View
217
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Kajian pustaka merupakan pengungkapan teori atau hasil penelitian yang
relevan dengan masalah yang diteliti. Kajian pustaka dapat berupa ringkasan atau
rangkuman teori yang ditemukan dari berbagai sumber bacaan (literatur) yang ada
kaitannya dengan tema permasalahan yang diteliti. Tujuan utama kajian pustaka
adalah untuk menunjukkan bagaimana masalah yang diangkat dalam penelitian
dapat dikaitkan dengan teori yang ada. Teori yang digunakan dapat dijadikan
acuan dalam kegiatan penelitian untuk mempermudah dalam menghubungkan
penemuaan yang ada di lapangan dengan teorinya.
1. Kajian tentang Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap
pertentangan bunga bank dengan riba. Bank syariah lahir di Indonesia
pada tahun 90-an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan. Adanya tuntutan perkembangan, maka Undang-
Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 kemudian direvisi menjadi Undang-
Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998. Di dalam undang-undang tersebut
diatur dengan rinci tentang landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang
dapat dioperasikan dan dimplementasikan oleh bank syariah. Undang-
undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional
untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara
total menjadi bank syariah.
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
pengertian bank adalah, “Badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dalam Undang-Undang
No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa bank umum
adalah, “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa bank umum di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional (bank
konvensional) dan bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah (bank syariah). Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998
tentang perbankan, prinsip syariah diartikan sebagai berikut:
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan ber-dasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan ber-dasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan ke-pemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi un-
tuk memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas ke-
giatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah
(Ascarya, 2011). Bank Islam/bank syariah atau biasa disebut dengan Bank
Tanpa Bunga adalah lembaga keuangan/perbankan yang kegiatan operasi-
onal dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al Qur’an dan Ha-
dist Nabi SAW. Muhamad (2004) berpendapat bahwa, “Bank syariah ada-
lah bank yang kegiatan operasinya tidak mengandalkan pada bunga” (hlm.
1). Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya meng-
himpun dana dari masyarakat, memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lain-
nya dalam lalu lintas pembayaran yang disesuaikan dengan prinsip syariah
islam. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islam adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
bank yang dalam kegiatan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan sya-
riah islam.
Antonio dan Perwataatmadja (1997) membedakan antara Bank
Islam/bank syariah dan bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam
(Muhammad, 2005:1). Bank Islam/bank syariah adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam atau bank yang tata
cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al Qur’an dan Al
Hadist. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah islam
adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara
islam. Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, pengertian bank syariah adalah, “Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”.
Bank Umum Syariah merupakan bank yang kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa lalu lintas pembayaran.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
bank syariah adalah bank yang beroperasi/melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dan tata cara muamalat yang berlaku dalam
Islam, yaitu berlandaskan pada Al Qur’an dan Al Hadist. Kegiatan usaha
yang dilakukan bank syariah yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan, serta memberikan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Adanya bank syariah diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui
pembiayaan-pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah.
b. Akad Bank Syariah
Di dalam ilmu fiqih, akad adalah sesuatu yang menjadi tekad
seseorang untuk melaksanakan perjanjian, baik yang muncul dari satu
pihak, seperti wakaf, talak, dan sumpah, maupun yang muncul dari dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pihak, seperti jual beli, sewa, wakalah, dan gadai. Akad adalah perjanjian
atau kesepakatan dalam melakukan transaksi dengan berdasarkan prinsip
syariah (Ascarya, 2011). Menurut Ascarya (2011), jenis-jenis akad yang
diterapkan oleh bank syariah dapat dibagi menjadi enam pola, yaitu:
1) Pola titipan (wadi’ah)
Pola titipan (wadi’ah) adalah titipan yang dilakukan oleh pihak penitip
yang mempunyai barang/aset kepada pihak penyimpan yang diberi
amanah/kepercayaan untuk menjaganya, baik individu maupun badan
hukum. Barang yang dititipkan harus dijaga dari kerusakan, kerugian,
keamanan, dan keutuhannya, dan dikembalikan kapan saja penyimpan
menghendaki. Pola titipan ini meliputi:
(a) Wadi’ah yad amanah
Wadi’ah yad amanah yaitu pihak penyimpan tidak diharuskan
bertanggung jawab jika sewaktu-waktu barang/aset yang dititipkan
hilang/rusak selama bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan
yang bersangkutan/yang memelihara barang titipan tersebut.
(b) Wadi’ah yad dhamanah
Wadi’ah yad dhamanah yaitu pihak penyimpan telah mendapatkan
izin dari pihak penitip untuk menggunakan barang/aset dititipkan
untuk aktivitas perekonomian, dengan catatan pihak penyimpan
akan mengembalikan barang/aset yang dititipkan secara utuh.
2) Pola pinjaman (qardh)
Pola pinjaman (qardh) adalah pinjaman kebajikan tanpa imbalan,
biasanya untuk pembelian barang-barang fungible (barang yang dapat
diperkirakan dan dapat diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya).
Pola pinjaman ini meliputi qardh dan qardhul hasan. Qardh digunakan
untuk menyediakan talangan kepada nasabah dan untuk menyumbang
sektor usaha kecil/mikro atau membantu sektor sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Pola bagi hasil (syirkah)
Pola bagi hasil (syirkah) adalah kerjasama dalam memulai mendirikan
usaha dengan keuntungan atau kerugian ditanggung bersama baik oleh
pemilik dana maupun pengusaha. Pola bagi hasil ini meliputi:
(a) Musyarakah
Musyarakah yaitu akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha
serta pemilik dana bekerja sama sebagai mitra usaha, membiayai
investasi usaha baru atau yang sudah berjalan.
(b) Mudharabah
Mudharabah yaitu akad bagi hasil yang terjadi ketika pemilik dana
menyediakan modal 100% kepada pengusaha sebagai pengelola
untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat keuntungan
yang dihasilkan nantinya akan dibagi menurut kesepakatan yang
telah ditentukan sebelumnya.
4) Pola jual beli
Pola jual beli adalah tukar menukar harta atas dasar saling rela atau
memindahkan kepemilikan dengan imbalan yang telah ditentukan.
Pola jual beli ini meliputi:
(a) Murabahah
Murabahah yaitu bentuk jual beli ketika penjual menyatakan biaya
perolehan barang (harga barang dan biaya lain yang bersangkutan)
kepada pembeli untuk memperoleh barang tersebut dengan tingkat
margin yang disepakati.
(b) Salam
Salam yaitu bentuk jual beli dengan pembayaran uang dimuka dan
penyerahan barangnya di kemudian hari dengan harga, spesifikasi,
jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta
disepakati sebelumnya dalam perjanjian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(c) Istishna
Istishna yaitu bentuk jual beli dengan pemesanan ke perusahaan
untuk memproduksi suatu barang atau komoditas tertentu untuk
pembeli/pemesan.
5) Pola sewa (ijarah)
Pola sewa (ijarah) adalah akad yang dilakukan atas dasar imbalan jasa.
Pola sewa ini meliputi:
(a) Ijarah
Ijarah yaitu transaksi sewa-menyewa barang/aset tanpa pengalihan
kepemilikan pada akhir periode.
(b) Ijarah wa iqtina/ijarah muntahiya bittamlik (IMBT)
Ijarah wa iqtina/ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) yaitu transaksi
sewa dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek
sewa pada akhir periode sehingga terjadi alih kepemilikan objek
sewa.
6) Pola lainnya, seperti:
(a) Wakalah (perwakilan)
Wakalah (perwakilan) yaitu pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
kepada pihak lain.
(b) Kafalah
Kafalah yaitu pengalihan tanggung jawab seseorang kepada orang
lain.
(c) Hawalah (transfer service)
Hawalah (transfer service) yaitu pengalihan utang maupun piutang
dari orang yang berhutang/berpiutang kepada orang lain dan orang
tersebut wajib menanggungnya/menerimanya.
(d) Ujr
Ujr yaitu imbalan yang diberikan atau yang diminta atas pekerjaan
yang dilakukan.
