View
238
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
848 Kepariwisataan Papua
PETA
849 Kepariwisataan Papua
A. UMUM
1. Dasar Hukum
Provinsi Papua, yang dulunya bernama Irian Jaya terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 12
tahun 1969 tertanggal 10 September 1969. Pergantian nama Papua didasarkan pada Undang-
undang No. 21 Tahun 2001, dengan ibukota Jayapura.
2. Lambang Provinsi
Wadah Lambang Daerah berbentuk PERISAI BERPAJU LIMA adalah
menggambarkan kesiap-siagaan dan ketahanan.
Paju lima menunjukkan jumlah sila dalam Pancasila.
Warna dasar kuning emas pada bagian bawah perisai dan pita
tersebut melambangkan keagungan yang mengandung
pengertian sebagai gambaran cita usaha pengalian hasil - hasil
kekayaan bumi dan alamnya.
Warna dasar biru tua pada bagian atas perisai tersebut, melukiskan
kekayaan lautan / perairan Papua.
Jalur kuning melingkari tepian perisai tersebut menggambarkan
keyakinan tercapainya segala usaha dan perjuangan.
Jalur hitam yang melingkari pita dan warna tulisan hitam menggambarkan kemantapan dan
kebulatan tekad untuk berkarya swadaya.
Tiga buah TUGU yang masing-masing berwarna abu-abu, sebelah kanan dan berwarna putih
sebelah kiri di atas TUMPUKAN BATU persegi panjang, bersusun 2 (dua) masing-masing berderet
6 (enam) dan 9 (sembilan) yang berwarna putih bergaris-garis batas hitam: Perjuangan TRIKORA
dan kemenangan PEPERA Tahun 1969.
Tumpukan batu tersebut juga melambangkan Dinamika Pembangunan di Daerah ini.
Warna abu-abu putih dan bergaris-garis hitam melambangkan ketenangan dan kesucian.
Setangkai BUAH PADI yang berisi 17 (tujuh belas) butir padi berwarna kuning bertangkai kuning
pula yang terdapat di sebelah kanan dan
setangkai BUAH KAPAS yang terdiri dari 8 (delapan) buah berwarna putih bertangkai Hijau Tua
yang terdapat disebelah kiri daripada tiga buah
Tugu tersebut yang diikat dengan sehelai PITA berwarna merah berlekuk 4 (empat) dan berjurai 5
(lima) adalah melukiskan kesatuan dan persatuan Bangsa yang dijiwai oleh semangat Proklamasi
17 Agustus 1945 untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Tiga buah GUNUNG berjajar yang sama tingginya berwarna hijau tua dan berpuncak putih salju
adalah menggambarkan ciri khas Daerah Papua.
Warna hijau tua ketiga buah gunung dan tangkai dari buah kapas itu, melambangkan kesuburan
tanah / kekayaan alam daratan Papua.
Sedangkan tulisan "Papua" dalam huruf cetak yang berwarna kuning adalah menggambarkan
keluhuran / keagungan cita.
3. Pemerintahan
Provinsi Papua terdiri dari 28 pemerintahan kabupaten dan 1 pemerintahan Kota. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam daftar berikut ini :
No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Asmat Agats
2 Kabupaten Biak Numfor Biak
3 Kabupaten Boven Digoel Tanah Merah
4 Kabupaten Deiyai Tigi
5 Kabupaten Dogiyai Kigamani
6 Kabupaten Intan Jaya Sugapa
7 Kabupaten Jayapura Sentani
8 Kabupaten Jayawijaya Wamena
32 PROVINSI PAPUA
850 Kepariwisataan Papua
9 Kabupaten Keerom Waris
10 Kabupaten Kepulauan Yapen Serui
11 Kabupaten Lanny Jaya Tiom
12 Kabupaten Mamberamo Raya Burmeso
13 Kabupaten Mamberamo Tengah Kobakma
14 Kabupaten Mappi Kepi
15 Kabupaten Merauke Merauke
16 Kabupaten Mimika Timika
17 Kabupaten Nabire Nabire
18 Kabupaten Nduga Kenyam
19 Kabupaten Paniai Enarotali
20 Kabupaten Pegunungan Bintang Oksibil
21 Kabupaten Puncak Ilaga
22 Kabupaten Puncak Jaya Kotamulia
23 Kabupaten Sarmi Sarmi
24 Kabupaten Supiori Sorendiweri
25 Kabupaten Tolikara Karubaga
26 Kabupaten Waropen Botawa
27 Kabupaten Yahukimo Sumohai
28 Kabupaten Yalimo Elelim
29 Kota Jayapura -
4. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Secara geografis Papua terletak diantara 0o15’ – 10
o Lintang Selatan dan 134
o – 141,60
o Bujur
Timur dengan batas wilayah sebagai berikut :
Utara Samudera Pasifik
Selatan Samudera Hindia, Laut Arafuru, Teluk Carpentaria, Australia
Barat Papua Barat, Kepulauan Maluku
Timur Papua Nugini
5. Komposisi Penganut Agama
• Islam = 12%
• Kristen = 87%
• Hindu = 0,036%
• Budha = 0,072%
6. Bahasa dan Suku Bangsa
Bahasa :
Bahasa sehari-hari adalah bahasa daerah, sedangkan bahasa daerah di Papua terdiri dari 268
bahasa daerah.
Suku bangsa :
• Suku Aitinyo,
• Suku Aefak,
• Suku Asmat,
• Suku Agast,
• Suku Dani,
• Suku Ayamaru,
• Suku Mandacan,
• Suku Biak,
• Suku Serui,
• Suku Mee,
• Suku Amungme,
• Suku Kamoro
851 Kepariwisataan Papua
7. Budaya
a. Lagu Daerah : apuse
b. Tarian Tradisional : tari masyoh, tari perang, tari selamat datang
c. Senjata Tradisional : tombak
d. Rumah Tradisional : honai / kariwari
e. Alat Musik tradisional : atowo
f. Makanan Khas : Aunu kerang, Sop hepire
8. Bandara dan Pelabuhan Laut
Bandara = sentani
Pelabuhan Laut = Jayapura
9. Universitas = Universitas Cendrawasih
10. Industri dan Pertambangan = marmer, tembaga, kayu lapis, asbes, minyak bumi
B. OBYEK WISATA
1. Wisata Alam
a. Taman Nasional Lorentz
Taman Nasional Lorentz merupakan taman nasional yang terletak di Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kawasan ini semula berstatus cagar alam, namun seiring
dengan dikeluarkannya SK. Menteri
Pertanian No. 44/Kpts/Um/I/1978,
kawasan ini ditetapkan sebagai taman
nasional seluas 2.150.000 hektar. Pada
tahun 1997 Taman Nasional Lorentz ini
diperluas menjadi 2.505.600 hektar,
sesuai dengan SK Menteri Kehutanan
No. 154/kpts-II/1997.Pada tahun 1999,
oleh menteri kehutanan Taman
Nasional Lorentz disetujui menjadi
salah satu dari tiga situs warisan dunia
di Indonesia, setelah Taman Nasional
Komodo dan Taman Nasional Ujung
Kulon (Provinsi Banten).
