ANALISIS FAKTOR SOSIAL, EKONOMI, DEMOGRAFI DAN ......YULINAR SUDIRMAN 2019, Analisis Faktor Sosial,...

Preview:

Citation preview

ANALISIS FAKTOR SOSIAL, EKONOMI, DEMOGRAFI DAN

LINGKUNGAN TERHADAP MOTIVASI SISWA

MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE

PERGURUAN TINGGI

(STUDI KASUS SMA NEGERI 22 GOWA)

SKRIPSI

Oleh

YULINAR SUDIRMAN

NIM 105710214715

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

ii

ANALISIS FAKTOR SOSIAL, EKONOMI, DEMOGRAFI DAN

LINGKUNGAN TERHADAP MOTIVASI SISWA

MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE

PERGURUAN TINGGI

(STUDI KASUS SMA NEGERI 22 GOWA)

SKRIPSI

YULINAR SUDIRMAN

NIM 105710214715

Di ajukan untuk Memenuhi salah satu syarat Penelitian pada Program

Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

iii

PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah Analisis Faktor Sosial, Ekonomi, Demografi dan Lingkungan

Terhadap Motivasi Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi

(Studi Kasus Sma Negeri 22 Gowa) ini kupersembahkan kepada kedua

orang tuaku yang tercinta Ayahanda H. Sudirman Dg Sewang dan

Ibunda Hj. Mantasiah Dg Sakking yang selalu memberikan kasih saying,

doa, serta dukungannya untuk semangat menyelesaikan skripsi ini. Juga

untuk saudara serta seluruh keluarga besar yang selalu meberikan

dukungannya.

MOTTO HIDUP

Selalu jadi diri sendiri tidak peduli apa yang mereka katakan dan jangan

pernah menjadi orang lain meskipun mereka tampak lebih baik dari Anda.

vi

vii

viii

561

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah yang tiada hentinya diberikan kepada hambah-Nya.

Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada

ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Sosial,

Ekonomi, Demografi dan Lingkungan Terhadap Motivasi Siswa Melanjutkan

Pendidikan Ke Perguruan Tinggi (Studi Kasus SMA Negeri 22 Gowa)”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada

kedua orang tua penulis Bapak H. Sudirman Dg Sewang, Ibu Hj. Mantasiah Dg

Sakking, saudari Ashabil Yamini Z. Aras, saudari Putri Azzahrah, S.Pd., dan

saudari Mayasari S. yang senantiasa memberikan semangat, harapan, kasih

sayang, doa dan dukungan yang selama ini mereka berikan. Dan saudara-

saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat

hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan,

dukungan dan doa restu yang telah di berikan demi keberhasilan penulis dalam

menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi

ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan

viii

yang setinggi-tingginya dan terimah kasih banyak disampaikan dengan hormat

kepada :

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM., Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Agus Salim HR, SE., MM., selaku pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga

skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu Warda, S.E., M.E. selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu

selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Ibu Raehana Kadriah, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 22

Gowa, dan siswa kelas XII IPA, yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis

selama mengikuti kuliah.

8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

9. Sahabat dan Teman-teman Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2015 yang selalu belajar

bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorogan dalam aktivitas studi

penulis.

ix

10. Terima kasih kepada semua kerabat yang tidak bisa penulis tulis namanya

satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan

dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya

para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 25 Desember 2019

Yulinar Sudirman

x

ABSTRAK

YULINAR SUDIRMAN 2019, Analisis Faktor Sosial, Ekonomi, Demografi dan

Lingkungan terhadap Motivasi Siswa Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan

Tinggi (Studi Kasus SMA Negeri 22 Gowa). Skripsi Program Studi Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar. Dibimbing oleh Bapak Dr. Agus Salim HR, S.E., M.M. dan Ibu

Wardah, S.E., M.E.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1)faktor sosial yang

mempengaruhi motivasi siswa dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi; 2) faktor ekonomi yang mempengaruhi motivasi siswa dalam melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi; 3) faktor demografi yang mempengaruhi motivasi

siswa dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi; dan 4) faktor

lingkungan yang mempengaruhi motivasi siswa dalam melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi

dalam penelitian ini adalah 113 siswa. Sampel diambil sebanyak adalah 30 orang

siswa dengan teknik random sampling. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan metode angket dan dokumentasi. Teknik analisis

data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1)faktor kondisi sosial orang tua

dan lingkungan siswa cukup memberikan pengaruh terhadap motivasi siswa

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi; 2)faktor kondisi ekonomi dan

demografi siswa dalam penelitian ini tidak menjadi penghambat siswa dalam

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Kata Kunci : Pendidikan, Motivasi.

xi

ABSTRACT

YULINAR SUDIRMAN 2019, Analysis of Social, Economics, Demographics and

Environment Factors Towards Student’s Motivation to Continue the Study to the

University (Study Case at SMA Negeri 22 Gowa). Thesis Faculty of Economics

and Business Department of Accounting Muhammadiyah University of Makassar.

Guided by Dr. Agus Salim HR, S.E., M.M. and Miss Wardah, S.E., M.E.

This study aims to knows : 1)social factor that influence the students’s

motivation to continue the study to the university; 2)econimics factor that

influence the students’s motivation to continue the study to the university;

3)demographics factor that influence the students’s motivation to continue the

study to the university; and 4) environment factor that influence the students’s

motivation to continue the study to the university.

This research includes a type of quantitative descriptive research. The

population in this study was 113 students. Samples taken as many as 30

students with random sampling technique. The data collection techniques in this

study use poll methods and documentation. The data analysis technique used is

a descriptive analysis.

The result of this research indicate : 1)social condition factors of parents

and the student’s environment influence the student’s motivation to continue the

study to the university; 2)economics and demograpichs condition factors of the

students in this research not being a student's obstacle to continue the study to

the university.

Keywords : Education, Motivation

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ....................................................................... x

ABSTRACT ........................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB II TUJUAN PUSTAKA ................................................................................. 6

A. Deskripsi Teori .......................................................................................... 6

B. Konsep Pendidikan ................................................................................... 8

C. Minat Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi .............................. 20

xiii

D. Motivasi Anak Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi .......... 22

E. Pengaruh Kondisi Sosial, Kondisi Ekonomi, Demografi dan Kondisi

Lingkungan terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan

Tinggi ...................................................................................................... 25

F. Tinjauan Empiris ..................................................................................... 28

G. Kerangka Berpikir ................................................................................... 33

H. Hipotesis ................................................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 37

A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 37

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ....................................... 38

D. Populasi dan Sampel .............................................................................. 39

E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 40

F. Teknik Analisis ........................................................................................ 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................. 44

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 44

B. Deskripsi Penelitian ................................................................................ 49

C. Hasil Analisis Data .................................................................................. 54

D. Pembahasan .......................................................................................... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 75

A. Kesimpulan ............................................................................................. 75

B. Saran ...................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................

xiv

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1. Tinjauan Empiris 29

Tabel 2. Jumlah Siswa SMA Negeri 22

Gowa Tahun Ajaran 2018/2019

40

Tabel 3.

Tabel 4.

Table 5.

Table 6.

Pendidikan Orangtua

Pekerjaan Orangtua

Pendapatan Orangtua

Jarak Rumah ke Perguruan

Tinggi

65

66

67

68

xv

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar.1 Kerangka Berpikir 35

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Penelitian 82

2. Hasil Uji Coba Lapangan 85

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Uji Coba Lapangan

Dokumentasi Penelitian

Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sulawesi Selatan

Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan

Surat Izin Penelitian dari UPT SMA Negeri 22 Gowa

Biografi Penulis

87

89

93

94

95

96

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini seseorang dituntut untuk

membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dalam

kerasnya kehidupan dan dari berbagi tantangan yang harus dihadapi dengan

pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan

baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

Pendidikan merupakan usaha yang secara sadar dan terencana yang di

lakukan untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan

kemampuan anak agar dapat bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai

seorang individu dan sebagai warga negara di masa mendatang (Undang-

Undang No.20 Tahun 2003). Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami

oleh anak, maka usaha yang secara sengaja dan terencana tersebut di

tunjukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas

yang dialaminya dalam setiap periode perkembangannya.

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang telah ditempuh,

baik formal maupun non formal. Harapan dan cita-cita orang tua berbeda-

beda tergantung tingkat pendidikan, serta ekonomi masing-masing.

Pendidikan di pandang mempunyai peran yang sangat besar dalam

keberhasilan perkembangan seorang anak, namun pada kenyataannya

masih banyak anak usia sekolah yang tidak atau belum bisa menikmati

bangku sekolah, ini menjadi masalah yang harus dipecahkan bersama antara

pemerintah dan warga negaranya.

2

Pendidikan memiliki peranan yang amat sangat penting bagi kemajuan

suatu bangsa oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus diperbaiki baik

dari segi kualitas maupun kuantitasnya, Adanya pendidikan dasar 9 tahun

menunjukkan bahwa pemerintah berusaha untuk meningkatkan mutu

pendidikan PP.No.28/1990 Tentang Pendidikan Dasar. yang mengemukakan

bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberi bekal kemampuan dasar

kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi

anggota masyarakat warga negara, dan anggota ummat manusia, serta

mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Pendidikan tidak hanya cukup sampai pada tingkat dasar saja tetapi

maish ada jenjang pendidikan di atasnya berupa pendidikan menengah yang

harus di tempuh oleh siswa.

Melanjutkan perguruan tinggi diawali dari adanya rasa ketertarikan dan

kebutuhan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Adanya mativasi

dalam diri individu akan mendorong seseorang untuk melakukan suatu

tindakan dan partisifasi di dalamnya. Begitu juga dengan melanjutkan ke

perguruan tinggi, motivasi siswa melanjutkan pendidikan ke program yang

tinngi akan mendorong merek untuk berusaha memasuki perguruan tinggi

karena mereka ingin mengembangkan ilmu dan pengetahuan.

Dalam hal ini, Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki peranan yang

sangat penting. Tujuan dari sekolah menengah atas (SMA) adalah

mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi

Namun pada kenyataannya tidak semua lulusan SMA melanjutkan

pendidikannya ke perguruan tinggi bahkan ada yang memutuskan

3

sekolahnya untuk bekerja dan ada pula yang memilih untuk menganggur

bahkan dia lebih memilih menikah.

Motivasi merupakan suatu dorongan yang mengubah energi dalam diri

seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

Bahkan seperti yang dikutip oleh seorang siswa mengatakan bahwa motivasi

merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang unuk melakukan

tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Dapat diartikan bahwa yang dimaksud

tujuan adalah sesuatu yang berbeda di luar diri manusia sehingga keinginan

manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan

lebih giat dalam berbuat sesuatu.

Latar pendidikan orang tua sangat mempengaruhi anak dalam proses

pendidikannya, karena peranan keluarga terhadap perkembangan sosial

anak-anaknya tidak hanya sebatas kepada situasi ekonominya atau

kebutuhan struktur dan interaksinya tetapi sikap pergaulan orang tua juga

memegang peran penting di dalam perkembangan atau pendidikan anak-

anaknya. Hal inilah yang menjadi latar belakang orang tua untuk tingkat

pendidikan anaknya agar dapat mengarahkan anaknya dalam hal pendidikan

yang akan di tempuh oleh anaknya.

Lingkungan teman sebaya juga dapat mempengaruhi minat anak

dalam melanjutkan perguruan tinggi. Sedangkan di sisi lain lingkungan

juga biasanya dapat menghambat seseoang untuk bisa melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menyimpulkan bahwa

rumusan masalah yang akan dibahas pada proposal ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana faktor sosial berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi?

2. Bagaimana faktor ekonomi berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi?

3. Bagaimana faktor demografi berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi?

4. Bagaimana faktor lingkungan berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa

tujuan proposal ini adalalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor sosial berpengaruh terhadap motivasi siswa

untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

2. Untuk mengetahui faktor ekonomi berpengaruh terhadap motivasi siswa

untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

3. Untuk mengetahui faktor demografi berpengaruh terhadap motivasi

siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

4. Untuk mengetahui faktor lingkungan berpengaruh terhadap motivasi

siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari pembuatan proposal ini adalah sebagai berikut:

5

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka

mendukung teori yang berkaitan dengan hubungan tingkat pendidikan

orang tua dan prestasi belajar anak dengan minat anak untuk

melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

2. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi

perkembangan teori dan analisis tentang motivasi studi perguruan tinggi

serta peluang kesempatan untuk kerja.

3. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dengan orang tua untuk

mendapatkan meningkatkan mutu berprestasi anak dengan melanjutkan

pendidikan kejenjang perguruan tinggi, serta untuk sebagi bahan

perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul dari

dalam diri seseorang maupun dari luar diri seseorang untuk

melakukan sesuatu. Adapun motivasi intrinsik yang dapat

meliputi hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan

kebutuhan untuk belajar dan harapan akan cita-cita seseorang.

Sedangkan motivasi ekstrinsik yang meliputi adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, kegiatan belajar

yang menarik, dan adanya upaya ketertarikan untuk belajar.

