View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
22
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI AUDIT
GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL
ESTATE DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI
VARIABEL MODERATING YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2010-2015
TESIS
OLEH
NANCY MAYRISKI SIREGAR
147017090/AKUNTANSI
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
23
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI AUDIT
GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL
ESTATE DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI
VARIABEL MODERATING YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2010-2015
TESIS
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam
Program Studi Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara
OLEH
NANCY MAYRISKI SIREGAR
147017090/AKUNTANSI
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
24
Judul Penelitian: ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI OPINI AUDIT GOING
CONCERN PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN
REAL ESTATE DENGAN UKURAN
PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL
MODERATING YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2010 - 2015
Nama Mahasiswa : Nancy Mayriski Siregar
Nomor Pokok : 147017090
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
(Dr.Murni Daulay, M.Si) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si,Ak,CA)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS. MBA, CPA, CA) (Prof. Dr. Ramli, SE,MS)
Tanggal Lulus : 31 Oktober 2016
Universitas Sumatera Utara
25
Telah Diuji pada
Tanggal : 31 Oktober 2016
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si
Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak ,CA
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, CA
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA
4. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA
Universitas Sumatera Utara
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa tesis yang berjudul :
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern
Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai
Variabel Moderating Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2015”.
Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh
siapapun sebelumnya. Sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara benar dan jelas.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-
bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik
yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Medan, 31 Oktober 2016
Yang membuat pernyataan :
Nancy Mayriski Siregar
NIM : 147017090
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi diterimanya opini audit going concern pada
perusahaan property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta
untuk mengetahui dan menganalisis apakah ukuran perusahaan dapat memoderasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi diterimanya opini audit going concern.
Penelitian ini merupakan penelitian kausal dengan menggunakan data sekunder.
Populasi dalam penelitian berjumlah 50 perusahaan property & real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2015. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik sensus, dimana seluruh
populasi yang berjumlah 50 perusahaan dijadikan data dalam penelitian ini.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik
dan uji residual untuk variabel moderating. Hasil penelitian secara simultan
menunjukkan bahwa variabel kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan,
kepemilikan institusional, ukuran KAP dan pergantian auditor berpengaruh
signifikan terhadap opini audit going concern. Secara parsial variabel
pertumbuhan perusahaan dan pergantian auditor berpengaruh positif signifikan
terhadap opini audit going concern. Kondisi keuangan dan kepemilikan
institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going concern.
Sedangkan variabel ukuran KAP berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
opini audit going concern. Hasil uji residual menunjukkan variabel ukuran
perusahaan tidak mampu memoderasi hubungan kondisi keuangan, pertumbuhan
perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP dan pergantian auditor dengan
opini audit going concern.
Kata kunci : Opini Audit Going Concern, Kondisi Keuangan, Pertumbuhan
Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Ukuran KAP, Pergantian
Auditor, Ukuran Perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
iii
ABSTRACT
The objective of the research was to find out and to analyze some factors
which influence the acceptance of going concern audit opinion in property and
real estate companies listed in the Indonesian Stock Exchange and whether firm
size could moderate the factors which influenced the acceptance of going concern
audit opinion. The research used causal method with secondary data. The
population was 50 property and real estate companies listed in the Indonesian
Stock Exchange in the period of 2010-2015. The samples were taken by using
census technique in which the whole population was used as the samples. The
data were anayzed by using logistic regression analysis and residual test for
moderating variable.The result of the research showed that, simultaneously, the
variables of financial condition, firm growth, institutional ownership, KAP size,
and auditor switching had positive and significant influence on going concern
audit opinion. Partially, the variables of firm growth and auditor switching had
positive and significant influence on going concern audit opinion. Financial
condition and institutional ownership had negative but significant influence on
going concern audit opinion, while the variable of KAP size had positive but
insignificant influence on going concern audit opinion. The result of residual test
showed that the variables of firm size was incapable of moderating the correlation
of financial condition, firm size, institutional ownership, KAP size, and auditor
switching with going concern audit opinion.
Keywords: Going Concern Audit Opinion, Financial Condition, Firm Growth,
Institutional Ownership, KAP Size, Auditor Switching, Firm Size
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas segala limpahan
rahmad dan hidayah-Nya, sehingga penelitian tesis ini dapat diselesaikan. Tesis
ini merupakan ungkapan pemikiran, kajian dan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern pada Perusahaan
Property dan Real Estate dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel
Moderating yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2015”.
Tesis ini merupakan tugas akhir dan syarat mencapai gelar kesarjanaan
Strata dua pada Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi di Universitas Sumatera
Utara. Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas bantuan dan bimbingan yang telah
peneliti terima kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof Dr. Ramli, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, CA, selaku Ketua
Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si sebagai Ketua Komisi pembimbing yang telah
banyak membimbing dan memberi masukan kepada peneliti dalam menyusun
tesis.
Universitas Sumatera Utara
v
5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, CA selaku anggota pembimbing
yang telah banyak memberikan waktu bimbingan dan saran dalam
menyelesaikan penyusunan tesis ini.
6. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, CA selaku dosen
pembanding yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan kepada
peneliti sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.
7. Bapak Drs. Idhar yahya, MBA, Ak, CA selaku dosen pembanding yang telah
memberikan kritikan, saran dan masukan kepada peneliti sehingga mampu
menghasilkan tesis yang lebih baik.
8. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA selaku sekretaris Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara sekaligus dosen pembanding yang telah memberikan kritikan, saran dan
masukan kepada peneliti sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.
9. Segenap Bapak/Ibu dosen serta Staf Sekretariat Magister Universitas Sumatera
Utara umumnya, dan Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara pada khususnya, serta semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan tesis ini.
10. Teristimewa untuk kedua orangtua yang sangat peneliti cintai dan hormati
Effendi Siregar dan Tapi Masniari Hasibuan, serta adik tersayang Nabillah
Siregar, SH dan Nesha Ananta Siregar yang telah memberikan dorongan, do’a,
pengorbanan, didikan dan semangat yang sangat berarti serta kasih sayang
kepada peneliti selama menyelesaikan tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
vi
11. Sahabat terbaik peneliti, Desy Ira Sari Siregar SE, Indah Permata Sari SE,
Melisa Zuriani Hasibuan SE, M.Si, Leli Khairani SE, M.Si, Ak., Nur Aliah SE,
M.Si, Ak., Faathir Nurul Yasiin, Putra SE, M.Si, Ak, Mauliza SE, M.Si, Ak.
12. Rekan seperjuangan di Program Magister Akuntansi USU yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah mendukung sehingga peneliti dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
Akhirnya peneliti menyadari bahwa tesis ini masih banyak kelemahan dan
jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Oleh
karena itu peneliti membuka hati dan pikiran jernih untuk menerima masukan
berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menjadikan tesis ini lebih
baik lagi dan bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 31 Oktober 2016
Peneliti,
Nancy Mayriski Siregar
NIM : 147017090
Universitas Sumatera Utara
vii
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Nancy Mayriski Siregar SE, Ak., CA
Alamat : Jl. Prof A. Sofian No. 2 B, Medan
Tempat/tgl. Lahir : Gunung Bayu / 05 Agustus 1991
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Nama Ayah : Effendi Siregar
Nama Ibu : Tapi Masniari Hasibuan
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2014 - 2016 : Program Magister Akuntansi (S2) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara
Tahun 2014 : Program Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
Tahun 2009 - 2013 : Program Studi Akuntansi (S1) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara
Tahun 2006 - 2009 : Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Lubuk Pakam
Tahun 2003 - 2006 : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Gunung Bayu,
Simalungun
Tahun 1997 - 2003 : Sekolah Dasar (SD) Negeri 091681 Gunung Bayu,
Simalungun
PENGALAMAN KERJA
Tahun 2014 - 2015 : Kantor Akuntan Publik Erwin, Zikri, dan Togar
Tahun 2016 : Kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistyanto,
Dadang Dan Ali
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN……………………………………………… i
ABSTRAK ……………………………………………………………... ii
ABSTRACT ……………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………. iv
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………... viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………... xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ……………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………. 17
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………….. 18
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………… 19
1.5 Originalitas …………………………………………………... 19
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ………………………………………………. 21
2.1.1 Teori Keagenan …………………....……………………. 21
2.1.2 Opini Audit Going Concern ……………………….…… 25
2.1.3 Kondisi Keuangan …………………………………….... 30
2.1.4 Pertumbuhan Perusahaan ………………………………. 31
2.1.5 Kepemilikan Institusional …………………………….... 33
2.1.6 Ukuran KAP ………………….……………………..….. 35
2.1.7 Pergantian Auditor …………………..….………………. 36
2.1.8 Ukuran Perusahaan ………………..….…………….…. 38
2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoritical Mapping) …………... 40
BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep …………………………………………….. 49
3.2 Hipotesis Penelitian ………………………………………….. 53
Universitas Sumatera Utara
ix
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ………………………………………………. 54
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………… 54
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….……………………… 55
4.4 Metode Pengumpulan Data …………….…………………….. 57
4.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel …….. 57
4.5.1 Variabel Dependen………………………………….….. 57
4.5.2. Variabel Independen…………………………………… 58
4.5.3. Variabel Moderating…………………………………… 61
4.6 Teknik Analisis Data ………………………………………… 63
4.6.1 Uji Statistik Deskriptif…………..……..……………….. 64
4.6.2 Uji Regresi Logistik…………………………….…...... 64
4.6.2.1. Uji Multikolineritas………………………..…… 65
4.6.2.2. Menguji Keseluruhan Model…………….…… 65
4.6.2.3. Menguji Kelayakan Model Regresi………...… 65
4.6.2.4. Koefisien Determinasi…………….………….… 66
4.6.2.5. Matriks Klasifikasi……………..…………..… 66
4.6.3 Uji Hipotesis ………………………………………….… 67
4.6.3.1 Uji Regresi Simultan…………………………..… 67
4.6.3.2 Uji Regresi Parsial ……………………………… 67
4.6.4 Uji Regresi Moderating ………………………………… 68
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian……………. ………………………………… 69
5.1.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif…………..……………...... 69
5.1.2 Hasil Uji Regresi Logistik ……………...……………… 73
5.1.2.1 Uji Asumsi Multikolinearitas…..……………...... 73
5.1.2.2 Uji Model Fit…………………………......….….. 74
5.1.2.3 Uji Kelayakan Model Regresi ………………..…. 76
5.1.2.4 Uji Koefisien Determinasi ……………………..... 77
5.1.2.5 Uji Matriks Klasifikasi…..…….……………....... 78
5.1.3 Hasil Uji Hipotesis …….……………………………….. 80
5.1.3.1 Uji Signifikansi Model Secara Simultan………… 80
5.1.3.2 Uji Signifikansi Model Secara Parsial.…………... 80
5.1.4 Hasil Uji Regresi Moderating …….……………………. 83
5.2 Pembahasan….……………. ………………………………… 84
Universitas Sumatera Utara
x
5.2.1 Pengaruh Kondisi Keuangan Terhadap Opini Audit
Going Concern……………...……...……………… 84
5.2.2 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini
Audit Going Concern……………….....…………… 86
5.2.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Opini
Audit Going Concern………………………………. 87
5.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit
Going Concern……………….……………………. 89
5.2.5 Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Opini Audit Going
Concern………………………………………….... 91
5.2.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan Dalam Memoderasi
Opini Audit Going Concern…...………………….
92
BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan …………………………………………………... 93
6.2 Keterbatasan Penelitian………………………………………. 94
6.3 Saran …………………………………………………………. 94
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 95
LAMPIRAN…………………………………………………..………... 102
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Originalitas Penelitian………………………………………….. 20
2.1 Penelitian Terdahulu ……….………………….....……………. 46
4.1 Sampel Penelitian ….……….....……….....……………………. 56
4.2 Kriteria Titik Cut of Model Z Score …….....…………………... 59
4.3 Defenisi Operasional Variabel ………….....…………………... 62
5.1 Statistik Deskriptif Ukuran KAP ……………………….…....... 69
5.2 Statistik Deskriptif Pergantian Auditor……………..........…….. 70
5.3 Statistik Deskriptif Opini Audit Going Concern……..….…… 70
5.4 Statistik Deskriptif Opini Audit Going Concern dan Ukuran
KAP….…….…….………....................................................... 71
5.5 Statistik Deskriptif Opini Audit Going Concern dan Pergantian
Auditor….…….…….………...................................................... 71
5.6 Statistik Deskriptif …......…….…….……………………..…… 72
5.7 Matrik Korelasi …......…….…….…………………………...… 74
5.8 Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Awal) …......…….……….….. 75
5.9 Nilai -2 Log Llikelihood (-2 LL Akhir) ......…….…….………. 76
5.10 Hosmer and Lemeshow Test …......…….…….…......…………. 76
5.11 Perhitungan Chi-Square Tabel dengan Microsoft Excel .......…. 77
5.12 Uji Nagelkerke R Square .....…….…….…….…….....………… 78
5.13 Matriks Klasifikasi …......…….…….….....…......………….….. 79
5.14 UJi Signifikansi Model Regresi Secara Simultan .…….…….… 80
5.15 UJi Signifikansi Model Regresi Secara Parsial .……….………. 81
5.16 UJi Signifikansi Ukuran Perusahaan Dalam Memoderasi Opini
Audit Going Concern ……………………………....….………. 83
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konseptual…………………….……………….. 49
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Jadwal Kegiatan Penelitian……………………………….. 103
2 Data Variabel Peneltian……………………………...……. 104
3 Data Altman Z Score………………………………...……. 110
3 Hasil Uji Statistik Data Penelitian...………………………. 112
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam
menggambarkan kinerja suatu perusahaan khususnya perusahaan publik. Laporan
keuangan yang dibuat oleh manajemen harus relevan dan mencerminkan keadaan
yang sebenarnya dari perusahaan. Agar informasi dalam laporan keuangan dapat
diandalkan oleh para penggunanya, maka laporan keuangan yang telah diaudit
akan mempengaruhi pengambilan keputusan bagi para pemakai laporan keuangan
perusahaan, khususnya bagi investor yang akan menginvestasikan dananya ke
perusahaan. Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara
kepentingan investor sebagai pengguna laporan dan manajemen perusahaan
sebagai penyedia laporan dalam bentuk opini audit.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mensyaratkan perusahaan untuk
menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu, yakni paling lambat 4 bulan
setelah tahun buku berakhir. Tentunya hal tersebut menjadi salah satu
pertimbangan auditor untuk bekerja lebih profesional. Namun dengan adanya
masalah going concern auditor harus mengevaluasi kelangsungan usaha entitas
dan menilai rencana manajemen untuk mengurangi dampak negatifnya sehingga
diperlukan waktu yang lebih lama. Dalam pelaksanaan proses audit, auditor
dituntut tidak hanya melihat terbatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam
1
Universitas Sumatera Utara
2
laporan keuangan saja tetapi auditor juga harus mewaspadai hal-hal potensial
yang dapat mengganggu kelangsungan usaha suatu entitas.
Going concern (kelangsungan usaha) yaitu kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai satu periode atau satu tahun
kedepan. Jika perusahaan dinilai tidak mampu mempertahankan kelangsungan
hidup untuk satu tahun kedepan maka going concern perusahaan diragukan.
Dengan demikian, going concern diartikan sebagai kelangsungan hidup suatu
badan usaha (Petronela, 2004). Going concern disebut juga sebagai kontinuitas
akuntansi yang memperkirakan suatu bisnis akan terus berlanjut dalam waktu
tidak terbatas (Syahrul, 2000). Asumsi going concern berarti suatu usaha
dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu
panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek (Hani et. al.,
2003).
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor
independen, dimana auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka
waktu tidak lebih dari satu tahun setelah laporan keuangan diaudit, ia harus
mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak merugikan
dari kondisi atau peristiwa tersebut (IAI, 2011). Opini audit going concern
merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor meragukan
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan going concern sehingga
mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (bahasa penjelasan lain)
Universitas Sumatera Utara
3
dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor.
Auditor independen memiliki tanggung jawab menilai kewajaran laporan
keuangan dan memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan
mengenai kemampuan entitas atau perusahaan untuk melanjutkan usahanya
(going concern), (Hapsoro dan Aghasta, 2013). Informasi mengenai going
concern berguna bagi pengguna laporan keuangan yaitu investor untuk membuat
keputusan yang tepat dalam berinvestasi. Auditor bertanggungjawab untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan menyimpulkan apakah terdapat suatu
ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya Standar Audit (SA) 570, (IAPI, 2013). Auditor dapat
menerbitkan opini audit going concern jika terdapat keraguan yang besar terhadap
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.
Auditor dihadapkan pada dua kondisi dalam menerbitkan opini audit going
concern, yang pertama adalah auditor menerbitkan opini audit going concern
kepada perusahaan yang kemudian berhasil bertahan, dan yang kedua adalah
auditor tidak menerbitkan opini audit going concern kepada perusahaan yang
kemudian bangkrut. Kedua kondisi tersebut dapat merugikan auditor, klien, dan
pengguna laporan keuangan. Auditor akan berisiko kehilangan investor maupun
kreditor untuk mendapatkan sumber pendanaan sehingga dapat mempercepat
kegagalan perusahaan. Pada kondisi kedua, auditor akan menghadapi risiko
kehilangan reputasi, mendapat tuntutan hukum, regulasi yang lebih ketat, dan
Universitas Sumatera Utara
4
kemudian perusahaan tersebut bangkrut (Carcello dan Palmrose, 1994; Chaney
dan Philipich, 2002; dalam Hapsoro dan Aghasta, 2013)
Standar Audit (SA) 570 (IAPI, 2013) menyebutkan bahwa auditor
bertanggungjawab untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah
terdapat suatu ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor harus mempertimbangkan
apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang diindikasikan dapat menyebabkan
keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya di masa yang akan datang. Signifikan atau tidaknya
kondisi atau peristiwa tersebut akan sangat tergantung pada keadaan, dan
beberapa diantaranya mungkin hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-
sama dengan kondisi atau peristiwa lain. Standar Audit (SA) 570 (IAPI, 2013)
memberikan beberapa contoh kondisi dan peristiwa tersebut antara lain:
1. Keuangan:
a. Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih.
b. Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh temponya
tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau pelunasan; atau
pengandalan yang berlebihan pada pinjaman jangka pendek untuk
mendanai aset jangka panjang.
c. Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor.
d. Arus kas operasi yang negatif, yang diindikasikan oleh laporan keuangan
historis atau prospektif.
e. Rasio keuangan utama yang buruk.
f. Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam nilai
aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas.
g. Dividen yang sudah lama terutang atau yang tidak berkelanjutan.
h. Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo.
i. Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman.
j. Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit menjadi
transaksi tunai ketika pengiriman.
Universitas Sumatera Utara
5
k. Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk pengembangan
produk baru yang esensial atau investasi esensial lainnya.
2. Operasi:
a. Intensi manajemen untuk melikuidasi entitas atau untuk menghentikan
operasinya.
b. Hilangnya manajemen kunci tanpa pengggantian.
c. Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, waralaba, lisensi, atau
pemasok utama.
d. Kesulitan tenaga kerja.
e. Kekurangan penyediaan barang/bahan.
f. Munculnya kompetitor yang sangat berhasil.
3. Lain-lain:
a. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutori
lainnya.
b. Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat
mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat
dipenuhi oleh entitas.
c. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan
pemerintah yang diperkirakan akan memberikan dampak buruk bagi
entitas.
d. Kerusakan aset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak
diasuransikan atau kurang diasuransikan.
Dalam laporan keuangan tahunan, opini audit going concern diberikan
setelah paragraf pendapat. Laporan keuangan konsolidasi terlampir disusun
dengan anggapan bahwa perusahaan akan melanjutkan operasinya sebagai entitas
yang berkemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going
concern). Catatan atas laporan keuangan konsolidasi berisi pengungkapan dampak
kondisi ekonomi terhadap perusahaan serta tindakan yang ditempuh dan rencana
yang dibuat oleh menajemen untuk menghadap kondisi tersebut. Kondisi ekonomi
tersebut telah mempengaruhi kondisi sosial dan politik yang menyebabkan
sulitnya suatu entitas melakukan kegiatan usahanya sehingga, beban produksi
semakin meningkat dan penjualan terus mengalami penurunan. Hal tersebut
menyebabkan adanya ketidakpastian signifikan tentang kemampuan perusahaan
untuk melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan untuk dapat
Universitas Sumatera Utara
6
mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan akan dapat merealisasikan aset
serta menyelesaikan pembayaran kewajiban dalam bisnis normal dan pada nilai
yang dinyatakan dalam laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan
konsolidasi terlampir mencakup dampak kondisi ekonomi tersebut sepanjang hal
itu dapat ditentukan dan diperkirakan jumlahnya.
Auditor mempunyai tanggung jawab yang besar atas opini audit yang
dikeluarkannya. Laporan keuangan perusahaan diaudit berdasarkan situasi di
dalam perusahaan. Opini wajar dikeluarkan auditor bila keuangan disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta kondisi keuangan perusahaan
sedang tidak bermasalah. Selain opini wajar, auditor juga menginformasikan opini
going concern bila kondisi keuangan perusahaan tidak baik atau diragukan
kelangsungan usahanya.
Krisis keuangan yang melanda beberapa negara di Asia termasuk
Indonesia pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi kelangsungan hidup
entitas bisnis. Lingkungan resiko yang merupakan dampak memburuknya kondisi
ekonomi mengakibatkan makin meningkatnya opini qualified going concern dan
disclaimer untuk penugasan tahun 1998. Beberapa hal yang memicu masalah
going concern pada tahun tersebut umumnya adalah perusahaan-perusahaan
memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi, saldo hutang jangka pendek
dalam jumlah besar yang segera jatuh tempo, mengalami penurunan modal
(capital deficiency) yang signifikan, kerugian keuangan (financial Losses) yang
disebabkan karena kerugian nilai tukar, menanggung beban-beban keuangan,
kerugian operasional dan tidak adanya action plans yang jelas dari pihak
Universitas Sumatera Utara
7
manajemen (Juniarti, 2000). Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan
manajemen bahwa segala sesuatu itu baik. Penilaian going concern lebih
didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasinya dalam
jangka waktu 12 bulan kedepan. Untuk sampai pada kesimpulan apakah
perusahaan akan memiliki going concern atau tidak, auditor harus melakukan
evaluasi secara kritis terhadap rencana-rencana manajemen.
Di Indonesia, beberapa bank dilikuidasi setelah sebelumnya menerima
pendapat wajar tanpa pengecualian. Pada awal tahun 1990, Bank Suma
dilikuidasi. Selanjutnya terdapat 16 bank yang telah dilikuidasi pemerintah per 1
November 1997, Bank Prasidha Utama dan Bank Ratu dilikuidasi tahun 2000,
Unibank pada tahun 2001, Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali pada tahun 2004,
serta bank Global Internasional pada tahun 2005. Dalam peristiwa ini, laporan
audit yang dibuat oleh kantor akuntan publik (KAP) menyatakan bahwa kondisi
perbankan saat itu baik, tapi dalam kenyataannya buruk (Puji, 2007). Reputasi
KAP dipertaruhkan ketika opini yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Auditor harus memiliki keberanian untuk
mengungkapkan permasalahan mengenai kelangsungan hidup (going concern)
perusahaan klien. Permasalahan going concern seharusnya diberikan oleh auditor
dan dimasukkan dalam opini auditnya pada saat opini audit itu diberikan.
Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun-tahun belakangan ini
memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan perusahaan dalam menjalankan
usahanya untuk mendapatkan keuntungan yang besar membawa akibat serius bagi
masyarakat bisnis, yaitu pada kasus perusahaan Bakrie (Sibuea, 2014). Dalam
Universitas Sumatera Utara
8
kasus Bakrie yaitu Lembaga Analisis Independen, Kata Data mencatat, utang 10
perusahaan terafiliasi dengan Bakrie Brothers hingga kuartal 1 tahun 2012
mencapai Rp 21,4 triliun dengan utang jatuh tempo pada 2012 sebesar Rp 7,1
triliun. Direktur Eksekutif Kata Data, Metta Dharmasaputra mengungkapkan
Bakrie berisiko gagal bayar (default) atas utang-utangnya. Hal ini penurunan
tajam harga batubara dunia. Harga batubara merosot dari kisaran US$ 140 ton
pada awal 2011 menjadi di bawah US$ 90 per ton. “Aset tiga perusahaan Bakrie
(pemilik utang terbesar) Batubara,” ucapnya. Menurut Metta, Bakrie telah
beberapa kali menghadapi ancaman default. Pada 2011, Bakrie melakukan
pembayaran sebagian dari total utang senilai US$ 1,35 miliar. Bakrie menjual
separuh kepemilikan Bumi ke Borneo Lumbung Energi Metal.
(Sumber:www.tempo.com)
Pada perusahaan Property dan Real Estate di Indonesia yaitu Emiten milik
Group Bakrie PT. Bakrieland Development Tbk (ELTY) telah mendapat opini
audit going concern dalam kurun waktu 6 tahun periode 2010-2015. Hal ini
disebabkan PT. Bakrieland Development Tbk. (ELTY) membukukan rugi bersih
pada kuartal I/2015 sebesar Rp 150,88 miliar, menurun dari sebelumnya yang
masih meraih laba Rp. 177,12 miliar. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis
perseroan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (29/5/2015), disebutkan pendapatan
usaha bersih menurun menjadi Rp 320,21 miliar dari setahun sebelumnya
Rp.630,95 miliar. Emiten berkode saham ELTY tersebut mencatat beban pokok
penghasilan sebesar Rp. 170,39 miliar, lebih rendah dari sebelumnya Rp 411,07
miliar. Namun, laba kotor perseroan menurun menjadi Rp. 149,81 miliar dari
Universitas Sumatera Utara
9
Rp.219,87 miliar. Perseroan akhirnya membukukan rugi sebelum pajak sebesar
Rp. 31,79 miliar dari sebelumnya laba Rp. 88,31 miliar. Rugi periode berjalan
mencapai Rp. 41,91 miliar dari sebelumnya laba Rp. 69,93 miliar. Hingga 31
Maret 2015, total aset Bakrieland Development mencapai Rp. 14,43 triliun dari
akhir tahun lalu Rp. 14,5 triliun. Liabilitas Rp 6,97 triliun dari Rp. 6,89 triliun dan
ekuitas dari Rp. 7,61 triliun.
(http://market.bisnis.com/read/2010530/192/438718/kinerjaeltypendapatanturun-
tajam).
Krisis keuangan Amerika Serikat yang terjadi pada tahun 2008 adalah
krisis terparah sejak perang dunia kedua. Semuanya berawal dari kasus subprime
mortgage. Subprime mortgage adalah fasilitas kredit perumahan dengan syarat
ringan namun dengan bunga yang tinggi, dengan target masyarakat golongan
menengah ke bawah di Amerika Serikat. Subprime mortgage ini mirip dengan
skema Kredit Perumahan Rakyat atau KPR yang ada di Indonesia. Berbeda
dengan KPR Indonesia, subprime mortgage di Amerika Serikat kemudian di
sekuritisasi dan dijual kepada perusahaan-perusahaan investasi dalam jumlah yang
besar. Sekuritisasi ini kemudian semakin marak dengan diperdagangkannya
instrumen tersebut di pasar modal (Purba, 2009). Pada awal tahun 2008, banyak
subprime yang gagal bayar. Beberapa perusahaan raksasa yang melakukan
sekuritisasi subprime mortgage adalah Lehman Brothers, Merril Lynch, JP
Morgan, Goldman Sachc, Bear Stern’s, dan AIG (Purba, 2009). Lehman Brothers
kehilangan USD 14 milyar dalam 18 bulan sebelum kepailitannya karena banyak
bermain diinvestasi properti dan instrumen-instrumen terkait subprime mortgage.
Universitas Sumatera Utara
10
Lehman Brothers terbukti melakukan rekayasa keuangan untuk menyembunyikan
ketergantungan pada pinjaman. Kasus tersebut menyeret salah satu KAP (Big-
four) Ernst & Young yang saat itu menangani Lehman Brothers. Ernst & Young
dinyatakan lalai mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian bagi Lehman
sebelum terjadinya kebangkrutan, yang seharusnya memberikan early warning
dalam opini yang diberikannya tersebut. Dampak krisis global yang disebabkan
oleh kasus subprime mortgage bagi Indonesia adalah menurunnya minat investor
global untuk menambah investasinya di Indonesia. Walaupun pada tahun 2008
properti Indonesia tidak terpengaruh oleh kasus subprime mortgage. Tetapi pada
tahun 2013 pengamat memperkirakan laju properti Indonesia sama seperti laju
properti Amerika pada awal terjadinya kasus subprime mortgage
(www.tempo.co).
Menurut Purba (2009) asumsi going concern adalah salah satu asumsi
yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi. Asumsi
ini mengharuskan entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki
kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya atau going concern.
Ada dua penyebab munculnya opini going concern. Pertama, adanya
masalah self-fulfilling propechy yang mengakibatkan auditor enggan
mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa
opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan
yang bermasalah (Venuti, 2007). Meskipun demikian, opini going concern harus
diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan
perusahaan yang bermasalah. Kedua, tidak terdapatnya prosedur penentuan status
Universitas Sumatera Utara
11
going concern tidak terstruktur (Joanna, 1994). Bagaimanapun juga hampir tidak
ada panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan acuan
pemilihan tipe opini going concern yang harus dipilih (LaSalle dan Anandarajan,
1996) karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah
(Koh dan Tan, 1999). Mutcler et. al., (1997) menemukan bukti bahwa keputusan
opini going concern sebelum terjadinya kebangkrutan secara signifikan
berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan dan variabel lag laporan audit serta
informasi berlawanan yang ekstrim (contrary information) seperti default. Jika
default ini telah terjadi atau proses negosiasi tengah berlangsung dalam rangka
menghindari default selanjutnya, auditor mungkin cenderung untuk mengeluarkan
opini audit going concern.
Para pemakai laporan keuangan merasa yakin bahwa pengeluaran opini
going concern ini sebagai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Auditor harus
bertanggungjawab terhadap opini audit going concern yang dikeluarkannya,
karena akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan (Setiawan,
2006). Dengan adanya keraguan perusahaan untuk dapat melakukan kelangsungan
usahanya, maka auditor dapat memberikan opini going concern (opini
modifikasi). Opini ini merupakan bad news bagi pemakai laporan keuangan.
Masalah yang sering timbul adalah bahwa sangat sulit untuk memprediksi
kelangsungan hidup sebuah perusahaan, sehingga banyak auditor yang mengalami
dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern. Mutchler
(1985) kriteria perusahaan akan menerima opini going concern apabila
mempunyai masalah pada pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam
Universitas Sumatera Utara
12
membayar bunga, menerima opini going concern belum pernah dilaksanakan,
dalam proses likuidasi, modal yang negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi
negatif, modal kerja negatif, 2 sampai dengan 3 tahun berturut-turut rugi, laba
ditahan negatif.
Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahan
sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going
concern (Ramadhany, 2004). Menurut Mckeown et. al.,(1991) menyatakan bahwa
semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar
kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada
perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak pernah
mengeluarkan opini audit going concern.
Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan ekonomi
secara keseluruhan (Setyarno et. al., 2006). Perusahaan yang mempunyai
pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga
potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Petronela (2004)
mengemukakan bahwa perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan,
karena kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan
opini audit going concern. Perusahaan dengan negative growth mengindikasikan
kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan.
Pada perusahaan modern, kepemilikan perusahaan biasanya sangat
menyebar. Kegiatan operasi perusahaan sehari-hari dijalankan oleh manajer yang
biasanya tidak mempunyai saham kepemilikan yang besar. Secara teori, manajer
Universitas Sumatera Utara
13
merupakan agen atau wakil pemilik. Namun, pada kenyataannya mereka
mengendalikan perusahaan. Dengan demikan, konflik kepentingan antar pemilik
dapat terjadi. Hal in disebut “masalah keagenan”, yaitu divergensi kepentingan
yang timbul antara pemilik dan agennya (Widyastuti, 2004). Opini audit going
concern selain dipengaruhi informasi finansial dan kualitas auditor juga perlu
mempertimbangkan infomasi non finansial seperti karakteristik kepemilikan
perusahaan (institutional dan manajerial) dengan adanya kepemilikan tersebut
diharapkan keputusan yang diambil merupakan keputusan perusahaan. Dengan
demikian perusahaan akan terhindar dari potensi terjadinya kesulitan keuangan.
Semakin besar kepemilikan institusional dan manajerial maka semakin efisien
pemanfaatan keuangan perusahaan (Mulawarman, 2009).
Perusahaan property dan real estate merupakan salah satu sub sektor
industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri
property dan real estate begitu pesat, terbukti dengan semakin banyaknya jumlah
perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada tahun 1990-an jumlah perusahaan yang
terdaftar hanya sebanyak 22 perusahaan, namun memasuki tahun 2000-an hingga
tahun 2015 jumlah perusahaan terdaftar sebanyak 50 perusahaan
(sumber:http://www.sahamok.com).
Pada tanggal 22 Desember 2015 Pemerintah akhirnya merilis Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 103 Tahun 2015 tentang pemilikan rumah tempat tinggal
atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia. Namun demikian,
peraturan pemerintah baru ini tidak banyak berubah dibandingkan dengan
Peraturan Pemerintah sebelumnya (Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1996).
Universitas Sumatera Utara
14
Berdasarkan PP baru ini orang asing dapat memiliki rumah tempat tinggal atau
hunian sebagai berikut: (1) rumah tunggal di atas tanah dengan dikuasi
berdasarkan perjanjian pemberian hak pakai diatas hak milik dengan akta pejabat
pembuat akta tanah; (2) sarusun (satuan rumah susun) yang dibangun diatas
bidang tanah hak pakai. Berdasarkan PP ini rumah tunggal yang diberikan diatas
tanah hak pakai jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun. Hak pakai ini dapat
diperpanjang untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan selanjutnya 30 (tiga
puluh) tahun dan selanjutnya 30 (tiga puluh) tahun. Hanya sedikit perbedaan
antara Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1996 dan Peraturan Pemerintah
nomor 103 tahun 2015 ini yaitu (1) jangka waktu hak pakai yang lebih panjang,
PP baru memberi jangka waktu hak pakai selama 30 tahun, sedangkan PP lama
hanya 25 tahun. (2) pengaturan tentang warisan, PP lama tidak mengatur
kepemilikan setelah orang asing meninggal dunia, sedangkan PP baru
menjelaskan bahwa jika orang asing tersebut meninggal dunia maka rumah tempat
tinggal atau hunian sebagaimana dimaksud tempat tinggal atau hunian
sebagaimana dimaksud dapat diwariskan. Dengan syarat bahwa ahli waris ini
harus mempunyai izin tinggal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Namun, dibatasi hanya pada apartemen dengan harga di
atas Rp. 10 miliar.
(http://mandiri-institute.id/industry-update-2016/?upf=dl&id=1779).
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 106/PMK.010 tahun 2015,
Pemerintah mengatur bahwa properti yang dikenai PPnBM 20% adalah kelompok
hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen dan rumah mewah,
Universitas Sumatera Utara
15
kondominium, town house dan sejenisnya: (1) rumah dan town house dari jenis
nonstrata title dengan luas bangunan 350 m2 atau lebih. (2) Apartemen,
kondominum, town house dari jenis strata title dan sejenisnya dengan luas
bangunan 150 m2 atau lebih. Peraturan Ini memberikan kepastian hukum dan
kemudahan, bagi orang asing (investor) untuk mendapatkan tempat tinggal di
Indonesia.
Ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik) dianggap memiliki pengaruh opini
audit going concern. KAP dengan reputasi big four dianggap memiliki kualitas
audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non big four. Badera dan
Rudyawan (2009) dan Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa
reputasi KAP tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit
going concern. Junaidi dan Hartono (2010) dalam penelitiannya membuktikan
bahwa reputasi KAP memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap opini
audit going concern yang diberikan.
Dalam pergantian auditor, klien yang diaudit oleh KAP baru mungkin
lebih puas dengan beberapa pertimbangan. Pertama perusahaan cenderung untuk
mengganti auditor adalah bahwa mereka tidak puas dengan pelayanan yang
diberikan dari auditor sebelumnya atau mereka mempunyai beberapa jenis
perselisihan dengan auditor sebelumnya. Oleh karena itu, perusahaan mengganti
auditor dalam tiga tahun yang lalu dengan harapan akan mengalami suatu
peningkatan dalam kepuasan klien. Kedua perikatan audit yang baru, ada
ketidakyakinan manajemen klien terhadap kualitas pelayanan yang disediakan
dari KAP. Akibatnya, ada dorongan yang kuat dari KAP untuk memprioritaskan
Universitas Sumatera Utara
16
pelayanan klien dalam tahun-tahun pertama setelah memperoleh klien baru
(Craswell,1995). Klien-klien baru mungkin mendapatkan perhatian khusus, dan
mereka mungkin menikmati perspektif dan pandangan berbeda yang diberikan
oleh auditor.
Klien cenderung berpindah dari KAP Big four ke KAP non Big four untuk
mencari hasil auditor yang lebih baik. Klien yang berpotensi atau akan menerima
opini audit going concern atau opini audit modifikasi dimungkinkan akan mencari
auditor yang kualitasnya lebih rendah sehingga dapat memberikan opini yang
diinginkan oleh klien (Wahyuningsih dan Suryana, 2012).
Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan
opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai
bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang
dihadapinya daripada perusahaan kecil. Mutcler et. al., (1997) bahwa dalam
penelitian faktor-faktor yang berpengaruhi terhadap laporan audit pada
perusahaan yang gulung tikar. Bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara
ukuran perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern.
Permasalahan going concern merupakan hal yang penting untuk diketahui
dan diungkapkan dalam laporan auditor independen di laporan keuangan
perusahaan, agar pihak manajemen dapat mengambil tindakan yang tepat untuk
mempertahankan usahanya serta terhindar dari kebangkrutan. Untuk itu
pentingnya informasi tentang opini going concern ini mendorong peneliti untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit going
concern. Hasil penelitian terdahulu yang menghasilkan hasil yang berbeda-beda
Universitas Sumatera Utara
17
dan saran peneliti terdahulu kepada peneliti selanjutnya memberi alasan untuk
menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going
concern. Opini audit going concern yang berdampak munculnya opini negatif
para pengguna laporan keuangan terhadap perusahaan merupakan topik menarik
untuk dikaji. Faktor-faktor yang akan diuji dalam penelitian ini meliputi kondisi
keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP, dan
pergantian auditor serta ukuran perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai:
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern dengan
Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating pada perusahaan Property dan
Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015 ”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini akan
dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Apakah kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional,
ukuran KAP, dan pergantian auditor berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap opini audit going concern pada perusahaan property dan real estate di
Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015?
2. Apakah ukuran perusahaan dapat memoderasi hubungan antara kondisi
keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP, dan
pergantian auditor dengan opini audit going concern pada perusahaan property
dan real estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015?
Universitas Sumatera Utara
18
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan,
kepemilikan institusional, ukuran KAP dan pergantian auditor berpengaruh
secara simultan dan parsial terhadap opini audit going concern pada perusahaan
property dan real estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015?
2. Untuk mengetahui dan menganalisis ukuran perusahaan dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan antara kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan,
kepemilikan institusional, ukuran KAP dan pergantian auditor dengan opini audit
going concern pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia
tahun 2010-2015?
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti,
akuntan publik, akademisi dan peneliti selanjutnya. Manfaat penelitian dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat menambah pemahaman mengenai opini audit going concern
serta untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan mendalami minat dalam bidang
ilmu akuntansi keperilakuan yang telah didapat selama kuliah.
2. Bagi akuntan publik, diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang
bermanfaat mengenai opini audit going concern.
3. Bagi akademis dan peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi
bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya dan dapat memberikan
pengetahuan mengenai komitmen profesi akuntan publik, baik secara teori
maupun praktek.
Universitas Sumatera Utara
19
1.5 Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Januarti
(2009) dengan Judul “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,
Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian Indira Januarti adalah
1. Variabel Penelitian
Penelitian sebelumnya menggunakan variabel kondisi keuangan, debt default,
ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, audit lag, audit client
tenure, kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan
institusional. Sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan variabel
kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional,
ukuran KAP, pergantian auditor. Alasan penggantian variabel tersebut dalam
penelitian ini adalah untuk melihat variabel lain yang mempengaruhi opini
audit going concern yang lebih besar. Peneliti juga menambah variabel
moderating yaitu ukuran perusahaan untuk melihat apakah pengaruh variabel
tersebut memperkuat atau memperlemah opini audit going concern.
2. Tahun Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 sedangkan penelitian Indira Januarti
pada tahun 2009.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan publik pada perusahaan property
dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 sampai dengan 2015
Universitas Sumatera Utara
20
sedangkan penelitian Indira Januarti dilakukan pada perusahan manufaktur
yang terdaftar di BEI pada tahun 1997 sampai dengan 2006.
Tabel 1.2 Originalitas Penelitian
Peneliti Sebelumnya Penelitian Ini
1. Variabel independen yang
digunakan: kondisi keuangan, debt
default, ukuran perusahaan, opini
audit tahun sebelumnya, audit lag,
audit client tenure, kualitas audit,
opinion shopping, kepemilikan
manajerial dan institusional.
2. Tahun penelitian 2009.
3. Populasi penelitian adalah
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode tahun
1997-2006.
4. Tidak menggunakan variabel
moderating.
1. Variabel independen yang akan
digunakan: kondisi keuangan,
pertumbuhan perusahaan,
kepemilikan institusional,
ukuran KAP dan pergantian
auditor.
2. Tahun penelitian 2015.
3. Populasi penelitian adalah
perusahaan property & real
estate yang terdaftar di BEI
periode tahun 2010-2015.
4. Menggunakan ukuran
perusahaan sebagai variabel
moderating karena variabel ini
dapat menentukan kemungkinan
diterimanya opini audit going
concern.
Universitas Sumatera Utara
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori Agensi, Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan
keagenan sebagai suatu kontrak, dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta
pihak lain (agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal,
yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada
agen. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk
memaksimalkan utilitas mereka, maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan
selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi
agen, maka prinsipal merancang kontrak sedemikian rupa sehingga mampu
mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan.
Rahman dan Siregar (2012) Kontrak yang efisien merupakan kontrak yang
memenuhi dua asumsi yaitu sebagai berikut :
1. Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya, naiknya agen
maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama
sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan
untuk keuntungan dirinya sendiri.
2. Risiko yang diterima agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil,
yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan
dirinya sendiri.
21
Universitas Sumatera Utara
22
Eisenhardt (1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori
keagenan, yaitu: manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari risiko (risk
adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer akan
cenderung untuk bertindak oportunis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi,
dimana hal ini akan memicu terjadinya konflik keagenan sehingga diperlukan
peran pihak ketiga yang independen yaitu auditor untuk mengevaluasi
pertanggungjawaban keuangan manajemen dan memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Komalasari (2004) auditor merupakan pihak independen yang dibutuhkan
dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah
bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan.
Prinsipal mengharapkan auditor memberikan peringatan awal mengenai kondisi
keuangan perusahaan. Data-data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh
investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila laporan keuangan yang
mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah mendapat
pernyataan wajar dari auditor (Komalasari, 2004). Auditor bertugas untuk
memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan, dan
mengungkapkan permasalahan going concern yang dihadapi perusahaan apabila
auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
23
Penelitian tentang adanya tuntutan atas kualitas audit telah digambarkan
dengan menggunakan literatur agency dan contracting. Argumennya bahwa
semakin tinggi kos agensi (kos konflik), maka semakin besar tuntutan terhadap
kualitas audit yang lebih tinggi, baik itu oleh manajer maupun oleh pemegang
saham (Watts dan Zimmermann, 1986). Dalam literatur contracting disebutkan
bahwa akuntansi berperan penting dalam pembuatan kontrak dan melakukan
monitoring. Angka-angka akuntansi seringkali digunakan dalam kontrak-kontrak,
seperti kontrak utang, perencanaan kompensasi, dan lain-lain. Kontrak tersebut
seringkali juga memasukkan batasan-batasan yang harus dipatuhi oleh pihak-
pihak yang terkait dalam kontrak. Oleh karena itu, ada tuntutan untuk melakukan
perhitungan dan pelaporan angka-angka tersebut sebelum memulai kontrak.
Fungsi auditor dalam kasus ini adalah sebagai pihak yang memberikan
kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dihasilkan oleh
teknologi akuntansi auditee. Kemudian, angka-angka ini digunakan sebagai dasar
untuk pembuatan kontrak antara agen dan prinsipal (Defond,1992), (Francis dan
Wilson, 1988) dan (Palmrose, 1984). Auditing juga berperan penting dalam
memonitor kontrak. Auditor berfungsi melaporkan pelanggaran kontrak yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, seperti pelanggaran kontrak utang oleh
debitur. Selain itu, angka-angka earnings auditan digunakan juga dalam
perencanaan bonus.
Lebih lanjut contracting dan agency dapat diperluas untuk menjelaskan
audit brand name dan spesialisasi industry sebagai suatu fungsi peningkatan kos
agensi. Faktor industri yang luas diharapkan juga dapat mempengaruhi kos agensi.
Universitas Sumatera Utara
24
Karakteristik industri mungkin berpengaruh pada suatu perusahaan lebih besar
dibandingkan pada perusahaan lain. Adanya perbedaan ini membutuhkan keahlian
tertentu untuk bisa mendeteksi dengan lebih baik seberapa besar pengaruh
tersebut. Dengan demikian, kondisi ini menunjukkan adanya kebutuhan terhadap
spesialisasi auditor.
Setiawan (2006) dalam Prapitorini dan Januarti (2007) menyatakan bahwa,
dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator dalam hubungan
antara prinsipal dan agen pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku
manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal
(shareholder) dengan pihak manajer (agen) dalam mengelola keuangan
perusahaan. Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer melalui
sebuah sarana yaitu laporan tahunan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas
laporan keuangan tersebut mengenai kewajarannya. Selain itu, auditor juga harus
mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.
Jika akuntansi merupakan bagian penting dari proses kontrakan dan kos
agensi sesuai dengan jenis kontrak yang berbeda-beda, maka prosedur akuntansi
berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan kompensasi manajer. Berdasarkan
teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-interest maka
kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara
prinsipal dana gen, dalam hal ini adalah auditor independen teori keagenan
menyatakan bahwa konflik kepentingan antara agen dan prinsipal membutuhkan
adanya kehadiran pihak ketiga yang independen untuk menengahi konflik diantara
kedua pihak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
25
2.1.2 Opini Audit Going Concern
IAI (2011) menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh
auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan
arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, baik dalam hal
auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat
maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, dan harus menyatakan apakah
auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntansi Indonesia. Opini tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam
laporan auditor independen laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
dalam pelaporan tersebut auditor harus menyampaikan informasi penting yang
menurut auditor perlu diungkapkan.
