18
LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK TANAMAN ACARA 2 OBSERVASI KLINIK / DIAGNOSIS LABORATORIUM Semester genap 2014/2015 Oleh: Kelompok 5 Rombongan 2 Nurma Hudda Fauzaniar A1L012174 Marsyeilla Regina Putranti A1L012175 Ade Windy Hernayanti A1L012176 M. Hafizh Tri Abiyoso A1L012177 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2015

Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

LAPORAN PRAKTIKUM

KLINIK TANAMAN

ACARA 2

OBSERVASI KLINIK / DIAGNOSIS LABORATORIUM

Semester genap

2014/2015

Oleh:

Kelompok 5 Rombongan 2

Nurma Hudda Fauzaniar A1L012174

Marsyeilla Regina Putranti A1L012175

Ade Windy Hernayanti A1L012176

M. Hafizh Tri Abiyoso A1L012177

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2015

Page 2: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Klinik tanaman atau sering juga disebut laboratorium diagnosa penyakit

tanaman yang umumnya dilengkapi dengan para ahli dan petugas atau dapat juga

dari mahasiswa yang magang, yang melakukan penyuluhan atau pendidikan

dibidang penyakit tanaman.

Cabai merupakan merupakan tanaman hortikultura berupa sayuran buah

semusim. Cabai termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak

dimanfaatkan sebagai penyedap rasa masakan (Sunaryono, 2003 dalam Serbatani,

2013). Di Indonesia banyak jenis cabai merah (Capsicum annuum L.) yang

dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena.hasil yang diperoleh memiliki

rasa yang pedas dan aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu

dapat membangkitkan selera makan. Namun, dalam budidaya tanaman cabai

sering terganggu oleh adanya OPT (organisme pengganggu tanaman) sehingga

dapat menurunkan produksi dan kualitas hasil. Salah satunya adalah adanya

penyakit tanaman cabai.

Interaksi antara tanaman inang dan patogen dapat menimbulkan gejala

penyakit. Penamaan gejala penyakit ini dapat didasarkan kepada tanda penyakit,

perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Akan terjadi

perubahan pada tanaman dalam bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain

sebagai akibat dari terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit. Tanaman

dikatakan sakit merupakan tanaman yang mengalami perubahan sebagian atau

Page 3: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

seluruh organ tanaman yang menyebabkan terganggunya aktifitas

fisiologis. Penyebab penyakit yang tergolong kedalam patogen merupakan

organisme hidup yang biasanya bersifat mikro dan mampu untuk menimbulkan

penyakit pada tanaman. Organisme yang tergolong patogen adalah jamur, bakteri,

virus, mikoplasma dan riketsia

B. Tujuan

1. Mendukung /mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapangan,

2. Mendeteksi patogen atau hama yang menyertai specimen,

3. Taknik-teknik khusus untuk meningkatkan keberadaan patogen pada

specimen tanaman,

4. Mempelajari cara pewarnaan nematode dalam jaringan tanaman,

5. Membuat rekomendasi pencegahan atau pengendalian.

Page 4: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA

Klinik tanaman adalah suatu wadah dimana terjadinya suatu pelayanan

masyarakat yang berhubungan dengan gangguan pada tanaman yang diusahakan.

Perbedaan antara Endemik dan Pandemik, yaitu jika endemik hama atau patogen

penyebab penyakit itu terus ada (berkelanjutan). Sedangkan, pandemik itu sendiri

merupakan peledakan penyakit.

Diagnosis secara umum adalah kepastian suatu penyakit berdasarkan gejala

yang tampak, atau suatu proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit tanaman

melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang

berhubungan dengan proses penyakit. Diagnosis penyakit yang benar diperlukan

untuk merekomendasikan cara pengendalian yang tepat dan juga diperlukan dalam

suatu survei penyakit tanaman.

Kinik tanaman memiliki fungsi yaitu sebagai pencetus pemecah masalah

yang ada pada masyarakat, dengan adanya klinik tanaman masyarakat tertolong,

klinik tanaman juga sebagai penyebar teknologi PHT / macam-macam

pengendalian,penyakit yang menyerang tanaman pertanian digunakan sebagai

bahan penelitian. Klinik tanaman juga disebut sebagai laboratorium yang

bertujuan untuk mendiagnosis penyakit tanaman yang dikeluhkan oleh

masyarakat.

Adapun klasifikasi tanaman cabai yaitu:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Page 5: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L.

Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan

tingkat tinggi, karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak

dengan spora, tetapi tidak mempunyai klorofil. Jamur tidak mempunyai batang,

daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem pembulu seperti pada tumbuhan

tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti benang, bersel banyak, dan

semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena tidak mempunyai

klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri, maka jamur

memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati

maupun yang masih hidup. Jamur yang hidup pada tanaman yang masih hidup

disebut parasit, karena menyebabkan penyakit pada tanaman/pathogen.

Colletotrichum capsici salah satu cendawan yang menyerang tanaman Cabai .

Jamur yang menjadi patogen pada tanaman, mengganggu proses-proses

fisiologis pada tanaman yang menjadi inangnya. Gangguan yang terus menerus

merugikan aktifitas tanaman disebut penyakit tanaman. Jamur merugikan

tanaman dalam hal pengangkutan zat cair dan garam mineral, mengganggu proses

Page 6: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

fotosintesis, serta mengganggu pengangkutan hasil-hasil proses

fotosintesis. Jamur juga dapat merusak akar, batang, daun, buah, dan bunga serta

hasil tanaman di tempat penyimpanan

Page 7: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan dan digunakan dalam Observasi

Klinik/Diagnosis Laboratorium meliputi cawan petri steril, mikroskop, silet, gelas

obyek, jarum inokulasi, lampu spiritus, korek api, pengaduk, gunting, pinset, gelas

piala, rak tabung, tabung reaksi, buku diagnosis dan alat tulis.

Bahan-bahan yang digunakan dalam Observasi Klinik/Diagnosis

Laboratorium yaitu tanaman cabai yang terserang, medium SPA, medium YPGA,

medium TZC, alkohol, tissue, dan air steril.

B. Prosedur Kerja

1. Disiapkan spesimen dari lapangan, dibuka kemasan dan diberi label tanda,

2. Dilakukan uji standard an indikasi berupa identifikasi patogen hawar daun

bakteri,

3. Diamati gejala penyakit hawar daun bakteri,

4. Dicocokkan dengan buku rujukan diagnosis untuk mengenal gejala dan

patogennya,

5. Dilakukan pemeriksaan secara makroskopik dengan mengamati bercak daun,

tanda pada bercak, dan gejala yang disebabkan oleh bakteri, disamakan

dengan buku rujukan,

Page 8: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

6. Daun bergejala hawar daun bakteri dibersihkan dengan alkohol 70%,

kemudian direndam dalam air steril,

7. Pengamatan secara mikroskopik dilakukan dengan meletakkan potongan dauh

pada gelas benda yang sudah ditetesi air steril, ditutup dengan gelas penutup,

diamati aliran bekteri yang keluar dari vena daun,

8. Daun dipotong kecil-kecil, potongan kecil tersebut diletakkan pada cawan

petri berisi alkohol 70% selama 30 detik dan dipindahkan dalam cawan petri

berisi air steril selama 60 detik. Secara aseptis jaringan yang sudah steril

dimasukkan dalam tabung reaksi berisi air steril dan didiamkan selama 3-5

menit,

9. Air dalam tabung reaksi menjadi keruh, kemudian digoreskan dengan jarum

ose pada permukaan medium SPA,

10. Diinkubasikan pada suhu kamar selama 48 jam,

11. Dilakukan pengamatan selama masa inkubasi untuk memilih koloni dengan

cirri-ciri seperti bentuk koloni bulat dan berwarna kuning,

12. Dibuat posisi taksonomi secara lengkap dari bakteri yang sudah diidentifikasi,

13. Digambar gejala dan patogen, serta dibuat pembahasan dan kesimpulan.

Page 9: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Nama Gejala/ Penyakit :

Antrachnose disebabkan oleh

Collectrotichum capsici

Tanaman Inang : Tanaman Cabai

Deskripsi Gejala : Gejala pada

cabai yang terserang

jamur Colletothricum

capsici adalah terdapat bintik-

bintik hitam dibagian tengah

buah.

Deskripsi :

Acervuli berililin, berbentuk

cakram, dengan beberapa atau

banyak duri duri berwarna gelap

Page 10: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

diantara conidiophore. Conidia

oval sampai memanjang, agak

melengkung dan dalam jumlah

banyak berwarna kemerahan

(salmon). Parasit pada berbagai

tanaman sayuran dan buah-buahan

dengan menyebabkan bercak

bercak yang cekung ke dalam dan

disebut anthracnose.

Posisi Taksonomi :

Klasifikasi jamur Colletotrichum

capsici menurut Singh (1998) adalah:

Divisio : Ascomycotina

Sub-divisio : Eumycota

Kelas : Pyrenomycetes

Ordo : Sphaeriales

Famili : Polystigmataceae

Genus : Colletotrichum

Spesies : Colletotrichum

capsici

Tabel 1. Pengamatan pada tanaman inang dan jamur.

