33
RANGKUMAN DISKUSI Pemakalah : 1. Dr. Arief Daryanto 2. Dr. Sumaryanto 3. Dr. Sri Hery Susilowati Pembahas : 1. Prof Dr. Pantjar Simatupang 2. Prof Dr. Masyhuri Moderator : Dr. I Wayan Rusastra I. Intisari Makalah 1. Posisi Daya saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya (Dr. Arief Daryanto, IPB) Daya saing didefinisikan sebagai kemampuan suatu sektor, industri, atau perusahaan untuk bersaing dengan sukses mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan di lingkungan global selama biaya imbangannya lebih rendah dari penerimaan sumber daya yang digunakan. Dari hasil kajian Michael Porter di beberapa negara, menyimpulkan daya saing sebagai kemampuan negara untuk menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan melalui kegiatan perusahaannya untuk mempertahankan tingkat kualitas kehidupan yang tinggi bagi warga negaranya. Daya saing industri, perusahaan atau bangsa ditentukan oleh empat faktor utama, yang mencakup: (a) factor conditions; (b) demand conditions; (c) relating and supporting industries; dan (d) firms strategy, sructure and rivalry. Intinya adalah pentingnya inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung industri yang memiliki keunggulan kompetitif. WEF menempatkan Indonesia di urutan 54 dari 131 negara pada tahun 2007-2008; dan menurun pada tahun 2008-2009 di urutan 55 dari 134 negara yang disurvei dan pada tahun 2009-2010 kembali ke urutan ke 54 dari 133 negara. Secara umum daya saing komoditas pertanian Indonesia, ditinjau dari keunggulan komparatif (DRCR) dan kompetitif (PCR) menunjukkan kondisi yang kurang menguntungkan, terutama komoditas padi, kedelai, dan tebu dengan nilai mendekati 1 (0,8-1), beberapa kasus > 1. sementara komoditas jagung, kacang tanah dan peternakan memiliki daya saing moderat dengan nilai 0,5 0,7. Sementara, untuk produk hortikultura dan tembakau memiliki daya saing yang cukup tinggi (0,3-0,6). Peningkatan daya saing dalam perspektif mikro dapat dilakukan dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas, mendorong investasi, transformasi pertanian melalui kebijakan kondusif bagi pengembangan komoditas pertanian. Sementara dalam perspektif makro, peningkatan daya saing

PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

RANGKUMAN DISKUSI

Pemakalah : 1. Dr. Arief Daryanto 2. Dr. Sumaryanto 3. Dr. Sri Hery Susilowati

Pembahas : 1. Prof Dr. Pantjar Simatupang 2. Prof Dr. Masyhuri

Moderator : Dr. I Wayan Rusastra

I. Intisari Makalah

1. Posisi Daya saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya (Dr. Arief Daryanto, IPB)

Daya saing didefinisikan sebagai kemampuan suatu sektor, industri, atau perusahaan untuk bersaing dengan sukses mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan di lingkungan global selama biaya imbangannya lebih rendah dari penerimaan sumber daya yang digunakan. Dari hasil kajian Michael Porter di beberapa negara, menyimpulkan daya saing sebagai kemampuan negara untuk menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan melalui kegiatan perusahaannya untuk mempertahankan tingkat kualitas kehidupan yang tinggi bagi warga negaranya.

Daya saing industri, perusahaan atau bangsa ditentukan oleh empat faktor utama, yang mencakup: (a) factor conditions; (b) demand conditions; (c) relating and supporting industries; dan (d) firms strategy, sructure and rivalry. Intinya adalah pentingnya inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung industri yang memiliki keunggulan kompetitif.

WEF menempatkan Indonesia di urutan 54 dari 131 negara pada tahun 2007-2008; dan menurun pada tahun 2008-2009 di urutan 55 dari 134 negara yang disurvei dan pada tahun 2009-2010 kembali ke urutan ke 54 dari 133 negara.

Secara umum daya saing komoditas pertanian Indonesia, ditinjau dari keunggulan komparatif (DRCR) dan kompetitif (PCR) menunjukkan kondisi yang kurang menguntungkan, terutama komoditas padi, kedelai, dan tebu dengan nilai mendekati 1 (0,8-1), beberapa kasus > 1. sementara komoditas jagung, kacang tanah dan peternakan memiliki daya saing moderat dengan nilai 0,5 – 0,7. Sementara, untuk produk hortikultura dan tembakau memiliki daya saing yang cukup tinggi (0,3-0,6).

Peningkatan daya saing dalam perspektif mikro dapat dilakukan dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas, mendorong investasi, transformasi pertanian melalui kebijakan kondusif bagi pengembangan komoditas pertanian. Sementara dalam perspektif makro, peningkatan daya saing

Page 2: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

384

dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti tenaga kerja, SDA, modal dan infrastruktur (2) demand conditions, mengacu pada tersedianya pasar domestik, (3) related and supporting industries, (4) firm strategy and rivalry dan (5) regional governance.

Peran pemerintah dalam meningkatkan daya saing pertanian dilakukan dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk merangsang investor baik domestik maupun asing. Hal ini dapat dilakukan dengan menjamin keamanan dan dukungan infrastruktur penunjang lainnya seperti infrastuktur publik (jalan, sarana dan prasarana produksi lainnya, air, listrik, dan infrastruktur penelitian (R&D).

Iklim yang kondusif di bidang pertanian juga tidak terlepas dari sisi pemerintahan (birokrasi) dengan mencanangkan program reformasi birokrasi agar birokrasi dapat melayani kepentingan bisnis dengan biaya yang tidak berlebihan dan mengedepankan prinsip-prinsip Good Governance (transparancy, accountability, fairness and responsibility). Kebijakan-kebijakan pelayanan, seperti prosedur perizinan, prosedur investasi, prosedur ekspor, dilakukan dengan tiga prinsip dasar cepat, mudah, dan murah.

2. Eksistensi Pertanian Skala Kecil dalam Persaingan Pasar Global (Dr. Sumaryanto)

Pertanian skala kecil merupakan bagian terbesar pertanian Indonesia dan karena itu eksistensinya menentukan masa depan pertanian negeri ini. Eksistensinya berimplikasi pada dimensi yang lebih luas karena sektor pertanian mempunyai peranan strategis dalam ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, dan penyerapan tenaga kerja.

Era pasar global serta liberalisasi perdagangan telah terjadi dan akan semakin berkembang dan implikasinya terhadap pertanian skala kecil sangat serius. Sejumlah peluang muncul karena pasar ekspor semakin terbuka; namun pada sisi yang lain ancaman terhadap eksistensi pertanian skala kecil juga semakin nyata seiring dengan membanjirnya komoditas pertanian impor. Diperkirakan sejumlah petani akan mampu mengembangkan eksistensinya dengan melalui pengembangan usahatani bernilai ekonomi tinggi namun sebagian lainnya tak akan mampu bertahan dan karena itu harus beralih profesi ke sektor non pertanian. Bagian terbesar, yakni berada diantara kedua kutub tersebut adalah pertanian skala kecil yang setidaknya dalam jangka pendek – menengah masih akan berkutat dengan situasi dan kondisi seperti saat ini.

Adalah kewajiban pemerintah untuk memberdayakan pertanian skala kecil. Untuk itu diperlukan adanya akselerasi pengembangan infrastruktur perdesaan dan pertanian, peningkatan akses petani terhadap lembaga perkreditan, peningkatan akses petani terhadap pasar masukan maupun keluaran pertanian, peningkatan penguasaan teknologi pra panen – pasca

Page 3: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

385

panen di tingkat petani, dan pengembangan agroindustri berbasis pertanian di perdesaan. Pada saat yang sama, diperlukan pula adanya peningkatan kemampuan diplomasi dalam berbagai putaran perundingan WTO dan kehati-hatian dalam fasilitasi investasi asing langsung di sektor pertanian.

3. Strategi Penumbuhan dan Proteksi Sektor Pertanian (Dr. Sri Hery Susilowati dan Dr. Reni Kustiari)

Berbagai kebijakan dan program pembangunan pertanian telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat diantaranya melalui peningkatan pendapatan nasional dan surplus neraca perdagangan serta indikator makro lainnya. Namun demikian masih ada permasalahan yang tersisa terutama terkait dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan yang cukup tinggi, pendapatan petani yang masih rendah serta masalah lain yang terkait dengan kesejahteraan petani.

Liberalisasi perdagangan selain memberikan peluang, namun juga menimbulkan tantangan pembangunan sektor pertanian yang semakin berat terutama terkait dengan posisi Indonesia di tengah persaingan global. Oleh karenanya menjadi kewajiban pemerintah untuk tetap memberikan dukungan, sekaligus melakukan proteksi terhadap petani dan sektor pertanian dalam upaya penumbuhan dan peningkatan daya saing sektor pertanian. Sektor pertanian tidak mungkin dapat tumbuh tanpa dukungan dan proteksi di tengah persaingan global yang tidak adil dan tidak seimbang.

Menyikapi keadaan perdagangan internasional yang kurang menguntungkan, maka kebijakan pemerintah seyogyanya mengarah pada upaya penumbuhan dan proteksi terhadap sektor pertanian. Kebijakan penumbuhan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi, efisiensi dan daya saing produk pangan domestik. Kebijakan proteksi diperlukan untuk memberikan perlindungan dan kesejajaran kepada sektor pertanian dan petani dalam persaingan global. Kebijakan penumbuhan dilakukan baik di level produksi, kebijakan perluasan kesempatan kerja dan diversifikasi ekonomi perdesaan, perdagangan domestik serta kebijakan dukungan terhadap sektor pertanian dalam kerangka green box dan blue box.

Kebijakan proteksi sektor pertanian dilakukan melalui penerapan tarif yang tinggi untuk special product (SP) dan penentuan SP yang menguntungkan bagi petani kecil, perlindungan melalui SSM sehingga terlindung dari serbuan impor dan kejatuhan harga, serta pembangunan industri pangan yang kompetitif dengan produk pangan olahan MNCs. Penggunaan non-tarrief barier yang legal (produk bebas penyakit, produk halal dsb) tetap diperlukan dalam konteks perlindungan terhadap produsen maupun konsumen di Indonesia.

Page 4: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

386

4. Tanggapan Pembahas

Pembahas I : Prof Dr. Masyhuri

Untuk makalah Dr. Arief Daryanto

Pemakalah telah menyampaikan pemaparan dengan sangat bagus dan cukup komprehensif. Saya hanya akan memberikan catatan-catatan dan pertanyaan untuk lebih memperjelas.

