View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN SIBERNETIK
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar
Matematika
Dosen Pembimbing: Palupi Sri Wijayanti, M.Pd.
Disusun Oleh:
1. Yusie Kr istiawan 14144100103
2. Nunuk Rohaniningsih 14144100119
3. Nadia Nur Farohmah 14144100135
4. Nikmahtun Tri Harsiwi 14144100141
III A4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2015
A. Teori Belajar Humanistik
Teori humanistik menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar,
dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuk yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar
apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar
jika teori ini sangat bersifat elektrik. Teori apa pun dapat dimanfaatkan asal
tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan
sebagainya itu) dapat tercapai (Uno, 2006: 13).
Hal itu diperjelas Subini (2012: 138-139) bahwa dalam teori
humanistik, yang menjadi tujuan belajar adalah memanusiakan manusia. Jadi
peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Proses belajar baru dianggap berhasil, jika anak didik
mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya.
Dalam praktiknya, teori belajar humanistik ini terwujud dalam
pendekatan yang diusulkan Ausubel yang disebut “belajar bermakna” atau
meaningfull learning. (sebagai catatan teori Ausubel ini dimasukkan dalam
aliran kognitif) (Uno, 2006: 13). Secara teoretis, tokoh penting dalam teori
belajar humanistik adalah: (1) Arthur W. Combs, (2) Bloom dan Krathwohl,
(3) Kolb, (4) Honey dan Mumford, (5) Habermas, (6) Carl Rogers, dan (7)
Abraham Maslow.
B. Penerapan (Aplikasi) Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan
(Sugihartono, 2013: 122). Anak didik berperan sebagai pelaku utama (student
center) dalam teori belajar humanistik. Ia akan belajar berdasarkan pengalaman
yang dijalani dan akan mengambil makna dari apa yang dipelajari. Menurut
teori belajar humanistik, agar belajar lebih bermakna bagi peserta didik,maka
diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari anak sendiri, sehingga akan
mendapatkan pengalaman belajar. Dengan demikian peserta didik diharapkan
memahami dirinya sendiri sehingga dapat mengembangkan potensinya secara
maksimal (Subini, 2012: 147).
Pada teori humanistik guru berperan sebagai fasilitator. Guru
memberikan motivasi dan kesadaraan mengenai makna belajar dalam
kehidupan anak didik. Guru juga yang memberikan fasilitas pengalaman
belajar kepada anak didik dan mendampingi mereka guna meraih apa yang
menjadi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran lebih mengutamakan pada
proses (jalannya) belajar bukan pada hasil akhirnya. (Subini, 2012: 147).
Sugihartono (2013: 122-123) tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah:
1) Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
2) Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas, jujur dan positif.
3) Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri.
4) Mendorong siswa untuk peka, berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri.
5) Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari
perilaku yang ditunjukkan.
6) Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7) Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
8) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi.
Aplikasi Teori Belajar Humanistik pada Program Pelaksanaan
Pendidikan
Aplikasi psikologi humanistik ini menyangkut penerapan teori belajar
humanistik dalam proses belajar-mengajar antara guru dan peserta didik. Hal
penting dalam pembahasan ini adalah bagaimana para ahli psikologi
humanistik berupaya menggabungkan ketrampilan dan informasi kognitif
dengan segi-segi afektif, nilai-nilai dan perilaku antar pribadi. Sehubungan
dengan itu akan dibicarakan tiga macam program pendidikan, yaitu confluent
education, open education, dan cooperative learning (Tim Penulis
UNY,1993:110).
a. Confluent education
Confluent education adalah proses pendidikan yang memadukan atau
mempertemukan pengalaman-pengalaman afektif dengan belajar kognitif di
dalam kelas. Hal ini merupakan cara yang baik sekali untuk melibatkan para
murid secara pribadi di dalam bahan pelajaran (Tim Penulis
UNY,1993:110).
b. Open education
Open education adalah proses pendidikan terbuka (Tim Penulis UNY,
1993: 111). Walberd dan Thomas (1972) Penulis UNY (1993: 111), open
education memiliki delapan kriteria, yaitu:
1) Kemudahan belajar tersedia, artinya berbagai macam bahan yang
diperlukan untuk belajar tersedia, murid-murid bergerak secara
bebas di sekitar ruang kelas, tidak dilarang berbicara, tidak ada
pengelompokan atas dasar tingkat kecerdasan.
