View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
, 4 '
~
I·
I
LAP 0 RAN ;Pt! .... l1;~-l-k'L·~N . :
KONSEP Pr.:!!Gf~lBANGAN WIL:\'l'd! P·"ll'l't.I ! · D.\ERAH ISTIHEWA YOOYAK:\RrA BER
DASI\l~KAN D/\T./\ GEOLQ~I .... D\RI CPraA . . .. ~ ... .
L rJ~ DSAT DAN FOID U DARA •
DENGAN BIAYA DPP-UGM·TAHUN 1986 I 19R7 . '
POS PENELITIAN NOMOR KONTRAK : UGM/2235/M/09/01
TANGGAL : 1 JANUARI 1987
DIAJUKAN OLEH: SOl~TOTO
NIP 130530661 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TF.KNIK UNIVERSITAS GADJAH HADA
KEPADA FAKULTAS tEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
. t987•.. .
•• • t
t .. •.
i t ...
. '' . _·. j
KON SEP PENGEMBANGAN WILAYAH PANT AI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARrA BER-
DASARK.A.N DATA GEOLOGI DARI CITRA
LANDSAT DAN FOTO U DARA
Pembimbing
~-Penulis ·:
Ir, Marno Iatun
NIP,l30354372
!..£,· Soetoto s.u, NIP,l305_30661.
11
PRA KATA
Pen eli tian ini dimal{sudkan untuk mengetahui seberapa
jauh citra Landsat dan toto udara dapat digunakan seba~ai
sarana pengumpul data geologi daerah penelit1an. nt sam
ping itu penelitian ini dimaksudkan pula untuk mengetahui •
seberapa jauh data geologi tersebut di atas mampu diguna
kan sebngai data dasar untuk proses pengembangan wilayah
t;iaerah pen eli tian.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Universitas
Gadjah.Hada yang telah memberikan bantuan biaya peneliti-
an.
kimia
bantu
Ucapan terimakasih disampaikan pula keprda Seksi Geo
ntrektorat Volkanologi di Yogyakarta Yfng telah me.m
melakukan analisis kimia contoh-contoh[ tanah dan ba-
tuan daerah penelitian.
Penulis juga mengucapkan terimakasih k.ejpada Proyek
P2AT , ntnas Pertanian dan ntnas PariWisata Propinsi Iae
rah Istimewa Y<?gyakarta yang telah .memberikah banyak ·ke
terangan yang berguna untuk bahan. penulisan llaporan pene-
litian ini.
Stat edukatit dan non edukatif ~urusan 'I'eknik Geologi
Fakultas·Teknik Universitas Gadjah Mada bany~ yang membe
rikan bantuan dalam prose~ penyel,esaian pene~itian ini.
Kritik dan diskusi yang bersifat konstrukt1f! dan menarik
telah dilakukan oleh Sdr Widiasmoro, Sdr Mamo ra tun dan '
Sdr Iman Wahyono· Sumarinda. Untuk semua hal itersebut di
iii
atas penulis mengucapkan banyak terimaksih. '
Penulis mengucapkan terilnakasih pula ke~da Sdr Ivliyarto
karyawan Jurusan Teknik Geologi Fakultas Tekl1ik UGM yang te
lah membantu dalam penggambaran peta dan Sdri Purwinto karya-I
wan S~A Nusantara Yogyakarta yang telah memb~ntu dalam pe-
ngetikan naskah iaporan penelitiah ini.
Yogyakarta, izo-Agustus- 1987. I
( )
iv
"
DAF'rAR IS!
hal
PHAKATA ••• . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ~ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
DAFrAR ISI ......•........................... • • • • • • • • • v
DA.?rAR Gl\MBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . •.• ..... . . . . . . . . . vl.
DAFTAR LAHPIRAN • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • . . . . . . . . . vii
INTI SARI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......... viii
I. PENGANTAR • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 1
1.1. La tar Be1akang Permasalahan •••••••• • • • • • • • • • • 1
1.2. Tujuan Pene1itian . . . . . . . . ~ . . . . . . . . . •••••••••• 1
1.3. Letak, Luas ·dan kesampaian IB.erah Pe elitian. 2
1.4. Tinjauan Pustaka • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 4
1. 5. Hipotesis • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 11
1. 6. Rene ana Penelitian • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 14
II. CARA PENELITIAN •••••••••••••••••••••••••• • • • • • • • • • • 20
III. HASIL PENELITIAN DAN PE1-1BAHASAN • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 22
3.1. Sistem Lahan Le.erah Penelitian ••••••••••••••• 22
3.2. P~a1isis Potensi Sesumber Daerah Pe
3. 3. Konsep: 'Pengembangan Iaerah Pen eli ti
•• 32
45
IV. KESI11PULAN •••••••••••••• ·• •••••••• •... • • • • • • • • • • • • • 48
DArT AR PU STAKA • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •••••••••• 52 LAMPI RAN .................... • ............ . . . . . . . . . . . 53
v
DA:M.'AR G AMBAR
hal
G.amba.r 1.1. Peta. penunjuk 1okasi da.erah pene1itian 3
Gambar 1.2. Citra Landsat komposit berwarna daerah
pene1itian (ska1a 1 : 500.000), repro-
duksi dari citra Landsat komposit ber-•
warna ska1a 1 : 100.000. ••••••••••••• 15
Gambar 1.3. Foto udara hitam putih Infra Merah
Terpantu1 daerah Parangtritis-Congot
(ska1a 1 : 230.000), reproduksi dari
foto udara hitam putih IMT ska1a
.1 : 50 • 000 • • • • • . • . • . • • • • • . • . • • . . • . • • • 15
Gambar 1.4. Per1engkapan interpretasi foto udara
( stereoskop cermin, rapidograf, pensi1
berwarna, OHP marker, mistar ~an p1as-
tik bening). ••••••••••••••••••••••••• 16
Gambar 1.5. Per1engkapan kerja 1apangan (Kompas
dan pa1u geo1ogi, HCl, kamera foto,
1up dart te1eskop) • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Gambar 1.6. Diagram a1ir kegiatan utama da1am pe-
16
ne1itian •••••• ~ •••••• ~·······~····••• 19
Gambar 1.7. Gerakan airtanah Gunung Kidu1 (Sumber:
Hac. Lbnald, 1971, lihat UNCRD, 1971) 27
vi
DA.F'TAR LAMPIRAN
Lampiran 1.. Foto-f'oto lapangan di berbagai lokasi'
daerah penelitian.
Lampiran 2. Peta sistem lahan daerah pa~tai se
latan Propinsi Daerah I~timewa Yog
yakarta berdasarkan interpretasi_
citra Landsat dan pengkajian lapangan
(Lampiran lepas dalam kantong).
Lampiran 3. Peta sistem lahan daerah Congot -
Parangtri tis Propinsi Daerah I stimewa
Yogyakarta berdasarkan interpretasi
foto udara dan pengkajian lapangan
(Lampiran lepas dalam kantong).
Lampi ran 4. Peta sistem lahan daerah Parangtri tis
- Krakal Propinsi Da.erah Istimewa
Yogyak:arta berdasarkan interpretasi
foto udara dan _pengkaj-ian· lapangan
(Lamp;i.ran lepas d~lam kantong).
Lampiran 5. Peta sistem lahan. daerah Sadeng Pro
pinsi Iaerah· Istimewa Yogyakarta ber
sarkan interpretasi foto udara rjM .
pengka·jian la!'an.gan (Lampiran lepas
dalam kantong).
vii
INTI SARI
Wilayah pantai Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih se
bagai lokasi obyek peneli tian. Sebagian dari wilayah ini
merupakan daerah yang kritis dan belum berkembang. Akan
tetapi sebenarnya daerah tersebut· mempunyai potensi sesum
ber alam untuk dikembangkan sebagai aaerah pariwisata dan .
pertanian. Hasil penelitian ini · diharapkan. dapat menjadi
salah satu masukan untuk mengembangkan Wilayah terse but.
Citra Landsat dan foto ~dara dipergunakan sebagai sa
rana untuk mengumpulkan data geologi dan penggunaan lahan
secara regional. Penelitian ini menggunakan metoda inter
pretasi citra pengin_deraan .jauh secara manual yang dileng
kapi dengan pengkajian lapangan dan analisis laboratorium.
Sistem lahan daerah penelitian dapat dibagi menjadi
delapan satuan sistem laban. Jaringan hubungan antara kon
disi geomorfologit stratigrafi struktur geologi dan penggu
naan lahan dapat· dipergunak:an sebagai salah satu faktor un
tuk mengembangkan daerah ini. Pengembangan ke arah pariwi
sata dan pertanian nampaknya paling sesuai untuk wilayah
ini.
viii
l
I PENGANTAR
Sebagian wilayah pantai Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan daerah yang kritis dan belum berkembang. Akan
tetapi sebenarnya daerah tersebut mempunyai potensi se~um
ber alam untuk dikembangkan sebagai daerah pariwisata dan
pertanian. Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti
an geologi yang bersifat regional perlu dilakukan karena ---~·
hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan un-
tuk mengembangkan wilayah tersebut.
Pada waktU sekarang ini Pemerintah Indonesia sedang
melakukan pembangunan negara di berbagai sektor termasuk
di dalamnya yaitu sektor pariwisata dan pertanian. Untuk
melakukan h~l tersebut di atas dibutuhkan berbagai data,
salah satu di antaranya adalah data geologi terutama yang
berkaitan dengan sesumber alam dan bencana alam.
rata tersebut di atas diharapkan dapat pula diper
gunakan untuk melengkapi dokumen ilmu pengetahuan khusus- .
nya geologi. i
1.2. lYjuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sebe
rapa jauh citra Landsat dan foto udara dapat digunakan se
bagai sarana pengumpul data geologi daerah penelitian. ni
samping itu penelitian ini bertujuan pula untuk mengetahui
seberapa jauh data geologi tersebu t di at as mampu dig.unakan
2
sebagai data dasar untuk proses pengembangan wilayah daerah
pen eli tian.
1.3. Letak, Luas dan Kesa;paian Daerah Pen§l~t~.
Daerah penelitian terletak mulai dari muara SUngai
Bogowonto. di daerah Congot sampai ke. muara SUngai So1o pur
ba di daerah Sadeng. Panjang garis pan tai adalah 90 km dan
luas seluruh daerah pen eli tian adalah 15?5 km2• Seluruh dae
rah penelitian termasuk wilayah Kabupaten Kulon Progo, Ka
bupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (Gambar 1).
Daerah penelitian dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama adalah daerah yang terbentang mulai dari Parangtri
tis sampai ke daerah Congot. Daerah ini memperlihatkan ben
tuklahan gumuk pasir pantai, gumuk pasir endapan angin dan
dataran aluvial. Bagian kedua adalah daerah yang terbentang
mulai dari Parangtritis sampai ke daerah Sadeng. Daerah ini
sebagian besar memperlihatkan bentuklahan karst dan sebagim
kecil memperlihatkan bentuklahan dataran pantai.
Daerah penelitian dapat dicapai dari Yogyakarta de
ngan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat
santpai ke lokasi obyek wisata Congot,_ Glagah, Trisik, Pan
dansimo, Samas, Parangkusumo, Parangtritis, Baron, Kukup, . t'
Krakal, Wediombo, Ngungap dan Sadeng. Hampir semua jalan
raya dari Yogyakarta ke lokasi-lokasi tersebut di atas me
rupakan jalan beraspal (Lampiran 2, 3, 4 dan 5). Jalur jalen
yang belum beraspal di daerah penel·itian bagian barat ada-
. i
LAUT
IV Do tv-+--~~~~~------~~ so
Do•rah p•n•li tian.
0 7S k,..
1100
Gambar 1.1 : Peta penunjuk 1okasi daerah pene1itian.
· ( SUmber: Bos dan Niermeyer,1951).
3
lah jalur jalan Bro.sot-Trisik (Lampiran 1, Gam bar 7 dan 8).
Jalur jalan ini merupakan jalan makadam berbatuan andesit
dan batugamping. Jalur jalan yang belum beraspal di daerah
penelitian bagian timur adalah jalur jalan di sekitar Kra
kal, Wediombo, Ngungap dan Sadeng. Jalur jalan ini merupa
kan jalan, makadam be-rbatuan batugamping. Untuk mencapai
daerah-daerah gumuk ~sir pantai dan en~pan angin serta
daerah perbukitan karst yang tidak dilalui jalan raya, ha
rus dilakukan dengan berjalan kaki.
