Upload
asida-gumara
View
89
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
UJI EFEK ANALGETIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorhizza Roxb.) PADA MENCIT JANTAN DENGAN
DENGAN METODE GELIATPembimbing :
Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt.
Oleh :Reksy Rafsanjani 13307141016Tanti Wulandari 13307141028Asida Gumara Mukti 13307144015
UJI EFEK ANALGETIK TEMULAWAK (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) PADA MENCIT JANTAN
DENGAN METODE GELIAT
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
The P
ower
of Po
werP
oint
Latar Belakang
KurkuminTemulawak
Latar Belakan
g Masalah
Berdasarkan zat-zat yang terkandung pada temulawak
saat ini telah diketahui manfaatnya yaitu sebagai penambah nafsu makan, memperbaiki kesehatan
fungsi pencernaan, memperbaiki fungsi hati,
pereda nyeri sendi dan tulang (analgesik), dan sebagai
antioksidan (BPOM, 2005). Analgetika atau obat
penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Dengan berkembangnya zaman,khasiat rimpang temulawak
semakin diakui. Saat ini sudah dibuktikan secara ilmiah lewat berbagai penelitian. Rimpang
temulawak banyak dimanfaatkan sebagai jamu atau obat tradisinal. Hal ini menimbulkan banyaknya
produk jamu atau obat tradisional yang dipasarkan dalam bentuk perasaan, instan, dan serbuk.
Bentuk perasaan dibuat dari umbi temulawak yang diparut dan
diperas. Untuk bentuk instan di buat dari perasan temulawak yang di masak dengan gula. Sedangkan
bentuk serbuk dibuat dari umbi temulawak yang dirajang tipis-tipis dan dikeringkan, kemudian dibuat
menjadi bentuk serbuk.
Ketiga bentuk sediaan diatas belum diketahui apakah
memiliki efek analgesik yang efektifnya sama dengan
bentuk obat generic seperti aspirin yang telah terbukti
keefektifannya dalam pengobatan nyeri. Untuk itu
peneliti ingin melakukan penelitian tentang efek
analgetik dari temulawak instan sebagai obat
tradisional yang tidak memiliki efek samping
membahayakan dan dapat digunakan sebagai penganti
aspirin.
Identifikasi Masalah
1• Jenis
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang digunakan untuk uji analgetik.
2• Bentuk
sediaan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) untuk uji analgetik.
3• Jenis Mecit
yang digunakan untuk uji analgetik.
4• Metode uji
analgetik yang akan digunakan dalam penelitian uji efek analgetik.
5• Dosis
efektif temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) sebagai analgetik.
1
2
3
4
5
Temulawak
Bentuk Sediaan
Jenis temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang akan digunakan untuk uji analgetik
adalah temulawak yang di peroleh dari daerah Yogyakarta.
Bentuk sediaan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) untuk uji anlgetik adalah dalam bentuk perasaan yang dimasak dengan gula (instan) yang ada di pasaran, perasan temulawak murni dan temulawak serbuk.Mencit
Jenis mecit yang digunakan adalah mecit yang berjenis kelamin jantan, berumur 2-3
bulan dengan bobot 20-30 gram.MetodeMetode pengujian analgetik yang digunakan pada mencit adalah metode geliat.
Variasi dosis/konsentrasi
Terdapat 3 variasi dosis/konsentrasi (instan temulawak, perasan temulawak dan serbuk
temulawak) yang akan diuji coba pada mencit.
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Bagaimana efek analgetik dari beberapa variasi dosis temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dalam bentuk perasaan yang dimasak dengan gula (instan), perasan temulawak murni dan temulawak serbuk pada mencit jantan?
Mengetahui efek analgetik dari beberapa variasi dosis temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dalam bentuk perasaan yang dimasak dengan gula (instan), perasan temulawak murni dan temulawak serbuk pada mencit jantan.
Kegunaan PenelitianHasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan dengan efek samping yang minim serta bermanfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang farmasi.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
11
Deskripsi TeoriTanaman Temulawak
Klasifikasi tanaman temulawak:Divisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : MonocotyledonaeOrdo : ZingiberalesKeluarga : ZingiberaceaeGenus : CurcumaSpesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Bambang Wahono, 2008).