Letak Taman Nasional Lorentz yang membentang dari puncak Gunung Jayawijaya
(5.030m dpl) yang diselimuti salju, hingga perairan pesisir pantai dengan hutan bakau,
membuat kawasan ini memiliki perwakilan ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman
hayati di Asia Tenggara dan Pasifik. Dalam bentangan tersebut, terdapat spektrum ekologis
yang menakjubkan dari kawasan vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana, dataran
rendah, dan lahan basah.
Sebagian besar dari kawasan ini merupakan hutan perawan yang memiliki beragam
rupa keindahan alam.Mulai dari hutan bakau dan nipah yang berada di kawasan pantai,
hingga hutan perawan di zona ekosistem sub-alpin dan alpin.Hutan bakau dan nipah, yang
terletak di sisi selatan Taman Nasional Lorentz memiliki akar-akar bakau yang tersusun rapi
di atas permukaan laut.Akar-akar ini, seakan menjadi hiasan tepi pantai yang mengelilingi
Taman Nasional Lorentz.
Sementara itu, bagian barat, timur, dan utara, dipenuhi dengan pepohonan rimbun,
yang diselingi dengan sungai-sungai, baik besar maupun kecil. Aliran sungai ini, selain mampu
menghiasi tepian gunung, juga membentuk air terjun di beberapa titik di kawasan taman
nasional ini. Sebagian dari sungai-sungai ini, mengalir memasuki bumi Papua, dan
membentuk sungai bawah tanah.
852 Kepariwisataan Papua
Keragaman flora di kawasan ini, diikuti dengan keragaman fauna juga.Dipaparkan, di
kawasan ini terdapat sekitar 42 spesies mamalia, yang sebagian besar merupakan hewan
langka, dan dua di antaranya merupakan spesies baru. Mamalia yang ada di kawasan ini
antara lain, kangguru pohon, landak irian, tikus air, walabi coklat, dan kuskus totol. Selain itu,
kawasan ini juga dihuni oleh sekitar 45 jenis burung, salah satu yang paling terkenal dan
langka adalah cendrawasih. Sementara itu, diperkirakan terdapat lebih dari 1.000 spesies
ikan, di antaranya adalah ikan kaloso atau yang populer dengan nama ikan arwana.
Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, keunikan lain dari Taman
Nasional Lorentz adalah keberadaan gletser di puncak Gunung Jayawijaya. Di Indonesia,
gletser seperti ini hanya terdapat di Taman Nasional Lorentz.Di sekitar kawasan gunung
Jayawijaya ini pula, terdapat tiga buah danau besar, yakni Danau Larson, Danau Dyscovery,
dan Danau Hoguyugu.
Wisatawan yang mengunjungi kawasan taman nasional ini, tidak hanya dapat
menikmati keindahan alam saja, namun juga dapat menikmati wisata budaya. Kawasan ini,
juga merupakan tempat bermukim suku Nduga, suku Dani Barat, suku Asmat, suku Sempan,
dan suku Amungme. Kebudayaan masyarakat yang bermukim di kawasan ini telah ada sejak
sekitar 30.000 tahun yang lalu.
Kawasan Taman Nasional Lorentz sendiri, secara administratif meliputi tiga
kabupaten di Provinsi Papua yakni, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Paniai, dan Kabupaten
Merauke.Sementara pada bagian barat kawasan ini, merupakan bagian dari Kabupaten Fak-
fak, Provinsi Papua Barat, Indonesia.
Untuk mencapai Taman Nasional Lorentz, pengunjung dapat menggunakan pesawat
perintis dari Kota Timika menuju bagian utara Taman Nasional Lorentz yang terletak di
Kabupaten Paniai.Selain itu, dengan menggunakan pesawat perintis, pengunjung juga dapat
terbang ke bagian selatan, tepatnya ke Kabupaten Merauke.Dari kabupaten ini, pengunjung
dapat menggunakan kapal laut melalui Pelabuhan Sawa Erma, dan dilanjutkan dengan jalan
setapak ke beberapa lokasi.
b. Danau Panaiai
Istimewa, eksotis, dan
memesona.Demikian kira-kira kesan
wisatawan ketika berada di Danau
Paniai.Kesan tersebut bukanlah isapan
jempol belaka. Sebab, danau eksotis ini
menyuguhkan panorama alam yang rancak,
air danau yang biru, dan suasana sekitar nan
asri kepada setiap wisatawan yang
berkunjung ke sana. Luas Danau Paniai yang
mencapai 14.500 hektar memberi cukup
ruang kepada wisatawan untuk memilih
lokasi yang sesuai dengan keinginannya
ketika berekreasi ke danau
tersebut.Terdapatnya bebatuan dan pasir di tepian danau, serta dikelilingi oleh tebing-tebing
yang lumayan tinggi, menambah daya tarik objek wisata andalan Kabupaten Paniai ini.
Sebagaimana sebagian besar topografi Kabupaten Paniai yang berada di wilayah
pegunungan dan perbukitan yang berhawa sejuk, Danau Paniai pun terletak di daerah
ketinggian, yaitu sekitar 1.700 meter di atas permukaan laut (dpl).Meskipun demikian, Danau
Paniai menyimpan aneka jenis ikan air tawar dan udang.Ikan nila (oreochromis niloticus),
ikan mujair (oreochromis mossambicus), ikan mas/ikan karper (cyprinus carpio), ikan
sembilan hitam, dan ikan belut (synbranchus) adalah di antara jenis ikan yang dapat dijumpai
di danau ini.Sedangkan ikan pelangi (rainbow/melanotaenia ayamaruensis) merupakan biota
Danau Paniai yang sering dicari oleh para nelayan dan hobiis ikan hias karena bernilai
ekonomi tinggi.Bila beruntung, di Danau Paniai wisatawan dapat melihat udang endemik
Papua yang kini sudah mulai langka, yaitu udang selingkuh (cherax albertisii).Dinamakan
demikian karena udang tersebut memiliki capit/jepit besar seperti halnya kepiting. Sampai
saat ini, setiap orang yang berkunjung ke Tanah Papua, terutama ke Kota Wamena, Ibu Kota
Kabupaten Jayawijaya, senantiasa mencari udang selingkuh sebagai menu untuk bersantap.
853 Kepariwisataan Papua
Selain menikmati keeksotisan Danau Paniai dari pinggir danau, pelancong dapat
mencoba suasana lain, seperti memancing atau menyewa perahu kepada penduduk sekitar
untuk mengelilingi danau yang luas itu.Tatkala mengarungi danau, selain menikmati biru
danau dan gemericik air yang dibelah laju perahu, pelancong dapat juga menggunakan
momen tersebut untuk memotret kawasan danau dari berbagai sisi.Kecuali itu, pelancong
juga dapat melihat tumbuhan yang terdapat di danau ini, seperti enceng gondok (eichhmia
crassipes), ganggang (alga), dan lain sebagainya.
