17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dan perkembangan ilmu fiqh tidak bisa lepas dari peranan penting para ulama mujtahid fiqh yang telah menggali lebih dalam berbagai persoalan hokum dengan mengembangkan prinsip-prinsip hokum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Hingga hasil ijtihad tersebut akhirnya terkumpul menjadi sebuah jalan pemikiran mujtahid yang popular disebut madzab. Mempelajari sosok pemilik madzab fiqh akan membantu kita untuk mempelajari secara detail usaha yang dilakukan oleh ulama tersebut dalam membangun bangunan kemadzabannya. Hal ini akan memberikan kita gambaran tentang bagaimana metode yang digunakan oleh ulama tersebut. Untuk mendalami ilmu fiqh, mengenal riwayat hidup para mujtahid merupakan sebuah kewajiban, sebab hal ini akan mengantarkan mereka kepada pengenalan sejarah terbentuknya suatu madzab. Dengan demikian, mengenal sosok peletak dasar sebuah madzab adalah suatu upaya menyerap madzab dari sumber aslinya. 1 1 Abu Zahrah Muhammad, Imam Syafi’I : Biografi dan Pemikirannya, Jakarta : Lentera, 2007, hal. 17

Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah dan perkembangan ilmu fiqh tidak bisa lepas dari peranan penting

para ulama mujtahid fiqh yang telah menggali lebih dalam berbagai persoalan hokum

dengan mengembangkan prinsip-prinsip hokum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan

Sunnah. Hingga hasil ijtihad tersebut akhirnya terkumpul menjadi sebuah jalan

pemikiran mujtahid yang popular disebut madzab.

Mempelajari sosok pemilik madzab fiqh akan membantu kita untuk

mempelajari secara detail usaha yang dilakukan oleh ulama tersebut dalam

membangun bangunan kemadzabannya. Hal ini akan memberikan kita gambaran

tentang bagaimana metode yang digunakan oleh ulama tersebut.

Untuk mendalami ilmu fiqh, mengenal riwayat hidup para mujtahid

merupakan sebuah kewajiban, sebab hal ini akan mengantarkan mereka kepada

pengenalan sejarah terbentuknya suatu madzab. Dengan demikian, mengenal sosok

peletak dasar sebuah madzab adalah suatu upaya menyerap madzab dari sumber

aslinya.1

Dari sekian banyak madzab ulama dalam ilmu fiqh, kami memfokuskan

pembahasan mengenai biografi dan jalan pemikiran Imam Syafi’I dan Imam Hambali.

Semoga pembahasan dalam makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita

terutama untuk memperluas wawasan keilmuan fiqh kita.

1.2 Rumusan Masalah1 Abu Zahrah Muhammad, Imam Syafi’I : Biografi dan Pemikirannya, Jakarta : Lentera, 2007, hal. 17

Page 2: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

2

1.2.1 Bagaimana Biografi Imam Syafi’i ?

1.2.2 Bagaimana Pemikiran Fiqh Imam Syafi’I ?

1.2.3 Bagaimana Biografi Imam Hambali ?

1.2.4 Bagaimana Pemikiran Fiqh Imam Hambali ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1.3.1 Mengetahui Biografi Imam Syafi’i

1.3.2 Mengetahui Pemikiran Fiqh Imam Syafi’i

1.3.3 Mengetahui Biografi Imam Hambali

1.3.4 Mengetahui Pemikiran Imam Hambali

BAB II

Page 3: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

3

PEMBAHASAN

2.1 BIOGRAFI IMAM SYAFI’I

2.1.1 Kelahiran

Kebanyakan ahli sejarah berpendapat bahwa Imam Syafi’i lahir dikota

Gaza, Palestina. Nama beliau adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Ustman bin

Imam Syari’I bin Saib bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Abdullah bin Abdul Manaf.