Bothe (1929) melakukan penelitian batuan-batuan
yang merupakan hasil pengendapan pada zaman Tarsier di
daerah Pegunungan. Selatan. Batuan endapan ini menyusun
Formasi Kebo-Butak, Semilir, Nglanggran, Sambipitu, Oyo,
Wono sari dan Kepek.
Pannekoek (1949) melakukan deskripsi geomortologi
Pulau Jawa bagian timur menjadi tiga zone utama yaitu zo
ne plato di bagian selatan, depresi volkanik di bagian
tengah dan zone lipatan di bagian utara. Permukaan zone
selatan atau zone plato adalah bagian dari suatu hampir
rata (peneplain) yang terangkat dan terlipat menjadi de
presi yang luas dan kulminasi. Penyusunannya terdiri dari
batuan Miosen Tua dan batugamping Miosen Muda. Sebagai
akibat dar.i pengangkatan itu batugamping berkembang menja
di topografi karst dengan penyaluran. bawah pe~aan. Per
mukaan terubah menjadi bukit-buki t kerucut yang·' disebut.
4
5
Gunung Sewu ( Abousang Motmtf.ins). Luas persebarannya adalah
1.400 km2• &lsunannya- ti4ak te:ratur karena pengaruh lembah
sungai dangkal atau kekar~kekar pada batugamping. Pada batas
dengan Samudera India terdapat tebing terjal yang kadang-ka
dang memotong bukit kerucut menjadi dua.
Sukardi dkk.(l971) melakukan•eksplorasi airtanah dae-
.rah aliran Kali Opak-Kali Progo khususnya· di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Seluruh daerah penelitian dapat dibagi menjadi
empat wilayah airtanah yaitu wilayah airtanah· Pegunungan Tua
(Pegunung~n Kulon Progo dan Pegunungan Selatan), wilayah Ba
tugamping, wilayah kaki Gunungapi dan endapan Aluvium. \Vila,.,.
yah airtanah kaki Gunungapi dan endapan Aluvium merupakan
tempat akumulasi airtanah yang cukup besar. Di wilayah Batu
gamping airtanah diketemukan sebagai air karst atau aliran
sungai bawah tanah melewati rekahan atau rongga pelarutan,
sedangkan Pegunungan Tua merupakan wilayah pengaliran permu
kaan dan bawah ·tanah, Di daerah Batugamping terutama di tem
pat-tempat batuan kedap air yang mengalasinya tersingkap,
kadang-kadang diketemukan banyak mataair. Debit air sungai
bawah tanah bervariasi antara 200 - 5000 liter per detik.
Hutu kimia airtanah umumnya cukup baik untuk irigasi kecuali ' lapisan airtanah di daerah dataran Kulon Progo yang diketemu~
kan pada kedalaman di bawah 20 meter.
United National Centre for Regional Development Nagoya
Japan (1971) bekerja sama dengan Departemen Pekerjaan Umum
dan Tenaga Listrik Indonesia melakukan penelitian mengenai
perkembangan regional Yogyaka.rta meliputi Lahan dan Penduduk,
Kegiatan dan Kondisi Ekonomi, Pelayanan Sosial, Penggunaan
Lahan dan Infrastruktur, Perkembangan Masyarakat dan.Pemu
kiman Manusia dan Struktur Masalah.
Wartono Rahardjo dkk (19?7) me1akukan penelitian
geo1ogi yang has11nya berupa Peta Geo1ogi Lembar Yogyakar
ta berikut keterangannya yang diterb1tkan oleh Direktorat
Geologi di Bandung.
Adjat Sudradjat (1977) .menyebutkan bahwa dalam in
terpretasi citra untuk geo1og1 terdapat dua f'aktor yaitu
unsur dasar pengenalan citra dan unsur d8sar interpretasi . .
geologi. Unsur dasar pen~e~a1an citra terdiri dari rona,
tekstur, bentuk, ukuran, po1a, hubungan dengan sekitar- dan
bayangan. Unsur daaar interpretasi geologi terdiri dari
relief' topografi, pola penyaluran, tetumbuhan dan budaya.
Dengan kedua f'aktor tersebut di atas maka keadaan geologi
suatu daerah terutama geomorf'ologi, li~o1ogi dan struktur
geologi dapat diketahui melalui citra penginderaan jauh.
6
Rahardjo (1978) me1akukan penelitian,mengenai mi
grasi bukit-bukit pasir di Parangtritis ditinjau dari
ukuran butirnya. Berdasarkan hasil penelitiannya disebut
kan bahwa di sekitar Parangtritis terdapat. deretan.gumuk
pasir yang termasuk gumuk pasir transversal. Gumuk pasir
dapat berpindah apabila tidak terdapat penghalang. Selain
itu angin bertiup terus menerus sehingga proses erosi,
transportasi dan sedimentasi pasir dapat terus ber1angamg•
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kecepatan.migrasi bu-
tir-butir pasir berkisar antara 1,895 m/jam SaDlpai 5,183 JA/
7
jam. Migrasi gumuk-gumuk pasir tersebut dapat terus berlang
sung dengan. kecepatan seperti ini bila persyara tan migraai tadi terpenuhi~
aJdibjo (1979) melakukan analisis proses sedimentasi . .·
dan batuan induk endapan pasir Parangtritis Yogyakarta.
Berdasarkan atas basil analisis te'rhadap 10 contoh endapan . ~ pasir pantai dan 30 contoh endapan gumuk pasir tepi pantai
'diperoleh info~asi bahwa endapan pasir Parangtritis·tersu
sun oleh komponen ·resisten (kuarts, magnetit) dan komponen
tidak resisten (hornblende, piroksen, feldspar, olivin dan
!ragmen batuan). Pasir Parangtritis merupakan pasir volka-'
nik. Ke arah gumuk pasir tepi pantai terdapat kecenderungan
nyata bertambahnya kandungan ku~rts dan berkurangnya kan
dungan hornblende dan piroksen. Di samping itu terdapat pe
nurunan ukuran butir rata-rata, koetisien pilah, kemaneung
an dan derajat pembundaran.
Sartono dkk (1980) melakukan penelitian. geohidrologi
Karst di Gunung Sewu Gunung Kidul Jawa:Tengah. Pada umumnya
sistem aliran sungai di Gunung Sewu mengarah dari daerah-·
daerah batuan beku dan batuan volkanik di sebelah utaranya
menuju ke selatan. Kemudian pola aliran tersebut mengalir
dari ketiga teD.lpat tinggi di Teluk Paci tan dan Pasirombo
serta Parangtritis menuju lateral ke arab timurlaut, utara
dan baratlaut. Di antara Teluk Pacitan dan Pasirombo terda
pat dua sungai besar yaitu di sebelah timur terdapat Kali
Kladen (yang hulunya dinamakan Baksoko) yang mengalir di
mukatanah dan d1 sebelah barat terdapat sungai kering Giri- .
tontro. Di antara tempat tinggi Pasirombo dan Parangtritis
8
terdapat sungai bawahtanah yaitu Kah Baron.
Slranto (1981) melakukan pene11 tian geo1ogifoto dae,..
rah Sentolo - Borobudu~ - Gunung Tidar .Daerah Istimewa Yog
yakarta dan Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penelitiannya .
disimpulkan bahwa toto udara dapat memperlihatkan kenampak
an geologi yang.:Jtid.ak terlihat di lapangan. Dengan toto uda
ra gambaran geomorfologi, litologi secara umum dan struktur
geologi mudah diketahui. Dengan rot6 udara, daerah peneli ti
an dapat didelineasi menjadi empat .satuan geomorfik, 12 sa
tuan batuan dua struktur homoklin dan dua buah sesar normal.
Srijono dan &lmotarto (1982) melakukan perpetaan geo
morfologi· me~ode ITC dengan cont'oh studi Dlerah Parangtritis.
Berdasarkan atas morfogenesisnya daerah Parangtritis dapat
dibagi menjadi enam satuan bentangalam yaitu : laut, akibat
orogenesis, proses a.eolian, topografi Karst, Kali Opak dan
fl uvio gunungapi Merapi.
Sigit Suroso (1983) melakukan penelitian geologi Iae
rah Parangtritis KabuJ)&ten Bantul Iaerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan at as relief topograti dan proses yang berpengaruh,
daerah Parangtritis terdiri dari lima satuan morfologi yaitu:
dataran kaki gunungapi, dataran aluvial, perbukitan pasir en
dapan angin, perbukitan karst dan perbukitan gawir erosi. Ber
dasarkan atas litostratigrafi, dimulai dari yang tertua hingga
termuda, daerah Parangtritis mempunyai tujuh satuan batuan ya-
. itu satuan breksi volkanik, satuan andesit, satuan b~tugamping
masif dan satuan endapan aluvial yang terdiri dari satuan-sa
tuan pasir lempungan, lempung pasiran, pasir kerikilan dan pa-
9
sir. Struktur geologi yang dijumpai berupa tujuh buah sesar.
Sejarah geologi dimulai dari Kala Miosen Bawah bagian atas
hingga Holosen. Sungai-sungai di daerah Parangtritia merupa
kan sungai hujan. Mataair dijumpai d1 Banyuripan, Kalimiri,
Dringgo, Mudal dan Puyahan. Bahan galian yang dijumpai beru
pa breksi volkanik, andesit, batug~ping dan pasir •
Sutikno (1984) melakukan penelitian Identifikasi Per
masalahan Lingkungan Fisik Pesisir I:aerah Glagah (Wates) dan
Prospek Pengembangannya aelalui Teknik Penginderaan Jauh.
Berdasarkan interpretasi foto udara pankromatik hitam putih,
foto udara warna semu, dan citra infra-merah termal dari dae-.
rah pesisir Glagah, dapat diketahui bahwa :
1. Satuan bentuk lapan pesisir Glagah dapat dibedakan menjadi
dataran aluvial, data.ran banjir, ·bating pantai, -·~ ·~
gumuk pasir, gisik dan §Utf zon~. Pada citra infra merah
termal ( TIRS), gisik dan surf zone tidak dapat. dikenali,
sedangkan batas antara §wale dan bating pantai muda tidak
jelas.
2. Penggunaan laban daerah pesisir Glagah, baik, dari foto
udara maupun c.itra infra merah tampak jelas, dengan keje
lasan jelas hingga jelas sekali~
3. Tubuh perairan pada ketiga citra yang digunakan tampak
jelas, dengan kejelasan jelas· hingga jelas sekali. Keter
sediaan air di bawah tanah tidak dapat dideteksi dari ci
tra infra merah termal.
4. Berdasarkan analisis terhadap satuan bentuk laban, penggu
naan lahan dan keadaan tata air yang datanya diperoleh da-
ri citra penginderaan jauh dan foto udara dapat diidenti-
10
fikasi permasalahan lingkungan tisik pesisir Glagah,
yang melipu ti : penutupan muara sungai, genap.gan, la.- ·
han pertanian oleh pasir yang terangkut angin dan
masalah antrogenik.
5. Prospek pengembangan, di daerah pesisir Glagah yang d1
dasarkan atas kondisi fisik pesisir, masalah yang tim
·bul, dengan analisis geografi adalah: pertanian laban
kering, kepariwisataan dan perikanan.
Dinas Pariwisata Propinsi IB.erah Istimewa Yogyakarta
telah melakukan pengumpu1an data statistik kepariwisataan
Daerah I stimewa Yogyakarta unt uk tahun 1984 sampai . dengan
tahun 1985. Dari data statistik tersebut diketahui bahwa
pengunjung obyek wisata pada tahun 1985 dibandingkan dengan
tahun 1984cadalah sebagai berikut :
1. Pengunjung obyek wisata Pantai Parangtritis naik 0,18%,
2. Pengunjung obyek wisata Pantai Samas turun - 10,15%,
3. Pengunjung obyek·wisata Pantai Baron, Kukup dan Krakal
naik 16,10%.
Walaupun ada penurunan jumlah pengunjung di Pantai
Samas, tetapi obyek wisata tersebut merupakan obyek wisata
yang tergolong paling banyak ·jum1ah pengunjungnya diban -
dingkan dengan obyek wisata yang lain.
