View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN TUTORIAL
KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN
Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Disusun oleh:
Kelompok Tutorial I
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Tutor : Dr. drg. Didin Erma Indahyani ,M.Kes
Ketua : Rina Wahyu H (121610101012)
Scriber Meja : Ilvana Ardi (121610101099)
Scriber Papan : Yusron Haris (121610101010)
Anggota :
1. Inestia Fluida (121610101001)
2. Trianike Nor Aini (121610101002)
3. Gladiola Nadisha (121610101005)
4. Yuni Aisyah (121610101006)
5. Medina Nanda Utami (121610101007)
6. Nazala Zetta (121610101011)
7. Gita Putri Kencana (121610101013)
8. Hayyu Safira (121610101014)
9. Aisyah Gediani (121610101098)
10. Nungky Tias (121610101106)
11. Galuh Panji (121610101103)
12. Nungky Tias Susanti (121610101106)
13. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini. Laporan ini disusun untuk
memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I pada skenario kedua.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. drg. Didin Erma Indahyani ,M.Kes selaku tutor yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang
telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan demi
perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, November 2013
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO II JARUM SUNTIK BEKAS BERSERAKAN
Ibu Ani datang ke Balai Pengobatan Gigi (BPG) ”Sumber Waras” yang terletak di
pemukiman padat penduduk untuk melakukan perawatan giginya sambil membawa
anaknya. Setelah selesai dilakukan perawatan, anaknya datang menemuinya sambil
membawa jarum suntuk bekas yang ditemukan di samping tempat sampah di depan
klinik. Tentu saja Ibu Ani yang seorang pegawai apotek merasa kaget dan memarahi
anaknya untuk segera membuangnya kembali, karena takut anaknya tertular penyakit
akibat dari limbah medis tersebut. Karena penasaran, maka dilihatnya tempat
ditemukannya jarum suntik bekas tersebut. Dilihatnya berbagai limbah medis
berserakan seperti handscoon, kapas, botol bekas obat dll. Ibu Ani bermaksud
melaporkan kejadian tersebut ke Dinas Lingkungan Hidup karena BPG tersebut
pengolahan limbah medisnya tidak baik yang akan menyebabkan pencemaran di
lingkungannya.
Step 1 (Identifikasi Kata-Kata Sulit)
Limbah : Semua bahan buangan dari fasilitas kesehatan yang dapat
menganggu kesehatan. Limbah di dapatkan dari aktivitas preventif, diagnosa,
selain dari unit kesehatan limbah juga di dapatkan dari bagian farmasi dan
laboratorium.
Step 2 (Rumusan Masalah)
1. Bagaimana klasifikasi dari limbah?
2. Apa dampak yang dapat ditimbulkan dari limbah yang dibiarkan?
3. Bagaimana penanganan dari limbah agar tidak mencemari lingkungan sekitar?
4. Faktor apa yang menyebabkan kurangnya perhatian BPG terhadap
pengelolaan limbah medis?
Step 3
1. KLASIFIKASI LIMBAH
Berdasarkan wujud atau bentuknya, limbah di klasifikasikan menjadi tiga
bentuk, yaitu :
1. Limbah Padat
2. Limbah Cair
3. Limbah Gas
KLASIFIKASI LIMBAH MEDIS
Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat
digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik,
farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastic.
1. LIMBAH BENDA TAJAM
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan
intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu
meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi,
bahan beracun atau radio aktif.
2. LIMBAH INFEKSIUS
Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien
dengan penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan
dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan
dan ruang isolasi penyakit menular.
Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis,
produk sarah manusia, benda tajam yang terkontaminasi, bangkai
binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei pasien, limbah raung
isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan
terkontaminasi.
3. LIMBAH JARINGAN TUBUH
Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota
badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat
pembedahan dan autopsi.
4. LIMBAH KIMIA
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan
medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah
kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.
5. LIMBAH FARMASI
Limbah yang terkait dengan sisa aktivitas yang berhubungan
dengan farmasi. Seperti, obat-obatan yang sudah kadaluwarsa atau
sisa dari vaksin.
6. LIMBAH CITOTOKSIK
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang
terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam
incinerator dengan suhu diatas 1000oC
7. LIMBAH RADIOAKTIF
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset
radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran
nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa
padat, cair dan gas.
