View
31
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Mengajar
1. Pengertian Metode Mengajar
Metode berasal dari kata Yunani Meta dan Hodos berarti cara
atau rencana untuk melakukan sesuatu. Poerwadaminta (1989) mengatakan
metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud. Metode mengajar dapat diterapkan oleh guru dengan
memperhatikan tujuan dan bahan 23
.
Menurut Pupuh dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar
mengajar, metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan
keniscayaan, sebab seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik
apabila ia tidak menguasai metode secara tepat24
.
Menurut Wina Sanjaya, metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.25
23 Anike Erliena Arindawati,Dkk, Beberapa Alternatif pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Malang: Bayumedia Publishing), hal. 39.
24 Pupuh Fathurrohman. Op. cit., hal. 15.
25 Wina Sanjaya, op., cit. hal. 147
18
2. Kedudukan metode dalam belajar mengajar
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil
bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedudukan metode
dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Menurut Sardiman. A. M, Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar.
Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang
dapat membangkitkan belajar seseorang.26
b. Metode sebagai strategi pengajaran
Menurut Dra. Roestiyah. N. K, guru harus memiliki strategi agar
anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan
yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah
harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut dengan
metode mengajar.27
c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan
belajar mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar
tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak
diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Ketika tujuan
dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka
26
Syaiful Bahri Djamarah. Op. cit., hal. 73 27
Ibid, hal. 74
19
metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Guru
sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan
belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif
untuk mencapai tujuan pengajaran.28
3. Pemilihan dan Penentuan Metode
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan
kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesuaian
dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Masalah pemilihan dan
penentuan dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah:
a. Nilai strategis metode
Nilai strategis dari metode adalah metode dapat mempengaruhi
jalannya kegiatan belajar mengajar.29
Apabila metode yang digunakan
oleh guru tidak sesuai dengan sifat mata pelajaran dan tidak sesuai
dengan tujuan pengajaran maka pelajaran yang diberikan oleh guru
akan kurang memberikan motivasi kepada anak didik dan menyebabkan
suasana kelas yang kurang bergairah serta kondisi anak didik yang
kurang kreatif.bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang
tepat. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah
satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang sesuai dengan
sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, dapat
dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis
dalam kegiatan belajar mengajar.
28
Ibid, hal. 74-75 29
Pupuh Fathurrohman. Op. cit., hal. 59
20
b. Efektivitas penggunaan metode
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran
akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Akan banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya
karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan
kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Karena itu, Efektivitas
penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode
dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam
satuan pelajaran.30
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode antara lain:
1) Tujuan yang hendak dicapai
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan
belajar mengajar. Setiap guru hendaknya memperhatikan tujuan
pembelajaran31
. Adapun tujuan pembelajaran dalam penelitian ini
adalah agar peserta didik mampu mengetahui, menghafal,
menunjukkan contoh dan perilaku beriman kepada Allah, bahwa
Allah bersifat al Muhyii, al Mumiit dan al Baaqii. Landasan Al
Quran yang menyebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai
30
Syaiful Bahri Djamarah. Op. cit., hal. 77.
31 Pupuh Fathurrohman. Op. cit., hal. 60
21
juga mempengaruhi dalam pemilihan metode terdapat dalam QS.
An-Nahl ayat 12532
.
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.
2) Materi pelajaran
Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak
disampaikan oleh guru untuk bisa dipelajari dan dikuasai oleh
peserta didik33
3) Peserta didik
Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi dan
lingkungan keluarga. Semua perbedaan ini berpengaruh terhadap
penentuan metode pembelajaran34
.
32 Ismail. Op., cit. hlm. 12.
33 Pupuh Fathurrohman. loc., cit.
34
Ibid.
22
4) Situasi
Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan
pembelajaran dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi.35
Hal ini sesuai dengan hadits nabi yang di riwayatkan oleh
Bukhari.
:
:
[
.]
