8
Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc.MA.

Tasyri' arab pra islam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tasyri' arab pra islam

Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc.MA.

Page 2: Tasyri' arab pra islam

Fokus BahasanFokus Bahasan

Aspek Sosial

Keyakinan & Agama

Aspek Ekonomi

Makkah & Ka’bah

Perkawinan & Muamalah

Saksi Perempuan

Perwalian

Akhlak & Kabilah

Page 3: Tasyri' arab pra islam

Kondisi Bangsa Arab Kondisi Bangsa Arab Pra IslamPra Islam

Dari aspek sosial, bangsa Arab pra Islam adalah bangsa yang ummiy (tidak bisa baca-tulis). Perhatian besar bertumpu pada ilmu lisan, syair, periwayatan biografi, sedikit ilmu nujum, ramalan bintang, cuaca buruk, yang dipelajari secara pengalaman, untuk kehidupan.

Jazirah Arab merupakan tempat munculnya rumpun bangsa semit, yang terdiri dari suku Arab A’rabah, Arab Musta’rabah, Arab Ba’idah, dan merupakan keturunan Nabi Ibrahim dari garis keturunan Nabi Ismail.

1.Ada yang mengenal penyembahan bintang (kaum sha’ibah)

2.Ada penyembah api (majusi)

3.Agama yang dominan berupa penyembahan berhala (paganisme).

4.Ada juga penganut agama samawi seperti Yahudi, Kristen, Hanifiyah (agama Ibrahim) yang mengajak mengesakan Allah, beriman kepada hari kebangkitan, pahala dan siksa.

Page 4: Tasyri' arab pra islam

Ragam KondisiRagam KondisiSebelum datangnya Islam, negeri Arab dikuasai 2 kerajaan besar: Persia dan Romawi.

Dari aspek ekonomi, kebanyakan bangsa Arab di semenanjung Arabia saat itu berprofesi sebagai pedagang. Berlaku hukum layaknya pasar liberal, pemodal besar akan selalu menang dan menjadi tuan bagi orang miskin yang tidak melunasi hutangnya. Para konglomerat itu gemar mengumpul harta dan menghitungnya, serta mengira harta itu akan mengekalkan dirinya (QS. Al-Humazah: 1-3). Ada juga penggembala dari suku Badui.

Kota Makkah merupakan daerah strategis yang menjadi jalur transit perdagangan. Bahkan sebelum ditemukan Tanjung Harapan dan Terusan Suez, jalur Arab merupakan jalur potensial untuk distribusi bahan pokok ke Eropa. Ada dua jalur perdagangan: Jalur syita’ (musim dingin) pergi ke Yaman, dan jalur shaif (musim panas) pergi ke Syam. (QS. Al-Quraisy)

Ka’bah menjadi pusat daya tarik kota Makkah, sehingga mengudang Abrahah dari Yaman mau menguasai dan memindahkannya. (QS. Al-fīl).

Page 5: Tasyri' arab pra islam

Ragam KondisiRagam KondisiOrang Arab Jahiliyah mempunyai agenda tahunan setiap bulan Dzulhijjah melakukan thawaf, ada yang melakukannya secara benar seperti diajarkan Nabi Ibrahim AS (agama Hanif), ada juga yang menyimpang dengan cara telanjang atau setengah telanjang. Mereka juga melaksanakan Qurban, darahnya dipersembahkan kepada Tuhan.

Mengabdikan diri pada Ka’bah merupakan jabatan prestisius bagi suku-suku Quraisy. Ada pembagian tugas mengurus Ka’bah, seperti abad ke-5 yg dijabat oleh Qusay bin Kilab.

Hijabat, penjaga pintu Ka’bah atau juru kunci. Jabatan kehormatan ini selalu dipegang oleh kakek moyangnya Nabi Muhammad Saw.

Siqaya, petugas penyedia air minum, khususnya Zamzam.

Rafidha, petugas pemberi makan, bagi jamaah haji tidak mampu.

Nadwa, petugas pemimpin rapat tahunan.

Liwa’, petugas penyeru untuk berperang dan pemegang panji yang dipancangkan di tombak.

Qayida, panglima perang.