8. LIMBAH PLASTIK
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik,
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-
barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis
peralatan dan perlengkapan medis.
LIMBAH MEDIS KEDOKTERAN GIGI
2. Dampak dari limbah yang dibiarkan
Gangguan estetika (lingkungan sekitar)
Gangguan kesehatan manusia
Pencemaran air
Pencemaran udara dari proses pembakaran
Menyebabkan gangguan kesehatan pada petugas
Limbah alam menyebabkan kebakaran hutan
Menyebabkan gangguan keseimbangan lingkungan
Kategori 2 : iritasi ringan
Kategori 3 : gangguan vaal kronis
Kategori 4 : kematian
LIMBAH MEDIS KEDOKTERAN
GIGI
POTENSI PATOLOGIK
AMALGAM LIMBAH LOGAM
TAJAM
ALAT DASAR, ALAT BEDAH
TIDAK TAJAM
SALIVA EJECTOR
LIMBAH NON LOGAM
TIDAK BERPONTENSI
PATOLOGIK
EX : ALGINAT
LIMBAH NON MEDIS
KERTAS, KORAN DLL
3. Usaha yang dapat dilakukan agar limbah tidak mencemari lingkungan sekitar,
salah satunya adalah dengan pengolahan limbah dengan baik dan benar.
Langkah-langkah pengolahan limbah yang baik dan benar, antara lain :
Pemisahan
Dalam tahap pemisahan ini, dilakukan pemisahan antara limbah yang
dapat didaur ulang dan yang tidak dapat didaur ulang. Selain itu juga
dilakukan pemisahan pengemasan bagi limbah. Contohnya kantong
plastic warna hitam untuk limbah umum, kantong plastic warna
kuning untuk limbah yang harus di desinfektan, kantong plastic ungu
untuk limbah sitotoksik dan kantong plastic merah untuk limbah
radiologi.
Penyimpanan
Penyimpanan atau penampungan untuk limbah harus merupakan
tempat yang memiliki drainase yang baik, area yang mudah dijangkau,
terlindungi dari sinar matahari dan tidak dapat dijangkau oleh hewan
yang hinggap.
Pengangkutan
Pengangkutan limbah harus menggunakan container yang tertutup dan
harus rutin dibersihkan untuk menghindari limbah yang berceceran
akibat pengangkitan. Petugas pengangkut limbah juga harus
menggunakan pelindung tubuh yang lengkap seperti sarung tangan dan
baju panjang.
Penanganan
Pembuangan
4. Faktor penyebab menumpuknya limbah
Karena pengolahan limbah belum menjadi syarat akreditasi Rumah
Sakit.
Peraturan pengolahan limbah padat yang diterbitkan oleh departemen
kesehatan belum dilaksanakan dengan baik.
Menurunnya kompetensi pekerja BPG, membutuhkan pelatihan.
Kurangnya fasilitas pengolahan, mahalnya fasilitas pengolahan limbah
contohnya insinerator.
Kurangnya sosialisasi tentang dampak menumpuknya limbah.
Kurangnya investor terhadap ketertarikan daur limbah rumah sakit.
Kelalaian petugas.
Kurangnya pembuangan sementara.
Kurangnya kesadaran akan pentingnya tempat pembuangan sementara.
Kurangnya tenaga kebersihan.
Step 4 (Mapping)
FAKTOR PENYEBAB
KURANG EFEKTIFEFEKTIF
DIKELOLATDK DIKELOLA
NON MEDISMEDIS
GASCAIRPADAT
LIMBAH
AKTIVITAS MEDIS & NON MEDIS
Step 5 (Learning Objective)
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan klasifikasi dari
limbah
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pengelolahan
limbah yang baik dan benar
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan dampak dari
pengelolaan limbah yang kurang efektif
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan dampak dari
limbah yang tidak dikelola
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi LimbahMenurut Darmadi (2008) sumber mikroba itu didapatkan dari produk samping
yang dihasilkan dari segala kegiatan pelayanan medis atau non-medis pada rumah
sakit. Dimana produk sampingan yang dihasilkan oleh aktivitas rumah sakit berupa
sampah dan limbah.
Sampah adalah semua barang atau benda sisa yang sudah tidak berguna dan
terbuang dari kegiatan sehari-hari. Sedangakan Limbah adalah produk akhir yang
berupa material buangan dari sebuah proses pencucian,dekontaminasi/proses
metabolisme tubuh. Di dalam rumah sakit, keduanya ini masih digolongkan
berdasarkan tingkat infeksius dan asal darinya.
