View
126
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISA VEGETASI
METODE KUARTER TITIK PUSAT
ELYA AGUSTINA (1210702021)
Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
ABSTRAK
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Pada praktikum kali ini menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuarter titik pusat. Praktikum ini dilaksanakan di Arboretum Universitas Padjadjaran Bandung, dimana tumbuhan yang dijumpai memiliki pohon, terna, semak yang tumbuh di darat (terrestrial) maupun di lahan basah atau berair (aquatik) yang ditujukan sebagai koleksi dan konservasi tumbuhan, terutama tumbuhan langka Jawa Barat. Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Dari hasil data ditemukan 20 pohon dengan 7 jenis pohon diantaranya kiacret, bihbul, waru, bintaro, sawo walanda, kinari, dan jambu air. Data yang telah diperoleh dari kegiatan pengukuran lapangan kemudian diolah dengan menggunakan formulasi metode kuarter titik pusat untuk menghitung besarnya kerapatan (individu/m2), dominansi dan frekuensi, serta indeks nilai penting (INP). Hasil tabulasi data menunjukan bahwa tumbuhan yang mendominasi pada kawasan arboretum yaitu kiacret (Spathodea campulata) dengan nilai INP tertinggi 132,64%. Sedangkan INP terendah didapat sebesar 12,3 % yaitu pada pohon bintaro dan jambu air.
Kata Kunci : analisis vegetasi, arboretum, metode kuartener titik pusat, INP (Indeks Nilai
Penting).
PENDAHULUAN
Arboretum Unpad merupakan salah satu institusi internal yang turut
mendukung proses belajar mengajar di kawasan kampus Unpad sesuai dengan
pola ilmiah pokok Universitas Padjadjaran, yaitu Bina Mulia Hukum dan
Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan Nasional. Arboretum seluas 12,5 ha,
terbagi ke dalam beberapa zona, diantaranya zona tanaman obat, tanaman langka,
tanaman jati diri, tanaman bahan bangunan daan zona budidaya. Arboretum
Universitas Padjadjaran (UNPAD) tidak hanya menanam pohon tetapi juga terna,
semak yang tumbuh di darat (terrestrial) maupun di lahan basah atau berair
(aquatik) yang ditujukan sebagai koleksi dan konservasi tumbuhan, terutama
tumbuhan langka Jawa Barat (MIPA UNPAD, 2010). Maka untuk mengetahui
keragaman tumbuhan serta jenis tumbuhan yang mendominasi pada arboretum
tersebut dilakukan analisis vegetasi. Sehingga dapat dilihat korelasi tumbuhan
terhadap kawasan kampus Unpad.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi duatu komunitas tumbuhan.
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan
langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta
identifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan
memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih
luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan
pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan
sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain.
Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak
positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi
vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan
mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi
tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi
dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam
suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau
areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang
keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan
vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan
(Greig-Smith, 1983).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
(Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu,
serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas
tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan
komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami
pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena
pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa
plot dan metode kwarter (Syafei, 1990). Akan tetapi dalam praktikum kali ini
hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuarter titik
pusat.
Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan
terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan
dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994).
Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh
garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu
tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan
garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei,
1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat memahami dan
mempraktekan metode kuarter titik pusat dengan baik di lapangan, serta
mendapatkan Nilai Indeks Penting (INP) dari setiap jenis tumbuhan yang
ditemukan.
METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum analisis vegetasi dengan metode kuarter titik pusat dilakukan pada hari
Selasa tanggal 24 April 2012 pada pukul 07.30 sampai 11.00 WIB di Arboretum
Universitas Padjadjaran Bandung.
Metode Umum
Metode yang digunakan yaitu metode kuarter titik pusat (point center of quarter
method): analisa vegetasi tumbuhan dengan mengukur diameter batang pohon
yang terdekat dengan titik pusat pengamatan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan pada praktikum ini adalah teknik survey yaitu dengan
mencari lokasi yang mewakili komposisi tumbuhan yang ada di suatu daerah,
sedangkan pengumpulan data digunakan metode kuarter. Seperti metode kuadran
titik pusat, dibuat dulu garis kompas. Pada titik pengamatan (pengukuran) dibuat
garis-garis kuadran. Dari tiap kuadran didaftarkan dan diukur satu pohon yang
terdekat dengan titik pengukuran dan diukur jaraknya masing-masing ke titik
pengukuran.