Auditor dapat memilih opini audit yang akan dinyatakan atas laporan
keuangan auditan. Opini audit menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) adalah
pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan bahasa penjelasan (modified unqualified opinion), pendapat
wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse
opinion) dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion).
Auditor selain memberikan opini atas kewajaran suatu laporan keuangan, juga
memiliki tanggungjawab untuk mengevaluasi status going concern perusahaan
dalam setiap pekerjan auditnya.
Universitas Sumatera Utara
26
Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi dua, yaitu
masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi
ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi
yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang
meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas
operasi. Masalah-masalah keuangan banyak terjadi pada masa krisis yang terjadi
sekitar tahun 1997, yang menyebabkan banyak perusahaan menerima opini going
concern dan akhirnya collaps.
McKeown et al, (1991) berpendapat bahwa auditor mungkin saja gagal
untuk memberikan pendapat tentang adanya indikasi kebangkrutan kepada suatu
perusahaan yang ternyata mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun
mendatang. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut sedang berada dalam
posisi ambang batas antara kebangkrutan dengan kelangsungan usahanya (sebagai
contoh, sedang dalam proses restrukturisasi utang). Untuk menanggapi keadaan
dimana kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usaha
perlu dipertanyakan, Ikatan Akuntansi Indonesia (2011) dalam PSA No.30 (SA
Seksi 341) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini
auditor.
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor
untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya (IAI, 2011). Dalam laporan keuangan tahunan, opini going concern
diberikan setelah paragraf pendapat. Laporan keuangan konsolidasi terlampir
Universitas Sumatera Utara
27
disusun dengan anggapan bahwa perusahaan akan melanjutkan operasinya sebagai
entitas yang berkemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
(going concern). Catatan atas laporan keuangan konsolidasi berisi pengungkapan
dampak kondisi ekonomi terhadap perusahaan serta tindakan yang ditempuh dan
rencana yang dibuat oleh manajemen untuk menghadapi kondisi tersebut. Kondisi
ekonomi tersebut telah mempengaruhi kondisi sosial dan politik yang
menyebabkan sulitnya entitas melakukan kegiatan usahanya sehingga beban
produksi semakin meningkat dan penjualan terus mengalami penurunan. Hal
tersebut menyebabkan adanya ketidakpastian signifikan tentang kemampuan
perusahaan untuk melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan
untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan akan dapat
merealisasikan aset serta menyelesaikan pembayaran kewajiban dalam bisnis
normal dan pada nilai yang dinyatakan dalam laporan keuangan konsolidasi.
Laporan keuangan konsolidasi terlampir mencakup dampak kondisi ekonomi
tersebut sepanjang hal itu dapat ditentukan dan diperkirakan jumlahnya.
Dan et.al., (2013), SAS N0.59, Thee Auditor’s Consideration of an
Entity”s Ability to Continue as a Going Concern (AU 341), menyatakan bahwa
auditor memiliki keraguan yang mendalam atas kemampuan entitas untuk
melangsungkan usahanya sebagai perusahaan berlanjut atau “going concern”
selama periode waktu yang wajar. “Periode waktu yang wajar” didefenisikan
sebagai periode yang tidak melebihi satu tahun setelah tanggal neraca auditor.
Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang mendalam tentang
masalah kelangsungan usaha sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
28
1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil dari prosedur yang dilakukan
pada saaat merencanakan audit, mengumpulkan bukti, dan menyelesaikan
audit mengidentifikasi kondisi serta peristiwa yang apabila
dipertimbangkan secara menyeluruh, menunjukkan alasan adanya
keraguan yang mendalam mengenai kemapuan entitas untuk melanjutkan
usahanya selama periode yang wajar. Mungkin diperlakukan informasi
tambahan tentang kondisi dan peristiwa semacam itu, beserta bukti-bukti
yang sesuai untuk mendukung informasi yang dapat membantu
mengurangi keraguan auditor.
2. Apabila auditor memiliki keraguan yang mendalam tentang kemapuan
entitas untuk melanjutkan usaha, maka auditor harus (1) mendapatkan
informasi tentang rencana manajemen yang dimaksudkan untuk
mengurangi dampak dari kondisi atau peristiwa semacam itu dan (2)
menilai kemungkinan apakah rencana semacam itu dapat
diimplementasikan secara efektif.
3. Setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor menyimpulkan apakah
masih terdapat keraguan yang mendalam tentang kemampuan entitas
untuk melangsungkan usaha selama periode waktu wajar. Apabila
keraguan itu masih tetap ada, maka auditor harus (1) mempertimbangkan
kelayakan pengungkapan tentang kemungkinan ketidakmampuan entitas
untuk melanjutkan usaha selama periode waktu yang wajar dan (2)
memasukkan suatu paragraf penjelasan (setelah paragraf pendapat) dalam
laporan audit untuk mencerminkan kesimpulan tersebut. Apabila auditor
menyimpulkan bahwa tidak terdapat lagi keraguan yang mendalam, maka
dia harus memperkirakan kebutuhan pengungkapan situasi ini dalam
laporan keuangan entitas.
Dalam laporan audit yang mengandung paragraf penjelasan tentang
kelangsungan usaha pada paragraf pembukaan, ruang lingkup, dan pendapat tidak
diubah tetapi ada penambahan paragraf penjelasan yang mengandung frase
kelangsungan usaha (going concern) dan keraguan yang mendalam (substantial
doubt) untuk mengkomunikasikan dengan jelas bahayanya masalah tersebut.
Standar Audit (SA) (IAPI, 2013) panduan bagi auditor dalam
mempertimbangkan opini audit going concern dijelaskan sebagai berikut:
3. Jika auditor yakin bahwa terdapat keraguan signifikan atas kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor
harus menentukan apakah manajemen telah melakukan suatu penilaian
awal atas kondisi tersebut. Jika manajemen telah melakukan penilaian,
maka auditor harus mendiskusikannya terlebih dahulu bersama mereka.
Universitas Sumatera Utara
29
Kemudian menentukan apakah manajemen telah mengidentifikasi
peristiwa atau kondisi yang baik secara individual maupun kolektif dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor juga mengevaluasi
rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan dengan
penilaian kelangsungan usaha entitas dan kemudian menetapkan
kemugkinan apakah rencana tersebut dapat memperbaiki situasi dan dapat
dilaksanakan dengan efektif.
4. Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian, maka auditor meminta
manajemen untuk segera melakukan penilaian dengan periode penilaian
sekurang-kurangnya dua belas bulan dari tanggal laporan keuangan. Jika
manajemen tidak bersedia membuat atau memperluas penilaiannya, maka
auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau
opini tidak menyatakan pendapat.
5. Jika manajemen telah menggunakan asumsi kelangsungan usaha dengan
tepat, tetapi terdapat suatu ketidakpastian material, maka auditor
mempertimbangkan pengungkapan (berdasarkan pertimbangannya)
dengan kondisi sebagai berikut:
a. Jika auditor menilai pengungkapan yang dicantumkan dalam
laporan keuangan telah memadai, maka auditor menyatakan suatu
opini tanpa modifikasian dan mencantumkan suatu paragraf
penekanan suatu hal dalam laporan auditornya.
b. Jika auditor menilai pengungkapan yang dicantumkan dalam
laporan keuangan tidak memadai, maka auditor memberikan opini
wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar.
6. Jika penggunaan asumsi kelangsungan usahanya dalam laporan keuangan
oleh manajemen adalah tidak tepat, maka auditor harus menyatakan suatu
opini tidak wajar.
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor
mengenai laporan keuangan perusahaan klien yang diaudit dan terdapat
kesangsian bahwa perusahaan mengalami ketidakmampuan untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. Berdasarkan PSA No. 30 (SA seksi
341) dinyatakan informasi mengenai pedoman untuk mempertimbangkan
pernyataan pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat oleh auditor
dalam menghadapi masalah kesangsian atau kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidup.
Universitas Sumatera Utara
30
2.1.3 Kondisi Keuangan
Dewayanto (2011) menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan
adalah suatu tampilan secara utuh atas keuangan perusahaan selama periode atau
kurun waktu tertentu. Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan
perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan
masalah going concern (Ramadhany, 2004). Media yang dapat dipakai untuk
menilai kondisi keuangan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri atas
neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi
keuangan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan
perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Mc. Keown (1991) semakin
memburuk atau terganggu kondisi perusahaan maka akan semakin besar
kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya
perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, auditor tidak
pernah memberikan opini audit going concern.
Sartono (1997) analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan
yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan
dibidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa
lalu dan prospeknya di masa datang. Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui
kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio tersebut dapat
memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup memadai untuk
memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang cukup rasional, efisiensi
manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur
Universitas Sumatera Utara
31
modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham dapat dicapai.
Fanny dan Saputra (2005) menemukan bahwa penggunaan model prediksi
kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan
pemberian opini audit. Penelitian yang dilakukan oleh Setyarno et. al., (2006)
juga berhasil membuktikan bahwa model prediksi kebangkrutan Altman
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang terancam bangkrut berpeluang
mendapatkan opini audit going concern dari auditor. Sampai dengan saat ini, Z
score model ini masih lebih banyak digunakan oleh para peneliti, praktisi, serta
para akademis di bidang akuntansi dibandingkan model prediksi kebangkrutan
lainnya (Fanny dan Saputra, 2005).
2.1.4 Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar
kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan
mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi
perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai
deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Fabozzi (2000), pertumbuhan
penjualan merupakan perubahan penjualan pada laporan keuangan pertahun.
Pertumbuhan penjualan pada umumnya didasarkan pada pertumbuhan yang cepat
yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu beroperasi. Perusahaan dapat
Universitas Sumatera Utara
32
mencapai tingkat pertumbuhan diatas rata-rata dengan jalan meningkatkan pangsa
pasar dari permintaan industri keseluruhan. Pertumbuhan penjualan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba
perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau
tren keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan
perusahaan untuk tetap bertahan. Sementara perusahaan dengan rasio
pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba
sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan,
perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Perusahaan
yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan
bahwa perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan
yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberikan peluang perusahaan
untuk memperoleh laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan perusahaan
akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going
concern.
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya dimana dapat dilihat salah satunya dari
pertumbuhan penjualan, karena penjualan merupakan kegiatan operasi utama
perusahaan. Penjualan yang meningkat menunjukkan aktivitas operasional
perusahaan yang meningkatkan laba dan sebaliknya perusahaan dengan penjualan
yang menurun berpotensi menerima opini audit going concern (Setyarno et. Al,
2006).
Universitas Sumatera Utara
33
Perusahaan mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional
perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat
mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya. Sementara
perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar
mengalami penurunan laba sehingga manajemen perlu untuk mengambil tindakan
perbaikan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan
merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Penjualan perusahaan yang
meningkat dari tahun ke tahun memberi peluang perusahaan untuk memperoleh
peningkatan laba. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan
perusahaan akan semakin kecil kemungkinan auditor utuk menerbitkan opini audit
going concern (Setyarno et. al, 2006).
Laba yang tinggi pada umumnya menandakan arus kas yang tinggi
(Weston & Bringham, 1993). Petronela (2004) mengemukakan bahwa perusahaan
dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah
kebangkrutan sehingga perusahaan yang laba tidak akan mengalami
kebangkrutan. Karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor
untuk memberikan opini audit going concern.
2.1.5 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain (Gusti, 2013). Adanya kepemilikan oleh
institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahan investasi
Universitas Sumatera Utara
34
dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal (Ardianingsih dan Ardiyani, 2010).
Semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh institusional
ownership akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif
karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer (Ardianingsih dan
Ardiyani, 2010). Sehingga manajer tidak melakukan tindakan yang hanya
mementingkan dirinya sendiri. Dengan pengawasan yang lebih baik diharapkan
manajemen perusahaan akan lebih fokus dalam kinerja dan sudah merupakan
tanggungjawab manajemen untuk mengelola dengan baik dana yang telah
diinvestasikan kepada perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang baik dapat
meminimkan kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan.
Kepemilikan oleh institusional lain berarti kepemilikan saham oleh pihak
institusi lain. Ismayanti dan Hanafi (2003) dalam Lucky (2011) menyatakan
bahwa blackholder juga termasuk dalam kepemilikan oleh institus lain. Semakin
besar kepemilikan institusional akan meningkatkan efisiensi pemakaian aktiva
perusahaan. Dengan kepemilikan institusional diharapkan akan ada monitoring
keputusan manajemen, sehingga mengurangi potensi kebangkrutan. Pencegahan
dalam kebangkrutan akan berdampak terhadap tidak diterimanya opini audit going
concern .
Universitas Sumatera Utara
35
2.1.6 Ukuran KAP
Salah satu peran Kantor Akuntan Publik (KAP) pada perusahaan adalah
untuk memberikan jasa atestasi atas laporan keuangan perusahaan. Pemberian
opini oleh auditor atas laporan keuangan perusahaan meliputi kewajaran penyajian
laporan keuangan berdasarkan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Opini
yang dikeluarkan auditor akan menambah keyakinan pihak yang berkepentingan
atas informasi yang disajikan oleh perusahaan.
Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan
itu (Damayanti dan Sudarma, 2007). Expertise KAP merupakan salah satu atribut
dalam servis KAP besar (Mardiyah, 2002). Adanya faktor expertise itu akan
menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih
memilih KAP besar. Eichenseher dan Shields dalam Kartika (2006) menyatakan
fenomena bahwa persepsi expensive/mahalnya kantor akuntan akan menentukan
kesuksesan klien.
Telah diusulkan dalam literatur bahwa KAP yang lebih besar (Big 4)
biasanya dianggap lebih mampu mempertahankan tingkat independensi yang
memadai daripada rekan-rekan mereka yang lebih kecil karena mereka biasanya
menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam jumlah yang besar, sehingga
mengurangi ketergantungan mereka pada klien tertentu (Nasser et. al., 2006).
Selain itu, KAP yang lebih besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas
audit yang tinggi dan menikmati reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis dan
Universitas Sumatera Utara
36
karena itu, akan berusaha untuk mempertahankan independensi mereka untuk
menjaga kualitas mereka.
Terlebih lagi, KAP yang lebih besar juga dianggap lebih independen
daripada rekan-rekan mereka yang lebih kecil dalam menahan tekanan manajemen
pada saat terjadi perselisihan ketika mereka biasanya memiliki lebih banyak klien
dan mampu untuk menyerahkan sebagian dari klien mereka yang lebih sulit
(Chow dan Rice, 1982).
Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya KAP yang
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan
KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Ukuran KAP biasanya dikaitkan dengan
kualitas audit. Dengan demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan dengan KAP
kecil, KAP besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan
audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi.
Adapun auditor yang termasuk dalam kelompok The Big 4 yaitu (Saputri, 2012):
a. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Hans
Tuanakotta Mustofa & Rekan; Osman Ramli Satrio & Rekan; Osman Bing
Satrio & Rekan.
b. Ernst & Young (EY) yang berafiliasi dengan Prasetio Utomo & Co;
Prasetio, Sarwoko & Sandjaja; Purwantono, Sarwoko & Sandjaja.
c. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan
Siddharta Siddharta & Widjaja.
d. PricewaterhouseCoopers (PwC) yang berafiliasi dengan Hadi Sutanto&
rekan; Haryanto Sahari & Rekan; Tanudiredja Wibisana & Rekan.
2.1.7 Pergantian Auditor
Pemerintah Indonesia telah mengatur kewajiban rotasi auditor dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan republik Indonesia Nomor
17/PMK.01/2008 untuk menyempurnakan Keputusan Menteri Keuangan No.
Universitas Sumatera Utara
37
359/KMK.06/2003 dan No. 423/KMK.06/2002. Peraturan ini menyatakan bahwa
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat
dilakukan paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut oleh KAP yang
sama dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh auditor yang sama kepada satu klien
yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan boleh
menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa
audit umum atas laporan keuangan klien tersebut (pasal 3 ayat 2 dan 3).
Adanya peraturan mengenai pembatasan jangka waktu perikatan KAP
dengan kliennya belum menjamin suatu perusahaan tidak mengganti KAP
sebelum batas waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut. Pergantian KAP
yang disebabkan karena adanya peraturan disebut bersifat mandatory, dan
pergantian KAP karena adanya keinginan perusahaan tidak mengganti KAP
karena adanya keinginan perusahaan disebut bersifat voluntary.
Dalam pergantian auditor, klien yang diaudit oleh KAP baru mungkin
lebih puas dengan beberapa pertimbangan. Pertama perusahaan cenderung untuk
mengganti auditor adalah bahwa mereka tidak puas dengan pelayanan yang
diberikan dari auditor sebelumnya atau mereka mempunyai beberapa jenis
perselisihan dengan auditor sebelumnya. Oleh karena itu, perusahaan mengganti
auditor dalam tiga tahun yang lalu dengan harapan akan mengalami suatu
peningkatan dalam kepuasan klien. Kedua perikatan audit yang baru, ada
ketidakyakinan manajemen klien terhadap kualitas pelayanan yang disediakan
dari KAP. Akibatnya, ada dorongan yang kuat dari KAP untuk memprioritaskan
pelayanan klien dalam tahun-tahun pertama setelah memperoleh klien baru
Universitas Sumatera Utara
38
(Craswell,1995). Klien-klien baru mungkin mendapatkan perhatian khusus, dan
mereka mungkin menikmati perspektif dan pandangan yang berbeda yang
diberikan oleh auditor.
Pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan dapat disebabkan oleh
faktor yang berasal dari klien atau auditor. Mardiyah (2002) dua faktor yang
mempengaruhi perusahaan berganti KAP adalah faktor klien (client related
factors) yaitu kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership,
initial public offering (IPO) dan faktor auditor (auditor related factors) yaitu fee
audit dan kualitas audit.
Bukti teoritis mengenai pergantian auditor didasarkan pada teori agensi.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan masalah agensi disebabkan oleh adanya
konflik kepentingan dan informasi asimetri antara principle (pemegang saham dan
agen (manajemen), konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena
kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan prinsipal,
sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Dalam teori agensi, auditor
berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda
kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi
yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer).
2.1.8 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala atau nilai dimana perusahaan dapat
diklasifikasikan besar kecilnya berdasarkan total aktiva, log size, nilai saham, dan
lain sebagainya. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva,
Universitas Sumatera Utara
39
penjualan dan kapitalisasi pasar. Jika semakin besar total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasarnya maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga
variabel tersebut dapat digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena
dapat mewakili seberapa besar ukuran perusahaan tersebut, misalnya semakin
besar aktiva maka akan semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak
penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi
pasar maka akan semakin besar pula perusahaan itu dikenal dalam masyarakat.
Ukuran Perusahaan merupakan besarnya ukuran sebuah perusahaan yang
diukur berdasarkan total aset. Semakin besar total aset sebuah perusahaan
mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar dan sebaliknya.
Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini dihitung dengan melakukan
logaritma natural (Ln) atas total aset perusahaan (Nasser, et. Al., 2006).
Keputusan ketua Bapepam nomor Kep.11/PM/1997 menyebutkan perusahaan
kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang
memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar
adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Ukuran perusahaan dapat terlihat dari seberapa besar atau kecil usaha yang
dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan skala besar dan pertumbuhan yang
positif memberikan tanda bahwa semakin kecil kemungkinan perusahaan akan
bangkrut dan dianggap mampu mempertahankan kelangsungan usahanya (Januarti
dan Fitrinasari, 2008). Auditor lebih sering memberikan opini non going concern
kepada perusahaan yang memiliki ukuran besar. Hal ini terjadi karena perusahaan
Universitas Sumatera Utara
40
besar mempunyai manajemen yang lebih baik dalam mengelola perusahaan dan
lebih mampu menghadapi kondisi keuangan yang tidak stabil.
McKeown et. al. (1991) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak
menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil.
Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut,
sehingga auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern
pada perusahaan besar. Mutchler et. al., (1997) bahwa dalam penilitian faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung
tikar. Bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan
dengan penerimaan opini audit going concern.
2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoritical Mapping)
Penelitian mengenai opini audit going concern telah beberapa kali
dilakukan dan memiliki hasil yang berbeda-beda pula. Ramadhany (2004) dalam
penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi penerimaan
Opini Going Concern pada Perusahaan manufaktur yang Mengalami Financial
Distress di Bursa Efek Jakarta” yang menggunakan komisaris independen pada
komite audit, default hutang, kondisi keuangan, opini audit tahun sebelumnya,
ukuran perusahaan dan skala auditor sebagai variabel independen dan opini audit
going concern sebagai variabel dependen. Alat analisis penelitian ini
menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression). Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya variabel default hutang, kondisi keuangan dan opini
audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going
Universitas Sumatera Utara
41
concern dengan tingkat signifikansi 5% sedangkan variabel komite audit, ukuran
perusahaan, dan skala auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
opini going concern pada tingkat signifikansi 5%.
Fanny dan Saputra (2005) dalam penelitian yang berjudul “Opini Audit
going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan
perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek
Jakarta”) yang menggunakan model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan
perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik sebagai variabel independen dan
opini audit going concern sebagai variabel dependen. Alat analisis penelitian ini
menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression). Dari hasil penelitian
ini menunjukkan pertumbuhan perusahaan dan reputasi kantor akuntan publik
tidak mempengaruhi opini going concern, sedangkan model prediksi
kebangkrutan berpengaruh terhadap opini going concern.
Setyarno, Januarti dan Faisal (2006) dalam penelitian yang berjudul
“Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan perusahaan, Opini Audit tahun
Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”
yang menggunakan kualitas audit, kondisi keuangan, opini audit tahun
sebelumnya, pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen dan opini
audit going concern sebagai variabel dependen. Alat analisis penelitian ini
menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression). Dari hasil penelitian
ini menunjukkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi
opini going concern, sedangkan kondisi keuangan dan opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap opini going concern.
Universitas Sumatera Utara
42
Sentosa dan Wedari (2007) dalam penelitian yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan penerimaan Opini Audit
Going Concern” yang menggunakan kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan,
opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan
sebagai variabel independen dan opini audit going concern sebagai variabel
dependen. Alat analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik
(logistic regression). Dari hasil penelitian ini menunjukkan kualitas audit dan
pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi opini going concern, sedangkan
ukuran perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif
terhadap opini audit going concern. Opini auditor pada tahun sebelumnya
memiliki pengaruh yang positif terhadap opini going concern.
Januarti dan Fitrinasari (2008) dalam penelitian yang berjudul “Analisis
Rasio Keuangan dan Rasio non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam
memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 2000-2005)” yang
menggunakan rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage,
rasio pertumbuhan penjualan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP,
opini going concern tahun sebelumnya, auditor client tenure, audit lag sebagai
variabel independen dan opini audit going concern sebagai variabel dependen.
Alat analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik (logistic
regression). Hasil penelitian menunjukkan rasio likuiditas, opini audit going
concern tahun sebelumnya, dan audit lag berpengaruh signifikan terhadap opini
audit going concern, sedangkan rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage,
Universitas Sumatera Utara
43
rasio pertumbuhan penjualan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP,
dan audit client tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going
concern.
