View
213
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ABSTRAK
PENGARUH ADOPSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING
STANDARD TERHADAP EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2009 – 2012)
Tiya Marsela (1011031083)
085664703507/ tiya.f24@gmail.com
Pembimbing I : Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt.
Pembimbing II : Lego Waspodo S.E., M.Si., Akt
Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris apakah adopsi International
Financial Reporting Standard berpengaruh terhadap Earnings Response
Coefficient, dengan menggunakan Earnings Response Coefficient sebagai variabel
dependen dan adopsi International Financial Reporting Standard sebagai variabel
independen, serta struktur modal, risiko sistematik, ukuran perusahaan dan Market
to Book Value Ratio sebagai variabel kontrol.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dan diperoleh
43 perusahaan yang memenuhi kriteria dalam penelitian.Periode yang digunakan
dalam penelitian yaitu tahun 2009– 2012, sehingga data observasi keseluruhan
berjumlah 172 data.Pengujian dilakukan dengan analisis regresi linear berganda,
dimana sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan dari
data penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel adopsi International Financial
Reporting Standard berpengaruh secara positif signifikan terhadap Earnings
Response Coefficient. Variabel kontrol struktur modal berpengaruh negatif
terhadap Earnings Response Coefficient, ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap Earnings Response Coefficient sedangkan risiko sistematik dan Market
to Book Value Ratio tidak berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient.
Kata kunci : Earnings Response Coefficient, adopsi International Financial
Reporting Standard, struktur modal, risiko sistematik, ukuran
perusahaan dan Market to Book Value Ratio.
PENDAHULUAN
Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah
diperlukan terutama pada saat ini dimana perusahaan – perusahaan multinasional
mulai berkembang luas di berbagai negara, standar akuntansi yang berbeda pada
setiap negara menjadi kendala bagi calon investor dan calon kreditor dalam
memahami laporan keuangan yang disajikan dan hal tersebut mendorong
timbulnya standar akuntansi yang berlaku secara internasional yaitu IFRS.
International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar yang
dibuat oleh International Accounting Standards Boards (IASB) dengan tujuan
memberikan kumpulan standar penyusunan laporan keuangan perusahaan di
seluruh dunia sehingga meningkatkan daya banding laporan keuangan dan
memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional,
menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan
dalam ketentuan pelaporan keuangan sehingga memudahkan investor dalam
pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang berkualitas merupakan sumber informasi akuntansi yang
sangat dibutuhkan terutama oleh pihak eksternal yaitu investor dan kreditor,
terutama laporan laba rugi. Proksi yang sering digunakan untuk melihat hubungan
antara informasi laba dengan bagaimana investor merespon informasi laba
tersebut adalah Earnings Response Coefficient (ERC), koefisien ini menunjukkan
besarnya pengaruh laba terhadap return saham. Beaver (1989) dalam Wardhani
(2009) menyatakan bahwa perubahan harga saham dapat diasumsikan sebagai
respons terhadap perubahan laba selama kurun waktu tertentu. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai koefisien respon laba maka berarti laba
semakin mencerminkan nilai ekonomisnya dan kualitas laba tersebut semakin
baik.
Shoorvarzy dan Tuzandehjani (2011) membuktikan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara penetapan standar akuntansi dengan Earnings Respons
Coefficient. Standar IFRS yang berbasis prinsip, lebih condong pada penggunaan
nilai wajar, dan pengungkapan yang lebih banyak dan rinci yang diharapkan dapat
mengurangi manajemen laba pada laporan keuangan (Cahyati, 2011), sehingga
kualitas laba dapat menjadi lebih baik. Kip (2009) menyatakan bahwa akuntansi
nilai wajar mempengaruhi koefisien respon laba yaitu peningkatan koefisien
respon laba terlihat di hampir semua industri. Barth (2008) dalam Darmawan
(2012) menjelaskan bahwa Earnings quality (kualitas laba) merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi ERC, sedangkan kualitas laba itu sendiri
ditentukan oleh relevansi dari laba serta rendahnya earnings management. Lin,
Riccardi, dan Wang (2012) menyatakan bahwa penggunaan IFRS menurunkan
tingkat relevansi nilai, dan berdasarkan penelitian Indahsari (2008) menyebutkan
bahwa ERC pada saat penerapan IFRS lebih kecil dibanding pada saat
menerapkan GAAP. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
wardhani (2009) dan Darmawan (2012) yang menyatakan bahwa relevansi
informasi laba yang diukur menggunakan ERC lebih tinggi setelah adopsi IFRS.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh adopsi IFRS terhadap Earnings
Response Coefficient. Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Darmawan (2012)
dengan menggunakan sampel yang berbeda yaitu perusahaan manufaktur di
Indonesia, hal ini dilakukan dengan alasan bahwa perusahaan manufaktur
merupakan kelompok yang dominan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI), serta perusahaan manufaktur cukup sensitif terhadap setiap
kejadian terutama dengan adanya konvergensi standar PSAK dengan IFRS
dimana pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan untuk prngambilan
keputusan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini mengambil judul sebagai
berikut : “Pengaruh Adopsi International Financial Reporting Standard terhadap
Earnings Response Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009 – 2012)”.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Signal
Wolk et al. (2004) mengungkapkan bahwa sinyal yang diungkapkan perusahaan
dalam laporan keuangan nantinya akan memengaruhi investor dalam mengambil
keputusan. Informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya akan mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga
dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan. Informasi laba yang
dilaporkan manajemen merupakan sinyal mengenai laba di masa yang akan
datang, jika informasi laba tersebut relevan bagi para pelaku pasar modal, maka
informasi akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai
saham perusahaan yang bersangkutan sehingga akan terjadi respon atau reaksi
pasar berupa perubahan harga saham perusahaan yang bersangkutan ke harga
ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan bertahan sampai ada informasi
baru lainnya yang akan merubah harga saham kembali ke harga ekuilibrium yang
baru (Jogiyanto, 2000) dalam (wahyuningsih, 2007). Teori sinyal mengemukakan
tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan penggunaan standar akuntansi IFRS yang lebih memertimbangkan
konsekuensi ekonomi dan nilai wajar
Konvergensi International Financial Reporting Standard
Ball (2006) dalam Darmawan (2012) menyatakan bahwa adopsi IFRS akan
memberikan kegunaan bagi investor yaitu:
1. IFRS akan memberikan informasi akuntansi yang lebih akurat, lebih
komprehensif dan lebih tepat waktu.
