22E+08 -1.540509 0.1347

JUB^2 157.8411 45.97044 3.433534 0.0019

JUB*KURS 2822.445 16008.51 0.176309 0.8613

JUB*SBIS -1174.948 2519.529 -0.466336 0.6446

KURS 2.41E+10 4.90E+10 0.492987 0.6259

KURS^2 -2156560. 2886400. -0.747145 0.4612

KURS*SBIS 14667.03 825472.3 0.017768 0.9859

SBIS 2.51E+09 7.23E+09 0.347442 0.7309

SBIS^2 -152665.7 213920.7 -0.713656 0.4813 R-squared 0.527203 Mean dependent var 4.60E+11

Adjusted R-squared 0.290805 S.D. dependent var 9.62E+11

S.E. of regression 8.10E+11 Akaike info criterion 57.94791

Sum squared resid 1.84E+25 Schwarz criterion 58.56228

Log likelihood -1230.880 Hannan-Quinn criter. 58.17447

F-statistic 2.230150 Durbin-Watson stat 2.154150

Prob(F-statistic) 0.034444

Page 128: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

112

c. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.571961 Prob. F(2,36) 0.2216

Obs*R-squared 3.453630 Prob. Chi-Square(2) 0.1778

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 01/31/14 Time: 02:05

Sample: 2010M01 2013M07

Included observations: 43

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI 2450066. 9609692. 0.254958 0.8002

JUB -0.220580 1.392387 -0.158419 0.8750

KURS 47.94564 396.8456 0.120817 0.9045

SBIS 14.13363 120.3978 0.117391 0.9072

C -458275.3 3163623. -0.144858 0.8856

RESID(-1) -0.118891 0.161355 -0.736830 0.4660

RESID(-2) -0.273461 0.162713 -1.680635 0.1015 R-squared 0.080317 Mean dependent var -8.87E-11

Adjusted R-squared -0.072964 S.D. dependent var 686592.9

S.E. of regression 711200.1 Akaike info criterion 29.93520

Sum squared resid 1.82E+13 Schwarz criterion 30.22190

Log likelihood -636.6067 Hannan-Quinn criter. 30.04092

F-statistic 0.523987 Durbin-Watson stat 1.880495

Prob(F-statistic) 0.786263

Page 129: Analisis pengaruh indikator makroekonomi terhadap volume transaksi surat berharga syariah negara

113

Lampiran 6: Uji ECM

Dependent Variable: D(SBSN)

Method: Least Squares

Date: 01/31/14 Time: 02:49

Sample (adjusted): 2010M02 2013M07

Included observations: 42 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INFLASI) 11585079 19539874 0.592894 0.5574

D(JUB) 8.047705 5.146311 1.563781 0.1277

D(KURS) -3665.231 1359.396 -2.696221 0.0111

D(SBIS) 366.6291 209.9155 1.746555 0.0903

INFLASI(-1) -23070979 10390796 -2.220328 0.0336

JUB(-1) 0.124989 1.558752 0.080185 0.9366

KURS(-1) -255.4163 430.0202 -0.593964 0.5567

SBIS(-1) -32.97516 117.2663 -0.281199 0.7804

ECT -1.028672 0.147042 -6.995775 0.0000

C 5025709. 3566307. 1.409219 0.1684 R-squared 0.698139 Mean dependent var -247.6190

Adjusted R-squared 0.613241 S.D. dependent var 1018705.

S.E. of regression 633531.9 Akaike info criterion 29.76027

Sum squared resid 1.28E+13 Schwarz criterion 30.17400

Log likelihood -614.9656 Hannan-Quinn criter. 29.91191

F-statistic 8.223241 Durbin-Watson stat 2.436606

Prob(F-statistic) 0.000003