164
Pustaka Rājya-Rājya i Bhumi Nusāntara [07.33] Transliterasi Teks dan Terjemahan Oleh: Mamat Ruhimat, S.S. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga 2009

Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara

Embed Size (px)

Citation preview

Pustaka Rājya-Rājya

i Bhumi Nusāntara

[07.33]

Transliterasi Teks dan Terjemahan

Oleh:

Mamat Ruhimat, S.S.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat

Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga

2009

Pustaka Rājya-Rājya

i Bhumi Nusāntara

[07.33]

Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa)

Jawa Barat

Ketua : Dr. H.I.Syarief Hidayat, M.S.

Sekretaris : Tedi Permadi, S.S. M.Hum.

Bendahara : Tien Wartini, M.Hum.

Peneliti : Mamat Ruhimat, S.S.

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Naskah

Naskah yang menjadi objek dalam penelitian ini berjudul Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara Parwwa Kedua Sargah Ketiga (PRRBN 2.3). Kata parwwa sebagaimana dijelaskan oleh Atja dan Edi S Ekadjati (1987:1) berarti bagian. Sedangkan sargah adalah buku. Jadi naskah PRRBN 2.3 yang menjadi objek dalam penelitian ini merupakan buku ketiga dari bagian kedua.

Naskah PRRBN 2.3 ini merupakan koleksi Museum Negeri Jawa Barat “Sri Baduga” dengan kode koleksi 179.1490/07.33. Naskah ini berukuran 36 x 28 cm dengan ruang tulisan 32 x 22 cm. Jumlah halaman seluruhnya adalah 222 halaman. Bahan naskah dari kertas daluang buatan pabrik yang sangat baik dan licin dengan warna kecoklatan. Sampulnya dibuat dari karton tebal dan kain blacu.

Kondisi naskah pada umumnya masih baik, meskipun kertasnya tampaka kusam dan berjamur tulisan masih dapat dibaca. Demikian pula teks masih utuh secara keseluruhan karena tidak ada lembaran yang hilang.

Teks PRRBN 2.3 ditulis dengan aksara Jawa Kuna dan berbahasa Jawa Kuna karena masih mengenal vokal eu [ö] yang tidak terdapat pada Jawa Tengahan dan Modern. Tulisan pada umumnya ditulis dengan ukuran besar dengan tipe kuadrat.

Walaupun bahan naskah bisa disebut sangat muda, teks yang terdapat di dalamnya menyuratkan bahwa ia disusun pada abad ke-17 tepatnya pada tanggal 8 paro gelap bulan Badra tahun 1604 Saka atau 1682 Masehi. Kolofon pada bagian akhir teks berbunyi:

iti pustaka rājya-rājya i bhu- mi nusāntara/ tritya sargah ing 15 dwitya parwa// iti pustaka wu- s kinawruhan mwang hinajengan dé ning duta rājya/ mandala saka nu- sa-nusa i bhumi nusāntara// te- las sinusun mwang sinerat ing car- 20 bon çakakāla// nge- mban suddha rasa samadi ing a- sta kresnapaksa/ bhādramasa/ pun/ Inilah Pustaka Rājya-rājya i Bhumi Nusāntara sargah ketiga 15 parwa kedua. Kitab ini telah diketahui dan disetujui oleh duta-duta kerajaan, wilayah dari pulau-pulau di Bumi Nusantara. Selesai disusun dan ditulis di

20 Carbon pada Tahun Saka ngemban suddha rasa samadi (1604) tanggal delapan paro-gelap bulan Bhadra. Selesai.

1.2 Ejaan Ejaan yang digunakan dalam transliterasi PRRBN 2.3 ini adalah disesuaikan dengan ejaan yang disarankan pada Pedoman Ejaan Bahasa Daerah Bali, Jawa, dan Sunda yang Disempurnakan. Pada dasarnya, baik vokal maupun konsonan yang digunakan dalam naskah PRRBN 2.3 secara umum tidak begitu sulit jika dialihaksarakan ke dalam huruf Latin dengan nilai fonetik yang diperkirakan sama. Hanya saja, ada beberapa lambang yang harus dibedakan dan menggunakan dua lambang untuk satu fonem. Beberapa lambang yang harus dibedakan itu di antaranya adalah:

1) Vokal [e] taling di dalam transliterasi ditulis dengan é. 2) Vokal [ö] di dalam transliterasi ditulis eu. 3) Vokal [a] panjang di dalam transliterasi ditulis dengan ā. 4) Vokal [i] panjang di dalam transliterasi ditulis dengan ī. 5) Vokal rangkap [ai] di dalam transliterasi tetap ditulis ai. 6) Vokal [u] panjang di dalam transliterasi ditulis dengan ū. 7) Semivokal [ŗ] di dalam transliterasi ditulis dengan re. 8) Konsonan dental [dh] dan [th] tetap ditulis dh dan th. 9) Konsonan labial [bh] dan [ph] tetap ditulis bh dan ph. 10) Konsonan velar [gh] tetap ditulis dengan gh. 11) Konsonan sibilant [ç] tetap ditulis ç.

Tanda baca yang digunakan di dalam transliterasi bukanlah tanda baca

yang biasa dalam pungtuasi. Karena di dalam naskah hanya ada dua tanda baca yaitu \ dan \\ maka di dalam transliterasi lambang itu diganti dengan / dan //. Sedangkan di dalam terjemahan, kedua bentuk itu kadang-kadang bisa bernilai koma atau titik atau tidak bernilai apa-apa sama sekali dan harus disesuaikan dengan konteks kalimatnya. 1.3 Penyusun Teks PRRBN 2.3 ini disusun oleh kelompok kerja yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta yang bergelar Abdulkamil Mohammad Nasaruddin sebagai Panembahan Carbon atau Panembahan Ageung Gusti Carbon atau Panembahan Tohpati. Dalam hal pelaksanaan penyusunan PRRBN 2.3 ini Pangeran Wangsakerta dibantu oleh tujuh orang jaksa yang masing-masing memiliki tugas tersendiri untuk mendukung lancarnya penyusunan teks tersebut. Ketujuh orang jaksa ini adalah:

1) Ki Raksanagara, sebagai penulis dan pemeriksa naskah 2) Ki Anggadiraksa, sebagai bendahara

3) Ki Purbanagara, sebagai pengumpul bahan tulisan dari berbagai tempat di Nusantara

4) Ki Singhanagara, sebagai pengawal keamanan keraton selama pertemuan para mahakawi

5) Ki Anggadiprana, sebagai duta dan jurubicara 6) Ki Anggaraksa, sebagai pemimpin dapur dan perjamuan 7) Ki Nayapati, sebagai penyedia akomodasi dan transportasi.

Teks PRRBN 2.3 disusun berdasarkan hasil pemilihan terhadap

naskah-naskah kuna dari berbagai tempat di Nusantara lalu disusun lagi menjadi sebuah cerita yang runtut dan objektif serta hasilnya disetujui oleh para utusan dari tiap kerajaan yang hadir dalam pertemuan di keraton Cirebon.

BAB II RINGKASAN ISI

2.1 Manggala Sastra Manggala sastra dari PRRBN 2.3 ini merupakan pembukaan terhadap isi cerita yang sesungguhnya. Bagian ini memuat laporan tentang nama-nama penyusun naskah. Tujuan dan pemrakarsa penyusunan PRRBN 2.3, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama penyusunan PRRBN 2.3 dari awal sampai selesai.

Penyusun naskah PRRBN 2.3 sebagaimana telah dijelaskan pada bagian 1.3 adalah Pangeran Wangsakerta yang dibantu oleh tujuh orang jaksa. Pangeran Wangsakerta yang pada waktu itu menjadi Panembahan Cirebon mendapat perintah dari Sultan Banten (Sultan Ageung Tirtayasa) dan Sultan Sepuh Martawijaya untuk menyusun sebuah riwayat besar (bhretkatha) yang nantinya dapat digunakan oleh masyarakat dan para peneliti sejarah sebagai bahan rujukan sejarah. Dengan demikian, dapat didimpulkan bahwa pemrakarsa penyusunan PRRBN 2.3 adalah Sultan Ageung Tirtayasa atau Sultan Abdulfath Abdulfatah dan Sultan Sepuh Martawijaya.

Selama penyusunan PRRBN 2.3 ini dijelaskan di dalam pembukaan bahwa terjadi perdebatan sengit di antara para utusan kerajaan dari seluruh Nusantara. Hal ini terjadi karena banyak para mahakawi dan utusan tersebut yang lebih mementingkan kisah secara subjektif untuk mengagungkan negerinya sehingga terjadi perbantahan dari utusan yang lain.

Para utusan yang berbeda pendapat itu bahkan saling mencaci dan hampir saja terjadi perkelahian di dalam ruang pertemuan di keraton Cirebon pada saat itu. Namun karena kebijaksanaan dan pengetahuan Pangeran Wangsakerta yang sangat luas terhadap kisah-kisah timbul dan tenggelamnya sebuah kerajaan maka para utusan yang berbantahan itu akhirnya terdiam. Mereka mengaku kalah dengan pengetahuan Pangeran

Wangsakerta yang sangat luas akan riwayat-riwayat kuna dari berbagai pustaka di Nusantara.

Selain itu, ada pesan dan nasihat dari Sultan Sepuh Martawijaya bagi para utusan yang datang ke Cirebon untuk keperluan penyusunan PRRBN 2.3 ini. Isi dari nasihat itu antara lain adalah agar para utusan selalu berlapang dada dalam menemukan perbedaan pendapat, dan saling menghargai sesama duta kerajaan, sehingga penyusunan karya besar ini dapat terlaksana dengan baik dan sempurna. 2.2 Rangkuman Isi Kisah dimulai dengan meriwayatkan kerajaan Kediri pada tahun 1103 Saka di bawah perintah Raja Sri Gandra yang bergelar Sri Kroncayyahanda Buwanapalaka Parakramanindita Digjayottunggadewa meperluas kerajaan untuk menjadi penguasa di Nusantara. Namun, cita-citanya tidak terlaksana karena di bagian barat (Sumatera) telah berdiri kerajaan Sriwijaya. Raja Sriwijaya mengirimkan duta kepada sahabatnya yaitu Maharaja Cina untuk meminta bantuan dari kemungkinan serangan Kediri. Maharaja Cina menyarankan agar kedua negeri itu bersahabat saja dan harus mengadakan pertemuan yang bertempat di Sundapura. Pada tahun 1104 Saka dibuatlah kesepakatan antara Kediri dan Sriwijaya yang isinya menyatakan bahwa Sriwijaya menguasai negeri-negeri di wilayah barat, sedangkan Kediri menguasai wilayah timur Nusantara. Pada masa itu di Sumatera bagian utara telah berdiri kerajaan Islam Parlak dengan rajanya Sultan Alaiddin Syah (1083-1108) Saka. Di samping itu juga berdiri kerajaan Islam Paseh pada tahun 1050 Saka dengan raja pertama Sultan Abud Almalik. Kedua kerajaan ini sebenarnya berada di bawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya, namun pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Abdulmalik Syah (1189-1197) Saka, Sultan Parlak ini mencoba melepaskan diri dari Sriwijaya. Akan tetapi usaha ini sia-sia karena kerajaan Sriwijaya segera menyerang dan menghancurkan kerajaan Parlak pada tahun 1197 Saka.

Bab III

Transliterasi dan Terjemahan

3.1 Pengantar Transliterasi 3.2 Transliterasi /1/ //purwa wakya//

iti/ pustaka rājya rājya i bhūmi nusā- ntara// 5 tritiya sargah ri dwitiya parwa/ pina- ka pustaka rājya warnnana i bhūmi nu- santara/ cirakāla 10 lawan sarwwa kramanya// sinusun mwang pinustaka dé ni mami/ samyu ta pirang puluh siki sang mahākawi/ sang 15 pinakadi/ mantri pa- tih/ rāja bhretya pi- naka duta rājya mandala/ prana raja sa-

/2/ kéng prāja mandala/ dang accaryāgama/ mwang sakwéh ing mantri-mantri raja carbon sapina- 5 suk dyaksa pipitu/ lawan ninaya dé ni mami pinaka panghu- luning sang manurat yatiku// 10 mwang pangéran wangsakre- ta namaçidam abdu- l kamil mohammad na- sarudin pinaka pa- nembahan carbon a- 15 thawa panembahan a-

geung gusti carbon panembahan tohpati ngaranku wanéh//

/3/ //kathā mukha// awighnamastu// yadyastu- n ngwang pinaka çastrājna/ ma- kādi mangené kathā 5 rājya cirakāla lawa- n niti rājya// tathapi ru- muhun mangastungkara ri hyang tunggal mwang mami dharyya dharmma kuçala/ ma- 10 kādīslam māpan ma- mi hana ta putro- pādāna ning susuhuna- n jati pinaka dang accar- yyāgaméslam i bhumi ja- 15 wa kulwan/ sabari- n mangkana/ nityasa ngwang amursita ring kabéh agama// padarthaning i- ti pustaka/ dharyya sa- 20 matā// kabéh katho- kang kirnna-kirnna pinu-

/4/ staka dumadi sawiji/ ri huwus sinembawan mwang sanmata çrāwita dé- ning pirang siki sang mahā- 5 kawi/ sirékang çastrā- jna sakéng prāja manda- la i bhumi nusāntara// iti pustaka hana ta 10 anyamtara niti ning ma- hā prabhawa rājya-rājya // nihan ta/ anyamtara pre- takkaryam lalāma bhu- ta/ ri kathā sarwwa gu- 15 na// ya thartha/ iti pusta- ka rājya-rājya maka padārtha i niti pusta- ka rājya-rājya warnnana

i bhumi nusāntara/ ma- 20 kādi jawadwipa mwang sa- lwirnya wus sapinasu- k / ya thartha sako-

/5/ pāyanya/ i wekasa- n alpiyasa kālé- na/ iking kāryamsi- ddha ta lawan paripūr- 5 na// hanapwa ngwang manura- t iti pustaka/ kā- rana dinawuhan déning ayayahku yata pa- ngéran resmi lawan nama 10 çidam panembahan a- diningrat kusuma/ atha- wa panembahan ghiri la- ya ngaranya wanéh/ ri kala sang rama tata- 15 n angemasi// mangkana juga ngwang dinawuhan a- nyerat iti pustaka déning sultan banten ya- ta pangéran abdul pa- 20 th abdulpatah lawa(n) pramānaran abhiséka sultan ageng tirtaya-

/6/ sa// kumwa juga susuhu- nan mataram yata pangéran a- rya prabhu adhi matara- m ikang aranira/ abhi- 5 sékanira susuhunan a- mangkurat mahyuna i mangkana// kumwa jugā- kwéh manih sang pina- kadi i bhumi swarnadwi- 10 pa mwang jawadwipānung ma- hyuna i mangkana// hé- tunya çastra ning kathā hana ta pinaka wi- dya ning rat janapada/ ma- 15 kādi kenoh yan pi- naka pustaka ning niti

rājya i damelnya swastā mwang kajayān nagaranira/ mwang janapada subhika ri 20 séwaka ring ratu niré- kang dharmika// tekwa- n iti pustaka pinaka

/7/ panghuluning sakwéh ing wwang ingkang mangadhyāya sarwa krama ring kuna/ mwang a- hyun angawruhi purwa pra- 5 stāwa ning sawiji naga- ra i bhumi nusāntara/ mwang salwirnya wanéh// matang- yan ngwang nityasā mrih a- mét krama ning katha sa- 10 yuktinya// hana pwa pinaka pénggyan ing ma- gosti mangāloci- ta mangené panusun mwang panyerat/ pustaka rā- 15 jya warnana i bhumi nusā- ntara yata/ ing pasé- ban karatwan kasepuhan car- bon / satuluynya tucapa/ rasikékang 20 tekan tumūti mawiwé- kéng malapakena panu- sun iti pustaka yata-

/8/ nyan ulih kagawayan i- ka siddha lawan kenoh mwang paripurna// māpan si- ra kabéh kathā wida- 5 gdha/ satmaka ri subha- nindita/ mwang yathésta kita kabéh/ yata- nyan siddha sadhya lawa- n paripurna// pantara ning 10 sira yatiku/ sang dhar- mmādhyaksa ring karasu- lan sang dharmmādhyaksa ring kawasnawan sang dhar- mmādhyaksa ring kaçé-

15 wan sang dharmmādhyaksa ring khong pu cé atawa kwam im po co yata sang mahakawi wwang ci- na sakéng semawis/ 20 ateher pirang sang ma- hākawi/ sang ghotra- sawala sakéng pirang rā-

/9/ jya/ kumwa juga sang ā- matya/ sang duta lawa- n pranaraja carbon i- kang sakwéhnya nina- 5 ya dé ning mami// sira béh tinamuy lawa- n sarwa bhogo pabgo- gādi dé ning raka ngwang yata sultan sepuh pangé- 10 ran samsudin mertawijaya ngaran ira/ satuluynya su- sultan sepuh winéh pitu- tur ring sira kabéh sang panekékang kapwa heu- 15 mheum hanéng paséba- n nihan ta pitutur i- ra ngwang aminta samūhā- mbek panyatrewanan pa- pantaranira sowang-so- 20 wang/ yatanyan linūda- ken/ samūhānung wu- s wartamāna/ gantyakna

/10/ lawan ambek pamitré- kang yogya// lawan mang- kana kagawayan ira siddha paripūrna// haywa 5 ta sira mijilaken wu- wus tan rahayu ring duta rājya samanya// māpa- n sira kabéh wus tung- gal citta niréng guma- 10 way karyāgeung iki// kumwa juga sira ka- béh padānggeugeuh ma-

ryada ning prayéng la- gi/ matutapadan la- 15 mpah ing sang kawita- n/ mwang akwéh manih welingnya wanéh saking raka sultan sepuh// hana pwa sang mahā- 20 kawi/ sang āmatya / dang accaryāgama/ sang ghotrasawala pina-

/11/ ka duta sakéng sarwa rājya/ mwang lén nagara/ atāwa déça manda- la i bhumi nusantara/ 5 pantaraning sowang-so- wang sakéng/ banten jayakarta/ matara- m kudus lasem tuban surabayé- 10 ki/ wirasaba/ pasuru- an telegil pa- narukan ghresik semawis demak kediri/ mojwagung ba- 15 gelén balangba- ngan mandura/ nusa ba- li/ bangka/ ghaluh/ jāmbi/ kertabhumi/ sumedang/ tanjungpura ha- 20 néng krawang/ cangkwang/ ukur sukapura/ parakanmuncang/ kuningan ghalunggung/

/12/ imbanagara/ rancamaya/ japara/ parllak buru- néng/ paséh/ lamuri/ mengkasar/ banggawi/ 5 ghaliyao/ kuta- lingga/ çéran lwah ghajah/ ambwan ma- loku/ tampiwang/ ghurun bantaya- 10 n tanjungkuté/

tanjungnagara/ tanjung- puri/ manangkabwa/ kā- mpétarwe/ palé- mbang syak barus a- 15 teher duta sakéng tumasik tringga- no/ malaka/ i bhu- mi sanghyang hujung/ ku- wa juga sakéng ta- 20 laga/ sindangkasih/ dermayu/ lwasari/ bare- bes/ satuluynya

/13/ sakéng carbon n pa- samudaya sakwéh i- ra wanéh tekan i- réka marumah// ha- 5 na juga pirang āmatyā- nung tan teka/ māpan wi- ghna sira // makabé- hanira sang āmatya ning rājya carbon wi- 10 néh swakārya / so- wang-sowang pantaranya yatiku/ ngwang pangé- ran wangsakerta pina- ka panghuluning ka- 15 damel mwang panusun pu- staka/ mwang nānaya- ti sakwéh ing sang ā- matya/ lawan nāna- yati pulungrahī ri 20 kang kala/ jugāng gu- nita kriyā/ kra- ma salwir mārganing

/14/ kathokang sayūkti- nya yatanyan pari- pūrna mwang dumadinyā ya ikang aniwārya// sa- 5 tuluynya ki raksanagara pinaka sang manurat pustaka lawan umiweu sakwéh ing

sang duta i sedeng mawiwé- ka// ateher ki angga- 10 diraksa pinaka panga- wak sang manurat mwang pinaka sang bandaharaning sira kabéh// ateher ki purbanagara/ pinaka sang 15 amét mwang malapakena sarwa serat sakéng pirang nagara/ ikang piliha- na dé ning sira kabéh/ ndi tikānung kenoh/ 20 ndi tikānung salah atawa tan kenoh// apan sira makaguna

/15/ ning kathā ng atīta/ ngade- g mwang sirna ning sawiji rājya i bhumi nusantara// satu- luynya ki singhanaga- 5 ra/ pinaka huluning pangraksa karatwan mwang kabéh duta sakéng sarwa nagarānung tekéng carbon/ rasika 10 n pasamudaya wadya ba- la nirékang akwéh- nya pitung puluh wwang// ateher ki anggadi- prana/ pinaka sang du- 15 ta kumaliling salwir ing rājya/ nagara lawa- n déça mandala// kumwa juga rasika pinaka sang jurubhasa pantara- 20 ning sang duta// ate- her ki anggaraksa karmarasanira pina-

/16/ ka naya mahānasa sekul mwang umiweu sa- rwa bhogopabgogadi ning sang duta// ateher ki

5 nayapati karmarasani- ra pinaka sang umiweu panggwanan turu/ atawa pa- kuwwan ning kabéh ikang sanggha duta mwang wahana- 10 nira/ juga pinaka hu- luning bhayangkaranya// hana pwa sowang-sowang sang āmatya rājya car- bon ikang winéhan swa- 15 kārya kabéh lawa- n kaulanira sowang-so- wang// ri kala manusun iti pustaka/ mami nityasa tumenwaken duhka bhara- 20 maka sopana ning ké- pwa / māpan hana panta- raning pirang sang mahāka-

/17/ wi lawan sang āmatya rājya duta bhéda/ ring ma- nguccārānaken katha ma- ngené nagaranira so- 5 wang-sowang jayéng sula- ksana / mangkana wuwu- snira// kumwa juga sang ma- hākawi jawa lawan sang mahākawi sakéng su- 10 nda/ ateher sang mahā- kawi sakéng banten la- wan ang mahākawi sa- kéng mataram mwang sang mahā- kawi carbon hana 15 bhédanirang manguccārana- ken nagaranira sowang-so- wang silihpratibanda// kumwa juga sang mahāka- wi sakéng paséh lawa- 20 n sang mahākawi sakéng kudus kumwa juga sang mahākawi sakéng sume-

/18/ dang lawan sang mahākawi sakéng carbon ika méh aridu mwang/ sira méh

dumadi panyatrwanan lawa- 5 n aridu/ méh tan tume- nwaken kathokang tatwa// kumwa juga sang mahāka- wi sakéng mengkasar la- wan sang āmatya sakéng 10 mataram lawan mandura juga// ateher sang mahākawi sakéng tanjungkuté la- wan sang duta sakéng palé- mbang mwang sang mahākawi sa- 15 kéng ukur// tathapi ka- bwat manih yatiku ha- na ning limang sangghāmanya sang mahākawi/ sang go- trasawala silihsa- 20 krodha wekasan ha- rohara méh manwandwa yuddha hanéng jero pa-

/19/ séban awit tambaya- ning prathama manurat pusta- ka rājya warnana i- bhumi nusāntara lawan sa- 5 lwirnya wanéh / pantaranya prathama sangghaduta sakéng surabayéki/ pasuruan panarukan blangbangan nusa bali/ mandura/ mengka- 10 sar/ banggawi/ ghaliyao/ çéran lwah ghajah/ a- mbwan maloku/ tali- wang ghurun bantayan banten palémbang// ndi- 10 tiya sangghaduta sakéng mataram lasem tu- ban wirasaba/ sema- wis kediri/ mojwa- gung/ lwasari/ barebes 15 telegil japara// tri tiya sangghaduta sa-

/20/ kéng jayakarta/ dema-

k kudus carbon paséh/ ghresik tanjung- pura/ hanéng krawang/ cang- 5 kwang/ kuningan barus malaka/ tumasik tringgano// caturtha sang- gghaduta sakéng sume- dang/ ukur/ sukapura/ pa- 10 rakanmuncang/ ghalunggung/ ra- ncamaya/ talaga/ si- ndangkasih/ ghaluh/ kre- tabhūmi/ imbanagara/ ra- jagaluh lawan luragung// 15 panca(ma) sangghaduta sakéng jambi/ bangka/ parllak burunéng/ lamuri/ ku- talingga/ tanjungkuté/ tanjungnagara/ tanjungpu- 20 ri/ manangkabwa/ kā- mpéhar[w] mwang syak i- ki humeneng kawalya

/21/ mangrengeu tan mājar// ing a- bhawa rasaning kathokang sayuktinya/ tekwan pa- ntaraning sira hanékang 5 manguccāranaken ambe- k ira lawan wakroti// hanékang kathokang niskārana kawalya cittānung maya mwang wi- 10 parita// inuddéçékang mangkana tan inalap mwang tan kadamel serat// hanékang mijilake- n wuwus awamāna mwang ma- 15 kaswabhawa tan yogya// méh kahanān haro- hara// kārana mami wus akwéh mangajya sa- rwa çastra katha ning rā- 20 jya rājya i bhumi nu- sāntara mwang makadrewya sarwa pustaka rājyānung

/22/ angasoraken sira ka- béh/ mwang juga mami pi- naka panghulu sira ka- béh// matangyan dé 5 mami kālap lampah tengah/ tathapi mami nityasa mapulung rahi mwang telas karuhun inālocita ma- 10 nih lawan kabéhan ta- n henti-hentinya // ma- kādi lawan wwang atu- ha/ sang mahākawi/ sang āmatya duta rā- 15 jya kang widya nipuna// matangyan i mekasa- n sira kabéh a- méhaken kathā sa- yuktinya tan lawa 20 n wakroti manih mwang / ikang wisti tan durga- ma manih// māpan si-

/23/ ra kabéh wus tunggal ci- ttanira/ yata padāng- geugeuh welingira su- ltan sepuh carbon 5 yatiku sang duta rājya tunggal cittanira/ pada ka- harep makolih paripūr- nanya ri karyāgeung i- kang pinaka panghulu wi- 10 dyaning kathā/ makādyang- gwa kabéh janapada kanista madhyamottama mwang arddha pathyānggwa niti- çastra raja ng siniwi naga- 15 ra/ ata(wa) déça manda- la// lawan kopā- yanya mami lawasira pirang dina i wekasa- nnirāwarana serat ngwang hi- 20 najengan sarasanya// ma- tangyan telas sinera-

t pirang sargah pustaka

/24/ rājya warnana i bhumi nu- sāntara// yadyapin mangka- na waraksamakena ya- n hanékang salah a- 5 tawa kaluputan ing pa- nusun iti pustaka// sa- tuluynya prethakkāryam i- ki/ pinaka bhretkato- kang hasta kreta ma- 10 min pesamudaya duta- duta rājya rat bhūmi nusāntarānung mahāprā- jna/ mwang priya sakha saking rāja kula carbon 15 pantaranya pitremitra/ pita mahāngku// kumwa juga kramena mami lumekas manurat ing pra- thama katha/ ikang rumu- 20 hun sakwéh ing mami sang panusun mwang sang manurat i- ti pustaka rājya warnana

