View
21
Download
7
Category
Preview:
DESCRIPTION
bobby
Citation preview
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VII A MTsN KALIANGKRIK
TAHUN PELAJARAN 2004 – 2005
PADA POKOK BAHASAN BANGUN SEGIEMPAT
DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING
Sripsi
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nama : SITI KOTIJAH
NIM : 4102903102
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
9
PENGESAHAN
Skripsi
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A MTsN Kaliangkrik
Tahun Pelajaran 2004 –2005 pada Pokok Bahasan Bangun Segiempat
dengan Metode Penemuan Terbimbing
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : ……………………………….
Tanggal : ……………………………….
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Drs. Kasmadi IS., M.S. Drs. Supriyono, M.Si.
NIP. 130781011 NIP. 130815345
Pembimbing Utama, Ketua Penguji,
Drs. Zaenuri M.,SE,M.Si,Akt Drs. Suhito, M.Pd.
NIP. 131785185 NIP. 130604210
Pembimbing Pendamping, Anggota Penguji,
Isnarto, S.Pd, M.Si. Drs. Zaenuri M.,SE,M.Si,Akt
NIP. 132092853 NIP. 131785185
Anggota Penguji,
Isnarto, S.Pd, M.Si.
NIP. 132092853
10
ABSTRAK
Hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun segiempat di MTsN
Kaliangkrik belum mencapai batas ketuntasan belajar yang diharapkan, hal ini
dimungkinkan karena penggunaan metode yang tidak tepat. Untuk mengatasi
penggunaan metode yang kurang tepat tersebut, maka dalam penelitian
tindakan kelas ini digunakan metode penelitian terbimbing yang menekankan
pada partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa MTsN Kaliangkrik kelas VII A tahun pelajaran 2004-2005
pada pokok bahasan bangun segiempat dengan menggunakan metode
penemuan terbimbing.
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A MTsN Kaliangkrik,
seorang guru matematika kelas VII A, dan seorang pengamat. Penelitian
dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian mencapai tolok ukur
keberhasilan penelitian setelah dilaksanakan siklus III, dengan nilai rata-rata
siswa mencapai 7,25 dan ketuntasan belajar 68,42%.
Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
Penggunaan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pokok bahasan segiempat di kelas VII A MTsN Kaliangkrik.
Sehingga disarankan agar dalam mengajar pokok bahasan segiempat
sebaiknya menggunakan metode penemuan terbimbing.
11
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang
memberikan (hartanya di jalan Alloh) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (syurga), maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan
yang mudah.
(Q.S. Al lail: 5-7)
Abu Hurairah ra. Berkata: Rosululloh saw bersabda, “Siapa yang berjalan disuatu
jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, Alloh akan memudahkan baginya jalan
ke syurga”.
(HR. Muslim)
Skripsi ini ku persembahkan kepada.
1. Bapak dan ibuku tercinta.
2. Mas Amin dan Mbak Us sekeluarga.
3. Semua sahabat yang telah mendukungku.
12
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan pada Alloh SWT, atas segala
limpahan rahmat, hidayah, dan pertolonganNya, sehingga penulis diberi kekuatan
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A MTsN
Kaliangkrik Tahun Pelajaran 2004 – 2005 pada Pokok Bahasan Bangun
Segiempat dengan Metode Penemuan Terbimbing merupakan salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Strata I, untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan, namun
alhamdulillah berkat pertolongan Alloh, bimbingan Dosen Pembimbing dan
dorongan semua sahabat, maka kesulitan dapat diatasi. Untuk itu sudah
sepantasnya bila penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarbya
kepada:
1. Dr. H. A. T. Soegito, SH., MM, Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
3. Drs. Supriyono, M. Si., Ketua Jurusan Matematika.
4. Drs. Zaenuri M., SE, M.Si, Akt, sebagai dosen Pembimbing Utama yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.
5. Isnarto, S.Pd, M.Si., sebagai dosen Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan hingga skripsi ini selesai.
13
6. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd., sebagai dosen wali PMPD senter Magelang yang
telah memberikan bantuan dan dorongan moril.
7. Bapak dan Ibu dosen jurusan Matematika yang telah memberikan bekal dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Bapak, Ibu, dan mas serta mbakyu-ku sekeluarga, yang telah memberikan
bantuan, doa, dorongan semangat, dan perhatian.
9. Sahabat-sahabatku seperjuangan, atas semua dorongan, saran dan kritiknya,
serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, dan masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya, dan mahasiswa pada khususnya.
Semarang, Agustus 2005
Penulis
14
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
ABSTRAK………………………………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………… iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. v
DAFTAR ISI………………………………………………………………. vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1
B. Permasalahan………………………………………………. 4
C. Penegasan Istilah………………………………………….. 4
D. Tujuan Penelitian………………………………………….. 5
E. Manfaat Penelitian………………………………………… 5
F. Sistematika Skripsi………………………………………… 5
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN………. 7
A. Tinjauan Kepustakaan…………………………………….. 7
B. Kerangka Berpikir…………………………………………. 26
C. Hipotesis Tindakan………………………………………… 27
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………… 28
A. Lokasi Penelitian………………………………………….. 28
15
B. Subyek Penelitian…………………………………………. 28
C. Prosedur Penelitian……………………………………….. 28
D. Sumber Data dan Cara Pengambilan Data………………... 49
E. Tolok Ukur Keberhasilan…………………………………. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………. 51
A. Hasil Penelitian……………………………………………. 51
B. Pembahasan……………………………………………….. 52
BAB V PENUTUP……………………………………………………. 57
A. Simpulan …………………………………………………. 57
B. Saran………………………………………………………. 57
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 58
LAMPIRAN……………………………………………………………… 59
16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Lembar Pengamatan Pembelajaran untuk Guru……………. 59
Lampiran 2: Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa…………………………60
Lampiran 3: Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran…………… 61
Lampiran 4: Daftar Pembagian Kelompok Siklus I……………………… 62
Lampiran 5: Rencana Pembelajaran Siklus I…………………………….. 63
Lampiran 6: Lembar Kerja Siswa Siklus I……………………………….. 73
Lampiran 7: Kisi-kisi Soal Siklus I………………………………………. 76
Lampiran 8: Butir Soal Evaluasi Siklus I………………………………… 78
Lampiran 9: Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Siklus I..………… 81
Lampiran 10: Contoh Pengerjaan Evaluasi Siklus I oleh Siswa …………. 83
Lampiran 11: Hasil Pengamatan Pembelajaran untuk Guru Siklus I …….. 84
Lampiran 12: Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus I ………………… 85
Lampiran 13: Analisis Daya Serap Siklus I..……………………………… 86
Lampiran 14: Daftar Pembagian Kelompok Siklus II…..………………… 87
Lampiran 15: Rencana Pembelajaran Siklus II..………………………….. 88
Lampiran 16: Lembar Kerja Siswa Siklus II..…………………………….. 97
Lampiran 17: Kisi-kisi Soal Siklus II………………………………………103
Lampiran 18: Butir Soal Evaluasi Siklus II..……………………………… 105
Lampiran 19: Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Siklus II………… 107
Lampiran 20: Contoh Pengerjaan Evaluasi Siklus II oleh Siswa..…………109
17
Lampiran 21: Hasil Pengamatan Pembelajaran untuk Guru Siklus II ……. 110
Lampiran 22: Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus II ………………. 111
Lampiran 23: Analisis Daya Serap Siklus II..……………………………… 112
Lampiran 24: Rencana Pembelajaran Siklus III..………………………….. 113
Lampiran 25: Lembar Kerja Siswa Siklus III..…………………………….. 122
Lampiran 26: Kisi-kisi Soal Siklus II……………………………………… 126
Lampiran 27: Butir Soal Evaluasi Siklus III..……………………………… 128
Lampiran 28: Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Siklus III………… 130
Lampiran 29: Contoh Pengerjaan Evaluasi Siklus III oleh Siswa..……….. 132
Lampiran 30: Hasil Pengamatan Pembelajaran untuk Guru Siklus III …… 133
Lampiran 31: Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus III Siklus III..…… 134
Lampiran 32: Analisis Daya Serap..………………………………………. 135
Lampiran 33: Grafik Hasil Pengamatan Selama Penelitian……………….. 136
Lampiran 34: Dokumentasi Penelitian…………………………………….. 138
18
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Mutu pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain
di dunia, terbukti dengan rendahnya mutu sumber daya manusia yang
dihasilkan oleh lembaga pendidikan, dan diperkuat dengan laporan Human
Development Indeks (HDI) tahun 2000, yang menempatkan Indonesia pada
rangking ke-109 diantara negara-negara di dunia dalam bidang pendidikan.
Bahkan mutu pendidikan di Indonesia menempati urutan satu tingkat lebih
rendah dibanding Vietnam yang baru pada tahun 1976 merdeka. Kondisi ini
sangat memprihatinkan dan perlu segera mendapatkan perhatian serius dari
semua pihak yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, sehingga
diperoleh jalan keluar yang baik, agar pendidikan di Indonesia tidak semakin
terpuruk dan tertinggal dari negara-negara lain.
Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara
menyeluruh, meliputi aspek pengetahuan, moral, akhlak mulia, ketrampilan,
seni dan olahraga. Semua upaya tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
membentuk sumber daya manusia yang berkwalitas, dan mempunyai
kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
dewasa ini berkembang sangat pesat.
19
Dalam usaha menguasai IPTEK diperlukan kemampuan berpikir
yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama yang
efektif. Pola pikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika,
karena matematika mempunyai struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas
antar konsepnya, sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional. Dalam
belajar matematika siswa dituntut untuk bisa mengembangkan kemampuan
berhitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang
diperlukan dalam memecahkan masalah konstektual.
Penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari sangat luas
cakupannya. Sebagai contoh antara lain adalah perhitungan konstruksi mesin,
perbankan, jual beli, penentuan anggaran, dan masih banyak lagi penggunaan
matematika yang lain, bahkan sampai masalah-masalah sederhana yang sering
ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu penerapan matematika yang banyak digunakan adalah
menentukan luas suatu bidang datar, sehingga pada pembelajaran metematika
di jenjang pendidikan dasar pun telah diperkenalkan cara menghitungnya,
khususnya untuk bidang datar yang beraturan. Dalam menyelesaikan masalah
ini siswa diperkenalkan dengan rumus-rumus praktis yang memudahkan siswa
dalam menghitung luas bidang tersebut.
Sesuai dengan kurikulum 1994 pembelajaran matematika pada
sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) kelas II semester gasal terdapat
materi tentang bidang segiempat beraturan, yaitu mengenai jajargenjang, belah
ketupat, layang-layang dan trapesium. Materi ini diberikan dengan harapan
20
setelah selesai mempelajarinya siswa mampu menjelaskan sifat-sifat dari
masing-masing bidang, dan dapat menghitung luas bidangnya.
Adapun metode pembelajaran yang paling umum digunakan dalam
pembelajaran matematika adalah metode ekspositori, karena dianggap sebagai
metode yang paling efektif dan efisien. Metode ekspositori adalah metode
pembelajaran yang diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian
contoh soal, dan dilanjutkan dengan pemberian latihan soal.
Hasil belajar pokok bahasan jajargenjang, belah ketupat, layang-
layang dan trapesium di MTsN Kaliangkrik dua tahun terakhir ini belum
menunjukkan hasil yang memuaskan, terbukti dengan belum tercapainya batas
ketuntasan belajar (65%) dan nilai rata-rata 6,5.
Ketuntasan belajar yang tidak tercapai tersebut dimungkinkan karena
penggunaan metode ekspositori yang tidak tepat untuk materi ini. Karena
metode ekspositori kegiatannya terpusat pada guru, sehingga siswa sebagai
subyek belajar kurang dilibatkan dalam menemukan sendiri konsep-konsep
yang harus dikuasainya. Hal ini menyebabkan konsep-konsep yang diberikan
tidak membekas tajam dalam ingatan siswa, sehingga siswa mudah lupa dan
sering kebingungan dalam memecahkan suatu permasalahan.
Untuk mengatasi penggunaan metode yang kurang tepat itu, maka
dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan metode penelitian terbimbing
yang menekankan pada partisipasi aktif peserta didik dalam proses
21
pembelajaran. Model pembelajaran ini cocok digunakan untuk kurikulum
2004 yang berlaku saat ini.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang sebagai pra refleksi, permasalahan yang
dihadapi adalah: ”Apakah hasil belajar pokok bahasan bangun segiempat pada
siswa kelas VII A MTsN Kaliangkrik tahun pelajaran 2004-2005 dapat
ditingkatkan dengan metode penemuan terbimbing?”
Penegasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dalam memahami istilah-istilah
yang ada dalam judul penelitian tindakan kelas ini, maka perlu adanya
penegasan istilah dan pembatasan ruang lingkup penelitian. Bagian-bagian
yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut.
Segiempat.
Segiempat adalah gabungan empat buah ruas garis yang tertentu oleh empat buah
titik dengan tiga titik diantaranya tidak segaris, yang sepasang-sepasang bertemu
pada ujung-ujungnya dan setiap ruas garis bertemu dengan dua ruas garis yang
berbeda. (Sardjana, 1997: 20)
Yang menjadi obyek penelitian ini adalah pokok bahasan segiempat, untuk sub
bab jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang.
Metode penemuan terbimbing.
22
Metode penemuan adalah metode mengajar dimana siswa diberi bimbingan untuk
menemukan sendiri sesuatu yang baru. (Suyitno, 2001:30)
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa MTsN Kaliangkrik kelas VII A
tahun pelajaran 2004-2005 pada pokok bahasan bangun segiempat dengan
menggunakan metode penemuan terbimbing.
Manfaat Penelitian
Manfaat bagi siswa
Siswa dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan bangun segiempat,
sub pokok bahasan jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang.
Manfaat bagi guru
Guru dapat menggunakan metode penemuan terbimbing sebagai metode alternatif
dalam pembelajaran matematika.
Manfaat bagi sekolah
Sekolah akan menghasilkan lulusan yang berkwalitas karena siswanya
mempunyai hasil belajar yang bagus.
Sistematika Skripsi
Penyusunan skripsi penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam
beberapa bab yang berisi uraian secara garis besar dan dibagi lagi dalam sub
23
bab. Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, halaman motto
dan persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran. Sedangkan
bagian isi skripsi terdiri dari lima bab sebagai berikut.
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang alasan pemilihan judul,
permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika skripsi.
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Bab ini membahas teori yang melandasi permasalahan skripsi
serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang
diterapkan dalam skripsi, yaitu tentang pengertian belajar, hasil
belajar, metode pengajaran, metode penemuan terbimbing,
matematika sekolah, pembelajaran matematika, dan materi
yang terkait dengan pelaksanaan penelitian, serta kerangka
berpikir dan hipotesis tindakan.
BAB III. METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang lokasi atau setting penelitian dan
subyek yang diteliti, prosedur kerja dalam penelitian tindakan
yang ditempuh, sumber data dan cara pengambilan data serta
tolok ukur keberhasilan.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
24
Bab ini berisi semua hasil penelitian yang dilakukan pada
siklus I, siklus II, dan siklus III, serta pembahasan.
BAB V. PENUTUP
Bab ini mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-
saran yang diberikan berdasarkan simpulan.
Pada bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, dan
lampiran-lampiran.
25
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Tinjauan Kepustakaan
Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan,
mereka mengemukakan definisi belajar menurut pendapat mereka masing-masing.
Higard (Pasaribu, 1983: 59) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses
perubahan kegiatan, dan reaksi terhadap lingkungan, belajar menuntut pemusatan
perhatian dan adanya rangsangan yang bersumber dari luar. Tidak semua
perubahan dapat dikatakan sebagai belajar, perubahan yang berkembang karena
adanya pertumbuhan ataupun keadaan sementara orang tidak dapat disebut
sebagai belajar.
Sardiman (2001: 47) mendefinisikan “belajar sebagai suatu usaha merubah
tingkah laku dan penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya: dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”. Dan belajar itu
akan lebih baik kalau subyek belajar mengalami atau melakukan, atau dalam kata
lain tidak verbalistik.
Banyak pula ahli pendidikan (Sardiman, 2001: 43) yang mendefinisikan
pengertian belajar secara makro dan mikro. Secara makro belajar diartikan
sebagai kegiatan psikofisik menuju pada perkembangan pribadi secara seutuhnya.
Sedangkan secara mikro diartikan sebagai penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
26
Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan usaha yang sengaja dilakukan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan positif untuk menguasai ilmu pengetahuan yang bersifat tidak
sementara sehingga terjadi perubahan tingkah laku menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan ukuran suksesnya pengajaran. Suatu proses
belajar mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat membangkitkan
kegiatan belajar yang efektif, dan proses belajar mengajar dikatakan berhasil bila
tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Keberhasilan belajar menurut Djamarah dan Zain (1996: 120) dapat
ditunjukkan sebagai berikut.
a. Daya serap terhadap pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh
siswa baik secara individual maupun secara kelompok.
Adapun keberhasilan proses belajar mengajar Djamarah dan Zain (1996:
120), dapat dikelompokkan menjadi tingkatan-tingkatan atau taraf sebagai berikut.
a. Istimewa (maksimal): bila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan
dapat dikuasai siswa.
b. Baik sekali (optimal): bila sebagian besar (75% - 99%) bahan pelajaran
yang diajarkan dapat dikuasai siswa.
27
c. Baik (minimal): bila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%
sampai 75% yang dikuasai siswa.
d. Kurang: bila bahan pelajaran yang diajarkan dikuasai siswa kurang
dari 60%.
Keberhasilan belajar menurut Djamarah dan Zain (1996: 121) dipengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai berikut.
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan harus jelas agar
kegitan belajar dapat terarah dengan baik.
b. Guru
Kegiatan belajar tidak lepas dari profesionalitas, pandangan, latar
belakang, dan kepribadian guru.
c. Anak didik
Setiap anak mempunyai latar belakang, kepribadian, kecerdasan,
minat, dan daya serap yang berbeda dan dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar.
d. Kegiatan pengajaran
Penciptaan lingkungan belajar, pendekatan, yang dipergunakan,
pemilihan metode mengajar dan strategi belajar juga merupakan faktor
penentu keberhasilan belajar.
28
e. Bahan dan alat evaluasi
Bahan dan alat evaluasi yang mempengaruhi keberhasilan belajar
antara lain jenis soal, penentuan skor nilai, serta validitas dan
realibilitasnya.
f. Suasana evaluasi
Menyangkut keadaan kelas, serta keketatan pengawas pelaksanaan
evaluasi.
Data hasil belajar menurut Kartawididjaja (1989: 11) dapat digunakan
sebagai berikut.
Memprediksi dan memproyeksi perkembangan kemajuan murid secara
individu maupun kelompok.
Memberi laporan hasil kemajuan murid kepada orang tua mengenai
kemampuannya.
Bahan informasi tentang keberhasilan studi seseorang untuk melanjutkan
pendidikan tertentu.
Sebagai input bagi bimbingan dan penyuluhan.
Keperluan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pelaksana
supervisi.
Keperluan penelitian.
Metode Pengajaran
Menurut Surakhmad (Suryosubroto, 1997: 148), “Metode pengajaran
adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses-proses pengajaran atau soal
29
bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan pada murid-murid di
sekolah”.
Sampai saat ini telah berkembang cukup banyak metode pembelajaran,
antara lain:
a. metode ceramah; e. metode drill;
b. metode ekspositori; f. metode latihan;
c. metode demonstrasi; g. metode penemuan;
d. metode tanya jawab; h. metode pemecahan masalah.
30
Metode Penemuan
Konsep Dasar Metode Penemuan
Menurut Encyclopedia of Educational Research (Suryosubroto,
2002: 194) “Metode penemuan merupakan suatu strategi yang unik dan
dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk
mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah
sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya”. Sehingga
dapat dikatakan bahwa metode penemuan adalah suatu proses belajar
mengajar dengan cara guru mengarahkan siswa-siswanya menemukan
sendiri informasi-informasi yang perlu diketahui, sehingga informasi itu
tidak hanya diberitahukan atau diarahkan saja.
Metode penemuan ini mencoba agar siswa mengalami self
learning, sehingga proses pengajaran berpindah dari teacher dominated
learning ke situasi student dominated learning.
Menurut Suyitno (2001: 30) metode penemuan dibedakan
menjadi dua, yaitu:
metode penemuan terbimbing (discovery learning), bila siswa diberi
bimbingan dalam menemukan pengetahuan baru
metode penemuan tak terbimbing (incuary learning), bila siswa secara
mandiri melakukan terkaan, dugaan, atau melakukan percobaan
dalam memperoleh pengetahuan baru.
Latar Belakang Berkembangnya Metode Penemuan
31
Metode penemuan telah berkembang dari berbagai gerakan
pendidikan dan pemikiran yang mutakhir, salah satunya dari gerakan
pendidikan progresif yang tidak puas akan keformilan yang dianggap
kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20. Metode yang sering dipakai saat itu drill dan
hafalan diluar kepala, sehingga timbul verbalitas dan gejala membeo.
Reaksi terhadap keadaan ini adalah tumbuhnya apa yang disebut dengan
“belajar untuk pemecahan masalah” sebagai tujuan dan metode
terpenting, dan dalam hal ini John Dewey sebagai tokohnya.
Selain gerakan progresif, metode penemuan juga berkembang
bersama dengan perkembangan pendekatan yang berpusat pada anak.
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya menyusun kurikulum yang
sesuai dengan anak didik dan menekankan partisipasinya dalam proses
pendidikan. Adapun tokoh yang menemukan metode pendidikan ini
adalah Bruner.
Langkah-langkah Metode Penemuan
Scuhman (Suryosubroto, 2002: 199) merinci langkah-langkah
yang perlu dilakukan dalam metode penemuan.
1) Identifikasi kebutuhan siswa.
2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep,
dan generalisasi yang akan dipelajari.
3) Seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas
4) Membantu memperjelas tugas dan peranan masing-masing siswa
32
5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.
6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan
dipecahkan dan tugas-tugas siswa.
7) Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.
8) Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan oleh
siswa.
9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pernyataan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi proses.
10) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
11) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Penemuan
Metode penemuan mempunyai kelebihan sebagai berikut.
Mengembangkan, memperbanyak kesiapan, dan penguasaan
keterampilan siswa dalam proses kognitif.
Siswa dapat memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau
individual sehingga tertanam kokoh dalam ingatan.
Membangkitkan kegairahan dan semangat dalam belajar siswa.
Siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga lebih merasa
terlibat dan termotivasi untuk belajar.
Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya percaya diri
sendiri melalui proses penemuan.
33
Terpusat pada siswa, sehingga guru berperan sebagai teman belajar.
Metode penemuan mempunyai kekurangan sebagai berikut.
1) Diharuskan adanya kesiapan mental pada siswa.
2) Tidak efektif untuk kelas yang besar.
3) Perlu adanya proses penyesuaian atau adaptasi dari metode
tradisional ke metode ini.
4) Terlalu mementingkan pengertian saja, dan kurang memperhatikan
pembentukan atau perkembangan sikap dan ketrampilan siswa.
5) Kurang tersedianya fasilitas yang mendukung.
6) Tidak memberikan cara berfikir kreatif.
Metode Penemuan Terbimbing
Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing menekankan pada
pengalaman-pengalaman belajar yang terpusat pada siswa, dan dalam memperoleh
pengalaman-pengalaman tersebut guru mengarahkan serta membimbing siswa
dengan tahapan-tahapan yang tepat sehingga hasil akhir berupa pengetahuan yang
diharapkan bisa dikuasai dengan baik.
Sobel dan Maletsky (2003: 15) menjelaskan bahwa metode penemuan
terbimbing dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
Siswa diberi pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan dan menuntun
siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang perlu dikuasainya.
Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat juga dilakukan
dengan diskusi secara berkelompok, sehingga dapat terjadi komunikasi
34
matematik antar siswa dengan siswa, dan terbentuk kerjasama yang
menyenangkan dalam proses penemuan.
Matematika Sekolah
Menurut Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) 1994 yang
disempurnakan, ”Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di
pendidikan dasar dan menengah.” Ini berarti bahwa matematika SD adalah
matematika yang diajarkan di jenjang SD, matematika SLTP adalah matematika
yang diajarkan di jenjang SLTP, dan matematika SMU adalah matematika yang
diajarkan dijenjang SMU. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian
matematika yang dipilih untuk:
menumbuhkembangkan kemampuan;
membentuk pribadi siswa;
berpadu pada perkembangan pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan GBPP matematika dalam Soejadi (2000: 43) dikemukakan
bahwa tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan umum adalah sebagai berikut.
a. Mempersiapakan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, obyektif, efektif dan efisien.
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Pembelajaran Matematika
35
Pengertian pembelajaran menurut Tim MKDU IKIP Semarang (1996: 3)
adalah: ”Usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik agar mereka dapat
belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.” Dalam kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI, 1991: 637) mengartikan bahwa, ”matematika sebagai ilmu tentang
bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan.”
