122
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi? Pertama, malam kelahiran Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam tidak diketahui secara pasti kapan. Bahkan sebagian ulama masa kini menyimpulkan hasil penelitian mereka bahwa sesungguhnya malam kelahiran beliau adalah pada tanggal 9 Robi'ul Awwal dan bukan malam 12 Robi'ul Awwal. Oleh sebab itu maka menjadikan perayaan pada malam 12 Robi'ul Awwal tidak ada dasarnya dari sisi latar belakang historis. Kedua, dari sisi tinjauan syariat maka merayakannya pun tidak ada dasarnya. Karena apabila hal itu memang termasuk bagian syariat Allah maka tentunya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya atau beliau sampaikan kepada umatnya. Dan jika beliau pernah melakukannya atau menyampaikannya maka mestinya ajaran itu terus terjaga, sebab Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan Kami lah yang menjaganya." (QS. Al-Hijr: 9) Sehingga tatkala ternyata sedikit pun dari kemungkinan tersebut tidak ada yang terbukti maka dapat dimengerti bahwasanya hal itu memang bukan bagian dari ajaran agama Allah. Sebab kita tidaklah diperbolehkan beribadah kepada Allah 'azza wa jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara-cara seperti itu. Apabila Allah ta'ala telah menetapkan jalan untuk menuju kepada- Nya melalui jalan tertentu yaitu ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam maka bagaimana mungkin kita diperbolehkan dalam status kita sebagai hamba yang biasa- biasa saja kemudian kita berani menggariskan suatu jalan sendiri menurut kemauan kita sendiri demi mengantarkan kita menuju Allah? Hal ini termasuk tindakan jahat dan pelecehan terhadap hak Allah 'azza wa jalla tatkala kita berani membuat syariat di dalam agama-Nya dengan sesuatu ajaran yang bukan bagian darinya. Sebagaimana pula tindakan ini tergolong pendustaan terhadap firman Allah 'azza wa jalla yang artinya,

Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi?

Pertama, malam kelahiran Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam tidak diketahui secara pasti kapan. Bahkan sebagian ulama masa kini menyimpulkan hasil penelitian mereka bahwa sesungguhnya malam kelahiran beliau adalah pada tanggal 9 Robi'ul Awwal dan bukan malam 12 Robi'ul Awwal. Oleh sebab itu maka menjadikan perayaan pada malam 12 Robi'ul Awwal tidak ada dasarnya dari sisi latar belakang historis.

Kedua, dari sisi tinjauan syariat maka merayakannya pun tidak ada dasarnya. Karena apabila hal itu memang termasuk bagian syariat Allah maka tentunya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya atau beliau sampaikan kepada umatnya. Dan jika beliau pernah melakukannya atau menyampaikannya maka mestinya ajaran itu terus terjaga, sebab Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan Kami lah yang menjaganya." (QS. Al-Hijr: 9)

Sehingga tatkala ternyata sedikit pun dari kemungkinan tersebut tidak ada yang terbukti maka dapat dimengerti bahwasanya hal itu memang bukan bagian dari ajaran agama Allah. Sebab kita tidaklah diperbolehkan beribadah kepada Allah 'azza wa jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara-cara seperti itu. Apabila Allah ta'ala telah menetapkan jalan untuk menuju kepada-Nya melalui jalan tertentu yaitu ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam maka bagaimana mungkin kita diperbolehkan dalam status kita sebagai hamba yang biasa-biasa saja kemudian kita berani menggariskan suatu jalan sendiri menurut kemauan kita sendiri demi mengantarkan kita menuju Allah? Hal ini termasuk tindakan jahat dan pelecehan terhadap hak Allah 'azza wa jalla tatkala kita berani membuat syariat di dalam agama-Nya dengan sesuatu ajaran yang bukan bagian darinya. Sebagaimana pula tindakan ini tergolong pendustaan terhadap firman Allah 'azza wa jalla yang artinya,

�و�م� �ي �م�ل�ت� ال ك� �م� أ �ك �م� ل �ك �م�م�ت� د�ين ت

� �م� و�أ �ك �ي �ع�م�ت�ي ع�ل ن

"Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kalian." (QS. Al-Maa'idah: 3)

Oleh sebab itu kami katakan bahwasanya apabila perayaan ini termasuk dari kesempurnaan agama maka pastilah dia ada dan diajarkan sebelum wafatnya Rasul 'alaihish shalatu wa salam. Dan jika dia bukan bagian dari kesempurnaan agama ini maka tentunya dia bukan termasuk ajaran agama karena Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian." Barang siapa yang mengklaim acara maulid ini termasuk kesempurnaan agama dan ternyata ia terjadi setelah wafatnya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam maka sesungguhnya ucapannya itu mengandung pendustaan terhadap ayat yang mulia ini. Dan tidaklah diragukan lagi kalau orang-orang yang merayakan kelahiran Rasul 'alaihis shalatu was salam hanya bermaksud mengagungkan Rasul 'alaihis shalaatu was salaam. Mereka ingin menampakkan kecintaan kepada beliau serta memompa semangat agar

Page 2: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

tumbuh perasaan cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melalui diadakannya perayaan ini. Dan itu semua termasuk perkara ibadah. Kecintaan kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ibadah. Bahkan tidaklah sempurna keimanan seseorang hingga dia menjadikan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai orang yang lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan bahkan seluruh umat manusia. Demikian pula pengagungan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam termasuk perkara ibadah. Begitu pula membangkitkan perasaan cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga termasuk bagian dari agama karena di dalamnya terkandung kecenderungan kepada syariatnya. Apabila demikian maka merayakan maulid Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta untuk mengagungkan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam adalah suatu bentuk ibadah. Dan apabila hal itu termasuk perkara ibadah maka sesungguhnya tidak diperbolehkan sampai kapan pun menciptakan ajaran baru yang tidak ada sumbernya dari agama Allah. Oleh sebab itu merayakan maulid Nabi adalah bid'ah dan diharamkan.

Kemudian kami juga pernah mendengar bahwa di dalam perayaan ini ada kemungkaran-kemungkaran yang parah dan tidak dilegalkan oleh syariat, tidak juga oleh indera maupun akal sehat. Mereka bernyanyi-nyanyi dengan mendendangkan qasidah-qasidah yang di dalamnya terdapat ungkapan yang berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap Rasul 'alaihish sholaatu was salaam sampai-sampai mereka mengangkat beliau lebih agung daripada Allah -wal 'iyaadzu billaah-. Dan kami juga pernah mendengar kebodohan sebagian orang yang ikut serta merayakan maulid ini yang apabila si pembaca kisah Nabi sudah mencapai kata-kata "telah lahir Al-Mushthafa" maka mereka pun serentak berdiri dan mereka mengatakan bahwa sesungguhnya ruh Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam hadir ketika itu maka kita berdiri demi mengagungkan ruh beliau. Ini adalah tindakan yang bodoh. Dan juga bukanlah termasuk tata krama yang baik berdiri ketika menyambut orang karena beliau tidak senang ada orang yang berdiri demi menyambutnya. Dan para sahabat beliau pun adalah orang-orang yang paling dalam cintanya kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam serta kaum yang lebih hebat dalam mengagungkan beliau daripada kita. Mereka itu tidaklah berdiri tatkala menyambut beliau karena mereka tahu beliau membenci hal itu sementara beliau dalam keadaan benar-benar hidup. Lantas bagaimanakah lagi dengan sesuatu yang hanya sekedar khayalan semacam ini?

Bid'ah ini -yaitu bid'ah Maulid- baru terjadi setelah berlalunya tiga kurun utama. Selain itu di dalamnya muncul berbagai kemungkaran ini yang merusak fondasi agama seseorang. Apalagi jika di dalam acara itu juga terjadi campur baur lelaki dan perempuan dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. (Diterjemahkan Abu Muslih dari Fatawa Arkanil Islam, hal. 172-174).

Page 3: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

SAMBUTAN MAULID NABI MUHAMMAD S.A.W.

Sambutan Maulid Nabi merupakan amalan yang sering dilakukan oleh umat Islam sejak berkurun lama di seluruh pelusuk dunia Islam. Perbicaraan mengenai keharusannya juga telah lama dibicarakan sehingga ramai ulama’ telah menulis secara lengkap dalam kitab-kitab mereka tentang keharusan dan galakan majlis ini diadakan. Namun sehebat itu pula pihak yang bertopengkan ulama’ mencemuh majlis seperti ini dengan alasan ia merupakan perkara bid’ah kerana tidak terdapat pada zaman Rasulullah s.a.w.

Lantaran dari itu, terdapat dikalangan mereka yang mencemuh majlis ini dengan menggunakan kata-kata yang kesat dan biadab, seolah-olah mengadakan majlis maulid Nabi hanya mengundang maksiat dan dosa.

Berkemungkinan kerana inilah, seorang pemuka bid’ah pada zaman ini yang bertugas sebagai tenaga pengajar di Masjid Nabawi, iaitu Abu Bakar al-Jazairi mengatakan sembelihan yang dilakukan untuk menyediakan makanan orang ramai pada hari sambutan Maulid adalah lebih haram daripada daging khinzir.

Malah lebih dari itu, bekas Mufti Arab Saudi al-Marhum Abdul Aziz bin Baz hampir-hampir mengkafirkan orang-orang yang mengadakan majlis Maulid yang diadakan sebagaimana yang dinyatakan di dalam kitab mereka ‘ al Siyanah al-Insan’ H: 233. Tidak dinafikan, hampir semua umat Islam di seluruh dunia mengadakan sambutan majlis maulid Nabi. Ini bermakna Abdul Aziz bin Baz hampir mengkufurkan seluruh umat Islam melainkan pengikut-pengikut ajaran mereka sahaja.

Syeikh Soleh bin Fauzan al-Fauzan seorang anggota Majlis Ulama’ Besar Arab Saudi menyebut dalam kitabnya bahawa banyak khutbah-khutbahnya yang mengandungi amaran dari mengadakan majlis sambutan maulid Nabi s.a.w.

Beliau menulis di dalam kitabnya ‘al-Khutub al-‘Asriyyah’ yang dibaca dan sering diulang-ulang oleh sebahagian khatib, “Wahai hamba Allah! sesungguhnya perkara-perkara bid’ah hanyalah merupakan perkara baru di dalam agama yang menukarkan agama Islam kepada agama yang lain. Ia adalah suatu belenggu yang membuang masa, membazirkan harta, meletihkan badan, menjauhkan dari syurga dan mendekatkan kepada neraka, yang pastinya mengundang kemurkaan Allah tetapi orang-orang yang sesat tidak memahaminya, tidaklah amalan mereka tersebut bertambah tetapi sebenarnya mereka menjadi semakin jauh dari Allah dan tidaklah ijtihad mereka dan penat lelah mereka mendapat balasan dan pahala melainkan hanya mengundang kemurkaan Allah.

Page 4: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Golongan Wahabi, mengidupkan isu pengharaman majlis ini hanya dengan satu alasan yang lapuk dan rapuh yang sememangnya tidak boleh diterima pakai lagi. Malah telah berkali-kali alasan mereka tersebut dijawab dengan panjang lebar oleh sebilangan besar ulama’ Islam tetapi mereka masih tetap dengan pendapat dan kedegilan mereka. Inimemberi kefahaman yang jelas kepada kita, bahawa mereka sebenarnya bukan mencari kebenaran tetapi mencari perpecahan dan mengajak umat Islam membenci syiar-syiar kebesaran Islam.

Sekalipun majlis Maulid Nabi tidak pernah diadakan pada zaman Nabi, tetapi amalan ini dianjurkan oleh Allah dan RasulNya secara umum. Sekali pun tidak ada nas yang nyata menyebut mengenainya tetapi secara tersirat Allah dan RasulNya menyuruh kita merayakan hari-hari peringatan buat kita seperti hari Maulid , Isra’ Mikraj, Nuzul Quran, Hari Asyura dan sebagainya.

Melihat dari sudut pengisian yang diadakan di dalam majlis ini, semua ulama’ bersepakat mengharuskan amalan-amalan yang diadakan. Misalnya, mengumpulkan umat Islam untuk mengingati sirah Rasulullah s.a.w., memuji baginda, mengucapkan salawat dan sebagainya.

Mengadakan majlis untuk memberikan peringatan dan mengambil pengajaran dari sirah Rasulullah s.a.w. merupakan majlis ilmu yang menjadi salah satu dari method dakwah untuk melahirkan kecintaan umat Islam terhadap Allah dan RasulNya. Ini secara tidak langsung, menjana penghayatan umat Islam terhadap sunnah Rasulullah s.a.w.

Begitu juga dengan mengucapkan kata-kata pujian dan salawat ke atas Baginda, sememangnya telah menjadi hak Rasulullah s.a.w. Menyediakan makanan untuk orang ramai pula merupakan suatu sedekah yang disunatkan, malah digalakkan kepada umat Islam. Majlis seperti inilah yang sepatutnya dimanfaatkan sebaiknya, kerana memberi peluang keemasan kepada umat Islam untuk melakukan berbagai-bagai kebaikan yang tidak ada pada majlis-majlis yang lain.

Justeru, tidak ada sebab majlis seperti ini menimbulkan keraguan bagi mereka yang mempunyai pemikiran yang sihat sehingga dihukum sebagai bid’ah dan sesat.

Sekalipun, keharusan perkara ini telah lama meniti di bibir ulama’ dan tinta-tinta pena serta tidak putus-putus diperdengarkan kepada umat Islam saban waktu, saya kira masih ada manfaatnya saya menyelitkan perkara ini di dalam artikel ini, memandangkan minat umat Islam semakin merosot terhadap bahan-bahan bacaan ilmiah ulama’ muktabar.

MENURUT PERSPEKTIF ULAMA’

Ramai di kalangan ulama’ yang menulis secara khusus mengenai keharusan maulid dalam kitab-kitab mereka.

Page 5: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Di antaranya Imam al-Hafiz al-Suyuti. Ketika beliau ditanya tentang hukum mengadakan majlis Maulid Nabi s.a.w. pada bulan Rabi’ul Awwal sama ada dicela atau tidak dan adakah diberikan pahala bagi orang yang menyambutnya, beliau menjawab,” Amalan pokok yang dilakukan di dalam majlis perkumpulan, bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, kemudian dibaca sirah-sirah nabi dan kisah-kisah yang berlaku ketika kelahirannya. Setelah itu, mereka makan bersama dan bersurai, tidak lebih dari itu. Amalan seperti ini bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diberikan pahala bagi orang yang melakukannya kerana dalam amalan ini terdapat suasana membesarkan Nabi s.a.w. dan melahirkan rasa gembira di atas kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. yang mulia.

Beliau menceritakan bahawa corang yang pertama menyambut Maulid Nabi s.a.w. ialah seorang raja yang adil di negeri Irbil (berdekatan dengan Syam) bernama Malik Muzaffar Abu Said al-Kukbari.

Beliau membelanjakan sebanyak 300 ribu dinar setiap tahun untuk menyambut Maulid Nabi s.a.w. Beliau merupakan orang yang pertama mengadakan keraian ini secara besar-besaran pada tahun 604 Hijrah dengan dihadiri oleh rakyat jelata yang datang dari segenap tempat.

Manakala Imam Abu Shamah (guru Imam al-Nawawi) menyatakan,”Di antara perkara baik yang dilakukan pada setiap tahun di zaman kami ialah bersepakat pada hari maulid Nabi s.a.w memberikan sedekah, melakukan kebajikan, dan melahirkan kegembiraan dan kesenangan. Dari hal yang demikian, selain dari dapat melakukan kebaikan kepada fakir miskin di dalam majlis tersebut, ia juga diisi dengan rasa kasih terhadap Nabi s.a.w, membesarkannya dan bersyukur kepada Allah di atas kurniaanNya yang telah mengutuskan seorang Rasul yang diutuskan sebagai rahmat bagi sekelian alam”.

Dari pendapat ulama’ di atas, dapatlah difahami bahawa bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah sayyi’ah (buruk). Mengadakan majlis Maulid Nabi termasuk di dalam kategori bid’ah hasanah kerana majlis yang sangat baik ini diadakan untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi s.a.w. dari rasa kasih ini, seseorang akan lebih terangsang untuk mengikut jejak langkah Rasulullah s.a.w. Justeru, ia merupakan suatu amalan yang mendatangkan kebaikan dan diberikan pahala apabila mengerjakannya.

Al Hafiz al-Sakhawi menyatakan bahawa amalan maulid ini mula dilakukan selepas kurun ketiga dan sentiasa diteruskan oleh umat Islam di seluruh pelusuk dunia dan bandar-bandar besar. Mereka bersedekah pada malamnya dengan pelbagai jenis sedekah dan membaca maulid. Maka dari keberkatan majlis ini, terpancar ke atas mereka pelbagai kemuliaan dan kelebihan.

Imam Jalaluddin al-Suyuti menyebut di dalam kitabnya al-Hawi li al-Fatawa bahawa Imam al-Baihaqi telah meriwayatkan daripada Anas bin Malik bahawa Rasulullah s.a.w melaukan ‘aqiqah untuk dirinya selepas dilantik menjadi Nabi. Sedangkan,

Page 6: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

telah datang hadith menyatakan bahawa datuknya Abdul Muttalib telah melakukan ‘aqiqah untuk Baginda s.a.w pada hari ketujuh keputeraan Rasulullah s.a.w.

Tidak ada di dalam syariat, aqiqah dilakukan dua kali bagi seseorang. Oleh yang demikian, berkemungkinan apa yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w adalah untuk melahirkan tanda syukur kerana Allah telah menjadikannya sebagai rahmat bagi sekelian alam dan pembawa syariat.

Oleh itu, Imam al-Suyuti menyatakan bahawa adalah sunat juga bagi kita melahirkan tanda kesyukuran di atas kelahirannya dengan mengadakan perkumpulan, jamuan makanan dan sebagainya yang kesemuanya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk melahirkan tanda kegembiraan di atas kelahirannya.

Ini menunjukkan keraian yang diadakan adalah sebagai melahirkan tanda syukur kepada Allah di atas nikmatNya yang tidak ternilai. Tanda kesyukuran ini boleh dilahirkan dengan bermacam-macam cara yang sealiran dengan syariat seperti mengadakan berbagai-bagai ibadat secara berjemaah.

Manakala Imam Abul Qasim Junaid al-Baghdadi menyatakan bahawa sesiapa yang hadir di dalam majlis Maulid Nabi s.a.w dengan niat untuk membesarkannya, maka akan mendapat keamanan.

Oleh kerana itu, hukum mengadakan majlis sambutan Maulid Nabi s.a.w adalah harus dan disyariatkan di dalam agama. Malah ia menjadi sunat selagi sambutan tersebut tidak bercampur dengan perkara-perkara yang diharamkan oleh syariat Islam. Sekiranya berlaku sedemikian, maka hukumnya bertukar menjadi haram.

Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki, sependapat dengan pendapat di atas. Beliau telah menulis sebuah buku khas mengenai tajuk ini dengan lebih lanjut di dalam ‘Haula Ihtifal bi al-Maulid al-Nabawi al-Syarif’.

Ibnu Taimiyyah sendiri tidak pernah mengharamkan sambutan Maulid Nabi s.a.w. yang telah sekian lama berlaku di dalam masyarakat umat Islam. Malah beliau turut memberikan pendapatnya di dalam permasalahan ini bagi menunjukkan persetujuannya terhadap keharusan majlis Maulid Nabi s.a.w. yang diadakan oleh umat Islam. Antara lain, beliau menyatakan “Membesarkan maulid Nabi dan menjadikannya sebagai suatu musim perayaan kadangkala diadakan oleh sebahagian manusia. Mengingatkan maksudnya yang baikdan tujuannya untuk memuliakan Rasulullah s.a.w, adalah layak dalam hal ini mereka memperolehi ganjaran pahala yang besar”.

Al-Muhaddith Syeikh Abdullah al-Harari menyatakan bahawa sambutan maulid yang diadakan oleh para pemerintah, para masyaikh yang terdiri daripada ahli-ahli hadith, ahli feqah, ahli zuhud, ahli ibadah dan orang-orang awam menjadi ijma’ fe’li (persepakatan dari segi perbuatan) yang mengharuskan amalan ini. Malah ia mempunyai sandaran yang menjadi dasar rujukan di dalam pengeluaran hukum

Page 7: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

mengadakan maulid sebagaimana yang telah disebut oleh al-Hafiz Ibnu Hajar al-’Asqalani dan lain-lainnya.

Justeru, bersama siapakah puak Wahabi mendokong fahamannya ini? Sedangkan mereka tidak sependapat dengan Ahli Sunnah wa al-Jamaah, malah tidak juga sependapat dengan ketua mereka Ibnu Taimiyyah.KELEBIHAN MENYAMBUT MAULID NABI S.A.W

Di dalam artikel ini disebut beberapa kisah kelebihan menyambut Maulid Nabi yang saya sedut dari kitab I’anah al-Tolibin. Sekali pun kisah yang dipaparkan ini tidak boleh dijadikan dalil yang qot’ei tetapi ia berperanan sebagai merangsang individu muslim meraikan Maulid Nabi dalam usaha menambah kecintaan umat Islam kepada baginda s.a.w.

Kisah-kisah tersebut bukanlah rekaan semata-mata yang direka untuk kepentingan peribadi, tetapi kisah ini diselitkan juga oleh ulama’ yang lain di dalam kitab mereka sebagai sumber pengajaran yang boleh dimanfaatkan bersama.

Di dalam kitab I’anah al-Tolibin disebut bahawa pada zaman pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid, terdapat seorang pemuda di Basrah yang tidak elok perangainya. Oleh kerana perangainya yang buruk, maka penduduk Basrah memandang keji kepadanya. Tetapi, apabila masuk bulan Rabi’ul Awwal, maka pemuda tersebut membersihkan pakaiannya, memakai wangi-wangian dan pakaian yang cantik serta mengadakan kenduri kerana menyambut maulid Nabi.

Pada setiap tahun, apabila tiba bulan Rabi’ul Awwal ia akan melakukan sedemikian sehinggalah ke akhir hayatnya. Setelah ia meninggal dunia, maka penduduk Basrah mendengar satu suara yang berkata ” Pergilah wahai penduduk Basrah dan saksikanlah jenazah seorang wali dari kalangan wali Allah ini kerana ia merupakan seorang yang mulia di sisi-Ku,”. Maka penduduk Basrah pun pergi menziarahi jenazahnya dan mengkebumikannya.

Pada malamnya, mereka bermimpi melihat pemuda tersebut dipakaikan dengan pakaian sutera yang amat bernilai. Lalu beliau ditanya “Dengan apakah kamu mencapai kemuliaan ini?” Jawabnya ” Dengan membesarkan hari kelahiran Rasulullah saw.”

Diceritakan juga di dalam kitab I’anah bahawa pada zaman pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan, terdapat seorang pemuda yang tampan di Syam (Syria) yang asyik menunggang kudanya.

Pada suatu hari, ketika sedang menunggang kudanya, tiba-tiba kuda tersebut menjadi liar dan tidak dapat dikawal sehinggalah ia memasuki ke dalam kawasan larangan menunggang kuda dan sampai di pintu rumah khalifah. Lalu kuda tersebut melanggar putera khalifah sehingga menyebabkan putera khalifah tersebut meninggal dunia.

Page 8: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Setelah berita kematian putera khalifah sampai kepadanya, maka pemuda tersebut diperintahkan mengadap. Ketika tentera khalifah pergi menangkapnya, tiba-tiba terlintas dihati lelaki tersebut untuk bernazar “Sekiranya Allah melepaskan aku daripada perkara yang buruk ini, nescaya aku akan mengadakan kenduri yang besar untuk menyambut hari keputeraan Rasulullah saw”.

Ketika pemuda tersebut sedang mengadap khalifah, tiba-tiba kemurkaan khalifah reda dan hilang, malah baginda tersenyum memandang pemuda tersebut. Maka khalifah pun berkata “Adakah kamu mempunyai ilmu sihir?”, Jawabnya “Demi Allah, tidak wahai Amir al-Mukminin. Maka khalifah berkata “Beta telah mengampunkan kamu, tetapi katakanlah kepada beta apakah yang telah kamu katakan tadi. Maka katanya “Aku telah berkata sekiranya Allah melepaskan aku dari peristiwa buruk ini, nescaya aku akan mengadakan kenduri menyambut Maulid Nabi s.a.w “. Maka khalifah pun berkata “Aku telah mengampunkan kamu dan ini wang sebanyak seribu dinar untuk kamu mengadakan akan kenduri maulid tersebut, dan kamu telah aku halalkan dari darah anakku.

Maka pemuda tersebut pun keluar. Ia telah dibebaskan daripada hukumannya dan diberikan dengan seribu dinar dengan keberkatan Nabi s.a.w.

Kegembiraan ilmuwan Islam meraikan Maulid Nabi s.a.w. juga banyak dipaparkan. Di antaranya Hasan al-Basri pernah berkata,” Sekiranya aku mempunyai emas setinggi bukit Uhud, nescaya aku akan membelanjakannya untuk meraikan majlis membaca Maulidur Rasul s.a.w “.

Imam al-Junaid al-Baghdadi pernah berkata,” Sesiapa yang menghadiri majlis Maulidur Rasul s.a.w dan membesarkan kedudukan baginda, maka ia telah mencapai kejayaan iman “.

Ma’ruf al-Kurkhi berkata,” Sesiapa yang menyediakan makanan sempena Maulidur Rasul s.a.w, lalu mengundang orang ramai, menyalakan lampu-lampu, memakai pakaian yang baru, memakai wangi-wangian dan berhias-hias kerana membesarkan kelahiran Rasulullah s.a.w., maka akan dikumpulkannya oleh Allah s.w.t. pada hari kiamat bersama kumpulan pertama golongan para Nabi ia berada di syurga ‘Illiyyin (tinggi)”.

Imam al-Yafi’e berkata.” Sesiapa yang mengumpulkan orang ramai kerana menyambut Maulid Nabi s.a.w., menyediakan makanan, memberikan tempat, melakukan kebaikan untuk mengadakan majlis membaca kisah Maulidur Rasul s.a.w, akan dibangkitkan oleh Allah s.w.t. pada hari kiamat bersama ahli siddiqin, syuhada’ dan solihin dan berada di dalam syurga Na’im”.

Sirri al-Siqti berkata,” Sesiapa yang pergi ke suatu tempat untuk membaca kisah Maulid Nabi s.a.w. maka sesungguhnya ia telah pergi ke sebuah taman dari taman-taman syurga kerana tidaklah ia menuju ke tempat-tempat tersebut melainkan lantaran kerana kasih kepada Rasulullah s.a.w.,”.

Page 9: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah bersabda,” Sesiapa yang mengasihiku maka ia bersamaku di dalam syurga,”.

Telah berkata Sultan Ahli ‘Arifin Jalaluddin al-Suyuti di dalam kitabnya,” Tidak ada suatu rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan di dalamnya mengenai Maulid Nabi s.a.w. melainkan malaikat mengelilingi ahli tempat tersebut dan Allah menebarkan rahmatNya kepada mereka”.