/25/ i bhumi nusāntara pina- ka sphatikaning sakwéh- nya kathā çastra/ mami mangastungkara ring hyang tung- 5 gal ikang amurba wi- çésa/ yatanyan awi- ghnamastu / kumwa juga luputaken mami sakkéng pāpa karmma mwang mahābha- 10 ya/ tan hanā bhicāra- ka/ tan hanā bhayé- kang ksiaté ri piçu- na ring swasthā rājya kita kabéh lawan mako- 15 lih swasthā ni hurip ing ma- mi samāgama sang manu- rat iti pustaka/ pina- ka widyaning kabéh ja- napada nātgata wartta-

20 māna/ makadi widya- ning kathā raja-raja la- wan rājyanya rat i bhumi

/26/ nusāntara// iti pusta- ka yatanyanken pi- tuhun hutama sa- kéng kabéh ni ka- 5 thā/ lawan mami tama tan angowahi sakéng kathānung sayuktinya/ mwang atyanta makaguna pinaka panghuluning ka- 10 béh janapadānung ka- nista madhya mottama/ witan wartta māna tkaning dlaha mangkana ta pun// //prathama kathā// 15 amituhu préksa- ka padārthaning kati- paya pūrwwa pustaka dre- wya ning sang mahākawi sakéng rat swarnabhumi 20 lawan sang mahākawi jawadwipa/ mangkana// wi- tan sri ghandra madeg ra-

/27/ ja kediri/ ing sahasra sa- tus punjul telu/ ikang ça- kakāla/ ageung ta ci- ttanira ri kawaça ning rā- 5 ya kediri// çri gandra la- wan nama çidam sri kro- ncayyahanda bhuwa(na) palaka parakramanindita digja- yottunggadéwa// ring sa- 10 mangkana wadyabala kediri/ anglurug mwang nga- lindihaken rājya-rājya hanéng nusa-nusa ing bhumi nusāntara/ sapina-

15 suk ikang hanéng jawa- dwipa mwang nusa-nusa sa- sawétaning ika// wadya sarwwajalāgeung umangka- t hiring-hiring anduni 20 ngalor/ ngétan ngu- lwan sira nityasa ma- kolih jayéng yuddhani-

/28/ ra// tathapi rājya-rājya i nusa bangkulwan kabéh wus ri séwaka ring rājya çriwijaya// dé nika 5 wadyabala kediri/ a- teher anduni rājya çri- wijaya// matangyan wadya- bala sarwwajala kediri lawan sriwijaya maprang 10 i madhya samudra jawa kulwan/ ikang yudha marurek karwanya pada wīrya// tan hanā sing kasoran/ sowang-so- 15 wang mulih ring nagara ni- ra// cittaning sang prabhu ke- diri tatan phala// i sedeng rājya çriwijaya tan wanten anduni ring ke- 20 diri// kéwala sira ra- ja çriwijaya/ neher kumon dutanira lu-

/29/ ngha ring mahāraja cina/ wi- néh wruh mwang maçarana sang mahāraja cina/ kāra- na rājya kediri/ kaha- 5 rep anduni rājya çriwi- jaya// māpan wus lawas rā- jya çriwijaya mitrana- n lawan rājya cina// ku- mwa juga rājya kedi- 10 ri wus lawas mitranan la- wan rājya cina// satu- luynya mahāraja ci- na/ angutus dutanira

lawan amawa rwang sawa- 15 lan yatiku sa- siki winéha ring ra- ja çriwijaya/ sasi- ki manih winéha ring raja kediri// pina- 20 lakunira çri mahā- raja cina/ marapwan rā- jya kediri lawan rājya

/30/ çriwijaya/ agya sumi- ddhakena panyatrwan pa- ntaranira// mwang sapahalāgya mawiwéka// i weka- 5 san raja kediri mago- sti mangalocita mwang sumiddhakena panyatrwa- n lawan manghanake- 10 n pamitra// hana pwa pinaka pénggwan ing sama- ya ning pamitra karwa na- garéka/ yatiku ha- néng sundapura i bhumi ja- 15 wa kulwan/ lawan pi- naka saksin pirang na- gara/ yatiku/ duta rājya cina/ duta rājya yawana/ duta rājya 20 syangka/ duta rājya si- nghala/ duta rājya cā- mpā/ duta rājya gha-

/31/ udi/ mwang pirang duta rājya sakéng bhumi bharata// la- wan sakopayanyānung niyata/ i wekasa 5 n siddhā lawan paripūr- na / mwang amahateguh pamitra mwang silih a- tuntunan tangan pantara ning rājya çriwijaya la- 10 wan rājya kediri ikang krama/ ing sahasra sa- tus punjul pat ikang

çakakāla// karwanya mamituhu samaya ning 15 pamitra/ ateher rājya çriwijaya kéwala/ amagehi nusa-nusa i bhumi nusantara bang kulwan mwang rājya sang- 20 hyanghujung// i sedeng rā- jya kediri kéwala/ amagehi nusa-nusa

/32/ i bhumi nusantara bang wé- tan/ pantara ning kaca- krawartyan rājya çriwi- jaya/ athawa rājya-rā- 5 jyékang ri séwaka ri rājya çriwijaya yati- ku/ tringgano/ pahang/ langkasuka/ kalanta- n jelutung/ sémwang/ ta- 10 mralingga/ ghrahi/ palé- mbang/ lamuri/ jambi/ dhar- mmaçraya/ kandis ka- hwas batak/ minang- kabwa/ ri siyak ro- 15 kan1 kampar/ pané/ kāmpéharw atha- wa mandahiling/ tumi- hang/ parllāk mwang i barat lwas samu- 20 dra/ mwang i lamuri/ ba- tan lampung/ baru- s kumwa juga jawa

/33/ kulwan i bhumi sunda yati- ku mandala hanéng bang ku- lwan i cimanuk nadi/ a- thawa sawétan ing cita- 5 rum nadi mangulwan// hana pwa bang wétannya rājya mandala kediri tkaning jawa wétan mwang ma-

1 rékan

hasin lawan swarnabhumi 10 salwirnya// i sedeng sa- pinasuk rājya mandala/ athawékang ri séwa- ka ring rājya kediri pa- ntaraning yata/ tuma- 15 pél medang/ hujung ghaluh/ jénggi/ jawa madyamandala/ ghuru- n mwang sakwéh ing nu- sa-nusa ghurun né- 20 riti/ nusa bali/ ba- dahulu/ lwah ghajah/ sukun ri taliwang// mwang

/34/ domposapi/ sanghyang a- pi/ bhima/ séran hu- tan lombok mi- rah/ saksakani/ ba- 5 ntayan luwuk/ ateher saka nusa- nusa makasar/ butu- n banggawi/ kunir/ ghaliyao/ sala- 10 ya/ sūmba solo- t muar/ wandan ambwan maloko/ timur tanjungnagara/ ri kapuhas/ kanti- 15 ngan sampit mwang kutalingga/ kuta- waringin samas laway kandanga- n i landa/ mwang su- 20 medang/ tirem sé- du / burunéng/ kalka saludung/ solot pa-

/35/ sir/ baritwa i sawaku/ tabalung/ tanjungpura/ mwang pirang puluh manih rājya- rājya halit i nusa-nu- 5 sa salwirnya i bhumi nu- sāntara// mangkana kacakrawatyan ing rā-

jya kediri hanéng bang wétan i bhumi nusanta- 10 ra// lawan mangkana ka- rwa rājya kediri mwang çriwijaya nityasa kenoh ing pamitra- nira// i samangkana rā- 15 jyékang wus ngadeg ing swarna- bhumi banglwar/ yatiku kasultanan par[l]lak/ ka- walya rājya halit rikang madeg sultan par- 20 lak yata/ sayid abdu- l ajis lawan nama çida- m sultan alaiddin syah//

/36/ rasika nyakrawarti rā- jya/ ing sahasra wwalung puluh telu/ tkaning sahasra satus punjul wwalu/ ikang 5 çakakāla// māpan ing swar- nabhumi banglwar akwéh ta paneka sakéng nga- rab nagari/ ghujarat i bhumi bharata/ parsi/ sopa- 10 la nagari/ kibti naga- ri/ yaman i bhumi hadra- maut bagdad mwang lé- nyawanéh// sira sang paneka pamekulnira 15 yata/ agama rasu- l yatāgaméslam sang sultan pamekul ni- ra yata islam syi- ah// hana pwa rénani- 20 ra yatiku putri ra- ja parlak/ ri huwu- snya sayid abdul a-

/37/ jis angemasi/ ateher ginantyani déning putra- nira yata sultan a- lauddin abdurakimsyah 5 nama çidamnira/ sayid a-

bdurakman madeg sulta- n ing sahasra satus pu- njul wwalu/ ikang ça- kakāla/ tkaning sa- 10 hasra satus telung puluh telu/ ikang çaka- kāla// i sedeng pa- séh nagari i bhumi swarnadwipa banglwar ju- 15 ga/ wus lawas madeg rā- jyā halit witan ing sahasra limang pu- luh/ ikang çakakā- la// hana pwa sulta- 20 n paséh nagari pra- thama yatiku sulta- n abud alkamil nga-

/38/ ranira// matangyan lawasnya satus limang puluh pitu warça/ athawa tka ning sahasra rwangatus pu- 5 njul pitu/ ikang çaka- kāla, wus pirang siki raja paséh nagari// ha- na pwéka abud alma- lik purwa prastawani- 10 ra sang laksamana sarwwajala rājya me- sir sakéng phatimiyah wamsa// sira kino- n kawaça pinaka su- 15 ltan hanéng paséh i bhumi swarnawipa bang- lwar// ri huwus dumadi sultan paséh kang ra- ja-raja satuluynya si- 20 nebut almalik wamsa- nira// kārana hanéng mesir ganti wamça su-

/39/ ltan kawaçanya// sakéng pha- timiyah wamça ring ma- maluk wamça/ juga si- nebut ayyub wamça//

5 ateher sultan mesir angutus dutanira sang laksamana sarwwaja- la yata sék(h) isma- il assiddik ngaranira/ 10 tekan ing swarnabhumi banglwar// riku sang laksa- mana neher angratwake- n panghulu mandala pa- séh marah silu/ mapan- 15 n sira lawan kawula ba- lanira wus mekul aga- ma rasul/ marah silu rinatwaken ta sira du- madi sultan paséh 20 lawan namaçidam su- ltan malikus saléh/ madeg raja paséh ing

/40/ sahasra rwangatus punju- l pitu/ ikang ça- kakāla/ tkaning sa- hasra rwangatus sanga 5 welas ikang çaka- kāla// sultan mali- kus saléh tumu- li mastri lawan pu- tri perlak ratu ghang- 10 gansari ngarannira putri- ning sultan parlak ma- khdum alaiddin muhamma- d aminsyah ibnu ma- lik abdulkadir rayi- 15 ning putri ghanggansari yatiku ratu ratna komalasari pinaka stri dé ning raja tuma- sik yata raja iska- 20 ndar syah// hana pwa su- ltan makhdum alaiddin mu- hammad aminsyah/ ma-

/41/ deg sultan parlak ing sa- hasra satus nemang puluh lima/ ikang çakakā-

la/ tka ning sahasra sa- 5 tus wwalung puluh sanga/ ikang çakakāla// namanira yata sulta- n makhdum alaiddin abdulka- dir syah/ madeg sulta- 10 n parlak kawalya patang warça/ yaténg sahasra satus nemang puluh siji/ ikang çakakāla tka ning sahasra satus nemang 15 puluh lima/ ikang ça- kakāla// kawaça- nira dumadi sultan u- lih arebut sa- king sultan alauddi- 20 n mughayat syah/ sakéng abdulajis wamça// sultan makhdum alauddi-

/42/ n abdulkadir syah ika ngaran sayuktinya ya- tiku wwang agung méu- rah abdulkadir// hana 5 pwa sultan alauddin mu- ghayat syah athawa sultan ikang karebu- t kawaçanira madeg raja kawalya te- 10 lung warça yatiku ing sahasra satus limang puluh wwalu/ ikang ça- kakāla tka ning sa- hasra satus nemang pu- 15 luh siji/ ikang çaka- kāla// rasika putra- ning sultan alauddin sa- yid abas syah ibnu sayid abdurakim syah// 20 sultan sayid abas syah madeg raja / ing sahasra satus telung puluh rwa/

/43/ ikang çakakāla/

tka ning sahasra satu- s limang puluh wwalu/ i- kang çakakāla// sa- 5 tuluynya ri kathānya manih// rakaning putri ghanggansari yatiku sultan kahdu abdulma- liksyah ngaranira gu- 10 mantyanira ramanira ya- ta sultan makhdum alau- ddin muhammad aminsyah// sultan makhdum abdulmali- ksyah madeg sultan ing 15 sahasra satus wwalung puluh sanga/ ikang ça- kakāla tka ning sa- hasra satus sangang pu- luh pitu ikang ça- 20 kakāla// kadīkang wus ri kathākenan si- ra kabéh rājya-rājya

/44/ i bhumi swarnadwipa prana- tan mwang ri séwaka ring ma- hāraja çriwijaya// mang- kana juga sultan-sulta- 5 n hanéng swarnabhumi bang- lwar witan mangadeg rājya- nira// tathapi çansaya lawan ikang sultan akwéh tan sukha ri séwaka ring 10 sang mahāraja çriwijaya// māpan sang sultan hanéng swarnabhumi banglwar ika pamekulirāgamésla- m/ i sedeng sang mahāra- 15 ja çriwijaya pamekuli- ra budhayana// mākadi sira sultan paréla(k) ya- tiku sultan makhdum a- bdulmalik syah ibnu 20 muhammad amin syah/ ta- n angga ri séwaka mwang ta- n angga matura-tura ring sang

/45/ mahāraja çriwijaya// su-

ltan abdulmalik wus mo- jar ta sira/ an rājangku ngké kaharep an wujug mahar- 5 dhika tan manih ri séwa- ka ring sang mahāraja çri- wijaya// lawan sira rā- jya mesir2 mwang parsi/ juga rājya ghujarat pinaka 10 manggalaning rājya-rājya i bhumi swarnadwipa/ mwang wi- néh çarana ring sultan-sulta- n ikang angluputaken naga- ranira sakéng kawaça- 15 ning rājya çriwijaya// ri huwusnya sang mahāraja karengeu ta ya/ ate- her kroda ta ya weka- san/ matangyan ing 20 sahasra satus sangang puluh pitu/ ikang ça- kakāla / wadyabala

/46/ çriwijaya ateher andu- ni sultan parlak / ma- rurek ikang yuddha// wadya bala rājya parlak kaso- 5 ran mwang kaperep ing samara// i sedeng sultan parlak a- ngemasi ri yuddhakāla// māpan aksohini çri- wijaya samangkana geung 10 pasamudayanya tan wilang akwéhira// towi rājya çriwijaya mako- lih çarana sakéng ma- hāraja (cina) pantaranya 15 yata/ sanjata/ ko- çaning yuddha/ mwang sarwwa wastwan/ lawan abhiprā- ya rumaksa mwang amagu- ta çatrwikang anduni 20 bhumi çriwijaya// tathapi

2 masir

neher çriwijaya kaso- ran yuddhanira lawan wadya-

/47/ bala singhasarīkang ni- naya dé ning sénapati kebo anabrang ing war- çéka juga// satulu- 5 ynya gumantyaken ri katha- nya sawatara/ anangka- na ta// hana pwa rājya tumapél ikang tu- muluy sinebut rājya si- 10 nghasari/ ri kala sang pra- bhu jaya wiçnuwardhana ma- karaja/ akwéh ta sira pamitra lawan pi- rang nagara// pirang siki pa- 15 ntaranya yatiku/ rājya sunda i bhumi jawa ku- lwan rājya malayu/ dharmmasraya i bhumi swarna- dwipa/ rājya-rājya i bhu- 20 mi sanghyang hujung/ rājya- rājya i tanjungpura/ rā- jya-rājya i bhumi bharata

/48/ rājya singhala/ rājya i bhumi ghaudi/ pirang rā- jya-rājya i bhumi so- pala/ rājya-rājya syang- 5 ka/ campa/ yawana/ tumasik singhana- gari/ rājya cina/ mwang akwéh lénya ma- nih// raja melayu dhar- 10 mmaçraya yatiku çri trailokyaraja mau- libhuçana warmmadéwa nama çidamira/ mastri lawan putri raja syang- 15 ka// ing pasanggamaniré- ka manak ta pirang si- ki// telung siki pa- ntaraning sowang-sowang yata/ sang panuhānung

20 dlaha gumantyaken a- yayahnira pinaka raja lawan nama çida-

/49/ m tribhuwanaraja mauli- warmmadéwa// dwitiya stri darakencana ngara- nira/ mwang tritiya da- 5 rapuspa ngaranira// la- wan hana pirang siki manih anak ing raja me- layu// ri kala prabhu kertanagara dumadi 10 yuwaraja singhasari ma- stri lawan darakencana // i sedeng darapuspa pi- naka stri dé ning yuwa- raja sunda yatiku ra- 15 kryan saunggalah sang pra- bhu ragasuci ngaranira// i pasanggamanira prabhu kertanegara lawan da- rakencana/ manak ta pi- 20 rang siki/ rwang siki pa- ntaranya yatiku da- rajingga ngaranira mwang dara-

/50/ petak ngaranira// pasangga- manira darapuspa lawa- n rakryan saunggalah ma- nak ta pirang siki/ sa- 5 lah tunggal pantaranya yatiku sang prabhu citra- gandha bhuwanaraja nama çidamirékang dlaha gumantyaken gamātuha- 10 nira yatiku prabhu ghu- ru dharmmasiksa dumadi raja sunda// ri kala sang tribhuwanarajamauli- warmmadéwa nyakrawar- 15 ti rājya melayu dhar- mmaçraya/ mahāraja ci- na ta tar kahyun nga- lindih rājya-rājya ra-

t nusa-nusa i bhumi nu- 20 sāntara// mākadi rā- jya melayu mwang rājya rājya lénnya hanéng

/51/ swarna bhumi// i sedeng rā- jya çriwijaya pinaka waçatkāra swarnabhumi bang- lwar pinaka sang pamitra 5 ning mahāraja cina/ i- kang pituhun ing citta sumorakena mwang mangda- lam i bhumi nusāntara/ mākadi samanta nrpa// 10 matangyan mahāraja cina nityakalān pamari- trāna rājya çriwija- ya/ kumwa juga pawéh çarana sarwa koçaning 15 yuddha mwang sarwa koça- ning rājya// dé nika ri kala sultan parla- k angluputaken nagara- nira sakéng kacakra- 20 wartyan ing çriwijaya / sang sultan apakéna- k mwang amalaku çarana

/52/ ring rājya singhasari// ing sa- hasra satus sangang puluh pitu/ ikang çakakāla raja singhasari çri mahāra- 5 ja kartanagara sumangke- paken aksohininya mangkat ring melayu naga- ri ninaya dé ning sang ke- bo anabrang pinaka 10 sénapati sarwwajala mwang sénapati yuddha- laga// wadyabala si- nghasari mangkat lawan sa- rwa yuddha sangkep lawan sa- 15 rwwa koçanya// ikang wa- dyabala singhasari ring sabrang/ abhiprāya ni-

rātyan tākwéh/ pantara- nya ya ta/ kaharep a- 20 n pamaritrāna rājya melayu/ rājya parla- k lawan rājya-rājya ha-

/53/ néng nusa-nusa i bhumi nu- sāntara // kumwa juga mang- mangkatira sang kebo a- nabrang ring swarnabhumi lawa- 5 n amawa mulih sang biniha- ji yatiku darakenca- na/ strining çri mahāraja kertanagara// māpan sang binihaji kaharep ta- 10 molah hanéng melayu nagari/ yata nagarani- ra// mākadi wadyabala singhasari pinaka mangga- laning rājya-rājyānung ri 15 séwaka ring rājya singhasa- ri kumwa nagarānung wu- s pamitra mwang ama(la)ku malar an pamaritrāna ring çri mahāraja kerta- 20 nagara// makadi mitréka wadya sarwwajala si- nghasari nityasa/ angli-

/54/ lingi nagara-nagara sabrang yatiku/ sanghyang hujung/ ta- njungpura sapinasuk bakulapu- ra/ makasar sapinasuk ri 5 nusa-nusanya/ ghurun séran mwang salwiring nu- sa-nusanya/ sunda i bhumi jawa kulwan ambu- n maloko mwang sa- 10 lwiring nusa-nusanya la- wan akwéh manih lé- nya// dé nika ri kala sultan parlak manduni dé- ning wadyabala çriwija- 15 ya/ wadyabala singha- sari tkan rikung/ anglu-

putaken ikang rājya par- lak hanéng swarnabhu- mi banglwar// i weka- 20 san wadyabala çriwi- jaya lumayu kaso- ran/ mahāraja cina

/55/ kroda ta sira tumingha- l wadyabala singhasari jayéng yuddha// tathapi wadyabala cina ta- 5 n anduni/ māpan hanéng jero nagaranirākwéh ta haro-hara/ kumwa juga wadyabala cina sedengira ngalindiha- 10 ken pirang nagarādoh// lawan wadyabala singha- sari tan nyatrwani wadya- bala cina// māpan rā- jya singhasari lawan rājya 15 cina pamitra// ateher ri kala putri ning çri ma- hāraja kertanaga- ra sakéng stri darake- ncana yatiku putri 20 darajingga pinaka stri dé ning sang yuwaraja me- layu çri wiswarupaku-

/56/ mara putraning raja mela- yu dharmmaçraya tribhuwana- raja mauliwarmmadéwa/ ing sahasra rwangatus pu- 5 njul wwalu/ ikang saka- kāla/ çri kertanaga- ra winéh daksina pratiçta amoghapā- ça mwang sawalan ring raja me- 10 layu/ lawan pasamu- daya pirang āmatya ra- ja/ pranaraja lawan wadya- bala singhasari// atya- nta twas ing janapada me-

15 layu nagari/ mākadi sira raja melayu tribhu- wanaraja mauliwarmma- déwa// hana pwa tribhu- wanaraja lawan darake- 20 ncana raka-rayi// dadyé- ka çri wiswarupakuma- ra lawan strinya ya ta

/57/ darajingga ya ta sadulur tunggal ra putu// satulu- ynya sang mahākawi sakéng sundagiri lawan sang mahā- 5 kawi ri kathāken manih mangkana/ mangené padu- luran sakéng kulawa- nda raja sunda/ raja me- layu/ mwang raja jawa// 10 hana pwa raja sunda pra- bhū ghuru darmasiksa lawan nama çidam prabhu sang- hyang wiçnu/ juga sinebu- t sang paramārtha mahāpu- 15 rusa ngaranira wanéh ma- stri lawan putri swarnabhu- mi/ putropādana ning ma- hāraja sanggramawijayo- ttunggawarman ikang wus turu- 20 n-tumurun/ sakéng paku- renanira lawan putri swar- nabhumi/ raja sunda mapu-

/58/ tra pirang siki/ rwang siki pantaranya sowang-sowang ya ta prathama rakryan ja- yagiri yata rakryan ja- 5 yadarma ngaranira wanéh/ dwitiya rakryan saungga- lah athawa sang prabhu ra- gasuci ngaranira wanéh/ ateher sinebut sang mo- 10 kteng taman/ dé ning prabhu jayawiçnuwardhana/ rakryan jayadarma pīnā- nigrahana lawan kula- wāndhanira ya ta dé

15 wi singhamurti ngarani- ra yata/ putrining mahisa campaka/ mituhu sang mahākawi jawa/ ikang déwi singhamurti ngara- 20 nira dyah lembu tal/ sakéng pakurenira dé- wi singhamurti lawan ra-

/59/ kryan jayadarma manak ta si- ra/ sang nararya sanggramawi- jaya / amituhu sang ma- hākawi sakéng jawa/ 5 sang nararya sanggramawija- ya dumadi raja wilwati- kta prathama lawan nama çi- dam kretarajasa jayawar- dana/ athawa rahadyan wi- 10 jaya ngaranira wanéh// i sedeng rayining rakryan ja- yadarma yata rakryan raga- suci mastri lawan putri- ning mahāraja trailo- 15 kyaraja maulibhuçana- warmmadéwa/ raja mela- yu dharmaçraya yati- ku darapuspa ngarani- ra// mwang rakaning darapuspa 20 yata darakencana pi- naka stri dé ning prabhu kretanagara// mwang raka-

/60/ ning darakencana yatiku tribhuwanaraja mauliwar- mmadéwa pinaka yuwara- ja ring samangkana/ ate- 5 her pinaka raja guma- ntyani ramanira// hana pwa rakryan sunu jayagi- ri, sang jayadarmma tan ka- wenangan dumadi raja sunda 10 i bhumi jawa kulwan kārana rasika pejah ri kala ramanira ta- tan angemasi// matangya-

n sira déwi singhamurti 15 lawan putranira yati- ku radén wijaya kala raray wangsuling bhumya nagarani- ra hurip lawan rama tuha- nira mahisa campaka// 20 ri huwusnya sang nararya yuswa taruna/ rasika yuddhé- nipuna/ prajnéng sawidya/

/61/ prajnéng wédāstra mwang pra- jnéng nitirājya lawan sa- lwirnya manih// hétu- nya sang nararya hurip ing 5 pura singhasari lawa- n ki sanakira yata pra- bhu kretanagara mwang sira nityasa maguru ring pirang amātya sénapati/ sang 10 prabhu lawan wwang-wwang ikang pra- jnéng widya// matangyan dé ning prabhu kretanagara sang nararya yata radén wija- ya dinadyaken séna- 15 pati wadyabala singha- sari// hana pwa pakure- nira sang prabhu ragasuci lawan putri melayu da- rapuspa manak pirang siki/ 20 satunggal pantaraning sang pra- bhu citraghanda bhuwana- raja/ ikang gumantyani

/62/ ramanira sang prabhu ghuru dhar- masiksa dumadi raja su- nda// prathama tambayaning ra- dén wijaya dumadi raja 5 wilwatikta/ ramātu- hanira sang prabhu ghuru dharmasiksa wus mawuwu- s ring putunira// haywa ta sira kédeu/ atha- 10 wā merep ngalindih bhumi sunda māpan wus kinalili- ran ring ki sanakira dla-

ha yan ngku wus angema- si// hétunya nagara- 15 mu wus ageung/ jaya sa- ntosa// wruh ngwang kotta- man ra puyut kāti- sayan mwang jaya çatrumu/ ngké pinaka mahāpra- 20 bhu/ ikang hana ta daksina sakéng hyang tunggal wwang dumadi se-

/63/ ratnya// ikang sayogya- nya rājya jawa lawan rā- jya sunda parasparopa- sarpana/ atuntunan ta- 5 ngan silihasih pa- ntaraning padulur/ ya – tanyan tan pratiba- ndhéng nyakrawarti rājya sowang-sowang/ yata- 10 nyan siddha hita sukha// yan rājya sunda duhkānta- ra/ wilwatikta sako- payanya winéh çarana/ mangkana juga rājya su- 15 nda ring wilwatikta// a- teher welingira sang pra- bhu ghuru darmasiksa ni- tyasa pituhun dé ning radén wijaya mwang mami- 20 tuhunya/ lawan gumé- s samayanira// matang- yan witan mangadegira rā-