2. IFRS akan mengurangi biaya yang digunakan untuk mengolah informasi
akuntansi karena dapat diperbandingkan secara internasional.
3. Pasar akan menjadi lebih efiesien sebab biaya yang digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan menjadi lebih rendah.
4. IFRS menghilangkan perbedaan standar akuntansi, yang secara langsung
membuka peluang untuk terjadinya transaksi ekuitas antar negara.
5. Dengan adopsi IFRS dapat menurunkan risiko yang disebabkan oleh asimetri
informasi sebagai akibat dari meningkatnya kualitas informasi akuntansi.
Adapun berdasarkan IAI terdapat tiga tahapan konvergensi IFRS di Indonesia
yaitu sebagai berikut (Wirahardja, 2010):
1. Tahap adopsi (2008‐2010), dalam tahap ini dilakukan adopsi seluruh IFRS ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, serta mengevaluasi dan
mengelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap persiapan akhir (2011), yaitu menyelesaian persiapan Infrastruktur yang
diperlukan dan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS
secara bertahap.
3. Tahap Implementasi (2012), penerapan PSAK berbasis IFRS dan evaluasi
dampak penerapan PSAK secara komprehensif
Selain itu, program konvergensi IFRS tersebut memiliki dampak yang signifikan
terhadap dunia bisnis, antara lain sebagai berikut (Cintokowati, 2011):
1. Meningkatnya daya banding laporan keuangan memberikan kemudahan dalam
mengakses pasar modal secara global.
2. Nilai wajar yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan akan
meningkatkan relevansi laporan keuangan.
3. Laporan laba rugi akan menjadi lebih fluktuatif mengikuti perubahan harga
pasar.
4. Sulit dilakukan income smoothing karena menggunakan pendekatan neraca dan
nilai pasar.
5. IFRS menekankan pada principle base yang sangat bergantung pada
interpretasi dan professional judgment sehingga daya bandingnya akan sedikit
turun apabila terdapat kepentingan untuk mengatur laba (earning
management).
6. Membatasi penggunaan off- balance sheet
Adanya kebijakan ini pihak yang paling diuntungkan adalah investor terutama
untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi, karena dengan
meningkatnya daya banding investor akan lebih mudah dalam membandingkan
informasi akuntansi antar-perusahaan sehingga dengan adanya adopsi IFRS
diharapkan akan lebih banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi. Perubahan
standar akan membuat laporan keuangan semakin baik sehingga laba yang
hasilkan dari laporan keuangan tersebut semakin berkualitas dan diharapkan
investor semakin memberikan respon terhadap perubahan tersebut dalam
menetapkan harga saham.
Earnings Response Coefficient (ERC)
Scott (2000) dalam Januar dan Suryono (2007) menyatakan bahwa ERC
mengukur seberapa besar return saham dalam merespon komponen kejutan dari
laba yang dilaporkan oleh perusahaan, dengan kata lain ERC menunjukkan
keinformatifan laba suatu perusahaan atau menunjukkan seberapa besar laba
mampu menerangkan variasi harga saham (return saham) sehingga ERC
merupakan koefisien sensitivitas laba akuntansi atau sensitivitas perubahan harga
saham tehadap perubahan laba akuntansi. Dengan demikian ERC juga merupakan
koefisien yang menunjukkan seberapa besar respon investor yang tercermin dalam
perubahan return saham terhadap informasi laba yang terdapat dalam laporan
keuangan.
Berdasarkan aspek empiris, Cho dan Jung (1991) mengklasifikasikan penelitian
ERC dalam dua kelompok, yaitu :
1. Penelitian tentang determinan ERC, penelitian ini biasanya mengukur ERC
sebagai suatu hubungan laba akuntasi dengan return saham menggunakan
jendela perioda panjang dengan fokus utama untuk mengidentifikasi
determinan atau faktor – faktor yang mempengaruhi ERC tanpa
mengaitkannya dengan peristiwa tertentu.
2. Penelitian tentang keinformatifan laba akuntansi atau kandungan informasi
laba akuntansi, penelitian ini diarahkan untuk menguji pengaruh suatu
peristiwa tertentu terhadap perubahan ERC dengan menggunakan jendela
dengan periode yang pendek.
Terdapat determinan – determinan yang terbukti secara empiris memengaruhi
Earnings Response Coefficient, dalam penelitian ini faktor – faktor tersebut
digunakan sebagai variabel kontrol, berikut penjelasan masing – masing faktor:
Struktur Modal
Struktur modal suatu perusahaan sangat beragam bergantung pada kebijakan
manajemen dengan mempertimbangkan sumber pendanaan yang paling efektif.
Perusahaan yang tingkat leverage-nya tinggi berarti memiliki hutang yang lebih
besar dibandingkan modal, dengan demikian jika terjadi peningkatan laba maka
yang diuntungkan adalah debtholders, sehingga semakin baik kondisi laba
perusahaan maka semakin negatif respon pemegang saham, karena pemegang
saham beranggapan bahwa laba tersebut hanya menguntungkan kreditur.
Dhaliwal, Lee dan Farger (1991) dalam Murwaningsari (2008), Setiati dan
Kusuma (2004), murwaningsari (2008) membuktikan bahwa struktur modal
(leverage) berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba (ERC).
Risiko Sistematik
Tinggi rendahnya risiko suatu perusahaan dapat diukur dengan menggunakan
estimasi nilai beta. Beta adalah salah satu proksi dari risiko yang merupakan suatu
pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio
terhadap return pasar. Dalam arti, beta merupakan pengukur risiko sistematik
(systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar
(Jogiyanto, 1998 dalam Yuarta, 2005). Collins dan Kothari, Easton dan Zmijewski
(1989) dalam Setiati dan Kusuma (2004), Setiati dan Kusuma (2004), Delvira dan
Nelvirita (2013) membuktikan bahwa risiko sistematik mempunyai hubungan
negatif dengan koefisien respon laba, semakin berisiko perusahaan (expected rate
of return) maka ERC akan rendah.
