23
Kisah Cinta Para Sahabat Muhammad Trieha, 19 Syawwal 1436 H

KISAH CINTA PARA SAHABAT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KISAH CINTA PARA SAHABAT

Kisah Cinta Para Sahabat

Muhammad Trieha, 19 Syawwal 1436 H

Page 2: KISAH CINTA PARA SAHABAT

#1Kisah Salman Al Farisi

& Abu Darda

Page 3: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya.

• Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.

• ”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.

• ”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.”

Page 4: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya.

• ”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

• Keterusterangan yang di luar kiraan kedua sahabat tersebut. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Bayangkan sebuah perasaan campur aduk dimana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran. Ya, bagaimanapun Salman memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya.

• Namun mari kita simak apa reaksi Salman, sahabat yang mulia ini:• ”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini

akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”

Page 5: KISAH CINTA PARA SAHABAT

#2Kisah Umar bin Abdul Azis

Page 6: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Umar bin Abdul Aziz pernah jatuh cinta dengan sangat berat dan mendalam terhadap seorang budak perempuan milik istrinya, Fathimah binti Abdul Malik.

• Memang, wanita yang ia cintai itu hanyalah seorang budak perempuan, namun, ia sangat cantik jelita, mengalahkan banyak wanita merdeka di zamannya, dan budak itu milik Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan, istri Umar bin Abdul Aziz. Sebelum Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, berkali-kali ia meminta kepada Fathimah, istrinya, agar sang istri menghibahkan budak perempuan itu kepadanya, atau menjualnya kepadanya.

• Namun, karena budak itu sangat cantik jelita, dan sang istri mengetahui betapa berat dan mendalam “rasa cinta” Umar bin Abdul Aziz kepadanya, sang istri tidak mau memenuhi permintaan sang suami. Wajar lah, wanita mempunyai rasa cemburu, dan ia takut “kalah bersaing” dengan sang budak itu.

• Sang budak perempuan itu pun mengetahui betapa berat dan mendalam “rasa cinta” Umar bin Abdul Aziz kepadanya. Sampai akhirnya, tibalah masa di mana tanggung jawab kehilafahan jatuh pada Umar bin Abdul Aziz.

• Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi miskin, dan hari demi hari disibukkan oleh upayanya menjadi seorang khalifah yang adil, istrinya, Fathimah bin Abdul Malik, merasa iba dan kasihan kepadanya. Maka dihibahkanlah budaknya yang cantik jelita itu kepada Umar bin Abdul Aziz. Di luar dugaan sang istri dan budaknya sekaligus, ternyata Umar bin Abdul Aziz menolak hibah tersebut.

Page 7: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Umar meminta kepada Fathimah untuk menjelaskan asal muasal budak perempuan itu, yang kemudian diketahui bahwa ia pada asalnya adalah tawanan perang yang kemudian menjadi budak. Dan pada saat para tawanan itu dibagi-bagikan kepada para prajurit, ia otomatis menjadi bagian dari milik seorang prajurit.

• Tetapi, dengan alasan menghilangkan kecemburuan prajurit lainnya, budak perempuan itu akhirnya diambil oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan, yang lalu dihibahkan kepada putrinya, Fathimah.Mendengar penjelasan itu, maka Umar bin Abdul Aziz meminta agar prajurit itu dipanggil untuk menerima kembali jatah dan bagiannya yang selama ini tertunda.

• Prajurit itu pun datang, maka oleh Umar bin Abdul Aziz, diserahkanlah budak perempuan yang cantik jelita itu kepadanya. Sang prajurit pun berkata: Wahai Amirul mukminin, budak perempuan itu adalah milik anda, maka terimalah. Namun Umar tetap menolak.

• Prajurit itu pun berkata: “Kalau begitu, belilah ia dariku, dan aku dengan senang hati akan menerima akad jual beli ini”.

• Tawaran ini pun ditolak oleh Umar. Dan ia pun bersikeras agar sang prajurit itu membawa pergi budak perempuan tersebut.

• Budak perempuan itu pun menangis dan berkata: “Kalau begini jadinya, mana bukti cintamu selama ini wahai amirul mukminin??”. Umar menjawab: "Cinta itu tetap ada di dalam hatiku, bahkan jauh lebih kuat daripada yang dahulu-dahulu, akan tetapi, kalau aku menerimamu, aku khawatir tidak termasuk dalam golongan orang yang “menahan dirinya dari keinginan hawa nafsu” sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Q.S. An-Nazi’at: 40 – 41."