/64/ jya wilwatikta tka ning nemang puluh pat war- ça/ rājya sunda lawa- n rājya wilwatikta 5 nityasa hatut madu- lur/ tan hana panyatrwa- nan tan hana pra- tibandha pantara sunda lawan jawa// dlaha 10 lawan parikramékang

tan kenoh ulah ing sang patih amangkubhumi ghajah mada ta/ ikang angrencem paduluran pa- 15 ntaraning wwang sunda lawan wwang jawa// ri kala tamba- yaning radén wijaya ma- deg raja/ hanéng rājya sunda pinaka rājya ya- 20 ta sang prabhu guru darma- siksa/ ikang madeg ra- jéng sahasra sangang puluh

/65/ pitu tka ning sahasra rwa nga- tus sanga welas ikang ça- kakāla// ateher gu- mantyani dé ning putrani- 5 ra yata prabhu ragasu- ci/ ikang madeg raja nem warça// raja sunda pra- bhu ragasuci hana ta ki sanak ing radén wija- 10 ya// maka nimitta raja wilwatikta prathama yata kulī(nawamça), hétunya sakéng ra- manira/ sira raputuning 15 prabhu ghuru darmasiksa ya- tiku raja sunda i bhumi jawa kulwan/ sakéng rénanira/ sira rapu- tuning ratu angabhaya 20 rājya i bhumi jawa wé- tan/ i sedeng ki sa- nakira yata çri ma-

/66/ hāraja kretanagara pi- naka rajyāgeung i bhumi nusantara// ateher ra- dén wijaya kretasa- 5 maya yata padulur samaya lawan sakwéh ing ratu-ratu mandala i bhumi jawa kulwa- n māpan sira ka- 10 béh sagotra// ngū- ni-ngūni ring raja sunda

sang prabhu dharmasiksa yata ramātuhani- ra/ radén wijaya ni- 15 tyasāngarccana anga- turaken daksina wa- stwan ring wwang atuhani- ra// ateher sang prabhu ghuru mangaçirwada ring 20 raputunira// nihan ta diwasa sang kakya sang- gramawijaya madeg pra-

/67/ bhu wilwatikta/ pantara- ing rājya-rājya i bhumi nu- santara silihamitra rumaket sāksāt 5 hatut madulur/ ni- stanya rājya wilwatikta pinaka rājya pa- rārdhya i bhumi nusanta- ra// nangken nagara ku- 10 mon dutanira/ tamo- lah ing nagarāmitra- nira// dlaha dé ning patih amangkubhumi ghajah mada kabéh 15 amitraning rājya wi- lwatikta pinaka ri séwaka ring wilwati- kta// ikang nagara tapwan panut a- 20 teher kaparajaya// tathapi tan kabéh na- gara i bhumi nusānta-

/68/ ri séwaka ring rājya wilwatikta// witan i- kang rājya melayu ri sé- waka ring rājya çriwija- 5 ya lawas pantaranya// tathapi ri huwus rājya singhasari neher anju- jug anduni swarnabhumi/ sira rājya çriwijaya 10 tan wenang amaguta lu- rugan ning wadyabala singhasari// māpan çri

kretanagara wus duma- di mantuning raja me- 15 layu// matangyan rājya singhasari pinaka mang- galaning rājya mela- yu// i sedeng wadyaba- la çriwijaya wipla- 20 twang ngalwar// ateher ri huwusnya çri kerta- nagara apejah/ ing

/69/ swarnabhumi padaāngadeg rā- jya-rājya halit sira sowang-sowang nya- krawarti pinaka 5 rājya mahardhika// mākodi hanéng swarnabhumi banglwar pi- rang siki rājyéslam nga- deg/ ikang kathā 10 raja hanéng tiraning sagara// salahtung- gal pantaranya rā- jyéslam ikang pramā- nāran rājya paséh i 15 mandala swarnabhumi banglwar// sang raja sine- but sultan mā- pan agamanirésla- m/ sultan paséh 20 yatiku/ al mali k assaléh nama çi- damira// rasika made-

/70/ g raja pasai lawasira rwa welas warça/ yati- ku/ ing sahasra rwa nga- tus punjul pitu/ i- 5 kang çakakāla tka ning sahasra rwangatus sa- nga welas ikang çaka- kāla// ri huwusnya rasikā ngemasi/ a- 10 teher ginantyake- n dé ning putranira ya- tiku sultan muhamma- d al malik al jahir

ngaranira// rasika ma- 15 deg sultan lawasnya wwa- lu likur warça yata/ ing sahasra rwa ngatu- s sanga welas ikang çakakāla tka 20 ning sahasra rwa ngatu- s patang puluh pitu/ ikang çakakāla//

/71/ satuluynya ginantya- ken dé ning putranira su- ltan ahmad lawan nama çi- dam sultan ali jai- 5 nal abiddin al jahir// sultan ahmad nyakrawar- ti rājya/ i sahasra rwangatus patang puluh pitu/ tka ning sahasra 10 rwangatus sangang puluh pi- tu/ ikang çakakā- la// rasika pinaka sultan paséh kawa- lya limang puluh war- 15 ça// hétunya sira dumadi dangaccarya gaméslam/ i sedeng singhasana rājya winé- haken dé ning putra- 20 nirékang méh padāra- n yatiku sultan jaé- nal abidin ngaranira

/72/ i sedeng sultan ahmad a- ngemasi/ ing sahasra telungatus pitu li- kur ikang çakakā- 5 la// sultan jainal a- bidin mastri/ ri kala sira pinaka yuwara- ja yatiku/ ing saha- sra rwangatus nemang puluh 10 wwalu/ ikang çakakā- la// matangyan sulta- n jainal abidin lawasi-

ra madeg sultan paséh yatiku/ telung puluh 15 siji warça/ yata ing sahasra rwangatus sangang puluh pitu/ ikang ça- kakāla/ tkaning sa- hasra telungatus wwa- 20 lu likur ikang ça- kakāla// sultan jaina- l abidin manak pirang

/73/ siki/ pirang siki pa- ntaranya yatiku/ sang panuha wanodya ratu bhuhayya ngarani- 5 ra// satuluynya ri ka- thānya wanéh// ikang ra- tu bhuhayya sinebu- t juga sang ratu anisah halli/ māpan ngaranira 10 ri kala raray/ hana pwa ratu bhuhayya pina- ka stri dé ning abdullah salahhuddin ibnu hasyi- m/ ri huwusnya sulta- 15 n jainal abidin angema- si// abdullah salahhu- ddin gumantyaken sulta- n paséh/ tathapi sira lawasnya kawalya rwang 20 warça// māpan sultan a- bdullah salahhuddin pe- jah hanéng yuddha lawa-

/74/ raja nakur/ ing sahasra te- lungatus telung puluh ikang çakakāla/ tathapi rā- jya paséh tatan kali- 5 ndih/ māpan wadyabala rā- jya tatan pinaribhawa/ mākadi wadya sarwwaja- la// téna kaléna sang binihaji yata 10 ratu bhuhayya duhkā- n ta ratwasira// kahyu- nira malespati ring ra-

ja nakur// ngké raja bhā- ryā pinaka raja paséh 15 sawatara/ gumantyani swa- minirékang pejah/ mo- jar ta sira raja bhāryā ring kabéh/ sangapékang wenang matyani raja na- 20 kur/ sira rinatwaken i rājya paséh mwang sira pi- naka swamining raja bhāryā//

/75/ sawarça tumuli/ wadya- bala raja nakur andu- ni paséh nagari// ring sa- mangkana yudha marure- 5 k tathapi wadyaba- la raja nakur kaso- ran lumayu mulih ring nagaranira// i sedeng ra- ja nakur pinatyan dé- 10 ning wadyasarwwajala pa- séh// tan hanāsing wruh/ ikang wangkay raja na- kur ginawa ring sang raja bhāryā// sukha ta twas ing 15 sang ratu// mwang wadyaba- la paséh jayéng yu- ddhanira// ateher i- kang wadyékang wenang ma- tyani raja nakur rina- 20 twaken ta ya dumadi su- ltan paséh lawan nama çidam sultan hassan sa-

/76/ lahuddin mwang pinaka swa- mi dé ning sang ratu bhuha- yya// lawasira telung war- ça tumuli/ rayining 5 ratu buhayya yatiku said ngaranira/ tan su- hka tuminghal ulah- ing sang sultan tan kenoh ring wadyabala mwang ja 10 napada// kabéh sang pi- nakadi/ dangacaryā-

gaméslam sang prana- rājya/ samanta nrepā ha- lit mwang kulawandha 15 kadatwan lawan kabéh janapada/ tan suhka ring sultan hanyar// mā pan prawrettinira ta- n kenoh mwang parikrama 20 duménda ring janapada/ pranarājya mwang wadyékang luput prawretti su-

/77/ ltan atyanta krurakara// wus akwéh ta janapa- da tiniban pati ni- mitta kaluputan tan sa- 5 pira// matangyan rayining ra- tu bhuhayya yata sa- id ateher siddha mamejahi sultan ing sahasra telungatu- 10 s telung puluh pat i- kang çakakāla// sa- tuluynya rasika du- madi sultan paséh la- wan namaçidam sulta- 15 n said jainal abiddi- n/ rasika madeg su- ltan lawasira pitung war- ça/ yatiku/ ing saha- sra telung ngatus telung pu- 20 luh pat ikang çakakā- la tkaning sahasra te- lungatus patang puluh

/78/ siji// ikang çakakā- la// satuluynya gina- ntyaken dé ning putrani- ra / yata sultan abdulma- 5 lik haidar ibnu said jainal abiddin na- maçidamira/ lawasnya madeg raja kawalya patang warça/ yatiku 10 ing sahasra telunga-

tus patang puluh siji/ ikang çakakāla/ tka- ning sahasra telungatu- s patang puluh lima/ i- 15 kang çakakāla/ i- king sultan manak pirang siki// sasiki panta- raning sang panuha wano- dya/ yatiku ratu na- 20 hrisah ngaranira// a- teher ratu nahrisah dumadi raja paséh ing

/79/ sahasra telungatus pa- tang puluh lima ikang çakakāla/ tkaning sa- hasra telungatus sangang 5 puluh ikang çakakā- la// hana pwa rājya paséh witan sulta- n ahmad athawa sulta- n ikang namaçidam a- 10 li jainal abiddi- n kawaça dumadi su- ltan akara/ ing saha- sra rwangatus pitung pu- luh siji/ ikang ça- 15 kakāla/ rājya pa- séh ri séwaka ring rājya wilwatikta// henengngakna ng kathānya sakareng/ satuluynya 20 mulih manih mangené sang paneka sakéng pi- rang nagara ring nusa-nusa

/80/ i bhumi nusantara// ha- na pwa tambayékang dumadi prayojana- nira yatiku pantara- 5 ning upakriya wi- kriya salwir ing wa- stwan hanggon-anggo- n lengkara/ sarwwa wa- stwan ing kuren bho- 10 janādi/ sarwwa lengkara

kanaka/ rajata/ ma- nih ikang sulaksa- na pagawayanira/ mwang sarwwa koçaning raja- 15 yogya/ rajabhāryā mwang salwirnya wanéh// ta- thapi hana jugékang tekan rīking lawa- n sumaraken agama- 20 nira// hana pwa sakwéh- ing paneka sakéng nagara-nagara ngarab bang-

/81/ kidul parsi lawan ma- hawan prahwāgeung/ sya- m kibti nagari sira pamekul agami rasu- 5 l/ pantaraning sira/ sasiki rwang siki/ ha- nékang ateher ta- molah ing swarnabhumi banglwar mwang kitha waru- 10 ghasik ing jawadwipa// kumwa juga hanékang mawarah-warahaken aga- méslam/ tathapi sa- kwéhing janapada pri- 15 bhumi jawadwipa meku- l mwang bhātara çangkhara pu- ja/ budhayana puja/ bhā- tara wiçnu puja lawa- n pitrepuja// i sedeng ja- 20 napada swarnabhumi me- kul agama budhaya- na// matangyan aga-

/82/ ma rasul ikang winara- haken ring janapada ta- npa phala sumar ring déça- déça/ kawalya sa- 5 siki rwang siki janapa- da// i sedeng dangaca- ryāgaméslam nityasa calambeknya/ hétu- nya sakwéhing janapa-

10 da/ wadyabala/ ā- matya rājya lawan sang mahāprabhū tatan a- hyun gumantyaken aga- manira// tathapi hanéng 15 swarnabhumi banglwar wu- s akwéh wwang ngarab wwang parsi/ syam kibti mwang lénya wanéh i- kang tamolah rika- 20 nang// matangyan sira séh hibatullah sa- kéng parsi nagari te-

/83/ kéng swarnabhumi/ ateher ring jawadwipāteher uma- reng swarnabhumi manih// a- nak putu sira ha- 5 nékang tamolah ing jawadwipa/ swarnabhu- mi/ sang(hyang) hujung/ bharata na- gari/ cina nagari/ ca- mpa mwang lénya manih// 10 putunira wanodyānung tamolah ing jawa wé- tan angemasing sahasra punjul pat ikang ça- kakāla// swami putu- 15 nira wwang rajabrana sakéng swarnabhumi/ manak ta pirang siki tamolah ha- néng jawadwipa/ hané- kang tamolah i swarna- 20 bhumi/ mwang pirang nagara// hana pwa sékh sayid hi- batallah ibnu muha-

/84/ mmad lawan rwang siki wwang sa- sanakira neher umareng swarnabhumi/ tamolah rikung pirang warça// satu- 5 luynya wangsul ing nagara- nira// mwang sékh sayid i- ka hana ta putropa- dananing sayidina a-

li ibnu abithali- 10 b mantuning rasul muha- mmad/ satuluynya ri kathānya manih/ séh sayid hibatallah manak pirang siki/ rwang si- 15 ki pantaraning yata/ séh sayid maimun mwang séh muhammad saléh// ha- na pwa séh sayid maimu- n manak pirang siki/ sa- 20 lah tunggal pantaranya phatimah atemu ta- ngan lawan sayid abu-

/85/ hasan wwang rajabrana mwang tamolah ing jawa wétan/ ing pasangga- maniréka manak pi- 5 rang siki/ pantaranya séh sayid abdurahman tamo- lah ing kitha tarim ngara- b nagari bangkidul/ ikang putra lénya wa- 10 néh hanékang tamo- lah ing jawadwipa/ ghuja- rat mwang swarnabhumi/ séh sayid abdurahman ma- nak pirang siki/ salah 15 tunggal pantaranya stri yata sarah/ pinaka stri dé ning séh sayi- d abdulmalik mwang mana- k pirang siki rikanang 20 lawan hana jugā- nung tamolah ing jawa- dwipa// i sedeng rayining

/86/ séh sayid maimun yati- ku séh muhammad sa- léh lungha sakéng par- si nagari/ ateher ta- 5 molah hanéng paséh i bhumi swarnadwipa bang- lwar// séh muhammad sa-

léh mastri lawan pu- tri sultan paséh ro- 10 gayah putrining séh sa- yid burhannudin ibrahi- m lawan namaçidam sulta- n malik ibrahim makdu- m/ hana pwékang séh 15 sayid burhannudin ibra- him pūrwa prastawanira sakéng ghujarat i bhu- mi bhārata nagari/ pu- traning séh sayid mahdu- 20 m sidik/ rénani- ra putri sakéng nabdha- bar wamsa ri bhārata

/87/ nagari// sadurung ika séh sayid makdum ng ati- tanira/ tamolah ing par- si nagari mwang mastri lawa- 5 n wanodya parsi tumu- luy manak pirang siki/ salah tunggal pantara- nya séh sayid hiba- tallah// tumuluy sa- 10 kwéhing anak putu- ning séh sayid makdum si- dik dumadi dangacaryā- gaméslam hanéng pirang- pirang nagara/ kumwa ju- 15 ga dumadi raja hanéng pirang nagari// māpan si- ra hana ta putro- pādananing rasul muha- mmad/ hana pwa rājya 20 paséh ika sangksépa- nya mangkana/ witan ing sahasra limang puluh

/88/ ikang çakakāla tkaning

sahasra rwangatus punju- l pitu/ ikang çakakā- la/ madeg rājya paséh 5 lawan sinebut al ka- mil wamsanya// ikang rā- jyéslam paséh inade-

gaken dé ning laksama- na sarwwajala abud a- 10 l kamir sakéng masir i- ka samangkana/ phatimi- yah wamsanya mwang rajanya yatiku sultan munta- sir ngaranira// kārana 15 hanéng masir nagari ga- nti wamsékang kawaça// matangyan ing paséh naga- ri juga ganti wamsani- ra yatiku almali- 20 k wamsa/ tambayaning sultan prathama yata/ almalik assaléh

/89/ ngaranira// sira rinatwa- ken dé ning laksama- na sarwwajala ismai- l assiddikh sakéng ma- 5 sir ikang samangkana wa- msanya yatiku/ a- yyub wamsāthawa sine- but juga mameluk wa- msa// satuluynya sang ma- 10 hākawi sakéng swarna- bhumi banglwar mangkana kathanya akaréng sa- ngang atus sanga ikang ça- kakāla/ tekan ta i 15 swarnabhumi banglwar yati- ku hanéng paséh manda- la séh burhanuddin i- brahim ibnu mahdum lawan pirang puluh ka- 20 wula balanira sakéng ghujarat i bhumi bharata nagari// sira wwang nabdhabar

/90/ ikang mekul agamésla- m/ rikung sira pinaka panghuluning janapada dé- ça/ mākadi wwang paneka 5 sakéng sarwa nagara// ate- her sira pinaka sang panga-

waça mwang mangadeg ta rājya halit lawan namaçida- m sultan ibrahim mahdu- 10 m/ rasika madeg su- ltan paséh lawasnya lima welas warça/ ing sa- ngangatus sawelas ikang çakakāla/ tkaning sa- 15 ngangatus telung puluh ne- m ikang çakakāla// ri huwusnya sirāngemasi/ neher gumantyani dé ning lén wwang sang paneka ha- 20 nyar sakéng parsi naga- ri// katekan sira la- wan kawula balaniré-

/91/ kang akwéh ikang sulta- n hanyar lawan namaçi- dam sultan muhammad so- léh// lawasira made- 5 g ratu paséh yatiku nem likur warça/ ing sa- ngangatus telung puluh nem i- kang çakakāla/ tka- ning sangangatus nemang puluh 10 rwa/ ikang çakakāla// hana pwa rājya paséh ika kitha geungnya/ a- thawa kitha rajanya sine- but kitha darusalam/ 15 satuluynya/ ujaring sang mahākawīka mangka- na// ateher salawa- sing rājya madeg ga- nti-maganti sultan so- 20 wang-sowang yatiku// sultan mahmuddin syah nga- ranira/ lawasnya made-

/92/ g sultan pitu welas war- ça/ ing sangangatus nemang puluh telu/ ikang ça- kakāla/ tkaning sa- 5 ngangatus wwalung puluh je-

jeg ikang çakakāla// ateher sultan mansur syah ngaranira/ lawasnya madeg sultan sanga wela- 10 s warça/ yatiku/ ing sa- ngangatus wwalung puluh i- kang çakakāla tkaning sangangatus sangang puluh sanga/ ikang çakakā- 15 la// satuluynya guma- ntyani dé ning sultan a- hmad bakoy ngaranira/ lawasira dumadi sulta- n yata telung puluh 20 warça/ yatiku/ ing sanga- ngatus sangang puluh sanga/ ikang çakakāla

/93/ tkaning sahasra sanga li- kur ikang çakakāla// ri huwus sultan iki pe- jah/ ateher gumantya- 5 ni dé ning sultan abdu- llah jainuddin ngaranira// lawasira madeg su- ltan yata lima likur warça/ yatiku/ ing sa- 10 hasra sanga likur i- kang çakakāla (tkaning sahasra limang puluh pat/ ikang çakakāla) // ikang sultan ateher gumantya- ni dé ning sultan ali ghiyasuddinsyah ngara- 15 nira// lawasira made- g sultan yata rwa likur warça yatiku/ ing sa- hasra limang puluh pa- t ikang çakakāla 20 tkaning sahasra pitung puluh nem ikang çaka- kāla// satuluynya

/94/ gumantyani dé ning sulta- n mahmud syah ngaranira/ madeg sultan lawasi-

ra wwalu likur war- 5 ça yatiku/ ing sa- hasra pitung puluh ne- m ikang çakakāla tkaning sahasra satu- s punjul pat ikang ça- 10 kakāla// ri huwu- snya sultan mahmud syah angemasi/ ateher gumantyaken dé ning su- ltan usman syah ngara- 15 nira// rasika madeg su- ltan kawalya nem wela- s warça// yatiku/ ing sahasra satus pat i kang çakakāla/ tka- 20 ning sahasra satus rwang puluh ikang çakakā- la// ateher made-

/95/ g sultan paséh yata sultan muhammad syah nga- ranira// rasika dumadi sultan lawasnya sanga li- 5 kur warça yata/ ing sa- hasra satus rwang puluh ikang çakakāla/ tkaning sahasra satu- s patang puluh sanga/ 10 ikang çakakāla// sampu(n)nya sultan muha- mmad syah ateher su- ltan ibrahim syah nga- ranira// rasika made- 15 g sultan lawasnya te- lung puluh warça ya- tiku/ ing sahasra satus patang puluh sa- nga ikang çakakāla 20 tkaning sahasra satu- s pitung puluh sanga/ ikang çakakāla// ri

/96/ huwusnya sultan ibrahi- m syah/ ateher made-

g sultan paséh ya- ta sultan abdul ja- 5 lil syah ngaranira// lawasnya madeg sulta- n yata telu likur warça yatiku ing sa- hasra satus pitung pu- 10 luh sanga/ ikang çaka- kāla tkaning saha- sra rwangatus rwa/ ikang çakakāla// ate- her madeg sultan ya- 15 ta sultan ahmad syah ngaranira// lawasnya madeg sultan yata rwa likur warça/ [ikang çakakāla] yati- 20 ku witan ing sahasra rwangatus rwa/ ikang çaka- kāla/ tkaning sahasra

/97/ rwangatus pat likur i- kang çakakāla// sa- tuluynya madeg sulta- n paséh yata sulta- 5 n abdulajij syah nga- ranira// lawasnya made- g sultan kawalya rwa we- las warça/ yatiku ing sahasra rwangatus pat li- 10 kur ikang çakakā- la tkaning sahasra rwa- ngatus telung puluh li- ma/ ikang çakakā- la// satuluynya ri ka- 15 thānya manih yatiku mangené sultan-sulta- n sakéng al kamil wa- msa// ri huwusnya sulta- n abdulajij syah ange- 20 masi/ ateh er ginantya- ken dé ning sultan ibra- him syah ngaranira// rasi-

/98/ ka madeg sultan lawa-

snya telung puluh warça yatiku ing sahasra rwangatus telung puluh li- 5 ma/ ikang çakakā- la tkaning sahasra rwa- ngatus nemang puluh li- ma/ ikang çakakā- la// satuluynya guma- 10 ntyani dé ning sultan su- laiman syah ngaranira// rasika madeg sulta- n lawasnya patang puluh si- ji warça/ yatiku ing 15 sahasra rwangatus nemang pu- luh lima/ ikang ça- kakāla tkaning sa- hasra telungatus ne- m ikang çakakāla// 20 ateher sultan mukmi- nsyah ngaranira madeg su- ltan lawasnya kawalya

/99/ pat welas warça/ yati- ku ing sahasra telu- ngatus nem ikang çaka- kāla tkaning saha- 5 sra telungatus rwang pu- luh ikang çakakā- la// ri huwusnya sulta- n mukmin syah ateher gumantyani dé ning su- 10 ltan sabar syah ngara- nira// rasika made- g sultan lawasnya rwa li- kur warça yatiku/ ing sahasra telungatus rwang 15 puluh ikang çakakā- la/ tkaning sahasra te- lungatus patang puluh rwa/ ikang çakakāla// satuluynya gumantya- 20 ken dé ning sultan a- bas syah ngaranira ma- deg sultan lawasnya pi-

/100/ tung warça yatiku/ ing sahasra telunga- tus patang puluh rwa/ ikang çakakāla 5 tkaning sahasra te- lungatus patang pu- luh sanga/ ikang ça- kakāla// hana pwa sultan-sultan sakéng 10 al kamil wamsa putro- pādananing sultan mu- hammad soléh sa- kéng parsi/ witan su- ltan al malik assa- 15 léh madeg sultan sa- mudra paséh/ sulta- n sakéng al kamil wa- msa ri séwaka dé ning sultan samudra paséh 20 malik assaléh i- kang ageung kacakra- wartyanya// i sedeng su-

/101/ ltan sakéng al kami- l wamsa yatiku su- ltan kasoran kawalya sadéça kawaçanya 5 tan sapira ta// ha- na pwa putropādana- ning sultan malik a- ssoléh yata pu- traning sultan paséh 10 pinaka stri dé ning su- ltan malaka yati- ku sultan muhammad syah// pakurenika/ ing saha- sra telungatus patang 15 puluh nem ikang çaka- kāla// sayuktinya wwang-wwang ngarab athawa wwang- wwang sakéng nagaré- kang mitra lawan na- 20 gara ngarab athawa wwang- wwang sakéng nagarékang ri séwaka ring nagara

/102/ ngarab mākadi siré-

kang mekul agamé- slam wus saranékang te- kan ring swarnabhumi bang- 5 lwar i bhumi nusāntara/ witan ing pitungatu- s nemang puluh wwalu/ i- kang çakakāla// si- ra waluy-waluy lawan a- 10 bhiprāyanira yati- ku/ upakriya wi- kriya// tathapi sira tan angadegaken rājya// māpan rājya çriwijaya 15 kawaça hanéng swar- nabhumi yatiku dla- ha witan mangadeg i- kang rājya i palé- mbang mandala/ rajanira 20 yata dapunta hyang çri jayanasa ngaranira// he- nengakna ng kathanya sa-

/103/ kareng/ ateher gu- mantyakna ri kathā- nya wanéh/ mākadi mangené çéléndra 5 wamsa lawan sanja- ya wamsa/ mwang swarna- bhumi kumwa juga ja- wa kulwan mangkana kathānya// amitu- 10 hu ujaring pirang sang ma- hākawi/ witan ing nemang ngatus limang puluh pat ikang çakakā- la/ ing bhumi jawa ku- 15 lwan sapinasuk jawa pamotan yatiku pa- ntara mandala/ bhumi jawa kulwan ing wé- tan lawan mandala i bhu- 20 mi jawa madya bang- kulwan/ ring samangkana hana telung raja ka-

/104/ waça yatiku/ raja sundāthawa neher sine- but pakwan pajaja- ran raja guru saungga- 5 lah mwang ghaluh pakwa- n mwang sapinasuk jawa pa- wwatan/ hana pwa si- nebut mangkana yati- ku kārana ikang 10 mandala pinaka wwa- t pantara jawa manda- la lawan sunda ma- ndala// ring usāna sa- pinasuk mandala ka- 15 waçaning raja indrapra- hasta// tathapi i wekasan dumadi sawi- ji/ hétunya yata/ akwéh pantaranira 20 putri saunggalah pi- naka stri dé ning sang jalu sakéng sunda/