(e) Sharf
Sharf yaitu jual beli valuta dengan valuta asing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(f) Rahn
Rahn yaitu pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak
lain (bank) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
c. Produk dan Jasa Bank Syariah
Pertumbuhan bank syariah sangat dipengaruhi oleh kemampuan
bank dalam mengelola kegiatan operasional produk perbankannya. Bank
syariah menawarkan berbagai macam produk sesuai dengan syariah Islam.
Menurut Karim (2013: 97), produk yang ditawarkan perbankan syariah
dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu:
1) Produk penyaluran dana (financing) 2) Prduk penghimpunan dana (funding) 3) Produk jasa (service)
Penjelasan dari masing-masing produk yang ditawarkan oleh perbankan
syariah adalah sebagai berikut:
1) Produk penyaluran dana (financing)
Dalam penyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah dibagi menjadi empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
(a) Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki
barang. Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk
pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yaitu:
1. Pembiayaan murabahah
Pembiayaan murabahah merupakan transaksi jual beli dengan
harga jual yang diperoleh dari harga beli pemasok ditambah
keuntungan (margin) yang telah disepakati kedua belah pihak.
2. Pembiayaan salam
Pembiayaan salam adalah transaksi jual beli dengan barang
yang diperjualbelikan belum ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3. Pembiayaan istishna’
Pembiayaan istishna’ merupakan transaksi jual beli barang
yang pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam waktu
beberapa kali (termin) pembayaran.
(b) Pembiayaan dengan prinsip sewa
Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah) merupakan transaksi jual
beli dengan objek berupa jasa.
(c) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil
adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan musyarakah
Pembiayaan musyarakah merupakan transaksi yang dilandasi
adanya keinginan para pihak untuk bekerja sama dalam rangka
meningkatkan nilai aset.
2. Pembiayaan mudharabah
Pembiayaan mudharabah merupakan bentuk kerja sama antara
dua orang atau lebih dengan cara pemilik modal (bank)
mempercayakan modalnya kepada pengelola dengan perjanjian
pembagian keuntungan.
(d) Pembiayaan dengan akad pelengkap
Akad pelengkap tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun
ditujukan untuk mempermudah dalam melaksanakan pembiayaan.
Meskipun demikian, bank dibolehkan untuk meminta pengganti
biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini.
Besarnya pengganti biaya ini sekadar untuk menutupi biaya yang
benar-benar timbul. Akad pelengkap ini adalah akad tabarru’ yang
meliputi:
1. Hiwalah (alih utang-piutang)
Hiwalah (alih utang-piutang) yaitu untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Rahn (gadai)
Rahn (gadai) yaitu untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
3. Qardh
Qardh yaitu untuk meminjamkan sejumlah uang.
4. Wakalah (perwakilan)
Wakalah (perwakilan) yaitu nasabah memberikan kuasa kepada
bank untuk mewakili dirinya dalam melakukan pekerjaan jasa
tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.
5. Kafalah (garansi bank)
Kafalah (garansi bank) yaitu untuk menjamin pembayaran atas
suatu kewajiban pembayaran.
2) Produk penghimpunan dana (funding)
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan,
dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan bank syariah
dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan
mudharabah.
(a) Prinsip wadi’ah
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah
berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, harta
titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh orang yang dititipi sedangkan
wadi’ah dhamanah yaitu pihak yang dititipi (bank) bertanggung
jawab atas seluruh keutuhan harta titipan sehingga bank boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut.
(b) Prinsip mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah/bagi hasil, penyimpan
atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan
sebagai mudharib (pengelola). Prinsip mudharabah ini umumnya
diaplikasikan pada produk tabungan berjangka, deposito berjangka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Berdasarkan kewenangan yang diberikaan oleh pihak penyimpan
dana, prinsip mudharabah dibagi menjadi dua yaitu:
1. Mudharabah mutlaqah (URIA/Unrestricted Invesment Account)
Pada prinsip ini, tidak ada pembatasan bagi bank dalam
menggunakan dana yang dihimpun. Bank memiliki kebebasan
penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis manapun
yang diperkirakan menguntungkan. Penerapan mudharabah
mutlaqah ini dikembangkan produk tabungan dan deposito,
sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah.
2. Mudharabah muqayyadah (RIA)
Mudharabah RIA ini ada dua jenis, yaitu:
a) Mudharabah RIA on balance sheet
Mudharabah RIA on balance sheet merupakan simpanan
khusus (restricted investment) dengan ketentuan pemilik
dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
dipatuhi oleh bank.
b) Mudharabah RIA of balance sheet
Mudharabah RIA of balance sheet merupakan penyaluran
dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya.
Bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan
antara pemilik dana dengan pelaksana usaha.
(c) Akad pelengkap
Akad pelengkap tidak ditujukan untuk mencari keuntungan namun
ditujukan untuk mempermudah dalam melaksanakan pembiayaan.
Meskipun demikian, bank dibolehkan untuk meminta pengganti
biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini.
Besarnya pengganti biaya ini sekadar untuk menutupi biaya yang
benar-benar timbul. Salah satu akad penghimpunan dana adalah
akad wakalah. Wakalah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa
tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.
3) Produk jasa (service)
Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan
kepada nasabah dengan mendapat suatu imbalan berupa sewa atau
keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain sharf (jual beli valuta
asing) dan ijarah (sewa).
Menurut Ascarya (2011), produk-produk yang ditawarkan bank
syariah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Produk pendanaan
Produk-produk pendanaan bank syariah ditujukan untuk mobilisasi dan
investasi tabungan guna pembangunan perekonomian dengan cara
yang adil. Produk pendanaan dibagi menjadi empat jenis yang berbeda,
yaitu:
(a) Pendanaan dengan prinsip wadiah
1. Giro wadiah
Giro wadiah adalah produk pendanaan berupa simpanan dari
nasabah dalam bentuk rekening giro (current account) untuk
keamanan dan kemudahan pemakaiannya. Fasilitas giro wadiah
yang disediakan bank untuk nasabah antara lain buku cek,
bilyet giro, kartu ATM, kliring, wesel bank, dan lainnya.
2. Tabungan wadiah
Tabungan wadiah adalah produk pendanaan berupa simpanan
dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan (saving account)
untuk keamanan dan kemudahahnnya.
(b) Pendanaan dengan prinsip qardh
Pendanaan dengan prinsip qardh dapat berupa simpanan giro dan
tabungan. Qardh merupakan pinjaman kebajikan. Bank dianggap
sebagai penerima pinjaman tanpa bunga dari nasabah deposan yang
bertindak sebagai pemilik modal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(c) Pendanaan dengan prinsip mudharabah
1. Tabungan mudharabah
Tabungan mudharabah adalah prinsip bagi hasil maupun bagi
kerugian ketika nasabah sebagai pemilik modal menyerahkan
uangnya kepada bank sebagai pengusaha untuk diusahakan.
2. Deposito/investasi umum (investasi tidak terkait)
Deposito/investasi umum (investasi tidak terkait) yaitu bank
syariah menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka
ke dalam rekening investasi umum dengan prinsip mudharabah
al-muthlaqah.
3. Deposito/investasi khusus (terikat)
Deposito/investasi khusus (investasi terikat) yaitu bank syariah
menawarkan rekening investasi khusus kepada nasabah yang
ingin menginvestasikan dananya langsung dalam proyek yang
disukainya yang akan dilaksanakan oleh bank dengan prinsip
mudharabah al-muqayyadah.
4. Sukuk al-mudharabah
Sukuk al-mudharabah yaitu penghimpunan dana dengan cara
menerbitkan Sukuk yang merupakan obligasi syariah dengan
prinsip mudharabah.
(d) Pendanaan dengan prinsip ijarah
(1) Sukuk al-ijarah
Sukuk al-ijarah yaitu penghimpunan dana dengan menerbitkan
Sukuk yang merupakan obligasi syariah dengan prinsip ijarah.
2) Produk pembiayaan
Produk-produk pembiayaan bank syariah yang paling utama dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
(a) Pembiayaan modal kerja
1. Bagi hasil
Kebutuhan modal kerja untuk usaha seperti rumah makan,
bengkel, toko kelontong, dan lainnya dapat dipenuhi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pembiayaan berpola bagi hasil dengan akad mudharabah dan
musyarakah.
