View
261
Download
7
Category
Preview:
Citation preview
Liburan yang mencekam…..Awal dari
Manajemen Arung Jeram
By : Daniel Doni Sundjojo
“ Oke, ayo dayung, “ Andi memberi aba-aba. Lalu keempat
sekawan itu mendayung maju sesuai irama. Saat itu, aliran air
sungai masih belum begitu deras, mereka mendayung sambil
melihat kiri-kanan sungai yang masih asri ditumbuhi pohon-
pohon dengan daunnya yang rindang. Jelas pemandangan
seperti itu tidak dapat dijumpai di kota tempat mereka tinggal.
“ Lihat, itu ada biawak, “ Cindy berteriak sambil menunjuk ke
bebatuan di tepi sungai. Di sana terlihat seekor biawak sedang
berjemur, seolah tidak terusik dengan kehadiran empat
sekawan yang sedang asyik ber-arung jeram. Cindy adalah
satu-satunya perempuan diantara empat sekawan tersebut.
Dia adalah seorang konsultan Human Resources Management
dan baru saja meraih gelar Doktor dari sebuah Universitas
Negeri ternama di kotanya. Sedangkan Andi, adalah seorang
pecinta alam, waktunya banyak digunakan untuk mendaki
gunung, mengarungi sungai ataupun menjelajahi hutan.
Karena latar belakangnya itulah dia ditunjuk sebagai
pemimpin bagi kelompoknya untuk mengarungi sungai
tersebut. Dua orang yang lain adalah Budi, dia seorang
Direktur Utama sebuah bank ternama serta Alex, seorang
pengusaha pabrik kimia. Berempat mereka memutuskan untuk
menghilangkan kepenatan dan rutinitas keseharian sejenak
dengan berarung jeram menyusuri sebuah sungai yang masih
alami, jauh dari belantara kota Jakarta.
Udara di sini sangatlah sejuk, membuat keempat sekawan
tersebut terlena, tidak memperhatikan aliran sungai yang
makin lama makin deras, Batang-batang pohon yang jatuh ke
sungai pelan pelan mulai hanyut mengikuti aliran sungai.
Mereka tidak sadar ada bahaya yang sedang mengintai
mereka. Empat sekawan itu sibuk bersendau gurau, melepas
rindu, bercerita mengenai pekerjaan, bernostalgia,
menggosip, hingga membicarkan urusan keluarga masing-
masing. Mendadak tinggi air sungai naik secara tiba-tiba.
Perahu oleng, nyaris terbalik, dan melaju kencang dibawa
aliran sungai menuju ke bongkahan batu yang besar dan
tajam. “Toloooong, tollooooong. “ teriak Cindy panic. Budi pun
gusar, “ Aaaahhh mati aku” kata Budi, membayangkan apa
yang terjadi apabila perahu terbalik, padahal Budi tidak dapat
berenang.” Alex pun panic melihat batu tajam yang tidak
bergeming dari tempatnya, seakan siap untuk memangsa
mereka. Dalam kepanikan ini, Andi berteriak “Jangan panik !
tetap tenang, dayung ke tepian, kanan maju, kiri mundur,
seimbangkan perahu.” Begitu Andi memberi aba-aba. Tiga
orang temannya, mematuhi aba-aba tersebut dan
mendayung sekuat tenaga dengan perasaan yang sudah
kacau antara hidup dan mati, mereka terus mendayung
sambil berdoa, hingga akhirnya mereka berhasil menghindari
batu itu dan mencapai ke tepian. “ Ufff, “desis Alex lega. “
Untunglah, perahu kita tidak terbalik, atau yang lebih buruk ,
menghantam batu tajam itu, dan kita bakalan menjadi
kepingan daging yang berserakan kemana-mana. “ lanjut Budi
dengan muka yang pucat. Cindy, di tengah kegalauannya
mencoba menenangkan diri dan mengambil hikmah dari
kejadian itu. Dia mengeluarkan kertas serta menulis di secarik
kertas yang selalu dibawanya kemanapun pergi. Dia menulis
tulisan ini :
DALAM ARUNG JERAM, LINGKUNGAN BERUBAH SECARA
CEPAT DAN RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN
UNPREDICTABLE BAHKAN DALAM HITUNGAN SEPERSEKIAN
DETIK. DALAM SITUASI YANG SEPERTI ITU, KITA DITUNTUT
UNTUK RESPONSIF DAN ADAPTIF TERHADAP PERUBAHAN
LINGKUNGAN.