Page 8: KISAH CINTA PARA SAHABAT

#3Kisah Fathimah binti Muhammad &

Ali bin Abi Thalib

Page 9: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Ali sudah menyukai Fatimah sejak lama, kecantikan putri Rasululloh ini tak hanya fisikly saja, kecantikan Ruhaninya melintasi batas hingga langit ketujuh…kendalanya adalah perasaan rendah dirinya, mampukah ia membahagiakannya dengan keadaannya yang serba terbatas.

• Ali juga sempat patah hati dua kali, dua sahabat terdekat Rosululloh (Abu Bakar dan Umar bin Khaththab) juga telah mendahuluinya, dan menyusul Abdurahman bin Auf melamar sang putri dengan membawa 100 onta bermata biru dari Mesir dan 10.000 dinnar jika diuangkan dalam rupiah sekitar Rp 55 milyar.

• Lamaran bermilyar milyar itupun di tolak oleh Rasululloh, ternyata kekhawatiran Ali bin Abi Tholib belum berakhir sampai di sini karena ternyata sahabat yang lainpun melamar sang az zahra, Usman bin Affan pun memberanikan dirinya melamar sang putri, dengan mahar seperti yang di bawa oleh Abdurahman bin Auff, hanya ia menegaskan kembali bahwa kedudukannya lebih mulia di banding Abdurahman bin Auf karena ia telah lebh dahulu masuk islam.

• Tidak dinyana tidak di duga, ternyata Rasulullohpun menolak lamaran Usman bin affan, bahkan di sebuah riwayat (Abbas Azizi hal 162) diceritakan Nabi saw menggenggam batu kerikil dan kemudian membukanya, terlihat batu itu menjadi batu mulia dan beliau menunjukkannya sambil berkata ”Apakah engkau hendak menakut-nakutiku dengan hartamu?”

Page 10: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Empat sahabat sudah memberanikan diri dan mereka telah di tolak oleh Rasululloh saw, kini giliran Ali bin Abi Tholib untuk memberanikan diri.setelah sebelumnya di kuatkan oleh sahabat yang lain bahwa beliau menunggu Ali bin Abi Tholib untuk meminang putri kesayangannya.

• hingga di suatu hari Ali memberanikan diri datang, awalnya beliau hanya duduk di samping Rosululloh dan lama tertunduk diam. Hinngga Rasululloh pun bertanya ”Wahai putra Abu Tholib, apa yang engkau inginkan?”

• Sejenak Ali terdiam, dan dengan suara bergetar iapun menjawab, ” Ya Rasulalloh, aku hendak meminang Fatimah” Mendengar jawaban Ali ini beliau SAW tidak terkejut, “Bagus wahai Ibnu Abu Tholib, beberapa waktu terakhir ini banyak yang melamar putriku, tetapi ia selalu menolaknya, oleh karena itu, tunggulah jawaban putriku”

• Kemudia beliau SAW, meninggalkan Ali dan bertanya kepada putrinya, ketika ditanya Fatimah hanya terdiam dan Rasululloh saw menyimpulkan bahwa diamnya Fatimah pertanda kesetujuannya.

• Rasululloh kemudian mendekati Ali dan bersabda “Apakah engkau memiliki sesuatu yang akan engkau jadikan mahar wahai Ali?”

• Ali pun menjawab ”Orang tuaku yang menjadi penebusnya untukmu ya Rasulalloh, tak ada yang aku sembunyikan darimu, aku hanya memiliki seekor unta untuk membantuku menyiram tanaman, sebuah pedang dan sebuah baju zirah dari besi”

Page 11: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Dengan tersenyum Rasululloh saw bersabda “Wahai Ali, tidak mungkin engkau terpisah dengan pedangmu, karena dengannya engkau membela diri dari musuh musuh Allah swt,dan tidak mungkin juga engkau berpisah dengan untamu karena ia engkau butuhkan untuk membantumu mengairi tanamanmu, aku terima mahar baju besimu, juallah dan jadikan sebagai mahar untuk putriku”

• Ali bin abi Tholib menjual baju besi tsb dengan harga 500 dirham dan menyerahkan uang tersebut kepada Rasululloh SAW, dan Nabi saw membagi uang tersebut ke dalam 3 bagian. Satu bagian untuk kebutuhan rumah tangga, satu bagian untuk wewangian dan satu bagian lagi dikembalikan kepada Ali bin Abi Tholib sebagai biaya untuk jamuan makan untuk para tamu yag menghadiri pesta.

• Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali,

• “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tak mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”.

Page 12: KISAH CINTA PARA SAHABAT

#4Kisah Abu Hurairah & Asma binti

Umamah

Page 13: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Asma binti Umamah adalah seorang perempuan Arab yang sangat jelita. Kecantikannya tersohor ke seluruh negeri. Selain cantik, Asma seorang perempuan terpelajar yang sangat cerdas. Asma sosok perempuan idaman setiap lelaki. Namun, hingga usianya terus beranjak dewasa, tak ada satu pun lelaki yang dia terima lamarannya.