Tim Stu di Pemetaan Pertanian dari Faku1 t·as Pert an ian
Universitas Gadjah Mada (1987) telah melakukan pemetaan
pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan atas
hasil penelitiannya disimpulkan bahwa kawasan Dataran Pan
tai mempunyai 1uas 3,59~ dari luas se1uruh Daerah Istimewa
Yogyakar:b:a dan luas kawasan Pegunungan Seribu adalah 23,1%
•
.,
dari luas seluruh ~erah Istimewa Yogyakarta. Jenis tanah
di kawasan Iataran Pantai adalah Aluvial dan Regosol se
dangkan jenis tanah. di kawasan Pegunungan Seribu adalah
Litosol. Tanah Regosol pada umumnya bersolum agak dalam \
sampai dalam, Aluvial bersolum dalam, dan Litosol berso-
lum dangkal sampai ·dalam. Tanah Regoaol dapat mempunyai
11
pH masam - netral (4,5 - ?,5) dan Litosol mempunyai pH
agak masam - agak alkalis (5,5 - 8,0). Tata guna tanah di
Kabupaten Kulon Progo adalah 18,84% sawah, 4?,84% tegal,
18,42% pekarangan, 1,42% hutan dan 13,16% lain-lain. Tata
guna tanah di Kabupaten Bantul adalah 35,06% sawah, 12,68%
tegal, 33,69% pek~rangan, 1,82% hutan negara dan 14,75%
lain~lain. Disebutkan pula bahwa pengembangan t~naman kela
pa ke daerah pasir pantai dengan menggunakan medium tanah
ternyata cukup berhasil. Tanaman tebu selain dapat dikem
bangkan .pada daerah berpengairan juga dapat dikembangkan
di lahan kering daerah yang bertipe curah hujan· B2,. B3, c1 dan c2 dengan tinggi'L tempat 0 - 500 m dari muka laut, di
Kabupaten Kulon Progo, Sleman, Bantul dan Gunung Kidul. ·
1.5. Hipotesis
Berdasarkan atas ·tinjauan pustaka dan hasil inter
pretasi citra Landsat dan foto udara, maka diharapkan me
ngenai daerah pene1itian akan diketahui berbagai hal se
bagai ber~u t . :
1. Satuan bentuklahan yang dijumpai.berupa satuan perbu
'kitan denudasional-struktural, satuan perbukitan karst,
12
satuan perbukitan endapan angin, dataran kaki gunung
api' dataran nuvial' dataran aluvial dan dataran pan-·
tai.
2. Pola penyaluran di daerah penelitian berupa pola den
dri tik di daerah perbukitan denudasional-struktural, ·.\
pola paralel di · .daerah dataran kaki gunungapi dan da-
taran aluvial serta pola multibasinal dengan lokasi
telaga-telaga di daerab perbukitan karst.
3. Prosek eksogenik yang terjadi di daerah penelitian
meliputi proses pelapukan batuan, erosi, sedimentasi
dan gerakan massa.
4. Satuan batuan yang dijumpai berupa satuan-satuan brek
si andesit, batugamping, batupasir volkaniklastik, pa
sir endapan laut, pasir-kerakal polimik endapan sungai,
pasir endapan angin dan lempung-pasir endapan aluvial.
5. Struktur geologi yang terdapat di daerab penelitian
berupa kekar dan sesar.
· 6. Penggunaan laban di daerab ·penelitian berupa laban pe
mukiman, pertanian sawab 1 ladang, jalan kereta api,
jarin~an jalan raya dan laban gundul serta kering.
7. Hacam dan batas persebaran satuan bentuklaban, macam
dan batas persebaran st.niktur geologi., batas pers_ebar
an satuan batuan, macam dan batas persebaran bentukla
ban, lokasi basil proses erosi dan sedimentasi, macam
dan lokasi gerakan massa, pola penyaluran di selurub
daerah penelitian dan lokasi telaga di daerah perbukit
an karst lebib mudab diketabui melalui pengamatan foto
udara daripada melalui citra Landsat dan pengamatan
langsung di lapangan.
1.)
8. Daerah Parangtritis yang memiliki bentangalam paling
indah karena merupakan daerah pertemuan antara bentang
alam karst, endapan angin, fluvial dan pantai, akan
dapat menjadi daerah pariwisata .yang paling cepat di
bandingkan dengan daerah pariwisata yang lain seperti . .
Samas, Glagah, Congot, Baron, Kukup, dan Krakal yang
memiliki kondisi bentang alam yang lebih sederhana.
Perkembangan obyek wisata Paritai Parangtritis dise
babkan pula oleh faktor j~raknya yang tidak terlalu
jauh dari Yogyakarta. Di samping itu kondisi geologi
nya yang cukup kompleks dapat menjadikan Parangtritis
sebagai obyek wisata geologi yang cukup baik karena
daerah tersebut dapat dipergunakan sebagai laboratori-
urn alam geologi.
9. Sesumber alam yang disebutkan dalam butir 1 dan 4 me
rupakan sesumber yang bersifat positif terhadap kehi
dupan manusia. Proses dan keadaan alam yang menimbulkan
efek negatif bagi kehidupan manusia adalah bencana yang
berupa erosi, banjir, sedimentasi di muara sungai, se
dimentasi pasir gumuk tepi pantai yang menutup sawah I
ladang dan pemukiman serta bencana gerakan massa.
10. Lokasi dan persebaran lahan gundul serta kering dapat
. didelineasi, sehingga hal ini dapat dipakai · sebagai
dasar untuk perencanaan pengembangan lebih lanjut khu
susnya pengembangan pertanian.
· ..
14
1.6. Renxana Pgpelit~IR
Penelitian ini direncanakan me1iputi tiga tahap yai-
-· tu . . 1. Tahap persiapan
. 2. Tahap pelaksanaan •
3~ Tahap penyelesaian.
1.6.1. Tahap persiapan.
Pada tahap ini di1akukan kegiatan-keg~atan sebagai \
berikut :
1. Menyediakan citra Landsat, foto udara dan peta geo1ogi
daerah pene1itian. Citra Landsat yang disediakan yaitu '
citra Landsat komposit berwarna Lembar Yogyakarta, Ja
wa, Indonesia berskala 1 : 100.000 dengan keterangan
10067 - 02145 28 Sept 72 S 07-13 E 110 - 43 P 128 R 065
dan E 110 - 301 E 111 - 001 P 128 R 066 yang dibuat o1eh
. NASA (Gambar 1.2.). Foto udara yang disiapkan yaitu foto
udara Infra-Merah Terpantu1 berskala 1 : 50.000 dengan
keterangan R VII/203/11 No 2 - 12 yang dibuat o1eh PENAS
Jakarta Ind9nesia pada tahun 1971 (Gambar 1.3.), dan
R 17A No.610,611, R 18 No.652 - 658, R 19 No.713 - 715
yang dibuat o1eh PENAS Jakarta Indonesia pada tahun 1972.
Peta geologi yang disiapkan yaitu peta geo1ogi Lembar
Yogyakarta, Jawa dengan skala 1 : 100.000 yang dibuat
o1eh Wartono Rahardjo dkk dan diterbitkan o1eh Dlrekto
rat Jendra1 Pertambangan Kementerian Pertambangan Repu
blik Indonesia pada tahun 1977.
"
' Gambar 1.2. Citra Landsat k9mposit berwarna
da e·rah pen eli ti an ( skal a 1 : .5. 00. 000) ·.reproduksi dari citra Landsat Komposit berwarna skala 1 : 100.000.
Gambar 1.3. Foto udara hitam putih Infra Herah Terpantul daerah Parangtritis-Congot ( skala 1 : 23).000) · , .
Reproduksi dari foto udara hi tarn -ou-tih IMT skala 1 : 50.000. t
·15
-~---- ...•.... --------------
Gam bar 1.4. Perlengkapan ·in terpretasi foto udara ( stereskop cermin, rapidograf, pensil berwarna, OHP marker, mistar dan plastik bening).
Gambar 1.5. Perlengkapan kerja lapangan (Kompas dan palu geologi,HOl, kamera foto, lup dan teleskop).
·16
' 17
2. Mempelajari buku-buku pustaka dan lapcjran-lawran menge
nai daerah penelitian terutama laporan mengenai daerah
penelitian yang ber~nitan:. deng·an geoiogi, pariwi·sa~a dan
pert ani an. ~
3. NenJiapkan bahan dan alat interpretasi: foto udara seper
ti stereoskop cermin merk SokkishlJ., rapidograf, mistar,
pensil berwarna, .plastik benip.g~ kertas kalld..r. dart OHP
Marker (gambar 1.4).
Tahap persiapan ini dilakukan mulai tanggal 1-Febru~
ari-1987 sa~pai dengan tanggal 28-Februari-198?. I
1.6.2. Tahap pelaksanaan.
Pada tahap ini dilakukan kegiatan interpretasi citra
Landsat dan roto udara, pengkajian lapangan dan analisis la-
boratorium.
Interpretasi citra Landsat dan foto udara bertujuan
untuk.memperoleh peta sistem laban di daerah penelitian yang
menggambarkan keadaan geomorfologi, litologi, stratigrafi,
struktur geologi, ~acam tanah dan penggunaan laban. Kegiatan
ini dilakukan di Laboratorium Geologi Citra Penginderaan Ja
uh Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM dan Laboratori
um PU SPICS UGM.
Pengkajian lapangan dilakukan dengan maksud untuk
mengkaji kebenaran hasil interpretasi pada daerah contoh
dan menambah data yang belum diperoleh dari interpretasi
citra. Pekerjaan ini meliputi pengamatan, pengukuran, pen
catatan, penggambaran, pemotretan, pengambilan conto~ ba
tuan dan tanah untuk analisis petrografi dan geokimia.
• '.
' .
l
l ~ I l
lti
Pada t~hap ini dipergunakan bahan dan alat berupa peta sis
tern lahan ten tatif, citra La~dsat dan foto udara, kompas
geologi merk Hope dengan lingkaran pembagian derajat 0-360, palu geologi., asam klori·da encer (HCl 0,1 N), kantong plas
tik untuk contoh batuan dan tanah, alat tulia dan alat gam
bar, kamera foto merk Fuj'ica MPF 10,, lensa pembesar (lup)
dan teleskop &lper Zenith Field 3° (Gam bar 1. 5).
Analisis petrografi dan geokimia terutama bertujuan
untuk mengetahui kandungan unsur dan senyawa kimia serta
m-ineral-mineralnya. Analisis petrografi dilakukan di Labo
ratorium Petrografi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik
UGM sedangkan analisis geokimia dilakukan di Laboratorium
Geokimia Direktorat Volkanologi di Yogyakarta.
Seluruh kegiatan tahap pelaksanaan dilakukan mulai
tnnggal 1-Maret-1987 sampai dengan tanggal 30-Juni-1987.
1.6.3. Tahap penyelesaian.
Pada tahap ini dilakukan kegiatan penyusunan draft,
konsul tasi dengan pembimbing dan pembuatan laporan akhir.
Pekerjaan ini dilakukan mula.i tanggal 1-Juli-1987 sampai
dengan tanggal 30-Agustus-1987.
Diagram alir kegiatan utama dalam penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.6.
19
.. Laporan Penelitian Akhir ,
I ' ADiJ.. §;i. a L~el2g ti~t;LYI. Petrograf'i + Geokimia
J \. ~I'
• '
l ' Penska~ian La:ea!l!an J J
-~r -
II I
Peta S1stem Lahan In:t:1r:eretasi Tentatif uiang
\ .
i I Anil•§t§ Lib~titgtiYm ' Interpre asi c tra Landsat Lt
dan ~
\ Foto Udara
~"
Persia pan ~ Penyediaan citra Landsat, ·f'oto udara, laporan pene-litian terdahulu, studi .
pus taka \_
; Gam bar 1. 6. Diagram alir kegiatan u tama dalam penelitian.
' J
II CARA PENELITIAN
Pen eli tian' dilakukan terutama berdasarkan at as
interpretasi citra Landsat dan foto udara. Metode inter
pretasi citra secara manual dilakukan berdasarkan atas
kenampakan karakteristik pada citra seperti warna atau ro-•
na, tekstur, pola, bubungan dengan sekitar, bentuk,ukuran
·darl bayangan serta unsur dasar interpretasi geologi yaitu
relief., pola penyaluran, tetumbuban dan budaya. Peta sis
tam 1ahan berdasarkan basil interpretasi citra Landsat
berskala 1 : 100.000 dan peta sistem laban berdasarkan ba
sil interpretasi foto udara berskala 1 : 50.000 dengan mo
saik tidak terkontrol dipakai sebagai peta dasar untuk
pengkajian lapapgan. Inte:r--pretasi, foto udara tidak di1aku
kan terbadap seluruh daerab penelitian (Lamp.2). Hal ini
disebabkan oleb sempitnya waktu penelitian dan sulitnya
memperoleb foto udara yang me1iput seluruh daerah peneli
tian. Pengkajian lapangan dilakukan untuk mengetabui kebe
naran peta tersebut di atas dan untuk menambah data yang
.dijumpai berdasarkan basil pengamatan langsung di lapangan.