Katanya lagi,” Tidak ada seorang muslim yang dibacakan di dalam rumahnya Maulid Nabi s.a.w. melainkan Allah mengangkat kemarau, waba’, kebakaran, bala, hasad dengki dan dijauhkan pencuri dari ahli rumah tersebut. Maka apabila ia mati, Allah akan mempermudahkan baginya menjawab soalan Munkar dan Nakir,”.

Di dalam kitab al-Kawakib al-Durriyyah diriwayatkan bahawa di Basrah terdapat seorang lelaki yang mengadakan majlis Maulid Nabi pada setiap tahun. Berdekatan dengan rumahnya hidup sebuah keluarga Yahudi.

Pada suatu hari, isteri Yahudi tersebut bertanya kepada suaminya “Apakah halnya dengan jiran muslim kita itu, setiap tahun ia akan membelanjakan wang yang banyak sepertimana yang dibelanjakannya pada bulan ini?” Maka kata suaminya “Mereka percaya bahawa pada bulan ini nabi mereka dilahirkan”.

Sedang mereka tidur pada malamnya, isterinya bermimpi melihat seorang lelaki yang cukup hebat, penuh kebesaran, kehormatan dan cahaya. Ia berada di antara sahabat-sahabatnya yang mengelilinginya seolah-olah lelaki tersebut seperti bulan. Maka perempuan tersebut berkata kepada salah seorang dari sahabat-sahabat tersebut, “Siapakah orang yang mempunyai cahaya yang memancar-mancar ini?” Mereka menjawab,”Dia adalah seorang nabi berbangsa Arab yang dipilih oleh Allah”. Perempuan itu bertanya lagi,”Adakah ia akan bercakap denganku apabila aku bercakap dengannya?” Mereka berkata,”Dia bukanlah seorang yang sombong atau meninggikan diri”. Lalu perempuan itu berkata,”Wahai Muhammad s.a.w!” Maka Rasulullah s.a.w menjawab dengan mulut yang manis,”Labbaika (Ya, aku menyahut seruanmu)”. Maka perempuan itupun berkata,”Kamu menjawab panggilan orang sepertiku ini dengan ‘labbaika’ sedangkan aku bukannya berada di atas agama kamu”. Maka Rasulullah s.a.w pun berkata, “Tidaklah aku berkata kepadamu seperti sebentar tadi melainkan setelah aku mengetahui bahawa sesungguhnya Allah telah memberikan petunjukNya kepada kamu. Maka perempuan itu berkata,”Sesungguhnya kamu adalah nabi yang mulia dan kamu mempunyai akhlak yang mulia. Hulurkanlah tanganmu, maka aku naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawa engkau Muhammad adalah pesuruh Allah”.

Kemudian perempuan tersebut bernazar, apabila siang menjelang, ia akan mensedekahkan segala harta yang dimilikinya kerana merasa gembira di atas keislamannya dan akan dibelanjakannya untuk meraikan Maulid Nabi s.a.w.

Page 10: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Apabila bangun dari tidur, ia mendapati suaminya telah bersedia untuk mengadakan kenduri dan pada pagi itu suaminya kelihatan begitu berhemah tinggi. Maka ia pun berkata kepada suaminya,”Aku melihat kamu berada di dalam keazaman yang cukup baik”. Maka suaminya berkata,”Ini adalah kerana orang yang kamu masuk Islam ditangannya semalam”. Kata isterinya, “Siapakah yang telah membukakan bagimu akan rahsia ini dan memberitahumu?” Jawabnya “Orang yang telah mengislamkan aku dengan tangannya selepas mengislamkan kamu semalam”.

Dari artikel: Kebangkitan   Pemuda   Islam Suatu Kemajuan Harus Dibimbing Bukan Dilawan (bagian ke 6/ dari 6)

Oleh: Dr. Yusuf Qardhawi

Penulis berpesan kepada para pemuda agar mereka turun dari langit mimpi dan dunia idealistik menuju ke bumi realistik. Berdampinganlah dengan rakyat, para pekerja, petani, buruh mujahid, masyarakat akar rumput (grass root) di kota-kota besar dan desa-desa terpencil, sehingga kalian akan memperoleh fitrah yang lurus, hati yang baik, dan raga yang terlatih bekerja.

Penulis berpesan agar mereka terjun melihat realitas, memberikan sumbangsih pengajaran terhadap orang-orang yang masih buta huruf hingga dapat membaca, mengobati orang-orang yang sakit hingga sembuh, memompa semangat orang-orang untuk bangkit, mendorong orang-orang yang malas untuk bekerja, menolong orang-orang yang membutuhkan hingga tercukupi kebutuhannya, dan berbagai kebajikan lainnya.

Pemuda bertanggung jawab membentuk kelompok-kelompok untuk menghapuskan buta huruf, mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, membangun sarana umum, memerangi penyakit-penyakit menular, kampanye anti merokok, miras (minuman keras), dan gambar-gambar porno, melawan tradisi-tradisi yang berbahaya, dan menyebarkan tradisi-tradisi yang sehat sebagai gantinya. Betapa luasnya lapangan yang masih membutuhkan kesungguhan, niat, dan semangat para pemuda.

Wahai pemuda Islam, janganlah kalian terpaku pada diri sendiri, meninggalkan bangsa, padahal mereka adalah nenek moyang, saudara-saudara, dan sanak kerabatmu. Turunlah ke masyarakat bangsamu! Bergumullah bersama mereka, hidup dan berserikatlah bersama mereka, bimbinglah orang-orang yang terbebani dalam hidupnya, usaplah air mata anak-anak yatim, tersenyumlah untuk menghibur wajah-wajah yang tertimpa kesusahan, ringankanlah beban yang dipikul oleh orang-orang yang kepayahan, tolonglah orang yang teraniaya, dan obatilah hati yang bersedih dengan perbuatan, kata-kata yang baik, dan senyuman yang tulus.

Sesungguhnya melakukan tugas sosial dan memprioritaskan pertolongan kepada mereka --khususnya terhadap golongan lemah-- merupakan ibadah yang bernilai tinggi yang belum ditunaikan secara baik oleh mayoritas umat Islam dewasa ini. Meskipun ajaran Islam jelas-jelas mengajak kepada kebaikan dan

Page 11: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

memerintahkannya, bahkan menetapkannya sebagai kewajiban harian bagi seorang muslim.

Penulis telah menjelaskan dalam karya kami, al-Ibadah fil Islam, bahwa Islam memperluas lapangan ibadah dan memperlebar wilayahnya yang meliputi amal-amal yang amat banyak yang tak pernah terbetik di hati bahwa hal itu ditetapkan oleh agama paripurna ini sebagai suatu cara penghambaan (ibadah) dan pendekatan diri kepada Allah SWT.

Ketahuilah, setiap amal yang bermanfaat dianggap sebagai ibadah oleh Islam. Bahkan ibadah yang paling utama, selama dimaksudkan oleh penulisnya sebagai kebaikan yang ikhlas lillahi ta'ala, bukan untuk mencari pujian dan popularitas semu. Setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan niat dan cara yang baik digolongkan sebagai ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT (taqarrub illallah). Perbuatan semacam itu merupakan amal yang dapat menghapus air mata orang yang dirundung kesedihan, meringankan kegelisahan orang lain, membalut luka orang yang tertimpa bencana, membangkitkan semangat hidup orang yang kesusahan, mencegah penderitaan orang yang dizalimi, membantu orang yang dililit hutang, menolong fakir miskin, dan sebagainya.

Amal yang demikian banyaknya telah ditetapkan oleh Islam sebagai ibadah kepada Allah SWT, cabang keimanan, dan hal-hal yang mendatangkan pahala dari-Nya.

Penulis telah menyimak hadits-hadits Nabi Muhammad saw. mengenai hal ini dan berkesimpulan bahwa tidaklah mencukupi hanya dengan amal-amal yang dicontohkan tersebut, yang dianggap sebagai ibadah sosial (yang objeknya adalah manusia sebagai manusia). Lebih dari itu, Islam masih menetapkan amal yang terkait dengan eksistensi manusia sebagai makhluk biologis yang terdiri dari organ-organ.

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan hadits Rasulullah saw.,

"Setiap ucapan salam untukku dari orang-orang adalah sedekah baginya setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya. Berbuat adil di antara dua orang adalah sedekah. Menolong orang dengan mengangkatnya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya, adalah sedekah. Kata-kata yang baik adalah sedekah. Setiap langkah menuju tempat melakukan shalat adalah sedekah dan menyingkirkan gangguan dari jalan iuga sedekah." (Muttafaq'alaih)

Ibnu Abbas juga meriwayatkan hadits semacam ini dari Rasulullah saw.,

"Setiap senyuman seseorang merupakan shalat (baginya) setiap hari!" Seorang dari para sahabat berkata, "Ini adalah sesuatu yang paling berat dari apa yang pernah engkau sampaikan kepada kami!" Rasulullah saw. menjawab, "Perintahmu ber-amar ma'ruf dan laranganmu meninggalkan kemungkaran sama dengan shalat. Kamu membantu dan menolong orang yang lemah adalah shalat. Engkau menyingkirkan

Page 12: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

gangguan dari jalan adalah shalat. Dan setiap langkah untuk mengerjakan shalat adalah shalat juga." (HR Ibnu Huzaiman dalam Sahihnya)

Hadist yang serupa maknanya dengan hadits di atas diriwayatkan oleh Buraidah dari Rasulullah saw.,

"Dalam diri manusia ada 360 sendi, dia harus mengeluarkan sedekah untuk setiap sendi tersebut." Para sahabat bertanya, "Siapa yang kuat untuk melakukannya wahai Rasulullah saw.?" (Mereka mengira sedekah harta). Rasulullah saw. menjawab, "Dahak di dalam masjid yang dipendamnya (dalam tanah) dan sesuatu yang mengganggu yang disingkirkannya dari jalan..." (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Huzaimah, dan Ibnu Hibban)

Berbagai hadits menerangkan bahwa tersenyum kepada orang lain, menuntun tuna netra, menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat, turut merasakan penderitaan orang lain, memikul beban berat kaum dhuafa, dan semua pekerjaan baik di dunia ini merupakan sedekah.

Dengan menjalankan petunjuk Rasulullah saw. tersebut, seorang muslim hidup di tengah masyarakat dengan memancarkan kebaikan dan kasih sayang serta penuh manfaat dan berkah. Ia melakukan kebaikan dan mengajak orang lain kepada kebaikan pula. Ia menerangkan dan menunjukkan hal-hal yang ma'ruf, sehingga ia layak disebut sebagai kunci kebajikan dan penutup pintu kejahatan. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda,

"Sungguh beruntung seorang hamba Allah yang (dijadikan-Nya) sebagai kunci pembuka kebaikan dan sekaligus pengunci bagi kejahatan."

Sebagian muslim yang bersemangat mengatakan, "Akan tetapi, amal-amal sosial ini dapat mengganggu kesibukan berdakwah dan memberi kontribusi dalam bentuk nyata, padahal aspek ini lebih membutuhkan garapan dan keseriusan." Penulis menjelaskan kepada mereka bahwa amal sosial merupakan salah satu bentuk dakwah kepada masyarakat secara real, yakni dakwah yang disertai aksi (perbuatan).

Dakwah bukanlah sekadar pemaparan kata-kata atau tulisan, tetapi juga memperhatikan dan menyelesaikan persoalan manusia. Imam Hasan al-Banna --semoga Allah SWT senantiasa merahmatinya-- amat peka terhadap persoalan semacam ini, yang mendorongnya mendirikan badan sosial bersama kaum muslimin lainnya.

Umat Islam diperintahkan untuk menebar kebaikan kepada manusia lain seperti halnya perintah untuk melakukan ruku', sujud, dan beribadah kepada Allah. Seperti ditegaskan Allah Azza wa Jalla,

"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan supaya kamu mendapatkan kemenangan. Dan berjihadlah

Page 13: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu... " (al-Hajj: 77-78)

Maka, penulis membuat tiga kategori muslim berdasarkan aktivitas yang mereka lakukan. Pertama, muslim yang menekankan hubungan vertikal dengan Allah dalam bentuk pelaksanaan berbagai ibadah ritual kepada-Nya. Kedua, muslim yang menekankan hubungannya dengan masyarakat dalam bentuk pelaksanaan program-program sosial demi kebaikan masyarakat. Ketiga, muslim yang menekankan perlawanan terhadap kekuatan-kekuatan jahat. Mereka berjihad di jalanAllah dengan sebenar-benarnya.

Barangsiapa yang menyibukkan diri melakukan kebaikan bagi masyarakat, maka dia tidak menyibukkan diri kecuali untuk hal-hal yang diwajibkan Allah kepadanya. Muslim yang melaksanakannya, insya Allah, akan menerima pahala dariNya dan terpuji di hadapan manusia.

Sebagian aktivis yang menggebu-gebu mengatakan, "Sesungguhnya jihad yang dilakukan oleh para da'i harus difokuskan pada upaya mendirikan negara Islam yang menerapkan hukum Allah dan menjalankan seluruh aspek kehidupan atas dasar Islam. Negara tersebut harus benar-benar menerapkan Islam dan menyiarkannya ke luar negeri."

"Bila negara Islam telah berdiri, maka negara akan menguasai seluruh hajat dan tuntutan masyarakat, menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh penduduk, memberikan lapangan pekerjaan kepada orang-orang yang menganggur, memelihara dan menjamin para dhu'afa, mencukupi segala kebutuhan masyarakat, menyuplai obat-obatan kepada orang-orang yang menderita sakit, menyadarkan orang-orang yang zalim, dan membangun kekuatan kelompok mustadh'afin. Maka kita harus mewujudkan berdirinya negara ini. Tidak membuang-buang waktu untuk memulai langkah perdana, membangun sisi-sisi tertentu, dan menggarap dasar-dasarnya," tegas mereka.

Menanggapi pernyataan tersebut, penulis ingin menjelaskan bahwa mendirikan negara Islam yang menerapkan syari'at Allah, mengumpulkan dan mempersatukan umat di bawah panji Islam itu fardhu hukumnya. Kita wajib mengusahakannya dan wajib pula bagi para da'i untuk melakukan sesuatu sedapat mungkin dalam rangka mencapainya dengan menerapkan metode-metode yang paling ideal dan melalui jalan-jalan yang paling utama. Kita harus menggalang potensi yang masih berserakan, latihan berpikir yang tertib, menyingkirkan berbagai kendala, merangkak menelusuri jalan menuju tercapainya maksud tersebut, dan mempersiapkan pendapat umum dalam skala nasional dan internasional untuk menerima ide pendirian negara Islam.

Hal ini tentu membutuhkan waktu yang amat panjang, kesabaran yang baik, hingga tercukupinya syarat-syarat yang diperlukan, lenyapnya tantangan-tantangan, dan kematangan hasil dari proses perjuangan. Dalam upaya mewujudkan cita-cita mulia

Page 14: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

itu, sebaiknya setiap muslim menyibukkan diri pada hal-hal yang dapat dilakukan dan ditekuni. Misalnya membina keluarga dan membangun masyarakat. Dan ingatlah, Allah tidak membebani seseorang melebihi batas kemampuannya. Doktrin ini dapat dijadikan pelajaran dalam berjuang karena banyaknya cobaan dan rintangan dalam memimpin dan mempengaruhi masyarakat.

Seorang muslim tidak sepatutnya menolak mengobati orang yang sakit padahal dia mampu melakukan pengobatan dengan alasan menunggu berdirinya negara Islam. Tidak dibenarkan pula seorang muslim membiarkan orang-orang fakir, janda, dan lemah padahal dia sanggup membantu mereka dengan memungut zakat dari orang kaya, dengan alasan santunan itu akan dilaksanakan setelah negara Islam berdiri melalui solidaritas sosial yang menyeluruh.

Tidak sepantasnya seorang muslim melihat orang-orang di sekelilingnya saling bermusuhan dan membunuh, sedangkan dia diam saja sambil menunggu berdirinya negara Islam. Melihat berbagai permasalahan itu, seorang muslim harus mengadakan perbaikan di antara mereka secara wajar dan adil serta memerangi kelompok yang enggan diajak berdamai.

Sepatutnya seorang muslim melawan kejahatan sedapat mungkin, demikian juga dalam hal mengerjakan kebaikan. Ia tidak boleh berpangku tangan. Hendaknya ia mengerjakan kebajikan dalam kapasitas kemampuannya, meskipun sekecil atom. Allah SWT berfirman,

"Bertakwalah kepada Allah semampu kamu " (at-Taghabun: 16)

Negara Islam yang dicita-citakan ini dapat dimisalkan sebagai pohon zaitun dan kurma yang hasilnya baru dapat dipetik beberapa tahun yang akan datang. Apakah pemilik kebun akan berhenti bekerja dan menanti kurma dan zaitunnya berbuah? Tentu tidak. Ia dapat menanam tanaman-tanaman yang cepat menghasilkan. Apalagi tanaman-tanaman tersebut dapat menyuburkan tanah, mengisi waktu, dan memberikan kesibukan yang bermanfaat. Di sisi lain, pohon zaitun dan kurma yang telah ditanam juga membutuhkan perawatan hingga masa panen tiba.

 

Sumber: Kebangkitan Islam dalam Perbincangan Para Pakar (As-Shahwatul Islamiyah Ru'yatu Nuqadiyatu Minal Daakhili). Penerbit Gema Insani Press

http://media.isnet.org/islam/Bangkit/Qardhawi6.html

Tags: copas

Ibn Qayyim  mengklafikasikan air mata kepada 10 jenis iaitu:

Page 15: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

1. menangis kerana kasih sayang dan kelembutan hati.

2. menangis kerana rasa takut.

3. menangis kerana cinta.

4. menangis kerana gembira.

5. menangis kerana menghadapi penderitaan.

6. menangis kerana terlalu sedih.

7. menangis kerana terasa hina dan lemah.

8. menangis untuk mendapat belas kasihan orang.

9. menangis kerana mengikut-ikut orang menangis.

10. menangis orang munafik.

Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Untuk renungan dan amalan bersama.

Di dalam lapar ada 10 kebaikan dan dalam kenyang ada10 kemudaratan.

LAPAR : menjernihkan hati, mencerdaskan otak, danmenerangi pengelihatan hati KENYANG : menyebabkan kebebalan, membuatkan hati buta

LAPAR : merasai kelazatan berzikir kerana hati lembutdan bercahaya. KENYANG : zikirnya hanya di lidah dan hati tidakmerasa apa-apa, hatinya tertutup daripada cahayaAllah.

LAPAR : menyebabkan hilang rasa angkuh dan ego. Disaat ini rasa kehambaannya pada Tuhan adalah memuncak,hatinya akan tenang. KENYANG : tidak merasa kebesaran Allah, rasa ketuananakan memenuhi hati.

LAPAR : tidak melupai bala Allah. Orang yang berakalcerdas akan mengingati bala di Akhirat apabila melihatbala di dunia. KENYANG : menyebabkan seseorang itu lupakan kelaparandan lupa bala Allah.

Page 16: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

LAPAR : mematahkan hawa nafsu terhadap segala bentukmaksiat kerana lapar akan melemahkan nafsu. KENYANG : mudah mengikut nafsu kerana kekenyanganadalah pintu kepada syaitan untuk masuk ke dalam hatimanusia.

LAPAR : kuranglah tidurnya dan mudah untuk bangun KENYANG : akan merasa mengantuk kerana gas yangdihasilkan oleh pencernaan makanan Meruap ke otak.Otak kekurangan oksigen.

LAPAR: mudah untuk mendapat khusyuk dalam ibadahkerana pintu godaan syaitan tertutup. KENYANG : syaitan makan mengganggu ibadahnyamenyebabkan ia tidak dapat menumpukan hatinya padaAllah.

LAPAR : terhindar daripada banyak jenis penyakitkerana kebanyakan penyakit berpunca daripada kandunganmakanan yang dimakan. KENYANG : mengundang pelbagai jenis penyakit sepertidiebetis, taun dan lain-lain.

LAPAR : menjimatkan perbelanjaan di kala kegawatanekonomi kerana dapat mengurangkan perbelanjaanterhadap makanan. KENYANG : sudah tentunya memerlukan perbelanjaan untukmendapatkan makan bagi tujuan ini sedang negaramenghadapi krisis ekonomi yang hebat.

LAPAR : menyemai rasa kasih sayang pada insan lainterutama fakir miskin dan anak yatim. KENYANG : tidak merasai kesusahan orang lainseterusnya menyebabkan hilang kasih sayang di hatinya.

Sahabatku sekalian, lapar merupakan tali yang mengikat nafsu. Ingatlahbahawa syaitan sentiasa berada dalam diri anak Adamdan berjalan melalui salur darah (arteri dan vena).Dan saluran itu akan disempitkan untuk syaitan denganberlapar dan haus. Cubalah menehan diri daripadaterlalu banyak makan dan minum dengan cara berpuasa.Bila berbuka berbuka jangan hentam habis pula.Berusahalah untuk membuktikan kasih dan sayang padadiri kita. Kasihilah akal, hati dan badan, agaranggota itu berfungsi dengan baik. InsyaAllah kitaakan dapat memberi kasih sayang pada orang lain dansemoga NUR Allah akan menyinari hari-hati kita.Berusaha, berjaya! wallahua’lam..

http://genkeis.multiply.com/journal?&page_start=60

Page 17: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Masa muda memang masa yang indah, penuh kenangan, dan memberikan nuansa yang berbeda dalam diri kita. Kita lebih mudah bernostalgia dengan masa muda kita, (mungkin) merasa lebih bahagia dan senang dengan masa muda kita, dan (terkadang) lebih gampang membanggakan diri ketika muda. Sudah banyak sekali artikel maupun referensi yang menyatakan mengenai keutamaan masa muda, dan dapat kita temui dengan mudah artikel-artikel maupun tulisan yang membeberkan mengenai keistimewaan masa muda. Salah satu argumen yang sering diutarakan dalam berbagai tulisan tersebut adalah hadits berikut. Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskan; tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan; tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. " (HR. Tirmidzi) Jika kita melihat sekilas hadits diatas, kesan yang pertama kali kita dapatkan mungkin akan sangat membebani diri kita. Peringatan yang keras agar kita berhati-hati dalam menghabiskan umur ketika muda. Namun, kalau kita mau sedikit mengambil sudut pandang yang berbeda, apalagi kalau kita sekarang merasa masih muda, maka kita bisa melihat bahwasanya, masa muda seseorang itu memiliki keutamaan dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupan seorang anak manusia. Kalau dalam bahasa penilaian ilmiah, mungkin pembobotan masa muda dibandingkan dengan masa lain menjadi lebih berat. Sebagai sebuah ilustrasi, kita menghadapi ujian, dan soal ujian yang harus kita kerjakan terdiri dari beberapa bentuk: ada format pilihan ganda; mencongak/mencocokan; mengisi beberapa “titik-titik yang kosong” dengan pilihan kata/istilah yang tersedia pada sebuah esai; jawaban singkat; bahkan ada yang memerlukan jawaban esai yang sedikit panjang. Nah, mungkin saja, jawaban esai dari soal yang kita kerjakan diberikan bobot yang lebih besar dibandingkan pilihan ganda, kira-kira begitulah ilustrasi yang bisa kita berikan dalam memandang masa muda dibandingkan masa-masa lain dalam kehidupan kita. Sebuah kebaikan yang dibuat oleh seorang pemuda, tentu akan bernilai berbeda dari pada yang dilakukan oleh orang yang tua maupun anak-anak (dengan memandang aspek lain dalam kondisi yang sama, -red).  Karena seorang anak-anak mungkin melakukan ibadah karena terdorong oleh faktor-faktor lain yang menarik hatinya, seperti ada hadiah yang ingin diraih, “paksaan” dari orang tua, maupun ketertarikan yang terkadang tidak berhubungan dengan ibadah,

Page 18: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

semisal karena teman-teman semuanya beramal sehingga tidak ingin tertinggal sendirian, karena ada seseorang yang ingin didekati, ataupun karena bagian dari peraturan yang harus ia jalankan, seperti ketika disekolah ataupun lain-lainnya. Dan amalan seorang pemuda juga berbeda dengan orang tua, apalagi kalau orang tersebut sudah renta. Maklumlah dia mau beribadah, mungkin karena di sisinya sudah tercium aroma sang malaikat pencabut nyawa. Sedangkan ketika seorang pemuda beramal, maka ia sungguh sangat luar biasa. Dimasa-masa mudalah semangat tuk melakukan pemberontakan itu sangat besar, upaya pencarian jati diri, ingin lepas dari pengaruh orang lain (seperti orang tua), dan sedang merasa benar sendiri. Maka dari itu, (bisa jadi) amalan-amalan yang kita lakukan selagi masih muda, bisa bernilai sangat besar. Dan mungkin dapat kita banggakan ketika Allah mempertanyakan masa muda kita. “Wahai fulan/ah, untuk apa engkau habiskan masa mudamu?”, maka jika kita mempergunakan masa muda kita dengan sebaik-baiknya, kita bisa saja menjawabnya dengan sedikit berbangga hati, “Ya Allah, seseungguhnya saya menghabiskan masa mudaku dengan menuntut ilmu (belajar), suatu hal yang diwajibkan olehMu dan dianjurkan oleh utusanMu; saya mendirikan rukun Islam dengan baik, dan konsisten dalam mengamalkannya; dan saya pun telah menjaga diri saya sebaik-baiknya dari fitnah zaman masa mudaku” Sungguh luar biasa, suatu jawaban yang Insya Allah bisa membuat Tuhan kita tersenyum dan bangga, serta sangatlah mungkin kan mengantarkan kita melalui gerbang syurga. Jadi, kepada para pemuda, saya wasiatkan satu hal ini saja, beramallah sebanyak-banyaknya, selagi kita masih muda. Ibnu Abbas الله عنه رضي  berkata: Aku pernah di belakang Rasulullah   الله صلی

وسلم pada suatu عليه hari dan beliau bersabda: "Wahai anak muda, peliharalah (ajaran) Allah, niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah."(Riwayat Tirmidzi. Ia berkata: Hadits ini shahih)  Syamsul Arifin17 December 2007*sebuah pesan tuk sang diri yang sedang bertahan dalam masa muda*

Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang mulia, salah satu dari bulan haram (suci) dimana amal ibadah di bulan ini pahalanya dilipatgandakan. Dan bulan ini juga merupakan