• Suatu ketika, Khalifah Adillah bin Marwan mengutus seseorang untuk meminang Asma lewat orangtuanya. Khalifah itu hendak menikahkan anak semata wayangnya yang sudah lama mengincar Asma. Mendapat pinangan dari seorang Khalifah, ternyata tidak membuat Asma gembira, tapi justru dia kembali menolak pinangan itu. Sampai beberapa kali pinangan diberikan, Asma tetap menolaknya. Awalnya, orangtua Asma bingung apa yang diinginkan oleh anak perempuannya itu.

• Asma hanya berkata dengan penuh keyakinan, “Allah akan memberikan jodoh yang baik dan terbaik untukku.” Asma selalu memanjatkan doa dan bertahajud kepada Allah agar didatangkan jodoh yang baik dan terbaik baginya.

• Pada suatu hari, Asma kedatangan sahabat lamanya, Abu Hurairah. Asma mengenal Abu Hurairah sebagai orang yang sangat saleh dan berbudi. Begitu pun orangtua Asma mengenal Abu Hurairah sebagai sahabat Asma sejak kecil.

Page 14: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Sebenarnya Abu Hurairah tak sengaja berkunjung ke rumah Asma. Saat itu dia sedang membeli barang dagangan untuk dijual kembali di kotanya.

• Namun, pada pertemuan itu, Abu Hurairah malah bercerita tentang keadaannya sekarang. “Istriku meninggal karena sakit dan aku memiliki seorang anak perempuan yang salihah berusia 3 tahun.” Mendengar cerita itu, Asma berkata, “Jika kau menginzinkan, aku akan membantumu mengasuh putrimu”. “ Maksudmu ? “, Abu Hurairah terkejut dengan ucapan Sahabatnya.“ Sudah lama aku berdoa kepada Allah untuk dipertemukan dengan jodohku yang terbaik, entah mengapa ketika aku bertemu denganmu dan mendengar ceritamu, aku jadi yakin ini jawaban atas doaku “.

• Tentu saja Abu Hurairah yang juga mengenal baik Asma, menyambut tawaran itu dengan bahagia. Demikian juga orangtua Asma, mereka berbahagia. Namun Pernikahan Asma menjadi pergunjingan di kalangan masyarakat, banyak yang mencibir karena menganggap Asma yang cerdas bertindak gegabah dalam menentukan jodohnya. Asma menolak anak Khalifah, tetapi malah menikah dengan seorang duda beranak satu. Namun, Asma tidak peduli dengan gunjingan itu, begitu pun orangtuanya. Sebagai seorang perempuan, dia pun mendapatkan hak untuk memilih jodohnya. Orangtua Asma justru merasa bahagia. Anak perempuannya menikah dengan seorang lelaki yang saleh dan taat beribadah serta berbudi luhur, sedangkan anak Khalifah belum tentu mampu memimpin keluarga yang diridhai Allah.

Page 15: KISAH CINTA PARA SAHABAT

#5Kisah Tholhah bin Ubaidillah

Page 16: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”

• Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.” Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat ke-53 surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”

• Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya.

• Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan nama ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.

Page 17: KISAH CINTA PARA SAHABAT

#6Kisah Zainab binti Jahsy & Zaid bin

Haritsah

Page 18: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Tatkala Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam melamar Zainab untuk budak beliau yakni Zaid bin Haritsah (kekasih Rasulullah dan anak angkatnya), maka Zainab dan juga keluarganya tidak berkenan. Rasulullah bersabda kepada Zainab, "Aku rela Zaid menjadi suamimu". Maka Zainab berkata: "Wahai Rasulullah akan tetapi aku tidak berkenan jika dia menjadi suamiku, aku adalah wanita terpandang pada kaumku dan putri pamanmu, maka aku tidak mau melaksanakannya. Maka turunlah firman Allah (artinya): "Dan Tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan–urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata". (Al-Ahzab:36).

• Akhirnya Zainab mau menikah dengan Zaid karena ta'at kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, konsekuen dengan landasan Islam yaitu tidak ada kelebihan antara orang yang satu dengan orang yang lain melainkan dengan takwa.

• Akan tetapi kehidupan rumah tangga tersebut tidak harmonis, ketidakcocokan mewarnai rumah tangga yang terwujud karena perintah Allah yang bertujuan untuk menghapus kebiasaan-kebiasaan dan hukum-hukum jahiliyah dalam perkawinan.

• Tatkala Zaid merasakan betapa sulitnya hidup berdampingan dengan Zainab, beliau mendatangi Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam mengadukan problem yang dihadapi dengan memohon izin kepada Rasulullah untuk menceraikannya. Namun beliau bersabda: "Pertahankanlah istrimu dan bertakwalah kepada Allah".

