View
50
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
CCK
Citation preview
1
http://lvunderground.wordpress.com
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran, penopang tegak tumbuhnya tanaman, dan
menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-
unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl), dan secara
biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-
obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran,
penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara), penyedia
kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan
asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat
meningkatkan kesediaan hara), dan sebagai habitat biota tanah, baik yang
berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan
kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak
negatif karena merupakan hama dan penyakit tanaman.
2
http://lvunderground.wordpress.com
Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media
tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur
dengan sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di
atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air.
Oleh karena itu dalam definisi ilmiahnya tanah (soil) adalah kumpulan dari
benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media
untuk tumbuhnya tanaman. Tanah (soil) berbeda dengan faktor-faktor lahan (land)
karena lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor fisik lingkungannya seperti
lereng, hidrologi, iklim dan sebagainya.
Pengetahuan mengenai keadaan, sifat dan struktur tanah dapat dilakukan
melalui pengamatan profil tanah. Profil adalah irisan vertikal tanah hingga ke
lapisan horisonnya. Pengetahuan mengenai keadaan, sifat dan struktur tanah
sangat penting untuk dimiliki sebagai acuan dalam menentukan pemanfaatan
tanah tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka pengamatan profil tanah perlu di lakukan
mengingat besarnya manfaat tanah bagi kehidupan kita sehari-hari serta
terdapatnya berbagai jenis tanah yang memiliki jenis penggunaan yang berbeda.
3
http://lvunderground.wordpress.com
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pengamatan profil tanah adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik,
kimia, dan biologi pada jenis tanah tertentu pada tiap lapisan, serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
Kegunaannya adalah sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan analisa
sampel tanah di laboraturium dan sebagai bahan informasi dalam penggunaan
suatu lahan.
4
http://lvunderground.wordpress.com
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Tanah adalah hasil pelapukan batuan yang tercampur dengan sisa sisa bahan
organik dari organisme yang hidup diatasnya, selain itu di dalam tanah terdapat
udara dan air. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah
sehingga tidak meresap ketempat lain. Disamping itu pencampuran bahan mineral
dengan bahan bahan organik pun terjadi, maka dalam proses pembentukan tanah
terbentuk pula lapisan tanah (Hardjowigeno, 2007).
Profil tanah merupakan penampang vertikal tanah dari lapisan paling atas
sampai pada batuan induk tanah (regolit). Solum tanah masih mempengaruhi
empat lapisan tanah teratas, horizon D-A disebut lapisan tanah atas dan horizon E-
B disebut lapisan tanah bawah. Meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon,
namun bagi tumbuhan, horizon yang berperan di dalamnya, yaitu horizon O-A
(lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan dibawah 30 cm
(Mulyani dan Kartasapoetra, 1991).
Sedangkan menurut Anonim 1, 2011 profil tanah merupakan sebuah irisan
melintang pada tubuh tanah dibuat dengan menggali tanah. Horijon merupakan
lapisan tanah yang terbentuk karena adanya variasi komposisi, tekstur dan struktur
tanah. Profil tanah pada dasarnya dapat dibagi menjadi 4 macam horizon, mulai
dari yang teratas sampai kebagian yang terdalam mulai dari zona o, a, b dan c.
5
http://lvunderground.wordpress.com
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan
air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut mengambil bagian dalam
menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi
menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian. Tinggi
muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga
berubah karena pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi (Hardjowigeno, 2007).
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien ini
umumnya bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik
tanah, senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping faktor
tanah ini, faktor iklim dan tanaman juga berpengaruh meliputi curah hujan,
temperatur dan kecepatan angin yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air
dan evapotranspirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan
kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan, serta tingkat dan stadium
pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman
(Ali, 1995).