Dari Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari Amasy, dari Abi Wail, dari Ibn Masud yang mengatakan: Bahwa Nabi SAW selalu mengatur waktu ketika memberi nasihat-nasihat kepada
kita dalam beberapa hari karena kuatir kita menjadi bosan. (HR. Bukhari)
Hadis ini berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu
bahwa pembelajaran itu harus menggunakan metode yang tepat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan
mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar.36
5) Fasilitas
Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode mengajar. Ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu
35 Ibid
36 Ismail. Op., cit. hal. 13
23
pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya laboratorium
untuk praktek.37
6) Guru
Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan. Guru yang berlatang belakang pendidikan
keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode dan
tepat dalam menerapkannya. Sedangkan guru yang latar belakang
pendidikannya kurang relevan, sekalipun tepat dalam menentukan
metode sering kali mengalami hambatan dalam penerapannya.38
4. Ciri-ciri umum metode yang baik
Omar Muhammad al toumi mengatakan, terdapat beberapa ciri dari
sebuah metode yang baik untuk pembelajaran pendidikan Agama Islam,
yaitu:
a. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran
akhlak islami yang mulia.
b. Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa
dan materi
c. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan
mengantarkan siswa pada kemampuan praktis
d. Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan
materi.
e. Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya.
37 Pupuh Fathurrohman. loc., cit
38 Ibid. hal. 61
24
f. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam
keseluruhan proses pembelajaran.39
B. Kajian Metode Make A Match
1. Pengertian Metode Make A Match
Metode Pembelajaran make a match merupakan pembelajaran dimana
setiap siswa memegang kartu soal atau jawaban dan siswa dituntut untuk
bekerjasama dengan siswa lain dalam menemukan kartu jawaban maupun
kartu soal yang dipegang pasangannya dengan batas waktu tertentu,
sehingga membuat siswa berpikir dan menumbuhkan semangat kerjasama.40
Menurut Rahayu, metode pembelajaran kooperatif make a match
merupakan salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan
keaktifan siswa dalam kelas. Metode make a match yang dikembangkan
oleh Lurna Curran ini berawal dari banyaknya siswa di tingkat dasar (young
student) yang mempunyai kesulitan untuk mengembangkan social skill
(keterampilan sosial) siswa dalam bekerjasama dengan orang lain dalam
pelajaran berhitung (matematika). Sebuah organisasi yang bernama The
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) memerintahkan
kepada guru Matematika untuk sering memberikan latihan soal yang
dibutuhkan siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika.
Siswa berkata bahwa guru seharusnya menggunakan variasi permainan yang
39
Pupuh Fathurrohman. Op. cit., hal. 56.
40 Rukmana. Penerapan Metode Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas X Program Keahlian Pemasaran Pada Mata Pelajaran Menemukan Peluang
Baru dari Pelanggan di SMK Islam Batu. ( Skripsi, FE UM. 2010), hal. 30.
25
lebih sering kepada siswanya dengan harapan mereka mempunyai dasar
yang konkrit dalam memahami penggunaan angka-angka dan persamaan
dalam matematika.41
Supandi menyatakan bahwa:
Make a match (mencari pasangan) adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif dimana siswa dituntut untuk menemukan pasangan
yang sesuai dengan kartu permasalahan yang diperoleh melalui undian
secara bebas. Kartu-kartu ini dipersiapkan oleh guru dan dibagikan kepada
setiap siswa. Pada prinsipnya siswa dalam kelas dikelompokkan menjadi
dua, yaitu kelompok yang memecahkan masalah dan kelompok yang
membawa kartu soal. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk
membina ketrampilan menemukan informasi dan kerja sama dengan orang
lain serta membina tanggung jawab untuk memecahkan masalah yang
dihadapi melalui kartu permasalahan.42
2. Langkah-langkah Penerapan Metode Make A Match
Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan
dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartu tersebut terdiri dari kartu
yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu yang lainnya berisi
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.43
Adapun Langkah-langkah penerapan metode make a match adalah
sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal
dan bagian lainnya kartu jawaban.
b. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu.
41 Nur Indahwati, op, cit. hal. 23
42
Rukmana. loc. cit.
43 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal. 94.
26
c. Setap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang
dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal jawaban).
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
g. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
h. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran.44
Untuk lebih jelas lagi mengenai langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan metode make a match ditambahkan lagi menurut
Anita Lie sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang mungkin cocok untuk sesi review.
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
c. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan LIMA
akan berpasangan dengan pemegang kartu PERU. Atau pemegang kartu
44 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, op., cit, hal. 46.