Pada pengkajian lapangan di1akukan pula pengumpulan contoh
batuan dan tanah untuk ana1isis petrografi dan geokimia.
Penentuan umur satuan sistem 1ahan di1akukan dengan
menyebandingkan litologi di daerah penelitian dengan For
masi batuan yang terdapat pada daerah pemetaan geologi . Wartono Rahardjo (19??).
Penentuan macam tanah berdasarkan atas laporan Stu-
di Pemetaan Pertanian di Daerah Istimew~ Yogyakarta oleh
Tim Studi Pemetaan Pertanian Fakultas Pertanian Universi
tas Gadjah Mada (198?) •
.Berda.sarkan atas semua hal tersebut di atas maka
dapat diperoleh peta sistem lahan akhir berikut keterang-
. annya. Ia:ri data peta dan keterangan• ini dapat diperoleh
~am~aran mengenai potenei sesumber dan bencana alam yang
ada di daerah penelitian. Berdasarkan atas hal ini diha
rapkan agar langkah-langkah pengembangan wilayah daerah
penelitian dapat direncanakan dengan baik. Pengembangan
wilayah yang akan dilakukan jangan sampai justru merusak
lingkungan daerah penelitian.
21
1
,22
III. HASIL PEN.ELI'l'IAN, DAN. PEMBAHAS.AN
3.1. Sistem Lah!D Daer!q Penelitian_
Berdasarkan: atas ·bentuklahan, litologi, umur geolo
gi, mac am tanah dan penggunaan ·la.han, daerah peneli tian
berdasark.an citra Landsat dapat dib4g1 menjadi delapan sa~
.tuan sistem lahan yaitu satuan 1,2,3:,4A,4B,5,6 dan 7 (Lamp.
z). Satuan 6 dapat dibagi lagi secara lebih terinci menjadi
sub-satuan 6A,6B dan 6C melalui interpretasi foto udara
(Lamp.3).
3.1.1. Satuaa Sistem Lahan 1
Satuan sistem lahan ini terdiri dari perbukit~ de
nudasional-struktural. Batuan yang terdapat di sini adalah
breksi andesi t, lava andesi t . d'an ba tupa~ir volkanik. Batu
an-batuan itu adalah an_gga,ta Formasi Andesit Tua menurut
pembagian formasi oleh Van Bemmelen. Umur formasi ini ber
kisar dari Oligosen Atas sampai ke Miosen Bawah (Rahardjo,
19?7). Batuan..-batuan tersebut di atas mengalami proses pe
lapukan intensif membentuk tanah J.ithosol dan ferralaol
(tanah coklat kemerah-merah8.lli). Macam penggunaan lahan di
daerah ini yaitu hutan, semak; desa dan ladang.
Satuan sistem lahan ini dikenal, diidentifikasi dan
didelineasi b.erdasarkan atas kenampakan k.has citra Landsat
seperti nod~-noda warna merah cerah, tekstur kasar dan ke
nampakan khas foto udana seperti rona cerah hingga abu--abu, ·
relief tinggi, puncak. timbulan taj~ dan lembah sempit dan
23
dalam. Kekar dikenali sebaga1 kelurusan rona gelap dengan
pola sistematik yang saling memotong, Sesar normal diinter-, . pretasikan berdasarkan atas warna gelap (citra Landsat) dan
rona gelap (:toto udara) dengan depresi lurus dan kadang-ka
dang bidang permukaan segitiga <triAngle t§tminil faCets) •
• 3.1.2 • .satuan Sistem Lahp 2
Satuan ini terdiri dari bentuklaban gawir dan perbu
kitan denudasional-struktural d~ litologi breksi andesit,
lava andesit dan batupasir volkanik di daerah Parangtritis
dan perbukitan denudasional dengan litologi breksi volkanik
di daerah Wediombo. Batuan-batuan ini termasuk Formasi
... Nglanggran dalam pembagian formasi menuru t. Bothe dan berumur
Miosen Bawah bagian atas sampai ke Miosen Tengah ba.gian ba
wah (Mappa, 1976 lihat Slroso·, 1983). Sebagian besar dari
batuan ini telah lap1k menjadi tanah eoklat kemerah-merahan
(asosiasi lithosol dan ferral§Pl). Penggunaan laban di dae
rah ini yaitu ladang:, semak, laban gundul dan rumpUt.
Satuan sistem laban ini diidentifikasi dan dideline-
asi berdasarkan atas kenampakan citra Landsat seperti warna
keputih-putihan dengan warna merah setempat dan berdasarkan
atas kenampakan khas foto udara seperti gawir terjal dengan
alur-alur sempit dan dalam yang berpola sejajar di daerah
Kretek ke timur (Lamp.3) dan relief sedang hingga tinggi,
puncak timbulan- sedang hingga tajam serta lembah-lembah sem
pi t dan dalam · di daerah paling timur dekat. · pertemuan Slngai
Oyo dan Sungai Opak. Sesar tangga (step hults) dikenali se-
bagai kelurusan-kelu.rusan. sejajar berona gelap dengan de
presi lurus dan kadang-kadang dijumpai bidang permukaan
segi. tiga ( t_,d..ngle·.l•ptinal facets). Sesar tangga ini ber
arah baratdaya-timurlaut dan baratlaut-tenggara. Ketebalan
minimum 240 meter (Slroso,l~83).
• 3.1.3. satuan ~stem Laban 3
Satuan ini terdiri dari bentuklahan karst yang se
bagian belum berkembang. Maca.m batuan yang dijumpai di si ...
ni adalah batugamping berlapis dan napal.(Formasi Sentolo
menurut pembagian Van Bemmelen, 1949). Umur formasi ini
ber~isar dari Miosen Bawah bingga Pliosen (Pringgoprawiro,
1968 dan Kadar,l975 libat Rahardjo, 1977). Batuan ini se
bagian telab lapuk membentuk asosiasi tanah litbOSQl, ~
Yisol dan yertisgl. Macam ·penggunaan laban di daerab ini
yaitu semak, ladang, rumput dan desa.
Satuan sistem laban ini dikenali dan diidentifika-
si berdasarkan atas kenampakan khas·citra Landsat seperti
warna cerab, setempat-setempat berwarna merab dan kena.m
pakan. kbas foto udara seperti rona mottled ( sebagian be-'
lum berkembang); setempat menunjukkan rona cerah dan teks
tur sedang hingga kasar yang diinterpretasikan sebagai de
sa dan tetumbuhan. Bentuk puncak buki t:. tumpul, lembah-lem
bah atau depresi lebar dan dangkal. Kelurusan rona gelap
dan lembah diinterpretasikan sebagai kekar.
25
3.1.4. Sltuan §istem Laban 4A
satuan ini terdiri dari zone depresi atau bentukla
han plato. Plato ini menunjukkan permukaan agak bergelom- .
bang·. Ketinggian dari muka laut berkisar dari 1 ?0 m hingga
220 m. Batuan yang· dijumpai di sini yaitu batugamping ber-•
lapis ( bagian bawah Formasi/"Wonosari menu rut Van Bemmelen).
l1mur formasi ini berkisar dari Miosen Bawah hingga Pliosim
Bawah (Kadar, 19?4 lihat Rahardjo, 19??). Batuan ini seba
gian telah lapuk menjadi tanah luyisbl, rep¢Z+nl dan ~
tigol. Penggunaan lahan. di daerah ini adalah de sa, kota,
sawah, ladang, hutan budaya (Laboratorium Alam Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang juga disebut Wana
gama), semak dan rumput.
Satuan sistem lahan ini diidentifikasi ~n dideline
asi berdasarkan atas kenampakan khas citra Landsat seperti
bintik-bintik dan noda-noda cerah, hijau dan merah. Pada
citra Landsat ini tampak pula jaringan jalan penghubung ko
ta Wonosari ke Yogyakarta, Solo, Pacitan dan Baron serta
garis batas an tara satuan ini dengan satuan sistem laban. 4B
yang ada di · sebelah selatannya. ·
3.1. 5. Satuan Mgtem Lahm 4B
Satuan sistem lahan ini terdiri dari ribuan bukit
bukit kerucut yang satu sama lain dipisahkan oleh zone ·de
pre·si dengan bentuk tidak teratur (bentuk lahan karst Pe
gunungan Seribu menurut Van Bemmelen). Elevasi terUinggi
.26
lebih kurang 600 m. Menurut Sartono (1964, lihat Slkardi .
dkk,l9?1) perbukitan kerucut ini mungkin dikontrol oleh
struktur bioherm (kubah) purba atau proses penghaneuran
dan erosi yang intensir· ·pada daerah bertopografi karst itu.
Hampir semua bukit tersebut umumnya terkontrol oleh sistem
kekar (L~p. 3, 4, 5) ~ Kadang-kadang Zfine depresi i tu berubah
.menjadi telaga karst dan tertutup oleh tanah terra rossa
(Lamp.l 1 Gamb.26). Bukit-bukit kerucut ini cenderung beru.
kuran lebih besar ke arab timur seperti yang dijumpai di
daerah antara Semanu dan Sadeng melalui Bedoyo dan ~ongkop.
Gua-gua banyak dijumpai pada satuan sistem lahan ini seper
ti Gua Cerme (Lamp.l,Gamb.46), Gua Seropan dan Gua Langse.
Dl dalam beberapa gua dan dolin ( dollinsa) terdapat sungai
sungai bawah tanab yang mengalir ke selatan (Gamb.?). SU
ngai bawah tanah yang terbesar tersingkap di T.eluk Baron '
(Lamp.l,Gamb.3Q). Dl sepanjang pantai selatan satuan sis-
tam laban ini pada umumnya dibatasi oleh tebing vertikal
dengan tinggi 50-100 m (Lamp.l.Gmb.40), akan tetapi pada
beberapa tempat juga dijumpai beberapa teluk yang relatif \
datar seperti Teluk Baron, Teluk Kukup, Teluk trini, TelUk
Krakal, Teluk Wediombo dan Teluk Sadeng,· Pasir dan kerakal
karbonat dengan persentase tinggi terdapat d1 dataran pan
tai tempat zone air tawar dangkal dijumpai di daerah ini
· seperti d1 Teluk Kukup. ,
Satuan sistem laban ini terdiri dari batugamping
berasosiasi dengan terumbu. Litologi ini merupakan bagian
atas Formasi Wonosari menurut pembagian oleh Van Bemmelen.
-···-··-· --· --- ··--~-------···-----· ·-- -· ··--·---- ·- -----·
~ ,\• . ' '.
· r: 1~1 \ c:. ---l · ·· ----.,h~
I!M Batuan volkanik dan sedimen yang berasosiasi
, ....... .,' Batas bagian utara Plato· Wonosari
~ Sesar besar dan garis . sipkho:t.eg
27
-•
1;!7~ Daerah mataair kecil sepanjang batas utara Plato Wonosari
ot:PP Divides airtan.ah besar di Gunung Sewu
-~~ ~yidt! airtanah sekunder d1 Plato Wonosari
~ Arab umum gerakan airtanah
~ Ja1ur sistem sungai bawah permukaan daerah Mulo diduga
Gam bar 1. 7 : Gerakan Ai.rtanah Gunung Kidu1 ( Slmber·: Me. Ibnald, 19?1~ 11-hat UNCRD, 1971).
28
Secara terinci batugamping berasosii.si terumbu :ini:terdiri da-
ri Algal Boundstone, Algal RudstODi. dan Alzgal iloat§tone. '
Pada beberapa lokasi seperti di sebelah timur Panggang··ter-'
dapat karbonat kristalin kasar dan aodul-nodul Mn dijumpai
di Nawungan dan Semanu. Di tempat lain ·seperti di Bedoyo
dan Kemadang dijumpai pula batugampi!lg kapuran ( 9ha.}.kY 11~
mestone). Umur batuan-batuan tersebut d1 atas berkisar da
ri Miosen Tengah hingga Pliosen Bawah. Satuan batuan ini
terletak tidak selaras pada bagian atas breksi andesi t. yang
tersingkap di Nawungan. Batuan anggqta Formasi Wonosari ini
sebagian telah lapuk menjadi tanah 1uyisol dan l~tbg~l.