Pendapat ini pula yang dipegang mayoritas ulama fiqh. Namun, sebagian ulama lain

menyatakan Imam Syafi’I lahir di Aqsalan.2 Untuk menyatukan antara pendapat-

pendapat diatas, pernah dikatakan bahwa beliau dilahirkan di Gaza dan dibesarkan di

Aqsalan3. Ayah Imam Syafi’I meninggal dunia ketika beliau masih kecil, ibu beliau

membawanya ke Mekah pada saat umur beliau 10 tahun. Beliau hidup dalam keadaan

miskin, hingga terpaksa mengumpulkan batu-batu yang baik, pelepah pisang dan

belulang untuk dituliskan diatasnya.

2.1.2 Menuntut Ilmu

Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin

Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia

15 tahun. Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-

Nya, dia mulai senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab

dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di

Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai

mufti Makkah.

Kemudian beliau juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar

dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu

dari Sufyan bin Uyainah.

2 Abu Zahrah Muhammad, Imam Syafi’I : Biografi dan Pemikirannya, Jakarta : Lentera, 2007, hal. 273 Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzab, Jakarta : Amzah, 2011, hal 141

Page 4: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

4

Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id

bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun

semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di

berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas.

Kemudian beliau pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin

Anas. Ia mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9

malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl

dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain. Di majelis beliau ini, si anak yatim

tersebut menghapal dan memahami dengan cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu

Al-Muwattha’ . Kecerdasannya membuat Imam Malik amat mengaguminya.

Sementara itu As-Syafi`ie sendiri sangat terkesan dan sangat mengagumi Imam Malik

di Al-Madinah dan Imam Sufyan bin Uyainah di Makkah.4

Beliau menyatakan kekagumannya setelah menjadi Imam dengan

pernyataannya yang terkenal berbunyi: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan

Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz.” Juga beliau menyatakan

lebih lanjut kekagumannya kepada Imam Malik: “Bila datang Imam Malik di suatu

majelis, maka Malik menjadi bintang di majelis itu.” Beliau juga sangat terkesan

dengan kitab Al-Muwattha’ Imam Malik sehingga beliau menyatakan: “Tidak ada

kitab yang lebih bermanfaat setelah Al-Qur’an, lebih dari kitab Al-Muwattha’ .”

Beliau juga menyatakan: “Aku tidak membaca Al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti

bertambah pemahamanku.”

Dari berbagai pernyataan beliau di atas dapatlah diketahui bahwa guru yang

paling beliau kagumi adalah Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin

Uyainah. Di samping itu, pemuda ini juga duduk menghafal dan memahami ilmu dari

para Ulama’ yang ada di Al-Madinah, seperti Ibrahim bin Sa’ad, Isma’il bin Ja’far,

Atthaf bin Khalid, Abdul Aziz Ad-Darawardi. Ia banyak pula menghafal ilmu di

majelisnya Ibrahim bin Abi Yahya. Tetapi sayang, guru beliau yang disebutkan

terakhir ini adalah pendusta dalam meriwayatkan hadits, memiliki pandangan yang

sama dengan madzhab Qadariyah yang menolak untuk beriman kepada taqdir dan

berbagai kelemahan fatal lainnya. Sehingga ketika pemuda Quraisy ini telah terkenal

dengan gelar sebagai Imam Syafi`ie, khususnya di akhir hayat beliau, beliau tidak

4 Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzab, Jakarta : Amzah, 2011, hal 150

Page 5: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

5

mau lagi menyebut nama Ibrahim bin Abi Yahya ini dalam berbagai periwayatan

ilmu.

Imam Syafi’i kemudian pergi ke Yaman dan bekerja sebentar di sana.

Disebutkanlah sederet Ulama’ Yaman yang didatangi oleh beliau ini seperti:

Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya. Dari

Yaman, beliau melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini

beliau banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di

negeri Iraq. Juga beliau mengambil ilmu dari Isma’il bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab

Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.