1. Sampah Rumah Sakit
Untuk sampah rumah sakit dibagi menjadi dua, yakni sampah domestic
dan sampah medis. Sampah rumah sakit ini lebih umumnya berbentuk
padat.Berikut keduanya akan dijelaskan:
a. Sampah Domestik
Merupakan sampah yang dihasilkan dari segala kegiatan
kerumahtanggaan (house keeping) rumah sakit. Sampah jenis domestic
ini bisa dihasilkan dari ruangan rekam medis,kantor,TU, dapur,
gudang, taman dan sebagainya. Sampah jenis ini sama sekali tidak
infeksius.
Contoh : kertas,plastik,kaleng, sayur/buah,daun, ranting dan
sebagainya.
b. Sampah medis
Merupakan sampah yang dihasilkan dari produk samping setelah
digunakan dalam membantu upaya diagnose,pengobatan, tindakan
medis/perawatan penderita.untuk sampah medis ini merupakan benda-
benda yang infeksius, dengan demikian diperlukan pengolahan
terlebih dahulu untuk mengurangi penyebaran mikroba pathogen.
Contoh: verban,handscoon,syringe,botol infuse,kantong darah dsb.
2. Limbah Rumah Sakit
Seperti halnya sampah rumah sakit, limbah rumah sakit ini dibagi lagi
menjadi tiga subbagian, yakni Limbah Domestik Medis,Limbah Klinis
Medis, Dan Limbah Patologis Medis. Limbah rumah sakit ini lebih
infeksius dibandingkan dengan sampah medis rumah sakit.Limbah rumah
sakit ini dapat berbentuk padat,cair atau setengah padat. Berikut macam
ketiganya akan dibahas lebih lanjut:
a. Limbah Domestik Medis
Yakni limbah rumah sakit yang dihasilkan dari kegiatan
kerumahtanggaan.
Contoh :
i. Sisa air kegiatan cuci piring alat makan penderita penyakit
menular
ii. Sisa air kegiatan laundry dari kamar operasi,kamar bersalin,
serta dari bangsal menular.
b. Limbah Klinis Medis
Yakni limbah yang diperoleh dari proses patofisiologis penderita dan
berbagai tindakan medis.
Contoh :
i. Sekreta,ekskreta,fese,urine, dan sebagainya
ii. Cairan/sisa makanan yang dimuntahkan penderita
iii. Cairan ,darah,sisa jaringan dari kamar operasi, bedah mayat,
laboratorium.
c. Limbah Patologis Medis
Yakni limbah rumah sakit yang berwujud jaringan tubuh manusia
yang didapatkan karena pemisahan ataupun pemotongan selama
tindakan medis, limbah jenis ini perlu penanganan khusus karena
sifatnya sangat infeksius.
Contoh :
i. Potongan dari tindakan amputasi
ii. Jaringan kanker dan jaringan nekrotik
Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan
diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien (Candra, 2007). Limbah medis padat
yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat
non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis meliputi
kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan
cairan tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah medis padat
dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah medis non
padat (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).
Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit
No Kategori Limbah Definisi Contoh limbah yang
dihasilkan
1 Infeksius Limbah yang terkontaminasi
organisme patogen (bakteri,
virus, parasit, atau jamur) yang
Kultur laboratorium,
limbah dari bangsal
isolasi, kapas, materi,
tidak secara rutin ada
lingkungan dan organism
tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada
manusia rentan.
atau peralatan yang
teresentuh pasien yang
terinfeksi, ekskreta.
2 Patologis Limbah berasal dari pembiakan
dan stock bahan yang sangat
infeksius, otopsi, organ
binatang percobaan dan bahan
lain yang telah diinokulasi,
terinfeksi atau kontak dengan
bahan yang sangat infeksius.
Bagian tubuh manusia
dan hewan (limbah
anatomis), darah dan
cairan tubuh yang lain,
janin.
3 Sitotoksis Limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksis
untuk kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau mengahambat
pertumbuhan sel hidup.
Dari materi yang
terkontaminasi pada
saat persiapan dan
pemberian obat,
misalnya spuit, ampul,
kemasan, obat
kedaluarsa, larutan
sisa, urine, tinja,
muntahan pasien yang
mengandung obat
sitotoksik.