Sementara menunggu saat aman, Alex memiliki ide. “ Tunggu
disini ya, jangan kemana-mana” pintanya, seolah dia teringat
sesuatu. Dia berlari ke mobil dan mengambil level of control
dari tangki bensin mobil itu, dan seutas kabel serta baterai dari
lampu daruratnya. Kemudian dia memodifikasi level of control
tersebut dan memasangnya ke perahu. Semua masih heran,
sampai Alex menjelaskannya ” Ini berkat pengalamanku di
pabrik kimia, nama alat ini adalah level of control, ketika air
menyentuh level tertentu, maka alat ini akan berbunyi,
memberi tanda untuk kita, apabila air mulai memasuki level
bahaya, sehingga kita dapat menentukan langkah apa yang
perlu kita ambil.” Kemudian, dengan bekal alat itu, mereka
mendayung lagi. Dan selanjutnya, mereka dengan mudah
bisa mengetahui apakah level ketinggian di sungai itu aman
bagi mereka untuk ber-arung jeram. “Itulah gunanya, level of
control ini, merupakan salah satu alat yang memberikan kita
informasi mengenai kondisi environtment di sini, perubahan
level air sekecil apapun akan langsung terdeteksi oleh alat ini,
kita dapat mengaturnya pada level berapa alat ini berbunyi.
Sudah aku program supaya alat ini berbunyi beberapa
centimeter dari ambang batas yang aman, sehingga kita
memiliki cukup waktu untuk melakukan langkah-langkah
antisipasi yang perlu kita ambil.” tutur Alex bangga. “
Cemerlang jug aide Alex ini ya, kesalahan kita tadi, kita tidak
berusaha mencari informasi, tidak mereview environtment
secara terus menerus. Kita terlena, kita pikir kondisi sungai
tenang-tenang saja, sehingga kita sama sekali tidak menduga
kejadian tadi.” Begitu pikir Cindy. Kemudian, kembali dia
menulis pada kertasnya “
DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT
DAN RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE,
KITA DITUNTUT UNTUK SENANTIASA MENCARI DAN
MEREVIEW INFORMASI SEBANYAK-BANYAKNYA DARI
ENVIRONTMENT, TIDAK SAJA SAAT KONDISI BURUK, NAMUN
JUGA SAAT KONDISI BERJALAN BAIK.
Dengan level of control itu, mereka dapat mengetahui apa
yang terjadi dengan environtment itu, dan memikirkan apa
yang harus mereka lakukan dalam menghadapi tingkat
ketinggian air yang berfluktuasi dalam hitungan sepersekian
detik. Mereka lega, namun tidak lama, sampai ada suatu
pusaran yang tidak mereka duga, membuat perahu tak
terkendali. Dalam keadaan itu, Andi terpental ke sungai. “
Tolong tolong, Tolooooong .” Andi berteriak-teriak. Alex, Cindy
dan Budi kebingungan, pemimpin mereka, terpental. Di
tengah kebingungan mereka, Cindy berpikir “ Kita harus
bertindak, jika tidak ingin mati konyol. Pemimpin kita terpental
ke sungai, namun kita tidak boleh tinggal diam dan pasrah,
kita harus mampu mengatasi keadaan ini dan menyelamatkan
Andi, begitu pikirnya, dan dengan sisa-sisa ketenangannya
Cindy berteriak” Jangan panik, kita harus bertindak! Budi dan
Alex ke sebelah kanan perahu, sementara aku akan menolong
Andi dengan dayungku, imbangi perahu kita!!.” begitu teriak
Cindy, lebih dengan nalurinya. Cindy mengulurkan
dayungnya, sementara Budi dan Alex mengimbangi agar
perahu tidak terbalik. Dengan susah payah, Andi berhasil
meraih dayung Cindy dan mereka bertiga bahu membahu
menarik Andi keperahu. Andi tertolong, mereka semua lega.
Kembali Cindy menulis sesuatu pada secari kertasnya :
DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT DAN
RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE, SIAPAPUN
HARUS SIAP BERTINDAK SEBAGAI PEMIMPIN, BAHU MEMBAHU
DEMI KESEIMBANGAN ORGANISASI
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka. Belum
lama mereka mendayung ada suatu pusaran besar di tengah
sungai. Di sekitar pusaran tersebut, banyak batang pohon
tumbang berserakan, membuat keadaan semakin
mengerikan. “Awas, seimbangkan perahu!”, begitu kata Andi,
sambil bergeser kearah kanan. “ Cindy, kamu pindah
kedepan, aku ke belakang, jaga keseimbangan perahu!”
begitu teriak Andi, Cindy pun menurutinya. “Dayung, dayung,
dayung ke kiri!!” teriak Andi sambil berpindah posisi duduk.
Pada akhirnya mereka secara spontan saling berpindah posisi
sambil mendayung pelan untuk menyeimbangkan perahu,
serta saling mengingatkan manakala ada bagian perahu yang
nampak terlalu berat. Bahkan Cindy pun meneriaki Andi,
pemimpinnya ketika bagian perahu yang diduduki Andi
nampak terlalu berat, “Geser Ndi, geser, perahunya ngga
imbang nih. “ teriak Cindy. Dengan susah payah , akhirnya
mereka terhindar dari pusaran tersebut“ Demi Tuhan, kita
selamat.” Kata Budi sambil menghela nafas. “ Gila benar
sungai ini, sudah berapa kali perahu kita nyaris terbalik” tukas
Alex. Kembali Cindy menulis pada kertas yang dibawanya :
DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT DAN
RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE, ANTARA
PIMPINAN DAN BAWAHAN SEJAJAR, TIDAK BERGANTUNG
POSISI, TIDAK ADA BATASAN HIRARKI DIANTARA KEDUANYA.