Jelang matahari terbenam, keeksotisan Danau Paniai kian memikat hati para
turis.Perahu nelayan yang mulai menepi dan lalu-lalang speedboat dari balik bebukitan, serta
ditimpali oleh burung-burung kecil yang terbang rendah dan sesekali menyambar air,
melengkapi kepuasan turis menikmati pesona destinasi wisata yang masuk dalam kawasan
Cagar Alam Eranatoli ini.Akan lebih spesial lagi bila momen tersebut dicerap sambil minum
teh atau kopi di warung tepi danau atau dari sejumlah shelter yang tersedia.
Bila punya waktu luang, Anda disarankan untuk mengunjungi lokasi keramba aneka
jenis ikan air tawar yang terdapat di tepi Danau Paniai. Di sana Anda dapat membeli ikan
segar untuk disantap di lokasi atau dibawa pulang untuk dimasak di rumah. Bertamasya ke
danau cantik ini tentu kurang lengkap bila belum menyambangi perkampungan Suku Mee
dan Suku Moni, dua suku besar di sekitar danau tersebut yang menghuni dataran tinggi
Paniai. Selain melihat rumah adat yang disebut honai dan keseharian mereka dari dekat, bila
beruntung Anda akan disuguhkan atraksi kesenian dan memperoleh suvenir khas dua suku
tersebut sebagai oleh-oleh untuk keluarga atau kolega.
Secara administratif, Danau Paniai masuk dalam wilayah Kecamatan Paniai Timur,
Kabupaten Paniai, Provinsi Papua.
c. Puncak Jayawijaya
Jika Anda menyangka bahwa di daerah
tropis tak akan menemukan pegunungan
yang diselimuti salju, Anda dapat meralat
anggapan tersebut setelah berkunjung ke
Puncak Jayawijaya, puncak tertinggi di
Pegunungan Sudirman (Sudirman Range) di
Provinsi Papua. Puncak Jayawijaya atau yang
lebih singkat disebut Puncak Jaya, memiliki
ketinggian mencapai + 4.884 meter di atas
permukaan laut (dpl), sehingga
memungkinkan daerah ini diselimuti oleh
salju abadi.
Namun, salju abadi tersebut diperkirakan bakal menyusut, bahkan mengering.Dalam
sejumlah penelitian disimpulkan bahwa endapan es di pegunungan ini dari tahun ke tahun
mengalami penyusutan yang serius.Penyusutan salju di Pegunungan Sudirman ini
diakibatkan oleh pemanasan global. Sehingga, bukan tidak mungkin kelak pegunungan ini
akan kehilangan salju seperti yang terjadi pada Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Nah,
sebelum perkiraan itu betul-betul menjadi nyata, tak ada salahnya Anda mencoba
menaklukkan puncak tertinggi di Indonesia ini.
Selain dikenal dengan nama Puncak Jaya, puncak tertinggi ini juga terkenal dengan sebutan
Carstensz Pyramide, atau Puncak Carstensz. Nama tersebut diambil dari seorang petualang
dari negeri Belanda, yakni Jan Carstensz, yang pertama kali melihat adanya puncak gunung
bersalju di daerah tropis, tepatnya di Pulau Papua.Pengamatan tersebut dilakukan oleh Jan
Carstensz melalui sebuah kapal laut pada tahun 1623.Karena belum bisa dibuktikan dengan
pengamatan langsung, laporan itu dianggap mengada-ada.Sebab, bagi orang Eropa,
menemukan pegunungan bersalju di tanah tropis adalah sesuatu yang hampir mustahil.
Kebenaran laporan Carstensz terungkap setelah hampir tiga ratus tahun kemudian, ketika
tahun 1899 sebuah ekspedisi Belanda membuat peta pulau Papua dan menemukan puncak
gunung yang diselimuti salju sebagaimana dilaporkan oleh Carstensz. Untuk menghormati
854 Kepariwisataan Papua
Carstensz, maka puncak gunung tersebut kemudian diberi nama sesuai namanya. Sedangkan
sebutan Puncak Jayawijaya merupakan pemberian Presiden Soekarno setelah berhasil
merengkuh kedaulatan Papua Barat dari Belanda.Nama ini mengandung makna “puncak
kemenangan”, sebagai ungkapan syukur atas bersatunya Papua Barat dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pendaki pertama yang tercatat pernah menaklukkan Puncak Jaya adalah tim ekspedisi yang
dipimpin oleh Heinrich Harrer pada tahun 1962. Heinrich Harrer adalah seorang pendaki
ulung dan pengarang kawakan.Bukunya yang terkenal, Seven Years in Tibet, merupakan kisah
nyata pengembaraan dan persahabatannya di pegunungan Himalaya, Tibet. Sebelum Harrer,
sebetulnya telah banyak para pendaki lain yang mencoba melakukan pendakian, namun
belum pernah ada yang berhasil. Setelah Heinrich Harrer, menyusul ekspedisi dari Indonesia
berhasil mencapai puncak. Ekspedisi yang dipimpin oleh Letnal Kolonel Azwar Hamid dari
Direktorat Topografi Angkatan Darat ini berhasil mencapai Puncak Jaya pada tahun 1964.
d. Danau Sentani
Danau Sentani yang memiliki luas sekitar
9.360 hektar dan berada pada ketinggian
+ 75 meter di atas permukaan laut (dpl)
adalah salah satu danau terbesar di
Papua.Danau ini merupakan bagian dari
Cagar Alam Cycloops yang memiliki luas
sekitar 245.000 hektar.Suplai air bagi
danau seluas ribuan hektar ini berasal dari
air hujan, serta 32 sumber mata air yang
mengalir dari pegunungan.Namun, seperti
dikemukakan oleh Harian Kompas (Senin,
30/09/2002 dalam www.polarhome.com),
sekitar 13 sumber mata air yang ada telah mengering akibat penebangan, pembukaan lahan
bagi pemukiman penduduk, serta kemarau panjang.
Semula danau ini memiliki kedalaman rata-rata 175 meter lebih.Namun, manurut catatan
Kompas (Senin, 30/09/2002) dikatakan, akibat pendangkalan yang terjadi setiap tahun titik
terdalam danau saat ini diperkirakan kurang dari 160 meter.danau bisa mencapai lima meter
setiap tahunnya, terhitung sejak tahun 1999. Proses pendangkalan terjadi akibat
pengendapan bahan sedimentasi, seperti pasir, batu, kayu, plastik, botol plastik, kaleng,
sampah kota, serta besi bekas yang bisa mencapai 90 ton per tahun. Bahan-bahan
sedimentasi ini sebagian berasal dari penggalian, penambangan, penebangan, pembukaan
lahan, pembangunan jalan, serta pembuangan sampah.
Kenyataan ini tentu saja memprihatinkan.Sebab, selain menjadi salah satu obyek wisata
andalan di Provinsi Papua, Danau Sentani juga menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat asli
di sekitar danau.Sudah sejak lama masyarakat memanfaatkan kekayaan biota danau, seperti
ikan dan udang air tawar yang mereka jual ke pasar.
e. Taman Nasional Wasur
855 Kepariwisataan Papua
Papua, pulau yang menyimpan berjuta
pesona dan ribuan cerita.Alamnya yang
masih perawan dan belum banyak tersentuh
tangan manusia membuat pulau ini sering
dijadikan sebagai obyek penelitian.Selain itu,
pulau ini juga menjadi incaran bagi
wisatawan yang gemar berpetualang di alam
bebas.Salah satu obyek wisata di Papua yang
menarik untuk dikunjungi adalah Taman
Nasional Wasur.