Menurut Winkel (2007: 27) motivasi dapat dikatakan

sebagai gaya penggerak dari dalam subyek untuk melakukan

aktivitas untuk mencapai suatu tujuan. Setiap individu memiliki

tujuan yang ingin dicapai tetapi di perlukan suatu dorongan

untuk menggerakkan atau melakukan sesuatu yang sesuai

dengan apa yang ingin di capai untuk tujuan tersebut. Motivasi

merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku sehingga dapat di katakan sebagai perbedaan

antara dapat melaksanakan dan yang mau melaksanakan.

Motivasi juga dapat di artikan sebagai dorongan mental

terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota

masyarakat.

7

Menurut Sadirman (2011: 73) bahwa dalam kegiatan belajar

dengan pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak

dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang

dapat menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang

memberikan arah kegiatan belajar sehingga Minat siswa untuk

melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi setelah menamatkan

pendidikannya di tingkat SMA tentu merupakan hak bagi setiap

warga negara, sebagaimana di tegaskan dalam Undang-undang

Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Nasional Pasal 5 ayat (5) bahwa “Setiap warga negara berhak

mendapatkan kesempatan pendidikan sepanjang hayat.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Muhibbin syah (2008: 108) berpendapat bahwa faktor yang

mempengaruhi motivasi seseorang terdiri dari dua faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri

manusia terdiri dari:

a) Faktor kecerdasan, tinggi rendahnya kecerdasan anak

sangat menentukan motivasi.

b) Faktor minat dan perhatian, minat merupakan

kecenderungan yang besar terhadap sesuatu.

Sedangkan perhatian adalah melihat dan mendengar

dengan baik serta teliti terhadap sesuatu.

c) Faktor bakat, bakat merupakan kemampuan yang

dimiliki anak.

8

d) Kemampuan belajar setiap anak mempunyai karakter

yang berbeda-beda. Hal ini diukur melalui taraf

perkembangan konkrit tidak sama dengan anak yang

sudah sampai taraf perkembangan berfikir rasional.

e) Kondisi anak dapat di ketahui dari kondisi fisik dan

kondisi psikologis, karna siswa mahluk yang terdiri dari

kesatuan psikofisik.

f) Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seorang

ketika mengerjakan tugas atau keinginan tertentu.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri

manusia itu sendiri yang terdiri dari:

a) lingkungan sosial yang memiliki peran yang sangat

penting dalam menumbuhkan motivasi.

b) Lingkungan non sosial yang meliputi keadaan gedung

sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan

sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orang tua,

tingkat pendidikan orang tua dll.

B. Konsep Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Kehidupan suatu bangsa erat sekali kaitannya dengan tingkat

pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar mengawetkan budaya dan

meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan

dapat mengubah dan mengembangkan pengetahuan.

Pendidikan bukan hanya menyampaikan keterampilan yang sudah

dikenal, tetapi harus dapat meramalkan berbagai jenis keterampilan dan

9

kemahiran yang akan datang, dan sekaligus menemukan cara yang tepat

dan cepat supaya dapat dikuasai oleh anak didik.

Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan

terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan

kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai

seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih

isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Dilihat

dari sudut perkembangan yang dialami oleh anak, maka usaha yang

sengaja dan terencana tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam

menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang

dialaminya dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata lain,

pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai

keberhasilan dalam perkembangan anak.

Branata (1988) mengungkapkan bahwa Pendidikan ialah usaha yang

sengaja diadakan, baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk

membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.

Pendapat diatas seajalan dengan pendapat Purwanto (1987 :11) yang

menyatakan bahwa Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan

sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya

(jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.

Kleis (1974) memberikan batasan umum bahwa :

”Pendidikan adalah pengalaman yang dengan pengalaman itu,

seseorang atau kelompok orang dapat memahami seseuatu yang

sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena ada

interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya.

10

Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia

dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan

(development) bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam

lingkungannya”.

Proses belajar akan menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif

(penalaran, penafsiran, pemahaman, dan penerapan informasi),

peningkatan kompetensi (keterampilan intelektual dan sosial), serta

pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap,

penghargaan dan perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon

sesuatu rangsangan (stimuli).

Orang yakin dan percaya untuk menanggulangi kemiskinan, cara

utama adalah dengan memperbesar jumlah penduduk yang bersekolah

dan terdidik dengan baik. Dengan kata lain, pendidikan dipandang

sebagai jalan menuju kemakmuran.

Manusia dilahirkan dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali.

Dia sangat membutuhkan bantuan yang penuh perhatian dan kasih

sayang dari orang tuanya, terutama ibunya, supaya dia dapat hidup terus

dengan sempurna, jasmani dan rohani. Orang tualah yang pertama dan

utama bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Dalam ilmu jiwa

dikenal dengan istilah pertumbuhan dan perkembangan, yaitu supaya

anak sempurna dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Pertumbuhan ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada jasmani;

bertambah besar dan tinggi. Perkembangan lebih luas dari pertunbuhan

ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada rohani dan jasmaniah.

11

Dengan kata lain, perkembangan merupakan suatu rentetan perubahan

yang sifatnya menyeluruh dalam interaksi anak dan lingkungannya.

Oleh karena itu Idris (1982:10) mengemukakan bahwa :

”Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi yang

bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik yang secara

tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka

memebrikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya,

dalam arti supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal

mungkin, agar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.

Potensi disini ialah potensi fisik, emosi, sosial, sikap, moral,

pengetahuan, dan keterampilan.”

2. Tujuan Pendidikan

Telah kita ketahui bersama bahwa berhasil tidaknya suatu usaha

atau kegiatan tergantung kepada jelas tidaknya tujuan yang hendak

dicapai oleh orang atau lembaga yang melaksanakannya. Berdasarkan

pada pernyataan ini, maka perlunya suatu tujuan dirumuskan sejelas-

jelasnya dan barulah kemudian menyusun suatu program kegiatan yang

objektif sehingga segala energi dan kemungkinan biaya yang berlimpah

tidak akan terbuang sia-sia.

Apabila kita mau berbicara tentang pendidikan umumnya, maka kita

harus menyadari bahwa segala proses pendidikan selalu diarahkan untuk

dapat menyediakan atau menciptakan tenaga-tenaga terdidik bagi

kepentingan bangsa, negara, dan tanah air. Apabila negara, bangsa dan

tanah air kita membutuhkan tenaga-tenaga terdidik dalam berbagai

macam bidang pembangunan, maka segenap proses pedidikan termasuk

12

pula sistem pendidikannya harus ditujukan atau diarahkan pada

kepentingan pembangunan masa sekarang dan masa-masa selanjutnya.

GBHN tahun 1999 mencantumkan tentang tujuan pendidikan

nasional :

”Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan,

mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan

mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan

manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya

sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan

bangsa”

Selanjutnya tujuan pendidikan nasional tercantum dalan Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang

menyatakan:

”Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”

Pernyataan-pernyataan diatas tampak jelas bahwa pendidikan harus

mampu membentuk atau menciptakan tenaga-tenaga yang dapat

mengikuti dan melibatkan diri dalam proses perkembangan, karena

pembangunan merupakan proses perkembangan, yaitu suatu proses

perubahan yang meningkat dan dinamis. Ini berarti bahwa membangun

hanya dapat dilaksanakan oleh manusia-manusia yang berjiwa

13

pembangunan, yaitu manusia yang dapat menunjang pembangunan

bangsa dalam arti luas, baik material, spriritual serta sosial budaya.

Sejarah pendidikan kita dapat menerapkan perkembangan

pendidikan dan usaha-usaha perwujudannya sebagai suatu cita-cita

bangsa dan negara, masyarakat atau masa dan memberikan ciri khas

pelaksanaan pendidikannya.

Setiap tindakan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses

menuju kepada tujuan tertentu. Tujuan ini telah ditentukan oleh

mssyarakat pada waktu dan tempat tertentu dengan latar belakang

berbagai macam faktor seperti sejarah, tradisi, kebiasaan, sistem sosial,

sistem ekonomi, politik dan kemauan bangsa.

Berdasarkan faktor-faktor ini UNESCO telah memberikan suatu

deskripsi tentang tujuan pendidikan pada umumnya dan untuk Indonesia

sendiri tujuan itu telah ditetapkan dalam ketetapan MPR.

Pertama, UNESCO menggaris bawahi tujuan pendidikan sebagai

”menuju Humanisme Ilmiah”. Pendidikan bertujuan menjadikan orang

semakin menjunjung tinggi nilai-nilai luhur manusia. Keluhuran manusia

haruslah dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Maka humanisme

ilmiah menolak ide tentang manusia yang bersifat subjektif dan abstrak

semata. Manusia harus dipandang sebagai mahluk konkrit yang hidup

dalam ruang dan waktu dan harus diakui sebagai pribadi yang

mempunyai martabat yang tidak boleh diobjekkan. Dalam kerangka ini

maka tujuan sistem pendidikan adalah latihan dalam ilmu dan latihan

dalam semangat ilmu.

14

Kedua, pendidikan harus mengarah kepada kreativitas. Artinya,

pendidikan harus membuat orang menjadi kreatif. Pada dasarnya setiap

individu memiliki potensi kreativitas dan potesi inilah yang ingin dijadikan

aktual oleh pendidikan. Semangat kreatif, non konformist dan ingin tahu,

menonjol dalam diri manusia muda. Mereka umumnya bersikap kritis

terhadap nilai-nilai yang ada dan jika mereka menemukan bahwa nilai-

nilai itu sudah ketinggalan jaman, maka mereka ingin merombaknya.

Disini pendidikan berfungsi ganda, menyuburkan kreativitas, atau

sebaliknya mematikan kreativitas.

Ketiga, tujuan pendidikan harus berorientasi kepada keterlibatan

sosial. Pendidikan harus mempersiapkan orang untuk hidup berinteraksi

dengan amsyarakat secara bertanggung jawab. Dia tidak hanya hidup

dan menyesuaikan diri dengan struktur-struktur sosial itu. Disini seorang

individu merealisir dimensi-dimensi sosialnya lewat proses belajar

berpartisipasi secara aktif lewat keterlibatan secara meyeluruh dalam

lingkungan sosialnya. Dalam kerangka sosialitas pada umumnya ini,

suatu misi pendidikan ialah menolong manusia muda melihat orang lain

bukan sebagai abstriaksi-abstraksi, melainkan sebagai mahluk konkrit

dengan segala dimensi kehidupannya.

Keempat, tekanan terakhir yang digariskan UNESCO sebagai tujuan

pendidikan adalah pembentukan manusia sempurna. Pendidikan

bertugas untuk mengembangkan potensi-potensi individu semaksimal

mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia

yang pandai, terampil, jujur, yang tahu kadar kemampuannya, dan batas-

batasnya, serta kerhormatan diri. Pembentukan manusia sempurna ini

15

akan tercapai apabila dalam diri seseorang terjadi proses perpaduan

yang harmonis dan integral antara dimensi-dimensi manusiawi seperti

dimensi fisik, intelektual, emosional, dan etis. Proses ini berlangsung

seumur hidup. Jadi konkritnya pada pokoknya pendidikan itu adalah

humansisasi, karena itu mendidik berarti ”memanusiakan manusia muda

dengan cara memimpin pertumbuhannya sampai dapat berdikari,

bersikap sendiri, bertanggung jawab dan berbuat sendiri”. (Ibid, 1980)

3. Fungsi dan Peranan Pendidikan

Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga

pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial.

Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan

yang diperlukan secara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan

pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang

berupa nilai-nilai luhur yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945

alinea ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

diharapkan bisa memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi,

dan sosial demi tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat

ada bermacam-macam pendapat. Wuradji (1988) menyatakan bahwa

pendidikan sebagai lembaga konservatif mempunyai fungsi-fungsi

sebagai berikut:

a. Fungsi sosialisasi

b. Fungsi kontrol social

c. Fungsi pelestarian budaya Masyarakat

16

d. Fungsi latihan dan pengembangan tenaga kerja

e. Fungsi seleksi dan alokasi

f. Fungsi pendidikan dan perubahan social

g. Fungsi reproduksi budaya

h. Fungsi difusi kultural

i. Fungsi peningkatan sosial, dan

j. Fungsi modifikasi sosial.

Jeane H. Ballantine (1983) menyatakan bahwa fungsi pendidikan

dalam masyarakat itu sebagai berikut:

a. Fungsi sosialisasi

b. Fungsi seleksi, latihan dan alokasi

c. Fungsi inovasi danperubahan social

d. Fungsi pengembangan pribadi dan sosial

Meta Spencer dan Alec Inkeles (1982) menyatakan bahwa fungsi

pendidikan dalam masyarakat itu sebagai berikut:

a. Memindahkan nilai-nilai budaya

b. Nilai-nilai pengajaran

c. Peningkatan mobilitas sosial

d. Fungsi stratifikasi

e. Latihan jabatan

f. Mengembangkan dan memantapkan hubungan hubungan sosial

g. Membentuk semangat kebangsaan

h. Pengasuh bayi

Dari tiga pendapat tersebut di atas, tidak ada perbedaan tetapi saling

melengkapi antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain:

17

a. Fungsi Sosialisasi

Pendidikan diharapkan mampu berperan sebagai proses

sosialisasi dalam masyarakat bisa berjalan dengan baik. Sehingga

proses sosialisasi bisa berjalan dengan wajar dan mulus. Oleh

karena, orang tua dan keluarga berharap sekolah dapat

melaksanakan proses sosialisasi tersebut dengan baik. Dalam

lembaga-lembaga ini guru-guru di sekolah dipandang sebagai model

dan dianggap dapat mengemban amanat orang tua (keluarga dan

masyarakat) agar anak-anak- memahami dan kemudian mengadopsi

nilai-nilai budaya masyarakatnya.