4 Benda Tajam merupakan materi yang dapat
menyebabkan luka iris atau luka
tusuk. Semua benda tajam ini
memiliki potensi bahaya dan
jarum, jarum suntik,
skalpel, pisau bedah,
peralatan infus, gergaji
bedah, dan pecahan
dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan.
Benda- benda tajam yang
terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun
atau radioaktif.
kaca
5 Kimia mengandung zat kimia yang
berbentuk padat, cair, maupun
gas yang berasal dari aktivitas
diagnostic dan eksperimen serta
dari pemeliharaan kebersihan
rumah sakit dengan
menggunakan desinfektan.
Reagent di
laboratorium, film
untuk rontgen,
desinfektan yang
kadaluarsa atau sudah
tidak diperlukan lagi,
solven
6 Farmasi Limbah farmasi mencakup
produksi farmasi. Kategori ini
juga mencakup barang yang
akan di buang setelah
digunakan untuk menangani
produk farmasi, misalnya botol
atau kotak yang berisi residu,
sarung tangan, masker, slang
penghubung darah
atau cairan, dan ampul obat.
obat-obatan, vaksin,
dan serum yang sudah
kedaluarsa, tidak
digunakan, tumpah,
dan terkontaminasi,
yang tidak diperlukan
lagi.
7 Radioaktif Bahan yang terkontaminasi
dengan radioisotop yang berasal
dari penggunaan medis atau
Cairan yang tidak
terpakai dari radioaktif
atau riset
riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari antara lain :
tindakan kedokteran nuklir,
radio-imunoassay dan
bakteriologis; dapat berbentuk
padat, cair atau gas
dilaboratorium,
peralatan kaca, kertas
absorben yang
terkontaminasi, urine
dan ekskreta dari
pasien yang diobati
atau diuji dengan
radionuklida yang
terbuka.
8 Logam yang
bertekanan
tinggi/ berat
Limbah yang mengandung
logam berat dalam konsetrasi
tinggi termasuk dalam
subkategori limbah kimia
berbahaya dan biasanya sangat
toksik. Contohnya adalah
limbah merkuri yang berasal
dari bocoran peralatan
kedokteran yang
rusak
Thermometer, alat
pengukur tekanan
darah, residu dari
ruang
pemeriksaan gigi, dan
sebagainya.
9 Kontainer
Bertekanan
Limbah yang berasal dari
berbagai jenis gas yang
digunakan di rumah
sakit.
tabung gas, kaleng
aerosol yang
mengandung residu,
gas cartridge.
B. Pengelolaan Limbah yang Baik dan Benar
Persyaratan pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit sesuai keputusan
KEPMENKES No. 1204/Menkes/SK/X/2004
a. Minimasi Limbah:
1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan
farmasi.
4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangakutan, dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan kembali dan Daur Ulang
1. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan
limbah.
2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah
yang tidak dimanfaatkan kembali.
3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
4. Jarum dan srynges harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan
kembali.
5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes
Bascillus Stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes
Bacillus subtilis.
6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.
Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable),
limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses
salah satu metode sterilisasi.
7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
menggunakan wadah dan label seperti tabel
Tabel 2.2. Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
Sumber : Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
Rumah Sakit. Direktorat Jenderal pemberantasan penyakit
menular&penyehatan lingkungan; 2004. p19
8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan
perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
9. Limbah Sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan
diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksik”.
c. Tempat penampungan sementara
1. Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus
membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam
2. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator maka limbah medis
padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau
pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan
selambat-lambatnya 24 jam apabila di simpan pada suhu ruang.
d. Transportasi
1. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
2. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun
binatang.
3. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri
yang terdiri: Topi, Masker, Pelindung amta, pakaian panjang (coverall), apron
untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan sarung tangan khusus
(disposable gloves atau heavy duty gloves).
e. Pengolahan, Pemusnahan dan pembuangan Akhir limbah padat
1) Limbah infeksius dan benda tajam
a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius
dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah
seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbahinfeksius yang lain
cukup dengan cara desinfeksi.
b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan dapat
diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok
untuk benda tajam.
c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuaang ke tempat
penampungan B3 atau di buang ke landfill jika residunya sudah aman.
2) Limbah Farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik
(pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke
sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan
fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam,
dan inersisasi.