Jadi pembelajaran matematika adalah usaha sadar guru untuk membantu
siswa dengan sebaik-baiknya agar mereka dapat belajar ilmu tentang bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai
bilangan sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
Menurut Ebbutt dan Straker (Depdiknas, 2003: 2) pembelajaran matematika
perlu memperhatikan beberapa karakteristik matematika sekolah itu sendiri. Adapun
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
Implikasi pandangan ini terhadap pembelajaran adalah adanya dorongan
dan kesempatan bagi siswa untuk untuk melakukan kegiatan penemuan
dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan, dengan
melakukan berbagai percobaan dengan berbagai cara sehingga dapat
menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan
dan dapat mengambil suatu kesimpulan.
Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan.
36
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah adanya
dorongan untuk bisa berpikir berbeda, sehinga terbentuk rasa ingin tahu,
keinginan bertanya, sehingga siswa dapat menemukan struktur dan
desain matematika. Dalam pandangan ini siswa juga didorong untuk
menghargai penemuan siswa yang lainnya.
Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah tersedianyan
lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan
matematika, dan siswa dibantu untuk dapat memecahkan persoalan
matematika dengan caranya sendirinya, dengan mendorong siswa untuk
berpikir logis, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem
dokumentasi atau catatan. Dalam pandangan ini siswa juga dibantu
dalam mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan
persoalan matematika, siswa juga dibimbing untuk mengetahui
bagaimana dan kapan menggunakan berbagai alat peraga, jangka,
kalkulator dan sebagainya.
Matematika sebagai alat berkomunikasi.
Implikasi pandangan ini terhadap pembelajaran adalah adanya dorongan
siswa untuk mengenal sifat matematika, membuat contoh sifat
matematika, sehingga siswa dapat menjelaskan sifat matematika dan
mendorong siswa untuk membicarakan persoalan matematika, serta
membaca dan menulis matematika.
Materi Yang Diteliti
37
a. Jajargenjang
Jajargenjang adalah segi empat yang diperoleh dengan
menggabungkan suatu segitiga dan bayangannya, jika segitiga itu diputar
setengah putaran dengan pusat pemutaran adalah titik tengah salah satu
sisinya.
Adapun sifat-sifat jajargenjang adalah sebagai berikut.
1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
3) Jumlah sudut-sudut yang berdekatan adalah 1800.
4) Kedua diagonal membagi sama panjang.
Berdasarkan sifat-sifatnya, jajargenjang didefinisikan sebagai
segiempat dengan sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta
sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
A B
D C
t
a
38
txa
txaxx
ABDdaerahluasxABCDdaerahLuas
txaxABDdaerahLuas
=
=
∆=
=∆
2
12
2
2
1
Jadi :
Luas Daerah jajar genjang = alas x tinggi
b. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah segiempat yang dibentuk dari segitiga sama
kaki dan bayangannya oleh pencerminan dengan alas sebagai cerminnya.
Adapun sifat-sifat belah ketupat adalah sebagai berikut.
1) Semua sisi sama panjang.
2) Kedua diagonal merupakan sumbu simetri.
3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar
oleh diagonalnya.
4) Kedua diagonal membagi dua sama panjang dan saling berpotongan
tegak lurus.
Berdasarkan sifat-sifatnya, belah ketupat didefinisikan sebagai
segiempat yang sisi berhadapannya sejajar, keempat sisinya sama
panjang, dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
39
Luas daerah persegi panjang q dan lebar 2
1p
qxpx
qxp
2
1
2
1
=
=
Dimana p dan q adalah panjang diagonal belah ketupat tersebut. Maka
luas daerah belah ketupat adalah:
diagonalpanjangxdiagonalpanjangx
qxpx
2
1
2
1
=
=
Jika diagonal belah ketupat adalah d1 dan d2, maka:
Luas daerah belah ketupat = 2
1 x d1 x d2
=
2
21 dxd
c. Layang-layang
p
q q
2
1p
(i) (ii)
40
Layang-layang adalah segiempat yang dibentuk oleh dua segitiga
sama kaki yang alasnya sama panjang dan berimpit.
Adapun sifat-sifat layang-layang adalah sebagai berikut.
1) Masing-masing sepasang sisinya sama panjang.
2) Terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama besar.
3) Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.
4) Salah satu diagonal membagi dua sama panjang diagonal yang lain
dan tegak lurus dengan diagonal itu.
Berdasarkan sifat-sifatnya, layang-layang didefinisikan sebagai
segiempat yang masing-masing pasang sisinya sama panjang dan
sepasang sudut yang berhadapan sama besar.
Luas daerah persegi panjang, dengan panjang p dan lebar 2
1q
qxpx
qxp
2
1
2
1
=
=
q
p
p
2
1 q
41
Dimana p dan q adalah panjang diagonal layang-layang tersebut,
maka untuk setiap layang-layang yang mempunyai diagonal d1 dan d2
akan berlaku rumus luas daerah sebagai berikut.
2
2
1
21
21
dxd
dxdxlayanglayangdaerahLuas
=
=−
Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Materi yang
Diteliti
Pembelajaran matematika pokok bahasan Bangun Segiempat pada siswa
kelas VII menekankan agar siswa dapat menguasai pengetahuan tentang pengertian,
cara terbentuk, berbagai sifat, dan menentukan luas dari masing-masing jenis
segiempat beraturan.
Implementasi metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran bangun
segiempat jenis jajargenjang menuntut guru untuk mempersiapkan fasilitas yang
diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan. Persiapan
meliputi alat peraga tentang jajargenjang yang efektif, lembar kerja siswa yang
disusun dengan sistematis sehingga dapat menuntun siswa agar secara bertahap
42
dapat menemukan pengetahuan tentang pengertian, sifat-sifat dan luas jajargenjang.
Selain itu guru juga harus merancang pembentukan kelompok yang masing-masing
anggotanya bisa saling bekerjasama dan berdiskusi dalam melakukan penemuan.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk materi jajargenjang dilakukan
dengan lebih dulu memberikan penjelasan tujuan yang akan dicapai, pemberian
motivasi pada siswa, menjelaskan tugas dan peranan siswa dalam proses penemuan,
dan secara klasikal siswa diajak mengingat kembali prasyarat yang harus dikuasai
siswa sebelum mempelajari tentang jajargenjang. Selanjutnya siswa dibagi sesuai
dengan kelompoknya, dan tiap kelompok memperoleh alat peraga dan lembar kerja
siswa.
Pada kegiatan inti siswa dalam kelompoknya mendapatkan penjelasan cara
menggunakan alat peraga serta dalam melaksanakan dan mengisi lembar kerja
siswa. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk melakukan penemuan dengan
bekerjasama dan berdiskusi dalam kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
dan lembar kerja siswa yang ada. Pada saat siswa bekerja, guru mengawasi jalannya
kerja kelompok dan berjalan berkeliling untuk memberikan bimbingan pada
kelompok yang membutuhkan. Setelah kerja kelompok selesai dilakukan,
selanjutnya guru menunjuk beberapa wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil
penemuannya, kelompok yang lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan,
kemudian guru memberikan penguatan pada hasil kerja atau kesimpulan yang telah
ditemukan siswa. Pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan latihan soal yang
sesuai dengan materi yang telah dipelajari sehingga siswa mempunyai pengalaman
menerapkan pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah.
43
Kegiatan belajar seperti yang dijelaskan di atas juga dilaksanakan untuk
mempelajari tentang belah ketupat dan layang-layang.
Kerangka Berpikir
Inovasi pendidikan menuntut pendidik untuk mengembangkan pola
belajar yang menekankan agar siswa merasa mengalami dan melakukan sesuatu
dalam mendapatkan bahan pengajaran, sehingga pembelajaran tidak cenderung
bersifat verbalistik. Dengan pola belajar seperti ini diharapkan daya serap siswa
terhadap bahan pengajaran dapat lebih meningkat sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang lebih baik.
Keberhasilan belajar tidak terlepas dari beberapa faktor yang
mempengaruhinya, dan salah satu diantaranya adalah metode mengajar yang
digunakan.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah perlu memperhatikan
karakteristik matematika sekolah itu sendiri, yaitu perlunya siswa didorong
untuk secara aktif melakukan kegiatan agar dapat menemukan adanya
pengertian, urutan cara, perbedaan, dan pengelompokan, yang dapat digunakan
untuk memecahkan persoalan matematika.
Materi pelajaran segiempat khususnya tentang jajargenjang, belah
ketupat, dan layang-layang mempunyai kemiripan dari segi bentuk dan sifat-
sifatnya, untuk dapat membedakannya pemahaman yang benar sangat
diperlukan. Metode penemuan terbimbing dipandang cocok untuk materi ini,
karena pada metode ini siswa dibimbing agar selalu aktif untuk menemukan
sendiri sesuatu yang baru, sehingga diharapkan siswa dapat mempunyai
pemahaman yang lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, hasil belajar siswa
kelas VII A MTsN Kaliangkrik tahun pelajaran 2004-2005 untuk pokok bahasan
bangun segiempat dapat ditingkatkan.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTsN Kaliangkrik, kabupaten
Magelang. Adapun lokasi MTsN Kaliangkrik di jalan Mayor Ismulloh nomor 18,
termasuk dalam kelurahan Beseran, kecamatan Kaliangkrik, kabupaten Magelang.
45
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTsN Kaliangkrik, dengan
jumlah siswa 38 anak, terdiri dari 18 siswa, dan 20 siswi, seorang guru matematika
kelas VII A, dan seorang pengamat.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus
terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
a. Membuat instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, yang
terdiri dari:
1) rencana pengajaran untuk sub pokok bahasan jajargenjang;
2) lembar kerja siswa yang membimbing siswa menemukan cara
terbentuknya jajargenjang, sifat-sifat, dan luas jajargenjang;
3) papan peraga jajargenjang untuk masing-masing kelompok;
4) lembar pengamatan untuk siswa dan guru, serta lembar pengamatan
pengelolaan pembelajaran;
5) butir soal untuk evaluasi siklus I.
b. Merencanakan pembagian kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat
siswa, yang dikelompokkan berdasarkan kemampuannya, untuk
membangun kemampuan bekerjasama antar siswa.
2. Pelaksanaan
46
Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan dalam tiga kali
pertemuan (5 jam pelajaran). Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal
2 Mei 2005, membahas tentang pengertian dan sifat jajargenjang. Pertemuan
kedua dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2005, membahas tentang luas daerah
jajargenjang. Sedangkan pada pertemuan ketiga untuk tes evaluasi
dilaksanakan 7 Mei 2005. Adapun pelaksanaan penelitian siklus I ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menjelaskan pada siswa pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
b. Memberikan apersepsi secara klasikal, untuk mengingat prasarat yang
harus dikuasai sebelum mempelajari tentang jajargenjang.
c. Membagi siswa sesuai dengan kelompok yang direncanakan.
d. Membagikan papan peraga dan lembar kerja siswa pada tiap kelompok.
e. Menjelaskan cara-cara pengisian lembar kerja siswa.
f. Mengawasi jalannya kerja kelompok dalam melaksanakan penemuan dan
memberikan bimbingan pada kelompok yang membutuhkan.
g. Mengarahkan setiap kelompok untuk membuat suatu kesimpulan.
h. Memimpin diskusi kelas untuk menyamakan kesimpulan yang diperoleh.
i. Memberikan penguatan pada hasil kerja atau kesimpulan dari siswa.
j. Mencatat hasil penemuan berupa cara terbentuknya jajargenjang, sifat-
sifat jajargenjang dan rumus luas jajargenjang
47
k. Memberikan latihan soal, yang harus dikerjakan secara individual untuk
mengetahui apakah siswa bisa menerapkan hasil temuannya dalam
memecahkan masalah.
l. Memberikan evaluasi untuk tindakan siklus I.
m. Memberi kesempatan siswa untuk melakukan refleksi atas proses
pembelajaran yang dilakukan.
3. Pengamatan
a. Pengamat mengamati kegiatan guru, dan menuliskan hasil
pengamatannya dalam lembar observasi untuk guru. Dengan hasil
pengamatan sebagai berikut.
1) Pada bagian awal guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberi motivasi dan apersepsi dengan baik.
2) Sebagian kelompok yang dibentuk guru tidak bisa bekerjasama
dengan baik.
3) Dalam menjelaskan tugas dan peranan siswa dalam kelompoknya
kurang jelas, sehingga masih banyak siswa yang belum paham dan
sebagian besar kelompok tidak mengenal pembagian tugas.