Januarti (2009) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan
dan Rasio non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini
Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEJ Tahun 2000-2005)” dengan menggunakan kondisi
keuangan , debt default, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, audit
lag , audit client tenure, kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan manajerial
dan institusional sebagai variabel independen dan opini audit going concern
sebagai variabel dependen. Alat analisis penelitian ini menggunakan analisis
multivariate dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression). Hasil
penelitian menunjukkan variabel default, in sales (size), lamanya perikatan (audit
client tenure), opini tahun sebelumnya (prior opinion) dan kualitas auditor
(specialization) berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern,
sedangkan variabel financial distress meskipun signifikan tetapi arah tandanya
berkebalikan dengan yang dihipotesakan. Audit lag, opinion shoping, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Mada (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance, Reputasi KAP, Debt Default dan Financial Distress Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern” dan menggunakan kepemilikan
terpusat, kepemilikan manajerial, komisaris independen, debt default, reputasi
Universitas Sumatera Utara
44
KAP, financial distress sebagai variabel independen dan opini audit going
concern sebagai variabel dependen. Alat analisis penelitian ini menggunakan
analisis regresi logistik (logistic regression). Hasil penelitain menunjukkan bahwa
kepemilikan terpusat, debt default dan financial distress berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan kepemilikan
manajerial, komisaris independen dan reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern.
Nurpratiwi (2014) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Faktor Komite Audit, Rasio Profitabilitas dan
Rasio Aktivitas Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern” dan
menggunakan ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, aktivitas komite audit, keahlian komite audit, rasio profitabilitas, rasio
aktivitas sebagai variabel independen dan opini audit going concern sebagai
variabel dependen. Alat analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi
logistik (logistic regression). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan penerimaan opini audit going concern, sedangkan kepemilikan
manajerial, aktivitas komite audit, keahlian komite audit, rasio profitabilitas, dan
rasio aktivitas menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern.
Pane (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh Auditor Switching,
Financial Distress, dan Debt Default terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
Universitas Sumatera Utara
45
dan menggunakan Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default
sebagai variabel independen dan Opini Audit Going Concern sebagai variabel
dependen. Alat analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik
(logistic regression). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt Default
berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern,
dan Auditor Switching, Financial Distres berpengaruh positif tidak signifikan
penerimaan opini audit going concern.
Irwansyah, Oktavianti, Hardiyanti (2015) dengan judul penelitian
“Pengaruh Faktor Keuangan dan Faktor Non Keuangan Terhadap Pengungkapan
Opini Audit Going Concern” dan menggunakan kondisi keuangan, ukuran
perusahaan, pertumbuhan laba, reputasi KAP, audit lag sebagai variabel
independen dan Opini Audit Going Concern sebagai variabel dependen. Alat
analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi keuangan berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern, dan ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, reputasi KAP, audit lag berpengaruh tidak signifikan
penerimaan opini audit going concern.
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
No Nama dan
Tahun
Penelitian
Judul Penelitian Variabel Penelitian
dan Alat Analisis Hasil Penelitian
1. Alexander
Ramadhany
(2004)
Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Penerimaan Opini
Going Concern pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Mengalami Financial
Distress di Bursa
Efek Jakarta.
Dependen: Opini
Audit Going Concern
Independen:
Komisaris Independen
pada Komite Audit,
Default Hutang,
Kondisi Keuangan,
Opini Audit Tahun
Sebelumnya, Ukuran
Perusahaan, dan Skala
Auditor.
Alat analisis: Analisis
Regresi Logistik.
Hasil penelitian
menunjukkan Kondisi
Keuangan, Debt Default,
dan Opini Audit
Sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap
Penerimaan Opini Audit
Going Concern. Sedangkan
Komite Audit, Ukuran
Perusahaan, Skala Auditor
tidak berpengaruh signifikan
terhadap Penerimaan Opini
Audit Going Concern.
2 Margaretta
Fanny dan
Sylvia
Saputra
(2005)
Opini Audit Going
Concern: Kajian
Berdasarkan Model
Prediksi
Kebangkrutan,
Pertumbuhan
perusahaan, dan
Reputasi Kantor
Akuntan Publik
(Studi Pada Emiten
Bursa Efek Jakarta.
Dependen: Opini
Audit Going Concern
Independen: model
prediksi kebangkrutan,
pertumbuhan
perusahaan, dan
reputasi kantor
akuntan publik.
Alat analisis: analisis
regresi logistik
(logistic regression).
Dari penelitian
menunjukkan pertumbuhan
perusahaan dan reputasi
kantor akuntan publik tidak
mempengaruhi opini audit
going concern, sedangkan
model prediksi
kebangkrutan berpengaruh
terhadap opini audit going
concern.
3. Eko Budi
Setyarno,
Indira
Januarti,
Faisal
(2006)
Pengaruh Kualitas
Audit, Kondisi
Keuangan
perusahaan, Opini
Audit tahun
Sebelumnya,
Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap
Opini Audit Going
Concern.
Dependen: Opini
Audit Going Concern
Independen: Kualitas
Audit, Kondisi
Keuangan perusahaan,
Opini Audit tahun
Sebelumnya,Pertum-
buhan Perusahaan Alat
analisis: Analisis
Regresi Logistik.
Dari penelitian
menunjukkan kualitas audit
dan pertumbuhan
perusahaan tidak
mempengaruhi opini going
concern, sedangkan kondisi
keuangan dan opini audit
tahun sebelumnya
berpengaruh terhadap opini
audit going concern.
4. Arga Fajar
Santosa dan
Linda
Kusumaning
Wedari
(2007)
Analisis Faktor yang
Mempengaruhi
Kecenderungan
Penerimaan Opini
Going Concern.
Dependen: Opini
Audit GCAO
Independen:
Likuiditas,Profitabiltas
, Aktivitas, Leverage,
Rasio Pertumbuhan
Penjualan, Rasio Nilai
Pasar, Ukuran
Perusahaan, Reputasi
KAP, Opini Going
Concern Tahun
Sebelumnya, Auditor
Client Tenure, Audit
Lag. Alat analisis:
Regresi Logistik.
Hasil penelitian
menunjukkan Kualitas
Audit dan Pertumbuhan
Perusahaan tidak
mempengaruhi Opini Going
Concern, sedangkan Ukuran
Perusahaan dan Kondisi
Keuangan Perusahaan
berpengaruh negatif
terhadap Opini Going
Concern. Opini Auditor
pada Tahun Sebelumnya
memiliki pengaruh yang
positif terhadap Opini
Going Concern.
Universitas Sumatera Utara
47
5. Indira
Januarti dan
Ella
Fitrinasari
(2008)
Analisis Rasio
Keuangan dan Rasio
non Keuangan yang
Mempengaruhi
Auditor Dalam
Memberikan Opini
Audit Going Concern
pada Auditee (Studi
Empiris pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ
Tahun 2000-2005).
Dependen: Opini
Audit GCAO
Independen:
Likuiditas,Profitabiltas
, Aktivitas, Leverage,
Rasio Pertumbuhan
Penjualan, Rasio Nilai
Pasar, Ukuran
Perusahaan, Reputasi
KAP, Opini Going
Concern Tahun
Sebelumnya, Auditor
Client Tenure, Audit
Lag.
Alat analisis: Analisis
Regresi Logistik.
Hasil penelitian
menunjukkan Rasio
Likuiditas, Opini Audit
Going Concern Tahun
Sebelumnya, dan Audit Lag
berpengaruh signifikan
terhadap Opini Audit Going
Concern. Sedangkan Rasio
Profitabilitas, Rasio
Aktivitas, Leverage, Rasio
Pertumbuhan Penjualan,
Rasio Nilai Pasar, Ukuran
Perusahaan, Reputasi KAP,
dan Audit Client Tenure
tidak berpengaruh signifikan
terhadap Opini Audit Going
Concern.
6. Indira
Januarti
(2009)
Analisis Pengaruh
Faktor Perusahaan,
Kualitas Auditor,
Kepemilikan
Perusahaan Terhadap
Penerimaan Opini
Audit Going Concern
(Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia).
Dependen: Opini
Audit Going Concern
Independen: Kondisi
Keuangan, Debt
Default, Ukuran
Perusahaan, Opini
Audit Tahun
Sebelumnya, Audit
Lag, Audit Client
Tenure, Kualitas
Audit, Opinion
Shopping,
Kepemilikan
Manajerial dan
Institusional.
Alat analisis: Analisis
Regresi Logistik.
Hasil Penelitian
Menunjukkan Variabel
Default, In Sales (Size),
Lamanya Perikatan (Audit
Client Tenure), Opini Tahun
Sebelumnya (Prior
Opinion) dan Kualitas
Auditor (Specialization)
berpengaruh Terhadap
Penerimaan Opini Audit
Going Concern, Sedangkan
Variabel Financial Distress
meskipun signifikan tetapi
arah tandanya berkebalikan
dengan yang dihipotesakan.
Audit Lag, Opinion
Shopping, Kepemilikan
Manajerial Dan
Kepemilikan Institusional
tidak berpengaruh terhadap
Penerimaan Opini Audit
Going Concern.
7. Brilina Elita
Mada (2013)
Pengaruh Mekanisme
Corporate
Governance,
Reputasi KAP, Debt
Default dan
Financial Distress
Terhadap Penerimaan
Opini Audit Going
Concern.
Dependen: Opini
Audit Going Concern
Independen:
Kepemilikan Terpusat,
Kepemilikan
Manajerial, Komisaris
Independen, Debt
Default, Reputasi
KAP, Financial
Distress.
Alat analisis: Analisis
Regresi Logistik.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
Kepemilikan Terpusat, Debt
Default dan Financial
Distress berpengaruh
signifikan Terhadap
Penerimaan Opini Audit
Going Concern, Sedangkan
Kepemilikan Manajerial,
Komisaris Independen dan
Reputasi KAP tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Penerimaan Opini
Audit Going Concern.
Universitas Sumatera Utara
48
8. Vidya
Nurpratiwi
(2014)
Analisis Pengaruh
Ukuran Perusahaan,
Struktur
Kepemilikan, Faktor
Komite Audit, Rasio
Profitabilitas Dan
Rasio Aktivitas
Terhadap Penerimaan
Opini Audit Going
Concern.
Dependen: Opini
Audit Going Concern
Independen: Ukuran
Perusahaan,
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial, Aktivitas
Komite Audit,
Keahlian Komite
Audit, Rasio
Profitabilitas, Rasio
Aktivitas
Alat analisis: Analisis
Regresi Logistik.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
Ukuran Perusahaan dan
Kepemilikan Institusional
berpengaruh signifikan
terhadap kecenderungan
Penerimaan Opini Audit
Going Concern, Sedangkan
Kepemilikan Manajerial,
Aktivitas Komite Audit,
Keahlian Komite Audit,
Rasio Profitabilitas, Dan
Rasio Aktivitas
menunjukkan hasil yang
tidak signifikan terhadap
Penerimaaan Opini Audit
Going Concern.
9. M. Arif
Rivan Pane
(2015)
Pengaruh Auditor
Switching, Financial
Distress, dan Debt
Default terhadap
Penerimaan Opini
Audit Going Concern
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Dependen: Opini
Audit Going Concern
Independen: Auditor
Switching, Financial
Distress, dan Debt
Default.
Alat analisis: Analisis
Regresi Logistik.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Debt
Default berpengaruh positif
signifikan terhadap
penerimaan opini audit
going concern, dan Auditor
Switching, Financial Distres
berpengaruh positif tidak
signifikan penerimaan opini
audit going concern.
10. Irwansyah,
Bramantika
Oktavianti,
Syarifah
Hardiyanti
(2015)
Pengaruh faktor
Keuangan dan Faktor
Non Keuangan
Terhadap
Pengungkapan Opini
Audit Going
Concern.
Dependen: Opini
Audit Going Concern
Independen: kondisi
keuangan, ukuran
perusahaan,
pertumbuhan laba,
reputasi KAP, audit
lag.
Alat analisis: Analisis
Regresi Logistik.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kondisi
keuangan berpengaruh
signifikan terhadap
penerimaan opini audit
going concern, dan ukuran
perusahaan. Pertumbuhan
perusahaan, reputasi KAP,
audit lag berpengaruh tidak
signifikan penerimaan opini
audit going concern.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dibangun untuk menunjukkan hubungan pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen. Melalui review terhadap
beberapa penelitian terdahulu mengenai opini audit going concern, terdapat
beberapa variabel yang mempengaruhi opini audit going concern. Adapun
kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan dibawah ini :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Kondisi Keuangan
(KK)
Pertumbuhan
Perusahaan (PP)
Opini Audit Going
Concern
(Y)
Kepemilikan
Institusional (KI)
Ukuran KAP
(KAP)
Pergantian Auditor
(PA) Ukuran Perusahaan
(UP)
49
Universitas Sumatera Utara
50
Dari kerangka konsep pada gambar 3.1 dapat dilihat bahwa ada 5 (lima) faktor
yang mempengaruhi opini audit going concern yaitu kondisi keuangan,
pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP dan pergantian
auditor, dan vairabel ukuran perusahaan sebagai variabel moderating.
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor
untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI, 2011). Laporan audit dengan
modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam
penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis.
Keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis dari berbagai sudut
pandang auditor. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi
ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan
kebutuhan likuidasi di masa yang akan datang.
Kondisi keuangan mencerminkan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajibannya yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat dan pelunasan bunga
pinjaman kepada kreditur (Purba, 2009). Perusahaan yang kondisi keuangannya
baik maka auditor cenderung untuk tidak mengeluarkan opini audit going
concern, sebaliknya jika perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan dalam
melanjutkan kelangsungan usahanya maka auditor akan mengeluarkan opini audit
going concern.
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya dimana dapat dilihat salah satunya dari
pertumbuhan penjualan, karena penjualan merupakan kegiatan operasi utama
Universitas Sumatera Utara
51
perusahaan. Penjualan yang meningkat menunjukkan aktivitas operasional
perusahaan yang meningkatkan laba dan sebaliknya perusahaan dengan penjualan
yang menurun berpotensi menerima opini audit going concern (Setyarno et. al.,
2006). Pertumbuhan aset perusahaan menunjukkan pertumbuhan kekuatan
perusahaan dalam industri dan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan dengan negative growth
mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan
cenderung akan menerima opini audit going concern. Sebaliknya perusahaan
dengan positive growth mengindikasikan diterimanya opini audit going concern
semakin kecil.
Kepemilikan institusional diharapkan akan meningkatkan efisiensi
pemakaian aktiva perusahaan. Kepemilikan institusional diharapkan dapat
melakukan monitoring terhadap keputusan manajemen, sehingga mengurangi
potensi kebangkrutan. Hal ini sebagai pencegahan dalam tidak diterimanya opini
audit going concern yang diberikan oleh auditor. Semakin kecil persentase saham
yang dimiliki oleh kepemilikan institusional akan menyebabkan pengawasan yang
dilakukan menjadi kurang efektif karena tidak dapat mengendalikan perilaku
oportunistik manajer sehingga semakin besar kemungkinan diterimanya opini
audit going concern. Sebaliknya apabila semakin besar persentasi saham yang
dimiliki kepemilikan institusional maka makin kecil pula diterimanya opini audit
going concern.
Ukuran KAP yang lebih besar (KAP Big-4) biasanya dianggap lebih
mampu mempertahankan tingkat independensi yang memadai daripada rekan-
Universitas Sumatera Utara
52
rekan mereka yang lebih kecil karena mereka biasanya menyediakan berbagai
layanan untuk klien dalam jumlah yang besar, sehingga mengurangi
ketergantungan mereka pada klien tertentu (Nasser et. al., 2006). Selain itu, KAP
yang lebih besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi
dan menikmati reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis dan karena itu, akan
berusaha untuk mempertahankan independensi mereka untuk menjaga kualitas
mereka dalam memberikan opini audit kepada perusahaan.
Pergantian auditor merupakan perpindahan KAP yang dilakukan
perusahaan klien. Kadir dalam Damayanti dan Sudarma (2008) mengemukakan
dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengapa perusahaan berpindah KAP
yaitu perspektif auditor dan perspektif perusahaan. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah opini audit. Semakin tinggi
tingkat pergantian auditor suatu perusahaan, maka kualitas audit cenderung
menurun sehingga semakin besar pula perusahaan mendapatkan opini audit going
concern.
Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan
modifikasi opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Penerimaan
opini audit going concern tidak akan diberikan pada perusahaan kecil. Hal ini
dikarenakan auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat
menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada
perusahaan yang lebih kecil.
Universitas Sumatera Utara
53
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dikembangkan dari telaahan teoritis dan
penelitian terdahulu sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan
yang memerlukan pengujian secara empiris. Dengan demikian dikemukakan
hipotesis yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu :
1. Kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional,
ukuran KAP, pergantian auditor berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap opini audit going concern pada perusahaan property dan real
estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015.
2. Ukuran perusahaan dapat memoderasi hubungan antara kondisi keuangan,
pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP,
pergantian auditor dengan opini audit going concern pada perusahaan
property dan real estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015.
Universitas Sumatera Utara
54
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dengan model replikasi dari
penelitian sebelumnya untuk menjawab masalah dan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan. Dari jenis data yang digunakan penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif, metode penelitian kuantitatif ditujukan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan
membangun hipotesis terlebih dahulu yang kemudian akan diukur dengan alat
statistik. Penelitian ini menggunakan metode observasi terhadap data yang akan
digunakan. Dimensi waktu yang digunakan adalah time series yang datanya
diambil dari data keuangan beberapa tahun.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan property dan real estate yang
menerbitkan laporan tahunan (annual report) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Penelitian
ini dilaksanakan dari Oktober 2015 sampai dengan Oktober 2016.
54
Universitas Sumatera Utara
55
4.3 Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Lubis, 2015). Populasi
pada penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015. Jumlah populasi perusahaan property
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015 adalah
50 perusahaan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
teknik sensus, menurut Lubis (2015) jika peneliti menggunakan seluruh elemen
populasi menjadi data penelitian, karena peneliti ingin melihat semua liku-liku
yang ada dalam populasi, maka penelitian itu disebut penelitian sensus. Sensus
digunakan jika elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen. Sehingga
seluruh populasi, yaitu perusahaan property dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 yang berjumlah 50 (lima puluh)
perusahaan, dijadikan sampel pada tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
56
No. Kode Saham Nama Perusahaan1 APLN Agung Podomoro Land Tbk2 ASRI Alam Sutera Realty Tbk3 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk4 BCIP Bumi Citra Permai Tbk5 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk6 BIKA Bina Karya Jaya Abadi Tbk7 BIPP Bhuawanatala Indah Permai Tbk8 BKDP Bukit Darmo Property Tbk9 BKSL Bekasi Asri Pemula Tbk10 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk11 COWL Cowell Development Tbk12 CTRA Ciputra Development Tbk13 CTRP Ciputra Property Tbk14 CTRS Ciputra Surya Tbk15 DART Duta Anggada Realty Tbk16 DILD Intiland Development Tbk17 DMAS Puradelta Lestari Tbk18 DUTI Duta Pertiwi Tbk19 ELTY Bakrieland Development Tbk20 EMDE Megapolitan Development Tbk21 FMII Fortune mate indonesia22 GAMA Gading Development Tbk23 GMTD Gowa Makassar Tourism Development Tbk24 GPRA Perdana Gapuraprima Tbk25 GWSA Greenwood Sejahter Tbk26 JRPT Jaya Real Property Tbk27 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk28 KPIG MNC Land Tbk29 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk30 LCGP Eureka Prima Jakarta Tbk31 LPCK Lippo Cikarang Tbk32 LPKR Lippo Karawaci Tbk33 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk34 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk35 MMLP Mega Manunggal Property Tbk36 MTLA Metropolitan Land Tbk37 MTSM Metro Realty Tbk38 NIRO Nirvana Development Tbk39 OMRE Indonesia Prima Property Tbk40 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk41 PRRO PP Properti Tbk42 PUDP Pudjiati Prestige Tbk43 PWON Pakuwon Jati Tbk44 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk45 RDTX Roda Vivatex Tbk46 RODA Pikko Land Development Tbk47 SCBD Danayasa Arthatama Tbk48 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk49 SMRA Summarecon Agung Tbk50 TARA Sitara Propertindo Tbk
Tabel 4.1.Daftar Sampel Perusahaan Property dan Real Estate yang
Terdaftar di BEI Tahun 2010-2015
Universitas Sumatera Utara
57
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang berasal
dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
4.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen
yaitu kondisi keuangan, tingkat pertumbuhan, kepemilikan institusional, ukuran
KAP, pergantian auditor dan variabel dependen yaitu opini audit going concern.
4.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern.
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan untuk memastikan
apakah perusahaan dapat mempertahankan going concern (IAI, 2011). Opini audit
going concern merupakan opini audit yang dalam pertimbangan auditor
meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan going concern
sehingga mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa
penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat
wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang dinyatakan oleh auditor.
Parameter yang digunakan adalah variabel dummy, dimana kategori 1
untuk perusahaan yang menerima opini audit dengan pengungkapan going
concern dan 0 untuk perusahaan yang tidak menerima opini audit dengan
pengungkapan going concern.
Universitas Sumatera Utara
58
4.5.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah
a. Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan adalah suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas
keuangan perusahaan selama periode atau kurun waktu tertentu (Dewayanto,
2004). Kondisi keuangan menggunakan skala rasio dan diukur dengan
menggunakan model prediksi kebangkrutan revised Altman, yang terkenal dengan
istilah Z score yang merupakan suatu formula yang dikembangkan oleh Altman
untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan pada beberapa periode sebelum
terjadinya kebangkrutan. Revisi yang dilakukan Altman merupakan penyesuaian
yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan tidak hanya untuk perusahaan
manufaktur yang go public melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan
di sektor swasta. Formulanya adalah sebagai berikut:
Z = 1,2 𝑊𝐶
𝑇𝐴 + 1,4
𝑅𝐸
𝑇𝐴 + 3,3
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑇𝐴 + 0,6
𝑀𝑉𝐸
𝑇𝐿 + 0,999
𝑆
𝑇𝐴
Dimana:
WC = Working Capital to Total Assets
RE = Retained Earning to Total Assets
EBIT = Earning Before Interest and Tax to Total Assets
MVE = Market Value Equity to Book Value of Debt
S = Sales to Total Assets
Nilai Z diperoleh dengan menghitung kelima rasio tersebut berdasarkan
data pada laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi dikalikan dengan
koefisien masing-masing rasio kemudian dijumlahkan dengan hasilnya. Z score
yang dikembangkan Altman ini dapat digunakan untuk menentukan
kecenderungan kebangkrutan dan juga sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja
Universitas Sumatera Utara
59
keuangan perusahaan. Z score ini menjadi menarik dikarenakan keandalannya
sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan.
Meskipun sebuah perusahaan sangat makmur, jika Z score mulai turun dengan
tajam, maka mengindikasikan adanya bahaya kebangkrutan.
Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan
tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan dengan melihat
zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana dikategorikan dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Kriteria Titik Cut-off Model Z score
Kriteria Nilai Z
Tidak bangkrut/sehat >2,99
Bangkrut < 1,81
Daerah rawan bangkrut 1,81-2,99
Berdasarkan Tabel 4.1, jika nilai Z perusahaan yang diteliti lebih besar
dari 2,99 maka perusahaan tersebut dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak
memiliki risiko terhadap kebangkrutan dan jika lebih kecil dari 1,81 maka
perusahaan dikategorikan memiliki risiko tinggi terhadap kebangkrutan.
Sedangkan apabila nilai Z berada di antara 1,81 sampai dengan 2,99 maka
perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang masih memiliki
risiko terhadap kebangkrutan.
