KB 1 - Dasar-dasar PPN

Preview:

DESCRIPTION

Kegiatan Belajar 1 pada DTSD Pajak II Pusdiklat Pajak. Materi terdiri dari mekanisme pemungutan PPN, dasar hukum PPN dan legal character PPN.

Citation preview

WWW.CRSVAT.COM

PPN DAN PPnBM

DTSD PAJAK II

Tujuan Pembelajaran

Peserta diklat dapat:

Memahami dasar-dasar PPN dan PPnBM

Memahami pengukuhan PKP

Memahami objek PPN

Memahami tarif dan DPP PPN

Memahami faktur pajak

Menghitung PPN kurang (lebih) bayar

Memahami pengenaan PPnBM

Memahami pemungutan PPN dan PPnBM oleh Pemungut PPN

Memahami fasilitas PPN

Memahami restitusi PPN

Mengisi SPT Masa PPN

Penilaian

•10%

Kehadiran

•20%

Aktifitas

•70%

Ujian

UJIAN = PILIHAN BERGANDA DAN PENGISIAN SPT MASA PPN

NILAI MINIMAL: 65

http://dudiwahyudi.com

https://www.facebook.com/dudiwahyudi

https://www.twitter.com/doeytea

http://www.linkedin.com/pub/dudi-wahyudi/3a/5b7/5ab

dudi.wahyudi@gmail.com

DUDI WAHYUDI, Ak., MM, BKP, CA

Sebutkan dan Jelaskan

Nama

Asal Kantor

Asal Daerah

Asal Perguruan Tinggi

Pengalaman Kerja

Lain-lain

Dasar- dasar PPN dan PPnBM DTSD II Tahun 2014

Agustus – September 2014

Indikator

Dapat menjelaskan mekanisme pemungutan PPn dan PPN

Dapat menyebutkan dasar hukum dan sistematika UU PPN

Dapat menjelaskan legal character PPN di Indonesia

Pajak atas Konsumsi

Sales Tax / Pajak Penjualan (PPn)

Value Added Tax (VAT) / Pajak Pertambahan

Nilai (PPN)

Pajak Penjualan

PT A (Pabrikan)

PT B (Pedagang

Besar)

PT C (Pedagang

Pengecer)

Konsumen

Akhir

Rp 1.000

Rp 1.300

Rp 1.730

Kas

Negara Rp 100

Kas

Negara Rp 130

Kas

Negara Rp 173

Rp 403

PPn Rp 100

PPn Rp 130

PPn Rp 173

Pajak Pertambahan Nilai

PT A (Pabrikan)

PT B (Pedagang

Besar)

PT C (Pedagang

Pengecer)

Konsumen

Akhir

Rp 1.000

Rp 1.200

Rp 1.500

Pajak Keluaran 100

Pajak Masukan 0

Kurang Bayar 100

Pajak Keluaran 120

Pajak Masukan 100

Kurang Bayar 20

Pajak Keluaran 150

Pajak Masukan 120

Kurang Bayar 30

Kas

Negara Rp 100

Kas

Negara Rp 20

Kas

Negara Rp 30

Rp 150

PPN Rp 100

PPN Rp 120

PPN Rp 150

Sejarah PajakTidak Langsung

Pajak Pertambahan Nilai (PPN

1984)

Pajak Penjualan

(PPn 1951)

• UU Darurat No 19 Tahun 1951, berlaku 1 Oktober 1951

• Ditingkatkan jadi Undang-Undang dg UU No 35 tahun 1953

• Single stage tax pada tingkat pabrikan (manufacturer’s sales tax)

• Mengalami perluasan objek 18 jenis jasa

• Mengalami perluasan objek umtuk impor

Pajak Peredaran 1950 (Ppe

1950)

• Dikenakan atas penyerahan barang/jasa di Indonesia

• Dikenakan tiap jalur distribusi

• Satu tarif (single rate) 2,5%

• Bersifat kumulatif

Pajak Pembangunan

I (PPb I)

• Mulanya sukarela

• 1 Juni 1947 resmi dipungut atas rumah makan

• UU No 32 Tahun 1956 dilimpahkan ke Pemda

Karakteristik PPN

Legal Character

PPN

Pajak Tak Langsung

Pajak Objektif

Multistage Levy

Indirect Substraction

Method

Pajak Konsumsi DN

PPN Tipe Konsumsi

Tarif Tunggal

Pajak Tidak Langsung

• Pemikul beban pajak adalah pembeli BKP/JKP

• Penanggung jawab atas pelaporan/penyetoran pajak ke kas negara adalah PKP

Pemikul beban pajak dengan penanggung jawab atas

penyetoran pajak ke kas

negara berada pada pihak-pihak yang

berbeda

Pajak Objektif

Timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut objek pajak

Kondisi subjektif subjek pajak tidak ikut menentukan

Tidak membedakan antara konsumen orang pribadi atau badan, antara konsumen berpenghasilan tinggi atau rendah.