4) Guru telah memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sesuai
dengan kemampuannya. Walaupun demikian hanya beberapa
kelompok saja yang secara mandiri dapat menjalankan proses
penemuan, dan masih banyak kelompok yang masih tergantung pada
guru.
48
5) Guru belum bisa memperhatikan secara khusus dan mendorong siswa
yang kurang aktif dalam kelompoknya karena disibukkan dengan
pertanyaan-pertanyaan kelompok yang mengalami kesulitan dalam
proses penemuan.
6) Guru telah membantu siswa merumuskan prinsip, ide, ataupun
pengertian yang telah ditemukan dengan sangat baik.
7) Guru belum dapat membantu siswa menyajikan hasil penemuannya
dalam suatu presentasi. Hal ini disebabkan karena waktu yang
direncanakan untuk presentasi sudah habis digunakan untuk kerja
kelompok yang ternyata memakan waktu lebih lama dari waktu yang
telah direncanakan. Penyajian hasil penemuan hanya dilakukan
dengan membacakan kesimpulan yang diperoleh oleh beberapa
kelompok.
8) Guru telah memberikan penguatan pada hasil penemuan yang
diperoleh siswa dengan baik, dan juga memberi kesempatan pada
siswa untuk mencatat hasil penemuan tersebut.
9) Guru telah mengecek penggunaan pengetahuan yang telah ditemukan
dengan cukup baik, dengan cara memberikan latihan soal. Hanya saja
pemberian soal belum cukup bervariasi.
b. Pengamat mengamati kegiatan siswa dalam memahami materi yang
diajarkan, kemampuan menarik kesimpulan, aktivitas matematika, dan
kemampuan siswa menyelesaikan soal tentang jajargenjang. Serta
49
menuliskan hasil pengamatannya dalam lembar observasi untuk siswa.
Hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus I adalah sebagai berikut.
1) Semua siswa merasa senang dan bersemangat dalam melaksanakan
kegiatan belajar.
2) Sebagian besar siswa (antara 20-30 siswa) saling membantu,
bekerjasama dan saling menjelaskan. Walaupun begitu baru dua
kelompok yang mengenal pembagian tugas yang jelas antar anggota
kelompok.
3) Hampir semua siswa (lebih dari 30 siswa) tekun mengamati
bagaimana terbentunya jajargenjang, bagaimana menemukan sifat-
sifat dan menentukan rumus jajargenjang. Dan hampir semua siswa
tertarik untuk melakukan percobaan.
4) Pelaksanaan kerja kelompok untuk proses penemuan memakan waktu
yang lama, karena siswa baru pertama kali mengalami pembelajaran
dengan metode penemuan terbimbing.
5) Hanya ada tiga kelompok yang secara mandiri berani membuat
prediksi dan mampu menarik kesimpulan. Semantara enam kelompok
yang lain masih belum menunjukkan kepercayaan diri dalam
memprediksi dan menarik kesimpulan sehingga banyak bertanya dan
meminta bimbingan gurunya.
6) Kemampuan siswa dalam mempresentasikan penemuannya belum
dapat dilihat karena waktunya habis untuk kerja kelompok.
7) Pengamatan yang dilakukan pada siswa dengan melihat pengerjaan
evaluasi pada akhir siklus I diperoleh hal-hal berikut ini.
50
a) Untuk butir soal yang mempertanyakan proses penemuan
pengertian, sifat-sifat dan luas jajargenjang, sebagian besar siswa
dapat menjawabnya dengan benar.
b) Untuk butir soal yang mengacu pada penerapan konsep pada
suatu soal perhitungan siswa masih mengalami kesulitan.
Kesulitan terutama untuk soal sebagai berikut.
(1) Soal yang menuntut siswa menghitung panjang sisi
jajargenjang yang disajikan dengan persamaan dengan satu
variabel.
(2) Menentukan besar sudut pada jajargenjang bila salah satu
sudutnya diketahui.
(3) Menggunakan satuan luas, siswa sering lupa menambahkan
tanda pangkat dua. Contohnya satuan cm2 sering ditulis
dengan cm saja.
c. Pengamat mengamati jalannya proses pembelajaran. Hasil pengamatan
proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut.
1) Hal-hal yang baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada
siklus I ini adalah sebagai berikut.
a) Guru sudah dapat memberikan bimbingan yang baik pada siswa
untuk melakukan penemuan.
b) Siswa merasa senang dan tertarik dengan pembelajaran
matematika yang dilakukan. Dan siswa mempunyai rasa ingin
51
tahu yang besar serta berusaha bersaing dengan kelompok yang
lain untuk melakukan penemuan dengan cepat dan benar.
c) Sebagian besar siswa saling bekerjasama dan membantu dalam
kelompoknya.
2) Hal-hal yang harus diperbaiki dalam kegiatan belajar pada siklus I
adalah sebagai berikut.
a) Guru tidak menginformasikan waktu yang disediakan untuk kerja
kelompok.
b) Pembentukan kelompok kerja siswa.
3) Hal-hal yang baik dalam perangkat yang digunakan pada siklus I
adalah sebagai berikut.
a) Alat bantu peraga yang digunakan cukup sederhana tapi mudah
digunakan.
b) LKS yang dibuat cukup sistematis dan mudah dikerjakan.
4) Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam perangkat yang digunakan pada
siklus I adalah sebagai berikut.
a) Pembuatan rencana pembelajaran dengan pembagian waktu
kurang tepat.
b) Siswa belum dilibatkan dalam pembuatan alat bantu peraga.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh maka diadakan
refleksi dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam penelitian pada siklus I
diperoleh hasil refleksi sebagai berikut.
52
a. Proses pembelajaran belum sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah dibuat. Proses penemuan berlangsung terlalu lama, sehingga
presentasi tidak dapat dilaksanakan. Untuk itu pada siklus II perencanaan
pembelajaran harus memperhatikan pembagian waktu yang baik.
b. Guru sudah mampu mengelola dan melaksanakan kegiatan belajar
metode penemuan terbimbing dengan cukup baik, akan tetapi masih ada
beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus II. Hal-hal yang
perlu diperbaiki adalah sebagi berikut.
1) Pembuatan kelompok kerja yang lebih baik untuk mendorong siswa
agar interaksi di dalam kelompoknya menjadi lebih baik.
2) Guru belum memberi perhatian pada siswa yang ketinggalan dan
pasif dalam kelompoknya, sehingga pada siklus II guru harus
memberi perhatian lebih pada siswa tersebut.
3) Guru harus selalu mendorong siswa untuk selalu bersemangat dan
menumbuhkan rasa percaya diri agar mampu mandiri dalam proses
penemuan.
4) Guru memberikan penguatan dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada saat siswa mengerjakan tes akhir siklus I agar
kesalahan-kesalahan tersebut tidak diulangi siswa.
5) Guru perlu memberikan contoh soal yang bervariasi agar siswa
mempunyai pengalaman untuk menyelesaikan soal dengan lebih baik.
53
c. Siswa dalam pembelajarannya masih banyak bertanya, dan suasana kelas
agak gaduh. Kegiatan siswa baik secara individu maupun kelompok pada
siklus I yang masih perlu diperbaiki adalah sebagai berikut.
1) Setiap kelompok belum mempunyai pembagian tugas yang jelas,
untuk itu guru sebaiknya memperjelas tugas dan peran setiap siswa
dalam kelompoknya.
2) Siswa perlu dilibatkan dalam pembuatan alat peraga agar secara
mental siswa lebih siap untuk melaksanakan kegiatan belajar.
3) Siswa bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, untuk itu guru perlu menjelaskan kepada siswa tentang
berapa waktu yang disediakan untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
d. Hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa penelitian belum
mencapai tolok ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, untuk itu
perlu diadakan siklus II yang merupakan perbaikan dari pelaksanaan
penelitian siklus I.
Siklus II
Siklus II ini dilaksanakan dengan langkah yang hampir sama dengan
pelaksanaan siklus I, dengan langkah perbaikan membuat kelompok kerja baru yang
lebih baik, dan melibatkan siswa dalam kelompoknya untuk membuat alat bantu
peraga.
1. Perencanaan
54
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan analisa pada
refleksi siklus I.
b. Mempersiapkan instrumen penelitian untuk pelaksanaan siklus II, yaitu
untuk sub pokok bahasan belah ketupat.
c. Merencanakan kembali pembentukan kelompok yang bisa bekerjasama
dengan lebih baik, setiap kelompok tetap terdiri dari empat siswa dan
dikelompokkan berdasarkan kemampuannya, serta mengelompokkan
sesuai dengan jenis kelaminnya.
2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan dalam tiga kali
pertemuan (5 jam pelajaran). Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal
9 Mei 2005, membahas tentang pengertian dan sifat belah ketupat.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2005, membahas
tentang luas daerah belah ketupat. Sedangkan pertemuan ketiga untuk tes
evaluasi dilaksanakan tanggal 14 Mei 2005. Adapun pelaksanaan penelitian
siklus II ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, setiap kelompok diberi
tugas rumah untuk membuat berbagai jenis daerah segitiga yang dibuat
dari kertas warna-warni, dengan ukuran yang telah ditentukan.
b. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan pembagian hasil evaluasi pada
siklus I, memberi pujian pada siswa yang telah memperoleh hasil
55
memuaskan dan menjelaskan beberapa kesalahan yang banyak dilakukan
siswa yang tidak boleh lagi diulangi.
c. Memberikan apersepsi secara klasikal, untuk mengingat prasarat yang
harus dikuasai sebelum mempelajari tentang belah ketupat.
d. Melihat hasil tugas rumah yang telah diberikan.
e. Membagikan alat peraga dan lembar kerja siswa tentang belah ketupat
pada tiap kelompok.
f. Menjelaskan cara-cara pengisian lembar kerja siswa.
g. Mengawasi jalannya kerja kelompok dalam melaksanakan penemuan dan
memberikan bimbingan pada kelompok yang membutuhkan.
h. Mengarahkan setiap kelompok untuk membuat suatu kesimpulan.
i. Menunjuk beberapa wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
masing-masing kelompoknya.
j. Memberikan penguatan pada hasil kerja atau kesimpulan dari siswa.
k. Memberikan latihan soal, yang harus dikerjakan secara individual untuk
mengetahui apakah siswa bisa menerapkan hasil temuannya dalam
memecahkan masalah.
l. Memberikan evaluasi untuk tindakan siklus II.
m. Memberi kesempatan siswa untuk melakukan refleksi atas proses
pembelajaran yang dilakukan.
3. Pengamatan
56
a. Pengamat mengamati kegiatan guru, dan menuliskan hasil
pengamatannya dalam lembar observasi untuk guru. Hasil pengamatan
untuk guru pada siklus II adalah sebagai berikut.
1) Pada bagian awal guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberi motivasi dan apersepsi dengan sangat baik.
2) Pengelolaan pembelajaran terlaksana lebih baik dan tertib dibanding
pelaksaaan pembelajaran pada siklus I, dominasi guru mulai
berkurang, karena guru maupun siswa sudah memahami teknik
pelaksanaannya.
3) Kelompok yang dibentuk pada siklus II bisa bekerjasama lebih baik
dibanding kelompok pada silkus I.
4) Guru telah memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
penemuan tentang terbentunya belah ketupat, sifat-sifat, dan luas
daerah belah ketupat. Guru juga sudah menginformasikan waktu yang
disediakan untuk siswa bekerja dalam kelompoknya.
5) Berkurangnya kelompok yang masih tergantung pada guru memberi
kesempatan pada guru untuk bisa memberikan lebih banyak perhatian
kepada siswa yang kurang aktif.
6) Guru dapat membimbing siswa untuk menyajikan hasil
penemuannya.
7) Dalam melatih siswa menerapkan hasil penemuannya, guru telah
memberikan latihan soal yang lebih bervariasi.
57
b. Pengamat mengamati kegiatan siswa dalam memahami materi yang
diajarkan, kemampuan menarik kesimpulan, aktivitas matematika, dan
kemampuan siswa menyelesaikan soal tentang belah ketupat. Serta
menuliskan hasil pengamatannya dalam lembar observasi untuk siswa.
Hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus II adalah sebagai berikut.
1) Suasana kelas lebih tertib, terkendali dan kondusif.
2) Siswa sudah tidak bingung lagi dengan apa yang harus
dikerjakannya, karena sudah memahami tekniknya. Dan mulai timbul
rasa percaya diri pada diri siswa, hanya hal yang tidak tahu sama
sekali saja yang ditanyakan pada gurunya.