Penggunaan lahan d1 daerah ini adalah semak, ladang, sawah
( d1 utara Parangtritis), desa dan obyek turis. Lokasi-loka
si obyek turis adalah Parangtritis, Baron, Kuk.up, Krakal,
Drini, Wediombo, Ngungap dan Sadeng (Lamp.2,4 dan 5).
Satuan sistem laban ini d1ident1fikas1 dan dideline
asi berdasarkan atas kenampakan khas citra Landsat seperti
warna kemerah-merahan, merah kehijau-hijauan dan ~ekstur
halus hingga sedang. Garis batas antara satuan ini dan sa
tuan di sekitarnya nampak cukup jelas. Berdasarkan atas ke
nampakan khas foto udara, satuan ini memperlihatkan rona
mQtt;L§d, relief sedang dengan puncak tumpul, zone-zone de
presi (sinkholes) dangkal dan lebar. kadang-kadang tampak
pula beberapa l~mbah sungai kering. Beberapa telaga· karst
nampak dengan rona gelap, sedangkan telaga kering memperli
hatkan rona cerah. Kekar dikenali berdasarkan kenampakan
kelurusan lembah yang umumnya berpola sistematik suling me-
29
motong. Di daerah Parangtritis dikenali sesar tangga berda
sarkan kelurusan rona gelap dan depresi lurus. Arah sesar
ini umumnya utara-selatan. Sesar normal juga dij~mpai seba
gai batas antara satuan sistem lahan 4A dan 4B. Dasa dike-·
nali berdasarkan kenampakan rona cerah, tekstur sedang dan
bentuk poligon. •
·3.1.6. Satuan Sistem Lahan 5
Satuan ini merupakan zone depresi (gr;ben Bantul -
Yogyakarta menurut Van Bemmelen). Satuan ini juga merupakan
dataran kaki Gunungapi Merapi. Batuan yang terdapat pada •
satuan ini yaitu batupasir volkanik (endapan Gunungapi Me
rapi Muda yang berumur Kuarter (~hardjo,l977). HaSil pela
pukannya berupa regosol sebagai penyusun yang dominan dan
setempat-setempat berupa vertisol seperti dijumpai ·di dae
rah pantai antara Slngai Progo dan Slngai Opak. Slngai yang
terdapat di daerah ini yai tu Sungai Opak, Slngai Code, &1-
ngai Winongo dan Slngai .Progo. Slngai-sungai tersebut-'mem
bentuk pola penyaluran sejajar. Pada musim hujan sungai
sungai tersebut menyebabkan banjir sedangkan pada .musim· ke
marau menjadi kering. Penggunaan lahan di daerah ini yaitu
de sa, tetumbuhan campuran, sa wah dan ladang ( tanaman tebu
dominan).
Satuan sistem laban ini diideritifikasi dan dideline~
asi berdasarkan atas kenampakan khas citra Landsat seperti
warna merah dengan kelompok~kelompok warna cerah yang ter
sebar cukup merata. Garis batas satuan ini dengan satuan
sistem laban 6 tampak jelas, sedangkan garis batasnya de-
30
ngan satuan sistem laban ? tidak jelas-.
Pada f'oto udara tampak sawab atau ladang· kering bero
na cerah dan sawab atau ladang basah berona gelap dengan po
la berpetak-petak. Desa dikenali sebagai rona abu-abu cerail
bertekstur sedang dengan bentuk pol~goa. SUngai ·berair dike
nali dari.ronanya yang gelap dengan' bentuk memanjang dan pa
_da beberapa tempat berkelok-kelok. Jaringan jalan · ctlkenali . dari ronanya yang abu-abu, bentuk lurus memanjang dan saling
berpotongan relatif' tegak lurus.
3.1 .. 7. §a wan §;l,stg ·Laban 6
Sa.tuan ini menunjukkan bentuklaban laut dan endapan
angin (aeolian) yang terdiri dari batUkP pasir tersebar da
ri Parangtritis sampai ke Congot, sepanjang pantai. Satuan
ini dapat dibagi lebib terinci menjadi tiga sub satuan
(Lamp.3). Pertama yaitu sub-satuan 6A yang terdiri dari
asosiasi bating pantai muda, bukit-bukit pasir transversal,
bukit-bukit pasir parabolik dan bukit-bukit pasir barchan;
kedua adalab swalt ( Slb-satuan 6B) dan ketiga adalah beting
pantai purba ( &.tb-satuan 6C.). Komposisi litologi satuan sis
tam laban 6 terdiri dari pasir yang dien,dapkan selama Kuar
ter. Analisis terhadap contob pasir yang· diambil dart tam
pat yang terletak lebib kurang 5 km sebelah barat muara su
ngai Progo ke arab Slngai Bogowonto mengbasilkan kandungan
55% Fe dan.l2,5% T1 02. (Busin,l9?l lihat Rahardjo,l9??).
Berdasarkan basil_ anali·sis contoh pasi.r yang di_liumpulkan
dari daerah Parangtritis diketahui bahwa komposisi pasir
31
adalah berupa komponen resisten (kuarts dan megnetit) dan
tidak resisten (hornblende, piroksen, feldspar, olivin dan
tragmen batuan). Pasir Parangtritis adalah pasir volkanik.
Arab ker.darat kandungan kuarts bertambah sedangkan horn
blende dan piroksen berkurang ( &tdibjo ,1979). MaC?am tanah
di daerah ini adalah regosol. Penggurtaan lahan di daerah
sub-satuan 6A adalah laban gundul, rumput, semak, tanaman
budaya, desa dan kedai di daerah obyek turis seperti Congot,
Glagah, Trisik, Pandansimo, Samas, Parangkusumo. dan Parang
tritis. Penggunaan laban di daerah sub satuan 6B adalah la
dang, sawah, rumput dan semak. Penggunaan lahan di·daerah
sub-satuan 6C yaitu desa·yang rapat dengan tetumbuhan cam
puran seperti pohon kelapa lebat, pi sang dan bambu.
Satuan sistem laban 6 .diidentifikasi dan didelineasi
berdasarkan atas kenampakan khas citra Landsat seperti war
na biru dan biru cerah yang pola penyebarannya sejajar de
ngan garis pantai. Berdasarkan kenampakan khas foto udara
satuan ini memperlihatkan rona abu-abu hingga abu-abu gelap
dan pada sub-sa:tuan 6A tampak bentuk parabolik dan. barchan.
Sub-satuan 6B menunjukkan rona abu-abu cerah, tekstur kasar;
sedangkan sub-satuan 6C memperlihatkan rona cerah dan teks
tur kasar yang ·disebabkan oleh tetumbuhan. Elevasi sub-satu
an 6B lebih rendah daripada elevasi sub-satuan 6A dan 6C.
Pola penyebaran semua sub-satuan itu sejajar dengan garis·
pantai.
32
3.1.8. SatuiP Sistgm Laban ?.
Satuan ini memperlihatkan bentuklahan dataran aluvi
al dan terdiri dari lempung, lanau dan pasir yang persebar.
annya sulit dipisah-pisahkan:. Batuan ~ersebut merupakan en
dapan aluvial. Gos<?ng-gosong pasir (~~d bars) juga dijumpai •
di Sungai Bogowonto, Sungai Serang dan Sungai Progo, sedang
·kan gosong-gosong pasir, kerikil dan kerakal dijumpai di Su
ngai Opak. Tanah yang dijumpai pada satuan ini adalah fluvi-' .
.§21. ( tanah aluvial) dan t§SOsol. Penggunaan laban di daerah
ini adalah desa dengan tetumbuhan campuran, sawah dan ladang.
Daerah ini diidentifikasi dan didelineasi berdasarkan kenam-
pakan khas citra Landsat seperti warna cerah dan kelompok -
kelompok warna merah. Berdasarkan kenampakan khas toto udara
daerah ini menunjukkan rona cerah, tekstur halus, bentuk em
pat persegi panjang dan polig.on dengan pola berpetak-pet~
untuk sawah dan ladang kering, sedangkan sawah dan ladang
basah menunjukkan rona gelap. Desa memperlihatkan rona abu
abu cerah, tekstur sedang dan bentuk poligon.
3. 2. Mal isis Potgn§i Sesumb~t Daeraq fgnelitip.
Berdasarkan atas kesamaan kondisi·bentuklahan, lito
logi dan penggunaan laban, secara garis besar daerah pene
litian d8.pat dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian yang
pertama yaitu daerah yang terbentang mulai dari Parangtri
tis sampai ke Congot ( daerah penelitian bagian barat) dan
bagian yang kedua yaitu daerah yang terbentang dari Parang-
33
tritis sampai ke Sadeng (daerah penelitian bagian timur).
3.2.1 • .I§§.rah ;ggnelitian bft!i~n· baw ( gaerah Parangtritig,
Congot).
JAlerah pantai antara muara &mgai Bogowonto .di dae
rah Congot dan muara Sungai Opak di daerah Parangtritis
mempunyai kesamaan kondisi bentuklahan1 litologi dan peng
gunaan laban. Iaerah Parangtri tis sendiri merupakan daerah
yang kompleks karena daerah ini merupakan perbatasan anta
ra kedua bagian daerah penelitian tersebut di atas. Bentuk
lahan daerah yang terbentang dari .Congot sampai ke Parang
tritis yang meliputi Glagah, Trisik,' Pandarisimo, Samas dan
Parangkusumo menunjukkan bentuklahan perbukitan pasir pan
tai (p~rbukitan pasir endapan laut dan angin), swale dan
dataran aluvial. Perbukitan pasir pantai tersebut terdiri
dari bating pantai muda, zone bukit pasir parabolik, zone
buki t pasir bA:rchan dan beting pantai muda. Swa1g, terdapat
di antara daerah ini dan daerah bating pantai tua d1 sabe
lah utaranya. Bardasarkan kenampakan foto udara perkamba~g-'
an buki t pasir endapan angin seperti buki t pasir parabolik
dan bA:rcnan mempunyai arah baratlaut. Perkembangan bukit
pasir endapan angin d1 daerah Parangtritis dan Samas lebih
baik daripada di daerah lain (Lamp.3 dan Lamp.l,Gamb.l9). ·
Bating pantai purba berbatasan dengan dataran alu
vial yang terletak d1 sebelah utaranya. Topografi barge -
lombang bating pantai purba ini membentang dengan arah ba
ratlaut-timur tenggara kurang lebih sejajar garis pantai.
i . I
34
Elevasi daerah ini lebih kurang 8 meter di atas muka air·
1aut dan elevasi ini 1ebih tinggi daripada e1evasi datar
an a1uvial ( Soetikno, 1984). Bagian atas terdiri dari bu
tir-butir pasir lanauan dan dibagian bawah terdiri dari
butir-butir pasir. Proses geomorto1ogi utama yang terjadi
di sini yaitu proses pelapukan. •
Analisis terhadap 15 contoh batuan yang. dikumpulkan
dari perbukitan pasir pantai d1 Congot, Glagah, Tr.isik,
Pandansimo, Samaa dan Parangt:ritis menghasilkan keterangan
mengenai penyusun pasir di dae:rah-daerah tersebut sebagai
beriku t: kuarts (0~40 )%, feldspar ( 5-77) %, magneti t (13-
1?)%, hornblende (2-10)%, piroksen (2-5)% dan oksida besi
(0-5)%.
Datarari banjir dijumpai di sisi-sisi muara Sungai
Bogowonto, &tngai Serang, &tngai Pro go dan &tngai Opak.
Hampir setiap tahun daerah tersebut menga1ami banjir ter
utama pada musim penghujan. Proses geomorfologi yang ter
jadi di, sini yaitu erosi lateral, sedimentasi dan pe1.a~k
an. Komposisi 1itologi dataran banjir ada1ah pasir 1empung-"· '.
an, Pt\sir lanauan, pasir dan keriki1 hingga bongkah. Pasir
hingga bongkah terdapat sepanjang &tngai Opak dan dataran
banjir di kaki lereng,perbukitan. Sungai besar yang dijum
pai di daerah pene1itian ada empat yaitu Sungai Bogowonto,
SUngai Serang yang berhulu di Pegunungan Ku1on Progo, &t
ngai Progo yang hu1unya di Gunungapi Merapi dan Sundoro1
dan Sungai Opak yang hulunya di Gunungapi Merapi dan Pegu
nungan Se1atan. Gradien ~ngai relatif tinggi sehingga air
35
hujan yang masuk sungai akan segera sampai ke muara sungai.