Alat dan Bahan
Alat bahan yang digunakan yaitu sebagai berikut: 1) patok, berfungsi untuk
menandai daerah pengamatan. 2) tali rapia, berfungsi untuk membatasi garis
transek. 3) kompas, berfungsi untuk menentukan arah garis transek. 4) meteran,
berfungsi untuk mengukur leber plot, panjang garis transek dan mengukur keliling
batang pohon. 5) alat tulis, berfungsi untuk mencatat data yang diperoleh.
Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Ditentukan terlebih dahulu daerah yang akan dijadikan objek pengamatan, lalu
dibidik arah tertentu dengan menggunakan kompas untuk membuat transek. Garis
transek dibuat sepanjang 100 meter untuk setiap kelompok kemudian ditentukan
titik pusat pengamatan (garis bayangan) tiap 20 meter. Kemudian ditentukan
pohon yang terdekat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan Arboretum Unpad
diketahui jarak yang telah ditentukan yaitu 100 m, dengan metode yang digunakan
yaitu metode kuarter titik pusat. Dimana metode ini terdapat 5 plot dan pada
masng-masing plot dibuat 4 kuadrat. Tumbuhan yang ada pada kuadrat tersebut
diidentifikasi serta diukur antara jarak dan diameter pohon. Pengambilan data
tumbuhan harus memenuhi ketentuan, apakah tumbuhan tersebut termasuk pohon,
pancang, tiang, atau semai. Akan tetapi pada praktikum dengan metode kuadrat
titik pusat ini difokuskan pengukuran terhadap katagori pohon dan tiang. Untuk
pohon dicirikan memiliki diameter batang lebih dari 20 cm, sedangkan tiang
memiliki diameter antara 10 – 19 cm.
Dalam melakukan analisis data tumbuhan, tumbuhan yang akan
diformulasikan ke dalam data adalah tumbuhan yang mendekati titik garis pusat.
Jenis tumbuhan yang terdapat pada kuadrat dilakukan pengukuran meliputi jarak
tumbuhan terhadap garis dan diameter tumbuhan di atas dada. Kemudian hasil
data tersebut ditabulasikan ke dalam tabel untuk diketahui nilai kerapatan,
dominansi dan frekuensi. Dari data tersebut dapat diperoleh INP, INP ini
digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau
dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis
dalam komunitas. Menurut Muller (1974), Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR),
dan Frekuensi Relatif (FR).
FM merupakan jumlah petak ukur ditemukannya suatu jenis pohon dibagi
jumlah total petak ukur yang dicacah. Ftotal adalah jumlah nilai frekuensi semua
jenis pohon. KM adalah jumlah individu suatu jenis dibagi luas total petak ukur,
sedangkan Ktotal adalah jumlah nilai kerapatan semua jenis pohon. DM
merupakan luas basal area suatu jenis dibagi luas total petak ukur. Menurut
Kusmana (1997), basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah
yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur
diameter batang. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Kerapatan dapat diartikan banyaknya (abudance) merupakan jumlah
individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir
atau dihitung. Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat,
kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat (Soerianegara,
dkk, 1982). Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas
terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola
penyebaran suatu jenis, apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal
ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan.
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran
jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai
indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi
secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah.