Page 19: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang telah Allah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya : “Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang telah Allah menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti.

• Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), kami kawinkan kamu dengan dia, supaya tidak ada keberatan bagi orang mu’min untuk (mengawani) istri-istri anak-anak angkat mereka, jika anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi”. (Al-Ahzab:37).

Satu-satunya nama sahabat yang tertulis

dalam Al Quran

Page 20: KISAH CINTA PARA SAHABAT

#7Kisah Atikah binti Zayd bin Amr

Page 21: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Ia adalah wanita yang sangat cantik. Abdullah bin Abu Bakar, kakak 'Asma berkata, "Ia adalah wanita yang gerak-geriknya menggelorakan cinta." Ia pertama kali menikah dengan Abdullah bin Abu Bakar. Pada saat menikah dengan Abdullah bin Abu Bakar, Atikah pernah membuat suaminya melupakan perniagaan karena terlalu mencintainya. Oleh sebab itu, Abu Bakar meminta Abdullah menceraikan Atikah. Setelah beberapa saat Abdullah dapat melobi ayahnya dan diizinkan untuk rujuk. Pada sebuah perang, Abdullah bin Abu Bakar syahid di medan jihad. Ia mewariskan sejumlah harta dan meminta istrinya untuk tidak menikah lagi.

• Namun, pada saat itu Zaid bin Khatab tertarik kepadanya. Umar bin Khatab berujar, "Wahai Atikah, janganlah kamu mengharamkan apa yang telah Allah halalkan kepadamu." Karena perkataan tersebut, setelah masa iddal, Atikah menikah dengan Zaid bin Khatab.

• Pada perang Uhud, Zaid bin Khatab syahid. Ia menitipkan istrinya kepada Umar bin Khatab. Oleh sebab itu, Atikah menikah dengan Umar bin Khatab setelah kematian Zaid.

• Pada saat Umar meminangnya, Atikah meberikan syarat Umar tidak boleh melarangnya shalat ke masjid Nabawi. Umar menyanggupinya walaupun ia kurang setuju karena kecantikan Atikah.

Page 22: KISAH CINTA PARA SAHABAT

• Suatu hari Abu Musa Al Asy'ari pernah memberi sebuah karpet kepada Atikah. Saat karpet tersebut dibawa ke rumah, Umar marah melihat pemberian tersebut. Ia langsung mendatangi Abu Musa dan bertanya, "Apa alasanmu memberikan barang ini kepada istriku?" Umar mengembalikan karpet tersebut sembari berkata, "kami tidak membutuhkannya." Kecantikan Atikah membuat suami-suaminya amat menjaganya dan menjadi pencemburu.

• Setelah Umar bin Khatab wafat pada 23 Hijriyah, Atikah dipinang oleh Zubair bin Awwam, suami 'Asma. Ketertarikan Az Zubair kepada Atikah sudah terlihat dari ketertarikannya pada syair yang dibuat Atikah ketika Umar syahid. Kecintaannya terhadap Atikah sangat terlihat dari kekagumannya. Zubair tetap mengizinkannya untuk shalat ke masjid Nabawi. Namun, ia tetap membuntuti Atikah dari belakang. Setelah itu, Az Zubair resmi melarang Atikah pergi ke masjid Nabawi dan ia tidak pernah melakukannya lagi. Az Zubair memang pencemburu.

• Pada tahun ke 36 Hijriyah Zubair syahid saat Atikah berusia lebih dari 50 tahun• Ia sempat dipinang oleh Ali bin Abi Thalib. Namun, pada saat itu, Atikah

mengajukan syarat agar Ali tidak berperang karena takut Ali syahid seperti suami-suaminya yang lain. Akhirnya Ali tidak jadi menikahinya. Fatimah pun tetap menjadi satu-satunya istri Ali bin Abi Thalib. Atikah lalu menikah dengan Husain bin Ali. Inilah pernikahan terakhirnya. Atikah wafat pada tahun 41 Hijriyah.

Page 23: KISAH CINTA PARA SAHABAT

Duhai Atikah sayang, aku tak mampu melupakanmu sepanjang mentari masih bersinarDan sepanjang merpati cantik itu masih bersuara indahDuhai Atikah, hatiku sepanjang siang dan malamSelalu bergantung pada dirimu tentang rasa dalam jiwaTak terbayangkan orang sepertiku menceraikan orang sepertimu hari iniTidak juga orang sepertimu yang diceraikan tanpa kesalahanIa berakhlak mulia, cerdas, terpandangDan kesempurnaan fisik yang dibalut malu dan kejujuran