PIMPINAN DAN BAWAHAN HARUS SALING MEMAHAMI DAN
BERKOMUNIKASI DEMI KESEIMBANGAN ORGANISASI.
Setelah kejadian yang mengerikan itu berlalu, mereka berhenti
sejenak di air yang tenang untuk melepas lelah. Sambil
beristirahat, mereka berdiskusi mengenai segala hal yang telah
terjadi serta yang mungkin terjadi selama sisa perjalanan
arung jeram ini. Perjalanan kita masih separuh, segala
kemungkinan masih dapat terjadi, bahkan hal yang paling
buruk sekalipun. Untuk itu, mereka merasa perlu untuk
mendiskusikan berbagai kemungkinan dan apa yang harus
dilakukan untuk mengantisipasinya. Setiap orang, baik Andi,
Cindy, Alex dan Budi saling melontarkan pendapat, berdiskusi
bahkan berdebat. Andi, dengan keahlianya sebagai pecinta
alam pada awalnya mendominasi pembicaraan, namun
kejadian itu tidaklah lama. Masing-masing orang, dengan
sudut pandang masing-masing melontarkan pandangannya.
Akhirnya setelah lama berdiskusi, mereka merumuskan suatu
sistem kerja yang disepakati diantara mereka. Andi bertugas
memonitor pandangan depan perahu sejauh mungkin. Dia
bertugas untuk melihat sejauh-jauhnya dan memperkirakan
apa yang akan mereka hadapi di depan, apakah itu pusaran,
batang pohon yang tumbang hingga air terjun. Apakah itu
pusaran, batang pohon yang tumbang, bahkan air terjun.
Sedangkan Budi, bertugas untuk memperhatikan level of
control. Alex siap siaga dengan tali dan kaitnya serta
senantiasa mencari posisi dan tempat yang cocok untuk
mengkaitkan kaitnya bila diperlukan. Hal ini sangat berguna
untuk mencegah terseretnya perahu apabila air mendadak
mengalir deras atau terdapat pusaran serta air terjun.
Sedangkan Cindy sendiri bertugas menjaga keseimbangan
perahu. Dia selalu berpindah-pindah posisi untuk senantiasa
menjaga perahu tetap seimbang. Sistem ini berjalan dengan
sangat baik. Sistem ini adalah hasil dari sharing knowledge
diantara mereka, dari berbagai sudut pandang, sehingga
didapat suatu sistem yang handal. Bagaimanapun, pendapat
dari 4 orang akan lebih komprehesif dibanding dengan
pendapat dari 1 orang saja. Cindy pun menulis lagi di
kertasnya :
DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT DAN
RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE, KITA
DITUNTUT UNTUK SENANTIASA MELAKUKAN SHARING
KNOWLEDGE
Dengan sistem kerja yang mereka sepakati, perjalanan mereka
menjadi lebih nyaman. Setiap ada bahaya menghadang,
setiap ada perubahan sekecil apapun dari aliran sungai,
mereka dapat mengetahuinya sedini mungkin, dan melakukan
langkah-langkah antisipasi untuk merespon kejadian itu. Arung
jeram pun menjadi menyenangkan dan aman. Mereka kini,
tanpa harus kehilangan kewaspadaannya, nampak lebih
menikmati arung jeram tersebut. “ Uff, akhirnya kita dapat
berarung jeram dengan lebih santai, tidak seperti awal tadi ya,
kita deg-deg an terus, namun tetap waspada teman-teman!.”
pinta Andi mengingatkan. Cindy pun merenung, dalam
hatinya dia berkata “ Betapa mahal harga yang harus dibayar
untuk dapat berarung jeram dengan aman dan nyaman
seperti yang kita alami sekarang. Banyak sekali kejadian yang
nyaris merenggut nyawa kita, sebelum kita dapat menemukan
sistem ini. Mulai dari pengamatan secara manual, sampai
muncul ide untuk memasang level of control, serta pembagian
tugas ini. Begitu lama dan mahal perjalanan yang harus kita
tempuh, modifikasi di sana- sini hingga kita dapat mencapai
tujuan kita, berarung jeram yang nyaman dan aman sebagai
ajang untuk menghilangkan kepenatan.” Cindy terus
merenung “ Sampai saat ini, kita telah berarung jeram selama
6 jam, dan baru 20 menit terakhir ini kita benar-benar dapat
merasa segar dan nyaman, sesuai dengan keinginan kita saat
mau berarung jeram, menghilangkan kepenatan dan kembali
segar saat kembali bekerja besok pagi, oh alangkah lama dan
mahalnya apa yang kita alami untuk mencapai tujuan kita,
taruhannya, nyawa kita sendiri. “ Begitu Cindy terus merenung,
dan akhirnya kembali dia menulis pada secarik kertas yang
sudah kumal dan terkena air di beberapa bagiannya. Dia
menulis kalimat ini :
“DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT DAN
RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE, SUKSES LEBIH
KEPADA PERJALANAN, BUKAN TUJUAN.”