Ukuran perusahaan
Sedikitnya informasi yang dapat diperoleh di pasar membuat pasar kurang mampu
memprediksikan laba yang akan dilaporkan perusahaan kecil. Sehingga akibatnya,
laba perusahaan kecil mengandung kejutan laba yang lebih besar dibanding
perusahaan besar. Perusahaan besar dianggap mempunyai informasi yang lebih
banyak dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu, jika terdapat inovasi baru
maka inovasi tersebut besar pengaruhnya terhadap laba perusahaan berskala kecil
dibanding pada perusahaan besar. (Barth et al 1998, Collins dan Kothari, 1989)
dalam Naimah dan Utama (2006), Murwaningsari (2008) membuktikan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba (ERC).
Namun, hasil tersebut berlawanan dengan Chaney dan Jeter (1992) dalam Naimah
dan Utama (2006), Setiati dan Kusuma (2004), Naimah dan Utama (2006) yang
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara Earnings
Response Coefficient dan ukuran perusahaan.
Market to Book Value Ratio
Market to Book Value Ratio merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator
untuk mengukur kinerja saham melalui harga pasarnya Jika nilai Market To Book
Value Ratio semakin besar berarti pasar menilai ekuitas perusahaan lebih besar
dibanding nilai bukunya hal ini mengindikasikan bahwa pasar percaya akan
prospek perusahaan tersebut pada masa mendatang dan perusahaan diharapkan
memberikan manfaat yang tinggi terhadap investor di masa yang akan datang
sehingga implikasinya adalah harga saham perusahaan akan naik, demikian juga
sebaliknya. Collins dan Kothari (1989) dalam Murwaningsari (2008),
Murwaningsari (2008), Mulyani, Asyik dan Andayani (2007), membuktikan
bahwa Market to Book Ratio berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba
(ERC).
Studi Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan Adopsi IFRS dan Earnings
Response Coefficient dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil
1. Steve Lin,
William
Riccardi,
Changjiang
Wang
Does accounting quality
change following a switch
from U.S.
GAAP to IFRS? Evidence
from Germany
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan IFRS manajemen laba
meningkat, pengakuan kerugian lebih
tepat waktu, dan menurunnya
relevansi nilai yang diproksikan
(2012) dengan ERC dibandingkan US GAAP.
2. Arif
Darmawan
(2012)
Pengaruh Adopsi IFRS
terhadap
Earnings Response
Coefficient.
Adopsi IFRS dapat meningkatkan
kualitas informasi akuntansi dan
direspon secara positif oleh para
investor. Selain itu terbukti pula
bahwa informasi laba dinilai lebih
tinggi setelah adopsi IFRS
dibandingkan sebelum adopsi IFRS.
3. Ilha Refyal
dan Dwi
Martani
(2012)
Pengaruh Adopsi PSAK
24 terhadap Earnings
Response Coefficient
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan adanya adopsi revisi PSAK 24,
menyebabkan respon investor terhadap
pelaporan earnings meningkat.
4. Mohammad
Reza
Shoorvarzy
and
Masoomeh
Tuzandehja
ni (2011)
The Impact of Accounting
Standard Setting on
Earning Response
Coefficient (ERC):
Evidence from Iran
Studi ini mengkaji dampak dari
penetapan standar selama sepuluh
tahun terakhir pada ERC. ERC sebagai
proksi untuk penilaian kualitas laba.
Hasil penelitian menunjukkan
hubungan yang signifikan antara
penetapan standar akuntansi dengan
ERC .
5. André Kip
(2009)
The Effect Of Fair Value
Accounting on the
Earnings Response
Coefficient
Penelitian ini menunjukkan bahwa
akuntansi nilai wajar mempengaruhi
koefisien respon laba. Peningkatan
koefisien respon laba terlihat di
hampir semua industri tetapi sangat
besar bagi industri keuangan, asuransi
dan real estate. ERC yang lebih tinggi
akan menunjukkan informasi yang
lebih banyak kepada investor dan akan
dianggap bahwa laba lebih presisten.
6. Wiranda
Indahsari
(2008)
IFRS, Earnings Volatility,
And Earnings Response
Coefficient: An Empirical
Study Among European
Banks
Penelitian ini membuktikan bahwa
ERC atas laba berdasarkan IFRS
signifikan lebih kecil dibanding
dengan ERC atas laba berdasarkan
GAAP.
Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian yang menunjukkan hubungan antara variabel penelitian
dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Hipotesis (Regresi Berganda)
(+) Adopsi IFRS
Earnings Response
Coefficient Variabel Kontrol
1. Struktur modal (LEV),
2. Risiko Sistematik (RISK)
3. Ukuran perusahaan (SIZE)
4. Market to Book Value Ratio (MBV)
Hipotesis Penelitian
Pengaruh Adopsi IFRS terhadap Earnings Response Coefficient
Shoorvarzy dan Tuzandehjani (2011) mengkaji dampak dari penetapan standar
selama sepuluh tahun terakhir pada ERC sebagai kriteria proksi untuk penilaian
kualitas laba. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara
penetapan standar akuntansi dengan ERC . Kip (2009) menjelaskan bahwa
akuntansi nilai wajar mempengaruhi koefisien respon laba, peningkatan koefisien
respon laba terlihat di hampir semua industri tetapi sangat besar bagi industri
keuangan, asuransi dan real estate. ERC yang lebih tinggi akan menunjukkan
lebih banyak informasi kepada investor dan akan dianggap bahwa laba perusahaan
bersifat lebih presisten. Dan Armstrong et al. (2010) dalam Darmawan (2012)
menjelaskan bahwa pasar merespon positif atas peristiwa adopsi IFRS di Uni
Eropa, sebab pasar menilai dengan diadopsinya IFRS dapat meningkatkan kualitas
informasi akuntansi, dan menurunkan asimetri informasi.
