24
HAKIKAT DAN KEUTAMAAN SHALAT Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dengan segala keterbatasan diri dan dengan rahmat Allah SWT, saya sajikan tulisan yang berkenaan dengan shalat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang Allah berikan kepada saya. Ini saya tulis dari pengalaman yang saya lakukan keka mendalami tentang shalat dengan menerapkan metode resonansi kuantum dan selanjutnya saya mendapa pengetahuan dan pengalaman rasa shalat seper yang saya tuliskan ini. Selama beberapa hari saya mencoba mengiku apa yang ingin saya lakukan tentang berbagai akvitas hidup, dan ternyata akvitas yang saya lakukan adalah menulis sebuah uraian tentang shalat seper yang saya tuliskan di bawah ini. Selama menuliskan uraian shalat ini saya hanya beresonansi dengan shalat, dan semua pemikiran serta pemahaman saya mengalir begitu saja menuliskan tentang uraian shalat ini. Tentang kebenaran atau daknya, saya belum melakukan pengkajian lebih lanjut, dan silakan bagi pembaca untuk mempercayai ataupun dak mempercayai apa yang ada di dalam tulisan ini. Cuplikan-cuplikan ayat Al Qur’an maupun hadits sengaja saya gunakan sebagai referensi dan memperjelas uraian dari shalat yang saya tuliskan ini. Ini adalah shalat yang saya jalani saat ini dan berdasarkan permbangan rasa serta pemahaman yang ada pada diri saya sebelumnya, apa yang saya tuliskan ini adalah sesuatu yang dapat membawa pemahaman bagi saya maupun orang-orang yang membacanya. Selanjutnya saya berlindung kepada Allah dari segala kesalahan yang disengaja maupun yang dak disengaja apabila itu terjadi. Silakan membaca dan bertafakur atas shalat yang kita lakukan. Definisi Shalat Kata Shalat (ة ص) berasal dari bahasa Arab yg diartikan secara harfiah dengan doa. Menurut terminologi ilmu fiqh shalat, salat (ة ال ص) diterjemahkan sebagai serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam ( مس). Shalat dilakukan dengan hati, pikiran, badan/jasmani, perasaan, dan seluruh jiwa. Shalat hendaknya dinikmati dan dirasakan oleh seluruh keberadaan dan kesadaran dalam menjalin hubungan dg Allah SWT. Tubuh bergetar melalui seluruh sel dan atom-atom yang beresonansi akibat getaran dari getaran hati dan rasa, yang beresonansi terhadap eksistensi Allah SWT mulai dari yg tampak hingga yang paling halus dalam berbagai bentuk yang bisa ditangkap oleh kesadaran jiwa kita. Semakin khusyuk dan tuma'ninah shalat kita maka hubungan yang terjalin akibat resonansi dg Allah semakin erat dan kuat. Sebagai bentuk doa khusus yang berbentuk ritual (upacara), shalat memiliki beberapa rukun (protokoler) yang dimaksudkan untuk melatih dan mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu terciptanya

Hakikat dan Keutamaan Shalat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hakikat dan Keutamaan Shalat

HAKIKAT DAN KEUTAMAAN SHALAT

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan segala keterbatasan diri dan dengan rahmat Allah SWT, saya sajikan tulisan yang berkenaan

dengan shalat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang Allah berikan kepada saya. Ini saya tulis

dari pengalaman yang saya lakukan ketika mendalami tentang shalat dengan menerapkan metode

resonansi kuantum dan selanjutnya saya mendapati pengetahuan dan pengalaman rasa shalat seperti

yang saya tuliskan ini. Selama beberapa hari saya mencoba mengikuti apa yang ingin saya lakukan

tentang berbagai aktivitas hidup, dan ternyata aktivitas yang saya lakukan adalah menulis sebuah uraian

tentang shalat seperti yang saya tuliskan di bawah ini. Selama menuliskan uraian shalat ini saya hanya

beresonansi dengan shalat, dan semua pemikiran serta pemahaman saya mengalir begitu saja

menuliskan tentang uraian shalat ini. Tentang kebenaran atau tidaknya, saya belum melakukan

pengkajian lebih lanjut, dan silakan bagi pembaca untuk mempercayai ataupun tidak mempercayai apa

yang ada di dalam tulisan ini. Cuplikan-cuplikan ayat Al Qur’an maupun hadits sengaja saya gunakan

sebagai referensi dan memperjelas uraian dari shalat yang saya tuliskan ini. Ini adalah shalat yang saya

jalani saat ini dan berdasarkan pertimbangan rasa serta pemahaman yang ada pada diri saya

sebelumnya, apa yang saya tuliskan ini adalah sesuatu yang dapat membawa pemahaman bagi saya

maupun orang-orang yang membacanya. Selanjutnya saya berlindung kepada Allah dari segala kesalahan

yang disengaja maupun yang tidak disengaja apabila itu terjadi. Silakan membaca dan bertafakur atas

shalat yang kita lakukan.

Definisi Shalat

Kata Shalat (صالة ) berasal dari bahasa Arab yg diartikan secara harfiah dengan doa.

Menurut terminologi ilmu fiqh shalat, salat (صالة diterjemahkan sebagai serangkaian kegiatan ibadah (ال

khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam (سال .(م

Shalat dilakukan dengan hati, pikiran, badan/jasmani, perasaan, dan seluruh jiwa. Shalat hendaknya

dinikmati dan dirasakan oleh seluruh keberadaan dan kesadaran dalam menjalin hubungan dg Allah

SWT. Tubuh bergetar melalui seluruh sel dan atom-atom yang beresonansi akibat getaran dari getaran

hati dan rasa, yang beresonansi terhadap eksistensi Allah SWT mulai dari yg tampak hingga yang paling

halus dalam berbagai bentuk yang bisa ditangkap oleh kesadaran jiwa kita. Semakin khusyuk dan

tuma'ninah shalat kita maka hubungan yang terjalin akibat resonansi dg Allah semakin erat dan kuat.

Sebagai bentuk doa khusus yang berbentuk ritual (upacara), shalat memiliki beberapa rukun

(protokoler) yang dimaksudkan untuk melatih dan mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu terciptanya

Page 2: Hakikat dan Keutamaan Shalat

jalinan hubungan yang kuat dengan Allah di segala kondisi. Untuk itu dalam shalat harus dilakukan

dengan penuh khidmat menghadirkan seluruh keberadaan jiwa raga kita ke hadapan Allah SWT.

Manfaat Shalat

Shalat mempunyai manfaat yang sangat besar. Selain mencegah dari perbuatan keji dan munkar, shalat

adalah cara penting dalam memecahkan berbagai permasalahan, merupakan jalan utama dalam

meningkatkan iman dan menempuh jalan hidup Islam (Islamic way of life).

Shalat seringkali dianggap sebagai beban bagi yang belum memahami maksud dan tujuannya. Bahkan

dengan adanya berbagai kesibukan, permasalahan, dan tuntutan hidup, shalat kadang ditinggalkan atau

bagi yang sudah rutin melakukan shalat fardlu pun banyak yang masih melupakan kebesaran maksud,

tujuan, dan manfaat dari shalat sehingga ketika berhadapan dg berbagai tipu daya dan ujian di dunia,

kita pun masih sering bingung mencari cara, berkeluh kesah, dan bahkan terlena dengan kehebatan-

kehebatan aktivitas lainnya seperti pekerjaan, hiburan, kebersamaan dengan teman-teman, bisnis, dsb.

Kita lupa atau mungkin belum tahu bahwa sesungguhnya shalat justru merupakan jalan paling ampuh

untuk menempuh keselamatan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Shalat adalah

jalan paling efektif untuk mencapai kesuksesan dunia akhirat hingga Allah SWT memerintahkan kita

untuk meminta pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya shalat adalah jalan paling utama

dalam mengatasi berbagai permasalahan. Islam mengajarkan berbagai jenis shalat yang mungkin sampai

saat ini hanya kita ketahui dan jarang kita gunakan.

Shalat mampu mengeluarkan kita dari kemiskinan dan kefakiran.

Shalat mampu mengobati kita dari berbagai penyakit hati dan perbuatan yg buruk (keji dan

munkar).

Shalat mampu mengobati berbagai penyakit jasmani.

Shalat mampu meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan kita.

Shalat mampu mengatasi berbagai permasalahan emosi dan cinta.

Melalui shalat Allah memberi jalan bagi setiap tujuan dan cita-cita kita yang baik.

Shalat mampu meningkatkan kesadaran iman kita akan jalan hidup Islam yang rahmatan lil

alamiin.

Shalat mampu meningkatkan rezeki, kesehatan, kemuliaan, dan kebahagiaan hidup kita.

Shalat (menjadi sarana untuk) memberi petunjuk bagi kita untuk melangkah pada jalan yang

lurus yang ditentukan oleh Allah SWT bagi diri kita.

Shalat mampu menyelamatkan kita dari berbagai ancaman, himpitan, dan cobaan hidup.

Shalat adalah jalan yang PASTI membawa kita pada kemenangan, kemenangan yang sesungguhnya,

menahan kita dari kekalahan akibat kebodohan dan dorongan hawa nafsu kita. Maka marilah shalat...

Marilah menuju kemenangan...

Page 3: Hakikat dan Keutamaan Shalat

Yang perlu kita lakukan hanyalah PERCAYA. Percaya, yakin dengan sepenuh kesadaran bahwa shalat

adalah jalan yang agung untuk mendapatkan petunjuk hidup yang lurus dan memperoleh pertolongan

Allah SWT Yang Tak Terbatas mampu berbuat apapun di alam semesta ini. Yang perlu kita lakukan

hanyalah melakukan shalat secara sukses.