1. Beberapa peranan sektor pertanian adalah menyerap tenaga kerja yang sangat besar (41-44%). Saya sependapat bahwa peran ini tidak membanggakan karena sektor pertanian hanya menghasilkan PDB 14%, sehingga produktivitas sektor pertanian sangat rendah dan paling rendah diantara sektor lain. Dengan demikian peningkatan produktivitas ini harus lebih diutamakan daripada memperbesar penyerapan tenaga kerja dalam perumusan tujuan pembangunan pertanian dan program pembangunan yang dilakukan. Oleh karena itu upaya mekanisasi di sektor pertanian (walaupun jadi polemik) harus dilakukan.

2. Dalam perhitungan-perhitungan keuntungan komparatif maupun keuntungan kompetitif serta yang lain tentunya menggunakan data harga baik input maupun output. Variabel dan parameter ini sangat menentukan keuntungan komparatif dll. Harga tersebut akan berubah bila posisi perdagangan dunia berubah, misalnya apakah sebagai negara importer, swasembada atau exporter sesuai dengan keadaan sekarang. Yang perlu diperjelas adalah (i) apakah pemakalah menggunakan 3 posisi tersebut atau hanya 1 posisi sesuai dengan keadaan sekarang (net importer saja, net eksporter saja), (ii) dalam perhitungan input domestic pemakalah menggunakan historical (existing condition) atau status negara (eksportir/importer); dan (iii) penggunaan koefisien input output, pemakalah menggunakan rata-rata sederhana atau rata-rata tertimbang .

3. Hampir semua usahatani komoditas yang dianalisa mengatakan mempunyai keuntungan komparatif, keuntungan kompetitif, daya saing dll. Tetapi beberapa komoditas tersebut masih impor, mengapa bisa demikian.

4. Beberapa komoditas di beberapa lokasi menunjukan daya saing dan keunggulan komparatifnya rendah, apakah kebijakannya sama atau berbeda dengan komoditas yang mempunyai daya saing dan keuntungan komparatif tinggi.

5. Beberapa komoditas mempunyai fungsi baru, sebagai food, feed dan fuel, bagaimana kebijakan kita untuk merespon fungsi baru tersebut? Hal ini perlu ditegaskan mengingat berapa komoditas tersebut, Indonesia masih kekurangan (net importer).

6. Pemakalah menyampaikan gagasan transformasi pertanian terutama perbaikan dan peningkatan penguasan petani terhadap aset atau tanah pertanian yaitu secara konsisten melaksanakan reformasi agraria. Pertanyaan saya bagaimana upaya pemerintah yang telah dilakukan dan seberapa efektif. Hal ini saya tanyakan mengingat dalam konsep

Page 5: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

387

revitalisasi pertanian yang dicanangkan Presiden juga memuat itu dan menargetkan skala usahatani rata-rata mencapai 1 ha. Saya belum menemukan data kalau skala usahatani petani kita rata-rata sudah mencapai luasan tersebut. Hal yang berkaitan dengan itu adalah sistem warisan, jual beli dan penyakapan, yang selalu memecah lahan pertanian. Bagaimana kalau sistem warisan, jual beli dan penyakapan itu tidak harus memecah lahan usaha pertanian. Mungkin pengaturan yang lebih mudah adalah mengatur sistem warisan, jual beli dan penyakapan pada lahan transmigrasi dan PIR-trans.

7. Agenda peningkatan nilai produk dari setiap aset yang digunakan dapat ditempuh dengan perbaikan kelembagaan. Bagaimana menurut Bapak penguatan kelembagaan ini. Kita dapat melihat kelembagaan kelompok tani yang sudah ada sejak era pembangunan pertanian (1970an) sampai sekarang tidak permanen dan mengakar. Setiap program di masing2 departemen selalu membentuk kelompok baru. Departemen Koperasi meliberalkan koperasi menggantikan KUD, yang sampai sekarang malah tidak jelas, bagaimana koordinasi Departemen Koperasi dan Departemen Pertanian yang tampaknya mengalami kesukaran.

8. Kebijakan mengurangi distorsi pasar nampaknya masih banyak kesulitan. Banyak kebijakan yang malah lebih mendistorsi, lebih-lebih di era otonomi ini. Karena itu selain identifikasi kebijakan yang mendistorsi pasar juga dibutuhkan koordinasi antar kabupaten, propinsi dan nasional.

Untuk makalah Dr. Sumaryanto

Penyaji telah membahas secara komprehensif tentang eksistensi pertanian skala kecil. Pembahas hanya memberikan sedikit komentar sbb.:

1. Penyaji belum membahas adanya UUPA tahun 1960 dan peraturan dibawahnya serta penjelasan kenapa UUPA itu tidak jalan. Kalau UUPA ini dijalankan maka Indonesia tidak akan mempunyai petani gurem seperti sekarang ini.

2. Kelompok tani sudah ada sejak era pembangunan tahun 1970an, mengapa kelompok tani ini tidak sustainable dan berkembang?

3. KUD yang telah dikembangkan sejak tahun 1970an, tahun 1998 digemboskan sehingga kurang berkembang. Bagaimana posisi pemerintah dalam mengembangkan kelompok tani apakah tetap jadi kelompok tani, gabungan kelompok tani (gapoktan) atau akan dikembangkan menjadi koperasi? Koperasi yang mana yang dikembangkan. Atau bagaimana koordinasi antara kedua departemen yaitu Departemen Koperasi dan Departemen Pertanian dalam mengembangkan poktan dan gapoktan menjadi koperasi pertanian (koptan) atau KUD. Apakan KUD ini sudah tidak sesuai?

4. Perkembangan skala usahatani yang semakin kecil sudah berlangsung sejak merdeka bahkan mungkin sejak jaman kolonial, apa usaha

Page 6: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

388

pemerintah untuk mengendalikan hal tersebut? Presiden telah menyatakan lewat „konsep revitalisasi pertanian‟ bahwa skala usahatani akan mencapai 1 ha pada akhir periode pertama, tetapi nyatanya tidak berhasil, apa kesulitan-kesulitannya?

5. Pemecahan atau makin kecilnya penguasaan lahan petani juga dipicu oleh sistem warisan, jual beli dan penyakapan yang kurang kondusif. Bagaimana Bapak menyikapi system tersebut. Mungkinkah sistem tersebut diubah? Misalnya lahan petani merupakan unit usaha yang merupakan kesatuan yang tidak bisa dibagi. Lahan transmigrasi dan PIR-trans barangkali dapat lebih mudah mengaturnya.

3. Makalah Dr. Sri Hery Susilowati dan Dr. Reni Kustiari

Penyaji telah memaparkan makalah dengan baik dan (1) membahas posisi sektor pertanian dalam persaingan global, (2) mengidentifikasi tantangan dan peluang serta isu permasalahan dalam upaya penumbuhan dan proteksi sektor pertanian, dan (3) mengidentifikasi dan merumuskan strategi penumbuhan dan proteksi sektor pertanian dalam menghadapi persaingan global.

Beberapa hal yang perlu mendapat tanggapan adalah:

1. Pengertian petani subsisten. Penyaji selalu mengatakan bahwa pertanian rakyat adalah petani kecil yang subsisten. Menurut saya petani subsisten adalah petani yang usahataninya hanya untuk kebutuhan konsumsi petani dan keluarganya. Hasilnya tidak ada yang dijual sehingga tidak mengenal pasar. Petani kita hasilnya sebagian untuk konsumsi keluarganya, sebagian hasil atau seluruhnya dijual. Dengan demikian petani bukanlah petani subsisten tetapi petani semi komersial. Petani subsisten terdapat pada petani peladang berpindah (shifting cultivation). Tetapi perbedaan ini hanya sebatas persepsi saja, tidak masalah.

2. Terkait dengan Kebijakan dan Strategi Penumbuhan dan Proteksi Sektor Pertanian. Penyaji menyampaikan beberapa pertimbangan yang melandasi pentingnya pemerintah memberlakukan kebijakan penumbuhan dan proteksi kepada sektor pertanian yaitu 5 item. Pada dasarnya tujuan diadakan penumbuhan dan proteksi adalah meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan petani serta mengembangkan usahanya. Tanpa pengembangan usaha, hanya akan mempertahankan usahataninya atau hanya akan menimbulkan involusi pertanian. Hal Inilah yang terjadi selama ini. Disamping itu perlu ada prioritas usahatani, misalnya untuk usahatani tanaman pangan tidak semua petani.

3. Modalitas Perjanjian WTO dalam Kerangka Penumbuhan dan Proteksi Sektor Pertanian Perjanjian WTO tentang Pertanian memiliki 3 pilar utama yaitu akses pasar, dukungan domestik, dan kompetisi ekspor. Dalam prakteknya negara maju menggunakan non-tarif barier seperti diberlakukannya HACCP, Standard mutu internasional, SPS (sanitary and

Page 7: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

389

phytosanitary), dll. Beberapa produk ekspor kita terkena penolakan di negara maju, seperti hasil perikanan, hortikultura, produk perkebunan.

4. Kinerja sektor pertanian harus dibandingkan dengan sektor lain atau secara keseluruhan sektor. Pertumbuhan sektor pertanian masih dibawah sektor lain atau keseluruhan sektor. Pertumbuhan sektor pertanian yang dibawah pertumbuhan keseluruhan sektor berakibat semakin rendahnya produktifitas sektor pertanian.

5. Pemberian subsidi perlu menentukan siapa atau usahatani apa yang diberi subsidi. Kalau tujuannya meningkatkan pendapatan petani maka semua petani mendapatkan subsidi. Tetapi kalau mempunyai tujuan lain, misalnya ketahanan pangan maka semua usahatani pangan diberi subsidi. Untuk tujuan ketahanan pangan, subsidi tidak hanya diberikan kepada usahatani padi saja tetapi harus diberikan kepada semua usahatani tanaman pangan terutaman tanaman pangan pokok seperti jagung, ketela, ubi, sagu dan palawija.

6. Investasi diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pangsa investasi di sektor pertanian terhadap total realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) cenderung meningkat dengan pertumbuhan sebesar 7,2 persen per tahun selama tahun 2005-2007. Demikian pula investasi pertanian yang berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) pada periode yang sama juga menunjukkan peningkatan dengan laju 8,3 persen per tahun. Hal ini merupakan peluang untuk penumbuhan sektor pertanian, namun masih terkendala oleh fasilitas infrastruktur (jalan, sarana pengairan dan pelabuhan yang tidak memadai). Perlu investasi di bidang infrastruktur bersamaan dengan investasi langsung.