27
yang berisi nama KOFI ANNAN akan berpasangan dengan pemegang
kartu SEKRETARIS JENDERAL PBB.
d. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang
memegang kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu 3+9 akan
membentuk kelompok dengan pemegang kartu 3x4 dan 6x2.45
Jadi, jika dilihat dari langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan metode make a match dapat disimpulkan bahwa make a
match merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja
sama dan berkomunikasi antar siswa dalam menemukan jawaban atas kartu
yang dipegangnya. Selain itu siswa dituntut untuk berpikir secara teliti dan
cepat serta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas. Keunggulan
pembelajaran metode make a match adalah belajar sambil bermain, yaitu
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan, sehingga menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan tidak membosankan.
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Make A Match
Pembelajaran kooperatif metode make a match ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kelemahannya adalah
sebagai berikut.
a. Kelebihan dari metode pembelajaran make a match ini adalah:
1) untuk melatih ketelitian, kecermatan dan kecepatan, karena setiap
siswa dituntut untuk mencari jawaban yang cocok dari kartu yang
45 Anita lie. Op., cit. hal. 56
28
dipegangnya, sehingga pembelajaran menggunakan metode ini
dapat melatih siswa untuk teliti, cermat, tepat dan cepat.46
2) Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana yang menyenangkan.47
b. Kelemahan dari metode make a match ini adalah:
1) waktu yang cepat dan kurang konsentrasi, karena metode
pembelajaran make a match ini dibatasi oleh waktu yang cepat
untuk menemukan kartu yang dipegang pasangannya, maka
membuat siswa merasa tergesa-gesa dalam mencari jawaban dari
kartu yang dipegangnya sehingga kurang konsentrasi.48
2) Ketidak efektifan pembelajaran disaat salah satu pasangan
mempunyai kesulitan untuk diajak bekerja sama dan dituntut cepat
oleh pasangan untuk menemukan pasangan kartu soal.49
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan
kekurangan metode pembelajaran make a match adalah sebagai berikut:
kelebihan dalam model ini adalah melatih ketelitian, kecermatan, ketepatan
serta kecepatan siswa dalam menemukan pasangan yang tepat dalam batas
waktu yang telah ditentukan dan siswa dapat belajar sambil bermain.
Sedangkan kekurangannya adalah terbatasnya waktu jadi siswa kurang
konsentrasi disaat mencari pasangannya.
46
Rukmana., loc., cit. 47
Anita Lie, loc.,cit.
48Ibid, hal. 24.
49 Rukmana, op,. cit, hal. 32
29
Salah satu yang dilakukan peneliti dalam mengatasi kekurangan
penggunaan metode ini adalah dengan mengatur dalam pembentukan
kelompok kerjasama, yaitu dengan membentuk siswa menjadi empat
kelompok yang terdiri dari dua kelompok yang memegang kartu jawaban
dan dua kelompok yang memegang kartu soal. Misalnya, kelompok A dan
kelompok B sebagai kelompok soal, sedangkan kelompok C dan kelompok
D adalah kelompok jawaban. Soal yang dipegang oleh kelompok A
ditentukan jawabannya berada di kelompok C, sedangkan soal yang
dipegang oleh kelompok B ditentukan jawabannya berada di kelompok D.
Hal ini dilakukan peneliti agar siswa dapat terkondisikan pada saat proses
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran make a match ini
sedang berlangsung, sehingga waktu yang digunakan bisa efektif dan
efisien.
C. Aktivitas Belajar Siswa
1. Pengertian Aktivitas Belajar
Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran di desain untuk
membelajarkan siswa agar mencapai tujuan pembelajaran. Artinya, sistem
pembelajaran menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dengan kata lain,
pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa.50
Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara
jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
50
Wina Sanjaya, op., cit. hal. 135
30
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan
yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dengan cepat,
tepat dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggungjawab
terhadap tugas yang diberikan.51
Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:
sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat,
senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku
tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan segi
hasil.52
Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran
adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun
dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi
segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
51 Yasa, loc., cit.
52
Ibid
31
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang
akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar.53
Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi
dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa
melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan
dengan masalah belajar menulis, membaca, mencatat, memandang,
mengingat, berpikir, latihan atau praktek, dan sebagainya. Situasi akan
menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar.
Bahkan situasi itulah yang akan mempengaruhi dan akan menentukan
aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian.54
Aktivitas pembelajaran itu terdiri dari aktivitas fisik dan aktivitas
psikis. Menurut Rohani, aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan
anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya
duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Sedangkan peserta
didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya
bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka
pengajaran.55
Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek
psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi
perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar,
baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.56
53 Ibid
54
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 38 55 Rohani, Pengelolaan pengajaran. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal. 6
56 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, op., cit, hal. 23
32
2. Macam-macam Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Deirich yang dikutip Hamalik menyatakan, aktivitas belajar
dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities): membaca, melihat gambar-
gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati
orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities): mengemukakan suatu fakta
atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan
interupsi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities): mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities): menulis cerita, menulis
laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau
rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities): menggambar,
membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik (motor activities): melakukan percobaan,
memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.