Selain itu, Wardhani (2009) membuktikan bahwa berdasarkan dimensi tingkat
informasi dari laba, semakin konvergen GAAP lokal di suatu negara dengan IFRS
maka semakin tinggi tingkat respons laba yang dihasilkan oleh pelaporan
keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa laporan keuangan yang
dihasilkan memberikan nilai relevansi yang semakin tinggi. Sedangkan
berdasarkan penelitian Indahsari (2008) membuktikan bahwa ERC pada laba
berdasarkan IFRS signifikan lebih kecil dibanding dengan ERC pada laba
berdasarkan GAAP.
Berdasarkan penelitian Lin, Riccardi, dan Wang (2012) menjelaskan bahwa angka
akuntansi berdasarkan IFRS menunjukkan manajemen laba yang meningkat,
pengakuan kerugian lebih tepat waktu, dan menurunnya relevansi nilai yang
diproksikan dengan ERC dibandingkan dengan standar US GAAP sehingga secara
keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa standar US GAAP umumnya
menghasilkan kualitas akuntansi yang lebih tinggi dari penerapan IFRS.
Adopsi IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan direspon
secara positif oleh para investor. Selain itu terbukti pula bahwa informasi laba
dinilai lebih tinggi setelah adopsi IFRS dibandingkan sebelum adopsi IFRS dan
hasil ini terbukti untuk data gabungan (Uni Eropa dan Australia) dan data Uni
Eropa saja, namun tidak untuk data Australia (Darmawan, 2012). Selain itu
menurut Refyal dan Martani (2012) dengan adanya adopsi revisi standar akuntansi
keuangan, menyebabkan respon investor terhadap pelaporan earnings meningkat.
Perubahan standar merupakan informasi baru, dan diharapkan dengan diadopsinya
IFRS kualitas informasi akuntansi dapat meningkat sehingga akan direspon
investor dengan menetapkan harga berdasarkan informasi tersebut dimana dengan
adanya informasi baru dimungkinkan akan meningkatkan respon pasar.
Berdasarkan hal tersebut dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini
adalah :
Ha: Adopsi International Financial Reporting Standard berpengaruh positif
terhadap Earnings Response Coefficient
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar Bursa Efek
Indonesia . Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive random
sampling, adapun kriterianya sebagai berikut:
1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009 – 2012 dan
mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap.
2) Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan sesuai dengan Surat Edaran
PT BEJ No. SE-03/BEJ II-1/I/1994 selama tahun 2009 – 2012 dan tidak
delisting selama tahun penelitian tersebut.
3) Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tahunan yang berakhir pada
tanggal 31 Desember dan menggunakan mata uang rupiah selama tahun 2009
– 2012.
4) Perusahaan yang memiliki saldo laba positif selama tahun 2009 – 2010.
5) Perusahaan tidak mengalami peristiwa yang nilai ekonomisnya sulit
ditentukan dan dapat memengaruhi reaksi pasar, seperti merger, akuisisi, dan
pengambilalihan/ takeover.
Dengan menggunakan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka
diperoleh sebanyak 43 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria selama
tahun 2009 – 2012 dan memiliki data yang dibutuhkan penulis.
Data Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Sumber data
yang digunakan yaitu dari website http://finance.yahoo.com, Indonesian Capital
Market Directory (ICMD), web site BEI yaitu www.idx.co.id. Adapun jenis data
dalam penelitian ini adalah:
1. Return saham harian dan bulanan, dimana return saham harian untuk masing-
masing sampel penelitian selama periode jendela yaitu 5 hari sebelum sampai 5
hari sesudah tanggal publikasi laporan keuangan tahunan.
2. Data tanggal publikasi laporan keuangan perusahaan.
3. Harga penutupan saham gabungan (IHSG) harian dan bulanan untuk
menghitung return pasar selama periode jendela.
4. Data Earnings, total hutang, dan total aset.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi dan teknik studi
pustaka.
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Penelitian ini menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC) sebagai
variabel dependen. ERC dapat diukur dengan beberapa kali tahapan perhitungan.
Tahap pertama melakukan perhitungan cumulative abnormal return (CAR) dan
tahap yang kedua menghitung unexpected earnings (UE).
CAR (Cumulative Abnormal Return)
Cumulative Abnormal Return merupakan proksi dari harga saham atau reaksi
pasar. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data closing price
untuk saham dengan periode selama pelaporan.
Keterangan:
ARit = Abnormal return perusahaan i pada hari t
CARit(-5,+5) = Cumulative abnormal return perusahaan i pada waktu jendela
peristiwa (event window) pada hari t-5 sampai t+5
Return saham dan return pasar perusahaan dihitung dengan menggunakan waktu
pengamatan selama 11 hari perdagangan saham yaitu dari t-5 sampai dengan t+5,
tanggal untuk menentukan t0 adalah tanggal pada saat publikasi laporan keuangan
karena harga saham cenderung berfluktuasi pada beberapa hari sebelum dan
sesudah pengumuman laba.
Dalam penelitian ini abnormal return dihitung menggunakan model sesuaian
pasar, Soewardjono (2005). Abnormal Return diperoleh dari :
ARit = Rit - Rmt
Keterangan:
ARit = Abnormal return perusahaan i pada periode ke- t
Rit = Return perusahaan pada periode ke- t
Rmt = Return pasar pada periode ke- t
Untuk memperoleh data abnormal return tersebut, terlebih dahulu harus mencari
return saham harian dan return pasar harian.