Universitas Sumatera Utara
60
b. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan digunakan untuk mengukur seberapa
baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industri
maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Setyarno et. al., 2006).
Variabel ini menggunakan skala rasio dan diukur dengan mengurangi antara
penjualan di tahun t dengan penjualan di tahun t-1 dan kemudian hasilnya tersebut
dibagi dengan penjualan pada tahun t-1.
Adapun cara menghitung dengan rasio sebagai berikut :
∆S = St – St−1
St−1 x 100%
Dimana:
ΔS = pertumbuhan dalam penjualan periode t dari periode t-1
St = penjualan bersih pada periode t
St-1 = penjualan bersih pada periode t-1
c. Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain (Gusti, 2013). Variabel ini menggunakan
skala rasio dan diukur dengan melihat kepemilikan saham pada akhir tahun yang
dimiliki oleh lembaga, seperti asuransi, bank dan institusi lainnya. Variabel ini
dihitung dengan melihat persentase antara jumlah saham pemilik institusional
dengan jumlah saham yang tersedia (Suparlan dan Andayani, 2010).
Universitas Sumatera Utara
61
d. Ukuran KAP
Ukuran KAP merupakan reputasi sebuah perusahaan dalam hal
meningkatkan kredibilitas laporan keuangannya. Dalam penelitian ini ukuran
KAP diukur dengan melihat besar kecilnya KAP yang dibedakan dalam dua
kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big-4 dan KAP yang tidak
berafiliasi dengan Big-4. Variabel ini menggunakan skala dummy, jika sebuah
perusahaan diaudit oleh KAP Big-4 maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika
sebuah perusahaan diaudit oleh KAP non Big-4, maka diberikan nilai 0 (Nasser et.
al., 2006).
e. Pergantian Auditor
Pergantian auditor merupakan perpindahan KAP yang dilakukan
perusahaan klien. Kadir dalam Damayanti dan Sudarma (2008) mengemukakan
dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengapa perusahaan berpindah KAP
yaitu perspektif auditor dan perspektif perusahaan. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah opini audit. Variabel di ukur
meggunakan variabel dummy, 1 untuk perusahaan jika dalam periode penelitian
melakukan pergantian auditor dan 0 untuk perusahaan jika periode penelitian
tidak melakukan pergantian auditor.
4.5.3 Variabel Moderating (M)
Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ukuran
Perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan besarnya ukuran sebuah perusahaan
yang diukur berdasarkan total aset. Ukuran perusahaan adalah suatu skala atau
Universitas Sumatera Utara
62
nilai dimana perusahaan dapat diklasifikasikan besar kecilnya berdasarkan total
aktiva, log size, nilai saham, dan lain sebagainya. Ukuran perusahaan dapat
dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Variabel ukuran
perusahaan menggunakan skala rasio dan dalam penelitian ini dihitung dengan
melakukan Logaritma natural (Ln) atas total aset perusahaan (Nasser, et. al.,
2006).
Tabel 4.3 Definisi Operasional Variabel
Jenis
Variabel
Nama
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala
Variabel
Dependen
Opini Audit
Going
Concern
Opini yang dikeluarkan
untuk memastikan apakah
perusahaan dapat
mempertahankan going
concern.
0 = perusahaan yang tidak
menerima opini audit
going concern.
1 = perusahaan yang
menerima opini audit
going concern.
Dummy
Variabel
Independen
Kondisi
Keuangan
Kondisi keuangan adalah
suatu tampilan atau
keadaan secara utuh atas
keuangan perusahaan
selama periode atau kurun
waktu tertentu.
Z = 1,2 𝑊𝐶
𝑇𝐴 + 1,4
𝑅𝐸
𝑇𝐴 +
3,3 𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑇𝐴 + 0,6
𝑀𝑉𝐸
𝑇𝐿 +
0,999 𝑆
𝑇𝐴
Dimana:
WC= Working Capital to
Total Assets
RE= Retained Earning to
Total Assets
EBIT= Earning Before
Interest and Tax to Total
Assets
MVE= Market Value
Equity to Book Value of
Debt
S= Sales to Total Assets
Rasio
Pertumbuhan
Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan
merupakan kemampuan
perusahaan untuk
meningkatkan size.
∆S = St – St−1
St−1 x 100%
Dimana:
ΔS = pertumbuhan dalam
penjualan periode t dari
periode t-1
St = penjualan bersih pada
periode t
St-1 = penjualan bersih
pada periode t-1
Rasio
Universitas Sumatera Utara
63
kepemilikan
Institusional
kepemilikan Institusional
merupakan kepemilikan
saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau
lembaga seperti perusahaan
asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan
institusi lain.
Jumlah saham Pemilik Instusional
Jumlah saham yang beredar
Rasio
Pergantian
Auditor
Perpindahan KAP yang
dilakukan perusahaan
klien.
0 = perusahaan tidak
melakukan pergantian
auditor
1 = perusahaan melakukan
pergantian auditor
Dummy
Ukuran KAP Ukuran KAP merupakan
reputasi sebuah perusahaan
dalam hal meningkatkan
kredibilitas laporan
keuangannya.
0 = perusahaan diaudit
oleh KAP non Big-4
1 = perusahaan diaudit oleh
KAP Big- 4 maka
diberikan
Dummy
Variabel
Moderating
Ukuran
Perusahaan
Ukuran Perusahaan
merupakan besarnya
ukuran sebuah perusahaan
yang diukur berdasarkan
total aset.
Ln (logaritma natural) dari
Total Aset
Rasio
4.6 Teknik analisis data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi
logistik karena variabel terikatnya yaitu opini audit going concern merupakan
variabel dummy yaitu menerima opini audit going concern atau tidak menerima
opini audit going concern dan variabel bebasnya merupakan kombinasi antara
variabel metrik dan non-metrik. Ghozali (2013) menyatakan bahwa regresi
logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat
dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak
memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya dan mengabaikan
heteroskedastisitas tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi
logistik (logistic regression) dapat dijelaskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
64
4.6.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang
dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan maksimum-
minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang
diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-
rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum
dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran
keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk
dijadikan sampel penelitian.
4.6.2 Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik dilakukan dengan menggunakan bantuan program
Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows. Model regresi logistik
yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam persamaan sebagai
berikut:
LN P(OAGC )
1−P(OAGC ) = b0 + b1KK + b2PP + b3KI + b4KAP + b5PA + 𝜀
Dimana:
P = probabilitas Opini Audit Going Concern
b0 = konstanta
b1 – b5 = koefisien regresi variabel bebas
KK = koefisien regresi Kondisi Keuangan
PP = koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan
KI = koefisien regresi Kepemilikan Institusional
KAP = koefisien regresi Ukuran KAP
PA = koefisien regresi Pergantian Auditor
𝜀 = error
Universitas Sumatera Utara
65
4.6.2.1 Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala
korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam
regresi logistik menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk melihat
besarnya korelasi antar variabel bebas. Apabila nilai koefisien korelasi antar
variabel bebas lebih kecil dari 0,8 berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas
yang serius antar variabel bebas tersebut (Kuncoro, 2004).
4.6.2.2 Menguji Keseluruhan Model (overall model fit)
Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai
antara - 2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model
hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir
(Block Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas.
Apabila nilai -2LL Block Number = 0 > nilai -2LL Block Number = 1, hal ini
menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang
dihipotesiskan sesuai dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada model
regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Square Error” pada model
regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi semakin
baik.
4.6.2.3 Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
menguji hipotesis nol bahwa data empiris yang sesuai dengan model (tidak ada
perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Nilai
Universitas Sumatera Utara
66
statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang
dari 0,05, berarti bahwa hipotesis nol ditolak yang menjelaskan adanya perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit
model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Nilai
statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05,
berarti bahwa hipotesis nol tidak dapat ditolak dan model mampu memprediksi
nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok
dengan data observasinya (Ghozali, 2006).
4.6.2.4 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R square. Nilai Nagelkerke R square
menunjukkan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabilitas variabel independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-
variabel lain di luar model penelitian (Ghozali, 2006).
4.6.2.5 Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan opini audit going concern yang diterima oleh
perusahaan. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalam persen.
Universitas Sumatera Utara
67
4.6.3 Uji Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Menurut Sugiyono
(2013), secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan
populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Pengujian Hipotesis dalam penelitian
ini adalah teknik analisis regresi logistik dengan uji regresi secara parsial.
4.6.3.1 Uji Regresi Secara Simultan
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas secara bersama-
sama (simultan) mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas. Pembuktian
dilakukan dengan cara membandingkan nilai Chi-Square hitung dengan Chi-
Square tabel yang terdapat pada tabel analisis Chi-Square Distribution, Dengan
ketentuan sebagai berikut :
Ho diterima jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel untuk α = 5%
Ho ditolak jika Chi-Square hitung > Chi-Square tabel untuk α = 5%
4.6.3.1 Uji Regresi Secara Parsial
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen yang terdiri dari kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan,
kepemilikan, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu opini audit going concern. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara
membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (α).
Untuk menentukan penerimaan atau penolakan Ho didasarkan pada tingkat
signifikasi (α) 5% dengan kriteria :
Universitas Sumatera Utara
68
1. Ho tidak akan ditolak apabila statistik Wald hitung < Chi-square tabel, dan
nilai probabilitas (sig) > tingkat signifikansi (α). Hal ini berarti H alternatif
ditolak atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat ditolak.
2. Ho ditolak apabila statistik Wald hitung > Chi-square tabel, dan nilai
probabilitas (sig) < tingkat signifikansi (α). Hal ini berarti H alternatif
diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat diterima.
4.6.4 Uji Regresi Variabel Moderating
Analisis ini dilakukan karena dalam penelitian ini menggunakan variabel
moderating yaitu ukuran perusahaan. Metode ini dilakukan dengan menambahkan
variabel perkalian antara variabel bebas dengan variabel moderatingnya. Uji ini
dilakukan untuk menentukan apakah variabel moderating dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Berikut
persamaannya:
Z = a + b1KK + b2PP + b3KI + b4KAP+ b5PA + e ......................... (1)
IeI = a + b6Y ....................................................................................... (2)
Dimana:
Z = Moderating Ukuran Perusahaan
Y = Opini Audit Going Concern
a = Konstanta
b1 – b5 = koefisien regresi variabel bebas
b6 = koefisien regresi variabel moderating
KK = koefisien regresi Kondisi Keuangan
PP = koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan
KI = koefisien regresi Kepemilikan Institusional
KAP = koefisien regresi Ukuran KAP
PA = koefisien regresi Pergantian Auditor
e = error
Universitas Sumatera Utara
69
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melakukan proses penyeleksi
data (screening data), sehingga data-data yang dianalisis memiliki distribusi
normal. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah kondisi
keuangan (KK), pertumbuhan perusahaan (PP), kepemilikan institusional (KI),
ukuran KAP (KAP), dan pergantian auditor (PA). Berdasarkan analisis statistik
deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut:
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Opini Audit Going Concern
Opini Audit Going Concern
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Perusahaan yang tidak
menerima opini audit
going concern
253 93.4 93.4 93.4
Perusahaan yang
menerima opini audit
going concern
18 6.6 6.6 100.0
Total 271 100.0 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.1, diketahui dari tahun 2010-2015, perusahaan yang
tidak menerima opini audit going concern sebanyak 253 (93,4%), sementara
perusahaan yang menerima opini audit going concern sebanyak sebanyak 18
(6,6%).
69
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Ukuran KAP
Ukuran KAP
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Perusahaan tidak
diaudit oleh KAP Big-4 227 83.8 83.8 83.8
Perusahaan diaudit oleh
KAP Big-4 44 16.2 16.2 100.0
Total 271 100.0 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.2, diketahui dari tahun 2010-2015, perusahaan yang
tidak diaudit oleh KAP Big-4 sebanyak 227 (83,8%), sementara perusahaan yang
diaudit oleh KAP Big-4 sebanyak 44 (16,2%).
Tabel 5.3 Statistik Deskriptif Pergantian Auditor
Pergantian Auditor
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Perusahaan tidak
melakukan pergantian
auditor
232 85.6 91.3 91.3
Perusahaan melakukan
pergantian auditor 22 8.1 8.7 100.0
Total 254 93.7 100.0
Missing System 17 6.3
Total 271 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.3, diketahui dari tahun 2010-2015, perusahaan yang
tidak melakukan pergantian auditor sebanyak 232 (91,3%), sementara perusahaan
yang melakukan pergantian auditor sebanyak 22 (8,7%).
Universitas Sumatera Utara
71
Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Opini Audit Going Concern dan Ukuran KAP
Ukuran KAP * Opini Audit Going Concern Crosstabulation
Count
Opini Audit Going Concern
Total
perusahaan
yang tidak
menerima opini
audit going
concern
perusahaan
yang
menerima
opini audit
going concern
Ukuran
KAP
perusahaan tidak diaudit
oleh KAP Big-4
215 12 227
perusahaan diaudit oleh
KAP Big-4
38 6 44
Total 253 18 271
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.4, diketahui perusahaan yang menerima opini audit
going concern yang termasuk ke dalam kategori ukuran KAP sebanyak 12
perusahaan menerima opini audit going concern dengan perusahaan tidak diaudit
oleh KAP Big-4 dan sebanyak 6 perusahaan yang menerima opini audit going
concern dengan perusahaan diaudit oleh KAP Big-4.
Tabel 5.5 Statistik Deskriptif Opini Audit Going Concern dan Pergantian
Auditor
Pergantian Auditor * Opini Audit Going Concern Crosstabulation
Count
Opini Audit Going Concern
Total
perusahaan yang
tidak menerima
opini audit going
concern
perusahaan yang
menerima opini
audit going
concern
PA Tidak melakukan
pergantian auditor
227 5 232
Melakukan pergantian
auditor
9 13 22
Total 236 18 254
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Universitas Sumatera Utara
72
Berdasarkan Tabel 5.5, diketahui perusahaan yang menerima opini audit
going concern yang termasuk ke dalam kategori melakukan pergantian auditor
sebanyak 13 perusahaan menerima opini audit going concern dan sebanyak 5
perusahaan yang menerima opini audit going concern tetapi tidak melakukan
pergantian auditor.
Tabel 5.6 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
KK 271 -5.23 37.01 3.3140 4.54555
PP 268 -.91 29.42 .5617 2.13647
KI 271 .05 1.00 .6635 .21666
UP 271 20.11 30450.00 2.4379E2 2504.12732
Valid N
(listwise) 268
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.6 diatas dapat disimpulkan kondisi keuangan (KK)
minimum adalah -5,23, sedangkan kondisi keuangan maksimum adalah 37,01.
Diketahui nilai rata-rata (mean) kondisi keuangan dari tahun 2010-2015 adalah
3,3140, dan standar deviasinya adalah 4,5455.
Pertumbuhan Perusahaan (PP) perusahaan sektor property dan real estate
yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2015 memiliki nilai minimum adalah
-0,91, sedangkan pertumbuhan perusahaan maksimum adalah 29,42. Diketahui
nilai rata-rata (mean) pertumbuhan perusahaan dari tahun 2010-2015 adalah
0,5617, dan standar deviasinya adalah 2,1364.
Kepemilikan Institusional (KI) perusahaan sektor property dan real estate
yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2015 memiliki nilai minimum adalah 0,05,
Universitas Sumatera Utara
73
sedangkan kepemilikan institusional maksimum adalah 1. Diketahui nilai rata-rata
(mean) kepemilikan institusional dari tahun 2010-2015 adalah 0,6635, dan standar
deviasinya adalah 0,2166.
Ukuran Perusahaan (UP) perusahaan sektor property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2015 memiliki nilai minimum
adalah 20,11, sedangkan ukuran perusahaan maksimum adalah 30450,0.
Diketahui nilai rata-rata (mean) ukuran perusahaan dari tahun 2010-2015 adalah
2,4379 dan standar deviasinya adalah 2504,1273.
5.1.2 Hasil Uji Regresi Logistik
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi
logistik karena variabel dependen bersifat dikotomi (menerima opini audit going
concern dan tidak menerima opini audit going concern). Ghozali (2006)
menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas
terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik
analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel
bebasnya (Ghozali, 2006) dan mengabaikan heteroskedastisitas (Gujarati, 2003).
5.1.2.1 Uji Multikolinearitas
Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang
kuat antara variabel bebasnya. Multikolinearitas merupakan situasi adanya
korelasi antar variabel-variabel independen yang satu dengan yang lainnya. Dalam
penelitian ini, gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi antar
variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Hasil pengujian ditampilkan dalam
Tabel 5.7.
Universitas Sumatera Utara
74
Tabel 5.7 Matriks Korelasi
Correlation Matrix
Constant KK PP KI KAP PA
Step 1 Constant 1.000 -.317 .189 -.747 -.049 -.005
KK -.317 1.000 -.266 .101 -.109 -.041
PP .189 -.266 1.000 -.404 .188 .300
KI -.747 .101 -.404 1.000 -.253 -.446
KAP -.049 -.109 .188 -.253 1.000 .133
PA -.005 -.041 .300 -.446 .133 1.000
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Menurut Ghozali (2006), jika antar variabel independen ada korelasi yang
cukup tinggi diatas 0,90 maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinaritas.
Hasil pengujian menunjukkan tidak ada nilai koefisien korelasi antar variabel
independen yang nilainya lebih besar dari 0,90 maka dapat disimpulkan tidak
terdapat indikasi multikolinearitas antar variabel independen.
5.1.2.2 Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test)
Uji ini digunakan untuk melihat model yang telah dihipotesiskan telah fit
atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -
2 log likelihood pada awal (block number = 0) dengan nilai -2 log likelihood pada
akhir (block number = 1). Nilai -2 log likelihood awal pada block number = 0,
dapat ditunjukkan melalui tabel berikut ini (Tabel 5.8).
Universitas Sumatera Utara
75
Tabel 5.8 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal)
Iteration Historya,b,c
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 136.923 -1.746
2 120.388 -2.419
3 119.194 -2.662
4 119.181 -2.691
5 119.181 -2.691
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 119.181
c. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than .001.
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Nilai -2 log likelihood akhir pada block number = 1, dapat dilihat pada
Tabel 5.9. Dari Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa -2 log likelihood awal pada block
number = 0, yaitu model yang hanya memasukkan konstanta yang dapat dilihat
pada step 5, memperoleh nilai sebesar 119,181. Kemudian pada Tabel 5.9 dapat
dilihat nilai -2 LL akhir dengan block number =1, nilai -2log likelihood pada step
1 iterasi 8 adalah 44,674. Adanya penurunan nilai antara -2LL awal (initial-2LL
function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan
bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2013). Penurunan
nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit,
artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu kondisi keuangan,
pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP dan pergantian
auditor ke dalam model penelitian akan memperbaiki model fit dalam penelitian
ini.
Universitas Sumatera Utara
76
Tabel 5.9 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Akhir)
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant KK PP KI KAP PA
Step
1
1 102.236 -1.342 -.028 .010 -.810 .286 2.021
2 65.177 -1.478 -.089 .039 -1.981 .674 2.765
3 50.859 -1.111 -.238 .114 -3.423 1.103 3.247
4 45.730 -.666 -.406 .166 -4.803 1.449 3.696
5 44.732 -.400 -.511 .196 -5.726 1.659 4.036
6 44.675 -.325 -.540 .206 -6.028 1.723 4.159
7 44.674 -.320 -.542 .206 -6.052 1.728 4.170
8 44.674 -.320 -.542 .206 -6.052 1.728 4.170
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 119.181
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates
changed by less than .001.
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
5.1.2.3 Menguji Kelayakan Model Regresi
Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan
menggunakan goodness of fit test yang diukur berdasarkan nilai Chi-Square pada
Tabel Hosmer and Lemeshow Test (Tabel 5.10). Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris sesuai dengan
model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit).
Tabel 5.10 Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 3.868 8 .869
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Universitas Sumatera Utara
77
Pada Tabel 5.10 hasil pengujian menunjukkan nilai Chi-Square sebesar
3,868 dengan signifikansi sebesar 0,869 yang nilainya lebih besar daripada 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model mampu untuk memprediksi
nilai observasinya atau dapat dikatakan model menerima Ho yang berarti tidak
ada perbedaan klasifikasi yang diamati. Itu berarti model regresi logistik bisa
digunakan untuk analisis selanjutnya.
Tabel 5.11 Perhitungan Chi-Square Tabel dengan Microsoft Excel
Hosmer and Lemeshow Test
Tingkat Signifikansi df Nilai Kritis Chi-Square
1
8
15,507
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.11, diketahui nilai Chi-Square tabel bernilai 15,507.
Untuk menentukan apakah model layak atau tidak, maka dapat diketahui dengan
membandingkan nilai statistik Chi-square terhadap Chi-Square tabel.
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝜒𝐻𝑜𝑠𝑚𝑒𝑟 −𝐿𝑒𝑚𝑒𝑠 ℎ𝑜𝑤2 ≤ 𝜒𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
2 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘.
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝜒𝐻𝑜𝑠𝑚𝑒𝑟 −𝐿𝑒𝑚𝑒𝑠 ℎ𝑜𝑤2 > 𝜒𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
2 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai statistik Chi-Square (3,868)
lebih kecil dibandingkan nilai Chi-Square Tabel (15,507), maka disimpulkan
bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.
5.1.2.4 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Dalam regresi logistik, dapat digunakan statistik Nagelkerke’s 𝑅𝑁2 untuk
mengukur kemampuan model regresi logistik dalam mencocokkan atau
menyesuaikan data. Dengan kata lain, nilai statistik dari Nagelkerke’s 𝑅𝑁2 dapat
diinterpretasikan sebagai suatu nilai yang mengukur kemampuan variabel-variabel
Universitas Sumatera Utara
78
independen dalam menjelaskan atau menerangkan variabel dependen. Tabel 5.12
menyajikan nilai statistik dari Nagelkerke’s 𝑅𝑁2 .
Tabel 5.12 Nagelkerke R Square
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square Nagelkerke R Square
1 44.674a .256 .679
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates
changed by less than .001.
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa nilai statistik Nagelkerke R
Square 0,679 atau 67,9% yang artinya nilai tersebut diinterpretasikan sebagai
kemampuan variabel kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan
institusional, ukuran KAP, dan pergantian auditor dalam mempengaruhi opini
audit going concern sebesar 67,9%, sisanya 32,1% dijelaskan oleh variabel-
variabel atau faktor-faktor lain di luar model penelitian.
5.1.2.5 Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan diterimanya opini audit going concern
atau tidak opini audit going concern pada perusahaan. Kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat
dinyatakan dalam persen. Hasil pengujian ditampilkan dalam tabel 5.13.
Universitas Sumatera Utara
79
Tabel 5.13 Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed
Predicted
OAGC (Y)
Percentage
Correct
perusahaan
yang tidak
menerima
opini audit
going concern
perusahaan
yang
menerima
opini audit
going concern
Step
1
OAGC
(Y)
perusahaan yang tidak
menerima opini audit
going concern
235 1 99.6
perusahaan yang
menerima opini audit
going concern
6 10 62.5
Overall Percentage 97.2
a. The cut value is .500
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.13 diketahui kekuatan prediksi dari model regresi
untuk perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern sebanyak 235
perusahaan. Dari 235 perusahaan tersebut, diprediksi sebesar 97,2% perusahaan
tidak menerima opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 6
perusahaan yang menerima opini audit going concern, dari 6 perusahaan tersebut,
diprediksi 6 perusahaan tidak menerima opini audit going concern. Dan 10
perusahaan yang menerima opini audit going concern, dari 10 perusahaan
tersebut, diprediksi 1 perusahaan tidak menerima opini audit going concern.