Page 19: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

bulan pelaksanaan ibadah haji. Jutaan umat Islam berkumpul di tanah suci untuk menunaikan panggilan Allah melaksanakan rukun Islam yang kelima. Kemuliaan bulan Dzulhijjah, khususnya pada sepuluh hari pertama telah diabadikan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:  “Demi fajar, Dan malam yang sepuluh, Dan yang genap dan yang ganjil, Dan malam bila berlalu” (QS Al-Fajr 1-4) Allah SWT. bersumpah dengan lima makhluk-Nya, bersumpah dengan waktu fajar, malam yang sepuluh, yang genap, yang ganjil dan malam ketika berlalu. Dan para ulama tafsir seperti, Ibnu Abbas ra, Ibnu Zubair ra, Mujahid ra, As-Sudy ra, Al-Kalby ra. menafsirkan maksud malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Allah bersumpah dengan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah karena keutamaan beribadah pada hari tersebut, sebagaimana hadits Rasul saw, : Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari dimana amal shalih lebih dicintai Allah melebihi hari-hari ini –yaitu sepuluh hari pertama Dzulhijjjah.“ Sahabat bertanya, ”Ya Rasulallah saw, tidak juga jika dibandingkan dengan jihad di jalan Allah?“ Rasul saw. menjawab, ”Tidak juga dengan jihad, kecuali seorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya serta tidak kembali (gugur sebagai syahid).” (HR Bukhari) AMAL SHALIH DI SEPULUH HARI PERTAMA DZULHIJJAH 1. Takbir, Tahlil dan Tahmid  “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS Al-Baqarah) Jumhur ulama sepakat bahwa beberapa hari berbilang adalah hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.  Imam Al-Bukhari memasukan hari Tasyriq pada hari sepuluh pertama Dzulhijjah, dan memiliki keutamaan yang sama sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani memberikan komentar dalam kitabnya Fathul Bari: pertama, bahwa kemuliaan hari Tasyriq mengiringi kemuliaan Ayyamul ‘Asyr; kedua, keduanya terkait dengan amal ibadah haji; ketiga, bahwa sebagian hari Tasyriq adalah sebagian hari ‘Ayyamul ‘Asyr yaitu hari raya Idul Adha. Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari-hari dimana amal shalih paling utama di sisi Allah dan paling dicintai-Nya melebihi sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Perbanyaklah pada hari itu dengan Tahlil, Takbir dan Tahmid.” (HR Ahmad dan Al-Baihaqi) 

Page 20: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Berkata imam al-Bukhari, ”Ibnu Umar ra. dan Abu Hurairah ra pada hari sepuluh pertama Dzulhijjah pergi ke pasar bertakbir dan manusia mengikuti takbir keduanya.” 2. Puasa sunnah, khususnya puasa sunnah ‘Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah Dari Abu Qatadah ra berkata, Rasulullah saw. ditanya tentang puasa hari ‘Arafah.Rasul saw menjawab, ”Menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR Muslim) 3. Memperbanyak amal ibadah, karena pahalanya dilipatgandakan, seperti shalat, dzikir, takbir, tahlil, tahmid, shalawat, puasa infak dll. Dari Jabir ra bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Sebaik-baiknya hari dunia adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah.” Ditanya, “Apakah jihad di jalan Allah tidak sebaik itu?” Rasul saw. menjawab, ”Tidak akan sama jika dibandingkan dengan jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang menaburkan wajahnya dengan debu (gugur sebagai syahid).” (HR Al-Bazzar dengan sanad yang hasan dan Abu Ya’la dengan sanad yang shahih) 4. Shalat ‘Idul Adha pada Hari Nahr (10 Dzulhijjah) Allah Ta’ala berfirman: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS al-Kautsar 2) Di antara makna perintah shalat disini adalah shalat Idul Adha. Berkata Ar-Rabi’, “Jika engkau selesai shalat di hari Idul Adha, maka berkurbanlah.” Rasulullah bersabda: Dari Abu Said berkata, “Rasulullah saw. keluar di hari Idul Fitri dan Idul Adha ke musholla. Yang pertama dilakukan adalah shalat, kemudian menghadap manusia –sedang mereka tetap pada shafnya- Rasul saw berkhutbah memberi nasehat dan menyuruh mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi) Dari Ummi ‘Athiyah berkata, ”Kami diperintahkan agar wanita yang bersih dan yang sedang haidh keluar pada dua Hari Raya, hadir menyaksikan kebaikan dan khutbah umat Islam dan orang yang berhaidh harus menjauhi musholla.” (Muttafaq ‘alaihi) Dalam menetapkan shalat Idul Adha (Hari Nahar) DSP mengacu pada semangat kebersamaan dengan seluruh komponen umat Islam di Indonesia dan merujuk pada Keputusan Fatwa MUI No. 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah serta ketetapan/sidang itsbat Depag RI bersama ormas Islam. 5. Takbir dan berkurban di hari Tasyriq

Page 21: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

 “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS Al-Baqarah) Pada hari Tasyriq juga masih disunnahkan untuk berkurban. Rasulullah saw. bersabda, “Seluruh hari Tasyriq adalah hari penyembelihan (kurban).” (HR Ahmad)  Demikian Bayan Dewan Syariah Pusat Partai Keadilan Sejahtera sebagai panduan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, semoga Allah memberikan keberkahan kepada kita semua. Jakarta, 24 Dzulqa’dah 1428 H / 5 Desember 2007 M DEWAN SYARIAH PUSATPARTAI KEADILAN SEJAHTERA KH. DR. SURAHMAN HIDAYAT, MAKETUA Sumber: www.pk-sejahtera.orgTags: copas

Salah satu indikasi cengeng adalah tangisan. Yups, dan terkadang menangis bisa menjadi ajang pelarian dari luapan emosi. Sebenarnya, menangis merupakan salah satu hal yang bagus lho. Loh, kok bisa menangis dianggap suatu hal yang bagus? Bukankan kalo menangis itu kita jadi seperti gampang menyerah terhadap keadaan, tidak tegar, bermental rapuh, dan cengeng..? Eits, tunggu dulu, liat aja beberapa hadits berikut. Dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: "Aku takut kepada Allah", seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya." (HR Bukhari) Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya saya melihat apa-apa yang kalian tidak melihatnya. Saya mendengar apa-apa yang tidak kalian

Page 22: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

dengar. Langit telah merintih. Tidak ada padanya tempat untuk empat jari kecuali di situ ada seorang malaikat yang bersujud. Jika kalian mengetahui apa yang saya ketahui tentu kalian tidak lagi banyak tertawa sebaliknya akan banyak menangis. Kalian tidak lagi menghiraukan kelezatan dengan isteri-isteri kalian di tenpat tidur, sebaliknya kalian ingin keluar untuk berteriak, berdo'a khusyu' kepada Allah." (HR. Ahmad) Golongan yang terakhir dari tujuh golongan yang akan dinaungi Allah digambarkan sebagai orang yang meneteskan air mata setelah mengingat Allah dalam kesendirian. Wah2x, luar biasa kan keutamaan dari menangis. Dan di hadits terakhir disebutkan bahwa jika ada seseorang yang telah benar-benar mengetahui keadaan yang ghaib (hari akhir, siksaan Allah, ketaatan makhluk-makluk Allah, dll), maka tentu kita akan menjadi orang-orang yang jarang tertawa dan lebih banyak menangis. Wah2x.., asyik juga ya jadi orang yang suka menangis. Menangis karena mengingat Allah, menangis karena takut kepada Allah, dan menangis karena mengharap kepadaNya. Tapi itu mah berat amat euy :D Lalu, boleh ngga kita menangis untuk hal-hal yang bersifat keduniawian, seperti setelah mendapat musibah, ketika sakit, ketika ada masalah besar yang sulit diatasi, ketika bersedih, atau ketika diputus sang pacar ^-^ Wah2x.., klo itu mungkin lain lagi ceritanya kali ya… Hmmm… Sebetulnya sih, sedih sehingga menangis merupakan suatu hal yang manusiawi aja. Sebagaimana kita bergembira atau berbahagia. Semua itu merupakan bagian dari suasana hati yang sangat manusiawi. Bahkan, klo tidak pernah menangis atau bersedih, perlu dipertanyakan juga tuh sifat kemanusiawiannya… Jangan-jangan bukan manusia lagi… hiiiihhh Nah, sebagaimana perlakuan dari sifat-sifat manusiawi itu, mereka pun perlu ada tempat dan kadarnya. Klo ngga punya, berarti salah, tapi klo kebanyakan juga salah banget. Lantas gimana dong baiknya..? Nah, dengerin nih apa kata Imam Ali kw,“Jangalah kalian terlalu bergembira atas apa yang kalian dapat, dan janganlah kalian terlalu bersedih atas apa yang kalian luput” Hmmm, jadi intinya…?

Page 23: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

 Nanti dulu, buru-buru amat sih :D hihihi Dulu pernah baca sebuah artikel dari kumpulan artikel “Dari Akhwat untuk Akhwat”nya mba Atik yang berjudul “Muslimah Manja”. Lho, kok kak Ipin bacaan artikel akhwat sih..? Nah ya… Hehehe, kan calon istri kak Ipin nanti (Insya Allah) adalah seorang akhwat, jadi kudu belajar donk tentang keakhwatan, biar bisa memahami %peace% . Wah, jurus ngeles boleh nih.. hihihi… ok deh, lanjut kak. Ok, tapi jangan protes lagi ya kalo mau ka Ipin lanjutin. Ok. :) Di artikel itu diceritakan sedikit gambaran para istri-istri yang suaminya tawan oleh Israel (la’natullah alaih) di bumi para syuhada Palestina. Coba bayangkan, ada berapa ratus ribu para mujahid yang ditahan di penjara-penjara Israel (la’natullah alaih), dan bagaimana perjuangan ketegaran para istri yang harus mengurus anak-anaknya dan bersikap tegar dalam kondisi yang serba sulit seperti itu, daerah konfik euy, yang semuanya serba susah. Kalau mereka cengeng, mungkin sudah ada banjir air mata di sana, namun mereka sungguh sangat luar biasa. Nah.., malu kan sama ibu-ibu disana. So, jangan terlalu cengeng ya. Nangis sih boleh-boleh saja, asal tetap proporsional dan pada tempatnya. Sebagaimana Rasulullah saw pun pernah menangis ketika anak laki-lakinya yang bernama Ibrahim meninggal dunia. Ibnu Umar mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Air mata mengalir, dan hati pun bersedih." (Diriwayatkan dengan maushul oleh penyusun dalam hadits berikutnya dengan lafal yang mirip dengannya, dan di-maushul-kan oleh Muslim dari Anas dengan lafal ini.) Anas bin Malik ra berkata, "Kami masuk bersama Nabi pada Abu Saif al-Qain (si pandai besi), suami wanita yang menyusui Ibrahim. Lalu, Rasulullah mengambil Ibrahim dan menciumnya. Sesudah itu kami masuk kepadanya dan Ibrahim mengembuskan napas yang penghabisan. Maka, air mata Rasulullah mengucur. Lalu Abdurrahman bin Auf berkata kepada beliau, 'Engkau (menangis) wahai Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Wahai putra Auf, sesungguhnya air mata itu kasih sayang.' Kemudian air mata beliau terus mengucur. Lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya air mata mengalir, dan hati pun bersedih. Namun, kami hanya mengucapkan perkataan yang diridhai oleh Tuhan kami. Sungguh kami bersedih karena berpisah denganmu wahai Ibrahim.'" (HR Bukhari) So, jadilah akhwat keren yang ngga cengeng, dengan menangis hanya pada tempat-tempatnya saja, dan jadi akhwat hebat karena menjadi akhwat yang tegar. Percayalah akan pertolongan Allah, yakinlah atas janji-janjiNya, dan teroboslah ujian-ujianNya. Sebagaimana dicontohkan oleh seorang wanita yang luar biasa, seorang ibu yang beriman, Khansa ra di dalam peperangan Qadisiyah. Dialah yang mendorong empat anaknya dan berpesan kepada mereka untuk berani maju ke depan dan teguh

Page 24: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

menghadapi peperangan dalam kata-katanya yang mantap dan menarik. Ketika peperangan belum selesai, sudah ada pemberitahuan bahwa semua anaknya telah syahid, maka Khansa tidak gusar ataupun berteriak-teriak, bahkan ia berkata dengan penuh ridha dan yakin, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi kemuliaan kepadaku dengan gugurnya mereka di jalan-Nya."  8 Desember 2007Syamsul Arifin“Untuk seseorang yang sedang menahan air mata di ujung sana” :hihi: %peace%Tags: lesson12 comments share

Islam Menutupi Masalah-Masalah Hukuman (Hudud)Dec 6, '07 4:52 AMfor everyone

Hakikat yang urgen dalam masalah hukuman, yaitu bahwa sesungguhnya Islam tidak bergerak di balik pelaksanaan hukuman, dan tidak menunggu pelaksanaan hukuman itu pada orang yang melakukan sesuatu yang menyebabkan dia berhak dihukum. Serta tidak memasang peralatan untuk mengintai orang-orang yang berbuat maksiat atau memasang kamera rahasia yang dapat merekam mereka ketika berbuat demikian. Tidak juga memerintahkan polisi kriminal atau mata-mata untuk mencari-cari aurat (kesalahan) manusia yang melanggar syari'at, sehingga mereka tertangkap ketika melaksanakannya.

Bahkan kita dapatkan bahwa taujihaat Islam sangat memperhatikan penjagaan kehormatan manusia secara khusus dan haramnya tajassus atau mencari-cari aurat mereka. Tidak dari perorangan dan tidak pula dari pemerintah yang berkuasa.

Imam Hakim meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf bahwa pada suatu malam ia berjaga bersama Umar di Madinah. Ketika mereka sedang berjalan ada yang menyalakan api di rumah, maka keduanya bergegas menuju ke sana, sehingga ketika sudah dekat dengan rumah tersebut, ternyata pintunya terkunci. Di dalamnya terdengar ada suara keras, maka Umar berkata sambil memegang tangan Abdur Rahman, "Tahukah kamu rumah siapakah ini?" Abdurrahman menjawab, "Tidak" Umar berkata, "Ini rumah Rabitah bin Umayah bin Khalaf, mereka sekarang minum khamr, bagaimana pendapatmu? "Abdurrahman berkata, "Saya berpendapat bahwa kita telah mendatangi sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT, Allah telah melarang kita dengan firman-Nya, "Walaa Tajassasuu," sementara kita telah bertajassus, kemudian Umar pergi meninggalkan mereka." (HR. Hakim)

Dari Zaid bin Wahb, ia berkata, "Ada seorang laki-laki datang kepada Ibnu Mas'ud, kemudian bertanya, "Maukah engkau melihat Walid bin 'Uqbah yang jenggotnya meneteskan khamr ?," maka Ibnu Abbas berkata, Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang kita untuk bertajassus, tetapi jika nampak di hadapan kita maka kita

Page 25: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

bertindak (untuk menghukumnya) (HR. Abu Dawud dan Hakim)

Dari empat sahabat; Jubair bin Nafir, Katsir bin Murrah Miqdam bin Ma'di Karib dan Abi Umamah Al Baahili ra, dari Nabi SAW beliau bersabda, "Sesungguhnya amir (seorang pemimpin) itu apabila mencari keraguan pada manusia maka akan merusak mereka." (HR. Abu Dawud)

Bahkan ajaran Rasulullah SAW sangat mendorong agar setiap Muslim menutupi aurat dirinya dan aurat orang lain. Dalam suatu riwayat disebutkan sebagai berikut:

Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Rasulullah SAW setelah melaksanakan hukuman (had) pada Ma'iz bin Malik Al Aslami, beliau berdiri, kemudian bersabda, "Jauhilah kotoran ini yang telah Allah larang, maka barangsiapa yang terjerumus dalam perbuatan ini maka hendaklah meminta tutup dengan tutup Allah, dan hendaklah bertaubat kepada Allah, karena barangsiapa membuka kepada kami lembaran (kesalahan)-nya maka kami berlakukan kepadanya Kitab (hukum) Allah." (HR. Hakim)

Rasulullah SAW telah melaksanakan had untuk Ma'iz, setelah dia datang kepada Rasulullah SAW sebanyak empat kali dengan mengakui kesalahannya dan setelah Nabi SAW berupaya untuk menjauhkan tuduhan darinya dan mengajarinya yang itu menunjukkan upaya agar tidak memenuhi rukun-rukun dosa (zina), tetapi ia (Ma'iz) masih tetap bersikeras. Peristiwa itu kemudian disusul dengan kasus serupa oleh wanita Ghamidiyah.

Diriwayatkan dari Abi Burdah, dari ayahnya, ia berkata, "Kami adalah sahabat Nabi SAW kami berbincang-bincang bahwa seandainya Ma'iz dan orang wanita itu tidak datang yang keempat kalinya maka Rasulullah tidak akan menuntut kepadanya." (HR. Hakim)

Nabi SAW pernah bersabda kepada Hazal, yaitu orang yang mendorong Ma'iz untuk mengaku di hadapan Nabi SAW"Jika seandainya kamu menutupinya dengan bajumu niscaya akan menjadi kebaikan untukmu." (HR. Hakim)

Dari Abi Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menutupi saudaranya Muslim di dunia maka Allah akan menutupinya di dunia dan di akhirat." (HR. Abu Dawud)

Dari Abi Hurairah ra, dan Nabi SAW; beliau bersabda, "Tidaklah seorang hamba menutupi hamba yang lain di dunia kecuali Allah akan menutupi aib-nya di hari kiamat." (HR. Hakim)

Jika hadits-hadits tersebut menjelaskan pahala orang yang menutupi saudaranya Muslim, maka hadits berikut ini bersifat umum:

Dari Katsir pembantu 'Uqbah bin 'Amir, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,

Page 26: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

"Barangsiapa melihat aurat, lalu menutupinya, maka ia seperti orang yang menghidupkan kembali anak perempuan yang dikubur secara hidup-hidup dari kuburnya." (HR. Abu Dawud dan Hakim)

Demikian juga kita dapatkan berbagai taujihat Islami yang jelas dalam menekankan untuk memaafkan dan berlapang dada dalam kaitannya dengan hukuman-hukuman yang berkaitan dengan hak-hak manusia sebagai hamba Allah, seperti mencuri, dengan syarat tidak sampai pada kekuasaan hukum, maka di sana tidak ada kesempatan untuk dimaafkan atau ditolong.

Dalam hal ini ada hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar sebagai berikut:

"Saling memaafkanlah di antara kamu dalam kaitannya dengan hukuman, karena apa-apa (keputusan) yang telah sampai kepadaku dari hukuman berarti wajib (dilaksanakan)." (HR. Abu Dawud dan Nasa'i)

Ibnu Mas'ud berkata: "Sesungguhnya aku akan menyebutkan pertama kali orang yang dipotong (tangannya) oleh Rasulullalh SAW "Adalah didatangkan seorang yang mencuri maka diperintahkan untuk dipotong, tetapi seakan wajah Rasulullah SAW nampak menyesal, maka sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, seakan-akan engkau tidak suka memotongnya, " Nabi bersabda, "Tidak ada yang menghalangi aku, janganlah engkau menolong syetan atas saudara kamu, karena tidak pantas bagi seorang imam apabila telah sampai padanya hukuman kecuali harus melaksanakannya, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, cinta untuk mengampuni, Allah berfirman, "Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (An-Nuur: 22)" (HR. Hakim).

Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW kemudian mengaku bahwa ia telah melakukan sesuatu yang mewajibkan harus dihukum, maka Nabi tidak bertanya kepadanya tentang hukuman itu, apa hukumannya dan bagaimana ia melakukan, melainkan beliau menganggap pengakuannya itulah yang menyebabkan ia dihukum sebagai taubat dari dosanya dan penyesalan atas kelengahannya, ini menjadi kaffarah (penghapus dosa) baginya, karena tidak akan terjadi hukuman yang demikian apabila ia shalat bersama Rasulullah SAW.

Abu Dawud telah meriwayatkan dalam bab "Seseorang yang mengaku dengan hukuman dan tidak menyebutkan namanya." Dari Abi Umamah, sesungguhnya ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi SAW lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah berbuat (sesuatu) yang harus dihukum, maka hukumlah aku." Nabi bersabda, "Apakah kamu berwudhu ketika kamu datang (ke mari)," laki-laki itu menjawab, "Ya," Nabi bersabda, "Apakah kamu shalat bersama kami ketika kami shalat?" Orang itu berkata, "Ya," Nabi bersabda, "Pergilah, sesungguhnya Allah SWT telah memaafkan kamu." (HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i).

Karena itu ada di antara ulama salaf yang berpendapat bahwa di antara hak imam dan

Page 27: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

qadhi adalah menggugurkan had (hukuman) dengan taubat apabila kelihatan tanda-tandanya. Inilah pendapat yang ditarjih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim. Dan ini pula yang saya pilih ketika kita menerapkan hukum had pada zaman kita ini.  

MENOLAK HUDUD DENGAN ADANYA SYUBUHAT

Sesungguhnya di antara sesuatu yang disamakan dengan apa yang telah kami sebutkan yaitu tentang kecintaan Islam menutupi dan memaafkan dalam masalah hukuman adalah apa yang populer dalam fiqih Islam -dengan berbagai madzahib yang diikuti- sebagai "Dar'ul Hudud bisy-syubahaat" (menolak hukuman dengan adanya syubuhat (kemungkinan-kemungkinan untuk membatalkan).

Ada hadits yang menerangkan hal itu, sebagaimana diriwayatkan oleh Hakim dan dianggap shahih."Nabi bersabda:

"Tolaklah hudud itu dari kaum Muslimin semampu kamu, jika kamu mendapatkan jalan keluar untuk seorang Muslim maka lepaskanlah jalannya, sesungguhnya apabila seorang imam salah dalam memaafkan, itu lebih baik daripada salah dalam menghukum." (HR. Hakim)

Benar bahwa Al Hafidz Adz-Dzahabi telah menolak pentashihan Hakim terhadap hadits ini, tetapi hadits-hadits yang kami kemukakan memperkuat riwayat ini.

Demikian juga riwayat shahih dari Al Faruq Umar bin Khattab RA, yaitu sabda Rasulullah SAW.

"Tolaklah hudud itu dengan syubuhat." (Ibnu Hazm menyebutkan di dalam "Al Muhalla")

Adapun sesuatu yang ditetapkan dari perbuatan Umar ra, seperti memberhentikan hukuman potong tangan pada tahun kelaparan karena adanya syubuhat (alasan) keperluan, dan persetujuan para sahabat termasuk para fuqaha' dan ahlul ilmi dan fatwa terhadap Umar tentang masalah tersebut, seperti ini dianggap salah satu bentuk dari ijma' (konsensus) Karena sesungguhnya mereka tidak diam terhadap kebathilan dan mereka tidak bersepakat di atas kesesatan.

Ini tidak termasuk menggugurkan hukuman sebagaimana disebutkan oleh sebagian orang, tetapi pada dasarnya had belum wajib karena belum memenuhi seluruh rukun dan syaratnya.

Contoh lain yang mirip adalah satu riwayat yang menjelaskan bahwa Umar tidak menghukum dua pembantu yang mengambil harta juragannya, karena Umar berpendapat bahwa kedua pembantu itu tidak mencuri kecuali karena kezhaliman sayyid-nya dan karena tidak diberi kecukupan dari keperluan pokoknya.

Page 28: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Tidak heran jika Umar memaafkan keduanya sesuai dengan kondisinya, kemudian Umar memperingatkan kepada juragannya bahwa tangan juragannya akan dipotong jika sampai kedua pembantu terpaksa mencuri lagi. Siapa yang membaca kitab-kitab fiqih akan mendapatkan di dalamnya berbagai persoalan dan jawaban yang disebutkan oleh para fuqaha', yang dimasukkan syubhat (alasan-alasan) yang menolak terlaksananya hukuman. Sebagiannya dianggap dibuat-buat atau mengaku-aku, tetapi mereka melihat bahwa keraguan yang paling ringan dapat memberi keterangan untuk kemaslahatan orang yang tertuduh. 

MASYARAKAT TIDAK DITEGAKKAN DENGAN HUKUM BELAKA

Sesungguhnya Islam bukanlah sekedar hukum dan perundang-undangan belaka, tetapi Islam adalah aqidah yang menafsirkan kehidupan, ibadah yang mendidik jiwa, akhlaq yang membersihkan jiwa, pemahaman yang menjernihkan persepsi, nilai-nilai yang mengangkat martabat manusia dan adab yang memperindah kehidupan.

Ayat-ayat hukum tasyri' tidak sampai sepersepuluh dari Al Qur'an, itu pun dikumpulkan dengan ayat-ayat tentang aqidah dan hati yang disertai juga dengan janji dan ancaman berkaitan erat dengan seluruh arahan-arahan Al Qur'an.

Seperti misalnya hukum kerumah-tanggaan dalam firman Allah SWT:

"Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduannya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukam Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim." (Al Baqarah: 229)

Ini bukan hukum yang kering seperti kandungan hukum yang ada, tetapi ini merupakan tasyri', dakwah, taujih, tarbiyah, targhib (dorongan) dan tarhib (ancaman). Bacalah firman Allah SWT dalam menjelaskan ahkamul hudud:

"Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barang siapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allah-lah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya dan diampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas

Page 29: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

segala sesuatu." (Al Maidah: 38-40)

Di dalam ayat ini kita dapatkan tasyri' yang menakutkan, disertai dengan janji dan ancaman, memuat menakut-nakuti dan menggetarkan, taujih dan tarbiyah, dorongan untuk bertaubat dan memperbaiki, mengingatkan nama-nama Allah yang baik, Maha 'Aziz (kuasa) untuk melarang dan memerintah, Yang Bijaksana dalam menentukan hukum, Maha Pengampun dan Penyayang bagi orang yang bertaubat dan mau memperbaiki diri, Yang Merajai alam semesta, Yang menciptakan dan Memerintah dan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Inilah susunan hukum dalam Al Qur'an, sebagaimana juga dalam hadits-hadits Rasulullah SAW. Dengan demikian maka bukan semata-mata tasyri' (hukum yang membangun masyarakat Islam), melainkan juga memerlukan dua sarana lain yang tidak kalah penting, yaitu dakwah dan pemberian pemahaman (taui'yah), kemudian ta'lim dan tarbiyah di samping perundang-undangan dan hukum, bahkan semua itu diletakkan sebelum perundang-undangan dan hukum.

Karena itulah Islam memulai dengan marhalah Makkiyah -yaitu marhalah da'wah dan tarbiyah- sebelum marhalah madaniyah yang merupakan marhalah tasyri' dan tanzhim (perundang-undangan dan strukturisasi). Dalam marhalah kedua inilah kita melihat tasyri' disertai dengan tarbiyah, sebagaimana bergabungnya jasad dengan ruh.

Sesungguhnya dengan sekedar merubah hukum saja tidak cukup untuk mewujudkan sebuah masyarakat Islam. Merubah apa-apa yang ada di dalam jiwa seseorang itulah sebenarnya yang paling asasi. Dan yang paling besar dalam hal ini adalah terdapatnya keimanan yang mampu membentuk manusia menjadi makhluq yang sempurna. Keimanan itulah yang akan memberikan motivasi dan menjadi standar nilai serta hasil dari seluruh amalnya berupa pembalasan di dunia dan di akhirat.

Islam merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah-pisah, maka jika kita ingin memerangi kriminalitas yang mengharuskan dihukum tidaklah hanya dengan melaksanakan hukuman saja. tidak pula dengan tasyri' saja. Melainkan bahwa had itu merupakan langkah terakhir dalam mengupayakan suatu perbaikan.

Sesungguhnya sanksi itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang melanggar. Orang-orang ini bukanlah mayoritas dan umat ini, bukan pula basis utama masyarakat, tetapi mereka adalah orang-orang yang tidak termasuk dalam basis, karena telah keluar dari basis tersebut.

Islam datang bukan untuk mengobati orang-orang yang menyimpang, tetapi Islam datang untuk memberi pengarahan kepada orang-orang yang baik dan memelihara mereka untuk tidak menyimpang.