Taman Nasional Wasur terletak di sebelah
Tenggara Papua dan berbatasan dengan Papua New Guinea. Wasur sebenarnya merupakan
nama salah satu desa yang berada di taman tersebut. Mulanya berasal dari kata Waisol yang
dalam bahasa Marori berarti kebun. Sebelum ditunjuk sebagai taman nasional, kawasan ini
terbagi menjadi dua yaitu Suaka Margasatwa Wasur seluas 206.00 ha dan Cagar Alam Rawa
Biru dengan luas 4.000 ha. Pada tahun 1990, Menteri Kehutanan menyatakan bahwa kedua
kawasan tersebut merupakam taman nasional. Namun, penunjukan Taman Nasional Wasur
sendiri baru dilakukan pada tahun 1997 oleh Menteri Kehutanan dengan luas 413.810 ha,
melalui perubahan fungsi Suaka Margasatwa Wasur dan Cagar Alam Rawa Biru.
Kawasan Taman Nasional Wasur dibagi menjadi dua daerah geografis yaitu dataran pantai
dan daerah berbukit yang bergelombang (plato). Titik tertinggi terdapat di daerah Waam
dengan tinggi hanya 90 m di atas permukaan laut (dpl).Kawasan ini memiliki iklim musiman
(monsoon).Iklim tersebut dicirikan oleh dua musim utama, yaitu musim kering yang terjadi
pada bulan Juni sampai November/Desember dan musim basah yang terjadi pada bulan
Desember sampai Mei.Curah hujan terkecil 10 mm terjadi pada bulan Juli – November dan
terbesar 264 mm pada bulan Januari, dengan suhu udara 22oC – 30oC.
Sekitar 70 persen dari luas kawasan taman nasional berupa savana, sedang lainnya berupa
hutan rawa, hutan musim, hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan hutan rawa sagu
yang cukup luas. Jenis tumbuhan yang mendominasi hutan di kawasan taman nasional ini
antara lain api-api (Avicennia sp.), tancang (Bruguiera sp.), ketapang (Terminalia sp.), dan
kayu putih (Melaleuca sp.).
Sedangkan jenis satwa yang umum dijumpai antara lain kanguru pohon (Dendrolagus
spadix), kesturi raja (Psittrichus fulgidus), kasuari gelambir (Casuarius casuarius sclateri),
cendrawasih kuning besar (Paradisea apoda novaeguineae), cendrawasih raja (Cicinnurus
regius rex), dara mahkota/mambruk (Goura cristata), cendrawasih merah (Paradisea rubra),
buaya air tawar (Crocodylus novaeguineae), dan buaya air asin (Crocodylus porosus).
Secara administratif Taman Nasional Wasur terletak di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua,
Indonesia.
f. Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Taman Nasional Teluk Cendrawasih terletak di
Pulau Papua dan merupakan taman nasional
perairan laut terluas di Indonesia. Taman
Nasional yang diresmikan oleh Menteri
Kehutanan pada tahun 1993 ini, memiliki luas
1.453.500 ha, terdiri dari daratan dan pesisir
pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%),
terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan
(89,8%).
Teluk Cendrawasih memiliki 14 jenis flora yang dilindungi.Sebagian besar terdiri dari jenis
pohon kasuarina. Selain itu, di taman nasional ini juga terdapat 36 jenis burung, di mana 18
856 Kepariwisataan Papua
di antaranya dilindungi. Terdapat pula 196 jenis moluska, 209 jenis ikan, dan beberapa penyu
(penyu sisik, hijau, belimbing, dan sisik semu).Wilayah ini juga merupakan tempat tinggal
yang nyaman bagi paus dan lumba
di sini karena tidak ada pemburu paus ataupun lumba
makanan yang disediakan Teluk Cendrawasih bagi mereka.
Datang ke Teluk Cendrawasih, pengunjung dapat menikmati beragam objek men
bertaburan di seluruh penjuru Taman Nasional ini.Jika ingin melakukan wisata bahari, Pulau
Nusrowi, Pulau Yoop, dan Pulau Mioswaar dapat menjadi pilihan yang menarik.Di perairan
pulau-pulau ini, pengunjung dapat menikmati keindahan bawah laut yan
kaya objek yang menggoda mata dengan menyelam.Selain itu, pengunjung juga dapat
mengamati perilaku ikan paus dan lumba
Jika ingin menjelajahi gua, kunjungi saja Pulau Mioswaar. Di sini terdapat gua alam
peninggalan zaman purba dan
kadar garam. Gua ini merupakan gua bersejarah karena di dalamnya terdapat kerangka
leluhur etnik Wandau.Konon, merekalah kelompok manusia pertama yang datang ke pulau
ini. Di Pulau Numfor, juga terdapat
manusia serta piring
berbeda, cobalah untuk mendatangi Tanjung Mangguar. Di sini, terdapat gua dalam air
dengan kedalaman 100 kaki.
Selain itu, masih ada Pulau Rumberpon yang menawarkan berbagai pengalaman menarik.Di
pulau ini, pengunjung dapat melakukan pengamatan terhadap burung, penangkaran rusa,
wisata bahari, dan juga dapat melihat kerangka pesawat tempur Jepang yang tenggelam saat
perang dunia II.
Secara administratif, Taman Nasional ini berada di wilayah Kabupaten Manokwari, Propinsi
Papua Barat, dan Kabupaten Paniai, Propinsi Papua, Indonesia.
2. Wisata Budaya
a. Festival Budaya Lembah Baliem
pertama kali digelar pada tahun 1989. Sebelum adanya festival ini, masyarakat di sekitar
Lembah Baliem, yang terdi
perang antarsuku. Bagi mereka, selain sudah menjadi tradisi turun temurun, perang juga
memiliki makna yang dalam.Perang bukan sekadar ajang adu kekuatan antarsuku, namun
juga merupakan lam
tidak dilakukan perang, jangan harap panen dan ternak babi akan berhasil.
Untuk menghindari jatuhnya korban dan dendam yang berlarut, sejak dua puluh tahun silam
pemerintah memberlakukan l
Kepariwisataan Papua
di antaranya dilindungi. Terdapat pula 196 jenis moluska, 209 jenis ikan, dan beberapa penyu
(penyu sisik, hijau, belimbing, dan sisik semu).Wilayah ini juga merupakan tempat tinggal
yang nyaman bagi paus dan lumba-lumba.Kedua jenis hewan ini dapat tinggal dengan tenang
di sini karena tidak ada pemburu paus ataupun lumba-lumba, serta masih berlimpahnya
makanan yang disediakan Teluk Cendrawasih bagi mereka.