2) Penuh kasih sayang, hormat, terbuka dan hangat, guru menangani
masalah-masalah perilaku dengan jalan berkomunikasi secara
pribadi dengan murid yang bersangkutan saja, tanpa melibatkan
kelompok.
3) Mendiaknosis peristiwa-peristiwa belajar, artinya murid memeriksa
pekerjaan mereka sendiri, guru mengamati dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
4) Pengajaran, yaitu pengajaran individual.
5) Penelitian, wujudnya adalah guru membuat catatan, penilaian secara
individual, hanya sedikit sekali diadakan test formal.
6) Mencari kesempatan untuk pertumbuhan profesional.
7) Persepsi guru sendiri, artinya guru berusaha mengamati semua untuk
memantau kegiatan mereka.
8) Asumsi tentang para murid dan proses belajar, artinya suasana kelas
hangat dan ramah.
Meskipun pendidikan terbuka itu memberikan kesempatan kepada
murid untuk bergerak secara bebas di sekitar kelas dan memilih aktifitas
belajar mereka sendiri, namun bimbingan guru tetap diperlukan. Salah satu
ciri yang mencolok dari pendidikan terbuka adalah lingkungan fisik ruang
kelas, dimana murid-murid bekerja secara individual atau didalam
kelompok-kelompok kecil. Kebanyakan pengajaran individual dilengkapi
dengan pusat-pusat belajar atau pusat-pusat kegiatan didalam kelas yang
memungkinkan murid mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran, topik-topik,
keterampilan-keterampilan atau minat-minat tertentu. Pusat ini dapat
memberikan petunjuk untuk mempelajari suatu topik tanpa hadirnya guru
dan dapat mencatat partisipasi dan kemajuan murid untuk nantinya
dibicarakan dengam guru (Tim Penulis UNY,1993:112).
c. Cooperative Learing
Cooperative learing atau belajar kooperatif merupakan pondasi yang
baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi murid (Tim Penulis UNY,
1993: 112). Slavin (1980) Tim Penulis UNY (1993: 112) cooterative learing
mempunyai tiga karakteristik:
1) Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang anggota);
komposisi ini tetap selama beberapa minggu.
2) Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan
yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok.
3) Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.
Tim Penulis UNY (1993: 112-116) teknik cooperative learning ada
empat macam, yaitu:
1) Teams–Game–Tournament
Dalam tenik ini murid-murid yang kemampuan dan jenis
kelaminnya berbeda disatukan dalam team yang terdiri dari 4-5 orang
anggota. Setelah guru menyajikan bahan pelajaran, tim lalu mengerjakan
lembaran kerja, saling mengajukan pertanyaan, dan belajar bersama
untuk persiapan menghadapi suatu turnamen atau pertandingan yang
biasanya diselengarakan sekali seminggu. Dalam turnamen itu tim
ditentukan beranggotakan tiga kemampuannya serupa. Hasilnya, murid-
murid yang berprestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki
peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai murid
yang berprestasi paling tinggi (Tim Penulis UNY,1993:113). Adapun
jalannya turnamen adalah sebagai berikut:
a) Para murid secara bergantian mengambil kartu dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang tertera pada kartu itu, yaitu pertanyaan-
pertanyaan yang sesuai dengan bahan yang dipelajari selama
seminggu itu.
b) Pada akhir turnamen, guru menyiapkan lembar berikut tentang tim-tim
yang berhasil dan skor-skor tertinggi (Tim Penulis UNY,1993:113).
Meskipun keanggotaan tim tetap sama, tetapi tiga orang yang
mewakili tim untuk bertanding dapat berubah-ubah atas dasar
penampilan dan prestasi masing-masing anggota. Misalnya mereka yang
berprestasi rendah, yang mula-mula bertanding melawan murid-murid
yang kemampuannya serupa, dapat bertanding melawan murid-murid
yang berprestasi tinggi manakala mereka menjadi lebih mampu (Tim
Penulis UNY,1993:113).