Dari hasil data ditemukan 20 pohon dengan 7 jenis pohon diantaranya
kiacret, bihbul, waru, bintaro, sawo walanda, kinari, dan jambu air. Data yang
telah diperoleh dari kegiatan pengukuran lapangan kemudian diolah dengan
menggunakan formulasi metode kuarter titik pusat untuk menghitung besarnya
kerapatan (individu/m2), dominansi dan frekuensi, serta indeks nilai penting (INP)
dari masing-masing jenis pohon sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Pohon Pada Tiap Kuadrat
Titik pusat
KuadratNama pohon
Jarak titik pusat ke pohon
(m)
Diameter pohon (cm)
Jari-jari pohon (cm)
Basal area (m2)
I
I Kiacret 7,4 53 26,5 0,22II Kiacret 9,12 27 13,5 0,05III Kiacret 5,3 20 10 0,03IV Bihbul 1,9 18 9 0,02
II
I Waru 6,45 65 32,5 0,03II Kiacret 4,65 75 37,5 0,04III Waru 9,15 28 14 0,06IV Waru 2,7 15 7,5 0,017
III
I Kiacret 5,95 75 37,5 0,44II Bintaro 6 21 10,5 0,03
IIISawo
walanda4,17 20 10 0,03
IV Kenari 4,75 22,5 11,25 0,03
IV
I Kenari 2,34 24 12 0,04II Bihbul 1,96 25,2 12,6 0,05
IIISawo
walanda6,15 18,5 9,25 0,026
IV Kenari 4,55 22,3 11,25 0,04
V
I Kiacret 6,89 37 18,5 0,1
IIJambu
air 1,71 21 10,5 0,03III Bihbul 2 24 12 0,045IV Kenari 10,6 22 11 0,03
Rata-rata 5,187 31,675 15,8425 0,0679
Tabel 2. Jumlah pohon tiap jenis dan rata-rata basal area
No Jenis pohonJumlah pohon
(buah)Rata-rata basal
area (m2)1 Kiacret 6 0,88/6 = 0,14
2 Bihbul 3 0,11/3 = 0,033 Waru 3 0,107/3 = 0,034 Bintaro 1 0,03/1 = 0,035 Sawo walanda 2 0,05/2 = 0,026 Kenari 4 0,14/4 = 0,037 Jambu air 1 0,03/1 = 0,03
Perhitungan :
Jarak rata-rata pohon = d 1+d2+d 3+…dn
jumlah po h on
= 103,7 m
20 = 5,187 m
Kerapatan seluruh jenis = luas area
( jarak po h on rata−rata)2
= 100 m
(5,187 m)2 = 3,717 m
Kerapatan mutlak (Km) = ∑ po hon suatu jenis
∑ po h on semua j enis× kerapatan seluru h jenis
1. Kiacret = 6
20×3,717 m2=¿ 1,115 ind/ m2
2. Bihbul = 3
20×3,717 m2=0,55 ind/ m2
3. Waru = 3
20×3,717 m2=0,55 ind/ m2
4. Bintaro =1
20×3,717 m2=0,18 ind/ m2
5. Sawo walanda ¿2
20×3,717 m2=0,37 ind/ m2
6. Kenari = 4
20×3,717 m2=0,74 ind/ m2
7. Jambu air = 1
20×3,717 m2=0,18 ind/ m2
Kerapatan relatif (Kr) = Km suatu jenis
∑ Kmsemua jenis× 100 %
1. Kiacret = 1,115 ind /m2
3,68 ind /m2 ×100 %=¿ 30,16 %
2. Bihbul = 0,55 ind /m2
3,68ind /m2 ×100 %=¿ 14,94 %
3. Waru = 0,55 ind /m2
3,68ind /m2 ×100 %=¿ 14,94 %
4. Bintaro = 0,18 ind /m2
3,68 ind /m2 ×100 %=¿ 4,89 %
5. Sawo walanda = 0,37 ind /m2
3,68 ind /m2 ×100 %=¿ 10,05 %
6. Kenari = 0,74 ind /m2
3,68 ind /m2 ×100 %=¿ 20,1 %
7. Jambu air = 0,18 ind /m2
3,68 ind /m2 ×100 %=¿ 4,89 %
Dominansi mutlak (Dm) = rata−ratabasal area × Km
1. Kiacret = 0,14 m2 x 1,115 ind/m2 = 0,15 ind/m2
2. Bihbul = 0,03 m2x 0,55 ind/m2= 0,01 ind/m2
3. Waru = 0,03 m2x 0,55 ind/m2 = 0,01 ind/m2
4. Bintaro = 0,03 m2x 0,18 ind/m2 = 0,005 ind/m2
5. Sawo walanda = 0,03 m2x 0,55 ind/m2 = 0,007 ind/m2
6. Kenari = 0,03 m2x 0,74 ind/m2 = 0,02 ind/m2