/105/ athawa sang jalu sakéng ghaluh/ putri ghaluh pina- ka stri dé ning sang jalu sa- kéng saunggalah/ athawa 5 sang jalu sakéng sunda/ putri sunda pinaka stri dé ning sang jalu sa- kéng ghaluh athawa saunggalah// matangya- 10 n ikang kitharaja ni- tyasa ngalih ngéta- n athawa ngulwan ma- kéring kaulaba(la)- nira/ sakwéh ing ko- 15 ça/ rājayogya/ bhusa- nanya mani/ kula- wandhā/ sakatumbi- sajalwistri/ mwang sakwéh aksohininya sang- 20 kep lawan sarwwayuddha// satuluynya/ mami pra-

siddha makolih ké-

/106/ pwa lawan duhkabhara/ ing panusun raja-raja sunda/ saunggalah mwang ghaluh mangené kacakrawar- 5 tyanira// tathapi sako- payanya i wekasan kā- lap amituhu widya- ning kathokang wisa- ma mwang tatwānung sa- 10 phalānggwa janapada kabéh// sangka ya- n ika/ sinusun mangka- nékang// ri sampunya kaléng nemangatus li- 15 mang puluh punjul telu/ ikang çakakāla/ rakyang sanjaya sang ca- krawarti nagara gha- luh// ikang mandala- 20 nya pantaranya jawa ku- lwan jawa madhya mwang ja- wa wétan/ ka-

/107/ béhanira sang pinaka- di raja-raja mandala/ ra- ja-rajarsi/ ratu samanta déçāntara i bhumi ja- 5 wadwipa/ adipatya- dipati/ sénapati/ pranaraja/ ratu samanta/ kyageung-kyageung sang ma- hapurusa i déça- 10 déça āmatyāma- tya rājyāhalit pirang dangacaryyāga- ma yatiku sang maha- brahmana rsi/ sang dharma- 15 dhyaksa ring kawasnawa- n sang dharmadhyaksa ring kaçéwan dharmadhya- ksa kasogatan pirang siki sang duta sa- 20 kéng mitra nagara/ sang

juru/ dipati wadana/ mwang akwéh manih sang

/108/ pinakadi lénya// si- ra kabéh tineka- kna dé ning rahyang sanja- ya// hana juga lawa- 5 n maka pantaranira sang prabhu bratasénnawa/ hanékang maka panta- ranira sang raja guru dé- munawan nekakna mari- 10 ka// ring samangkana gha- luh kadatwan pinaka pénggyan ning samaya// te- las makabéhannira gosting riku/ mangālo- 15 cita salwirnya// tu- muluy dé ning sanjaya/ jawadwipa dinadyake- n pirang-pirang kuren manda- la rājya/ pantaranya 20 sowang-sowang yatiku/ rājya mandala sunda mwang sapinasuk sakwéhing

/109/ ratu-ratu mandalanya// rajāgama mandala saung- galah lawan sapinasu- k sakwéhing ratu-ra- 5 tu mandalanya/ ng siniwi dé ning sang raja ghuru dé- munawan mwang putropāda- nanya/ i sedeng ghaluh sa- pinasuk ratu-ratu manda- 10 la ghaluh/ jawa pa- motan yata jawa ma- dhya bangwétan sawa- tara/ ng siniwi dé ning putra rahyang sanjaya ya- 15 tiku rahyang tampéra- n/ ateher jawa ma- dhyang ring dangu-dangū manga- ran purwaghaluh yata ghaluh keli/ a- 20 thawa purwamedang i bhu-

mi tengah ginawé rwang rājya mandala yati-

/110/ ku rājya medang i bhu- mi mataram ikang amituhū sang maha- kawi satuluynya/ la- 5 wan sapinasuk ratu-ra- tu mandalanya hana ta kacakrawartyan ning sang prabhu bratasénna- wa mwang rahyang sanjaya// 10 ring samangkana sang prabhu sénna pinaka wredharā- ja/ dadi kawaçanira winéhaken dé ning pu- tranira yata rahyang 15 sanjaya nyakrawarti rājya medang i bhumi ma- taram i sedeng rama- nira dumadi sang pata- pa i dalem asrama/ 20 tkaning pejahnya// sa- tuluynya sanjaya ma- deg ratu medang i bhu-

/111/ mi mataram lawan kithā- geungnya mamratipura/ tambayaning madeg ra- tu rikung/ ing nemang nga- 5 tus limang puluh pat i- kang çakakāla// i sedeng jawa wétan sa- pinasuk bumi sambāra mwang ratu-ratu mandala 10 hanéng jawa madhya bang- wétan hana ta ka- cakrawartyannira sang ra- kriyan narayana lawa- n namaçidam sang içwara 15 kéçawalingga jaga- tnata bhuwa(na)tala ya- tiku keling wamsa/ mwang satuluynya ng sini- wi putropādanani-

20 ra/ ikang rājya dlaha dé ning putranira nga- lih ngétan/ satu-

/112/ luynya ri kathānya manih/ iti raja parwawarnanā- thawa raja-rajānung nya- krawarti hanéng rājya 5 jawa madhya/ mwang jawa wé- tan i bhumi jawadwipa sapinasuk nusa bali/ nihan ta kathānya// ri kala sanjaya made- 10 g raja medang/ rasika wu- s winangun praçasti mwang ling- gomarādhana hyang bhata- ra jagatnata athawa bha- tara çiwa// ikang sera- 15 t ing watu maka padartha niti rājya téna kāléna// iti sa- sakakala ring wanocala i kunyarakunya dé- 20 ça i bhumi jawadwipa// hana pwa rakai sanjaya madeg raja mataram i bhu-

/113/ mi jawa madhya/ ing tri daça çuklapaksa/ kartikamasa nemanga- tus limang puluh pat i- 5 kang çakakāla// tka- ning nemang ngatus pitung pu- luh nem ikang çakakā- la/ dadi lawasira rwa li- kur warça ateher gina- 10 ntyaken dé ning putrani- ra yatiku/ rakai pa- nangkaran ngaranira/ miji- l ing nemang ngatus telung pu- luh sanga/ ikang çaka- 15 kāla// rasika made- g raja matarām ing ne- mangatus pitung puluh nem ikang çakakāla/ tkaning pitungatus pu- 20 njul pat ikang çaka-

kāla/ lawan ngaran a- bhisékanira yata-

/114/ mahārāja téjahpūr- napana panangkaran/ setrinira rwang siki ya- ta sang rajabhāryā dé- 5 wi tara pramathana ngara- nira putrining çri ma- hārāja sakéng sé- léndra wamsa mana- k déwi yasodhara nga- 10 ranira pinaka stri sang dharanidra/ çri wirawa(i)ri mathana ngaranira wanéh/ sakéng séléndra wa- msa/ yata sangkani- 15 ra raja ghandara sakéng hujungmendini/ stri kang dwitya déwi satya- dharmika ngaranira ma- nak rakai panunggala- 20 n ngaranira// raja keling prabhu déwasingha ta- n suhka twasira/ hé-

/115/ tunya rakai pangkara- n mastri lawan putri çéléndra wamsa mwang wu- s ngalih pamujanira ya- 5 tiku hyang budhapuja/ mwang rakai panangkaran ni- tyasa pratibandha lawa- n raja keling// matangya- n raja keling prabhu dé- 10 wasingha ta ngalih rājya- nira ring jawa wéta- n i mandala weruhga- sik/ rikung tumu- luy madeg kadatwan ha- 15 nyar/ ring samangkana/ ing nemangatus pitung puluh nem ikang çakakāla// satuluynya wekas ing mandalanira rājya keling

20 sapinasuk ratu-ratu mandalanya hanéng sor ing kawaçanira çri ma-

/116/ hārāja panangkaran ateher winéhake- n dé ning mantunira sang dharanidra/ yata çri 5 wirawairi mathana// ha- na pwa çri wirawairi ma- thana/ ing nemangatus pi- tung puluh pitu tkaning pitungatus pat ikang 10 çakakāla dumadi raja mandala kidu- l ateher ing pi- tungatus pat tekaning pitungatus sangawela- 15 s ikang çakakāla/ inabhiséka dumadi çri mahārāja i bhumi jawa madhya// satulu- ynya kathānya manih/ ing 20 pitungatus ikang ça- kakāla çri mahā- rāja téjahpurnapana

/117/ panangkaran mangdaksina – ken kawāça déçānggwa sang upāsaka mwang u- pāsikā// mwang magawa- 5 y wiharānggwa sang bhi- ksu lawan biksu- ni/ kumwa juga maga- way pratiwimbaning dhyānibodhisattwa 10 sinebut tārā// ri huwu- snya çri mahārāja té- jahpūrnapana panangka- ran pejah putranira sakéng strīkang dwi- 15 tya yatiku rakai panunggalan madeg raja matarām lawasnya wwalu welas warça yata/ ing pi-

tungatus pat tekaning pi 20 tungatus rwa likur ikang çakakāla// i sedeng sang dharanindra madeg ma-

/118/ hārāja tkaning pitu- ngatus sangawelas i- kang çakakāla// ra- kai panunggalan lawa- 5 n sang rajabhāryā mana- k pirang siki/ rwang si- ki pantaranya yata sowang-sowang// prathama sang rakai warak ngarani- 10 ra/ madeg raja gumantya- ken ayayahnira/ ing pitungatus rwa likur tkaning pitungatus pa- tang puluh punjul siki/ 15 ikang çakakāla/ lawasira dumadi ra- ja mataram sanga we- las warça/ kārana sang rakai warak tanpānak 20 matangyan sira ginantya- ken dé ning rayinira ya- tiku sang rakai gharung

/119/ athawa dangkarayan pata- panpupalar ngaranira wa- néh/ madeg raja lawa- snya telu likur warça 5 yatiku/ pitungatu- s patang puluh siki tkaning pitungatus nemang puluh rwa/ ikang çaka- kāla, māpan kakawa- 10 çannira rakai gharung wi- néhaken dé ning a- nakira yata rakai pikatan ngaranira// i sedeng rakai gharung sa- 15 tuluynya hurip ri da- lem patapan māpan sira huwus limpat sangkéng çūnyatā tkaning a-

ngemasi hanéng riku// 20 rakai gharung ginantya- ken dé ning putranira yata/ rakai pika-

/120/ tan madeg raja la- wasnya nem welas warça/ yata/ ing pitungatu- s nemang puluh rwa tkaning pi- 5 tungatus pitung puluh wwa- lu/ ikang çakakā- la// çri mahārāja dha- ranidra athawa sang wi- rawairimathana sanggrama- 10 dananjaya ginantyake- n dé ning putranira sang samaratungga athawa çri mahārāja samara- grawira ngaranira wa- 15 néh/ madeg raja ha- néng jawadwipa/ la- wasnya patang puluh li- ma warça yatiku/ ing pitungatus sanga we- 20 las tekaning pitungatu- s nemang puluh pat ikang çakakāla// putri-

/121/ ning sang samaratungga ya- ta sang rani prāmodawar- dhani çri kahulunan ngara- nira wanéh/ gumantya- 5 ken ayayahnira duma- di raja// tathapi sang ra- ni pinaka stri dé ning ra- kai pikatan/ matang- yan sakwéhing kaka- 10 waçan rājya i bhumi ja- wa hanéng sanjaya wa- msa// ri huwus ika sang ra- kai pikatan nyakrawar- ti rājya mataram a- 15 teher putranirékang prathama yata, rakai kayuwangi ngaranira ma-

deg raja/ ing pitungatu- s pitung puluh punjul wwa- 20 lu/ ikang çakakāla/ tkaning wwalungatus punju- l wwalu/ ikang çakakāla/

/122/ i sedeng swamining yayi- strinira yatiku rakai ghurunwangi dyah ranumangga- la ngaranira/ dumadi mantri 5 sénapati wadyabala/ pinaka sang pangawak ra- ja hanéng déçantara ka- cakrawartyan rakanira/ makādi mangené sa- 10 kwéhing aksohini kawilang wadwa sarwaja- la// hana pwa sira sang ra- kai kayuwangi lawa- n yayistrinira yata sang 15 rani ghurunwangi dyah sala- dū ngaranira putra pu- tri sakéng rwang wamsa ya- tiku sanjaya wamsa lawan sailéndra wamsa// 20 māpan ayayahnira ya- ta sang rakai pikata- n sakéng sanjaya wamsa/

/123/ i sedeng rénanira yati- ku çri déwi prāmoda- wardhani sakéng çailé- ndra wamsa// mwang sira sang ma-

5 hārāja çriwijaya i bhu- mi swarnadwipa yata ba- laputradéwa rayining çri déwi prāmodawardha- ni sakéng lén réna-

10 nira// māpan rénaning sang mahārāja balaputra- déwa/ yatiku stri dwitiya ning ramanira çri mahārāja samara-

15 grawira ngaranira nyakra- warti i bhumi jawa ma-

dhya bangkidul tatha- phi kawaçanira méh sakala i jawa madhya

20 lawan jawa wétan/ rénaning sang balaputra- déwa yatiku çri

/124/ çitaradhaladéwi ngara-

nira/ sakéng soma wa- msa athawa putrinira çri mahārāja dharmasé- 5 tu ngaranira/ sakéng nalanda i bhumi bhara- ta bang wétan ikang dhumadi raja çriwija- ya/ sang samaragrawira 10 juga prāmanāran çri ma- hārāja samaratungga wiréngyuddhanipuna\\ ra- sika putraning sang dha- ranindra lawan abhisé- 15 ka çri mahārāja wi- rawairimathana sanggra- madananjaya ngaranira// lawan mangkana sira ba- laputradéwa raputu- 20 ning sang dharanindra/ raja i bhumi jawa madhya bang- kidul i jawadwipa nikang

/125/ rājyanya i bhumi sambāra// matangyan bhumi ja- wa madhya i bhumi jawa- dwipa/ hana ta rwang ka- 5 waçān yatiku banglwar dé ning sanjaya wamsa// bhatara sang ka- rapūjanira/ i sedeng bang- kidul ning çailé- 10 ndra wamsa panutanni- ra yata sang budha- yāna// yadyapin mangka- na sanjaya wamsa ka- soran dé ning çalilé- 15 ndra wamsa/ matangya- n sira ri séwaka nītyasa// maka ni-

mittanira mangkana/ āpan sailéndra wa- 20 msa makadrawya a- ksohininya geung la- wan sangkep sarwāstranya/

/126/ mwang wus sumirat lawan wu- s amagéhing déça- ntara rat jawa/ to- wi sira çailéndra 5 wamsa nityasa pa- renah mitranira ruma- ket lawan mahārāja ri rājya ghaudi i bhu- mi bharata bangwéta- 10 n/ kadācid sang sang bā- laputradéwa yatiku rayinira sang déwi prā- modawardhani/ ahyu- n harayati lawan andu- 15 ni rakai pikata- n/ tathapi sang raja wus wruh kaharep rayi- nirā/ kayun mangdalam rā- jya// matang sira bāla- 20 putradéwa lawan wa- dyabalanira/ aneher kapeukan dé ning wadya-

/127/ balaning rājya/ ring samang- kana wadyabala rājya ninaya dé ning yuwaraja sang rakai kayuwangi pi- 5 naka sénapati ng yuddha/ ikang anjujug lawan ama- guta ri kala çatru lu- murug kadatwan/ a- kwéh ta çatrwikang 10 anduni kaparajaya/ wadwa çésaning pejah tan sapira lawan sang bālaputradéwa ka- palayu/ ateher si- 15 rāmrih humeut ing ba- kagiri/ tathapi ta- n sowé sang bāla-

putradéwa pasama- daya kaula ba- 20 lanira lumayūma- reng swarnadwipa/ ring kana sira madeg raja çriwi-

/128/ jaya// ikang krama/ ing pitungatus pitung puluh wwalu/ ikang çakakā- la// ing warséka juga

5 kacakrawartyan rājya ra- kai pikatan sinanggu- haken ri swaputra ya- ta rakai kayuwangi athawa dyah lokapha- 10 la/ tumuluy rinatwa- ken ta sira dumadi raja mataram lawan ngara- n abhisékanira ya- tiku çri mahārāja 15 rakai kayuwangi çri sajjanotsawatungga// ri huwusnya rakai ka- yuwangi angemasi/ rā- ja dinadyaken rwa rā- 20 jya/ pantaraning yata nagara madhya ning jawa- dwipa ng siniwi dé ning

/129/ çri mahārāja rakai ghu- runwangi ngaranira yatiku rayining rakai kayuwangi// i sedeng jawa wétan ng si- 5 niwi dé ning çri mahārā- ja rakai watuhuma- lang ngarannira yatiku putranira çri mahārā- ja rakai kayuwangi/ n nya- 10 krawarti jawa madhya lawan jawa wétan/ keneuhnya sang rakai ghurunwangi/ sinebut ra- kai haji/ tathapi ka- 15 harepnira/ ya sine- but çri mahārāja/ māpan rasika hana

rudira sakéng çai- léndra juga/ i se- 20 deng amanggiha ka-

cakrawartyan iki/ sakopāyanya prati-

/130/ bandha mwang tan keneuh ya- tiku kédeu lawa- n harayatinya sakéng wwang sanaknira// çri ma- 5 hārāja rakai ghuru- nwangi madeg raja/ ing wwalungatus punjul wwa- lu/ ikang çakakā- la/ tkaning wwalungatu- 10 s rwa welas ikang çaka- kāla// çri mahārā- ja rakai ghurunwangi/ aneher gumantyake- n dé ning putranira ya- 15 ta çri mahārāja ra- kai limus diyahdé- wéndra ngaranira// rasi ka madeg raja jawa madhya/ ingwwalungatu- 20 s rwa welas ikang çaka- kāla/ tkaning wwa- lungatus wwalu welas i-

/131/ kang çakakāla/ i se- deng raja rakai watu- humalang nyakrawarti jawa wétan ing wwa- 5 lungatus punjul wwalu/ ikang çakakāla/ tkaning wwalungatus wwa- lu welas ikang çaka- kāla// mwang sakéng war- 10 çéki tkaning wwalunga- tus rwang puluh ikang ça- kakāla/ nyakrawarti jawa wétan lawan jawa madhya// matangyan sira 15 sinebut sri mahā- rāja// ri huwus ika çri mahārāja rakai wa- tuhumalang angemasi/

gumantyaken dé ning putra- 20 nira sakéng stri kang dwi- tiya putri raja ke- ling ing jawa wéta-

/132/ n sang putra yata dyah balitung ngaranira/ ma- pan sakéng paraméswa- ri sira rakai watu- 5 humalang tanpānak/ dyah balitung made- g raja/ ing pitungatu- s sangang puluh wwalu/ ikang çakakāla/ 10 tkaning wwalungatus rwang pu- luh/ ikang çakakā- la/ madeg raja mandala hanéng jawa wétan ateher ing wwalunga- 15 tus rwang puluh tkaning wwa- lungatus telung puluh rwa/ ikang çakakā- la/ dumadi mahārāja lawan ngaran abhiséka- 20 nira yatiku/ çri ma- hārāja içwaraké- çawotsawatungga//

/133/ rasika nyakrawarti rat jawa madhya lawan jawa wétan ri huwusnya a- nduni mwang pumaribhawa ça- 5 trunirānung tapwan pa- nūt pantaraning yata/ sang raja kanjuruhan ma- ndala hanéng jawa wé- tan lawan raja bantan na- 10 gari// sang rakai watu- kura dyah balitung ma- stri lawan putrining çri mahārāja rakai li- mus diyahdéwéndra sa- 15 kéng rajabhārya mwang sang ra- kai balitung sinu- ngan pasenggahan ngara- n sri dharmodayama-

hāçambu// hana pwa ra- 20 yining rajabhārya ra- kai balitung i- kang/ angaran rakai da-

/134/ ksa/ dumadi rakrya- n mahāmanti huta- ma/ pinaka pangawa- k i sor ing çri mahā- 5 rāja// towi sira rakai daksa hanéng jawa madhya dumadi raja mandala kadi ramani- ra// i sedeng rayining 10 çri mahārāja rakai balitung pinaka stri dé ning sang rakai da- ksa// mangkana ta/ ri huwusnya çri mahā- 15 rāja rakai balitung angemasi/ rakai da- ksa gumantyaken du- madi raja// ri kathā- nya/ an sira sang ra- 20 kai limus diyahdé- wéndra makadrawya rwang stri/ yatiku prathama

/135/ lawan rajabharya mana- k pirang siki/ rwang siki pantaraning stri dumadi ra- jabharyaning rakai ba- 5 litung/ mwang dwitiya ja- lu yata rakai da- ksa// sakéng strīkang dwitiya sang rakai dé- wéndra manak pirang si- 10 kī manih/ rwang siki pa- ntaraning yatiku ra- kriyan manak lawan ra- kriyan ladhéyan ngara- nira// ri huwusnya sang ra- 15 kai déwéndra ange- masi/ rājya kāwé- ça dé ning rakriya- n ladhéyan ng siniwi

rājya/ ing wwalu ngatus wwa- 20 lu welas ikang çaka- kāla/ mwang pirang warça- tumuluy rājyanira/

/136/ hanéng swar ing kaca- krawartyannira sang rakai balitung/ anung nyakrawarti jawa wé- 5 tan lawan jawa madhya// a- teher ing wwalu ngatu- s telung puluh rwa/ ikang çakakāla/ sakwéh- ira raja mandala ra- 10 t jawa madhya kaka- waça dé ning sang rakai daksa/ mwang witan ing wwalu ngatus telung puluh lima ikang çaka- 15 kāla rat jawa wé- tan i bhumi jawadwi- pa/ wus hanéng ka- ka(wa)çanira sang rakai daksa/ sira pina- 20 ka mahārāja jawa lawan ngaran abhisé- kanira yatiku sang

/137/ mahāprabhu dakso- ttama bahubajra pra- tipaksaksaya// ring samangkana rakai 5 layang dyah tulo- dong pinaka rakri- yan mapatih utama/ mwang putraning rakai daksa yata rakri- 10 yan ketuwijaya pi- naka rakriyan mapatih dwitiya// hana pwa ra- kai daksa ri kala rakai watuhumalang 15 mangdalam ing jawamadhya/ rasika dumadi rakri- yan mahamantri dwi-

tiya// rakai daksa madeg raja/ tkaning wwa- 20 lu ngatus patang puluh punjul siki/ ikang çakakāla// ate-

/138/ her gumantiyaken dé ning rakai tulodong ikang madeg raja tka- ning wwalungatus pa- 5 tang puluh punjul ne- m ikang çakakāla// ngaran abhisékanira yata rakai layang dyah tulodong çri sa- 10 jjanasanmatānuraga tung- gadéwa//amitu- hu wrettāntara/ rakai tulodong wenang ri- natwaken māpan si- 15 ra putraning rakai ba- litung sakéng paku- rennira lawan rajabha- rya// i sedeng rajabha- ryā hana ta rayi- 20 ning çri mahārāja da- ksa// rayistrining ra- kai tulodong a-

/139/ temu tangan lawan rakai wawa ngaranira// diwa- ça ning kawaçanira çri mahārāja tulo- 5 dong/ mpu ketuwija- ya dumadi rakriya- n mahamentri hutama/ i sedeng rakriyan ma- hamentri dwitiya 10 yata mpu sindok/ sayogyanya mpu ke- tuwijaya hana ta ratwing sawiji mandala hanéng jawa madhya la- 15 wan namaçidam çri ke- tudhara manimantapra- bā prabhuçakti triwi- krama// ri huwusnya ra-

kai tulodong a- 20 ngemasi/ ateher gu- mantyaken dé ning ra- kai wawa/ āpan si-

/140/ ra mastri lawan putri- ning çri mahārāja ra- kai balitung ya- ta rayining çri mahā- 5 rāja rakai tulo- dong// rakai wawa ma- deg raja/ ing wwalunga- tus patang puluh pu- njul nem ikang çaka- 10 kāla tkaning wwalu- ngatus patang puluh pu- njul sanga/ ikang ça- kakāla/ sirā nya- krawarti kawalya 15 i jawa wétan / lawan ngaran abhiséka- nira yatiku/ rakai pangkaja dyah wawa çri- wijayalokanamo- 20 ttungga/ i sedeng çri ma- hārāja hanéng jawa madhya kāwéça dé

/141/ ning çri ketudhara/ i- kang tambayaning wwa- lungatus patang puluh punjul nem tkaning wwalu- 5 ngatus limang puluh punju- l siki/ ikang çaka- kāla/ nyakrawarti jawa madhya lawan jawa wétan/ hana pwa/ 10 çri mahārāja diyah wawa anak rakriya(n) ladhéyan yata sang lumāh ring alas ra- kriyan ladhéyan lawa- 15 n rakanira yata ra- kriyan manak sang lu- māh ring bhumi sambāra/ juga rakanira manih mpu wiraguna sang lu-

20 mah ring patapan sa- kwéhnya anak sri mahārāja rakai li-

/142/ mus diyahdéwéndra sa- kéng strinirékang dwi- tiya // ri kala rakai wawa nyakrawarti rā- 5 jya/ ring samangkana mpu sindok dumadi ra- kriyan mapatih uta- ma lawan namaçidam ya- ta mpu sindok çri i- 10 çanawikrama// sampu- nya ramanira prabhu ça- ktiwikrama raja i bhu- mi jawa madhya/ ange- masi gumantyake- 15 n dé ning putrinira ya- ta mpu sindok lawa- n ngaran abhisékani- ra rakryan çri mahā- mentri mpu sindok sang 20 çrīçanottunggadé- wawijaya/ ateher rasika mastri lawa-

/143/ n putrining çri mahārā- ja dyah wawa pinaka mahārāja jawa wé- tan yatiku çri para- 5 méçwarā çriwardhani ngaranira// witan ikang rājya hanéng jawa wétan/ tumulu- y mpu sindok lawan ngara- 10 n abhisékanira çri mahārāja rakai hi- no çri içāna wi- kramadharmottungga- déwa// çri mahārā- 15 ja sindok madeg ra- ja/ ing wwalungatus limang puluh punjul siki i- kang çakakāla/ tka- ning wwalungatus nemang pu- 20 luh punjul sanga/ ikang

çakakāla// ri huwusnya mpu sindok angemasi/

/144/ kacakrawartyannira guma- ntiyaken dé ning putrinira ya- tiku çri içanottunggawi- jaya pinaka stri dé ning pra- 5 bhu lokapala ngaranira// çri içanottunggawijaya mijil ing wwalungatus telung puluh punjul siki/ ikang çakakāla/ nyakrawar- 10 ti rājya lawan swamini- ra/ tambayaning wwalungatu- s nemang puluh punjul sanga/ ikang çakakāla/ tka- ning wwalungatus wwalung puluh 15 punjul sanga/ ikang çaka- kāla// tumuluy sira ginantiyaken dé ning pu- tranira yata çri makutawangçawardhana 20 ngaranira/ mijil i wwalu- ngatus limang puluh punjul pi-