Huara sungai terbendung oleh spits yang terbentuk oleh pro
ses sedimentasi laut sedangkan segmen-segmen sungai sebelum
muara juga terhalang oleh beting-beting pantai purba. Seba
gai akibatnya dataran aluvial dekat beting pantai purba dan
daerah se~itar muara sering mengalami banjir. Menurut
~c Donald (1971, lihat UN.CRD.l971) m§an discharges (bulan
Agustus 1970) un tuk Sungai Pro go .. bagian deka t muara adalah
15 m3/detik dan untuk Sungai Opak bagian: dekat ·muara adalah
5 m3/detik, sedangkan: meg rupott bagio sungai dekat muara
yaitu 50 m3/detik untuk Sungai Opak, 150 m~/detik untuk su
nga:i Progo.dan 20·m3/detik untuk Sungai Serang. Basil ana
lisis. contoh-contoh air yang diambil selama bulan Februari
dan Maret tahun 1970 menunjukkan bahwa air sungai tersebut
cocok untuk irigasi. Kandungam garam air sungai itu pada
umumnya berkisar dari 100 hingga 200 bpj. Persen sodium
(Na) berkisar· dari 10 hingga 300,.6 dan sodium absorption
ratio berkisar dari 0,2 hingga 0,8. Air sungai bersifat
agak basa dengan pR berkisar dari 7 hingga 8. Konsentrasi
sedimen pada umumnya berkisar dari 50 hingga 1.500 bpj.
Selama musim penghujan s.ungai..;sungai tersebut tidak keku
rangan air dam mempunyai potensi yang besar untuk pengem
bangan. Pada musim kemarau masih terdapat air pada Cekung
an Progo dan sejumlah air hilang percuma ke laut. Sedang
kan Sungai Serang dan Sungai Opak pada musim kemarau mem
punyai potensi kecil untuk pengembangan. Berdasarkan atas
36
contoh-contoh seciimen pada t._hun 19?0 hingga 19?1, jumlah
sedimen yang meninggalkan Cekungan Progo lebih kurang
2.6?0.000 t~njtahun, sedangkan· sedimen berupa suspensi yang
terangkut oleh SUngai Opak 1ebin kurang 360.000 ton/tahun
dan konsentrasi garam yang terlarut adalah 200 bpj.
Selama musim kemarati semua sungai tersebut di. atas
:terbendung oleh bating pantai muda dan membentuk kolam alam.
Kolam-kolam alam ini tarutama yang dijumpai d1. Congot, Gla
gah dan Samas dipergunakan untuk pengambangan ikan. dan udang.
Di samping· itu kolam-kolam tersabut· di.pergunakan pula untuk
rekreasi (Lamp.l, Gamb.l,3 d~ 6). Kadang-kadang kolam alam
d1 Glagah dan Congot digunakan juga untuk tempat, mengail dan
per1ombaan mendayung parah~.
Kadalaman air tanah dangkal di dataran a1uvial adalah
(2-3)m. Berdasarkan atas penyelidikan geolistrik pada beb~
rapa lokasi d1 dataran aluvial di sebelah barat SUngai Bogo
wonto, air asin dijumpai pada kedalaman (40-60)m- di bawah
permukaan tanah ( SJ.yono dkk,l98l 1ihat Sltikno ,1984). Berda
sarkan atas kesamaan bentuklahan maka sangat mungkin bahwa
di dataran aluvial sebalah timur &lngai .Bogowonto dijumpai
pula air asin pada kedalaman tersebut. di atas.
Berdaaarkan basil pangama tan dan pengukuran pada be
berapa aumur di bukit-bukit pasir pantai Trisik dan Samas
pada akhir bulan Mai 1987, manunjukkan bahwa kadalaman air \
tanah berkisar dari 2 m hingga 4 m di bawah parmukaan tanah.
Manurut <ilmo (1984), kadalaman air tanah pada ba
ting pantai muda barkisar dari 6 m hingga 8 m di bawah per-
37
mukaan tanah, pada bating pantai purba barkisar dari 3 hing
ga 4 m di bawah parmukaan tanah dan pada swale berkisar dari
4 hingga 5 m di bawab permukaan tanah. Berdasarkan atas m•
teri penyusun akuiter bating pantai dan ew!le yang berupa
butir-butir pasir, diinterpretasik~ bahwa potensi air tanah • dangkal di daarah pantai adalah sedang hingga tinggi.
Menurut Me JX>nald (1971, lih~t UNCRD,1971), berdasar
kan atas 1) litologi dan parmeabilitas akuif'er 2) kedalaman
akuif'er dan kedalaman muka air tanah 3) kualitas air tanah
4) recharge dan 5) access, potensi air tanah pada endapan
aluvial pantai di daerah Bantul adalah sedang, dataran alu
vial Kulon Progo tergolong rendah dan perbukitan batugamping
Sentolo tergolong sedang.
Henurut Sukardi dkk (1971), dataran kaki Gunungapi He
rapi dan endapan alivial tergolong daerah yang memiliki poten
si air tanah sedang hingga tinggi.
Penggunaan laban bating pantai muda dan bukit pasir en
dapan angin yaitu desa, kedai, laban gundul, semak, rumput dan
tanaman budaya (pandan dan acacia). _Desa dan kedai terutama
terdapat di daarah obyek turis. Masing-masing 1okasi obyek tu
ris mulai dari obyek yang paling berkembang hingga kurang ber
kembang yaitu Parangtritis, Parangkusumo, Samas, G1agah, Pan
dansimo, Congot dan Trisik (Lamp.l ,Gamb.18, 21-25, 17, 12-15,
3-6, 10-11, 1-2 dan 7-5). Menurut Dinas Pariwisata Propinsi
Daerah Istimawa Yogyakarta (1985), turis yang telah mengupjungi
Pantai Parangtritis, Pantai Samas, Pantai Glagali1 dan Pantai Co
ngot selama tahun 1985 adalah sebagai berikut : turis domestik
38
(6.668-35.883) orang/bulan clan ~ris asing (75-148) orang/
bulan untUk Pantai Parangtritis; turis domestik (10. 814-: ·
·L:!Z .•. 547.) o:ran&lbulan dan turis asing (2-22) orang/bulan untuk
Pantai Sam as; turis domestik ( 71-2.746) orang/bulan dan tu
ris a~ing (0-27) orang/bulan untuk Pantai Glagah; turis do
mestik (126-1.927) orang/bulan dan turis asing (0-26) orang/
bulan untuk Pantai Congot. Swale dipergunakan untuk ladang, ·
semak, rumput dan lah~ gundul. Bating pantai purba diper
gunakan untuk desa yang cukup rapat dan tetumbuhan campuran
seperti pohon kelapa lebat, pohon pisang dan pohon bailbu se
bagai tanaman pekarangan atau kebun dan sejumlah tanaman pe
karangan yang lain s~perti berbagai macam tanaman bunga,
lombok dan buah-buahan. Me:nurut· Tim Studi Pemetaan. Pertanian
Fakul tas Pertanian Universitas Gadjah Mada (1987), pengem·. -
bangan tanaman kelapa ke daerah bukit pasir pantai dengan
menggunakan tanah sebagai medium adalah cukup berhasil.
Dataran aluvial dan dataran kaki Gunungapi Merapi di
pergunakan untuk desa, kota, sawah dan ladang. Desa ditum-·
buhi tanaman c·ampurali seperti pQhon kelapa, pohon pi sang,
pohon pepaya, pohon belinjo, pohon jambu mete, pohon nanas,
pohon jeruk Siam dsb. Ladang ditanami tebu, rumput serai, ·
lada, panili, bawang merah, jagung, ubi-ubian, semangka,lom
bok dan kacang.
Parangtritis sebagai d~erah obyek turis yang paling
berkembang memiliki ko~disi yang paling kompleks. Di daerah
ini terdapat berbagai bentuk.lahan, litologi danjpenggunaan
39
lahan. Bentuklahan. yang ada di daerah 1n1 meliputi bentuk:
lahan karst, per~ukitan dan gawir denudasional-st.ruktural,
bentuklahan endapan angin, b.entuklahan laut dan bentukla
han fluvial. L1tolog1 di daerah ini terdiri dari breksi
andesit, lava andesit, intrusi andesit (Lamp.l, Gamb.20),
batugampi~g·, pasir '(pasir ·endapan law.t dan endapam angin},
dan endapan aluvial (lempung, lanau, pasir hingga bongkah).
Di daerah Parangtritis dijumpai ·pula perumahan, kedai, res
toran, toko, hotel, gedung kesenian, kolam renang, aataair,
mataair panas, sarana angkutan dan tempat parkir kendaraan
(Lamp.l, Gamb.l8-25). stasiun tenaga angin yang dibangun
oleh LAPAN (Lembaga PenerQangan dan Antariksa Nasional) di
jumpai di daerah Parangkusumo. stasion ini merupakan stasi
on meteorologi dan digunakan juga untuk sumber tenaga lis
trik (Lamp.l, Gamo.l7). •
Hampir semua jal~ raya yang menghubungkan lokasi . obyek turis dengan ibukota Kabupateri dan Kotamadya Yogya-
karta telah beraspal (Lamp.3).
3.2.2. Jlletah· fenelitian Bagian Timur (liter§ Parangtriti.s
§5\deng).
:Qaerah ini dapat dibagi menjadi. tiga .bagian. Bagian
pertama yaitu dataran pantai Baron,..Kukup..Drini-Krakal, ba~
gian kedua yaitu dataran pantai Wediombo-N~ngap..Sadeng dan
bagian ketiga yaitu Pegunungan Seribu yang ~erupakan daerah . perbukitan berbentuk kerucut.
'
'
40
llaerah ini terdiri dari paatr, kerikil-bongkah kar
bonat. Penyusun yang dominan adalah. materi karbonat dan .
penyusun minor adalah magnetit kecuali pada pasir di Teluk
Baron.· Pasir Baro~ tersusun oleh !ragmen- !ragmen batuan •
~
berbutir hal us hingga sedang dan ru~ah/ cangkang binatang
lebih kurang SO%, butir-butir magnetit lebih kurang 35%
dan butir-butir minor yang terdiri dari oksida besi, ku
arts, piroksen dan hornblende. Di tempat lain butir-butir
magneti t meru pakan penyusun minor dibandingkan dengan bu
tir-butir karbonat. Butir-butir karbonat ya~g banyak ini
terdiri dari fragmen batuan berbutir halus dan cangkang
binatang, kurang lebih (?7-88)% dan Orbulina universa
(12-23)%, sedangkan kerikil-bongkah karbonat terdiri dari
tragmen koral kurang lebih 85% dan tragmen moluska dalam
jumlah sedik1t.
Berdasarkan at as hal terse but di at as maka kecuali
Teluk Baron, daerah dataran pantai ini merupakan.lingkung
an air jernih.
Kondisi seperti ini didukung pula oleh terdapatny~ . . sejumlah banyak rumput laut. dan ikan bias di Teluk Kukup,
Ik-ini dan Krakal (Lamp.l,Gamb.34 dan 35).
Pengadaan air tawar di daerah ini dibantu oleh Pro-. yek P2AT dengan sumur-sumur bor dan sumur gali di daerah
Krakal. Kedalaman ·muka air tanah d1 daerah ini lebi~ ku
rang (3-15)m. Se~ber air tawar yang lain Y.B.itu Mataair
Krakal dan &lngai bawahtanah Baron. D.1.schfll:SO Mataair
41
Krakal yaitu {5-10} liter/detik ( Sukardi dkk, 1971) dan
Surigai bawah tanah Baron (4-5) m3 /detik { &lkardi dkk,l971)
d:1.n 6,3 m3/detik {Oktober,l9?0) menurut Me .Ibnald {1971).
Pada saat ini air tawar dari sesumber tersebut di
atas telah dipergunakan untuk keperluan rumah tangga ter
utama di Desa Kemadang dan Krakal CLamp.l,Gamb. :~?).
Turis yang telah berkunjung ke Tel uk Baron-Kukup..
Krakal pada tahun 1985 pada umumnya turis domestik ·( 3. 500-
20.152) orang/bulan. Turis asi!lg sangat. sedikit (4- 23) orang/
bulan ( Dinas Pariwisata DIY, 1985) •.