2. Jual beli
Kebutuhan modal kerja usaha perdagangan untuk membiayai
barang dagangan dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola
jual beli dengan akad murabahah.
(b) Pembiayaan investasi
1. Bagi hasil
Kebutuhan investasi untuk pembuatan pabrik baru, perluasan
pabrik, usaha baru dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola
bagi hasil dengan akad mudharabah atau musyarakah.
2. Jual beli
Kebutuhan investasi untuk pembelian mesin, kendaraan untuk
usaha, dan lainnya dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola
jual beli dengan akad murabahah.
3. Sewa
Kebutuhan aset investasi yang biayanya sangat tinggi dan
memerlukan waktu lama untuk memproduksi barang tersebut
seperti pembiayaan pesawat terbang, kapal atau sejenisnya
dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola sewa dengan akad
ijarah atau ijarah muntahiya bittamlik.
(c) Pembiayaan aneka barang, perumahan, dan properti
1. Bagi hasil
Kebutuhan barang konsumsi, perumahan, atau properti seperti
pembelian mobil, sepeda motor, rumah dan sebagainya dapat
dipenuhi dengan pembiayaan berpola bagi hasil dengan akad
musyarakah mutanaqisah.
2. Jual beli
Kebutuhan barang konsumsi, perumahan, atau properti dapat
dipenuhi dengan pembiayaan berpola jual beli dengan akad
murabahah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3. Sewa
Kebutuhan barang konsumsi, perumahan, atau properti dapat
dipenuhi dengan pembiayaan berpola sewa dengan akad ijarah
muntahiya bittamlik.
3) Produk jasa perbankan
Produk-produk jasa perbankan umumnya menggunakan akad tabarru’
yang dimaksudkan tidak untuk mencari keuntungan, tetapi sebagai
fasilitas pelayanan nasabah dalam melakukan transaksi perbankan.
2. Kajian tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah
a. Sejarah Berdirinya BPR Syariah
Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia merupakan salah satu
bidang perbankan yang mulai menerapkan sistem ekonomi syariah. Dalam
Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 3 dijelaskan
bahwa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan yang
menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito berjangka tabung-
an, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu dan me-
nyalurkan dana sebagai usaha BPR. Menurut Undang-Undang No. 10 Ta-
hun 1998 pasal 1 ayat 4 tentang perbankan, pengertian dari Bank Per-
kreditan Rakyat (BPR) adalah, “bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegi-
atannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”. Dengan
demikian, Bank Perkreditan Rakyat Syariah dapat diartikan sebagai lem-
baga keuangan atau bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pertama kali dikenalkan oleh
Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada akhir tahun 1977, ketika BRI mulai
menjalankan tugasnya sebagai bank pembina lumbung desa, bank pasar,
bank desa, bank pegawai dan bank sejenis lainnya. Pada masa pembinaan
yang dilakukan BRI, seluruh bank tersebut diberi nama Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Status hukum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pertama kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
diakui dalam PAKTO tanggal 27 Oktober 1988, sebagai bagian dari Paket
Kebijakan Keuangan, Moneter, dan Perbankan (Sudarsono, 2013). Pada
hakikatnya, BPR merupakan penjelmaan dari beberapa lembaga keuangan
seperti lumbung desa dan bank desa yang ada khususnya di Pulau Jawa
sejak akhir tahun 1890-an sampai 1967. Sejak dikeluarkannya UU No. 7
tahun 1992 tentang pokok perbankan, status hukumnya diperjelas dengan
izin dari menteri keuangan. Keberadaan BPR diharapkan mampu menjadi
solusi maupun alternatif pengganti terbaik bagi fungsi dan peranan
lembaga lumbung desa dan bank desa dalam melindungi para petani dari
gejolak harga padi dan resiko kegagalan produksi serta ketergantungan
petani terhadap para rentenir.
Perkembangan BPR semakin pesat dengan menggunakan pro-
sedur-prosedur hukum Islam sebagai dasar pelaksanaan serta diberi nama
BPR Syariah. Menurut Sudarsono (2013), BPR Syariah yang pertama kali
berdiri adalah:
1) PT BPR Dana Mardhatila di Kecamatan Margahayu, Kabupaten
Bandung.
2) PT BPR Berkah Amal Sejahtera di Kecamatan Padalarang, Kabupaten
Bandung.
3) PT BPR Amanah Rabbaniah di Kecamanat Banjaran, Kabupaten
Bandung.
Pada tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR Syariah tersebut telah
mendapat ijin prinsip dari Menteri Keuangan RI (Sudarsono, 2013). Pada
tanggal 25 Juli 1991, BPR Dana Mardhatillah, BPR Berkah Amal
Sejahtera, dan BPR Amanah Rabbaniyah tersebut mendapatkan ijin usaha
dari Menteri Keuangan RI. Dalam rangka untuk meningkatkan dan
mengembangkan kegiatan operasionalnya, BPR Syariah didukung oleh
lembaga yang mampu memberikan pelatihan, pendidikan dan tehnical
assistance bagi perkembangan BPR Syariah. Menurut Sudarsono (2013),
ada dua lembaga yang turut serta mengembangan kegiatan operasional
BPR Syariah, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1) ISED (Institute for Syariah Economic Development)
ISED bertugas melaksanakan program pendirian/pemberian bantuan
teknis pendirian BPR Syariah di Indonesia, khususnya di daerah-
daerah berpotensi.
2) YPPBS (Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Bank Syariah)
YPPBS merupakan suatu bentuk kerjasama Bank Muamalat Indonesia
(BMI) dengan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Tugas
YPPBS adalah membantu perkembangan BPR Syariah di Indonesia
dalam pendidikan technical assistance.
b. Tujuan dan Strategi Usaha BPR Syariah
Dalam menjalankan kegiatan operasional, BPR Syariah memiliki
beberapa tujuan yang harus dicapai. Tujuan tersebut tidak hanya mencari
keuntungan semata, melainkan juga mengembangkan dan meningkatkan
kesejahteraan orang banyak. Menurut Sudarsono (2013), tujuan berdirinya
BPR Syariah adalah:
1) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok
masyarakat lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
2) Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga
dapat mengurangi arus urbanisasi.
3) Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang lebih
memadai.
Demi mencapai sebuah tujuan, maka diperlukan adanya strategi
operasional. Menurut Sudarsono (2013), ada beberapa strategi operasional
yang dilakukan BPR Syariah yaitu:
1) BPR syariah tidak bersifat menunggu (pasif) terhadap datangnya
permintaan fasilitas, melainkan bersifat aktif dengan melakukan
penelitian/survei kepada usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu
dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.
2) BPR Syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya
jangka pendek dengan mengutamakan usaha skala kecil menengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) BPR Syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat
kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.
3. Kajian tentang Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana ke masyarakat.
Pada bank yang menggunakan prinsip konvensional maka bentuk dari
penyaluran dananya kepada masyarakat disebut dengan kredit, sedangkan
bank yang menggunakan prinsip syariah, bentuk penyaluran dananya
disebut dengan pembiayaaan. Muhammad (2004) berpendapat bahwa,
“Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncana-
kan, baik dilakukan sendiri atau lembaga (hlm. 17). Pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah diren-
canakan sebelumnya. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan mengungkapkan bahwa:
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan per-setujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Di dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, pengertian pembiayaan adalah sebagai berikut:
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang diper-samakan dengan itu berupa: 1) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; 2) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; 3) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; 4) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; 5) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan atara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan adalah pemberian fasilitas berupa penyediaan dana untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan berdasarkan kesepakatan
antara bank dengan nasabah dan nasabah berkewajiban mengembalikan
uang pada jangka waktu tetentu dengan imbalan atau bagi hasil.
b. Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan
untuk mikro (Muhammad, 2005). Secara makro, tujuan dari pembiayaan
adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan ekonomi umat
Masyarakat dapat meningkatkan taraf ekonominya dengan melakukan
pembiayaan.
2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha
Dalam mengembangkan usahanya, pelaku bisnis pasti membutuhkan
dana tambahan. Dana tambahan tersebut dapat diperoleh dengan cara
melakukan aktivitas pembiayaan.
3) Untuk meningkatkan produktivitasnya
Adanya suatu pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat yang
melakukan usaha untuk mampu meningkatkan daya produksinya atau
usaha produksi sebab produksi tidak akan berjalan tanpa adanya dana.