Dalam pandangan Islam hukuman bukanlah variabel terbesar dalam memberantas kriminalitas. Tetapi memelihara dari itu semua dengan mengeliminir sebab-

Page 30: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

sebabnya, itulah variabel terbesar. Pencegahan itu lebih baik daripada pengobatan.

Jika kita melihat suatu tindak kriminalitas seperti zina, maka kita akan mendapatkan bahwa sesungguhnya Al Qur'an telah menyebutkan tentang hukumannya dalam satu ayat pada awal surat An-Nur, yaitu firman Allah SWT:

"Perempuan yang berzina dengan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap orang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu dari (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari kiamat..." (An Nuur: 2)

Tetapi di dalam surat An-Nuur itu sendiri memuat berpuluh-puluh ayat lain yang mengarahkan untuk memelihara dari dosa itu sebagai berikut:

Pertama, Ancaman Allah bagi orang-orang yang menyebarkan perbuatan keji itu dengan adzab di dunia dan akhirat, Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat..." (An-Nuur: 19)

Kedua, Aturan berziarah dan adabnya serta memelihara kehormatan rumah tangga, sebagaimana firman Allah SWT:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu) ingat." (an-Nuur: 27).

Ketiga, Adab meminta izin bagi para pembantu dan anak-anak yang belum mencapai usia baligh, Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan anak-anak yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat isya' (itulah) tiga aurat..." (An-Nuur: 58)

Keempat, Mendidik laki-laki dan perempuan mukmin untuk memelihara dan menjaga diri dengan selalu menahan pandangan dan memelihara kemaluan. Yaitu firman Allah SWT:

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat." Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan

Page 31: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dan padanya. Dan hendaklah mereka menutupkkan kain kerudung (jilbab) ke dadanya..." (An Nuur: 30-31)

Kelima, Melarang wanita tampil menarik (tabarruj) di hadapan kaum laki-laki, membangkitkan keinginan dan khayalan mereka, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT:

"Dan Janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An-Nuur: 31)

Arti dari ayat tersebut menunjukkan wajibnya membersihkan masyarakat dari sebab-sebab fitnah dan rayuan, serta menutup segala celah yang menuju terjadinya kerusakan.

Keenam, Yang lebih penting dari itu semua adalah menikahkan orang-orang yang belum bersuami atau beristeri dari laki-laki atau pun wanita dan menyerukan yang demikian kepada seluruh masyarakat, karena mereka ikut bertanggung jawab. Allah SWT berfirman:

"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (An-Nuur: 32)

Tanggung jawab masyarakat di sini, terutama kalangan pemerintah, adalah memudahkan segala sarana komunikasi yang halal, selain menutup pintu-pintu haram. Demikian itu dilaksanakan dengan menghilangkan kendala-kendala materi atau sosial di hadapan orang-orang yang ingin menikah. Seperti mahalnya maskawin, berlebihan dalam memberikan hadiah-hadiah, undangan, walimah, serta perabot rumah dan lain-lain. Dan membantu mereka baik secara materi maupun moril untuk membentuk rumah tangga yang Islami.

Maka bukanlah menegakkan hukum (had) itu yang memecahkan problem, karena kenyataannya had tidak mungkin ditegakkan dengan syarat-syaratnya yang syar'i kecuali dalam keadaan iqrar di majelis qadha' sebanyak empat kali sebagaimana pendapat sejumlah imam. Atau dengan persaksian empat saksi yang adil bahwa mereka melihat perbuatan dosa itu dengan melihat langsung di tengah-tengah mengerjakan. Bukankah hal itu sangat sulit, maka seakan-akan tujuannya di sini adalah dilarang berterus terang dalam masalah dosa. Adapun orang yang diuji dengan perbuatan itu kemudian tidak ketahuan maka tidak termasuk kena hukuman dunia maka ini kembali kepada Allah di akhirat nanti.

Page 32: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

DR. Yusuf Al-Qardhawi. Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah. Cetakan Pertama Januari 1997. Citra Islami PressTags: copas0 comments share

Tuhan Kirimkanlah Aku, Istri yang Menentramkan HatiDec 6, '07 4:19 AMfor everyone

Tuhan kirimkanlah akuKekasih yang baik hatiYang mencintai akuApa adanya(Munajat Cinta, The Rock feat Dhani) Mendengar  lagu “Munajat  Cinta”nya The Rock feat Dhani   jadi  pengen ngegubah liriknya nih ^-^ Apa sih yang dicari oleh seorang suami dari seorang istri…  In my humble opinion (penggunaan kata lain dari sotoy %peace%), yang sejatinya dicari dari seorang lelaki dari seorang istri adalah ketentraman jiwa. "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami)…” (QS. Al-Furqaan: 74) Beberapa orang mungkin terperdaya dan memiliki anggapan bahwa kecantikan dan kekayaan   yang  dimiliki   seorang  wanita   bisa  memberikan   ketentraman  hati  bagi dirinya, hmmm.., bisa jadi benar sih, tapi mungkin tidak seratus persen benar. Terkadang punya istri yang cantik malah mungkin bisa membuat hati jadi smakin resah,   khawatir   jika  ada  apa-apa  dengan   istri   jika  ditinggal,   jika  dijalan  di   goda orang, jika di kantor tergoda rekan, dan lain-lain.

Page 33: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

 Begitupula jika memiliki istri yang kaya atau sekarang mungkin memiliki karir/posisi kerja   yang  wah,   bisa   jadi   tidak  memberikan   ketentraman   jiwa,   karena   sangat mungkin   kelebihan   yang   ia   miliki   akan   membuatnya”diatas   angin”   atas   sang qowwam (pemimpin) rumah tangga. (sekali lagi, tulisan ini hanya tulisan sotoy belaka) Dari Abi Hurairah, dari Nabi shallallahu'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena kemuliaan keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama, karena kalau tidak niscaya engkau akan merugi." Hadits Shahih. Telah dikeluarkan oleh Bukhari (no. 5090) dan Muslim (no. 1466) Kenapa sih agama seorang wanita bisa membawa ketentraman..?*agama   disini  menurut   saya   berarti   akhlak,   karakter,   sikap,   ilmu,   pemahaman ucapan dan perbuatan “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan memfaqihkannya (memahamkan) dalam agama.” Hadits yang diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani, Al-Imam Al-Bukhari dalam beberapa tempat pada kitab Shahih-nya (no.71, 3116, 7312) dan Al-Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya (no. 1038) Teringat sebuah kisah di buku “Bukan di Negeri Dongeng” yang (kira-kira) berjudul “Allah Maha Kaya” atau “Allahu Razaqna”,  mengenai  kisah sepasang suami   istri, yang disitu diceritakan bahwa sang suami meminta maaf kepada  istrinya karena belum bisa memberikan hal yang layak, seperti pakaian, tempat tinggal dll, namun sang istri malah menenangkan, dan memotivasi, mengingatkan akan hakikat dunia dengan mengatakan, (kurang lebih), “sesungguhnya Allah maha kaya” Eiiihhhh..,  hati pria mana yang tidak cair  dan dingin mendengar  jawaban seperti itu… Dalam keadaan susah bisa memaklumi dan menyemangati serta paham diri/tidak menuntut   banyak,   dan   dalam   keadaan   senang/berlebihan   bisa   bersyukur   dan berbagi. Mungkin, salah satu penyebab kecintaan Rasulullah saw yang sedemikian besarnya kepada ibunda Khadijah ra, (sekali lagi mungkin-menurut saya) adalah karena beliau mampu   menenangkan   dan   menentramkan,   disamping   karena   keutamaan akhlaknya. Dalam kisah turunnya permulaan wahyu, kita bisa melihat peran yang signifikan dari  seorang istri  yang menentramkan, bagaimana Rasulullah saw yang gemetaran sekujur tubuhnya setelah menerima wahyu pertama menemui Khadijah 

Page 34: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

lalu berkata, “selimutilah aku, selimutilah aku..”, kemudian beliau diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Simak kesaksian Rasulullah saw, ketika berbicara mengenai ibunda Khadijah ra yang menentramkan dirinya, "Demi Allah SWT tak seorang wanita pun lebih baik darinya, ia beriman saat semua orang kufur, ia membenarkanku saat manusia mendustaiku, ia melindungiku saat manusia   kejam   menganiayaku,   Allah   SWT   menganugerahkan   anak   kepadaku darinya." Ahhh.., alangkahindahnya jika memiliki istri yang memiliki pemahaman agama yang baik, istri yang dapat menentramkan…  Tuhan kirimkanlah akuIstri yang menentramkan hatiYang shalihah dan dapat membawakuMeraih ridhoMu Syamsul Arifin6 Desember 2007 *sekedar tulisan sotoy… ^-^

Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21)

Sejarah Maulid

Kita sekarang berada di bulan Rabi’ul Awwal, bulan dimana Nabi Muhammad saw. dilahirkan. Karena itu juga bulan ini sering disebut dengan bulan maulid atau maulud. Banyak negeri kaum muslimin yang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw., tak terkecuali di Indonesia.

Sejarah perayaan maulid Nabi Muhammad saw. dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimid (keturunan dari Fatimah Az-Zahrah, putri Nabi Muhammad saw.). Shalahuddin Al Ayyubi (1137 M - 1193 M), panglima perang waktu itu, mengusulkan kepada khalifah agar mengadakanperingatan maulid Nabi Muhammad saw. Tujuannya untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid Al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Hasilnya? Semangat jihad umat Islam menggelora. Di tahun 1187 M, Shalahuddin sendiri yang membawa pasukannya masuk kota Yerusalem dan membebaskan Al-Aqsha dari cengkraman musuh-musuh Allah.

Page 35: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Kita tidak ingin mempertentangkan antara kelompok yang mengatakan peringatan maulid adalah ritual yang mesti dijalankan, dengan kelompok lain yang menganggap peringatan maulid sebagai perbuatan yang mengada-ada atau bid’ah, karena tidak pernah dipraktekkan oleh Rasulullah, sahabat, tabi’in, ataupun tabi’it tabi’in.

Terlepas dari dua pendapat di atas, yang lebih penting untuk kita renungkan adalah bagaimana umat Islam dewasa ini bisa meneladani Nabinya dalam kehidupan. Atau pertanyaannya: adakah karakter umat Muhammad sudah dimiliki oleh kita yang mengaku umatnya? Apakah dengan kondisi yang seperti sekarang ini kita yakin kelak akan diakui oleh Beliau sebagai umatnya yang berhak mendapat syafa’atnya?

Sudahkah sifat-sifat yang tersurat dalam ayat 29 surat Fath sudah menjadi karakter diri kita? Baca entri selengkapnya »

Ditulis oleh jaen2006Disimpan di ARTIKEL ISLAM Tidak ada komentar »

Perjalanan Hidup   Manusia

Maret 29, 2007

Oleh: Imam Santoso, Lc.

Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, surga atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu.

Al-Qur’an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.

Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Qur’an dengan tegas membantah teori itu. Pertama, teori yang mengatakan manusia ada dengan sendirinya. Dibantah Al-Qur’an dengan hujjah yang kuat, bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah swt. Kedua, teori yang mengatakan manusia ada dari proses evolusi panjang, yang bermula dari sebangsa kera kemudian berubah menjadi manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti bahwa manusia pertama adalah Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam as. diciptakan Allah swt. dari jenis manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma lelaki dengan sel telur wanita, maka lahirlah manusia.

Page 36: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan dalam beberapa haditsnya. “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang musafir” (HR Bukhari). Dalam hadits lain: ”Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR At-Tirmidzi). Baca entri selengkapnya »

Ditulis oleh jaen2006Disimpan di ARTIKEL ISLAM 4 Komentar » http://jaen2006.wordpress.com/category/artikel-islam/page/2/http://genkeis.multiply.com/journal?&page_start=60(cari data d sini na! bxk bodo’ data2 n blog2 ato almt website yang kuerenn..)

Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21)

Sejarah Maulid

Kita sekarang berada di bulan Rabi’ul Awwal, bulan dimana Nabi Muhammad saw. dilahirkan. Karena itu juga bulan ini sering disebut dengan bulan maulid atau maulud. Banyak negeri kaum muslimin yang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw., tak terkecuali di Indonesia.

Sejarah perayaan maulid Nabi Muhammad saw. dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimid (keturunan dari Fatimah Az-Zahrah, putri Nabi Muhammad saw.). Shalahuddin Al Ayyubi (1137 M - 1193 M), panglima perang waktu itu, mengusulkan kepada khalifah agar mengadakanperingatan maulid Nabi Muhammad saw. Tujuannya untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid Al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Hasilnya? Semangat jihad umat Islam menggelora. Di tahun 1187 M, Shalahuddin sendiri yang membawa pasukannya masuk kota Yerusalem dan membebaskan Al-Aqsha dari cengkraman musuh-musuh Allah.

Kita tidak ingin mempertentangkan antara kelompok yang mengatakan peringatan maulid adalah ritual yang mesti dijalankan, dengan kelompok lain yang menganggap peringatan maulid sebagai perbuatan yang mengada-ada atau bid’ah, karena tidak pernah dipraktekkan oleh Rasulullah, sahabat, tabi’in, ataupun tabi’it tabi’in.

Terlepas dari dua pendapat di atas, yang lebih penting untuk kita renungkan adalah bagaimana umat Islam dewasa ini bisa meneladani Nabinya dalam kehidupan. Atau pertanyaannya: adakah karakter umat Muhammad sudah dimiliki oleh kita yang mengaku umatnya? Apakah dengan kondisi yang seperti sekarang ini kita yakin kelak akan diakui oleh Beliau sebagai umatnya yang berhak mendapat syafa’atnya?

Page 37: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Sudahkah sifat-sifat yang tersurat dalam ayat 29 surat Fath sudah menjadi karakter diri kita?

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman danmengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Fath: 29)

Karakter Umat Muhammad

Pertama, keras dan tegas terhadap orang-orang kafir (asyiddau ‘alal kuffar).

Perlu kita dudukkan dengan jernih tentang klasifikasi orang kafir. Dalam pandangan Islam orang kafir ada dua macam. Pertama, kafir harbi, yaitu orang kafir yang memusuhi dan memerangi ummat Islam. Kelompok pertama ini wajib diperangi. Kedua, kafir dzimmi, yaitu orang kafiryang terikat janji perdamaian dan hidup bersanding dengan umat Islam dengan damai. Mereka ini harus dilindungi.Keras dan tegas di sini ditujukan kepada orang kafir yang memusuhi dan memerangi Umat Islam. Sikap keras dan tegas juga ditujukan terhadap ajaran, budaya, dan pemikiran mereka. Maklum, dewasa ini tak sedikit umat Islam bersikap tegas dan keras terhadap orang-orang kafir, namunbermesraan dengan ajarannya.

Dulu kita bangga dengan jumlah umat Islam Indonesia 99%. Namun jumlah itu terus berkurang dan berkurang. Sekarang tercatat tinggal 87%. Itu pun jumlah secara kuantitas. Entah berapa persen jumlah umat Islam dari sisi kualitas. Penurunan jumlah itu dikarenakan umat tidak sadarbahwa mereka digempur ghazful fikri atau perang budaya. Padahal invasi pemikiran justru akibatnya sangat berbahaya. Sebab, ini perang dimana yang diperangi tidak merasa diperangi.

Ada contoh lain. Sebagian umat Islam, apakah itu akademisi atau pelaku kebijakan publik, merasa lebih bangga ketika merujuk pada referensi orang kafir. Padahal, itu justru menjerumuskan umat Islam ke dalam jurang kehancuran. Fakta kehancuran ekonomi umat Islam akibat mengadopsi sistem ekonomi ribawi milik kaum kapitalis sudah terjadi. Kekisruhan sosial akibat penerapan sistem politik sekular

Page 38: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

yangmemisahkan agama dan negara juga telah melahirkan pemimpin-pemimpin tak bermoral yang tak pantas menjadi pemimpin yang diikuti.

Kondisi seperti itulah yang menjadikan umat lain bersorak sorai. Tujuan mereka tercapai. Umat Islam telah jauh dari ajarannya. Kata Samuel Zwimmer, “Kalian tidak perlu capek-capek mengeluarkan ummat Islam dari agamanya dan pindah ke agama kita. Cukuplah kalian jauhkanumat Islam dari ajaran agamanya sehingga mereka tidak lagi bangga dengan agamanya.”

Karakter kedua, berkasih sayang terhadap sesama umat Islam (ruhama’u bainal muslimin).

Setiap yang bersyahadat laa ilaaha illallah wa muhammad rasulullah adalah saudara. Persaudaraan Islam ini tidak dibatasi oleh perbedaan letak teritorial, bahasa, suku, kelompok, partai, golongan, atau madzhab. Allah swt. Berfirman, “Sesungguhnya orang-orang beriman itubersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10).

Perumpamaan seorang muslim satu dengan yang lainnya ibarat satu tubuh atau satu bangunan yang saling menguatkan. Oleh karena itu, sesama muslim wajib saling asah, asih, asuh. Saling menyayangi, mencintai, melindungi, menutupi aib, tidak menghina, mencemooh, memfitnah, apalagi menumpahkan darah sesamanya. Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, membenci, memutus persaudaraan. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Shahih Bukhari, Bab Haramnya Hasud, Jilid 12, Hal. 415).

Umat Islam di manapun berada berhajat untuk bersatu dan saling mendukung. Syaikh Yusuf Al Qaradhawi mengingatkan kita, “Jangan sampai berbedaan madzhab atau kelompok menjadikan umat Islam terpecah belah menjadi umat sunni atau umat syi’i, misalkan. Bukankah Allah swt. memerintahkan kita untuk berpegang teguh dengan tali Allah?” Beliau menambahkan, “Kalau kita sekarang sebagai umat Islam terus membangun komunikasi dengan umat lain, mengapa kita tidak membangun komunikasi di antara internal umat Islam?” (Majalah Al Mujtama’ edisi Februari 2007).

Saling berkasih sayang dan menjaga persatuan di antara elemen umat Islam tidaklah menjadi slogan semata. Itu harus diperjuangkan agar menjadi wujud dalam kehidupan umat Islam.

Karakter ketiga, senantiasa rukuk dan sujud (rukka’an sujjada).

Umat Muhammad senantiasa menjaga shalat dengan baik. Menunaikannya dengan khusyu’. Menghayati maknanya. Mereka melaksanakannya sesuai rukun dan syaratnya. Dikerjakan di awal waktu dengan berjama’ah. Seluruh anggota badan

Page 39: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

mereka ikut serta shalat: kalbu, pikiran, tangan, kaki, mata dan telinga serta anggota badan yang lain bersujud dihadapan Allah swt. Dengan demikian ia akan terjaga dari kemaksiatan dan kemungkaran di luar shalat. Bagaimana mungkin kalbu akan mendengki terhadap sesama, padahal sebelumnya bersujud. Bagaimana mungkin pikiran terbersit hal yang kotor, padahal sebelumnya bersujud. Bagaimana mungkin tangan mengambil hak orang lain atau melakukan korupsi, padahal sebelumnya bersujud. Kaki, mata, telinga, dan anggota badan yang lain juga demikian.

Itulah rahasia firman Allah swt, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ankabut: 45).

Shalat yang benar juga akan tercermin dari perilaku sosial pelakunya, yaitu terlihat dari sejauh mana kepedulian terhadap sesama dan memberikan manfaat untuk orang lain.

Karakter keempat, senantiasa mengharap ridha Allah swt.

Orientasi hidup umat Muhammad adalah untuk Allah swt. semata. Ia paham betul fungsi ia dihidupkan di muka bumi, adalah untuk pengabdian total kepada Tuhan semesta alam. Ia siap diperintah dengan aturan Allah swt. Ia rela meninggalkan yang dilarang karena Allah swt. semata. Bahkan, sikap ia yang keras terhadap orang kafir, atau berkasih sayang terhadap sesama muslim, atau tunduk patuh sujud, adalah karena dilandasi mencari keridhaan Allah swt.

Dalam arti kata, kita membenci seseorang karena Allah swt. Kita berkasih sayang dengan sesama muslim karena dipadukan cinta kepada Allah swt. Sebab, boleh jadi kendala persaudaraan Islam adalah karena adanya kepentingan dunia: keinginan jabatan atau karena sekedar bedakelompok. Yang bisa menyatukan langkah dan persatuan umat Islam adalah tujuan untuk menggapai ridho Allah swt. Dalam dzikir al ma’tsurat yang diajarkan Rasulullah saw. sering kita lantunkan: “Saya ridha Allah sebagai Tuhan-ku, Islam sebagai agama-ku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-ku.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi. Hadits shahih).

Karakter kelima, disegani teman dan ditakuti lawan.

Karakter umat Muhammad adalah sejuk dipandang, kuat berwibawa, laksana pohon rindang nan banyak buahnya. Sekaligus ditakuti oleh lawan-lawannya.  Oleh karena itu umat Islam seharusnya kuat dalam segala hal: kuat dalam komitmen terhadap agamanya, kuat pendukungnya, kuat dalam percaturan kehidupan dalam segala dimensinya.

Page 40: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

“Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hatipenanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (Al Fath: 29).

Itulah karakteristik umat Muhammad. Dan peringatan maulid yang dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia mestinya tidaklah sekadar tradisi tahunan tanpa ruh dan jiwa. Namun momentum maulid bisa dijadikan sebagai tonggak untuk meneladani Rasulullah saw.dalam segala sisi kehidupan. Juga semangat peningkatan umat Islam untuk memiliki dan menjaga karakter umat Muhammad agar kita di yaumil qiyamah kelak diakui Beliau sebagai umatnya. Hanya dengan begitu kita berhak mendapat syafa’atnya. Insya Allah!

http://www.dakwatuna.com

Ditulis oleh jaen2006Disimpan di ARTIKEL ISLAM

Untuk seseorang di ujung sanaTlah  ku bangun sebuah istana di sudut hatiSemoga engkau berkenan mengisiMeski ia sempat ternodai…

 Kali ini kan ku jaga sekuat hatiAgar Allah ridha padakuAgar engkau bersuka mengisiDan agar ku lulus ujian kali ini…

Syeikh Prof Dr Yusuf al Qaradhawi dalam laman khas beliau - baru-baru - ini mengatakan:

"Ada beberapa kalangan orang Islam yang menganggap apa sahaja keraian dan peringatan yang berkaitan dengan apa-apa program hari kebesaran Islam seperti hijrah Nabi, maulid , Isra' mi'raj dan lain-lain sebagai bid'ah." Ini tidaklah benar secara mutlak.

Apa yang kita tolak ialah sambutan keraian yang disertakan dengan acara-acara yang batil, haram dan maksiat. Tapi kalau ia tidak mengandungi acara acara lagha seperti itu tetapi sebaliknya mengandungi acara yang berfaedah maka tentulah ia suatu yang harus .

Page 41: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Apabila kita bercakap mengenai maulid - umpamanya - kita mengingatkan orang ramai tentang nikmat Allah kerana menganugerahkan seorang Rasul kepada kita. Manakala mengingati nikmat ini suatu yang disuruh, Allah berrfirman dalam surah al Ahzab ayat 9-10 yang bermaksud:

Wahai orang-orang yang beriman, kenangilah nikmat Allah yang dilimpahkanNya kepada kamu. semasa kamu diserang oleh tentera (Al-Ahzaab), lalu Kami hantarkan kepada mereka angin ribut (yang kencang untuk memporak-perandakan mereka) serta angkatan tentera (dari malaikat) yang kamu tidak dapat melihatnya. Dan (ingatlah) Allah sentiasa melihat apa yang kamu lakukan.

Iaitu ketika tentera musuh datang melanggar kamu dari sebelah hulu dan dari sebelah hilir (tempat pertahanan) kamu; dan dalam masa yang sama pemandangan mata kamu tidak keruan (kerana gempar dan bingung) manakala hatikamu pula di puncak kegelisahan , dan kamu ketika itu menyangka terhadap Allah dengan berbagai sangkaan (yang bukan-bukan)." (Lihat huraian lanjut beliau dalam pautan berikut.

Sebenarnya agama Islam bukan hanya mengandungi acara kera'ian tapi lebih jauh mengandungi berbagai kegiatan dan lapangan hidup. Kalau kita merujuk al Quran sahaja pun kita dapati ayat ayat Makki yang kebanyakkannya pendek-pendek – menurut Dr Wahbah al Zuhaili - mengandungi matlamat untuk :

• Membetulkan akidah dan akhlak• Mengencam syirik dan penyembahan berrhala• Menegaskan akidah tauhid• Menghapuskan saki-baki kesan jahiliah seperti membunuh , bezina dan menanam anak perempuan hidup-hidup.• Membentuk masyarakat dengan adab dan akhlak Islam seperti adil, menepati janji, ihsan, tolong menolong dalam kebaikan, tidak membantu melakukan kemungkaran, melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan.• Menggunakan akal dan fikiran• Menolak syak-wasangka dan taqlid buta• Membebaskan manusia• Mengambil iktibar atau pengajaran daripada sejarah para nabi bersama kaum mereka.

Menakala ayat ayat Madani pula kebanyakkannya panjang-panjang ; diturunkan untuk:

• Menjelaskan perundangan, hukum hakam, ibadat, mu’amalat hukuman jenayah dan tuntutan hidup Baru dalam pembentukan sebuah masyarakat Islam di Madinah.• Mengatur hal ehwal politik dan pemerintahan• Memantapkan prinsip syura dan keadilan ketika menentukan hukum.• Menyusun perhubungan antara umat Islam dan bukan Islam, di dalam negara

Page 42: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

ataupun di luar negara, ketika damai mahupun dalam waktu perang.• Mensyariatkan hukum jihad untuk menyelamatkan diri daripada penganiayaan, permusuhan, pengusiran dan sebagainya.• Meletakkan garis panduan dan kaedah mengikat perjanjian untuk mengukuhkan perdamaian, keamanan dan kesejahteraan.

Kalaulah demikian luasnya ajaran Islam maka umat Islam perlu berusaha menghayatinya sedaya yang mampu .

Mereka tidak boleh tersesat dengan fatwa songsang yang mengatakan bahawa menghubungkan politik dengan agama adalah bertentangan dengan pandangan ahli sunnah wal jamaah. Jelas kejahilan dan kebatilan fatwa ini yang akan diuar-uar dan hebohkan oleh media apabila rakyat menghampiri pilihan raya umum kelak.

Mengenai apakah orang yang menerima Islam hanya sebagai keraian boleh menjawab soalan Munkar Nakir di di alam kubur dan pertanyaan di padang mahsyar maka jawabannya jelas bahawa mereka tentu tidak akan dapat menjawab sebagaimana mestinya. Mereka pasti akan disiksa dan dihukum kerana mengabaikan aspek-aspek yang tidak mereka laksanakan ketika mereka hidup di dunia. - mks.

* Ustaz Abdul Ghani Shamsuddin - Penulis adalah Presiden Sekretariat Himpunan Ulama Rantau Asia (Shura)

Posted by AM HARI INI at 7:01 PM 0 comments

Muhammad s.a.w.: Insan teladan terunggul yang dipuja sepanjang zaman

Meskipun zahir bentuk bashari, Batinnya bangsa terlalu safi,Kerana peri haknya ruhaniPernah berkata lisannya murni:

Sebagai nabi aku terkandungDalam rahasia di Balai Agung,Padahal Adam masih terapungAntara air dan tanah lempung.Meskipun rupaku anak Adam, Darjatku asal terlebih kiram.