3) Waktu untuk pelaksanaan kerja kelompok sesuai dengan waktu yang
disediakan, kerjasama lebih hidup, dan keberanian mengeluarkan
pendapat mulai muncul. Hampir semua kelompok anggotanya aktif
mengamati dan melakukan percobaan, kecuali satu kelompok yang
salah satu anggotanya sangat mendominasi kerja kelompok.
4) Tujuh kelompok sudah berani memprediksi dan membuat kesimpulan
sendiri tanpa bantuan guru, sedang dua kelompok lain masih perlu
bimbingan guru.
5) Presentasi bisa terlaksana, tapi masih banyak kekurangannya, karena
setiap kelompok belum memilih salah satu anggotanya untuk maju
menjadi wakil, sehingga suasananya menjadi agak gaduh dan saling
menunjuk, penampilan siswa masih malu-malu dan kurang percaya
diri sehingga masih cenderung seperti membaca biasa.
58
6) Pengamatan yang dilakukan pada siswa dengan melihat pengerjaan
evaluasi pada siklus II diperoleh hal-hal berikut ini.
a) Sebagian siswa sudah cukup menguasai materi yang diberikan,
tetapi siswa sering kurang teliti dalam membaca soal, misalnya
pada salah satu butir soal ditanyakan tentang pengertian belah
ketupat menurut sifat yang dimilikinya, maka siswa malah
menjawab bagaimana pengertian belah ketupat berdasarkan cara
terbentuknya.
b) Bila disajikan gambar belah ketupat yang diketahui panjang
setengah dari diagonalnya, dalam pengerjaan hitungan luas
daerah belah ketupat siswa sudah menggunakan rumus yang
benar, tetapi ada beberapa siswa yang keliru menentukan panjang
diagonalnya.
c) Beberapa siswa dalam soal hitungan sudah benar dalam tahapan
pengerjaannya, tetapi kurang teliti dalam menghitungnya.
c. Pengamat mengamati jalannya proses pembelajaran. Hasil pengamatan
proses pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut.
1) Hal-hal yang baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada
siklus II ini adalah sebagai berikut.
a) Siswa masih bersemangat dan kelompok yang dibentuk secara
umum dapat bekerjasama dengan baik. Mulai tumbuhnya rasa
percaya diri pada siswa dalam memprediksi dan membuat
kesimpulan.
59
b) Pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan rencana
pembelajaran yang dibuat.
2) Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam kegiatan belajar mengajar pada
siklus II ini adalah sebagai berikut.
a) Kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil penemuannya.
b) Beberapa siswa masih terlihat kurang aktif dalam kerja
kelompoknya.
3) Hal-hal yang baik dalam perangkat yang digunakan pada siklus II ini
adalah sebagai berikut.
a) Pembuatan RP memperhatikan pembagian waktu dengan baik.
b) Siswa dilibatkan dalam pembuatan alat peraga.
4) Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam perangkat yang digunakan dalam
siklus II ini adalah sebagai berikut.
Terdapat beberapa kelompok yang tugas membuat alat peraganya
hanya dilakukan oleh salah satu anggota kelompok saja.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh maka diadakan
refleksi dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam penelitian pada siklus II
diperoleh hasil refleksi sebagai berikut.
a. Rencana pembelajaran yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
b. Pengelolaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing yang
dilaksanakan oleh guru sudah berlangsung lebih baik dari siklus I.
60
c. Suasana kelas semakin tertib, siswa terlihat lebih aktif dalam
kelompoknya, tidak terlalu banyak bertanya kepada gurunya karena
siswa sudah tahu dengan apa yang harus dikerjakannya. Adapun hal-hal
yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan siklus II ini adalah sebagai
berikut.
1) Masih ada anggota kelompok yang kurang aktif dan mengandalkan
pekerjaan temannya, sehingga perlu dibuat kelompok baru yang lebih
kecil, terdiri dari dua orang, agar semua siswa dituntut untuk bisa
mengerjakan sendiri tugas-tugasnya.
2) Ada kelompok yang tidak kompak, tugas pembuatan alat bantu
peraga yang diberikan pada satu kelompok hanya dikerjakan oleh
satu anggota kelompoknya saja, untuk itu pada siklus III tugas
diberikan secara individu.
3) Siswa belum maksimal dalam mempresentasikan hasil penemuannya,
sehingga diharapkan guru menjelaskan bagaimana cara-cara
melakukan presentasi dengan baik.
d. Hasil belajar pada siklus II menunjukkan bahwa penelitian belum
mencapai tolok ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, untuk itu
perlu diadakan siklus III yang merupakan perbaikan dari pelaksanaan
penelitian siklus II.
Siklus III
Siklus III ini dilaksanakan dengan langkah yang hampir sama dengan
pelaksanaan siklus sebelumnya, dengan langkah perbaikan kelompok kerja terdiri
61
dari dua orang dan dikelompokkan setiap meja, dan melibatkan semua siswa dalam
pembuatan alat bantu peraga.
1. Perencanaan
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan analisa pada
refleksi siklus II.
b. Mempersiapkan instrumen penelitian untuk pelaksanaan siklus III, yaitu
mengenai layang-layang.
c. Merencanakan pembagian kelompok yang tidak lagi terdiri dari empat
siswa, tapi terdiri dari dua siswa yang berkelompok sesuai dengan tempat
duduknya.
2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus III dilaksanakan dalam tiga kali
pertemuan (5 jam pelajaran). Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal
16 Mei 2005, membahas tentang pengertian dan sifat layang-layang.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2005, membahas
tentang luas daerah layang-layang. Sedangkan pertemuan ketiga untuk tes
evaluasi dilaksanakan tanggal 21 Mei 2005. Adapun pelaksanaan penelitian
siklus III ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Setiap siswa diberi tugas rumah untuk membuat bidang layang-layang
yang dibuat dari kertas dengan ukuran tidak ditentukan, sebelum kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan.
62
b. Pembagian hasil evaluasi pada siklus II, memberi pujian pada siswa yang
telah memperoleh hasil memuaskan dan menjelaskan beberapa kesalahan
yang banyak dilakukan siswa.
c. Memberikan apersepsi secara klasikal, untuk mengingat prasarat yang
harus dikuasai sebelum mempelajari tentang layang-layang.
d. Melihat hasil tugas rumah yang telah dibuat siswa.
e. Membagikan lembar kerja siswa tentang layang-layang pada tiap
kelompok.
f. Menjelaskan cara-cara pengisian lembar kerja siswa.
g. Mengawasi jalannya kerja kelompok dalam melaksanakan penemuan dan
memberikan bimbingan pada kelompok yang membutuhkan.
h. Mengarahkan setiap kelompok untuk membuat suatu kesimpulan.
i. Menunjuk beberapa wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
masing-masing kelompoknya.
j. Memberikan penguatan pada hasil kerja atau kesimpulan dari siswa.
k. Memberikan latihan soal, yang harus dikerjakan secara individual untuk
mengetahui apakah siswa bisa menerapkan hasil temuannya dalam
memecahkan masalah.
l. Memberikan evaluasi untuk tindakan siklus III.
m. Memberi kesempatan siswa untuk melakukan refleksi atas proses
pembelajaran yang dilakukan.
63
3. Pengamatan
a. Pengamat mengamati kegiatan guru, dan menuliskan hasil
pengamatannya dalam lembar observasi untuk guru. Hasil pengamatan
untuk guru pada siklus III adalah sebagai berikut.
1) Hasil pengamatan untuk guru pada siklus III hampir sama dengan
hasil pengamatan pada siklus II. Guru mampu mempertahankan dan
meningkatkan kualitas pelaksanan kegiatan belajar mengajar dengan
metode penemuan terbimbing.
2) Pembelajaran terlaksana lebih baik, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, motivasi dan apersepsi pada bagian awal
pembelajaran, dan pada kegiatan inti guru memberi kesempatan siswa
melaksanakan proses penemuan dengan kelompok sesuai dengan
tempat duduknya.
3) Walaupun kelompok yang terbentuk menjadi sangat banyak, tetapi
guru tidak kerepotan membimbingnya, karena semua siswa sudah
berpengalaman dan tahu apa yang harus dikerjakannya.
b. Pengamat mengamati kegiatan siswa dalam memahami materi yang
diajarkan, kemampuan menarik kesimpulan, aktivitas matematika, dan
kemampuan siswa menyelesaikan soal tentang layang-layang. Hasil
pengamatan aktifitas siswa pada siklus III adalah sebagai berikut.
1) Setiap siswa bekerja dengan sungguh-sumgguh untuk melakukan
percobaan dengan menggunakan alat peraga yang telah dibuatnya
64
dirumah dengan langkah kerja sesuai dengan langkah yang ada pada
LKS.
2) Dalam membuat kesimpulan sebagian besar kelompok sudah bisa
membuatnya sendiri, hanya beberapa kelompok saja yang masih
meminta bantuan gurunya.
3) Waktu yang diperlukan siswa dalam menyelesaikan tugas
penemuannya bervariasi, ada yang selesai sesuai waktu yang telah
ditentukan, ada yang telah selesai sebelumnya, dan ada dua kelompok
yang sampai waktu yang disediakan habis belum selesai memperoleh
kesimpulan.
4) Presentasi dilaksanakan lebih baik dari pada siklus II, beberapa siswa
sudah dapat mempresentasikan hasil penemuannya dengan percaya
diri, sementara beberapa siswa yang lain masih malu-malu dan
kurang percaya diri.
5) Pengamatan yang dilakukan pada siswa dengan melihat pengerjaan
evaluasi pada siklus III diperoleh hal-hal berikut ini.
a) Kemampuan siswa menguasai pelajaran sudah baik.
b) Walaupun sebelumnya sudah dijelaskan oleh guru untuk tidak
tergesa-gesa dan selalu teliti dalam mengerjakan soal, tetapi
masih tetap ada siswa yang kurang teliti membaca soal dan
melakukan perhitungan, tapi bila dibandingkan dengan kesalahan
yang terjadi pada siklus II jumlahnya sudah berkurang.
65
c. Pengamat mengamati jalannya proses pembelajaran. Hasil pengamatan
proses pembelajaran pada siklus III adalah sebagai berikut.
1) Pengelolaan pembelajaran sudah bagus, kekurangannya hanya pada
kegiatan presentasi yang belum maksimal.
2) Perangkat yang digunakan sudah cukup efektif, alat bantu yang
digunakan mudah dibuat dan mudah digunakan.
4. Refleksi
Peneliti bersama pengamat mendiskusikan hasil pengamatan pada siklus
ketiga. Hasil refleksi siklus III adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran dengan metode penelitian terbimbing telah terlaksana
dengan baik.
b. Pengelolaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing oleh
guru berlangsung lebih baik.
c. Semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, presentasi terlaksanan
lebih baik dari siklus sebelumnya.
d. Hasil belajar pada siklus III menunjukkan bahwa penelitian sudah
mencapai tolok ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, untuk itu
penelitian dinyatakan telah berhasil.
Sumber Data dan Cara Pengambilan Data
Dalam penelitian tindakan kelas dengan metode penelitian terbimbing ini
dibutuhkan data yang dapat dianalisis dan direfleksikan sehingga terbentuk suatu
66
perencanaan tindakan untuk memperbaiki kondisi awal. Adapun sumber data yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Hasil pengamatan atau observasi
Sumber data ini diperoleh dengan cara pengamatan yang dilakukan secara
langsung oleh pengamat pada saat kegiatan belajar mengajar dilakukan.
Pengamatan meliputi kegiatan yang dilakukan oleh siswa, kegiatan guru, dan
pengamatan pengelolaan pembelajaran.
Hasil belajar siswa
Sumber data ini diperoleh dengan melakukan tes tertulis untuk mengetahui
seberapa jauh siswa menguasai materi yang diajarkan.
Tolok Ukur Keberhasilan
Penelitian ini dianggap berhasil jika nilai rata-rata yang dicapai siswa kelas
VII A MTsN Kaliangkrik tahun pelajaran 2004-2005 untuk sub pokok bahasan
jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang mencapai minimal 6,5, dan
ketuntasan belajar mencapai minimal 65%. Hal ini sesuai dengan batas minimal
ketuntasan belajar yang berlaku di MTsN Kaliangkrik.
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
Berdasarkan pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing untuk guru diperoleh data bahwa pada siklus I kinerja guru mencapai
70% dari kinerja maksimal yang diharapkan, hal ini dapat dilihat pada lampiran 11,
halaman 84. Sedangkan dari hasil pengamatan aktifitas siswa (lampiran 12, halaman
85) dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus I mencapai 67,5%.