2.2 Ciri-Ciri Tanah Muda, Tanah Berkembang, dan Tanah Tua
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda (immature atau young soil), tanah
dewasa (mature soil) dan tanah tua (old soil). Menurut Hardjowigeno, 2007,
perubahan bahan induk tanah dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tanah muda : Pada tingkat ini proses pembentukan tanah terutama berupa
proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral, pencampuran bahan organik
dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah karena
6
http://lvunderground.wordpress.com
pengaruh bahan organik tersebut. Hasilnya adalah pembentukan horizon A dan
horizon C. Sifat tanah masih didominasi oleh sifat-sifat bahan induknya.
Termasuk tanah muda adalah jenis tanah Entisol (Aluvial, Regosol).
Tanah dewasa biasa juga disebut tanah berkembang: Dengan proses yang
lebih lanjut maka tanah-tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa yaitu
dengan proses pembentukan horizon B. Horizon B yang terbentuk adalah horizon
B yang masih muda (Bw) sebagai hasil dari proses alterasi bahan induk (terbentuk
struktur tanah, warna lebih merah dari bahan induk) atau ada penambahan bahan-
bahan tertentu (liat, dan lain-lain) dalam jumlah sedikit dari lapisan atas. Pada
tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tertinggi, karena unsur-
unsur hara di dalam tanah cukup tersedia, akibat pelapukan mineral dan pencucian
unsur hara belum lanjut. Jenis tanah yang termasuk dalam tingkat ini antara lain
Inceptisol (Latosol Coklat, dan lain-lain), Andisol, Vertisol, Mollisol, dan
sebagainya.
Tanah tua : Dengan meningkatnya umur maka proses pembentukan tanah
berjalan lebih lanjut, sehingga terjadi perubahan-perubahan yang nyata pada
horizon A dan B dan terbentuklah horizon-horizon A, E, EB, BE, Bt, (Bs), (Bo),
BC dan lain-lain. Di samping itu, pelapukan mineral dan pencucian basa-basa
makin meningkat sehingga tinggal mineral-mineral yang sukar lapuk di dalam
tanah dan tanah menjadi kurus dan masam. Jenis-jenis tanah tua tersebut adalah
tanah Ultisol (Podsohik Merah Kuning) dan Oxisol (Laterit).
7
http://lvunderground.wordpress.com
2.3 Faktor-Faktor Pembentukan Tanah
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah,
antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor
tersebut dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah
f = faktor
i = iklim
o = organisme
b = bahan induk
t = topografi
w = waktu
Menurut Anonim 2, 2011 faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama
ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.
a. Suhu/temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk.
Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah akan cepat pula.
8
http://lvunderground.wordpress.com
b. Curah hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian
tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi
asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan
kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk
hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah
pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan
menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di
permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan
jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di
daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat
membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan
warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam
karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan
sisa-sisa rumput.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh
terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsurunsur
kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah
9
http://lvunderground.wordpress.com
pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah
pohon jati.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen
(endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan
induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang
terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat
kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat
misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan
pasirnya tinggi.
Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas
tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak
mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang
banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian
lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk
yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih
merah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal
karena terjadi sedimentasi.
10
http://lvunderground.wordpress.com
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat
pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan
menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara
telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk
seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka
induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan
tanah tua. Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-
beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan
waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1000 10.000 tahun
untuk membentuk tanah dewasa.
Menurut Aditya, proses pembentukan tanah dibagi menjadi empat tahap,
yaitu :
1. Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara
langsung dengan atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi
pengaruh terhadap kondisi fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan
hidrosfer memicu terjadinya pelapukan kimiawi.
11
http://lvunderground.wordpress.com
2. Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak.
Lalu air masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam.
Pada tahap ini di lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk
hidup.
3. Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar
tumbuhan tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya.
Di sini terjadilah pelapukan biologis.
4. Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang
ralatif besar.
12
http://lvunderground.wordpress.com
III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1 Letak Astronomis dan Geografis
Lokasi tempat penelitian profil tanah, secara geografis memiliki batas-batas
sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya
Sebelah timur berbatasan dengan lahan pertanian
Sebelah selatan berbatasan dengan lahan pertanian
Sebelah barat berbatasan dengan pemukiman warga
Berdasarkan letak astronomisnya, lokasi tempat pengamatan profil tanah
terletak pada koordinat antara 5 1613 sampai 5 3935 Lintang Selatan dan
12 419 sampai 12 751 Bujur Timur.