Menimbulkan dampak regresive

Pajak Atas Konsumsi Dalam Negeri

• PPN bukan pajak atas kegiatan bisnis

• Pemikul beban pajak adalah konsumen

Makna

• Sifat netral PPN di bidang perdagangan internasional

Refleksi destination principle

Netral

PPN netral atas

Netralitas PPN dibentuk oleh faktor :

• pola konsumsi

• pola produksi

• pola distribusi

• PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa

• Destination principle

Single Rate

Semua objek PPN

Kecuali Ekspor

10% Ekspor

BKP/JKP

0%

PPN Tipe Konsumsi Semua pembelian yang digunakan untuk produksi yaitu pembelian BKP termasuk barang modal dikurangkan dari penghitungan nilai tambah

Jadi dasar pengenaan pajaknya terbatas pada pembelian untuk keperluan konsumsi

Tidak terjadi pengenaan pajak lebih dari satu kali terhadap barang modal, karena pembelian barang modal dikeluarkan dari dasar pengenaan pajak

Hal ini memberi sifat netral PPN terhadap pola produksi. Pengusaha bebas memilih apakah mau menggunakan sistem produksi padat modal atau padat karya, PPN tidak akan ikut menentukan.

PPN Tipe Konsumsi N

ilai

Pos

itif

PP

N T

ipe

Kon

sum

si Membantu likuiditas perusahaan

Menunjang iklim investasi yang sehat

Mendorong regenerasi alat produksi

Tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda

Indirect Subtraction Method

Indirect Subtraction Method adalah metode penghitungan PPN

yang akan disetor ke kas negara dengan cara mengurangkan

pajak atas perolehan dengan pajak atas penyerahan barang

atau jasa

Metode Lain:

Subtraction method yaitu dengan cara mengalikan tarif PPN

dengan selisih antara harga jual dengan harga beli

Addition method yaitu mengalikan tarif PPN dengan hasil

penjumlahan unsur-unsur nilai tambah

PPN

SISTIM PEMUNGUTAN

PPN atas

Nilai Tambah

HARGA BELI

BH BAKU = 500

BH PEMBANTU= 300

SUKU CADANG

DLL. = 200

-----------

JUMLAH = 1000

BIAYA

PENYUSUTAN = 50

BUNGA = 100

GAJI/UPAH = 300

MANAJEMEN = 150

LABA USAHA = 100

----------

JUMLAH = 700

HARGA JUAL

1700

Nilai Tambah

700

SUBTRACTION ADDITIONINDIRECT

SUBTRACTION/

CREDIT/INVOICE

METODE PENGHITUNGAN(Calculation Method)

HARGA JUAL = 1.700

HARGA BELI = 1.000

DPP = 700

PPN 10% = 70

HARGA JUAL = 1.700

PPN = 10% x 1.700 = 170

HARGA BELI = 1.000

PPN = 10% x 1.000 = 100

PPN TERUTANG UNTUK

DISETOR KE KAS NEGARA = 70

PENYUSUTAN = 50

BUNGA = 20

SEWA = 80

GAJI/ UPAH = 300

MANAJEMEN = 150

LABA USAHA = 100

Juml ah = 700

PPN 10% = 70

SUBTRACTION METHOD

ADDITION METHOD

INDIRECT SUBTRACTION/

INVOICE/CREDIT METHOD

Multi Stage Levy Namun Non Kumulatif

PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi.