Diketahui angka ketepatan prediksi sebesar 97,2%, hal ini menandakan tingkat
keakuratan model regresi logistik dalam memprediksi sebesar 97,2%, berdasarkan
data penelitian.
Universitas Sumatera Utara
80
5.1.3 Uji Hipotesis
5.1.3.1 Uji Signifikansi Model secara Simultan
Tabel Omnibus Tests of Model Coefficients (Tabel 5.14) berfungsi untuk
melihat hasil pengujian secara simultan pada regresi logistik, yakni melihat
pengaruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama (simultaneously)
terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 5.14, diperoleh nilai probabilitas
(Sig.) 0,000. Karena nilai probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05, maka
disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama
berpengaruh signifikan secara statistik, terhadap opini audit going concern.
Tabel 5.14 Uji Signifikansi Model secara Simultan
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 74.506 5 .000
Block 74.506 5 .000
Model 74.506 5 .000
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
5.1.3.2 Uji Signifikansi Model Secara Parsial (Uji Wald)
Dalam regresi linear, baik sederhana maupun berganda, uji 𝑡 digunakan
untuk menguji signifikansi dari pengaruh parsial. Pada regresi logistik, uji
signifikansi pengaruh parsial dapat diuji dengan uji Wald. Dalam uji Wald,
statistik yang diuji adalah statistik Wald (Wald statistic). Nilai statistik dari uji
Wald berdistribusi chi-kuadrat. Pengambilan keputusan terhadap hipotesis dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan nilai probabilitas dari uji Wald.
Berikut aturan pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan nilai probabilitas.
Universitas Sumatera Utara
81
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑖𝑔. ≥ 0,05, 𝐻0 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝐻1𝑑𝑖𝑡𝑜𝑙𝑎𝑘.
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑖𝑔. < 0,05, 𝐻0 𝑑𝑖𝑡𝑜𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐻1𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎.
Tabel 5.15 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a KK -.542 .214 6.394 1 .011 .582
PP .206 .093 4.877 1 .027 1.229
KI -6.052 2.092 8.369 1 .004 .002
KAP 1.728 .951 3.300 1 .069 5.628
PA 4.170 .936 19.834 1 .000 64.706
Constant -.320 1.022 .098 1 .754 .726
a. Variable(s) entered on step 1: KK, PP, KI, KAP, PA.
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat
signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (α) = 5%. Dari pengujian dengan
regresi logistik di atas maka diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut:
LN P(OAGC )
1−P(OAGC ) = –0,320 – 0,542KK + 0,206PP – 6,052KI + 1,728KAP +
4,170PA
Dimana:
P = probabilitas Opini Audit going concern
b0 = konstanta
b1 – b5 = koefisien regresi variabel bebas
KK = koefisien regresi Kondisi Keuangan
PP = koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan
KI = koefisien regresi Kepemilikan Institusional
KAP = koefisien regresi Ukuran KAP
PA = koefisien regresi Pergantian Auditor
Universitas Sumatera Utara
82
Berdasarkan Tabel 5.15 dapat diinterpretasikan hasil sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis pertama kondisi keuangan
Berdasarkan Tabel 5.15 menyatakan bahwa kondisi keuangan berpengaruh
negatif terhadap opini audit going concern dengan nilai koefisien regresi
negatif sebesar -0,542 dengan nilai probabilitas (Sig.) 0,011 yang lebih kecil
dari 0,05, maka kondisi keuangan berpengaruh negatif signifikan terhadap
opini audit going concern.
2. Pengujian hipotesis pertumbuhan perusahaan
Berdasarkan Tabel 5.15 menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif terhadap opini audit going concern dengan nilai koefisien
regresi positif sebesar 0,206 dengan nilai probabilitas (Sig.) 0,027 yang lebih
kecil dari 0,05, maka pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap opini audit going concern.
3. Pengujian hipotesis kepemilikan institusional
Berdasarkan Tabel 5.15 menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern dengan nilai koefisien
regresi negatif sebesar -6,052 dengan nilai probabilitas (Sig.) 0,004 yang lebih
kecil dari 0,05, maka kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan
terhadap opini audit going concern.
4. Pengujian hipotesis ukuran KAP
Berdasarkan Tabel 5.15 menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif
terhadap opini audit going concern dengan nilai koefisien regresi positif
sebesar 1,728 dengan nilai probabilitas (Sig.) 0,069 yang lebih besar dari 0,05,
Universitas Sumatera Utara
83
maka ukuran KAP berpengaruh positif tidak signifikan terhadap opini audit
going concern.
5. Pengujian hipotesis pergantian auditor
Berdasarkan Tabel 5.15 menyatakan bahwa pergantian auditor berpengaruh
positif terhadap opini audit going concern dengan nilai koefisien regresi positif
sebesar 4,170 dengan nilai probabilitas (Sig.) 0,000 yang lebih kecil dari 0,05,
maka pergantian auditor berpengaruh positif signifikan terhadap opini audit
going concern.
5.1.4 Uji Regresi Variabel Moderating
Ghozali (2013) menyatakan terdapat tiga cara menguji regresi dengan
variabel moderating, yaitu: (1) uji interaksi, (2) uji nilai selisih mutlak, dan (3) uji
residual. Dalam penelitian ini digunakan uji residual. Digunakannya uji residual
karena pada uji interaksi dan uji nilai selisih mutlak mempunyai kecenderungan
akan terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini
akan menyalahi asumsi klasik dalam ..regresi ordinary least square (OLS)
(Ghozali, 2013). Untuk mengatasi multikolinearitas ini, maka dikembangkan
metode lain yang disebut uji residual.
Tabel 5.16 Uji Signifikansi Ukuran Perusahaan dalam Memoderasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 495.914 165.429 2.998 .003
OAGC (Y) -181.279 656.528 -.017 -.276 .783
a. Dependent Variable: abs_residual_moderasi
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)
Universitas Sumatera Utara
84
Dari pengujian dengan regresi moderating dengan uji residual di atas maka
diperoleh persamaan regresi moderating sebagai berikut:
Z = -0,320 – 0,542KK + 0,206PP – 6,052KI + 1,728KAP + 4,170PA (1)
e = 495,914 – 181,279 Y .......................................................................... (2)
Dimana:
Z = Moderating Ukuran Perusahaan
Y = Opini Audit Going Concern
a = Konstanta
b1 – b5 = koefisien regresi variabel bebas
b6 = koefisien regresi variabel moderating
KK = koefisien regresi Kondisi Keuangan
PP = koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan
KI = koefisien regresi Kepemilikan Institusional
KAP = koefisien regresi Ukuran KAP
PA = koefisien regresi Pergantian Auditor
OAGC = opini audit going concern
Suatu variabel dikatakan memoderasi variabel bebas jika koefisien regresi
variabel tak bebas bernilai negatif dan signifikan (Ghozali, 2013). Hasil Penelitian
menunjukan bahwa koefisien regresi dari opini audit going concern bernilai
negatif sebesar -181,279, namun tidak signifikan sebesar 0,783, maka ukuran
perusahaan tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara variabel kondisi
keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP, dan
pergantian auditor dengan opini audit going concern.
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1 Pengaruh kondisi keuangan terhadap opini audit going concern
Hasil penelitian terhadap variabel kondisi keuangan menunjukkan bahwa
variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going concern
yang diterima oleh perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin
Universitas Sumatera Utara
85
menurun kondisi keuangan perusahaan, cenderung semakin besar kemungkinan
perusahaan menerima opini audit going concern, karena auditor hanya akan
memberikan opini ini jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan
kelangsungan hidup usahanya. Hal ini sesuai dengan Agency Theory dimana
principal mengharapkan auditor memberikan peringatan awal mengenai kondisi
keuangan perusahaan. Bila nilai hitung Altman Z score semakin kecil yang
menandakan perusahaan dalam kondisi keuangan memburuk atau sakit bahkan
berpotensi mengalami kebangkrutan maka kemungkinan perusahaan tersebut
menerima opini audit going concern akan semakin besar. Pada lampiran 3,
Kriteria titik cut-off Altman Z score dari sampel penelitian selama tahun
pengamatan yaitu tahun 2010-2015 dari 271 perusahaan property dan real estate
terdapat 90 perusahaan kategori tidak bangkrut, 86 perusahaan rawan bangkrut/
grey area dan 95 perusahaan kategori bangkrut, hal ini menunjukkan bahwa lebih
banyak perusahaan yang tergolong dalam kategori bangkrut. Banyaknya
perusahaan property dan real estate yang berada di kondisi perusahaan yang
bangkrut menjadi penyebab nilai penelitian pada variabel kondisi keuangan ini
menjadi negatif. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ramadhany (2004) serta Sentosa dan Wedari (2007) yang menemukan hasil
bahwa kondisi keuangan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Akan
tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Pudjiastuti
dan Untara (2012) menemukan kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh
terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor disebabkan karena dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas auditee memiliki kondisi
Universitas Sumatera Utara
86
keuangan yang rendah atau digolongkan kedalam perusahaan bangkrut namun
terdapat beberapa auditee yang memiliki kondisi keuangan yang tinggi atau
dikategorikan sehat tetapi mendapatkan opini audit going concern.
5.2.2 Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going
concern
Hasil penelitian terhadap variabel pertumbuhan perusahaan menunjukkan
bahwa variabel ini berpengaruh positif signifikan terhadap opini audit going
concern. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pertumbuhan
perusahaan maka akan diikuti dengan peningkatan laba dan penurunan hutang dan
kecenderungan untuk mempertahankan kelangsungan usaha akan semakin besar
sehingga kecenderungan untuk mendapatkan opini audit going concern semakin
rendah. Sebuah perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan perusahaan yang
positif mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang
tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk
mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Petronela (2004), mengemukakan
perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan, karena kebangkrutan
merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan opini audit going
concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arma (2013), yang menemukan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan
berpengaruh terhadap opini audit going concern. Akan tetapi penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanny dan Saputra (2005),
Sentosa dan Wedari (2007), Januarti dan Fitrinasari (2008), Pudjiastuti dan Untara
Universitas Sumatera Utara
87
(2012) yang menemukan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap opini audit going concern. Setyarno (2005) memberikan bukti
empiris bahwa rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin
perusahaan untuk tidak menerima opini audit going concern.
5.2.3 Pengaruh kepemilikan institusional terhadap opini audit going
concern
Hasil penelitian terhadap variabel kepemilikan institusional menunjukkan
bahwa variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going
concern. Penelitian ini menunjukkan semakin rendah tingkat kepemilikan
institusional perusahaan maka semakin besar kecenderungan perusahaan untuk
mendapatkan opini audit going concern hal ini karena semakin kecil dorongan
untuk mengawasi manajemen dan kinerjanya sehingga dapat menimbulkan
potensi penerimaan opini audit going concern. Keberadaan kepemilikan
institusional dalam perusahaan menjadi pengawas yang efektif dalam
meminimalisir konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang
saham. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien dalam
pemanfaatan aktiva dan diharapkan juga dapat bertindak sebagi pencegahan
terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen. Semakin besar persentase
kepemilikan maka semakin besar dorongan untuk mengawasi manajemen dan
kinerjanya sehingga dapat mengurangi potensi penerimaan opini audit going
concern. Kepemilikan institusional dapat melakukan pengawasan yang lebih baik,
dikarenakan dari segi skala ekonomi, pihak institusional memiliki keuntungan
lebih untuk memperoleh informasi dan menganalisis segala hal berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
88
manajer. Nilai kepemilikan institusional berperan dalam mengawasi perilaku
manajer untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan. Pengawasan institusi
tersebut akan mengurangi masalah keagenan sesuai dengan agency theory yang
menjelaskan adanya hubungan antara manajemen dan pemilik. Kepemilikan
saham institusi menentukan peningkatan permintaan kualitas audit. Dengan
pengawasan yang lebih baik diharapkan manajemen perusahaan akan lebih fokus
dalam kinerja dan sudah merupakan tanggung jawab manajemen untuk mengelola
dengan baik dana yang telah diinvestasikan kepada perusahaan. Pengelolaan
perusahaan yang baik dapat meminimkan kemungkinan perusahaan mengalami
kebangkrutan sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
usahanya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurpratiwi (2014) yang menemukan hasil kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap opini audit going concern. Pengawasan yang dilakukan oleh pemilik
kepada manajemen akibat adanya pendelegasian wewenang dari pemilik ke
manajemen, sesuai dengan agency theory yang menjelaskan adanya hubungan
antara manajemen dan pemilik. Adanya pengawasan yang lebih ketat maka
manajemen perusahaan akan menjalankan usaha dengan semakin baik karena
memiliki tanggungjawab atas dana yang telah diinvestasikan ke dalam
perusahaan, dengan kinerja perusahaan yang baik maka kemungkinan perusahaan
diberikan opini audit going concern oleh auditor semakin kecil. Akan tetapi
penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009)
yang menemukan hasil bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap opini audit going concern, meskipun ada kepemilikan institusional
Universitas Sumatera Utara
89
ternyata fungsi pengawasan yang ada belum menjamin untuk tidak diberikannya
opini audit going concern karena untuk kinerja perusahaan sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor internal dan eksternal.
5.2.4 Pengaruh ukuran KAP terhadap opini audit going concern
Hasil penelitian terhadap variabel ukuran KAP menunjukkan bahwa
variabel ini berpengaruh positif tidak signifikan terhadap opini audit going
concern yang diterima oleh perusahaan. Bukti empiris ini mengindikasikan
bahwa, KAP Big Four maupun KAP non Big Four akan mengungkapkan opini
audit going concern apabila auditor memiliki keraguan akan kelangsungan hidup
entitas ke depannya atau berkeyakinan bahwa perusahaan tidak dapat menjalankan
aktivitas operasionalnya dalam jangka panjang. Hal ini dilakukan auditor karena
auditor bertanggungjawab untuk mengungkapkan kondisi yang dialami oleh
perusahaan. Di dalam SPAP juga berisi standar-standar audit yang mengatur dan
sebagai pedoman audit dalam melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan audit
KAP Big four maupun non Big four menggunakan standar yang sama. Hal ini
sesuai dengan Agency Theory, dimana agency dan contracting dilakukan untuk
perhitungan dan pelaporan agka-angka sebelum memulai kontrak atau perikatan
audit. Semakin tinggi kos agensi semakin besar tuntutan terhadap kualitas audit
yang lebih baik. Berdasarkan analisis data menunjukkan hasil penelitian yang
tidak signifikan diduga karena sebagian besar sampel penelitian merupakan
perusahaan yang tidak menggunakan jasa KAP yang bergabung di KAP Big Four.
Selain itu, dari analisis data juga dapat diketahui bahwa sebanyak 44 sampel
perusahaan diaudit oleh KAP Big Four sedangkan 227 sampel perusahaan tidak
Universitas Sumatera Utara
90
diaudit oleh KAP non Big four. Hasil ini mengindikasikan bahwa terjadi
peningkatan kepercayaan entitas bisnis saat ini terhadap kualitas auditor yang
berasal dari KAP kecil, entitas bisnis dalam hal ini mungkin beranggapan bahwa
KAP besar atau yang berafiliasi dengan KAP Big Four belum tentu memberikan
jaminan kualitas audit yang lebih baik mengingat banyak kasus kecurangan yang
dilakukan oleh KAP besar, seperti kasus Enron diaudit KAP Arthur Andersen
yang memilik reputasi besar. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ramadhany (2004) dimana variabel skala auditor (Big Four dan
non Big Four) tidak berpengaruh signifikan atas kemungkinan penerimaan opini
audit going concern. Akan tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nariman (2015) yang menunjukkan hasil ukuran KAP
berpengaruh positif signifikan terhadap opini audit going concern. Dimana ukuran
KAP yang besar yang dalam hal ini diwakili oleh KAP Big Four memiliki sumber
daya yang lebih besar dan memiliki lebih banyak pengalaman sehingga dapat
mengidentifikasi masalah going concern secara lebih baik dan lebih lengkap.
Dengan memiliki sumber daya yang lebih banyak dan pengalaman diharapkan
akan menghasilkan proses audit yang berkualitas yang sangat berguna untuk
menghasilkan informasi akuntansi yang berkualitas yang sangat relevan bagi para
pengguna laporan keuangan dan pengambilan keputusan. Selain itu klien,
masyarakat umumnya, dan investor mempersepsikan bahwa auditor yang berasal
dari KAP besar memiliki afiliasi dengan KAP Internasional (big four) akan
memiliki kualitas baik, ini disebabkan karena auditor tersebut memiliki
Universitas Sumatera Utara
91
karakteristik yang dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan yang terstruktur dan
intensif serta adanya pengakuan internasional.
5.2.5 Pengaruh pergantian auditor terhadap opini audit going concern
Hasil penelitian terhadap variabel pergantian auditor menunjukkan bahwa
variabel ini berpengaruh positif signifikan terhadap opini audit going concern
yang diterima oleh perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat pergantian auditor suatu perusahaan, maka semakin besar kecenderungan
perusahaan mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan. Pergantian KAP
Big-4 ke KAP non Big-4 dikhawatirkan dapat menyebabkan adanya sentimen
negatif dari pelaku pasar terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan,
sebaliknya pergantian KAP non Big-4 ke KAP Big-4 dikhawatirkan menyebabkan
tidak adanya kemungkinan untuk mendapatkan unqualified karena pertimbangan
kualitas audit yang lebih baik. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008 membatasi penugasan audit paling lama 6 tahun berturut-turut
untuk KAP dan 3 tahun berturut-turut untuk seorang akuntan. Penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadir dalam Damayanti dan
Sudarma (2008). Akan tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan Damayanti dan Sudarma (2008) yang menyatakan bahwa opini
akuntan tidak memiliki pengaruh terhadap perusahaan publik di Indonesia untuk
berpindah KAP.
Universitas Sumatera Utara
92
5.2.6 Ukuran perusahaan dalam memoderasi terhadap opini audit going
concern
Pengujian hipotesis moderasi ini dilakukan dengan uji residual, dari hasil
pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel independen yaitu kondisi
keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP, dan
pergantian auditor beserta interaksinya dengan variabel moderating tidak
berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Karena hasil dari uji
koefisien regresi dari opini audit going concern bernilai negatif tidak signifikan
terhadap ukuran perusahaan. Hasil uji interaksi memperoleh hasil bahwa ukuran
perusahaan dalam interaksi ini bukanlah merupakan variabel moderating yang
dapat memperkuat atau memperlemah hubungan yaitu kondisi keuangan,
pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP, dan pergantian
auditor beserta dengan opini audit going concern. Hasil penelitian menunjukkan
semakin besar ukuran perusahaan maka cenderung untuk tidak mendapatkan opini
audit going concern. Hal ini karena semakin tinggi total asset yang dimiliki, maka
perusahaan dianggap memiliki ukuran besar sehingga mampu mempertahankan
kelangsungan usahanya.
Universitas Sumatera Utara
93
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bab
sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan maka kondisi keuangan,
pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP, dan
pergantian auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap opini
audit going concern pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2010-2015).
2. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pertumbuhan perusahaan dan
pergantian auditor berpengaruh positif signifikan terhadap opini audit
going concern, dan kondisi keuangan dan kepemilikan institusional
berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going concern.
Sedangkan ukuran KAP berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
opini audit going concern pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2010-2015).
3. Berdasarkan hasil pengujian moderating menunjukkan bahwa koefisien
regresi variabel dependen yaitu opini audit going concern memiliki
pengaruh negatif dan tidak signifikan. Hasil uji moderasi memperoleh
hasil bahwa ukuran perusahaan dalam interaksi ini bukanlah merupakan
variabel moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan
93
Universitas Sumatera Utara
94
kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional,
ukuran KAP, dan pergantian auditor beserta dengan opini audit going
concern.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel kondisi keuangan,
pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran KAP, dan
pergantian auditor sebagai variabel independen, dan ukuran perusahaan
sebagai variabel moderating, sedangkan masih ada faktor-faktor lain yang
dimungkinkan dapat mempengaruhi opini audit going concern.
2. Pemilihan objek penelitian hanya menggunakan perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2015 saja.
6.3 Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian sebagaimana telah disebutkan di atas,
dapat dibuat saran sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang dapat
mempengaruhi opini audit going concern misalnya fee audit, opini audit
tahun sebelumnya, audit tenure, audit lag dan variabel lainnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lanjutan yang
menyerupai penelitian ini disarankan untuk menggunakan objek penelitian
pada perusahaan lain yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, sehingga
dapat memberikan hasil lebih baik terhadap masalah yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
95
DAFTAR PUSTAKA
Altman, E dan McGough, T. 1974. “Evaluation of A Company as A Going
Concern”. Journal of Accountancy. December.
Ardiyaningsih, Arum dan Komala Ardiyani. 2010. “Analisis Pengaruh Struktur
Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan“. Jurnal Pena, Vol. 19, No. 2.
Arma, Ulkri Endra. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Pertumbuhan
Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi
Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada BEI). Universitas
Negeri Padang, Padang.
Badera dan Rudyawan. 2009.”Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan
Model Prediksi Kebangkrutan, Petumbuhan Perusahaan, Leverage, dan
Reputasi Auditor”. Jurnal akuntansi dan Bisnis Vol.4 No.2.
Bapepam. 1997. Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-11/PM/1997 Tentang
Perubahan No. IX.C.7 Tentang Pedoman Mengenai Bentuk & Isi
Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum oleh
Perusahaan Menengah atau Kecil.
Carcello, J.V., dan Z. Palmrose, 1994. Auditor Litigation and Modified reporting
on Bankrupt Clients. Journal of Accounting Research.
Chaney, Paul, and K.L Philipich. 2002. Shredded Reputation: The Cost of Audit
Failure. Journal of Accounting Research.
Craswell, A. T., J. R. Francis, and S. L. Taylor. 1995. “Auditor Brand Name
Reputations and Industry Specializations”. Journal of Accounting and
Economic.
Chow, C., dan S.J. Rice. 1982. Qualified Audit Opinions and Auditor Switching.
The Accounting Review.
Damayanti, S., dan M. Sudarma. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik. Simposium nasional
Akuntansi 11, Pontianak.
Dan M. Guy, C. Wayne Alderman, Alan J. Winters. 2003, Auditing, Jilid II,
Jakarta : Erlangga.
DeFond, M, 1992. “The Association Between Changes in Client Firm Agency
Costs and Auditor Switching.”, Auditing: A Journal of Practice and Theory.
95
Universitas Sumatera Utara
96
Dewayanto, Totok (2011). “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Fokus Ekonomi Vol. 6 No. 1.
Eichenseher J.W, M. Hagigi dan D. Shields (1989), Market Reaction to Auditor
Changes by OTC Companies, Auditing : A Journal of Practice and Theory.
Eisenhardt, K. M. 1998. Agency Theory: An Asessment and Review. Academy of
Management Review. Vol. 14, No.1.
Fabozzi, J.F. 2002. Manajemen Investasi. Buku II. Salemba Empat. Jakarta.
Fanny, Margaretta dan Saputra, S. 2005. “Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”.
Simposium nasional Akuntansi VIII.
Francis, F., dan E. R. Wilson, (1988). “Auditor-changes: A Joint Test of Theories
Relating to Agency Costs.”, The accounting Review.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS
21. Edisi 7, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gujarati, Damodar, 2003, Ekonometri dasar. Terjemahan: Sumarno Zain, Jakarta:
Erlangga.