3.2 Iklim
Keadaan musim di Kabupaten Jeneponto pada umumnya sama dengan keadaan
musim di Sulawesi Selatan yakni musim hujan (bulan Nopember s/d bulan April)
dan musim kemarau (bulan Mei s/d bulan Oktober).
Terdapat 2 tipe iklim di daerah yakni tipe iklim D3 dan Z4 berkisar 5
sampai 6 bulan untuk kondisi kering dan 1 sampai 3 bulan dengan kondisi basah,
sedangkan tipe iklim C2 berkisar 5 sampai 6 bulan dengan kondisi basah dan 2
sampai 3 bulan dengan kondisi lembab di jumpai pada dataran tinggi yang pada
umumnya berada di wilayah Kecamatan Kelara dan Rumbia.
13
http://lvunderground.wordpress.com
3.3 Topografi
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 749,79 km2 dan berpenduduk sebanyak
330.735 jiwa, kondisi tanah (topografi) pada umumnya di Kabupaten Jeneponto
pada bagian utara terdiri dari dataran tinggi dengan ketinggian 500 s/d 1400 m,
bagian tengah 100 s/d 500 m dan pada bagian selatan 0 s/d 150 m diatas
permukaan laut.
Pada khususnya topografi di Desa Basoli, Kecamatan Bangkala,
Kabupaten Jeneponto, memiliki bentuk wilayah bukit dan lembah. Namun pada
titik tempat penggalian profil tanah memiliki persen kelerengan 0-3% atau dapat
dikatakan sebagai titik yang mempunyai bentuk lembah datar.
3.4 Vegetasi
Vegetasi pada lokasi pengamatan profil tanah berbeda antara tanah kebun dan
padang rumput. Pada tanah kebun, jumlah vegetasinya relatif banyak, terdiri dari
pohon mangga, pohon jati, pohon lontar, serta tanaman jagung. Sedangkan pada
padang rumput, ditumbuhi oleh semak belukar.
3.5 Jenis Penggunaa Tanah
Penggunaan lahan di daerah tempat pengamatan profil tanah yaitu digunakan
sebagai lahan kebun, dimana ditandai dengan adanaya tanaman jagung dan pohon
jati. Namun, pohon jati yang tumbuh relatif kurang subur, maka dikatakan
penggunaan lahannya kurang intensif. Fungsi lain dari lahan tempat pengamatan
profil yaitu sebagai tempat untuk makanan ternak karena lahan tersebut
sebagiannya adalah padang rumput yang terdiri dari semak belukar.
14
http://lvunderground.wordpress.com
15
http://lvunderground.wordpress.com
IV. BAHAN DAN METODE
4.1 Tempat dan Waktu
Pengamatan profil tanah dilaksanakan di Desa Basoli, Kecamatan Bangkala,
Kabupaten Jeneponto, pada hari Sabtu, tanggal 26 Maret 2011, pukul 11.45
WITA sampai selesai.
4.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan profil tanah antara lain ; cangkul,
meteran, cutter, ring sampel, karet gelang, plastic gula, kantong plastic, karung,
sekop, papan ukuran 30 x 30 cm, linggis, kertas label, kamera, DIP dan alat tulis
menulis.
Adapun bahan yang digunakan dalam pengamatan profil tanah dengan yaitu
sebidang tanah berukuran 1 x 1,5 meter serta air.
4.3 Metode Pelaksanaan
4.3.1 Cara Pengambilan Sampel Tanah Utuh
a. Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil,
kemudian meletakkan ring sampel tegak lurus pada lapisan
tanah tersebut.
b. Menekan ring sampel sampai bagiannya masuk ke dalan
tanah.