/145/ tu/ ikang çakakāla// ra- sika madeg raja lawasnya tambayaning wwalungatus wwa- lung puluh punjul sanga ikang 5 çakakāla/ tkaning sanganga- tus telu welas ikang çakakāla// çri maku- tawangçawardhana mana- k putri rwang siki ya- 10 ta prathama déwi ma- héndrayana athawa çri déwi paraméswari ngaranira wanéh/ dwiti- ya déwi mahéndra- 15 datta athawa çri dé- wi ghunapriyadharmmapa- tni ngaranira wanéh/ a- teher çri déwi ma- héndrayana atemu 20 tangan lawan sang prabhu

teguh/ ikang gumanti- yaken sri makutawang-

/146/ çawardhana dumadi raja ja- wa/ lawan ngaran abhiséka- nira yatiku çri dharmmawang- çateguh anantawikra- 5 mottunggadéwa/ madeg ra- ja tambayaning sangangatu- s telu welas ikang çaka- kāla/ tkaning sangangatu- s telung puluh wwalu ikang 10 çakakāla// prabhu te- guh juga sinebut sang mokténg kedatwan/ i sedeng çri déwi ma- héndradattāneher 15 atemu tangan lawan u- dayana athawa çri dharmodayanawarmadé- wa sakéng warmadéwa wamsa hanéng nusa ba- 20 li// satuluynya lawa- n sang swami/ sira çri déwi mahéndradattā-

/147/ nyakrawarti hanéng ba- li// rikaning çri mahé- ndradatta lawan ngaran abhi- sékanira yata/ sang ra- 5 tu luhur çri ghunapriya dharmapatni/ çri mahéndra- datta madeg ratu hanéng bali/ tambayaning sanga3- ngatus telu welas ikang 10 çakakāla tkaning sangangatus telung puluh punjul rwa ikang çaka- kāla/ mwang çri dharmo- dayanawarmadéwa nya- 15 krawarti tkaning sanga- ngatus patang puluh pu- njul pat ikang çaka- kāla // ing pasangga- mannira sang ratu lu-

3 wwalu

20 hur çri ghunapriya dhar- mapatni lawan sri dhar- modayanawarmadéwa

/148/ manak jalu rwang siki/ pantaraning sowang-so- wang yata/ prathama a- irlangga ngaranira mwang 5 dwitiya anakwungsu ngarannira// ateher ér- langga dumadi raja jawa gumatyaken çri mahā- rāja dharmawangça// rasi- 10 ka madeg raja/ ing sanga- ngatus patang puluh pu- njul siki/ ikang ça- kakāla/ tkaning sa- sangangatus nemang puluh 15 punjul pat ikang ça- kakāla/ lawan nga- ran abhisékanira ya- tiku çri mahārāja rakai halu çri lo- 20 kéçwaradharmawangsa/ māpan sira mastri lawa- n putrining çri mahā-

/149/ rāja teguh anantawi- kramottunggadéwa// i sedeng rayining airlang- ga yata anakwungçu 5 dumadi raja hanéng ba- li lawan ngaran abhisé- kanira çri dharmawang- çawardhana marakata pangkajasdhanottungga- 10 déwa strinira pramā- nāran batāri mandul wa- stanya/ pakurennira tan panak/ ana- wungçu madeg raja la- 15 wasnya tambayaning/ sa- ngangatus patang puluh pat ikang çakakā- la// tkaning sahasra punjul rwa/ ikang ça-

20 kakāla// satulu- ynya kathanya manih// yatābhūténg pitu-

/150/ ngatus pitung puluh wwalu/ ikang çakakāla pi- çuna mwang humarānung ni- naya dé ning bālapu- 5 tradéwa ring raja mata- ram yatiku rakai pi- katan/ prayoja- na ning bālaputradé- wa yata/ ahyun duma- 10 di raja hanéng jawa- dwipa// tathapi sang bā- laputradéwa ka- hyunnira tanpaphala// hétunya wadyaba- 15 la sang bālaputradé- wa kaparajaya wadya- bala mataram ikang ninaya dé ning yuwa- raja sang rakai kayu- 20 wangi// i sedeng sang bā- laputradéwa pareng saparicaranirékang

/151/ kawalya çéça pirang puluh siki manigi- t ring swarnabhumi// ri ka- nang sang bālaputradé- 5 wa dumadi raja çriwi- jaya/ māpan sira putro- pādananing raja-raja çri- wijaya/ lawan wamsa- nira yata çéléndra 10 wamsa// mwang warçéku si- nghāsana rājya sakéng rakai pikatan winé- haken ring anakira yatiku sang rakai ka- 15 yuwangi/ dyahloka- pala ngaranira wanéh// i sedeng sang rakai pi- katan pinaka wreddha- rāja kawalya ta 20 sira makakarma sang-

hyang agamanira// ri huwusnya sang rakai pi-

/152/ katan angemasi/ ing pitungatus wwalung puluh pat ikang çakakāla/ ing warçéku hana pi- 5 çuna mwang humara manih ikang ninaya dé ning ra- ja mandala/ sénapati rakai walaing pu kumba- yoni ngaranira/ ikang 10 ring usāna pinakānu- caraning sang bālaputra- déwa// ri huwusnya wa- dwanira kasoran rakai walaing lumayū hu- 15 meut angayam alas ing çunyāranya pareng sa- saparicaranya//ateher tan sowé pantara- nya rasika malakwa 20 ring sang prabhu rakai pi- katan kumwa juga ring sang yuwaraja rakai

/153/ kayuwangi/ malar ksama salwir ing samācāraniré- kang wus misyani mwang prawre- ttīkang salah lawan ta- 5 n satya raja// i wekasa- n sang raja winéh ksama ring sang salah// tathapi ri hu- wusnya rakai pikatan a- ngemasi/ rakai kayu- 10 wangi wus madeg raja ngké/ ing pitungatus patang pu- luh wwalu/ ikang ça- kakāla rasika pa- reng saparicāranya mwang ma- 15 kolih inupaçraya- n sarana sarwakoça sakéng bālaputra- déwa raja çriwijaya/ matangyan rakai walaing 20 pu kumbayoni angre- but kadatwan matarā-

m/ i sedeng sang prabhu

/154/ kayuwangi malayū pareng saparicaranya hu- meut ing watu-watu/ ateher wadyabala 5 matarām ikang wus kā- sah-mapasah mwang wus maré sumirat kārana lumuru- g dé ning wadyabalā- nung ninaya dé ning ra- 10 kai walaing ikang ma- nalandang i téki karunya maseu// ngawe- kasan tan sowé pa- ntaranya/ wadyabala ma- 15 tarām ikang ninaya dé ning rakai kayuwangi/ wadyabala sang salah akwéh ikang kapa- rajaya mwang atangke- 20 p kabéh/ tan hané- kang malayū/ hétu- nya wadwageung matarām wu-

/155/ s kumaliling sakala kadatwan/ siré- kang çésaning pejah kabéh tiniba- 5 n pati/ tan hana ksamānggwa sang piçuna// henengakna ng kathānya sakareng/ ateher gu- mantyakna ri kathānya 10 wanéh// satuluynya gumawéha sang ksé- paning kathā mangené rājya i bhumi nusanta- ra/ mangkana witan ma- 15 ngadegnya rājya sala- kanagara hanéng ma- ndala jawa kulwa- n bangkulwan i bhumi ja- wadwipa yatiku sa- 20 lawas akara rwanga- tus telung puluh telu

warça/ yata tambaya-

/156/ ning limang puluh ikang ça- kakāla tkaning rwanga- tus wwalung puluh lima/ ikang çakakāla wu- 5 s pirang siki silih gi- nanti madeg raja hanéng riku// tathapi sirékang raja-raja mwang rājyanya sa- pinasuk rājyā hali- 10 t kumwa juga raja- nira/ māpan ikang dé- ça mandalanira ta- n ageung// ateher ma- deg rājya taruma mwang 15 rajanya yatiku ma- ntuning raja salakana- gara// witan mangadeg rā- jyatarumanagara ri séwaka ring rājya sa- 20 lakanagara// tathapi çansaya lawas a- teher dumadyageung//

/157/ māpan sira tritiya raja tarumanagara ya- tiku çri mahārāja purnawarman magawyageung 5 rājya taruma tkaning ka- cakrwartyanira ra- t jawa kulwan/ ka- béh rājya i bhumi ja- wa kulwan pranata mwang 10 ri séwaka ring purnawa- man pinaka bhimapara- kramaraja mwang yuddhé- nipuna// ikang mahā- prabhāwa rājya nitya- 15 sa mitra lawan atuntu- nan tangan lawan rājya-rājya geung i bhumi bharata na- gari/ cina nagari/ singha- la rājya/ syangka rājya/ 20 yawana rājya/ campa rājya/ abbasid nagari/ sopala nagari mwang akwéh

/158/ lénya manih// satulu-

ynyāmituhu pustaka pararatwan i bhumi jawa kulwan sinerat mangka- 5 na// i wekasan sri mahārāja purnawarma- n anyakrawarti rat bu- mi jawa kulwan ri huwusnya katipaya 10 warça sirā merangake- n sakwéhing çatruni- ra// ikang çatrwanung amaguta kaparaja- ya ta sira// sangapé- 15 kang tapwan panut i- nanduni ta nagarani- ra/ mwang sang rajanya ti- niban pati/ athawa ginantiyaken dé ning 20 lén wwang ikang çatya bhakti// hana pwa manda- lāntara ning rājya ta-

/159/ rumanagara lawan raja/ ratu athawa sang pina- kadinya bhumi jawa ku- lwan yata pantaranya/ rā- 5 jya salakanagara/ rājya cupunagara/ rājya nusasabéy rājya purwanagara/ rājya hujung- kulwan/ rājya gunungki- 10 dul rājya purwalingga/ rājya agrabhinta/ ratu mandala sabara// rājya bhumisagandhu/ raja dé- ça paladu/ pinakā- 15 kuwu/ ratu mandala sa- bara/ rājya koçala/ raja désa légon rājya indraprahasta/ rā- jya manukrawa/ rājya 20 malabar/ rājyā hali- t sindangjero/ purwakre- ta déça huluning ja-

/160/ napada sira pinakā-

kuwu/ raja mandala wana- giri/ déça mandala/ purwagaluh/ ratu manda- 5 la cangkwang/ karatwan sa- gara kidul/ ratu pang- hulu kubangghiri/ ra- tu déça cupugiri/ a- teher ratu aléngkha/ 10 manikparwata déça/ mandala salakaghading/ ratu mandala pasirba- tang/ ratu mandala ka- rangsidulang/ ateher 15 manih ratu déça bi- tunggiri/ ghuru panghulu déça raja patapān satuluynya raja manda- la tanjungkalapa/ 20 pakwan sumurwangi/ ma- ndala kalapaghirang/ ateher mandala ta-

/161/ njungcamara/ ateher dé- ça mandala sagarapasir/ ratu mandala rangkas ra- ja déça puradalem ra- 5 ja mandala linggadéwa/ ra- ja mandala wanadatar/ ra- tu déça jatyāgeung/ neher mandala çétya- raja/ ratu déça wa- 10 najati/ satulu- ynya wanéh kitha raja- tapura/ ateher su- ndapura/ mandala dwaka- lapa/ raja mandala pa- 15 sirmuhara/ rājya purwa- sanggarung/ mwang akwéh ma- nih déça/ mandalānung ri séwaka hanéng ta- rumanagara// ri kala 20 çri mahārāja purnawarma- n madeg raja tarumanaga- ra/ akwéh ta sang ki-

/162/ rāta waluy-waluy pa- ntaraning nagaranira ring nu- sa-nusa i bhumi nusantara/ mākadi jawadwipa mwang 5 swarnadwipa// ateher lén kathā manih ya- tiku mangené rājya- rājya swarnadwipa/ mangka- na// akāréng pata- 10 ngatus rwalikur ikang çakakāla i bhumi swarnadwipa/ hana ta rwang rājyāgeung yatiku rājya pali hanéng swar- 15 nabhumi banglwar mwang te- ngah banglwar// dwitiya rā- jya malayu sinebu- t juga çriboja ha- néng swarnabhumi bangki- 20 dul lawan tengah bangki- dul/ ing swarnabhumi banglwar ikang sapina-

/163/ suk kacakrawartyan ing rājya pali/ rikung pi- rang siki rājya-rājyā ha- lit ri séwaka prana- 5 ta ring kawaçaning mahā- rāja pali// pirang siki pantaranya rājya-rājya kayata/ rājya in- dra puri/ rājya indrapu- 10 rwa/ rājya indrapatra/ rā- jya kandhari mwang akwéh manih// kumwa juga dé- ça mandala parlak paséh/ samudra/ nago/ 15 barus pagay la- muri/ haru/ tamyang mwang akwéh lénya manih/ kabéh akwéhnya déça yata/ aka- 20 ra satus patang puluh déça rat rājya pali i bhumi swarnadwipa// i-

/164/ kang rājya-rājya manda-

la janapada riku me- kul agamanira bu- dhayana// tathapi pi- 5 rang siki déça manda- janapada hanéng pagay lamuri/ ha- ru/ mwang tamyang aga- manira pitrepuja/ pa- 10 rwatapuja/ agnipuja/ lwahpuja/ suryapuja/ candrapuja/watupuja/ sdhāwarapuja/ aka- çapuja/ mwang akwéh 15 manih sang pinujanira// janapadékang pame- kul pitrepuja sira tan rumasuk anggwanan mwang rasika suhka ta ma- 20 ngan mwang samanya/ lawan a- nginum rāh manusa mwang sa- twa/ hana jugékang

/165/ rumasuk rondon ruma- suk kupina walulang satwa/ hana jugékang mawalkala// pataraning 5 sira/ akwéh ikang wa- nawāsa/ humeut mwang sumirat/ hétunya janapada hanéng dé- ça mandala pagay 10 lamuri/ haru/ mwang ta- myang tan wring agama bu- dha/ tan kadi déça mandala lénya// ing patangatus patang pu- 15 luh ikang çakakā- la rājya pali mi- tran lawan rājya cina// ateher ing pata- ngatus patang puluh 20 lima/ ikang çaka- kāla rājya palya- ngutus dutanira ring

/166/ rājya cina// pinaka mi- tran raja pali winéh

sarwa wastan ulih ing bhu- mi mwang ulih ing hasta- 5 karya// hana pwa swar- nadwipa bangkidul mwang tengah banglwar ika kabéh sapinasu- k kacakrawartyan ing 10 rājya çriboja/ a- thawa malayu naga- ra hanéng palémbang// rikung juga luwih sa- king satus déça geung 15 halit/ pirang si- ki pantaranyānung ka- wilāng ageung tatha- pi ri séwaka ring rā- jya melayu yata/ 20 rājya çriwijaya i jambi mandalanira/ rājya tulangbawang/

/167/ rājya syak ateher rekān kampay pané/ bangka/ bali- tung/ nayas tanjungki- 5 dul mwang akwéh lénya manih// ing (patangatus) telung puluh sanga / ikang çakakā- la rājya malayu mi- tran lawan rājya cina// 10 hana pwa janapada rā- jya malayu mekul a- gama budhayana// ring samangkana rājya-rājya i bhumi nusāntara silih 15 amitra// kumwa juga rājya malayu mitra- n lawan rājya taruma- nagara/ rājya pali/ rājya bakulapura/ 20 cina/ keling méh kabéh rājya i bhu- mi nusāntara mwang lé-

/168/ n nagara sabrang nusānta- ra// ing limangatus sa- ngang puluh rwa/ ikang ça-

kakāla rājya çri- 5 wijaya wus dumadi rā- jyāgeung lawan wadya- bala wirya santo- sa/ saparwa rājya ma- layu rinebūt dé- 10 ning aksohi(ni) rā- jya çriwijaya// sadu- rung ika/ ing limanga- tus sangang puluh wwa- lu/ ikang çakakā- 15 la rājya pali li- nurug inanduni dé- ning wadyabala çriwi- jaya// marurek ta yu- ddhakala pantaraning 20 wadyabala rājya pa- li lawan wadyabala çriwijaya// hana pwa

/169/ rājya kandharīkang wu- s mangadeg mahardhika witan ing patangatu- s wwalung puluh lima/ i- 5 kang çakakāla/ mwang mitran lawan rājya ci- na/ umilu yuddha la- wan rājya çriwijaya// tathapi rājya kandha- 10 ri kasoran māpa- n nagaranira wus ina- nduni dé ning rājya çri- wijaya // i wekasa- n alah ta kabéh 15 rājya-rājya hanéng swarnabhumi banglwar// ma- tangyan sira kabéh wadyabala rājya pali mwang rājya-rājya samanta- 20 nira malakwaken pa- nigit kumwa juga janapada mwang mantri-ma-

/170/ ntri/ pranaraja/ sang dwija/ sang pinakadi-pinaka- di// ikang panigit uma- réng ngidul lawan maha-

5 wan prahwāgeung hali- t pirang atus/ hané- kang umaréng jawadwipa yatiku mandeg mwang ta- molah ing rājya indra- 10 prahasta/ hanékang ma- ndeg ateher tamo- lah ing mandala ba- kulapura/hanékang mandeg ateher ta- 15 molah ing hujung me- ndini mahasin ja- wa (ma)dhya/ jawa wéta- n/ lawan akwéh ma- nih wadyabala rājya 20 pali sangkep lawan sar- wwakoça rājya mande- g ateher tamolah

/171/ ing nusa ghoh mwang rikung madeg rājya/ ateher sinebut rājya pali/ athawa neher sinebu- 5 t rājya bali// kumwa juga rājya mahasin i nusa hujung mendini ne- her inanduni dé ning wa- dyabala çriwijaya// 10 marurek ta nikang yu- ddha// i wekasan wadya- bala rājya mahasi- n kasoran alah ta wekasan/ ikang wa- 15 dyabala çésa ning pejah kabéh mani- git lawan mahawan pi- rang puluh prahwāgeung ha- lit umaréng ngidul/ 20 ateher mandeg mwang ta- molah hanéng banjar mandala i bhumi ta-

/172/ njungpura yatiku ba- kulapura bangkidul/ rikung sira made- g rājya i banjar déça 5 mwang ateher ikang rā-

jya sinebut rājya ba- njarmahasin/ hana pwa rājya mahasin i- ka ring usāna manda- 10 lanirékang ngké si- nebut tumasik i nusa hujung mendini// ing nemang atus punjul pat i- kang çakakāla/ wa- 15 dyabala çriwijaya lawan ninaya dé ning ra- janira yata dapunta hyang çri jayanasa nga- ranira/ mulih mangidu- 20 l ring manangkabwa// sakéng manangkabwa neher ing nemang atus punjul li-

/173/ lima/ ikang çakakā- la wadyabala çri- wijaya ninaya dé- ning rajanira dapunta 5 hyang anduni saparwa rājya malaywikang ta- tan kasoran/ wadya- bala çriwijayānung pasamudayanya rwang la- 10 ksa siddha paripurnā ngalahaken rājya me- layu//wadya rājya me- layu çésa ning pe- jah manigit ring rājya 15 sunda i bhumi jawa ku- lwan/ rājya melayu hanéng palémbang wu- s ngalindih dé ning rājya çriwijaya// ing nema- 20 ngatus punjul nem ikang çakakāla çri jaya- nasa magaway cétya-

/174/ praçasti hanéng çrikçé- tra pareng saparicāra- nira// yatanyan tan pra- tibandha mwang wasthā 5 kabéh janapada ka-

nista madhyamottama lawan ng siniwi naga- ra/ mahāraja çriwi- jaya magaway sangskā- 10 rāgama mwang malakwa- ken dana ring dharmadhya- ksa ring kasoga- tan yatiku danga- cāryya çakyakir- 15 ti ngaranira// maka- di prayojana ning sang raja yata/ anggwa ma- damel wihāra mwang lé- nya wanéh // ring samang- 20 kana/ hanéng rikung ratu samanta i bhumi swarnadwipa/ raja manda-

/175/ la sakéng déçāntarā- nung ring séwaka mahā- raja çriwijaya/ sang pina- kadi/ sang pranaraja/ ma- 5 ntri raja/ sang tanda/ sang baladika wadya- bala/ sénapati sar- wajala/ dutā-duta sakéng mitranagara/ 10 dangacāryyāgama bu- dhayāna/ dangacār- yyāgama nirwānayā- na/ dwija-dwija/ sang sanggha yatiku/ bhiksu/ bhi- 15 ksuni / upāsaka/ mwang upāsikā// ku- mwa juga pirang iwu wa- dyabala çriwijaya mwang sakwéhing jana- 20 pada// hana pwa rājya çriwijaya tkaning ne- mangatus telu welas i-

/176/ kang çakakāla wus nya- krawarti rat swarnabhu- mi pinaka raja ka- waça// kabéh raja- 5 raja swarnabhumi wus pra- nata mwang ri séwaka

ring çriwijaya// lawa- n rājya sunda/ rājya çri- wijaya wus magawa- 10 y samaya karwanya tan silih anduni nagaranira sowang- sowang/ mwang atuntu- nan tangan ing pamitrani- 15 ra// matangyan duta çri- wijaya hanéng rājya sunda/ mwang duta sunda hanéng rājya çriwija- ya// ikang pasamayā- 20 n sinerat mwang hinaje- ngan ing catur daça çu- klapaksa/ māghama-

/177/ sa nemangatus punjul pi- tu/ ikang çakakāla dé ning karwanya pantara- ning çri mahāraja jaya- 5 nasa raja rājya çriwi- jaya sakéng swarnabhumi lawan çri mahāraja tarusbawa raja rājya sunda sakéng jawa ku- 10 lwan i bhumi jawadwipa// ateher ing mandala rājya sunda ginawé- ha cétyapraçasti sinebut mitra pa- 15 samayān sinerat ing watu lawan rwang bhasa sowang-sowang// hana pwa raja çriwijaya nitya- sa tan suhka twasi- 20 ra tuminghal swasthāning rājya jawa// téna kā- léna prānāh ing jana-

/178/ pada rājya jawa kreta subhika// janapadanyā- kwéh ikang prajnéng sarwa widya// akwéh ta/ u- 5 lih ing bhumi/ māpan wre- ddhi pretiwinya// ikang rājya makanama ke-

ling/ lawan rajanya wa- nodya yata déwi 10 çima ngaranira lawa- n namaçidam çri mahā- rani çima mahisā- suramardini mahāpra- bhawadéwi sakala- 15 bhumi// rasika madeg ra- tu keling/ ing lima ngatus sangang puluh pu- jul nem ikang çakakā- la/ gumantyaken swa- 20 minira yata prabhu kārtikéyasingha sinebut juga sang

/179/ mokténg mahamérwaca- la ngaranira wanéh// iti rājya wus mitran ru- maket lawan mahāraja 5 cina// matangyan duta rājya keling hana ng ka- na/ duta rājya cina hana riking// prabhu kār- tikéyasingha wu- 10 s pinrwākénkénan du- tanira yata sang amatya pranaraja ring rājya cina// prathama ya- tiku/ ing limangatu- 15 s pitung puluh ikang ça- kakāla/ dwitiya/ ing limangatus wwalung pu- luh punjul wwalu/ ikang çakakāla/ yati- 20 ku tambayaning sang prabhu nyakrawarti rā- jya keling// hana pwa

/180/ kawitan ing wamsanira sang prabhu yata sakéng bha- rata nagari bangkidu- l/ mwang ayayahning 5 sang prabhu kartikéya- singha yatiku ring usā- na/ ri kala nyakrawar- ti rājya/ wwalung warça

ng atitā/ mwang to- 10 wi nem welas warça ng a- tita/ yata ing li- mang atus nemang puluh pu- njul rwa/ ikang çaka- kāla lawan ing lima- 15 ngatus limang puluh pat i- kang çakakālāké- nkénan dutanira ring rā- jya cina/ kumwa ju- ga duta ning rājya ci- 20 na tkan riking// ing pa- sanggamanira sang prabhu kārtikéyasingha

/181/ lawan déwi çima/ mana- kta rwang siki/ stri lawa- n jalu/ pantaraning so- wang-sowang yata/ i- 5 kang stri déwi parwati ngaranira pinaka stri dé ning sang prabhu mandi- minyak sakéng gha- luh i bhumi jawa ku- 10 lwan/ ikang jalu sang raja kumara naraya- n(a) ngaranira//satulu- ynya ri kathānya wa- néh// ri huwusnya sang 15 prabhu kārti(kéya)singhānge- masi/ déwi çima du- madi raja gumantyake- n swaminira// ri samang- kana/ déwi çima 20 hana ta wanodya kang lituhayu// a- tyanta dibya ning rupa

/182/ rasika/ tan hana rwanya hanéng jawadwipa// si- ra stri paripūrnéng ha- yu/ kadi widyādari 5 sakéng swargaloka// matangyan sira sri ja- yanaça/ atyanta sarāga ring déwi çi- ma// mwang ahyunirāno-

10 maha// tathapi ci- ttanira nyarāga- ni déwi çima ta- n pantuk nguni- wéh déwi çima ta- 15 tan angga tuminghal ra- ja çriwijaya/ nguni- wéh dumadi strinya suhka ta sirāngema- si swaraganira// kā- 20 rana déwi çima ta- tan angga dumadi stri- nya/ dé nika kro-

/183/ da ta raja çriwijaya wekasannya// ngké/ anang- gadīpa mahāraja çri- wijaya nityasa ca- 5 lambeknya mwang sarāga ring sang mahārani çima déwi// apan sang mahā- raja çriwijayātyanta kahyun makastri ratu ke- 10 ling// tathapi déwi çi- ma neher amuluhi ma- kaswamya mahāraja çri- wijaya// mwah sang ratu jawa sedengira tan su- 15 hka twas ing sang ratu ring u- (lah)ira raja çriwijaya// hétunya raja çriwi- (jaya) wus angdon mwang ngalindih rājya melayu// tekwa- 20 n ikang raja melayu sapinasuk uwaning swa- minira yata prabhu kār-

/184/ tikéyasingha// mā- pan rénaning swaminira hana ta yayīstrining raja melayu// tekwa- 5 n pantara ning raja jawa mwang raja çriwijaya pra- tibandhāgamanira/ yatiku raja çriwija- ya panutanira budha-

10 yana mwan(g) raja jawa panu- tannira bhatara çangkhara// tekwan sadhana yata/ kanaka wajra mwang salwir ing lengkara drewyaning rā- 15 jya melayu wus kakawa- ça mwang kajarah dé ning rā- jya çriwijaya// ate- her raja çriwijayā ma- laku pamitran lawan ra- 20 ja keling// tathapi ra- ja keling tan angga pa- mitra lawan sira// ma-

/185/ tangyan i nemangatus pu- njul wwalu/ ikang çaka- kāla/ raja çriwija- ya kahyun angdoni 5 rājya jawa// tathapi cittaning raja çriwija- ya tan siddha// kāra- na pirang nagarāpama- ritrāna rājya jawa/ 10 yatiku rājya cina/ rājya bakulapura/ rā- jya hujung mendini/ rājya- rājya bharata nagari mwang akwéh manih// i 15 sedeng rājya sunda ka- walya tan humaje- ngan ring kahyunira raja çriwijaya/ kumon su- çila mwang mangalo- 20 cita manih kahare- pira// matangyan akwéh prahwa kirata drewya

/186/ ning wwang jawa/ ikang ma- labuh mandeg sawa- tara hanéng labu- han palémbang/ bangka 5 mwang pirang labuhan çri- wijya kinon wangsu- l manih// tekwan akwéh manih ikang wastwani- ra kajarah/ i sedeng 10 kawulaning prahwa ki-

non apulih ring nagara- nira// towi raja çri- wijaya nityasa ki- non sang bajo lu- 15 muda prahwa-prahwa- n wwang jawa hanéng madhya sagara// satuluynya ri kathānya rājya çri- wijaya wus angawaça- 20 ni rājya-rājya manda- la sanghyang hujung/ ate- her rikung çriwijaya