Gusti, Berta Firyanni. 2013. “Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur
Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment
Oportunity Set Sebagai Variabel Moderating”. Universitas Negeri Padang,
Padang.
Hani, Clearly dan Muklasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi
pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Prosiding Simposium Nasional
Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober.
Hapsoro, D., dan N.A. Aghasta, 2013, Pemberian Opini Audit Going Concern:
Konservatif atau Mempertahankan Akurasi, SNA XVI, September.
Http://mandiri-institute.id/industry-update-2016/?upf=dl&id=1779.
Http://market.bisnis.com/read/20150530/192/438718/kinerja-eltypendapatan-
turun-tajam.
Universitas Sumatera Utara
97
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2013). Standar Audit (SA 570) Jakarta:
Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011, Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta:
Salemba Empat.
Irwansyah, Oktavianti, Bramantika dan Hardiyanti, Syarifah. 2015. Pengaruh
Faktor Keuangan dan Faktor non Keuangan Terhadap pengungkapan Opini
Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi XVII.
Ismayanti, Fitri dan Hanafi, Mamduh, 2003. Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan
Dividen ; Analisa Persamaan Simultan. Simposium Nasional Akuntansi VI,
Ikatan Akuntansi Indonesia.
Januarti, Indira., dan Fitrianasari, Ella. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio
Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini
Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEJ Tahun 2000-2005). Jurnal Maksi, Vol 8.
Januarti, Indira.2009. “ Analisis Pengaruh Faktor Perushaan, Kualitas Auditor,
Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
(Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal
Akuntansi Universitas Diponegoro. Simposium Nasional Akuntansi XII .
Jensen, M. dan Meckling, W., 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,
Vol. 3.
Joanna. L. Ho. 1994.”The Effect of Experience on Consensus of Going Concern
Judgment”. Behavioral Research in Accounting Vol 6.
Junaidi dan Hartono, J. 2010. Faktor Non Keuangan Pada Opini Audit Going
Concern. Simposium Nasional Akuntansi XII.
Juniarti. 2000.”Profesi Akuntan Merespon Dampak Memburuknya Kondisi
Ekonomi’ Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.2, No.2. November.
Kadir, M.N. 1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah
KAP. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Kartika, R.D. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Klien
Melakukan Pergantian Akuntan Publik (Auditor Changes). Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.
Universitas Sumatera Utara
98
Koh, Hian Chye dan Sen Suan Tan, 1999. “A Neural Network Approach to
Prediction of Going Concern Status”, Accounting and Business Research,
Volume 29.
Komalasari, Agrianti. 2004. “Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxy
Going Concern terhadap Opini Auditor.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Vol. 9, No. 2.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
LaSalle, Randal E., dan Anandarajan, Asokan. 1996. “Auditor View on The Type
of Audit report Issued to Entities with Going Concern Uncertainties”.
Accounting Horizons, Vol 10.
Lubis, Ade Fatma. 2015. Metode Penelitian Akuntansi dan Format Penulisan
Tesis. Medan : USU Press
Lucky. 2011. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, dan
Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. Fakultas Ekonomi, Universitas
Semarang.
Mada, Brilina Elita. 2013. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Reputasi KAP, Debt Default dan Financial Distress terhadap Penerimaan
Opini Audit Going Concern”. Diponegoro Journal of Accounting, Vol.2,
No.4. Semarang.
Mardiyah, A. A. 2002. “Pengaruh Faktor Klien dan Faktor Auditor terhadap
Auditor Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontijensi RPA
(Recursive Model Algorithm”). Media Riset Akuntansi, Auditing dan
Informasi, Vol 3, No. 2.
McKeown, J. Mutcher, J dan Hopwood W. (1991). Towards an Explanation of
Auditor Failure to Modify the Audit Opinion of Bankrupt Companies”.
Auditing: Journal Practisce & Theory. Supplement.
Mulawarman, Aji Desi. 2009. Akuntansi Syariah Teori, Konsep, dan Laporan
Keuangan. E Publishing Company. Jakarta.
Mutchler, J. F., W. Hopwood, and J. C Mckeown. 1997. “The Influence of
Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Report Decisions on
Bankrupt Companies”. Journal of Accountig Research. Autum.
Mutchler, J. (1985).”A Multivariate Analysis of The Auditors Going Concern
Opinion Decision”. Journal of Accountig Research. Autumn.
Universitas Sumatera Utara
99
Nariman, Augustpaosa. 2015. “Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik
Terhadap Opini Going Concern dan Earnings Response Coefficients (ERC)
Pada Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2011-2013”.
Jurnal Akuntansi/Volume XIX, No. 02 Juni 2015.
Nasser, A.T.A., E.A. Wahid , S.N.F.S.M. Nazri, dan M. Hudaib. 2006. Auditor
Client Relationship: The Case Of Audit Tenure and Auditor Switching in
Malaysia. Managerial Auditing Jurnal. 21(7).
Nurpratiwi, Vidya dan Rahardjo, Shiddiq Nur. 2014. (Analisis Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Faktor Komite Audit, Rasio
Profitabilitas, dan Rasio Aktivitas terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern). Diponegoro of Journal Accounting Vol.3.No.3. Semarang.
Palmrose, Z. 1984. The Demand for Differentiated Audit Services in an Agency
Cost Setting: an Empirical Examination. Fifth Auditing Research
Symposium, Illinois.
Pane, M.Arif Rivan. 2015. “Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan
Debt Default terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Universitas Sumatera Utara.
Peraturan Menteri Keuangan, 2008, Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.010/2015 tentang “Jenis Barang
Kena Pajak yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang
Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah”, Jakarta.
Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1996 Tentang Pemilikan Rumah Tempat
Tinggal Atau Hunian Oleh Orang Asing Yang Berkedudukan di Indonesia
Peraturan Pemerintah No 103 Tahun 2015 Tentang Pemilikan Rumah Tempat
Tinggal Atau Hunian Oleh Orang Asing Yang Berkedudukan di Indonesia.
Petronela, Thio Anastasia. 2004. “Perkembangan Going Concern Perusahaan
Dalam Pemberian Opini Audit’. Jurnal balance.
Praptitorini, Januarti, 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default Dan
Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Simposium
Nasional Akuntansi X.
Pudjiastuti, Retno dan Untara. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Auditor Dalam Pemberian Opini Audit Going Concern (Studi Empiris:
Universitas Sumatera Utara
100
Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Yang terdaftar di
BEI 2007-2011. Tesis.Universitas Gundarma Jakarta.
Puji , Rahayu. 2007. “Assessing Going Concern Opinion: A Study Based on
Financial and Non-Financial Informations (Empirical Evidence of
Indonesian Banking Firms Listed on JSX and SSX)”. Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) X. Makasar.
Purba, Marisi P.2009. Asumsi Going Concern: Suatu Tinjauan Terhadap Dampak
Krisis keuangan Atas Opini Audit dan Laporan Keuangan. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Rahman, Abdul dan Baldric Siregar. 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia”. SNA XV. Banjarmasin.
Ramadhany, Alexander. 2004. ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Maksi Volume
4.
Saputri, Vita Wahyu dan Fatchan Achyani. 2014. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Akuntansi FEB-
UMS. ISBN: 978-602-70429-2-6
Sartono, Agus R. (1997). Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta:BPFE
Sentosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari, 2007. “Analisa Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going
Concern”, JAAI, Volume 11 No.2 Desember
Setiawan, Santy. 2006. “Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan”. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol V No. 1. Mei.
Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium
Nasional Akuntansi IX. Padang.
Sibuea, Lestari. 2014.”Pengaruh Debt Default dan Opini Audit Tahun
Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Kasus Pada
Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia)”. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
Universitas Sumatera Utara
101
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suparlan dan Andayani, Wryan. 2010. “Analisis Empiris Pergantian Kantor
Akuntan Publik Setelah Ada Kewajiaban Rotasi Audit”. SNA XIII.2010,
Purwokerto.
Syahrul. Dan Muhammad Afdi. 2000. Kamus Akuntansi. Jakarta : Citra Harta
Prima.
Venuti, Elizabeth k. 2007. “The Going Concern Assumption Revisited: Assesing
a Company’s Future Viability”. The CPA Journal Online.
Wahyuningsih, Nur dan Suryana, Ketut (2010). Analisis pengaruh opini audit
going concern dan pergantian manajeman terhadap audit switching. Jurnal
akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Watts, R, L., and Zimmerman, J, L. 1986, Positive Accounting Theory. New York,
Prentice Hall.
Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. (1993). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Widyaastuti. 2004. “Pengaruh Struktur kepemilikan dan Kinerja Keuangan
Terhadap Manajemen Laba Studi pada Perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia”. Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila. Jakarta.
www.tempo.co
www.idx.co.id
www.sahamok.com
Universitas Sumatera Utara
103
LAMPIRAN 1. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Nama : NANCY MAYRISKI SIREGAR
NIM : 147017090
Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS
Jurusan : MAGISTER AKUNTANSI
Universitas : SUMATERA UTARA
No. Uraian Kegiatan
Tahun 2015 - 2016
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt
1
Penyusunan dan
Pengajuan Proposal
Penelitian
2 Bimbingan Proposal
3 Kolokium
4
Pengumpulan dan
Pengolahan Data
5
Penulisan Tesis dan
Bimbingan
6
Seminar Hasil dan
Ujian Tesis
102
Universitas Sumatera Utara
103
No. Kode Perusahaan Tahun KK (X1) PP ( X2) KI (X3) KAP (X4) PA (X5) OAGC (Y) UP (Z)
1 APLN 2010 2.26 1.26 0.70 1 0 29.68
2 ASRI 2010 1.89 0.96 0.49 0 0 0 29.15
3 BAPA 2010 5.00 (0.14) 0.77 0 0 0 25.64
4 BCIP 2010 6.03 0.14 0.58 0 0 0 25.98
5 BEST 2010 0.81 1.00 0 0 27.80
6 BIPP 2010 -5.09 (0.02) 0.43 0 0 1 25.98
7 BKDP 2010 1.77 0.44 0.40 0 0 0 27.65
8 BKSL 2010 3.12 1.73 0.63 0 0 0 29.20
9 BSDE 2010 3.24 0.03 0.74 0 0 0 30.09
10 COWL 2010 1.17 0.02 0.66 0 0 0 26.31
11 CTRA 2010 2.22 0.27 0.39 1 0 29.87
12 CTRP 2010 7.06 0.05 0.55 1 0 0 28.97
13 CTRS 2010 2.13 5.16 0.63 1 0 0 28.59
14 DART 2010 -0.22 0.96 0.88 1 0 28.57
15 DILD 2010 3.57 1.71 0.61 0 0 0 29.16
16 DUTI 2010 2.82 0 0.85 0 0 0 29.18
17 ELTY 2010 0.99 0.29 0.23 0 0 1 30.47
18 EMDE 2010 1.26 (0.07) 1.00 0 0 27.25
19 FMII 2010 1.93 (0.35) 0.88 0 0 26.57
20 GMTD 2010 0.93 0.88 0.65 0 1 0 26.61
21 GPRA 2010 1.55 7.74 0.67 0 0 0 27.80
22 JRPT 2010 2.36 0.17 0.80 0 0 0 28.82
23 KIJA 2010 1.19 0.52 0.05 0 0 0 28.83
24 KPIG 2010 6.67 0.28 0.58 0 0 0 28.37
25 LAMI 2010 0.85 (0.04) 0.93 0 0 0 27.11
26 LCGP 2010 4.20 (0.10) 0.45 0 0 25.86
27 LPCK 2010 1.22 0.25 0.42 0 0 0 28.14
28 LPKR 2010 2.31 0.22 0.19 0 0 0 30.41
29 MDLN 2010 0.36 (0.13) 0.65 0 1 0 28.39
30 MKPI 2010 4.85 0.04 0.83 0 0 0 28.22
31 MTSM 2010 1.86 (0.88) 0.81 0 0 25.43
32 OMRE 2010 0.68 0.88 0.90 1 0 0 27.37
33 PLIN 2010 3.20 0.24 0.74 1 0 0 29.12
34 PUDP 2010 2.01 0.03 0.86 0 0 0 26.38
35 PWON 2010 2.46 0.76 0.82 1 0 0 29.23
36 RBMS 2010 3.07 0.33 0.83 0 0 25.49
37 RDTX 2010 4.60 0.10 0.81 0 0 27.47
38 RODA 2010 36.36 0.68 0 0 1 27.91
39 SCBD 2010 1.80 (0.42) 0.82 0 0 0 28.88
40 SMDM 2010 0.68 0.34 0.87 1 0 1 28.35
41 SMRA 2010 2.08 0.41 0.39 1 0 0 29.44
LAMPIRAN 3. DATA VARIABEL PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
104
No. Kode Perusahaan Tahun KK (X1) PP ( X2) KI (X3) KAP (X4) PA (X5) OAGC (Y) UP (Z)
1 APLN 2011 1.75 0.97 0.7 1 0 0 30.01
2 ASRI 2011 2.38 0.75 0.53 0 0 0 29.42
3 BAPA 2011 3.15 -0.44 0.77 0 0 0 25.72
4 BCIP 2011 10.62 -0.34 0.59 0 0 0 26.19
5 BEST 2011 3.42 1.05 1 0 0 0 28.13
6 BIPP 2011 -5.23 -0.15 0.53 0 0 1 26
7 BKDP 2011 1.97 -0.6 0.4 0 0 0 27.61
8 BKSL 2011 7.63 0.032 0.3 0 0 0 29.3
9 BSDE 2011 3.36 0.13 0.74 0 0 0 30.18
10 COWL 2011 1.78 0.8 0.66 0 1 0 26.68
11 CTRA 2011 2.01 0.29 0.39 1 0 0 30.07
12 CTRP 2011 3.18 0.24 0.59 1 0 0 29.09
13 CTRS 2011 1.85 0.36 0.63 1 0 0 28.89
14 DART 2011 0.53 0.2 0.89 1 0 0 29.04
15 DILD 2011 1.33 0.11 0.49 0 0 0 29.37
16 DUTI 2011 2.55 0.11 0.85 0 0 0 29.28
17 ELTY 2011 0.74 0.41 0.23 0 1 1 30.5
18 EMDE 2011 1.35 -0.37 0.67 0 0 0 27.55
19 FMII 2011 1.54 1.15 0.88 0 1 0 26.59
20 GMTD 2011 1.32 0.6 0.65 0 1 0 26.91
21 GPRA 2011 1.83 0.26 0.69 0 1 0 27.84
22 GWSA 2011 3.55 1.73 0.85 0 1 0 28.18
23 JRPT 2011 2.68 0.15 0.8 0 0 0 29.04
24 KIJA 2011 2.2 0.92 0.23 0 0 0 29.35
25 KPIG 2011 11 0.14 0.48 0 0 0 28.3
26 LAMI 2011 1.35 0.24 0.93 0 0 0 27.08
27 LCGP 2011 4.39 -0.54 0.43 0 1 0 25.86
28 LPCK 2011 2.12 1.23 0.42 0 0 0 28.34
29 LPKR 2011 2.43 0.34 0.18 0 0 0 30.53
30 MDLN 2011 0.45 1.04 0.56 0 0 0 28.56
31 MKPI 2011 4.4 0.16 0.85 0 0 0 28.39
32 MTLA 2011 6.32 0.63 0.9 1 0 0 28.18
33 MTSM 2011 2.08 0.04 0.81 0 0 0 25.39
34 OMRE 2011 1.55 -0.06 0.9 1 0 0 27.32
35 PLIN 2011 2.66 0.12 0.77 1 0 0 29.07
36 PUDP 2011 2.02 0.53 0.86 0 0 0 26.55
37 PWON 2011 2.49 0.2 0.85 1 0 0 29.38
38 RBMS 2011 1.62 0 0.84 0 0 0 25.63
39 RDTX 2011 3.15 0.13 0.83 0 0 0 27.71
40 RODA 2011 2.46 0.69 0 1 1 28.43
41 SCBD 2011 1.39 -0.38 0.82 0 0 0 28.88
42 SMDM 2011 1.5 0.69 0.87 0 1 0 28.53
43 SMRA 2011 1.92 0.39 0.38 1 0 0 29.72
LAMPIRAN 3. DATA VARIABEL PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
105
No. Kode Perusahaan Tahun KK (X1) PP ( X2) KI (X3) PA (X4) KAP (X5) OAGC (Y) UP (Z)
1 APLN 2012 1.48 0.23 0.7 0 1 0 30.35
2 ASRI 2012 2.15 0.77 0.47 0 0 0 30.02
3 BAPA 2012 2.6 -0.18 0.7 0 0 0 25.79
4 BCIP 2012 2.13 0.89 0.58 0 0 0 26.56
5 BEST 2012 9.33 1.03 0.75 0 0 0 28.46
6 BIPP 2012 -4.46 0.18 0.54 0 0 1 25.91
7 BKDP 2012 1.47 -0.24 0.4 0 0 0 27.52
8 BKSL 2012 3.27 0.36 0.48 0 0 0 29.45
9 BSDE 2012 3.07 0.33 0.63 0 0 0 30.45
10 COWL 2012 1.2 0.72 0.95 0 0 0 28.21
11 CTRA 2012 1.84 0.52 0.38 0 1 0 30.34
12 CTRP 2012 1.87 0.88 0.59 0 1 0 29.41
13 CTRS 2012 2.26 0.3 0.63 0 1 0 29.12
14 DART 2012 1.45 1.02 0.87 0 1 0 29.08
15 DILD 2012 1.28 0.56 0.42 0 0 0 29.44
16 DUTI 2012 3.68 0.4 0.88 0 0 0 29.52
17 ELTY 2012 0.19 0.53 0.17 0 0 1 30.35
18 EMDE 2012 1.19 0.09 0.72 0 0 0 27.51
19 FMII 2012 3.63 0.57 0.88 0 0 0 26.59
20 GAMA 2012 10.38 0.44 0.6 0 0 0 27.84
21 GMTD 2012 1.07 0.27 0.65 0 0 0 27.53
22 GPRA 2012 1.64 -0.08 0.85 0 0 0 27.9
23 GWSA 2012 4.3 1.76 0.85 0 0 0 28.36
24 JRPT 2012 2.66 0.23 0.8 0 0 0 29.24
25 KIJA 2012 1.97 0.22 0.17 0 0 0 29.59
26 KPIG 2012 6.77 4.05 0.64 0 0 0 28.63
27 LAMI 2012 1.36 -0.17 0.93 0 0 0 27.12
28 LCGP 2012 8.11 1.41 0.06 0 0 0 25.88
29 LPCK 2012 2.51 0.12 0.42 0 0 0 28.67
30 LPKR 2012 2.5 0.47 0.18 0 0 0 30.84
31 MDLN 2012 1.59 1.16 0.41 0 0 0 29.15
32 MKPI 2012 4.44 0.07 0.83 0 0 0 28.57
33 MTLA 2012 6.85 0.25 0.89 0 1 0 28.33
34 MTSM 2012 6.41 -0.07 0.81 0 0 0 25.38
35 NIRO 2012 3.35 29.42 0.85 0 0 0 28.63
36 OMRE 2012 1.64 -0.16 0.9 0 1 0 27.37
37 PLIN 2012 3.19 0.88 0.88 0 1 0 29
38 PUDP 2012 2.08 0.08 0.86 0 0 0 26.61
39 PWON 2012 2.52 0.46 0.7 0 1 0 29.65
40 RBMS 2012 3.32 1.65 0.85 0 0 0 25.75
41 RDTX 2012 3.75 0.11 0.83 0 0 0 27.82
42 RODA 2012 3.01 0.24 0.68 0 0 0 28.52
43 SCBD 2012 2.14 -0.01 0.82 0 0 0 28.9
44 SMDM 2012 1.36 -0.01 0.87 0 0 0 28.6
45 SMRA 2012 2.18 0.47 0.42 0 1 0 30.01
LAMPIRAN 3. DATA VARIABEL PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
106
No. Kode Perusahaan Tahun KK (X1) PP ( X2) KI (X3) PA (X4) KAP (X5) OAGC (Y) UP (Z)
1 APLN 2013 1.12 0.04 0.7 0 1 0 30.61
2 ASRI 2013 1.27 0.5 0.52 0 0 0 30.3
3 BAPA 2013 1.87 0.59 0.7 1 0 0 25.89
4 BCIP 2013 2.51 0.71 0.58 0 0 0 26.79