4) Membuka lapangan kerja baru
Dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan,
maka diharapkan sektor usaha tersebut akan mampu menyerap tenaga
kerja. Hal ini akan menambah atau membuka lapangan kerja baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5) Terjadi distribusi pendapatan
Masyarakat yang mempunyai usaha produktif akan mampu melakukan
aktivitas kerja. Mereka akan memperoleh suatu pendapatan dari hasil
usahanya dan hasil pendapatannya dapat didistribusikan kembali.
Secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:
1) Memaksimalkan laba
Tujuan utama masyarakat membuka usaha yaitu untuk menghasilkan
laba usaha yang maksimal. Dalam menghasilkan laba yang maksimal
diperlukan dana yang cukup bagi usahanya. Dana dapat diperoleh dari
kegiatan pembiayaan.
2) Meminimalkan risiko
Usaha yang dilakukan pengusaha agar mampu menghasilkan laba yang
maksimal yaitu dengan meminimalkan risiko yang mungkin timbul.
Risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan
pembiayaan.
3) Pendayagunaan sumber ekonomi
Sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing
antara sumber daya alam, sumber daya manusia serta sumber daya
modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya telah ada,
namun sumber daya modalnya tidak ada maka akan diperlukan suatu
pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat
meningkatkan sumber daya ekonomi.
4) Penyaluran kelebihan dana
Dalam kehidupan di masyarakat, ada pihak yang memiliki kelebihan
dana dan ada pihak yang kekurangan dana. Adanya mekanisme
pembiayaan dapat menjadi jembatan penyeimbang dan penyaluran
bagi pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana.
Sehubungan dengan aktivitas bank syariah maka pembiayaan
merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah (Muhammad, 2005).
Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan oleh bank syariah adalah untuk
memenuhi kepentingan stakeholder, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1) Pemilik
Para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana
yang ditanamkan pada bank syariah.
2) Pegawai
Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan hidup
dari bank yang dikelolanya.
3) Masyarakat
(a) Pemilik dana
Pemilik dana mengharapkan dana yang diinvestasikannya akan
diperoleh bagi hasil.
(b) Debitur yang bersangkutan
Adanya penyediaan dana bagi debitur, diharapkan dapat membantu
dalam menjalankan suatu usahanya (sektor produktif) atau terbantu
dalam pengadaan barang/aset yang diinginkannya (pembiayaan
konsumtif).
(c) Masyarakat umumnya atau konsumen
Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya dari
pembiayaan yang dilakukan.
4) Pemerintah
Adanya penyediaan pembiayaan, pemerintah merasa terbantu dalam
pembiayaan pembangunan negara. Di samping itu, akan diperoleh
pajak berupa pajak penghasilan atau keuntungan yang diperoleh bank
dan juga perusahaan-perusahaan.
5) Bank
Bank mengharapkan dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya
dari hasil penyaluran pembiayaan yang dilakukan.
c. Fungsi Pembiayaan
Menurut Sinungan (1983) dalam Muhammad mengungkapkan
bahwa pembiayaan secara umum memiliki fungsi (2005: 19). Fungsi dari
pembiayaan antara lain:
1) Meningkatkan daya guna uang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas
usahanya baik dalam hal peningkatan produksi, perdagangan maupun
usaha-usaha rehabilitasi bahkan untuk memulai usaha baru. Melalui
pembiayaan, pengusaha dapat meningkatkan produktivitas secara
menyeluruh sehingga dana yang mengendap di bank (yang diperoleh
dari penyimpan uang) tidaklah diam melainkan terus disalurkan untuk
usaha yang bermanfaat bagi pengusaha maupun bagi masyarakat.
2) Meningkatkan daya guna barang
Melalui pembiayaan dari bank, produsen dapat mengubah bahan
mentah menjadi bahan jadi sehingga nilai kegunaan dari bahan
tersebut meningkat. Adanya bantuan pembiayaan, produsen dapat
memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaanya kurang tepat
ke tempat yang lebih bermanfaat.
3) Meningkatkan peredaran uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran dapat
menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti
cek, bilyet giro, wesel, promes dan sebagainya. Melalui pembiayaan,
peredaran uang kartal maupun uang giral akan lebih berkembang
karena dapat menciptakan kegairahan berusaha sehingga penggunaan
uang akan bertambah baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif.
4) Menimbulkan kegairahan berusaha
Dalam melakukan suatu usaha, pastinya pengusaha membutuhkan
bantuan modal untuk mengembangkan usahanya. Bantuan modal
tersebut dapat diperoleh dari bank dengan melakukan pembiayaan.
Pembiayaan digunakan untuk memperbesar volume/laba usaha dan
produktivitas. Adanya pembiayaan dapat membantu para pengusaha
dalam mengembangkan usahanya. Pengusaha tidak perlu khawatir jika
terjadi kekurangan modal karena dapat diatasi oleh bank dengan
pembiayaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
5) Stabilitas ekonomi
Pembiayaan memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan
pokok, pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi prasarana
dan untuk usaha pembangunan ekonomi.
6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Para pengusaha yang memperoleh pembiayaan akan berusaha untuk
meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit.
Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi ke dalam
struktur permodalan, maka peningkatan pendapatan akan berlangsung
terus-menerus. Apabila rata-rata pengusaha mengalami peningkatan
pendapatan, maka pendapatan negara melalui pajak akan bertambah,
penghasilan devisa bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan
konsumsi akan berkurang, sehingga secara langsung atau tidak,
pendapatan nasional akan bertambah.
d. Jenis-jenis Pembiayaan
Kegiatan bank syariah tidak hanya menghimpun dana (funding)
dari masyarakat melainkan juga menyalurkan dana (financing) kepada
masyarakat. Bank syariah memiliki berbagai macam jenis pembiayaan.
Masing-masing jenis pembiayaan memiliki prinsip yang berbeda. Menurut
Muhammad (2005), jenis-jenis pembiayaan dapat dikelompokkan menurut
beberapa aspek antara lain:
1) Pembiayaan menurut tujuan
Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:
(a) Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan yang dimaksudkan
untuk mendapatkan modal dalam rangka mengembangkan suatu
usahanya.
(b) Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.
2) Pembiayaan menurut jangka waktu
Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
(a) Pembiayaan jangka waktu pendek yaitu pembiayaan yang terjadi
antara jangka waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
(b) Pembiayaan jangka waktu menengah yaitu pembiayaan yang
dilakukan dengan jangka waktu 1 tahun sampai 5 tahun.
(c) Pembiayaan jangka waktu panjang yaitu pembiayaan yang terjadi
dalam waktu lebih dari 5 tahun.
Selain jenis-jenis pembiayaan di atas jenis pembiayaan di bank
syariah dapat diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak
produktif, yaitu:
1) Jenis aktiva produktif pada bank syariah
Bentuk pembiayaan aktiva produktif meliputi:
(a) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
Jenis pembiayaan dengan prinsp ini dibedakan menjadi:
1. Pembiayaan mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam
dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu dengan pembagian keuntungan antara kedua belah
pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2. Pembiayaan musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian antara para pemilik
dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada
suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan di antara
pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya.
(b) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang)
Jenis pembiayaan dengan prinsip ini dibedakan menjadi:
1. Pembiayaan murabahah
Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank
dan nasabah dengan cara bank syariah membeli barang yang
diperlukan nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
yang bersangkutan dengan harga jual sebesar harga perolehan
ditambah margin/keuntungan yang disepakati keduanya.
2. Pembiayaan salam
Pembiayaan salam adalah perjanjian jual beli barang dalam
bentuk pemesanan dengan syarat tertentu dan pembayaran
harganya dilakukan terlebih dulu.
3. Pembiayaan istishna
Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
(c) Pembiayaan dengan prinsip sewa
Jenis pembiayaan ini dibedakan menjadi:
1. Pembiayaan ijarah
Pembiayaan ijarah adalah perjanjian sewa menyewa barang
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
2. Pembiayaan ijarah muntahiya biltamlik/wa iqtina
Pembiayaan ijarah muntahiya biltamlik/wa iqtina adalah
perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan
perpindahan kepemilikian barang dari pihak yang memberikan
sewa kepada pihak penyewa.