Datang ke Teluk Cendrawasih, pengunjung dapat menikmati beragam objek men
bertaburan di seluruh penjuru Taman Nasional ini.Jika ingin melakukan wisata bahari, Pulau
Nusrowi, Pulau Yoop, dan Pulau Mioswaar dapat menjadi pilihan yang menarik.Di perairan
pulau ini, pengunjung dapat menikmati keindahan bawah laut yan
kaya objek yang menggoda mata dengan menyelam.Selain itu, pengunjung juga dapat
mengamati perilaku ikan paus dan lumba-lumba.
Jika ingin menjelajahi gua, kunjungi saja Pulau Mioswaar. Di sini terdapat gua alam
peninggalan zaman purba dan juga sumber air panas yang mengandung belerang tanpa
kadar garam. Gua ini merupakan gua bersejarah karena di dalamnya terdapat kerangka
leluhur etnik Wandau.Konon, merekalah kelompok manusia pertama yang datang ke pulau
ini. Di Pulau Numfor, juga terdapat sebuah gua yang di dalamnya terdapat tengkorak
manusia serta piring-piring antik dan peti-perti berukir. Apabila menginginkan yang sedikit
berbeda, cobalah untuk mendatangi Tanjung Mangguar. Di sini, terdapat gua dalam air
dengan kedalaman 100 kaki.
ain itu, masih ada Pulau Rumberpon yang menawarkan berbagai pengalaman menarik.Di
pulau ini, pengunjung dapat melakukan pengamatan terhadap burung, penangkaran rusa,
wisata bahari, dan juga dapat melihat kerangka pesawat tempur Jepang yang tenggelam saat
Secara administratif, Taman Nasional ini berada di wilayah Kabupaten Manokwari, Propinsi
Papua Barat, dan Kabupaten Paniai, Propinsi Papua, Indonesia.
Festival Budaya Lembah Baliem
Lembah Baliem, yang terletak di
Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua,
merupakan salah satu kawasan yang
memiliki daya tarik bagi wisatawan,
baik lokal maupun mancanegara. Satu
hal yang membuat Lembah Baliem
terkenal adalah diselenggarakannya
Festival Budaya Lembah Baliem, atau
yang lebih dikenal dengan nama
Festival Lembah Baliem.
Dalam catatan harian Kompas
(8/8/2007), Festival Lembah Baliem
pertama kali digelar pada tahun 1989. Sebelum adanya festival ini, masyarakat di sekitar
Lembah Baliem, yang terdiri dari Suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yali, masih sering melakukan
perang antarsuku. Bagi mereka, selain sudah menjadi tradisi turun temurun, perang juga
memiliki makna yang dalam.Perang bukan sekadar ajang adu kekuatan antarsuku, namun
juga merupakan lambang kesuburan dan kesejahteraan. Menurut kepercayaan mereka, jika
tidak dilakukan perang, jangan harap panen dan ternak babi akan berhasil.
Untuk menghindari jatuhnya korban dan dendam yang berlarut, sejak dua puluh tahun silam
pemerintah memberlakukan larangan atas perang antarsuku.Untuk mewadahi tradisi suku
di antaranya dilindungi. Terdapat pula 196 jenis moluska, 209 jenis ikan, dan beberapa penyu
(penyu sisik, hijau, belimbing, dan sisik semu).Wilayah ini juga merupakan tempat tinggal
enis hewan ini dapat tinggal dengan tenang
lumba, serta masih berlimpahnya
Datang ke Teluk Cendrawasih, pengunjung dapat menikmati beragam objek menarik yang
bertaburan di seluruh penjuru Taman Nasional ini.Jika ingin melakukan wisata bahari, Pulau
Nusrowi, Pulau Yoop, dan Pulau Mioswaar dapat menjadi pilihan yang menarik.Di perairan
pulau ini, pengunjung dapat menikmati keindahan bawah laut yang penuh warna dan
kaya objek yang menggoda mata dengan menyelam.Selain itu, pengunjung juga dapat
Jika ingin menjelajahi gua, kunjungi saja Pulau Mioswaar. Di sini terdapat gua alam
juga sumber air panas yang mengandung belerang tanpa
kadar garam. Gua ini merupakan gua bersejarah karena di dalamnya terdapat kerangka
leluhur etnik Wandau.Konon, merekalah kelompok manusia pertama yang datang ke pulau
sebuah gua yang di dalamnya terdapat tengkorak
perti berukir. Apabila menginginkan yang sedikit
berbeda, cobalah untuk mendatangi Tanjung Mangguar. Di sini, terdapat gua dalam air
ain itu, masih ada Pulau Rumberpon yang menawarkan berbagai pengalaman menarik.Di
pulau ini, pengunjung dapat melakukan pengamatan terhadap burung, penangkaran rusa,
wisata bahari, dan juga dapat melihat kerangka pesawat tempur Jepang yang tenggelam saat
Secara administratif, Taman Nasional ini berada di wilayah Kabupaten Manokwari, Propinsi
Lembah Baliem, yang terletak di
Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua,
merupakan salah satu kawasan yang
memiliki daya tarik bagi wisatawan,
baik lokal maupun mancanegara. Satu
hal yang membuat Lembah Baliem
terkenal adalah diselenggarakannya
a Lembah Baliem, atau
yang lebih dikenal dengan nama
Festival Lembah Baliem.
Dalam catatan harian Kompas
(8/8/2007), Festival Lembah Baliem
pertama kali digelar pada tahun 1989. Sebelum adanya festival ini, masyarakat di sekitar
ri dari Suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yali, masih sering melakukan
perang antarsuku. Bagi mereka, selain sudah menjadi tradisi turun temurun, perang juga
memiliki makna yang dalam.Perang bukan sekadar ajang adu kekuatan antarsuku, namun
bang kesuburan dan kesejahteraan. Menurut kepercayaan mereka, jika
tidak dilakukan perang, jangan harap panen dan ternak babi akan berhasil.
Untuk menghindari jatuhnya korban dan dendam yang berlarut, sejak dua puluh tahun silam
arangan atas perang antarsuku.Untuk mewadahi tradisi suku-
857 Kepariwisataan Papua
suku di Papua ini, dibuatlah Festival Lembah Baliem oleh pemerintah, yang menyertakan
pesta perang di dalamnya.Festival Lembah Baliem, berlangsung sekitar tiga hari dan
diselenggarakan pada bulan Ag
tersebut adalah untuk memperingati hari raya kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada perkembangannya, tidak hanya ketiga suku penghuni Lembah Baliem saja yang
mengikuti Festival Lembah Baliem, namu
Jayawijaya dan sekitarnya.Kompas (8/8/2007) menyebutkan bahwa pada tahun 2007
terdapat sekitar 40 suku yang mengikuti festival ini.Masing
pakaian tradisional, lengkap dengan luk
senjata perang seperti tombak, parang, panah, dan juga pernak pernik perang lainnya.
b. Pesta Bakar Batu
Taman Nasional Lorentz, semuanya menyimpan pesona yang tidak akan cukup
diterjemahkan lewat kata
Selain wilayah dan obyek wisata yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi tempat di
Papua yang memiliki keindahan alam yang masih alami, tempat itu adalah Lembah
Baliem.Terletak di ketinggian 1.600 dpl, dibingkai hutan belantara dan aliran sungai, serta
belum terjamah sentuhan teknologi, menjadikan kawasan ini sebagai tempat yang
menyimpan sejuta kisah dan peristiwa.Di tempat ini, suku
makna hidup keseharian mereka.Suku
yang pria mengenakan koteka dan wanita berpakaian noken serta bertaskan moge.Di balik
itu semua, suku-suku pedalaman ini menyimpan kekayaan tradisi dan budaya yang khas dan
unik.