Untuk itu dalam pembahasan shalat ini, saya tidak membahas manfaat dan keutamaan shalat dari sisi

kesehatan ataupun manfaat-manfaat jasmani seperti uraian tentang gerakan shalat yang mampu

mencegah dan mengobati penyakit ataupun manfaat shalat dalam kaitannya dengan stress karena

sudah banyak ahli-ahli yang menjelaskannya. Pada tulisan ini, khusus dibahas keutamaan shalat untuk

membimbing dan melindungi kita dalam hidup serta mencegah, menolong, dan menyelesaikan berbagai

masalah apapun termasuk berbagai macam penyakit dan masalah-masalah kehidupan sehingga kita

terselamatkan dari ujian serta jebakan kehidupan dunia. Pembahasan ini akan memberikan penjabaran

keutamaan shalat yang didekati secara ilmiah dari sudut pandang ilmu pikiran dan kesadaran.

Bagaimana melakukan shalat yang sukses?

Shalat yang sukses adalah shalat yang mampu membawa kita pada keterhubungan dengan Allah SWT

sehingga keadaan diri kita antara sebelum shalat dan sesudah shalat mengalami perubahan yang

semakin baik. Pada setiap shalat yang sukses, setiap diri menerima kesadaran yang lebih baik dan lebih

luhur sehingga orang yang shalat akan mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik sambil

membangun kehidupannya di akhirat.

Karena itu shalat sungguh bukan suatu hal yang remeh. Shalat harus dikerjakan dengan sungguh-

sungguh dan tersambung dengan Allah SWT sehingga kita siap dan mampu menerima kesadaran

maupun informasi-informasi batiniyah baru yang kita dapati ketika shalat. Shalat sungguh merupakan

olah kebatinan yang sangat sakral, luhur, dan mendalam.

Kesuksesan shalat ditentukan oleh seberapa khusyuk kita mempersiapkannya dan melakukannya.

Kekhusyukan shalat terkait dengan seberapa dalam jiwa kita hanyut dan mampu masuk ke dalam

samudera kebesaran Allah SWT. Kemampuan untuk khusyuk terkait dengan kesungguhan, ketenangan,

keikhlasan, dan keterbukaan kita di dalam merespon setiap getaran dan eksistensi yang kita rasakan

ketika menghadap Allah Tuhan alam semesta yang Maha Besar dari sudut pandang dimensi manapun.

Allah SWT mengabarkan melalui firmanNya tentang bagaimana melakukan shalat yang khusyuk, yaitu

shalat yang sukses, yang membawa dampak besar bagi kehidupan kita, yang mampu menyelamatkan

hidup kita dari kegelapan kepada cahaya, dari kebatilan kepada kebenaran, dari kesengsaraan kepada

kebahagiaan, dari kekalahan kepada kemenangan, dan dari kegagalan kepada keselamatan/

keberhasilan.

Allah SWT berfirman di dalam kitab Al Qur’an:

Page 4: Hakikat dan Keutamaan Shalat

Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan

menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. 2 ayat 45-46)

Peliharalah segala shalat, dan shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah dengan khusyuk. (QS. 2 ayat 238)

Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana

Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)". (QS. 7 ayat 29)

Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebahagian malam hari

bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. 17 ayat 78-79)

Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah aku

secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah

sesuatu yang pasti lenyap. (QS. 17 ayat 80-81)

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan

akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS. 20 ayat 132)

Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 26 ayat 217-220)

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Al Kitab dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat

itu mencegah dari keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 29

ayat 45)

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. 62 ayat 10)

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia

shalat. (QS. 87 ayat 15)

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

(QS. 108 ayat 1-3)

Page 5: Hakikat dan Keutamaan Shalat

Demikianlah ayat-ayat Allah yang menjelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan pentingnya

serta keutamaan shalat. Maka sangat disayangkan apabila kita belum mengetahui atau belum

menggunakan shalat sebagai senjata utama di dalam hidup sebagai seorang muslim.

Dari Ali bin Abi Thalibradhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

، الصلة مفتاح ها الطه ور ، وتحريم كبير سليم وتحليل ها الت الت

“Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya adalah takbiratul ihram, dan yang

menghalalkannya adalah salam.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Turmudzi, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Syarat dan Rukun Shalat

Setelah mengetahui betapa besarnya keutamaan dan kehandalan shalat, maka yang tidak kalah

pentingnya adalah memahami prosedur shalat yang membawa kita pada berbagai manfaat shalat

tersebut. Saya gunakan kata ‘prosedur’ di sini supaya tidak rancu dengan istilah rukun shalat yang sudah

biasa kita pelajari. Prosedur shalat di sini meliputi tata cara dan urutan baik yang bersifat perilaku,

ucapan, pemahaman, maupun keadaan jiwa kita. Prosedur shalat menjelaskan secara rinci rukun shalat

dan penerapannya. Sebelum membahas prosedur shalat, berikut ini adalah syarat dan rukun shalat,

yaitu syarat sahnya sebuah ritual shalat.

Syarat shalat:

1. Beragama Islam

2. Sudah baligh dan berakal

3. Suci dari hadas

4. Suci seluruh anggota badan, pakaian, dan tempat shalat

5. Menutup aurat, laki laki auratnya antara pusar dan lutut, sedangkan wanita seluruh anggota

badannya kecuali muka dan dua belah telapak tangan

6. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing masing shalat

7. Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunnah

8. Menghadap kiblat

Page 6: Hakikat dan Keutamaan Shalat

Rukun shalat:

1. Niat

2. Berdiri tegak bagi yang mampu, boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit

3. Takbiratul ihram

4. Membaca surat Al-Fatihah pada tiap tiap raka’at

5. Rukuk dengan tuma’ninah

6. I’tidal dengan tuma’ninah

7. Sujud dua kali dengan tuma’ninah

8. Duduk antara dua sujud dengan tuma’ninah

9. Duduk tasyahud akhir dengan tuma’ninah

10. Membaca tasyahud akhir

11. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir

12. Membaca salam yang pertama

13. Tertib berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut

Pada setiap rukun shalat, berlangsung olah rasa (qalbi), bahasa (qauli), dan perbuatan (fi’li). Untuk

suksesnya shalat, ketiganya harus dilakukan secara harmonis. Ini adalah pendapat umum yang

disampaikan oleh mayoritas ulama.

Shalat dan Kesadaran Jiwa

Dalam pembahasan kali ini, saya akan menguraikan pemahaman prosedur shalat dengan pembahasan

yang komprehensif berdasarkan ilmu pikiran. Karenanya, dalam pembahasan ini saya akan

menggunakan istilah-istilah yang agak berlainan dengan tujuan supaya lebih mudah dipahami.

Shalat adalah ritual memasuki dimensi kesadaran yang lebih dalam dan lebih luas dengan tujuan

menghadap dan menghamba, melebur dengan Yang Maha Kuasa Allah SWT. Dalam ilmu pikiran,

kesadaran itu berjenjang mulai dari kesadaran duniawi, yaitu persepi materi, indera fisik yang kita

tangkap dan rasakan sehari-hari atau biasa disebut sebagai alam sadar (saja). Di balik alam sadar

terdapat kesadaran yang mempengaruhi alam sadar setiap manusia, yaitu disebut sebagai alam bawah

sadar. Alam bawah sadar ini lebih luas dan lebih besar pengaruhnya pada kehidupan kita. Baik alam

sadar maupun alam bawah sadar terikat pada tiap-tiap diri individu manusia.

Di balik alam bawah sadar terdapat kesadaran kolektif yang tidak lagi terikat pada tiap-tiap diri manusia.

Ia lebih luas dari alam bawah sadar dan berperan sangat besar mempengaruhi kehidupan di alam secara

kolektif. Kesadaran kolektif ini dalam ilmu pikiran termasuk dalam golongan kesadaran super. Kesadaran

kolektif mengendalikan alam bawah sadar setiap individu. Dan di balik kesadaran kolektif adalah

Page 7: Hakikat dan Keutamaan Shalat

kesadaran universal atau kesadaran semesta. Kesadaran universal ini adalah golongan kesadaran super

yang paling luas, yang mengendalikan keseluruhan alam semesta dan isinya, meliputi juga turunannya di

alam fisik yang kita sebut sebagai hukum alam seperti halnya kesadaran duniawi (alam sadar).

Hamparan kesadaran yang bertingkat ini memberikan persepsi pengetahuan dan pengalaman yang

berbeda-beda, sehingga kita mengenal istilah “maqam”, yaitu tingkatan keimanan tiap-tiap orang.

Kesadaran lebih luas dari sekedar pemikiran. Contohnya adalah sebagai berikut: Seorang anak tidak

memahami tentang cinta kepada lawan jenis ataupun hasrat/dorongan untuk melakukan hubungan

seksual (bukan kasih sayang karena kasih sayang kepada sesama makhluk adalah kesadaran yang sudah

dimiliki manusia sejak lahir). Meskipun seorang anak dijelaskan tentang apa itu cinta kepada lawan jenis

dan ia mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, ia tetap tidak akan mengerti akan keberadaan dari

rasa cinta itu sendiri hingga ia beranjak remaja dan mengalami perluasan kesadaran akan bentuk

kehidupan. Perumpamaan umum yang biasa dipakai seorang guru menjelaskan hal ini kepada muridnya

bahwa kesadaran (pengalaman rasa) tidak sama dengan pemikiran/pemahaman adalah dengan contoh

secangkir kopi dimana ketika kita belum pernah minum kopi, maka kita tidak akan mengetahui rasanya

kopi meskipun dijelaskan secara rinci dan kita mempelajarinya sungguh-sungguh. Maka untuk

merasakan nikmatnya kopi adalah dengan meminumnya sambil menikmatinya. Terkadang setelah

minum kopi pun kita hanya merasakan rasa fisik kopi yang terindera oleh indera pengecapan kita saja

tanpa tahu nikmatnya sehingga beberapa orang akan mengambil kesimpulan bahwa ia tidak suka

minum kopi karena tidak mendapati kenikmatan dari minum kopi.