16
http://lvunderground.wordpress.com
c. Meletakkan ring sampel lain tepat di atas ring sampel pertama,
kemudian menekan lagi sampai bagian bawah masuk ke dalam
tanah.
d. Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan sekop
dan linggis.
e. Memisahkan ring sampel kedua dari ring sampel pertama
dengan hati-hati, kemudian memotong kelebihan tanah yang
ada pada permukaan ring sampel
f. Menutup ring sampel dengan plastic, lalu ikat dengan karet
gelang dan memberi label pada masing-masing ring sampel.
4.3.2 Cara Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
a. Mengambil tanah dengan sekop sesuai dengan lapisan yang
akan diambil dan dimulai dari lapisan yang paling bawah.
b. Memasukkannya ke dalam plastik gula yang telah diberi label.
c. Menyimpannya pada tempat/ruangan yang lembab kira-kira
sekitar (kelembaban relative 90%) dan suhu kira-kira 18oC.
17
http://lvunderground.wordpress.com
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan pada Profil I (Profil Dalam)
Lapisan I II III IV
Kedalaman
Lapisan 0 22 22 76 76 120 120 132
Batasan
Lapisan Nyata Baur Baur Baur
Topografi
Batas Lapisan Berombak Lurus Berombak Berombak
Warna
(Munsell) - - - -
Tekstur Liat berpasir Debu Liat Liat
Struktur Kasar Kasar Kasar Kasar
Konsistensi Gembur Gembur Gembur Gembur
Karatan Fe, Mn
(Reduksi)
Fe, Mn
(Reduksi)
Fe, Mn
(Reduksi)
Fe, Mn
(Reduksi)
Sumber : Data Primer, 2011.
Tabel 2. Hasil Pengamatan pada Profil II (Profil Dangkal)
Lapisan I
Kedalaman Lapisan 0 15,8 cm
Batasan Lapisan -
Topografi Batas Lapisan -
Warna (Munsell) -
Tekstur Liat berpasir
Struktur Sedang
Konsistensi Lembab
Karatan -
Sumber : Data Primer, 2011.
18
http://lvunderground.wordpress.com
Tabel 3. Hasil Pengamatan pada Profil III (Profil Sedang)
Lapisan I II
Kedalaman Lapisan 0 70 cm 70 100 cm
Batasan Lapisan Berangsur Berangsur
Topografi Batas Lapisan Berombak Berombak
Warna (Munsell) - -
Tekstur Liat berpasir Liat berpasir
Struktur Sedang Kasar
Konsistensi Lembab Lembab
Karatan Mn Al
Sumber : Data Primer, 2011
5.2 Pembahasan
5.2.1 Profil I
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan profil I, bahwa setiap lapisan
memilki kedalaman dan batas lapisan yang berbeda. Pada lapisan pertama
kedalamannya 0- 20 cm, lapisan kedua kedalamannya sekitar 20-33 cm, lapisan
ketiga kedalamannya 33-42, lapisan keempat kedalamannya sekitar 42-80 cm.
Dilihat dari batas tiap lapisan tanah menunjukkan bahwa pada lapisan pertama
perbedaan antara lapisan satu dengan yang lain terlihat jelas dan nyata , pada
lapisan kedua batas lapisan tanahnya berbaur, pada batas lapisan tanahnya
berbaur, sedangkan pada lapisan ketiga hampir sama pada lapisan pertama yaitu
batas lapisannya nyata.
Dilihat dari tekstur tiap-tiap lapisan memiliki tekstur yang berbeda-beda
pada tiap lapisan, pada lapisan pertama tekstur tanahnya liat berpasir (lempung),
hal ini dapat dilihat pada saat tanah dipegang, hal yang dirasakan adalah tanah itu
terasa kasar dan lengket. Tekstur tanah pada lapisan kedua yaitu liat, ini dapat kita
19
http://lvunderground.wordpress.com
lihat pada saat tanag dipegang akan terasa lengket. Tekstur tanah pada lapisan
ketiga dan keempat yaitu liat berdebu, ini dapat kita rasakan ketika tanahnya
dipegang akan tersa lengket dan licin. Sedangkan Struktur lapisan pertama dan
kedua adalah sedang, pada lapisan ketiga dan keempat struktur tanahnya halus,
hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1994) bahwa jika tanah dominan butiran
besar, maka strukturnya kasar, sebaliknya jika dominan butiran kecil maka
strukturnya halus. Sedangkan konsistensi lapisan 1, 2, 3 dan 4 itu sama, yaitu
berkonsistensi plastis atau gembur, dilahat pada saat tanah pada lapisan tersebut
dibengkokkan tidak patah, sedangkan pada lapisan
Karatan-karatan yang dikandung tiap lapisan berbeda, yaitu pada lapisan 1
tidak mengandung karatan dan pada lapisan ke 2 mengandung Mn, pada lapisan
ke 3 mengandung karatan Mn, dan pada lapisan ke 4 tidak mengandung karatan
Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1994) bahwa tanah memiliki kandungan
Al. Fe, Mg, Ca dan Mn.