1. Menghitung return saham harian dengan rumus:
Rit = (Pit – Pit-1)
Pit-1
Keterangan :
Rit = Return saham perusahaan i pada hari ke t
Pit = Harga penutupan saham i pada hari ke t
Pit-1 = Harga penutupan saham i pada hari ke t-1
2. Menghitung return pasar harian:
Rmt = (IHSGt – IHSGt-1)
IHSGt-1
Keterangan:
Rmt = Return pasar harian
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada hari t
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada hari t-1
UE (Unexpected Earnings)
Pengukuran Unexpected Earnings menggunakan model random walk (Suaryana,
2004 dalam Darmawan, 2012), yakni dengan rumus sebagai berikut:
UEit = AEit – AEit-1
AEit-1
Keterangan:
Ueit = Unexpected earning perusahaan i pada periode t
AEit = Laba setelah pajak perusahaan i pada periode t
AEit-1 = Laba setelah pajak perusahaan i pada periode t-1
Earnings response coefficient (ERC)
Merupakan koefisien (β) yang diperoleh dari regresi antara cummulative abnormal
return (CAR) dan unexpected earnings (UE) sebagaimana dinyatakan dalam
model empiris Arfan dan Antasari (2008), yaitu:
CAR = α + β (UE) + e
Keterangan:
CAR = Cumulative abnormal return
UE = Unexpected earnings
β = Koefisien hasil regresi (ERC)
e = Komponen error
Variabel Independen
Variabel independen penelitian ini yaitu adopsi IFRS. Pengukuran variabel ini
menggunakan variabel dummy yaitu 1 untuk periode adopsi IFRS tahun 2011 –
2012 karena pada tahun tersebut PSAK berbasis IFRS sudah mulai diterapkan
secara bertahap dan nilai 0 pada periode sebelum adopsi IFRS yaitu tahun 2009 –
2010.
Variabel Kontrol
Struktur Modal (LEV)
Variabel ini sesuai dengan Dhaliwal et al. (1991) dalam Darmawan (2012)
LEVit =
Keterangan:
Lev : Struktur Modal
TUit : Total utang perusahaan i pada tahun t
TAit : Total aset perusahaan i pada tahun t
Risiko Sistematik (RISK)
Risiko diukur menggunakan risiko sistematik (beta) dengan menggunakan market
model (Hartono, 2003) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rit = α i + βit Rmt + eit
Keterangan:
Rit : Return perusahaan i tahun t
Rmt : Return pasar pada perusahaan i tahun t
βit : Risiko sistematik (beta)
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan adalah variabel yang diukur dari log natural total asset
perusahaan (Collins dan Kothari, 1989) dalam (Darmawan, 2012).
SIZEit = Ln TAit
Keterangan:
Sizeit : Ukuran perusahaan
Ln TAit : Nilai logaritma natural dari total aktiva perusahaan i pada tahun t.
Market to Book Value Ratio
Market to Book Value Ratio dihitung degan rumus yang digunakan Collins dan
Kothari (1989) dalam Yuarta (2005):
Market to Book Ratio =
Keterangan:
Market to Book Ratio : Rasio nilai pasar ekuitas terhadap nilai bukunya
MVE : Closing price x jumlah saham beredar
BVE : Total ekuitas
Metode Analisis Data
Statistik deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata – rata, standar deviasi, maksimum, minimum
(Ghozali, 2011). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah
informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami.
Uji Regresi Linear
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistik
yaitu analisis regresi linear sederhana dan berganda menggunakan bantuan
program SPSS 17.0 for windows. Hasil penelitian berupa analisis statistik
deskriptif dan teknik pengujian hipotesis. Pengujian terhadap hipotesis pada
penelitian ini menggunakan persamaan regresi yang meregresikan variabel ERC
dengan variabel dummy (1 untuk tahun adopsi IFRS dan 0 untuk tahun tidak
adopsi IFRS) yang dikontrol dengan variabel struktur modal, risiko sistematik,
dan ukuran perusahaan. Adapun model pengujian pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
ERCit = α + β0IFRS + β1LEVit + β2RISK + β3SIZEit + β4MBVit e
Keterangan:
ERC : Earnings Response Coefficient i pada periode t
α : Konstanta
IFRS : Dummy variabel dimana 1 adalah periode penerapan IFRS dan 0
periode sebelum penerapan IFRS
LEVit : Struktur modal perusahaan i pada periode t
RISK : Risiko sistematik (beta) perusahaan i pada periode t
SIZEit : Ukuran Perusahaan i pada periode t
MBV : Market to Book Value Ratio perusahaan i pada periode t
β0, β1, β2, β3 : Koefisien regresi
e : Faktor lain yang mempengaruhi variabel Y
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah
memenuhi kriteria ekonometrika, dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang
cukup serius dari asumsi - asumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary
Least Square (OLS). Jika terdapat penyimpangan asumsi klasik atas model linier
yang diusulkan (negatif) maka hasil estimasi tidak dapat dipertanggungjawabkan
atau tidak reliable. Menurut Ghozali (2011), untuk mendeteksi adanya
penyimpangan asumsi klasik maka dilakukan uji normalitas, multikolonieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh
variabel independen (prediktor) terhadap perubahan variabel dependen. Dari sini
akan diketahui seberapa besar variabel dependen akan mampu dijelaskan oleh
variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di
luar model. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model, sehingga banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai
adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik (Ghozali, 2011).
Uji Kelayakan Model (Uji Signifikansi F)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi dapat menjelaskan
pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F (pengujian signifikansi secara
simultan). Langkah – langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah:
Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 : variabel independen secara bersama – sama tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Ha : variabel independen secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Dengan kriteria pengujian yaitu, jika signifikansi lebih besar dari α = 5% maka H0
ditolak, dan jika signifikansi lebih kecil dari α = 5% maka H0 diterima
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dan signifikansi dari masing – masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi dilakukan
dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat kesalahan
analisis (α) 5%. Dengan kriteria sebagai berikut, jika Sig. < 5% maka Ha diterima
dan jika Sig. > 5% maka Ha ditolak.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata – rata (mean), dan standar deviasi dari
masing – masing variabel penelitian. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan
nilai rata – rata (mean) dan standar deviasi antara variabel – variabel independen,
yaitu: IFRS, struktur modal, risiko sistematik, dan ukuran perusahaan terhadap
variabel dependen yaitu Earnings Response Coefficient (ERC).
Berdasarkan data deskripsi variabel penelitian yang disajikan dalam tabel jumlah
pengamatan pada perusahaan manufaktur dalam penelitian ini berjumlah 172,
yang terdiri dari 43 perusahaan dengan empat tahun pengamatan yaitu 2009 –
2012. Rata – rata (mean) variabel dependen (Earnings Response Coeficient)
selama tahun pengamatan pada perusahaan manufaktur adalah 0,0042 dengan
nilai minimum -2,46 dan nilai maksimum 2,65 serta standar deviasi 0,55374.