33
g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities): merenungkan, mengingat,
memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-
hubungan, dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities): minat,
membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.57
Dari klasifikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas di
sekolah itu cukup bervariasi. Jika semua kegiatan tersebut dapat diciptakan
disekolah, maka kondisi belajar mengajar di sekolah akan lebih dinamis,
tidak membosankan, dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal.
3. Manfaat Aktivitas Belajar
Aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah (added value)
bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut:
a. Peserta didik memiliki kesadaran untuk belajar sebagai wujud adanya
motivasi internal untuk belajar sejati.
b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri,
yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang
integral.
c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
d. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang
demokratis dikalangan peserta didik.
57 Ibid, hal. 24-25
34
e. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif di kalangan peserta didik
sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan
masyarakat di sekitarnya.58
D. Kajian Aqidah Akhlak
1. Pengertian Aqidah Akhlak
a. Menurut bahasa, aqidah berasal dari kata () yang artinya ikatan
terhadap sesuatu. Aqidah adalah sesuatu yang dapat diyakini oleh seseorang.
Aqidah juga bisa dikatakan kerja hati, yaitu keyakinan hati serta
pembenarannya terhadap sesuatu59
. Sedangkan menurut Yazid, Aqidah
adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi
orang yang meyakininya.60
Menurut syara, aqidah adalah keimanan (kepercayaan) yang mantap
kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari
akhir, serta kepercayaan kepada qadar (takdir) yang baik maupun yang
buruk. Inilah yang lebih dikenal dengan rukun iman.61
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aqidah adalah
keimanan atau kepercayaan yang ditanamkan dalam hati diucapkan dengan
lisan dan dipraktekkan dengan seluruh anggota badan.
58 Ibid, hal. 24
59 Darwis Abu Hubaidah, Panduan Aqidah Ahlu sunnah Wal Jamaah, (Jakarta: pustaka Al
kautsar, 2008), hal. 9.
60 Yazid bin Abdul Qadir, Syarah aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, (Bogor: Pustaka
Imam Asy-syafiI, 2006), hal. 27. 61
Darwis Abu Hubaidah, loc., cit.
35
b. Adapun langkah-langkah dalam mengajar Aqidah antara lain: (1)
Dengan pendekatan dogmatis yaitu pendekatan berdasarkan dogma sesuatu
yang harus diterima dengan yakin sebagai suatu kebenaran (2) pendekatan
normatif yaitu pendekatan berdasarkan norma yaitu ukuran atau ketentuan
yang berlaku (3) Pendekatan rasional yaitu pendekatan dengan akal pikir
yang dapat diterimanya (4) Pendekatan praktis atau keteladanan ialah
pendekatan berdasarkan kenyataan dalam praktik yang dapat diteladani.62
Aqidah yang benar dan baik akan dapat mempengaruhi dalam hidup
seseorang. Hal itu dapat dilihat dari cara berfikir, bicara, budi pekerti atau
akhlaknya. Sehingga dapat disebutkan dalam Al Quran (Qs. Al Anam:
162-163)63
.
c.
d.
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (162). Tiada
sekutu bagiNya dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku
dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)" (163)
Pengertian akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan
akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam
kamus Al-Munjit berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Prof.
Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini
62 Chabib thoha, dkk. Metodologi Pengajaran Agama (Semarang: Pustaka pelajar, 2004), hal. 88
63 Ibid
36
berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya
itu disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka
kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.64
Di dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi
pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik
yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan
terhadap sesama manusia.65
Perkataan ini bersumber pada Al Quran (Qs.
Al-Qalam:4)
e.
Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
f.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aqidah akhlak merupakan
keyakinan dalam hati yang tahap selanjutnya akan menjadi acuan dan dasar
dalam bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya akan menghasilkan
amal shaleh.