Imam Syafi’i bertemu dengan Ahmad bin Hanbal di Mekah tahun 187 H dan di

Baghdad tahun 195 H. Dari Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafi’i menimba ilmu

fiqhnya, ushul madzhabnya, penjelasan nasikh dan mansukhnya. Di Baghdad, Imam

Syafi’i menulis madzhab lamanya (madzhab qodim). Kemudian beliu pindah ke

Mesir tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru (madzhab jadid). Di sana beliau

wafat sebagai syuhadaul ilm di akhir bulan Rajab 204 H.

2.1.3 Karya- Karya Imam Syafi’i

Beliau menyusun dan mengarang 13 buah kitab Dalam beberapa bidang ilmu

seperti ilmu fiqh, Tafsir, Ilmu Ushul, Sastra, Dan lain-lain. Kitab tersebut antara lain

Mu’jam Al-Ubada, Ar-Risalah, Al-Wasaya Al Kabirah, Ikhtikaf Ahlil Irak, Wasiyatus

Syafi’I, Jami’ Al Ilm, Ibtal Al Istihsan, Jami’ Al-Mizani Al Kabir, Jami Al Mizani

As-Saghir, Al Amali, Muktasar Ar Rabi’ wal Buwaiti, Al-Amla dan lain-lain.5

2.14 Meninggalnya Imam Syafi’i

5 Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzab, Jakarta : Amzah, 2011, hal 162

Page 6: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

6

Imam Syafi’I mengidap banyak penyakit sewaktu hidupnya. Diantaranya

adalah penyakit wasir, yang menyebabkan keluar darah pada tiap-tiap waktu. Imam

Syafi’I meninggal dunia di Mesir pada malam kamis dalam usia 54 tahun. Dan

dikebumikan hari jumat keesokan harinya.6

2.2 PEMIKIRAN FIQH IMAM SYAFI’I

Dasar madzhabnya: Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Beliau juga tidak

mengambil Istihsan (menganggap baik suatu masalah) sebagai dasar madzhabnya,

menolak maslahah mursalah, perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi’i

mengatakan,”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah menciptakan

syariat,”. Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah nashirussunnah

(pembela sunnah),”

Muhammad bin Daud berkata, “Pada masa Imam Asy-Syafi`i, tidak pernah

terdengar sedikitpun beliau bicara tentang hawa, tidak juga dinisbatkan kepadanya

dan tidak dikenal darinya, bahkan beliau benci kepada Ahlil Kalam dan Ahlil Bid’ah.”

Beliau bicara tentang Ahlil Bid’ah, seorang tokoh Jahmiyah, Ibrahim bin ‘Ulayyah,

“Sesungguhnya Ibrahim bin ‘Ulayyah sesat.” Imam Asy-Syafi`i juga mengatakan,

“Menurutku, hukuman ahlil kalam dipukul dengan pelepah pohon kurma dan ditarik

dengan unta lalu diarak keliling kampung seraya diteriaki, “Ini balasan orang yang

meninggalkan kitab dan sunnah, dan beralih kepada ilmu kalam.”7

Imam Asy-Syafi`i termasuk Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, beliau jauh dari

pemahaman Asy’ariyyah dan Maturidiyyah yang menyimpang dalam aqidah,

khususnya dalam masalah aqidah yang berkaitan dengan Asma dan Shifat Allah

subahanahu wa Ta’ala. Beliau tidak meyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama

dan sifat makhluk, juga tidak menyepadankan, tidak menghilangkannya dan juga

tidak mentakwilnya. Tapi beliau mengatakan dalam masalah ini, bahwa Allah

memiliki nama dan sifat sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan

sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam kepada

umatnya. Tidak boleh bagi seorang pun untuk menolaknya, karena Al-Qur’an telah

turun dengannya (nama dan sifat Allah) dan juga telah ada riwayat yang shahih

6 Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzab, Jakarta : Amzah, 2011, hal 1887 Abu Zahrah Muhammad, Imam Syafi’I : Biografi dan Pemikirannya, Jakarta : Lentera, 2007, hal. 223