Sekolah mengemban tugas untuk melaksanakan upaya-upaya

mengalihkan nilai-nilai budaya masyarakat dengan mengajarkan nilai-

nilai yang menjadi way of life masyarakat dan bangsanya. Untuk

memenuhi fungsi dan tugasnya tersebut sekolah menetapkan

program dan kurikulum pendidikan, beserta metode dan tekniknya

secara pedagogis, agar proses transmisi nilai-nilai tersebut berjalan

lancar dan mulus.

b. Fungsi Kontrol Sosial

Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap

tatanan tradisional masyarakat harus juga berfungsi sebagai lembaga

pelayanan sekolah untuk melakukan kontrol sosial. Melalui pendidikan

semacam ini individu bisa mengambil nilai-nilai sosial dan melakukan

interaksi dalam kehidupannya sehari-hari.

Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk

mempertahankan dan mengembangkan proses sosialisasi serta

18

kontrol sosial diharapkan bisa mendidik peserta didiknya lebih

berkualitas. Sehingga tatanan masyarakat bisa terjalin dengan baik.

Selain itu, sekolah juga berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala

aliran dan pandangan hidup yang dianut oleh para siswa. Sebagai

contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai

Pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara Indonesia kepada

anak-anak di sekolah.

c. Fungsi Pelestarian Budaya Masyarakat

Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu

budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestanikan

nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti

bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya

mendayagunakan sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dan

sebagainya.

Sebagai contoh adalah adanya kurikulum pendidikan yang

mengadakan pelajaran muatan lokal. Khusus di daerah Jawa Barat

untuk pelestarian budaya di setiap sekolah diwajibkan adanya muatan

lokal yaitu mata pelajaran bahasa Sunda serta kesenian setempat.

Begitu juga untuk daerah-daerah yang ada di Indonesia, dimaksudkan

supaya siswa lebih cinta terhadap daerahnya serta tanah air.

d. Fungsi Seleksi, Latihan dan Pengembangan Tenaga Kerja

Jika kita amati apa yang terjadi dalam masyarakat dalam rangka

menyiapkan tenaga kerja untuk suatu jabatan tertentu, untuk seleksi

masuk suaru Perguruan Tinggi selalu diadakan seleksi. Sebagai

contoh untuk proses seleksi masuk sekolah tertentu harus mengikuti

19

ujian tertentu, harus menyerahkan nilai UN (ujian nasional) atau NEM.

Dan setelah penyerahan nilai itu maka dicari yang tinggi dari nilai

tertentu sampai nilai yang terendah. Namun jika nilai yang digunakan

dalam proses seleksi ini maka bagi yang mendapat nilai rendah harus

menerima perlakuan untuk masuk di sekolah dengan kualitas yang

baik. Demikian pula untuk mendapatkan jabatan pada pekerjaan

tertentu, mereka yang diharuskan mengikuti seleksi dengan berbagai

cara yang tujuannya untuk memperoleh tenaga kerja yang cakap dan

terampil sesuai dengan jabatan yang akan dipangkunya.

e. Fungsi Pendidikan dan Perubahan Sosial

Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial dalam rangka

meningkatkan kemampuan peserta didik yang analisis kritis berperan

untuk menanamkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai baru tentang

cara berpikir manusia. Pendidikan pada abad modern telah berhasil

menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan

berpikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan

diganti dengan sikap yang tanggap terhadap perubahan. Cara-cara

berpikir dan sikap-sikap tersebut akan melepaskan diri dari

ketergantungan terhadap bantuan orang lain. Dengan demikian

peserta didik selain sebagai memahami perubahan dalam kehidupan

sosial bisa juga sebagai agen perubahan itu sendiri.

f. Fungsi Sekolah dalam Masyarakat

Mengenai adanya tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal,

pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

disebut juga sekolah. Oleh karena itu sekolah bukan satu-satunya

20

lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tetapi masih ada

lembaga-lembaga lain yang juga menyelenggarakan pendidikan.

Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai dua fungsi

yaitu sebagai partner masyarakat dan sebagai penghasil tenaga kerja.

Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak

pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat.(NN, fungsi

dan peranan pendidikan, 2010).

C. Minat Melanjutkan Pendidikan Keperguruan Tinggi

1. Pengertian Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan tinggi

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong anak untuk

melakukan apa yang mereka inginkan jika mereka bebas memilih

dan melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan maka mereka

merasa berminat dan kemudian mendatangkan kepuasan. Namun

apabila kepuasannya berkurang maka jiwa keminatan anak itu

sendiri maka semakin berkurang di akibatkan karena melemahnya

daya tarik atau keinginan untuk melanjutkan pendidikannya semakin

melemah. Serta kesenangan dan minat berbeda bukan dalam

kualitasnya namun dalam ketetapannya selama kesenangan itu ada

mungkin intensitas dan motivasi yang menyertainya sama tinggi

dengan minat. Namun akan segera berkurang karena kegiatan yang

ditimbulkannya hanya memberikan kesenangan sementara. Minat

lebih tetap karena minat memasukkan kebutuhan yang penting

dalam kehidupan seseorang (Hurlock, 2005).

Minat merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan

keberhasilan seseorang baik dalam hal studi, pekerjaan, maupun

21

aktivitasyang lain. Secara sederhana minat berarti kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang sangat besar

terhadap sesuatu. Sedangkan secara kasat mata bahwa minat

merupakan momen dari kecenderungan yang terarah secara intensif

kepada suatu objek yang dianggap penting.

Menurut Rokhimah (2015). Minat untuk melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi adalah keterkaitan anak/siswa untuk melanjutkan

pendidikannya yang tumbuh sadar dalam diri anak tersebut. Jadi

pada dasarnya minat melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi

adalah kecenderungan yang mengandung unsur perasaan senang,

keinginan, perhatian, ketertarikan, kebutuhan, harapan, dorongan dan

kemauan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

setelah lulus sekolah menengah, yaitu perguruan tinggi sedangkan

minat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari

dalam maupun dari luar diri.

2. Aspek-aspek Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi

Menurut Hurlock (2009) minat mempunyai dua aspek, yaitu

aspek kognitif dan aspek efektif.

a. Aspek kognitif adalah aspek yang mendasarkan pada

konsep yang di kembangkan seseorang mengenai bidang

yang berkaitan dengan minat masing-masing. Selain untuk

membangun aspek kognitif minat yang didasarkan atas

pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari baik yang di

rumah, sekolah, maupun di masyarakat, serta di berbagai

jenis maupun media massa. Dari sumber yang di dapat

22

tersebut seseorang dapat mempelajarai apa saja yang dapat

memuaskan kebutuhan mereka atau tidak yang kemudian

akan berkembang menjadi minat atau tidak.

b. Aspek efektif adalah aspek yang bernilai secara bobot

emosional dimana konsep yang dapat membangun aspek

kognitif minat yang dinyatakan dalam sikap terhadap yang

di timbulkan oleh minat. Seperti halnya dengan aspek

kognitif dengan aspek efektif yang berkembang secara

pengalaman pribadi maupun sikap yang penting misalnya:

orang tua, guru, dan teman sebaya terhadap kegiatan yang

berkaitan dengan minat dan dari sikap yang dinyatakan atau

yang tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap

kegiatan tersebut.

D. Motivasi Anak Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi

1. Pengertian Motivasi

Menurut Sardiman A.M (2012:73). Motivasi brasal dari kata “motif”

di artikan sebagai daya untuk upaya yang mendodong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat di katakan sebagai daya

penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu

demi untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Oemar Hamalik, (2010: 173). Yaitu Motivasi yang di mulai

dari adanya perubahan energi dalam pribadi yang mendatangkan

suatu perubahan dalam motivasi yang timbul dari perubahan tertentu

di dalam neurofisiologis dalam organisme manusia misalnya adanya

perubahan dalam sisitem perencanaan akan menimbulkan motive

23

perubahan energi yang tidak diketahui. Ada jaga motivasi yang

dapat di tandai dengan timbulnya perasaan yang awal mulanya

merupakan ketegangan psikologis lalu merupakan suasana emosi.

Sehingga suasana emosi ini dapat menimbulkan pula kelakuan yang

tidak bermotif yang dapat menimbulkan reaksi yang tidak

mendapatkan tujuan.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi sehingga seseorang mau melakukan sesuatu

baik yang disukai maupun yang tidak disukai. Maka akan berusaha

untuk mengadakan dan menggelakkan suatu perasaan yang disukai

atau bahkan tidak disukai sama sekali. Jadi motivasi ini dapat di

rasakan oleh faktor dari luar akan tetapi motivasi ini akan tumbuh

dari dalam diri seseorang.

2. Jenis-jenis Motivasi

Motivasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi menjadi

dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi entrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu di rangsang dari luar, karena dalam diri

di setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu

dorongan yang menggerakkan seseorang melakukan sesuatu

harus bersumber pada satu kebutuhan yang harus di penuhi.

Dalam penelitian ini yang di maksud dengan motivasi intrinsik

adalah dorongan yang berasal dari dalam diri siswa untuk

24

melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi. Motivasi intrinsik

siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi meliputi:

1) Keinginan berprestasi

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika

mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Keinginan

berprestasi yang dimaksud disisni adalah keinginan dari

dalam diri untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

guna mengembangkan bakat dan keterampilan.

2) Keinginan untuk mencapai cita-cita

Cita-cita dapat disebut sebagai aspirasi suatu target yang

ingin dicapai. Target ini bertujuan untuk mencapai suatu

kegiatan yang mengandung makna seseorang dengan adanya

keinginan kita dapat mencapai cita-cita maka siswa akan

bersaha agar semua cita-citanya dapat tercapai.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya perangsang dari luar. Misalnya karena adanya

pengaruh dari keluarga dalam hal ini biasanya dari orang tua,

atau dari teman sekolah maupun dari teman bergaul.

Berdasarkan motivasi di atas ekstinsik yang berasal dari luar diri

siswa dan untuk melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi

dalam penelitian ini meliputi:

1) Dorongan dari keluarga

Keluarga merupakan lingkungan keluarga yang pertama dan

utama disebut sebagai lingkungan atau lembaga pendidikan

25

karena sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan yang lai.

Intraksi di dalam keluarga biasanya di dasarkan atas rasa

kasih sayang dan tanggung jawab yang diwujudkan dengan

memperhatikan dan kepedulian orang tua terhadap pendidikan

anak mendorong anak untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang perguruan tinggi.

2) Dorongan teman

Menurut Hamzah B. Uno (2011:23). Dorongan teman merupakan

salah satu motivasi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Jika lingkungan tempat tinggalnya dihuni oleh

orang yang berpendidikan tinggi maka akan dipengaruhi

motivasi anak untuk melanjutkan pendidikan ke perguruaan

tinggi karena intraksi sosial yang di lakukan anak tidak

hanya dengan keluarga saja melainkan bisa berintraksi

dengan teaman. Baik itu teman sekolah maupun teman

sepermainan. Biasanya seorang anak yang memiliki teman

atau sahabat biasanya dapat ditandai dengan motivasinya

dan keberhasilan yang berpendidikan karena dengan mereka

biasanya terjadi prroses saling mengisi yang berbentuk

persaingan yang sehat.

E. Pengaruh Kondisi Sosial, Kondisi Ekonomi dan Kondisi Demografi serta

Kondisi Lingkungan Terhadap Motivasi Siswa Melanjutkan Pendidikan

Ke Perguruan Tinggi

Kondisi adalah “pernyataan, keadaan atau sesuatu kenyataan yang

dapat dilihat atau dirasakan dan diukur oleh indera manusia”.

26

(Poerwadarminto, 2002:519). Sosial adalah “segala sesuatu yang

menyangkut masalah masyarakat”. (Poerwadarminto, 2002:961). Ekonomi

adalah “urusan keuangan rumah tangga”. (Poerwadarminto, 2002:267).

Orang tua berarti “ibu dan ayah kandung, orang yang sudah tua, orang yang

dianggap tua (pandai, cerdik)”. (Poerwodarminto, 2002:688).

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian dari kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang tua adalah suatu

keadaan sosial ekonomi yang menyangkut tentang kedudukan dan prestise

seseorang atau keluarga dalam masyarakat serta usaha untuk menciptakan

barang dan jasa, demi terpenuhinya kebutuhan baik jasmani maupun rohani.

Dalam penelitian ini kondisi sosial ekonomi orang tua terinci menjadi:

1. Kondisi Sosial Orang Tua

Kondisi sosial berarti keadaan yang berkenaan dengan

kemasyarakatan yang selalu mengalami perubahan-perubahan

melalui proses sosial. Proses sosial terjadi karena adanya interaksi

sosial. Menurut Abdulsyani (2002:152),

interaksi sosial diartikan sebagai “hubungan-hubungan timbal

balik yang dinamis yang meyangkut hubungan antara orang-orang

secara perseorangan, antara kelompok manusia maupun antara

orang dengan kelompokkelompok manusia”.