/187/ magaway candi telung si- ki/ lawan ing nemanga- tus sangang puluh puju- l pitu/ ikang çaka 5 kāla/ raja çriwi- jaya magaway caitya rwang siki/ māpan inajna- n dé ning sang mahāraja çri- wijaya// kumwa juga 10 sang sthāpaka yati- ku adhimukti ngara- nira magaway caitya rwang siki// hana pwa ra- ja çriwijaya sang 15 sthāpaka/ sang sanggha mwang janapada yata bu- dhayāna mwang nirwana- yāna hanéng kaca- krawartyan ing rājya 20 çriwijaya// i sedeng raja keling mwang jana- padanya pamuja bhata-

/188/ ra çangkhara mwang nirwanayā- na tan sapira// satu- luynya kadīkang ri ka- thāken dé ning sang mahā- 5 kawi/ mangkana ing pa- sanggamannira déwi çi- ma lawan raja kārti- kéyasingha/ manak ta pirang siki/ rwang siki/ 10 pantaranya yata dé- wi parwati mwang naraya-

na// déwi parwati pi- naka stri dé ning ma- ndiminyak ratu gha- 15 luh, ateher mā- nak ta déwi sana- ha// ateher mandi- minyak mastri lawa- n pwahaci rababu/ 20 manak sang sénna// a- teher sang sénna/ a- thawa sang bratasénna-

/189/ wa ngaranira wanéh a- temu tangan lawan déwi sannaha// ing pasanggama- nira mānak ta sanja- 5 ya ngaranira// hene- ngakna ng katha sakareng/ gumantyakna tumu- luy kathānya wanéh yatiku/ amitu- 10 hu sang mahākawi sunda lawan jawa mwang amituhu/ pustaka parartwan i bhumi jawa kulwan mwang salwir ing 15 pustaka// mangkana tékang kathā mange- né rājya purwaghaluh lawan rājya sunda/ i- bhumi jawa kulwan 20 sakéng sang mahāka- wi/ hana sira danga- cāryya sang maharsigu-

/190/ ru manikmaya ngaranira/ atemu tangan lawan pu- tri çri suryawarmanbuwa- na mahāraja taruma- 5 nagara// i sedeng santā- na pratisantānanira sang rsi/ dumadyakna du- ta ring rājya tarumana- gara ing cina nagari// 10 ikang sang resighuru kumawaçakna ama- géhing mandala ha-

néng kéndan/ rikung sira dumadi ratu/ la- 15 wasira patang daça rwa- warça// ing pasanggama- nira sang rajaresi ké- ndan lawan sang putri ta- rumanagara/ manak ta 20 sira rajaputra sura- liman ngaranira// tamba- yaning yuswanira ta-

/191/ runa dumadyakna sang ba- lādika hanéng rajya tarumanagara/ateher ing dwa daça kresnapaksa 5 asuji māsa/ patanga- tus sangang puluh ikang çakakāla rinatwa- ken ta sira dumadi ratu kéndan sumilihakna 10 ramanira// lawasira ma- deg ratu sanga likur war- ça/ sang rajaputra çura- liman ing yudha kala sira nityasa jaya ça- 15 tru// ing pasanggamanira lawan putri bakula- pura sakéng wangça ku- dungga/ manak ta sira rwang siki jalu mwang stri ya- 20 ta prathama sang kandiha- wan sang rajarsi dé- waraja/ sang layuwa-

/192/ tang ngaranira wanéh// dwitya sang kandiawa- ti// rasika atemu tangan lawan wwang rajabra- 5 na sakéng swarnabhumi/ sang kandihawan tamo- lah ing medangjati// ma- deg rajarsi lawasira lima welas warça// sang 10 kandihawan manak ta sira pirang siki // sa- lah tunggal pantaraning yata kanya kang pari-

pūrnéng ahayu sang wre- 15 tikandayun anung su- milihakna yayah- nira dumadi ratwing gha- luh mwang dumadya raja- rsi hanéng menir ma- 20 ndala// rasika made- g ratu ghaluh lawa- snya sangang puluh warça//

/193/ hana pwa sang wretika- ndayun atemu tanga- n lawan putrinira sang rsi makandria// ing pa- 5 sanggamanira/ manak ta sira jalu telung si- ki/ pantaraning so- wang-sowang yata/ ra- hyang sémpakwaja ngara- 10 nira dumadi resiguru hanéng ghalunggung// rahyang kidul ngaranira duma- di rsi hanéng dénuh mandala mwang rahyang ma- 15 ndiminyak ngaranira a- njeneng ratu ghaluh/ su- milihakna ramanira// rahyang sémpakwaja ma- temu tangan lawan nay ra- 20 babu/ kanya kang a- tyanta dibyaning rupa ra- sika/ saksat purné-

/194/ n dwing catur daçi çukla- paksa/ i rikang kala lituhayunira ta- nana rwanya ing sunda na- 5 gara/ katon ta sinang çariranya kasonwan dé- ning bhūsananya mami// matangyan yayinira sang ratu ghaluh yata 10 sang mandiminyak mogha rāgiwaça tumon ing rupa rasika// ing paku- renanira sang sémpakwa- ja lawan nay rababu

15 mānak ta sira jalu rwang siki/ patunggalan i- ngaranira yata/ sang dé- munawan mwang sang purbasora ngaranira// hétunya sang 20 mandiminyak mahageung kāmarasa ring sira nay ra- babu// makanimita

/195/ tatkala sang ayu ring ghaluh kadatwan si- ra tan patibrata/ a- neher sang mandiminyak sang- 5 gama lawan nay rababu ring samangkana tan wihang/ ika tapān ng ulahni- ra/ ing wekasan sang a- yu kaworan a- 10 neher putra jananani- ra jalu mwang sinungan pa- sénggahan yata sang sé- na/ sang prabhu bratasé- na rajaputra linggabhumi 15 ngaranira wanéh// ikang sarwa karmāmédyanira kawruhan ta dé sang ja- lunira// matangya- n ikang putra pūrwa kar- 20 maphala tarunākna ring prabhu mandiminyak/ i sedeng sang sémpakwa-

/196/ ja byakta tresna mastri- nira// matangyan yatan du- menda saparikrama ni- kang strinira// nay rababu 5 mulih dumadi sawiji la- wan jalunira yata sang sémpakwaja// sira sang ma- ndiminyak mastri lawa- n putrining raja keling 10 sakéng jawa// ing pasang- gamanira/ manak ta si- ra wanodya nay déwi sannaha rajaputri// a- teher nay déwi wi- 15 narangakna lawan sang

sénna rajaputra// ing pa- nigrahananira mana- k ta jalu sang jamri/ sanjaya/ prabhu harisdar- 20 ma ngaranira wanéh// sang mandiminyak lawasira madeg ratu ghaluh

/197/ kawal(y)a pitung warça/ tumuli sira sang sénna sumilihakna rama- nira anjeneng prabhu ring 5 ghaluh// ri huwusnya pi- tung warça dumadi ra- twing ghaluh/ kalunggu- hannira rinebut dé- nira sang purbasora// a- 10 teher sang prabhu sé- nna lawan someringi- ra/ miré ring jawa wé tan tamolah ri me- rapi/ tumuli duma- 15 di rajéng keling pa- samudaya strinira// hana pwa putranira sang jamri yuswanira wus taruna lungha ma- 20 réng rahyang kidul i dé- nu(h) i jawa kulwan/ satuluynya lungha

/198/ ring sunda/ rikung sang jamri pi- naka mantu putu dé ni- ra sang prabhu tarusbawa// iki nay putri sekar- 5 kencana athawa déwi téjakencana ngaranira wanéh/ atyanta di- bya ning rupa rasika [kalungguhanira pi- 10 naribhawa dé ning sang purbasora // ateher sang prabhu sénna lawa- n someringnya miré ring jawa wétan mwang ta- 15 molah ing merapi/ tu- muluy dumadi raja ke-

ling ikang dlaha duma- di mandala rājya me- dang i bhumi matara- 20 m/ rasika ama- géhing ikang rājya lawasira nem wela-

/199/ s warça// hana pwa putra- ning sang sén(n)a yata sang jamri/ sanjaya ngarani- ra wanéh/ ri huwus ika 5 yuswanira taruna lung- ha ta mareng rahyang ki- dul i denuh lungha ta sira mangulwan ring su- nda nagari//] hana pwa 10 mangené rājya sunda pūrwa prastāwanya mang- kana// raja taruma- nagara yatiku/ sang mahāraja linggawar- 15 man mastri lawan pu- trining prabhu wiçnumūr- ti raja indrapraha- sta yatiku déwi ghanggasari ngaranira/ 20 ing pasanggamanira ma- nak ta pirang siki/ sa- lah tunggal pantaraning /

/200/ yata déwi manāsih rajaputri ngaranira// ateher déwi manā- sih atemu tangan la- 5 wan sang tarusbawa nga- ranira// ri huwus ika sang linggawarman ange- masi/ sang rani déwi manāsih lawan sang swa- 10 mi nyakrawarti rājya// lawasnya limangpuluh pat warça/ yata sa- kéng limangatus sa- ngang puluh punjul si- 15 ki ikang çakakā- la/ teka ning nema- ngatus patang puluh

punjul lima/ ikang ça- kakāla// abhisé- 20 kanira yatiku/ mahārāja tarusbawa dharmawaskita manumang-

/201/ galajaya sundasamba- wa// witan ikahen rā- jya tarumanagara dé ning mahārāja taru- 5 sbawa/ makanama rā- jya sunda// ing pasangga- mannira lawan déwi manāsih manak jalu sasiki/ yata ra- 10 kryan sundasembawa/ pinaka rakryan mandala/ rakryan sundasembawa manak pirang siki/ satunggal pantaraning 15 stri sang panuha yata déwi téjake- ncana ngaranira// ri kala mahāraja tarusbawa sumiwi rā- 20 jya/ rasikākwéh mitranan lawan pirang nagara janapada su- 202 nda nagara kreta su- bhika// akwéh ta prahwa tekan rājya sunda dhumārana 5 sarwwa wastwan lengka- ra/ hanggonan la- wan salwirnya// sira mulih umawa gula- y-gulayan byasa- 10 na tangan janapada rikung lawan salwir ing hulih bhumi// ha- na pwa sang rakriyan su- ndasambawa anak ing 15 raja sunda/ wus angema- si ri kala yuswa yowana mwang tata- n inabhisékan dumadi

raja sunda// i sedeng 20 ayayahnira/ mahā- raja tarusbawa ange- masi ing yuswātu- 203 ha// putrining rakryan su- ndasambawa/ yata ra- putuning mahāraja tarusbawa/ pinaka 5 stri dé ning sanjaya putraning sang prabhu bra- tasénawa// yadya- pin sira déwi té- jakencana hana 10 ta raputu/ tatha- pi mahārāja taru- sbawa mawéka ring sang déwi// tumulu- y sanjaya gumantya- 15 ken mahāraja taru- sbawa/ dumadi raja la- wan ngaran abhiséka- nira sang mahāraja harisdharma bhimapara- 20 krama prabhu mahéçwa- ra sarwajitaçatru yu- 204 dha// nihan ta ri huwusnya rājya ghaluh pinaribhawa lawan pirang rājya lénya wanéh// 5 sanjaya nyakrawarti jawa kulwan lawasnira sangang warça// sakeng nemangatus patang pu- luh lima ikang ça- 10 kakāla/ tkaning nemangatus limang puluh punjul pat ikang ça- kakāla// ring samangka- na sang jamri pinaka ma- 15 ntu putu dé nira sang pra- bhu tarusbawa raja sunda// ikang putri nay sekar- kencana ngaranira/ atya- nta dibya ning rupa rasi- 20 ka// hanapwānung manga-

deg[ng]akna pakwan pajaja- ran lawan kedatwan sang bi- 205 ma punta narayana madura suradipati yata sang pra- bhu tarusbawa// ing pasanggama- nira sanjaya kang winastwa- 5 n aran prabhu harisdharma la- wan putri sunda/ manak ta sira sang tampéran rajapu- tra// tumuluy sang ta- mpéran manak ta sira sang 10 manarah mwang sang banga// sa- tuluynya sanjaya te- kan ring rabuyut sawal ma- jarajar yan sarika ha- na ta putraning sang sé- 15 na/ ikang kalungguha- nnya pinaribhawa dé ning sang purbasora, mwang rasika kawitanya hana ta sang resi ghuru// makani- 20 mita sira wus sayo- gya amamerangi wwang sa- nakira yata sang pur- 206 basora// tekapnya sanja- ya lawan amawa wadya- bala sunda sangkep ruma- suk kawaça mwang padānggé- 5 geu sarwāstra hétu/ ma- paga balakrama gha- luh anung rinatwing dé nira sang prabhu purbasora jayasakti mandraguna 10 ngaranira// wadya sanjaya rampah ta sirānjuju- g kedatwan kāncit a- nduni wadya ghaluh ri kala rahiné kule- 15 m/ ring samangkana nikang yudha marurek silih perep silih usi wa- dya sunda lumepa ma- seu/ angayati ga- 20 ndéwanira ring wadya

ghaluh/ i wekasa- n sang prabhu purbasora pi- 207 208 ça-déça// pantaraning sira sang démunawan rayinira sang purbasora yata uwa- nira sanjaya// nguniwéh 5 sang akinira danghyang ghuru ing ghalunggung yata sang sémpakwaja nitya- sān pamaritrana sang démunawan/ hana 10 ta danghyang ghurwan munggwing ghalunggung mandala/ i- kāmagéhi pirang si- ki déça mwang janapa- danya// dé nika sang dé- 15 munawan mangadegakna sa- unggalah kadatwan rasika pinaka raja riku/ tuwi sang dému- nawan mastri lawan pu- 20 trining ratu kuningan/ ring samangkana ratu sa- mantanira yata// kya- 209 geung muladarma i para- hyangan kyageung batu- tihang kuningan kya- geung pasugihan i batur/ 5 kyageung sumajajah i pagajahan kyageung tu- jung putih i kahuripa- n kyageung darongdong i balaraja/ kyageung 10 padurungan i lembuhuyu/ kyageung pagergunung i mu- ntur/ sang wulan ratu ka- jaron sang tumangga- l ratu kalanggara i 15 balamoha mwang sang pa- ndawa ratu layuwa- tang i kuningan, makabéhannya ka-

kapangawaça mandala mwang 20 kaula balanira/ awit anādikāla sumangguh ring danghyang ghuru 210 hanéng ghalunggung sang sé- mpakwaja/ tumuli sang démunawan ika rajanya sira kabéh / nityasa 5 bhakti ring sira sang démuna- wan ing saunggalah/ pina- ka çatruning ghaluh// muwah pirang ratu wa- néh manemah bhakti ring 10 sira ang démunawan ha- néng saunggalah/ panta- raning yata sang luda ratwing puntang/ sang wulu- kebek rtawing kahu- 15 ripan sang suprémanah ratwing wiru/ sang içwara ratwing jawa wétan sang bramasidi ratwing keling mwang sang patih 20 kandarma hanéng bé- rawan sang mawulu- asu ratwing cimara/ 211 sang pancadana ratwing ci- na/ sang ghana ratwing ké- mir// tathapyan mangkana dla- ha akwéh pantaraning 5 sirékang rinangsang mwang gi- nepuk neher alah ta ya dé wadwanira sa- njaya// rasika ta- nana katakut ring 10 sang démunawan ing saung- galah / tathapyan mang- kana sira tatan ang- ga malurug ring kada- twan uwanira// hé- 15 tunya ayayahnira yata sang prabhu sénna hanéng keling i bhumi jawa/ kumonaken a- jnā nihan ta// kinon ta

20 sarika dibya guna ring santana pratisantana- nira/ haywa ta luma- 212 gé wwang sanak yata sang démunawan ruma- ket ta mwang hatut madu- lur parasparo pasarpana/ 5 gorawa ning wwang atuha/ mojar ayayahnira pi- tuhun mwang rinaksā// i- kahen hétunya ra- tu saunggalah pina- 10 ka nrepati mahardī- ka// kālāntara ta- tan dumadi rajéng gha- luh/ sanjaya kaso- ran lawan sang pandawa kya- 15 geung kuningan/ samangké wus jayéng yuddhanira/ tā- pan geung wadyanya/ yata ma- habala sunda ghaluh ing jawa kulwan mwang ing 20 bhumi jawa// ateher dinonira ta sang raja samanta/ alah ta ya 213 dénira sanjaya tu- muluy sakwéhnya ra- ja rat jawadwipa// rasi- ka tan amerep sang 5 démunawan ing saungga- lah anung tapwan panū- t ring sira// satuluynya lawan geung balakrama- nira mangkat ring swarnabhu- 10 mi tamasi katha ning sanghyang hujung anjuju- g rājyékang geung ya- ça wiryya mwang tan pra- nata ring sira/ sakwéh- 15 niréng rājyālah ta ya ring sanjaya// rasika sinebut bhumiparakra- moraja mwang yuddhé- nipuna// ateher mu- 20 lih yata ring ghaluh//

ri sampunyéka/ ing nemangatus limang puluh 214 punjul telu/ ikang ça- kāla/ prabhu sanja- ya, sang demunawan sang içwara mwang santana 5 pratisantana/ sapa- rāmatya/ ratu sama- nta sakéng rat jawadwi- pa/ dutaning sang prabhu sé- nna/ sang pinakadi-pi- 10 nakadi naya mandala/ pranaraja/ sang sangga/ sang dharmadhyaksa ring kaçé- wan sang dharmadhyaksa ring kasogatan dhar- 15 madhyaksa ring wasnawa/ akuwu déça-dé- ça/ adipati-adi- pati/ sang sénapati/ sang maharsi/ dang acar- 20 yyāgama siwa budha/ kumwa juga sakéng ra- ja nagara sabrang ya- 215 ta sakéng swarnabhumi tu- mekakna dénira sa- njaya// ring samangkana ghaluh kedatwan pi- 5 naka pénggyan ing sama- ya// telas makabé- hanira gosting ri- ku mangalocita salwirnya// tumuluy dé- 10 nira çri sanjayaja- wadwipa dumadyakna patang kuren yata sundanagari yata sa- kéng citarum mangulwa- 15 n tumeka hujungkulwa- n kinwanaken ring si- ra waték sunda pu- tropādana prabhu ta- rusbawa// ghaluh pakwa- 20 n mwang saunggalah ki-

nwanaken ring sira sang prabhu demunawan mā- 216 pan ikang nagari kali- liranira sang resi ghuru// ateher i tengah ing ja- wadwipa yata medang i 5 bhumi mataram déni- ra çri sanjaya lawan a- yayahnira sang prabhu sé- nna/ tumuluy jawa wé- tan kinwanaken dénira sang 10 prabhu içwara// kramé- kang katekan ika sangang warça lawasni- rāmegahi nagari su- nda mwang ghaluh ri jawa 15 kulwan pinaka maha- prabhu// ring samangkana si- hka çi nrepatin jayéng sakala jawadwipa n nya- rawarti mahaprabhu// 20 witan ing nemangatus li- mang puluh punjul pa- t ikang çakakāla/ 217 kalungguhanaira sang pra- bhu sénna kinwanake- n ring putranira yata yata sang prabhu sanjaya// hé- 5 tunya sang prabhu sénna kāmatita ing sanghyang agama/ tumuluy rasi- ka ing dalem asrama/ dumadi sang siddha mahar- 10 si// çri sanjaya anjeneng mahaprabhu medang i bhu- mi mataram tumeka mokténg sira mangkana dlaha// pinaka sasaka- 15 la tambayaning anjeneng prabhu medang/ çri sang ratu sanjaya ginawya dé- nira linggomārādhana bhatara jagatnata/ mwang 20 serat ing watu maka padharthaning niti rājya

téna kaléna // i- 218 kihen sasakala ring wanacala kunjaraku- nja i jawadwipa// tu- muluy anakira sang ta- 5 mpéran anjeneng prabhu/ gumantyani ramanira la- wasnya pitung warça// ka- di kang wus kinathākna yatiku/ ri huwusnya 10 rakryan sanjaya nga- lindihaken ratu ghaluh sang prabhu purba- çura/ ing nemangatu- s patang puluh lima 15 ikang çakakāla/ ateher rakriya- n sanjaya madeg ratu ghaluh// mangkana ju- ga rājya indrapraha- 20 sta telas karuhun syah drawa mwang kawéça dé ning angdonira wa- 219 wadyabala sanjaya// hé- tunya string ratu ghaluh prabhu purbaçura hana ta putrining ratu indrapra- 5 hasta//towīkang ama- hāteguh rājya gha- luh yatiku wadya- bala indraprahasta/ kumwa jugékang ngali- 10 ndihaken ratu gha- luh rakryan sénna ha- na ta wadyabala i- ndraprahasta ninaya dé ning rakryan purba- 15 sora/ dé ning angdo- nira wadyabala sanja- ya/ akwéh ta wa- dyabala indrapraha- sta pejah ing yuddhaka- 20 la// mākadi raja i- ndraprahasta prabhu purba- çura mwang sang rajabhārya

220 pejah yuddhakala/ juga tan wilang sang pranarājya/ sang pinakadi/ mantri-ma- ntri rājya/ sénapati 5 mwang wadyabalékang pe- jah/ sirna ta sampun rājya indraprahasta dé ning sanja- ya// satuluynya wadyaba- la sanjaya ring ngétan ang- 10 doni rājya-rājya ja- wa// matangyan pi- rang siki rājya-rājya hanéng jawa madhya mwang jawa wétan kali- 15 ndih dé ning sanjaya/ ing nemangatus patang puluh nem ikang çaka- kāla// ri huwus ika/ mangdoni rājya-rājya 20 hanéng swarnabhumi/ sa- pinasuk rajya mela- yu/ çriwijaya, ba- 221 rus mwang akwéh manih rā- jya-rājya hanéng swarna- bhumi/ kumwa juga nya- brang ngalor/ lawan mang- 5 kana lawasira te- lung warça/ rakryan sa- njaya maprang anglindi- haken pirang-pirang na- gara// tathapi tamba- 10 yaning nemangatus li- mang puluh punjul pat i- kang çakakāla/ ra- kryan sanjaya made- g ratu medang i bhumi 15 mataram ing jawadwipa// rakryan sanjaya gu- mantyani dé ning putra- nira yata çri maha- raja téjahpurnapana 20 panangkaran/ strinira sakéng çéléndra wa- msa ikang ate-

222 her çéléndra wamsa hanéng jawa madhya du- madi ratu kawaça// satuluynya i bhumi ja- 5 wa madhya pinarwa dwa ya- tiku pantaranya/ ja- wa madhya banglwar dumadi kacakrawartyan ning sa- njaya wamsa/ i sedeng 10 jawa madhya bang kidu- l dumadi kacakrawar- tyan ing çéléndra wamsa// iti pustaka rājya-rājya ing bhu- mi nusāntara/ tritya sargah ing 15 dwitya parwa// iti pustaka wu- s kinawruhan mwang hinajengan dé ning duta rājya/ mandala saka nu- sa-nusa i bhumi nusāntara// te- las sinusun mwang sinerat ing car- 20 bon çakakāla// {nge- mban suddha rasa samadi} ing a- sta kresnapaksa/ bhādramasa/ pun// 3.3 Pengantar Terjemahan 3.4 Terjemahan /1/ Kata Permulaan Inilah Pustaka Kerajaan- kerajaan di Bumi Nusan- tara. 5 Sargah ketiga dari parwa kedua, merupakan pustaka Kerajaan- kerajaan di Bumi Nu- santara, kejadian penting, 10 dan yang berhubungan dengan itu. Disusun dan dibukukan olehku, beserta beberapa puluh orang mahakawi, para 15 pemuka, raja, pemimpin yang merupakan duta kerajaan daerah, hulubalang,

/2/pemerintah daerah, pemuka agama, dan seluruh menteri Raja Carbon termasuk 5 jaksa yang tujuh orang. Dengan pimpinanku sebagai ketua yaitu: 10 Pangeran Wangsakreta bergelar Abdul- kamil Mohammad Na- saruddin sebagai Panembahan Carbon 15 atau Panembahan Ageung Gusti Carbon Panembahan Tohpati namaku yang lain. /3/Cerita Pembuka Semoga selamat. Walaupun aku sebagai penulis mengenai riwayat 5 kerajaan, kejadian penting, dan tuntunan kerajaan terlebih dahulu menyampaikan pujian kepada Hyang Tunggal dan aku tunduk pada kewajiban utama, sebagai 10 muslim karena aku adalah keturunan dari Susuhunan Jati sebagai gurubesar agama Islam di bumi Jawa 15 Barat. Demikian pula karenanya aku senantiasa berkata kepada semua pemeluk agama yang terkait dengan naskah ini, sungguh-sungguhlah 20 dalam keadian. Semua yang tersebar ke mana-mana

/4/ dibukukan menjadi satu. Setelah disetujui dan direstui oleh

beberapa orang maha- 5 kawi, yaitu mereka yang memahami sejarah wilayah di bumi Nusantara. Kitab ini adalah 10 kisah para raja yang besar pengaruhnya di kerajaan-kerajaannya. Kisah-kisah tentang nenek moyang yang sangat mengesankan dari cerita orang-orang pandai 15 yang sangat membantu. Inilah riwayat kerajaan-kerajaan yang memuat kisah raja dari kitab segala kerajaan yang ada di bumi Nusantara. Yaitu 20 Pulau Jawa dan sekitarnya yang sudah termasuk di dalamnya. Dengan segala daya

/5/ upaya akhirnya selesai juga pada waktunya, pekerjaan yang baik dan lengkap ini. 5 Adapun sang penulis kitab ini karena diberi tugas oleh ayahku yaitu Pa- ngeran Resmi yang bergelar 10 Panembahan Adiningrat Kusuma atau Panembahan Ghirila- ya nama lainnya pada saat ayahku masih 15 hidup. Demikian pula aku diperintahkan menulis kitab ini oleh Sultan Banten yaitu Pangeran Abdul Path 20 Abdulpatah dengan gelar penobatannya Sultan Ageng Tirtaya-

/6/ sa. Begitu juga Susuhu- nan Mataram yaitu Pangeran Arya Prabu Adi Mataram namanya, bergelar 5 Susuhunan

Amangkurat menghendaki demikian. Begitu juga banyak lagi para pembesar di bumi Pulau Sumatera 10 dan Pulau Jawa yang menghendaki demikian. Oleh sebab itu tulisan pada kisah ini adalah sebagai ilmu pengetahuan bagi orang banyak. 15 Akan lebih baik jika kitab raja dan kerajaan ini dijadikan tuntunan kesejahteraan dan kejayaan negaranya, serta orang banyak senang 20 berbakti kepada raja mereka yang adil. Bahkan kitab ini dijadikan