(d) Surat berharga syariah
Surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan
prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan/atau
pasar modal antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana
syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.
(e) Penempatan
Penempatan adalah penanaman dana bank syariah pada bank
syariah lainnya dan/atau Bank Perkreditan Syariah antara lain
dalam bentuk giro, dan/atau tabungan wadiah, deposito berjangka
dan/atau tabungan mudharabah, pembiayaan yang diberikan,
Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (Sertifikat IMA)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dan/atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasrkan prinsip
syariah.
(f) Penyertaan modal
Penyertaan modal adalah penanaman dana bank syariah dalam
bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan
syariah, termasuk penanaman dana dalam bentuk surat utang
konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options)
atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang
berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah.
(g) Penyertaan modal sementara
Penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal bank
syariah dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan
dan/atau piutang (dept to equity swap) sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, termasuk dalam
surat konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity
options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank syariah
memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah.
(h) Transaksi rekening administratif
Transaksi rekening administratif adalah komitmen dan kontijensi
(off balance sheet) berlandaskan prinsip syariah yang terdiri atas
bank garansi, akseptasi/endosemen, Irrevocable Letter of Credit
(L/C), yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C
berjangka, standby L/C, dan garansi lain berdasarkan prinsip
syariah.
(i) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai
bukti penitipan berjangka pendek dengan prinsip wadiah.
2) Jenis aktiva tidak produktif pada bank syariah
Bentuk pembiayaan aktiva tidak produkti yaitu:
(a) Pinjaman qardh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Pinjaman qardh adalah penyediaan dana dan/atau tagihan antara
bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak
peminjam melakukan pembayaran sekaligus maupun secara cicilan
dalam jangka waktu tertentu.
4. Kajian tentang Pembiayaaan Murabahah
a. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Salah satu pembiayaan yang paling popular digunakan perbankan
syariah adalah jual beli murabahah. Karim menyatakan bahwa murabahah
adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (2013).
Dalam perbankan syariah, prinsip murabahah didasarkan pada dua elemen
pokok yaitu harga beli serta biaya-biaya yang terkait, dan kesepakatan atas
keuntungan (margin). Penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga
beli barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada
biaya tersebut. Muhammad (2005) menyebutkan bahwa ciri dasar kontrak
murabahah adalah sebagai berikut:
1) Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan
harga asli barang, dan batas laba (mark-up) harus ditetapkan dalam
bentuk persentase dari total harga ditambah biaya-biayanya.
2) Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan
uang.
3) Apa yang jual belikan harus ada dan dimiliki oleh penjual dan penjual
harus mampu menyerahkan barang tersebut kepada pembeli
4) Pembayarannya ditangguhkan.
PSAK No. 102 menyatakan bahwa murabahah adalah menjual
barang dengan harga jual sebesar harga perolehan ditambah keuntungan
yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan harga perolehan barang
itu kepada pembeli, sedangkan menurut keputusan fatwa (NO:04/DSN-
MUI/IV/2000) tanggal 1 April 2000 menyatakan bahwa murabahah adalah
menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. Sri
Nurhayati dan Wasilah (2008) juga mengungkapkan bahwa,“Murabahah
adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli” (hlm.
160). Menurut Nabhan, murabahah adalah transaksi jual beli barang antara
penjual dan pembeli dengan harga di atas harga pokok (harga pokok
ditambah keuntungan) yang disepakati oleh keduanya (2008).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
murabahah adalah transaksi jual beli antara penjual dan pembeli dengan
harga jual diperoleh dari harga beli ditambah margin keuntungan yang
disepakati. Bank dapat bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli. Bank membeli barang dari pihak lain kemudian menjualnya
kepada nasabah sebesar harga beli dari pemasok ditambah margin yang
disepakati. Bank sebagai penjual harus memberitahukan harga beli
sebenarnya kepada pembeli/nasabah. Margin bagi bank dapat dinyatakan
dalam nominal tertentu atau dalam persentase dari harga belinya tersebut.
Secara umum, mekanisme transaksi jual beli murabahah dalam
perbankan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 : Skema Transaksi Murabahah
(Sumber: Nabhan, 2008: 92)
Negoisasi
Akad Jual Beli
Bank (Penjual)
Nasabah (Pembeli)
Barang dari Suplier
Pembayaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dalam transaksi ini, bank berperan sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli.
1) Nasabah datang ke bank syariah untuk mendapatkan/memperoleh
fasilitas pembiayaan atas barang tertentu (misalnya barang “X”) yang
ingin dimilki.
2) Bank mengumpulkan informasi mengenai barang “X” dari supplier
baik spesifikasi maupun harga barang “X”.
3) Atas informasi yang didapat kemudian bank dan nasabah melakukan
negoisasi harga (harga pokok dari suplier ditambah keuntungan untuk
bank dan biaya-biaya administrasi) serta cara pembayarannya.
4) Pembayaran yang dilakukan dengan angsuran hanya sebesar kenaikan
dari harga pokoknya saja sedang pinjaman pokok dikembalikan pada
saat jatuh tempo perjanjian.
5) Apabila negoisasi telah menghasilkan kata sepakat selanjutnya dibuat
akad jual beli yang ditanda tangani kedua belah pihak. Selanjutnya
bank membeli barang “X” dari supplier secara tunai dan dikirim
kepada nasabah. Nasabah menyelesaikan pembayaran secara angsuran
kepada bank.
Menurut Antonio (2013), aplikasi murabahah dalam bank
syariah juga dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 : Skema Bai’ al-murabahah
(Sumber: Antonio, 2013: 107)
1. Negoisasi dan persyaratan
2. Akad jual beli NASABAH BANK
6. Bayar 5. Terima barang dan dokumen
SUPLIER PENJUAL
4. Kirim 3. Beli barang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Karakteristik Pembiayaan Murabahah
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur
laporan keuangan bank syariah, murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah sesuai jenisnya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Murabahah tanpa pesanan, artinya bank melakukan pembelian barang
tanpa harus ada pesanan dari nasabah.
2) Murabahah dengan pesanan, artinya bank melakukan pembelian
barang setelah ada pesanan dari nasabah. Murabahah dengan pesanan
dapat dikategorikan dalam:
(a) Bersifat mengikat, artinya murabahah dengan pesanan tersebut
mengikat untuk dibeli oleh nasabah yang memesan. Nasabah tidak
dapat membatalkan pesanannya.
(b) Bersifat tidak mengikat, artinya walaupun barang sudah dipesan
oleh nasabah namun barang tersebut tidak mengikat/tidak harus
dibeli oleh nasabah.
Menurut Fatwa DSN 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah,
ada beberapa ketentuan yang harus disepakati dalam transaksi murabahah,
antara lain:
1) Ketentuan umum murabahah dalam bank syari'ah
(a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba.
(b) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari'ah
Islam.
(c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
(d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
(e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (peme-
san) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Da-
lam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
(g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
(h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
(i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
2) Ketentuan murabahah kepada nasabah
(a) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu
barang atau aset kepada bank.
(b) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli
terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
(c) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli)nya sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut
mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak
jual beli.
(d) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan.
(e) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya
riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
(f) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung
oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada
nasabah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
(g) Jika uang muka memakai kontrak 'urbun sebagai alternatif dari
uang muka, maka
1. jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia
tinggal membayar sisa harga.
2. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank
maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat
pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi,
nasabah wajib melunasi kekurangannya.
3) Jaminan dalam murabahah
(a) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan
pesanannya.
(b) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang
dapat dipegang.
4) Hutang dalam murabahah
(a) Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilaku-
kan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah
menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian,
ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank.
(b) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran ber-
akhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
(c) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah
tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia
tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta ke-
rugian itu diperhitungkan.
5) Penundaan pembayaran dalam murabahah
(a) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda
penyelesaian hutangnya.
(b) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika
salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesai-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
annya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak ter-
capai kesepakatan melalui musyawarah.
6) Bangkrut dalam murabahah
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutang-
nya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup
kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
c. Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah
Landasan syariah pada pembiayaan murabahah dijelaskan dalam
Al Qur’an dan Al Hadist. Landasan syariah ini sebagai pedoman dalam
melakukan transaksi jual beli murabahah.