Page 6: Tasyri' arab pra islam

Dalam Aspek Hubungan Keluarga, ada beberapa bentuk pernikahan, diantara yang biasa dilakukan masa itu, seorang wanita dilamar dari orang tuanya, lalu sang pelamar memberi mahar, kemudian akad nikah antara calon suami dan wali setelah calon mempelai wanita dimintai izin dan ridha, serta disaksikan oleh para saksi. Akad inilah yang masih tersisa dari ajaran Nabi Ibrahim.

Ada juga berbagai bentuk pernikahan lain yang sebenarnya sama dengan perzinaan, lalu dibatalkan oleh Islam

Praktik Poligami sudah menjadi kebiasaan pada saat itu tanpa mengenal batas.

Ada pernikahan istibdha’, suami meminta istrinya untuk berhubungan badan dengan laki-laki mulia atau mempunyai kelebihan sesuatu, tujuannya untuk mendapatkan gen, sifat atau keturunan terhormat.

Rahthun (poliandri), setelah hamil, si wanita akan memanggil para suaminya lalu menunjuk salah satu, yang ditunjuk tak boleh menolak.

Maqthu’, anak tiri menikahi ibu tirinya ketika ayahnya meninggal.

Badal, tukar-menukar istri tanpa ada perceraian terlebih dahulu.

Sighar, seorang wali menikahkan anak/saudara perempuannya dengan laki-laki lain tanpa mahar, dengan kompensasi si wali sendiri menikahi anak/saudara perempuan si laki tsb.

Khadan, nikah secara sembunyi-sembunyi (kumpul kebo).

Page 7: Tasyri' arab pra islam

Prakti riba juga tersebar diantara mereka, bahkan menganggapnya lebih penting dari jual beli karena keuntungan dalam jual beli belum pasti, sedangkan riba sudah pasti.

Dalam bidang muamalah, banyak terjadi unsur penipuan, jahalah, seperti dalam jual beli munabadzah (menjual sesuatu dengan cara melemparkannya ke tanah lalu akad sah), mulazamah (menjual dengan cara menyentuh barang yang dijual lalu akad sah), hushat (jual beli dengan cara melempar batu) atau jual beli hablul hablah (menjual janin dari janin yang ada di perut unta yang sedang hamil).

Ada sistem warisan walaupun belum proporsional pembagiannya, sesuai kehendak dan wasiat orang yang akan meninggal. Mereka tidak memberi warisan kepada wanita dan anak-anak

Jika mengadopsi anak orang lain, maka nasabnya berpindah kepada yang mengadopsinya, bukan kepada orang tuanya yang asli.

SAKSI PEREMPUAN. Pengadilan Arab Jahiliyah tidak menerima perempuan menjadi saksi, dalam masalah perdata maupun pidana.

WALI. Perempuan merupakan milik kabilahnya. Jika mau dikawini, maka ia harus dibeli dari kabilah itu. Kemudian, perempuan adalah milik walinya, ia harus tunduk pada walinya, suka atau tidak suka.

Page 8: Tasyri' arab pra islam

Akhlak bangsa Arab pra-Islam umumnya tercela, seperti suka berkhianat, mencuri, berjiwa lemah.

Namun ada juga di Jazirah Arab orang yang mendapat petunjuk akhlak yang mulia oleh fitrahnya yang masih suci, seperti membenci kezaliman dan permusuhan, menjauhi sikap melampaui batas. Sebelum baginda diangkat menjadi nabi, ada perjanjian Fudhul. Nabi ikut dalam perjanjian tsb, “Sungguh aku telah menyaksikan di rumah Abdullah bin Jad’an perjanjian Fudhul, seandainya aku diajak melakukannya lagi niscaya aku akan datang, dan aku lebih menyukainya daripada diberi unta merah.”

Arab pra-Islam belum mengenal sistem negara yang sesuai UU. Mereka hidup dalam sistem kabilah, setiap suku ada pemimpin. Keputusan pemimpin kabilah tidak mengikat setiap orang. Setiap orang dalam kabilah memiliki hak untuk menolak, bebas melakukan pembalasan sendiri, dan menjadi wajib atas kabilahnya untuk membela sampai ia mendapatkan haknya.