/7/ petunjuk bagi orang yang akan mempelajari segala adat istiadat kuna, serta ingin mengetahu asal mula 5 berdirinya suatu negeri di bumi Nusantara, dan di sekitarnya. Karena itu aku senantiasa berharap mendapat kisah 10 yang sesungguhnya. Adapun yang dijadikan tempat bermusyawarah dan berunding mengenai penyusunan dan penulisan Kitab Segala 15 Kerajaan di Bumi Nusan- tara ini yaitu di Paseban Keraton Kasepuhan Carbon. Selanjutnya hendak diceritakan mereka yang 20 datang untuk menghadiri perundingan dalam penyusunan kitab ini yaitu

/8/ agar dapat dikerjakan dengan baik dan benar serta lengkap. Karena mereka semua terkenal pandai 5 tiada celanya dan bersama-sama serta dengan

kita semua, agar mendapat hasil yang baik dan sempurna. Di antara mereka 10 itu adalah para pemuka agama Islam, pemuka agama Kawisnawan, pemuka agama Kasewan 15 pemuka agama Khong Pu Ce atau Kwam Im Po Co yaitu mahakawi orang Cina dari Semarang. 20 Kemudian beberapa orang mahakawi, kepala suku dari beberapa kerajaan

/9/ serta juga para pembesar, para utusan, dengan abdi dalem Carbon yang semuanya berada di 5 bawah pimpinanku. Mereka semua dijamu dengan serba kenikmatan oleh kakandaku yaitu Sultan Sepuh Pange- 10 ran Samsudin Mertawijaya namanya. Kemudian Sultan Sepuh memberikan nasihat kepada mereka semua yang hadir dalam penghadapan 15 di balairung. Beginilah nasihatnya: “Aku meminta kepada semua yang merasa berseteru di antara pribadi masing-masing, 20 agar segera dilapangkan dadanya, semua yang sudah terjadi, hendaknya diganti

/10/ dengan perasaan persahabatan yang baik. Dengan begitu pekerjaan kita berhasil dengan baik dan sempurna. 5 Janganlah kalian mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh kepada sesama utusan kerajaan. Bukankah

kalian semua sudah satu tekad dan pandangan untuk 10 mengerjakan karya besar ini. Tentu saja kalian semua memegang teguh adat-istiadat yang berlaku. Sesuai dengan jejak 15 langkah nenek moyang.” Serta banyak lagi nasihat lainnya dari kakanda Sultan Sepuh. Adapun sang mahakawi 20 para pembesar, gurubesar agama, para kepala suku,

/11/ utusan dari beberapa kerajaan, dan negeri lainnya, atau desa dan wilayah Nusantara, 5 di antaranya yaitu dari Banten, Jayakarta, Mataram Kudus, Lasem, Tuban, Surabaya, 10 Wirasaba, Pasuruan, Telegil, Panarukan, Ghresik, Semarang, Demak, Kediri, Mojoagung, 15 Bagelen, Balangbangan, Madura, Nusa Bali, Bangka, Ghaluh, Jambi, Kertabhumi, Sumedang, Tanjungpura di 20 Karawang, Cangkwang, Ukur, Sukapura, Parakanmuncang, Kuningan, Ghalunggung,

/12/ Imbanagara, Rancamaya, Japara, Parllak, Buruneng, Paseh, Lamuri, Mengkasar, Banggawi, 5 Ghaliyao, Kutalingga, Seran, Lwah Ghajah, Ambwan,

Maloku, Tampiwang, Ghurun, Bantayan, 10 Tanjungkute, Tanjungnagara, Tanjung- puri, Manangkabwa, Kampeharwe, Palembang, Siak, Barus, kemudian 15 utusan dari Tumasik, Tringgano, Malaka, di bumi Sanghyang Hujung, serta juga dari Talaga, 20 Sindangkasih, Dermayu, Lwasari, Barebes, kemudian

/13/ dari Carbon dan semuanya lagi datang mereka berkumpul. Ada 5 juga beberapa pembesar yang tidak datang, karena mereka ada halangan. Mereka semua para pembesar di kerajaan Carbon 10 melaksanakan tugasnya masing-masing, di antaranya yaitu, aku sendiri Pangeran Wangsakerta sebagai ketua kelompok 15 penyusun naskah dan pemimpin dari semua pembesar dan pemimpin segala suku bangsa 20 pada waktu pertemuan, juga dalam penulisan, cara dan jalan

/14/ riwayat yang sesungguhnya, agar sempurna

dan menjadi jelas, serta tidak berlawanan. 5 Kemudian Ki Raksanagara sebagai juru tulis naskah dan pelayan para utusan yang hadir.

Kemudian Ki Angga- 10 diraksa sebagai wakil juru tulis, dan sebagai bendahara dari semuanya. Kemudian Ki Purbanagara, sebagai 15 pencari dan pengambil naskah-naskah dari negara lain, yang akan dipilih mereka semuanya. Mana yang benar 20 dan mana yang salah, atau tidak benar. Karena dia memiliki pengetahuan

/15/ yang luas mengenai kisah berdiri dan runtuhnya sebuah kerajaan di bumi Nusantara. Selanjutnya, Ki Singhanagara 5 sebagai pemimpin pengawal keraton dan semua utusan dari segala negeri yang datang di Carbon. Dia bersama 10 dengan semua pasukan bersenjata yang banyaknya tujuh puluh orang. Kemudian Ki Anggadi- prana, sebagai utusan 15 yang berkeliling ke seluruh kerajaan, negeri, desa, dan wilayah. Serta dia juga sebagai penerjemah di antara 20 para utusan. Kemudian Ki Anggaraksa tugas utamanya sebagai

/16/ pemimpin dapur, makanan, dan menyediakan segala kenikmatan bagi para utusan. Kemudian Ki 5 Nayapati tugas utamanya sebagai penyedia tempat menginap dan tidur, atau

tempat tinggal bagi para utusan dan kendaraannya. 10 Juga sebagai pemimpin pasukan pengawal. Adapun tiap-tiap pembesar kerajaan Carbon diberi tugas 15 mandiri bersama semua bawahannya masing- masing. Pada saat menyusun naskah ini, aku senantiasa menemukan rintangan besar, 20 kesulitan yang bertingkat-tingkat. Karena ada di antara para mahakawi

/17/ dan pembesar sebagai utusan kerajaan berbeda pendapat dalam mengisahkan riwayat tentang negerinya masing- 5 masing, tentang kejayaannya, keindahannya. Demikian mereka katakan. Seperti juga sang mahakawi Jawa dan sang mahakawi dari Sunda. 10 Kemudian sang mahakawi dari Banten dan sang mahakawi dari Mataram dengan sang maha- kawi Carbon terdapat 15 perbedaan dalam menguraikan kisah negaranya masing-masing, sehingga saling berlawanan. Demikian pula sang mahakawi dari Paseh dengan 20 sang mahakawi dari Kudus. Juga sang mahakawi dari Sume-

/18/ dang dengan sang mahakawi dari Carbon, dia hampir saja ribut, dan mereka menjadi bermusuhan serta 5 berkelahi. Hampir saja tidak dapat menemukan kisah yang sesungguhnya. Demikian pula sang mahakawi dari Mengkasar dan

pembesar dari 10 Mataram dengan Mandura. Kemudian sang mahakawi dari Tanjungkute dengan utusan dari Palembang dan sang mahakawi 15 dari Ukur. Tetapi sama halnya lagi yaitu ada lima kelompok mahakawi dan kepala suku yang saling memarahi 20 dan akhirnya ribut hampir saja menjadi perkelahian di dalam

/19/ paseban sejak memulai pertama kali menulis kitab segala kerajaan di bumi Nusantara dan sekitarnya. 5 Di antaranya, yang pertama beberapa utusan dari Surabaya, Pasuruan, Panarukan, Blangbangan, Nusa Bali, Mandura, Mengka- 10 sar, Banggawi, Ghaliyao, Seran, Lwah Ghajah, A- mbwan, Maloku, Tali- wang, Ghurun, Bantayan, Banten, Palembang. Yang 10 kedua utusan dari Mataram, Lasem, Tu- ban, Wirasaba, Sema- wis, Kediri, Mojwa- gung, Lwasari, Barebes, 15 Telegil, Japara. Yang ketiga utusan da-

/20/ ri Jayakarta, Dema- k, Kudus, Carbon, Paseh, Gresik, Tanjung- pura di Krawang, Cang- 5 kwang, Kuningan, Barus, Malaka, Tumasik, Tringgano. Keempat utusan dari Sume- dang, Ukur, Sukapura, Pa- 10 rakanmuncang, Ghalunggung, Ra-

ncamaya, Talaga, Si- ndangkasih, Ghaluh, Kre- tabhumi, Imbanagara, Ra- jagaluh, dan Luragung. 15 Kelima utusan dari Jambi, Bangka, Parllak, Buruneng, Lamuri, Ku- talingga, Tanjungkute, Tanjungnagara, Tanjungpu- 20 ri, Manangkabwa, Ka- mpehar, dan Syak ini terdiam sendiri

/21/ mendengar tanpa bicara karena merasa terbawa dalam riwayat yang sesungguhnya. Tambahan pula di antara mereka ada yang 5 menceritakan riwayatnya dengan berbelit-belit. Ada yang bercerita dibuat sendiri menurut kehendak dan hayalan 10 semata. Semua yang dikatakan tersebut tidak diambil dan dijadikan tulisan. Ada yang mengeluarkan kata dengan hasratnya 15 sendiri, dan tidak patut. Hampir saja terjadi keributan. Karena aku telah banyak mempelajari segala macam kisah tentang 20 kerajaan-kerajaan di bumi Nu- santara serta memiliki berbagai naskah kerajaan yang

/22/ membuat mereka terkalahkan semua. Selain itu juga aku dijadikan pemimpin mereka semua. Demikianlah 5 aku selalu mengambil jalan tengah. Tetapi aku senantiasa merundingkan kembali apabila telah selesai dan mempertimbangkannya

10 bersama mereka semua tanpa henti-hentinya. Bersama orang-orang tua, para mahakawi, para pembesar, utusan 15 kerajaan yang cerdik dan pandai. Demikianlah pada akhirnya mereka semua memberikan kisah yang sesungguhnya tanpa 20 berbelit-belit lagi, dan itu tidak menjadikan kesukaran lagi. Bukankah

/23/ mereka semua sudah satu kehendak, yaitu memegang teguh amanat Sultan Sepuh Carbon, 5 yaitu para utusan kerajaan yang satu tujuan, sama-sama berharap mendapat kesempurnaan dari karya besar yang dijadikan acuan 10 pengetahuan sejarah. Dijadikan pegangan seluruh orang banyak dari rakyat jelata hingga bangsawan, serta dijadikan pedoman pemerintahan bagi raja pemimpin 15 negara, atau desa, dan daerah. Serta dengan segala daya upayaku yang lamanya beberapa hari akhirnya selesai juga ditulis dengan baik 20 dan disepakati. Dengan demikian selesailah ditulis beberapa sargah dari Kitab

/24/ Segala Kerajaan di Bumi Nu- santara. Meskipun demikian, akan diadakan perbaikan jika ada yang salah atau 5 kelalaian dalam penyusunan kitab ini. Kemudian karya besar ini dijadikan riwayat besar

yang dibuat olehku dan 10 semua utusan dari kerajaan-kerajaan di bumi Nusantara yang sangat pandai. Serta rekan yang menyenangkan bagi keluarga raja Carbon 15 yaitu sahabat nenek moyang, nenek moyangku. Begitulah caranya aku segera menulis kisah pembuka. Terlebih dahulu 20 semuanya, aku sebagai penyusun dan penulis Kitab Segala Kerajaan

/25/ di Bumi Nusantara ini dijadikan permata dari semua cerita yang tertulis, aku mengucap syukur kepada Hyang Tung- 5 gal Yang Mahakuasa. Supaya dijauhkan dari rintangan. Juga semoga aku dijauhkan dari dosa dan kesalahan serta mara- 10 bahaya. Tidak ada sumpah serapah. Tak ada bahaya yang merusak karena fitnah bagi kesejahteraan kerajaan kita semua, dan mendapat 15 kesejahteraan hidup bagiku dan semua penulis kitab ini. Dijadikan pengetahuan oleh semua orang, sekarang dan yang akan 20 datang. Sebagai pengetahuan tentang sejarah raja-raja dan kerajaannya di Bumi

/26/ Nusantara. Kitab ini hendaknya dijadikan sumber utama dari sekalian peristiwa yang sesungguhnya, 5 dan aku tidaklah mengubah peristiwa

yang sesungguhnya. Serta bermanfaat bagi pemimpin sekalian 10 warga masyarakat, golongan rendah, menengah, dan atas. Mulai masa sekarang hingga masa yang akan datang. Amin. Kisah Pertama 15 Berdasarkan pemeriksaan pada sekian banyak kitab-kitab kuna yang dimiliki oleh mahakawi dari Pulau Sumatera 20 dan mahakawi Pulau Jawa, beginilah kisahnya: dimulai ketika Sri Ghandra menjadi

/27/ Raja Kediri pada tahun seribu seratus tiga (1103) tahun Sa- ka. Besar sekali keinginannya untuk memperluas Kerajaan Kediri. 5 Sri Gandra yang bergelar Sri Kro- ncayyahanda Bhuwa(na)palaka ParakramaninditaDigja- yottunggadewa, kemudian 10 bersama angkatan perang Kediri menyerang dan me- naklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di pulau-pulau di bumi Nusantara, termasuk 15 yang ada di Pulau Jawa dan pulau-pulau sebelah timurnya. Armada lautnya yang besar berangkat beriringan menuju ke 20 utara, ke timur, ke barat. Mereka selalu men- dapat kemenangan dalam perangnya.

/28/ Tetapi kerajaan-kerajaan di pulau bagian barat semua

sudah tunduk kepada kerajaan Sriwijaya. Oleh karena itu, 5 balatentara Kediri lalu menyerang kerajaan Sri- wijaya. Demikianlah, armada laut Kediri dengan Sriwijaya berperang 10 di tengah laut Jawa Barat. Pada peperangan itu keduanya bertempur dengan gagah berani, tiada yang kalah. Masing-masing 15 kembali ke negerinya. Cita-cita Sang Prabu Ke- diri tidak tercapai. Sedangkan kerajaan Sriwijaya tidak berani menyerang Ke- 20 diri. Dengan sendirinya Raja Sriwijaya kemudian menyuruh utusannya

/29/ pergi kepada Maharaja Cina memberi- tahukan dan meminta bantuan Sang Maharaja Cina, karena Kerajaan Kediri ingin 5 menyerang Kerajaan Sriwi- jaya. Bukankah sudah lama Kerajaan Sriwijaya bersahabat dengan Kerajaan Cina. Begitu juga Kerajaan Kediri 10 sudah lama bersahabat dengan Kerajaan Cina. Kemudian Maharaja Cina mengutus dutanya dengan membawa dua pucuk surat 15 yaitu sepucuk surat untuk diberikan kepada Raja Sriwijaya, dan yang sepucuk lagi untuk diberikan kepada Raja Kediri. Hal ini 20 dilakukan oleh Sri Maha- raja Cina supaya Kerajaan Kediri dan Kerajaan

/30/ Sriwijaya segera mengakhiri perseteruan di antara mereka. Serta segera mengadakan perundingan. Pada akhirnya 5 Raja Kediri mempertimbangkan kembali dan mengakhiri perseteruan dengan menjalin 10 persahabatan. Adapun yang dijadikan tempat mengadakan perjanjian persahabatan kedua negeri ituadalah Sundapura di Bumi Ja- 15 wa Barat. Serta yang menjadi saksinya dari beberapa negeri yaitu utusan dari Kerajaan Cina, utusan Kerajaan Yawana, Utusan Kerajaan 20 Syangka, utusan Kerajaan Si- nghala, utusan Kerajaan Ca- mpa, utusan Kerajaan Gha-

/31/ udi, dan beberapa utusan kerajaan dari Bumi Bharata. Dengan segala usaha yang sungguh-sungguh akhirnya 5 selesailah dengan sempurna, dengan mempererat persahabatan dan saling bekerjasama di antara Kerajaan Sriwijaya dengan 10 Kerajaan Kediri dalam segala hal, pada tahun seribu seratus empat (1104) Saka. Keduanya menaati perjanjian persahabatan 15 itu. Kemudian Kerajaan Sriwijaya sejak saat itu menguasai pulau-pulau di Bumi Nusantara sebelah barat serta Kerajaan Sang- 20 hyanghujung. Sedangkan Kerajaan Kediri semenjak itu menguasai pulau-pulau

/32/ di Bumi Nusantara sebelah

timur. Di antara kekuasaan Kerajaan Sriwi- jaya atau kerajaan-kerajaan 5 yang takluk kepada Kerajaan Sriwijaya adalah Tringgano, Pahang, Langkasuka, Kalantan, Jelutung, Semwang, Ta- 10 mralingga, Ghrahi, Pale- mbang, Lamuri, Jambi, Dhar- masraya, Kandis, Ka- hwas, Batak, Minang- kabwa, Siyak, Ro- 15 kan, Kampar, Pane, Kampeharw atau Mandahiling, Tumi- hang, Parllak, dan di barat Lwas Samu- 20 dra, dan di Lamuri, Ba- tan, Lampung, Baru- s, termsuk juga Jawa

/33/ Barat di Bumi Sunda yaitu daerah yang berada di sebelah barat Sungai Cimanuk, atau di sebelah timur Sungai Citarum 5 ke sebelah barat. Adapun bagian timurnya merupakan daerah Kerajaan Kediri sampai Jawa Timur dan Ma- hasin dan sekitar Pulau 10 Sumatera. Sedangka yang termsuk kerajaan daerah atau taklukan kerajaan Kediri di antaranya yaitu Tuma- 15 pel, Medang, Hujung Ghaluh, Jenggi, daerah Jawa Tengah, Ghurun, dan pulau-pulau yang ada di Ghurun Tenggara, 20 Nusa Bali, Ba- dahulu, Lwah Ghajah, Sukun di Taliwang, dan

/34/ Domposapi, Sanghyang Api, Bhim, Seran, Hu- tan, Lombok, Mi- rah, Saksakani, Ban- 5 tayan, Luwuk, kemudian dari pulau- pulau Makasar, Butun, Banggawi,Kunir, Ghaliyao, Salaya, 10 Sumba, Solot, Muar, Wandan, Ambwan, Maloko, Timur,Tanjungnagara di Kapuhas, Kanti- 15 ngan, Sampit, dan Kutalingga, Kuta- waringin, Sam(b)as, Laway, Kandangan di Landa, serta Su- 20 medang, Tirem, Sedu, Buruneng, Kalka, Saludung, Solot, Pa-

/35/ sir, Baritwa di Sawaku, Tabalung, Tanjungpura, dan beberapa puluh lagi kerajaan- kerajan kecil di pulau-pulau 5 sekitar Bumi Nu- santara. Demikianlah kekuasaan Kerajaan Kediri berada di sebelah timur Bumi Nusanta- 10 ra. Dengan demikian kedua kerajaan -- Kediri dan Sriwijaya -- senantiasa baik dalam persahabatannya. Pada saat itu ada kerajaan 15 yang sudah berdiri di Sumatera bagian utara yaitu Kesultanan Par[l]lak sebagai kerajaan kecil. Yang menjadi sultan Parlak 20 lak yaitu Sayid Abdul- ajis yang bergelar

Sultan Alaiddin Syah.

/36/ Beliau memerintah kerajaan pada tahun seribu delapan puluh tiga sampai seribu seratus delapan (1083-1108) Tahun 5 Saka. Bukankah di Pulau Sumatera bagian utara banyak para pendatang dari Negeri Arab, Ghujarat di Bumi Bharata, Parsi, Negeri 10 Sopala, Negeri Kibti, Yaman di Bumi Hadramaut, Bagdad, serta yang lainnya lagi. Mereka -- para pendatang -- itu memeluk 15 agama, yaitu agama Rasul yakni Agama Islam. Sang sultan sendiri memeluk agama Islam aliran Syi’ah. [Adapun keturunannya 20 yaitu putri Raja Parlak]. Sesudahnya Sayid Abdulajis

/37/ mangkat kemudian digantikan oleh putranya yaitu Sultan Ala- iddin Abdurakim Syah 5 gelarnya. Sayid Abdurakman menjadi sultan pata tahun seribu seratus delapan (1108) Saka sampai seribu 10 seratus tigapuluh tiga (1133) Saka. Sementara itu Negeri Paseh di Bumi Sumatera bagian utara juga 15 sudah lama berdiri sebagai kerajaan kecil sejak tahun seribu lima puluh (1050) Saka. Adapun Sultan

20 Negeri Paseh yang pertama yaitu Sultan Abud Alkamil

/38/ namanya. Karena itu lamanya seratus lima puluh tujuh tahun atau sampai tahun seribu dua ratus tujuh 5 (1207) Saka, sudah beberapa orang raja Negeri Paseh. Adapun Abud Almalik tersebut asal mulanya adalah 10 seorang laksamana angkatan laut Kerajaan Mesir dari Dinasti Fatimiyah. Dia diberi kekuasaan sebagai sultan 15 di Paseh di Bumi Sumatera bagian utara. Setelah menjadi Sultan Paseh maka raja-raja setelahnya disebut 20 Almalik dinastinya. Karena di Mesir terjadi pergantian dinasti

/39/ sultan yang memerintahnya, dari Dinasti Fatimiyah ke Dinasti Mamaluk, yang juga disebut Dinasti Ayyub, 5 kemudian Sultan Mesir mengutus dutanya yaitu laksamana angkatan laut Sekh Ismail Asiddik namanya. 10 Sampailah ia di Pulau Sumatera bagian utara. Di situlah sang laksa- mana kemudian merajakan kepala daerah Paseh Marah Silu. Bukankah 15 dia dan para pengikutnya sudah memeluk agama Rasul. Marah Silu dirajakan olehnya menjadi

Sultan Paseh 20 dengan gelar Sultan Malikus Saleh. Menjadi Raja Paseh pada

/40/ seribu duaratus tujuh (1207) Tahun Saka hingga seribu dua ratus sembilan 5 belas (1219) Tahun Saka. Sultan Malikus Saleh kemudian menikah dengan putri Perlak Ratu Ghang- 10 gansari namanya, ia putri Sultan Parlak Makhdum Alaiddin Muhammad Amin Syah ibnu Malik Abdulkadir. Adik 15 Putri Ghanggansari yaitu Ratu Ratna Komalasari dijadikan istri oleh Raja Tumasik yaitu Raja Iskandar 20 Syah. Adapun Sultan Makhdum Alaiddin Muhammad Amin Syah,

/41/ menjadi Sultan Parlak pada seribu seratus enam puluh lima (1165) Tahun Saka sampai seribu seratus 5 delapan puluh sembilan (1189) Tahun Saka. Namanya adalah Sultan Makhdum Alaiddin Abdulka- dir Syah. Menjadi Sultan 10 Parlak sendiri empat tahun, yaitu pada seribu seratus enam puluh satu (1161) Tahun Saka sampai seribu seratus enam 15 puluh lima (1165) Tahun Saka. Dia berkuasa sebagai sultan dari

hasil perebutan terhadap Sultan Alaiddin 20 Mughayat Syah dari Dinasti Abdulajis. Sultan Makhdum Alaiddin

/42/ Abdulkadir Syah tersebut nama yang sesungguhnya adalah Wong Agung Meurah Abdulkadir. Adapun 5 Sultan Alaiddin Mughayat Syah atau sultan yang direbut kekuasaannya menjadi raja sendiri selama 10 tiga tahun yaitu pada seribu seratus lima puluh delapan (1158) Tahun Saka hingga seribu seratus enam 15 puluh satu (1161) Tahun Saka. Dia adalah putra Sultan Alaiddin Sayid Abas Syah ibnu Sayid Abdurakim Syah. 20 Sultan Sayid Abas Syah menjadi raja pada seribu seratus tiga puluh dua

/43/ (1132) Tahun Saka. sampai seribu seratus lima puluh delapan (1158) Tahun Saka. Kemudian 5 menurut kisahnya lagi, kakanda Putri Ghanggansari yaitu Sultan Kahdu Abdulma- lik Syah namanya, 10 menggantikan ayahnya yaitu Sultan Makhdum Alai- ddin Muhammad Amin Syah. Sultan Makhdum Abdulmalik Syah menjadi sultan pada 15 seribu seratus delapan

puluh sembilan (1189) Tahun Saka sampai pada seribu seratus sembilan puluh tujuh (1197) Tahun Saka 20 Seperti yang sudah diceritakan tadi, seluruh kerajaan

/44/ di Bumi Sumatera diatur dan takluk kepada maharaja Sriwijaya. Demikian pula sultan-sultan 5 yang ada di Sumatera bagian utara sejak berdiri kerajaannya. Tetapi ada kekhawatiran, sultan tersebut semuanya tidak suka berbakti kepada 10 sang Maharaja Sriwijaya. Bukankah sultan yang ada di Sumatera bagian utara tersebut adalah pemeluk agama Islam. Sedangkan sang Maharaja 15 Sriwijaya memeluk agama Budhayana. Oleh karenanya Sultan Parlak yaitu Sultan Makhdum Abdulmalik Syah ibnu 20 Muhammad Amin Syah tidak mau berbakti dan tidak mau memberikan upeti kepada

/45/ Maharaja Sriwijaya. Sultan Abdulmalik sudah berkata, katanya, “ Kerajaanku ini kelak akan menjadi merdeka 5 tidak lagi berbakti kepada Maharaja Sri- wijaya. Bersamanya Kerajaan Mesir dan Parsi, juga Kerajaan Ghujarat menjadi 10 pemimpin kerajaan-kerajaan di Bumi Sumatera serta diberinya bantuan bagi sultan-sultan yang ingin melepaskan diri

dari kekuasaan 15 Kerajaan Sriwijaya. Pada akhirnya sang maharaja mendengar hal itu, kemudian murka tiada berkeputusan. Oleh karena itu pada 20 seribu seratus sembilan puluh tujuh (1197) Tahun Saka, bala tentara

/46/ Sriwijaya kemudian menyerang Sultan Parlak dan terjadilah pertempuran yang seru. Bala tentara Kerajaan Parlak kalah 5 perang dan dikuasai. Sedangkan Sultan Parlak gugur di medan perang. Bukankah pasukan Sri- wijaya demikian besar 10 semuanya tidak terhitung banyaknya. Meskipun Kerajaan Sriwijaya mendapat bantuan dari Maharaja (Cina) di antaranya 15 yaitu senjata, perlengkapan perang, serta bermacam-macam barang, dengan tujuan untuk menjaga serangan musuh yang menyerbu 20 Bumi Sriwijaya, tetapi kemudian Sriwijaya kalah perang melawan bala

/47/ tentara Singhasari yang dipimpin oleh Senapati Kebo Anabrang pada tahun itu juga. Kemudian 5 digantikan kisahnya sementara. Demikianlah. Adapun Kerajaan Tumapel kemudian disebut Kerajaan 10 Singhasari pada waktu sang Prabu Jayawiçnuwardhana menjadi raja, banyaklah

sahabatnya dari berbagai negeri. Beberapa di 15 antaranya yaitu, Kerajaan Sunda di Bumi Jawa Barat dengan Kerajaan Melayu Dharmmasraya di Bumi Sumatera. Kerajaan-kerajaan di Bumi 20 Sanghyang Hujung, kerajaan- kerajaan di Tanjungpura, kerajaan- kerajaan di Bumi Bharata,

/48/ Kerajaan Singhala, kerajaan di Bumi Ghaudi, beberapa kerajaan di Bumi Sopala, Kerajaan-kerajaan Syangka, 5 Campa, Yawana, Tumasik, Singhanagari, Kerajaan Cina, dan banyak lagi yang lainnya. Raja Melayu Dhar- 10 mmaçraya yaitu Sri Trailokyaraja Mauli- bhuçana Warmmadéwa gelarnya, memperistri Putri Raja Syangka. 15 Dari perkawinannya mempunyai anak beberapa orang. Tiga orang di antaranya masing-masing yaitu yang tertua di 20 kemudian hari menggantikan ayahnya menjadi raja dengan gelar

/49/ Tribhuwanaraja Mauli- warmmadéwa. Yang kedua perempuan, Darakencana namanya. Dan yang ketiga 5 Darapuspa namanya, serta masih ada beberapa lagi anak Raja Melayu ini. Pada waktu Prabhu Kertanagara menjadi 10 rajamuda Singhasari memperistri Darakencana.