5.2.2 Profil II
Pada profil II, berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa pada profil
ini hanya memiliki satu lapisan dengan kedalaman 0 - 15,8 cm. Pada kedalaman
tersebut telah ditemukan bahan induk sehingga pada profil ini hanya memiliki satu
lapisan saja.
Topografi pada lapisan ini tampak tidak jelas. Hal ini dikarenakan pada
profil II hanya memiliki satu lapisan saja. Adapun tekstur yang dimiliki pada
profil ini yaitu liat berpasir. Hal ini dikarenakan tanah tersebut apabila dipegang
terasa lengket di tangan dan kasar.
20
http://lvunderground.wordpress.com
Adapun struktur tanah yang dimiliki yaitu sedang, hal ini disebabkan tanah
tersebut memiliki tekstur liat berpasir. Sedangkan untuk konsistensi, tanah
tersebut berkonsistensi lembab, karena kondisi tanah pada saat diletakkan di atas
telapak tangan kemudian digerakkan dan dibengkokan maka akan patah secara
perlahan. Namun tanah pada profil dangakal ini tidak memiliki karatan.
5.2.3 Profil III
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan profil III, bahwa setiap lapisan
memiliki kedalaman dan batas lapisan yang berbeda. Pada lapisan pertama
kedalamannya 0- 70 cm, ada lapisan kedua kedalamannya sekitar 70-100 cm.
Dilihat dari batas tiap lapisan tanah menunjukkan bahwa pada lapisan pertama
perbedaan antara lapisan satu dengan yang lain terlihat jelas namun berangsur,
sedangkan pada lapisan kedua, hampir sama pada lapisan pertama yaitu batas
lapisannya berangsur.
Dilihat dari tekstur tiap-tiap lapisan memiliki tekstur yang hampir sama
yaitu liat berpasir (lempung), hal ini dapat dilihat pada saat tanah dipegang, hal
yang dirasakan adalah tanah itu terasa kasar dan lengket. Struktur lapisan pertama
adalah sedang, terbukti pada saat tanah disimpan diatas telapak tangan kemudian
digerakkan terlihat bahwa seimbang dengan tanah yang struktur atau ukurannya
kecil. Sedangkan pada lapisan kedua strukturnya kasar hali ini dapat dilihat ketika
tanah diletakkan di atas telapak tangan kemudian di gerakkan kemudian
dibengkokkan makaa tanah akan patah, hal ini sesuai dengan pendapat Foth
(1994) bahwa jika tanah dominan butiran besar, maka strukturnya kasar,
sebaliknya jika dominan butiran kecil maka strukturnya halus. Sedangkan
21
http://lvunderground.wordpress.com
konsistensi lapisan I dan II itu sama. Pada lapisan pertama berkonsistensi plastis
atau lembab, dilahat pada saat tanah pada lapisan tersebut dibengkokkan tidak
patah, sedangkan pada lapisan kedua dan ketiga berkonsistensi agak plastis, hal ini
juga dapat dilihat ketika tanah tersebut dilengkungkan/dibengkokkan, tanah
tersebut patah.
Karatan-karatan yang dikandung tiap lapisan berbeda, yaitu pada lapisan I
mengandung karatan Mn dan pada lapisan ke II mengandung Al Hal ini sesuai
dengan pendapat Foth (1994) bahwa tanah alfisol memiliki kandungan Al. Fe,
Mg, Ca dan Mn.