Akhirnya, tibalah mereka pada akhir perjalanan mereka.
Mereka tiba di sebuah perkampungan penduduk setempat.
Begitu sampai, mereka langsung menyerbu warung makan
yang ada di dekat tepian sungai itu. Mereka menyantap tahu
isi, dadar jagung, serta tak lupa minum air kelapa muda. “ oh
segarnya!” teriak Budi kegirangan. Andi dan Alex langsung
merebahkan tubuhnya di bale-bale yang memang disediakan
untuk pengunjung warung itu. Budi mencoba mengusik Cindy
yang seakan masih berpikir sambil mengunyah tahu isi
kesukaannya. “ Apa yang engkau pikirkan, Cindy?” tanya Budi.
Cindy terhenyak dari lamunannya dan menjawab “
Bagaimana caranya agar kita dapat berarung jeram dengan
aman dan nyaman, dan tidak harus mengalami kejadian yang
nyaris merenggut nyawa kita berempat?” Budi pun berpikir
dan mencoba menjawab “ Iya, bahaya-bahaya tadi tidak
terpikirkan oleh kita, semuanya begitu mendadak dan kita
tidak siap apa-apa. Ketika kita survey kapan hari, Mungkin kita
harus berpikir lebih cepat untuk mengantisipasi bahaya-
bahaya itu“ Sambil tiduran, alex menjawab “ Iya coba kita
tahu lebih awal ya, bakalan terjadi seperti itu, aku pasang level
of control dulu sebelum kita berarung jeram, gimana nih Tuan
pecinta alam kita, kok ngga tahu bakalan ada kejadian
seperti ini .” “Ya mana tahu lex,” tukas Andi, “Aku pecinta
alam, tapi toh aku juga tidak dapat memperkirakan apa yang
akan terjadi, aku kan bukan Tuhan. Biasanya juga airnya
tenang kok, pas kena apesnya kali kita” tutur Andi , seolah
tidak mau disalahkan. Cindy pun berpikir dan mencoba
menarik mundur dalam hatinya, dia bertanya “ Mengapa dari
awal kita tidak memasang level of control ? Mengapa saat kita
survey, kita tidak memikirkan kemungkinan terburuk yang
dapat menimpa kita, dan bagaimana antisipasinya?
Mengapa juga kita terlena, sehingga diantara kita, tidak ada
satupun orang yang menyadari kalau aliran air semakin deras,
semua orang terlena hingga tak satupun yang mampu
mendeteksinya. Anda kita dari awal memperhatikan aliran air,
dan menyadari bahaya yang akan menghampiri kita, dan
mengantisipasinya dengan level of control, mungkin kita tidak
akan mengalami terlalu banyak bahaya. Mungkin juga, andai
kita membagi sistem kerja dari awal, semua ini bahkan tidak
terjadi.” Begitu pikir Cindy. Lalu Cindy terhenyak, “ Aku tahu,
aku tahu, aku tahu!” ujarnya berkali kali mengagetkan rekan-
rekannya, lalu Cindy menuliskan kalimat ini, dalam secarik
kertasnya yang sudah lusuh, dihadapan teman-temannya :
DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT DAN
RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE, KITA
DITUNTUT UNTUK SENANTIASA BELAJAR, LEBIH CEPAT DARI
PERUBAHAN LINGKUNGAN TERSEBUT .
Pertemuan dengan kakek misterius…Loop ke-5 dari
learning
“Maaf Nona, bolehkah saya duduk di sini?” Tanya seorang
kakek yang sempat membuat Cindy terkejut setengah mati.