2) Student teams-achievement divisions
Teknik ini juga menggunakan tim yang terdiri dari empat-lima
orang anggota, tetapi kegiatan turnamen diganti dengan saling bertanya
selama lima belas menit, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terlebih
dahulu disusun. Skor-skor pertanyaan diubah menjadi skor-skor tim,
skor-skor yang tertinggi memperoleh poin lebih dari pada skor-skor yang
lebih rendah; kecuali itu juga digunakan skor perbaikan (Tim Penulis
UNY,1993:113).
3) Jigsaw
Teknik jigsaw merupakan teknik yang mengelompokkan murid
kedalam tim-tim kecil yang bersifat heterogen. Bahan pelajaran dibagi-
bagikan kepada para anggota tim, kemudian murid mempelajari bagian
mereka masing-masing bersama-sama dengan anggota-anggota dari tim
lain yang memiliki bahan yang sama. Setelah itu mereka kembali ke
kelompoknya masing-masing dan mengajarkan bagian yang telah di
pelajari bersama-sama dengan anggota tim lain itu kepada anggota
timnya sendiri. Akhirnya, semua anggota tim dites mengenai seluruh
bahan pelajaran (Tim Penulis UNY, 1993: 114).
Kemudian murid belajar bersama-sama dengan anggota-anggota
tim lain yang menerima bahan yang sama. Setelah itu mereka kembali ke
tim masing-masing untuk mengajarkan bagian mereka kepada anggota
tim mereka sendiri. Tujuanya ialah agar setiap tim mempelajari seluruh
bahan biografi tersebut.
4) Group investigation
Group investigation adalah teknik coorperative learning dimana
para murid bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil untuk
menanggapi berbagai macam proyek kelas. Setiap kelompok membagi-
bagi tugas tersebut menjadi sub topik-sub topik, kemudian setiap anggota
kelompok melakukan kegiatan meneliti untuk mencapai tujuan
kelompok. Setelah itu setiap kelompok mengajukan hasil penelitianya
kepada kelas (Tim Penulis UNY,1993:114).
Keberhasilan cooperative learning bergantung pada kemampuan
murid berinteraksi di dalam kelompok. Menurut johson (1984) ada
sejumlah keterampilan antar pribadi yang menunjang keberhasilan
tersebut, yakni:
1) Keterampilan membentuk
Keterampilan ini diperlukan untuk mengorganisir kelompok
dan membuat norma-norma berperilaku yang tepat. Keterampilan ini
meliputi:
a) Bekerja dengan tenang dan aktif di dalam kelompok (menekuni
tugas)
b) Mendorong teman-teman sekelompok untuk tetap berpartisipasi.
c) Berinteraksi secara hormat dan ramah.
2) Keterampilan berfungsi
Keterampilan berfungsi adalah keterampilan mengelola dan
melaksanakan upaya kelompok untuk menyelesaikan tugas dan
membina hubungan kerja diantara sesama anggota kelompok.
Termasuk di dalam keterampilan ini ialah:
a) Suka membantu teman-teman sekelompok dan suka menerima
sumbangan pikiran dari teman-teman sekelompok.
b) Tahu kapan mesti meminta bantuan atau meminta penjelasan.
c) Menjelaskan pendirian murid lain.
d) Memotivasi kelompok dengan gagasan-gagasan atau saran-saran
yang baru apabila semangat kelompok mulai memudar.
3) Keterampilan merumuskan
Keterampilan ini diarahkan untuk membantu murid memahami
dan mengingat bahan yang dipelajari di dalam kelompok.
Keterampilan ini meliputi:
a) Mendorong anggota kelompok untuk merumuskan apa yang
dipelajari.
b) Menambahkan informasi yang penting sekiranya rumusan itu
tidak lengkap.
c) Menyimpulkan informasi yang penting, dan
d) Menggunakan strategi-strategi belajar untuk mengingat gagasan-
gagasan yang penting.
4) Keterampilan fermentasi
Keterampilan ini di gunakan untuk merangsang murid berfikir
kembali dan menantang gagasan, jalan pikiran dan pendirian pihak
lain. Termasuk didalamnya antara lain:
a) Tahu bagaimana caranya mengkritik gagasan (bukan mengkritik
orang yang mengemukakan gagasan).
b) Tahu bagaimana cara merumuskan pendirian.
c) Tahu bagaimana cara memperoleh informasi untuk memecahkan
masalah (Tim Penulis UNY,1993:116).