Data analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus I (lampiran 13, halaman
86) menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 5,91. Dari 38
siswa yang terdapat pada kelas VII A, siswa yang telah mencapai batas ketuntasan
belajar sebanyak 18 siswa (47,37%), sedangkan siswa yang belum tuntas belajar
sebanyak 20 siswa (52,63%).
2. Siklus II
68
Hasil pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing untuk
guru menunjukkan bahwa kinerja guru mencapai 77,5% dari kinerja maksimal yang
diharapkan (lampiran 21 halaman 110), dan dari hasil pengamatan aktifitas siswa
dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus I mencapai 77,5% (lampiran 22,
halaman 111).
Analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus II menunjukkan bahwa nilai
rata-rata yang dicapai siswa adalah 6,61 (lampiran 23, halaman 112). Siswa yang
telah tuntas belajar sebanyak 22 siswa (57,89%), sedangkan siswa yang belum tuntas
belajar sebanyak 13 siswa (42,11%).
3. Siklus III
Berdasarkan pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing untuk guru diperoleh hasil pengamatan bahwa kinerja guru mencapai
87,5% dari kinerja maksimal yang diharapkan (lampiran 30, halaman 133).
Sedangkan dari hasil pengamatan aktifitas siswa (lampiran 31, halaman 134) dapat
dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus III mencapai 82,5%.
Analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus III menunjukkan bahwa nilai
rata-rata yang dicapai siswa adalah 7,25 (lampiran 32, halaman 135). Siswa yang
telah tuntas belajar sebanyak 26 siswa (68,42%), sedangkan siswa yang belum tuntas
belajar sebanyak 12 siswa (31,58%).
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada setiap siklus dapat dilihat bahwa
meningkatnya hasil belajar siswa seiring dengan meningkatnya kinerja guru dan
69
meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran. Semakin meningkatnya
kinerja guru dan semakin aktifnya siswa dalam pembelajaran akan meningkatkan
hasil belajar siswa.
Keberhasilan penggunaan metode penemuan terbimbing untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun segiempat baru
dapat tercapai pada siklus III. Hal ini terjadi karena baik pada siklus I maupun
siklus II siswa masih dalam proses adaptasi dari metode lama menuju metode
penemuan terbimbing, selain itu proses pembelajaran masih berusaha
menemukan bentuk yang tepat agar pembelajaran dapat berlangsung lebih baik.
Ketidakberhasilan penelitian siklus I ini terjadi karena hal-hal sebagai
berikut.
1. Baik guru maupun siswa baru pertama kali melaksanakan pembelajaran
metode ini, sehingga baik guru maupun siswa belum punya pengalaman dan
belum punya gambaran terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
2. Pengelolaan pembelajaran oleh guru pada siklus I ini belum maksimal
dilakukan, dan perencanaan pembelajaran yang kurang matang, yang dapat
dilihat dari kurang cermatnya dalam pembagian waktu.
3. Kurang jelasnya keterangan guru tentang tugas dan peran siswa dalam
pembelajaran serta kurangnya perhatian guru pada siswa yang kurang aktif.
4. Siswa masih bingung dengan apa yang harus dikerjakannya, sehingga masih
banyak minta bimbingan dan bertanya pada gurunya.
70
5. Walaupun pembelajaran sudah didominasi oleh siswa, namun siswa masih
sangat memerlukan bimbingan guru.
6. Proses penemuan dalam kerja kelompok berlangsung sangat lama sehingga
menghabiskan banyak waktu dan kegiatan lain tidak bisa terlaksana.
7. Interaksi siswa dalam kelompok juga belum maksimal karena setiap
kelompok terdiri dari campuran siswa-siswi sehingga mereka merasa
canggung dan tidak bebas untuk saling bertanya dan saling membantu.
Semua kekurangan pada siklus I ini dimungkinkan karena siswa belum
siap secara mental melaksanakan pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing, dan siswa sedang mengalami masa penyesuaian atau adaptasi dari
cara lama ke metode ini.
Penelitian siklus I ini menuntut untuk diadakannya siklus lanjutan yaitu
siklus II, yang pada dasarnya merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I.
Perbaikan pada siklus II dilakukan dengan memperbaiki kinerja guru, memberi
rangsangan agar secara mental lebih siap untuk pembelajaran, dan memacu agar
siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
Pelaksanaan siklus II memperbaiki kekurangan pada siklus I, dengan
langkah-langkah perbaikan sebagai berikut.
1. Guru membuat rencana pembelajaran dan membuat kelompok baru yang
lebih baik, dan guru melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik pula.
2. Guru telah memperjelas peran dan fungsi siswa dalam pembelajaran dan
memberi perhatian lebih dan bimbingan pada siswa yang kurang aktif.
71
3. Siswa mendapat kelompok yang lebih baik dibanding kelompok pada siklus
I, setiap kelompok terdiri dari siswa saja atau terdiri dari siswi saja, sehingga
rasa malu bertanya, canggung untuk bekerjasama dapat berkurang dan siswa
menjadi lebih aktif dalam kelompoknya. Proses penemuan juga tidak lagi
memerlukan waktu yang lama.
4. Sebelum pembelajaran dilangsungkan siswa dalam kelompoknya dilibatkan
dalam pembuatan alat peraga, sehingga secara mental siswa lebih siap dalam
melaksanakan pembelajaran dan dapat menambah pengalaman siswa.
Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus II menunjukkan kemajuan yang
bagus, kinerja pengelolaan pembelajaran oleh guru dan keaktifan siswa siswa
meningkat, dan diikuti dengan hasil evaluasi siklus II yang meningkat pula.
Akan tetapi walaupun hasil evaluasi siklus II menunjukkan nilai rata-rata yang
dicapai siswa lebih tinggi dari tolok ukur keberhasilan penelitian, namun
ketuntasan belajar belum tercapai.
Ketidakberhasilan penelitian siklus II ini terjadi karena masih ada siswa
yang kurang aktif dalam kelompoknya dan ada sebagian anggota kelompok yang
mengikuti saja hasil kerja teman-temannya tanpa ikut berpikir. Selain itu tugas
pembuatan alat peraga pada setiap kelompok kebanyakan hanya dikerjakan oleh
satu siswa dalam kelompoknya sehingga siswa yang lain tidak ikut serta dalam
pembuatan alat peraga tersebut.
Pelaksanaan siklus III hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus II.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kinerja guru dan aktivitas siswa
meningkat pada siklus III ini, begitu juga dengan hasil belajar siswa pada siklus
72
III telah mencapai tolok ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, dan
penelitian dinyatakan telah berhasil.
Keberhasilan penggunaan metode penelitian terbimbing dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A MTsN Kaliangkrik Tahun
pelajaran 2004-2005 pada pokok bahasan segiempat dicapai pada saat
pembelajaran dilaksanakan dengan cara sebagai berikut.
1. Guru membimbing siswa melakukan penemuan dengan membuat lembar
kerja siswa.
2. Alat bantu peraga untuk proses penemuan dibuat oleh masing-masing siswa,
sehingga secara mental siswa lebih siap dalam melaksanakan pembelajaran
dan dapat menambah pengalaman siswa.
3. Proses penemuan dilaksanakan dengan berkelompok, setiap kelompok terdiri
dari 2 orang, sesuai dengan tempat duduknya, sehingga setiap siswa dituntut
untuk lebih aktif dan mandiri dalam memprediksi dan membuat kesimpulan.
BAB V
PENUTUP
73
Simpulan
Metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII
A MTsN Kaliangkrik tahun pelajaran 2004-2005 pada pokok bahasan bangun
segiempat. Pada siklus III nilai rata-rata siswa mencapai 7,25 dan ketuntasan
belajar 68,42%.
Saran
Dalam mengajarkan pokok bahasan bangun segiempat sebaiknya menggunakan
metode penemuan terbimbing.
Agar pelaksanaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat
berhasil perlu adanya persiapan alat peraga dan LKS yang efektif, karena
sangat dibutuhkan siswa dalam proses penemuan.
Sebaiknya siswa dilibatkan dalam pembuatan alat peraga, karena hal ini akan
menambah pengalaman siswa dan secara mental siswa akan lebih siap dalam
melaksanakan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, Cholik. 2002. Matematika SLTP IB. Bandung: Erlangga
74
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Djamarah, Saiful Bahri dan Zain, Aswan. 1996. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Junaedi, Dedi. 1999. Penuntun Belajar Matematika 2. Bandung: PT. Mizan
Pustaka
Kertawididjaya, Eddy Suwardi. 1989. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar.
Bandung: CV. Sinar Baru
Pasaribu, I.L. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo
Persada
Sobel, Max A. dan Maletsky, Evan M.. 2003. Sumber Alat Peraga, Aktivitas,
dan Interaksi. Bandung: Erlangga
Soejadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Suyitno, Amin. 2001. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang. FMIPA UNNES
Tilaar, HAR. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Tim Penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK
SIKLUS I
KELOMPOK I KELOMPOK VI
75
1. Addina Hidaya Q 1. Solekhan
2. Melun Ruminten 2. Nur Chamid
3. Agus Arifin 3. Musbikah
4. Fauzi 4. Azifatul Falah
KELOMPOK II KELOMPOK VII
1. Isma Naimatul H. 1. Imam Ibnu Mas’ud
2. Amin Munandiroh 2. Rohmad Angga R
3. Izat Muhamad 3. S. Fatatul Azizah
4. Imamudin 4. S. Musyayadah
KELOMPOK III KELOMPOK VIII
1. Muhimatul Fitriyah 1. Hilyatus Shofa
2. M. Abdul Hamid 2. Slamet Nurcahyono
3. M. Arfi 3. Siti Inayah
4. Asyiqotul Ulya 4. Nurrochmad
5. Siti Nurcahyono
KELOMPOK IV KELOMPOK IX
1. M. Munir 1. Jazilah Nailatun N.
2. Aslichatul K. 2. Sohiroh
3. Munirul Hakim 3. Sukron Candoyo
4. Lisnawati 4. Uswatun Khasanah
5. Zaenal M.
KELOMPOK V
1. Imam Bayu S
2. Luluk H.A.
3. M. Wahib A.
4. Rini Rismawati
DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK
SIKLUS II
KELOMPOK I KELOMPOK VI
1. Melun Ruminten 1. Solekhan
76
2. Addina Hidaya Q 2. Zaenal M
3. Asyiqotul Ulya 3. M. Abdul Hamid
4. Siti Inayah 4. Imamudin
5. Nurrochmad
KELOMPOK II KELOMPOK VII
1. Isma Naimatul H. 1. Imam Ibnu Mas’ud
2. Sohiroh 2. Rohmad Angga R
3. S. Fatatul Azizah 3. Izat Muhamad
4. Azifatul Falah 4. M. Wahib A.
KELOMPOK III KELOMPOK VIII
1. Muhimatul Fitriyah 1. Hilyatus Shofa
2. Musbikah 2. Siti Nurcahyani
3. Uswatun Khasanah 3. Lisnawati
4. Aslichatul K 4. Rini Rismawati
KELOMPOK IV KELOMPOK IX
1. M. Munir 1. Jazilah Nailatun N.
2. Agus Arifin 2. Amin Munandiroh
3. Nur Chamid 3. S. Musyayadah
4. Fauzi 4. Luluk H.A.
KELOMPOK V
1. Imam Bayu S
2. Munirul Hakim
3. Slamet Nurcahyono
4. M. Arfi
5. Sukron Candoyo
LEMBAR KEGIATAN SISWA
PENGERTIAN JAJARGENJANG Waktu : 10 menit
Kerjakan langkah-langkah kerja dibawah ini dengan baik dan benar!
77
1. Perhatikanlah ∆ ABC (bidang A.1) pada alat peraga!
2. Titik O adalah titik tengah BC. Dengan pusat titik O putarlah ∆ ABC
setengah putaran!
3. Amatilah bentuk bangun yang terbentuk dari ∆ ABC dan bayangannya!
4. ∆ ABC dan bayangannya membentuk bangun apa?
1. Perhatikanlah ∆ KLM (bidang A.2) pada alat peraga!
2. Titik P adalah titik tengah KM. Dengan pusat titik P putarlah ∆ KLM
setengah putaran!
3. Amatilah bentuk bangun yang terbentuk dari ∆ KLM dan bayangannya!
4. ∆ KLM dan bayangannya membentuk bangun apa?
1. Perhatikanlah ∆ XYZ (bidang A.3) pada alat peraga!
2. Titik Q adalah titik tengah XY. Dengan pusat titik Q putarlah ∆ XYZ
setengah putaran!
3. Amatilah bentuk bangun yang terbentuk dari ∆ XYZ dan bayangannya!
4. ∆ XYZ dan bayangannya membentuk bangun apa?