Dikenakan PPN mulai dari tingkat pabrikan, pedagang besar sampai dengan pedagang pengecer

Multi Stage Levy : Non Cummulative

PT A (Pabrikan)

PT B (Pedagang

Besar)

PT C (Pedagang

Pengecer)

Konsumen

Akhir

Rp 1.000

Rp 1.200

Rp 1.500

Pajak Keluaran 100

Pajak Masukan 0

Kurang Bayar 100

Pajak Keluaran 120

Pajak Masukan 100

Kurang Bayar 20

Pajak Keluaran 150

Pajak Masukan 120

Kurang Bayar 30

Kas

Negara Rp 100

Kas

Negara Rp 20

Kas

Negara Rp 30

Rp 150

PPN Rp 100

PPN Rp 120

PPN Rp 150

Multi Stage Levy : Cummulative

PT A (Pabrikan)

PT B (Pedagang

Besar)

PT C (Pedagang

Pengecer)

Konsumen

Akhir

Rp 1.000

Rp 1.300

Rp 1.730

Kas

Negara Rp 100

Kas

Negara Rp 130

Kas

Negara Rp 173

Rp 403

PPn Rp 100

PPn Rp 130

PPn Rp 173

Mekanisme Pemungutan PPN

Mekanisme umum

Mekanisme khusus

Mekanisme Umum

PT A PT B PT C Harga Rp 1.000 Harga Rp 1.200

PPN Rp 120 PPN Rp 100

Pajak Keluaran 120

Pajak Masukan 100

Kurang Bayar 20 Kas Negara

Rp20

Dilakukan Setiap Bulan

Dalam SPT Masa PPN

Mekanisme Khusus

PT A PT B Pemungut

PPN

Harga Rp 1.000 Harga Rp 1.200

PPN Rp 0 PPN Rp 100

Pajak Keluaran 0

Pajak Masukan 100

Lebih Bayar 100 Kas Negara

Rp120

Dilakukan Setiap Bulan

Dalam SPT Masa PPN

Dasar Hukum

UU Nomor 8 Tahun 1983

• Berlaku 1 April 1985

UU Nomor 11 Tahun

1994

• Berlaku 1 Januari 1995

UU Nomor 18 Tahun

2000

• Berlaku 1 Januari 2001

UU Nomor 42 Tahun

2009

• Berlaku 1 April 2010

Sistematika UU PPN

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Pengertian

Pasal 1A Ruang Lingkup Penyerahan Barang Kena

Pajak

Pasal 2 Transaksi Hubungan Istimewa

BAB II PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA

PAJAK

Pasal 3 Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Sistematika UU PPN

BAB IIA KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN

KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN

MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANG

Pasal 3A Pengusaha Kena Pajak, Pengusaha Kecil, BKP

tida berwujud dan JKP dari Luar Daerah Pabean

Sistematika UU PPN

BAB III OBJEK PAJAK

Pasal 4 Obyek Pajak Pertambahan Nilai

Pasal 4A Jenis Barang dan Jasa Tidak Kena Pajak

Pasal 5 Obyek PPnBM

Pasal 5A Retur Penjualan/Pembelian

Pasal 6 (dihapus)

Sistematika UU PPN

BAB IV TARIF PAJAK DAN CARA MENGHITUNG

PAJAK

Pasal 7 Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Pasal 8 Tarif PPnBM

Pasal 8A Cara Menghitung PPN

Pasal 9 Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

Pasal 10 Cara Menghitung PPnBM

Sistematika UU PPN BAB V SAAT DAN TEMPAT TERUTANG DAN

LAPORAN PENGHITUNGAN PAJAK Pasal 11 Saat Terutang Pajak Pasal 12 Tempat Terutang Pajak Pasal 13 Faktur Pajak Pasal 14 Larangan Membuat Faktur Pajak Pasal 15 ((dihapus) Pasal 15a Jangka Waktu Penyetoran Pajak dan

Penyampaian SPT Masa Pasal 16 ((dihapus)

Sistematika UU PPN BAB V A KETENTUAM KHUSUS

Pasal 16A Pemungut PPN

Pasal 16B Fasilitas Pajak

Pasal 16C PPN Kegiatan Membangun Sendiri

Pasal 16D PPN atas Penyerahan Aktiva Yang Menurut Tujuan semula Tidak Untuk Diperjualbelikan

Pasal 16E Permintaan Kembali PPN dan PPnBM

Pasal 16F Tanggung Jawab Renteng Pembayaran Pajak

Sistematika UU PPN BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 17 Tata Cara Pemungutan (lex specialist)

BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Ketentuan peralihan

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Ketentuan tentang peraturan pelaksanaan

Pasal 20 Nama UU PPN 1984

Pasal 21 Mulai Berlaku UU PPN

Evaluasi

TERIMA KASIH

Recommended