“Silahkan Kek” begitu jawab Cindy singkat. Sepulang
memberikan training di salah satu perusahaan ternama
ibukota, Cindy memang tidak langsung pulang, dia memilih
duduk di taman yang sejuk, untuk menghilangkan penatnya
dan melihat kembali catatan-catatan kecil yang didapatnya
saat ber -arung jeram liburan kemarin. Kakek tua itu duduk di
sebelahnya sambil meminum secangkir kopi panas yang
dibelinya di kedai dekat taman itu. “ Sedang apa dik?” Tanya
sang kakek ramah. Cindy pun sejenak menghentikan
pekerjaannya, sambil tersenyum dia menjawab, “ Enggak kek,
Cuma melihat catatan harian saat kemarin aku berlibur sama
teman-temanku, sambil menikmati hijaunya taman di tengah
kota yang penuh debu ini. “ Dengan semangat cindy pun
bercerita tentang kejadian-kejadian yang dialaminya saat
berarung jeram bersama teman-temannya, terutama kejadian
yang nyaris merenggut nyawa mereka. Mendadak tanpa
disadari, satu lembar catatannya terbang tertiup angin. “Hup,
ini dik, kakek tangkap.” Cindy melihat kakek tua ini dan
bergumam “ Refleks kakek ini hebat, untuk seorang yang
setidaknya berusia 70 tahunan ini. “Manajemen Arung jeram,
wah sangat bagus kelihatannya, bolehkah saya
membacanya, Dik?” tanya sang kakek penuh harap. “Silahkan
kek, ini lembar yang lain.” Sang kakek membaca berkas yang
diberikan Cindy kepadanya, dengan antusias dia membaca
baris per baris, hingga akhirnya selesai. “ Menarik sekali dik,
sudah lama kakek tidak membaca catatan yang singkat
namun penuh makna seperti ini, terutama pada kalimat
„…dituntut untuk senantiasa belajar, lebih cepat dari
kecepatan perubahan itu sendiri.‟kata sang kakek antusias. “
Yah, itu adalah kunci keberhasilan seseorang kek, dan juga
kunci keberhasilan organisasi.” Sahut Cindy. “ Bahasa jawanya
: learning” lanjut Cindy lagi dengan tersenyum. “ Learning, ya,
kakek pernah baca tentang itu, seseorang atau perusahaan
dituntut untuk learning, dalam setiap kondisi, baik dalam
kondisi baik ataupun buruk, orang yang learning, senantiasa
terbuka pada pengalaman siapa saja, di mana saja, dan
orang orang seperti itu hampir dapat dipastikan memiliki
tingkat kewaspadaan yang tinggi terhadap perubahan seperti
yang adik tulis itu.” Cindy pun mendengarkan sang kakek yang
begitu antusiasnya bercerita. “ Dan yang terpenting, mereka
selalu mereview keadaan sekitarnya, setiap detil perubahan
yang terjadi, mereka selalu ingin tahu dan berani menghadapi
perubahan.” Cindy pun tertegun, untuk seseorang yang
berusia 70 tahun-an kemampuan analisis kakek ini benar-benar
membuat dia terpana. “ Banyak orang seusia saya yang takut
mengalami perubahan, mereka pesimis dan takut, jangan-
jangan perubahan itu justru berdampak negative pada
dirinya. Padahal mestinya mereka tidak perlu takut dalam
menghadapi perubahan, apalagi takut menghadapi situasi
baru yang diakibatkan karena perubahan itu. Bukankah di
setiap perubahan selalu ada peluang? Yang penting kita
fleksibel dan mampu memanfaatkan setiap detail perubahan
bahkan perubahan yang paling buruk sekalipun. “ Cindy
semakin kagum pada cerita kakek itu, matanya berbinar-binar
menunjukkan ketertarikannya pada “wejangan” sang kakek
tua itu. “ Mental itulah yang seringkali tidak dimiliki oleh anak
muda sekarang, dan juga orang seusia kakek yang sangat
takut berubah. Hidup kakek ini ditempa oleh kejadian yang tak
berhingga banyaknya, baik ataupun buruk. Namun dala,
setiap kejadian, sekecil apapun, kakek selalu berusaha
menangkap secara detil setiap kejadian itu, kemudian
mengkaitkannya sehingga menjadi suatu sistem berpikir yang
menyeluruh dan menyimpannya dalam memory kakek. Kita
tidak pernah tahu, kapan kita membutuhkannya lagi, namun
suatu saat, entah kapan memory itu pasti sangat berguna bagi
kakek dalam mengambil berbagai keputusan selama hidup
kakek ini. Dari kumpulan memory tersebut kakek dapat
melakukan banyak hal, bahkan yang nampaknya mustahil
dilakukan sekalipun. Seringkali ketika kakek dituntut untuk
melakukan sesuatu, yang bahkan tidak pernah kakek lakukan
sebelumnya, ternyata dapat kakek lakukan, dengan bantuan
memory itu dan tentu saja kemauan untuk senantiasa belajar
yang kata adik dalam bahasa jawa disebut learning itu.
Dengan bantuan memory tersebut serta kemampuan learning
itu, kakek dapat mengambil keputusan dengan cepat dan
tepat, ini juga berkat fleksibilitas dan review yang menyeluruh
pada berbagai hal. Dari banyak kejadian yang kakek alami
serta nilai-nilai yang kakek pelajari dari kejadian tersebut,
membuat kakek yakin bahwa kakek mampu melakukan
sesuatu, bahkan sesuatu yang belum pernah kakek jalani
sekalipun, namun kakek berani untuk mencobanya, berani
menantang perubahan tersebut bukan lari atau menghindar
dari perubahan, seperti teman-teman seusia kakek. Padahal
seperti dalam catatanmu itu dik, perubahan itu luar biasa
gilanya kan?, ” kata sang kakek panjang lebar, seakan tidak
mau berhenti berucap. Cindy pun terperangah, takjub
mendengarkan kakek itu. Di tengah ketakjubannya,
diberanikannya untuk mengajak sang kakek berdiskusi, “ Tapi
bukankah kita dididik untuk focus dan konsisten, lalu
bagaimana tentang fleksibel serta review menyeluruh tentang
berbagai hal tersebut, Kek?” tanya Cindy. “ Yah, itu bahasa
jermannya paradox dik,” ujar sang kakek dengan senyum
ramahnya. “ Banyak sekali orang tua, bahkan istri kakek pun
meminta kakek dan anak-anak kakek untuk focus dan
konsisten pada satu bidang. Mungkin kalau dulu bisa saja,
namun kakek merasakan hal itu sudah tidak cocok lagi
diterapkan sekarang. Sekarang ini penting untuk senantiasa
fleksibel dan mereview berbagai bidang. Bukankah perubahan
itu seringkali bersifat radikal, bahkan dalam catatan adik ini,
dilukiskan sebagai uncontrollable dan unpredictable,
sehingga kita harus bersiap untuk menghadapinya serta
mencari celah-celah yang dapat kita manfaatkan. Lalu
bagaimana kita dapat melakukan itu kalau hanya terpaku
pada satu bidang saja?” kakek balik bertanya. “ Benar juga
ya,” pikir Cindy, semakin terpesona oleh kata-kata sang kakek.