1) Al-Qur’an
Dalam firman Allah qur’an surat An Nissa’ ayat 29 yang berbunyi:
نكم يا أيھا الذين آمنوا ال تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إال أن تكون تجارة عن تراض م
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu” (QS.
An Nissa’ ayat 29).
Landasan transaksi jual beli juga terdapat dalam firman Allah qur’an
surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi:
با وأحل هللا م الر البيع وحر
Terjemahnya:
“........Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(QS. Al Baqarah ayat 275).
2) Al-Hadits
(a) Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasullulah SAW bersabda:
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.”
(HR. al-Baihaqi, Ibnu Majah dan Shahi menurut Ibnu Hibban)
(b) Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR.
Ibnu Majah)
(c) Rasulullah SAW bersabda:
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu
adalah suatu kezaliman.” (HR. Bukhari & Muslim)
d. Rukun dan Syarat Murabahah
Dalam melaksanakan suatu pembiayaan murabahah, bank syariah
terlebih dahulu harus memperhatikan rukun dan syarat murabahah. Rukun
murabahah merupakan hal-hal pokok yang harus ada atau harus dilakukan
dalam melakukan pembiayaan murabahah. Jika salah satu rukun dari
murabahah tidak terpenuhi maka transaksi pembiayaan murabahah tidak
dapat dilakukan dan tidak sah. Menurut Ascarya (2011), rukun murabahah
terdiri dari:
1) Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki barang
untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan
dan akan membeli barang.
2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga).
3) Shighah, yaitu ijab dan qabul.
Nurhayati dan Wasilah (2008) juga menyebutkan bahwa rukun dan
ketentuan murabahah yaitu:
1) Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baliqh (berakal dan dapat membedakan hal
baik dan hal buruk).
2) Objek jual beli, harus memenuhi:
(a) Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal.
(b) Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau
memiliki nilai.
(c) Barang tersebut dimiliki penjual.
(d) Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian
tertentu di masa depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
(e) Barang tersebut harus diketahui secara spesifik, jelas dan dapat
diidentifikasikan oleh pembeli/pemesan sehingga tidak ada gharar
(ketidakpastian).
(f) Barang tersebut dapat diketahui kuantitasnya dengan jelas.
(g) Barang tersebut dapat diketahui kualitasnya dengan jelas sehinnga
tidak ada gharar.
(h) Harga barang tersebut jelas.
(i) Barang yang diakadkan secara fisik ada di tangan penjual.
3) Ijab qabul (pernyataan kesepakatan antara penjual dan pembeli)
Selain rukun murabahah, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi sebelum transaksi murabahah dilakukan. Apabila salah satu
syarat tersebut tidak dipenuhi dalam transaksi maka transaksi murabahah
dianggap tidak sah menurut islam. Selain itu, apabila rukun-rukunnya
telah terpenuhi, namun salah satu syarat murabahah tidak terpenuhi maka
transaksi tetap dianggap tidak sah menurut islam. Adapun syarat-syarat
yang harus dilakukan dalam transaksi murabahah, yaitu:
1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. 2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba. 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian. 5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang (Antonio, 2013: 102).
Pada prinsipnya, apabila syarat dalam no 1), 4), atau 5) tidak
terpenuhi, pembeli dapat melakukan pilihan, yaitu;
1) Tetap melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
2) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang
yang dijual.
3) Membatalkan kontrak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
5. Kajian tentang Margin Murabahah
a. Pengetian Margin (Keuntungan)
Bank syariah menerapkan margin keuntungan terhadap produk-
produk pembiayaan yang berbasis Natural Centainty Contract (NCC),
yaitu akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dalam
segi jumlah maupun waktu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa (2008), pengertian margin adalah sebagai berikut, “Margin adalah
laba kotor atau tingkat selisih antara biaya produksi dan harga jual di
pasar” (hlm. 879). Karim (2013) juga mengemukakan bahwa, “Marjin
keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun per-
hitungan marjin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam se-
tahun ditetapkan 360 hari; perhitungan margin keuntungan secara bulanan,
maka setahun ditetapkan 12 bulan” (hal 279).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa margin
(keuntungan) adalah jumlah nominal tertentu atau persentase tertentu dari
nilai suatu barang yang merupakan selisih dari harga beli dengan harga
jual. Margin ini diperoleh berdasarkan tawar-menawar antara bank syariah
dengan nasabah.
b. Metode Penentuan Margin Murabahah
Pembiayaan yang diberikan bank syariah kepada nasabahnya
tidak hanya diselesaikan dengan cara mudharabah dan musyarakah atau
disebut bagi hasil, namun bank syariah dapat menjalankan pembiayaan
dengan akad jual beli. Pada akad jual beli, bank syariah menetapkan harga
jual dari harga beli/harga pokok ditambah margin keuntungan yang telah
disepakati kedua belah pihak. Menurut Karim (2013), penetapan marjin
keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari tim
ALCO bank syariah, dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
1) Direct Competitor’s Market Rate (DCMR)
Direct Competitor’s Market Rate adalah tingkat marjin keuntungan
rata-rata perbankan syariah, atau tingkat marjin keuntungan rata-rata
beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kelompok kompetitor langsung atau tingkat marjin keuntungan bank
syariah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai atau
kompetitor langsung terdekat.
2) Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)
Indirect Competitor’s Market Rate adalah tingkat suku bunga rata-rata
perbankan konvensional, atau tingkat suku bunga rata-rata beberapa
bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai
kelompok kompetitor tidak langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga
bank konvensional tertentu yang dalam rapar ALCO ditetapkan
sebagai kompetitor tidak langsung terdekat.
3) Expected Competitive Return for Investors (ECRI)
Expected Competitive Return for Investors adalah target bagi hasil
kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga.
4) Acquiring Cost
Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan bank yang langsung
terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
5) Overhead Cost
Overhead Cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan bank yang tidak
langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
Setelah memperoleh referensi margin keuntungan, maka bank
menetapkan angsuran harga jual yang terdiri dari harga pokok/harga beli
dan angsuran margin. Karim (2013) mengungkapkan bahwa ada empat
metode dalam pengakuan angsuran yaitu:
1) Metode margin menurun (sliding)
Margin menurun adalah perhitungan margin yang semakin
menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat
adanya cicilan atau angsuran harga pokok dan jumlah angsuran (harga
pokok dan margin) yang dibayar nasabah setiap bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2) Metode margin rata-rata
Margin rata-rata adalah margin menurun yang perhitungan
margin secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan margin)
dibayar nasabah setiap bulan.
3) Metode margin flat
Margin flat adalah perhitungan margin terhadap nilai harga
pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya,
walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran
harga pokok.
4) Metode margin annuitas
Margin annuitas adalah margin yang dapat diperoleh dari
perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara
pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran pokok dan
margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan
pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin
keuntungan yang semakin menurun.
Menurut Muhammad (2005: 116), metode penentuan margin
yang diterapkan pada bank syariah, antara lain:
1) Mark-up pricing
Adalah penentuan tingkat harga dengan me-markup biaya
produksi komoditas yang bersangkutan.
2) Target-return pricing
Adalah penentuan harga jual produk yang bertujuan untuk
mendapatkan tingkat return atas besarnya modal yang diinvestasikan.
Dalam bahasan keuangan dikenal dengan Return on Invesment (ROI).
Dalam hal ini, perusahaan akan menentukan berapa return yang
diharapkan atas modal yang telah diinvestasikan.
3) Perceived-value pricing
Adalah penentuan harga (price) dengan tidak menggunakan
variabel harga sebagai dasar harga jual. Harga jual didasarkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
harga produk pesaing dimana perusahaan melakukan penambahan atau
perbaikan unit untuk meningkatkan kepuasan pembeli.
4) Value pricing
Adalah kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang
berkualitas tinggi, dengan ungkapan ono rego ono rupo artinya barang
yang baik pasti harganya mahal.
6. Kajian tentang Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan manusia. Pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian
unggul yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya.
Pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan/arahan kepada seseorang.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan daya upaya untuk
memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect), dan
jasmani anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya (Mulyasana,
2012: 3). Edgar Dalle juga mengemukakan bahwa pendidikan merupakan
usaha sadar yang dilakukan keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah
dan di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu
memainkan peranan dalam berbagai lingkungan secara tetap untuk masa
yang akan datang (Mulyasana, 2012: 4). Pada Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2013 pasal 1 disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut Hafid, Ahiri, dan Haq (2013), pendidikan diartikan dari
berbagai segi, yaitu:
1) Pendidikan sebagai proses tranformasi budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Sebagai proses tranformasi budaya, pendidikan dapat diartikan sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
Nilai-nilai budaya tersebut akan mengalami berbagai perubahan seperti
pengetahuan, nilai/sikap dan keterampilan dari generasi tua ke generasi
muda.
2) Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai
suatu kegiatan yang sistematis dan terarah untuk membentuk pribadi
yang unggul. Proses pembentukan pribadi melalui dua sasaran yaitu
pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa dan pematangan
bagi mereka yang sudah dewasa.
3) Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara
Sebagai proses penyiapan warga negara, pendidikan diartikan sebagai
suatu kegiatan terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi
warga negara yang baik dan produktif.
4) Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Sebagai penyiapan tenaga kerja, pendidikan diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik agar memiliki bekal dasar untuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan umum, dan
keterampilan kerja pada calon lulusan. Ini merupakan hal penting dari
pendidikan karena bekerja merupakan kebutuhan pokok dalam
kehidupan manusia.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan keluarga, masyarakat,
dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah
dan di luar sekolah untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang
ada dalam dirinya serta memiliki kepribadian dan akhlak mulia yang
berguna bagi bangsa dan negara. Pendidikan merupakan proses seseorang
dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mampu menjadi mampu
dan menjadikan seseorang memiliki kepribadian yang unggul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Pendidikan merupakan proses untuk memilih arah maupun tujuan
yang hendak dicapai. Suatu pendidikan di Indonesia memiliki tujuan yaitu
sebagai penuntun, pembimbing, dan petunjuk arah bagi para peserta didik
agar mereka dapat tumbuh dewasa sesuai dengan potensi dan konsep diri
yang sebenarnya, sehingga mereka dapat tumbuh berkembang, bersaing,
dan mempertahankan kehidupannya di masa depan yang penuh dengan
tantangan dan perubahan. Tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Berbudi pekerti luhur
3) Memiliki pengetahuan dan keterampilan
4) Sehat jasmani dan rohani
5) Kepribadian yang mantap dan mandiri
6) Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa
Tujuan yang hendak dicapai diharapkan mampu memberikan
fungsi yang berguna bagi individu tersebut. Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Seseorang membutuhkan pendidikan untuk menjadi pribadi yang
unggul, yang mempunyai watak dan akhlak yang mulia serta memiliki
kemampuan dan keterampilan yang baik. Pendidikan mengarahkan peserta
didik untuk menjadi pribadi yang dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
Maka dari itu, pendidikan sangat penting dan dibutuhkan oleh orang dari
berbagai kalangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
7. Kajian tentang Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan keadaan proses belajar. Belajar diartikan sebagai bentuk dari
perubahan tingkah laku. Pembelajaran tidak hanya diarahkan pada proses
pembentukan semangat, motivasi, kreativitas, keuletan, dan kepercayaan
diri saja, namun juga ditekankan pada pembentukan kesadaran, disiplin,
tanggung jawab, dan budaya belajar yang baik. Pembelajaran dapat
dikembangkan sesuai bakat, minat, kemampuan, kebutuhan, karakteristik,
serta gaya belajar peserta didik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pembelajaran merupakan suatu proses, cara, perbuatan untuk menjadikan
seseorang atau makhluk hidup untuk belajar. Sementara, menurut Gagne,
“Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajat siswa yang bersifat internal”.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional juga menyatakan bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”. Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Subini, 2012).
Menurut Subini (2012), ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran terjadi apabila ada perubahan tingkah laku yang kekal. Perubahan seperti ketinggian, berat badan bukan termasuk pembelajaran.
2) Pembelajaran terjadi secara sadar. 3) Proses pembelajaran berlaku sepanjang hidup. 4) Pembelajaran merupakan suatu proses yang sejalan dengan
perkembangan kognitif.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
pendidik kepada peserta didik untuk menambah pengetahuan, wawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dan perubahan tingkah laku bagi peserta didik. Pembelajaran tidak hanya
dilakukan dalam pendidikan formal, melainkan juga dapat diperoleh dari
pendidikan informal maupun nonformal. Pembelajaran sangat diperlukan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam hidupnya.
b. Tujuan Strategi Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru/dosen mempunyai
peranan yang sangat penting, salah satunya membantu peserta didik untuk
mengembangkan potensinya. Salah satu cara yang digunakan guru untuk
membantu peserta didik adalah dengan memilih dan menentukan strategi
pembelajaran yang tepat untuk tujuan pembelajaran. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, “Stategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran yang khusus”. Dalam kegiatan belajar mengajar,
strategi merupakan perencanaan atau suatu proses penentuan rencana yang
terfokus pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Menurut Dick &
Carey dalam Khanifatul (2013), ada lima komponen stategi pembelajaran
yaitu:
1) Kegiatan pembelajaran
Ada tiga tahap dalam kegiatan pembelajaran, yaitu pendahuluan, inti
pembelajaran serta penutupan. Pendahuluan merupakan tahap awal
untuk memberikan motivasi, semangat dan gambaran singkat tentang
tujuan pembelajaran. Setelah itu, guru/dosen menyampaikan materi
pembelajaran dan memberikan contoh kasusnya. Pada tahap terakhir
yaitu penutupan, guru memberikan kesimpulan dan penegasan pada
materi yang telah disampaikan.
2) Penyampaian informasi
Informasi yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar adalah
materi pembelajaran. Materi yang akan disampaikan harus mempunyai
keruntutan, artinya materi yang disampaikan berkaitan dengan materi
sebelumnya. Ruang lingkup dan jenis materi yang akan disampaikan
tentunya sudah ada dalam silabus maupun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3) Partisipasi siswa
Proses pembelajaran akan berhasil apabila siswa aktif memahami dan
melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa dapat melakukan praktik
pembelajaran dengan menghubungan dengan kehidupan nyata.
4) Tes
Tes digunakan guru/dosesn untuk mengetahui seberapa jauh tujuan
pembelajaran tercapai serta untuk mengukur kemampuan siswanya.
5) Kegiatan lanjutan
Kegiatan lanjutan dapat berupa follow up yang dapat dilakukan dalam
bentuk pembelajaran remidi, pengayaan maupun memberikan tugas.
Setelah strategi-strategi pembelajaran dibuat diharapkan tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Tujuan dari pembelajaran yaitu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, membuat siswa aktif di kelas dengan
cara mengadakan diskusi, mempunyai ketrampilan dan wawasan yang luas
dalam hidupnya.
8. Kajian tentang Pembelajaran Perbankan Syariah di BKK Akuntansi FKIP UNS dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
a. Pembelajaran Akuntansi Perbankan Syariah di BKK Akuntansi
FKIP UNS
Akuntansi perbankan syariah merupakan salah satu mata kuliah
pilihan dengan bobot 2 SKS yang diterapkan di Pendidikan Ekonomi BKK
Akuntansi FKIP UNS. Proses pembelajaran yang diterapkan dosen mata
kuliah akuntansi perbankan syariah mengacu pada silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada pembelajaran yang berlangsung,
dosen mengajar dengan alokasi waktu 100 menit. Waktu 100 menit dapat
digunakan dosen untuk menyampaikan materi maupun memberikan tugas
individu/kelompok kepada mahasiswa. Selama satu semester, mahasiswa
mengikuti perkuliahan sebanyak 14 kali tatap muka dan 4 kali ujian baik
ujian tertulis, lisan, presentasi maupun tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pada pertemuan pertama, dosen memberikan gambaran tentang
materi yang akan dipelajari sesuai dengan silabus dan buku referensi yang
dapat digunakan. Dalam pembelajaran akuntansi perbankan syariah, dosen
menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya
ceramah, melainkan ada presentansi disertai tanya jawab, tugas individu/
kelompok berupa resume, makalah dan praktikum. Presentansi dilakukan
secara kelompok dengan 5-6 orang setiap kelompok. Penilaian untuk ujian
dapat diambil dari hasil presentansi maupun tugas tersebut.
b. Pembelajaran Perbankan Syariah di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah atau
suatu lembaga pendidikan formal yang menciptakan lulusan siap kerja.