Dataran paatai ini tersusun oleh pasir, kerikil
bongkah karbonat yang tersingkap menumpang d1 atas lava
Tarsier. Pasir hitam merupakan penyusun minor Teluk Wedi
ombo. Pasir karbonat halus mengandung fragmen batuan dan
cangkang· balus lebih kurang 55%. Penyusun yang lainj ada-'
lah Orbulina universa, kuarts, feldspar, magnetit:, pirok
sen dan hornblende. Pasir karbonat kasar tersusun oleh
Orbulina universa kurang lebih 75%; penyusun yang lain
adalah fragmen-fragmen batuan dan cangkarig. Pasir hitam
terdiri dari butir-butir magnetit lebih.kurang ?5% dan
penyusun yang lain adalah fragmen batuan karbonat dan bu
tir-butir Orbulina universa. Pasir d1 Teluk Sadeng mengan
dung fragmen batuan karbonat dan cangkang (80-85)%. Penyu
sun yang minor yaitu butir-butir Orbulina universa dan
magneti.'t. Kerikil-bongkah karbonat di Teluk Vlediombo ter-
42
susun oleh tragaen koral lebib kurang 90% dan penyusun mi
nor adalah :traslllen-trapen aolueka. I
Keadaan ters-ebut di atas menandakan suatu lingkungan
air jernih. Kondisi ini didukung pula oleb adanya rumput
laut di T•luk Wediombo. ' .
Hampir semua lembah antar bukit kerucut d1 ~erah
ini tertutup oleh terra rossa. Mineral lempung (80-85)% me-'
rupakan mineral, penyusun yang dominan •. Penyusun ;yang bersi-
rat minor adalah magnetit {15-20)%. Analisis kimia terhadap
contoh-contoh tanal'l yang dikum}1llk~ dari Panggang·, G:irikar
to, Bareng dan Krakal menunjukkan bah wa . silika dan alumina
merupakan penyuaun terra ro.ssa yang dominan. Persen berat
Si o2 berkisar (31,02-34,57)% da~ n 2o3 (21,43- 25,92)~ -
Penyusun yang lain ya~tu Fe sebagai · Fe2o3 (13,32 - 14,13)%.
Oksida minor yaitu MnO (0,11 .;:. 0,25)%, Mg 0 (0,10 - 3, 73)%, . ,.. "
CaO {tf.,14 - 6,37}%, Na20 (0,12 - 0,31)%, K20 (0,10 - 0,59)%, -
Ti 02 (0,61 - 1,04),; dan P2 o5 (0,14 - 0,60}~ Kandungan kar
bon adalah (10,03 - 11,14),;. Tanah ·renqzba yang diambil da-
,,
...
43
ri Play en, Wonosari, Mu1o dan Nawungan juga teX"diri dari
silika dan alumina aebagai penyusun yang dominan. Persen
berat S102 (31,20 - 40,23)~ dan A1203(19,43 - 30,13)%.
Total Fe ·sebagai Fe2o3 (11,48 - 18,19)%. Oksida minor
yaitu Mn 0 (0,04 - 0,90)%, Mg' 0 (0:,80 - 2,57)%, Ca 0 (5,37-
11,??)%, Na20 ~0,99-0,41)%, K2o (CA,!6.;.0,96)%, T102(0,65-, '
0,93)% dan P,p5 (0,33 - 1,80)%. Kandungan karbon adalah
( 5, 60 - 12, ?1)~.
Propors1. tinggi materi tidak larut: dalam terra ros
sa mungkin menunjukkan bahwa materi ini berasal dari mate
ri purba as*l yang diendapkan bersama-sama dengan batuan
karbonat pada cekungan dangkal.
Hutan jati dan acacia berseling ladang ubi kayu ter
sebar luas pada daerah terra rossa ini. Tim Studi Pemetaaa
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (198?)
menyebutkan bahwa daerah Tepus'ditanami jagung, ketela po
hon, kedelai dan belinjo. llaerah Paliyan ditanami jagung,
kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai. .Ilierah Rongkop di
tanami sorghum, kedelai dan jambu mete. llaerah Play en d1 ta
nami baWat_lg merah, bawang putih dan belinjo, sedangkan Plato
Wonosari ditanami pohon kelapa, lada, tebu, jambu mete 'ke
nanga, ubi kayu dan karet. Tanaman budaya yang telah dikem
bangkan secara intensif di plato Wonosari adalah kentang, ·
kobis dan bawang putih. Pohon kapuk dan belinjo sangat. mung
kin untuk dikembangkan di daerah Pegunungan Seribu.
Telaga karst dangkal adalah merupakan penampung air
tawar utama di daerah ini, lebih kurang ·ada 24 d1 Rongkop,
44
13 di Semanu, 12 di Ponjong, 19 di Tepus, 9 di Paliyan dan
23 di Panggang ( Slkardi dkk,l971) dan lihat Lam.p.l Gam.b.26
dan 42, Sesumber air tawar yang lain yaitu sungai-sungai
bawah tanah yang tersingkap di Songgilap, Mulo, Bribin dan
Jepitu Selatan. Penge~bangan sesumber ini sudah diselesai
kan oleh Japan - Ipdonesig Jgin Cosz:RVJ:Q:lc_.Qn .RUQ'!ic· Pro1ect
di Songgilap dan Kenteng. Sta·sion·. Tenaga Matahari telah di
bangun dan kemudian digunakan untuk memompa air tanah dari
dolin Songgilap (Lamp.1, Gamb.45). Stasion Tenaga Matahari
yang lain yang dibangun di Kent eng digunakan untuk sistem
listrik pedesaan. Kapasitasnya sekarang yaitu 1?80 Watt/ha
ri untuk 80 rumah (Lamp.1, Gamb.44).
Menurut Sukardi dkk (1Y?l) beberapa sesumber air
yang pot en sial yaitu sungai bawah tanah Beton: ( .500 - ?00)
liter/detik, Mataair Petojan (10 - 12) liter/detik dan Ma
taair Kedungwolu (10 1iter/detik).
Manurut Widiasmoro (1982) Gua Cerme (Sremin) meru
pakan gua yang indah dengan hiasan alam stalaktit dan sta
la8mi t serta ben dung an alam ( Lamp.l ,Gamb.46).
Di samping sesumber alam yang bersifat menguntungkan
seperti tersebut di atas, di daerah penelitian terdapat pu
la sesumber alam yang bersifat merugikan. Sebagai contoh
disebutkan di bawah ini :
1) banjir di dataran banjir dan dataran aluvia1 di daerah
penelitian bagian barat,
2) erosi dan gerakan massa di daerah perbukitan, terutama
45'
d1 gawir-gawir dae.rah Parangtritis,
3) deflasi dan sedimentasi bukit-bukit pasir yang menutup
sawah dan ladang di sekitarnya,
4) banjir oleh pasang naik Sam.udera India, seb~gai contoh
pasang naik yang terjadi setelah gerripabumi tektonik bu-. .
lan April 1987 yang menghancurkan kedai-kedai dan desa .
di daerah dataran pantai. Di De sa Parangtri tis banjir
pasang naik tersebut maeuk arah ke darat sejauh kurang
lebih 300 m dari garis pantai.
3.3. Kgnstip P§ngembugon Daerth Penelitien.
Berdasarkan. atas semua uraian tersebut d:i,. atas ter-
utama berdasarkan atas
1) macam bentukl~han
2) m.acam penyusun, -.atuan dan tanah
3) kondisi air bawah tanah dan air permukaan,
4) kondisi penggunaan laban saat .sekarang,
5) kondisi dan kea·daan jaringan jalan,
maka dapat disampaikan konsep pengembangan daerah peneliti
an sebagai berikut :
3.3.1. Kpnsep fQngembangap I».er&h ·Ppn§J.itian BElgian Barat
Daerah dataran pantai dan bukit-bukit pasir pantai
terutama daerah Parangtritis, Parangkusumo;· saJnas, ·Glag~,
Congot, Pandansimo dan Trisik sesuai untuk obyek kepari~-
sataan.
' '
46
Rencana pengembangan kepariwisataan sebaiknya di
prioritaskan bagi wisata pemuda baik domestik maupun
asing terutama siswa dan mahasiswa. Hal ini agar sesuai
dengan rencana Pemerintah Republik Indonesia lewat Kemen.:.
terian Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Il:l.rektorat Jen-
dral Par~wisata dalam usaha mengembangkan wisata remaja.
Tenaga,angin diusahakan agar dapat dikembangkan
dan digunakan untuk menunjang eksploitasi air tawar yang
dapat memenuhi ·keperluan pertariian, rumah tangga penduduk
dan wisatawan.
Penanaman pohon-pohon kelapa, pandan dan acacia
atau tanaman lain pada daerah perbukitan pasir akan me
nunjang tidak hanya bidang pariwisata tetapi juga bidang ·
pertanian.
Daerah dataran aluvial sesuai untuk pengembangan
pertanian terutama untuk sawah dan ladang, sedangkan usa
ha pengembangbiakan udang. dan ikan dapat dilakukan d1 Sa
mas, Glagah dan Congot yang merupakan tempat terdapatnya
kolam alam.
3. 3. 2. Kon,sep Pengeabangau IAerab Penglit:Lan §Agian T:i,myr.
Daerah perbukitan karst Pegunungan Seribu sesuai ba
gi pengembangan hutan jati, acacia, belinjo dan ka111k serta
tanaman ubi kayu di antaranya. Sedangkan daerah dataran pan-'
tai sesuai untuk daerah pariwisata dan industri rumah tangga.
Pengembangan daerah dataran pantai dapat direncanakan
sebagai berikut :
47
1. Teluk Baron dipergunakan untuk obyek wisata ·dan perikanan,
2. Teluk Kukup, Krakal dan Wediombo digunakan untuk obyek wi
sata, industri rumiJlt laut ·dan ikan bias,
3. Teluk Ngungap digunakan untuk obyek wisata dan industri
sarang burung Lawet.
4. Teluk Sadeng digunakan untuk obyek wisata dan perikanan.
Tanaman yang akan dikembangkan di daerah terra rossa
harus jenis tanaman yang cocok untuk tanah yang mengandung
silika dan alumina.
Tenaga matahari dapat dikembangkan dan digunakan un
tuk menunjang eksploitasi air tawar yang dapat memenuhi ke
perluan pertanian, rumahtangga penduduk dan wisatawan.
Untuk penelitian yang akan datang, metode penjejakan
(tracing mej(bod) dapat digunakan untuk mengetahui pola su
ngai bawah tanah dan sumber air mataair.
Walaup.1n konsep pengembangan daerah penelitian sudah
digambarkan seperti tersebut di at.as, akan tetapi studi ke
layakan yang lebih terinci perlu dilakukan sebelum mengam
bil langkah tertentu untuk pengembangan daerah penelitian.
. 48
IV KESIMPULAN.
Dari berbagai ujaiaa yang disebutkan di atas maka da
pat diambil kesi•pulaa sebagai berikut : .• .
1· Daerah peneliti~ dapat dibagi menj~di tiga bagian utama.
Bagian pertama yaitu daerah perbukitaa pasir pantai dan . . . dataran aluvial mulai dari Parangtritis, sampai ke Congot;
bagian kedua yaitu daerah kompleks. Parangtritis dan bagi
an ketiga adalah daerah dataru pantai dan perbukitan ke
rucut (Pegunungan Seribu) mulai dari Parangtritis sampai
ke Sadeng,
2. Satuan bentuklahan yang dijumpai di daerah penelitian
yaitu satuan bentuklahan perbukitan denudasional-struktur
al, satuan bentuklahan perbukitan dan gawir denudasional
struktural, satuan perbukitam karst, satuan perbukitan en
dapan laut dan·endapan angin, dataran kaki gunungapi, da
taran fluvial, dataran aluvial dan dataran pantai,
3. Pola penyaluran di daerah penelitian terdiri dari pola
dendritik di daerah perbukitan denudasional-struktural,
pola sejajar di daerah dataraD kaki gunungapi dam dataran
aluvial,. dan pola multibasinal di daerah perbukitan karst,
4. Proses eksogenik yang terjadi d1 daerah penelitian meliputi
proses .pelapukan batuan, erosi, sedimentasi,deflasi dan
gerakan massa,
5. Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian berupa sa-. . .
tuan.:.satuan breksi andesit, andes:i.t, batugamping, batupa
sir volkaniklastik, pasir endapan laut dan angin, pasir -
49
kerakal polimik endapan sungai, dan lempung-pasir endap
an aluvial,
6. struktur geologi yang dijumpai di daerah penelit:ian beru
pa kekar dan sesar normal.