Page 11: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

B. Pembahasan

Diagnosis secara umum adalah kepastian suatu penyakit berdasarkan gejala

yang tampak, atau suatu proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit tanaman

melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang

berhubungan dengan proses penyakit. Diagnosis penyakit yang benar diperlukan

untuk merekomendasikan cara pengendalian yang tepat dan juga diperlukan dalam

suatu survei penyakit tanaman.

Klinik tanaman atau sering juga disebut laboratorium diagnosa penyakit

tanaman yang umumnya dilengkapi dengan para ahli dan petugas atau dapat juga

dari mahasiswa yang magang, yang melakukan penyuluhan atau pendidikan

dibidang penyakit tanaman.

Cabai merupakan merupakan tanaman hortikultura berupa sayuran buah

semusim. Cabai termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak

dimanfaatkan sebagai penyedap rasa masakan. Di Indonesia banyak jenis cabai

merah (Capsicum annuum L.) yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia

karena.hasil yang diperoleh memiliki rasa yang pedas dan aromanya yang khas,

sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Namun,

dalam budidaya tanaman cabai sering terganggu oleh adanya OPT (organisme

pengganggu tanaman) sehingga dapat menurunkan produksi dan kualitas hasil.

Salah satunya adalah adanya penyakit tanaman cabai.

Adapun klasifikasi tanaman cabai yaitu:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Page 12: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L.

Antraknosa pada cabai merupakan penyakit yang paling sering ditemukan

dan hampir selalu terjadi disetiap areal tanaman cabai. Penyakit antraknosa ini

disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Bult.et.Bisby. Penyakit ini

selain mengakibatkan penurunan hasil juga dapat merusak nilai estetika dari cabai

itu sendiri. Serangan patogen ini dapat terjadi baik sebelum maupun setelah

panen. Penurunan hasil akibat antraknosa dapat mencapai 50% atau lebih .

kerusakan akibat penyakit ini mencapai 65%. Selama ini pengendalian penyakit

ini masih bertumpu pada penggunaan fungisida.Namun disadari selain hasilnya

tidak memuaskan, penggunaan pestisida terus menerus dapat mengakibatkan

timbulnya resistensi patogen, merusak lingkungan dan berbahaya bagi konsumen.

Antraknosa pada tanaman cabai yaitu disebabkan oleh Jamur Colletotrichum

capsici. Jamur ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil

dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat

hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas

penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan. Konidia Colletotrichum

Page 13: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

capsici berwarna abu-abu keputihan, melengkung seperti bulan sabit dan berakhir

meruncing pada kedua ujungnya

Colletotrichum capsici semula disebut Colletotrichum nigrum yang diduga

juga sama dengan Vermicularia capsici. Jamur ini mempunyai banyak aservulus,

tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tengahnya sampai 100 µm,

hitam dengan banyak seta. Seta cokela tua, bersekat, kaku, dan meruncing ke atas,

75 - 100 x 2 - 6,2 µm, ujung - ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit. Jamur

membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium

biakan.

Untuk pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici sangat dipengaruhi oleh

faktor- -faktor lingkungan, salah satunya adalah pH. Derajat keasaman atau pH

sangat panting dalam mengatur metabolisme dan sistem-sistem enzim bila terjadi

penyimpangan pH, maka proses metabolisme jamur dapat terhenti. Sehingga

untuk pertumbuhan maksimal jamur diperlukan pH yang optimum.

Jamur Colletotrichum capsici ini mempunyai ciri morfologi yang struktur

tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur

yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat

luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan

Klasifikasi jamur Colletotrichum capsici menurut Singh (1998) adalah:

Divisio : Ascomycotina

Sub-divisio : Eumycota

Kelas : Pyrenomycetes

Ordo : Sphaeriales

Page 14: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

Famili : Polystigmataceae

Genus : Colletotrichum

Spesies : Colletotrichum capsici

Gejala serangan

Jamur Colletotrichum capsici mula-mula membentuk bercak cokelat

kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat

kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur.

Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mongering dan mengerut

(keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti

jerami. Gejala seranganya awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan

buah, kemudian menjadi busuk lunak .