Page 7: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

7

tentang hal itu. Jika ada yang menyelisihi demikian setelah tegaknya hujjah padanya

maka dia kafir. Adapun jika belum tegak hujjah, maka dia dimaafkan dengan

bodohnya. Karena ilmu tentang Asma dan Sifat Allah tidak dapat digapai dengan

akal, teori dan pikiran. “Kami menetapkan sifat-sifat Allah dan kami meniadakan

penyerupaan darinya sebagaimana Allah meniadakan dari diri-Nya.

2.3 BIOGRAFI IMAM HAMBALI

2.3.1 Imam Ahmad Bin Muhammad Bin Hanbal

Nama lengkapnya Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, dilahirkan di

Marwa, tanggal 20 Rabi’ al-Awwal 164 H (780 M), pada masa Khalifah Muhammad al

Mahdi dari Bani abbasiyyah ke III. Ayahnya , Muhammad terkenal sebangai seorang pejuang

(Mujahid) di Basrah, Irak. Dikatakan bahwa ketika ayahnya pergi ke Marwa sebagai seorang

ghazy, Imam Ahmad lahir sewaktu dia tinggal sementara disana. Ketika masih bayi, Ahmad

dibawa ke Bagdad tempat ayahnya meninggal dunia di usianya yang amat dini.8 Dengan

demikian, beliau tumbuh besar di bawah asuhan kasih sayang ibunya, karena bapaknya

meninggal dunia saat beliau masih berumur balita, tiga tahun. Meski beliau anak yatim,

namun ibunya (Shafiyah binti Maimunah binti Malik al-Syaibani) dengan sabar dan ulet

memperhatian pendidikannya hingga beliau menjadi anak yang sangat cinta kepada ilmu dan

ulama karena itulah beliau kerap menghadiri majlis ilmu di kota kelahirannya.

2.3.2 Awal Kehidupannya

Ahmad bin Hambal adalah anak yang cerdas dan rasa ingin tahunya besar, sangat

bersemangat melanjutkan pelajaran. Dia mulai belajar khazanah hadis tahun 179 H ketika

masih berusia 16 tahun. Sejak kecil, Imam Ahmad kendati dalam keadaan yatim dan miskin,

namun berkat bimbingan ibunya yang shalihah beliau mampu menjadi manusia yang teramat

cinta pada ilmu, kebaikan dan kebenaran. Dalam suasana serba kekurangan, tekad beliau

dalam menuntut ilmu tidak pernah berkurang. Bahkan sekalipun beliau sudah menjadi imam,

pekerjaan menuntut ilmu dan mendatangi guru-guru yang lebih alim tidak pernah berhenti.

Melihat hal tersebut, ada orang bertanya, Sampai kapan engkau berhenti dari mencari ilmu,

8A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm 146

Page 8: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

8

padahal engkau sekarang sudah mencapai kedudukan yang tinggi dan telah pula menjadi

imam bagi kaum muslimin ? Maka beliau menjawab, Beserta tinta sampai liang lahat.9

Meskipun Imam Ahmad seorang yang kekurangan, namun beliau sangat memelihara

kehormatan dirinya. Bahkan dalam keadaan tersebut, beliau senantiasa berusaha menolong

dan tangannya selalu di atas. Beliau tidak pernah gusar hatinya untuk mendermakan sesuatu

yang dimiliki satu-satunya pada hari itu. Disamping itu, beliau terkenal sebagai seorang yang

zuhud dan wara”. Bersih hatinya dari segala macam pengaruh kebendaan serta menyibukkan

diri dengan dzikir dan membaca Al Qur’an atau menghabiskn seluruh usianya untuk

membersihkan agama dan mengikisnya dari kotoran-kotoran bid’ah dan pikiran-pikiran yang

sesat.