Analgetik
Narkotika(morfin, kodein (metilmorfin), petidin, dan metadon)
Non Narkotika(asetilsalisilat (asetasol dan aspirin), fenasetin, dan aminofenazon (aminopirin dan piramidon)
Cara aspirin mengobati rasa nyeri yaitu dengan menghambat enzim siklooksigenase dan mengasetiliasi gugus aktifserin. Trombosit sangat rentan terhadap penghambatan ini karena tidak mampu mengadakan regenerasi enzim sehingga dosis tunggal aspirin 40 mg sehari telah cukup untuk menghambat siklooksigenase trombosit manusia selama masa hidup trombosit yaitu 8-11 hari (Anonim, 2011).
• Aspirin adalah salah satu obat yang biasa digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau sebagai obat analgetik. Aspirin merupakan golongan obat analgesik, antpiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang merupakan suatu kelompok obat heterogen.
Metode Analgetik
Metode Geliat
Metode Nyeri Panas
Metode Penapisan Analgetik untuk
Nyeri Sendi
Penelitian yang relevan
Penelitian tentang efek analgetik pada tumbuhan jenis curcuma salah satunya oleh Mohammad Syahrir Syahruddin, Santun Bhekti Rahimah, dan Budiman dengan judul “Efek Analgetik Ekstrak Etanol Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria) terhadap Nyeri Akut pada Tikus yang Diinduksi dengan Metode Tail Immersion”. Pada penelitian ini diketahui bahwa ekstrak kunyit putih memiliki efek analgetik yang terbentuk diakibatkan karena kurkumin yang merupakan zat aktif pada kunyit putih dapat menghambat kerja enzim siklooksigenase, sehingga prostaglandin tidak terbentuk.
Penelitian yang dilakukan oleh Jumiatul Yazizah Jahwa dengan judul “Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol 70% Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiz Roxb) Pada Mencit (Mus Musculus) Jantan Galur Swiss Yang Diinduks Nyeri Asam Asetat Dengan Metode Geliat (Writhing Test)”. Penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa ekstrak etanol 70% rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dengan dosis 140 mg/KgBB, 280 mg/KgBB dan 560 mg/KgBB memiliki efek analgesik pada mencit jantan galur Swiss. Sedangkan pada dosis 280 mg/KgBb dan 560 mg/KgBB memberikan efek analgesik yang efektivitasnya hampir setara dengan pemberian aspirin dalam penurunan jumlah geliat mencit (mus musculus) jantan galur Swiss yang diinduksi asam asetat dengan metode geliat (writhing test).
Kerangka Berpikir
Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu yang merupakan tanaman khas yang banyak tumbuh di Indonesia. Temulawak mengandung senyawa aktif berupa zat kurkumin, yang mana diasumsikan bermanfaat sebagai analgetik. Analgetik adalah obat penghilang nyeri atau zat-zat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran penggunanya.
Pada tiap mencit dalam tiap kelompok uji, dihitung jumlah geliat masing-masing mencit dengan tujuan mendapat data IC50 dari grafik hubungan konsentrasi atau dosis temulawak dengan jumlah geliat yang ditimbulkan oleh mencit. Berdasarkan hal diatas, maka penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi perasan temulawak terhadap hewan uji (mencit).
Uji analgetik pada temulawak dilakukan dengan pemberian perasan, insta, dan temulawak pada mencit dengan berbagai konsentrasi hingga mencapai IC50. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode geliat. Uji analgetik diawali dengan proses penyiapan sediaan bahan uji, yaitu perasan temulawak dan menyiapkan hewan uji.
Hewan uji berupa mencit dibagi menjadi lima kelompok, yang mana tiap kelompok berisi lima ekor mencit. Pada kelompok I, hewan uji diberi perlakuan oral dengan asetosal. Pada kelompok II, hewan uji diberi perlaukan oral dengan akuades. Pada kelompok III, IV dan V hewan uji diberi perlakuan oral dengan 3 macam variasi dosis/konsentrasi yang berbeda pada tiap bahan uji.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
Subjek Penelitian Objek PenelitianSubjek pada penelitian ini adalah mencit jantan Objek pada penelitian ini
adalah efek analgetik temulawak
Variabel Penelitian
Variabel bebas
Waktu dan variasi
dosis/konsentrasi
Variabel terikat
Efek analgetik
Variabel kontrol
Mencit jantan
Alat
Kandang
Mencit
Alat-alat gelas
Alat parut
Sonde lambung
Timbangan analitik
Spuit injeksi
Stopwatch
Bahan
Bahan Uji
Perasan temulawak
Serbuk temulawak
Temulawak instan
Bahan Kimia
Asetosal
Akuades
Asam asetat
• Rancangan penelitian
1
• Persiapan hewan uji
2 • Penyiapan bahan uji
3
• Uji pendahuluan
4 • Uji efek analgetik
5
Rancangan Penelitian Mencit dibagi ke dalam lima
kelompok, setiap kelompok berisi lima ekor mencit. Total jumlah mencit jantan yang digunakan pada penelitian ini adalah 25 ekor. Pengambilan mencit dilakukan secara acak kemudian diberi nomor.