“ Kita harus berani mengambil resiko dalam menghadapi
setiap perubahan, sekecil apapun tersebut, kita harus berani
melawan arus, menentang pakem yang selama ini dipercaya
benar oleh mayoritas masyarakat kita, kita harus mendobrak
kelaziman, kita harus kaya akan rasa ingin tahu, dengan
mental seperti itu, kakek percaya, kita dapat memenangkan
medan arung jeram yang adik lukiskan di catatan adik.”
Jawab kakek mencoba menjelaskannya secara detail.
Sementara itu, Cindy kembali terdiam, seolah tak percaya,
dirinya, seorang doktor Human Resources Management,
nampak kehabisan kata-kata menghadapi kakek tersebut,
yang bisa jadi bahkan tidak menyandang gelar sarjana.
Melihat Cindy terpaku, sang kakek pun terus melanjutkan
analisisnya dengan berapi-api “ Dik, kita harus mampu
memanfaatkan dan menciptakan setiap peluang dalam
setiap perubahan sekecil apapun. Bahkan kejadian paling
buruk sekalipun, pasti ada hikmahnya. Hal yang tidak pernah
dilakukan kebanyakan orang adalah tidak berusaha mencari
hikmah di setiap kejadian, tidak mampu mereview setiap
kejadian secara detail, dan menangkapnya sebagai peluang.
Bahkan di dalam kejadian buruk sekalipun selalu ada peluang
yang dapat kita manfaatkan, kuncinya ya itu tadi learning
secara menyeluruh dalam berbagai bidang, yang dalam
catatan adik harus learning lebih cepat dari perubahan itu
sendiri.” Cindypun menimpali, “Maksud kakek, learning untuk
menangkap dengan detail setiap kejadian, setiap perubahan,
setiap fenomena. Learning secara detail dari setiap orang,
setiap sumber informasi, dimana pun, kapanpun, dan dalam
keadaan bagaimanampun? Kemudian mengolahnya menjadi
peluang?” Cindy mencoba menyimpulkan. “ Tepat dik, tepat
sekali.” “ Horeeee !!” Cindy berteriak kegirangan “ Akhirnya
kutemukan juga, falsafah learning loop ke lima” begitu teriak
Cindy. “Maksud adik?” tanya sang kakek. “ Kek, selama ini ada
3 loop dalam learning yang saya pelajari selama kuliah , loop
pertama itu mengenai learning untuk adaptasi, loop kedua
learning untuk antisipasi, loop ketiga adalah gabungan dari
loop pertama dan kecua. Lalu saya pernah mendengar
tentang loop keempat, yaitu learning to learn, belajar untuk
senantiasa belajar., dan sekarang, kita berdua berhasil
menemukan loop lain yang menurut saya lebih tinggi dari
keempat loop tersebut, sehingga layaklah kalau disebut loop
kelima yaitu : mampu belajar dalam segala hal secara detail
dan mengkonversinya menjadi peluang, setiap detail kejadian
selalu ada hikmahnya. Akhirnya kutemukan juga kunci dari
manajemen arung jeram. Kalau saja saat berarung jeram kami
lebih detail dalam mereview lingkungan, kita tidak perlu jungkir
balik seperti itu. Loop kelima, indah sekali.” Cindy begitu
kegirangan, sehingga setiap kata nampak lancar tak henti-
hentinya meluncur dari mulutnya yang mungil tersebut. “ Well
tapi bukankah sulit sekali melakukan itu. Kek, mampukah saya
melakukan itu?” tanya Cindy. “ Ya dik, kamu dapat, kamu
bahkan baru saja melakukannya saat kamu berarung jeram. Di
tengah hal buruk yang terjadi, bahkan hampir saja merenggut
nyawa kalian, kamu masih dapat mencatat setiap hikmah
yang dapat kamu pelajari dari kejadian itu. Bukankah itu
berarti kamu sudah melakukannya? Kamu bahkan sudah
dapat mengkonversinya menjadi peluang dengan
menuliskannya dalam kertas ini, paling tidak kamu
menemukan peluang untuk mengembangkan ilmu yang kamu
miliki.” Begitu kata kakek itu dengan arifnya. “ Lalu untuk loop
kelima ini, kapan seseorang dapat melakukannya?