3) Limbah Sitotoksik
a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan
penimbunan (landfiil) atau saluran limbah umum.
b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa
harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi
keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.
c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat
menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.
d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi
atau inersisasi dapat di pertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.
4) Limbah bahan kimiawi
Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam, dan gula
tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Limbah bahan berbahaya dalam jumlah
kecil seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan
insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).
5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau
diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh
dibuang landfill karena dapat mencemari air tanah.
6) Kontainer Bertekanan
Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah
dengan daur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat
dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam
bentuk cair dan dikemas dalam botol harus di perlakukan sebagai limbah bahan kimia
berbahaya untuk pembuangannya.
7) Limbah radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kibijakan dan
strategi nasional yang menyangkut perturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan
tenaga yang terlatih. (Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).
Peralatan yang Digunakan untuk Pengeolaan Limbah Medis Padat
1. Needle Crusher
Alat ini digunakan untuk menghancurkan jarum suntik dengan menggunakan
tenaga listrik.
2. Insenerator
Insenator digunakan untuk memusnahkan sampah medis dan non medis padat
baik basah maupun kering dengan menggunakan bahan bakar solar.
Incinerator yang baik harus meliputi berbagai aspek, seperti aspek lingkungan,
aspek ekonomis, aspek sosial dan lain sebagainya. Incinerator yang baik dituntut
untuk dapat menjawab permasalahan-permasalahan berikut:
Pengurangan sampah yang efektif
Lokasi jauh dari area penduduk
Adanya sistem pemisahan sampah
Desain yang estetis
Pembakaran sampah mencapai suhu 10000 celcius
Emisi gas buang yang ramah lingkungan.
Perawatan yang teratur/periodik
Pelatihan Staf dan Manajemen
Teknology Incinerator Maxpell
Teknologi incinerator Maxpell berbeda dengan teknologi incinerator yang
lainnya. Incinerator Maxpell didesain khusus untuk dapat menjawab permasalahan
sampah dan incinerator lain yang ada. Salah satu penerapan teknologi incinerator
Maxpell adalah pada aspek lingkungan dan aspek ekonomis. Sehingga teknologi
incinerator Maxpell dikenal sebagai incinerator yang Mudah, Murah, Cepat serta
Ramah Lingkungan
Keunggulan Teknologi
Teknologi Incinerator Maxpell dirancang agar memiliki beberapa kemudahan
untuk dioperasikan. Beberapa keunggulan incinerator Maxpell adalah:
Tidak membutuhkan tempat luas,
Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah,
Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 900 o C,
Bekerja efektif tanpa bahan bakar tambahan,
Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa tempat
terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong hampir tidak
kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu,
Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara konstan,
Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar,
Perawatan yang mudah dan murah,
Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan bangunan.
3. Kantong Plastik
Kantong plastik yang digunakan sebagai wadah limbah medis padat memiliki
warna dan penandaaan yang disesuaikan dengan kategori dan jenis dari masing-
masing limbah sesuai yang tertera pada Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, mengenai persyaratan
limbah medis padat.
4. Needle Pit
Needle pit berfungsi sebagai penampung hasil hancuran limbah padat antara lain
jarum suntik.
5. Safety Box
Safety box berfungsi sebagai alat penampung sementara limbah medis berupa
jarum dan syringe bekas
6. Autoclave
Autoclave adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan peralatan dan
perlengkapan dengan menundukkan material untuk uap tekanan tinggi jenuh pada
121 ° C selama sekitar 15-20 menit, tergantung pada ukuran beban dan isi. Alat ini
diciptakan oleh Charles Chamberland di 1879, meskipun prekursor yang dikenal
sebagai digester uap diciptakan oleh Denis Papin pada tahun 1679. Nama ini berasal
dari bahasa Yunani auto-, pada akhirnya berarti diri, dan Latin yang berarti Clavis
kunci-perangkat self-locking.
Autoclave yang banyak digunakan dalam mikrobiologi, kedokteran, tato,
tindik, ilmu kedokteran hewan, mikologi, kedokteran gigi, perawatan kaki dan
fabrikasi prosthetics. Mereka bervariasi dalam ukuran dan fungsi tergantung pada
media yang akan disterilkan.
Beban khas termasuk laboratorium gelas, instrumen bedah, limbah medis,
peralatan pasangan pasien, tempat tidur hewan kandang, dan kaldu lysogeny.
C. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pengolahan Limbah yang Kurang Efektik maupun yang Tidak Diolah
Dalam penanganannya, limbah haruslah dikelola dengan baik. Terdapat berbagai jenis
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit, sehingga berbeda pula tiap jenis limbah
tersebut dalam dikelola. Apabila terdapat kesalahan pengelolaan limbah sehingga
pengolahannya kurang efektif, atau bahkan limbah tersebut tidak dikelola sama sekali,
tentunya hal itu dapat menimbulkan dampak yang besar, baik bagi lingkungan sekitar
ataupun bagi individu di sekitar rumah sakit tersebut. Beberapa dampaknya adalah sebagai
berikut :
1. Resiko tertular penyakit
Limbah medis mengandung agen penyakit bersifat infeksius, beracun
dan radioaktif yang dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi
melalui empat jalur kulit, selaput lendir, saluran pernapasan dan saluran
pencernaan. Resiko penularan penyakit ini dapat terjadi pada kelompok
masyarakat yang rentan seperti dokter, perawat, pasien, pengunjung pasien,
dll.
Pengelolaan limbah medis yang kurang baik seperti pembuangan
jarumsunitk bekas sembarangan dapat menyebabkan infeksi dan cedera.
Beberapa contoh penyakit yang dapat timbul akibat pengelolaan limbah yang
tidak efektif diantaranya demamtifoid, kolera, dan hepatitis.
2. Resiko kecelakaan (cedera)
Limbah medis yang paling sering menyebabkan cedera terutama pada
petugas pengelola limbah ialah jarumsuntik. Menurut WHO, terdapat dua
sebab yang paling umum dari kejadian tertusuk jarum suntik, yakni recapping
jarum suntik dan pembuangan secara sembarangan. Selain menyebabkan
cedera, tertusuk jarum suntik bekas juga dapat menimbulkan infeksi seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
3. Pencemaran lingkungan
Pengelolaan limbah medis yang kurang efektif dapat menyebabkan
pencemaran air (water borne diseases), pencemaran tanah (soil borne
diseases) dan pencemaran udara (air borne diseases). Pembuangan limbah
secara terbuka (open dumping) dapat menimbulkan cedera serta penularan
penyakit pada masyarakat akibat kontak langsung.
Pembakaran limbah medis menggunakan insenerator dengan suhu
rendah akan menghasilkan emisi yang bersifat toxic dan karsinogenik.
Pembakaran tidak sempurna akibat suhu rendah dengan insenerator dapat
menghasilkan emisi berupa karbon monoksida, senyawa dioksin dan furan.
Zat sisa pembakaran ini meningkatkan resiko terjadinya sarcoma pada
masyarakat, terutama yang tinggal dalam radius < 2 km dari tempat
pembakaran. Resiko lain yang ditimbulkan juga dapat berupa rusaknya organ
dalam seperti hati, jantung, paru – paru dan ginjal. Selain itu, dapat pula
timbul gangguan system metabolism dan system kekebalan tubuh.
4. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit
Akibat pengelolaan linbah yang kurang efektif juga berdampak pada
merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan
menimbulkan masalah kesehatn bagi masyrakat yang tinggal di lingkungan
sekitar rumah sakit
5. Limbah medis yang berupa partikel debu akibat sisa pembakaran insenerator
juga dapat menimbulkan pencemaran udara yang selain mengakibatkan efek
pada tubuh, juga akan menyebabkan kuman penyakit menyebar, dan
mengkontaminasi perlatan medis ataupun peralatan yang ada pada rumah
sakit.
6. Pengelolalaan limbah medis yang kurang baik misalnya pembuangan yang
tidak pada tempatnya, dapat menyebabkan estetika lingkungan yang kurang
sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan pasien, petugas,
pengunjung, serta masyrakat luar.
7. Limbah cair yang mempunyai sifat fisik, kimiawi, dan bakteriologi yang tidak
dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pengotoran dan menimbulkan bau
yang tidak enak, dan juga berdampak pada pembandangan yang tidak
menyenangkan.
8. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik juga dapat mengakibatkan
keracunan dan penyakit kulit.
9. Limbah cair medis bila dibuang di dataran rendah atau dibuang di danau atau
kolam air bisa menyebabkan polusi air yang parah
Daftar PustakaDarmadi.2008.Infeksi Nosokomial:Problematika dan Pengendaliannya .Jakarta:
Salemba Medika
Recommended