Persiapan Hewan Uji
Selama beberapa hari, mencit dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Berat badan dan keadaan fisik mencit tetap diamati setiap hari. Mencit yang siap menjadi hewan uji memiliki ciri-ciri antara lain bulu yang bersih, mata yang jernih, dan berat badannya tidak mengalami penurunan.
Mencit Jantan
Penyiapan Bahan Uji
Pembuatan perasan
temulawakPembuatan
larutan temulawak
instan
Pembuatan larutan serbuk
temulawakPembuatan larutan obat pembanding
Pembuatan asam asetat
Perasan temulawak yang akan digunakan yaitu perasan temulawak murni (100%), perasan temulawak 1 : 1 dan perasan temulawak 1 : 2. Mencit dengan berat badan kurang lebih 20 gram diberikan larutan sebanyak 1 mL.
Temulawak instan dilarutkan dalam air dan di buat stok sebanyak 50ml tiap dosis.
Temulawak serbuk dilarutkan dalam air dan dibuat stok sebanyak 50ml tiap dosis.
Sebagai kontrol positif digunakan analgetik aspirin dengan dosis 0,1456 mg/20 gramBB mencit.
Asam asetat yang digunakan adalah asam asetat dengan konsentrasi 1%
Uji pendahuluan yang akan dilakukan meliputi tiga tahapan antara lain, uji pendahuluan kadar asam asetat
yang akan digunakan, uji pendahuluan untuk menentukan waktu induksi, dan uji pendahuluan untuk mencari kadar
asetosal yang tidak menimbulkan geliat pada mencit.
Uji Pendahuluan
Uji Efek Analgetik Mencit dikelompokkan menjadi
lima kelompok, dimana masing-masing kelompok berisi lima ekor mencit.Dibuat tabel pengelompokkan dan perlakuan pada mencit serta uji statistik yang akan digunakan.
28
Tabel Pengelompokkan Mencit pada Uji Efek
Analgetik
Kelompok Uji
Perlakuan secara Oral
Induksi Asam Asetat
Jumlah mencit (ekor)
Keterangan
I Asetosal √ 5 Kontrol positif
II Akuades √ 5 Kontrol negatif
III Larutan I(dosis/konsentrasi I)
√ 5
IV Larutan II(dosis/konsentrasi II)
√ 5
V Larutan III(dosis/konsentrasi III)
√ 5
Prosedur Uji Anagetik
Mencit tidak diberi makanan sebelum uji
dilakukan, namun tetap diberi minum.
Mencit ditimbang berat badannya
sebelum dilakukan uji.
Mencit dikelompokkan
dengan pengambilan secara acak, dimana pada tiap kelompok
diisi dengan lima ekor mencit.
Pada kelompok IV, tiap mencit diberi
perasan temulawak dengan konsentrasi 50 ppm kemudian diinduksi dengan
asam asetat.
Pada kelompok III, tiap mencit diberi
perasan temulawak 100% kemudian diinduksi dengan
asam asetat.
Pada kelompok II (kontrol negatif), tiap mencit diberi larutan akuades secara oral kemudian diinduksi
dengan asam asetat.
Pada kelompok I (kontrol positif), tiap
mencit diberi asetosal secara oral kemudian
diinduksi dengan asam asetat.
Pada kelompok V, tiap mencit diberi perasan
temulawak dengan konsentrasi 100 ppm kemudian diinduksi
dengan asam asetat.
Selang 10 menit setelah diberi
perlakuan, jumlah geliat mencit dihitung
tiap lima menit secara kontinyu
selama satu jam.
30
Uji StatistikaData yang diperoleh dihitung nilai IC50 dengan membuat kurva hubungan antara persen inhibisi dengan konsentrasi dosis dan menggunakan uji statistik ANOVA.
Daftar Pustaka IAnonim. 2011. Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat.
www.itokindo.org, diakses 13 April 2016.Bangun, Abednego. 2012. Ensiklopedia Tanamanan Obat Indonesia. Bandung: Indonesia Publishing House, hal 422-423.Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Info POM.Bambang,Wahono.2008.Temulawak.pustakaalbayaty.files.wordpress.co m/2008/05/temulawak.pdf, diakses 14 April 2016Jumiatul Yazizah Jahwa. 2016. Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol 70% Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) Pada
Mencit (Mus Musculus) Jantan Galur Swiss Yang Diinduksi Nyeri Asam Asetat Dengan Metode Geliat (Writhing Test). Surakarta: Fakultas Kedokteran UMS.