Jajargenjang dapat dibentuk dari gabungan suatu . . .
dan . . . setelah diputar . . . . putaran, dengan pusat
titik . . . . . . . salah satu sisinya
78
LEMBAR KERJA SISWA
SIFAT-SIFAT JAJARGENJANG Waktu :20 menit
Kerjakan langkah kerja dibawah ini dengan baik dan benar!
Sifat 1 1. Perhatikan ∆ ABC (Bangun B-1) pada alat peraga
Dengan pusat titik O, buatlah jajargenjang ABCD dari ∆ ABC
tersebut!
2. Dapat dilihat bahwa:
∆ BCD bayangan dari ∆ . . .
79
� Sisi CD bayangan dari
. . .
� Panjang CD = . . .
� Sisi CD berhadapan dg
. . .
� ∠ BDC bayangan dari ∠ . . .
� ∠ BDC = . . .
∠BDC dan ∠ABD adalah sudut
dalam berseberangan dari sisi . . .
dan . . . sehingga sisi . . . sejajar
(//). . .
Dengan cara yang sama, diperoleh
Panjang AC = . . .
Sisi AC //. . .
Pada jajargenjang sisi yang berhadapan . . . panjang,
dan . . .
Sifat 2
1. Perhatikan jajargenjang ABCD (bangun B-2) pada alat peraga
2. Putarlah jajargenjang ABCD setengah putaran dengan pusat titik O
3. Dapat dilihat bahwa
� ∠ABC menempati ∠ . . .
� besar∠ABC = . . .
� ∠ABC berhadapan ∠ . . .
� ∠BAD menempati ∠ . . .
� besar∠BAD = . . .
� ∠BAD berhadapan∠ . . .
80
Pada jajargenjang sudut-sudut yang berhadapan . . . besar
Sifat 3
Perhatikan jajargenjang ABCD (bangun B-3)
� Ambil ∠ LAE dan letakkan sisi LA berdampingan dengan sisi BG
� Besarnya sudut yang dibentuk ∠ LAE + ∠FBG adalah . . . 0
� Ambil ∠FBG dan letakkan sisi FB berdampingan dengan
sisi CI
� Besarnya sudut yang dibentuk ∠FBG + ∠HCI adalah . . . 0
� Ambil ∠HCI dan letakkan sisi GC berdampingan dengan sisi DK
� Besarnya sudut yang dibentuk ∠HCI + ∠JDK adalah . . . 0
� Ambil∠JDK dan letakkan sisi DJ berdampingan dengan
sisi AE
� Besarnya sudut yang dibentuk ∠JDK + ∠FBG adalah . . . 0
Pada jajargenjang sudut-sudut yang berdekatan
jumlahnya . . . 0
Sifat 4
Perhatikan jajargenjang ABCD (bangun B-4)
1. Diagonal jajargenjang ABCD adalah ruas garis . . . dan . . .
2. OC adalah bayangan . . .
Panjang OC = . . .
3. Panjang OB = . . .(O titik tengah BD
4. Titik O adalah titik potong diagonal . . . dan . . .
Pada jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi
dua . . . panjang
Sehingga berdasarkan sifatnya,
81
Jajargenjang adalah suatu segiempat yang sisi
berhadapannya . . . panjang dan . . . , serta
sudut yang berhadapan . . . besar
82
LEMBAR KERJA SISWA
LUAS JAJARGENJANG Waktu :15 menit
Perhatikan ∆ ABD dari jajargenjang ABCD diatas!
Bila AB = a dan ED = t, maka:
Luas ∆ ABD = ......2
1xx
.............2
1•=
Karena ∆ BCD bayangan ∆ ABD
Luas ∆ BCD = Luas ∆ . . . .............2
1•=
Luas jajargenjang ABCD = Luas ∆ ABD + Luas ∆ BCD
...............
...........2
1...........
2
1
x=
•+•=
Luas jajargenjang = . . . . . . . x . . . . . .
= . . . x . . .
A B
D C
t
a E
83
LEMBAR KERJA
PENGERTIAN BELAH KETUPAT
Waktu: 15 menit
A. Langkah Kerja
1. Letakkan cermin datar tegak lurus dengan permukaan datar (meja)
2. Ambillah segitiga lancip sembarang, letakkan mendatar di atas meja
dengan alas segitiga berimpit dengan permukaan bawah cermin.
3. Perhatikan bangun segiempat yang terbentuk dari segitiga dan
bayangannya, apakah merupakan bangun belah ketupat atau bukan
4. Masukkan datanya dalam tabel hasil pengamatan.
5. Ulangi langkah 1 sampai dengan 4, untukjenis segitiga yang lain.
B. Tabel Hasil Pengamatan
Membentuk Belah Ketupat No. Jenis Segitiga
Ya Tidak
1 Segitiga lancip sembarang
C. Pertanyaan
1. Segitiga jenis apakah yang bila dicerminkan, gabungan segitiga dan
bayangannya membentuk belah ketupat ?
2. Apakah segitiga sama sisi dapat disebut dengan segitiga sama kaki ?
3. Apakah semua segitiga yang dapat membentuk belah ketupat bisa disebut
dengan segitiga samakaki ?
D. Kesimpulan
Belah ketupat dibentuk dari gabungan segitiga . . . . . . . . . . . . . . . dan . . . . .
. . . . . setelah di . . . . . . . . . terhadap alasnya.
84
LEMBAR KERJA SISWA
SIFAT-SIFAT BELAH KETUPAT Waktu: 30 Menit
Sifat 1
1. Buatlah gambar belah ketupat yang dibentuk dari ∆ ABC sama kaki berikut:
2. Apakah panjang AB = BC ? mengapa?
3. Apakah panjang AB = AD ? mengapa?
4. Apakah panjang BC = CD ? mengapa?
………………….. sisi belah ketupat …………….. panjang
Sifat 2
1. Perhatikan belah ketupat ABCD yang telah digunting!
2. Apa saja nama diagonal belah ketupat ABCD tersebut?
3. Lipatlah belah ketupat ABCD menjadi dua dengan pusat lipatan sesuai dengan
diagonal AC, bangun apakah yang akan terbentuk?
4. Apakah bangun yang terbentuk sama dan sebangun (kongkruen)?
5. Bila diagonal AC membagi belah ketupat ABCD menjadi dua bangun yang
kongkruen, maka diagonal AC dapat disebut sebagai sumbu apa?
6. Lipatlah belah ketupat ABCD menjadi dua dengan pusat lipatan sesuai dengan
diagonal BD, bangun apakah yang akan terbentuk?
7. Apakah bangun yang terbentuk sama dan sebangun (kongkruen)?
A
B
C
85
8. Bila diagonal BD membagi belah ketupat ABCD menjadi dua bangun yang
kongkruen, maka diagonal BD dapat disebut sebagai sumbu apa?
…………………. diagonal belah ketupat merupakan sumbu …………………
Sifat 3
1. Perhatikan belah ketupat ABCD diatas sebagai belah ketupat yang terbentuk
dari ∆ ABD sama kaki,
a. Apakah besar ∠ BAD = ∠ BCD? mengapa?
b. Perhatikan ∠ ABC yang dibagi oleh diagonal BD, apakah ∠ABD =
∠ CBD? mengapa?
2. Perhatikan belah ketupat ABCD sebagai belah ketupat yang terbentuk dari ∆
ABC sama kaki,
a. Apakah besar ∠ ABC = ∠ ADC ? mengapa?
b. Perhatikan ∠ BAD yang dibagi oleh diagonal AC, apakah ∠ BAC =
∠ CAD? mengapa?
C A
B
D
86
Pada belah ketupat sudut yang berhadapan
…………… besar, dan dibagi menjadi dua
sama besar oleh ……………………
Sifat 4
1. Perhatikan diagonal AC, dibagi dua oleh diagonal BD di titik O, apakah OA =
OC? mengapa?
2. Perhatikan diagonal BD, dibagi dua oleh diagonal AC di titik O, apakah OB =
OD? mengapa?
3. Disebut apakah ∠AOC, berapakah besar sudutnya?
4. Apakah ∠AOD = ∠COD? berapakah besar masing-masing sudutnya?
C A
D
O
B
87
……………. diagonal belah ketupat saling membagi
…………… panjang, dan saling berpotongan saling
………………….
Berdasarkan sifatnya:
Belah ketupat adalah segiempat yang sisinya …………….
panjang dan kedua diagonalnya saling membagi dua ………..
panjang dan berpotongan saling …………………
88
LEMBAR KERJA SISWA
LUAS BELAH KETUPAT Waktu: 15 menit
Rumus 1
1. Apakah belah ketupat mempunyai semua sifat jajargenjang?
2. Bila belah ketupat mempunyai semua sifat jajargenjang, apakah belah
ketupat juga merupakan jajargenjang?
3. Bila belah ketupat merupakan jajargenjang, apakah rumus luas belah
ketupat?
Setiap belah ketupat yang mempunyai alas a dan tinggi t, berlaku rumus:
Luas belah ketupat = …………………… x ………………….
= …….. x ……….
Rumus 2
Perhatikan belah ketupat berikut:
B
O A
D
C
tinggi
alas
89
Luas belah ketupat ABCD = ∆ Luas ABC + ∆ Luas ……….
= 2
1AC x OB +
2
1 …….. x ………..
=2
1 AC x ( OB + ……….)
=2
1 AC x ………
Bila AC dan ……… merupakan ……………….. dari belah ketupat ABCD, maka
Setiap belah ketupat yang mempunyai diagonal d1 dan diagonal d2, berlaku rumus:
Luas belah ketupat = 2
1 ……………….. x ……………………..
= 2
1 ……….x ………….
LEMBAR KERJA SISWA
PENGERTIAN LAYANG-LAYANG
Waktu: 10 menit
Langkah Kerja
1. Buatlah garis diagonal pada layang-layang yang telah dibuat.
2. Guntinglah layang-layang yang telah dibuat tepat pada diagonal yang pendek.
Nama: 1 …………………
2 …………………
90
3. Amati bangun segitiga yang terjadi, apakah jenis segitiga yang terjadi?
4. Bagaimanakah caranya bila kita ingin membuat lagi layang-layang tadi dari
kedua segitiga tersebut?
Layang-layang terbentuk dari gabungan …………….
segitiga …………………….. yang panjang alasnya …………….
panjang dan diimpitkan
91
LEMBAR KERJA SISWA
SIFAT-SIFAT LAYANG-LAYANG Waktu: 25 menit
Perhatikan layang-layang berikut ini!
Sifat 1
Segitiga ABC samakaki, maka AB = ………
Segitiga ACD samakaki, maka AD = ………
Pada setiap layang-layang, masing-masing sepasang
sisinya ………… panjang.
Sifat 2 Segitiga ABC samakaki, maka ∠ BAO = ………
Segitiga ACD samakaki, maka ∠ DAO = ………
Maka ∠ BAO + ∠ DAO = ∠ …… + ∠ ……
∠ DAB = ∠ ………….
∠ DAB dan ∠ ……….. saling berhadapan.
A O
C
B
D
Nama: 1 …………………
2 …………………
92
Pada setiap layang-layang, terdapat ……….
sudut yang ……………. besar
Sifat 3
1. Buatlah garis diagonal pada layang-layang ABCD yang kamu buat, beri
nama titik O pada perpotongan diagonal tersebut.
2. Lipatlah layang-layang ABCD tepat pada garis diagonal BD. Bangun
apakah yang terjadi?
3. Apakah dua bangun yang terjadi saling kongkruen?
4. Disebut sumbu apakah diagonal BD tersebut?
Pada layang-layang, salah satu diagonalnya merupakan sumbu
……………….
Sifat 4
1. Buatlah garis diagonal pada layang-layang ABCD yang kamu buat, beri
nama titik O pada perpotongan diagonal tersebut.
2. Lipatlah layang-layang ABCD tepat pada garis diagonal BD.
3. Perhatikan apakah panjang AO sama dengan panjang CO?
4. Perhatikan apakah ∠ AOD = ∠ COD?
5. Berapa besarnya ∠ AOD dan ∠ COD?
Pada setiap layang-layang salah satu diagonalnya
membagi ………. sama panjang diagonal lain dan
saling …………………….. dengan diagonal itu
Sehingga pengertian layang-layang berdasarkan sifatnya:
93
Layang-layang adalah segiempat yang masing-masing
pasang sisinya ……….. panjang dan sepasang sudut
yang …………………….sama besar.