Seperti suku-suku lainnya di Indonesia, suku
bersyukur yang unik dan khas.Salah satunya adalah Pesta Bakar Batu.Pesta Bakar Batu
merupakan sebuah ritual tradisional Papua yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur
atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai
upacara kematian.Selain itu, upacara ini juga dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah
terjadi perang antar
Sesuai dengan namanya, dalam memasak dan mengolah makanan untuk pesta tersebut,
suku-suku di Papua menggunakan metode bakar batu.Tiap daerah dan
Lembah Baliem memiliki istilah sendiri untuk merujuk kata bakar batu. Masyarakat Paniai
menyebutnya dengan ‘gapii‘ atau ‘mogo gapii‘, masyarakat Wamena menyebutnya ‘kit oba
isago‘, sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan ‘barapen‘. Na
barapen menjadi istilah yang paling umum digunakan.
Pesta Bakar Batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan
terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Makna lain dari
pesta ini adalah sebagai ungkapan saling memaafkan antar
3. Wisata Kuliner
Kepariwisataan Papua
suku di Papua ini, dibuatlah Festival Lembah Baliem oleh pemerintah, yang menyertakan
pesta perang di dalamnya.Festival Lembah Baliem, berlangsung sekitar tiga hari dan
diselenggarakan pada bulan Agustus.Salah satu alasan pesta ini diselenggarakan pada bulan
tersebut adalah untuk memperingati hari raya kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada perkembangannya, tidak hanya ketiga suku penghuni Lembah Baliem saja yang
mengikuti Festival Lembah Baliem, namun juga suku-suku lainnya yang tinggal di Kabupaten
Jayawijaya dan sekitarnya.Kompas (8/8/2007) menyebutkan bahwa pada tahun 2007
terdapat sekitar 40 suku yang mengikuti festival ini.Masing-masing suku ini menggunakan
pakaian tradisional, lengkap dengan lukisan di wajah.Di samping itu, mereka juga membawa
senjata perang seperti tombak, parang, panah, dan juga pernak pernik perang lainnya.
Membicarakan tentang Papua rasanya tak
pernah ada habisnya. Pulau cantik nan eksotis
yang terletak di ujung Timur Indonesia ini
memang memiliki pesona alam yang luar
biasa. Sebagai contoh, sebut saja pesona
wisata bawah laut Perairan Raja Ampat.
Kawasan ini memiliki lebih dari 1,070 jenis
spesies ikan, 600 jenis spesies terumbu
karang, dan 699 jenis molus
menjadikan kawasan ini sebagai surga bawah
laut bagi para penyelam. Tak hanya itu, Danau
Sentani, Danau Paniai, Puncak Jayawijaya,
Taman Nasional Lorentz, semuanya menyimpan pesona yang tidak akan cukup
diterjemahkan lewat kata-kata.
in wilayah dan obyek wisata yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi tempat di
Papua yang memiliki keindahan alam yang masih alami, tempat itu adalah Lembah
Baliem.Terletak di ketinggian 1.600 dpl, dibingkai hutan belantara dan aliran sungai, serta
lum terjamah sentuhan teknologi, menjadikan kawasan ini sebagai tempat yang
menyimpan sejuta kisah dan peristiwa.Di tempat ini, suku-suku pedalaman Papua merajut
makna hidup keseharian mereka.Suku-suku pedalaman itu masih tinggal di rumah honai,
mengenakan koteka dan wanita berpakaian noken serta bertaskan moge.Di balik
suku pedalaman ini menyimpan kekayaan tradisi dan budaya yang khas dan
suku lainnya di Indonesia, suku-suku pedalaman ini juga mempunyai tradisi
bersyukur yang unik dan khas.Salah satunya adalah Pesta Bakar Batu.Pesta Bakar Batu
merupakan sebuah ritual tradisional Papua yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur
atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai
ra kematian.Selain itu, upacara ini juga dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah
terjadi perang antar-suku.
Sesuai dengan namanya, dalam memasak dan mengolah makanan untuk pesta tersebut,
suku di Papua menggunakan metode bakar batu.Tiap daerah dan
Lembah Baliem memiliki istilah sendiri untuk merujuk kata bakar batu. Masyarakat Paniai
menyebutnya dengan ‘gapii‘ atau ‘mogo gapii‘, masyarakat Wamena menyebutnya ‘kit oba
isago‘, sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan ‘barapen‘. Na
barapen menjadi istilah yang paling umum digunakan.
Pesta Bakar Batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan
terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Makna lain dari
ah sebagai ungkapan saling memaafkan antar-warga.
suku di Papua ini, dibuatlah Festival Lembah Baliem oleh pemerintah, yang menyertakan
pesta perang di dalamnya.Festival Lembah Baliem, berlangsung sekitar tiga hari dan
ustus.Salah satu alasan pesta ini diselenggarakan pada bulan
tersebut adalah untuk memperingati hari raya kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada perkembangannya, tidak hanya ketiga suku penghuni Lembah Baliem saja yang
suku lainnya yang tinggal di Kabupaten
Jayawijaya dan sekitarnya.Kompas (8/8/2007) menyebutkan bahwa pada tahun 2007
masing suku ini menggunakan
isan di wajah.Di samping itu, mereka juga membawa
senjata perang seperti tombak, parang, panah, dan juga pernak pernik perang lainnya.
Membicarakan tentang Papua rasanya tak
pernah ada habisnya. Pulau cantik nan eksotis
ujung Timur Indonesia ini
memang memiliki pesona alam yang luar
biasa. Sebagai contoh, sebut saja pesona
wisata bawah laut Perairan Raja Ampat.