2. Tujuan Aqidah Akhlak
Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata
pelajaran PAI yang mempelajari rukun iman yang dikaitkan dengan
pengenalan dan penghayatan terhadap asmaul husna, serta penciptaan
suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji
dan adab islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata
64 Asmaran. Pengantar Studi akhlak ,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 1-2
65 Ibid.
37
pelajaran aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikan al-akhlakul karimah dan adab
islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya
kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, hari
akhir, serta qada dan qodar.66
Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan
dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan
krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.67
Mata pelajaran aqidah akhlak di MI bertujuan untuk membekali
peserta didik agar dapat:
a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehinnga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan
individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai
aqidah Islam.68
66 Permenag. Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah (Jawa Timur: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2008), hal.37.
67 Ibid.
68 Ibid.
38
3. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak MI
Mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI berisi pelajaran yang dapat
mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk
dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan
pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang
pendidikan berikutnya.
Ruang Lingkup Aqidah Akhlak di MI meliputi:
a. Aspek aqidah (keimanan)
b. Aspek akhlak
c. Aspek adab Islami
d. Aspek kisah teladan69
4. Prinsip-prinsip Aqidah Akhlak
Dalam Islam, aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi
pokok yang dibantu oleh para Nabi, baik tidaknya seseorang ditentukan dari
aqidahnya, mengingat amal saleh merupakan pancaran dari aqidah yang
sempurna karena aqidah merupakan masalah asasi, maka dalam kehidupan
manusia perlu ditetapkan prinsip-prinsip dasar aqidah Islamiyah agar dapat
menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Prinsip aqidah
yang dimaksud adalah :70
a. Aqidah didasarkan atas tauhid yakni mengesakan Allah dari segala
dominasi yang lain.
69 Ibid.
70
Anynomos, Aspek-Aspek Ajaran Islam, (http. www.google.com, diakses 10 Juni 2011 )
39
b. Aqidah harus dipelajari terus menerus dan diamalkan sampai akhir hayat
kemudian selanjutnya diturunkan atau diajarkan kepada orang lain.
c. Scope pembahasan aqidah tentang Tuhan dibatasi dengan larangan
membicarakan atau memperdebatkan tentang eksistensi dzat Tuhan,
sebab dalam satu hal ini manusia tidak akan mampu menguasainya.
d. Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah, bukan untuk
mencari aqidah, karena aqidah Islamiyah sudah jelas tertuang dalam al-
Quran dan al-sunnah.
Sedangkan dalam akhlak prinsip-prinsip yang dipergunakan adalah :71
a. Akhlak yang benar dan baik harus didasarkan atas al-Quran atau al-
sunnah, bukan dari tradisi atau aliran-aliran tertentu yang sudah tampak
tersesat.
b. Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, sesama manusia,
dan kepada Allah.
c. Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan akidah dan syariah, karena
ketiga unsur diatas merupakan bagian internal dari syarah Allah SWT.
d. Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun objek akhlak
adalah pada makhluk.
e. Akhlak dilakukan menurut proporsinya, misalnya seorang anak harus
lebih hormat kepada orang tuanya daripada kepaada orang lain.
Berbicara mengenai prinsip tentang Aqidah Akhlak yang mana harus
berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits. Dengan begitu manusia dapat
71 Ibid.
40
mengaplikasikannya dalam kehidupan dijalan yang lurus karena
berdasarkan dua pegangan tersebut dan menghindar dari perbuatan yang
dilarang dari Al-Quran dan Al-Hadits. Dengan begitu kehidupan manusia
perlu menerapkan prinsip-prinsip tersebut agar dapat menyelamatkan
dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat.72
5. Karakteristik Dasar Materi Aqidah Akhlak
Adapun karakteristik Aqidah akhlak antara lain:
a. Dogmatis yaitu sesuatu yang harus diterima dengan yakin sebagai suatu
kebenaran.
b. Rasional yaitu isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami
dengan penalaran dan dapat diterima oleh akal pikiran.
c. Argumentatif yaitu dalam menetapkan persoalan-persoalannya tidak
cukup dengan mengandalkan doktrin lugas dan instruksi keras serta
dogma-dogma yang menyesatkan.
d. Continuity yaitu Aqidah harus dipelajari secara terus menerus dan
diamalkan hingga akhir hayat dan di dakwahkan kepada yang lain.
e. Substantif, QathI, Stabil dan Spiritual.73
E. Penerapan Metode Make A Match dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak
Pesan-pesan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) salah satunya adalah
menjadikan Pendidikan Agama Islam termasuk Aqidah Akhlak sebagai salah
72Ibid
73 Rahmawati Baharudin, Makalah disampaikan pada mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam, Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
Malang, 08 Oktober 2009
41
satu rumpun mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Sebagai mata pelajaran
yang dapat memacu siswa untuk menjadi rajin dan pintar serta aktif, kretatif,
kritis, dan inovatif.74
Sebagai pendidikan keagamaan, maka Pendidikan Agama Islam bertujuan
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami,
mengembangkan, dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai keagamaan Islam.