7. Selama tahun 2004 hingga tahun 2007 pangsa serapan tenaga kerja sektor pertanian mencapai 43-44 persen dari seluruh total angkatan kerja di Indonesia. Pertumbuhan angkatan kerja sektor pertanian sebesar 1,56 persen per tahun, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan total angkatan kerja sebesar 1,24 persen per tahun dan pertumbuhan angkatan kerja non pertanian yang hanya tumbuh sekitar 0,98 persen per tahun. Produktivitas sektor pertanian sudah sangat rendah. Pertumbuhan sektor pertanian yang melebihi pertumbuhan rata-rata total angkatan kerja akan memperendah produktivitas sektor pertanian. Karena itu fenomena/data tersebut malah menjadi peringatan bagi pemerintah bahwa usaha peningkatan produktivitas sektor pertanian mengalami kegagalan.

8. Kecilnya penguasaan lahan dan gejala makin mengecilnya penguasaan lahan sudah terjadi sejak RI ini merdeka. Bahkan sejak jaman Belanda dengan adanya dual economy dimana usahatani yang besar (perkebunan) berdampingan dengan pertanian rakyat dengan skala usahatani yang kecil. Sejak lahirnya UUPA tahun 1960 yang tidak terimplementasikan, tidak ada upaya pemerintah untuk menahan lajunya sehingga semakin kecilnya penguasaan lahan pertanian. Presiden SBY yang sudah memprogramkan revitalisasi pertanian yang antara lain akan

Page 8: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

390

meningkatkan skala usahatani menjadi 1 ha per keluarga petani ternyata tidak terwujud dan nyaris tidak ada upaya yang berarti.

9. Terkait konversi lahan dari pertanian ke non pertanian tidak bisa dihentikan. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi laju konversi dengan perundangan dan peraturan. Undang-undang lahan pertanian abadi sudah ditandatangani. Karena itu perlu dibuat peraturan dibawahnya untuk merealisasi UU tersebut. Demikian juga dengan RUTW perlu dilaksanakan secara konsekwen.

10. Pentingnya diimplementasikan skim asuransi pertanian. Hal ini penting, tetapi belum ada pembahas yang mengungkapkan. Mungkin PSEKP dan Departemen Pertanian saat ini sudah melakukan inisiasi untuk asuransi pertanian ini.

11. Rendahnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian tersebut juga disebabkan oleh banyaknya angkatan kerja yang terserap di sektor pertanian sehingga sektor pertanian lebih bersifat sebagai „penampungan‟ bagi tenaga kerja yang tidak terserap pada non pertanian formal dan sebagai buffer dalam penyerapan tenaga kerja, termasuk buruh tani dan petani kecil. Setuju bahwa produktivitas sektor pertanian sangat rendah, karena itu upaya-upaya peningkatan produktivitas sektor pertanian lebih diutamakan daripada peningkatan penyerapan tenaga kerja.

12. Berdasarkan data ditunjukkan bahwa sumber devisa negara selama ini masih tetap ditopang oleh sub sektor perkebunan, terutama oleh komoditas utama kelapa sawit, kakao, karet dan kopi, sebaliknya untuk pemenuhan bahan pangan (jagung, kedelai, buah dan daging) masih banyak tergantung dari pasokan impor. Oleh karena itu perlu perhatian di sektor tanaman pangan dan peternakan, peningkatan peran di sektor perkebunan.

13. Pemakalah telah memberikan gambaran yang cukup lengkap tentang komoditas beras, jagung, kedelai dan gula. Agar dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif perlu disebutkan impor tanaman lain, seperti gandum, buah-buahan dan lain-lain.

14. Terkait dengan kebijakan dan strategi penumbuhan dan proteksi sektor pertanian dalam persaingan global; maka untuk kebijakan di level produksi perlu juga diberlakukan pada komoditas pangan lainnya seperti umbi-umbian. Sementara untuk kebijakan perluasan kesempatan kerja dan diversifikasi ekonomi, kebijakan perdagangan domestik dan kebijakan dukungan terhadap sektor pertanian (subsidi pupuk, infrastruktur, perbenihan, kelembagaan, dll); maka perlu dijelaskan tentang bagaimana implementasinya. Adapun secara khusus untuk kebijakan proteksi sektor pertanian dapat menggunakan instrumen pembuatan non-tarif barier seperti produk halal yang sukar dilakukan oleh negara lain tapi mudah untuk negeri sendiri.

15. Prioritas kebijakan yang perlu dilakukan diantaranya: (1) akses petani terhadap aset (transmigrasi, perbaikan sistem warisan/jual beli/

Page 9: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

391

penyakapan, usahatani sebagai unit usaha), (2) memperkuat kelembagaan petani (kelompok tani-gapoktan-koperasi pertanian/KUD; (3) teknologi mekanisasi harus dijalankan; (4) peningkatan kemampuan manajerial usahatani/agribisnis, (5) pembangunan infrastruktur, (6) industrialisasi pertanian, serta (7) menggalakkan KB untuk mengurangi tekanan penduduk dan mendukung program wajib belajar.

16. Program Deptan sudah sangat bagus. Sebagai contoh Revitalisasi Pertanian yang sebenarnya juga mirip dengan PELITA di jaman orba. Namun yang lebih penting adalah bagaimana implementasinya. Konsep yang bagus akan kurang bermanfaat jika tidak dilaksanakan.

Pembahas II : Prof. Dr. Pantjar Simatupang

Pembahasan tidak dilakukan perjudul makalah tetapi secara simultan. Mengawali pembahasan dapat ditarik benang merah antara Tema Seminar pada hari ini dengan isi makalah yang disampaikan oleh ketiga pembicara:

Tema Seminar adalah Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani. Dari tema tersebut, maka seminar nasional merupakan

ajang untuk menyampaikan gagasan/pendapat bagaimana membuat kebijakan untuk kesejahteraan bagi sebagian besar petani.

Dr. Arief Daryanto lebih banyak membahas tentang Posisi Daya Saing Indonesia, khususnya di sektor pertanian. Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa yang kompetitif adalah komoditas perkebunan dan perikanan. Sementara untuk komoditas pangan dan peternakan tidak kompetitif.

Sementara Dr. Sumaryanto membahas dan menguraikan secara lengkap tentang struktur usahatani. Dari uraian tersebut dapat kita simak bahwasannya petani gurem (<0,5 ha) menempati porsi terbesar (53,58%), petani usaha kecil (0,5-2,0 ha) memiliki proporsi 37,73 persen dan usahatani sedang-besar (>2,0 ha) adalah 8,69 persen.

Adapun makalah Dr Sri Hery Susilowati dan Dr. Reni Kustiari lebih banyak mengulas tentang Strategi “Penumbuhan dan Proteksi”. Tadi sudah disampaikan strategi/kebijakan umum yang perlu dilakukan pemerintah untuk melindungi sektor pertanian di era perdagangan global.

Dalam pembahasan ini kita akan fokus untuk mendiskusikan: mengenai Peningkatan Daya Saing Usahatani Gurem dan Skala Kecil Dalam Era Persaingan Global. Sebagaimana kita tahu bahwa petani gurem dan kecil memiliki proporsi lebih dari 90 persen.

Umumnya usahatani gurem dan kecil ini memiliki karakteristik, sebagai berikut:

(a) Sektor usaha

Untuk komoditas pangan adalah utamanya padi; di perkebunan: karet, kopi dan kakao dan peternakan: ayam, sapi, kambing, dan domba

Page 10: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

392

(b) Orientasi usaha

a. Pengadaan bahan pangan “SUBSISTEN” b. Tambahan pendapatan: hanya 25 % dari pendapatan total

(c) Kondisi kehidupan: Sebagian besar merupakan masyarakat miskin.

Untuk usahatani gurem dan kecil ini mungkin lebih tepat jika disebut sebagai Usahatani Survival.

Ada 2 pokok masalah yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

1. Apakah liberalisasi ekonomi akan menguntungkan atau justru merupakan ancaman bagi usahatani survival ini (hal ini semestinya yang harus mendapat jawaban dari makalah Dr Arief Daryanto dan Dr Sumaryanto).

2. Apakah strategi penumbuhan dan proteksi yang saat ini diberlakukan oleh pemerintah telah cocok dan lengkap untuk membangun usahatani yang survival (perlu menjadi bahan kajian penting pada makalah yang disampaikan oleh Dr Sri Heri Susilowati dan Dr. Reni Kustiari).

Menyimak dari pemaparan para pemakalah ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang bisa menjadi bahan pemikiran kita.

Pertanyaan

1. Andaikan terwujud, keuntungan apakah yang dapat diperoleh dari liberalisasi perdagangan (terutama untuk petani gurem dan kecil?)

Pertanyaan lanjutannya: Apakah janji peluang liberalisasi perdagangan tersebut konsisten dengan bidang usaha petani survival Indonesia? (Coba bisa dilihat apa yang disampaikan Dr. Arief Daryanto pada halaman 19, juga pada halaman 8)

2. Seberapa besar dan siapakah yang meraih keuntungan liberalisasi perdagangan global?

3. Negara berkembang manakah yang meraup manfaat terbesar?

4. Apakah liberalisasi perdagangan global dapat terwujud melalui perundingan WTO? (Ini yang mestinya bisa lebih banyak dielaborasi pada judul makalah Dr. Sri Heri S dan Dr. Reni K)

Tambahan pertanyaan, terkait dengan beberapa isu perdagangan global, seperti:

1. SPS dan lingkungan: Hambatan non tarif

2. HAKI:

– Privatisasi/Komersialisasi IPTEK

– Dasar kekuatan monopoli MNC: benih, pestisida

Page 11: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

393

3. Investasi dan jasa

– MNC pada perdagangan eceran

– MNC pada usaha produksi agribisnis

Jadi pada saat ini sudah muncul dan berkembang apa yang disebut sebagai Outsourcing Logistics System dan berarti ada Global Value Chain

5. Mungkinkah ada perdagangan global yang adil? (perlu mendapat perhatian pada Dr. Sri Hery Susilowati dan Dr. Reni Kustiari). Pertanyaan ini menjadi penting, karena pasti ada distorsi-distorsi dalam pasar, misalnya:

• Distorsi kebijakan pemerintah

– Bantuan domestik, tarif, subsidi ekspor

– Hambatan non tarif: Karantina/SPS, lingkungan, keamanan, keagamaan

• Distorsi oleh konsentrasi kekuatan pasar

– Monopoli benih dan pestisida

– Monopsoni komoditas: Super Market, Logistik (impor beras saja melalui MNC, seperti. Cargill)

Sebetulnya saya berharap Dr. Sri Hery Susilowati dan Dr. Reni Kustiari memberi kita data penunjang, sayang data kurang lengkap dan referensi Daniah (2008) tidak dicantumkan dalam daftar rujukan

6. Bagaimanakah kira-kira (ekspektasi) lingkungan eksternal agribisnis ke depan? Hal ini penting baik menyangkut kondisi pasar global maupun situasi lingkungan alam global

• Pasar global:

– Distorsi kebijakan: isu SPS dan lingkungan

– Distorsi kekuatan MNC

– Perubahan permintaan: Pakan, biofuel

– Relasi pasar komoditas dan finansial

Kesemuanya menuntut adanya jaminan kualitas, transparansi dan keterlacakan rantai pasok.