22
http://lvunderground.wordpress.com
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
a. Pada profil I terdapat lapisan sebanyak 4. Lapisan I memiliki kedalaman
laipsan 0 22 cm, batasan lapisan tampak nyata, memiliki topografi yang
berombak, bertekstur liat berpasir, memiliki struktur yang kasar, kategori
konsistensi gembur, serta memiliki karatan berupa Fe dan Mn. Lapisan II
memiliki kedalaman lapisan 22 76 cm, batasan lapisan berbaur dengan
lapisan lain, memiliki topografi yang lurus, memiliki tekstur kategori
debu, berstruktur, berstruktur kasar, konsistensi kategori gembur, serta
memiliki karatan berupa Fe dan Mn. Lapisan III memiliki kedalaman
lapisan 76 120 cm, batasan lapisan berbaur, topografi lapisan ini
berombak, bertekstur liat dan berstruktur kasar, kategori konsistensi
lapisan ini gembur, dan karatan lapisan ini masih berupa Fe dan Mn.
Lapisan IV memiliki kedalaman 120 132 cm, batasan lapisan ini berbaur
dengan lapisan lainnya, memiliki topografi berombak, bertekstur liat dan
berstruktur kasar, berkosistensi gembur, dan masih sama dengan lapisan
sebelumnya yaitu memiliki karatan berupa Fe dan Mn.
23
http://lvunderground.wordpress.com
b. Pada profil II hanya terdapat 1 lapisan. Lapisan ini memiliki kedalaman
sebesar 0 15,8 cm, tidak memiliki batas lapisan serta karatan, topografi
tampak tidak jelas, bertekstur liat berpasir dan berstruktur sedang, serta
memiliki kategori konsistensi lembab.
c. Pada profil III terdapat lapisan sebanyak 2. Lapisan I memiliki kedalaman
sebesar 0 70 cm, memiliki batasan lapisan berangsur, topografi batas
lapisan berombak, bertekstur liat berpasir dan berstruktur sedang, memiliki
konsistensi kategori lembab, karatan lapisan ini berupa Mn. Lapisan II
memiliki kedalaman 70 100 cm, batasan lapisan berangsur, topografi
batas lapisan berombak, bertekstur liat berpasir dan berstruktur kasar,
konsistensi kategori lembab, serta memiliki karatan berupa Al.
6.2 Saran
Melihat sampel profil tanah yang diambil di Desa Basoli, Kecamatan Bangkala,
Kabupaten Jeneponto terlihat bahwa di sekitar titik pengambilan profil tanah
terdapat vegetasi yang pertumbuhannya kurang subur. Agar penggunaan tanah
tersebut intensif maka sebaiknya dilakukan pengadaan pengairan (irigasi)
mengingat di daerah Jeneponto mengandalkan pengairan dari tadah hujan. Selain
itu, juga dapat dilakukan penyuluhan di sekitar wilayah tersebut tentang jenis
tanaman apa yang sesuai dengan jenis tanah disana agar tidak terjadi kesenjangan
penanaman.
24
http://lvunderground.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H.K. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Anonim 1, 2011. Proses Pembentukan Tanah. http://www.contohmakalah.com/
dalam www.google.com. Diakses pada 28 Maret 2011. Pukul 18.30
WITA. Makassar.
Anonim 2, 2011. Faktor Pembentuk Tanah. http://elank37.wordpress.com/ dalam
www.google.com. Diakses pada 28 Maret 2011. Pukul 18.45 WITA.
Makassar.
Foth, D. Hendry, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Gajah Mada
University.
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2007. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta :
Akademika Pressindo.
Mulyani, M.W. dan Kartasapoetra, A.G., 1991, Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta :
PT. Bhineka Cipta.
Pandu, Aditya, 2010. Proses Pembentukan, Faktor, dan Jenis Tanah.
http://aditya-pandhu.blogspot.com/ dalam www.google.com. Diakses
pada 28 Maret. Pukul 21.00 WITA. Makassar.
Recommended