Kawasan ini memiliki lebih dari 1,070 jenis
spesies ikan, 600 jenis spesies terumbu
karang, dan 699 jenis moluska. Hal tersebut
menjadikan kawasan ini sebagai surga bawah
laut bagi para penyelam. Tak hanya itu, Danau
Sentani, Danau Paniai, Puncak Jayawijaya,
Taman Nasional Lorentz, semuanya menyimpan pesona yang tidak akan cukup
in wilayah dan obyek wisata yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi tempat di
Papua yang memiliki keindahan alam yang masih alami, tempat itu adalah Lembah
Baliem.Terletak di ketinggian 1.600 dpl, dibingkai hutan belantara dan aliran sungai, serta
lum terjamah sentuhan teknologi, menjadikan kawasan ini sebagai tempat yang
suku pedalaman Papua merajut
suku pedalaman itu masih tinggal di rumah honai,
mengenakan koteka dan wanita berpakaian noken serta bertaskan moge.Di balik
suku pedalaman ini menyimpan kekayaan tradisi dan budaya yang khas dan
suku pedalaman ini juga mempunyai tradisi
bersyukur yang unik dan khas.Salah satunya adalah Pesta Bakar Batu.Pesta Bakar Batu
merupakan sebuah ritual tradisional Papua yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur
atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai
ra kematian.Selain itu, upacara ini juga dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah
Sesuai dengan namanya, dalam memasak dan mengolah makanan untuk pesta tersebut,
suku di Papua menggunakan metode bakar batu.Tiap daerah dan suku di kawasan
Lembah Baliem memiliki istilah sendiri untuk merujuk kata bakar batu. Masyarakat Paniai
menyebutnya dengan ‘gapii‘ atau ‘mogo gapii‘, masyarakat Wamena menyebutnya ‘kit oba
isago‘, sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan ‘barapen‘. Namun tampaknya
Pesta Bakar Batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan
terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Makna lain dari
858 Kepariwisataan Papua
a. Udang Selingkuh
Kota Wamena merupakan salah satu
kota tujuan wisata favorit turis
domestik dan mancanegara di
Provinsi Papua. Pasalnya, kota yang
berada di kawasan Lembah Baliem ini
kesohor dengan panorama alamnya
yang cantik dan keunikan budaya
masyarakatnya. Sehingga, memantik
minat para wisatawan, dan bahkan
para ilmuan, untuk berkunjung ke
sana. Selain populer karena memiliki
pesona alam dan budaya yang unik
itu, kota yang diapit pegunungan
Jayawijaya tersebut juga
menawarkan aneka kuliner yang siap menggugah selera para turis. Salah satu kuliner andalan
kota yang berhawa sejuk ini adalah udang selingkuh (cherax albertisii).
Ya, udang selingkuh namanya.Nama unik ini dikaitkan dengan keberadaan capit/jepit besar
yang terdapat pada udang tersebut.Tekstur tubuhnya persis sebagaimana udang pada
umumnya.Bedanya, udang jenis ini memiliki capit seperti capit kepiting. Bila dilihat dari arah
belakang, ia memang mirip udang, apalagi setelah kelihatan kepalanya. Namun, bila dilihat
dari arah depan, biota air tawar yang bungkuk ini seperti kepiting karena mempunyai kaki
depan yang panjang dan besar layaknya kepiting.
Konon, sebelum tahun 1987, udang selingkuh merupakan sumber protein hewani utama
masyarakat yang tinggal di Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya. Pada saat itu, Sungai
Baliem, yang letaknya berdekatan dengan Kota Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya,
menyimpan aneka jenis udang, yang dalam bahasa setempat disebut udi. Sebagaimana yang
dilansir, udang dede (bintik kuning dan putih), mugido (hijau gelap), kogiya (putih besar),
pamo (kecil hijau daun), petokebo (kecil putih), obawa (hijau kemerahan), dan pitimogo
(hijau kekuningan) adalah di antara sekian banyak jenis udang yang terdapat di Sungai
Baliem. Selain di Sungai Baliem yang populer dengan liku-likunya yang bagai ular itu, udang
selingkuh juga banyak dijumpai di tiga danau cantik di Kabupaten Paniai, yaitu Danau Paniai,
Danau Tigi, dan Danau Tage yang pertama kali ditemukan oleh seorang pilot berkebangsaan
Belanda bernama Wissel ketika terbang melintasi pegunungan tengah Pulau Irian pada tahun
1938.
4. Wisat Minat Khusus
859 Kepariwisataan Papua
a. Desa Wisata Tablanusu
Alami, asri, dan eksotik.Begitulah kira-kira
kesan wisatawan ketika berada di Desa
Wisata Tablanusu.Bahkan, kesan tersebut
telah dapat dicerap para wisatawan tatkala
menempuh perjalanan dari Dermaga
Depapre menggunakan perahu bermesin
tempel menuju Dermaga Tablanusu, satu-
satunya pintu masuk ke desa tersebut.
Sebab, di sepanjang perjalanan, wisatawan
akan berdecak kagum melihat hijau
dedaunan dari aneka pepohonan, bening air
laut, serta barisan perbukitan dan
pegunungan. Udaranya yang bersih dan sejuk melengkapi kepuasan wisatawan berekreasi ke
desa nelayan tersebut.
Suasana eksotis dan nuansa mistis langsung menyergap wisatawan, begitu menginjakan kaki
di desa wisata tersebut.Sebab, berbeda dengan desa nelayan pada umumnya yang akrab
dengan hamparan pasir, sebagian besar wilayah Desa Wisata Tablanusu justru diselimuti
batu koral hitam.Di desa tiga hektar ini, ke arah mana saja pandangan dilayangkan, hanya
hamparan batu alam mengkilap yang terlihat. Begitu juga, ke mana pun kaki dilangkahkan,
suara batu koral yang terinjak senantiasa terdengar. Disebabkan gesekan batu yang terinjak
menyerupai isak tangis, desa nelayan ini pun kemudian dijuluki dengan nama Desa Batu
Menangis. Konon, batu koral hitam yang menyelimuti Desa Tablanusu telah ada sedari nenek
moyang mereka memutuskan pindah ke wilayah tersebut.Batu-batu koral itu juga dapat
digunakan sebagai tempat pijat refleksi alami telapak kaki.
Selain itu, keistimewaan lain Desa Tablanusu yang dihuni sekitar 500 kepala keluarga (KK) ini
terletak pada kerapian administratif desanya.Meskipun hanya desa kecil dan berada jauh di
pelosok, desa ini sudah tertata secara baik.Misalnya, di desa adat ini sudah ada RT dan
RW.Dan, bahkan setiap gang yang terdapat di desa tersebut sudah ada namanya. Daya tarik
lain, meski terbilang desa kecil, masyarakat yang menghuni desa ini secara adat terbagi ke
dalam sepuluh suku, yaitu Suku Sumile, Danya, Suwae, Apaserai, Serantow, Wambena,
Semisu, Selli, Yufuwai, dan Yakurimlen.
Sambutan masyarakat yang hangat dan bersahabat dengan orang asing, kian mengukuhkan
betapa spesialnya bertamasya ke Desa Wisata Tablanusu.Mengakrabkan diri dengan
masyarakat desa ini terbilang mudah dan murah. Hanya dengan modal buah pinang (areca
catechu/betel palm), wisatawan sudah dapat meleburkan diri dengan masyarakat setempat.
Sebagaimana masyarakat Papua pada umumnya, masyarakat Tablanusu pun terkenal suka
mengkonsumsi pinang.