• Lingkungan alam global: Perubahan iklim

--> Tuntutan akan kepatuhan pada penerapan Good Agricultural Practices (GAP)

7. Bagaimanakah eksistensi petani survival ke depan? (terutama ditujukan untuk Dr. Sumaryanto). Beberapa tantangan berat yang harus dihadapi petani survival, diantaranya:

Tantangan akses pasar global:Tidak sendirinya cocok dengan karakteristik perdagangan global

– Disekonomi skala

– Ongkos transaksi

Page 12: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

394

– Tantangan dalam penerapan GAP

– Kesulitan dalam manajemen rantai pasok

Tantangan tekanan penduduk: petani gurem tumbuh 1.7 %/tahun > penduduk agregat=>Marjinalisasi berkelanjutan

Tantangan degradasi kapasitas produksi

– Skala dan kualitas

– Dukungan infrastruktur: Keras dan lunak

– Ancaman lingkungan alam: sediaan air, suhu

Keberpihakan kebijkan

– Makro: Tinggi retorik

– Mikro: Gagal implementasi

8. Bagaimanakah strategi pembangunan yang disarankan?

• Dr. Arief Daryanto menyarankan untuk memperkuat 5 I +GG

– Investasi

– Infrastruktur

– Inovasi

– Institusi

– Insentif

• Dr. Sri Hery Susilowati dan Dr. Reni Kustiari: menekankan pentingnya peran pemerintah untuk Penumbuhan dan Proteksi

• Dr. Sumaryanto: hampir sama dengan pendapat Dr Arief Daryanto.

Ketiga paparan makalah jika disinergikan merupakan sebuah Gabungan “Pemberdayaan Petani Gurem”

Terkait dengan petani survival ini, menurut hemat kami ada beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai Garis-Garis Besar untuk Pemberdayaan Petani Gurem

1. Pengendalian (Controling): Proteksi PLUS

Mengatur agar tekanan globalisasi dan liberalisasi berlangsung bertahap dan tidak mematikan. Oleh karena itu perlu dibangun dan penguatan kemampuan negosiasi Indonesia di kancah perdagangan dunia

2. Pemberdayaan (Enabling): Penumbuhan Plus

Menjamin agar petani kecil mampu memanfaatkan peluang yang diciptakan oleh globalisasi dan liberalisasi=>LIMA “I” (yang disampaikan Dr Arif Daryanto)+GG (good governance)=>Agribusiness Enabling Environment

3. Penguatan (Coping): Ekstra

Meningkatkan daya tahan dan penyesuaian diri agar dapat mengatasi atau meredam dampak negatif gejolak ekonomi dan lingkungan alam.

Page 13: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

395

4. Penyelamatan (Rescuing): Ekstra

Implementasinya adalah membantu usahatani (gurem dan kecil) yang bangkrut akibat gejolak dan bencana alam

Tanggapan/Pertanyaan Peserta

1. Dr. Ronnie S. Natawidjaja (CAPAS-UNPAD)

Setuju dengan apa yang dipaparkan Bapak Prof. Pantar Simatupang. Namun apa yang dikemukakan itu sifatnya Necessity Condition, masih perlu sufficient condition karena belum menjamin

Perlu mendudukan secara lebih jelas tentang peran dan kebijakan sektor pertanian, apakah sektor ini dijadikan sebagai instrumen untuk peningkatan welfare masyarakat, atau ditekankan pada peningkatan produktivitas atau tingkat efisiensinya. Perbedaan pada tujuan akhirnya juga akan berbeda pada penetapan target

Kebangkitan pertanian yang kita inginkan sekarang ini akan berbeda formatnya dengan tahun 70-an. Pada dekade 70-an leading adalah pemerintah (strong government), sekarang harus memperhatikan kebutuhan/kemauan konsumen.

Kita tidak hanya cukup melihat dari sisi petani tetapi juga konsumen (preferensi). Masyarakat konsumen yang di kota tumbuh pesat dibanding di perdesaan. Kajian kita kurang untuk melihat preferensi konsumen ini

2. Dr. Hermanto (Badan Ketahanan Pangan)

Bagaimana mengkaitkan Hari Pangan Sedunia (HPS) dalam hal ini adalah diversifikasi pangan dengan memanfaatkan pangan lokal

Permasalahan petani gurem: jawabannya sangat terkait dengan sektor di luar pertanian. Peluang kesempatan kerja yang diperlukan untuk mengurangi petani gurem memerlukan peran sektor lain. Tangkap opportunity otonomi daerah yang mengarah kepada regional equity. Orientasi kita jangan hanya untuk menggarap konsumen saja, tetapi kegiatan yang menghasilkan output/produktif. Untuk mengerem petani gurem perlu dilakukan pengendalian jumlah penduduk. KB perlu digalakkan lagi.

Untuk Bapak Arief Daryanto: Terkait daya saing produk peranian, kita bisa mengembangkan agribisnis berbasis sumber daya lokal. Dari basis ini dijadikan modal untuk membangun keunggulan kompetitif. Ada step yang perlu konsistensi yaitu perlunya promosi agroindustri berbasis sumber daya lokal. Tepung-tepungan kita sangat potensial, tinggal bagaimana industri memanfaatkan.

Di Makalah Pak Arief masih belum terlihat bagaimana kaitannya sustainable agricultural. Terkait dengan meningkatnya demand, perlu juga dilihat adanya second green revolution.

Page 14: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

396

Untuk Bu Sri Hery: Mengutip pernyataan Bapak Bungaran bahwa dalam merumuskan strategi perdagangan harus berpikir yang “lain” yang tidak biasa. Saran kita bukan anti terhadap investasi internasional, tetapi harus selektif. Perlu dipilah subsektor apa misalnya yang dapat dimasuki asing.

Dalam penyusunan strategi perdagangan, hendaknya strategi kita tidak tergantung pada strategi negara lain, kecuali kalau kita sudah tergabung dalam group tertentu.

3. Dr. Muchjidin Rachmat (PSEKP)

Untuk Pak Dr. Sumaryanto: dalam bahasan belum secara tegas menyorot tentang konversi lahan, dan beban tenaga kerja yang ditanggung sektor pertanian

Kita harus mencari alternatif untuk memberdayakan petani gurem, misalnya dengan kemitraan, pengembangan rantai pasokan, peningkatan skala usaha. Tentunya harus menggunakan strategi yang tepat untuk masing-masing item.

Sektor Pertanian kita masih terlalu fokus pada padi, padahal ada komoditas lain yang potensial. Hal ini akan mengurangi perhatian ke komoditas lainnya

Kita sedih melihat bahwa ekspor hasil pertanian kita lebih banyak pada bahan baku. Sayangnya, mandat yang diberikan Departemen Pertanian hanya sebatas sampai produksi saja. Sementara di Malaysia Departemen Pertanian sudah sampai manufacturing. Jadi nilai tambah kita sangat rendah.

Terkait dengan perdagangan internasional, band tariff kita sangat rendah. Nampaknya kita terlalu berani membuka pasar dan terkesan sudah ”kebablasan”.

4. Ir. Saptana, M.Si (PSEKP)

Untuk Pak Arief: Daya saing bisa diartikan sebagai peningkatan produktivitas. Ada 3 sumber untuk meningkatkan produksi yaitu: (a) technology changing, (b) efisiensi, dan (c) skala usaha. Bagaimana kira-kira strategi agar keunggulan komparatif bisa berubah menjadi kompetitif. Kita saat ini banyak unggul di komparatif saja, artinya kebijakan selama ini masih disinsentif untuk mengarah ke kompetitif.

Untuk Bapak Sumaryanto: Land Man Ratio kita kecil (600 m2/kapita). Ini

yang menjadi masalah karena nampaknya ada keterkaitan antara kemiskinan dengan sektor pertanian. Dengan kondisi sepert ini sektor pertanian menjadi identik dan penyebab kemiskinan

Untuk Bu Sri Hery: Dalam penulisan makalah seharusnya ada keterkaitan yang utuh antara kendala-kendala yang dihadapi, tujuan kebijakan yang ingin dicapai, serta instrumen kebijakan. Terlihat masih belum macthing dan perlu digambarkan secara runtut.

Page 15: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

397

Tanggapan Pemakalah

1. Dr. Sri Hery Susilowati

Untuk Pak Mashuri: sepakat bahwa kebijakan pemerintah memang perlu ada prioritas. Misalnya untuk subsidi, harus ada arahan apakah untuk meningkatkan produksi pangan?, kesejahteraan petani, atau prioritas untuk subsektor mana?

Untuk Pak Pantjar: Langkah-langkah terobosan perlu dilakukan dan sependapat dengan ide yang disampaikan pembahas

Subsektor-subsektor yang dipertimbangkan untuk didorong adalah pada pangan yang berbasis sumber daya lokal

Untuk permasalahan, kebijakan dan strateginya sudah disusun dalam alur pikir. Hanya saja pengelompokan bahasan mungkin berbeda.

2. Dr. Sumaryanto

Frame yang dibuat oleh Bapak Pantjar Simatupang bisa menjadi masukan yang baik. Ada pertanyaan kunci yang perlu kita renungkan. Kenapa yang direncanakan (kebijakan, peraturan) sangat bagus, tetapi hasilnya seringkali tidak sesuai dengan harapan. Ada beberapa penyebab yang mungkin saja terjadi, diantaranya (a) ada dualisme dalam kepentingan dan cara pandang, (b) kita sering tergesa-gesa dan tidak cermat menyikapi keberagaman, (c) perubahan yang terjadi tidak selalu sesuai dengan teori, (d) inflasi kebijakan yang tidak matching atau hanya “main asal comot”, (e) mungkin kebijakan kita terlalu liberal sehingga nampak liar tidak terkendali, atau justru terlalu konservatif. Dalam menyusun kebijakan harus moderat dan hati-hati.