Dengan demikian pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sampinng didekati
secara keagamaan juga di dekati secara keilmuan. Pendekatan keagamaan
mengasumsikan perlunya pembinaan perilaku agama Islam yang memiliki
komitmen loyalitas terhadap masalah keagamaan dan dedikasi demi tegaknya
ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup muslim. Sedangkan
pendekatan keilmuan mengasumsikan perlunya kajian historis, rasional,
objektivitas, empirik, dan universal terhadap masalah keagamaan Islam.75
Materi pembelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu materi PAI yang
lebih banyak menonjolkan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun
kemanusiaan, yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam diri
peserta didik. 76
Agar penanaman nilai yang diharapkan mampu bertumbuh dan
berkembang dalam diri peserta didik, maka peserta didik harus mampu
memahami nilai-nilai dalam materi pembelajaran yang disampaikan, dalam hal
ini metode penyampaian pada materi Aqidah Ahklak harus menyenangkan, agar
74Muhaimin, Arah Baru Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum
Hingga Redefinisi Pengetahuan (Bandung, : Yayasan Nuansa Cendekia), hal. 85 75
Muhaimin, Op. Cit., hal. 190 76Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan kelas pendidikan Agama dan Umum dari Teori Menuju Praktik (Malang: UM Press, 2008 ), hal. 33.
42
peserta didik tidak merasa bosan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan
akan tercapai.
Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan menyenangkan, salah
satu metode pembelajaran yang menyenangkan adalah metode pembelajaran
dengan mencari pasangan (make a match). Metode pembelajaran ini
dikembangkan oleh Lurna Curran (1994). Salah satu keunggulan metode ini
adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan. Metode ini bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.77
Agar pelaksanaan pembelajaran Aqidah akhlak dengan menggunakan
metode make a match dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan dan membuat Perencanaan Pembelajaran yang sesuai
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Indikator yang
ingin dicapai.
2. Melaksanakan Perencanaan Pembelajaran dengan menggunakan langkah-
langkah metode make a match yang sudah direncanakan.
Dari upaya yang sudah disebutkan di atas, secara lebih rinci dapat
dijelaskan bahwa proses pertama yang dilakukan peneliti adalah proses
perencanaan. Dalam hal ini peneliti membuat Rencana Pembelajaran yang
disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Indikator
77 Anita Lie, loc., cit.
43
yang ingin dicapai. Rencana pembelajaran dalam metode make a match ini sama
dengan Rencana Pembelajaran pada umumnya, yang membedakan hanya pada
langkah-langkah proses pembelajaran dalam kegiatan inti yaitu disesuaikan
dengan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
make a match sesuai dengan penelitian ini. Kemudian peneliti membuat kartu
soal dan kartu jawaban yang berisi tentang pokok bahasan Asmaul Husna yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode make
a match.
Proses selanjutnya adalah pelaksanaan. Langkah pertama yang dilakukan
peneliti adalah membagi kelas menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok
jawaban dan kelompok soal. Kemudian guru membagikan kartu dan tiap siswa
mendapat satu kartu soal atau kartu jawaban. Setiap siswa memikirkan jawaban
atau soal dari kartu yang dipegangnya. Kemudian siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya pemegang kartu yang
bertuliskan al Muhyii akan berpasangan dengan pemegang kartu Maha
Menghidupkan. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin. Setelah satu babak, kartu tersebut dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Setelah itu guru bersama-sama
dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Dari langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode make a
match, sangat terlihat bahwa metode ini melibatkan siswa secara langsung dalam
proses pembelajaran. Siswa dilatih untuk saling bekerja sama dengan temannya
tanpa membedakan status dan tanpa membedakan kemampuan berfikir mereka.
44
Dengan menerapkan metode make a match dalam pembelajaran Aqidah akhlak
ini akan membuat siswa lebih aktif bekerjasama dengan teman lainnya dan siswa
lebih bersemangat dalam belajar. Sehingga dengan menggunakan metode make
a match ini akan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Recommended