5 BEST 2013 4.92 0.38 0.61 0 0 0 28.84
6 BIPP 2013 0.4 0.91 0.66 0 0 1 27.05
7 BKDP 2013 1.1 -0.15 0.4 0 0 1 27.46
8 BKSL 2013 1.81 0.54 0.41 0 0 0 30
9 BSDE 2013 2.97 0.54 0.63 0 0 0 30.74
10 COWL 2013 2.25 0.06 0.93 1 0 0 28.3
11 CTRA 2013 1.48 0.53 0.39 0 1 0 20
12 CTRP 2013 1.48 0.75 0.59 0 1 0 29.67
13 CTRS 2013 1.5 0.2 0.63 0 1 0 29.38
14 DART 2013 1.23 -0.02 0.9 0 1 0 29.19
15 DILD 2013 1.02 0.2 0.43 0 0 0 29.65
16 DUTI 2013 4.99 0.02 0.88 0 0 0 29.64
17 ELTY 2013 0.38 0.13 0.15 0 0 1 30.14
18 EMDE 2013 1.45 1.06 0.74 0 0 0 27.57
19 FMII 2013 4.31 0.36 0.88 1 0 0 26.79
20 GAMA 2013 2.54 0.49 0.6 0 0 0 27.89
21 GMTD 2013 1.36 0.25 0.65 0 0 0 27.9
22 GPRA 2013 2.53 0.45 0.85 1 0 0 27.92
23 GWSA 2013 4.25 -0.87 0.8 0 1 0 28.35
24 JRPT 2013 2.74 0.19 0.8 0 0 0 29.45
25 KIJA 2013 1.72 0.96 0.2 1 0 0 29.74
26 KPIG 2013 3.54 0.44 0.84 0 1 0 29.63
27 LAMI 2013 1.58 -0.06 0.93 0 0 0 27.14
28 LCGP 2013 36.86 -0.09 0.64 1 0 0 28.2
29 LPCK 2013 2.81 0.31 0.42 0 0 0 28.98
30 LPKR 2013 2.1 0.08 0.18 0 0 0 31.07
31 MDLN 2013 1.99 0.72 0.37 0 0 0 29.9
32 MKPI 2013 7.61 0.12 0.79 0 0 0 28.67
33 MTLA 2013 2.98 0.26 0.89 0 1 0 28.67
34 MTSM 2013 7.64 -0.1 0.81 1 0 0 25.31
35 NIRO 2013 2.91 1.79 0.84 0 0 0 28.71
36 OMRE 2013 1.01 -0.15 0.9 0 1 0 27.43
37 PLIN 2013 3.07 -0.18 0.89 0 1 0 29.05
38 PUDP 2013 2.34 -0.01 0.86 0 0 0 26.63
39 PWON 2013 2.82 0.4 0.52 0 1 0 29.86
40 RBMS 2013 0.74 -0.51 0.85 0 0 0 25.79
41 RDTX 2013 3.44 0.27 0.83 0 0 0 28.07
42 RODA 2013 4.7 2.04 0.68 0 0 0 28.64
43 SCBD 2013 6.56 2.99 0.82 0 0 0 29.34
44 SMDM 2013 1.09 0.23 0.89 0 0 0 28.71
45 SMRA 2013 1.84 0.18 0.38 0 1 0 30.24
LAMPIRAN 3. DATA VARIABEL PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
107
No. Kode Perusahaan Tahun KK (X1) PP ( X2) KI (X3) PA (X4) KAP (X5) OAGC (Y) UP (Z)
1 APLN 2014 1.18 0.08 0.71 0 1 0 30.79
2 ASRI 2014 1.45 -0.01 0.51 0 0 0 30.46
3 BAPA 2014 1.96 0.13 0.77 0 0 0 25.89
4 BCIP 2014 2.44 0.2 0.58 0 0 0 27.1
5 BEST 2014 6.76 -0.37 0.58 0 0 0 28.93
6 BIPP 2014 -0.13 0.71 0.66 1 0 1 27.14
7 BKDP 2014 11.34 8.43 0.4 0 0 1 23.15
8 BKSL 2014 1.39 -0.25 0.48 0 0 0 29.91
9 BSDE 2014 3.5 -0.02 0.65 0 0 0 30.97
10 COWL 2014 1.33 0.71 0.93 1 0 0 28.93
11 CTRA 2014 1.94 0.25 0.38 0 1 0 30.78
12 CTRP 2014 1.55 0.15 0.59 0 1 0 29.81
13 CTRS 2014 2.4 0.36 0.63 0 1 0 29.44
14 DART 2014 1.72 0.55 0.9 0 1 0 29.26
15 DILD 2014 1.5 0.21 0.43 0 0 0 29.83
16 DMAS 2014 6.77 -0.43 1 0 0 0 29.66
17 DUTI 2014 4.53 -0.04 0.88 0 0 0 29.71
18 ELTY 2014 0.54 -0.52 0.24 0 0 1 30.3
19 EMDE 2014 1.28 0.38 0.74 1 0 0 27.79
20 FMII 2014 4.45 -0.12 0.88 1 0 0 26.85
21 GAMA 2014 1.57 0.27 0.6 1 0 0 27.960
22 GMTD 2014 1.75 0.05 0.65 0 0 0 28.05
23 GPRA 2014 2.85 0.09 0.83 0 0 0 28.05
24 GWSA 2014 3.85 0.91 0.79 0 1 0 28.46
25 JRPT 2014 3.49 0.47 0.8 0 0 0 29.53
26 KIJA 2014 2.39 0.02 0.2 1 0 0 29.77
27 KPIG 2014 3.09 0.72 0.55 0 0 0 29.93
28 LAMI 2014 1.91 0.05 0.93 0 0 0 27.17
29 LCGP 2014 18.55 11.96 0.4 1 0 0 28.18
30 LPCK 2014 5.12 0.35 0.42 0 0 0 29.09
31 LPKR 2014 2.36 0.75 0.24 0 0 0 31.26
32 MDLN 2014 1.87 0.57 0.36 0 0 0 29.98
33 MKPI 2014 5.29 0.15 0.79 0 0 0 29.09
34 MTLA 2014 3.27 0.31 0.9 0 1 0 28.81
35 MTSM 2014 10.32 0.01 0.81 1 0 0 25.25
36 NIRO 2014 1.62 -0.07 0.66 0 0 0 28.74
37 OMRE 2014 2.72 -0.02 0.9 0 1 0 27.43
38 PLIN 2014 5.01 0.09 0.89 0 1 0 29.14
39 PUDP 2014 1.91 -0.11 0.86 0 0 0 26.72
40 PWON 2014 3.1 0.28 0.58 0 1 0 30.450
41 RBMS 2014 1.5 1.4 0.85 1 0 0 25.77
42 RDTX 2014 4.73 0.03 0.86 0 0 0 28.13
43 RODA 2014 5.35 0.07 0.68 1 0 0 28.75
44 SCBD 2014 3.33 -0.54 0.82 0 0 0 29.35
45 SMDM 2014 0.79 0.26 0.95 0 0 0 28.78
46 SMRA 2014 2.65 0.3 0.38 0 1 0 30.36
47 TARA 2014 9.72 -0.5 0.6 0 0 0 27.91
LAMPIRAN 3. DATA VARIABEL PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
108
No. Kode Perusahaan Tahun KK (X1) PP ( X2) KI (X3) PA (X4) KAP (X5) OAGC (Y) UP (Z)
1 APLN 2015 1.1 0.13 0.8 0 1 0 30.83
2 ASRI 2015 0.88 -0.23 0.51 0 0 0 30.56
3 BAPA 2015 1.59 -0.47 0.77 0 0 0 25.89
4 BCIP 2015 2.03 -0.91 0.67 0 0 0 27.23
5 BEST 2015 2.23 -0.18 0.58 0 0 0 29.16
6 BIKA 2015 1.55 0.06 0.75 0 0 0 28.39
7 BIPP 2015 1 1.54 0.77 1 0 1 27.92
8 BKDP 2015 1.73 -0.44 0.4 1 0 1 27.4
9 BKSL 2015 0.59 -0.21 0.54 0 0 0 30.04
10 BSDE 2015 3 0.11 0.64 0 0 0 31.21
11 COWL 2015 1 0.03 0.92 1 0 0 28.9
12 CTRA 2015 2.04 0.18 0.44 0 1 0 30.9
13 CTRP 2015 1.55 1.76 0.6 0 1 0 29.91
14 CTRS 2015 2.16 0.11 0.62 0 1 0 29.57
15 DART 2015 0.96 -0.34 0.9 0 1 0 29.38
16 DILD 2015 1.04 0.2 0.43 0 0 0 29.96
17 DMAS 2015 8.36 1.73 0.9 0 0 0 29.71
18 DUTI 2015 4.23 0.1 0.88 0 0 0 29.83
19 ELTY 2015 0.02 -0.12 0.14 0 0 1 30.32
20 EMDE 2015 1.44 0.04 1 0 0 0 27.81
21 FMII 2015 11.22 4.37 0.88 0 0 0 27.09
22 GAMA 2015 1.82 -0.22 0.59 0 0 0 27.92
23 GMTD 2015 1.78 0.01 0.65 1 0 0 27.87
24 GPRA 2015 2.37 -0.26 0.72 0 0 0 28.08
25 GWSA 2015 2.89 -0.52 0.8 0 1 0 29.55
26 JRPT 2015 37.01 0.11 0.79 1 0 0 29.66
27 KIJA 2015 3.3 0.12 0.26 0 0 0 29.91
28 KPIG 2015 3.11 0.12 0.57 0 0 0 30.04
29 LAMI 2015 5.03 0.96 0.93 1 0 0 27.18
30 LCGP 2015 23.51 -0.71 0.32 0 0 0 28.17
31 LPCK 2015 4.09 0.18 0.42 0 0 0 29.33
32 LPKR 2015 2.05 1 0.24 0 0 0 31.35
33 MDLN 2015 1.52 1 0.36 0 0 0 30.18
34 MKPI 2015 8.91 1 0.789 0 0 0 29.37
35 MMLP 2015 5.14 0.15 0.75 0 0 0 28.79
36 MTLA 2015 2.1 -0.02 0.9 0 1 0 29.12
37 MTSM 2015 2.17 1 0.81 0 0 0 32.11
38 NIRO 2015 4.35 1.06 0.54 0 0 0 29.63
39 OMRE 2015 2.07 0.06 0.81 0 1 0 27.43
40 PLIN 2015 4.96 0.08 0.87 0 1 0 29.17
41 PRRO 2015 1.62 1.71 0.65 0 0 0 29.3
42 PUDP 2015 2.11 -0.38 0.86 0 0 0 26.8
43 PWON 2015 2.62 0.19 0.52 0 1 0 23.65
44 RBMS 2015 1.17 -0.65 0.88 1 0 0 25.93
45 RDTX 2015 5.31 -0.02 0.84 0 0 0 28.26
46 RODA 2015 8.31 0.54 0.68 0 0 0 28.8
47 SCBD 2015 2.64 -0.19 0.82 0 0 0 29.35
48 SMDM 2015 0.97 0.38 0.95 0 0 0 28.78
49 SMRA 2015 2.37 0.05 0.38 0 1 0 30.56
50 TARA 2015 13.76 0.96 0.68 1 0 0 27.89
LAMPIRAN 3. DATA VARIABEL PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
109
LAMPIRAN 3. DATA ALTMAN Z SCORE PERUSAHAAN PROPERTY
DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2015
No. Perusahaan Tahun Z No. Perusahaan Tahun Z No. Perusahaan Tahun Z
1 RODA 2010 36.36 1 DUTI 2010 2.82 1 SCBD 2010 1.80
2 CTRP 2010 7.06 2 PWON 2010 2.46 2 BKDP 2010 1.77
3 KPIG 2010 6.67 3 JRPT 2010 2.36 3 GPRA 2010 1.55
4 BCIP 2010 6.03 4 LPKR 2010 2.31 4 EMDE 2010 1.26
5 BAPA 2010 5.00 5 APLN 2010 2.26 5 LPCK 2010 1.22
6 MKPI 2010 4.85 6 CTRA 2010 2.22 6 KIJA 2010 1.19
7 RDTX 2010 4.60 7 CTRS 2010 2.13 7 COWL 2010 1.17
8 LCGP 2010 4.20 8 SMRA 2010 2.08 8 ELTY 2010 0.99
9 DILD 2010 3.57 9 PUDP 2010 2.01 9 GMTD 2010 0.93
10 BSDE 2010 3.24 10 FMII 2010 1.93 10 LAMI 2010 0.85
11 PLIN 2010 3.20 11 ASRI 2010 1.89 11 BEST 2010 0.81
12 BKSL 2010 3.12 12 MTSM 2010 1.86 12 OMRE 2010 0.68
13 RBMS 2010 3.07 13 JRPT 2011 2.68 13 SMDM 2010 0.68
14 KPIG 2011 11.00 14 PLIN 2011 2.66 14 MDLN 2010 0.36
15 BCIP 2011 10.62 15 DUTI 2011 2.55 15 DART 2010 -0.22
16 BKSL 2011 7.63 16 PWON 2011 2.49 16 BIPP 2010 -5.09
17 MTLA 2011 6.32 17 RODA 2011 2.46 17 COWL 2011 1.78
18 MKPI 2011 4.40 18 LPKR 2011 2.43 18 APLN 2011 1.75
19 LCGP 2011 4.39 19 ASRI 2011 2.38 19 RBMS 2011 1.62
20 GWSA 2011 3.55 20 KIJA 2011 2.20 20 OMRE 2011 1.55
21 BEST 2011 3.42 21 LPCK 2011 2.12 21 FMII 2011 1.54
22 BSDE 2011 3.36 22 MTSM 2011 2.08 22 SMDM 2011 1.50
23 CTRP 2011 3.18 23 PUDP 2011 2.02 23 SCBD 2011 1.39
24 BAPA 2011 3.15 24 CTRA 2011 2.01 24 EMDE 2011 1.35
25 RDTX 2011 3.15 25 BKDP 2011 1.97 25 LAMI 2011 1.35
26 GAMA 2012 10.38 26 SMRA 2011 1.92 26 DILD 2011 1.33
27 BEST 2012 9.33 27 CTRS 2011 1.85 27 GMTD 2011 1.32
28 LCGP 2012 8.11 28 GPRA 2011 1.83 28 ELTY 2011 0.74
29 MTLA 2012 6.85 29 JRPT 2012 2.66 29 DART 2011 0.53
30 KPIG 2012 6.77 30 BAPA 2012 2.60 30 MDLN 2011 0.45
31 MTSM 2012 6.41 31 PWON 2012 2.52 31 BIPP 2011 -5.23
32 MKPI 2012 4.44 32 LPCK 2012 2.51 32 GPRA 2012 1.64
33 GWSA 2012 4.30 33 LPKR 2012 2.50 33 OMRE 2012 1.64
34 RDTX 2012 3.75 34 CTRS 2012 2.26 34 MDLN 2012 1.59
35 DUTI 2012 3.68 35 SMRA 2012 2.18 35 APLN 2012 1.48
36 FMII 2012 3.63 36 ASRI 2012 2.15 36 BKDP 2012 1.47
37 NIRO 2012 3.35 37 SCBD 2012 2.14 37 DART 2012 1.45
38 RBMS 2012 3.32 38 BCIP 2012 2.13 38 LAMI 2012 1.36
39 BKSL 2012 3.27 39 PUDP 2012 2.08 39 SMDM 2012 1.36
40 PLIN 2012 3.19 40 KIJA 2012 1.97 40 DILD 2012 1.28
41 BSDE 2012 3.07 41 CTRP 2012 1.87 41 COWL 2012 1.20
42 RODA 2012 3.01 42 CTRA 2012 1.84 42 EMDE 2012 1.19
43 LCGP 2013 36.86 43 MTLA 2013 2.98 43 GMTD 2012 1.07
44 MTSM 2013 7.64 44 BSDE 2013 2.97 44 ELTY 2012 0.19
45 MKPI 2013 7.61 45 NIRO 2013 2.91 45 BIPP 2012 -4.46
46 SCBD 2013 6.56 46 PWON 2013 2.82 46 KIJA 2013 1.72
47 DUTI 2013 4.99 47 LPCK 2013 2.81 47 LAMI 2013 1.58
48 BEST 2013 4.92 48 JRPT 2013 2.74 48 CTRS 2013 1.50
49 RODA 2013 4.70 49 GAMA 2013 2.54 49 CTRA 2013 1.48
50 FMII 2013 4.31 50 GPRA 2013 2.53 50 CTRP 2013 1.48
Kriteria Titik Cut-off Model Altman Z Score
Universitas Sumatera Utara
110
LAMPIRAN 3. DATA ALTMAN Z SCORE PERUSAHAAN PROPERTY
DAN REAL EST ATE DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2015
No. Perusahaan Tahun Z No. Perusahaan Tahun Z No. Perusahaan Tahun Z
51 GWSA 2013 4.25 51 BCIP 2013 2.51 51 EMDE 2013 1.45
52 KPIG 2013 3.54 52 PUDP 2013 2.34 52 GMTD 2013 1.36
53 RDTX 2013 3.44 53 COWL 2013 2.25 53 ASRI 2013 1.27
54 PLIN 2013 3.07 54 LPKR 2013 2.10 54 DART 2013 1.23
55 LCGP 2014 18.55 55 MDLN 2013 1.99 55 APLN 2013 1.12
56 BKDP 2014 11.34 56 BAPA 2013 1.87 56 BKDP 2013 1.10
57 MTSM 2014 10.32 57 SMRA 2013 1.84 57 SMDM 2013 1.09
58 TARA 2014 9.72 58 BKSL 2013 1.81 58 DILD 2013 1.02
59 DMAS 2014 6.77 59 GPRA 2014 2.85 59 OMRE 2013 1.01
60 BEST 2014 6.76 60 OMRE 2014 2.72 60 RBMS 2013 0.74
61 RODA 2014 5.35 61 SMRA 2014 2.65 61 BIPP 2013 0.40
62 MKPI 2014 5.29 62 BCIP 2014 2.44 62 ELTY 2013 0.38
63 LPCK 2014 5.12 63 CTRS 2014 2.40 63 GMTD 2014 1.75
64 PLIN 2014 5.01 64 KIJA 2014 2.39 64 DART 2014 1.72
65 RDTX 2014 4.73 65 LPKR 2014 2.36 65 NIRO 2014 1.62
66 DUTI 2014 4.53 66 BAPA 2014 1.96 66 GAMA 2014 1.57
67 FMII 2014 4.45 67 CTRA 2014 1.94 67 CTRP 2014 1.55
68 GWSA 2014 3.85 68 LAMI 2014 1.91 68 DILD 2014 1.50
69 BSDE 2014 3.50 69 PUDP 2014 1.91 69 RBMS 2014 1.50
70 JRPT 2014 3.49 70 MDLN 2014 1.87 70 ASRI 2014 1.45
71 SCBD 2014 3.33 71 GWSA 2015 2.89 71 BKSL 2014 1.39
72 MTLA 2014 3.27 72 BSDE 2015 2.71 72 COWL 2014 1.33
73 PWON 2014 3.10 73 SCBD 2015 2.64 73 EMDE 2014 1.28
74 KPIG 2014 3.09 74 PWON 2015 2.62 74 APLN 2014 1.18
75 JRPT 2015 37.01 75 GPRA 2015 2.37 75 SMDM 2014 0.79
76 LCGP 2015 23.51 76 SMRA 2015 2.37 76 ELTY 2014 0.54
77 TARA 2015 13.76 77 BEST 2015 2.23 77 BIPP 2014 -0.13
78 FMII 2015 11.22 78 MTSM 2015 2.17 78 GMTD 2015 1.78
79 MKPI 2015 8.91 79 CTRS 2015 2.16 79 BKDP 2015 1.73
80 DMAS 2015 8.36 80 PUDP 2015 2.11 80 PRRO 2015 1.62
81 RODA 2015 8.31 81 MTLA 2015 2.10 81 BAPA 2015 1.59
82 RDTX 2015 5.31 82 OMRE 2015 2.07 82 BIKA 2015 1.55
83 MMLP 2015 5.14 83 LPKR 2015 2.05 83 CTRP 2015 1.55
84 LAMI 2015 5.03 84 CTRA 2015 2.04 84 MDLN 2015 1.52
85 PLIN 2015 4.96 85 BCIP 2015 2.03 85 EMDE 2015 1.44
86 NIRO 2015 4.35 86 GAMA 2015 1.82 86 RBMS 2015 1.17
87 DUTI 2015 4.23 87 APLN 2015 1.10
88 LPCK 2015 4.09 88 DILD 2015 1.04
89 KIJA 2015 3.30 89 BIPP 2015 1.00
90 KPIG 2015 3.11 90 COWL 2015 1.00
91 SMDM 2015 0.97
92 DART 2015 0.96
93 ASRI 2015 0.88
94 BKSL 2015 0.59
95 ELTY 2015 0.02
Nilai Z 1,81-2,99 menunjukkan
perusahaan dalam kondisi perusahaan
rawan bangkrut
Nilai Z <1,81 menunjukkan perusahaan
dalam kondisi perusahaan yang
bangkrut
Nilai Z >2,99 menunjukkan
perusahaan dalam kondisi
perusahaan yang sehat atau tidak
bangkrut
Kriteria Titik Cut-off Model Altman Z Score
Universitas Sumatera Utara
111
LAMPIRAN 4. HASIL UJI STATISTIK DATA PENELITIAN
HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF
Tabel 5.1
OAGC
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Perusahaan yang tidak
menerima opini audit
going concern
253 93.4 93.4 93.4
Perusahaan yang
menerima opini audit
going concern
18 6.6 6.6 100.0
Total 271 100.0 100.0
Tabel 5.2
KAP
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Perusahaan tidak
diaudit oleh KAP Big-4 227 83.8 83.8 83.8
Perusahaan diaudit oleh
KAP Big-4 44 16.2 16.2 100.0
Total 271 100.0 100.0
Universitas Sumatera Utara
112
Tabel 5.3
PA
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Perusahaan tidak
melakukan pergantian
auditor
232 85.6 91.3 91.3
Perusahaan
melakukan pergantian
auditor
22 8.1 8.7 100.0
Total 254 93.7 100.0
Missing System 17 6.3
Total 271 100.0
HASIL DESKRIPTIF TABULASI SILANG
Tabel 5.4
KAP (X4) * GC (Y) Crosstabulation
Count
GC (Y)
Total
perusahaan
yang
tidakmenerimao
pini audit going
concern
perusahaan yang
menerimaopini
audit going
concern
KAP (X4) perusahaantidakdiaudi
toleh KAP Big-4
215 12 227
perusahaandiauditoleh
KAP Big-4
38 6 44
Total 253 18 271
Universitas Sumatera Utara
113
Tabel 5.5
PA (X5) * GC (Y) Crosstabulation
Count
GC (Y)
Total
perusahaan
yang
tidakmenerim
aopini audit
going concern
perusahaan
yang
menerimaopin
i audit going
concern
PA (X5) Tidakmelakukanpergant
ian auditor
227 5 232
Melakukanpergantian
auditor
9 13 22
Total 236 18 254
Tabel 5.6
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
KK 271 -5.23 37.01 3.3140 4.54555
PP 268 -.91 29.42 .5617 2.13647
KI 271 .05 1.00 .6635 .21666
UP 271 20.11 30450.00 2.4379E2 2504.12732
Valid N (listwise) 268
Universitas Sumatera Utara
114
HASIL UJI REGRESI LOGISTIK
Tabel 5.7
Correlation Matrix
Constant X1 X2 X3 X4 X5
Step 1 Constant 1.000 -.317 .189 -.747 -.049 -.005
X1 -.317 1.000 -.266 .101 -.109 -.041
X2 .189 -.266 1.000 -.404 .188 .300
X3 -.747 .101 -.404 1.000 -.253 -.446
X4 -.049 -.109 .188 -.253 1.000 .133
X5 -.005 -.041 .300 -.446 .133 1.000
Tabel 5.8
Iteration Historya,b,c
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 136.923 -1.746
2 120.388 -2.419
3 119.194 -2.662
4 119.181 -2.691
5 119.181 -2.691
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 119.181
c. Estimation terminated at iteration number
5 because parameter estimates changed by
less than .001.
Universitas Sumatera Utara
115
Tabel 5.9
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant X1 X2 X3 X4 X5
Step 1 1 102.236 -1.342 -.028 .010 -.810 .286 2.021
2 65.177 -1.478 -.089 .039 -1.981 .674 2.765
3 50.859 -1.111 -.238 .114 -3.423 1.103 3.247
4 45.730 -.666 -.406 .166 -4.803 1.449 3.696
5 44.732 -.400 -.511 .196 -5.726 1.659 4.036
6 44.675 -.325 -.540 .206 -6.028 1.723 4.159
7 44.674 -.320 -.542 .206 -6.052 1.728 4.170
8 44.674 -.320 -.542 .206 -6.052 1.728 4.170
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 119.181
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed
by less than .001.
Tabel 5.10
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 3.868 8 .869
Tabel 5.11
Hosmer and Lemeshow Test
Tingkat Signifikansi Df Nilai Kritis Chi-Square
1 8 15,507
Universitas Sumatera Utara
116
Tabel 5.12
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1 44.674a .256 .679
a. Estimation terminated at iteration number 8 because
parameter estimates changed by less than .001.
Tabel 5.13
Classification Tablea
Observed
Predicted
GC (Y)
Percentage
Correct
perusahaan
yang
tidakmener
imaopini
audit going
concern
perusahaan
yang
menerimaopi
ni audit
going
concern
Step 1 GC
(Y)
perusahaan yang
tidakmenerimaopini audit
going concern
235 1 99.6
perusahaan yang
menerimaopini audit
going concern
6 10 62.5
Overall Percentage 97.2
a. The cut value is .500
Tabel 5.14
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 74.506 5 .000
Block 74.506 5 .000
Model 74.506 5 .000
Universitas Sumatera Utara
117
Tabel 5.15
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a X1 -.542 .214 6.394 1 .011 .582
X2 .206 .093 4.877 1 .027 1.229
X3 -6.052 2.092 8.369 1 .004 .002
X4 1.728 .951 3.300 1 .069 5.628
X5 4.170 .936 19.834 1 .000 64.706
Constant -.320 1.022 .098 1 .754 .726
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5.
HASIL UJI REGRESI MODERATING
Tabel 5.16
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 495.914 165.429 2.998 .003
GC (Y) -181.279 656.528 -.017 -.276 .783
a. Dependent Variable: abs_residual_moderasi
Universitas Sumatera Utara
Recommended