Tatkala Adam belum teringat,Tatkala Kalam belum bersuratDan Papan tulis belum tercatat,Sudah terpandang oleh kunhi ZatSeri wajahku di dalam mirat.

Page 43: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Sinaran sani cahaya kamalat,Pancaran murni asma dan sifat,Rumusan seni segala makhlukatYang zahir pada cermin hakikatDalam diriku semua terlibat.

(Puji-pujian Ke Atas Junjungan Besar Nabi Muhammad salla’ Llahu alayhi wa sallam oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam buku Risalah Untuk Kaum Muslimin)

Utusan Terakhir

Suatu ketika Nabi Muhammad s.a.w. mendapat ejekan daripada Abu Jahal, Abu Lahab, Al-`As bin Wa`il, Uqbah bin Abi Mu`ith dan lain-lain bahawa Baginda akan terputus keturunan kerana semua anak lelaki Baginda meninggal dunia. Salah seorang daripada mereka berkata, “Biarkanlah dia. Dia akan mati tanpa meninggalkan seorang pun anak lelaki. Dan perjuangannya tidak lama lagi akan berakhir begitu sahaja”.

Tipu daya kecil mereka memberi kesan sedikit sebanyak, menusuk hati dan membuatkan Baginda berasa sedih. Arab Quraisy sememangnya amat bermegah dengan anak yang banyak lebih-lebih jika anak lelaki.

Namun telahan mereka meleset sama sekali. Mereka memikirkan Baginda sebarangan orang, sama seperti tokoh-tokoh dan pemuka Quraisy yang lain. Hakikatnya, hingga kini Baginda sentiasa diingati, bukan sahaja sewaktu awal kewafatannya bahkan hingga ke akhir zaman.

Berjuta lidah sentiasa menyebut dan menyeru namanya tanpa henti di sepanjang longitud bumi, berjuta manusia bersilih ganti menuruti sunnahnya, dan berjuta hati sentiasa mencintainya di seluruh pelusuk dunia. Baginda sentiasa diberi ucapan salawat dan salam oleh Allah subhanahu wa ta`ala, para malaikat dan oleh kaum muslimin. Kaum muslimin mengingati dan menyebut nama Baginda lebih kerap daripada menyebut dan mengingati nama ibu bapa sendiri.

Baginda diingati kerana Baginda Nabi Allah, penghulu dan penutup segala nabi dan rasul terdahulu sejak Nabi Adam a.s hingga Nabi Isa a.s, kekasih Allah dan kekasih malaikat. Bagindalah satu-satunya insan teladan yang dapat dijadikan panduan dan ikutan dalam serba-serbi lapisan dan lapangan kehidupan. Beriman kepada Allah tidak lengkap tanpa beriman kepada Baginda kerana Bagindalah yang menyampaikan perintah Allah.

Nama baginda sentiasa seiring dengan nama Allah dalam kalimah shahadat. Seseorang yang beriman dengan Allah tetapi menolak kerasulan Baginda, sama ada

Page 44: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

menolak sepenuh atau sebahagian daripada ajarannya, adalah kufur. Pengakuan dan penyaksian kepada Nabi Muhammad s.a.w. inilah yang membezakan kaum muslimin dengan penganut-penganut agama lain.

Usaha Meruntuhkan Wibawa

Betapapun begitu, musuh-musuh Islam sejak dulu hingga kini, baik secara langsung mahupun melalui wakil mereka dari kalangan kaum muslimin sendiri, dengan segala tipu daya tetap berusaha menggugat dan meruntuhkan wibawa Baginda. Pertama, dari segi autoriti al-Qur`an itu sendiri bahawa kitab itu adalah rekaan Baginda, atau bukan wahyu Allah sepenuhnya tetapi mengalami pencairan atau menempuh perubahan atas sifat Baginda sebagai insan biasa. Kedua, dari segi akhlak Nabi. Ketiga, dari segi periwayatan hadis yang sampai kepada kita, bahawasanya ia mengikut hawa nafsu para sahabat, tabi`in dan ulama yang juga manusia biasa dan bisa melakukan kesilapan.

Cubaan pertama musuh-musuh Islam itu telah dijawab secara tuntas oleh ulama sejak awal lagi. Kalaulah benar dakwaan bahawa Baginda mereka-reka al-Qur`an, bagaimana mungkin seorang insan ummi (tidak pandai menulis dan membaca) yang terkenal dengan gelar al-Amin (amanah) sebelum diangkat menjadi Rasul, boleh mengarang karya sehebat itu walhal Baginda tidak pernah dikenali sebagai penyair. Tidak mungkin seorang manusia yang mengalami perubahan usia, emosi dan kematangan boleh mengekalkan sifat ayat-ayat al-Qur`an yang, meskipun tidak berkesinambungan, tetapi menyentuh dan berbicara tentang pelbagai tema secara konsisten dan selaras dalam tempoh 23 tahun.

Baginda sentiasa mensucikan Kitab Suci ini dengan memulai bacaan dengan memohon perlindungan kepada Allah daripada syaitan. Baginda sentiasa berulang kali membaca al-Qur`an ketika di khalayak ramai dan ketika bersendirian sebagai sumber petunjuk dan kekuatan tanpa jemu dan letih, sesuatu yang mustahil jika al-Qur`an karangan sendiri kerana biasanya penulis cepat muak membaca karya sendiri. Bahkan Allah s.w.t. sendiri menempelak dan mencabar mereka yang meragui kekudusan al-Qur`an agar menghasilkan sepuluh surah (Hud: 13), atau satu surah semisalnya (al-Baqarah: 23 dan Yunus: 38), dengan bantuan seluruh insan dan jin.

Sungguh benarlah apa yang disampaikan Baginda itu kalam Allah s.w.t. tanpa sedikit pun pengurangan atau tokok-tambah atau pencairan sebagaimana ditohmahkan oleh golongan orientalis dan modernis. Allah s.w.t. sendiri memperakui bahawa apa-apa yang disampaikan Baginda adalah wahyu lewat firman-Nya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemahuan hawa nafsu. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (an-Najm: 2-3)

Dari sudut akhlak, akhlak Baginda adalah jelmaan daripada al-Qur`an seperti diperhati dan diakui oleh isteri Baginda, `Aisyah r.a.. Tiada sebarang percanggahan antara kehidupan umum dan kehidupan peribadi Baginda. Sahabat-sahabat yang hidup sezaman dengan Baginda tidak seorang pun pernah mencemuh akhlak

Page 45: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Baginda, sama ada sebelum ataupun selepas Baginda diangkat menjadi Rasul, seperti yang dilakukan oleh mereka yang keliru yang hidup terkemudian.

Malah Allah Yang Maha Tinggi memberi pengiktirafan paling tinggi apabila memuji Baginda dengan pujian: “Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) memiliki akhlak yang agung” (al-Qalam: 4), bersesuaian sekali dengan misi Baginda diutuskan untuk menyempurnakan akhlak mulia dalam kalangan manusia.

Dalam soal keraguan terhadap hadis yang tiba kepada kaum muslimin hari ini, hakikatnya hadis-hadis telah dikumpul dengan penuh sistematik oleh orang berwibawa. Bahkan Baginda sendiri dan para sahabat karib mengeluarkan banyak kenyataan dan mengambil tindakan bagi mempastikan bahawa al-Qur`an dan al-Hadis tidak bercampur-baur.

Tradisi ini diwarisi para tabi`in dan pengikut mereka, seterusnya berlanjutan kepada enam ulama hadis, iaitu: Imam Bukhari, Imam Muslim, al-Nasai, Abu Daud, al-Tarmizi dan Ibn Majah.

Ada juga segolongan kecil daripada kaum muslimin terkeliru dengan sabda Baginda: “Sesungguhnya aku manusia seperti kamu juga” lalu mereka melihat Baginda sebagai entiti fizikal, makhluk biologi (basyari) seperti manusia biasa yang lain, sama seperti anggapan kafir Quraisy tadi, dan sama juga sebagaimana Iblis melihat Adam dari aspek fizikal semata-mata. Walhal Baginda berkata begitu kepada orang-orang yang tidak beriman bagi menafikan tanggapan mereka bahawa Baginda adalah Tuhan lantaran segala kata yang diucapkan amat luar biasa sekali.

Dalil al-Qur`an, serta hujah sejarah dan psikologi yang dapat diterima oleh akal yang sihat ini membawa kepada kefahaman penting bahawa Junjungan Besar Nabi Muhammad salla’ Llahu alayhi wa sallam adalah Utusan Terakhir yang memiliki wibawa yang terpelihara dan tidak dapat diganggu-gugat apatah lagi diruntuhkan. Reaksi balas spontan kaum muslimin terhadap sebarang percubaan menghina kemuliaan Baginda yang berpunca daripada kejahilan, iri hati, dendam kesumat dan provokasi liar menunjukkan betapa cinta, kasih, hormat dan dekatnya mereka kepada Baginda.

Teladan par excellence

Sehubungan dengan ini, kaum muslimin adalah paling bertuah kerana mempunyai role model yang terbukti paling unggul. Sudah menjadi tabiat semula jadi insan suka meniru atau mencontohi orang lain. Dengan erti kata lain, insan hidup dengan model. Model pilihan mempengaruhi corak kehidupan seseorang kerana model itulah yang mengisi acuan idealismenya. Sekurang-kurang contoh tauladan mempunyai ciri-ciri terpuji dan menonjol dalam tiga aspek, iaitu: keilmuan, ketrampilan dan akhlak.

Sejarah mencatatkan bahawa penghormatan para sahabat terhadap Baginda amat tinggi. Dalam satu peristiwa, misalnya, seorang sahabat sengaja mencari helah untuk

Page 46: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

mencium perut Baginda sebelum berperang, dengan berkata: “Sekiranya saya terbunuh dalam peperangan ini, saya berpuas hati kerana sekurang-kurangnya saya sudah menyentuh Engkau, ya Rasul Allah”.

Di tempat lain dicatatkan bahawa bekas makanan Baginda disimpan, demikian juga kuku, janggut dan segala pakaian dan peralatannya. Belum pernah ada mana-mana tokoh sepanjang sejarah di muka bumi dilayan sebegitu tinggi seperti Baginda. Baginda sungguh diagungkan oleh para sahabat tetapi tidak pun diangkat sebagai Tuhan.

Hal ini berlaku kerana meskipun jasad Baginda berbentuk basyari, Baginda makan dan minum, berkahwin dan tidur seperti insan-insan lain, namun makam rohani Baginda terlalu tinggi tidak terperi. Untuk mencapai makam setinggi begitu, tentulah memerlukan persiapan luar biasa. Mana mungkin rohani biasa mampu menerima sesuatu yang mengandung bawaan yang berat seperti wahyu, sedangkan jika al-Qur`an diturunkan ke atas gunung, pastilah gunung akan tunduk hancur berkecai kerana takut kepada Allah (al-Hasyr: 21).

Sedangkan untuk membuat penaakulan terhadap hukum graviti itu pun, yang kini disifatkan sebagai penemuan terhebat, Newton harus mempersiapkan diri yang bukan kepalang. Demikian juga dengan Archimides dan Prinsip Ketumpatannya. Kedua-duanya tidak mungkin secara tiba-tiba memahami hukum dan prinsip tanpa persiapan awal. Tetapi apa yang ditemui mereka tidaklah mencapai taraf wahyu. Akal yang rasional dapat membuat perbandingan betapa hebatnya persediaan rohani Baginda menerima wahyu itu.

Baginda adalah sebaik-baik contoh teladan (uswatun hasanah) bagi sekalian bangsa manusia, sebaik-baik ikutan kerana baginda juga adalah sebaik-baik makhluk. Insan tanpa mengira usia, baik kanak-kanak, orang dewasa, orang tua, lelaki, perempuan, yang bujang mahupun yang sudah berkahwin, semuanya mengambil Baginda sebagai ikutan.

Hal ini dapat disaksikan sejak Baginda masih hidup lagi. Semasa menyambut ketibaan Baginda di Yathrib dalam peristiwa Hijrah, semua peringkat umur berkumpul menunggu dengan penuh sabar dan debar, bersama-sama menyanyikan lagu segar sepanjang zaman “thala `al badru `alayna ….(telah terbit bulan purnama ke atas kami ...).”

Dalam menyiapkan angkatan perang ketika mempertahankan diri atau menyerang musuh, anak dan bapa, suami dan isteri, bersedia dan bersatu dalam pimpinan Baginda.

Baginda adalah contoh teladan unggul bagi wanita muslim, bukannya Fatimah atau `Aishah. Dalam satu kisah, seorang remaja wanita sanggup menyanggah anjuran ibunya agar tidak mencairkan susu sekali pun tiada siapa yang nampak. Bagi remaja muslim, contoh teladan haruslah Baginda, bukan Ali atau Fatimah. Dengan

Page 47: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

mengambil Baginda sebagai contoh teladan, nescaya kaum muslimin berpotensi mencapai piawaian Ali atau Fatimah atau `Aishah. Jika Ali, Fatimah, `Aishah atau sahabat lain dijadikan model, piawaian yang dicapai mungkin lebih rendah daripada itu. Ali, Fatimah dan `Aishah hanya dijadikan rujukan untuk melihat bagaimana mereka mencontohi Baginda.

Pembentuk Identiti

Terbukti Bagindalah yang memberi identiti kepada masyarakat Islam, tanpa mengira suku kaum, keturunan, warna kulit atau bahasa lalu membentuk identiti umat Islam. Dalam mana-mana masyarakat, terdapat tiga golongan yang kerap kali saling berkonflik antara satu sama lain, iaitu: remaja–belia, dewasa dan tua.

Dalam masyarakat Barat khususnya, golongan dewasa tidak mampu memimpin remaja-belia untuk mencontohi role model yang baik pada pandangan mereka kerana mereka suatu ketika dahulu juga pernah menuntut kebebasan dalam memilih role model. Masyarakat Barat sukar mencapai kesepakatan memilih satu role model untuk semua kerana masing-masing mempunyai idola sendiri. Mereka juga sentiasa mencari-cari role model sebenar yang mampu diteladani dalam aspek keilmuan, ketrampilan dan akhlak.

Sebaliknya, dalam masyarakat Islam, semua orang, baik remaja–belia, dewasa mahupun tua, mencontohi orang yang sama. Oleh itu tidak berlaku jurang antara generasi atau apa yang kini dikenali sebagai krisis identiti.

Banyak tokoh dan pemuka masyarakat Barat yang kelihatan seolah-olah layak menjadi role model dipertikaikan oleh ahli masyarakat mereka sendiri kerana tidak memiliki integriti, moral yang kacau-bilau, dan moral serta penampilan kehidupan awam yang amat kontradik dengan perwatakan sebenar.

Paul Johnson dalam `Intellectuals’ telah menjelaskan secara terperinci kehidupan dan karektor sebenar pemikir dan ilmuwan terkenal masyarakat Barat, contohnya Jean Jacques Rousseau (penulis buku Emily yang dianggap buku pendidikan yang terkenal), Ernest Hemingway (novelis terkenal Amerika Syarikat), Leo Tolstoy (novelis terkenal Russia), Bertrand Russel (ahli falsafah terkenal) yang rata-rata filsafat mereka sahaja nampak cantik, tetapi ilmu dan amalan mereka berlawanan sekali dengan filsafat mereka.

Dari satu sudut lain, golongan yang mereka gelar ‘bintang’, seperti artis, ahli sukan dan sebilangan politikus, secara terang-terangan mendedahkan jiwa mereka yang kosong lagi hampa. Hal ini telah disebut dalam konteksnya dengan tepat sekali oleh Wan Mohd Nor Wan Daud dalam bukunya Pembangunan di Malaysia: Ke Arah Satu Kefahaman Baru Yang Lebih Sempurna.

Justeru, Michael H. Hart ternyata benar apabila secara jujur memilih Muhammad bin Abdullah sebagai pilihan pertama dalam The 100 A Ranking of the Most Influential

Page 48: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Persons in History, walaupun pada hakikatnya, Nabi Muhammad tidak wajar sama sekali diletakkan sekelas dengan para ahli teologi, pemimpin, ilmuwan, saintis atau aktivis mengikut ukuran manusiawi.

Umpama Pasak Bumi

Baginda adalah umpama gunung yang mengakar kukuh dan kuat, menjadi pasak bumi dan mengikat sekelilingnya, yakni kaum muslimin, menjadi padu dan satu. Jika autoriti Baginda diserang dengan penuh helah dan tipu-daya oleh para orientalis dan pengikut mereka atas nama ahlul-Quran, gerakan feminisme, golongan modernis, orientalis atau gerakan penilaian semula hadis, maka lagak mereka laksana kerakusan golongan pemusnah pasak dan perosak alam sekitar yang, jika dibiarkan, akan membawa akibat jauh lebih buruk kepada jiwa kaum muslimin berbanding kerosakan alam sekitar semata-mata.

Dari Buaian ke Liang Lahad

Demikian peri pentingnya Baginda dalam kehidupan kaum muslimin, lantaran Baginda sendiri adalah sumber ilmu, maka sudah menjadi kewajipan setiap muslim mempelajari dan memahami sejarah dan ajaran Baginda, malah mengenali Baginda secara mesra. Mesra dalam hal ini merujuk kepada dekat, atau hampir, biarpun tidak pernah bersua muka.

Kanak-kanak yang sedang tumbuh membesar wajar sekali didedahkan dengan sejarah dan akhlak Baginda, sama ada secara formal ataupun tidak formal, sebagai lanjutan dari laungan azan, iqamat dan berzanji. Kanak-kanak perlu diajar sejumlah hadis, terutamanya yang berkaitan soal keutamaan ilmu dan akhlak mulia.

Salah satu pendekatan kreatif dalam rangka mendekatkan kanak-kanak dengan sejarah dan ajaran Baginda ialah menerusi filem animasi “Muhammad: The Last Prophet”. Tayangan Amal Perdana filem ini telah dibuat pada tahun 2004 di Ibu Negara dan di negeri-negeri di Malaysia sempena Majlis Sambutan Keputeraan Junjungan Besar Nabi Muhammad s.a.w., anjuran bersama Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) dan Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri-negeri. Filem yang sudah dialihbahasakan ini harus dimiliki setiap keluarga di Negara ini sebagai salah satu kaedah pendidikan dalam keluarga.

Usaha memahami konsep kerasulan ini seterusnya dilanjutkan lagi pada peringkat dewasa dan usia lanjut menerusi pengajian ilmu al-Hadis dan segala implikasinya dalam realiti kehidupan masa kini, secara berterusan, misalnya, melalui usrah (study circle). Memahami konsep kerasulan dan kenabian harus berlaku bersekali dengan memahami konsep-konsep penting seperti konsep Tuhan, al-Qur’an, insan, ilmu, akhlak dan kebahagiaan.

Konsep-konsep ini adalah perkara pokok dalam membina kerangka berfikir muslim yang jelas dan mantap serta mempunyai pandangan alam Islam. Dengan pendidikan

Page 49: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

begini, kaum muslimin akan sentiasa berasa dekat dan mesra dengan Baginda sekali gus merealisasikan hasrat menjadikan Baginda sebagai model operasi yang boleh dijelmakan dalam diri. Allahumma salli `ala sayyidina Muhammad wa `ala alihi wa ashabihi wa sallim. *

Muddin Beting-Penulis ialah Yang Dipertua ABIM Negeri Sabah

Posted by AM HARI INI at 6:58 PM 0 comments

Manusia dan iman, dimanakah kita? - Ustaz Zainudin Hashim

Allah SWT telah mengingatkan kepada kita tentang kecenderungan manusia kepada kejahatan menerusi ayat 7-8 surah as-Syams bermaksud : Dan jiwa (hati manusia) serta kesempurnaan penciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.

Jelas dalam ayat di atas, Allah SWT menegaskan bahawa hati manusia terlebih dahulu cenderung kepada perkara yang jahat dan kemudian baru menoleh kepada yang baik (takwa), setelah mengharungi dan tenggelam dalam perkara yang boleh menjatuhkan manusia pada kancah kehinaan, tetapi dia boleh dianggap bernasib baik kerana beralih kepada yang baik, berbanding dengan mereka yang terus berada dalam maksiat dengan menentang Allah SWT dalam pelbagai bentuk dan sifatnya.

Benarlah, bahawa fenomena keruntuhan iman apabila tidak dibaja dan dipelihara setiap hari dengan ilmu, pembacaan al-Quran, zikir atau wirid, ia akan mendatangkan masalah kepada orang tertentu, kerana iman boleh turun dan boleh naik, masyarakat umat Islam hari lebih cenderung melihat iman mereka turun dan merundum jatuh bagaikan pasaran saham di papan utama Bursa Malaysia.

Masalah pembuangan bayi orang Islam secara terbuka seperti yang dilaporkan oleh media cetak baru-baru semakin berleluasa, pecah amanah tabung haji, penghinaan terhadap baginda Rasulullah s.a.w serta para isterinya, penganjuran konsert dengan menampilkan individu artis yang kontroversi dari dalam dan luar negara, penganjuran pelbagai majlis anugerah bintang popular dan penyanyi dengan penampilan pakaian artis wanita yang separa telanjang di bulan Muharram yang menganjurkan kita supaya berhijrah dan terlalu banyak lagi yang tidak mampu untuk menjelaskan kesemuanya, adalah menunjukkan keruntuhan iman, harga diri, minda yang begitu cetek terhadap agama Islam itu sendiri, sedangkan Islam seperti yang diketahui umum, adalah satu-satunya agama yang diperakui oleh Allah SWT.

Justeru, para alim ulama’ telah membahaskan isu berkenaan menerusi forum agama dalam laman web islamonline.net, islam-qa.com, islamweb.net dan pelbagai yang lain, ia bertujuan untuk menyelamatkan umat Islam dari menjadi mangsa keruntuhan iman yang semakin meruncing, mereka telah membahagikan perbincangan keruntuhan iman itu kepada tiga bahagian :

Page 50: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Pertama: Fenomena keruntuhan iman.Kedua: Faktor-faktor yang menyumbang kepada keruntuhan iman.Ketiga: Penyelesaian kepada keruntuhan iman.

Fenomena keruntuhan iman

1- Kekal dalam melakukan maksiat kepada Allah, walaupun ia dianggap kecil.

2- Tidak memelihara diri dari melakukan ketaatan kepada Allah.

3- Hati tidak terkesan atau berbekas dengan ayat-ayat al-Quran.

4- Tidak merasakan hati menjadi keras apabila terjebak dalam perkara yang menentang Allah.

5- Lalai dari berzikir atau mengingati Allah kerana tenggelam dalam hiburan yang mengasyikkan.

6- Tidak memberikan tumpuan sepenuhnya dalam melakukan amal-amal ibadat.

7- Tidak bersikap lapang dada.

8- Bersikap kedekut atau bakhil.

9- Tidak suka bersahabat dengan mereka yang boleh membimbing ke jalan kebenaran.

10- Tiada perasaan marah dalam hati apabila melihat perkara keji dan mungkar berlaku di hadapan mata tanpa diubah kepada kebaikan.

11- Suka, cenderung dan gila kepada kemasyhuran, jawatan dan pengaruh walaupun tidak berkelayakan.

12- Suka duduk bersembang dengan membuang masa pada perkara yang tidak sedikitpun menguntungkan agama, negara, keluarga dan masyarakat.

13- Bercakap pada perkara yang tidak boleh dilakukannya, kerana ada sifat berpura-pura dalam diri.

14- Tidak mengambil berat/tahu mengenai urusan orang Islam dengan tidak merasa duka cita apabila mereka ditimpa sesuatu musibah dan tidak merasa gembira apabila mereka mendapat kebaikan.

15- Terlibat dalam perkara syubhat (samar mengenai halal dan haramnya) dan perkara yang membawa kepada dosa.

Page 51: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

16- Tidak mempedulikan perkara yang baik-baik (yang diberi pahala) walaupun ia kecil pada pandangan manusia.

17- Tidak menjaga keutuhan perpaduan sesama muslim, sedangkan ia adalah tuntutan agama.

18- Tidak ada perasaan tanggungjawab dan bersungguh-sungguh dalam sesuatu urusan pekerjaan yang boleh menguntungkan agama.

19- Rasa takut, terkejut dan menggelabah apabila berlaku sesuatu bencana.

20- Banyak terlibat dalam pertikaian dan suka berbantah-bantahan pada perkara yang tidak memberi manfaat untuk semua.

21- Hati terpaut pada dunia dan segala yang melalaikan.

Tetapi, apakah yang sebenarnya berlaku hingga umat Islam tidak menyedari terlibat secara langsung atau tidak langsung, apakah faktor yang menjadikan mereka tidak peka pada persoalan yang dikemukakan di atas.

Faktor-faktor yang menyumbang kepada keruntuhan iman

1- Jauh dari ikatan iman yang berpanjangan.

2- Jauh dari ikutan contoh teladan yang baik-baik.

3- Tidak ikut serta dan berada dalam kelas-kelas pengajian agama, kelas al-Quran, hadis, sirah, program motivasi dan lain-lain yang boleh mengingatkan diri terhadap tanggungjawab kepada Allah.

4- Berlaku maksiat di tengah-tengah masyarakat yang tidak diubah dengan perkara makruf.

5- Sibuk dengan urusan keluarga dengan mencari keredaan isteri, anak-anak dan harta-benda hingga tidak sanggup berkorban untuk agama.

6- Panjang cita-cita terhadap perkara dunia dan lupa jalan ke akhirat.

7- Boros dalam perkara makan-minum, tidur yang berlebihan, berjaga malam bukan untuk beribadat, bersembang pada perkara yang sia-sia dan bergaulk secara bebas antara lelaki dan perempuan.

Penyelesaian kepada keruntuhan iman

1- Meneliti dengan mendalam dan terperinci isi-isi kandungan al-Quran secara serius.

Page 52: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

2- Merasakan keagungan Allah selaku Pencipta dalam menghayati dan mengenali nama-nama dan sifat-sifat,Nya.

3- Menuntut ilmu Syariat, Usuluddin secara bersungguh-sungguh.

4- Banyak melakukan perkara yang baik-baik dan mengisi waktu untuk tujuan itu, walaupun ia dianggap kecil menurut pandangan manusia.

5- Berterusan dalam melakukan amal-amal yang baik, walaupun ia sedikit.

6- Menyesali diri kerana kurang melakukan perkara baik dan bercita-cita untuk melakukannya pada masa akan datang.

7- Sentiasa mengharapkan rahmat Allah, optimis bahawa setiap amalan yang telah dilakukannya diterima di sisi-Nya dan takut ia ditolak dan dianggap sebagai amal yang sia-sia.

8- Mempelbagai dan memperbanyakkan amalan selain solat, puasa, haji dan lain-lain yang boleh menambahkan iman dan takwa kepada Allah SWT.

9- Berwaspada dengan amalan songsang yang tidak memungkinkan mati dalam Islam.