C. Kesimpulan
Teori Humanistik menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar,
dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuknya paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar
apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar
jika teori ini sangat bersifat elektrik. Teori apa pun dapat dimanfaatkan asal
tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan
sebagainya itu) dapat tercapai (Uno, 2006: 13).
Tujuan belajar teori humanistik adalah memanusiakan manusia. Jadi
peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Proses belajar baru dianggap berhasil, jika anak didik
mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya.
Pada teori humanistik guru berperan sebagai fasilitator. Guru
memberikan motivasi dan kesadaraan mengenai makna belajar dalam
kehidupan anak didik. Guru juga yang memberikan fasilitas pengalaman
belajar kepada anak didik dan mendampingi mereka guna meraih apa yang
menjadi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran lebih mengutamakan pada
proses (jalannya) belajar bukan pada hasil akhirnya. (Subini, 2012: 147).
D. Penggunaan Teori Belajar Humanistik dalam Contoh Soal
Matematika
1. Suatu kaleng berisi 4 kelereng merah dan 2 kelereng putih. Dilakukan
percobaan dengan mengambil 2 kelereng sekaligus. Dapatkah kamu
menentukan kemungkinan hasil yang diperoleh 1 bola merah dan 1
bola putih dari percobaan tersebut? Jika kejadian K adalah munculnya
dua kelereng merah sekaligus maka tentukanlah kemungkinan hasil
dalam kejadian K.
Alternatif Penyelesaian:
Misalnya keempat kelereng merah disimbolkan dengan M1, M2,
M3, M4, dan dua kelereng putih disimbolkan P1, P2, P3 maka dengan
menggunakan cara tabulasi (tabel) dapat dituliskan seluruh
kemungkinan hasil yang muncul dari pengambilan dua kelereng
sekaligus sebagai berikut:
Tabel Kemungkinan Hasil Pengambilan Kelereng
Dengan banyak anggota ruang sample
Kejadian adalah munculnya dua kelereng merah sekaligus
diperoleh:
dengan banyak anggota kejadian .
Lembar Kegiatan Siswa
PELUANG
Kelompok : .....................................................
Nama : 1. .................................................
2. .................................................
3. .................................................
4. .................................................
5. .................................................
6. .................................................
Kompetensi Dasar (KD):
12.4 Memahami konsep peluang suatu
kejadian menggunakan berbagai
objek nyata dalam suatu
percobaan menggunakan frekuensi
relatif.
12.5Menyajikan hasil penerapan
konsep peluang untuk menjelaskan
berbagai objek nyata melalui
percobaan menggunakan frekuensi
relatif.
Permasalahan:
Sebuah kaleng berisi 4 kelereng merah dan 2 kelereng putih. Dilakukan percobaan
dengan mengambil 2 kelereng sekaligus. Dapatkah kamu menentukan
Tujuan Pembelajaran
Dari kegiatan ini diharapkan siswa
dapat:
1. Memahami konsep peluang suatu
kejadian menggunakan berbagai
objek nyata dalam suatu
percobaan menggunakan
frekuensi relatif.
2. Menyajikan hasil penerapan
konsep peluang untuk
menjelaskan berbagai objek
nyata melalui percobaan
menggunakan frekuensi relatif.
kemungkinan hasil yang diperoleh 1 bola merah dan 1 bola putih dari percobaan
tersebut? Jika kejadian adalah munculnya dua kelereng merah sekaligus maka
tentukanlah kemungkinan hasil dalam kejadian .
Penyelesaian:
Misalkan adalah kelereng warna merah dan adalah kelereng warna biru.
Dengan menggunakan cara tabulasi (tabel) dapat dituliskan seluruh kemungkinan
hasil yang muncul dari pengambilan dua kelereng sekaligus sebagai berikut:
Kelereng
Banyak anggota ruang sampel ......
Kejadian adalah munculnya dua kelereng merah sekaligus diperoleh:
dengan banyak anggota kejadian .....
DAFTAR PUSTAKA
Subini, Nini, dkk. 2012. Psikologi pembelajaran. Yogyakarta: Mentari
Pustaka.
Sugihartono, dkk. 2013. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Tim Penulis UNY. 1993. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Uno, B. Hamzah. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Recommended