Kondisi sosial orang tua meliputi tingkat pendidikan orang tua

dan kondisi lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi motivasi

siswa untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin. Sebagian besar

orang tua menginginkan pendidikan anaknya lebih tinggi dari mereka.

Mereka menginginkan kualitas kehidupan anaknya di masa yang akan

27

datang jauh lebih baik dari yang sudah mereka dapatkan.

Keinginannya tersebut inilah yang mendorong mereka untuk

menyekolahkan anak sampai setinggi mungkin.

2. Kondisi Ekonomi Orang Tua

Kondisi ekonomi orang tua adalah keadaan atau kenyataan yang

terlihat atau terasakan oleh indera manusia tentang keadaan orang

tua dan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhannya.

Kondisi ekonomi meliputi: tingkat pendapatan, tingkat

pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan hidup serta kepemilikan

harta yang bernilai ekonomi akan mempengaruhi motivasi siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat

pendapatan orang tua maka siswa akan semakin termotivasi untuk

melanjutkan pendidikannya, karena tingkat pendapatan orang tua

akan berperan dalam mendukung pembiayaan pendidikan,

penyediaan sarana dan prasarana bagi kelancaran pendidikan

anakanaknya. Berdasarkan uraian di atas, maka diketahui bahwa

kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang tua yang baik akan sangat

mempengaruhi motivasi anak untuk melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi. “Bagi orang tua yang mempunyai kondisi sosial dan

kondisi ekonomi yang kuat atau tinggi tentu tidak akan merasa berat

untuk membiayai pendidikan anak-anaknya sampai dengan jenjang

tertinggi”. (Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers, 1982:293-297).

3. Kondisi Demografi

Faktor lain juga berpengaruh kondisi demografi yang mencakup

jumlah penduduk di lingkungan tempat tinggal siswa dan letak

28

perguruan tinggi. Letak perguruan tinggi ini mencakup jarak lokasi dari

tempat tinggal siswa ke perguruan tinggi tempat siswa melanjutkan

pendidikannya. Jarak lokasi yang jauh biasa menjadi penyebab siswa

tidak melanjutkan pendidikannya. Hal ini dikarenakan susahnya

transportasi yang digunakan untuk ke kampus.

4. Kondisi Lingkungan

Faktor lain yang juga sangat berpengaruh adalah lingkungan

tempat tinggal, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan

masyarakat. Kondisi lingkungan keluarga yang nyaman dan

mendukung akan sangat berpengaruh terhadap motivasi anak dalam

pendidikannya. Demikian juga halnya dengan lingkungan

masyarakatnya, jika lingkungan tempat tinggalnya dihuni oleh orang

atau teman yang berpendidikan tinggi juga akan mempengaruhi

motivasi mereka dalam melanjutkan pendidikannya.

F. Tinjauan Empiris

Tinjauan empiris adalah tinjuan yang diperoleh dari observasi atau

percobaan. Tinjauan empiris adalah informasi yang membenarkan suatu

kepercayaan dalam kebenaran atau kebohongan suatu klaim empiris. Dalam

pandangan empirisis, seseorang hanya dapat mengklaim memiliki

pengetahuan saat seseorang memiliki sebuah kepercayaan yang benar

berdasarkan bukti empiris. Dalam arti lain, kajian empiris sama artinya

dengan hasil dari suatu percobaan.

29

Tabel 1.

Tinjauan Empiris

No

Nama

Peneliti/

Tahun

Judul Metode

Penelitian Hasil Penelitian

1. Fitriatun

Mar’ati

(2018)

Pengaruh

Status Sosial

Ekonomi

Orang Tua

Dan Motivasi

Belajar

Terhadap

Minat

Melanjutkan

Studi Ke

Perguruan

Tinggi Siswa

Kelas XII

SMK

Muhammadiy

ah 1 Bantul

Tahun Ajaran

2017/2018

Metode yang

digunakan

menggunaka

n metode

kuantitatif.

Terdapat pengaruh

positif dan signifikan

Status Sosial Ekonomi

Orang Tua terhadap

Minat Melanjutkan

Studi ke Perguruan

Tinggi Siswa Kelas XII

SMK Muhammadiyah 1

Bantul Tahun Ajaran

2017/2018 yang

ditunjukkan dengan

nilai terhitung 2,508,

koefisien regresi 0,232

dan nilai signifikansi

0,014.

2. Muhammad

, Hasniyati

Faktor-Faktor

Yang

Metode

kuantitatif

Faktor sosial ekonomi

orang Tua Kategori

30

Gani Ali,

dan Arifin

(2017)

Mempengaru

hi Minat

Untuk

Melanjutkan

Studi

Keperguruan

Tinggi Siswa

Kelas XII

Jurusan Tata

Boga Di SMK

Negeri 4 Dan

SMK Negeri

6 Yogyakarta

dengan

menggunaka

n instrumen

angket yang

dikembangka

n dari kisi–

kisi

instrumen

sangat tinggi dan

berbanding lurus yang

didukung 11 responden

dengan presentase

kategori setuju 50%,

kategori tidak setuju

4% dan kategori sangat

tidak setuju 9%. Minat

melanjutkan pendidikan

anak dalam kategori

sangat tinggi didukung

oleh 10 responden

dengan presentase

45%.

3. Sinta

Armalita

(2016)

Faktor-Faktor

Yang

Mempe-

ngaruhi Minat

Untuk

Melanjutkan

Studi Ke

Perguruan

Tinggi Siswa

Kelas XII

Jurusan Tata

Metode

deskriptif

dengan

pendekatan

kuantitatif

Minat untuk

melanjutkan perguruan

tinggi di SMK Negeri 4

Dan SMK Negeri 6

Yogyakarta lebih

banyak dipengaruhi

oleh faktor-faktor

internal.

31

Boga Di SMK

Negeri 4 Dan

SMK Negeri

6 Yogyakarta

4. Delia Ekky

Cahyani

(2015)

Pengaruh

Kondisi

Sosial

Ekonomi

Keluarga

Nelayan

Terhadap

Minat Anak

Melanjutkan

Pendidikan

Ke

Perguruan

Tinggi Di

Desa

Tasikagung

Kecamatan

Rembang.

Metode

deskriptif

persentase

Hasil penelitian ini

menunjukkan kondisi

sosial ekonomi

keluarga nelayan dapat

mempengaruhi minat

melanjutkan ke

perguruan tinggi

dengan probabilitas (p)

0,000 dan uji statistik

(t) 8,853. Kesimpulan

dalam penelitian ini

bahwa tingkat

pendidikan yang

rendah akan

berpengaruh terhadap

kelanjutan pendidikan

anak sampai ke jenjang

yang lebih tinggi.

5. Sri Rahayu

(2013)

Minat Siswa

Melanjutkan

Studi Ke

Penelitian ini

termasuk

jenis

1) Prestasi belajar

berpengaruh positif, hal

ini berdasarkan analisis

32

Perguruan

Tinggi

Ditinjau Dari

Prestasi

Belajar,

Motivasi

Belajar, dan

Status Sosial

Ekonomi

Orang Tua

Pada Siswa

Kelas XI IPS

SMA Negeri

Jumapolo

Tahun Ajaran

2012/2013

penelitian

deskriptif

kuantitatif

dengan

penarikan

kesimpulan

melalui

analisis

statistic

dibantu

SPSS for

windows

versi 15.00

regresi diketahui

bahwa thitung > ttabel,

yaitu 4,495> 2,272 dan

nilai signifikansi 5%

dengan sumbangan

efektif sebesar 27,65.

2) Motivasi belajar

berpengaruh positif, hal

ini berdasarkan analisis

regresi linier ganda

diketahui bahwa thitung

> ttabel, yaitu 2,438 >

2,272 dan nilai

signifikansi 5% dengan

sumbangan efektif

sebesar 18,9%.

3) Status sosial

ekonomi orang tua

berpengaruh positif

terhadap minat siswa

untuk melanjutkan studi

ke perguruan tinggi.

33

G. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yaitu

sebagai salah satu kebutuhan pokok, terutama pendidikan formal. Dalam

pemenuhan kebutuhan akan pendidikan diperlukan adanya biaya antara lain

biaya untuk membeli buku dan kelengkapan belajar, membeli peralatan,

membayar SPP dan BPP, membayar uang gedung, membeli seragam dan

lain-lain yang semuanya menjadi tanggung jawab orangtua/keluarga.

Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh semakin tinggi pula biaya

yang dibutuhkan. Disamping biaya yang tak kalah penting adalah perhatian

orangtua dan kondisi sosial ekonomi yang cukup menunjang dan kondusif

berpengaruh terhadap tumbuhnya motivasi melanjutkan sekolah pada diri

anak, sebab anak merasa mempunyai kesempatan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan belajarnya sehingga akan dapat merasa leluasa dapat

mengekspresikan kecakapan atau ketrampilannya melalui pendidikan formal,

yang mana kecakapan dan ketrampilan tersebut tidak mungkin dapat

dikembangkan/diekspresikan tanpa dukungan alat, sarana dan dana yang

memadai dari keluarga.

Orangtua yang berpendidikan tentu akan memberikan dorongan lebih

terhadap anaknya untuk memotivasi anaknya agar lebih giat lagi dalam

belajar sebagai bekal untuk melanjutkan pendidkan pada jenjang yang lebih

tinggi. Setiap orangtua berharap anaknya lebih baik dari orangtuanya

terutama dalam hal pendidikan dengan harapan di masa yang akan datang

kualitas hidup anaknya akan lebih baik dari kehidupan sekarang. Demikian

juga keluarga terdekat seperti kakak kandung dan adik kandung juga akan

34

ikut berperan dalam memotivasi anak agar bisa menjadi seperti mereka

bahkan lebih baik dari mereka.

Dengan kondisi sosial dan ekonomi orangtua yang memadai serta

pendidikan orangtua yang tinggi yang terefleksi dalam bentuk dorongan dan

perhatian orangtua terhadap anaknya akan memperkuat motivasi siswa untuk

melanjutkan pendidikannya sampai pada jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian diatas kerangka berfikir penelitian ini dapat dibuat

skema sebagai berikut.

35

Gambar 1.

Kerangka Berpikir

Kondisi ekonomi orangtua

(X2)

- Tingkat penghasilan

orang tua

- Tingkat pengeluaran/

pemenuhan kebutuhan

hidup

Lingkungan (X4)

- Lingkungan tempat

tinggal

- Lingkungan sekolah

Motivasi melanjutkan

pendidikan ke perguruan

tinggi (Y)

- Mempunyai

perencanaan yang

matang dalam setiap

kegiatan belajarnya

- Punya kegiatan

mencapai prestasi yang

tinggi dari sebelumnya

dan dari orang lain

- Tangguh dalam

menghadapi kesulitan

belajar

- Memiliki pandangan

yang relatif jauh ke

depan tentang

pendidikan dirinya

Demografi (X3)

- Jumlah penduduk

- Jarak rumah ke

perguruan tinggi

Kondisi sosial orangtua (X1)

- Pendidikan orangtua

- Pekerjaan orangtua

- Interaksi sosial

36

H. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

(Arikunto, 1998:67)

Dari uraian di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H1: Diduga faktor sosial berpengaruh terhadap motivasi siswa melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi.

H2: Diduga faktor ekonomi berpengaruh terhadap motivasi siswa

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

H3: Diduga faktor demografi berpengaruh terhadap motivasi siswa

melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi.

H4: Diduga faktor lingkungan berpengaruh terhadap motivasi siswa

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Sedangkan menurut Sukmadinata (2007:5) “Penelitian diartikan suatu proses

pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Arikunto (2007:160)

“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

adalah cara utama yang digunakan dalam proses pengumpulan dan analisis data

yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah metode penelitian

kuantitatif untuk pengumpulan dan analisis data.

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian survei. Alasan penggunaan jenis penelitian ini adalah dengan

menyesuaikan judul yang saya ambil dalam proposal ini. Di sini saya akan

menggunakan angket sebagai media atau cara untuk memperoleh informasi dari

siswa yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Menurut Zikmund (1997) “metode penelitian survei adalah satu bentuk teknik

penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang,

melalui pertanyaan-pertanyaan”.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 22 Gowa di Kecamatan

Barombong Kab. Gowa. Penelitian ini dilakukan pada dari bulan September 2019

38

sampai bulan Oktober 2019. Pengambilan lokasi ini dikarenakan lokasi sekolah

yang berada di kawasan masyarakat yang mayoritas penduduknya

masihmemiliki pendidikan yang rendah. Selain itu di sekolah ini juga mayoritas

siswanya memiliki nilai akademik yang bagus.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan

(Arikunto, 2002:96). Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk

diamati. Variabel sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang

mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu

(Sugiyono, 2008:38). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian

meliputi variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas (Independent Variable) (X)

Menurut Arikunto (2002:96), variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat)

(Sugiyono, 2008:38). Variabel bebas yaitu variabel yang variasinya

mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah:

a. Kondisi Sosial Orang Tua (X1):

1) Tingkat Pendidikan

2) Interaksi Sosial

b. Kondisi Ekonomi Orang Tua (X2):

1) Tingkat Penghasilan

2) Tingkat Pengeluaran dan Pemenuhan Kebutuhan

c. Kondisi Demografi (X3):

39

1) Jumlah Penduduk

2) Jarak Rumah ke Perguruan Tinggi

d. Kondisi Lingkungan (X4):

1) Lingkungan Tempat Tinggal

2) Lingkungan Sekolah

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y)

Menurut Arikunto (2002:96), variabel terikat merupakan variabel

akibat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:39).