IFRS merupakan variabel dummy, nilai 0 digunakan untuk periode sebelum
adopsi IFRS dan nilai 1 digunakan untuk periode pengadopsian IFRS. 86 sampel
memperoleh angka 0 pada tahun 2009 – 2010 ketika penerapan IFRS belum
diberlakukan dan 86 sampel memperoleh angka 1 pada tahun 2011 – 2012 ketika
penerapan IFRS sudah diberlakukan. Sehingga nilai minimum variabel IFRS
adalah 0 dan nilai maksimum nya adalah 1 , adapun nilai rata – rata dari IFRS
yaitu 0,50 dengan standar deviasi 0,501. Rata – rata (mean) variabel kontrol
struktur modal (leverage) selama tahun pengamatan pada perusahaan manufaktur
adalah 0,3898 dengan nilai minimum 0,07 dan nilai maksimum 0,87 serta standar
deviasi 0,16098. Rata – rata (mean) variabel kontrol risiko sistematik selama
tahun pengamatan pada perusahaan manufaktur adalah 1,0051 dengan nilai
minimum -3,58 dan nilai maksimum 4,15 serta standar deviasi 0,92643. Rata –
rata (mean) variabel kontrol ukuran perusahaan (SIZE) selama tahun pengamatan
pada perusahaan manufaktur adalah 28,2605 dengan nilai minimum 24,97 dan
nilai maksimum 32,84 serta standar deviasi 1,67553. Rata – rata (mean) variabel
kontrol ukuran Market to Book Value Ratio (MBV) selama tahun pengamatan
pada perusahaan manufaktur adalah 1,8212 dengan nilai minimum 0,03 dan nilai
maksimum 7,02 serta standar deviasi 1,56727.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Data
Pengujian asumsi ini menggunakan uji Kolmogrov Smirnov dengan menggunakan
α 0,05. Uji statistik dengan Kolmogrov Smirnov dilakukan dengan membuat
hipotesis
Ho : apabila Asymp. Sig. > 0,05 maka Ho diterima, data berdistribusi normal
H1 : apanila Asymp. Sig. < 0,05 maka Ho ditolak, data tidak berdistribusi normal
Hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-
Smirnov berdasarkan data analisis statistik menunjukkan bahwa besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 0,737 denga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,648
(Sig. > 0,05). Hal ini berarti Ho diterima dan data residual berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen
masing – masing memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen pada model regresi tidak mempunyai
masalah multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Dari hasil uji autokorelasi diperoleh bahwa DW sebesar 1,943 dari jumlah sampel
(n) sebanyak 172 dan jumlah variabel independen (k) sebanyak 5 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,05. Berdasarkan data tersebut maka batas dL = 1,6912 dan
batas dU = 1,8107. Berdasarkan klasifikasi nilai interpretasi Durbin Watson, maka
dapat dilihat hasil uji autokorelasi dengan nilai Durbin Watson sebesar 1,943.
Nilai d berada pada daerah lebih dari 1,6912 dan kurang dari 2,1893. Hal ini
berarti bahwa hasil pengujian tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil output Uji Glejser tampak bahwa masing – masing variabel
memiliki nilai sig. > 0.05, yang berarti masing – masing tingkat signifikansi tidak
signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masing – masing variabel
independen yakni adopsi IFRS, struktur modal, risiko sistematik, ukuran
perusahaan Market to Book Value Ratio di dalam model regresi tersebut tidak
menunjukkan adanya gejala heteroskedasitas.
Koefisien Determinasi
Nilai Adjusted R2 yang diperoleh dari pengujian regresi yang telah dilakukan
sebesar 0,107 yang menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini
mampu menjelaskan variabel dependen Earnings Response Coefficient (ERC)
sebesar 10,7% sedangkan sisanya sebesar 89,3% dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini. Standar Error of
Estimates (SEE) sebesar 0,64330.
Signifikansi Model Regresi
Dari hasil uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 5,114 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi Earnings Response Coefficient atau
dapat dikatakan bahwa IFRS, leverage, risiko sistematik, ukuran perusahaan dan
Market to Book Value Ratio secara bersama – sama berpengaruh terhadap
Earnings Response Coefficient.
Regresi Linear Berganda
Tabel 4.9 Hasil Uji Reresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.505 .848 -4.135 .000
IFRS .210 .101 .154 2.076 .039
LEV -.865 .311 -.205 -2.781 .006
RISK -.020 .054 -.028 -.380 .704
SIZE .099 .030 .243 3.318 .001
MBV .028 .126 .017 .223 .824
a. Dependent Variable: ERC
Pengolahan data pada tabel 4.9 tersebut menghasilkan suatu model regresi
berganda yaitu sebagai berikut:
ERCit = -3,505 + 0,210 IFRS – 0,865 LEVit - 0,020 RISK + 0,099 SIZEit +
0,028 MBVit + e
Pengujian Hipotesis
Dari hasil perhitungan dan berdasarkan tabel 4.9 Secara statistik menunjukkan
bahwa variabel adopsi International Financial Reporting Standard memiliki
koefisien 0,210 dengan tingkat signifikansi 0,039 (p<0,05). Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa adopsi International Financial Reporting Standard
berpengaruh signifikan terhadap Earnings Response Coefficient. Hal ini berarti
hipotesis yang menyatakan bahwa adopsi International Financial Reporting
Standard berpengaruh signifikan positif terhadap Earnings Response Coefficient
terdukung. Hal tersebut berarti bahwa reaksi investor terhadap informasi laba
suatu perusahaan akan naik dengan adanya pengadopsian International Financial
Reporting Standard.
Pembahasan
Pengaruh Adopsi International Financial Reporting Standard terhadap
Earnings Response Coefficient.