2.3.3 Pendidikan Imam Hambali

Imam Ahmad menghafal Al-Qur’an dan mempelajari bahasa Arab. Beliau pergi

mengembara ke beberapa buah negeri untuk belajar seperti Kufah, Basrah, Syam dan Yaman.

Beliau mula belajar hadis ketika berumur 16 tahun. 10 Beliau menuntut ilmu dari banyak guru

yang terkenal dan ahli di bidangnya. Misalnya dari kalangan ahli hadits adalah Yahya bin

Sa’id al Qathan, Abdurrahman bin Mahdi, Yazid bin Harun, sufyan bin Uyainah dan Abu

Dawud ath Thayalisi. Dari kalangan ahli fiqh adalah Waki’ bin Jarah, Muhammad bin Idris

asy Syafi’i dan Abu Yusuf (sahabat Abu Hanifah ) dll. dalam ilmu hadits, beliau mampu

menghafal sejuta hadits bersama sanad dan hal ikhwal perawinya.

Salah satu karya besar beliau adalah Al Musnad yang memuat empat puluh ribu

(40.000) hadits. Disamping beliau mengatakannya sebagai kumpulan hadits-hadits shahih dan

layak dijadikan hujjah, karya tersebut juga mendapat pengakuan yang hebat dari para ahli

hadits. Selain al Musnad karya beliau yang lain adalah : Tafsir al Qur’an, An Nasikh wa al

Mansukh, Al Muqaddam wa Al Muakhar fi al Qur’an, Jawabat al Qur’an, At Tarih, Al

Manasik Al Kabir, Al Manasik Ash Shaghir, Tha’atu Rasul, Al ‘Ilal, Al Wara’ dan Ash

Shalah. 11

2.3.4 Tuduhan Terhadapnya

9Akhmad Fariz , Biografi Singkat Empat Imam Madzhab Dan Imam Ja’fari (Makalah), 201110A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), 2002, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 14611Prof. Dr. Wahban az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu 1, 2007, Damaskus : Darul Fikr, hlm 47

Page 9: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

9

Ditahun-tahun akhir kehidupannya, Imam Ahmad menghadapi tantangan dari khalifah

dan aparatur negara-Nya. Akibatnya, dia dipenjarakan dalam waktu lama serta diperlakukan

sangat kasar oleh para penguasa. Namun sebagai orang yang berkesadaran tinggi, ia tidak

pernah menyerah terhadap pandangan para pejabat yang salah. Banyak hal yang di tuduhkan

kepadanya. 12

Ujian dan tantangan yang dihadapi Imam Ahmad adalah hempasan badai filsafat atau

paham-paham Mu’tazilah yang sudah merasuk di kalangan penguasa, tepatnya di masa al

Makmun dengan idenya atas kemakhlukan al Qur’an. Sekalipun Imam Ahmad sadar akan

bahaya yang segera menimpanya, namun beliau tetap gigih mempertahankan pendirian dan

mematahkan hujjah kaum Mu’tazilah serta mengingatkan akan bahaya filsafat terhadap

kemurnian agama. Beliau berkata tegas pada sultan bahwa al Qur’an bukanlah makhluk,

sehingga beliau diseret ke penjara. Beliau berada di penjara hampir selama 30 tahun di

Baghdad, selama tiga periode kekhlifahan yaitu al Makmun, al Mu’tashim dan terakhir al

Watsiq. Setelah al Watsiq tiada, diganti oleh al Mutawakkil yang arif dan bijaksana dan

Imam Ahmad pun dibebaskan pada 25 Ramadhan 221 H.