7. Jambu air = 0,03 m2 x 0,18 ind/m2= 0,005 ind/m2
Dominansi relatif (Dr) = Dm suatu jenis
∑ Dmsemua jenis×100 %
1. Kiacret = 0,15 ind /m2
0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 72,46 %
2. Bihbul = 0,01 ind /m2
0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 4,83 %
3. Waru = 0,01 ind /m2
0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 4,83 %
4. Bintaro = 0,005 ind /m2
0,207 ind /m2 ×100 %=¿2,41 %
5. Sawo walanda = 0,007 ind /m2
0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 3,38 %
6. Kenari = 0,02 ind /m2
0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 9,66 %
7. Jambu air = 0,005 ind /m2
0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 2,41 %
Frekuensi mutlak (Fm) = jumla hditemukannya suatu jenis pad a kuadrat
jumlah seluru h kuadrat
1. Kiacret = 6
20= 0,3 ind
2. Bihbul = 3
20= 0,15 ind
3. Waru = 3
20= 0,15 ind
4. Bintaro =1
20= 0,05 ind
5. Sawo walanda ¿ 220
= 0,1 ind
6. Kenari = 4
20= 0,2 ind
7. Jambu air = 1
20= 0,05 ind
Frekuensi relatif (Fr) = Fm suatu jenis
∑ Fmsemua jenis× 100 %
1. Kiacret = 0,31
× 100 %=¿ 30%
2. Bihbul = 0,15
1× 100 %=¿ 15%
3. Waru = 0,15
1× 100 %=¿ 15%
4. Bintaro = 0,05
1× 100 %=¿ 5%
5. Sawo walanda = 0,11
×100 %=¿ 10%
6. Kenari = 0,21
×100 %=¿ 20%
7. Jambu air = 0,05
1× 100 %=¿ 5%
INP (Index Nilai Penting) = Kr + Dr + Fr
1. Kiacret = 30,16 % + 72,46 % + 30 % = 132,62 %
2. Bihbul = 14,94 % + 4,83 % + 15 % = 34,77 %
3. Pohon Waru = 14,94 % + 4,83 % + 15 % = 34,77 %
4. Bintaro = 4,89 % + 2,41 % + 5 % = 12,3 %
5. Sawowalanda = 10,05 % + 3,38 % + 10 % = 23,43 %
6. Pohon Kenari = 20,1 % + 9,66 % + 20 % = 49,76 %
7. Pohon Jambu air = 4,89 % + 2,41 % + 5 % = 132,62 %
Tabel 3. Hasil perhitungan analis kualitatif vegetasi pohon di arboretum
NoNama Pohon
KmKr (%)
DmDr (%)
FmFr
(%)INP (%)
1 Kiacret 1,115 30,16 0,15 72,46 0,3 30 132,622 Kinari 0,74 20,1 0,02 9,66 0,2 20 49,763 Bihbul 0,55 14,94 0,01 4,83 0,15 15 34,774 Waru 0,55 14,94 0,01 4,83 0,15 15 34,77
5Sawo
walanda0,37 10,05 0,007 3,38 0,1 10 23,43
6 Bintaro 0,18 4,89 0,005 2,41 0,05 5 12,37 Jambu
air0,18 4,89 0,005 2,41 0,05 5 12,3
Berdasarkan data diatas kita dapat melihat hasil tabulasi data tumbuhan
yang mendominasi pada kawasan arboretum yaitu kiacret (Spathodea campulata)
dengan nilai INP tertinggi 132,64%. Nilai KR terbesar yaitu pada kiacret
diperoleh dengan nilai 30,16%, nilai ini menunjukkan bahwa kiacret (Spathodea
campulata) memiliki kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan spesies
yang lainnya. Sedangkan nilai DR yang diperoleh sebesar 72,46% %. Nilai ini
menunjukkan penutupan tajuknya besar. Begitu juga pada nilai FR, Kiacret
(Spathodea campulata) memiliki FR tertinggi yaitu sebesar 30%, nilai ini
menunjukkan bahwa kiacret (Spathodea campulata) memiliki kehadiran yang
tinggi di tiap plot dibandingkan dengan spesies yang lainnya dimana kiacret di
temukan di titik kuarter 1, 2, 3 dan 5.