Sedangkan Darapuspa diperistri oleh rajamuda Kerajaan Sunda yaitu 15 Rakryan Saunggalah Sang Prabhu Ragasuci namanya. Dari perkawinannya, Prabhu Kertanegara dengan Darakencana lahirlah beberapa orang 20 anak.Dua orang di antaranya yaitu Darajingga namanya dan Dara-

/50/ petak namanya. Dari perkawinan Darapuspa dengan Rakryan Saunggalah lahirlah beberapa orang anak, salah 5 satu di antaranya yaitu sang Prabhu Citra- gandha Bhuwanaraja gelar kebesarannya, kelak menggantikan mertuanya 10 yaitu Prabhu Ghuru Dharmmasiksa menjadi raja Sunda. Pada saat sang Tribhuwanarajamauli Warmmadewa berkuasa 15 di Kerajaan Melayu Dhar- mmaçraya, Maharaja Cina na tidak berkeinginan menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di pulau-pulau Bumi Nu- 20 santara. Seperti Kerajaan Melayu dan kerajaan- kerajaan lainnya yang ada

/51/ di Sumatera. Sedangkan Kerajaan Sriwijaya sebagai penguasa Sumatera bagian utara dijadikan sahabat 5 oleh Maharaja Cina. Padahal sesungguhnya ada keinginan untuk mengalahkan dan menguasai Bumi Nusantara, menjadi raja segala raja. 10 Oleh sebab itu Maharaja Cina

selamanya bersahabat dengan Kerajaan Sriwijaya, serta juga memberikan bantuan segala macam perlengkapan 15 perang dan keperluan kerajaan olehnya pada waktu Sultan Parlak melepaskan negaranya dari kekuasaan 20 Kerajaan Sriwijaya. Sang Sultan berdamai dan mencari bantuan

/52/ kepada Kerajaan Singhasari. Pada seribu seratus sembilan puluh tujuh (1197) Tahun Saka Raja Singhasari Sri Maharaja 5 Kartanagara mempersiapkan bala tentaranya menuju ke Negeri Melayu dipimpin oleh Sang Kebo Anabrang sebagai 10 Panglima Angkatan Laut dan Panglima Perang. Bala tentara Singhasari berangkat dengan segala peralatan perang dan 15 perlengkapannya. Bala- tentara Singhasari yang berangkat ke seberang memiliki tujuan yang banyak, di antaranya yaitu ingin menjalin 20 persahabatan dengan Kerajaan Melayu, Kerajaan Parlak, dan kerajaan-kerajaan yang ada

/53/ di pulau-pulau di Bumi Nu- santara. Selain itu keberangkatan Sang Kebo Anabrang ke Sumatera dengan 5 membawa pulang permaisuri yaitu Darakencana, istri Sri Maharaja Kertanagara, karena sang permaisuri ingin

10 tinggal di Negeri Melayu, yaitu negerinya. Balatentara Singhasari dijadikan pemimpin bagi kerajaan-kerajaan yang 15 takluk kepada Kerajaan Singhasari termasuk negara yang sudah menjadi sahabat dan meminta agar terus menjalin persahabatan dengan Sri Maharaja Kerta- 20 nagara. Sebagai sahabat mereka, angkatan laut Singhasari selalu berkeliling

/54/ ke negeri-negeri seberang yaitu Sanghyang Hujung, Tanjung- pura, termasuk Bakulapura, Makasar termasuk pulau- 5 pulaunya, Ghurun, Seran, dan pulau-pulau di sekitarnya, Sunda di Bumi Jawa Barat, Ambun, Maloko, dan pulau-pulau 10 di sekitarnya, dan banyak lagi yang lainnya. Oleh karena itu, ketika Sultan Parlak diserang oleh balatentara Sriwijaya, 15 balatentara Singha- sari datang ke situ, melepaskan Kerajaan Parlak yang ada di Pulau Sumatera bagian utara. Akhirnya 20 balatetara Sriwijaya melarikan diri karena kalah. Maharaja Cina

/55/ marah ketika mengetahui balatentara Singhasari uggul perangnya. Tetapi balatentara Cina tidak 5 nembalas serangan itu, karena di dalam negerinya juga banyak pemberontakan. Selain itu balatentara Cina

juga sedang menaklukkan 10 beberapa negeri yang jauh. Serta balatentara Singha- sari tidak memusuhi balatentara Cina, karena Kerajaan Singhasari dengan Kerajaan 15 Cina bersahabat. Kemudian ketika putri Sri Maharaja Kertanagara dari permaisuri Darakencana yaitu Putri 20 Darajingga dijadikan istri oleh sang Rajamuda Melayu Sri Wiswarupaku-

/56/ mara putra Raja Melayu Dharmmaçraya Tribhuwana- raja Mauliwarmmadéwa pada seribu dua ratus 5 tiga (1203) Tahun Saka. Sri Kertanagara diberi hadiah arca Amoghapāça dan surat dari Raja 10 Melayu dengan beberapa orang mentri raja, ahli nujum, dan balatentara Singhasari. Sangat senanglah hati rakyat negeri 15 Melayu, dirajai oleh Raja Melayu Tribhu- wanaraja Mauliwarmma- déwa. AdapunTribhu- wanaraja dengan Darake- 20 ncana itu kakak beradik. Jadilah Sri Wiswarupakumara dengan istrinya yaitu

/57/ Darajingga saudara satu kakek. Kemudian sang mahakawi dari Sundagiri dan sang mahakawi 5 (Swarnabhumi) mengisahkan lagi demikian, tentang hubungan saudara

dari keluarga besar Raja Sunda, Raja Melayu, dan Raja Jawa. 10 Adapun Raja Sunda Prabu Ghuru Darmasiksa dengan gelar Prabu Sanghyang Wiçnu atau disebut juga Sang Paramārtha Mahāpurusa 15 namny yang lain beristrikan putri dari Swarnabhumi, keturunan Maharaja Ssanggramawijayo- ttunggawarman yang suda turun- 20 temurun. Dari perkawinannya dengan putri Swarnabhumi Raja Sunda berputera

/58/ beberapa orang, dua orang di antaranya masing-masing yaitu, pertama Rakryan Jayagiri yaitu Rakryan 5 Jayadarma namanya yang lain; kedua Rakryan Saunggalah atau sang Prabhu Ragasuci namanya yang lain, kemdian disebut sang 10 Mokteng Taman. Oleh Prabhu Jayawiçnuwardhana, Rakryan Jayadarma dinikahkan dengan keluarganya yaitu Dewi 15 Singhamurti namanya, ia adalah putri Mahisa Campaka. Menurut sang mahakawi Jawa, Dewi Singhamurti itu namanya 20 Dyah Lembu Tal. Dari perkawinannya, Dewi Singhamurti dengan

/59/ Rakryan Jayadarma berputeralah Sang Nararya Sanggramawi- jaya. Menurut sang mahakawi dari Jawa, 5 Sang Nararya Sanggramawijaya menjadi Raja Wilwatikta yang pertaman dengan gelar

Kretarajasa Jayawardana atau Rahadyan Wijaya 10 namanya yang lain. Sedangkan adik Rakryan Jayadarma yaitu Rakryan Ragasuci menikah dengan putri Maharaja Trailokyaraja 15 Maulibhuçanawarmmadewa, Raja Melayu Dharmaçraya yaitu Darapuspa namanya. Dan kakaknya Darapuspa 20 yaitu Darakencana dijadikan istri oleh Prabhu Kretanagara. Dan kakandanya

/60/ Darakencana yaitu Tribhuwanaraja Mauliwar- mmadéwa dijadikan rajamuda pada waktu itu juga. Kemudian 5 dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya. Adapun Rakryan Sunu Jayagiri Sang Jayadarmma tidak pernah menjadi Raja Sunda di 10 Bumi Jawa Barat karena beliau meninggal waktu ayahnya masih hidup. Karena itu, Dewi Singhamurti 15 dengan putranya yaitu Raden Wijaya waktu masih kanak-kanak kembali ke negeri asalnya hidup bersama mertuanya yaitu Mahisa Campaka. 20 Ketika sang putera menginjak remaja, ia sangat pandai, mahir dalam segala ilmu,

/61/ mahir memanah dan mahir dalam ilmu kenegaraan serta ilmu yang lainnya. Karena sang putera tinggal di 5 keraton Singhasari bersama

saudaranya yaitu Prabu Kretanagara, serta dia selalu belajar kepada beberapa menteri dan senapat, sang 10 prabu, dan orang-orang yang mahir dalam ilmu pengetahuan. Karena itu, oleh Sang Prabhu Kretanagara, sang putera yaitu Raden Wijaya dijadikan senapati 15 angkatan perang Singhasari. Adapun perkawinan Sang Prabu Ragasuci dengan puteri Melayu Darapuspa berputera beberapa orang, 20 salah satu di antaranya Sang Prabu Citraghanda Bhuwanaraja, yang menggantikan

/62/ ayahnya yaitu Sang Prabu Ghuru Dharmasiksa menjadi raja Sunda. Waktu pertama mulai Raden Wijaya menjadi raja 5 Wilwatikta, mertuanya yaitu Sang Prabu Ghuru Dharmasiksa sudah berpesan kepada cucunya, “janganlah kamu memaksakan kehendak atau 10 ingin menyerang dan menguasai Bumi Sunda, karena sudah dikelilingi oleh saudaramu nanti kalau aku sudah meninggal. Karena negaramu sudah 15 besar, aman, dan sentosa. Aku tahu keutamaan cucuku dalam keunggulan dan kemenangan atas musuhmu, nanti engkau akan menjadi raja besar. 20 Itu adalah takdir dari Hyang Tunggal yang sudah menjadi

/63/ suratannya. Seyogyanya Kerajaan Jawa dengan Kerajaan Sunda saling berdekatan erat,

bekerja bersama-sama, 5 saling mengasihi di antara saudara! Karena itu janganlah saling menyerang kekuasaan kerajaan masing-masing, sehingga 10 menjadi baik, selamat, dan sejahtera! Jikalau Kerajaan Sunda mendapat kesusahan, Wilwatikta sedapat-dapatnya memberikan bantuan, demikian juga Kerajaan Sunda 15 kepada Wilwatikta!” Kemudian amanat Sang Prabu Ghuru Darmasiksa selalu ditaati oleh Raden Wijaya dengan 20 setia, serta menepati janjinya. Demikianlah, sejak berdiri Kerajaan

/64/ Wilwatikta sampai pada enam puluh tahun Kerajaan Sunda dengan Kerajaan Wilwatikta 5 senantiasa rukun bersaudara, tidak pernah ada permusuhan, tidak pernah terjadi penyerangan antara Sunda dan Jawa. Kelak 10 dengan perbuatan tercela yang dilakukan oleh sang Patih Amangkubhumi Ghajah Madalah hancurnya persaudaraan 15 antara orang Sunda dengan orang Jawa. Pada permulaan Raden Wijaya menjadi raja, di Kerajaan Sunda yang menjadi raja 20 adalah sang Prabu Guru Darma- siksa, yang bertahta pada seribu sembilan puluh

/65/ tujuh (1097) sampai seribu dua ratus sembilan belas (1219) Tahun Saka. Kemudian

digantikan oleh puteranya 5 yaitu Prabu Ragasuci, yang memerintah selama enam tahun. Raja Sunda Prabu Ragasuci adalah saudara Raden Wijaya. 10 Oleh sebab itu raja Wilwatikta pertama yaitu keturunan bangsawan, karena dari pihak ayahnya dia adalah cucunda 15 Prabu Ghuru Darmasiksa yaitu raja Sunda di Bumi Jawa Barat dari ibunya. Dia adalah cucu dari Ratu Angabhaya (Pelindung) 20 Kerajaan di Bumi Jawa Timur. Sedangkan saudaranya yaitu Sri Maharaja

/66/ Kretanagara menjadi raja besar di Bumi Nusantara. Selanjutnya Raden Wijaya telah membuat 5 perjanjian yaitu perjanjian persaudaraan dengan semua raja-raja daerah di Bumi Jawa Barat karena mereka semua 10 satu keluarga. Lebih-lebih Raja Sunda sang Prabhu Dharmasiksa adalah mertuanya, Raden Wijaya senantiasa 15 menghormati dan mempersembahkan hadiah benda-benda berharga kepada ayahnya. Kemudian sang Prabu Ghuru memberkati 20 cucundanya. Pada masa sang kakek Sang- gramawijaya menjadi

/67/ Raja Wilwatikta, di antara kerajaan-kerajaan di Bumi Nusantara saling bersahabat dengan erat seakan-akan

5 bersaudara. Akhirnya Kerajaan Wilwatikta dijadikan kerajaan luar biasa di Bumi Nusantara. Setiap negara mengirimkan 10 utusannya, tinggal di negara sahabatnya. Kelak oleh Patih Amangkubhumi Ghajah Mada semua 15 sahabat Kerajaan Wilwatikta dijadikan taklukan Wilwatikta. Negeri yang tidak mau takluk kemudian 20 dibuatnya bertekuk lutut. Tetapi tidak semua negeri di Bumi Nusantara

/68/ takluk kepada Kerajaan Wilwatikta. Semenjak Kerajaan Melayu takluk kepada Kerajaan Sriwijaya 5 lama antaranya. Tetapi setelah itu Kerajaan Singhasari kemudian menyerang Swarnabhumi, dan Kerajaan Sriwijaya sendiri 10 tidak kuat menahan serangan dari balatentara Singhasari. Bukankah Sri Kretanagara menjadi menantu Raja Melayu. 15 Karena itulah Kerajaan Singhasari menjadi pemimpin Kerajaan Melayu. Sedangkan balatentara Sriwijaya melarikan diri 20 ke utara. Kemudian sesudah itu Sri Kerta- nagara mangkat, di

/69/ Swarnabhumi berdirilah kerajaan-kerajaan kecil yang masing-masing berkuasa sebagai 5 kerajaan merdeka.

Terutama di Swarnabhumi bagian utara beberapa kerajaan Islam berdiri, yang menurut kabar 10 berada di tepi pantai. Salah satu di antaranya ialah kerajaan Islam yang bernama Kerajaan Paseh di 15 daerah Swarnabhumi bagian utara. Rajanya disebut sultan karena agamanya Islam. Sultan Paseh 20 yaitu Al Malik Assaleh nama gelarnya. Beliau menjadi

/70/ Raja Pasai lamanya dua belas tahun, yaitu pada seribu dua ratus tujuh (1207) Tahun 5 Saka hingga pada seribu dua ratus sembilan belas (1219) Tahun Saka. Sesudah beliau mangkat, kemudian 10 digantikan oleh puteranya yaitu Sultan Muhammad Al Malik Al Jahir namanya. Beliau menjadi 15 sultan selama dua puluh delapan tahun, yaitu pada seribu dua ratus sembilan belas (1219) Tahun Saka hingga 20 seribu dua ratus empat puluh tujuh (1247) Tahun Saka.

/71/ Kemidian digantikan oleh puteranya yaitu Sultan Ahmad dengan bergelar Sultan Ali Jainal 5 Abiddin Al Jahir.

Sultan Ahmad memerintah kerajaannya pada seribu dua ratus empat puluh tujuh (1247) sampai dengan seribu 10 dua ratus sembilan puluh tujuh (1297) Tahun Saka. Beliau menjadi Sultan Paseh sendiri selama lima puluh 15 tahun. Oleh karena itu beliau menjadi gurubesar agama Islam. Sedangkan singgasana kerajaan diserahkan kepada puteranya 20 yang hampir sama namanya yaitu Sultan Jaenal Abidin namanya.

/72/ Sementara itu Sultan Ahmad wafat pada seribu tiga ratus dua puluh tujuh (1327) Tahun Saka. 5 Sultan Jainal Abidin menikah, pada waktu ia menjadi raja muda yaitu pada seribu dua ratus enam puluh 10 delapan (1260) Tahun Saka. Karena itu Sultan Jainal Abidin lamanya menjdi Sultan Paseh yaitu tiga puluh 15 satu tahun, yaitu seribu dua ratus sembilan puluh tujuh (1297) Tahun Saka sampai dengan seribu tiga ratus dua puluh 20 delapan (1328) Tahun Saka. Sultan Jainal Abidin menurunkan beberapa

/73/ orang anak. Beberapa orang di antaranya yaitu yang tertua perempuan, Ratu Bhuhayya namanya. 5 Kemudian menurut kabarnya

lagi, Ratu Bhuhayya itu disebut sang Ratu Anisah Halli, yaitu namanya 10 pada waktu kecil. Adapun Ratu Bhuhayya dijadikan istri oleh Abdullah Salahhuddin ibnu Hasyim. Sesudah Sultan 15 Jainal Abidin wafat, Abdullah Salahhu- ddin menggantikannya menjadi Raja Paseh, tetapi dia sendiri lamanya bertahta dua 20 tahun. Ini karena Sultan Abdullah Salahhuddin gugur di medan perang melawan

/74/ Raja Nakur pada seribu tiga ratus tiga puluh (1330) Tahun Saka. Tetapi Kerajaan Paseh tidak dapat dikuasai, 5 karena balatentara kerajaan tidak dapat dikalahkan, apalagi angkatan lautnya. Pada waktu itu sang permaisuri yaitu 10 Ratu Bhuhayya sangat berduka cita. Ingin sekali ia membalas kematian suaminya kepada Raja Nakur. Kemudian raja isteri dinobatkan mnjadi raja Paseh 15 sementara, menggantikan suaminya yag gugur. Berkatalah ia sang raja isteri kepada semuanya, “barang siapa yang dapat membunuh Raja Nakur, 20 maka ia kan dirajakan di Kerajaan Paseh dan dia dijadikan suami raja isteri”.

/75/ Setahun kemudian, balatentara Raja Nakur menyerang lagi negeri Paseh. Pada saat itu juga pecahlah perang

5 dengan hebatnya, tetapi balatentara Raja Nakur kalah dan melarikan diri pulang ke negerinya. Sedangkan Raja Nakur dibunuh oleh 10 tentara angkatan laut Paseh. Tidak ada yang tahu, mayat Raja Nakur dibawa kepada sang raja istreri. Suka citalah hati 15 sang ratu dengan balatentara Paseh yang meang berperang. Kemudian tentara yang dapat membunuh Raja Nakur dirajakanlah 20 menjadi Sultan Paseh degan gelar penobatannya Sultan Hassan Sa-

/76/ lahuddin, serta dijadikan suami oleh sang Ratu Bhuhayya. Lamanya tiga tahun saja, selanjutnya adik 5 Ratu Buhayya yaitu Said namanya tidak senang melihat kelakuan sang sultan yang tidak baik kepada balatentara dan 10 rakyatnya. Semua pembesar, gurubesar agama Islam, dan para ahli nujum, raja-raja daerah dan keluarga besar 15 istana serta orang banyak tidak senang kepada sultan yang baru. Karena tingkah lakunya tidak senonoh dan perbuatan 20 menghukum orang banyak, para ahli nujum, dan balatentara yang salah dilakukan

/77/ sultan dengan sangat kejam. Sudah banyak orang-orang yang dijatuhi hukuman mati

hanya karena kesalahan yang tak 5 seberapa. Oleh karena itu, adik Ratu Bhuhayya yaitu Said kemudian berhasil membunuh sultan pada seribu tiga ratus 10 tiga puluh empat (1334) Tahun Saka. Kemudian beliau menjadi Sultan Paseh dengan nama nobatnya Sultan 15 Said Jainal Abiddin. Beliau menjadi sultan lamanya tujuh tahun, yaitu pada seribu tiga ratus tiga puluh 20 empat (1334) Tahun Saka sampai dengan seribu tiga ratus empat puluh

/78/ satu (1341) Tahun Saka. Selanjutnya digantikan oleh puteranya yaitu Sultan Abdulmalik 5 Haidar ibnu Said Jainal Abiddin gelarannya. Lamanya menjadi raja sendiri empat tahun, yaitu 10 pada seribu tiga ratus empat puluh satu (1341) Tahun Saka sampai dengan seribu tiga ratus empat puluh lima (1345) 15 Tahun Saka. Sultan ini menurunkan beberapa orang anak, salah satu di antaranya yang tertua perempuan yaitu Ratu Nahrisah 20 namanya. Kemudian Ratu Nahrisah menjadi Raja Paseh pada

/79/ seribu tiga ratus empat puluh lima (1345) Tahun

Saka sampai dengan seribu tiga ratus sembilan 5 puluh (1390) Tahun Saka. Adapun Kerajaan Paseh pada masa Sultan Ahmad atau Sultan yang bergelar Ali 10 Jainal Abiddin berkuasa sebagai sultan penyelang, pada seribu dua ratus tujuh puluh satu (1271) Tahun Saka, 15 Kerajaan Paseh berada di bawah kekuasaan Kerajaan Wilwatikta. Tunda dahulu kisah itu sementara, marilah 20 kembali melanjutkan kisah tentang para pendatang dari beberapa negeri di pulau-pulau

/80/ di Bumi Nusantara. Adapun yang mula-mula menjadi tujuan kedatangan mereka yaitu di antaranya 5 berbuat kebajikan dalam perniagaan berbagai macam barang-barang, pakaian, perhiasan, berbagai kebutuhan rumah tangga, bahan 10 makanan, bermacam-macam perhiasan dari emas, perak, yang sangat elok buatannya, juga berbagai macam perhiasan 15 raja-raja, permaisuri, dan banyak-banyak lagi. Tetapi ada juga yang datang di situ sambil menyebarkan agamanya. 20 Adapun kebanyakan para pendatang dari negeri-negeri Arab bagian

/81/ selatan Parsi dengan menggunakan perahu-perahu besar, Syam,

Kibti, di negerinya mereka memeluk agama Rasul, 5 di antara mereka satu atau dua orang ada yang kemudian tinggal di Pulau Sumatera bagian utara, serta di kota Waru- 10 ghasik di Pulau Jawa. Selain itu juga ada yang mengajarkan agama Islam, tetapi pada umumnya penduduk pribumi 15 di Pulau Jawa masih memeluk agama Hindu Siwa, agama Budha, agama Hindu Waisnawa, dan kepercayaan kepada roh nenek moyang. Sedangkan 20 penduduk di Pulau Sumatera memeluk agama Budha. Oleh karena agama

/82/ Rasul yang diajarkan kepada penduduk tidak berhasil menyebar ke desa- desa, kecuali satu atau 5 dua orang penduduk saja, maka para gurubesar agama Islam selalu merasa khawatir karena pada umumnya penduduk, 10 balatentara, para menteri kerajaan, dan sang mahaprabu pun tidak berniat untuk mengganti agamanya. Tetapi di 15 Pulau Sumatera bagian utara sudah banyak orang Arab dan Parsi, Syam, Kibti, dan sebagainya yang sudah lama tinggal 20 di situ. Oleh karenanya, Syekh Hibatullah dari negeri Parsi datang

/83/ ke Pulau Sumatera, kemudian

datang ke Pulau Jawa lalu kembali lagi ke Pulau Sumatera. Anak-cucunya ada 5 yang kemudian tinggal di Pulau Jawa, Sumatera, dan Semenanjung (Malaya), India, negeri Cina, negeri Campa, dan sebagainya. 10 Cucunya yang perempuan tinggal di Jawa Timur, dan meninggal pada seribu empat (1004) Tahun Saka. Suaminya adalah 15 saudagar kaya raya dari Sumatera. Ia menurunkan beberapa orang anak yang tinggal di Pulau Jawa, ada juga yang tinggal di Pulau Sumatera, 20 dan tinggal di negeri-negeri lainnya. Adapun Sekh Sayid Hibatallah ibnu Muhammad

/84/ bersama dua orang saudaranya kemudian pergi ke

Sumatera, tinggal di situ selama beberapa tahun. 5 Kemudian kembali lagi ke negerinya. Selain itu, Sekh Sayid ini adalah keturunan dari Sayidina Ali ibnu Abithalib 10 menantu Baginda Rasul Muhammad. Kemudian, menurut kabarnya pula, Sekh Sayid Hibatallah menurunkan anak beberapa orang, dua orang 15 di antaranya yaitu Sekh Sayid Maimun dan Sekh Muhammad Saleh. Adapun Sekh Sayid Maimun menurunkan beberapa orang anak, 20 salah satu di antaranya Phatimah, yang menikah dengan Sayid Abuhasan

/85/ saudagar kayaraya dan tinggal di Jawa Timur. Dari perkawinannya dikaruniai beberapa orang 5 anak, di antaranya Sekh Sayid Abdurahman yang tinggal di kota Tarim negeri Arab bagian selatan. Sedangkan putra-putra yang lainnya 10 ada yang tingal di Pulau Jawa, Ghujarat, dan Sumatera. Sekh Sayid Abdurahman dikaruaniai anak beberapa orang. Salah 15 satu di antaranya perempuan yaitu Sarah dijadikan isteri oleh Sayid Abdulmalik serta berputera beberapa orang yang tinggal di situ, 20 dan ada juga yang tinggal di Pulau Jawa. Sedangkan adik

/86/ Sekh Sayid Maimun yaitu Sekh Muhammad Saleh pergi dari negeri Parsi. Kemudian tinggallah ia 5 di Paseh di Pulau Sumatera bagian utara. Sekh Muhammad Saleh menikah dengan putri Sultan Paseh yaitu Rogayah, 10 ia adalah putri Sekh Sayid Burhannudin Ibrahim, yang bergelar Sultan Malik Ibrahim Makdum. Adapun Sekh 15 Sayid Burhannudin Ibrahim ini asal mulanya adalah dari Ghujarat di negeri Bharata (India), ia adalah- putra Sekh Sayid Mahdum 20 Sidik. Ibunya adalah putri dari Dinasti Nabdhabar di negeri Bharata.

/87/ Sebelum itu, Sekh

Sayid Makdum pada awalnya tinggal di negeri Parsi dan beristrikan kepada 5 seorang wanita Parsi yang kemudian menurunkan beberapa orang anak. Salah seorang di antaranya ilah Sekh Sayid Hibatallah. Selanjutnya seluruh 10 anak-cucu Sekh Sayid Makdum Sidik menjadi gurubesar agama Islam yang berada di berbagai negeri. Selain itu juga 15 menjadi raja di beberapa negara. Tiada lain karena mereka adalah keturunan Baginda Rasul Muhammad. Adapun Kerajaan 20 Paseh itu pendek kata demikian, sejak seribu lima puluh (1050)