3. Dr. Arief Sudaryanto

Ada 3 breakthrough yang perlu dilakukan pemerintah yaitu (1) policy consistency, (2) heteroginity policy (policy jangan generik), kebijakan masing-masing komoditas berbeda dan (3) Resolution (social organization). Kebijakan lainnya sebagai pendukung seperti: penguatan daya saing (productivity, welfare), pemberdayaan petani (kemitraan, contract farming), dll. Aspek yang tidak kalah penting untuk agenda ke depan adalah bagaimana meningkatkan public spending dan membangun good governance.

Penutup : Moderator

1. Disarankan kepada Tim Perumus untuk mengakomodasi apa yang disampaikan pembahas

2. Mohon kepada ketiga pembicara untuk memperhatikan saran pembahas/ masukan dari floor secara sungguh-sungguh.

Page 16: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

398

KELOMPOK A

Sesi-1

Pimpinan Sidang : Dr. Muchjidin Rahmat

Notulen : Ir. Erma Suryani, MSi

Makalah 1 : Strategi Peningkatan Daya Saing Agribisnis Kopi Robusta dengan Model Daya Saing Tree Five (Soetriono)

Makalah 2 : Keragaan Ketenagakerjaan dan Distribusi Penguasaan Lahan (Kasus di Perdesaan Patanas) (Sugiarto)

Makalah 3 : Perspektif Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Henny Mayrowani dan Valeriana Darwis)

Diskusi

Pertanyaan

1. Ir. Gatot Sroe Hardono, MSi (PSEKP)

Pada makalah-1, untuk saat ini prospek kopi Robusta kurang menarik dibanding kopi Arabika. Dimana posisi Indonesia untuk kopi robusta saat ini, karena petani cenderung memilih budidaya kopi Arabika ?

Dalam makalah dikemukakan beberapa metode analisis, tetapi yang muncul hanya angka parameter, tidak diinterpretasikan dengan baik.

Tanda parameter pada persamaan 1 menunjukkan jika harga naik, petani cenderung menambah luas tanam. Pada Persamaan 2, tanda parameter membingungkan

Parameter kuantitas impor, menunjukkan jika harga dunia naik, kenapa impor naik ? Logikanya jika harga dunia naik, justru impor akan turun.

Harga kopi dinyatakan dipengaruhi harga kakao, apakah kakao sebagai komoditas substitusi atau komplemen ? Pada persamaan lainnya ditunjukkan bahwa jika harga pupuk naik, maka supply akan naik, bagaimana keterkaitan hal ini ?

Pada makalah ke-2, interpretasi dari data-data dalam tabel perlu hati-hati, karena tampaknya tidak mempertimbangkan bias sampling.

Pada makalah ke-3, tentang perspektif, seharusnya dilengkapi analisis bagaimana kedepannya, tampaknya belum banyak diulas. Analisis margin sebaiknya dibedakan berdasarkan supply chain.

2. Surya Sembiring (mahasiswa S-3 IPB)

Pada makalah ke-1 halaman 5, apakah perlu memasukkan model persamaan simultan ? bila dimasukkan ada inkonsistensi dengan lampiran.

Page 17: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

399

Persamaan simultan sebaiknya tidak perlu dimasukkan. Jika tidak dimasukkan, berarti hal-hal yang terkait dengan variabel dalam persamaan simulasi tidak perlu dibahas.

Pada makalah ke-2, apa kesulitan penulis tidak memperhitungkan faktor kesuburan sebagai indikator ?

Pada makalah ke-3, untuk analisis margin pemasaran yang disajikan dalam tabel 3 tampaknya perlu memasukkan harga di tingkat petani. Tabel 3 belum cukup untuk analisis margin pemasaran.

Pada makalah ke-3, halaman 14 tiba-tiba muncul saran tentang impor (cakupan makro) sementara lingkup pembahasan bersifat mikro. Bagaimana keterkaitan hal tersebut ?

3. Ir. Supadi (PSEKP)

Pada makalah ke-1, untuk meningkatkan daya saing, mengapa pemakalah menyarankan melakukan peningkatan luas areal tanam, padahal produktivitas kopi masih sangat rendah, penggunakan pupuk belum sesuai anjuran ?

Tanggapan Pemakalah

Pemakalah ke-1

Untuk kopi arabika memang prospeknya lebih baik dibanding kopi robusta. Tetapi mengingat jumlah petani robusta jauh lebih banyak, maka kajian yang menyangkut daya saing kopi robusta juga diperlukan.

Persamaan simultan memang tidak banyak dibahas, mengingat keterbatasan jumlah halaman makalah.

Dalam analisis ini, komoditas kakao dianggap merupakan barang substitusi komoditas kopi, sehingga harga kakao diduga dapat mempengaruhi harga kopi robusta.

Jika harga impor naik sebenarnya tidak berpengaruh langsung ke petani. Faktanya di lapangan, jika harga domestik naik, petani tetap mengekspor.

Peningkatan produksi diharapkan dapat meningkatkan jumlah ekspor. Produktivitas masih relatif rendah, hal ini berpotensi untuk dilakukan peningkatan sehingga peningkatan produksi dapat dicapai.

Analisis sensitifitas masih dilakukan.

Pemakalah ke-2

Makalah hanya dibatasi pada keragaan.

Indikator tidak mencakup kesuburan lahan, karena didasarkan pada indikator yang digunakan pada penelitian patanas.

Page 18: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

400

Pemakalah ke-3

Terkait perspekstif akan diperjelas dalam makalah. Jenis bawang Brebes bukan untuk kebutuhan bawang goreng yang dibutuhkan industri seperti Indofood.

Analisis margin akan dibuat lebih rinci.

Dalam bagian saran telah disinggung masalah impor, karena supply bawang brebes sangat dipengaruhi bawang impor yang membuat harga jatuh. Berdasarkan informasi, impor masuk secara ilegal sehingga data kuantitatifnya sulit diperoleh.

Komentar Moderator

Pemakalah-1

Tambahkan deskriptif tentang modeling kopi robusta.

Perlu diperbaiki konsistensi antara metodologi dengan pembahasan. Jika memasukkan model, perlu dilakukan perbaikan dan mengecek tanda-tanda parameternya.

Pemakalah-2

Cara-cara perhitungan angka-angka dalam tabel perlu dijelaskan dalam metodologi.

Kesimpulan yang menyatakan kondisi di Jawa dan Luar Jawa tidak ada perbedaan perlu lebih dipertajam.

Pemakalah-3

Perlu dilengkapi analisis usahatani

Perlu ditampilkan analisis margin.

Sebaiknya dilengkapi data sebaran daerah yang memasok bawang merah ke Brebes, kapan puncak produksinya, bagaimana fluktuasi harganya, dan lain-lain.

Sesi-2

Makalah 4 : Pengkajian Teknologi Tepat Guna Budidaya Krisan di Lokasi Prima Tani Kabupaten Sleman Yogyakarta (H. Hanafi dan Tri Marini)

Makalah 5 : Usahatani dan Pemasaran Ubi kayu serta Teknologi Pengolahan Tapioka di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah (Valeriana Darwis, C.Muslim, dan Andi Askin)

Makalah 6 : Tunggu Tubang sebagai Upaya Mempertahankan Sumber daya Lahan Berkelanjutan (Yanter Hutapea dan Tumarlan Thamrin)

Page 19: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

401

Diskusi

Pertanyaan

1. Ir. Sari Anggarawati, MSi. (Universitas Nusa Bangsa, Bogor)

Pada makalah-1 dinyatakan dalam metodologi bahwa pembahasan akan disajikan secara deskriptif, meskipun demikian sebaiknya dalam pembahasan disajikan data persentase untuk mempermudah pembaca.

Pada makalah-1, tabel 2, adakah manipulasi yang dilakukan ? Kapasitas produksi per musim tidak terlihat. Dengan adanya manipulasi iklim, bisakah menambah frekwensi tanam ? adakah dengan peningkatan frekwensi tanam meningkatkan produksi ?

Pada makalah-1, hasil analisis tidak jelas berapa musim, berapa pendapatan petani per bulan untuk justifikasi bahwa komoditas tersebut bernilai tinggi.

Terkait analisis tapioka, analisis usahataninya hanya B/C ratio, bagaimana BEP nya ? Jika dilakukan analisis rumah tangga, sebaiknya dibahas juga tentang analisis nilai tambahnya. Dalam analisis margin pemasaran, tidak terlihat besaran margin antar rantai, oleh karena itu mungkin lebih cocok bila disebut rantai pemasaran. Untuk penyempurnaan makalah, sebaiknya dilakukan analisis margin pemasaran.

Tugu Tubang merupakan salah satu kearifan lokal yang perlu dilestarikan, ini sebenarnya kelembagaan untuk menjaga keutuhan lahan. Bagaimana melestarikan kelembagaan ini ? Bagaimana cara penguatan kelembagaan ini ?

2. Surya Sembiring (mahasiswa S-3 IPB)

Pada makalah-1, bagaimana dampak budidaya krisan terhadap tanaman hias lainnya? Pada halaman 13 paragrap 2, ada beberapa istilah efisiensi yang tinggi, keuntungan optimal, dan lain-lain, istilah ekonomi ini kurang relevan digunakan. Pada judul makalah sebaiknya tidak perlu memasukkan istilah „bernilai tinggi‟ karena sebutan tanaman krisan sudah menunjukkan bahwa komoditas tersebut tergolong komoditas bernilai tinggi.

Pada makalah-2, penjelasan dalam halaman 9 kurang eksplisit. Berapa jumlah agroindustri yang dijadikan sampel ? Jika bicara agroindustri tidak terlepas masalah pajak, tetapi tidak ada uraian tentang pajak. Pada halaman 16, perlu diperjelas saluran pemasaran tapioka hingga ke produk akhir.

Pada makalah-3, seharusnya ditampilkan kelemahan, kelebihan, dan lain-lain terkait eksistensi kelembagaan Tugu Tubang.

3. Lumban Tobing (Ditjen Hortikultura, Jakarta)

Untuk kedepan, apakah ada (kultur jaringan) untuk krisan ?

Page 20: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

402

Untuk ubi kayu, berapa skala usaha ekonominya ? karena untuk skala usaha 1,67 hektar masih tergolong skala biasa.

Eksistensi tugu tubang, secara sosiologi perdesaan sangat baik untuk kelestarian lingkungan, bila dalam keluarga kecil bagaimana sistem pewarisannya untuk eksistensi ke depan ?

Tanggapan Pemakalah

Pemakalah ke-1

Semua saran dipertimbangkan.

Inovasi budidaya tanaman krisan sudah mulai diadopsi, hal ini terlihat dari adanya perluasan areal tanam. Meningkatnya produksi tanaman krisan mendorong permintaan tanaman krisan dari daerah lain berkurang.