7. Daerah penelitian mempunyai sesumber alam yang potensial
sepert~ : dataran ·pant·ai aluvial, • garis pantai yang indal#,
teluk dan gua, perbukitan pasir pantai dan endapan angin
yang indah, lembah &lngai Solo purba, dolin, telaga karst,
sungai bawah tanah, mataair, mataair panas, tEtnaga mata
hari dan angin, sungai dan kolam 'alam, tanah dan berbagai •
batuan Tersier hingga sekar~g,·rumput laut, ikan bias,
ikan dan sarang burung lawet. Ill samping itu terdapat pu
la sesumber bencana alam seperti erosi, .banjir, b~mjir
pasang naik, detlasi, sedimentasi, geraktilll massa dan gem
pabumi,
8. Penggunaan lahan di daerah peneli tian berupa lahan pemu
kiman· (de sa dan kota), pertanian sa wah dan ladang, laban
gundul dan kering, jalan raya dan jalan kereta api,· ·
9. Ieerah penelitiu dapat dikembangkan .untuk obyek pariwi
sata te:rutama daerab pantai bagian bar at, daerah -Parang-
·tritis, teluk-·teluk dan gua .. gua di Pegunungan Seribu.
Illsamping itu pertanian'perlu pula dikembangkan, teruta
ma di daerah perbukitan karst dan perbukitan pasir endap
an laut dan perbukitan pasir endapan angin.
10. Ie.erah Parangtritis me:rupakan daerah yang paling potensi
al untuk !iikembangkan sebagai daeraJ:l pariwisat'a,
..
11. Obyek-obyek di daerah pene11tian yang dapat dikenali, I
diidentifikasi dan dide11neas1 secara 1angsung me1a1u1
citra Landsat adalah batas antara daratan dan tubuh
air, macam 1ito1ogi secara umum dan batas satuan 11to-
1og1,-lokasi dan arab kekar, pola penyaluran , ~pkasi
tetumbuhan dan, jaring~n jalan r~a utama d1 daerah
Wonosari,
12. Obyek-obyek yang dapat dikenali, diidentifikasi dan
didelineasi secara 1angsung melalui toto udara melipu
ti macam dan batas satuan bentuklahan, pola penyaluran,
macam dan batas satuan litologi, tubuh air seperti te
laga karst, sungai, kolam alam dan samudera, kelurusan
kekar dan pola kekar, sesar, pergerakan relatif blok
~erah sebelah menyebelah jalur sesar, arab migrasi
bukit-bukit pasir endapan angin,.macam dan batas peng
gunaan laban seperti desa, sawah/ladang, jaringan ja
lan raya dan ja1an kereta api.
13. Macam dan batas persebaran satuan bentuklahan,macam
dan batas pola penyaluran,batas persebaran satuan ba
tuan, struktur geologi (macam, arab, persebaran dan
pola kekar dan sesar), batas dan persebaran penggunaan
lahan, 1okas1 basil proses erosi,deflasi dan sedimen
tasi, macam dab 1okas1 gerakan massa, lokasi dan batas
telaga kar.st dan ko1am alam lebih mudah diketahui me
lalui pengamatan toto udara daripada pengamatan·citra
Landsat dan pengamatan langsung d1 lapangan.
51
14. Iata yang dikump~lkan dari citra Landsat, toto _udara,
pengkajian lapangan dan analisis laborat·orium saling
menunjang satu sama lain. Berdasarkan hal tersebu~
maka teknik penginderaan jauh yang dilengkapi dengan
pengkajian lapangan dan analisis laboratorium sangat
perl~ digunak~ untuk pemetaan geologi dan pemetaan ,l
tematik lain secara cermat.
DAFlrAR PU Br AKA
Din as Pari~sata Prop DIY, 1985, §tatlf!Us Kt;garilifft'an ~erlh Ist~ewa YQSYI~Itta, .Par.Prop.DI ,
og;yakarta. ·
Rahardjo~W.i Sukandarrumidi, Rosidit.J!•M.D. ,19?7,. E.W. _o_psi Lemau Ypgxgtrtl, ULrektorat G'eo1ogi,
partemen .. Pertambangan ep. Indonesia, Ban dung. . .
SUtikno,E~4EE&it~: nar, em aga enerbangan dan Antariksa Nasiona1, Jakarta.
Tim Studi Pemetaan Pertanian F'ak.Pertanian UGM,198?, Studi feme;-an Ptrtpian 91. IAttah l§timewa Yggya}tatta,ik.Pertanian UGM, Yogyakarta, tj,dak diterbitkan.
'
52
UNCRD-De~of .Public Works and .El. '. ctri<?. Power, 19?1, s•onaJ. tf'r~nt pf xRtr••rta, Vol.l,Book 5, pt. of 1 c rkas and ectric Power, Jakarta.
LAMPiRAN 1
FOTO-JOTO LA:PANGAN ~
Dr BERBAGAI LOKASI
DAERAK PENELI'r.IAN ' •
A
' "
I ~---,------- .. ·-·----······--·· ....... ·---- ···-----C--
Gambar 1 : Iataran banjir fu.ngai Bogowonto dan beting pantai muda di daerah Congot. Beting pantai tersebut membendung sungai dan membentuk kolam alam yang biasa digunakan sebagai kolam tempat mengail ikan.
Gambar 2 : Beberapa kedai kecil dan beting pantai d.itumbuhi rumput dan semak dekat garis pantai di daerah Congot.
53
Gambar 3 :
54
I~.taran b~Jir meander fungai Serang di tumbuhi pohon kelapa yang cukup rapat .• Tempat ini digunakan untuk rekreasi, memancing ikan dan kadang-kadang untuk perlombaan mendayung perahu.
. . Gambar 4 : Bukit-bukit pasir ·endapan angin dan beting
pantai di Glagah. Lahan yang gundul di. tanami tanaman Acacia. Tampak pula jalan beras- . pal yang'menghubungkan Glagah dan Congot. Fondasi jalan terdiri dari fragmen-fragmen batugamping.
Gambar 5 : Kedai dan tempat parkir di beting pasir pantai di Glagah. Tempat parkir yang belum beraspal terdiri dari fragmen-fra.gmen ba. tuga.mping • .-
Gamba.r 6 : Sungai Serang telah terbendung oleh beting pa.sir pantai muda. Kola.m al~~ ini digunaka.n untuk peternakan ikan dan udang. Kada.ng-kadang kolam ini digunakan pula untuk perlombaan mendayung perahu.
55
. 56
G~bar ?. : Dataran a~uvial di daerah Trisik digunakan untuk sawahdan desa. Jalan belum beraspal yang menghubungkan Brosot dan Trisik terdiri dari fragmen-fragmen andesi t. ·
. . . ' Gambar 8 : Semak pandan, ·pohon kelapa dan bukit pasir
endapan angin. Jalan yang tampak terdiri dar:i fragmen- fragmen batugamping.
Gambar 9 : Ib.taran banjir, gosong pasir dan braidedstream muara fungai Progo di Srandakan. Pohon kelapa yang lebat terdapat di desadesa di tepi Sungai Progo.
~
i • ; 0
57
Gambar 10: Ihtaran fluvial dan beberapa kedai di bukit-bukit pasir enda'Pan angin di Pandansimo. Samudera India berada di balik bukit 'Pasir tersebut.
Gambar 11 : Tempat pemujaan di bukit pasir tepi pantai di Pandansimo.
< 5 0
,. .
Gambar 12 : Dataran aluvi~ dan beting pasir pantai purba di SamaEf. rataran aluvial digunakan ·untuk sawah dan ladang sedangkan beting :pasir pantai digunakan untuk pemul-;:iman dan tertutup semak-semak.
58
Gam.bar 13
Gambar 14
59
Kelp ikarl dan udan.g di dataran aluvial Samas. Bukit pasir yang nrimpak di latar belakang terdiri dari barchan dan buki t pasir parabolik.
Garis pantai, lereng pantai curam dan turis domestik. Tempat ini berbahaya untuk berenang.
-i . ; 0
.,
Gam bar 15 : Perumahan dan kedai di buki t pasir pantai Samas. Jum1ah rumah dan kedai di. sini 1ebih banyak daripada kedaikedai di 1okasi yang telah disebu tkan se belumnya.
;
i c ; 0
'Gan bar 16 · J embatan tidak permanen mel in tang di atas Sungai Opak di daerah Kretck. Jembatan ini 'digunakan selama musim kemarau. Me1alui jembatan ini jarak Yogyakarta-Parangtritis menjadi le-
bih pendek.
60
61
Gam bar 17 : Stasiun tena.ga angin di buki t pasir pantai Parangkusumo. Tanaman yang tumbuh di daerah ini yaitu pohon kelapa dan semak Pan dan.
Gambar 18 I:e.erah Pa:rangtritis yang merupakan lokasi obyek turis yang paling berkembang. Tampak di sini Samudera India, bentuklahan karst . dengan gawir sesar, beting pasir pantai, bukit barchan, dataran fluvial dan berba-gai penutup laban.
62
'-Gambar 19 : Bukit pasir berchan di daera.h Parangtri
tis, sebagian tertutup rumput dan semak.
Gambar 20 Efek bakarr· pada .zone kon tak an tara breksi andesit (Formasi Nglanggran) dan intrusi andesit, di desa Parangtritis.
Gambar 21
63
Kolam renang Parangtritis. Air tanah keluar dari zone kontak antara breksi andesit (Formasi Nglanggran) dan batugamping (Formasi Wonosari). Tetumbuhan lebat tumbuh di seki tar mataair. ·
Gambar 22 : Kedai, perumahan, restoran, hotel dan toko. Latar belakang adalah gawir sesar pada batugamping karst dan perbukitan breksi andesit. Gambar diambil dari garis pantai Parangtritis ··arah ke darat.
u
X A
' "
Ga.mbar 23
X A G T ll
Gambar 24
b4
\,._
Sebagian tempat parkir kendaraan bermotor di Parangtri tis dengan latar belakang perbukitan karst. Tetumbuhan yang terdapat di daerah tersebut a.dalah pohon kelapa, semak , sa wah , la dang dan rum put.
Salah satu bangunan restoran di ParangTritis.
\,.
Gambar 25 : Salah satu bangunan hotel di lereng perbukitan batugamping di daerah Parangtritis.
Gambar 26 : Telaga karst kering di zone depresi perbukitan batugamping terumbu berbentuk kerucut di Pla.yen selatan.
65
Gambar 27
Gambar 28
'-Penampung, air (water resE;lrvoir) di Kemadang.
Teluk Baron dengan pasir karbonat yang kaya akan butir-butir magnetit.
66
Gambar 29
Gambar 30
' Sistem elektrik, k,edai, tempat parkir dan tetumbuhan campuran di Teluk Baron.
Sungai bawahtanah di Teluk Baron yang airnya dipompa ke tempat penampungan air di Kemaqang.
67
68
Gambar 31 Perlengkapan nelayan di Teluk Baron
Gambar 32 Beberapa produksi ikan di Teluk Baron.
Gambar 33 : Pulau batugamping dan tempat berteduh turis di Pantai Kukup bagian timur.
Gambar 34 Rumput laut di zone pasang-surut di Teluk Kukup.
69
Gambar 35 : Ikan hias di Teluk Kukup
II
k A G T ll
Ga.mbar 36 : Fasilitas air tawar Proyek P2AT di daerah Kukup.
70
Gambar 37 : Perbukitai} karst memanjang di Tekuk Krakal bagian timur.
Gambar 38 Pulau batugamping di Teluk Drini
'/1
Gambar 39
Gambar 40
Perbuki tan breksi andesi t di Teluk Wediombo bagian barat.
Pantai Ngungap berlereng terjal. Sarang burung Lawet dijumpai di gua-gua dekat permukaan air laut.
72
Gambar.41 Sungai Solo purba di daerah Sa deng dengan lembah yang panjang dan curam.
Gambar 42 : Telaga Karst di zone depresi daerah perbukitan kerucut karst dengan sumur untuk memperoleh air tawar bersih di Rongkop Selatan.
73
; 0
Gambar 43
Gambar 44
Tempat penampungan buatan untuk menampung air hujan di Rongkop selatan.
Stasiun tenaga matahari untuk sistem listrik pedesaan di Kenteng.
74
Gambar 45
Gambar 46
Stasiun tenaga matahari di Songgilap. Sistem tenaga ini di511nakan untuk memompa air tawar dari sungai bawahtanah Songgilap.
Stalaktit dan stalagmit di Gua Cerrne ( Sremin) dekat Siluk, Itno~iri.
75
Recommended