Bagaimana dengan orang-orang seusia kakek, apakah masih
harus melakukannya?” tanya Cindy. “ Dik learning itu tidak
mengenal usia. Setiap orang harus siap dan mau berubah,
karena lingkungan sekitar kita juga berubah. Bahkan seperti
kata adik, kita harus belajar menghadapi perubahan jauh lebih
cepat dari kecepatan perubahan itu sendiri. Menurut kakek,
tidak ada yang terlambat untuk berubah. Menurut kakek,
ketika kita memutuskan untuk berubah, kita kembali ke usia nol
lagi.” Timpal kakek. Cindy tertegun, sangat tertegun. “ Lalu
bagaimana orang yang tidak tertempa pengalaman hidup?
Kakek sendiri tadi bilang kalau kakek mampu melakukan
semua itu karena tempaan pengalaman hidup. Bagaimana
orang-orang yang tidak tertempa pengalaman hidup? Yang
semuanya serba nyaman, atau mereka yang tidak menyadari
kalau dunia sedang berubah? Mungkin itu juga yang dialami
oleh anak muda sekarang atau teman-teman seusia kakek
yang takut berubah. Mungkin mereka bahkan tidak sadar
akan perubahan itu dan tidak mau untuk belajar secara detail
dari segala hal. “ “ Ya Dik, itulah tugasmu, untuk memberitahu
mereka. Membertahu keindahan sesuatu yang kamu katakan
sebagai learning loop kelima itu.” Tak terasa lamanya mereka
berdiskusi, mendadak hari sudah malam. “ Kek, saya pulang
dulu, bahaya kalau pulang malam-malam. Terima kasih atas
segalanya ya Kek. Mungkin mau saya antar? ” Kata Cindy. “
Sama-sama dik, terima kasih tawarannya, kakek tinggal dekat
taman ini kok, tidak perlu diantar “ sahut sang kakek. “ Oke kek
kalau begitu, hati-hati ya, “ jawab Cindy lalu Cindy pun pergi
ke parkir mobil dan pulang. Dalam hati Cindy sangat kagum
atas wawasan kakek tersebut, dan mengakui, bahwa apa
yang didapatkannya dari sang kakek jauh melebihi nilainya
diibanding pengetahuan yang didapat selama dia kuliah. “
Itulah inti dari keberhasilan seseorang dan organisasi, learning
loop kelima.” Begitu Cindy bergumam. Dalam hati dia
menyesal kenapa lupa menanyakan nama dan alamat kakek
tersebut, sehingga dapat berdiskusi lebih lanjut. Sesampai di
apartementnya, Cindy pun mencatat semua hal yang
dikatakan kakek itu, secara detail. Lalu Cindy tidur.
“Pagi ini pagi yang cerah,” begitu pikir Cindy. Cindy ingin
menemui kakek tersebut untuk berdiskusi mengenai hal-hal
yang kemarin membuatnya bahkan tidak sadar kalau dia itu
pemegang gelar Doktor di bidang Human Resources
Management. Cindy pun memutuskan untuk kembali ke
taman sambil membawa catatan mengenai pembicaraannya
dengan sang kakek kemarin. Lagipula jadwal Cindy memang
sedang santai minggu ini. Cindy duduk ditempat yang sama
dan berharap dapat menemukan sang kakek tersebut. Pagi
berangsur siang, siang berangsur sore, sore berangsur malam,
dan kakek tersebut tidak datang. Cindy memutuskan pulang
dan kembali keesokan harinya. Esok harinya, setelah
menunggu dari pagi hingga malam, Cindy tetap tidak
menemukan kekek itu. Demikian juga hari-hari esoknya, sampai
suatu saat, Cindy memutuskan untuk bertanya pada semua
pemilik kedai kopi di sekitar taman itu. Cindy ingat bahwa saat
bertemu, kakek tersebut membawa secangkir kopi panas,
mungkin dari sekian banyak pemiliki kedai kopi ada yang
mengenalnya. “ Ya, saya mengenalnya, namun saya juga
tidak tahu namanya. Dia itu misterius, sebatang kara,
pekerjaannya setiap hari membeli kopi dan seharian duduk di
kursi tersebut, mengajak ngobrol setiap orang yang
ditemuinya. Mulai dari anak kecil hingga kakek-nenen yang
berusia jauh lebih tua dari dia. Mulai dari gelandangan hingga
top executive yang kebetulan melepas lelah di taman ini, pasti
diajaknya berdiskusi. Ada yang berminat tapi ada juga yang
merasa terganggu dan meninggalkannya. Namun, pada
dasarnya dia orang yang baik, suka menolong, dan mau
berbagi. Itu sebabnya dia dicintai oleh anak-anak yang
bermain di taman ini, dan juga setiap orang di taman ini. Dia
seperti sudah menjadi bagian dari taman ini. Namun sudah
beberapa hari ini dia tidak tampak. Terakhir dia minum di kedai
ini, menitipkan secarik kertas, dan memintaku berjanji untuk
memberikannya pada orang yang ciri-cirinya persis seperti
nona ini, apabila dia tidak mampir lagi ke kedai ini. Hanya saya
belum punya waktu mencari nona , karena dia tidak
mencantumkan nama dan alamat nona, sehingga sulit sekali
bagi saya mencari nona. Beruntung, nona datang ke kedai
saya.” Ujar Pak Amat, pemilik kedai kopi langganan kakek
tersebut. “ Terima kasih Pak,” ujar Cindy. Lalu dibukanya kertas
itu, bunyinya,
“ Dik, Kakek merasa tugas kakek di dunia ini sudah selesai.