Pemakalah ke-2

Saran terkait analisis BEP dan nilai tambah akan dipertimbangkan.

Pemakalah ke-3

Untuk eksistensi Tugu Tubang, alur keturunan yang digunakan mengikuti alur pihak laki-laki.

Jika tugu tubang meninggal (perempuan), maka dapat diturunkan ke anak perempuan. Jika tidak ada anak, maka diturunkan ke adik perempuan ibunya.

Komentar Moderator

Saran untuk makalah-1, sebaiknya formatnya diatur kembali, pembahasan sebaiknya per aspek.

Saran untuk makalah-2, sebaiknya analisisnya dilengkapi dengan analisis pengolahan tapioka.

Saran untuk makalah ke-3, sebaiknya difokuskan pada cara mempertahankan eksistensi kelembagaan Tugu Tubang.

Catatan : Makalah yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani Cabai di Lahan Pantai (Studi Kasus di Pantai Pandan Simo, Bantul, DIY)” oleh Triwara Buddhi Satyarini, tidak dipresentasikan karena pemakalah tidak hadir.

Page 21: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

403

KELOMPOK B

Moderator : Dr. Sahat M. Pasaribu

Notulen : Sri Nuryanti, STP., MP.

Makalah 1 : Kebijakan Tataniaga Gula terhadap Ketersediaan dan Harga Domestik Gula Pasir (Maria)

Makalah 2 : Prospek dan Kendala Pengembangan Agribisnis Ternak Kambing dan Domba di Indonesia (Bambang Winarso)

Makalah 3 : Dampak Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Perkembangan Agribisnis dan Pendapatan Rumah Tangga Petani (Hayati, Gugun Gunawan dan Setiawan Sariyoga)

Makalah 4 : Pola Tanam Berdaya Saing Komoditas Unggulan pada Lahan Kering dalam Peningkatan Kesejahteraan Petani (Amar Kadar Zakaria)

Makalah 5 : Kelembagaan Ekonomi pada Komunitas Petani Sayuran di Provinsi Bali (Roosganda Elisabeth dan Iwan S. Anugrah)

Makalah 6 : Kinerja Usahatani Padi dan Indikator Kesejahteraan Petani di Sentra Produksi Padi Kabupaten Kubu Raya (Rusli Burhansyah dan Melia P.)

Diskusi

Pertanyaan

1. Rita Hanafi

a. Makalah 1

Belum tersurat trend pergulaan secara jelas. Harap dijelaskan lebih detil.

b. Makalah 5

Kebijakan sistematis spesifik lokasi seperti apa yang dimaksud?

Disebutkan bahwa kelembagaan tradisional seharusnya mampu, bagaimana keadaan riil di lapangan?

c. Makalah 6

Bagi buruh tani menyewakan alsintan apakah tidak masuk usaha on farm?

Industri berbasis sumber daya lokal perlu diperjelas lagi yang seperti apa?

Page 22: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

404

2. Siti Rohayani

a. Makalah 1

Yang dilihat hanya variabel tidak bebas untuk variabel gula pasir, bagaimana dengan variabel ketersediaan? Analisis kebijakan tataniga gula seharusnya sesuai dengan judul terhadap harga domestik bukan ketersediaannya.

b. Makalah 2

Bicara prospek, kita harus melihat kebutuhan dan defisit, sehingga ada prospek ke depan kalau ketersediaan sekarang tidak ada maka tidak akan ada prospek. Dalam makalah tidak dibahas kebutuhan, defisit dan prospeknya.

c. Makalah 3

Yang dibahas hanya pembayaran jasa lingkungan. Belum ada satu garis lurus antara judul dengan kesimpulan, dampak sama sekali tidak dibahas.

d. Makalah 4

Pola tanam seperti apa A dan B tidak jelas, jagung-jagung-beras apa maksudnya, masing-masing harus diberi penjelasan.

e. Makalah 5

Judul dan kesimpulan tidak berhubungan. Yang dibahas hanya perilaku ekonomi.

f. Makalah 6

Apakah indikator kesejahteraan petani hanya pendapatan saja. Pembahasan kesejahteraannya dimana?

3. Basuki

a. Makalah 1 (Maria)

Tataniaga gula dari kesimpulan dalam periode pengendalian pemerintah tampak kinerjanya paling bagus, apakah berarti menarik untuk investor untuk membangun pabrik gula, atau masih perlu insentif lain?.

Dengan kondisi kebijakan itu apakah feasible untuk mendirikan pabrik gula?

b. Makalah 2 (Bambang W.)

Yang dibahas hanya produk daging saja, bagaimana dengan susunya apakah ada analisanya misalnya susu kambing Peranakan Ettawa (PE).

Disebutkan bahwa yang baik adalah pola tanam A (jagung–jagung) sementara jagung dan kacang tanah mempunyai selisih lebih dari Rp 3,5 juta. Kalau lahan ditanami jagung terus-menerus akan menurunkan

Page 23: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

405

kesuburan, kalau dengan kacang tanah akan menyuburkan lahan kembali dan memutus siklus hama.

Tanggapan Pemakalah

Makalah 1

Trend dalam makalah sudah ada. Namun dalam pembahasan/ pengkalimatan kesimpulan belum ada, akan ditambahkan dalam kesimpulan,

Dalam ketersediaan telah ada modelnya, ada dua model analisis dalam makalah,

Kebijakan tataniaga yang cukup berperanan adalah pengendalian impor, karena impor hanya diijinkan bagi sejumlah importir dengan jumlah impor yang terbatas juga,

Ada 58 unit pabrik gula, dengan persentase produksi hanya 65 persen dari kebutuhan domestik. Pendirian pabrik gula baru harus dipertimbangkan nilai investasi dan Break Event Ponit (BEP).

Makalah 2

Makalah adalah bagian dari makalah besar. Yang dimaksud oleh penanya terdapat dalam makalah besar. Memang banyak hal yang tidak disampaikan karena menghemat halaman,

Kasus kambing PE dapat dilihat dalam makalah besar. Dalam makalah ini yang dilihat kambing dan domba secara umum saja.

Makalah 3

Judul dengan kesimpulan kaitannya sesuai. Tujuannya sendiri untuk melihat dampak sebelum dan sesudah adanya Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL). Digunakan analisis pendapatan sebelum dan sesudah kegiatan, apakah ada kenaikan atau penurunan pendapatan, berapa kontribusi PJL terhadap pendapatan rumah tangga dan kontribusi terhadap kesejahteraan,

Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat dampak dalam sistem agribisnis karena untuk melihat dampak PJL petani harus menanam pohon melinjo dengan jumlah batang tertentu.

Sampel adalah petani yang mempunyai pohon melinjo, mungkin yang dimaksud dengan batang pohon adalah jumlah tegakan.

Makalah 4

Pola tanam keduanya layak (A dan B). Dalam makalah telah disebutkan nilainya,

Yang dimaksud adalah jagung-jagung-bera bukan jagung-jagung-beras,

Page 24: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

406

Komoditas yang paling tinggi secara ekonomi adalah tembakau. Namun saat ini harganya tinggi mungkin akan drastis hasilnya, tidak relevan. Tetapi yang akan direkomendasikan adalah jagung-jagung-bera.

Makalah 5

Makalah ini berdasarkan kajian spesifik lokasi. Kebijakan spesifik lokasi misalnya kebijakan di suatu daerah yang membutuhkan bendungan, meminta pada pemerintah untuk dibangun bendungan, sehingga yang dilakukan adalah top down policy, bukan bottom up policy. Maka yang diangkat disini adalah rancangan kebijakan yang terarah, sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat diaktualisasikan agar sejalan dengan transformasi perkembangan kelembagaan di suatu daerah yang pada dasarnya diinginkan dan tetap mempertimbangkan spesifik lokasi,

Kelembagaan tradisional seharusnya mampu, dan keadaan riilnya di Bali karena homogenitas masyarakat setempat maka kelembagaan berjalan baik. Namun karena saran atau kebijakan pemerintah adakalanya perannya tertutup oleh keberadaan kelurahan atau kecamatan. Perlu dilakukan restrukturisasi penyelenggaraan kepemimpiman yang belum kuat agar lebih berdaya,

Kelemahan penulis banyak membahas perilaku ekonomi dan tidak membahas kelembagaan petani sayuran dan Subak serta Banjar Adat di lokasi penelitian. Saran ditampung.

Makalah 7

Semua saran akan diterima, bahwa permasalahan pupuk diatasi melalui Gapoktan,

Sumber daya lokal adalah apa saja yang ada di desa antara lain manusia, tanah dan tanaman,

Gapoktan diberdayakan untuk meningkatkan keberadaan koperasi dan kinerja usahatani petani. Selama ini fungsi Gapoktan belum jelas.

Nilai R/C telah ditulis, namun belum ditampilkan. Akan ditampilkan dalam makalah, data sangat up to date, diambil dua minggu sekali.

Tanggapan Peneliti Senior

A. Rozany Nurmanaf

Kalau bicara tataniaga gula harus bicara penyelundupan. Data empirik analisis kuantitatif hasil regresi saja, kurang deskripsi kualitatif menyangkut kebijakan pemerintah (Makalah 1),

Semakin tinggi kesenjangan divonis tidak sejahtera. Kesejahteraan itu komplek, kalau hanya melihat kesenjangan maka tidak akan sesuai (Makalah 3, 4 dan 7),

Page 25: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

407

Dalam judul sepertinya akan dilihat kambing/domba. Namun yang dibahas hanya daging kambing sementara di Jawa Barat domba adalah spesifik, misalnya Domba Aduan, seperti di Garut. Agar judul masih bisa dipertahankan, maka perlu dibahas juga tentang domba (Makalah 2).

I Wayan Rusastra

Ada 40 makalah yang masuk kepada panitia seminar, yang terseleksi 21 makalah. Artinya tujuh makalah ini termasuk yang terbaik. Oleh karena itu, agar diperhatikan pertanyaan dan saran dengan sungguh-sungguh supaya makalah menjadi sempurna,

Ada data yang sangat out of date, yaitu data kambing (2004). Sementara data statistik peternakan 2008 sudah ada. Oleh karena itu sebaiknya data di up date.

Sumaryanto

Ada kecenderungan karena kebiasaan yang kemungkinan diajarkan oleh dosen, dalam penelitian selalu diharapkan rekomendasi kebijakan. Padahal yang paling penting adalah reliabilitas data dan posisinya di mana. Kalau data itu reliable, maka akan representatif untuk penelitian atau orang yang akan mereview hasil penelitian karena rekomendasi kebijakannya lengkap. Oleh karena itu konteksnya harus jelas dulu, tidak perlu melihat yang besar dulu. Reliabilitas data yang kecil namun dipaksakan untuk suatu rekomendasi kebijakan akan tidak relevan (Makalah 1-7).