Itu adalah contoh sederhana akan seni menikmati sebuah pengalaman yang akan berdampak pada

perluasan kesadaran. Ketika contoh minum kopi tersebut tidak memiliki suatu manfaat, seseorang

dengan bebas bisa memilih untuk berkeputusan bahwa ia tidak menyukai minum kopi. Namun lain

permasalahannya jika pada contoh sebelumnya yaitu tentang rasa cinta. Ketika seseorang gagal dalam

mengenal kesadaran akan rasa cinta, ia akan disebut sebagai tidak normal dan akan mengalami masalah

dalam kehidupannya.

Pemahaman Prosedur Shalat

Takbiratul Ihram

Perlu diketahui oleh seorang mukmin bahwa yang dimaksud takbiratul ihram adalah takbir pertama

memasuki pintu gerbang shalat. Ihram berasal dari kata haram, yang berarti takbir haram, artinya

takbir yang mengharamkan segala yang halal sebelum shalat. Ketika sebelum shalat makan minum

dihalalkan, maka memasuki shalat, hal tersebut menjadi haram. Takbiratul ihram merupakan gerbang

masuk antara alam sadar dan alam-alam di bawahnya (baca: di baliknya). Dalam ilmu pikiran, ini disebut

sebagai langkah induksi. Ketika sudah melakukan takbiratul ihram, semua pikiran dan seluruh jiwa hanya

terfokus menghadap Allah SWT saja. Karenanya semua hal yang lainnya menjadi haram untuk sengaja

diperbuat, seperti bergerak bebas, berpikir lain-lain, ataupun menyimpan ingatan emosi keduniawian.

Page 8: Hakikat dan Keutamaan Shalat

Segala bentuk indera, emosi, rasa, pikiran, dan badan fokus tertuju hanya untuk menghadap Allah SWT.

Semakin fokus (khusyuk) kita melakukan takbiratul ihram, akan semakin dalam kita memasuki alam di

balik alam sadar kita.

Untuk memulai shalat, rasulullah SAW mengajarkan untuk mengucapkan takbiratul ihram, yaitu

mengucapkan bacaan takbir yakni :

بر هللا أك Allahu Akbar

Pada saat takbiratul ihram disunatkan untuk mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan telinga.

Takbiratul ihram dilakukan dengan penuh khidmat memuji dan merasakan kebesaran Allah SWT dan

mengijinkan segenap pikiran dan seluruh jiwa kita untuk memasuki alam yang terdekat dengan Allah

SWT yaitu menghadapnya sedekat mungkin, menjalin hubungan sedekat-dekatnya denganNya. Segala

pikiran dan perasaan terfokus dan terkunci hanya kepada Allah SWT saja.

Iftitah

Setelah takbiratul ihram selanjutnya langsung dilanjutkan dengan membaca doa iftitah. Membaca doa

iftitah merupakan sunat untuk mempertegas, memperdalam keadaan seluruh jiwa kita dalam

menghadap Allah SWT. Ketika takbiratul ihram kita memasuki alam di balik alam sadar dengan

kedalaman awal, maka pada saat membaca doa iftitah, melalui pembacaan doa ini kita melakukan

proses affirmasi pendalaman dan penguatan dalam menghadap Allah SWT sehingga dengan tegas

bahwa shalat yang kita lakukan hanyalah untuk menjalin hubungan dengan Allah SWT semata dan

mempertegas bahwa tujuan kita shalat adalah untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT

sehingga mampu menjadi orang yang berserah diri.

Maka doa yang diajarkan ketika melakukan pendalaman ini adalah dengan doa iftitah sebagai berikut:

ال ي ص كرة وا بحان هللا ب س يرا و ث حمد هلل ك يرا وال ب بر ك .هللا أك

Allaahu akbar kabiira, walhamdulillaahi katsiira, wa subhanallaahi bukrataw, waashiila.

(Allah Maha Besar, dan Segala Puji yang sangat banyak bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi,

dan petang).

ا من لما وما أن س فا م ي ن سموات واألرض ح طر ال لذى ف ى وجهت وجهي ل ين.أن شرك م ال

Innii wajjahtu wajhiya, lilladzii fatharassamaawaati wal ardha, haniifam, muslimaa, wamaa ana minal

musrykiin.

Page 9: Hakikat dan Keutamaan Shalat

(Sungguh aku hadapkan wajahku kepada wajahMu, yang telah menciptakan langit dan bumi, dengan

penuh kelurusan, dan penyerahan diri, dan aku tidak termasuk orang-orang yang mempersekutuan

Engkau/Musryik)

ين لم س م ا من ال ك امرت وان ذل ه وب ك ل شري ين ال م عال ى هلل رب ال ياي وممات كى ومح س ى ون صالت ان

Innasshalaatii, wa nusukii, wa mahyaaya, wa mamaati, lillaahi rabbil ‘aalamiin.

(Sesungguhnya shalatku, dan ibadah qurbanku, dan hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan alam

semesta).

Laa syariikalahu, wabidzaalika umirtu, wa ana minal muslimiin.

(Tidak akan aku menduakan Engkau, dan memang aku diperintahkan seperti itu, dan aku termasuk

golongan hamba yang berserah diri kepadaMu)

Ini adalah salah satu doa iftitah yang diajarkan oleh rasulullah SAW. Adapun ada beberapa jenis doa

iftitah yang diajarkan oleh rasulullah SAW yang bisa dipilih untuk dibaca ketika shalat.

Surat Al Fatihah

Surat Al Fatihah merupakan surat yang wajib dibaca dalam shalat setelah membaca doa iftitah.

Sebagaimana namanya, surat ini digunakan untuk membuka interaksi kita dengan Allah SWT untuk

pertama kalinya setelah kita memasuki alam yang terdekat dengan Allah SWT. Al Fatihah pertama yang

diucapkan ketika shalat adalah permulaan dari aktivitas ruhani inti diri kita dengan Allah SWT. Aktivitas

ruhani inti dalam shalat berlangsung terus hingga sebelum salam dan oleh karenanya harus selalu dijaga

kekhusyukannya untuk tetap berada di alam terdekat dengan Allah SWT.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak

membaca Fatihatul Kitab (Al Fatihah).” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu

‘anhu)

Dalam sabda yang lain beliau mengatakan yang artinya, “Barangsiapa yang shalat tidak membaca

Ummul Qur’an (surat Al Fatihah) maka shalatnya pincang (khidaaj).” (HR. Muslim)

Makna dari khidaaj adalah kurang, sebagaimana dijelaskan dalam hadits tersebut, “Tidak lengkap”.

Berdasarkan hadits ini dan hadits sebelumnya para imam seperti imam Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal

dan para sahabatnya, serta mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum membaca Al Fatihah di dalam

shalat adalah wajib, tidak sah shalat tanpanya.

Surat Al Fatihah berisi bacaan dengan pemaknaan yang sangat mulia dan mendalam. Anda dapat

membacanya pada buku-buku tafsir surat Al Fatihah. DI sini saya hanya akan menuliskan terjemah dan

pemaknaan surat Al Fatihah secara ringkas, bukan tafsirnya.

Page 10: Hakikat dan Keutamaan Shalat

1. Bismillahirrahmanirrahim

2. Alhamdulillahi rabbil alamin,

3. Arrahmaanirrahiim

4. Maaliki yaumiddiin,

5. Iyyaka na’budu waiyyaaka nasta’iin,

6. Ihdinashirratal mustaqim,

7. shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin.

1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

4. Yang menguasai di hari Pembalasan.

5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus.

7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka

yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Kalimat Bismillahirrahmanirrahim dibaca dengan menyatukan seluruh rasa di dalam diri dengan seluruh

nama Allah SWT dalam naungan sifat Maha Pemurah dan Maha PenyayangNya. Kata Bismillah tidak

hanya menyebut nama Allah, melainkan bermakna keseluruhan Asma Allah dengan segala sebutanNya.

Ar Rahmaan bermakna Allah Maha Pemurah yang melimpahkan, menganugerahkan rezeki dan kasih

sayang kepada seluruh makhluk ciptaanNya tanpa terkecuali. Ini adalah sifat kasih sayang universal yang

ada di alam semesta. Sedangkan Ar Rahiim bermakna Allah Maha Penyayang, melimpahkan,

memelihara, dan melindungi orang-orang tertentu yang dikasihiNya, yaitu orang-orang yang lurus seperti

para nabi, rasul, wali, dan orang-orang shaleh.

Menyebut kalimat Bismillahirrahmanirrahim dimaksudkan untuk menyelaraskan diri kita dalam naungan

dan limpahan kasih sayangNya (Ar Rahmaan) yang universal serta sambil menyerahkan diri kita untuk

Page 11: Hakikat dan Keutamaan Shalat

mampu digolongkan ke dalam orang-orang yang berserah diri, yang dekat, yang cinta kepada Allah SWT

sehingga Allah pun menyayangi kita dan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang dikasihi Allah

dan termasuk pula dalam golongan orang-orang shaleh yang mendapatkan limpahan rezeki dan kasih

sayang yang spesial dari Ar Rahiim. Dari pengetahuan inilah penghayatan kalimat

Bismillahirrahmanirrahim sangat banyak keutamaannya dan dapat digunakan untuk memulai setiap

aktivitas yang akan kita lakukan. Allah SWT berfirman, ("Bila Hamba membaca"): "Dengan Menyebut

Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". "Allah menjawab": "Hamba-Ku memulai

menyebut dengan asma-Ku dan wajib atas-Ku untuk menyempurnakan urusan-urusannya dan

memberkahi keadaannya".

Kalimat Alhamdulillahi rabbil alamin diucapkan dengan penuh ketulusan dan kejujuran jiwa bahwa

segala puji hanyalah untuk Allah SWT Tuhan alam semesta. Kata Alhamdu bermakna segala jenis rupa

puji-pujian, yaitu semua bentuk yang bagus-bagus yang layak untuk dipujikan, sehingga kata

Alhamdulillah bermakna segala bentuk pujian seluruhnya kita haturkan secara tulus dengan penuh

pengakuan bahwa hanya untuk Allah SWT yaitu Rabb alam semesta. Kata Rabb secara rinci bermakna

Yang mencipta, menaungi, mengatur, menjaga, mengurus, menguasai, memelihara, sedangkan kata

Alamiin bermakna alam semesta dan seluruh isinya mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil dan

semua jenis fenomena yang berlangsung di dalamnya.

Menyebut kalimat Alhamdulillahi rabbil alamin dimaksudkan untuk mensyukuri dengan penuh

kesadaran atas segala nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita. Bahwa kita hidup di dunia ini pun

juga merupakan suatu nikmat dari kebesaran Allah SWT sehingga sangatlah layak dan wajib bagi kita

mengakui dan memuji dengan segala bentuk puji atas semua keluarbiasaan Allah Yang menguasai,

memiliki, memelihara, dan mengatur alam semesta dan seluruh isinya ini. Allah SWT berfirman, ("Bila

Hamba membaca"): "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam", "Allah menjawab": "Hamba-Ku

memuji-Ku dan ia sudah mengetahui bahwa nikmat-nikmat yang berada pada dirinya berasal dari-Ku dan

semua petaka yang aku hindarkan daripadanya itu juga berasal dari-Ku. Maka atas limpahan rahmat-Ku,

Aku bersaksi pada kalian akan melipat gandakan padanya nikmat-nikmat dunia dan nikmat-nikmat

akhirat serta menghindarkan dirinya dari petaka akhirat sebagaimana aku menghindarkan daripadanya

petaka dunia".

Kalimat Arrahmaanirrahiim merupakan lanjutan dari ucapan syukur dan puji kita kepada Allah SWT

Tuhan alam semesta, dengan menegaskan bahwa segala puji itu terwujud karena sifat Maha Pemurah

(Ar Rahman) dan Maha Penyayang (Ar Rahiim) Allah SWT sebagaimana yang telah diuraikan di atas pada

kalimat Bismillahirrahmanirrahim. Allah SWT berfirman, ("Bila Hamba membaca"): "Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang", "Allah menjawab": "Hamba-Ku bersaksi kepada-Ku bahwa Aku Dzat Yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang dan Aku bersaksi pada kalian, Aku akan menyempurnakan nikmat-Ku

menjadi miliknya, dan Aku akan menganugerahkan pemberian-Ku sebagai kesempurnaannya".

Berikutnya dipertegas serta diperjelas lagi pengakuan serta rasa syukur kita atas dengan penuh percaya,

penuh keyakinan atas semua bentuk pengaturan Allah SWT karena Allah adalah penguasa hari

pembalasan. Kata Maalik berarti Yang Menguasai, Yang Merajai, Yang menetapkan susunan dan

memerintah seluruh alam semesta, yang zahir dan yang batin, dan semua ciptaan dari sebelum

permulaan dan setelah pengakhiran alam. Sedangkan kata Yaumiddiin berarti hari pembalasan, yaitu

Page 12: Hakikat dan Keutamaan Shalat

waktu atau saat terjadinya pembalasan baik dalam masa pembalasan di akhirat maupun masa

pembalasan di dunia sebagai bentuk mekanisme sebab akibat dimana setiap sikap, tindakan, ucapan,

dan pemikiran kita akan memiliki akibat atau dampak pada masa yang tertentu yang kesemuanya itu

berada dalam pengaturan Allah Al Maalik. Allah SWT berfirman, ("Bila Hamba membaca"): "Yang

Menguasai Hari Pembalasan", "Allah menjawab": "Aku bersaksi pada kalian sebagaimana ia mengetahui

bahwa Aku sebagai Penguasa Hari Kemudian, maka Aku memudahkan kelak di Hari Kiamat atas hisabnya

dan Aku mengabulkan seluruh kebajikan-kebajikannya dan Aku memaafkan seluruh perbuatan salahnya

selama ia beribadah kepada-Ku".

Maka dengan sifat Ar Rahmaan, Ar Rahiim, dan Al Maalik, Allah SWT menyusun, mengatur, memelihara,

dan berkemampuan untuk melakukan kesemuanya itu terhadap seluruh alam semesta dengan kasih

sayangNya yang dilimpahkan secara universal/umum maupun dengan kasih sayangNya yang khusus

untuk hamba-hambaNya yang dikasihi. Ini berarti pula bahwa dari dimensi ruang dan waktu, dimensi

zahir maupun batin, Allah SWT berkemampuan untuk mengaturnya dengan kasih sayangNya yang umum

dan yang khusus tersebut, dan memberi kesempatan kepada kita untuk menjadi hamba yang dikasihiNya

sehingga hal itu merupakan limpahan rahmat yang luar biasa besar yang dapat menghapus segala

penderitaan kita akibat dosa-dosa maupun kesalahan kita sebelum berlangsungnya waktu pembalasan

atas setiap apa yang kita tanam. Ini adalah kesempatan untuk taubat bagi orang-orang yang selalu

mendekatkan diri kepada Allah dan Allah meridhainya dengan kasih sayang Ar Rahiim Nya. Ketulusan

dalam menghayati kalimat inilah yang mampu menghapus dosa-dosa, terhindar dari mara bahaya,

hukum sebab akibat (tanam tuai), dan menetapkan ulang pengaturanNya dengan permohonan

hambaNya yang mendapat kasih sayang Ar Rahiim sehingga dapat mengubah nasib seseorang dan

mendapatkan petunjuk serta limbahan rezeki yang tak terkira sebagai bentuk kasih sayang khusus Allah

kepada hambaNya yang shaleh.

Dengan rasa syukur, pengakuan, dan kesadaran yang tulus kepada Allah SWT inilah, maka berikutnya kita

nyatakan Iyyaka na’budu waiyyaaka nasta’iin, bahwa Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya

kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Ini adalah bentuk pengakuan dan penegasan sekaligus

bentuk intim hubungan kita dengan Allah SWT dimana bersatu antara pujian, pengakuan yang tulus dan

sekaligus janji serta permohonan sebagai bentuk kebergantungan kita kepada Allah dan hanya kepada

Allah SWT.

Dalam mengucapkan Iyyaka na’budu waiyyaaka nasta’iin kita menyatakan dengan penuh kesadaran dan

penuh keyakinan untuk menyembah dan memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT semata. Ini

adalah janji yang membentuk ikatan kuat antara diri kita dengan Allah SWT yang merupakan bentuk

hubungan peningkatan iman yang nyata, yang merupakan kontrak kerjasama bahwa hidup kita akan

bergantung hanya kepada Allah, selalu bersama Allah, dan menerima bimbingan, perlindungan, dan

kekuatan dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman, ("Bila Hamba membaca"): "Hanya Engkau-lah yang kami sembah". "Allah

menjawab": "Benar Hamba-Ku, hanya kepada-Ku ia menyembah, Aku bersaksi pada kalian sungguh Aku

akan memberi pahala atas ibadahnya dengan suatu pahala yang dapat menutupi seluruh amal

perbuatan salahnya dalam beribadah kepada-Ku". Dan ("Bila Hamba membaca"): "Dan hanya kepada

Engkau-lah kami mohon pertolongan", "Allah menjawab": "Benar Hamba-Ku, hanya kepada-Ku ia

Page 13: Hakikat dan Keutamaan Shalat

meminta pertolongan dan kepada-Ku ia berlindung. Aku bersaksi pada kalian sungguh Aku akan

menolongnya di dalam urusannya dan memudahkan dalam kesulitannya dan Aku menolongnya ketika ia

berada di hari yang mencekam".

Setelah kalimat Iyyaka na’budu waiyyaaka nasta’iin, berikutnya diikuti dengan mengucapkan

Ihdinashirratal mustaqim sebagai penegas dari perjanjian keberserahan diri kita kepada Allah SWT

dengan memohon serta menerima semua bentuk pengajaranNya, bimbinganNya, dan petunjukNya

untuk menjalani hidup supaya selalu di jalan yang lurus, jalan orang-orang shaleh, para mustaqiim,

orang-orang yang lurus dalam beragama, yaitu dalam menempuh kehidupan sesuai dengan bimbingan

Allah SWT dan rasulNya.

Penegasannya diucapkan dengan kalimat berikutnya, yaitu shiratalladzina an’amta alaihim ghairil

maghduubi alaihim waladhaalin, yaitu menjabaran bahwa jalan orang-orang yang lurus itu adalah jalan

yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Allah beri nikmat kepada mereka, yaitu bukan nikmat yang

universal, melainkan nikmat kemuliaan, keselamatan, kekuatan, pengetahuan, keberlimpahan,

keimanan, dan kedekatan dalam kasih sayang khusus dari Allah Yang Maha Penyayang (Ar Rahiim). Dan

penegasan jalan orang-orang yang lurus ini selain dinyatakan dengan orang yang mendapat nikmat

khusus dari Allah, juga diperjelas bahwa bukan jalan orang-orang yang dimurkai ataupun yang tersesat.

Ini juga sebagai penegasan dari permohonan kita sebagai hamba yang bergantung hanya kepada Allah,

kita meminta perlindungan dan bimbinganNya serta pertolonganNya supaya tidak sampai masuk pada

jalan yang salah, yaitu yang menyebabkan kita dimurkai Allah atau menjadi tersesat.

Sampai pada kalimat terakhir ini, kita telah mempercayakan sepenuhnya hidup kita kepada Allah SWT

dalam pengaturan, bimbingan, perlindungan, dan pertolonganNya supaya dijamin selamat dan

mendapatkan nikmat khusus bagi orang-orang yang dikasihi Allah SWT dengan nikmat khusus yang tidak

diberikan kepada orang-orang yang tidak meneguhkan kalimat ini. Allah SWT berfirman, ("Bila Hamba

membaca"): "Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau

anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)

mereka yang sesat", "Allah menjawab": "Semua permohonan hamba-hamba-Ku (akan Ku-penuhi). Dan

baginya segala yang dia minta dan Aku pasti mengabulkan seluruh cita-citanya dan Aku lindungi dia dari

segala yang dia takuti".

Inilah kandungan yang sangat mulia dan sangat luhur dari surat Al Fatihah. Ketika kita membacanya

dalam keadaan shalat, yaitu dalam keadaan berhadapan dengan Allah di alam yang terdekat denganNya,

maka ini menjadi jalan terbaik bagi kita umat Islam dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan

kebenaran hidup kita di dunia maupun di akhirat, serta dalam menghindarkan diri kita dari segala

perbuatan keji dan munkar, yaitu perbuatan yang dapat menjauhkan kita dari kebenaran. Ini adalah

intisari dari shalat sebagaimana disabdakan oleh rasulullah bahwa shalat adalah mi’raj bagi orang

muslim. Ini mengapa shalat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh kerelaan, ketulusan,

khidmat, dan penuh keberserahan diri kepada Allah SWT.

Page 14: Hakikat dan Keutamaan Shalat

Ruku’ dengan tuma’ninah

Ruku’ secara bahasa berarti merunduk. Ruku’ di dalam shalat merupakan rukun yang dikerjakan secara

perbuatan yaitu dengan merundukkan badan sehingga punggung mulai bawah hingga kepala menjadi

sejajar dengan tanah (horizontal) dan meletakkan kedua telapak tangan pada lutut dengan posisi kaki

berdiri lurus. Ruku’ merupakan gerakan fisik/jasmani, namun dalam shalat ruku’ tidak hanya dilakukan

dengan jasmani saja, melainkan dalam ruku’ seluruh jiwa dan kesadaran juga tetap dipertahankan

berada pada alam terdekat dengan Allah SWT sambil memuji secara tulus akan keMahasucian dan

keMahamuliaan Allah SWT. Sebelum ruku’ disunatkan untuk mengucapkan takbir untuk menjaga

kesadaran kita tetap dalam kondisi khusyu’ di alam terdekat dengan Allah SWT ketika sedang melakukan

perubahan gerakan.

Ketika ruku’ disunatkan untuk mengucapkan:

Subhana rabbiyal’adhimi wabihamdih

Maha Suci Rabbku yang maha Agung dan maha terpuji.

Ruku’ dilakukan sebagai lanjutan dari komunikasi kita kepada Allah setelah mengucapkan surat Al

Fatihah. Ruku dimaksudkan untuk memuji Allah SWT dalam posisi merunduk yang secara psikis berarti

menghormat sebagai lanjutan dari interaksi sebelumnya yang dilakukan secara berdiri. Ini adalah

rangkaian perubahan yang pertama sejak dimulainya ritual shalat karena sebagaimana tujuannya, shalat

mengajak dan melatih setiap umat Islam untuk selalu ingat dan terhubung dengan Allah dalam kondisi

dan aktivitas apapun. Oleh karena itu ritual shalat berbeda dengan ritual dzikrullah biasa, meditasi,

tafakkur ataupun samadi dimana pada shalat perubahan-perubahan gerakannya dilakukan dengan

seluruh bagian tubuh dengan maksud untuk melatih dzikrullah dalam kondisi yang berbeda-beda, seperti

yang dipaparkan di dalam Al Qur’an yaitu untuk melatih kita agar mampu mengingat Allah SWT dalam

kondisi berdiri, duduk, dan berbaring. Tujuan lebih jauhnya adalah melatih kita agar senantiasa ingat dan

terhubung dengan Allah SWT pada setiap saat, setiap aktivitas, setiap permasalahan, dan pada setiap

kesadaran kita sehingga kita selalu mampu melihat, mendengar, dan merasakan cahaya kebenaran yang

menyelamatkan hidup kita.

Gerakan ruku’ dan gerakan-gerakan shalat lainnya memiliki makna dan manfaat yang sangat besar

ditinjau dari berbagai dimensi. Gerakan shalat juga memberikan kemudahan bagi kita untuk

menanamkan kesadaran di dalam diri kita, mulai dari posisi psikis, aliran darah, hingga komunikasi antar

neuron dan antar sel di seluruh jaringan tubuh kita. Saya tidak akan membahas satu per satu tentang

mekanisme yang terjadi, namun secara ilmu pikiran, gerakan yang diulang-ulang sambil menanamkan

sugesti di alam bawah sadar akan membentuk jangkar (anchor) bagi pikiran kita sehingga kita mudah

dalam mengingat apa yang disugestikan oleh diri sendiri atau yang kita afirmasikan. Secara neurologi, ini

akan membangun jalan pintas (shortcut) bagi diri kita melalui pembentukan sambungan saraf-saraf baru

sehingga ketika semakin sering mengulanginya, kekuatan dan kedalaman sugesti yang kita tanamkan

akan semakin besar.

Page 15: Hakikat dan Keutamaan Shalat

Dalam shalat, sugesti yang kita tanamkan adalah sugesti untuk membangun keimanan yang utuh, sugesti

penyerahan diri secara total kepada Allah SWT, dan sugesti doa-doa yang bermanfaat bagi keseluruhan

kehidupan kita. Ini akan kita kupas juga pada setiap pembahasan rukun-rukun shalat berikutnya. Maka

dalam gerakan ruku’ ini, yang perlu ditekankan adalah melakukan ruku’ secara tuma’ninah (tenang,

rileks), yaitu berlangsungnya gerakan ruku’ yang diisi dengan ingatan dan keterhubungan seluruh rasa di

diri kita kepada Allah yang Maha Mulia dengan penuh penghormatan dan pengagungan. Ketika rasa ini

sudah mengalir ke seluruh diri kita, barulah kita bangun dari ruku’. Perlu diingat, bahwa melakukan

gerakan posisi ruku’ dengan tuma’ninah adalah termasuk rukun sahnya shalat yang karenanya hukumnya

wajib. Sedangkan membaca bacaan ruku’ adalah sunat untuk membantu kita mencapai tuma’ninah

dalam ruku’ yaitu mengalirnya rasa iman dan kedekatan kepada Allah kepada seluruh sel-sel tubuh

maupun seluruh keberadaan dan kesadaran kita. Maka tolak ukur dalam melanjutkan ke gerakan

berikutnya bukanlah selesainya membaca doa ruku’ tapi ketika sudah tercapainya tuma’ninah. Ini adalah

gerakan penting di dalam shalat yang wajib kita sukseskan. Ruku’ dapat dilakukan dalam waktu yang

lama.

“Suatu ketika ada seseorang yang masuk masjid kemudian shalat dua rakaat. Seusai shalat, orang ini

menghampiri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu berada di masjid. Ternyata Nabi menyuruh

orang ini untuk mengulangi shalatnya. Setelah diulangi, orang ini balik lagi, dan disuruh mengulangi

shalatnya lagi. Ini berlangsung sampai 3 kali. kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan

kepadanya cara shalat yang benar. Ternyata masalah utama yang menyebabkan shalatnya dinilai batal

adalah kareka dia tidak tumakninah. Dia bergerak rukuk dan sujud terlalu cepat.” (HR. Bukhari, Muslim,

Ibn Majah dan yang lainnya)

“Pencuri yang paling jelek adalah orang yang mencuri shalatnya.” Setelah ditanya maksudnya, beliau

menjawab: “Merekalah orang yang tidak sempurna rukuk dan sujudnya.” (HR. Ibn Abi Syaibah, Thabrani,

Hakim, dan dishahihkan Ad-Dzahabi).

Sedikit saya beri ilustrasi tentang kondisi tuma’ninah dalam ilmu pikiran dan kesadaran, dan ini akan

menjelaskan juga setiap gerakan shalat berikutnya yang harus dilakukan dengan tuma’ninah. Tuma’ninah

adalah fenomena klimaks sejenak yang terjadi pada kesadaran bawah sadar maupun di baliknya lagi,

seperti halnya fenomena abreaction atau histeria. Jika histeria terjadi akibat saking mengenanya suatu

emosi atau rasa dalam diri kita yang diikuti oleh fenomena tingkah laku yang sangat aktif baik secara

ucapan maupun perbuatan, tuma’ninah adalah fenomena serupa yang menghasilkan respon sebaliknya,

yaitu terdiam, seperti halnya tertegun, terperangah, namun dalam arti yang sangat pasif, sehingga sering

diartikan sebagai berhenti sejenak. Ini adalah fenomena klimaks suatu kesadaran juga yang terjadi sesaat

atau beberapa saat ketika suatu rasa, emosi tertentu mengalir dan mengisi kesadaran kita sehingga saat

itu kita benar-benar terhipnotis oleh rasa tersebut. Hal ini sulit diungkapkan dengan kata-kata, namun

kita semua bisa mengalaminya ketika memasuki kesadaran yang sangat dalam dan sedang tersugesti

oleh sesuatu dengan sangat kuat. Dalam shalat, untuk melakukannya secara tuma’ninah tidak harus

selalu mencapai kondisi tersebut, namun yang terpenting adalah kita mampu menjaga kesadaran kita

untuk selalu hanya mengingat Allah SWT di setiap gerakan shalat kita. Shalat yang dikerjakan secara

tuma’ninah akan menjaga pikiran kita yang seringkali berkeliaran memikirkan hal-hal lain selain Allah

Page 16: Hakikat dan Keutamaan Shalat

SWT sehingga pada setiap kali pikiran bergerak ke arah urusan duniawi, kesadaran kita dapat segera

kembali menghadap Allah SWT kembali.

I’tidal dengan tuma’ninah

Setelah melakukan ruku’, rukun shalat berikutnya adalah bangun dari ruku’ menjadi posisi berdiri tegak

kembali. Ini disebut sebagai I’tidal yang secara bahasa berarti sama atau lurus. Dalam shalat, I’tidal

adalah kembali kepada posisi sebelum ruku’. Jika sebelum ruku’ shalatnya dilakukan sambil berdiri maka

kembali berdiri, jika sambil duduk maka kembali pada posisi duduk sebelum ruku’.

Dalam melakukan I’tidal disunatkan untuk melakukannya sambil mengangkat kedua tangan seperti ketika

takbiratul ihram sambil mengucap

لمن حمده سمع هللا

“sami’allahu liman hamidah”

(Allah mendengar orang yang memujiNya)

Lanjutan setelahnya ada beberapa doa yang diucapkan ketika I’tidal seperti:

Rabbana lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi

(Yaa Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala pujian yang banyak, yang baik dan yang ada barakah di dalamnya)

Atau

Rabbanaaa lakal hamdu mil-as-samaawaati wa mil-al-ardhi wa mil-a maa syik-ta min syai-im ba’du (HR.

Muslim dan Abu Awanah)

(Ya Tuhan kami bagi-Mulah segala puji meliputi langit dan bumi dan meliputi apa-apa yang Engkau

kehendaki setelah itu)

Dan masih ada beberapa doa lainnya yang bisa dibaca ketika I’tidal.

I’tidal juga merupakan rukun shalat yang dikerjakan dengan tuma’ninah. Pada beberapa pandangan,

I’tidal tidak boleh dilakukan terlalu lama, namun pada pandangan lainnya dikabarkan dalam shalat sunat,

rasulullah sering melakukan I’tidal dalam waktu yang lama. Perkara-perkara fiqh dan madzab tentang

letak tangan dan posisi shalat tidak saya bahas di sini dan silakan kembali kepada keyakinan masing-

masing.

I’tidal mempunyai maksud proses yang sama dengan ruku’, yaitu mencapai tuma’ninah dalam keadaan

berdiri atau keadaan semula sebelum ruku’. Secara normal I’tidal dilakukan dalam posisi berdiri yang

Page 17: Hakikat dan Keutamaan Shalat

mempunyai makna siap melakukan segala jenis kewajiban dalam hidup dengan mengikuti petunjuk Allah

SWT.

Sujud dengan tuma’ninah

Pengertian sujud secara umum berdasarkan kamus bahasa Indonesia adalah: 1 berlutut serta

meletakkan dahi ke lantai (misal pd waktu shalat); 2 pernyataan hormat dng berlutut serta

menundukkan kepala sampai ke tanah. Dalam shalat, sujud merupakan kondisi terdekat kita dengan

Allah SWT. "Wasjud Waqtarib" demikianlah Allah swt menutup firmannya dalam surat al-Alaq. Suatu

pernyataan yang tegas dan gamblang bahwa sujud merupakan saat paling mendukung untuk

mendekatkan diri kepada-Nya.

Rasulullah saw bersabda "Sedekat-dekatnya hamba dari Tuhannya adalah seorang yang bersujud, oleh

karena itu banyak-banyaklah berdo'a."(HR Muslim, Abu Daud dan Nasa'i)

Banyak ulasan dan penjelasan tentang kedalaman makna sujud dalam shalat. Dikatakan bahwa bagi

orang-orang yang beriman ia akan dapat merasakan bagaimana lezatnya dan manisnya ketika berjumpa

dengan Allah saat sujud dalam shalat sehingga tidak ada waktu yang ditunggu-tunggu selain waktu

shalat yang dapat mengantarkannya berjumpa dengan Allah SWT. Sungguh suatu keadaan yang luar

biasa mulia.

Dari studi yang dilakukan oleh Wakas Mohammed tentang pengertian sujud di dalam Al Qur’an ternyata

sujud mengandung pengertian yang berbeda dengan pengertian umum yang saya tulis di atas, yaitu yang

hanya bermakna fisik. Sujud di dalam Al Qur’an diterapkan tidak hanya dalam konteks shalat, tidak hanya

mengenai manusia, tetapi berkaitan dengan benda mati juga. Secara ringkas, sujud dalam pengertian

yang sebenarnya adalah “mengakui Al Qur’an”. Ini sejalan dengan yang terjadi di dalam kondisi ketika

kita melakukan shalat dan ketika sedang bersujud, kesadaran kita akan bertumbuh ketika kita sedang

berada dalam kondisi meditasi intim dengan Allah SWT ini. Pada saat sujud Allah SWT menurunkan

pemahaman atas kebenaran, pemahaman atas Al Qur’anul kariim, bukan dari bacaan yang kita baca,

bukan dari pikiran kita dalam memaknai ayat-ayat yang tertulis, melainkan melalui mekanisme

pemahaman yang terpancar hadir di dalam kesadaran kita. Inilah cahaya yang diberikan oleh Allah ketika

kita tuma’ninah di dalam shalat, terutama pada saat sujud. Inilah yang dikatakan sebagai kabar dan

peringatan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang kembali (Al Qur’an), ada juga yang

menyebutnya sebagai kondisi mati di dalam hidup (tasawwuf), dan juga dikatakan sebagai manunggalnya

diri dengan Al Haq (tasawwuf).

Berbagai fenomena dan pengetahuan di balik alam sadar terpapar, tersaji berdasarkan hubungan kita

dengan Allah SWT. Hal ini tidak serta merta langsung dapat disimpulkan bahwa berarti setiap manusia

dapat menerima wahyu Allah seperti pemikiran kebanyakan orang-orang yang berpikiran pendek yang

pada akhirnya menimbulkan berbagai persengketaan, pertentangan, dan perselisihan paham. Fenomena

manusia dapat mengakses berbagai pengetahuan melalui alam bawah sadarnya saat ini telah diketahui

Page 18: Hakikat dan Keutamaan Shalat

secara luas di kalangan orang-orang yang mendalami ilmu pikiran, dan juga oleh para ulama yang

menempuh tasawwuf. Hadirnya pengetahuan melalui cara langsung dapat berupa macam-macam dan

bertingkat, mulai dari yang disebut dengan ide, intuisi, hasrat, ilham, keyakinan dan kepahaman

(fenomena “ya”), hidayah, kesadaran, meluasnya kemampuan indera, kekuatan dan kemampuan

mengendalikan fisik serta emosi yang lebih luas, berinteraksi dengan makhluk-makhluk di alam yang

lebih halus, hingga manfaat-manfaat positif yang disebut ma’unah, karomah, dan yang paling luhur

disebut dengan wahyu. Dengan demikian tidak serta merta semua yang diberikan dari interaksi dengan

Allah adalah wahyu karena wahyu hanyalah diberikan kepada nabi dan rasulNya. Dan hal ini juga bukan

berarti bahwa manusia selain nabi tidak bisa berhubungan dengan Allah atau menerima kebenaran dari

Allah. Al Qur’an bahkan menjelaskannya berulang-ulang sampai ratusan ayat yang menyatakan bahwa

Allah akan memberikan kabar bagi orang-orang yang kembali kepadaNya. Namun jika seseorang baru

kembali setelah dikembalikan (berakhir masa hidupnya di dunia), maka di dalam Al Qur’an Allah SWT

justru menyatakannya dengan penimpaan azab sebagai balasan bagi orang yang tidak mau kembali

ketika di dunia.

Bahasan sujud memang sangat panjang, karena sujud dengan tuma’ninah merupakan rangkaian rukun

shalat yang sangat penting sehingga dalam satu rakaat, sujud adalah satu-satunya rukun yang dikerjakan

dua kali. Sujud adalah bentuk terapan dari kalimat Iyyakana’budu waiyyakanasta’iin yang kita baca pada

saat mengucapkan Al Fatihah. Sujud merupakan bentuk penghambaan dan sikap berserah diri yang

paling ultimate dari seorang hamba kepada Allah SWT, dan juga sujud merupakan pengakuan, janji,

pujian, syukur, serta keterhubungan hati terdalam kita dengan Allah SWT di alam yang paling dekat

denganNya. Sujud juga sekaligus bermakna doa dan permohonan yang sangat kepada Allah SWT ketika

kita mempunyai hajat atau permohonan. Sujud adalah manifestasi seorang hamba dalam mengagungkan

Allah Yang Maha Tinggi, menyadari dengan sepenuh kesadaran bahwa Allah adalah satu-satunya yang

paling tepat untuk disembah serta dimintai pertolongan. Karena itu bacaan yang disunatkan untuk

dibaca ketika sujud adalah

Subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdih

Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi Dan Segala Puji BagiNya.

Sujud dilakukan secara tuma’ninah sama dengan ketika ruku’ dan I’tidal. Parameter untuk melanjutkan

ke rukun shalat berikutnya bukan selesainya membaca doa sujud, melainkan ketika tercapainya

tuma’ninah. Dalam mencapai tuma’ninah, ini adalah aktivitas pikiran, hati, dan seluruh kesadaran kita. Di

dalam mencapai ini, rasulullah melarang kita untuk membaca ayat Al Qur’an.

Beliau SAW melarang membaca al-Qur’an saat ruku dan sujud dalam sabdanya ”Ketahuilah

sesungguhnya aku melarang bacaan al-Qur’an saat ruku. Hendalah kalian mengagungkan Tuhan Yang

Mahaperkasa. Sedangkan dalam bersujud hendaknya bersungguh-sungguhlah berdoa karena doa itu

tentu dikabulkan.” (HR Muslim & Abu Uwanah).

Hal ini sangat sesuai karena ruku’ maupun sujud adalah saat dimana kita mengagungkan, memuji Allah

SWT dan saat untuk mendapatkan kepahaman Al Qur’an, bukan untuk membacanya dimana hal ini akan

Page 19: Hakikat dan Keutamaan Shalat

menjadikan suatu sugesti bagi kita. Ruku’ dan sujud adalah saat yang harus kita gunakan untuk benar-

benar berserah diri kepada Allah SWT, melepaskan semua bentuk pemikiran, kesadaran, dan benar-

benar menyerahkan semua hidup, kesadaran, pemikiran, dan semua permasalahan kita kepada Allah

untuk dijawab secara langsung olehNya melalui kesadaran yang telah kita serahkan sepenuhnya

kepadaNya, bukan yang kita sugestikan sendiri.

Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah

Rukun shalat berikutnya setelah sujud awal adalah duduk di antara dua sujud. Duduk di antara dua sujud

wajib dilakukan dengan tuma’ninah juga. Ini masih berkait dengan rangkaian aktivitas engineering atau

terapi jiwa yang terjadi di alam terdekat dengan Allah SWT setelah pengucapan Al Fatihah. Duduk di

antara dua sujud adalah saat pengucapan formal dalam menyampaikan doa dalam shalat untuk manfaat

bagi seorang yang melakukan shalat. Karena itu diajarkan ketika duduk di antara dua sujud untuk

mengucapkan

Rabbighfirli - Tuhan ampunilah aku Warhamni - Sayangilah aku

Wajburni - Cukupilah kekuranganku Warfa'ni - Tinggikanlah darjatku Warzuqni - Berikanlah aku rezeki

Wahdini - Berikanlah aku petunjuk Wa'afini - Sihatkanlah aku

Wa'fu'anni - Maafkanlah aku.

Pengerjaan rukun duduk di antara dua sujud dan pengucapan doanya ini dilakukan secara tuma’ninah

sebagai penyampaian formal kepada Allah SWT dengan penuh hormat. Setelah melakukan rukun ini,

maka selanjutnya kita melakukan sujud lagi sebagai bentuk ultima sembah syukur, pujian serta

keberserahan diri kepada Allah SWT secara utuh. Jika masih ada tambahan doa yang dingin dipanjatkan,

dapat dilakukan pada saat sujud kedua atau sujud terakhir dalam ritual shalat.

Duduk di antara dua sujud kita lakukan untuk selalu mendapatkan peningkatan dalam kualitas hidup kita

baik secara fisik maupun jiwa. Permohonan ampun kita panjatkan untuk menghapus dan menyadari

segala kesalahan dan dosa-dosa kita yang dilanjutkan dengan permohonan kasih sayang khusus dari

Allah supaya kita dimasukkan dalam orang yang disayangi Allah secara khusus, lalu mohon dicukupkan

atas segala kekurangan kita terutama kekurangan dalam akhlak, pengetahuan, dan sifat serta tingkah

laku kita, dengan demikian kita akan mampu menjadi pribadi yang semakin baik. Lebih jelasnya kita

memohon untuk dinaikkan derajat kita di sisi Allah maupun di dalam kehidupan supaya terhindar dari

kehinaan. Untuk mewujudkan itu, kita diajarkan untuk memohon rezeki kepada Allah SWT baik berupa

rezeki materi atau kekayaan, kesehatan, hikmah, kasih sayang dan pengetahuan akan kebenaran, lalu

secara eksplisit dipertegas dengan permohonan akan kesehatan supaya kita mampu menjalani hidup

dengan baik, menjalankan segala perintah Allah bagi kita ketika berperan dalam hidup di dunia ini. Dan

doa ditutup dengan permohonan maaf sebagai adab dan kerendahan hati kita di dalam berdoa karena

telah memohon banyak kepada Allah SWT meskipun hal itu adalah hal yang disukai Allah. Permohonan

Page 20: Hakikat dan Keutamaan Shalat

maaf berbeda dengan permohonan ampunan seperti di awal doa. Permohonan ampunan berkaitan

dengan dosa dan kesalahan, sedangkan permohonan maaf di akhir doa ini berkaitan dengan kekurangan,

keterbatasan kita di dalam menjalankan perintah hidup di dunia ini yang seringkali kurang mampu kita

kerjakan dengan maksimal namun tidak berkaitan dengan dosa dan juga permohonan maaf atas segala

sikap di dalam hidup yang kurang mencerminkan akhlak seorang muslim sebagaimana yang dikehendaki

oleh Allah dan rasulNya namun tidak berkaitan dengan dosa, contohnya seperti mementingkan diri

sendiri, bersikap kurang adil, masih adanya sifat malas, kurang peka terhadap lingkungan, dsb.

Sedangkan yang dimintakan ampunan adalah segala perbuatan yang berkaitan dengan dosa seperti

berbohong, mencuri harta orang lain, tidak mau berzakat, meninggalkan sholat wajib, mendzalimi orang

lain ataupun binatang, dsb.

Duduk Tasyahud Akhir dengan Tuma’ninah dan membaca doa tahiyat akhir

Rukun shalat berikutnya adalah duduk tasyahud akhir dan membaca doa tahiyat. Duduk tasyahud akhir

dilakukan pada rakaat terakhir dalam shalat. Ini adalah rukun yang sangat penting juga karena

kesuksesan shalat kita juga bergantung pada bagian terakhir aktivitas di alam terdekat dengan Allah SWT

ini sebelum mengakhirinya dengan salam.

Tasyahud akhir bermakna persaksian, yaitu setelah kita menjalani seluruh prosesi shalat dengan

menghadap Allah SWT, lalu mendapatkan sesuatu dariNya selama di alam terdekat denganNya ini, maka

sebelum mengakhiri keberadaan kita di alam tersebut, kita diajarkan untuk mengucapkan persaksian

yang dimulai dari ucapan salam dan sembah bakti kepada Allah SWT, lalu diikuti dengan salam kepada

nabi Muhammad, dan mengucapkan salam bagi kita, yaitu diri sendiri dan orang-orang yang sedang

berada di alam tersebut, dan juga kepada hamba-hamba Allah yang shaleh. Salam di sini adalah doa

keselamatan dan kesejahteraan bagi yang diucapkan.

Selanjutnya kita bersaksi kepada Allah SWT dan kepada nabi Muhammad SAW yang diucapkan dalam

dua kalimat syahadat. Ini adalah persaksian dan sekaligus perjanjian kita kepada Allah dan nabi

Muhammad yang mengikat kita dalam jalan Islam dan dalam mengikuti seluruh ajaran nabi Muhammad

SAW yang bermakna perjanjian kedua belah pihak yaitu antara kita dan Allah SWT serta rasulNya, bahwa

kita akan selalu menaati dan melaksanakan jalan Islam dengan sungguh-sungguh, dan juga janji Allah

dalam menolong dan melindungi kita selama menempuh jalan hidup Islam ketika di kehidupan dunia ini

dalam menghadapi berbagai ujian dan permasalahan yang akan kita lalui maupun di akhirat nanti.

Dengan demikian sungguh sangat hebat dan sangat besar keutamaan syahadat ketika shalat

sebagaimana kalimat Laa ilaaha illallah sendiri merupakan kalimat yang paling utama di hadapan Allah

SWT. Syahadat yang diucapkan dalam shalat merupakan pembaharuan keimanan kita menjadi dan

menuju kepada iman yang lebih baik dari sebelumnya, yaitu dibanding ketika syahadat yang hanya

diucapkan secara lisan di alam sadar. Dan setiap pengucapan syahadat di dalam shalat ini, Allah

memberikan keimanan yang semakin kuat kepada kita.

Lebih lanjut lagi, syahadat yang diucapkan dan ditanamkan di alam terdekat dengan Allah SWT inilah

yang akan menjadikan kita selamat ketika menghadapi syakaratul maut, di saat dibukakannya alam-alam

Page 21: Hakikat dan Keutamaan Shalat

yang lebih luhur kepada kita ketika akan menghadapNya, maka jika kita tidak membiasakan diri

bersyahadat di alam yang lebih luhur ini ketika dalam shalat, amalan manakah yang menjamin kita akan

ingat dan secara otomatis menggerakkan kesadaran kita untuk mengucapkan kalimat syahadat ketika

syakaratul maut jika bukan ketika sedang shalat? Syahadat dalam shalat ini juga merupakan kesiapan kita

untuk menjalankan misi hidup di jalan kebenaran dengan bersama Allah, karena Allah, dan untuk Allah

sebagaimana pada saat kita melakukan pendalaman ke alam terdekat dengan Allah, yaitu alam yang

lebih luhur ketika shalat bahwa Sesungguhnya shalatku, dan ibadah qurbanku (pengorbananku,

perjuanganku), dan hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan alam semesta. Pada saat tasyahud

awal dan akhir, hal ini ditegaskan melalui syahadat yaitu tentang sebenar-benarnya alasan, tujuan, dan

apa yang kita harapkan dari shalat kita.

Setelah syahadat, berikutnya dilanjutkan dengan shalawat. Shalawat dimaksudkan untuk mendoakan

nabi Muhammad SAW yang sekaligus juga berupa doa kepada kita semua umat muslim karena shalawat

sesungguhnya merupakan sistem nabi Muhammad dalam memberikan syafaat dan berbagai manfaat

bagi umat muslim. Shalawat bukanlah untuk kebutuhan nabi Muhammad yang sudah dijamin surga dan

keselamatan, melainkan sebagai bentuk sistem gaib (metafisika) umat Islam yang satu yang saling

menyelamatkan. Sedangkan bentuk sistem fisiknya adalah melalui zakat dan sedekah. Maka shalawat

yang diajarkan adalah shalawat yang terbaik, yaitu shalawat yang kita baca ketika tasyahud akhir ini.

Dengan demikian dalam tasyahud akhir secara lengkapnya dibaca doa seperti di bawah ini:

Page 22: Hakikat dan Keutamaan Shalat

Attahiyatul mubarakatus solawatut taiyibatu laillah. Assalamu'alaika aiyuhan nabiyu warahmatullayhi

wabarakatuh. Assalamu'alaina wa'la 'ibadillahis salihin. Asyahadu alla illaha illallah. Wa'asyhadu anna

Muhammadar Rasulullah. Allahumma solli'ala Muhammad wa'ala aliMuhammad. Kama sollaita'ala

Ibrahim wa'ala aliIbrahim. Wabarik 'ala Muhammad wa'ala aliMuhammad. Kama barakta 'ala Ibrahim

wa'ala aliIbrahim. Fil 'alamina innaka hamidummajid.

Salam dan sejahtera, sembah bakti dan segala kebaikan bagi Allah. Salam atasmu wahai Nabi dan

rahmat Allah dan keberkatanNya. Salam bagi kita dan kepada hamba-hamba Allah yang soleh. Aku

bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu utusan

Allah. Ya Allah berilah rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Muhammad.

Seperti apa yang telah Engkau anugerahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan

berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad. Seperti yang Engkau berkati Ibrahim dan keluarga

Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Tinggi.

Keterangan lain mengenai tasyahud akhir, diriwayatkan dalam sebuah hadits rasulullah:

Jika salah seorang di antara kalian bertasyahud, maka mintalah perlindungan pada Allah dari empat

perkara yaitu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari kejelekan Al

Masih Ad Dajjal, kemudian hendaklah ia berdoa untuk dirinya sendiri dengan doa apa saja yang ia

inginkan.” (HR. An Nasai no. 1310. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Demikianlah akhir dari keberadaan kita di alam yang terdekat dengan Allah SWT, yaitu alam paling luhur

yang mampu kita jangkau. Yang dimaksud dengan alam terdekat sesungguhnya adalah alam uluhiyah,

yaitu alam ketuhanan yang merupakan alam paling tinggi dari semua alam kesadaran. Namun saya selalu

menuliskannya sebagai alam terdekat dengan Allah SWT karena untuk menunjukkan bahwa kemampuan

manusia itu relatif di dalam memasuki alam kesadarannya, bergantung dari amal, ibadah, keyakinan, dan

pengetahuan yang Allah berikan kepada manusia itu sendiri. Maka dalam shalat yang penting adalah

selalu berusaha masuk ke dalam kesadaran yang paling dalam, yaitu alam yang terdekat dengan Allah

yang mampu kita capai. Dengan seiring keikhlasan, keistiqamahan kita, serta ridha Allah, maka kita akan

diperjalankan oleh Allah dengan bimbingan dan pemeliharaanNya.

Mengucapkan Salam

Setelah tasyahud akhir, selanjutnya kita bersiap keluar dari kesadaran terdalam kita menuju kesadaran

alam sadar (dunia) dengan mengucapkan salam. Salam diucapkan dengan mengucap

Assalamu 'alaikum warohmatulloh

Keselamatan atasmu sekalian dan juga rahmat Allah

Page 23: Hakikat dan Keutamaan Shalat

Salam ketika akhir shalat adalah ucapan perpisahan dan doa keselamatan yang kita ucapkan kepada

seluruh yang hadir dalam majlis shalat di alam uluhiyah ketika tasyahud akhir, yaitu kepada para nabi,

para malaikat, dan hamba-hamba yang shaleh yang turut mengiringi kita selama shalat. Ini juga

merupakan kalimat “pamitan” untuk kembali kepada alam sadar (dunia) untuk kemudian kita siap

melanjutkan kehidupan kita di dunia lagi dengan berbekal apa yang sudah kita dapat dan kita alami

selama shalat tadi. Inilah makna salam sebagai rukun terakhir dalam rangkaian ibadah shalat.

Kesimpulan

Demikianlah pemahaman tentang shalat dan keutamaannya serta bagaimana melakukannya sebaik

mungkin. Sampai sini kita dapat mengambil berbagai hikmah tentang keutamaan dan sifat shalat, yaitu:

Shalat sebagai tiang agama, yaitu bahwa melalui shalat lah kita seorang muslim menegakkan jalan hidup

kita secara Islam. Yang dimaksud dengan agama bukanlah sekedar kepercayaan atau suatu kelompok

kepercayaan saja, melainkan agama adalah kesatuan nilai-nilai dan sistem yang menjadi jalan hidup kita

yaitu dengan memegang serta mendalami nilai-nilai dan ajarannya. Tidak serta merta ketika kita

menyatakan mengikuti jalan Islam maka kita langsung disebut mempunyai jalan hidup Islam. Itulah

mengapa diberitahukan adanya rukun Islam, yaitu untuk menjadi seorang yang menempuh jalan hidup

Islam haruslah memenuhi keseluruh rukunnya, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bagi yang

mampu. Untuk mencapai kesempurnaan dalam menempuh jalan Islam ini, maka shalat adalah jalan

utama dalam mencapainya. Shalatlah yang menjadi jalan penguat dan penegak bagi kita supaya kuat dan

benar dalam menempuh jalan hidup Islam.

Melalui fungsinya sebagai tiang agama inilah shalat berperan sebagai sarana mi’raj bagi kita umat Islam.

Karena dengan shalatlah kita melakukan penyembahan yang sesungguhnya kepada Allah sebagai bentuk

syahadat yang sesungguhnya, yaitu yang tidak hanya di dalam lisan ketika di alam sadar saja. Maka dapat

kita pahami bahwa gerbang awal mula kita menempuh jalan Islam adalah ketika mengucapkan dua

kalimat syahadat dengan lisan, lalu diperjalankan melalui shalat untuk menjadi semakin mengenal dan

memahami tentang nilai-nilai dan keluhuran jalan hidup Islam, lalu selanjutnya diterapkan kepada

kehidupan sehari-hari di dunia yang berpegang pada tuntunan Allah dan rasulNya, yaitu menantiasa

berzakat sebagai simbol dari sedekah dan senang menolong dengan kelebihan yang kita miliki,

senantiasa berpuasa sebagai simbol dari menjaga segala keterikatan diri kita pada daya tarik dunia yang

menggoda dan membuat terlena, serta bagi yang mampu adalah melakukan perjalanan haji ke baitullah

sebagai simbol bahwa kita senantiasa menempuh perjuangan di jalan Allah dalam menegakkan

kebenaran dan perbaikan di muka bumi.

Secara singkat, untuk melakukan shalat secara khusyuk dan tuma’ninah, kita perlu:

1. Meniatkan untuk melakukan ibadah shalat dengan penuh kesadaran

2. Mensucikan diri kita secara lahir dan batin melalui wudhu sambil berdoa sebelum shalat

3. Ketika sudah berwudhu kita hindari semua pemikiran yang berhubungan dengan duniawi hingga

melaksanakan shalat

4. Menjaga jangkar kesadaran kita dengan berdzikir setelah shalat dan di setiap saat

Page 24: Hakikat dan Keutamaan Shalat

5. Membiasakan diri untuk menjaga wudhu dan merasakan perbedaannya antara sedang dalam

wudhu dan di luar wudhu

6. Menjaga makanan yang kita makan adalah makanan yang pasti halal baik

7. Menjaga penglihatan, pendengaran, dan perasaan kita dari hal-hal yang maksiat

8. Membiasakan diri berzakat, bersedekah, dan berpuasa

Inilah kesimpulan tentang hakikat shalat dan keutamaannya serta bagaimana melakukan shalat yang

sukses. Pada akhirnya semua rukun Islam yang diajarkan kepada kita ini akan saling menyelamatkan

dengan cara saling menguatkan satu sama lainnya. Dan ibarat putaran roda, meskipun satu bagian

dengan bagian lainnya saling menyangga kadang di atas kadang di bawah dan hanya berputar di

porosnya saja, tetapi pada hakikatnya ketika roda itu berputar ia telah memperjalankan kendaraan yang

kita kendarai. Maka mulai sekarang marilah kita fokus pada penyempurnaan rukun Islam kita hingga

pada penghayatan yang maksimal. Dengan kesadaran yang semakin luhur kita akan menyadari bahwa

kita semua adalah satu seperti satu tubuh atau satu bangunan.

Demikianlah penjelasan singkat tentang shalat yang sarat dengan makna dan berbagai manfaat. Saya

hanya menyampaikan dari apa yang saya ketahui dan terhadap segala bentuk perbedaan pemahaman

yang mungkin terjadi saya mengakui bahwa samudera ilmu Allah sungguh amat luas sehingga hal itu

sangatlah mungkin. Dengan segala keterbatasan ilmu dan kemampuan saya, saya mohon maaf yang

sebesar-besarnya jika ada kekurangan dan kekeliruan yang saya sampaikan dalam uraian ini. Semoga

membawa kebaikan dan berkah bagi kita semua.

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ajna

HP/WA: 0813 2069 3704

BBM: 74347DE0

Email: [email protected]

Website: http://qrtraining.net