2.3.5 Wafatnya Imam Ahmad

Imam Ahmad lama mendekam dalam penjara dan dikucilkan dari masyarakat, namun

berkat keteguhan dan kesabarannya selain mendapat penghargaan dari sultan juga

memperoleh keharuman atas namanya. Ajarannya makin banyak diikuti orang dan

madzabnya tersebar di seputar Irak dan Syam. Tidak lama kemudian beliau meninggal karena

rasa sakit dan luka yang dibawanya dari penjara semakin parah dan memburuk. Beliau wafat

pada 12 Rabi’ul Awwal 241 H (855). Pada hari itu tidak kurang dari 130.000 Muslimin yang

hendak menshalatkannya dan 10.000 orang Yahudi dan Nashrani yang masuk Islam. Menurut

sejarah belum pernah terjadi jenazah dishalatkan orang sebanyak itu kecuali Ibnu Taimiyah

dan Ahmad bin Hanbal. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat atas keduanya. Amin.

2.4 PEMIKIRAN FIQH IMAM HAMBALI

Dasar madzhab Hambali adalah Al-Quran, Sunnah, fatwah sahahabat, Ijma, Qiyas,

Istishab, Maslahah mursalah dan saddudzarai. Imam Hambali menjadikan Al Qur’an dan

12A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), 2002, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 148

Page 10: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

10

sunnah sebagai sumber utama dalam ilmu fiqhnya. Dan tidak menerima perselisihan Al

Qur’an dan sunnah. Dan lebih meninggikan Al-Qur’an dari sumber lainnya. Intinya beliau

memahami, Al Qur’an sebagai sumber utama dan As Sunnah adalah penafsirnya, setelah itu

diambil perkataan sahabat-sahabat dan fatwanya, dan beliau juga mengambil ijma’ dan kias

apabila tidak ada nas yang mngatakan halal atau haram bagi suatu perkara. 13 Imam Ahmad

tidak mengarang satu kitab pun tentang fiqhnya. Namun pengikutnya yang membukukannya

madzhabnya dari perkataan, perbuatan, jawaban atas pertanyaan dan lain-lain.

BAB III

KESIMPULAN

13 Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzab, Jakarta : Amzah, 2011, hal 201

Page 11: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

11

Dari pembahasan makalah diatas mengenai biografi dan pemikiran kehidupan Imam

Syafi’I dan Imam Hambali, dapat kami tarik diambil kesimpulan bahwa :

1. Imam Syafi’i

a. Biografi

Imam Syafi’I dilahirkan di Gaza, Palestina pada tahun 150 H / 769 M dan

wafat di Mesir pada tahun 204 H / 820 M.

b. Pemikiran dalam penentuan hokum

Al-Qur’an

al-Sunnah

Ijma’

Qiyas

2. Imam Hanbali

a. Biografi

Beliau dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H / 780 M dan wafat juga di

Baghdad pada tahun 241 H / 855 M.

b. Pemikiran dalam penentuan hokum

Nas dari Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih

Fatwa para sahabat Nabi SAW

Hadits Mursal dan Hadits Dha’if

Qiyas

Semoga kita bisa mengambil hikmah dan teladan kehidupan dari biografi Imam

Syafi’I dan Imam Hambali, dan dengan mengenal sosok peletak dasar sebuah madzab akan

lebih mudah bagi kita untuk menyerap madzab dari sumber aslinya. Hingga nantinya bisa

kita terapkan penggunaan madzab tersebut untuk mengatasi masalah fiqh dalam kehidupan

dan menjadi pedoman dasar dalam melaksanakan syariat islam.

DAFTAR PUSTAKA

Asy-Syurbasi, Ahmad, 2011, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzab, Jakarta : Amzah

Page 12: Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali

12

Rahman I. Doi, 2002, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada

Wahban , az-Zuhaili, 2007. Fiqh Islam Wa Adillatuhu 1,, Damaskus : Darul Fikr

Fariz, Akhmad , 2011, Biografi Singkat Empat Imam Madzhab Dan Imam Ja’fari (Makalah)

Abu Zahrah Muhammad, 2007.Imam Syafi’I : Biografi dan Pemikirannya, Jakarta : Lentera