Kelompok Kerja Ilmiah. 1993. Penapisan Framakologi, Pengujian Fitokimia, dan Pegujian Klinik. Jakarta: Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam.
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi ke-5. Bandung: ITBNurfina Aznam dan Eddy Sulistiowati. 2001. Kimia Farmasi. Jakarta: Univeritas Terbuka.Syahruddin, Mohammad Syahrir, Santun Bhekti Rahimah, Budiman. 2014. Efek Analgetik Ekstrak Etanol Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria) Terhadap Nyeri Akut Pada Tikus Yang Diinduksi Dengan Metode Tail Immersion. Bandung: Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Bandung.Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja.2013.Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek Samping. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo;p.312-313.Thomas A.N.S.2008.Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta : Kanisius;.p.33
Anonim. Tanpa tahun. “Temulawak”.http://herbaljogja.indonetwork.co.id/product/temulawak-1725868, diakses pada tanggal 10 November 2016Agung E., Nugroho. 2012. Prinsip Aksi Obat & Nasib Obat dalam
Tubuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Bunga D. Ayurini dan Gunardi. 2010. Pengaruh Ekstrak Etanol
Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.)terhadap Jumlah Geliatan Mencit BALB/C yang Diinjeksi Asam Asetat 0,1%. Artikel Ilmiah. Semarang: Universitas
Diponegoro.Diana Wijayanti. 2013. Efek Analgetik Ekstrak Air Daun Salam
(Syzygium polyanthum) pada Mencit dengan Metode Geliat. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.Filbert, Harry S.J., Koleangan, Max R.J., Runtuwene, Vanda S.,
Kamu. 2014. “Penentuan Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Nilai IC50 Ekstrak Metanol dan Fraksi Hasil Partisinya pada Kuliat Biji Pinang Yaki Areca vestiara Giseke)”. Jurnal MIPA UNSTRAT online 3. Volume 2, Hlm 149-154, http://ejournal.unstrat.ac.id/index.php/jmuo
Daftar Pustaka II
Gembong, Tjitrosoepomo. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat-
Obatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Mukhriani. 2014. “Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif”. Jurnal Kesehatan. 2(VII). Hlm. 361-363.Riyanto. 2016. “Asetosal”.http://www.mipa-farmasi.com/2016/05/asetosal.html, diakses pada 10 November 2016.Syaiful, Aprilianto. 2014. “Uji Analgetik”. http://farmasiapriliant56.blogspot.co.id/2014/05/uji-anlgetik.html. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2016Zullies, Ikawati. 2008. “Mengenal Aspirin”. https://zulliesikawati.wordpress.com/2008/10/10/mengenal-aspirin/, diakses pada tanggal 10 November 2016.
Agnesi Lasarus, Johanis A. Najoan, Jane Wulsan. 2013. Uji Efek
Analgesik Ekstrak Daun Pepaya (Carica pepaya (L.)) Pada Mencit. Manado:Universitas Sam Ratulangi
Australia New Zealand Food Standards Code: "Standard 1.2.4 – Labeling of ingredients"Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.
Info POM. 6 (6) : 1-12.Devaraj, S., Eshafani, A.S., Ismail. S., Ramanathan, S., Yam, M.F.,
2010. Evaluation of the Antinociceptive Activity and Acute Oral Toxicity of Standardized Ethanolic Extract
of the Rhizome of Curcuma xanthorrizha Roxb. Molecules Journal. 15 : 2925-34.Hartwig, M.S., Wilson, L.M., 2012. Nyeri:Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta : EGC pp.1064-81.Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., Willliamson, E.M., 2010.
Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta : EGC pp. 49&50.
Daftar Pustaka III
International Association for the Study of Pain (IASP)., 2002. What
causes cancer pain?. Available at http://www.iasppain.org/PCU02-2.html. Diakses pada 19
Agustus 2015.Jayaprakasha, G.K., Jaganmohan, R.L., Sakariah, K.K., 2006.
Antioxidant Activities of Curcumin, Demethoxycurcumin and Bisdemethoxycurcumin. Food Chemistry. 98 : 720-24Nurfina Aznam dan Eddy Sulistiowati. 2001. Kimia Farmasi. Jakarta:
Univeritas Terbuka.Wilmana, P.F., Gunawan, S.G., 2012. Analgesik-antipiretik,
Analgesik. Antiinflamasi nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya : Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapetik FK UI pp. 230- 237.