Dominansi vegetasi tertinggi selanjutnya terlihat pada pohon kinari, akan
tetapi nilai INP kinari ini sangat jauh jika dibandingkan dengan INP kiacret begitu
juga pada tumbuhan lainnya. INP yang diperoleh kinari sebesar 49,76 %, hasil
data INP ini diperoleh dengan penjumlahan KR, DR, dan FR. Pada pohon bihbul
dan pohon waru memiliki KR, DR, dan FR yang sama atau sebanding sehingga
INP-nya pun sama yaitu sebesar 34,77%. Pada hasil pengukuran dan perhitungan
pohon sawo walanda diperoleh INP 23,43%. Sawo walanda ditemukan pada 2
plot yaitu pada kuadran 3 dan 4. Sedangkan INP terendah ada pada pohon bintaro
dan jambu air sebesar 12,3 %. Nilai ini menunjukan bahwa pohon bintaro dan
jambu air sedikit ditemukan pada kuadrat. Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa pohon
bintaro dan jambu air ditemukan hanya 1 pohon saja dari setiap kuadrat yang
dipelajari.
Dari hasil analisis vegetasi tumbuhan yang ada di kawasan arboretum
Unpad dapat diperoleh informasi kuntitatif tentang struktur dan komposisi
komunitas tumbuhan. Kiacret memiliki nilai keberadaan yang paling tinggi
menunjukan bahwa kiacret mampu hidup pada kondisi lingkungan tersebut.
Menurut Michael (1994), keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai
jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara
jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat
dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting.
Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena
keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil.
Selain itu, vegetasi tanah dan iklim sangat berhubungan erat dan pada tiap-
tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat
akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Vegetasi arboretum yang merupakan suatu kawasan yang
dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Jika ditinjau berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi
dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu: 1) pendugaan komposisi vegetasi dalam
suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau
areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda. 2) menduga tentang
keragaman jenis dalam suatu areal. 3) melakukan korelasi antara perbedaan
vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan
(Greig-Smith, 1983).
Akan tetapi pada pengamatan yang telah dilakukan di kawasan arboretum.
Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau
buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam
arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya penanaman
pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang akan
diciptakan. Ternyata bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran kanopi
tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kompetisi
antar species tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia) dalam
memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah.
Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka
daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah.
Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas
yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan
bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah,
dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq, et al, 1988).
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data tumbuhan di
kawasan Arboretum dengan panjang kuadrat titik pusat 100m, ditemukan 20
pohon dengan 7 jenis pohon diantaranya kiacret, bihbul, waru, bintaro, sawo
walanda, kinari, dan jambu air. tumbuhan mendominasi pada kawasan arboretum
yaitu kiacret (Spathodea campulata) dengan nilai INP tertinggi 132,64%. INP
yang diperoleh kinari sebesar 49,76 %, pohon bihbul dan pohon waru memiliki
KR, DR, dan FR yang sama atau sebanding sehingga INP-nya pun sama yaitu
sebesar 34,77%. Pada hasil pengukuran dan perhitungan pohon sawo walanda
diperoleh INP 23,43%. Sedangkan INP terendah ada pada pohon bintaro dan
jambu air sebesar 12,3 %. INP ini digunakan untuk menetapkan dominansi suatu
jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan
kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Dominansi keberadaan
tumbuhan tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9.
Oxford: Blackwell Scientific Publications
Kusman, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: penerbit Institut Teknologi
Bandung
Ludwig, J. A and J.F. Reynolds, 1988. Statistical ecology, primer on methods and
computing. John Willey & Sons. Singapore, 338 p.
Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
MIPA UNPAD, 2010. Sekilas Arboretum
< http://www.biologi.unpad.ac.id/?p=68> [Diakses Pada 11 Mei 2012]
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Malang: JICA.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Malang: JICA.
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya
dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati
Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Jurnal Ekologi. Bogor: Bagian
Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Soerianegara, Ishamet dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:
Laboratorium Ekologi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor .
Surasana, Eden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB\
Recommended