10- Memperbanyakkan penelitian terhadap ayat-ayat al-Quran yang bersangkutan dengan ciptaan-ciptaan Allah seperti langit, bumi, manusia, malam, siang dan lain-lain.

11-Bermunajat kepada Allah dengan segala rendah diri, mengurangkan cita-cita, tidak terpedaya dengan janji dan habuan dunia yang melalaikan, mengagungkan kebesaran Allah pada setiap bahan ciptaan-Nya.

Tingkatan pembahagian iman

*Iman yang tetap ialah iman para malaikat kerana mereka tiada disertakan dengan nafsu.

*Iman yang turun naik ialah iman manusia biasa yang mudah terdorong oleh hawa nafsu.

*Iman yang sentiasa naik ialah iman para nabi iaitu manusia pilihan yang di tarbiah oleh Allah secara langsung.

Iman kita juga boleh diperbaharui dari masa ke semasa. Jika iman menjadi "baru" nescaya kita akan menjaganya sebaik mungkin dan meletakkannya di tempat yang paling istimewa.

Page 53: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Umat Islam hari ini ada potensi untuk menjadi umat yang kuat imannya kepada Allah

Al-Marhum Syeikh Sa’id Hawwa dalam kitabnya “Al-Asas Fi al-Tafsir” juzuk 2 ketika menafsirkan surah ~Ali ‘Imran, ada menukilkan riwayat mafhumnya, bahawa Rasulullah s.a.w menerusi satu hadisnya pernah bertanya kepada para sahabat dalam satu majlis ilmu : Siapakah agak-agaknya di antara makhluk Allah yang paling kamu kagum iman mereka kepada Allah?

Para sahabat menjawab : Para Malaikat, tidak kata Rasulullah, kerana mereka adalah golongan yang sentiasa bersedia untuk melakukan segala perintah Allah dan meninggalkan segala tegahan dan larangan-Nya, kalau begitu wahai Rasulullah, mereka itu ialah para Anbiya’ (nabi-nabi), tidak juga, kerana para Anbiya’ dianugerahkan Allah kitab-kitab atau suhuf-suhuf (lembaran-lembaran agama) dan mereka juga adalah golongan yang maksum (terpelihara dari membuat dosa), jadi kalu begitu kamilah wahai Rasulullah, tidak juga, kerana kamu boleh jadi orang-orang yang beriman kerana aku berada bersama dengan kamu, yang sebenarnya kata baginda, makhluk yang aku maksudkan itu ialah mereka yang akan datang (lahir) selepas kamu (mereka yang hidup tanpa melihat baginda Rasulullah kerana kewafatannya), kerana mereka boleh berpegang dengan al-Quran dan jadi orang-orang yang beriman walaupun aku tiada di sisi mereka.

Dalam satu riwayat hadis yang lain pula, baginda ada menegaskan, bahawa; Beruntunglah mereka yang melihat aku dan beriman kepadaku (Nabi hanya mengungkapkan sekali sahaja), dan beruntunglah mereka yang tidak melihat aku dan boleh beriman kepadaku, (baginda mengungkapkan ucapan itu hingga diulang sebanyak tujuh kali).

Saudara-saudaraku sekelian!

Iman yang ada di dalam hati kita itu, akan terus diperbaharui apabila kita berhasrat untuk melakukan reformasi perubahan dalam diri iaitu ingin menjadi hamba Allah yang terbaik dalam pelbagai aspek kehidupan, ia boleh dilakukan dengan perubahan sikap, seterusnya akan sampai kepada satu tahap kemuncaknya iaitu peningkatan, meningkat iman, kefahaman, cara berfikir, bertindak yang akhirnya melonjaknya diri kita sebagai umat yang mampu menyuruh manusia seluruhnya kepada yang makruf dan mencegah mereka daripada melakukan mungkar seperti membunuh, memfitnah, memberi dan menerima rasuah dan lain-lain.

Wallhu ‘Alam.

Posted by AM HARI INI at 6:56 PM 0 comments Perayaan Maulid Rasulullah dalam sorotan IslamAhad, 25 Januari 2004 - 10:14:37 :: kategori Fatwa-Fatwa Penulis: Syaikh Abdullah Bin Abdul Aziz Bin Baz

Page 54: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

.: :. Segala puji bagi Allah, semoga sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, dan para sahabatnya, serta orang orang yang mendapat petunjuk dari Allah.

Telah berulang kali muncul pertanyaan tentang hukum upacara (ceremoni ) peringatan maulid Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam ; mengadakan ibadah tertentu pada malam itu, mengucapkan salam atas beliau dan berbagai macam perbuatan lainnya.

Jawabnya : Harus dikatakan, bahwa tidak boleh mengadakan kumpul kumpul / pesta pesta pada malam kelahiran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan juga malam lainnya, karena hal itu merupakan suatu perbuatan baru (bid’ah ) dalam agama, selain Rasulullah belum pernah mengerjakanya, begitu pula Khulafaaurrasyidin, para sahabat lain dan para Tabi’in yang hidup pada kurun paling baik, mereka adalah kalangan orang orang yang lebih mengerti terhadap sunnah, lebih banyak mencintai Rasulullah dari pada generasi setelahnya, dan benar benar menjalankan syariatnya.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :" مFFFFFFردود أي ، "رد فهFFFFFFو منFFFFFFه ليس مFFFFFا هFFFFFذا أمFFFFFFرنا في أحFFFFFFدث من .“Barang siapa mengada adakan ( sesuatu hal baru ) dalam urusan ( agama ) kami yang ( sebelumnya ) tidak pernah ada, maka akan ditolak”.

Dalam hadits lain beliau bersabda :" عليهFFا وعضFFوا بهFFا تمسFFكوا بعFFدي، المهFFديين الراشFFدين الخلفاء وسنة بسنتي عليكم

ضFFاللة بدعFFة وكFFل بدعFFة محدثFFة كFFل فFFإن األمFFور ومحFFدثات وإيFFاكم بالنواجFFذ، ".“Kamu semua harus berpegang teguh pada sunnahku (setelah Al qur’an) dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk Allah sesudahku, berpeganglah dengan sunnah itu, dan gigitlah dengan gigi geraham kalian sekuat kuatnya, serta jauhilah perbuatan baru ( dalam agama ), karena setiap perbuatan baru itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat” ( HR. Abu Daud dan Turmudzi ).

Maka dalam dua hadits ini kita dapatkan suatu peringatan keras, yaitu agar kita senantiasa waspada, jangan sampai mengadakan perbuatan bid’ah apapun, begitu pula mengerjakannya.

Firman Allah ta’ala dalam kitab-Nya :] العقFFاب شFFديد اللFFه إن الله واتقوا فانتهوا عنه نهاكم وما فخذوه الرسول آتاكم وما [ “Dan apa yang dibawa Rasul kepadamu, maka terimalah ia, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah ia, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah keras siksaan- Nya” ( QS. Al Hasyr 7 ).

] أليم عFFذاب يصيبFFFهم أو فتنFFة تصيبFFFهم أن أمFFFره عن يخالفFFFون الFFذين فليحFFFذر [ “Karena itu hendaklah orang orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau adzab yang pedih” ( QS. An Nur, 63 ).

Page 55: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

] اللFFه وذكFFر اآلخFFر واليوم الله يرجو كان لمن حسنة أسوة الله رسول في لكم كان لقد ] كثFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFيرا “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang orang yang mengharap (rahmat ) Allah, dan ( kedatangan ) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah” ( QS. Al Ahzab,21 ).] عنهم اللFFه رضي بإحسان اتبعوهم والذين واألنصار المهاجرين من األولون والسابقون

العظيم الفFوز ذلFك أبFدا فيهFا خالFدين األنهار تحتها تجري جنات لهم وأعد عنه ورضوا [

“Orang orang terdahulu lagi pertama kali (masuk Islam ) diantara orang orang Muhajirin dan Anshor dan orang orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan itu, Allah ridho kepada mereka, dan merekapun ridho kepadaNya, serta Ia sediakan bagi mereka syurga syurga yang disana mengalir beberapa sungai, mereka kekal didalamnya, itulah kemenangan yang besar” ( QS, At taubah, 100 ).

] دينFFا اإلسFFالم لكFFFم ورضFFيت نعمFFتي عليكFFFم وأتممت دينكFFFم لكم أكملت اليFFوم [“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Kuridlai Islam itu sebagai agama bagimu” ( QS. Al Maidah, 3 ).

Dan masih banyak lagi ayat ayat yang menerangkan kesempurnaan Islam dan melarang melakukan bid’ah karena mengada-adakan sesuatu hal baru dalam agama, seperti peringatan peringatan ulang tahun, berarti menunjukkan bahwasanya Allah belum menyempurnakan agamaNya buat umat ini, berarti juga Rasulullah itu belum menyampaikan apa apa yang wajib dikerjakan umatnya, sehingga datang orang orang yang kemudian mengada adakan sesuatu hal baru yang tidak diperkenankan oleh Allah, dengan anggapan bahwa cara tersebut merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tidak diragukan lagi, bahwa cara tersebut terdapat bahaya yang besar, lantaran menentang Allah ta’ala, begitu pula ( lantaran ) menentang Rasulullah. Karena sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-Nya, dan telah mencukupkan ni’mat-Nya untuk mereka.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan risalahnya secara keseluruhan, tidaklah beliau meninggalkan suatu jalan menuju syurga, serta menjauhi diri dari neraka, kecuali telah diterangkan oleh beliau kepada seluruh ummatnya sejelas jelasnya.

Sebagaimana telah disabdakan dalam haditsnya, dari Ibnu Umar rodhiAllah ‘anhu bahwa beliau bersabdaعن وينذرهم لهم يعلمه ما خير على أمته يدل أن عليه حقا كان إال نبي من الله بعث ما "

لهم يعلمFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFه مFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFا شFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFر ".“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi, melainkan diwajibkan baginya agar menunjukkan kepada umatnya jalan kebaikan yang telah diajarkan kepada mereka, dan memperingatkan mereka dari kejahatan ( hal hal tidak baik ) yang telah ditunjukkan kepada mereka” ( HR. Muslim ).

Page 56: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Tidak dapat dipungkiri, bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi terbaik diantara Nabi Nabi lain, beliau merupakan penutup bagi mereka ; seorang Nabi paling lengkap dalam menyampaikan da’wah dan nasehatnya diantara mereka itu semua.

Jika seandainya upacara peringatan maulid Nabi itu betul betul datang dari agama yang diridloi Allah, niscaya Rasulullah menerangkan kepada umatnya, atau beliau menjalankan semasa hidupnya, atau paling tidak, dikerjakan oleh para sahabat. Maka jika semua itu belum pernah terjadi, jelaslah bahwa hal itu bukan dari ajaran Islam sama sekali, dan merupakan seuatu hal yang diada adakan ( bid’ah ), dimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah memperingatkan kepada umatnya agar supaya dijauhi, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam dua hadits diatas, dan masih banyak hadits hadits lain yang senada dengan hadits tersebut, seperti sabda beliau dalam salah satu khutbah Jum’at nya :

" وسFFلم عليFFه اللFFه صFFلى محمد هدي الهدي وخير الله، كتاب الحديث خير فإن بعد، أما ضFFFFFFFFFFFاللة بدعFFFFFFFFFFFة وكFFFFFFFFFFFل محFFFFFFFFFFFدثاتها، األمFFFFFFFFFFFور وشFFFFFFFFFFFر ".

“Adapun sesudahnya, sesungguhnya sebaik baik perkataan ialah kitab Allah (Al Qur’an), dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan sejelek jelek perbuatan ( dalam agama) ialah yang diada adakan (bid’ah), sedang tiap tiap bid’ah itu kesesatan” ( HR. Muslim ).

Masih banyak lagi ayat ayat Al Qur’an serta hadits hadits yang menjelaskan masalah ini, berdasarkan dalil dalil inilah para ulama bersepakat untuk mengingkari upacara peringatan maulid Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan memperingatkan agar waspada terhadapnya.

Tetapi orang orang yang datang kemudian menyalahinya, yaitu dengan membolehkan hal itu semua selama di dalam acara itu tidak terdapat kemungkaran seperti berlebih lebihan dalam memuji Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, bercampurnya laki laki dan perempuan (yang bukan mahram), pemakaian alat alat musik dan lain sebagainya dari hal hal yang menyalahi syariat, mereka beranggapan bahwa ini semua termasuk bid’ah hasanah padahal kaidah syariat mengatakan bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan oleh manusia hendaknya dikembalikan kepada Al Qur’an dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman :] في تنFFازعتم فFFإن منكم األمFFر وأولي الرسFFول وأطيعFFوا الله أطيعوا آمنوا الذين أيها يا

وأحسFن خFير ذلFك اآلخFر واليFوم باللFه تؤمنون كنتم إن والرسول الله إلى فردوه شيء ] تFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFأويال “Hai orang orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri ( pemimpin) diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah ( Al Qur’an ) dan Rasul ( Al Hadits), jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya” ( QS. An nisa’, 59 ).

Page 57: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

] أنيب وإليFه تFوكلت عليFه ربي الله ذلكم الله إلى فحكمه شيء من فيه اختلفتم وما [ “Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah ) kepada Allah ( yang mempunyai sifat sifat demikian ), itulah Tuhanku, Kepada -Nya- lah aku bertawakkal dan kepada –Nya- lah aku kembali” ( QS. Asy syuro, 10 ).

Ternyata setelah masalah ini (hukum upacara maulid Nabi) kita kembalikan kepada kitab Allah ( Al Qur’an ), kita dapatkan suatu perintah yang menganjurkan kita agar mengikuti apa apa yang dibawa oleh Rasulullah, menjauhi apa apa yang dilarang oleh beliau, dan (Al Qur’an ) memberi penjelasan pula kepada kita bahwasanya Allah subhaanahu wa ta’ala telah menyempurnakan agama umat ini.

Dengan demikian upacara peringatan maulid Nabi ini tidak sesuai dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia bukan dari ajaran agama yang telah disempurnakan oleh Allah subhaanahu wa ta’ala kepada kita, dan diperintahkan agar mengikuti sunnah Rasul, ternyata tidak terdapat keterangan bahwa beliau telah menjalankannya, (tidak) memerintahkannya, dan (tidak pula) dikerjakan oleh sahabat sahabatnya.

Berarti jelaslah bahwasanya hal ini bukan dari agama, tetapi ia adalah merupakan suatu perbuatan yang diada adakan, perbuatan yang menyerupai hari hari besar ahli kitab, Yahudi dan Nasrani.Hal ini jelas bagi mereka yang mau berfikir, berkemauan mendapatkan yang haq, dan mempunyai keobyektifan dalam membahas ; bahwa upacara peringatan maulid Nabi bukan dari ajaran agama Islam, melainkan merupakan bid’ah bid’ah yang diada adakan, dimana Allah memerintahkan RasulNya agar meninggalkanya dan memperingatkan agar waspada terhadapnya, tak layak bagi orang yang berakal tertipu karena perbuatan perbuatan tersebut banyak dikerjakan oleh orang banyak diseluruh jagat raya, sebab kebenaran (Al Haq) tidak bisa dilihat dari banyaknya pelaku (yang mengerjakannya), tetapi diketahui atas dasar dalil dalil syara’.Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman tentang orang orang Yahudi dan Nasrani :] إن برهFFانكم هFFاتوا قFFل أمFFانيهم تلك نصارى أو هودا كان من إال الجنة يدخل لن وقالوا

صFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFادقين كنتم [ “Dan mereka ( Yahudi dan Nasrani ) berkata : sekali kali tak (seorangpun ) akan masuk sorga, kecuali orang orang yang beragama Yahudi dan Nasrani. Demikian itu (hanya) angan angan mereka yang kosong belaka ; katakanlah : tunjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu orang orang yang benar” ( QS. Al Baqarah, 111 ).

] إال هم وإن الظن إال يتبعFون إن اللFه سFبيل عن يضFلوك األرض في من أكFثر تطع وإن ] يخرصFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFون “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang orang yang berada dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah ; mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak lain hanyalah menyangka-nyangka” ( QS. Al An’am, 116 ).

Page 58: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Lebih dari itu, upacara peringatan maulid Nabi ini – selain bid’ah –tidak lepas dari kemungkaran kemungkaran, seperti bercampurnya laki laki dan perempuan ( yang bukan mahram ), pemakaian lagu lagu dan bunyi bunyian, minum minuman yang memabukkan, ganja dan kejahatan kejahatan lainya yang serupa.

Kadangkala terjadi juga hal yang lebih besar dari pada itu, yaitu perbuatan syirik besar, dengan sebab mengagung agungkan Rasulullah secara berlebih lebihan atau mengagung agungkan para wali, berupa permohonan do’a, pertolongan dan rizki. Mereka percaya bahwa Rasul dan para wali mengetahui hal hal yang ghoib, dan macam macam kekufuran lainnya yang sudah biasa dilakukan orang banyak dalam upacara malam peringatan maulid Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam itu.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :" الFFFدين في الغلFFFو قبلكم كFFFان من أهلFFFك فإنمFFFا الFFFدين، في والغلFFFو إيFFFاكم ".“Janganlah kalian berlebih lebihan dalam agama, karena berlebih lebihan dalam agama itu telah menghancurkan orang orang sebelum kalian”.رواه " ورسوله الله عبد فقولوا عبد، أنا إنما مريم، ابن النصارى أطرت كما تطروني ال "

عنFFFFFFFه اللFFFFFFFه رضFFFFFFFي عمFFFFFFFر حFFFFFFFديث من صFFFFFFFحيحه في البخFFFFFFFاري .“Janganlah kalian berlebih lebihan dalam memujiku sebagaimana orang orang Nasrani memuji anak Maryam, Aku tidak lain hanyalah seorang hamba, maka katakanlah : hamba Allah dan Rasul Allah” ( HR. Bukhori dalam kitab shohihnya, dari hadits Umar, Radliyallahu ‘anhu ).

Yang lebih mengherankan lagi yaitu banyak diantara manusia itu ada yang betul betul giat dan bersemangat dalam rangka menghadiri upacara bid’ah ini, bahkan sampai membelanya, sedang mereka berani meninggalkan sholat Jum’at dan sholat jama’ah yang telah diwajibkan oleh Allah kepada mereka, dan sekali kali tidak mereka indahkan. Mereka tidak sadar kalau mereka itu telah mendatangkan kemungkaran yang besar, disebabkan karena lemahnya iman kurangnya berfikir, dan berkaratnya hati mereka, karena bermacam macam dosa dan perbuatan maksiat. Marilah kita sama sama meminta kepada Allah agar tetap memberikan limpahan karuniaNya kepada kita dan kaum muslimin.

Diantara pendukung maulid itu ada yang mengira, bahwa pada malam upacara peringatan tersebut Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam datang, oleh kerena itu mereka berdiri menghormati dan menyambutnya, ini merupakan kebatilan yang paling besar, dan kebodohan yang paling nyata. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan bangkit dari kuburnya sebelum hari kiamat, tidak berkomunikasi kepada seorangpun, dan tidak menghadiri pertemuan pertemuan umatnya, tetapi beliau tetap tinggal didalam kuburnya sampai datang hari kiamat, sedangkan ruhnya ditempatkan pada tempat yang paling tinggi (‘Illiyyin ) di sisi TuhanNya, itulah tempat kemuliaan.

Firman Allah dalam Al Qur’an :] تبعثFFFFFFون القيامFFFFFFة يFFFFFFوم إنكم ثم لميتFFFFFFون ذلFFFFFFك بعFFFFFFد إنكم ثم [ “Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian pasti mati, kemudian

Page 59: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan ( dari kuburmu ) di hari kiamat” ( QS. Al Mu’minun, 15-16 ).

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :" مشFFFفع وأول شFFFافع أول وأنFFFا القيامFFFة، يFFFوم القFFFبر عنFFFه ينشFFFق من أول أنFFFا "

“Aku adalah orang yang pertama kali dibangkitkan / dibangunkan diantara ahli kubur pada hari kiamat, dan aku adalah orang yang pertama kali memberi syafa’at dan diizinkan memberikan syafa’at”.

Ayat dan hadits diatas, serta ayat ayat dan hadits hadits yang lain yang semakna menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mayat mayat yang lainnya tidak akan bangkit kembali kecuali sesudah datangnya hari kebangkitan. Hal ini sudah menjadi kesepakatan para ulama, tidak ada pertentangan diantara mereka.

Maka wajib bagi setiap individu muslim memperhatikan masalah masalah seperti ini, dan waspada terhadap apa apa yang diada adakan oleh orang orang bodoh dan kelompoknya, dari perbuatan perbuatan bid’ah dan khurafat khurafat, yang tidak diturunkan oleh Allah subhaanahu wa ta’ala. Hanya Allah lah sebaik baik pelindung kita, kepada-Nyalah kita berserah diri dan tidak ada kekuatan serta kekuasaan apapun kecuali kepunyaan-Nya.

Sedangkan ucapan sholawat dan salam atas Rasulullah adalah merupakan pendekatan diri kepada Allah yang paling baik, dan merupakan perbuatan yang baik, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an :] تسFFليما وسFFلموا عليFFه صFFلوا آمنوا الذين أيها يا النبي على يصلون ومالئكته الله إن [ “Sesungguhnya Allah dan Malaikat malaikatNya bersholawat kepada Nabi, hai orang orang yang beriman, bersholawatlah kalian atas Nabi dan ucapkanlah salam dengan penghormatan kepadanya” ( QS. Al Ahzab, 56 ).

Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :" عشFFFFFFFرا بهFFFFFFFا عليFFFFFFFه اللFFFFFFFه صFFFFFFFلى واحFFFFFFFدة علي صFFFFFFFلى من ".“Barang siapa yang mengucapkan sholawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat ( memberi rahmat ) kepadanya sepuluh kali lipat.”

Sholawat itu disyariatkan pada setiap waktu, dan hukumnya Muakkad jika diamalkan pada ahir setiap sholat, bahkan sebagian para ulama mewajibkannya pada tasyahud ahir di setiap sholat, dan sunnah muakkadah pada tempat lainnya, diantaranya setelah adzan, ketika disebut nama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, pada hari Jum’at dan malamnya, sebagaimana hal itu diterangkan oleh hadits hadits yang cukup banyak jumlahnya.

Allah lah tempat kita memohon, untuk memberi taufiq kepada kita sekalian dan kaum muslimin, dalam memahami agama Nya, dan memberi mereka ketetapan iman, semoga Allah memberi petunjuk kepada kita agar tetap kosisten dalam mengikuti

Page 60: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

sunnah, dan waspada terhadap bid’ah, karena Dialah MahaPemurah dan MahaMulia, semoga pula sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

(Dikutip dari البدع من الحذر Tulisan Syaikh Abdullah Bin Abdul Aziz Bin Baz, Mufti Saudi Arabia. Penerbit Departemen Agama Saudi Arabia. Edisi Indonesia "Waspada terhadap Bid'ah") http://ilmudppbk.blogspot.com/

Meskipun zahir bentuk bashari, Batinnya bangsa terlalu safi,Kerana peri haknya ruhaniPernah berkata lisannya murni:

Sebagai nabi aku terkandungDalam rahasia di Balai Agung,Padahal Adam masih terapungAntara air dan tanah lempung.Meskipun rupaku anak Adam, Darjatku asal terlebih kiram.

Tatkala Adam belum teringat,Tatkala Kalam belum bersuratDan Papan tulis belum tercatat,Sudah terpandang oleh kunhi ZatSeri wajahku di dalam mirat.

Sinaran sani cahaya kamalat,Pancaran murni asma dan sifat,Rumusan seni segala makhlukatYang zahir pada cermin hakikatDalam diriku semua terlibat.

(Puji-pujian Ke Atas Junjungan Besar Nabi Muhammad salla’ Llahu alayhi wa sallam oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam buku Risalah Untuk Kaum Muslimin)

Utusan Terakhir

Suatu ketika Nabi Muhammad s.a.w. mendapat ejekan daripada Abu Jahal, Abu Lahab, Al-`As bin Wa`il, Uqbah bin Abi Mu`ith dan lain-lain bahawa Baginda akan terputus keturunan kerana semua anak lelaki Baginda meninggal dunia. Salah seorang daripada mereka berkata, “Biarkanlah dia. Dia akan mati tanpa meninggalkan seorang pun anak lelaki. Dan perjuangannya tidak lama lagi akan

Page 61: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

berakhir begitu sahaja”.

Tipu daya kecil mereka memberi kesan sedikit sebanyak, menusuk hati dan membuatkan Baginda berasa sedih. Arab Quraisy sememangnya amat bermegah dengan anak yang banyak lebih-lebih jika anak lelaki.

Namun telahan mereka meleset sama sekali. Mereka memikirkan Baginda sebarangan orang, sama seperti tokoh-tokoh dan pemuka Quraisy yang lain. Hakikatnya, hingga kini Baginda sentiasa diingati, bukan sahaja sewaktu awal kewafatannya bahkan hingga ke akhir zaman.

Berjuta lidah sentiasa menyebut dan menyeru namanya tanpa henti di sepanjang longitud bumi, berjuta manusia bersilih ganti menuruti sunnahnya, dan berjuta hati sentiasa mencintainya di seluruh pelusuk dunia. Baginda sentiasa diberi ucapan salawat dan salam oleh Allah subhanahu wa ta`ala, para malaikat dan oleh kaum muslimin. Kaum muslimin mengingati dan menyebut nama Baginda lebih kerap daripada menyebut dan mengingati nama ibu bapa sendiri.

Baginda diingati kerana Baginda Nabi Allah, penghulu dan penutup segala nabi dan rasul terdahulu sejak Nabi Adam a.s hingga Nabi Isa a.s, kekasih Allah dan kekasih malaikat. Bagindalah satu-satunya insan teladan yang dapat dijadikan panduan dan ikutan dalam serba-serbi lapisan dan lapangan kehidupan. Beriman kepada Allah tidak lengkap tanpa beriman kepada Baginda kerana Bagindalah yang menyampaikan perintah Allah.

Nama baginda sentiasa seiring dengan nama Allah dalam kalimah shahadat. Seseorang yang beriman dengan Allah tetapi menolak kerasulan Baginda, sama ada menolak sepenuh atau sebahagian daripada ajarannya, adalah kufur. Pengakuan dan penyaksian kepada Nabi Muhammad s.a.w. inilah yang membezakan kaum muslimin dengan penganut-penganut agama lain.

Usaha Meruntuhkan Wibawa

Betapapun begitu, musuh-musuh Islam sejak dulu hingga kini, baik secara langsung mahupun melalui wakil mereka dari kalangan kaum muslimin sendiri, dengan segala tipu daya tetap berusaha menggugat dan meruntuhkan wibawa Baginda. Pertama, dari segi autoriti al-Qur`an itu sendiri bahawa kitab itu adalah rekaan Baginda, atau bukan wahyu Allah sepenuhnya tetapi mengalami pencairan atau menempuh perubahan atas sifat Baginda sebagai insan biasa. Kedua, dari segi akhlak Nabi. Ketiga, dari segi periwayatan hadis yang sampai kepada kita, bahawasanya ia mengikut hawa nafsu para sahabat, tabi`in dan ulama yang juga manusia biasa dan bisa melakukan kesilapan.