Variabel terikat yaitu penelitian yang diukur untuk mengetahui berapa

besarnya efek atau pengaruh variabel lain. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,

dengan indikator:

a. Motivasi Intrinsik (dorongan dari dalam diri siswa)

1) Keinginan Berprestasi

2) Keinginan Mencapai Cita-cita

b. Motivasi Ekstrinsik (dorongan dari luar diri siswa)

1) Dorongan dari Keluarga

2) Dorongan dari Teman

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

1998:115). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri

22 Gowa. Adapun jumlah siswa SMA Negeri 22 Gowa Tahun Ajaran

2018/2019 adalah 432 Siswa.

40

Tabel 2.

Jumlah Siswa SMA Negeri 22 Gowa Tahun Ajaran 2018/2019

No Kelas Jumlah Siswa

1. Kelas I (X) 174

2. Kelas II (XI) 145

3. Kelas III (XII) 113

Total 432

2. Sampel

Dalam penelitian ini, peneliti tidak mengambil seluruh populasi untuk

dijadikan sampel akan tetapi mengambil sebagian dari populasi untuk

dijadikan sampel. Peneliti akan mengambil sampel dari kelas 3 karena

kaitannya dengan judul penelitian. Dari jumlah 113 siswa, peneliti

mengambil 30 siswa sebagai sampel dalam mengisi angket yang akan

dibagikan oleh peneliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data, dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi dan metode angket.

1. Metode angket

Angket adalah pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah

responden. Dalam penelitian ini metode kuesioner digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden mengenai kondisi sosial ekonomi

orangtua dan pendidikan orangtua serta motivasi siswa untuk melanjutkan

41

pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa SMA Negeri 22 Gowa Tahun

Ajaran 2018/2019.

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu

kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden

tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan kondisi siswa tersebut.

Penggunaan angket diharapkan akan memudahkan bagi responden

dalam memberikan jawaban, karena alternatif jawaban telah tersedia,

sehingga untuk menjawabnya hanya perlu waktu yang singkat.

2. Metode dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah

siswa, nama siswa SMA Negeri 22 Gowa Tahun Ajaran 2018/2019.

3. Uji Instrumen Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah penelitian dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat. (Arikunto, 2002:144).

F. Teknik Analisis

1. Analisis Deskriptif

Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh alternatif

jawaban dari tiap-tiap indikator yang mewakili variabel Faktor Sosial

Ekonomi, Demografi Dan Lingkungan Terhadap Motivasi Anak

Melanjutkan Pendidikan Perguruan Tinggi. Dengan kata lain analisis data

42

deskriptif prosentase akan digunakan untuk mengungkap seberapa besar

tingkat Faktor Sosial Ekonomi, Demografi Dan Lingkungan Terhadap

Motivasi Anak Melanjutkan Pendidikan Perguruan Tinggi.

Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mencari beberapa jumlah jawaban (skor jawaban) yang diperoleh

masing-masing jawaban variabel.

b. Dari jumlah yang diperoleh kemudian dicari persentasenya dengan

rumus sebagai berikut:

Keterangan:

n = Skor Empirik

N = Jumlah seluruh skor

% = Tingkat keberhasilan yang dicapai

(Ali, 1994:24)

c. Hasil perhitungan yang diperoleh kemudian dengan tabel kriteria

untuk masing-masing variabel, yang dibagi dalam 4 kriteria yaitu

sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Angka-angka

dalam tabel tersebut kita tentukan dengan melakukan perhitungan

rentang skor dengan rentang persentasenya. Rentang skor

diperoleh dengan menentukan jumlah item soal, jumlah

responden, jumlah jawaban, skor maksimum, skor minimum,

rentang skor, dan interval kelas skor. (Ali, 1994:188)

43

Dalam pembuatan tabel didasarkan atas angket yang digunakan

dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 15 butir soal yang

mencakup kondisi sosial, ekonomi, demografi dan lingkungan.

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi Topografi dan Geografis Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa berada pada 12°38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan

5°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah

administrasinya antara 12°33.19' hingga 13°15.17' Bujur Timur dan 5°5'

hingga 5°34.7' Lintang Selatan dari Jakarta.

Kabupaten Gowa berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi

Selatan yang berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain, yakni di sebelah

Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah

Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di

sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto

sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama

dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah

Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah

Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah

Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu

sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan Parangloe,

Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan,

Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah

dengan topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan

Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng,

Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

45

Sistem pemerintahan diatur

dalam wilayah pemerintahan

Kecamatan yang terdiri atas:

Kecamatan Sombaopu

Kecamatan Pallangga

Kecamatan Barombong

Kecamatan Bajeng

Kecamatan Bajeng Barat

Kecamatan Bontonompo

Kecamatan Bt.nompo Selatan

Kecamatan Bontomarannu

Kecamatan Pattallassang

Kecamatan Parangloe

Kecamatan Manuju

Kecamatan Tinggimoncong

Kecamatan Parigi

Kecamatan Tombolopao

Kecamatan Bungaya

Kecamatan Bontolempangan

Kecamatan Tompobulu

Kecamatan Biringbulu

Pemerintahan inilah yang mengatur berbagai sektor kegiatan

masyarakat seperti pendidikan, teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya,

serta pertahanan dan keamanan.

Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan

tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe,

Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk

topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran tinggi, wilayah

Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial

sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya

sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang dengan luas

881 Km2 dan panjang 90 Km.

Di atas aliran sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa

yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek

multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas + 2.415 Km2 yang dapat menyediakan

46

air irigasi seluas + 24.600 Ha, komsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat

Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m3 dan untuk

pembangkit tenaga listrik tenaga air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt.

Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa

hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya

musim kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September, sedangkan

musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret. Keadaan seperti

itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu

Bulan April - Mei dan Oktober - Nopember.

Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu

27,125°C. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos

pengamatan terjadi pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm,

sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli - September yang bisa

dikatakan hampir tidak ada hujan.

2. Pemerintahan Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia. ibu kota kabupaten ini terletak di kota

Sungguminasa. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.883,32 km² dan

berpenduduk sebanyak ± 1.510.470 jiwa berdasarkan data Disdukcapil

Kabupaten Gowa.

Kabupaten seluas 1.883,32 kilometer persegi ini memiliki enam

gunung, di mana yang tertinggi adalah Gunung Bawakaraeng. Daerah ini

juga dilalui Sungai Jeneberang yang di daerah pertemuannya dengan Sungai

Jenelata dibangun Waduk Bili-bili. Keuntungan alam ini menjadikan tanah

Gowa kaya akan bahan galian, di samping tanahnya subur.

47

Kabupaten Gowa terletak pada 5°33' - 5°34' Lintang Selatan dan

120°38' - 120°33' Bujur Timur. Kabupaten Gowa terdiri dari wilayah dataran

rendah dan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian anatar 10-2800 meter

diatas permukaan air laut. Namun demikian wilayah Kabupaten Gowa

sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72,26% terutama di

bagian timur hingga selatan karena merupakan Pegunungan Tinggimoncong,

Pegunungan Bawakaraeng-Lompobattang dan Pegunungan Batureppe-

Cindako. Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30% mempunyai kemiringan

tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe,

Tinggimoncong, Bungaya dan Tompobulu. Kabupaten Gowa dilalui oleh

banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15 sungai. Sungai dengan luas

daerah aliran yang terbesar adalah Sungai Jeneberang yaitu seluas 881 km²

dengan panjang sungai utama 90 Km.

Potensi Kabupaten Gowa yang sesungguhnya adalah sektor

pertanian. Pekerjaan utama penduduk kabupaten yang pada tahun 2000 lalu

berpendapatan per kapita Rp. 2,09 juta ini adalah bercocok tanam, dengan

sub sektor pertanian tanaman pangan sebagai andalan. Sektor pertanian

memberi kontribusi sebesar 45 persen atau senilai Rp. 515,2 miliar. Lahan

persawahan yang tidak sampai 20 persen (3,640 hektare) dari total lahan

kabupaten mampu memberikan hasil yang memadai. Dari berbagai produksi

tanaman pertanian seperti padi dan palawija, tanaman hortikultura menjadi

primadona.

Kecamatan-kecamatan yang berada di dataran tinggi seperti

Parangloe, Bungaya dan terutama Tinggimoncong merupakan sentra

penghasil sayur-mayur. Sayuran yang paling banyak dibudidayakan adalah

48

kentang, kubis, sawi, bawang daun dan buncis. Per tahunnya hasil panen

sayur-sayuran melebihi 5.000 ton. Sayuran dari Kabupaten Gowa mampu

memenuhi pasar Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan sampai ke Pulau

Kalimantan dan Maluku melalui Pelabuhan Parepare dan Pelabuhan Mamuju.

Selain bertani sayur yang memiliki masa tanam pendek, petani Gowa

juga banyak yang bertani tanaman umur panjang. Salah satunya adalah

tanaman markisa (Fassifora sp). Mengunjungi Makassar kurang afdal

rasanya kalau tidak membawa buah tangan sirup atau juice markisa. Jika kita

melihat pemandangan di bandara atau pelabuhan, kebanyakan para calon

penumpang yang akan meninggalkan Makassar membawa sari buah

beraroma segar ini. Tanaman yang berasal dari daratan Amerika Selatan ini

identik dengan Sulawesi Selatan. Desa Kanreapia, Kecamatan

Tinggimoncong merupakan salah satu daerah penghasil markisa di

Kabupaten Gowa. Sayangnya markisa yang rasa buahnya manis asam dan

mampu menggerakkan industri kecil makanan dan minuman ini kini mulai

kurang diminati petani. Menanam markisa memang tidak mudah, kecuali

karena masa tanamnya panjang dan memerlukan perawatan khusus, seperti

tinggi permukaan tanah, pupuk dan obat-obatan yang cukup mahal.

Dilihat dari jumlah penduduknya, Kabupaten Gowa termasuk

kabupaten terbesar ketiga di Sulawesi Selatan setelah kota Makassar dan

kabupaten Bone.

Penduduk usia kerja (PUK) di definisikan sebagai penduduk yang

berumur 10 tahun keatas. Penduduk tersebut terdiri dari angkatan kerja dan

bukan Angkatan kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang bekerja atau yang

49

sedang mencari pekerjaan, sedangkan bukan Angkatan kerja adalah mereka

yang sedang bersekolah mengurus rumah tangga.

Dilihat dari lapangan usaha, sebagian besar penduduk kabupaten

Gowa bekerja disektor pertanian yaitu sekitar 53 persen dari jumlah

penduduk yang bekerja. Sektor ini merupakan mata pencaharian utama

penduduk Gowa.

B. Deskripsi Penelitian

1. Pendidikan

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering

terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara

otodidak.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan merupakan salah satu kunci pengangguangan kemiskinan

dalam jangka menengah dn jangka Panjang. Namun, sampai dengan saaat ii

masih banyak orang miskin yang memiliki Batasan akses untuk memperoleh

pendidian bermutu, hail ini disebabkan antara liain karenaa mahalnya biaya

pendidikan dan orang miskin memang tidak ada biaya untuk pendidikan

dikarenakan lebih menguntamakan biaya untuk makan.

50

Berbagai upaya yang dilakukaan pemerintah dalam meningkatkan

kuaitas pendidikan belum menunjukkaan hasil yang menggebirakan, bahkan

masih banyak kegagalan dalam iplementassinya di lapapangan.

Peran pendidikan di antaranya adalah mempersiapkan siswa agar

memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk di sumbangkan bagi

kesejahteraan umum sebagai warga yang aktif.

Pemerintah kabupaten (pemkab) Gowa memiliki komitmen penuh

dalam mendorong terciptanya kualitas pendidikan. Hal ini terbukti dengan

besaran anggaran pendidikan yang di gelentorkan, jika dibandingkan dengan

beberapa kabupaten dan kota di Sulawesi selatan (sulsel).

Dalam data yang dirilis kementrian dalam negri menyatakan pada

2018 anggaraan pendidikan kabupaten Gowa sebesar Rp 66.170.275.717.00

yang bersumber dari APBD dan dana Alokasi khusus (DAK). Sedangkan

pada 2019 anggaran pendidikan sebesar Rp 70.750.863.565.90 yang juga

bersumber dari APBD dan dana Alokasi khusus (DAK).

2. Kondisi Sosial

Kondisi Sosial adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur

secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam

struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Tingkat sosial

merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis

kelamin.

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang

sejahtera adalah sebuah teori sosial yang baik. Sepanjang sejarah, manusia

terus mencari jawaban bagaimana sumberdaya di bumi ini yang dapat

51

dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat

memerlukan suatu sistem pemerintahan yang dapat memenuhi semua

kebutuhan anggotannya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu

menggambarkan nilai-nilai sosial yang diikuti masyarakat pada saat itu.