Pengujian terhadap hipotesis bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari adopsi
International Financial Reporting Standard terhadap Earnings Response
Coefficient yang diperoleh dari regresi antara Cumulative Abnormal Return
(CAR) dan Unexpected Earnings (UE) pada perusahaan – perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI. Dapat dilihat pada tabel 4.9 diperoleh nilai signifikansi
0,039 yaitu nilainya lebih kecil dari tingkat signifikansinya 0,05, maka secara
statistik Ha didukung, yang artinya variabel adopsi International Financial
Reporting Standard berpengaruh signifikan terhadap Earnings Response
Coefficient. Selain itu dapat diketahui bahwa adopsi International Financial
Reporting Standard mempunyai koefisien yang positif terhadap Earnings
Response Coefficient yaitu 0,210. Hal tersebut berarti bahwa ketika perusahan
telah menerapkan adopsi International Financial Reporting Standard maka
respon investor terhadap informasi laba akan meningkat sebesar 0,210.
Adanya pengaruh positif antara adopsi International Financial Reporting
Standard terhadap Earnings Response Coefficient disebabkan oleh perilaku
investor yang menganggap bahwa informasi dalam laporan keuangan setelah
pengadopsian International Financial Reporting Standard menjadi lebih baik
terutama pada informasi laba yang menjadi lebih berkualitas sehingga para
investor kemudian menggunakan informasi tersebut dalam pengambilan
keputusan investasi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Darmawan (2012)
bahwa adopsi International Financial Reporting Standard dapat meningkat
kualitas informasi terutama informasi laba yang direspon secara positif oleh
investor.
Pengujian terhadap variabel kontrol struktur modal (leverage) terhadap Earnings
Response Coefficient pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
memperoleh nilai signifikansi 0,006 dan menunjukkan pengaruh negatif 0,865.
Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansinya 0,05, maka dapat
disimpulkan secara statistik bahwa variabel struktur modal berpengaruh negatif
signifikan terhadap Earnings Response Coefficient. Hasil analisis tersebut sesuai
dengan hasil penelitian Murwaningsari (2008) yaitu hasil penelitian menunjukkan
bahwa besar atau kecil struktur modal memengaruhi reaksi pasar atas suatu
informasi laba yang tercermin dalam Earnings Response Coefficient, yaitu jika
struktur modal mengalami kenaikan 1% maka hal tersebut akan menurunkan
reaksi investor terhadap informasi laba perusahaan sebesar 0,865. Hal tersebut
disebabkan karena perilaku investor yang cenderung berhati – hati dalam
mengambil keputusan berinvestasi.
Hasil pengujian variabel kontrol risiko sistematik terhadap Earnings Response
Coefficient memperoleh nilai signifikansi 0,704. Nilai signifikansi tersebut lebih
besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa
variabel risiko sistematik tidak berpengaruh terhadap Earnings Response
Coefficient. Hasil analisis tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Delvira dan
Nelvirita (2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya risiko
sistematik tidak memengaruhi reaksi investor atas informasi laba perusahaan yang
tercermin dalam Earnings Response Coefficient, hal ini disebabkan karena
investor indonesia lebih banyak mempertimbangkan isu yang sedang berkembang
dibandingkan informasi yang terkandung dalam laporan.
Hasil pengujian variabel kontrol ukuran perusahaan terhadap Earnings Response
Coefficient memperoleh nilai signifikansi 0,001 dan menunjukkan pengaruh
positif 0,099. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan tingkat
signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa variabel ukuran
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Earnings Response Coefficient
yaitu jika ukuran perusahaan mengalami kenaikan 1% maka hal tersebut akan
menaikkan reaksi investor terhadap informasi laba perusahaan sebesar 0,099.
Hasil analisis tersebut sesuai dengan hasil penelitian Naimah dan Utama (2006)
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan
mempengaruhi secara positif reaksi investor atas informasi laba perusahaan yang
tercermin dalam Earnings Response Coefficient. Informasi yang tersedia
sepanjang tahun pada perusahaan besar memungkinkan pelaku pasar untuk
menginterpretasikan informasi yang terdapat pada laporan keuangan dengan lebih
sempurna.
Hasil pengujian variabel kontrol Market to Book Value Ratio terhadap Earnings
Response Coefficient memperoleh nilai signifikansi 0,824. Nilai signifikansi
tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan secara
statistik bahwa variabel Market to Book Value Ratio tidak berpengaruh terhadap
Earnings Response Coefficient. Hasil analisis tersebut tidak sesuai dengan hasil
penelitian Murwaningsari (2008), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar
kecilnya Market to Book Value Ratio tidak memengaruhi reaksi investor atas
informasi laba perusahaan yang tercermin dalam Earnings Response Coefficient,
hal ini disebabkan karena investor hanya membeli saham dalam jangka waktu
yang pendek, hanya untuk diperjualbelikan dimana saham tersebut tidak ditahan
oleh investor dalam jangka waktu yang panjang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel independen yang diuji yaitu
International Financial Reporting Standard berupa variabel dummy
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earnings Response Coefficient.
Hal ini berarti bahwa respon investor terhadap informasi laba meningkat
dengan adanya pengadopsian International Financial Reporting Standard.
2. Hasil pengujian atas pengaruh variabel kontrol leverage, risiko sistematik,
ukuran perusahaan dan Market to Book Value Ratio terhadap Earnings
Response Coefficient menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif
signifikan terhadap Earnings Response Coefficient, sedangkan risiko sistematik
dan Market to Book Value Ratio tidak berpengaruh terhadap Earnings
Response Coefficient, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap Earnings Response Coefficient
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasab yaitu sebagai berikut:
1. Sampel penelitian yang digunakan hanya perusahaan – perusahaan manufaktur
yang menerbitkan laporan keuangannya secara berturut – turut selama empat
tahun yaitu tahun 2009 – 2012, sehingga sampel yang didapat kurang
menggambarkan populasi secara keseluruhan.
2. Masih banyak faktor – faktor lain yang dapat memengaruhi Earnings Response
Coefficient yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
3. Variabel independen adopsi International Financial Reporting Standard,
leverage, risiko sistematik, dan ukuran perusahaan belum dapat menjelaskan
variabel dependen Earnings Response Coefficient secara keseluruhan.
Sehingga, masih banyak variabel – variabel di luar model yang mungkin dapat
memengaruhi Earnings Response Coefficient.
