View
602
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
HADITS-HADITS MU’AMALAH 2
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Hadits Ahkam
Dosen pengampu: Mufatihatuttaubah, S.Ag, M.Pd.I
Disusun oleh kelompok 9:
Rois Mansur (1410110042)
Kelas: B
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Bekerja merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, banyak sektor-sektor
pekerjaan yang
bisakitalakukansalahsatunyaadalahpadasektorpertanian.Masyarakatpedesaan yang
padaumumnyahanyamenggantungkanhidupnyadarihasilpertanian,
dimanatarafkesejahteraanmerekaberbeda-beda.Sebagiandarimerekaada yang
memilikilahansendiriuntukdigarap, yang luasnyabervariasi.Tapiadajuga yang
tidakmemilikilahansendiriuntukdigarapsehinggauntukmencukupikebutuhannya,
merekabekerjasamadengan yang
memilikilahanuntukmenggaraplahanpertaniannyadenganimbalanbagihasil.
Namunadajugamereka yang telahmemilikilahansendiri,
dikarenakanlahannyasedikitmakahasilnyabelummencukupikebutuhanhidupnya,
untukmenambahpenghasilanmerekajugabekerja di lahanmilik orang lain
denganimbalanbagihasilpertanian. Terdapatjugapemilik yang
mempunyaibeberapabidangtanahtetapitidakdapatmenggarapnyakarenasuatusebabsehingg
apenggarapannyadiwakili orang laindenganmendapatsebagianhasilnya.
Kondisisepertiinipadaumumnyaterlihatpadamasyarakatpedesaankitasaatini.Dari
beberapapermasalahaniniadabaiknyakitarangkaikanmenjadisuatukesatuan yang
salingmemenuhiataumembutuhkanantarapermasalahan yang satudengan yang
lainnyayaitudalambentukkerjasamabagihasil.
B. RumusanMasalah
1. ApapengertianMusaqah?
2. ApapengertianMuzara’ahdanMukhabarah?
3. ApapengertianMudharabahdanMurabahah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. HaditsdanTerjemah
Hadits yang berkaitandenganMusaqah, Muzara’ah, Mukhabarah,
Mudharabah, danMurabahahadalahsebagaiberikut:
; ) أ نه ر سول ا لله صلى هللا عليه وسلم ع ام ل أ هل -ر ضي ا لله ع ن هم ا-ع ن ابن عم ر مت هف ق ع ل يه. و ف رو اي ة ل م ا: ف س أ لوا أ ن و ز رع (خ يب ر بش طر م ا ي رج من ه ا من ث ر, أ
ر, ف ق ال ل م ر سول ا لله صلى هللا عليه يقرههم ب ا ع ل ى أ ن ي كفوا ع م ل ه ا و ل م نصف ا لثهم هم عم ر (. و لمسلم: ) أ نه وسلم ) نقركم ب ا ع ل ى ذ لك م ا شئ ن ا, ف ق روا ب ا, ح ته أ جل
ر سول ا لله صلى هللا عليه وسلم د ف ع إل ي هود خ يب ر ن ل خ يب ر و أ رض ه ا ع ل ى أ ن ي عت ملوه ا من أ مو الم, و ل ه ش طر ث ره ا (
Artinya:
“Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhubahwaRasulullahShallallaahu
'alaihiwaSallampernahmempekerjakanpendudukKhaibardenganmemperolehseten
gahdarihasilnyaberupabuah-buahandantanaman. MuttafaqAlaihi.
DalamsuaturiwayatBukhari-Muslim:
Merekamemintabeliaumenetapkanmerekamengerjakantanah (Khaibar)
denganmemperolehsetengahdarihasilkurma, makaRasulullahShallallaahu
'alaihiwaSallambersabda: "Kami tetapkan kalian denganketentuansepertiituselama
kami menghendaki." Lalumerekamengakuidenganketetapanitusamapi Umar
mengusirmereka.Menurutriwayat Muslim: BahwaRasulullahShallallaahu
'alaihiwaSallammemberikanpohonkurmadantanahKhaibarkepadakaumYahudi di
Khaibardenganperjanjianmerekamengerjakandengan modal
merekadanbagimerekasetengahdarihasilbuahnya.1
)من كانت له هللا عليه و سلم عن أيب هريرة رضي هللا عنه قال: قال رسول هللا صلىأخاه فإن أىب فليمسك أرضه ( ليمنحهاأرض فليزرعها أو
1 Ibnu Hajar Al Asqalani, Bulughul Maram, Tasikmalaya, Pustaka al-Hidayah, 2008, hal:186
Artinya: “Dari Abu Hurairahra.Berkata: BersabdaRasulullah Saw (barangsiapa
yang
memilikitanahmakahendaklahditanamiataudiberikanfaedahnyakepadasaudaranyaji
kaiatidakmaumakabolehditahansajatanahitu.” (HaditsRiwayat Muslim
م ن ك ان ت ل ه أ رض ف لي زر عه ا ف إن ل ي زر عه ا ف لي زر عه ا أ خ اه Artinya:“Barangsiapa yang mempunyaitanah,
hendaklahiamenanaminyaatauhendaklahiamenyuruhsaudaranyauntukmenanaminy
a.” (HaditsRiwayatBukhari)
B. AsbabulWurud
Hadits tersebet sebagai dalil sahnya parohan kebun dan sawah sekalipun
masanya tidak ditentukan. Dalam kitab Zadul Ma’ad karangan Ibnul Qayim
menyebutkan dalam kisah Khaibar itu terkandung dalil boleh parohan kebun dan
sawah dengan upah sebagian dari hasil buah atau hasil sawah itu, karena
sesungguhnya Rasulullah mempekerjakan orang-orang Khaibar untuk itu dan
tetap berlangsung penggarapan sawah dan kebun itu oleh mereka hingga beliau
wafat, dan tidak pernah dibatalkan. Pekerjaan itu tetap mereka lakukan hingga
masa para Khulafaur Rasyidin. Dan ini bukan sistem upah-mengupah sedikitpun,
tetapi dengan sistem kerja sama dan itu haampir sama dengan mudharabah.