Usahatani padi menunjukkan bahwa pangsa pengeluaran untuk pangan rendah lalu disimpulkan adanya komersialisasi. Yang umum diketahui untuk kasus semacam itu adalah tingkat pengeluaran non pangan lebih tinggi, tidak selalu komersial. Oleh karena itu deskripsi sampel harus komplit, sebagai referensi data harus representatif (Makalah 7).

Menyangkut peggunaaan teknik analisis, kalau sempat untuk analisis tataniaga gula yang menunjukkan nilai koefisien Durbin Watson (DW) jauh dari angka 2, dimungkinkan ada auto korelasi. Agar dicoba memasukkan variabel lag produksi, karena sebagian lahan tidak berubah dan banyak yang mengerjakan sistem keprasan (Makalah 1).

Abstrak bukan memindahkan kesimpulan, bukan juga sebuah ringkasan melakinkan sebuah promosi tentang apa yang akan kita paparkan (Makalah 1-7).

Tanggapan Moderator

Kalau bicara tataniaga gula harus bicara penyelundupan. Data empirik telah dilakukan dalam penelitian di perbatasan Indonesia dengan Serawak (Entikong, Kalimantan),

Page 26: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

408

Pembayaran jasa lingkungan hanya untuk spesifik lokasi, tidak akan berfungsi untuk daerah aliran sungai (DAS) yang melalui perbatasan beberapa daerah, misalnya DAS Bengawan Solo,

Saran dari peneliti senior harap dicatat baik-baik oleh para pemakalah,

Sangat penting saran dari peneliti senior dalam kaitannya dengan publikasi agar data paling up to date,

Jangan segan-segan merombak tulisan agar tidak terkesan makalah tidak nyambung atau terpotong-potong,

Abstrak bahasa Inggris dalam semua makalah ini harus di tulis ulang (rewrite). Semua tidak benar penulisannya, mengingat semua makalah ini akan di-up load dalam website dan akan dibaca oleh semua pembaca dari seluruh dunia yang mengunjungi website PSE-KP.

Page 27: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

409

KELOMPOK C

Moderator : Drs. Prajogo U Hadi, M.Ec

Notulis : Yana Supriyatna, SE

Makalah 1 : Dampak Penurunan Harga Susu terhadap Agribisnis Sapi Perah Rakyat (Atien Priyanti dan I GAP Mahendri)

Makalah 2 : Profil dan Profibilitas Usaha Sapi Perah di Desa Jelok, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (S. Rusdiana dan Lisa Praharani)

Makalah 3 : Kemitraan Pemasaran Komoditas Sapi Potong Mendukung Usaha Peternakan Rakyat di Provinsi Gorontalo (Iwan Setiajie Anugrah, Wahyuning K. Sedjati dan Supriyati)

Makalah 4 : Kelayakan Usahatani Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai dengan Teknologi Ameliorasi di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Budi Setyono dan Suradal)

Makalah 5 : Kemitraan Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Bambang Sayaka dan Yana Supriyatna)

Makalah 6 : Pengembangan Kemitraan yang Saling Menguntungkan: Kasus antara PT Heinz ABC Indonesia dengan Petani Cabai Merah di Jawa Tengah (Supriyati dan Roosganda E.)

Makalah 7 : Strategi Kemitraan Usaha dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Agribisnis Cabai Merah di Jawa Tengah (Saptana, Arief Daryanto, Heny K. Daryanto dan Kuntjoro)

Tanggapan Pemakalah

Pemakalah 1

Hasil pendugaan persamaan simultan menunjukkan bahwa faktor-faktor harga susu, jumlah sapi perah, dan alokasi curahan waktu kerja anggota keluarga peternak mempengaruhi terhadap produksi susu yang dihasilkan. Secara simultan hal ini berpengaruh terhadap pendapatan usaha sapi perah dan berdampak pada pendapatan total rumah tangga peternak.

Dampak penurunan harga susu sebesar 10 persen akan mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap pendapatan total rumah tangga petani hingga mencapai 28 persen. Hal ini disebabkan karena produksi susu menurun sampai sekitar 7,3 persen, sehingga pendapatan dari usaha susu menurun hingga mencapai 36,7 persen.

Untuk menjamin kelangsungan usaha peternak sapi perah, sangat diharapkan adanya penetapan harga dasar susu di tingkat peternak (farm gate price). Harga dasar ini bersifat regional karena adanya variasi dalam cost unit untuk produksi susu di masing-masing wilayah.

Page 28: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

410

Pemakalah 2

Desa Jelok, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memiliki potensi sebagai daerah agribisnis ternak sapi perah. Jumlah kepemilikan sapi perah di tingkat peternak berdasarkan faktor umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap kepemilikan ternak.

Dari pemeliharaan agribisnis sapi perah, peternak mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 21.007.000/tahun atau keuntungan bersih sebesar Rp.1.750.543/ bulan dengan nilai B/C 1,5. Hal ini menunjukkan bahwa agribisnis ternak sapi perah layak untuk dijalankan dan dipertahankan. Keberadaan ternak sapi perahnya sangat berpengaruh/siginifikan terhadap pendapatan dalam kaitan dengan kesejahteraan petani.

Pemakalah 3

Sapi potong ditargetkan menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian wilayah Gorontalo setelah jagung, oleh karena itu usaha ternak sapi potong mendapat perhatian yang cukup besar dari semua pihak terkait, didukung oleh program PUTKATI dan program lain yang tersebar dalam kaitan pengembangan usaha peternakan rakyat di Gorontalo.

Bentuk dan upaya menjadikan usaha ternak sapi potong sebagai sumber perekonomian wilayah tersebut, diantaranya dilakukan dengan pola kemitraan. Seiring berjalannya waktu telah berkembang pada pola kerja sama pemasaran ternak sapi potong yang melibatkan seluruh stakeholder/para pelaku terkait di bidang peternakan.

Kemitraan tersebut secara intensif dipantau oleh seluruh jajaran pemerintah daerah baik di tingkat provinsi hingga pemerintahan desa dalam bentuk penyediaan perangkat kebijakan yang mengatur bagaimana proses kemitraan tersebut dilaksanakan oleh berbagai pihak sehingga kegiatan kemitraan tersebut memberikan dampak bagi peningkatan usaha ternak rakyat dan perekonomian daerah secara lebih luas.

Pemakalah 4

Dengan menggunakan teknologi ameliorasi petani telah mampu meproduksi 20 ton/ha bawang merah. Hal ini membuktikan bahwa teknologi ameliorasi dengan bahan tambahan tanah liat, pupuk kandang dan zeolit mampu meningkatkan produktivitas lahan, dari lahan yang tidak produktif menjadi lahan yang produktif khususnya lahan pasir pantai. Penambahan bahan ameliorant tetap dianjurkan karena dapat memperbaiki kesuburan lahan dan lingkungan yang berkelanjutan.

Hasil analisis usahatani bawang merah di lahan pasir pantai dengan teknologi ameliorasi menunjukkan B/C Ratio 2,39 dan R/C Ratio 3,39 sehingga usaha agribisnis bawang merah ini layak diusahakan.

Page 29: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

411

Pemakalah 5

Inisiatif kemitraan pemasaran produk bawang merah berasal dari pihak prosesor atau pedagang besar. Kemitraan antara PT ISM dengan pedagang bawang merah di Jawa Tengah merupakan upaya prosesor atau pedagang besar dalam usaha mencari bahan baku dengan jumlah yang sesuai, kontinyu serta memenuhi kualitas yang diinginkan.

Kemitraan pemasaran bawang merah segar antara PT ISM hanya berlangsung dengan pedagang melalui KUD, tidak ada kaitan langsung dengan petani. Keterbatasan modal dan skala usaha akan sulit bagi kelompok tani untuk melakukan kemitraan pemasaran dengan prosesor. Sedangkan kemitraan pemasaran bawang merah olahan dengan PT ISM masih harus melalui pihak ketiga.

Kemitraan ini lebih cenderung menguntungkan prosesor, karena harga kontrak yang ditetapkan hanya sedikit lebih tinggi dari harga pasar. Bahkan kadang-kadang harga jual ke PT ISM lebih rendah dari harga beli dari pasar. Walaupun demikian kemitraan ini membantu pedagang bawang merah pada saat permintaan pasar sedang lesu. Sedangkan kemitraan prosesor bawang merah dengan PT ISM relatif menguntungkan kedua belah pihak walaupun pemasok belum bisa melakukan kontrak langsung dengan perusahaan.

Peranan Pemda belum ada dalam kemitraan pemasaran bawang merah karena pihak perusahaan tidak mau melibatkan Pemda. Sementara Pemerintah Pusat berperan melalui pengaturan perdagangan, terutama impor bawang merah yang masuk ke sentra produksi termasuk Kabupaten Brebes.

Petani mendapat manfaat kredit sarana produksi tanpa agunan dari pedagang yang tidak mungkin diperoleh melalui program pemerintah maupun lembaga keuangan resmi. Keuntungan pemasok bawang merah ke PT ISM adalah diversifikasi risiko pemasaran. Sedangkan prosesor bawang merah relatif beruntung dengan memasarkan sebagian besar produknya ke perusahaan.

KUD sebaiknya bukan hanya menjual kontrak kepada pedagang agar risiko minimal dan mendapat fee tetap. Seharusnya KUD dikelola oleh pengurus yang memiliki jiwa wiraswasta yang kuat sehingga lembaga ini bisa berperan lebih baik dalam menggerakkan perekonomian rakyat.

Kemitraan langsung antara kelompok tani atau petani bawang merah dengan perusahaan tidak mungkin dilakukan, lebih baik pemerintah menyediakan kredit sarana produksi yang lebih terjangkau bagi petani.

Sebaiknya pedagang besar sebagai perusahaan perseorangan membuat badan hukum sehingga lebih mudah membuat kontrak secara langsung ke perusahaan.

Diversifikasi produk melalui pengolahan pasca panen dapat meningkatkan nilai tambah dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah memadai jika pemasaran produk olahan relatif terjamin.

Page 30: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

412

Pemakalah 6

Inisiatif kemitraan pemasaran produk pertanian umumnya berasal dari pihak prosesor atau pedagang besar/eksportir, dikarenakan keinginan memperoleh bahan baku atau produk dalam jumlah yang sesuai, kontinyu serta memenuhi kualitas yang diinginkan.