Kurikulum yang digunakan pada masing-masing SMK yaitu kurikulum
2013. Dalam Permendikbud RI No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madasrah
Aliyah Kejuruan, kurikulum 2013 diberlakukan mulai dari tahun ajaran
2013/2014. Kurikulum 2013 yang diterapkan terdiri dari kompetensi inti
(KI) dan kompetensi dasar (KD).
Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), ada beberapa bidang
keahlian yang dapat dipilih peserta didik meliputi:
1) Teknologi dan Rekayasa 2) Teknologi Informasi dan Komunikasi 3) Kesehatan 4) Agribisnis dan Agroteknologi 5) Perikanan dan Kelautan 6) Bisnis dan Manajemen 7) Pariwisata 8) Seni Rupa dan Kriya 9) Seni Pertunjukan (Sumber: Permendikbud RI No. 70 Tahun 2013)
Pada bidang keahlian/jurusan yang dipilih bisnis dan manajemen dengan
program keahlian keuangan, terdapat mata pelajaran wajib, mata pelajaran
kejuruan, dan paket keahlian. Dalam paket keahlian tersebut, peserta didik
tidak hanya mempelajari akuntansi dan perbankan melainkan juga mempe-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
lajari mata pelajaran perbankan syariah. Pada kurikulum 2013, perbankan
syariah mulai diterapkan di SMK. Pembelajaran perbankan syariah sangat
penting untuk memperdalam dunia perbankan karena banyak bank yang
sudah mengkonversi menjadi bank syariah atau membuka cabang baru
yang berlandaskan syariah. Peserta didik perlu mendalami materi tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian relevan yang berkaitan dengan penentuan margin
pembiayaan murabahah antara lain:
1. Baskoro Perdana Putra (2013) dengan judul “Analisis Penetapan Tingkat
Marjin Akad Pembiayaan Murabahah: Studi Kasus pada Baitul Maal wa
Tamwil Ahmad Yani Malang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penetapan tingkat margin pada akad pembiayaan murabahah tidak memper-
hatikan penggunaan rujukan suku bunga, namun ditentukan berdasarkan pada
tingkat nisbah bagi hasil dengan BTN Syariah Malang, tingkat rata-rata marjin
pasar, tingkat laba yang diinginkan, dan biaya perolehan serta biaya lainnya.
2. Sri Dewi Anggadini dalam Majalah Ilimiah UNIKOM Vol. 9, No. 2 dengan
judul “Penerapan Margin Pembiayaan Murabahah Pada BMT As-Salam Pacet
Cianjur”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur dari pembiayaan
murabahah BMT As-Salam sesuai dengan prinsip syariah dan perhitungan
margin murabahah disesuaikan dengan tuntutan syariah yaitu didasarkan pada
kesepakatan antara kedua belah pihak. Metode yang digunakan dalam
penentuan margin yaitu metode mark-up pricing.
3. Selvia Ningsih, Yundhanta Sambharakresna, dan Robiatul Auliyah (2013)
dengan judul “Analisa Penentuan Margin Pembiayaan Murabahah di PT.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sarana Pemekasan Membangun”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur pembiayaan murabahah pada poin
satu, tiga, lima dan enam sudah sesuai dengan Fatwa No.4/DSN-MUI/2000,
sedangkan pada poin dua tidak sesuai Fatwa DSN karena BPR SPM tidak
menyediakan barang yang dibutuhkan nasabah. Pada poin empat tidak sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Fatwa DSN karena adanya kredit macet yang merugikan BPR SPM. Pada
perhitungan margin menggunakan metode flat.
4. Firmansyah (2007) dalam skripsi STEI SEBI dengan judul “Evaluasi
Penerapan Metode Penentuan Harga Jual Beli Murabahah (Studi Kasus pada
BMT Berkah Madani)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penentuan
harga jual murabahah masih merujuk pada suku bunga perbankan
konvensional, meskipun tidak dilakukan secara langsung. Penetapan margin
yang dilakukan BMT Berkah Madani menggunakan fixed rate dengan metode
flat rate yaitu penetapan margin dan hutang pokok yang dibebankan setiap
bulan adalah sama, suhingga pembayaran total cicilan setiap bulan besarnya
tetap sampai selesai.
Dari beberapa hasil penelitian relevan di atas, dapat diketahui bahwa
persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada penentuan margin
pembiayaan murabahah, sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah lokasi
penelitian yaitu di BPR Syariah Dana Amanah Surakarta dan di BKK Akuntansi
FKIP UNS.
C. Kerangka Berpikir
Dalam melaksanakan penelitian diperlukan adanya kerangka berpikir
yang mantap agar dalam pelaksanaan penelitian di lapangan dapat terarah dan
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam penelitian. Kerangka
berpikir merupakan arahan untuk menuju pada suatu jawaban sementara atas
masalah yang telah dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan kajian teori yang telah
dikemukakan maka dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut.
Pada kasus perbankan syariah yang ada di BPR Syariah Dana Amanah,
Surakarta, produk pembiayaan murabahah merupakan produk yang paling sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang mayoritas membutuhkan barang konsumtif.
Komposisi terbesar yang ada di BPR Syariah Dana Amanah adalah pembiayaan
murabahah. Produk pembiayaan murabahah ini dilakukan dengan transaksi jual
beli antara BPR Syariah Dana Amanah dengan nasabahnya. Dalam transaksi jual
beli yang dilakukan di BPR Syariah, harga jual ditentukan berdasarkan harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
pokok dari pemasok/supplier di tambah margin keuntungan yang telah disepakati.
Margin merupakan indikator yang penting dalam pembiayaan murabahah karena
margin menjadi bentuk kesepakatan bersama antara nasabah dan BPR Syariah
Dana Amanah Surakarta saat melaksanakan pembiayaan murabahah. BPR Syariah
Dana Amanah akan menentukan besarnya margin dalam transaksi jual beli yang
dilakukan dengan nasabah.
Kasus yang terjadi di lapangan khususnya di BPR Syariah Dana Amanah
tersebut perlu dipelajari untuk memperdalam materi dan teori yang ada di bangku
kuliah yaitu saat pembelajaran mata kuliah akuntansi perbankan syariah di BKK
Akuntansi FKIP UNS. Dalam proses pembelajaran akuntansi perbankan syariah,
dosen mengajar dengan mengacu pada silabus, RPP dan buku referensi. Materi
yang didapat dari kasus BPR Syariah nantinya dapat menambah ilmu pengetahuan
bagi mahasiswa. Mahasiswa bisa mengkaitkan materi pembiayaan murabahah
yang ada diperkuliahan dengan kasus yang ada di BPR Syariah. Mahasiswa akan
memperoleh gambaran real tentang keadaan di BPR Syariah. Mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana cara penentuan margin pembiayaan murabahah di BPR
Syariah Dana Amanah yang belum didapat saat kegiatanperkuliahan. Mempelajari
kasus perbankan syariah penting untuk bekal ilmu saat mahasiswa melakukan
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK karena pada kurikulum yang ada di
SMK yaitu kurikulum 2013 siswa sudah dikenalkan dengan mata pelajaran
perbankan syariah. Maka dari itu, mahasiswa perlu mengkaitkan teori dengan
kasus yang ada di perbankan syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambar-
kan sebagai berikut:
Gambar 2.3 : Kerangka Berpikir
Metode Penentuan Margin Murabahah di BPR Syariah
Dana Amanah Surakarta
Harga Pokok dari Supplier
Harga Jual = Harga Pokok + Margin
Margin Murabahah
Produk Pembiayaan Murabahah
Kasus di BPR Syariah Dana Amanah Surakarta
Pendalaman Materi Analisis Penentuan Margin Pembiayaan Murabahah yang
diterapkan di BKK Akuntansi FKIP UNS
Silabus
RPP
Buku Referensi
Recommended