Barang siapa yang memperbolehkan mudharaabah dan mengharamkan
musaqah, maka dia membedaakan dua sistem yang sama. Sesungguhnya nabi
Muhammad menyerahkan tanah itu kepada mereka agar mereka menggarapnya
dengan modal mereka sendiri, dam beliau tidaak menyerahkan benih kepada
mereka dan beliau tidak pernah membawakan benih sama sekali dari Madinah
untuk pengarapan itu. Itu menunjukkan baahwaa pettenjuk beliau tidak ada
persyaaratan benih dari pemilik tanah dan boleh saja benih itu dari pihak
penggarap taanah itu, dan ini adalah petunjuk Rasulullah dan Khulafaur
Rasyidin.2
2 Abubakar Muhammad, terjemahan Subulus Salam, Al Ikhlas, Surabaya, 1995, hal: 280
C. TakhrijHadits
Hadits pertama diriwayatkan oleh Muttafaqun ‘Alaih (Imam Bukhari dan
Muslim), hadits tersebut dikatakan shahih, juga didukug oleh Imam Malik dan
Syafi’i Ats-Tsauri.3 Sedangkan hadits kedua diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Dan hadits yang ketiga diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
D. Analisa Dan Pembahasan
1. Musaqah (Paroan Kebun)
Secara etimologi musaqah berarti penyiraman, sedangkan menurut
terminology yaitu kerja sama antara pemilik kebun dan penggarap, sehingga
kebun itu menghasilkan suatu yang menjadi milik kedua belah pihak menurut
perjanjian yang mereka buat.4
Akad ini diharuskan (diperbolehkan) oleh agama karena banyak yang
membutuhkannya. Memang banyak orang yang mempunyai kebun, tetapi
tidak dapat memeliharanya. Sedangkan yang lain tidak mempunyai kebun,
tetapi sanggup bekerja. Maka dengan adanya peraturan ini keduanya dapat
hidup dengan baik, hasil Negarapun bertambah banyak, dan masyarakat
bertambah makmur.5
Rukun Musaqah:
Rukun musaqah ada lima, yaitu:
a) Pemilik keebun (musaaqi) dan penggarap (saqiy), keduanya hendaklah
orang yang berhak memelanjakan harta.
b) Pohon yang dipelihara baaik yang buahnya musiman, tahunan, maupun
terus menerus.
c) Pekerjaan yang harus diselesaikan penggarap harus jelas baik waktu, jenis,
dan sifatnya.
d) Hasil yang diperoleh berupa buah, daun, kayu, atau lain-lainya.
Pembagian hasil pekerjaan ini harus dijelaskan pada waktu akad.
e) Akad yaitu wajib qabul berupa tulisan, perkataan, atau isyarat.
3 Ibnu rusyd, bidayatul mujtahid, CV asy-syifa’, Semarang, 1990, hal:249 4 Usman dkk, Fiqih, Akik Pustaka, Sragen, 2011, hal: 16 5 Sulaiman Rasj id, Fiqih Islam, Sinar Baru Algen Sindo, Bandung, 1994, hal: 300
Syarat musaqah
Diisyaratkaan untuk sahnya musaqah hal-hal sebagai berikut:
a) Pohon atau tanaman yang dipelihara hendaknya jelas dapat diketahui
dengan mata atau dengan sifaatnya karena tidak sah musaqah terhadap
barang yang tidak jelas.
b) Waktu pemeliharaan hendaknya jelas, misalnya setahun, dua tahun, satu
kali panen dan sebagaiya karena musaqah merupakan akad yang pasti
serupa jual beli sehingga terhindar dari kericuhan.
c) Hendaknya akad dilaksanakan sebelum dibuat perjajjian karena musaqah
merupakan akad pekerjaan.
d) Bagian penggarap hendaknya jelas, apakah separuh sepertiga, dst6
2. Muzara’ah dan Mukhabarah
Muzara’ah yaitu kerja sama antara pemilik sawah atau ladang dan
penggarap dengan bagi hasil menurut perjanjian sedangkan benih di bebankan
kepada pemilik tanah. Jika benih di bebankan pada penggarap maka kerja sam
ini di namakan mukhabarah.