Menurut Linton (2000 dalam Basrowi dan Juariyah, 2010:62) kondisi sosial

masyaraka dapat dilihat dari lima indikator yaitu Umur dan jenis kelamin,

keluarga, prestise, dan keanggotaan dalam kelompok perserikatan. Dari

kelima

indikator tersebut hanya indikator umur dan jenis kelamin yang tidak terpengaruh

oleh proses pendidikan sehingga tinggal empat indikator yang perlu diukur

tempat

Menurut Linton (2000 dalam Basrowi dan Juariyah, 2010:62) kondisi

sosial masyaraka dapat dilihat dari lima indikator yaitu Umur dan jenis

kelamin, keluarga, prestise, dan keanggotaan dalam kelompok perserikatan.

Dari kelima indikator tersebut hanya indikator umur dan jenis kelamin yang

tidak terpengaruh oleh proses pendidikan sehingga tinggal empat indikator

yang perlu diukur tempat kebaikannya guna untuk mengetahui tingginya

manfaat sosial bagi kalangan masyarakat.

3. Kondisi Ekonomi

Menurut Linton (2000 dalam Basrowi dan Juariyah, 2010:62) kondisi

sosial masyaraka dapat dilihat dari lima indikator yaitu Umur dan jenis

kelamin, keluarga, prestise, dan keanggotaan dalam kelompok

perserikatan. Dari kelima indikator tersebut hanya indikator umur dan jenis

kelamin yang tidak terpengaruh oleh proses pendidikan sehingga tinggal

empat indikator yang perlu diukur tempat

52

Kondisi ekonomi adalah pendapatan orangtua yang menunjang

perkembangan atau pertumbuhan dalam keluarga. Kondisi ekonomi ini

mencakup tingkat penghasilan dari orangtua yang di kaitkan dengan

pengeluaran dalam pemenuhan kebutuhannya.

Menurut Sumardi dan Evers (2001) dalam Basrowi dan Juwariya

(2010) menyatakan bahwa keadaan ekonomi adalah suatu kedudukan yang

secara rasional dan menetapkan seseorang pada posisi tertentu dalam

masyarakat. Pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dimainkan oleh sipembawa status.

4. Kondisi Demografi

Demografi atau ilmu kependudukan adalah ilmu yang mempelajari

dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan

distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu

akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan

dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang

didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau

etnisitas tertentu. Para praktisi atau ahli di bidang kependudukan disebut

sebagai demograf.

Menurut George W. Barclay, demografi adalah ilmu yang memberikan

gambaran menarik dari penduduk yang digambarkan secara statistika.

Demografi mempelajari tangkah laku keseluruhan dan bukan tingkah laku

perorangan.

Sedangkan menurut Phillip M. Hauser dan Dudley Duncan, demografi

adalah ilmu yang mempelajari tentang jumlah, persebaran teritorial dan

53

komposisi penduduk serta perubahan-perubahan dan sebab-sebab

perubahan tersebut.

Demografi dan kependudukan sama-sama mempelajari penduduk

sebagai suatu kumpulan (agregates atau collection), bukan mempelajari

penduduk sebagai individu. Dengan demikian yang dimaksud dengan

penduduk adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah,

seperti yang termaktub dalam Undang-undang RI No. 10 tahun 1992 yaitu

penduduk adalah orang dalam matranya sebagai diri pribadi, anggota

keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang

bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu

tertentu.

5. Kondisi Lingkungan

Lingkungan dapat diartikan sebagai segala material dan stimulus di

dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun

sosiokultural (Dalyono, 2007:129). Secara fisiologis, lingkungan meliputi

segala kondisi material jasmaniah di dalam tubuh. Secara psikologis,

lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai

sejak dalam konsesi, kelahiran sampai matinya. Sedangkan secara sosio-

kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi

dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain.

Menurut Sertain dalam Dalyono (2007:133), lingkungan dibagi

menjadi tiga macam yaitu lingkungan alam, lingkungan dalam dan lingkungan

sosial. Lingkungan alam/ luar adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini

yang bukan manusia seperti: rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan lain

sebagainya. Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang ada dalam diri

54

kita. Jaringan tubuh manusia merupakan salah satu dari lingkungan dalam.

Lingkungan sosial adalah semua orang lain yang mempengaruhi kita.

Pengaruh yang kita terima dari lingkungan sosial bisa secara langsung

maupun tidak langsung.

C. Hasil Analisis Data

1. Hasil Porsentase Angket Penelitian terkait Motivasi Siswa dalam

Melajutkan Pendidikan ke Perguruan Tiggi

a. Saya merasa senang apabila diterima di perguruan tinggi.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 29 97%

b. S 1 3%

c. TS 0 0%

d. STS 0 0%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 97% siswa Sangat Setuju dengan

pernyataan ini dan 3% siswa Setuju. Dari hasil persentase ini dapat

disimpulkan bahwa adanya motivasi untuk siswa melanjutkan ke

perguruan tinggi karena tingginya persentase untuk pernyataan ini.

Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi sosial yang

mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi.

55

b. Saya merasa antusias ketika mendapatkan informasi dan ketika

mengikuti sosialisasi perguruan tinggi.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 22 73%

b. S 7 24%

c. TS 1 3%

d. STS 0 0%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 73% siswa Sangat Setuju dengan

pernyataan ini dan 24% siswa Setuju serta ada 3% siwa yang tidak

setuju. Dari hasil persentase ini dapat disimpulkan bahwa motivasi

siswa untuk melajutkan pendidikannya ke perguruan tinggi itu besar,

ini dapat dilihat dari hasil persentase siswa yang merasa sangat

antusias ketika mendapatkan informasi tentang perguruan tinggi.

Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi sosial yang

mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi.

c. Saya memiliki keinginan dari dalam diri saya sendiri untuk

melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 29 97%

b. S 1 3%

c. TS 0 0%

d. STS 0 0%

Total 30 100%

56

Dari total 30 sampel, 97% siswa Sangat Setuju dengan

pernyataan ini dan 3% siswa Setuju. Dari hasil persentase ini dapat

disimpulkan bahwa keinginan siswa yang besar untuk melanjutkan

pendidikannya ini menjadi motivasi untuknya meraih nilai yang tinggi

sehingga dia dapat mempermudah dirinya untuk masuk ke perguruan

tinggi. Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi sosial yang

mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi.

d. Guru disekolah saya selalu memotivasi siswanya untuk melanjutkan

sudi ke perguruan tinggi.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 18 60%

b. S 11 37%

c. TS 1 3%

d. STS 0 0%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 60% siswa Sangat Setuju dengan

pernyataan ini dan 33% siswa Setuju serta ada 7% siswa yang tidak

setuju. Dari hasil persentase ini dapat disimpulkan bahwa dorongan

dan motivasi dari guru di sekolah dapat membuat siswa termotivasi

untuk melanjutkan pendidikan. Pernyataan ini termasuk kedalam

kategori kondisi lingkungan yang mempengaruhi motivasi dalam

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

57

e. Dunia kerja saat ini menuntut orang memiliki pendidikan yang tinggi.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 19 63%

b. S 9 30%

c. TS 2 7%

d. STS 0 0%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 63% siswa Sangat Setuju dengan

pernyataan ini dan 30% siswa Setuju serta ada 7% siswa yang tidak

setuju. Dari hasil persentase ini dapat disimpulkan bahwa tuntutan

dunia pekerjaan yang mengharuskan karyawannya memiliki

pendidikan yang tinggi ini bisa memotivasi siswa untuk meneruskan

pendidikannya. Dari hal ini pula bisa memotivasi siswa untuk

meningkatkan prestasi nilainya sehingga bisa mendapatkan nilai

yang bagus. Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi

ekonomi yang mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi.

f. Saya merasa minder kepada teman-teman jika tidak melanjutkan

studi ke perguruan tinggi.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 12 40%

b. S 12 40%

c. TS 6 20%

d. STS 0 0%

Total 30 100%

58

Dari total 30 sampel, 40% siswa Sangat Setuju dengan

pernyataan ini dan 40% siswa Setuju serta ada 20% siswa yang tidak

setuju. Dari hasil persentase ini dapat disimpulkan bahwa adanya

rasa minder kepada teman-teman ketika tidak melanjutkan

pendidikan dapat memicu keinginan siswa untuk melanjutkan

pendidikannya. Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi

lingkungan yang mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi.

g. Saya tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena

saya sudah merasa lelah dalam belajar.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 0 0%

b. S 3 10%

c. TS 6 20%

d. STS 21 70%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 0% siswa Sangat Setuju dengan

pernyataan ini, 10% siswa Setuju dan ada 20% siswa yang Tidak

Setuju, serta 70% siswa Sangat Tidak Setuju. Dari hasil persentase

ini dapat disimpulkan bahwa siswa sangat tidak setuju apabila

dikatakan bahwa mereka tidak ingin melanjutkan pendidikannya

bukan karena malas belajar tapi ada faktor lain yang menjadi

alasannya. Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi sosial

59

yang mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi.

h. Pemerintah dan pihak swasta banyak menyediakan beasiswa studi

ke Perguruan Tinggi, jadi sayang jika saya tidak menggunakan

kesempatan tersebut.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 22 73%

b. S 0 0%

c. TS 8 27%

d. STS 0 0%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 73% siswa Sangat Setuju dengan

pernyataan ini dan 27% siswa yang Tidak Setuju. Dari hasil

persentase ini dapat disimpulkan bahwa beasiswa menjadi salah satu

pemicu siswa untuk melanjutkan pendidikannya. Adanya beasiswa

yang disediakan pihak pemerintah dan pihak swasta bisa mereka

manfaatkan. Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi

ekonomi yang mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi.

60

i. Orang Tua saya berharap saya memiliki pendidikan yang lebih tinggi

dibanding pendidikan mereka.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 26 87%

b. S 4 13%

c. TS 0 0%

d. STS 0 0%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 87% siswa Sangat Setuju dengan

pernyataan ini dan 13% siswa Setuju. Dari hasil persentase ini dapat

disimpulkan bahwa keinginan siswa untuk melanjutkan pendidikan,

bukan hanya karena keinginan dari dirinya sendiri tapi adanya

dukungan orang tua menjadi motivasi besar untuk anak melanjutkan

pendidiknnya. Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi

lingkungan yang mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi.

j. Lingkungan tempat tinggal Anda banyak yang menjadi sarjana

sehingga mempengaruhi Anda untuk melanjutkan studi ke Perguruan

Tinggi.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 5 17%

b. S 13 43%

c. TS 12 40%

d. STS 0 0%

Total 30 100%

61

Dari total 30 sampel, 17% siswa Sangat Setuju dengan

pernyataan ini dan 43% siswa Setuju serta ada 40% siswa yang

Tidak Setuju. Dari hasil persentase ini dapat disimpulkan bahwa

lingkungan tempat tinggal menjadi salah satu pemicu motivasi siswa

untuk melanjutkan pendidikannya. Di lingkungan tempat tinggal yang

mayoritas penduduknya memiliki pendidikan yang tinggi membuat

mereka memiliki keinginan yang besar untuk bisa mendapatkan

pendidikan yang tinggi pula. Ini juga menjadi pemicu bagi siswa untuk

bisa meningkatkan prestasinya dalam belajar, karena dengan nilai

yang tinggi dapat mempermudah mereka untuk masuk ke perguruan

tinggi. Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi lingkungan

yang mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi.

k. Saya tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena

lokasinya jauh dari rumah.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 0 0%

b. S 0 0%

c. TS 13 43%

d. STS 17 57%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 43% siswa Tidak Setuju dengan pernyataan

ini dan 57% siswa Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan ini. Dari

hasil persentase ini dapat disimpulkan bahwa jarak atau lokasi

62

perguruan tinggi yang jauh tidak membuat siswa enggan untuk

melanjutkan pendidikan mereka ke perguruan tinggi. Pernyataan ini

termasuk kedalam kategori kondisi demografi yang mempengaruhi

motivasi dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

l. Saya merasa ijazah SMA sudah cukup untuk mencari pekerjaan

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 0 0%

b. S 0 0%

c. TS 11 37%

d. STS 19 63%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 37% siswa Tidak Setuju dengan pernyataan

ini dan 63% siswa Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan ini. Dari

hasil persentase ini dapat disimpulkan bahwa pemikiran mereka

tentang mencari pekerjaan dengan ijazah SMA tidak cukup. Dengan

demikian mereka berkeinginan keras melanjutkan pendidikan mereka

ke perguruan tinggi untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus.

Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi sosial ekonomi

yang mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi.

63

m. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan lebih dihargai

oleh orang lain.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 17 56%

b. S 11 37%

c. TS 2 7%

d. STS 0 0%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 56% siswa Sangat setuju, 37% siswa

Setuju dan 7% siswa Tidak Setuju dengan pernyataan ini. Dari hasil

persentase ini dapat disimpulkan bahwa seseorang akan dihargai

apabila memiliki pendidikan yang tinggi. Hal ini menjadikan siswa

berpikir untuk bisa melanjutkan pendidikan mereka karena orang-

orang akan memandang mereka jika mereka memiliki pendidikan.