Cubaan pertama musuh-musuh Islam itu telah dijawab secara tuntas oleh ulama sejak awal lagi. Kalaulah benar dakwaan bahawa Baginda mereka-reka al-Qur`an, bagaimana mungkin seorang insan ummi (tidak pandai menulis dan membaca) yang

Page 62: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

terkenal dengan gelar al-Amin (amanah) sebelum diangkat menjadi Rasul, boleh mengarang karya sehebat itu walhal Baginda tidak pernah dikenali sebagai penyair. Tidak mungkin seorang manusia yang mengalami perubahan usia, emosi dan kematangan boleh mengekalkan sifat ayat-ayat al-Qur`an yang, meskipun tidak berkesinambungan, tetapi menyentuh dan berbicara tentang pelbagai tema secara konsisten dan selaras dalam tempoh 23 tahun.

Baginda sentiasa mensucikan Kitab Suci ini dengan memulai bacaan dengan memohon perlindungan kepada Allah daripada syaitan. Baginda sentiasa berulang kali membaca al-Qur`an ketika di khalayak ramai dan ketika bersendirian sebagai sumber petunjuk dan kekuatan tanpa jemu dan letih, sesuatu yang mustahil jika al-Qur`an karangan sendiri kerana biasanya penulis cepat muak membaca karya sendiri. Bahkan Allah s.w.t. sendiri menempelak dan mencabar mereka yang meragui kekudusan al-Qur`an agar menghasilkan sepuluh surah (Hud: 13), atau satu surah semisalnya (al-Baqarah: 23 dan Yunus: 38), dengan bantuan seluruh insan dan jin.

Sungguh benarlah apa yang disampaikan Baginda itu kalam Allah s.w.t. tanpa sedikit pun pengurangan atau tokok-tambah atau pencairan sebagaimana ditohmahkan oleh golongan orientalis dan modernis. Allah s.w.t. sendiri memperakui bahawa apa-apa yang disampaikan Baginda adalah wahyu lewat firman-Nya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemahuan hawa nafsu. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (an-Najm: 2-3)

Dari sudut akhlak, akhlak Baginda adalah jelmaan daripada al-Qur`an seperti diperhati dan diakui oleh isteri Baginda, `Aisyah r.a.. Tiada sebarang percanggahan antara kehidupan umum dan kehidupan peribadi Baginda. Sahabat-sahabat yang hidup sezaman dengan Baginda tidak seorang pun pernah mencemuh akhlak Baginda, sama ada sebelum ataupun selepas Baginda diangkat menjadi Rasul, seperti yang dilakukan oleh mereka yang keliru yang hidup terkemudian.

Malah Allah Yang Maha Tinggi memberi pengiktirafan paling tinggi apabila memuji Baginda dengan pujian: “Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) memiliki akhlak yang agung” (al-Qalam: 4), bersesuaian sekali dengan misi Baginda diutuskan untuk menyempurnakan akhlak mulia dalam kalangan manusia.

Dalam soal keraguan terhadap hadis yang tiba kepada kaum muslimin hari ini, hakikatnya hadis-hadis telah dikumpul dengan penuh sistematik oleh orang berwibawa. Bahkan Baginda sendiri dan para sahabat karib mengeluarkan banyak kenyataan dan mengambil tindakan bagi mempastikan bahawa al-Qur`an dan al-Hadis tidak bercampur-baur.

Tradisi ini diwarisi para tabi`in dan pengikut mereka, seterusnya berlanjutan kepada enam ulama hadis, iaitu: Imam Bukhari, Imam Muslim, al-Nasai, Abu Daud, al-Tarmizi dan Ibn Majah.

Ada juga segolongan kecil daripada kaum muslimin terkeliru dengan sabda Baginda:

Page 63: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

“Sesungguhnya aku manusia seperti kamu juga” lalu mereka melihat Baginda sebagai entiti fizikal, makhluk biologi (basyari) seperti manusia biasa yang lain, sama seperti anggapan kafir Quraisy tadi, dan sama juga sebagaimana Iblis melihat Adam dari aspek fizikal semata-mata. Walhal Baginda berkata begitu kepada orang-orang yang tidak beriman bagi menafikan tanggapan mereka bahawa Baginda adalah Tuhan lantaran segala kata yang diucapkan amat luar biasa sekali.

Dalil al-Qur`an, serta hujah sejarah dan psikologi yang dapat diterima oleh akal yang sihat ini membawa kepada kefahaman penting bahawa Junjungan Besar Nabi Muhammad salla’ Llahu alayhi wa sallam adalah Utusan Terakhir yang memiliki wibawa yang terpelihara dan tidak dapat diganggu-gugat apatah lagi diruntuhkan. Reaksi balas spontan kaum muslimin terhadap sebarang percubaan menghina kemuliaan Baginda yang berpunca daripada kejahilan, iri hati, dendam kesumat dan provokasi liar menunjukkan betapa cinta, kasih, hormat dan dekatnya mereka kepada Baginda.

Teladan par excellence

Sehubungan dengan ini, kaum muslimin adalah paling bertuah kerana mempunyai role model yang terbukti paling unggul. Sudah menjadi tabiat semula jadi insan suka meniru atau mencontohi orang lain. Dengan erti kata lain, insan hidup dengan model. Model pilihan mempengaruhi corak kehidupan seseorang kerana model itulah yang mengisi acuan idealismenya. Sekurang-kurang contoh tauladan mempunyai ciri-ciri terpuji dan menonjol dalam tiga aspek, iaitu: keilmuan, ketrampilan dan akhlak.

Sejarah mencatatkan bahawa penghormatan para sahabat terhadap Baginda amat tinggi. Dalam satu peristiwa, misalnya, seorang sahabat sengaja mencari helah untuk mencium perut Baginda sebelum berperang, dengan berkata: “Sekiranya saya terbunuh dalam peperangan ini, saya berpuas hati kerana sekurang-kurangnya saya sudah menyentuh Engkau, ya Rasul Allah”.

Di tempat lain dicatatkan bahawa bekas makanan Baginda disimpan, demikian juga kuku, janggut dan segala pakaian dan peralatannya. Belum pernah ada mana-mana tokoh sepanjang sejarah di muka bumi dilayan sebegitu tinggi seperti Baginda. Baginda sungguh diagungkan oleh para sahabat tetapi tidak pun diangkat sebagai Tuhan.

Hal ini berlaku kerana meskipun jasad Baginda berbentuk basyari, Baginda makan dan minum, berkahwin dan tidur seperti insan-insan lain, namun makam rohani Baginda terlalu tinggi tidak terperi. Untuk mencapai makam setinggi begitu, tentulah memerlukan persiapan luar biasa. Mana mungkin rohani biasa mampu menerima sesuatu yang mengandung bawaan yang berat seperti wahyu, sedangkan jika al-Qur`an diturunkan ke atas gunung, pastilah gunung akan tunduk hancur berkecai kerana takut kepada Allah (al-Hasyr: 21).

Sedangkan untuk membuat penaakulan terhadap hukum graviti itu pun, yang kini

Page 64: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

disifatkan sebagai penemuan terhebat, Newton harus mempersiapkan diri yang bukan kepalang. Demikian juga dengan Archimides dan Prinsip Ketumpatannya. Kedua-duanya tidak mungkin secara tiba-tiba memahami hukum dan prinsip tanpa persiapan awal. Tetapi apa yang ditemui mereka tidaklah mencapai taraf wahyu. Akal yang rasional dapat membuat perbandingan betapa hebatnya persediaan rohani Baginda menerima wahyu itu.

Baginda adalah sebaik-baik contoh teladan (uswatun hasanah) bagi sekalian bangsa manusia, sebaik-baik ikutan kerana baginda juga adalah sebaik-baik makhluk. Insan tanpa mengira usia, baik kanak-kanak, orang dewasa, orang tua, lelaki, perempuan, yang bujang mahupun yang sudah berkahwin, semuanya mengambil Baginda sebagai ikutan.

Hal ini dapat disaksikan sejak Baginda masih hidup lagi. Semasa menyambut ketibaan Baginda di Yathrib dalam peristiwa Hijrah, semua peringkat umur berkumpul menunggu dengan penuh sabar dan debar, bersama-sama menyanyikan lagu segar sepanjang zaman “thala `al badru `alayna ….(telah terbit bulan purnama ke atas kami ...).”

Dalam menyiapkan angkatan perang ketika mempertahankan diri atau menyerang musuh, anak dan bapa, suami dan isteri, bersedia dan bersatu dalam pimpinan Baginda.

Baginda adalah contoh teladan unggul bagi wanita muslim, bukannya Fatimah atau `Aishah. Dalam satu kisah, seorang remaja wanita sanggup menyanggah anjuran ibunya agar tidak mencairkan susu sekali pun tiada siapa yang nampak. Bagi remaja muslim, contoh teladan haruslah Baginda, bukan Ali atau Fatimah. Dengan mengambil Baginda sebagai contoh teladan, nescaya kaum muslimin berpotensi mencapai piawaian Ali atau Fatimah atau `Aishah. Jika Ali, Fatimah, `Aishah atau sahabat lain dijadikan model, piawaian yang dicapai mungkin lebih rendah daripada itu. Ali, Fatimah dan `Aishah hanya dijadikan rujukan untuk melihat bagaimana mereka mencontohi Baginda.

Pembentuk Identiti

Terbukti Bagindalah yang memberi identiti kepada masyarakat Islam, tanpa mengira suku kaum, keturunan, warna kulit atau bahasa lalu membentuk identiti umat Islam. Dalam mana-mana masyarakat, terdapat tiga golongan yang kerap kali saling berkonflik antara satu sama lain, iaitu: remaja–belia, dewasa dan tua.

Dalam masyarakat Barat khususnya, golongan dewasa tidak mampu memimpin remaja-belia untuk mencontohi role model yang baik pada pandangan mereka kerana mereka suatu ketika dahulu juga pernah menuntut kebebasan dalam memilih role model. Masyarakat Barat sukar mencapai kesepakatan memilih satu role model untuk semua kerana masing-masing mempunyai idola sendiri. Mereka juga sentiasa mencari-cari role model sebenar yang mampu diteladani dalam aspek keilmuan,

Page 65: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

ketrampilan dan akhlak.

Sebaliknya, dalam masyarakat Islam, semua orang, baik remaja–belia, dewasa mahupun tua, mencontohi orang yang sama. Oleh itu tidak berlaku jurang antara generasi atau apa yang kini dikenali sebagai krisis identiti.

Banyak tokoh dan pemuka masyarakat Barat yang kelihatan seolah-olah layak menjadi role model dipertikaikan oleh ahli masyarakat mereka sendiri kerana tidak memiliki integriti, moral yang kacau-bilau, dan moral serta penampilan kehidupan awam yang amat kontradik dengan perwatakan sebenar.

Paul Johnson dalam `Intellectuals’ telah menjelaskan secara terperinci kehidupan dan karektor sebenar pemikir dan ilmuwan terkenal masyarakat Barat, contohnya Jean Jacques Rousseau (penulis buku Emily yang dianggap buku pendidikan yang terkenal), Ernest Hemingway (novelis terkenal Amerika Syarikat), Leo Tolstoy (novelis terkenal Russia), Bertrand Russel (ahli falsafah terkenal) yang rata-rata filsafat mereka sahaja nampak cantik, tetapi ilmu dan amalan mereka berlawanan sekali dengan filsafat mereka.

Dari satu sudut lain, golongan yang mereka gelar ‘bintang’, seperti artis, ahli sukan dan sebilangan politikus, secara terang-terangan mendedahkan jiwa mereka yang kosong lagi hampa. Hal ini telah disebut dalam konteksnya dengan tepat sekali oleh Wan Mohd Nor Wan Daud dalam bukunya Pembangunan di Malaysia: Ke Arah Satu Kefahaman Baru Yang Lebih Sempurna.

Justeru, Michael H. Hart ternyata benar apabila secara jujur memilih Muhammad bin Abdullah sebagai pilihan pertama dalam The 100 A Ranking of the Most Influential Persons in History, walaupun pada hakikatnya, Nabi Muhammad tidak wajar sama sekali diletakkan sekelas dengan para ahli teologi, pemimpin, ilmuwan, saintis atau aktivis mengikut ukuran manusiawi.

Umpama Pasak Bumi

Baginda adalah umpama gunung yang mengakar kukuh dan kuat, menjadi pasak bumi dan mengikat sekelilingnya, yakni kaum muslimin, menjadi padu dan satu. Jika autoriti Baginda diserang dengan penuh helah dan tipu-daya oleh para orientalis dan pengikut mereka atas nama ahlul-Quran, gerakan feminisme, golongan modernis, orientalis atau gerakan penilaian semula hadis, maka lagak mereka laksana kerakusan golongan pemusnah pasak dan perosak alam sekitar yang, jika dibiarkan, akan membawa akibat jauh lebih buruk kepada jiwa kaum muslimin berbanding kerosakan alam sekitar semata-mata.

Dari Buaian ke Liang Lahad

Demikian peri pentingnya Baginda dalam kehidupan kaum muslimin, lantaran Baginda sendiri adalah sumber ilmu, maka sudah menjadi kewajipan setiap muslim

Page 66: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

mempelajari dan memahami sejarah dan ajaran Baginda, malah mengenali Baginda secara mesra. Mesra dalam hal ini merujuk kepada dekat, atau hampir, biarpun tidak pernah bersua muka.

Kanak-kanak yang sedang tumbuh membesar wajar sekali didedahkan dengan sejarah dan akhlak Baginda, sama ada secara formal ataupun tidak formal, sebagai lanjutan dari laungan azan, iqamat dan berzanji. Kanak-kanak perlu diajar sejumlah hadis, terutamanya yang berkaitan soal keutamaan ilmu dan akhlak mulia.

Salah satu pendekatan kreatif dalam rangka mendekatkan kanak-kanak dengan sejarah dan ajaran Baginda ialah menerusi filem animasi “Muhammad: The Last Prophet”. Tayangan Amal Perdana filem ini telah dibuat pada tahun 2004 di Ibu Negara dan di negeri-negeri di Malaysia sempena Majlis Sambutan Keputeraan Junjungan Besar Nabi Muhammad s.a.w., anjuran bersama Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) dan Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri-negeri. Filem yang sudah dialihbahasakan ini harus dimiliki setiap keluarga di Negara ini sebagai salah satu kaedah pendidikan dalam keluarga.

Usaha memahami konsep kerasulan ini seterusnya dilanjutkan lagi pada peringkat dewasa dan usia lanjut menerusi pengajian ilmu al-Hadis dan segala implikasinya dalam realiti kehidupan masa kini, secara berterusan, misalnya, melalui usrah (study circle). Memahami konsep kerasulan dan kenabian harus berlaku bersekali dengan memahami konsep-konsep penting seperti konsep Tuhan, al-Qur’an, insan, ilmu, akhlak dan kebahagiaan.

Konsep-konsep ini adalah perkara pokok dalam membina kerangka berfikir muslim yang jelas dan mantap serta mempunyai pandangan alam Islam. Dengan pendidikan begini, kaum muslimin akan sentiasa berasa dekat dan mesra dengan Baginda sekali gus merealisasikan hasrat menjadikan Baginda sebagai model operasi yang boleh dijelmakan dalam diri. Allahumma salli `ala sayyidina Muhammad wa `ala alihi wa ashabihi wa sallim. *

Muddin Beting-Penulis ialah Yang Dipertua ABIM Negeri Sabah

Posted by AM HARI INI at 6:58 PM http://www.salafy.or.id/modules/konten/?id=16http://www.salafy.or.id/modules/konten/?id=16

Para pembaca yang budiman, ketika seseorang beranjak dewasa, muncullah benih di dalam jiwa untuk mencintai lawan jenisnya. Ini merupakan fitrah (insting) yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan terhadap perkara yang dinginkannya berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenagan hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik." (QS. Ali Imran: 14)

Page 67: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Adab Bergaul Antara Lawan Jenis

Islam adalah agama yang sempurna, di dalamnya diatur seluk-beluk kehidupan manusia, bagaimana pergaulan antara lawan jenis. Di antara adab bergaul antara lawan jenis sebagaimana yang telah diajarkan oleh agama kita adalah:

1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis

Allah berfirman yang artinya, "Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendahlah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. an-Nur: 30). Allah juga berfirman yang artinya,"Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. an-Nur: 31)

2. Tidak berdua-duaan

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (kholwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya." (HR. Bukhari & Muslim)

3. Tidak menyentuh lawan jenis

Di dalam sebuah hadits, Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, "Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin)." (HR. Bukhari). Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (HR. Thabrani dengan sanad hasan)

Jika memandang saja terlarang, tentu bersentuhan lebih terlarang karena godaannya tentu jauh lebih besar.

Salah Kaprah Dalam Bercinta

Tatkala adab-adab bergaul antara lawan jenis mulai pudar, luapan cinta yang bergolak dalam hati manusia pun menjadi tidak terkontrol lagi. Akhirnya, setan berhasil menjerat para remaja dalam ikatan maut yang dikenal dengan "pacaran". Allah telah mengharamkan berbagai aktifitas yang dapat mengantarkan ke dalam perzinaan. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesugguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. al-Isra': 32). Lalu pintu apakah yang paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!!

Page 68: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan, lalu farji (kemaluan) yang akan membenarkan atau mendustakannya." (HR. Bukhari & Muslim). Kalaulah kita ibaratkan zina adalah sebuah ruangan yang memiliki banyak pintu yang berlapis-lapis, maka orang yang berpacaran adalah orang yang telah memiliki semua kuncinya. Kapan saja ia bisa masuk. Bukankah saat berpacaran ia tidak lepas dari zina mata dengan bebas memandang? Bukankah dengan pacaran ia sering melembut-lembutkan suara di hadapan pacarnya? Bukankah orang yang berpacaran senantiasa memikirkan dan membayangkan keadaan pacarnya? Maka farjinya pun akan segera mengikutinya. Akhirnya penyesalan tinggallah penyesalan. Waktu tidaklah bisa dirayu untuk bisa kembali sehingga dirinya menjadi sosok yang masih suci dan belum ternodai. Setan pun bergembira atas keberhasilan usahanya...

Iblis, Sang Penyesat Ulung

Tentunya akan sulit bagi Iblis dan bala tentaranya untuk menggelincirkan sebagian orang sampai terjatuh ke dalam jurang pacaran gaya cipika-cipiki atau yang semodel dengan itu. Akan tetapi yang perlu kita ingat, bahwasanya Iblis telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan semua manusia. Iblis berkata, "Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya." (QS. Shaad: 82). Termasuk di antara alat yang digunakan Iblis untuk menyesatkan manusia adalah wanita. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita." (HR. Bukhari & Muslim). Kalaulah Iblis tidak berhasil merusak agama seseorang dengan menjerumuskan mereka ke dalam gaya pacaran cipika-cipiki, mungkin cukuplah bagi Iblis untuk bisa tertawa dengan membuat mereka berpacaran lewat telepon, SMS atau yang lainnya. Yang cukup menyedihkan, terkadang gaya pacaran seperti ini dibungkus dengan agama seperti dengan pura-pura bertanya tentang masalah agama kepada lawan jenisnya, miss called atau SMS pacarnya untuk bangun shalat tahajud dan lain-lain.

Ringkasnya sms-an dengan lawan jenis, bukan saudara dan bukan karena kebutuhan mendesak adalah haram dengan beberapa alasan: (a) ini adalah semi berdua-duaan, (b) buang-buang pulsa, dan (c) ini adalah jalan menuju perkara yang haram. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

Penulis: Ibnu SutopoSumber: Buletin At-Tauhid

Page 69: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Oleh Samsurijal pada tanggal 2/27/2008 Beranda Artikel, Hadist

0 Komentar:

Catat Ulasan

Catatan Terbaru Catatan Lama Laman utama Langgan: Catat Ulasan (Atom)

eorang remaja pria bertanya pada ibunya: Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati...

Sang Ibu tersenyum dan menjawab... Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya....

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.....

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa ...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah... � Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia mengahdapi lika-liku kehidupan...

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca...

....setelah itu, ia kembali bertanya...

" Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?"

Sang Ibu memberinya buku dan berkata.... "Pelajari tenteng dia..." ia pun mengambil buku itu

Page 70: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

"MUHAMMAD", judul buku yang tertulis di buku itu

(www.dudung.net)

Oleh Samsurijal pada tanggal 2/25/2008 Beranda Goresan Seorang Sahabat 1 Komentar

Pendamping Sejati Nan Islami

Ialah perempuan yang tidak mengiyakan semua perkataan kekasihnyaBukan perempuan yang selalu sependapat dengan kekasihnyaBukanpula perempuan yang selalu memujinyaBukan pula yang selalu menceriakan kekasihnyaBukan pula perempuan yang selalu seiring sejalan

Tetapi..bagiku..Perempuan sejati yang islami Adalah perempuan yang menunjukkan padaku setiap salahkataankuDan memberiku perkataan yang benarPerempuan yang memberiku argumen lain yang memperkaya wawasankuPerempuan yang dapat mengingatkanku saat aku lalaiPerempuan yang tak hanya membuatku ceria di sisinyaTapi juga dapat membuatku menangisi kekeliruankuPerempuan yang akan mengingatkanku saat aku malasDan membuatku menyadari kesalahankuLalu ia membimbingku bersamanya

Dan yang terpenting..Pendamping sejati yang islami adalah perempuan yang mampu mendukung,mengarahkan dan mengajarkanku cara mengarungi hidup sesuai tuntunanRasul dan Ilahi.

*di saung KMB Mesir.

Oleh Samsurijal pada tanggal 2/22/2008 Beranda Goresan Seorang Sahabat 1 Komentar

Catatan Terbaru Catatan Lama Laman utaejarah lahirnya Maulid

Syaikh ‘Ali Mahfudzh dalam bukunya menerangkan, “Ada yang mengatakan bahwa

Page 71: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

yang pertama kali mengadakannya ialah para Khalifah Bani Fahimiyyah di Kairo pada abad keempat Hijriyah. Mereka merayakan perayaan bid’ah enam maulid, yaitu: Maulid Nabi saw, Maulid Imam ‘Ali ra, Maulid Sayyidah Fathimah Az-Zahra radhiallahu ‘anha, Maulid Al-Hasan dan Al-Husein dan maulid Khalifah yang sedang berkuasa. Perayaan tersebut terus berlangsung dalam berbagai bentuknya sampai dilarang pada zaman pemerintahan Al-Afdhal Amirul Juyusy. Perayaan ini kemudian dihidupkan kembali di zaman pemerintahan Al-Hakim biamrillah pada tahun 524 Hijriyah setelah orang-orang hampir melupakannya. Dan yang pertama kali maulid Nabi dikota Irbil adalah Raja Al-Mudhaffar Abu Said di abad ketujuh dan terus berlangsung sampai di zaman kita ini. Orang-orang memperluas acaranya dan menciptakan bid’ah-bid’ah sesuai dengan selera hawa nafsu mereka yang diilhamkan oleh syaithan , jin dan manusia kepada mereka.” [Al-Ibda’ fi madhiril ibtida’: 126].Satu hal yang sangat penting untuk diketahui bahwa Kerajaan Fathimiyyah didirikan oleh ‘Ubaidillah Al-Mahdi tahun 298 H di Maghrib (sekarang wilayah Maroko dan Aljazair) sedangakan di Mesir kerajan ini didirikan pada tahun 362 H oleh Jauhar As-Shaqali. Para pendiri dan raja-raja kerajaan ini beragama Syi’ah Islmailiyah Rafdliyah. Kerajaan ini didirikan sebagai misi dakwah agama tersebut dan merusak Islam dengan berkedok kecintaan terhadap Ahlul Bait (keluarga Nabi saw). Maka jelaslah sudah bagi mereka yang memiliki bashirah bahwa perayaan maulid dipelopori oleh kaum Syi’ah.Hari lahir Nabi memang istimewa, akan tetapi…..Tentang keistimewaan hari lahir Nabi saw, terdapat hadits shahih dari Abi Qatadah, beliau menceritakan bahwa seorang A’rabi (Badawi) bertanya kepada Rasulullah saw: “Bagaimana penjelasanmu tentang berpuasa di hari Senin? maka Rasulullah saw menjawab, ‘Ia adalah hari aku dilahirkan dan hari diturunkan kepadaku Al-Qur’an” [Syarh Shahih Muslim An-Nawawi 8 / 52]. Hari kelahiran Nabi adalah istimewa berdasarkan hadits tersebut, akan tetapi tidak terdapat dalam hadits tersebut perintah untuk merayakannya. Seandainya kita setuju dengan istilah “merayakan”, maka seharusnya kaum Muslimin merayakannya dengan berpuasa sebagaimana tersurat dalam hadits tersebut. Bukannya merayakan dengan berfoya-foya dan pesta arak-arakan seperti yang kita saksikan saat ini.

ANALISA DAMPAK PERAYAAN MAULIDPraktek Kesyirikan yang tidak DisadariKenyataan yang ada, bahwa pada sebagian kaum Muslimin dalam merayakan maulid mereka membacakan Barzanji, sebuah ritual membacakan puji-pujian kepada Nabi saw yang di dalamnya juga terdapat jentik-jentik kesyirikan dan pujian yang melampaui batas Syari’at terhadap Nabi saw (ithra’), namun mereka menganggap itu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini membuat sebuah praktek kesyirikan menjadi terselubung dalam nuansa yang dianggap ibadah. Lebih jelas lagi tentang hal ini kami cantumkan dalam rubrik “STUDI KRITIS” Tentang pujian yang melampaui batas, Rasulullah saw bersabda : “Janganlah kalian berlebihan memujiku sebagaimana orang-orang Nashrani berlebihan memuji putera Maryam. Aku tidak lain hanyalah seorang hamba, maka Katakanlah hamba Allah dan Rasul-Nya.” [HR. Bukhari dari ‘Umar ra]Inilah dampak yang terbesar dan tercantum di urutan pertama dari sekian kerusakan

Page 72: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

dalam ritual perayaan maulid. Karena perbuatan Syirik menghapus seluruh amal seorang hamba sebagaimana firman-Nya : “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepada kamu (Hai Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika engkau berbuat syirik niscaya akan hapus amalmu dan niscaya engkau termasuk golongan orang-orang yang merugi.” [QS. Az-Zumar : 65]. Kaum Muslimin yang terlibat dalam pembacaan Barzanji tersebut juga meyakini datangnya ruh Muhammad sehingga mereka menyambutnya dengan berdiri. Ini adalah I’tiqad yang keliru dan melampaui batas terhadap Nabi saw . Keyakinan seperti ini bertentangan dengan firman Allah : “Kemudian, sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati, kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” [Al-Mukminun : 15-16]. Bertentangan pula dengan sabda Rasulullah saw : “Aku adalah orang yang pertama kali dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat nanti, Aku adalah orang yang pertama kali memberi Syafa’at dan orang yang pertama kali diterima Syafa’atnya” Berkata Imam Ibnu Baaz setelah membawakan dua dalil tersebut, “Ayat dan Hadits di atas serta nash-nash lain yang semakna bahwa Nabi Muhammad saw dan siapapun yang sudah mati tidak akan bangkit kembali dari kuburnya, kecuali pada hari kiamat. Hal ini merupakan kesepakatan para ‘ulama Muslimin, tidak ada pertentangan diantara mereka”. [At-Tahdziru minal Bida’ oleh Syaikh Abdul ‘Aziz Abdullah bin Baaz].