Muzara’ah bentuk kerjasama yang rata-rata berlaku pada perkebunan yang
benihnya cukup mahal, misalnya cengkeh, pala, jeruk manis, panili, dsb.
Petani yang lemah tidak mampu membeli beni tersebut dalam jumlah besar
lagi pula tanaman tersebut memerlukan masa yang cukup lama jadi, tanpa
modal tidak mungkin hal itu di jangkaunya
Sedangkan mukhabarah bentuk kerjasama yang rata-rata berlaku dalam
hal tanaman yang harga benihnya relative murah seperti padi, gandum,
jagung, kacang tanah, dsb.
Dalam kaitannya dengan masalah hukum, jumhur ulama’ membolehkan
aqad muzara’ah dan mukhabarah. Karena selain berdasaran praktek nabi dan
juga praktek sahabat nabi yang biasa mlakukan aqad bagi hasil tanaman, juga
6 Ibid, hal: 17
karena aqad ini menguntungkan kedua belah pihak. Menguntungkan karena
bagi pemilik tanah atau tanaman terkadang tidak mempunyai waktu dalam
mengolah tanah sedangkan orang yang mempunyai keahlian dalam mengolah
tanah tidak punya modal berupa uang atau tanah. 7
3. Mudharabah dan Murobahah
Mudharabah adalah suatu bentuk kerjasama perniagaan dimana sipemilik
modal menyetorkan modalnya kepada pengelola dengan keuntungan akan
dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan
jika mengalami kerugian akan di tanggung oleh sipemilik modal
Dasar hukum mudharabah didasarkan pada hadits yang di riwayatkan
oleh Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul mutholib jika
memberikan dana ke mitra usahanya secara mudhorobah ia mensyaratkan agar
dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berahaya,
atau membei ternak yang berparu-paru basah. Jika menyalahi aturan tersebut
maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.
Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah dan Rasulullah pun
membolehkannya. (HR.Thabrani)
Rukun mudharabah:
1) Adanya pemilik modal (sahibul maal)
2) Adanya pelaku usaha (mudharib)
3) Nisbat pembagiaan keuntungan
4) Modal (ro’su maal)
5) Akad kontrak (ijab qobul)
Murobahah adalah transaksi pejualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan yang di sepakati oleh penjual dan pembeli.
Pembayaran atas aqad jual beli dapat dilakukan secara tunai ataupun kredit.
Hal yang membedakan murobahah dengan jual beli yang lainnya adalah
penjual harus memberitahukan kepada pembeli harga barang pokok yang
dijualnya serta jumlah keuntungan yang diperoleh. Missal: seseorang yang
7 Fahrurrozi, fikih, kementrian agama RI, Jakarta, 2014, hal:110
hendak membeli sepeda motor, karena ia tidak punya uang, maka ia datang ke
bank syari’ah dan meminta agar bank syari’ah membelikannya. Kemudian
bank membeli motor seharga 10 jt dan menjualnya pada nasabah tersebut
dengan harga 11 jt, dan nasabah dapat mencicil harga tersebut kepada bank
sesuai dengan kesepakatan.
Syarat-syarat murobahah:
1) Pihak penjual harus memberi tahu harga asal kepada nasabah
2) Kontrak pertama (jual beli dengan pihak ke tiga) harus sah
3) Kontrak harus bebas dari riba
4) Pihak penjual harus menjelaskan semua cacat yang terjadi setelah
pembelian
5) Pihak penjual harus menyampaikan semua hal yag terkait dengan
pembelian.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Musaqah, Muzara’ah, Murabahah, Mudharabah, Mubarahah dalam
konteks hukum adalah diperbolehkan (mubah), selama kedua belah pihak
saling mendapat keuntungan masig-masing seesuai kesepakan yang telah
dibuat di awal perjajian pada saat akad. Di samping itu, mempunyai
banyak manfaat, banyak orang kaya atau pemilik sawah atau pemilik
modal yang tidak bisa mengolahnya, maka ia membutuhkan seorang yang
ahli dalam mengolahnya. Sedangkan, orang yang mempunyai keahlian
mengolahnya, ia tidak mempunyai lahannya atau modal berupa uang. Jadi,
cara tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Bulughul Maram, Pustaka Al-Hidayah: Tasikmalaya,
2008
Rusyd Ibnu, Bidayatul Mujtahid, Cv Asy-Syifa :Semarang, 1990
Muhammad Abubakar, Terjemahan Subulis Salam, Al-Ikhlas: Surabaya, 1995
Usman, dkk, Fiqih, Akik Pustaka: Sragen, 2011
Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam, Sinar Baru Algen Sindo: Bandung, 1994
Fahrurrozi, Fikih, Kememterian Agama RI: Jakarta, 2014
Recommended