Daur Hidup

Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur

menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun

dan batang, kelak dapat menginfeksi buah - buah. Jamur hanya sedikit sekali

mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk

bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan

diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin.

infeksi C.capsici hanya terjadi melalui luka – luka

Pengendalian

Penyakit antraknosa merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi

keberhasilan budi daya karena dapat menggagalkan panen buah. Penanggulangan

yang biasa dilakukan untuk patogen ini dengan cara perlakuan benih, rotasi

Page 15: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

tanaman dengan tanaman bukan dari famili Solanaceae, memberantas gulma,

sanitasi lingkungan, memperbaiki drainase tanah, dan penggunaan fungisida untuk

pencegahan dan pengendalian. Usaha pengendalain secara terpadu terhadap C.

capsici yang mencakup kultur teknis, penggunaan varietas tahan, mekanik, hayati,

dan kimiawi diharapkan dapat mengendalikan penyakit antraknosa.Upaya

pengendalian penyakit antraknosa hingga saat ini masih menggunakan pestisida

sintetik sebagai pilihan utama karena dianggap dapat mengendalikan penyakit

secara cepat dan praktis. Namun demikian mengingat dampak negatif terhadap

lingkungan yang diakibatkan oleh pemakaian pestisida sintetik, maka saat ini telah

dikembangkan perlindungan secara biologi karena dianggap sebagai teknik yang

memperhatikan dan menjaga keseimbangan lingkungan

Penggunaan agen hayati untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan

oleh C. capsici belum banyak dilakukan, kemungkinan karena sifat laten daN

sistemik dari patogen ini sehingga sangat sulit dikendalikan. Sulitnya

pengendalian terhadap patogen ini disebabkan hifa yang menginfeksi terlindung

dalam kutikula tanaman inang. Pengendalian hayati jarang dapat melenyapkan

patogen dari lingkungannya, tetapi sasarannya adalah menekan penyakit dan

mengurangi inokulum patogen, mengurangi infeksi tanaman oleh patogen dan

mengurangi kemampuan patogen penyebab penyakit.

Agen hayati yang potensial untuk dikembangkan dalam mengendalikan penyakit

antraknosa yang disebabkan oleh C. capsici adalah B. subtilis dan Pseudomonas

fluorescens.

Page 16: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

- Agen hayati yang sering digunakan untuk mengendalikan antraknosa

adalah Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium,

athrobacter dll.

- Selain itu penggunaan bibit cabai tertentu serta penentuan jarak tanam

hingga pemberian pupuk sangat berpengaruh terhadap pengendalian pada

penyakit ini.

- Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman cabai yang terserang

Collectotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki pengairan,

menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan

Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan

varietas tahan

- Perbaikan drainase

- Membuat bedengan searah angin

- Sanitasi gulma dan buah cabai yang terserang penyakit busuk buah

- Perendaman benih selama 6-12 jam dalam larutan agens hayati, misalnya

Pseudomonas fluorescens (Pf) atau PGPR

- Penggunaan agens antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.

- Pergantian tanaman atau rotasi dengan tanaman bukan inang

Page 17: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Klinik tanaman atau sering juga disebut laboratorium diagnosa penyakit

tanaman yang umumnya dilengkapi dengan para ahli dan petugas atau dapat

juga dari mahasiswa yang magang, yang melakukan penyuluhan atau

pendidikan dibidang penyakit tanaman.

2. Pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici sangat dipengaruhi oleh faktor- -

faktor lingkungan, salah satunya adalah pH. Derajat keasaman atau pH sangat

panting dalam mengatur metabolisme dan sistem-sistem enzim bila terjadi

penyimpangan pH, maka proses metabolisme jamur dapat terhenti. Sehingga

untuk pertumbuhan maksimal jamur diperlukan pH yang optimum

3. Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh Collectrothicum capsici salah

satunya yaitu dengan menggunakan agens antagonis Trichoderma sp. dan

Gliocladium sp

B. Saran

Untuk asisten mungkin lebih di kompakin lagi agar dalam menjelaskan tidak

ada dua persepsi yang berbeda, dan jangan membuat praktikan semakin bingung

dengan dua persepsi berbeda tersebut.

Page 18: Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1984. Rekomendasi Pengendalian Jasad Pengganggu Tanaman Pangan

di Indonesia. Ditlin. Ditjen Tan Pangan. Deptan: 203 pp.

Sastrahidayat, Ika Rochidjatun. 1990. Ilmu Penyakit Tanaman. Usaha Nasional.

Surabaya.

Serbatani. 2013. Penelitian Tanaman Cabai. http://serbatani.blogspot.

com/2013/06/proposal-penelitian-tanaman-cabai.html diakses pada tanggal

17 April 2015 Pukul 21.03 WIB

Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah

Mada University. Yogyakarta.

Singh, R.P.,et al. 1998. Novel Biodegradable Flocculant based on

polysaccharides. Current Science.78, 798-802

Suparyono. 2007. Perkembangan penyakit hawar daun pada stadia tumbuh yang

berbeda dan pengaruhnya terhadap hasil padi. Media Penelitian

Sukamandi.

Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungn Tanaman. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.