Saran
Berdasarkan pada keterbasan penelitian, maka peneliti menyampaikan beberapa
saran yaitu:
1. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel penelitian dari berbagai
jenis perusahaan atau industri, karena dengan tidak terfokus pada satu jenis
perusahaan atau industri diharapkan dapat memeroleh Earnings Response
Coefficient yang mencerminkn reaksi pasar modal terhadap informasi laba
secara keseluruhan.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan memperpanjang periode amatan penelitiannya
sehingga diharapkan dapat memperoleh estimasi Earnings Response
Coefficient yang lebih baik selain itu adopsi IFRS ini masih baru berlaku di
Indonesia, kemungkinan belum sepenuhnya dapat diterapkan secara
keseluruhan dan efektif sehingga perlu memperpanjang periode amatan.
3. Peneliti selanjutnya dapat menambah atau mengganti variabel determinan
Earnings Response Coefficient serta menambah atau mengganti proksi dari
variabel – variabel yang digunakan dengan proksi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arfan, Muhammad dan Ira Antasari. 2008. Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, dan
Profitabilitas Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba pada Emiten
Manufaktur di BEJ. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Vol. 1 No. 1 Hal. 50
-64
Cahyati, Ari Dewi. 2011. Peluang Manajemen Laba Pasca Konvergensi IFRS:
Sebuah Tinjauan Teoritis dan Empiris. Jurnal Akuntansi Keuangan Vol.2
No.1 Hal. 1-7.
Cintokowati. 2011. “Teori Akuntansi: International Accounting”,
http://cintokowati.wordpress.com/2011/01/03/teori-akuntansi-international-
accounting/, diakses tanggal 30 November 2013.
Cho, J.Y and K. Jung. 1991. Earnings Response Coefficient: A Sythesis of Theory
and Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature. Vol.10 (1991)
Hal. 85-116.
Darmawan, Arif. 2012. Pengaruh Adopsi IFRS terhadap Earnings Response
Coefficient. Rangkuman Tesis, Program Magister Sains dan Doktor Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Unversitas Gadjah Mada.
Delvira, Maisil dan Nelvirita. 2013. Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage dan
Persistensi Laba terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). Journal
Warwick Research Archives, Vol. 1, No. 1 Hal 129 – 153.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IMB
SPSS19. Edisi Kelima. Semarang: BP UNDIP.
Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi 3,
Yogyakarta: BPFE
Indahsari, Wiranda. 2008. IFRS, Earnings Volatility, And Earnings Response
Coefficient: An Empirical Study Among European Banks. Master Thesis
Accountancy & Control, Faculteit Economie en Bedrijfskunde, University
of Amsterdam Business School
Indayani dan Dewi Mutia. 2013. Pengaruh Informasi Asimetri dan Voluntary
Disclosure terhadap Cost of Capital pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Reviu Akuntansi Keuangan Vol.3
No. 1,Hal. 373 – 392.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2002, Metodelogi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE
Januar, Eko dan Bambang Suryono. 2007. Pengaruh Perataan Laba terhadap
Respon Pasar dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Pemoderasi pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi,
Manajemen Bisnis dan Sektor Publik Vol. 3 No. 2 Hal. 169 – 190.
Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman –
Pengalaman, Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE
Kip, André. 2009. The Effect of Fair Value Accounting on the Earnings Response
Coefficient, Master Thesis. Master Accountancy Faculty Economics and
Business University of Amsterdam.
Lestari, Yona Octiani. 2011. Konvergensi International Financial Reporting
Standards (IFRS) dan Manajemen Laba di Indonesia. Jurnal Akuntansi El-
Muhasaba Vol.2 No.2 Hal 1-12.
Lin, Steve., Willian Riccardi dan Changjian. 2012. Does Accounting Quality
Change Following a Switch from U.S. GAAP to IFRS? Evidence from
Germany. Journal Accounting Public Policy 31 (2012) 641 – 657.
Mulyani, Sri dan Nur Fadjrih Asyik, Andayani. 2007, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Earnings Response Coefficient pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia
Vol. 11 No. 1, 35–45.
Murwaningsari, Etty. 2008. Pengujian Simultan Beberapa Faktor yang
Mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC). Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi XI Pontianak.
Naimah, Zahroh dan Siddharta Utama. 2006. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon
Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas, Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang.
Refyal , Ilha dan Dwi Martani. 2012. Pengaruh Adopsi PSAK No.24 Terhadap
Earnings Response Coefficient. Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 8 No.
2: 97-189.
Santy, Prima., Tawakkal, dan Grace T. Pontoh. Pengaruh Adopsi IFRS terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi Keuangan Universitas Hasanuddin Vol._, No._, Hal.___.
Scott, W.R. Financial Accounting Theory. 2009. Prentice_Hall Inc. Upper Saddle
River. New Jersey
Setiati, Fita dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Faktor – faktor yang mempengaruhi
koefisien respon laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh .
Simposium Nasional Akuntansi VII.
Shoorvarzy, Mohammad Reza dan Masoomeh Tuzandehjani. 2011. The Impact of
Accounting Standard Setting on Earning Response Coefficient (ERC):
Evidence from Iran. World Applied Sciences Journal 14 (9): 1369-1373.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ke
Tiga, Yogyakarta : BPFE
Wahyuningsih, Dwi Retno. 2007. Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan
Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Jakarta, Tesis, Universitas Diponegoro.
Wardhani, Ratna. 2009. Pengaruh Proteksi Bagi Investor, Konvergensi Standar
Akuntansi, Implementasi Corporate Governance, dan Kualitas Audit
terhadap Kualitas Laba: Analisis Lintas Negara di Asia. Disertasi, Fakultas
Ekonomi Program Pasca Sarjana Ilmu Akuntansi. UI.
Wirahardja, Roy Iman. 2010. Adopsi IAS 41 dalam Rangkaian Konvergensi IFRS
diIndonesia,http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/seminar_ias41/1-
Adopsi IAS 41 dalam Rangkaian Konvergensi IFRS di Indonesia- Roy Iman
W.pdf, diakses tanggal 15 Desember 2013.
Wolk et. al. 2004. Accounting Theory: A Conceptual Institusional Approach. Fifth
Edition. South-Western College Publishing.
www.finance.yahoo.com
www.idx.co.id
Yuarta, Firent. 2005. Pengaruh Praktik Perataan Laba terhadap Earnings Response
Coefficient : Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Listed di Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang.
Recommended