Kecuali keunikan-keunikan di atas, keistimewaan Desa Tablanusu adalah tersedianya
berbagai jenis objek wisata dalam satu tempat. Hal ini tentunya memberi ruang kepada para
wisatawan untuk memilih jenis rekreasi yang sesuai dengan keinginannya di desa yang
memiliki luas sekitar 230,5 hektar tersebut. Bagi peminat wisata sejarah, misalnya, dapat
melihat sisa-sisa peninggalan tentara sekutu pada Perang Dunia II. Apalagi, menurut
sejarahnya, desa nan permai ini pernah menjadi salah satu basis tentara sekutu di kawasan
timur Indonesia. Landasan meriam dan dermaga bekas pendaratan tentara sekutu adalah di
antara sisa-sisa Perang Dunia II yang masih dapat dijumpai di sini.Objek wisata sejarah
lainnya adalah sebuah makam di dekat gereja dan sebuah monumen salib.Makam tersebut
diyakini sebagai makam salah seorang tokoh masyarakat setempat dan sekaligus salah
seorang pendiri gereja.Sedangkan prasasti salib didirikan untuk mengenang masuknya agama
Kristen ke Desa Tablanusu di awal tahun 1900-an.
860 Kepariwisataan Papua
Sementara itu, bagi penyuka wisata alam, dapat mendatangi hutan desa bersama
masyarakat setempat atau menikmati pesona Danau Dukumbo yang masih alami.Di dalam
hutan, wisatawan dapat melihat berbagai jenis tumbuhan dan mendengarkan aneka kicauan
burung.Sedangkan di danau alamnya terdapat banyak ikan, terutama ikan bandeng (chanos
chanos), ikan mujair (oreochromis mossambicus), dan ikan mas (cyprinus carpio).Bagi
wisatawan yang ingin melihat bunga anggrek, dianjurkan untuk mengunjungi dua buah pulau
yang letaknya tidak terlalu jauh dari desa wisata tersebut.Hanya dengan berperahu beberapa
menit saja, wisatawan sudah dapat melihat secara langsung bunga anggrek endemik Papua
itu.Pada sore hari, dua pulau tersebut juga menjadi tempat persinggahan aneka jenis
burung.Burung-burung itu hinggap berjejer di ranting pepohonan dan membentuk sebuah
pemandangan yang indah menjelang matahari terbenam.
Sedangkan wisatawan yang ingin mencoba suasana lain, dapat mengunjungi daerah perairan.
Panorama pantai nan rancak, laut bening dan tenang, serta angin laut yang bertiup sepoi-
sepoi adalah di antara daya tarik daerah perairan ini. Selain memancing, air lautnya yang
bening juga dapat mengakomodir wisatawan yang ingin berenang atau menyelam. Ketika
menyelam, wisatawan akan terpukau melihat kekayaan bawah lautnya, seperti terumbu
karang yang masih terjaga kelestariannya dan aneka jenis ikan yang berenang secara
bergerombolan. Bila beruntung, di sini wisatawan dapat melihat ikan hiu.Selain itu, bagi
wisatawan yang berhasrat mencari ikan bersama nelayan di daerah ini, datanglah ke Pantai
Tablanusu pada malam hari.Sebagaimana nelayan pada umumnya, nelayan di sini juga pergi
melaut pada malam hari, terutama pada saat langit gelap.Sebab, pada waktu itulah ikan lebih
mudah ditangkap. Selain mengandalkan kail dan tombak, nelayan di kawasan ini kerap pula
mencari ikan dengan cara menyelam hingga ke dasar laut ditemani cahaya senter.
Atraksi Kesenian Masyarakat Tablanusu
Sumber foto: http://kerabatciwa.blogspot.com
Bila sedang beruntung, wisatawan dapat menyaksikan secara langsung perhelatan dan
upacara khas masyarakat Desa Wisata Tablanusu.Misalnya, peringatan hari masuknya Injil ke
desa tersebut yang diperingati saban tahun. Pada saat itu, masyarakat setempat akan
berpawai mengelilingi desa yang diakhiri dengan menggelar Misa di gereja kecil mereka.
Selain itu, beberapa lokasi di perairan, terutama yang banyak terdapat terumbu karangnya,
diruwat setahun atau setiap dua tahun sekali.Untuk memperoleh berkah laut dan sekaligus
untuk melestarikan laut, masyarakat yang mendiami pantai utara Kabupaten Jayapura ini
menggelar dua ritual, yaitu ritual Sasi dan ritual Tiyatiki.Ritual Sasi adalah menancapkan
dahan pohon kayu besi pantai (suang teko) di tempat-tempat yang banyak ikannya, terutama
di kawasan terumbu karang yang merupakan sarang ikan.Sedangkan ritual Tiyatiki bertujuan
melarang menangkap ikan selama beberapa waktu yang telah disepakati.
Secara administratif, Desa Wisata Tablanusu masuk dalam wilayah Kecamatan Depapre,
Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Indonesia.
861 Kepariwisataan Papua
5. Wisat Belanja
a. Pasar Jibama
Pernahkah Anda berpikir tentang
keindahan di balik keriuhan sebuah
pasar?Pasar malam, pasar barang bekas,
pasar daging, pasar burung, pasar
batuan hingga pasar kain, semuanya
memiliki keistimewaan dan keindahan
masing-masing.Pasar tidak hanya
merupakan pusat transaksi jual beli,
melainkan juga pusat pertemuan dan
pertukaran berbagai budaya masyarakat
yang ada.Di lorong-lorong lembab
maupun kios-kios kumuh bisa tercipta
percakapan dengan tema yang sangat
beragam, mulai dari harga kebutuhan
pokok, kehidupan sehari-hari, budaya, hingga perbincangan tentang isu-isu politik terbaru.
Berkunjung ke pasar lokal saat berlibur ke suatu tempat bisa menjadi pengalaman yang
sangat berkesan.Hal ini dikarenakan setiap pasar memiliki karakter yang berbeda tergantung
dengan daerah di mana pasar itu berada.Kondisi Pasar Ngasem Yogyakarta dan Pasar
Karimata Semarang tentu berbeda, walaupun keduanya sama-sama merupakan pasar
burung.Itulah halnya yang terjadi di Pasar Jibama.
Pasar Jibama adalah pasar terbesar yang ada di Kota Wamena, ibukota Kabupaten
Jayawijaya, Provinsi Papua.Pasar ini merupakan pasar rakyat yang mempertemukan penjual
dan pembeli di sekitar Lembah Baliem.Di pasar ini penduduk asli Wamena menjajakan hasil
bumi seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan tembakau. Mereka juga menjajakan berbagai
kerajian seperti koteka, noken (tas wanita Papua yang disangkutkan di kepala), dan
yeraanggen (perhiasan dari taring babi).
Kerajinan Khas Papua
Sumber Foto: http://ojifaroz.multiply.com
Para pelaku kegiatan di pasar ini hampir semuanya penduduk lokal Lembah Baliem, yaitu
suku-suku asli dari pedalaman Papua. Sangat jarang ditemui ada “pendatang” yang turut
dalam proses jual beli. Jikalau ada, jumlahnya dapat dihitung dengan jari.Hal ini dikarenakan
penduduk lokal agak menutup diri dan sedikit merasa tidak aman dengan adanya
pendatang.Pendatang yang mengunjungi tempat ini biasanya tidak pernah datang sendiri,
melainkan bersama warga lokal maupun kerabat yang telah lama tinggal di Wamena.
Recommended