94
LEMBAR KERJA SISWA
LUAS LAYANG-LAYANG Waktu: 10 menit
Perhatikan layang-layang ABCD dibawah ini:
Luas layang-layang ABCD = Luas ∆ ABC + Luas ∆ ……….
= 2
1AC x OB +
2
1 …….. x ………..
=2
1 AC x ( OB + ……….)
=2
1 AC x ………
Bila AC dan ……… merupakan ……………….. dari layang-layang ABCD,
maka
Setiap layang-layang yang mempunyai diagonal d1 dan diagonal
d2, berlaku rumus:
Luas layang-layang = 2
1 …………… x ……………
= 2
1 ……….x ………….
A O
C
B
D
Nama: 1 …………………
2 …………………
95
BUTIR SOAL SIKLUS I
JAJARGENJANG
Waktu : 45 menit
Isilah titik-titik dibawah ini dengan singkat dan benar!
Untuk soal no 1 dan 2 buatlah dahulu jajargenjang ABCD dari ∆ ABC berikut
ini!
1. Jajargenjang ABCD yang telah dibuat terbentuk dari . . . . . . ABC beserta
. . . . . . . . setelah diputar . . . putaran, dengan pusat putaran titik . . . yang
merupakan titik tengah …
2. Perhatikan jajargenjang yang telah dibuat!
a. ∆ BCD merupakan bayangan dari ∆ . . .
b. CD merupakan bayangan . . . sehingga panjang CD = . . .
c. BD merupakan bayangan . . . sehingga panjang BD = . . .
Sehingga pada suatu jajargenjang masing-masing sisinya . . . . . dan . . . . .
.
3. Perhatikan jajargenjang PQRS berikut ini!
A B
C
O
S R
Q P
96
a. Bila ∠ SPQ dipotong dan dipasang berdampingan dengan ∠ PQR
maka
∠ SPQ + ∠ PQR = . . .0
b. Bila ∠ PSR dipotong dan dipasang berdampingan dengan ∠ QRS
maka
∠ PSR + ∠ QRS = . . .0
c. Bila ∠ SPQ dipotong dan dipasang berdampingan dengan ∠ PSR
maka
∠ SPQ + ∠ PSR = . . .0
d. Bila ∠ PQR dipotong dan dipasang berdampingan dengan ∠ QRS
maka
∠ PQR + ∠ QRS = . . .0
Sehingga pada jajargenjang masing-masing sudut yang berdekatan bila
dijumlahkan besarnya adalah. . . 0
4. Tentukan rumus untuk menentukan luas dari jajargenjang KLMN berikut:
Bila diketahui NO = r dan KL = s !
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan
benar!
Berdasarkan sifat yang dimiliki jajargenjang, apakah pengertian jajargenjang
itu?
P
O
N M
L K O
97
Perhatikanlah jajargenjang ABCD berikut!
Bila panjang AD = 5 satuan panjang, AB = (3x+2) dan CD = (x+6)
tentukanlah:
panjang BC
nilai x
panjang AB dan DC
Perhatikanlah jajargenjang PQRS berikut!
Jajargenjang PQRS dibentuk dari ∆ PQR dan
bayangannya. Tentukanlah:
Sudut yang besarnya sama dengan ∠ QPS
Sudut yang besarnya sama dengan ∠ PQS
Besar ∠ SQR
Besar ∠ PSQ
Sebidang tanah berbentuk jajargenjang mempunyai ukuran sebagai berikut:
EI = 3 m, IF = 5 m dan HI = 4 m
Tentukanlah luas bidang tanah
tersebut!
P
D C
B A
(x + 6)
5
(3x + 2)
O
S R
Q P 450 650
O
H G
F E 3 m I 5 m
4 m
98
BUTIR SOAL SIKLUS II
BELAH KETUPAT
Waktu: 45 menit
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. Buatlah segiempat ABCD dengan mencerminkan ∆ABC sama kaki berikut ini
pada alas AC
a. Bangun segiempat apakah yang terbentuk dari pencerminan tersebut?
b. Bagaimanakah terbentuknya belah ketupat?
Untuk soal 2 sampai 4 perhatikan gambar belah ketupat KLMN berikut:
2. Perhatikan belah ketupat KLMN di atas!
a. Bila KLMN dipotong pada diagonal-diagonalnya, bagaimanakah sifat
kedua segitiga yang terbentuk?
b. Disebut apakah kedua diagonal tersebut?
c. Apakah yang dapat kau simpulkan dari jawaban soal a dan b?
3. ∆KMN merupakan bayangan dari ∆KLM, tentukan:
a. Bagaimanakah sifat sudut yang saling berhadapan pada belah ketupat?
b. Bagaimanakah sifat besar sudut yang dibagi oleh diagonal pada belah
ketupat?
4. Berdasarkan sifat-sifat yang kamu ketahui tentang belah ketupat, apakah
pengertian belah ketupat menurut pendapatmu?
C
B
A
M
L
K
N
99
5. Perhatikan belah ketupat PQRS berikut:
Bila PQ = 5 satuan panjang,
berapakah panjang PQ, RS, dan SP?
6. Pada belahketupat dibawah ini, bila diketahui ∠ DAO = 300, tentukanlah:
a. besar ∠ OAB
b. besar ∠ DAB
c. besar ∠ DCB
d. besar ∠ DOC
7. Sebidang kertas berbentuk belah ketupat dengan ukuran sebagai berikut.
Bila TO = 3 cm dan WO = 2 cm, tentukan luas TUVW
8. Sebuah belah ketupat KLMN mempunyai panjang diagonal KL = p, dan
diagonal LN = q, tentukanlah:
a. Rumus untuk menentukan luas KLMN
b. Bila p = 14 satuan panjang dan q = 5 satuan panjang, tentukan luas
KLMN!
***Selamat Mengerjakan***
S
P R
Q
B
A
D
C O
300
U
T
W
V O
100
BUTIR SOAL SIKLUS III
LAYANG-LAYANG
Waktu: 45 menit
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar!
Untuk soal 1-3 perhatikan layang-layang berikut ini:
1. Apabila layang-layang ABCD di atas dipotong pada diagonal AC, tentukan:
a. apakah jenis kedua bangun segitiga yang terjadi!
b. Bagaimanakah caranya bila kedua segitiga tersebut akan dibentuk layang-
layang kembali?
2. Perhatikan layang-layang ABCD di atas!
a. Apabila layang-layang ABCD dipotong pada diagonal BD, dua bangun
apakah yang akan terjadi?
b. Apakah kedua bangun yang terjadi kongkruen?
c. Apakah kesimpulanmu dari jawaban soal 2a dan 2b di atas?
3. Dari layang-layang ABCD diatas, tuliskan:
a. dua pasang ruas garis yang sama panjang
b. dua segitiga yang sama kaki
c. dua segitiga yang kongkruen.
A O
C
B
D
101
4. Jelaskan pengertian layang-layang berdasarkan sifat yang dimiliki!
5. Pada layang-layang diatas bila diketahui ∠ DAC= 300 dan ∠ CBD=40
0,
berapakah besar ∠ ABC, ∠ BAC, ∠ BAD dan ∠ ADC?
6. Pada layang-layang diatas bila panjang BD=9 satuan panjang, OD=4 satuan
panjang dan AO=3 satuan panjang, tentukan:
a. panjang OC
b. luas layang-layang ABCD
7. Perhatikan layang-layang berikut ini:
Bila panjang PR=a dan QS=b,
tentukan:
a. rumus luas layang-layang
b. bila a = 15 satuan panjang dan
b= 10 satuan panjang,
berapakah luas layang-layang?
8. Tentukan berapa ukuran kertas berbentuk persegi panjang yang harus tersedia
untuk membuat bidang berbentuk layang-layang dengan ukuran berikut ini!
***Selamat Mengerjakan***
20 cm
10 cm
40 cm
P
Q
R
S
102
GRAFIK HASIL PENGAMATAN SELAMA PENELITIAN
A. Hasil Pengamatan Kinerja Guru
B. Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa
C. Rata- rata Hasil Belajar
103
D. Ketuntasan Belajar
104
105
KISI-KISI SOAL SIKLUS I
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Bangun Segiempat
Sub Pokok Bahasan : Jajargenjang
Alokasi Waktu : 45 menit
Jumlah Soal : 8 Soal
Bentuk Soal : A. Isian; jumlah soal: 4 butir
B. Uraian; jumlah soal: 4 butir
No. Kompetensi yang diujikan Materi Uraian
Materi
Indikator No.
Soal
Bentuk
Soal
1 Siswa dapat menjelaskan
kembali pengertian
jajargenjang
Jajar-
genjang
Pengertian
jajargenjang
Siswa dapat menjelaskan terbentuknya
jajargenjang dari suatu segitiga dan
bayangannya
A1 Isian
2 Siswa dapat menggunakan
sifat-sifat jajargenjang untuk
memecahkan permasalahan
Jajar-
genjang
Sifat-sifat
jajargenjang
• Siswa dapat menemukan sifat-sifat
jajargenjang
• Siswa dapat menjelaskan kembali pengertian
jajargenjang berdasarkan sifat-sifatnya.
A2-A3
B1
Isian
Uraian
106
• Siswa dapat menggunakan sifat-sifat
jajargenjang untuk menyelesaikan suatu
masalah
B2-B3 Uraian
3 Siswa dapat menggunakan
konsep luas bidang
jajargenjang untuk
memecahkan masalah
Jajar-
genjang
Rumus luas
bidang
Jajargenjang
• Siswa dapat menurunkan rumus luas bidang
jajargenjang
• Siswa dapat menerapkan rumus luas bidang
jajargenjang untuk menyelesaikan masalah
A4
B4
Isian
Uraian
107
KISI-KISI SOAL SIKLUS II
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Bangun Segiempat
Sub Pokok Bahasan : Belah ketupat
Alokasi Waktu : 45 menit
Jumlah Soal : 8 Soal
Bentuk Soal : Uraian
No. Kompetensi yang diujikan Materi Uraian
Materi
Indikator No.
Soal
Bentuk
Soal
1 Siswa dapat menjelaskan
kembali bagaimana
terbentuknya belah ketupat
Belah
ketupat
Pengertian
belah ketupat
Siswa dapat menjelaskan terbentuknya belah
ketupat dari suatu segitiga dan bayangannya
1 Uraian
2 Siswa dapat menggunakan
sifat-sifat belah ketupat
untuk memecahkan
permasalahan
Belah
ketupat
Sifat-sifat
belah ketupat
• Siswa dapat menemukan sifat-sifat belah
ketupat
• Siswa dapat menjelaskan kembali pengertian
belah ketupat berdasarkan sifat-sifatnya.
2-3
4
Uraian
Uraian
108
• Siswa dapat menggunakan sifat-sifat belah
ketupat untuk menyelesaikan suatu masalah
5-6 Uraian
3 Siswa dapat menggunakan
konsep luas bidang belah
ketupat untuk memecahkan
masalah
Belah
ketupat
Rumus luas
bidang belah
ketupat
• Siswa dapat menurunkan rumus luas bidang
belah ketupat
• Siswa dapat menerapkan rumus luas bidang
belah ketupat untuk menyelesaikan masalah
8
7-8
Isian
Uraian
109
KISI-KISI SOAL SIKLUS III
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Bangun Segiempat
Sub Pokok Bahasan : Layang-layang
Alokasi Waktu : 45 menit
Jumlah Soal : 8 Soal
Bentuk Soal : Uraian
No. Kompetensi yang diujikan Materi Uraian
Materi
Indikator No.
Soal
Bentuk
Soal
1 Siswa dapat menjelaskan
kembali bagaimana
terbentuknya layang-layang
Layang-
layang
Pengertian
belah
ketupat
Siswa dapat menjelaskan terbentuknya layang-
layang dari suatu segitiga dan bayangannya
1 Uraian
2 Siswa dapat menggunakan
sifat-sifat layang-layang
untuk memecahkan
permasalahan
Layang-
layang
Sifat-sifat
layang-
layang
• Siswa dapat menemukan sifat-sifat layang-
layang
• Siswa dapat menjelaskan kembali pengertian
layang-layang berdasarkan sifat-sifatnya.
2
4
Uraian
Uraian
110
• Siswa dapat menggunakan sifat-sifat layang-
layang untuk menyelesaikan suatu masalah
3,5 Uraian
3 Siswa dapat menggunakan
konsep luas bidang layang-
layang untuk memecahkan
masalah
Layang-
layang
Rumus luas
layang-
layang
• Siswa dapat menurunkan rumus luas bidang
layang-layang
• Siswa dapat menerapkan rumus luas bidang
layang-layang untuk menyelesaikan masalah
7
6-8
Uraian
Uraian
111
112
Recommended