Mendahului Allah dan Rasul-Nya dalam menetapkan Syari’atIni dikarenakan Allah dan Rasul-Nya tidak pernah menetapkan dalam Syari’at untuk beribadah dengan merayakan hari kelahiran Nabi. Perbuatan sebagian kaum Muslimin melakukan ritual dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang tidak ada contohnya dari Rasulullah dan Sahabat jelas merupakan sikap mendahului Allah dan Rasulullah dalam menetapkan Syari’at. Sedangkan Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya...”[Al-Hujurat :1]. Maksudnya adalah, orang-orang Mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana pendapat Anda ? Jika Raja alam semesta ini menetapkan suatu aturan bagi kebahagian hambanya, kemudian Sang Raja menyatakan bahwa aturan-Nya itu telah sempurna. Lalu datanglah seorang hamba dengan membawa aturan baru yang dianggapnya baik bagi dirinya dan bagi hamba yang lain. Tidakkah ia (si hamba) tanpa disadari telah lancang menuduh aturan Sang Raja belum sempurna, sehingga perlu ditambahi ? Inilah hakikat Bid’ah, menyaingi bahkan mengambil hak Allah dalam menetapkan Syari’at. Padahal Allah berfirman: “Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka (aturan) agama yang tidak diizinkan Allah ?” [Asy-Syuura :21]. Kita tak akan pernah menemukan adanya perayaan hari ulang tahun Nabi oleh para Sahabat terekam dalam lembaran-lembaran kitab hadits yang shahih, karena memang itu tidak pernah terjadi pada masa Sahabat baik tabi’in, tabi’ut tabi’in dan bahkan tidak pernah terjadi pada masa Imam Syafi’ie (150 H - 204 H). Karena bid’ah maulid baru muncul pada abad ke-4 H. Kalau memang peringatan Maulid itu baik maka tentunya para sahabat telah mendahului kita melakukannya sebagaimana kata ulama : “walau kaana khairan lasabaquunaa ilaihi”

Page 73: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Munculnya wujud rasa cinta yang keliruPerayaan maulid oleh sebagian kaum Muslimin dianggap sebagai bentuk ungkapan rasa cinta terhadap Nabi yang paling mulia Muhammad saw. Jika ini benar, siapakah diantara kita di zaman ini yang lebih dalam cintanya kepada Nabi ketimbang Sahabat ?. Tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali menjawab “Sahabatlah yang paling dalam cintanya kepada Nabi”. Jika memang demikian, lalu mengapa para Sahabat tidak mewujudkan rasa cinta kepada Nabi dengan cara merayakan hari kelahiran Nabi sebagaimana sebagian muslim di zaman ini ? Mengapa para Sahabat tidak mengarang bait-bait syair untuk memuji Nabi di hari kelahirannya ? Mengapa pula para Sahabat tidak membentuk “Panitia Lomba Maulid” untuk memeriahkan HUT manusia terbaik di muka bumi ini ?. “Tunjukkanlah bukti kalian, jika kalian orang-orang yang benar” [Al-Baqarah : 111]. Sesungguhnya Ahlussunnah meyakini bahwa yang terpenting adalah bagaimana menjadi mukmin yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena ungkapan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya bisa juga diucapkan oleh orang-orang munafik, akan tetapi mereka bukan orang-orang yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan mustahil mendapatkan kecintaan Allah kecuali dengan mengikuti Sunnah Nabi yang mulia. Allah berfirman : “Katakanlah ; ‘jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku (Muhamad)! Niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampunkan dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ” [QS.Ali-‘Imran: 31].

Bukannya kebaikan, justru sebaliknyaTidak asing telinga kita mendengar hentakan-hentakan musik yang hingar bingar pada setiap tahunnya di bulan Rabiul Awwal dalam aneka ragam perayaan maulid. Alunan-alunan musik tersebut tidak jarang disertai juga oleh pemuda-pemuda mabuk yang bergoyang bersama mengikuti irama lagu. Bahkan musik-musik tersebut diperdengarkan di rumah Allah yang di dalamnya digunakan untuk bersujud kepada-Nya. (hanya kepada Allah memohon pertolongan dari kerusakan ini). Allah berfirman : “Dan diantara manusia ada yang menggunakan “lahwal hadits” untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azdab yang menghinakan ” [Luqman : 6]. Ibnu Mas’ud ra menafsirkan lahwal hadits dalam ayat tersebut adalah “nyanyian atau lagu”. [lih. Tafsir Ibnu Katsier Surat Luqman].

Jati diri Islam menjadi luntur, karena mengekor pada NashraniMaulid pada hakikatnya meniru Nashrani dalam hal merayakan hari kelahiran Nabi Isa yang mereka sebut dengan Natal. Kita, ummat Muhammad dilarang keras menyerupai Yahudi dan Nashrani apalagi meniru-niru ritual agama mereka. Allah berfirman : “Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka (Yahudi dan Nashrani) setelah datang kepadamu ilmu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zhalim.” [Al-Baqarah :145]. Yang dimaksud ayat ini menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah “meniru sesuatu yang menjadi ciri khas mereka, atau yang merupakan bagian dari ajaran Agama mereka” [Iqtidha’ shirathal mustaqim T. / 63-64]. Rasulullah juga bersabda : “Barang siapa menyerupai suatu kaum, berarti ia termasuk golongan kaum itu” [Ahmad dan Abu Dawud, shahih].

Page 74: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Kecenderungan bersikap tabdzir (menghamburkan harta secara mubazzir)Bisa dibayangkan dana yang dikeluarkan oleh sebagian kaum muslimin yang merayakan maulid, andaikata dana-dana tersebut disedekahkan kemudian dikorbankan untuk berjihad di jalan Allah niscaya hal itu akan lebih bermanfaat ketimbang menggunakannya sebagai penyokong bid’ah yang tidak bernilai ibadah di sisi Allah. Bahkan diantara mereka ada yang sampai memberatkan diri untuk berhutang kepada saudara muslim lainnya. Ini adalah sikap mubazzir yang dapat menghantarkan kita menjadi saudara-saudara syaitan sebagaimana yang disebut oleh Al-Qur’an “…dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar pada Tuhannya” [Al-Isra’ :26-27].

Persatuaan Islam yang semuSebagian kaum Muslimin masih berusaha melakukan pembelaan terhadap perayaan maulid dengan berkata : “Ini adalah momen yang istimewa untuk mempererat ukhuwah, silaturahmi dan menyemarakkan sedekah antara saudara Muslim. Jadi tidak ada salahnya kita merayakan maulid dengan kemeriyahannya”. Untuk menjawab ungkapan ini kita kembali kepada kaidah yang sangat kokoh bahwa generasi pertama ummat ini adalah sebaik-baik generasi, berdasarkan hadits “Sebaik-baik manusia adalah pada zamanku (Sahabat), kemudian yang sesudahnya (tabi’in) kemudian yang sesudahnya (tabi’ tabi’in)” [HR. Bukhari]. Berangkat dari kaidah ini kita katakan bahwa para Sahabat adalah orang-orang yang paling kokoh ukhuwah dan silaturahminya terhadap saudara Muslim. Barisan shaf mereka rapat, bersambung dari bahu kebahu dari tumit ke tumit dan kokoh dihadapan Rabbul ‘alamin sewaktu mereka berdiri, ruku’ dan sujud. Jiwa-jiwa mereka bersatu di medan jihad. Begitu pula sedekah mereka tidak berbicara sebagaimana orang-orang di zaman ini. Dan tidaklah itu semua dikarenakan oleh perayaan maulid Nabi, tidak pula oleh aneka lomba dan permainan yang mereka adakan setiap Rabiul Awwal. Giliran kami yang bertanya, jika maulid adalah jembatan menuju persatuan Islam dan ukhuwah Islamiyah yang kokoh, lalu apa gerangan yang mengakibatkan kaum Muslimin sampai saat ini masih terkotak-kotak karena berpecah belah ? Padahal perayaan maulid telah berlangsung lebih dari sepuluh abad. Hanya kepada Allah kita kembali dan hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan dari badai syubhat dan syahwat yang menerpa.Sumber Bacaan:- Iqtidho Shirotol Mustaqim - Tahdziiru Minal Bida’

farhans - February 24, 2008 10:05 AM (GMT)Segala puji bagi Allah, semoga sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, dan para sahabatnya, serta orang orang yang mendapat petunjuk dari Allah.

Page 75: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Harus dikatakan, bahwa tidak boleh mengadakan kumpul kumpul / pesta pesta pada malam kelahiran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan juga malam lainnya, karena hal itu merupakan suatu perbuatan baru (bid’ah ) dalam agama, selain Rasulullah belum pernah mengerjakanya, begitu pula Khulafaaurrasyidin, para sahabat lain dan para Tabi’in yang hidup pada kurun paling baik, mereka adalah kalangan orang orang yang lebih mengerti terhadap sunnah, lebih banyak mencintai Rasulullah dari pada generasi setelahnya, dan benar benar menjalankan syariatnya.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

، "رد فهFFFو منFه ليس ما هذا أمFرنا في أحFدث من مFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFردود أي .

“Barang siapa mengada adakan ( sesuatu hal baru ) dalam urusan ( agama ) kami yang ( sebelumnya ) tidak pernah ada, maka akan ditolak”.

Dalam hadits lain beliau bersabda :

المهFFديين الراشFFدين الخلفFFاء وسنة بسنتي عليكم وإيFاكم بالنواجFذ، عليهFا وعضوا بها تمسكوا بعدي،

بدعFة وكFل بدعFة محدثة كل فإن األمور ومحدثات . ضFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFاللة“Kamu semua harus berpegang teguh pada sunnahku (setelah Al qur’an) dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk Allah sesudahku, berpeganglah dengan sunnah itu, dan gigitlah dengan gigi geraham kalian sekuat kuatnya, serta jauhilah perbuatan baru ( dalam agama ), karena setiap perbuatan baru itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat” ( HR. Abu Daud dan Turmudzi ).

Maka dalam dua hadits ini kita dapatkan suatu peringatan keras, yaitu agar kita senantiasa waspada, jangan sampai mengadakan perbuatan bid’ah apapun, begitu pula mengerjakannya.

Firman Allah ta’ala dalam kitab-Nya :

فFFانتهوا عنFFه نهFFاكم وما فخذوه الرسول آتاكم وما العقFFFFFاب شFFFFFديد اللFFFFFه إن اللFFFFFه واتقFFFFFوا

“Dan apa yang dibawa Rasul kepadamu, maka terimalah ia, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah ia, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah keras siksaan- Nya” ( QS. Al Hasyr 7 ).

تصيبFFFهم أن أمFFFره عن يخالفFFFون الFFذين فليحFFFذر أليم عFFFFFFFFذاب يصيبFFFFFFFFFهم أو فتنFFFFFFFFة [

Page 76: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

“Karena itu hendaklah orang orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau adzab yang pedih” ( QS. An Nur, 63 ).

لمن حسFFنة أسFFوة اللFFه رسFFول في لكم كFFان لقد كثFFيرا اللFFه وذكFFر اآلخFFر واليFFوم اللFFه يرجFFو كFFان

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang orang yang mengharap (rahmat ) Allah, dan ( kedatangan ) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah” ( QS. Al Ahzab,21 ).

واألنصFFFار المهFFFاجرين من األولFFFون والسFFFابقون ورضFFوا عنهم اللFFه رضFFي بإحسان اتبعوهم والذين

خالFFدين األنهFFار تحتهFFا تجFFري جنFFات لهم وأعد عنه العظيم الفFFFFFFFFوز ذلFFFFFFFFك أبFFFFFFFFدا فيهFFFFFFFFا

“Orang orang terdahulu lagi pertama kali (masuk Islam ) diantara orang orang Muhajirin dan Anshor dan orang orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan itu, Allah ridho kepada mereka, dan merekapun ridho kepadaNya, serta Ia sediakan bagi mereka syurga syurga yang disana mengalir beberapa sungai, mereka kekal didalamnya, itulah kemenangan yang besar” ( QS, At taubah, 100 ).

نعمFFتي عليكFFFم وأتممت دينكFFFم لكم أكملت اليوم دينFFFFFFFFا اإلسFFFFFFFFالم لكFFFFFFFFFم ورضFFFFFFFFيت

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Kuridlai Islam itu sebagai agama bagimu” ( QS. Al Maidah, 3 ).

Dan masih banyak lagi ayat ayat yang menerangkan kesempurnaan Islam dan melarang melakukan bid’ah karena mengada-adakan sesuatu hal baru dalam agama, seperti peringatan peringatan ulang tahun, berarti menunjukkan bahwasanya Allah belum menyempurnakan agamaNya buat umat ini, berarti juga Rasulullah itu belum menyampaikan apa apa yang wajib dikerjakan umatnya, sehingga datang orang orang yang kemudian mengada adakan sesuatu hal baru yang tidak diperkenankan oleh Allah, dengan anggapan bahwa cara tersebut merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tidak diragukan lagi, bahwa cara tersebut terdapat bahaya yang besar, lantaran menentang Allah ta’ala, begitu pula ( lantaran ) menentang Rasulullah. Karena sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-Nya, dan telah mencukupkan ni’mat-Nya untuk mereka.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan risalahnya secara keseluruhan, tidaklah beliau meninggalkan suatu jalan menuju syurga, serta menjauhi

Page 77: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

diri dari neraka, kecuali telah diterangkan oleh beliau kepada seluruh ummatnya sejelas jelasnya.

Sebagaimana telah disabdakan dalam haditsnya, dari Ibnu Umar rodhiAllah ‘anhu bahwa beliau bersabda

أمتFFه يدل أن عليه حقا كان إال نبي من الله بعث ما يعلمFFه ما شر عن وينذرهم لهم يعلمه ما خير على

لهم“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi, melainkan diwajibkan baginya agar menunjukkan kepada umatnya jalan kebaikan yang telah diajarkan kepada mereka, dan memperingatkan mereka dari kejahatan ( hal hal tidak baik ) yang telah ditunjukkan kepada mereka” ( HR. Muslim ).

Tidak dapat dipungkiri, bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi terbaik diantara Nabi Nabi lain, beliau merupakan penutup bagi mereka ; seorang Nabi paling lengkap dalam menyampaikan da’wah dan nasehatnya diantara mereka itu semua.

Jika seandainya upacara peringatan maulid Nabi itu betul betul datang dari agama yang diridloi Allah, niscaya Rasulullah menerangkan kepada umatnya, atau beliau menjalankan semasa hidupnya, atau paling tidak, dikerjakan oleh para sahabat. Maka jika semua itu belum pernah terjadi, jelaslah bahwa hal itu bukan dari ajaran Islam sama sekali, dan merupakan seuatu hal yang diada adakan ( bid’ah ), dimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah memperingatkan kepada umatnya agar supaya dijauhi, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam dua hadits diatas, dan masih banyak hadits hadits lain yang senada dengan hadits tersebut, seperti sabda beliau dalam salah satu khutbah Jum’at nya :

الهFFدي وخFFير الله، كتاب الحديث خير فإن بعد، أما األمFFور وشFFر وسFFلم عليFFه اللFFه صFFلى محمد هدي

ضFFFFFFFFاللة بدعFFFFFFFFة وكFFFFFFFFل محFFFFFFFFدثاتها،

“Adapun sesudahnya, sesungguhnya sebaik baik perkataan ialah kitab Allah (Al Qur’an), dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan sejelek jelek perbuatan ( dalam agama) ialah yang diada adakan (bid’ah), sedang tiap tiap bid’ah itu kesesatan” ( HR. Muslim ).

Masih banyak lagi ayat ayat Al Qur’an serta hadits hadits yang menjelaskan masalah ini, berdasarkan dalil dalil inilah para ulama bersepakat untuk mengingkari upacara peringatan maulid Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan memperingatkan agar waspada terhadapnya.

Page 78: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Tetapi orang orang yang datang kemudian menyalahinya, yaitu dengan membolehkan hal itu semua selama di dalam acara itu tidak terdapat kemungkaran seperti berlebih lebihan dalam memuji Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, bercampurnya laki laki dan perempuan (yang bukan mahram), pemakaian alat alat musik dan lain sebagainya dari hal hal yang menyalahi syariat, mereka beranggapan bahwa ini semua termasuk bid’ah hasanah padahal kaidah syariat mengatakan bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan oleh manusia hendaknya dikembalikan kepada Al Qur’an dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

ذلكم اللFه إلى فحكمFه شFيء من فيه اختلفتم وما أنيب وإليFFFFFFه تFFFFFFوكلت عليFFFFFFه ربي اللFFFFFFه

“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah ) kepada Allah ( yang mempunyai sifat sifat demikian ), itulah Tuhanku, Kepada -Nya- lah aku bertawakkal dan kepada –Nya- lah aku kembali” ( QS. Asy syuro, 10 ).

Ternyata setelah masalah ini (hukum upacara maulid Nabi) kita kembalikan kepada kitab Allah ( Al Qur’an ), kita dapatkan suatu perintah yang menganjurkan kita agar mengikuti apa apa yang dibawa oleh Rasulullah, menjauhi apa apa yang dilarang oleh beliau, dan (Al Qur’an ) memberi penjelasan pula kepada kita bahwasanya Allah subhaanahu wa ta’ala telah menyempurnakan agama umat ini.

Dengan demikian upacara peringatan maulid Nabi ini tidak sesuai dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia bukan dari ajaran agama yang telah disempurnakan oleh Allah subhaanahu wa ta’ala kepada kita, dan diperintahkan agar mengikuti sunnah Rasul, ternyata tidak terdapat keterangan bahwa beliau telah menjalankannya, (tidak) memerintahkannya, dan (tidak pula) dikerjakan oleh sahabat sahabatnya.

Berarti jelaslah bahwasanya hal ini bukan dari agama, tetapi ia adalah merupakan suatu perbuatan yang diada adakan, perbuatan yang menyerupai hari hari besar ahli kitab, Yahudi dan Nasrani.Hal ini jelas bagi mereka yang mau berfikir, berkemauan mendapatkan yang haq, dan mempunyai keobyektifan dalam membahas ; bahwa upacara peringatan maulid Nabi bukan dari ajaran agama Islam, melainkan merupakan bid’ah bid’ah yang diada adakan, dimana Allah memerintahkan RasulNya agar meninggalkanya dan memperingatkan agar waspada terhadapnya, tak layak bagi orang yang berakal tertipu karena perbuatan perbuatan tersebut banyak dikerjakan oleh orang banyak diseluruh jagat raya, sebab kebenaran (Al Haq) tidak bisa dilihat dari banyaknya pelaku (yang mengerjakannya), tetapi diketahui atas dasar dalil dalil syara’.Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman tentang orang orang Yahudi dan Nasrani :

نصFFارى أو هFFودا كان من إال الجنة يدخل لن وقالوا

Page 79: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

صFFادقين كنتم إن برهFFانكم هFFاتوا قFFل أمانيهم تلك “Dan mereka ( Yahudi dan Nasrani ) berkata : sekali kali tak (seorangpun ) akan masuk sorga, kecuali orang orang yang beragama Yahudi dan Nasrani. Demikian itu (hanya) angan angan mereka yang kosong belaka ; katakanlah : tunjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu orang orang yang benar” ( QS. Al Baqarah, 111 ).

سFFبيل عن يضFFلوك األرض في من أكFFثر تطFFع وإن يخرصFFFون إال هم وإن الظن إال يتبعFFFون إن اللFFFه

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang orang yang berada dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah ; mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak lain hanyalah menyangka-nyangka” ( QS. Al An’am, 116 ).

Lebih dari itu, upacara peringatan maulid Nabi ini – selain bid’ah –tidak lepas dari kemungkaran kemungkaran, seperti bercampurnya laki laki dan perempuan ( yang bukan mahram ), pemakaian lagu lagu dan bunyi bunyian, minum minuman yang memabukkan, ganja dan kejahatan kejahatan lainya yang serupa.

Kadangkala terjadi juga hal yang lebih besar dari pada itu, yaitu perbuatan syirik besar, dengan sebab mengagung agungkan Rasulullah secara berlebih lebihan atau mengagung agungkan para wali, berupa permohonan do’a, pertolongan dan rizki. Mereka percaya bahwa Rasul dan para wali mengetahui hal hal yang ghoib, dan macam macam kekufuran lainnya yang sudah biasa dilakukan orang banyak dalam upacara malam peringatan maulid Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam itu.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

قبلكم كFFان من أهلك فإنما الدين، في والغلو إياكم الFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFدين في الغلFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFو

“Janganlah kalian berlebih lebihan dalam agama, karena berlebih lebihan dalam agama itu telah menghancurkan orang orang sebelum kalian”.

أنFFا إنما مريم، ابن النصارى أطرت كما تطروني ال في البخFFاري رواه " ورسFFوله الله عبد فقولوا عبد،

عنFFه الله رضي عمر حديث من صحيحه Janganlah kalian berlebih lebihan dalam memujiku sebagaimana orang orang Nasrani memuji anak Maryam, Aku tidak lain hanyalah seorang hamba, maka katakanlah : hamba Allah dan Rasul Allah” ( HR. Bukhori dalam kitab shohihnya, dari hadits Umar, Radliyallahu ‘anhu ).

Yang lebih mengherankan lagi yaitu banyak diantara manusia itu ada yang betul betul giat dan bersemangat dalam rangka menghadiri upacara bid’ah ini, bahkan

Page 80: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

sampai membelanya, sedang mereka berani meninggalkan sholat Jum’at dan sholat jama’ah yang telah diwajibkan oleh Allah kepada mereka, dan sekali kali tidak mereka indahkan. Mereka tidak sadar kalau mereka itu telah mendatangkan kemungkaran yang besar, disebabkan karena lemahnya iman kurangnya berfikir, dan berkaratnya hati mereka, karena bermacam macam dosa dan perbuatan maksiat. Marilah kita sama sama meminta kepada Allah agar tetap memberikan limpahan karuniaNya kepada kita dan kaum muslimin.

Diantara pendukung maulid itu ada yang mengira, bahwa pada malam upacara peringatan tersebut Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam datang, oleh kerena itu mereka berdiri menghormati dan menyambutnya, ini merupakan kebatilan yang paling besar, dan kebodohan yang paling nyata. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan bangkit dari kuburnya sebelum hari kiamat, tidak berkomunikasi kepada seorangpun, dan tidak menghadiri pertemuan pertemuan umatnya, tetapi beliau tetap tinggal didalam kuburnya sampai datang hari kiamat, sedangkan ruhnya ditempatkan pada tempat yang paling tinggi (‘Illiyyin ) di sisi TuhanNya, itulah tempat kemuliaan.

Firman Allah dalam Al Qur’an :

القيامFFة يFFوم إنكم ثم لميتFFون ذلFFك بعFFد إنكم ثم تبعثFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFون“Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian pasti mati, kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan ( dari kuburmu ) di hari kiamat” ( QS. Al Mu’minun, 15-16 ).

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أول وأنFFا القيامFFة، يوم القبر عنه ينشق من أول أنا مشFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFفع وأول شFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFافع

“Aku adalah orang yang pertama kali dibangkitkan / dibangunkan diantara ahli kubur pada hari kiamat, dan aku adalah orang yang pertama kali memberi syafa’at dan diizinkan memberikan syafa’at”.

Ayat dan hadits diatas, serta ayat ayat dan hadits hadits yang lain yang semakna menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mayat mayat yang lainnya tidak akan bangkit kembali kecuali sesudah datangnya hari kebangkitan. Hal ini sudah menjadi kesepakatan para ulama, tidak ada pertentangan diantara mereka.

Maka wajib bagi setiap individu muslim memperhatikan masalah masalah seperti ini, dan waspada terhadap apa apa yang diada adakan oleh orang orang bodoh dan kelompoknya, dari perbuatan perbuatan bid’ah dan khurafat khurafat, yang tidak diturunkan oleh Allah subhaanahu wa ta’ala. Hanya Allah lah sebaik baik pelindung

Page 81: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

kita, kepada-Nyalah kita berserah diri dan tidak ada kekuatan serta kekuasaan apapun kecuali kepunyaan-Nya.

Sedangkan ucapan sholawat dan salam atas Rasulullah adalah merupakan pendekatan diri kepada Allah yang paling baik, dan merupakan perbuatan yang baik, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an :

الFFذين أيهFFا يFFا النFFبي على يصFFلون ومالئكته الله إن تسFFFFFليما وسFFFFFلموا عليFFFFFه صFFFFFلوا آمنFFFFFوا

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat malaikatNya bersholawat kepada Nabi, hai orang orang yang beriman, bersholawatlah kalian atas Nabi dan ucapkanlah salam dengan penghormatan kepadanya” ( QS. Al Ahzab, 56 ).

Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

عشFFرا بهFFا عليFFه اللFFه صلى واحدة علي صلى من “Barang siapa yang mengucapkan sholawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat ( memberi rahmat ) kepadanya sepuluh kali lipat.”

Sholawat itu disyariatkan pada setiap waktu, dan hukumnya Muakkad jika diamalkan pada ahir setiap sholat, bahkan sebagian para ulama mewajibkannya pada tasyahud ahir di setiap sholat, dan sunnah muakkadah pada tempat lainnya, diantaranya setelah adzan, ketika disebut nama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, pada hari Jum’at dan malamnya, sebagaimana hal itu diterangkan oleh hadits hadits yang cukup banyak jumlahnya.

Allah lah tempat kita memohon, untuk memberi taufiq kepada kita sekalian dan kaum muslimin, dalam memahami agama Nya, dan memberi mereka ketetapan iman, semoga Allah memberi petunjuk kepada kita agar tetap kosisten dalam mengikuti sunnah, dan waspada terhadap bid’ah, karena Dialah MahaPemurah dan MahaMulia, semoga pula sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

http://s8.invisionfree.com/islamic/ar/t7.htm

alah perempuan yang tidak mengiyakan semua perkataan kekasihnyaBukan perempuan yang selalu sependapat dengan kekasihnyaBukanpula perempuan yang selalu memujinyaBukan pula yang selalu menceriakan kekasihnyaBukan pula perempuan yang selalu seiring sejalan

Tetapi..bagiku..Perempuan sejati yang islami Adalah perempuan yang menunjukkan padaku setiap salahkataankuDan memberiku perkataan yang benar

Page 82: Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Perempuan yang memberiku argumen lain yang memperkaya wawasankuPerempuan yang dapat mengingatkanku saat aku lalaiPerempuan yang tak hanya membuatku ceria di sisinyaTapi juga dapat membuatku menangisi kekeliruankuPerempuan yang akan mengingatkanku saat aku malasDan membuatku menyadari kesalahankuLalu ia membimbingku bersamanya

Dan yang terpenting..Pendamping sejati yang islami adalah perempuan yang mampu mendukung,mengarahkan dan mengajarkanku cara mengarungi hidup sesuai tuntunanRasul dan Ilahi.

*di saung KMB Mesir.

Oleh Samsurijal pada tanggal 2/22/2008 Beranda Goresan Seorang Sahabat

1 Komentar: