Upload
ahmad-junedy
View
305
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
HAKIKAT DAN KEUTAMAAN SHALAT
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dengan segala keterbatasan diri dan dengan rahmat Allah SWT, saya sajikan tulisan yang berkenaan
dengan shalat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang Allah berikan kepada saya. Ini saya tulis
dari pengalaman yang saya lakukan ketika mendalami tentang shalat dengan menerapkan metode
resonansi kuantum dan selanjutnya saya mendapati pengetahuan dan pengalaman rasa shalat seperti
yang saya tuliskan ini. Selama beberapa hari saya mencoba mengikuti apa yang ingin saya lakukan
tentang berbagai aktivitas hidup, dan ternyata aktivitas yang saya lakukan adalah menulis sebuah uraian
tentang shalat seperti yang saya tuliskan di bawah ini. Selama menuliskan uraian shalat ini saya hanya
beresonansi dengan shalat, dan semua pemikiran serta pemahaman saya mengalir begitu saja
menuliskan tentang uraian shalat ini. Tentang kebenaran atau tidaknya, saya belum melakukan
pengkajian lebih lanjut, dan silakan bagi pembaca untuk mempercayai ataupun tidak mempercayai apa
yang ada di dalam tulisan ini. Cuplikan-cuplikan ayat Al Qur’an maupun hadits sengaja saya gunakan
sebagai referensi dan memperjelas uraian dari shalat yang saya tuliskan ini. Ini adalah shalat yang saya
jalani saat ini dan berdasarkan pertimbangan rasa serta pemahaman yang ada pada diri saya
sebelumnya, apa yang saya tuliskan ini adalah sesuatu yang dapat membawa pemahaman bagi saya
maupun orang-orang yang membacanya. Selanjutnya saya berlindung kepada Allah dari segala kesalahan
yang disengaja maupun yang tidak disengaja apabila itu terjadi. Silakan membaca dan bertafakur atas
shalat yang kita lakukan.
Definisi Shalat
Kata Shalat (صالة ) berasal dari bahasa Arab yg diartikan secara harfiah dengan doa.
Menurut terminologi ilmu fiqh shalat, salat (صالة diterjemahkan sebagai serangkaian kegiatan ibadah (ال
khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam (سال .(م
Shalat dilakukan dengan hati, pikiran, badan/jasmani, perasaan, dan seluruh jiwa. Shalat hendaknya
dinikmati dan dirasakan oleh seluruh keberadaan dan kesadaran dalam menjalin hubungan dg Allah
SWT. Tubuh bergetar melalui seluruh sel dan atom-atom yang beresonansi akibat getaran dari getaran
hati dan rasa, yang beresonansi terhadap eksistensi Allah SWT mulai dari yg tampak hingga yang paling
halus dalam berbagai bentuk yang bisa ditangkap oleh kesadaran jiwa kita. Semakin khusyuk dan
tuma'ninah shalat kita maka hubungan yang terjalin akibat resonansi dg Allah semakin erat dan kuat.
Sebagai bentuk doa khusus yang berbentuk ritual (upacara), shalat memiliki beberapa rukun
(protokoler) yang dimaksudkan untuk melatih dan mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu terciptanya
jalinan hubungan yang kuat dengan Allah di segala kondisi. Untuk itu dalam shalat harus dilakukan
dengan penuh khidmat menghadirkan seluruh keberadaan jiwa raga kita ke hadapan Allah SWT.
Manfaat Shalat
Shalat mempunyai manfaat yang sangat besar. Selain mencegah dari perbuatan keji dan munkar, shalat
adalah cara penting dalam memecahkan berbagai permasalahan, merupakan jalan utama dalam
meningkatkan iman dan menempuh jalan hidup Islam (Islamic way of life).
Shalat seringkali dianggap sebagai beban bagi yang belum memahami maksud dan tujuannya. Bahkan
dengan adanya berbagai kesibukan, permasalahan, dan tuntutan hidup, shalat kadang ditinggalkan atau
bagi yang sudah rutin melakukan shalat fardlu pun banyak yang masih melupakan kebesaran maksud,
tujuan, dan manfaat dari shalat sehingga ketika berhadapan dg berbagai tipu daya dan ujian di dunia,
kita pun masih sering bingung mencari cara, berkeluh kesah, dan bahkan terlena dengan kehebatan-
kehebatan aktivitas lainnya seperti pekerjaan, hiburan, kebersamaan dengan teman-teman, bisnis, dsb.
Kita lupa atau mungkin belum tahu bahwa sesungguhnya shalat justru merupakan jalan paling ampuh
untuk menempuh keselamatan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Shalat adalah
jalan paling efektif untuk mencapai kesuksesan dunia akhirat hingga Allah SWT memerintahkan kita
untuk meminta pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya shalat adalah jalan paling utama
dalam mengatasi berbagai permasalahan. Islam mengajarkan berbagai jenis shalat yang mungkin sampai
saat ini hanya kita ketahui dan jarang kita gunakan.
Shalat mampu mengeluarkan kita dari kemiskinan dan kefakiran.
Shalat mampu mengobati kita dari berbagai penyakit hati dan perbuatan yg buruk (keji dan
munkar).
Shalat mampu mengobati berbagai penyakit jasmani.
Shalat mampu meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan kita.
Shalat mampu mengatasi berbagai permasalahan emosi dan cinta.
Melalui shalat Allah memberi jalan bagi setiap tujuan dan cita-cita kita yang baik.
Shalat mampu meningkatkan kesadaran iman kita akan jalan hidup Islam yang rahmatan lil
alamiin.
Shalat mampu meningkatkan rezeki, kesehatan, kemuliaan, dan kebahagiaan hidup kita.
Shalat (menjadi sarana untuk) memberi petunjuk bagi kita untuk melangkah pada jalan yang
lurus yang ditentukan oleh Allah SWT bagi diri kita.
Shalat mampu menyelamatkan kita dari berbagai ancaman, himpitan, dan cobaan hidup.
Shalat adalah jalan yang PASTI membawa kita pada kemenangan, kemenangan yang sesungguhnya,
menahan kita dari kekalahan akibat kebodohan dan dorongan hawa nafsu kita. Maka marilah shalat...
Marilah menuju kemenangan...
Yang perlu kita lakukan hanyalah PERCAYA. Percaya, yakin dengan sepenuh kesadaran bahwa shalat
adalah jalan yang agung untuk mendapatkan petunjuk hidup yang lurus dan memperoleh pertolongan
Allah SWT Yang Tak Terbatas mampu berbuat apapun di alam semesta ini. Yang perlu kita lakukan
hanyalah melakukan shalat secara sukses.
Untuk itu dalam pembahasan shalat ini, saya tidak membahas manfaat dan keutamaan shalat dari sisi
kesehatan ataupun manfaat-manfaat jasmani seperti uraian tentang gerakan shalat yang mampu
mencegah dan mengobati penyakit ataupun manfaat shalat dalam kaitannya dengan stress karena
sudah banyak ahli-ahli yang menjelaskannya. Pada tulisan ini, khusus dibahas keutamaan shalat untuk
membimbing dan melindungi kita dalam hidup serta mencegah, menolong, dan menyelesaikan berbagai
masalah apapun termasuk berbagai macam penyakit dan masalah-masalah kehidupan sehingga kita
terselamatkan dari ujian serta jebakan kehidupan dunia. Pembahasan ini akan memberikan penjabaran
keutamaan shalat yang didekati secara ilmiah dari sudut pandang ilmu pikiran dan kesadaran.
Bagaimana melakukan shalat yang sukses?
Shalat yang sukses adalah shalat yang mampu membawa kita pada keterhubungan dengan Allah SWT
sehingga keadaan diri kita antara sebelum shalat dan sesudah shalat mengalami perubahan yang
semakin baik. Pada setiap shalat yang sukses, setiap diri menerima kesadaran yang lebih baik dan lebih
luhur sehingga orang yang shalat akan mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik sambil
membangun kehidupannya di akhirat.
Karena itu shalat sungguh bukan suatu hal yang remeh. Shalat harus dikerjakan dengan sungguh-
sungguh dan tersambung dengan Allah SWT sehingga kita siap dan mampu menerima kesadaran
maupun informasi-informasi batiniyah baru yang kita dapati ketika shalat. Shalat sungguh merupakan
olah kebatinan yang sangat sakral, luhur, dan mendalam.
Kesuksesan shalat ditentukan oleh seberapa khusyuk kita mempersiapkannya dan melakukannya.
Kekhusyukan shalat terkait dengan seberapa dalam jiwa kita hanyut dan mampu masuk ke dalam
samudera kebesaran Allah SWT. Kemampuan untuk khusyuk terkait dengan kesungguhan, ketenangan,
keikhlasan, dan keterbukaan kita di dalam merespon setiap getaran dan eksistensi yang kita rasakan
ketika menghadap Allah Tuhan alam semesta yang Maha Besar dari sudut pandang dimensi manapun.
Allah SWT mengabarkan melalui firmanNya tentang bagaimana melakukan shalat yang khusyuk, yaitu
shalat yang sukses, yang membawa dampak besar bagi kehidupan kita, yang mampu menyelamatkan
hidup kita dari kegelapan kepada cahaya, dari kebatilan kepada kebenaran, dari kesengsaraan kepada
kebahagiaan, dari kekalahan kepada kemenangan, dan dari kegagalan kepada keselamatan/
keberhasilan.
Allah SWT berfirman di dalam kitab Al Qur’an:
Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan
menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. 2 ayat 45-46)
Peliharalah segala shalat, dan shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah dengan khusyuk. (QS. 2 ayat 238)
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana
Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)". (QS. 7 ayat 29)
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebahagian malam hari
bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. 17 ayat 78-79)
Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah aku
secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah
sesuatu yang pasti lenyap. (QS. 17 ayat 80-81)
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS. 20 ayat 132)
Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 26 ayat 217-220)
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Al Kitab dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 29
ayat 45)
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. 62 ayat 10)
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia
shalat. (QS. 87 ayat 15)
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
(QS. 108 ayat 1-3)
Demikianlah ayat-ayat Allah yang menjelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan pentingnya
serta keutamaan shalat. Maka sangat disayangkan apabila kita belum mengetahui atau belum
menggunakan shalat sebagai senjata utama di dalam hidup sebagai seorang muslim.
Dari Ali bin Abi Thalibradhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
، الصلة مفتاح ها الطه ور ، وتحريم كبير سليم وتحليل ها الت الت
“Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya adalah takbiratul ihram, dan yang
menghalalkannya adalah salam.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Turmudzi, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Syarat dan Rukun Shalat
Setelah mengetahui betapa besarnya keutamaan dan kehandalan shalat, maka yang tidak kalah
pentingnya adalah memahami prosedur shalat yang membawa kita pada berbagai manfaat shalat
tersebut. Saya gunakan kata ‘prosedur’ di sini supaya tidak rancu dengan istilah rukun shalat yang sudah
biasa kita pelajari. Prosedur shalat di sini meliputi tata cara dan urutan baik yang bersifat perilaku,
ucapan, pemahaman, maupun keadaan jiwa kita. Prosedur shalat menjelaskan secara rinci rukun shalat
dan penerapannya. Sebelum membahas prosedur shalat, berikut ini adalah syarat dan rukun shalat,
yaitu syarat sahnya sebuah ritual shalat.
Syarat shalat:
1. Beragama Islam
2. Sudah baligh dan berakal
3. Suci dari hadas
4. Suci seluruh anggota badan, pakaian, dan tempat shalat
5. Menutup aurat, laki laki auratnya antara pusar dan lutut, sedangkan wanita seluruh anggota
badannya kecuali muka dan dua belah telapak tangan
6. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing masing shalat
7. Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunnah
8. Menghadap kiblat
Rukun shalat:
1. Niat
2. Berdiri tegak bagi yang mampu, boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat Al-Fatihah pada tiap tiap raka’at
5. Rukuk dengan tuma’ninah
6. I’tidal dengan tuma’ninah
7. Sujud dua kali dengan tuma’ninah
8. Duduk antara dua sujud dengan tuma’ninah
9. Duduk tasyahud akhir dengan tuma’ninah
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
12. Membaca salam yang pertama
13. Tertib berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut
Pada setiap rukun shalat, berlangsung olah rasa (qalbi), bahasa (qauli), dan perbuatan (fi’li). Untuk
suksesnya shalat, ketiganya harus dilakukan secara harmonis. Ini adalah pendapat umum yang
disampaikan oleh mayoritas ulama.
Shalat dan Kesadaran Jiwa
Dalam pembahasan kali ini, saya akan menguraikan pemahaman prosedur shalat dengan pembahasan
yang komprehensif berdasarkan ilmu pikiran. Karenanya, dalam pembahasan ini saya akan
menggunakan istilah-istilah yang agak berlainan dengan tujuan supaya lebih mudah dipahami.
Shalat adalah ritual memasuki dimensi kesadaran yang lebih dalam dan lebih luas dengan tujuan
menghadap dan menghamba, melebur dengan Yang Maha Kuasa Allah SWT. Dalam ilmu pikiran,
kesadaran itu berjenjang mulai dari kesadaran duniawi, yaitu persepi materi, indera fisik yang kita
tangkap dan rasakan sehari-hari atau biasa disebut sebagai alam sadar (saja). Di balik alam sadar
terdapat kesadaran yang mempengaruhi alam sadar setiap manusia, yaitu disebut sebagai alam bawah
sadar. Alam bawah sadar ini lebih luas dan lebih besar pengaruhnya pada kehidupan kita. Baik alam
sadar maupun alam bawah sadar terikat pada tiap-tiap diri individu manusia.
Di balik alam bawah sadar terdapat kesadaran kolektif yang tidak lagi terikat pada tiap-tiap diri manusia.
Ia lebih luas dari alam bawah sadar dan berperan sangat besar mempengaruhi kehidupan di alam secara
kolektif. Kesadaran kolektif ini dalam ilmu pikiran termasuk dalam golongan kesadaran super. Kesadaran
kolektif mengendalikan alam bawah sadar setiap individu. Dan di balik kesadaran kolektif adalah
kesadaran universal atau kesadaran semesta. Kesadaran universal ini adalah golongan kesadaran super
yang paling luas, yang mengendalikan keseluruhan alam semesta dan isinya, meliputi juga turunannya di
alam fisik yang kita sebut sebagai hukum alam seperti halnya kesadaran duniawi (alam sadar).
Hamparan kesadaran yang bertingkat ini memberikan persepsi pengetahuan dan pengalaman yang
berbeda-beda, sehingga kita mengenal istilah “maqam”, yaitu tingkatan keimanan tiap-tiap orang.
Kesadaran lebih luas dari sekedar pemikiran. Contohnya adalah sebagai berikut: Seorang anak tidak
memahami tentang cinta kepada lawan jenis ataupun hasrat/dorongan untuk melakukan hubungan
seksual (bukan kasih sayang karena kasih sayang kepada sesama makhluk adalah kesadaran yang sudah
dimiliki manusia sejak lahir). Meskipun seorang anak dijelaskan tentang apa itu cinta kepada lawan jenis
dan ia mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, ia tetap tidak akan mengerti akan keberadaan dari
rasa cinta itu sendiri hingga ia beranjak remaja dan mengalami perluasan kesadaran akan bentuk
kehidupan. Perumpamaan umum yang biasa dipakai seorang guru menjelaskan hal ini kepada muridnya
bahwa kesadaran (pengalaman rasa) tidak sama dengan pemikiran/pemahaman adalah dengan contoh
secangkir kopi dimana ketika kita belum pernah minum kopi, maka kita tidak akan mengetahui rasanya
kopi meskipun dijelaskan secara rinci dan kita mempelajarinya sungguh-sungguh. Maka untuk
merasakan nikmatnya kopi adalah dengan meminumnya sambil menikmatinya. Terkadang setelah
minum kopi pun kita hanya merasakan rasa fisik kopi yang terindera oleh indera pengecapan kita saja
tanpa tahu nikmatnya sehingga beberapa orang akan mengambil kesimpulan bahwa ia tidak suka
minum kopi karena tidak mendapati kenikmatan dari minum kopi.
Itu adalah contoh sederhana akan seni menikmati sebuah pengalaman yang akan berdampak pada
perluasan kesadaran. Ketika contoh minum kopi tersebut tidak memiliki suatu manfaat, seseorang
dengan bebas bisa memilih untuk berkeputusan bahwa ia tidak menyukai minum kopi. Namun lain
permasalahannya jika pada contoh sebelumnya yaitu tentang rasa cinta. Ketika seseorang gagal dalam
mengenal kesadaran akan rasa cinta, ia akan disebut sebagai tidak normal dan akan mengalami masalah
dalam kehidupannya.
Pemahaman Prosedur Shalat
Takbiratul Ihram
Perlu diketahui oleh seorang mukmin bahwa yang dimaksud takbiratul ihram adalah takbir pertama
memasuki pintu gerbang shalat. Ihram berasal dari kata haram, yang berarti takbir haram, artinya
takbir yang mengharamkan segala yang halal sebelum shalat. Ketika sebelum shalat makan minum
dihalalkan, maka memasuki shalat, hal tersebut menjadi haram. Takbiratul ihram merupakan gerbang
masuk antara alam sadar dan alam-alam di bawahnya (baca: di baliknya). Dalam ilmu pikiran, ini disebut
sebagai langkah induksi. Ketika sudah melakukan takbiratul ihram, semua pikiran dan seluruh jiwa hanya
terfokus menghadap Allah SWT saja. Karenanya semua hal yang lainnya menjadi haram untuk sengaja
diperbuat, seperti bergerak bebas, berpikir lain-lain, ataupun menyimpan ingatan emosi keduniawian.
Segala bentuk indera, emosi, rasa, pikiran, dan badan fokus tertuju hanya untuk menghadap Allah SWT.
Semakin fokus (khusyuk) kita melakukan takbiratul ihram, akan semakin dalam kita memasuki alam di
balik alam sadar kita.
Untuk memulai shalat, rasulullah SAW mengajarkan untuk mengucapkan takbiratul ihram, yaitu
mengucapkan bacaan takbir yakni :
بر هللا أك Allahu Akbar
Pada saat takbiratul ihram disunatkan untuk mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan telinga.
Takbiratul ihram dilakukan dengan penuh khidmat memuji dan merasakan kebesaran Allah SWT dan
mengijinkan segenap pikiran dan seluruh jiwa kita untuk memasuki alam yang terdekat dengan Allah
SWT yaitu menghadapnya sedekat mungkin, menjalin hubungan sedekat-dekatnya denganNya. Segala
pikiran dan perasaan terfokus dan terkunci hanya kepada Allah SWT saja.
Iftitah
Setelah takbiratul ihram selanjutnya langsung dilanjutkan dengan membaca doa iftitah. Membaca doa
iftitah merupakan sunat untuk mempertegas, memperdalam keadaan seluruh jiwa kita dalam
menghadap Allah SWT. Ketika takbiratul ihram kita memasuki alam di balik alam sadar dengan
kedalaman awal, maka pada saat membaca doa iftitah, melalui pembacaan doa ini kita melakukan
proses affirmasi pendalaman dan penguatan dalam menghadap Allah SWT sehingga dengan tegas
bahwa shalat yang kita lakukan hanyalah untuk menjalin hubungan dengan Allah SWT semata dan
mempertegas bahwa tujuan kita shalat adalah untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT
sehingga mampu menjadi orang yang berserah diri.
Maka doa yang diajarkan ketika melakukan pendalaman ini adalah dengan doa iftitah sebagai berikut:
ال ي ص كرة وا بحان هللا ب س يرا و ث حمد هلل ك يرا وال ب بر ك .هللا أك
Allaahu akbar kabiira, walhamdulillaahi katsiira, wa subhanallaahi bukrataw, waashiila.
(Allah Maha Besar, dan Segala Puji yang sangat banyak bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi,
dan petang).
ا من لما وما أن س فا م ي ن سموات واألرض ح طر ال لذى ف ى وجهت وجهي ل ين.أن شرك م ال
Innii wajjahtu wajhiya, lilladzii fatharassamaawaati wal ardha, haniifam, muslimaa, wamaa ana minal
musrykiin.
(Sungguh aku hadapkan wajahku kepada wajahMu, yang telah menciptakan langit dan bumi, dengan
penuh kelurusan, dan penyerahan diri, dan aku tidak termasuk orang-orang yang mempersekutuan
Engkau/Musryik)
ين لم س م ا من ال ك امرت وان ذل ه وب ك ل شري ين ال م عال ى هلل رب ال ياي وممات كى ومح س ى ون صالت ان
Innasshalaatii, wa nusukii, wa mahyaaya, wa mamaati, lillaahi rabbil ‘aalamiin.
(Sesungguhnya shalatku, dan ibadah qurbanku, dan hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan alam
semesta).
Laa syariikalahu, wabidzaalika umirtu, wa ana minal muslimiin.
(Tidak akan aku menduakan Engkau, dan memang aku diperintahkan seperti itu, dan aku termasuk
golongan hamba yang berserah diri kepadaMu)
Ini adalah salah satu doa iftitah yang diajarkan oleh rasulullah SAW. Adapun ada beberapa jenis doa
iftitah yang diajarkan oleh rasulullah SAW yang bisa dipilih untuk dibaca ketika shalat.
Surat Al Fatihah
Surat Al Fatihah merupakan surat yang wajib dibaca dalam shalat setelah membaca doa iftitah.
Sebagaimana namanya, surat ini digunakan untuk membuka interaksi kita dengan Allah SWT untuk
pertama kalinya setelah kita memasuki alam yang terdekat dengan Allah SWT. Al Fatihah pertama yang
diucapkan ketika shalat adalah permulaan dari aktivitas ruhani inti diri kita dengan Allah SWT. Aktivitas
ruhani inti dalam shalat berlangsung terus hingga sebelum salam dan oleh karenanya harus selalu dijaga
kekhusyukannya untuk tetap berada di alam terdekat dengan Allah SWT.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak
membaca Fatihatul Kitab (Al Fatihah).” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu
‘anhu)
Dalam sabda yang lain beliau mengatakan yang artinya, “Barangsiapa yang shalat tidak membaca
Ummul Qur’an (surat Al Fatihah) maka shalatnya pincang (khidaaj).” (HR. Muslim)
Makna dari khidaaj adalah kurang, sebagaimana dijelaskan dalam hadits tersebut, “Tidak lengkap”.
Berdasarkan hadits ini dan hadits sebelumnya para imam seperti imam Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal
dan para sahabatnya, serta mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum membaca Al Fatihah di dalam
shalat adalah wajib, tidak sah shalat tanpanya.
Surat Al Fatihah berisi bacaan dengan pemaknaan yang sangat mulia dan mendalam. Anda dapat
membacanya pada buku-buku tafsir surat Al Fatihah. DI sini saya hanya akan menuliskan terjemah dan
pemaknaan surat Al Fatihah secara ringkas, bukan tafsirnya.
1. Bismillahirrahmanirrahim
2. Alhamdulillahi rabbil alamin,
3. Arrahmaanirrahiim
4. Maaliki yaumiddiin,
5. Iyyaka na’budu waiyyaaka nasta’iin,
6. Ihdinashirratal mustaqim,
7. shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin.
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai di hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus.
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Kalimat Bismillahirrahmanirrahim dibaca dengan menyatukan seluruh rasa di dalam diri dengan seluruh
nama Allah SWT dalam naungan sifat Maha Pemurah dan Maha PenyayangNya. Kata Bismillah tidak
hanya menyebut nama Allah, melainkan bermakna keseluruhan Asma Allah dengan segala sebutanNya.
Ar Rahmaan bermakna Allah Maha Pemurah yang melimpahkan, menganugerahkan rezeki dan kasih
sayang kepada seluruh makhluk ciptaanNya tanpa terkecuali. Ini adalah sifat kasih sayang universal yang
ada di alam semesta. Sedangkan Ar Rahiim bermakna Allah Maha Penyayang, melimpahkan,
memelihara, dan melindungi orang-orang tertentu yang dikasihiNya, yaitu orang-orang yang lurus seperti
para nabi, rasul, wali, dan orang-orang shaleh.
Menyebut kalimat Bismillahirrahmanirrahim dimaksudkan untuk menyelaraskan diri kita dalam naungan
dan limpahan kasih sayangNya (Ar Rahmaan) yang universal serta sambil menyerahkan diri kita untuk
mampu digolongkan ke dalam orang-orang yang berserah diri, yang dekat, yang cinta kepada Allah SWT
sehingga Allah pun menyayangi kita dan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang dikasihi Allah
dan termasuk pula dalam golongan orang-orang shaleh yang mendapatkan limpahan rezeki dan kasih
sayang yang spesial dari Ar Rahiim. Dari pengetahuan inilah penghayatan kalimat
Bismillahirrahmanirrahim sangat banyak keutamaannya dan dapat digunakan untuk memulai setiap
aktivitas yang akan kita lakukan. Allah SWT berfirman, ("Bila Hamba membaca"): "Dengan Menyebut
Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". "Allah menjawab": "Hamba-Ku memulai
menyebut dengan asma-Ku dan wajib atas-Ku untuk menyempurnakan urusan-urusannya dan
memberkahi keadaannya".
Kalimat Alhamdulillahi rabbil alamin diucapkan dengan penuh ketulusan dan kejujuran jiwa bahwa
segala puji hanyalah untuk Allah SWT Tuhan alam semesta. Kata Alhamdu bermakna segala jenis rupa
puji-pujian, yaitu semua bentuk yang bagus-bagus yang layak untuk dipujikan, sehingga kata
Alhamdulillah bermakna segala bentuk pujian seluruhnya kita haturkan secara tulus dengan penuh
pengakuan bahwa hanya untuk Allah SWT yaitu Rabb alam semesta. Kata Rabb secara rinci bermakna
Yang mencipta, menaungi, mengatur, menjaga, mengurus, menguasai, memelihara, sedangkan kata
Alamiin bermakna alam semesta dan seluruh isinya mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil dan
semua jenis fenomena yang berlangsung di dalamnya.
Menyebut kalimat Alhamdulillahi rabbil alamin dimaksudkan untuk mensyukuri dengan penuh
kesadaran atas segala nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita. Bahwa kita hidup di dunia ini pun
juga merupakan suatu nikmat dari kebesaran Allah SWT sehingga sangatlah layak dan wajib bagi kita
mengakui dan memuji dengan segala bentuk puji atas semua keluarbiasaan Allah Yang menguasai,
memiliki, memelihara, dan mengatur alam semesta dan seluruh isinya ini. Allah SWT berfirman, ("Bila
Hamba membaca"): "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam", "Allah menjawab": "Hamba-Ku
memuji-Ku dan ia sudah mengetahui bahwa nikmat-nikmat yang berada pada dirinya berasal dari-Ku dan
semua petaka yang aku hindarkan daripadanya itu juga berasal dari-Ku. Maka atas limpahan rahmat-Ku,
Aku bersaksi pada kalian akan melipat gandakan padanya nikmat-nikmat dunia dan nikmat-nikmat
akhirat serta menghindarkan dirinya dari petaka akhirat sebagaimana aku menghindarkan daripadanya
petaka dunia".
Kalimat Arrahmaanirrahiim merupakan lanjutan dari ucapan syukur dan puji kita kepada Allah SWT
Tuhan alam semesta, dengan menegaskan bahwa segala puji itu terwujud karena sifat Maha Pemurah
(Ar Rahman) dan Maha Penyayang (Ar Rahiim) Allah SWT sebagaimana yang telah diuraikan di atas pada
kalimat Bismillahirrahmanirrahim. Allah SWT berfirman, ("Bila Hamba membaca"): "Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang", "Allah menjawab": "Hamba-Ku bersaksi kepada-Ku bahwa Aku Dzat Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang dan Aku bersaksi pada kalian, Aku akan menyempurnakan nikmat-Ku
menjadi miliknya, dan Aku akan menganugerahkan pemberian-Ku sebagai kesempurnaannya".
Berikutnya dipertegas serta diperjelas lagi pengakuan serta rasa syukur kita atas dengan penuh percaya,
penuh keyakinan atas semua bentuk pengaturan Allah SWT karena Allah adalah penguasa hari
pembalasan. Kata Maalik berarti Yang Menguasai, Yang Merajai, Yang menetapkan susunan dan
memerintah seluruh alam semesta, yang zahir dan yang batin, dan semua ciptaan dari sebelum
permulaan dan setelah pengakhiran alam. Sedangkan kata Yaumiddiin berarti hari pembalasan, yaitu
waktu atau saat terjadinya pembalasan baik dalam masa pembalasan di akhirat maupun masa
pembalasan di dunia sebagai bentuk mekanisme sebab akibat dimana setiap sikap, tindakan, ucapan,
dan pemikiran kita akan memiliki akibat atau dampak pada masa yang tertentu yang kesemuanya itu
berada dalam pengaturan Allah Al Maalik. Allah SWT berfirman, ("Bila Hamba membaca"): "Yang
Menguasai Hari Pembalasan", "Allah menjawab": "Aku bersaksi pada kalian sebagaimana ia mengetahui
bahwa Aku sebagai Penguasa Hari Kemudian, maka Aku memudahkan kelak di Hari Kiamat atas hisabnya
dan Aku mengabulkan seluruh kebajikan-kebajikannya dan Aku memaafkan seluruh perbuatan salahnya
selama ia beribadah kepada-Ku".
Maka dengan sifat Ar Rahmaan, Ar Rahiim, dan Al Maalik, Allah SWT menyusun, mengatur, memelihara,
dan berkemampuan untuk melakukan kesemuanya itu terhadap seluruh alam semesta dengan kasih
sayangNya yang dilimpahkan secara universal/umum maupun dengan kasih sayangNya yang khusus
untuk hamba-hambaNya yang dikasihi. Ini berarti pula bahwa dari dimensi ruang dan waktu, dimensi
zahir maupun batin, Allah SWT berkemampuan untuk mengaturnya dengan kasih sayangNya yang umum
dan yang khusus tersebut, dan memberi kesempatan kepada kita untuk menjadi hamba yang dikasihiNya
sehingga hal itu merupakan limpahan rahmat yang luar biasa besar yang dapat menghapus segala
penderitaan kita akibat dosa-dosa maupun kesalahan kita sebelum berlangsungnya waktu pembalasan
atas setiap apa yang kita tanam. Ini adalah kesempatan untuk taubat bagi orang-orang yang selalu
mendekatkan diri kepada Allah dan Allah meridhainya dengan kasih sayang Ar Rahiim Nya. Ketulusan
dalam menghayati kalimat inilah yang mampu menghapus dosa-dosa, terhindar dari mara bahaya,
hukum sebab akibat (tanam tuai), dan menetapkan ulang pengaturanNya dengan permohonan
hambaNya yang mendapat kasih sayang Ar Rahiim sehingga dapat mengubah nasib seseorang dan
mendapatkan petunjuk serta limbahan rezeki yang tak terkira sebagai bentuk kasih sayang khusus Allah
kepada hambaNya yang shaleh.
Dengan rasa syukur, pengakuan, dan kesadaran yang tulus kepada Allah SWT inilah, maka berikutnya kita
nyatakan Iyyaka na’budu waiyyaaka nasta’iin, bahwa Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya
kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Ini adalah bentuk pengakuan dan penegasan sekaligus
bentuk intim hubungan kita dengan Allah SWT dimana bersatu antara pujian, pengakuan yang tulus dan
sekaligus janji serta permohonan sebagai bentuk kebergantungan kita kepada Allah dan hanya kepada
Allah SWT.
Dalam mengucapkan Iyyaka na’budu waiyyaaka nasta’iin kita menyatakan dengan penuh kesadaran dan
penuh keyakinan untuk menyembah dan memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT semata. Ini
adalah janji yang membentuk ikatan kuat antara diri kita dengan Allah SWT yang merupakan bentuk
hubungan peningkatan iman yang nyata, yang merupakan kontrak kerjasama bahwa hidup kita akan
bergantung hanya kepada Allah, selalu bersama Allah, dan menerima bimbingan, perlindungan, dan
kekuatan dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman, ("Bila Hamba membaca"): "Hanya Engkau-lah yang kami sembah". "Allah
menjawab": "Benar Hamba-Ku, hanya kepada-Ku ia menyembah, Aku bersaksi pada kalian sungguh Aku
akan memberi pahala atas ibadahnya dengan suatu pahala yang dapat menutupi seluruh amal
perbuatan salahnya dalam beribadah kepada-Ku". Dan ("Bila Hamba membaca"): "Dan hanya kepada
Engkau-lah kami mohon pertolongan", "Allah menjawab": "Benar Hamba-Ku, hanya kepada-Ku ia
meminta pertolongan dan kepada-Ku ia berlindung. Aku bersaksi pada kalian sungguh Aku akan
menolongnya di dalam urusannya dan memudahkan dalam kesulitannya dan Aku menolongnya ketika ia
berada di hari yang mencekam".
Setelah kalimat Iyyaka na’budu waiyyaaka nasta’iin, berikutnya diikuti dengan mengucapkan
Ihdinashirratal mustaqim sebagai penegas dari perjanjian keberserahan diri kita kepada Allah SWT
dengan memohon serta menerima semua bentuk pengajaranNya, bimbinganNya, dan petunjukNya
untuk menjalani hidup supaya selalu di jalan yang lurus, jalan orang-orang shaleh, para mustaqiim,
orang-orang yang lurus dalam beragama, yaitu dalam menempuh kehidupan sesuai dengan bimbingan
Allah SWT dan rasulNya.
Penegasannya diucapkan dengan kalimat berikutnya, yaitu shiratalladzina an’amta alaihim ghairil
maghduubi alaihim waladhaalin, yaitu menjabaran bahwa jalan orang-orang yang lurus itu adalah jalan
yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Allah beri nikmat kepada mereka, yaitu bukan nikmat yang
universal, melainkan nikmat kemuliaan, keselamatan, kekuatan, pengetahuan, keberlimpahan,
keimanan, dan kedekatan dalam kasih sayang khusus dari Allah Yang Maha Penyayang (Ar Rahiim). Dan
penegasan jalan orang-orang yang lurus ini selain dinyatakan dengan orang yang mendapat nikmat
khusus dari Allah, juga diperjelas bahwa bukan jalan orang-orang yang dimurkai ataupun yang tersesat.
Ini juga sebagai penegasan dari permohonan kita sebagai hamba yang bergantung hanya kepada Allah,
kita meminta perlindungan dan bimbinganNya serta pertolonganNya supaya tidak sampai masuk pada
jalan yang salah, yaitu yang menyebabkan kita dimurkai Allah atau menjadi tersesat.
Sampai pada kalimat terakhir ini, kita telah mempercayakan sepenuhnya hidup kita kepada Allah SWT
dalam pengaturan, bimbingan, perlindungan, dan pertolonganNya supaya dijamin selamat dan
mendapatkan nikmat khusus bagi orang-orang yang dikasihi Allah SWT dengan nikmat khusus yang tidak
diberikan kepada orang-orang yang tidak meneguhkan kalimat ini. Allah SWT berfirman, ("Bila Hamba
membaca"): "Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat", "Allah menjawab": "Semua permohonan hamba-hamba-Ku (akan Ku-penuhi). Dan
baginya segala yang dia minta dan Aku pasti mengabulkan seluruh cita-citanya dan Aku lindungi dia dari
segala yang dia takuti".
Inilah kandungan yang sangat mulia dan sangat luhur dari surat Al Fatihah. Ketika kita membacanya
dalam keadaan shalat, yaitu dalam keadaan berhadapan dengan Allah di alam yang terdekat denganNya,
maka ini menjadi jalan terbaik bagi kita umat Islam dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan
kebenaran hidup kita di dunia maupun di akhirat, serta dalam menghindarkan diri kita dari segala
perbuatan keji dan munkar, yaitu perbuatan yang dapat menjauhkan kita dari kebenaran. Ini adalah
intisari dari shalat sebagaimana disabdakan oleh rasulullah bahwa shalat adalah mi’raj bagi orang
muslim. Ini mengapa shalat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh kerelaan, ketulusan,
khidmat, dan penuh keberserahan diri kepada Allah SWT.
Ruku’ dengan tuma’ninah
Ruku’ secara bahasa berarti merunduk. Ruku’ di dalam shalat merupakan rukun yang dikerjakan secara
perbuatan yaitu dengan merundukkan badan sehingga punggung mulai bawah hingga kepala menjadi
sejajar dengan tanah (horizontal) dan meletakkan kedua telapak tangan pada lutut dengan posisi kaki
berdiri lurus. Ruku’ merupakan gerakan fisik/jasmani, namun dalam shalat ruku’ tidak hanya dilakukan
dengan jasmani saja, melainkan dalam ruku’ seluruh jiwa dan kesadaran juga tetap dipertahankan
berada pada alam terdekat dengan Allah SWT sambil memuji secara tulus akan keMahasucian dan
keMahamuliaan Allah SWT. Sebelum ruku’ disunatkan untuk mengucapkan takbir untuk menjaga
kesadaran kita tetap dalam kondisi khusyu’ di alam terdekat dengan Allah SWT ketika sedang melakukan
perubahan gerakan.
Ketika ruku’ disunatkan untuk mengucapkan:
Subhana rabbiyal’adhimi wabihamdih
Maha Suci Rabbku yang maha Agung dan maha terpuji.
Ruku’ dilakukan sebagai lanjutan dari komunikasi kita kepada Allah setelah mengucapkan surat Al
Fatihah. Ruku dimaksudkan untuk memuji Allah SWT dalam posisi merunduk yang secara psikis berarti
menghormat sebagai lanjutan dari interaksi sebelumnya yang dilakukan secara berdiri. Ini adalah
rangkaian perubahan yang pertama sejak dimulainya ritual shalat karena sebagaimana tujuannya, shalat
mengajak dan melatih setiap umat Islam untuk selalu ingat dan terhubung dengan Allah dalam kondisi
dan aktivitas apapun. Oleh karena itu ritual shalat berbeda dengan ritual dzikrullah biasa, meditasi,
tafakkur ataupun samadi dimana pada shalat perubahan-perubahan gerakannya dilakukan dengan
seluruh bagian tubuh dengan maksud untuk melatih dzikrullah dalam kondisi yang berbeda-beda, seperti
yang dipaparkan di dalam Al Qur’an yaitu untuk melatih kita agar mampu mengingat Allah SWT dalam
kondisi berdiri, duduk, dan berbaring. Tujuan lebih jauhnya adalah melatih kita agar senantiasa ingat dan
terhubung dengan Allah SWT pada setiap saat, setiap aktivitas, setiap permasalahan, dan pada setiap
kesadaran kita sehingga kita selalu mampu melihat, mendengar, dan merasakan cahaya kebenaran yang
menyelamatkan hidup kita.
Gerakan ruku’ dan gerakan-gerakan shalat lainnya memiliki makna dan manfaat yang sangat besar
ditinjau dari berbagai dimensi. Gerakan shalat juga memberikan kemudahan bagi kita untuk
menanamkan kesadaran di dalam diri kita, mulai dari posisi psikis, aliran darah, hingga komunikasi antar
neuron dan antar sel di seluruh jaringan tubuh kita. Saya tidak akan membahas satu per satu tentang
mekanisme yang terjadi, namun secara ilmu pikiran, gerakan yang diulang-ulang sambil menanamkan
sugesti di alam bawah sadar akan membentuk jangkar (anchor) bagi pikiran kita sehingga kita mudah
dalam mengingat apa yang disugestikan oleh diri sendiri atau yang kita afirmasikan. Secara neurologi, ini
akan membangun jalan pintas (shortcut) bagi diri kita melalui pembentukan sambungan saraf-saraf baru
sehingga ketika semakin sering mengulanginya, kekuatan dan kedalaman sugesti yang kita tanamkan
akan semakin besar.
Dalam shalat, sugesti yang kita tanamkan adalah sugesti untuk membangun keimanan yang utuh, sugesti
penyerahan diri secara total kepada Allah SWT, dan sugesti doa-doa yang bermanfaat bagi keseluruhan
kehidupan kita. Ini akan kita kupas juga pada setiap pembahasan rukun-rukun shalat berikutnya. Maka
dalam gerakan ruku’ ini, yang perlu ditekankan adalah melakukan ruku’ secara tuma’ninah (tenang,
rileks), yaitu berlangsungnya gerakan ruku’ yang diisi dengan ingatan dan keterhubungan seluruh rasa di
diri kita kepada Allah yang Maha Mulia dengan penuh penghormatan dan pengagungan. Ketika rasa ini
sudah mengalir ke seluruh diri kita, barulah kita bangun dari ruku’. Perlu diingat, bahwa melakukan
gerakan posisi ruku’ dengan tuma’ninah adalah termasuk rukun sahnya shalat yang karenanya hukumnya
wajib. Sedangkan membaca bacaan ruku’ adalah sunat untuk membantu kita mencapai tuma’ninah
dalam ruku’ yaitu mengalirnya rasa iman dan kedekatan kepada Allah kepada seluruh sel-sel tubuh
maupun seluruh keberadaan dan kesadaran kita. Maka tolak ukur dalam melanjutkan ke gerakan
berikutnya bukanlah selesainya membaca doa ruku’ tapi ketika sudah tercapainya tuma’ninah. Ini adalah
gerakan penting di dalam shalat yang wajib kita sukseskan. Ruku’ dapat dilakukan dalam waktu yang
lama.
“Suatu ketika ada seseorang yang masuk masjid kemudian shalat dua rakaat. Seusai shalat, orang ini
menghampiri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu berada di masjid. Ternyata Nabi menyuruh
orang ini untuk mengulangi shalatnya. Setelah diulangi, orang ini balik lagi, dan disuruh mengulangi
shalatnya lagi. Ini berlangsung sampai 3 kali. kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan
kepadanya cara shalat yang benar. Ternyata masalah utama yang menyebabkan shalatnya dinilai batal
adalah kareka dia tidak tumakninah. Dia bergerak rukuk dan sujud terlalu cepat.” (HR. Bukhari, Muslim,
Ibn Majah dan yang lainnya)
“Pencuri yang paling jelek adalah orang yang mencuri shalatnya.” Setelah ditanya maksudnya, beliau
menjawab: “Merekalah orang yang tidak sempurna rukuk dan sujudnya.” (HR. Ibn Abi Syaibah, Thabrani,
Hakim, dan dishahihkan Ad-Dzahabi).
Sedikit saya beri ilustrasi tentang kondisi tuma’ninah dalam ilmu pikiran dan kesadaran, dan ini akan
menjelaskan juga setiap gerakan shalat berikutnya yang harus dilakukan dengan tuma’ninah. Tuma’ninah
adalah fenomena klimaks sejenak yang terjadi pada kesadaran bawah sadar maupun di baliknya lagi,
seperti halnya fenomena abreaction atau histeria. Jika histeria terjadi akibat saking mengenanya suatu
emosi atau rasa dalam diri kita yang diikuti oleh fenomena tingkah laku yang sangat aktif baik secara
ucapan maupun perbuatan, tuma’ninah adalah fenomena serupa yang menghasilkan respon sebaliknya,
yaitu terdiam, seperti halnya tertegun, terperangah, namun dalam arti yang sangat pasif, sehingga sering
diartikan sebagai berhenti sejenak. Ini adalah fenomena klimaks suatu kesadaran juga yang terjadi sesaat
atau beberapa saat ketika suatu rasa, emosi tertentu mengalir dan mengisi kesadaran kita sehingga saat
itu kita benar-benar terhipnotis oleh rasa tersebut. Hal ini sulit diungkapkan dengan kata-kata, namun
kita semua bisa mengalaminya ketika memasuki kesadaran yang sangat dalam dan sedang tersugesti
oleh sesuatu dengan sangat kuat. Dalam shalat, untuk melakukannya secara tuma’ninah tidak harus
selalu mencapai kondisi tersebut, namun yang terpenting adalah kita mampu menjaga kesadaran kita
untuk selalu hanya mengingat Allah SWT di setiap gerakan shalat kita. Shalat yang dikerjakan secara
tuma’ninah akan menjaga pikiran kita yang seringkali berkeliaran memikirkan hal-hal lain selain Allah
SWT sehingga pada setiap kali pikiran bergerak ke arah urusan duniawi, kesadaran kita dapat segera
kembali menghadap Allah SWT kembali.
I’tidal dengan tuma’ninah
Setelah melakukan ruku’, rukun shalat berikutnya adalah bangun dari ruku’ menjadi posisi berdiri tegak
kembali. Ini disebut sebagai I’tidal yang secara bahasa berarti sama atau lurus. Dalam shalat, I’tidal
adalah kembali kepada posisi sebelum ruku’. Jika sebelum ruku’ shalatnya dilakukan sambil berdiri maka
kembali berdiri, jika sambil duduk maka kembali pada posisi duduk sebelum ruku’.
Dalam melakukan I’tidal disunatkan untuk melakukannya sambil mengangkat kedua tangan seperti ketika
takbiratul ihram sambil mengucap
لمن حمده سمع هللا
“sami’allahu liman hamidah”
(Allah mendengar orang yang memujiNya)
Lanjutan setelahnya ada beberapa doa yang diucapkan ketika I’tidal seperti:
Rabbana lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi
(Yaa Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala pujian yang banyak, yang baik dan yang ada barakah di dalamnya)
Atau
Rabbanaaa lakal hamdu mil-as-samaawaati wa mil-al-ardhi wa mil-a maa syik-ta min syai-im ba’du (HR.
Muslim dan Abu Awanah)
(Ya Tuhan kami bagi-Mulah segala puji meliputi langit dan bumi dan meliputi apa-apa yang Engkau
kehendaki setelah itu)
Dan masih ada beberapa doa lainnya yang bisa dibaca ketika I’tidal.
I’tidal juga merupakan rukun shalat yang dikerjakan dengan tuma’ninah. Pada beberapa pandangan,
I’tidal tidak boleh dilakukan terlalu lama, namun pada pandangan lainnya dikabarkan dalam shalat sunat,
rasulullah sering melakukan I’tidal dalam waktu yang lama. Perkara-perkara fiqh dan madzab tentang
letak tangan dan posisi shalat tidak saya bahas di sini dan silakan kembali kepada keyakinan masing-
masing.
I’tidal mempunyai maksud proses yang sama dengan ruku’, yaitu mencapai tuma’ninah dalam keadaan
berdiri atau keadaan semula sebelum ruku’. Secara normal I’tidal dilakukan dalam posisi berdiri yang
mempunyai makna siap melakukan segala jenis kewajiban dalam hidup dengan mengikuti petunjuk Allah
SWT.
Sujud dengan tuma’ninah
Pengertian sujud secara umum berdasarkan kamus bahasa Indonesia adalah: 1 berlutut serta
meletakkan dahi ke lantai (misal pd waktu shalat); 2 pernyataan hormat dng berlutut serta
menundukkan kepala sampai ke tanah. Dalam shalat, sujud merupakan kondisi terdekat kita dengan
Allah SWT. "Wasjud Waqtarib" demikianlah Allah swt menutup firmannya dalam surat al-Alaq. Suatu
pernyataan yang tegas dan gamblang bahwa sujud merupakan saat paling mendukung untuk
mendekatkan diri kepada-Nya.
Rasulullah saw bersabda "Sedekat-dekatnya hamba dari Tuhannya adalah seorang yang bersujud, oleh
karena itu banyak-banyaklah berdo'a."(HR Muslim, Abu Daud dan Nasa'i)
Banyak ulasan dan penjelasan tentang kedalaman makna sujud dalam shalat. Dikatakan bahwa bagi
orang-orang yang beriman ia akan dapat merasakan bagaimana lezatnya dan manisnya ketika berjumpa
dengan Allah saat sujud dalam shalat sehingga tidak ada waktu yang ditunggu-tunggu selain waktu
shalat yang dapat mengantarkannya berjumpa dengan Allah SWT. Sungguh suatu keadaan yang luar
biasa mulia.
Dari studi yang dilakukan oleh Wakas Mohammed tentang pengertian sujud di dalam Al Qur’an ternyata
sujud mengandung pengertian yang berbeda dengan pengertian umum yang saya tulis di atas, yaitu yang
hanya bermakna fisik. Sujud di dalam Al Qur’an diterapkan tidak hanya dalam konteks shalat, tidak hanya
mengenai manusia, tetapi berkaitan dengan benda mati juga. Secara ringkas, sujud dalam pengertian
yang sebenarnya adalah “mengakui Al Qur’an”. Ini sejalan dengan yang terjadi di dalam kondisi ketika
kita melakukan shalat dan ketika sedang bersujud, kesadaran kita akan bertumbuh ketika kita sedang
berada dalam kondisi meditasi intim dengan Allah SWT ini. Pada saat sujud Allah SWT menurunkan
pemahaman atas kebenaran, pemahaman atas Al Qur’anul kariim, bukan dari bacaan yang kita baca,
bukan dari pikiran kita dalam memaknai ayat-ayat yang tertulis, melainkan melalui mekanisme
pemahaman yang terpancar hadir di dalam kesadaran kita. Inilah cahaya yang diberikan oleh Allah ketika
kita tuma’ninah di dalam shalat, terutama pada saat sujud. Inilah yang dikatakan sebagai kabar dan
peringatan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang kembali (Al Qur’an), ada juga yang
menyebutnya sebagai kondisi mati di dalam hidup (tasawwuf), dan juga dikatakan sebagai manunggalnya
diri dengan Al Haq (tasawwuf).
Berbagai fenomena dan pengetahuan di balik alam sadar terpapar, tersaji berdasarkan hubungan kita
dengan Allah SWT. Hal ini tidak serta merta langsung dapat disimpulkan bahwa berarti setiap manusia
dapat menerima wahyu Allah seperti pemikiran kebanyakan orang-orang yang berpikiran pendek yang
pada akhirnya menimbulkan berbagai persengketaan, pertentangan, dan perselisihan paham. Fenomena
manusia dapat mengakses berbagai pengetahuan melalui alam bawah sadarnya saat ini telah diketahui
secara luas di kalangan orang-orang yang mendalami ilmu pikiran, dan juga oleh para ulama yang
menempuh tasawwuf. Hadirnya pengetahuan melalui cara langsung dapat berupa macam-macam dan
bertingkat, mulai dari yang disebut dengan ide, intuisi, hasrat, ilham, keyakinan dan kepahaman
(fenomena “ya”), hidayah, kesadaran, meluasnya kemampuan indera, kekuatan dan kemampuan
mengendalikan fisik serta emosi yang lebih luas, berinteraksi dengan makhluk-makhluk di alam yang
lebih halus, hingga manfaat-manfaat positif yang disebut ma’unah, karomah, dan yang paling luhur
disebut dengan wahyu. Dengan demikian tidak serta merta semua yang diberikan dari interaksi dengan
Allah adalah wahyu karena wahyu hanyalah diberikan kepada nabi dan rasulNya. Dan hal ini juga bukan
berarti bahwa manusia selain nabi tidak bisa berhubungan dengan Allah atau menerima kebenaran dari
Allah. Al Qur’an bahkan menjelaskannya berulang-ulang sampai ratusan ayat yang menyatakan bahwa
Allah akan memberikan kabar bagi orang-orang yang kembali kepadaNya. Namun jika seseorang baru
kembali setelah dikembalikan (berakhir masa hidupnya di dunia), maka di dalam Al Qur’an Allah SWT
justru menyatakannya dengan penimpaan azab sebagai balasan bagi orang yang tidak mau kembali
ketika di dunia.
Bahasan sujud memang sangat panjang, karena sujud dengan tuma’ninah merupakan rangkaian rukun
shalat yang sangat penting sehingga dalam satu rakaat, sujud adalah satu-satunya rukun yang dikerjakan
dua kali. Sujud adalah bentuk terapan dari kalimat Iyyakana’budu waiyyakanasta’iin yang kita baca pada
saat mengucapkan Al Fatihah. Sujud merupakan bentuk penghambaan dan sikap berserah diri yang
paling ultimate dari seorang hamba kepada Allah SWT, dan juga sujud merupakan pengakuan, janji,
pujian, syukur, serta keterhubungan hati terdalam kita dengan Allah SWT di alam yang paling dekat
denganNya. Sujud juga sekaligus bermakna doa dan permohonan yang sangat kepada Allah SWT ketika
kita mempunyai hajat atau permohonan. Sujud adalah manifestasi seorang hamba dalam mengagungkan
Allah Yang Maha Tinggi, menyadari dengan sepenuh kesadaran bahwa Allah adalah satu-satunya yang
paling tepat untuk disembah serta dimintai pertolongan. Karena itu bacaan yang disunatkan untuk
dibaca ketika sujud adalah
Subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdih
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi Dan Segala Puji BagiNya.
Sujud dilakukan secara tuma’ninah sama dengan ketika ruku’ dan I’tidal. Parameter untuk melanjutkan
ke rukun shalat berikutnya bukan selesainya membaca doa sujud, melainkan ketika tercapainya
tuma’ninah. Dalam mencapai tuma’ninah, ini adalah aktivitas pikiran, hati, dan seluruh kesadaran kita. Di
dalam mencapai ini, rasulullah melarang kita untuk membaca ayat Al Qur’an.
Beliau SAW melarang membaca al-Qur’an saat ruku dan sujud dalam sabdanya ”Ketahuilah
sesungguhnya aku melarang bacaan al-Qur’an saat ruku. Hendalah kalian mengagungkan Tuhan Yang
Mahaperkasa. Sedangkan dalam bersujud hendaknya bersungguh-sungguhlah berdoa karena doa itu
tentu dikabulkan.” (HR Muslim & Abu Uwanah).
Hal ini sangat sesuai karena ruku’ maupun sujud adalah saat dimana kita mengagungkan, memuji Allah
SWT dan saat untuk mendapatkan kepahaman Al Qur’an, bukan untuk membacanya dimana hal ini akan
menjadikan suatu sugesti bagi kita. Ruku’ dan sujud adalah saat yang harus kita gunakan untuk benar-
benar berserah diri kepada Allah SWT, melepaskan semua bentuk pemikiran, kesadaran, dan benar-
benar menyerahkan semua hidup, kesadaran, pemikiran, dan semua permasalahan kita kepada Allah
untuk dijawab secara langsung olehNya melalui kesadaran yang telah kita serahkan sepenuhnya
kepadaNya, bukan yang kita sugestikan sendiri.
Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
Rukun shalat berikutnya setelah sujud awal adalah duduk di antara dua sujud. Duduk di antara dua sujud
wajib dilakukan dengan tuma’ninah juga. Ini masih berkait dengan rangkaian aktivitas engineering atau
terapi jiwa yang terjadi di alam terdekat dengan Allah SWT setelah pengucapan Al Fatihah. Duduk di
antara dua sujud adalah saat pengucapan formal dalam menyampaikan doa dalam shalat untuk manfaat
bagi seorang yang melakukan shalat. Karena itu diajarkan ketika duduk di antara dua sujud untuk
mengucapkan
Rabbighfirli - Tuhan ampunilah aku Warhamni - Sayangilah aku
Wajburni - Cukupilah kekuranganku Warfa'ni - Tinggikanlah darjatku Warzuqni - Berikanlah aku rezeki
Wahdini - Berikanlah aku petunjuk Wa'afini - Sihatkanlah aku
Wa'fu'anni - Maafkanlah aku.
Pengerjaan rukun duduk di antara dua sujud dan pengucapan doanya ini dilakukan secara tuma’ninah
sebagai penyampaian formal kepada Allah SWT dengan penuh hormat. Setelah melakukan rukun ini,
maka selanjutnya kita melakukan sujud lagi sebagai bentuk ultima sembah syukur, pujian serta
keberserahan diri kepada Allah SWT secara utuh. Jika masih ada tambahan doa yang dingin dipanjatkan,
dapat dilakukan pada saat sujud kedua atau sujud terakhir dalam ritual shalat.
Duduk di antara dua sujud kita lakukan untuk selalu mendapatkan peningkatan dalam kualitas hidup kita
baik secara fisik maupun jiwa. Permohonan ampun kita panjatkan untuk menghapus dan menyadari
segala kesalahan dan dosa-dosa kita yang dilanjutkan dengan permohonan kasih sayang khusus dari
Allah supaya kita dimasukkan dalam orang yang disayangi Allah secara khusus, lalu mohon dicukupkan
atas segala kekurangan kita terutama kekurangan dalam akhlak, pengetahuan, dan sifat serta tingkah
laku kita, dengan demikian kita akan mampu menjadi pribadi yang semakin baik. Lebih jelasnya kita
memohon untuk dinaikkan derajat kita di sisi Allah maupun di dalam kehidupan supaya terhindar dari
kehinaan. Untuk mewujudkan itu, kita diajarkan untuk memohon rezeki kepada Allah SWT baik berupa
rezeki materi atau kekayaan, kesehatan, hikmah, kasih sayang dan pengetahuan akan kebenaran, lalu
secara eksplisit dipertegas dengan permohonan akan kesehatan supaya kita mampu menjalani hidup
dengan baik, menjalankan segala perintah Allah bagi kita ketika berperan dalam hidup di dunia ini. Dan
doa ditutup dengan permohonan maaf sebagai adab dan kerendahan hati kita di dalam berdoa karena
telah memohon banyak kepada Allah SWT meskipun hal itu adalah hal yang disukai Allah. Permohonan
maaf berbeda dengan permohonan ampunan seperti di awal doa. Permohonan ampunan berkaitan
dengan dosa dan kesalahan, sedangkan permohonan maaf di akhir doa ini berkaitan dengan kekurangan,
keterbatasan kita di dalam menjalankan perintah hidup di dunia ini yang seringkali kurang mampu kita
kerjakan dengan maksimal namun tidak berkaitan dengan dosa dan juga permohonan maaf atas segala
sikap di dalam hidup yang kurang mencerminkan akhlak seorang muslim sebagaimana yang dikehendaki
oleh Allah dan rasulNya namun tidak berkaitan dengan dosa, contohnya seperti mementingkan diri
sendiri, bersikap kurang adil, masih adanya sifat malas, kurang peka terhadap lingkungan, dsb.
Sedangkan yang dimintakan ampunan adalah segala perbuatan yang berkaitan dengan dosa seperti
berbohong, mencuri harta orang lain, tidak mau berzakat, meninggalkan sholat wajib, mendzalimi orang
lain ataupun binatang, dsb.
Duduk Tasyahud Akhir dengan Tuma’ninah dan membaca doa tahiyat akhir
Rukun shalat berikutnya adalah duduk tasyahud akhir dan membaca doa tahiyat. Duduk tasyahud akhir
dilakukan pada rakaat terakhir dalam shalat. Ini adalah rukun yang sangat penting juga karena
kesuksesan shalat kita juga bergantung pada bagian terakhir aktivitas di alam terdekat dengan Allah SWT
ini sebelum mengakhirinya dengan salam.
Tasyahud akhir bermakna persaksian, yaitu setelah kita menjalani seluruh prosesi shalat dengan
menghadap Allah SWT, lalu mendapatkan sesuatu dariNya selama di alam terdekat denganNya ini, maka
sebelum mengakhiri keberadaan kita di alam tersebut, kita diajarkan untuk mengucapkan persaksian
yang dimulai dari ucapan salam dan sembah bakti kepada Allah SWT, lalu diikuti dengan salam kepada
nabi Muhammad, dan mengucapkan salam bagi kita, yaitu diri sendiri dan orang-orang yang sedang
berada di alam tersebut, dan juga kepada hamba-hamba Allah yang shaleh. Salam di sini adalah doa
keselamatan dan kesejahteraan bagi yang diucapkan.
Selanjutnya kita bersaksi kepada Allah SWT dan kepada nabi Muhammad SAW yang diucapkan dalam
dua kalimat syahadat. Ini adalah persaksian dan sekaligus perjanjian kita kepada Allah dan nabi
Muhammad yang mengikat kita dalam jalan Islam dan dalam mengikuti seluruh ajaran nabi Muhammad
SAW yang bermakna perjanjian kedua belah pihak yaitu antara kita dan Allah SWT serta rasulNya, bahwa
kita akan selalu menaati dan melaksanakan jalan Islam dengan sungguh-sungguh, dan juga janji Allah
dalam menolong dan melindungi kita selama menempuh jalan hidup Islam ketika di kehidupan dunia ini
dalam menghadapi berbagai ujian dan permasalahan yang akan kita lalui maupun di akhirat nanti.
Dengan demikian sungguh sangat hebat dan sangat besar keutamaan syahadat ketika shalat
sebagaimana kalimat Laa ilaaha illallah sendiri merupakan kalimat yang paling utama di hadapan Allah
SWT. Syahadat yang diucapkan dalam shalat merupakan pembaharuan keimanan kita menjadi dan
menuju kepada iman yang lebih baik dari sebelumnya, yaitu dibanding ketika syahadat yang hanya
diucapkan secara lisan di alam sadar. Dan setiap pengucapan syahadat di dalam shalat ini, Allah
memberikan keimanan yang semakin kuat kepada kita.
Lebih lanjut lagi, syahadat yang diucapkan dan ditanamkan di alam terdekat dengan Allah SWT inilah
yang akan menjadikan kita selamat ketika menghadapi syakaratul maut, di saat dibukakannya alam-alam
yang lebih luhur kepada kita ketika akan menghadapNya, maka jika kita tidak membiasakan diri
bersyahadat di alam yang lebih luhur ini ketika dalam shalat, amalan manakah yang menjamin kita akan
ingat dan secara otomatis menggerakkan kesadaran kita untuk mengucapkan kalimat syahadat ketika
syakaratul maut jika bukan ketika sedang shalat? Syahadat dalam shalat ini juga merupakan kesiapan kita
untuk menjalankan misi hidup di jalan kebenaran dengan bersama Allah, karena Allah, dan untuk Allah
sebagaimana pada saat kita melakukan pendalaman ke alam terdekat dengan Allah, yaitu alam yang
lebih luhur ketika shalat bahwa Sesungguhnya shalatku, dan ibadah qurbanku (pengorbananku,
perjuanganku), dan hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan alam semesta. Pada saat tasyahud
awal dan akhir, hal ini ditegaskan melalui syahadat yaitu tentang sebenar-benarnya alasan, tujuan, dan
apa yang kita harapkan dari shalat kita.
Setelah syahadat, berikutnya dilanjutkan dengan shalawat. Shalawat dimaksudkan untuk mendoakan
nabi Muhammad SAW yang sekaligus juga berupa doa kepada kita semua umat muslim karena shalawat
sesungguhnya merupakan sistem nabi Muhammad dalam memberikan syafaat dan berbagai manfaat
bagi umat muslim. Shalawat bukanlah untuk kebutuhan nabi Muhammad yang sudah dijamin surga dan
keselamatan, melainkan sebagai bentuk sistem gaib (metafisika) umat Islam yang satu yang saling
menyelamatkan. Sedangkan bentuk sistem fisiknya adalah melalui zakat dan sedekah. Maka shalawat
yang diajarkan adalah shalawat yang terbaik, yaitu shalawat yang kita baca ketika tasyahud akhir ini.
Dengan demikian dalam tasyahud akhir secara lengkapnya dibaca doa seperti di bawah ini:
Attahiyatul mubarakatus solawatut taiyibatu laillah. Assalamu'alaika aiyuhan nabiyu warahmatullayhi
wabarakatuh. Assalamu'alaina wa'la 'ibadillahis salihin. Asyahadu alla illaha illallah. Wa'asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah. Allahumma solli'ala Muhammad wa'ala aliMuhammad. Kama sollaita'ala
Ibrahim wa'ala aliIbrahim. Wabarik 'ala Muhammad wa'ala aliMuhammad. Kama barakta 'ala Ibrahim
wa'ala aliIbrahim. Fil 'alamina innaka hamidummajid.
Salam dan sejahtera, sembah bakti dan segala kebaikan bagi Allah. Salam atasmu wahai Nabi dan
rahmat Allah dan keberkatanNya. Salam bagi kita dan kepada hamba-hamba Allah yang soleh. Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu utusan
Allah. Ya Allah berilah rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Muhammad.
Seperti apa yang telah Engkau anugerahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan
berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad. Seperti yang Engkau berkati Ibrahim dan keluarga
Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Tinggi.
Keterangan lain mengenai tasyahud akhir, diriwayatkan dalam sebuah hadits rasulullah:
Jika salah seorang di antara kalian bertasyahud, maka mintalah perlindungan pada Allah dari empat
perkara yaitu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari kejelekan Al
Masih Ad Dajjal, kemudian hendaklah ia berdoa untuk dirinya sendiri dengan doa apa saja yang ia
inginkan.” (HR. An Nasai no. 1310. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Demikianlah akhir dari keberadaan kita di alam yang terdekat dengan Allah SWT, yaitu alam paling luhur
yang mampu kita jangkau. Yang dimaksud dengan alam terdekat sesungguhnya adalah alam uluhiyah,
yaitu alam ketuhanan yang merupakan alam paling tinggi dari semua alam kesadaran. Namun saya selalu
menuliskannya sebagai alam terdekat dengan Allah SWT karena untuk menunjukkan bahwa kemampuan
manusia itu relatif di dalam memasuki alam kesadarannya, bergantung dari amal, ibadah, keyakinan, dan
pengetahuan yang Allah berikan kepada manusia itu sendiri. Maka dalam shalat yang penting adalah
selalu berusaha masuk ke dalam kesadaran yang paling dalam, yaitu alam yang terdekat dengan Allah
yang mampu kita capai. Dengan seiring keikhlasan, keistiqamahan kita, serta ridha Allah, maka kita akan
diperjalankan oleh Allah dengan bimbingan dan pemeliharaanNya.
Mengucapkan Salam
Setelah tasyahud akhir, selanjutnya kita bersiap keluar dari kesadaran terdalam kita menuju kesadaran
alam sadar (dunia) dengan mengucapkan salam. Salam diucapkan dengan mengucap
Assalamu 'alaikum warohmatulloh
Keselamatan atasmu sekalian dan juga rahmat Allah
Salam ketika akhir shalat adalah ucapan perpisahan dan doa keselamatan yang kita ucapkan kepada
seluruh yang hadir dalam majlis shalat di alam uluhiyah ketika tasyahud akhir, yaitu kepada para nabi,
para malaikat, dan hamba-hamba yang shaleh yang turut mengiringi kita selama shalat. Ini juga
merupakan kalimat “pamitan” untuk kembali kepada alam sadar (dunia) untuk kemudian kita siap
melanjutkan kehidupan kita di dunia lagi dengan berbekal apa yang sudah kita dapat dan kita alami
selama shalat tadi. Inilah makna salam sebagai rukun terakhir dalam rangkaian ibadah shalat.
Kesimpulan
Demikianlah pemahaman tentang shalat dan keutamaannya serta bagaimana melakukannya sebaik
mungkin. Sampai sini kita dapat mengambil berbagai hikmah tentang keutamaan dan sifat shalat, yaitu:
Shalat sebagai tiang agama, yaitu bahwa melalui shalat lah kita seorang muslim menegakkan jalan hidup
kita secara Islam. Yang dimaksud dengan agama bukanlah sekedar kepercayaan atau suatu kelompok
kepercayaan saja, melainkan agama adalah kesatuan nilai-nilai dan sistem yang menjadi jalan hidup kita
yaitu dengan memegang serta mendalami nilai-nilai dan ajarannya. Tidak serta merta ketika kita
menyatakan mengikuti jalan Islam maka kita langsung disebut mempunyai jalan hidup Islam. Itulah
mengapa diberitahukan adanya rukun Islam, yaitu untuk menjadi seorang yang menempuh jalan hidup
Islam haruslah memenuhi keseluruh rukunnya, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bagi yang
mampu. Untuk mencapai kesempurnaan dalam menempuh jalan Islam ini, maka shalat adalah jalan
utama dalam mencapainya. Shalatlah yang menjadi jalan penguat dan penegak bagi kita supaya kuat dan
benar dalam menempuh jalan hidup Islam.
Melalui fungsinya sebagai tiang agama inilah shalat berperan sebagai sarana mi’raj bagi kita umat Islam.
Karena dengan shalatlah kita melakukan penyembahan yang sesungguhnya kepada Allah sebagai bentuk
syahadat yang sesungguhnya, yaitu yang tidak hanya di dalam lisan ketika di alam sadar saja. Maka dapat
kita pahami bahwa gerbang awal mula kita menempuh jalan Islam adalah ketika mengucapkan dua
kalimat syahadat dengan lisan, lalu diperjalankan melalui shalat untuk menjadi semakin mengenal dan
memahami tentang nilai-nilai dan keluhuran jalan hidup Islam, lalu selanjutnya diterapkan kepada
kehidupan sehari-hari di dunia yang berpegang pada tuntunan Allah dan rasulNya, yaitu menantiasa
berzakat sebagai simbol dari sedekah dan senang menolong dengan kelebihan yang kita miliki,
senantiasa berpuasa sebagai simbol dari menjaga segala keterikatan diri kita pada daya tarik dunia yang
menggoda dan membuat terlena, serta bagi yang mampu adalah melakukan perjalanan haji ke baitullah
sebagai simbol bahwa kita senantiasa menempuh perjuangan di jalan Allah dalam menegakkan
kebenaran dan perbaikan di muka bumi.
Secara singkat, untuk melakukan shalat secara khusyuk dan tuma’ninah, kita perlu:
1. Meniatkan untuk melakukan ibadah shalat dengan penuh kesadaran
2. Mensucikan diri kita secara lahir dan batin melalui wudhu sambil berdoa sebelum shalat
3. Ketika sudah berwudhu kita hindari semua pemikiran yang berhubungan dengan duniawi hingga
melaksanakan shalat
4. Menjaga jangkar kesadaran kita dengan berdzikir setelah shalat dan di setiap saat
5. Membiasakan diri untuk menjaga wudhu dan merasakan perbedaannya antara sedang dalam
wudhu dan di luar wudhu
6. Menjaga makanan yang kita makan adalah makanan yang pasti halal baik
7. Menjaga penglihatan, pendengaran, dan perasaan kita dari hal-hal yang maksiat
8. Membiasakan diri berzakat, bersedekah, dan berpuasa
Inilah kesimpulan tentang hakikat shalat dan keutamaannya serta bagaimana melakukan shalat yang
sukses. Pada akhirnya semua rukun Islam yang diajarkan kepada kita ini akan saling menyelamatkan
dengan cara saling menguatkan satu sama lainnya. Dan ibarat putaran roda, meskipun satu bagian
dengan bagian lainnya saling menyangga kadang di atas kadang di bawah dan hanya berputar di
porosnya saja, tetapi pada hakikatnya ketika roda itu berputar ia telah memperjalankan kendaraan yang
kita kendarai. Maka mulai sekarang marilah kita fokus pada penyempurnaan rukun Islam kita hingga
pada penghayatan yang maksimal. Dengan kesadaran yang semakin luhur kita akan menyadari bahwa
kita semua adalah satu seperti satu tubuh atau satu bangunan.
Demikianlah penjelasan singkat tentang shalat yang sarat dengan makna dan berbagai manfaat. Saya
hanya menyampaikan dari apa yang saya ketahui dan terhadap segala bentuk perbedaan pemahaman
yang mungkin terjadi saya mengakui bahwa samudera ilmu Allah sungguh amat luas sehingga hal itu
sangatlah mungkin. Dengan segala keterbatasan ilmu dan kemampuan saya, saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika ada kekurangan dan kekeliruan yang saya sampaikan dalam uraian ini. Semoga
membawa kebaikan dan berkah bagi kita semua.
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ajna
HP/WA: 0813 2069 3704
BBM: 74347DE0
Email: [email protected]
Website: http://qrtraining.net