Selama ini kakek melewatkan masa tua kakek dengan
kesendirian. Istri dan anak kakek sudah lama meninggal akibat
kecelakaan. Kakek juga sudah tidak punya sanak saudara.
Setiap hari kakek duduk di sini, menikmati kopi dan
berbincang-bincang pada tiap orang yang duduk di bangku
ini. Mulai dari anak anak hingga manula seusia kakek atau
bahkan lebih tua. Mereka datang dari berbagai kalangan,
berbaga profesi dan berbagai strata kehidupan. Banyak sekali
yang kakek dapatkan dari diskusi bersama mereka.Kakek juga
merasa bersemangat ketika kakek mampu membagikan
wawasan kakek, pengalaman kakek dan buah pikiran kakek
kepada mereka. Memang tidak semua orang merasa senang,
banyak juga yang terganggu oleh cerita kakek dan
memutuskan untuk pergi. Namun banyak juga yang berminat
berdiskusi. Dik, kakek merasa kakek tidak kuat lagi melawan
penyakit kakek. Kakek sesungguhnya menderita kanker ganas
yang tidak dapat disembuhkan. Kakek sempat ke dokter, dan
dokter mengatakan kakek sudah tidak ada harapan lagi,
apalagi kakek juga tidak memiliki biaya untuk perawatan
kanker, dan kakek tidak mau menyusahkan orang lain dengan
meminta bantuan kepada mereka. Akhirnya kakek
memutuskan untuk melewatkan hari demi hari dengan duduk
di taman dan berdiskusi dengan banyak orang. O ya, nama
kakek adalah Chris. Kakek merasa senang dapat ketemu adik.
Siapa nama adik? Dik, untuk adik ketahui, saat adik membaca
kertas ini, kakek sudah tiada, maukah adik berjanji untuk
membagikan cerita kakek ke orang lain? Maukah adik
memberitahu kepada orang-orang yang tidak mau berubah,
tidak sadar akan perubahan, orang orang yang tidak
tertempa hidupnya, yang selama ini merasa terganggu dan
tidak berminat berdiskusi dengan kakek. Maukah adik
memberitahu mereka bahwa mereka harus mampu belajar
lebih cepat dari perubahan yang terjadi di lingkungan kita?
Maukah adik memberitahu pada dunia tentang learning loop
kelima? Kakek akan merasa bahagia apabila adik mau
melakukannya, kakek akan merasa tenang. Sekarang, kakek
telah bergabung dengan istri dan anak kakek serta banyak
orang lain di surga. Mungkin saat adik membaca kerts ini,
kakek sedang berjalan jalan dengan mereka di tengah taman
yang sejuk, dengan udara yang bersih, melihat pemandangan
yang sangat indah di surga. Kakek sangat berterima kasih jika
adik mau melakukan semua itu untuk kakek. Tertanda : Kakek
Chris” Cindy pun menangis hebat, menangis sekeras-kerasnya
dan berlari ke taman, ke tempat duduk, tempat dimana
selama ini dia menunggu sang kakek, tempat dimana dia
berdiskusi dengan sang kakek. Dia mendongak ke langit,
pandangannya menerawang celah celah langit biru, air
matanya menetes terus dari kedua mata indahnya. Dia
bergumam “ Namaku Cindy Kek, Cindy. Dan Cindy akan
sangat senang melakukannya untuk kakek. Cindy akan
melakukannya, kek. Cindy berjanji, bahwa semua buah pikiran
kakek akan Cindy bagikan ke orang-orang dimanapun
mereka berada. Terima kasih kek, untuk segalanya,
manajemen arung jeram dan learning loop ke lima, kombinasi
yang luar biasa. Terima kasih kek, cindy sangat kagum
padamu.” Cindy melambaikan tangan ke langit, berharap
sang kakek melihatnya dari surga. Kemudian Cindy
membalikkan badan dan menuju kearah parkir mobil untuk
pulang. Tiba tiba Cindy merasa ada seseorang yang
memanggilnya. Cindy berbalik, dilihatnya tidak ada orang,
cindy pun mendongak ke langit, dilihatnya ada sekumpulan
awan yang membentuk muka sang kakek yang sedang
tersenyum. Cindy melambaikan tangannya, dan
mengacungkan ibu jarinya. Lalu awan tersebut hilang sedikit
demi sedikit. Cindypun menghapus air matanya,
semangatnya bergelora untuk membagikan falsafah
manajemen arung jeram dan learning loop ke lima. “Untuk
sang kakek, Untuk Ilmu Pengetahuan, dan Untuk Kemajuan
Umat Manusia.” Begitu gumam Cindy.
Recommended