Keuntungan kemitraan pemasaran cabai merah adalah mengurangi risiko fluktuasi harga selama musim panen maupun setelah panen, bantuan kredit saprodi bagi sebagian besar petani relatif mahal dan harus kontan.

Kemitraan pemasaran cabai merah hanya mencakup sebagian kecil dibanding areal panen yang ada di tiap daerah. Hal ini berarti dampak kemitraan terhadap harga pasar komoditas tersebut bisa disebut sangat kecil. Lebih jauh lagi, prosesor bisanya menentukan harga beli dari kelompok tani mitra dengan sedikit marjin diatas biaya produksi, sehingga hanya menguntungkan bagi kelompok tani mitra pada saat panen raya.

Pemerintah Daerah mempunyai peranan sangat besar sebagai fasilitator dalam kemitraan pemasaran produk pertanian, namun perlu dicari solusi agar prosesor tidak langsung bekerja sama dengan suplier atau kelompok tani serta tanpa memberi tahu ke Dinas Pertanian setempat karena alasan kepraktisan atau ingin menghindari birokrasi yang kurang fleksibel.

Pemakalah 7

Dewasa ini petani cabai merah menghadapi masalah-masalah yang komplek, baik masalah yang sifatnya internal maupun ekternal. Permasalahan tersebut dapat menimbulkan risiko dan ketidakpastian bagi petani, baik yang sifatnya risiko produksi maupun risiko harga. Hal tersebut menuntut adanya perubahan strategi pemasaran yang dilakukan petani. Salah satu strategi pemasaran yang dipandang dapat meningkatkan daya saing agribisnis cabai merah adalah melalui kemitraan usaha agribisnis.

Secara empiris terdapat dua pola kelembagaan kemitraan usaha pada komoditas cabai merah yaitu pola dagang umum dan kelembagaan kemitraan usaha (contract farming) dengan berbagai variasinya, seperti yang dikembangkan PT. Heinz ABC sebagai perusahaan mitra.

Keunggulan pada pola kemitraan usaha antara lain adalah efisiensi dalam pengumpulan hasil tinggi, efisiensi dalam pengangkutan tinggi, harga relatif stabil karena harga ditetapkan dengan sistem kontrak, mampu mendorong petani untuk menghasilkan produk berkualitas, serta menjamin kontinyuitas pasokan bagi perusahaan mitra.

Strategi pengembangan kelembagaan kemitraan usaha harus dilakukan melalui proses sosial yang matang dengan dasar saling percaya mempercayai diantara pelaku agribisnis, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan daya saing agribisnis cabai merah secara berkelanjutan.

Page 31: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

413

Sumber-sumber pertumbuhan keunggulan kompetitif (daya saing) dapat dihasilkan melalui peningkatan luas areal tanam, peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani, peningkatan efisiensi pada seluruh jaringan agribisnis, dan penciptaan nilai tambah pada seluruh jaringan agribisnis.

Diskusi

Pertanyaan

Tuti (BPTP Banten)

Bagaimana prosedur dan mekanisme latar belakang pengkajian pengembangan agribisnis komoditas (bawang merah) dilahan Pasir Pantai tersebut dilakukan, agar dapat diaplikasikan di BPTP kami (Banten)? (Budi Setyono)

Siapa yang melakukan inisiasi kegiatan kemitraan sapi potong di Gorontalo dan bagaimana dampaknya? (Iwan Setiajie)

Bagaimana implementasi di masyarakat untuk melakukan kegiatan kemitraan cabai merah tersebut? (Saptana)

Trisyanti (Dispertan DI. Yogyakarta)

Sejauhmana lembaga keuangan yang ada di Pemda Gorontalo dalam rangka pengembangan modal usaha Sapi Potong dan bagaimana metodenya? (Iwan Setiajie)

Pengalaman Pemda DIY dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan meluncurkan dana sebesar 16,1 M untuk menumbuh kembangkan Kelompok Tani. Kegiatan ini didukung oleh SK Gubernur. Terkait dengan penelitiannya Pak Budi Setyono bahwa, Pemda DIY sudah merencanakan pasar lelang komoditas bawang merah, namun masih mencari konsep yang dibutuhkan dalam pemasaran komoditas bawang merah, sementara di Kulon Progo telah berjalan kemitraaan komoditas cabai merah demikian pula dengan pasar lelangnya (16 Ku/hari). Kegiatan tersebut diatas juga meliputi akses terhadap informasi harga dari Pasar Induk. Umumnya kemitraan dengan perusahaan besar agak sulit/tidak tahan, Bagaimana pengalaman kemitraan di Brebes? (Bambang Sayaka)

Pemkab Bantul memberikan subsidi harga pada komoditas bawang merah apabila kurang dari Rp. 6000/kg. Demikian pula pada komoditas cabai merah.

Tri Pranadji (PSEKP)

Aspek modal merupakan kendala/titik lemah dalam kegiatan usahatani skala kecil. Dari makalah yang ada tidak ada saran untuk melakukan terobosan dalam pembentukan kelembagaan baru dengan mengambil contoh kemitraan yang dilakukan pada usaha-usaha yang berskala besar (misal:

Page 32: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

414

perusahaan automotive Jepang) dan diimplementasikan/diadaptasi di sektor pertanian. Selain itu juga melakukan terobosan dengan menciptakan kelembagaan baru, sehingga petani mempunyai kepastian pendapatan walaupun kecil namun tetap stabil. Saptana dan Bambang Sayaka

Reni Kustiari (PSEKP)

Konsep Teori Kemitraan, tampaknya belum muncul, terutama yang terkait dengan Asymetric information, demikian pula dengan transaction cost economics. Sebaiknya penelitian kemitraan, yang melakukan analisis kwalitatif harus lebih banyak dengan perbandingan 60:40 Saptana

Bambang Sayaka (PSEKP)

Pada persamaan 2 merupakan dependent variabel dan persamaan 3 merupakan independent variabel. Kemudian keduanya berubah yang dependent menjadi independent sementara yang dependent menjadi independent? Apakah dibolehkan dan ada beberapa step pengolahan data yang tidak dilakukan? Atien Priyanti

Dalam Metodologi dijanjikan bahwa data jumlah ternak dianalisa dengan analisa ragam berdasarkan pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak dengan analisa PROG GLM (General Linier Model), namun di hasil dan pembahasan tidak tampak analisa tersebut? S. Rusdiana

Jawaban

Budi Setyono (BPTP DIY)

Lokasi penelitian merupakan daerah ”Sultan Ground”; Pemda DIY khususnya BPTP DIY di tantang oleh Sultan untuk bagaimana mengelola lahan pasir tersebut agar menjadi produktif? Dengan tantangan tersebut dilakukanlah pengkajian ini, dan memperlihatkan performa yang baik dengan memberikan perlakuan-perlakuan khusus terhadap (seperti yang dipaparkan dalam makalah) komoditas bawang merah sehingga dapat berhasil dengan baik. Sebaiknya BPTP Banten bisa membawa perwakilan kelompok taninya atau pengkajinya untuk studi banding ke DIY (Lokasi Penelitian).

Tentang kelembagaan kemitraan, semua kegiatan mengalami risiko, tetapi yang penting lahan selalu bisa ditanami dan menghasilkan uang. Hal ini harus menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan selanjutnya, terutama dalam aspek pemasaran hasil dstnya.

Iwan Setiaji (PSEKP)

Karena adanya permintaan ekspor Sapi Hidup dari Malaysia, sementara Pemda Gorontalo berkepentingan untuk mendapatkan sumber PAD, oleh karena itu untuk menghimpun kegiatan ekspor tersebut BUMD maka memfasiliasinya khususnya dalam rangka memenuhi jumlah kuota

Page 33: PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR … fileRangkuman Diskusi 384 dilakukan melalui beberapa strategi yang fokus pada 5 faktor, yaitu: (1) factor (input) conditions; seperti

Rangkuman Diskusi

415

permintaan Malaysia, adalah dengan menetapkan harga standar yang diperkuat oleh ketetapan atau SK Gubernur/ Pemda Gorontalo.

Terkait dengan hal tersebut adanya pola PUTKATI yang merupakan dasar kerja sama pemeliharaan ternak dari Pemda Gorontalo, maka semua instansi dan jajarannya di wilayah Gorontalo harus mengetahui semua kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemda Gorontalo. Dalam kaitan permodalan untuk menunjang kegiatan tersebut diantaranya dengan melibatkan pihak Perbankan untuk mencari peternak-peternak yang memiliki predikat bagus supaya diberikan suntikan modal. Dalam hal ini BUMD juga melakukan penyertaan modal pada Bank tersebut. Untuk meningkatkan PAD semua kegiatan ekspor ternak dikoordinir melalui peran BUMD.

Saptana (PSEKP)

Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kemitraan yang salah satunya adalah faktor teknis. Dalam hal ini Pola Perdagangan Umum yang komoditasnya tahan lama lebih bagus, sementara komoditas yang tidak tahan lama harus melalui kemitraan. Dalam kemitraan, bagi petani adalah kepastian harga dan pasar sementara bagi perusahaan adalah kontinyuitas dan jumlah pasokan. Semua kegiatan kemitraan usaha ini akan berjalan baik tergantung pada political will , baik Pemerintah Pusat maupun Pemda.

Untuk kegiatan kemitraan pada perusahaan-perusahaan besar (Pabrik) memang lebih menekankan efisiensi dan produktivitas, oleh karena itu amat berbeda kegiatan pabrik dan pertanian. Yang bisa dilakukan adalah integrasi vertikal namun akan melalui proses yang panjang selain itu perlu dilakukan aturan main yang jelas dan perlu keterlibatan masyarakat luas.

Dengan kelembagaan kemitraan, harapannya dalam pasar yang tidak bersaing sempurna harus melalui tahapan transaction cost.

Bambang Sayaka (PSEKP)

Kelangkaan modal merupakan masalah yang paling banyak dihadapi petani dalam kegiatan berusahatani, khususnya komoditas bawang merah karena umumnya mereka tidak dan belum akses terhadap perbankan formal. Sementara kredit formal yang dikucurkan oleh pemerintah (misal: KKP dan SP3) tidak terjangkau karena harus ada agunan. Pada prinsipnya untuk keberhasilan kegiatan kemitraan sangat tergantung pada political will, baik Pemerintah Pusat maupun Pemda.

Untuk menjawab pertanyaan Ibu Renny, kami tidak melakukan itu semua karena mencari data kemitraan agak sulit.

Atien Supriyatin dan Rusdiana (Puslitbangnak)

Kedua pemakalah tersebut belum sempat menanggapi pertanyaan karena waktu sudah habis (disarankan secara tertulis).