Orang-orang tidak akan meremehkan mereka. Pernyataan ini

termasuk kedalam kategori kondisi sosial yang mempengaruhi

motivasi dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

n. Kondisi ekonomi orang tua saya tidak memungkinkan untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 2 7%

b. S 7 23%

c. TS 11 37%

d. STS 10 33%

Total 30 100%

64

Dari total 30 sampel, 7% siswa Sangat setuju, 23% siswa Setuju,

37% siswa Tidak Setuju dan 33% siswa Sangat Tidak Setuju dengan

pernyataan ini. Dari hasil persentase ini dapat disimpulkan bahwa

kondisi ekonomi yang serba kekurangan tidak membuat mereka

mundur untuk tetap melanjutkan pendidikan mereka ke perguruan

tinggi. Karena mereka tahu bahwa banyak beasiswa yang bisa

mereka dapatkan untuk tetap bersekolah. Hal ini memicu siswa untuk

bisa belajar dengan giat guna untuk mendapatkan nilai yang bagus

sehingga mempermudah siswa untuk masuk ke perguruan tinggi.

Pernyataan ini termasuk kedalam kategori kondisi ekonomi yang

mempengaruhi motivasi dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi.

o. Saya merasa pendidikan yang tinggi tidak harus dimiliki oleh seorang

perempuan karena setelah menikah perempuan hanya akan tinggal

di rumah.

Pilihan Frekuensi Percentase

a. SS 0 0%

b. S 0 0%

c. TS 9 30%

d. STS 21 70%

Total 30 100%

Dari total 30 sampel, 30% siswa Tidak Setuju dan 70% siswa

Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan ini. Dari hasil persentase ini

dapat disimpulkan bahwa pendidikan tidak memandang kodrat

65

seseorang. Pernikahan tidak bisa menjadi penghalang bagi

seseorang yang ingin melanjutkan pendidikannya. Mereka tetap bisa

melanjutkan pendidikan mereka tanpa memimikirkan apakah setelah

menikah mereka hanya akan tinggal di rumah atau berkarir diluar

rumah. Seorang ibu rumah tangga pun layak untuk memiliki

pendidikan yang ini, hal ini berguna bagi mereka agar bisa mengajar

atau membimbing anak-anak mereka kelak. Pernyataan ini termasuk

kedalam kategori kondisi sosial yang mempengaruhi motivasi dalam

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

2. Kondisi Sosial

Penilaian variabel kondisi sosial dilakukan berdasarkan 3 indikator

yaitu pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan interaksinya dalam

lingkungan masyarakat. Data mengenai kondisi sosial orang tua diperoleh

melalui angket yang terdiri dari 3 butir pertanyaan dengan jumlah

responden 30. Indikator-indikator variabel ini dapat dilihat dari table-tabel

berikut.

Tabel 3.

Pendidikan Orangtua

No Pendidikan Orangtua Frekuensi Prosentase (%)

1 Perguruan Tinggi 6 20

2 SMA 17 56,6

3 SMP 5 16,7

4 SD 2 6,7

5 Tidak Sekolah - 0

Jumlah 30 100%

66

Dari tabel 3. dan grafik pendidikan orangtua menunjukkan bahwa

prosetase pendidikan orangtua tingkat perguruan tinggi terdapat 6 orang

atau 20%, tingkat SMA terdapat 17 orang atau 56,6%, tingkat SMP

terdapat 5 orang atau 16,7%, dan tingkat SD terdapat 2 orang atau 6,7%.

Tabel 4.

Pekerjaan Orangtua

No Pekerjaan Orang Tua Frekuensi Prosentase (%)

1 Karyawan Tetap 4 13,3

2 Karyawan Swasta 8 26,7

3 Karyawan Outsourcing 15 50

4 Karyawan Serabutan 3 10

Jumlah 30 100%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Perguruan Tinggi SMA SMP SD Tidak Sekolah

Pendidikan Orangtua

Frekuensi Porsentase

67

Dari Tabel 4. dan grafik pekerjaan orangtua menunjukkan bahwa

prosentase pekerjaan orangtua sebagai karyawan tetap terdapat 4 orang

atau 13,3%, karyawan swasta 8 orang atau 26,7%, karyawan outsourcing

15 orang atau 50% dan karyawan serabutan 3 orang atau 10%.

3. Kondisi Ekonomi

Tabel 5.

Pendapatan Orangtua

No Keterangan Frekuensi Prosentase (%)

1 >6.000.000 3 10

2 3.000.000 - 6.000.000 8 26,7

3 1.000.000 - 3.000.000 12 40

4 <1.000.000 7 23,3

Jumlah 30 100%

0

10

20

30

40

50

60

70

Karyawan Tetap Karyawan Swasta KaryawanOutsourcing

Karyawan Serabutan

Pekerjaan Orangtua

Frekuensi Prosentase (%)

68

Dari tabel 5. dan grafik pendapatan orangtua menunjukkan bahwa 3

siswa atau 10% menyatakan bahwa tingkat penghasilan orang tua lebih

dari Rp. 6.000.000, 8 siswa atau 26,7% menyatakan bahwa tingkat

penghasilan orang tua antara Rp. 3.000.000 – Rp. 6.000.000, 12 siswa

atau 40% menyatakan bahwa tingkat penghasilan orang tua antara Rp.

1.000.000 – Rp. 3.000.000 dan 7 siswa atau 23,3% menyatakan bahwa

tingkat penghasilan orang tua di bawah Rp. 1.000.000.

4. Kondisi Demografi

Tabel 6.

Jarak Rumah ke Perguruan Tinggi

No Jarak Frekuensi Prosentase (%)

1 >15 km 18 60

2 10 km - 15 km 8 26,7

3 5 km - 10 km 4 13,3

0

10

20

30

40

50

60

3.000.000 - 6.000.000 1.000.000 - 3.000.000 <1.000.000

Pendapatan Orangtua

Frekuensi Prosentase (%)

69

4 <5 km - -

Jumlah 30 100%

Dari Tabel 6. dan grafik jarak rumah ke perguruan tinggi

menunjukkan bahwa 18 siswa atau 60% menyatakan bahwa jarak rumah

ke perguruan tinggi lebih dari 15 km, 8 siswa atau 26,7% menyatakan

bahwa jarak rumah ke perguruan tinggi antara 10 km – 15 km, dan 4

siswa atau 13,3% menyatakan bahwa jarak rumah ke perguruan tinggi

antara 5 km – 10 km.

D. Pembahasan

a. Faktor Kondisi Sosial

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang diperoleh, kondisi sosial

yang menjadi faktor pengaruh motivasi anak dalam melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi di SMA Negeri 22 Gowa yang tergolong tinggi dengan

persentase 57,1%, sedangkan presentase kondisi sosialnya rendah sebesar

2,7%. Hasil analisis yang dilakukan melalui penyebaran angket mengenai

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

>15 km 10 km - 15 km 5 km - 10 km <5 km

Jarak Rumah ke Perguruan Tinggi

Frekuensi Prosentase (%)

70

kondisi sosial yang meliputi tingkat pendidikan orangtua dan pekerjaan orang

tua.

Kondisi sosial dalam penelitian ini mencakup tingkat pendidikan

orangtua, pekerjaan orangtua, lingkungan tempat tinggal. Menurut Nasution,

ada beberapa kriteria sosial yang digunakan untuk membedakan berbagai

golongan sosial seperti jabatan, pendidikan, agama, jenis dan luas rumah,

lokasi rumah, keturunan, partisipasi dalam kegiatan organisasi dan hal-hal

lain yang berkaitan dengan status sosial seseorang. Dari hasil deskripsi data

yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial

orang tua siswa SMA Negeri 22 Gowa berdasarkan pekerjaan, pendidikan,

dan interaksi sosial menunjukkan tingkat yang tinggi.

b. Faktor Kondisi Ekonomi

Tingkat pengeluaran orangtua yang lebih besar dari pada pendapatan

orangtua kadang menjadi faktor penghalang bagi siswa untuk melanjutkan

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang diperoleh, kondisi ekonomi

yang menjadi faktor pengaruh motivasi anak dalam melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi di SMA Negeri 22 Gowa yang tergolong tinggi dengan

persentase 63,5%, sedangkan presentase kondisi rendahnya rendah sebesar

12,4%. Hasil analisis yang dilakukan melalui penyebaran angket mengenai

kondisi ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan orangtua dan tingkat

pengeluaran orangtua dalam pemenuhan kebutuhan hidup.

Menurut Alfiani, “latar belakang ekonomi orang tua dapat

mempengaruhi motivasi dalam belajar. Bila kondisi ekonomi keluarga berada

pada posisi yang tinggi, maka segala kebutuhan pendidikan dapat terpenuhi

71

dan dapat mendukung kegiatan belajar anak, sehingga anak dapat

termotivasi karena tidak terhambat oleh kebutuhan yang tidak dapat

terpenuhi. Demikian sebaliknya, apabila kondisi ekonomi orangtua yang

rendah maka segala kebutuhan pendidikan tidak dapat terpenuhi, sehingga

kegiatan belajar anak terlambat”. Tapi dari hasil penelitian ini ditemukan

bahwa kondisi ekonomi yang rendah dari orang tua tidak terlalu

mempengaruhi motivasi siswa untuk melanjutkan pendidikannya. Dari hasil

penelitian ini, kondisi ekonomi orang tua yang rendah dapat memicu motivasi

mereka untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi sehingga mereka bisa

mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga bisa merubah status sosial

keluarganya.

c. Faktor Kondisi Demografi

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang diperoleh, kondisi

demografi yang menjadi faktor pengaruh motivasi anak dalam melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi di SMA Negeri 22 Gowa yang tergolong tinggi

dengan persentase 67%, sedangkan presentase kondisi demografinya

rendah sebesar 10%. Hasil analisis yang dilakukan melalui penyebaran

angket mengenai kondisi demografi meliputi jarak perguruan tinggi dari

tempat tinggalnya. Kondisi demografi dalam penelitian ini mencakup wilayah

tempat tinggal siswa dan jarak antara tempat tinggal dan lokasi perguruan

tinggi.

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa antara kondisi

demografi mempunyai hubungan yang signifikan dengan motivasi untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kondisi demografi siswa di SMA

Negeri 22 Gowa mencakup lingkungan tempat tinggal dan jarak tempat

72

tinggal dengan lokasi perguruan tinggi. Kondisi demografi tidak dapat

mempengaruhi motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

d. Faktor Kondisi Lingkungan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang diperoleh, kondisi

lingkungan yang menjadi faktor pengaruh motivasi anak dalam melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi di SMA Negeri 22 Gowa yang tergolong tinggi

dengan persentase 62%, sedangkan presentase kondisi lingkungannya

rendah sebesar 25%. Hasil analisis yang dilakukan melalui penyebaran

angket mengenai kondisi lingkungan meliputi lingkungan tempat tinggal siswa

dan lingkugan sekolah siswa.

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa antara kondisi

lingkungan mempunyai hubungan yang signifikan dengan motivasi untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kondisi lingkungan siswa di

SMA Negeri 22 Gowa mencakup lingkungan tempat tinggal siswa dan

lingkugan sekolah siswa. Kondisi lingkungan sekitar siswa baik tempat tinggal

maupun sekolah bisa menjadi pemicu motivasi siswa untuk melanjutkan

pendidikannya ke perguruan tinggi. Lingkungan tempat tinggal siswa yang

mayoritas peduduknya memiliki pendidikan yang tinggi membuat siswa

merasa tertantang untuk dapat seperti mereka bahkan mungkin lebih dari

mereka.

e. Hubungan Kondisi Sosial dan Ekonomi dengan Motivasi Siswa untuk

Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa antara kondisi sosial

ekonomi mempunyai hubungan yang signifikan dengan motivasi untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

73

Kondisi sosial ekonomi siswa di SMA Negeri 22 Gowa mencakup

pendapatan dan pemenuhan kebutuhan dalam keluarga. Antara kondisi

ekonomi dan motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

mempunyai hubungan yang sangat erat. Jauhnya letak perguruan tinggi tidak

dapat mempengaruhi motivasi peserta didik untuk tetap melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi. Dapat dilihat dari kenyataan yang ada,

dimana seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan dihargai

oleh masyarakat sekitar. Anak yang mempunyai motivasi untuk melanjutkan

pendidikan yang tinggi, pada umunya selalu mencapai kesuksesan dalam

kehidupannya.

f. Hubungan Kondisi Demografi dan Lingkungan dengan Motivasi Siswa

untuk Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa antara kondisi

demografi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan motivasi untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Kondisi demografi siswa di SMA Negeri 22 Gowa mencakup

lingkungan tempat tinggal dan jarak tempat tinggal dengan lokasi perguruan

tinggi. Kondisi demografi tidak dapat mempengaruhi motivasi untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Letak perguruan tinggi yang jauh

tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap melanjutkan pendidikannya.

Justru jarak jauh yang ditempuh menjadi salah satu pemicu bagi siswa untuk

giat belajar demi bisa menyelesainkan pedidikan dengan cepat. Ini juga bisa

menjadi bentuk pengorbanan siswa dalam pendidikannya, sehingga siswa

lebih bisa menghargai jeri payahnya dalam menuntut ilmu.

74

g. Hubungan Kondisi Sosial, Kondisi Ekonomi, Kondisi Demografi dan

Kondisi Lingkungan dengan Motivasi Siswa untuk Melanjutkan Pendidikan

ke Perguruan Tinggi

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa antara kondisi sosial

ekonomi dan demografi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan

motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, antara kondisi sosial

ekonomi dan demografi dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi tidak mempunyai hubungan yang erat. Karena dari hasil

penelitian dapat diketahui bahwa kondisi sosial ekonomi yang tinggi dan

kondisi demografi yang jauh tidak mempengaruhi motivasi untuk melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi.

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulkan

sebagai berikut:

1. Motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi siswa SMA

Negeri 22 Gowa tergolong tinggi. Dilihat dari hasil angket yang dibagikan

kepada siswa terdapat 98,5% siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya

ke perguruan tinggi.

2. Tingkat kondisi sosial ekonomi siswa SMA Negeri 22 Gowa tidak mejadi

penghalang untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal ini

dilihat dari 57,1% siswa yang tetap ingin melanjutkan pendidikannya

meskipun kondisi ekonominya rendah. Hal ini bahkan jadi pemicu bagi

siswa untuk tetap melanjutkan pendidikannya sehingga kelak mereka bisa

menaikkan dan memperbaiki kondisi sosial ekonomi keluarga mereka.

3. Jarak lokasi yang jauh tidak mempengaruhi siswa untuk berhenti

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Jarak ini menjadi pemicu

siswa untuk lebih menghargai jeri payah mereka dalam menuntut ilmu itu

tidaklah mudah.

4. Kondisi lingkungan yang mencakup tempat tinggal dan sekolah siswa yang

baik menjadi salah satu pemicu untuk siswa dalam memperbaiki nilainya

sehingga bisa mempermudah siswa untuk masuk ke perguruaan tinggi.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran diberikan kepada beberapa

pihak, antara lain:

76

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa hendaknya memberikan

pengarahan Kepala SMA Negeri 22 Gowa untuk memberikan motivasi

kepada para peserta didiknya agar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi.

2. Kepala SMA Negeri 22 Gowa hendaknya memberikan pengarahan kepada

guru agar selalu mengoptimalkan kreativitasnya dalam mengajar sehingga

peserta didik semakin meningkatkan minat belajarnya dan pada akhirnya

dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, berdaya saing, memiliki skill

dan tetap memiliki motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi.

3. Siswa hendaknya menganggap kondisi sosial ekonomi dan demografi

bukan sebagai penentu yang paling utama maupun menjadi penghambat

untuk menumbuhkan motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi

4. Orangtua siswa hendaknya selalu memberikan dorongan kepada anaknya

untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, dan

5. Peneliti lain hendaknya menambah variabel di luar variabel pada penelitian

ini dan dapat juga menggunakan sampel sekolah lain dan menambah

jumlah sekolah yang diteliti.

77

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman.2012. Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: Rajawali

Pers.

Abhida. 2011. Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Orang Tua terhadap

Motivasi Siswa untuk Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi (Studi

Kasus pada Siswa Kelas XII SMA Negeri Plandaan Tahun Ajaran

2010/2011. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FIP UM.

Armalita, Sinta. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Untuk

Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Siswa Kelas XII Jurusan Tata

Boga Di SMK Negeri 4 Dan SMK Negeri 6 Yogyakarta.

SKRIPSI_SINTA%20ARMALITA_ 09511241022.pdf.

Ekki Cahyani, Della. 2015. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan

Terhadap Minat Anak Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Di

Desa Tasikagung Kecamatan. Skripsi. Diakses dari halaman web: https://

docobook.com/pengaruh-kondisi-sosial-ekonomi-keluarga-nelayan terhad

ap-mi.html

Gowa, Suara. 2011. Kondisi Lingkungan & Geografis Kabupaten Gowa. Diakses

dari halaman web: https://suaragowa.blogspot.com/2011/04/kabupaten-

gowa-kondisi-geografis-dan.html.

Hamalik, Oemar. 2010. Poreses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksa.

Hamzah B. Uno. 2011. Teori Motivasi dan pengukurannya: Analisis di

bidang.Jakarta: Bumi Aksa.

78

Hasbullah. 2001. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali

Pers.

Heini, Rita. 1999. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orangtua terhadap prestasi

belajar siswa kelas 3 SMU N 1 Pekalongan. Pendidikan Ekonomi UNNES

Semarang.

Husein, Umar. 1998. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.

Jakarta:Rajawali Press.

Ibrahim, Adzikra. Pengertian Demografi Menurut Para Ahli. Diakses dari halaman

web: https://pengertiandefinisi.com/pengertian-demografi-menurut-para-

ahli/.

Leksono-Supelli, Karlina. 2000. Orang Tua di dalam Pendidikan AnakAnak.

Diakses dari halaman web: http://mkb.kerjabudaya.org/mkb-arsip/kls/mkb-

klsringkasanpemikiran.htm.

Mar’ati, Fitriatun. 2018. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan

Motivasi Belajar Terhadap Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi

Siswa Kelas XII SMK Muhammadiyah 1 Bantul Tahun Ajaran

2017/2018.Skripsi.pdf

Maman, Rachman. 2004. Konsep dan Analisis Statistik. Semarang: IKIP

Semarang Press

Nasution, Thamrin dan Nasution, Nurhalijah. 1989. Peran Orangtua dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

79

Psychologymania. 2012. Pengertian Sosial Ekonomi. Diakses dari alamat web:

https://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-sosial-ekonomi.

html.

R. Kencana. 2011. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan

Motivasi Belajar dengan Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

Siswa Kelas XI IPS MAN Malang 1. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FIP

UM.

Rahayu (2013), Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari

Prestasi Belajar, Motivasi Belajar, Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Pada Siswa Kelas XI IPS SMA NEGERI JUMAPOLO Tahun Ajaran

2012/2013 eprints.ums.ac.id/25270/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Rokhimah. 2015. Pengaruh dukungan sosial dan efikasi diri terhadap minat

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: Rajagrafindo

persada.

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung

Remaja Rosdakarya

Tirtohardjodan La Sulo, 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta.

Winkel, W.S 2007. Psikologi pendidikan dan Evaluasi Belajar Jakarta: Gramedia.

80

Yunus, Muhammad. 2019. Anggaran Pendidikan Kabupaten Gowa Paling Tinggi

di Sulsel. Dikutip dari https://makassar.terkini.id/anggaran-pendidikan-

kabupaten-gowa-paling-tinggi-di-sulsel/ pada 07/11/19.

L

A

M

P

I

R

A

N

Lampiran 1

Angket Penelitian

ANALISIS FAKTOR SOSIAL, EKONOMI, DEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN

TERHADAP MOTIVASI SISWA MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE

PERGURUAN TINGGI

SMA NEGERI 22 GOWA

Nama :

Kelas :

Sebelum mengisi angket, baca dengan seksama tiap butir pernyataan, kemudian

tentukan pilihan anda dengan memberikan (√) sesuai dengan keadaan yang

sesungguhnya secara jujur. Pengisian angket ini tidak berpengaruh terhadap nilai

akademik.

Keterangan:

SS = Sangat Setuju

TS = Tidak Setuju

S = Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI MOTIVASI SISWA UNTUK

MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI

No Pernyataan Pilihan

SS S TS STS

1 Saya merasa senang apabila diterima di

Perguruan Tinggi

2

Saya merasa antusias ketika mendapatkan

informasi dan ketika mengikuti sosialisasi

Perguruan Tinggi

3

Saya memiliki keinginan dari dalam diri saya

sendiri untuk melanjutkan studi ke perguruan

tinggi

4 Dunia kerja saat ini menuntut orang memiliki

pendidikan yang tinggi

5 Saya merasa minder kepada teman-teman jika

tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi

6

Saya tidak ingin melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi karena saya sudah merasa lelah

dalam belajar

7

Pemerintah dan pihak swasta banyak

menyediakan beasiswa studi ke Perguruan

Tinggi, jadi sayang jika saya tidak menggunakan

kesempatan tersebut

8

Orang Tua saya berharap saya memiliki

pendidikan yang lebih tinggi dibanding

pendidikan mereka

9 Guru disekolah saya selalu memotivasi siswanya

untuk melanjutkan sudi ke perguruan tinggi

10

Lingkungan tempat tinggal Anda banyak yang

menjadi sarjana sehingga mempengaruhi Anda

untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi

11

Saya tidak ingin melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi karena lokasinya jauh dari

rumah

12 Saya merasa ijazah SMA sudah cukup untuk

mencari pekerjaan

13 Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang

akan lebih dihargai oleh orang lain

14

Kondisi ekonomi orang tua saya tidak

memungkinkan untuk melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi

15

Saya merasa pendidikan sangat penting oleh

karena itu kita harus memiliki pendidikan yang

tinggi

ANGKET TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA

No Pendapatan Orangtua Pilihan

Ya Tidak

1 > 6.000.000

2 3.000.000-6.000.000

3 1.000.000-3.000.000

4 < 1.000.000

ANGKET PENDIDIKAN ORANG TUA

No Pendapatan Orangtua Pilihan

Ya Tidak

1 TIDAK SEKOLAH

2 SD

3 SMP

4 SMA

5 PERGURUAN TINGGI

JARAK RUMAH DENGAN LOKASI PERGURUAN TINGGI

No Jarak Pilihan

Ya Tidak

1 >15 km

2 10 km - 15 km

3 5 km - 10 km

4 < 5 km

Lampiran 2

Hasil Uji Coba Lapangan

SAMPEL MINAT SISWA MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI JML

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 4 4 4 3 3 1 4 3 2 2 1 1 4 2 4 42

2 4 3 4 4 4 1 4 4 4 2 2 1 4 2 4 47

3 4 3 4 3 3 1 3 4 4 4 2 2 3 2 4 46

4 4 4 4 3 3 1 3 4 4 3 1 1 3 3 4 45

5 4 4 4 4 3 1 4 4 4 3 1 1 4 1 4 46

6 4 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 38

7 4 4 4 3 4 1 3 4 3 3 2 1 4 1 4 45

8 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 2 2 4 4 4 50

9 4 4 4 3 2 1 4 4 4 2 1 1 3 1 4 42

10 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 3 1 4 1 4 49

11 4 3 4 4 3 1 3 4 3 4 1 1 4 1 4 44

12 4 3 4 4 3 1 3 4 4 2 1 1 4 2 4 44

13 4 4 4 4 4 1 3 4 4 3 2 1 3 1 4 46

14 4 3 4 4 4 1 4 4 4 3 2 2 3 3 4 49

15 4 4 4 4 4 1 4 4 3 2 1 1 4 2 4 46

16 4 4 4 4 4 1 4 4 3 4 1 1 4 1 4 47

17 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 1 4 4 4 53

18 4 4 4 3 2 1 4 4 4 2 1 1 3 1 3 41

19 3 2 4 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 4 38

20 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 2 2 4 4 4 53

21 4 4 4 3 3 1 4 4 3 3 1 1 3 2 4 44

22 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 3 4 53

23 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 1 1 4 1 4 47

24 4 4 4 3 3 1 4 4 4 3 1 1 3 3 4 46

25 4 4 4 2 2 1 4 4 4 2 1 1 4 2 4 43

26 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 2 4 3 4 52

27 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 2 4 3 4 52

28 4 4 4 3 3 1 3 4 3 3 1 1 4 1 1 40

29 4 4 4 3 3 1 4 4 4 3 2 1 3 3 4 47

30 4 3 4 3 3 1 3 4 3 2 1 2 3 2 3 41

JUMLAH 1376

Lampiran 3

UJI COBA LAPANGAN

A. UJI REABILITAS

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.720 .817 16

B. UJI VALIDITAS

VARIABEL R - HITUNG R - TABEL NILAI SIG. KEPUTUSAN

1 0.349 0.3494 0.029 VALID

2 0.395 0.3494 0.015 VALID

3 0.349 0.3494 0.029 VALID

4 0.749 0.3494 0.000 VALID

5 0.668 0.3494 0.000 VALID

6 0.502 0.3494 0.002 VALID

7 0.535 0.3494 0.001 VALID

8 0.520 0.3494 0.002 VALID

9 0.360 0.3494 0.025 VALID

10 0.527 0.3494 0.001 VALID

11 0.368 0.3494 0.023 VALID

12 0.225 0.3494 0.116 TIDAK VALID

13 0.556 0.3494 0.001 VALID

14 0.581 0.3494 0.000 VALID

15 0.467 0.3494 0.005 VALID

Lampiran 4

Dokumentasi Penelitian

BIOGRAFI PENULIS

YULINAR SUDIRMAN panggilan Yuli lahir di Bontomanai

Desa Kanjilo tepatnya pada tanggal 25 Juli 1997

merupakan anak kedua dari 3 bersaudaraa oleh

pasangan suami istri Bapak H. Sudirman dan Ibu Hj.

Mantasiah. Peneliti bertempat tinggal di Jl. Barombong

Bontomanai Desa Kanjilo Kecamatan Barombong

Kabupten Gowa. Peneliti memasuki pendidikan dasar di SD Negeri Bontomanai

K pada tahun 2003 – 2009, pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di

SMP Negeri 15 Makassar dan lulus pada tahun 2012, kemudian melanjutkan

pendidikan di SMA Negeri 20 Makassar dan lulus pada tahun 2015. Dengan izin

Allah, peneliti kemudian melanjutkan pedidikan ke Perguruan Tinggi pada tahun

2015, peneliti berhasil diterima dan tercatat sebagai Mahasiswa pada Jurusan

Ekonomi Pembangunan, program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Kampus Sultan Alauddin.

Recommended