View
217
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS PENGARUH NILAI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA
TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PADA
SEMBILAN KABUPATEN DI PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
Retno Dea Gitawati
NIM : 1113084000026
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2018 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Retno Dea Gitawati
2. Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 28 November 1995
3. Alamat : Jalan H.Tian 1 no. 31 Rt 007/03
Jaticempaka, Pondok gede, Kota Bekasi
4. E-mail : gitawati1995@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Jaticempaka VII Bekasi Tahun 2001-2007
2. SMPN 17 Bekasi Tahun 2007- 2010
3. SMKS BPS&K 1 Jakarta Timur Tahun 2010-2013
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Nama Ayah : Akmadi Budi Jaya
2. Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 27 Juli 1966
3. Nama Ibu : Rosminah
4. Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 15 Juni 1968
ii
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Dialog Jurusan & Seminar Konsentrasi ― Mengenal Lebih Dekat dengan
Jurusan Sendiri‖ HMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
2. Sekolah Bencana Terpadu ― Latihan Gabungan Pengurangan Resiko
Bencana Pada Gedung Bertingkat: Konsep Dasar Bencana dan
Standarisasi Gedung Simulasi Self Rescue dan Vetical Rescue‖ KMPLHK
Kembara Insan Ibnu Batuta (RANITA), 2013.
3. Kuliah Umum ― Let’s Avoid HIV/AIDS with Legal Relationship‖ BEM
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
4. Company Visit ― Peran Bank Indonesia di Bidang Moneter‖ HMJ IESP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
5. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah ― Mewujudkan Regenerasi Mahasiswa
Ekonomi yang Berprestasi dalam Bidang Akademik‖ HMJ IESP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
6. Kuliah Umum ― Fungsi Pengawasan Keuangan Negara sebagai Katalisator
Tercapainya Tujuan Memajukan Kesejahteraan Umum‖ BPK RI dan HMJ
IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
7. Kuliah Umum ― Jadi Pengusaha Sukses dengan Psychopreneur‖ HMJ
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
8. Seminar Public Speaking Era Konseptual ― Sukses Tanpa Batas dengan
Hypno Communication‖ KAHFI BBC Motivator School, 2016.
iii
ABSTRACT
This study aims to determine the analysis of the effect of aquaculture fishery
production value on gross regional domestic product in nine regencies in West Java
Province. Variables used are brackish water, fresh water ponds and rice-fish in 2006-
2015. The analysis technique used is the analysis of panel data regression model
using Eviews program. The method used is Generalized Least Square (GLS) through
Fixed Effect Model (FEM) approach to nine Regencies in West Java Province.
The results showed that simultaneously and partially brackish water, fresh
water ponds and rice-fish have a significant effect on Gross Domestic Regional
Product in nine regencies in West Java Province.
Keywords : Brackish Water, Fresh Water Ponds, Rice-fish and Gross Domestic
Regional Product (GDRP), Data Panel, FEM GLS.
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis pengaruh nilai produksi
perikanan budidaya terhadap Produk Domestik Regional Bruto pada Sembilan
Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Variabel yang digunakan adalah tambak, kolam
dan minapadi tahun 2006-2015 . Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
model regresi data panel dengan menggunakan program Eviews. Metode yang
digunakan adalah Generalized Least Square (GLS) melalui pendekatan Fixed Effect
Model (FEM) terhadap sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan maupun parsial tambak,
kolam dan minapadi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Produk
Domestik Regional Bruto pada sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Kata Kunci : Tambak, Kolam, Minapadi dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) kabupaten Jawa Barat, Data Panel, FEM GLS.
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Dengan mengucapkan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul ―Pengaruh nilai produksi perikanan budidaya terhadap
pproduk domestic regional bruto pada Sembilan kabupaten di provinsi jawa barat‖
Dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini
dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Maka dalam
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan bantuan moril maupun materil terutama kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Almarhum Bapak Akmadi Budi Jaya dan Ibu
Rosminah tercinta yang selalu mendukung, menasehati dan mendoakan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Irwan Rudy Pamungkas selaku kakak penulis yang selalu menyemangati
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Trys Wahyu Wijaya selaku adik penulis yang selalu memotivasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
vi
6. Ibu Najwa Khairina, SE.,MA selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak M. Hartana I putra, M.Si selaku dosen pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan
dengan baik kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menuntut
ilmu serta memberikan motivasi yang tidak ada henti kepada penulis.
9. Anjeng Lestari, Rizky Oktaviani, Paracytha Gumilang, yunita damayanti,
Deya Ranita, Devina, Mela Mulia, Indah Pertiwi, selaku sahabat penulis yang
selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekuarangan. Untuk
itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan
penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amin..
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 22 Maret 2018
Retno Dea Gitawati
vii
DAFTAR ISI
COVER
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Tulis Ilmiah
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................................. i
Abstract ....................................................................................................................... iii
Abstrak ........................................................................................................................ iv
Kata Pengantar ........................................................................................................... v
BAB 1 Pendahuluan .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 10
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 11
1. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 11
2. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 12
BAB II Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 13
A. Landasan Teori ................................................................................................. 13
1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ................................ 13
2. Produksi ........................................................................................................ 21
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 27
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 43
D. Hipotesis ........................................................................................................... 44
BAB III Metode Penelitian ....................................................................................... 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 45
B. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 45
C. Metode Analisis Data ....................................................................................... 47
1. Permodelan Data Panel ................................................................................ 48
viii
2. Pemilihan Model Data Panel ........................................................................ 51
3. Model Empiris .............................................................................................. 52
4. Uji Hipotesis ................................................................................................. 53
5. Data Panel Metode Generalized Least Square (GLS) .................................. 56
D. Operasional Variabel Penelitian ...................................................................... 60
BAB IV Hasil Dan PEMBAHASAN ........................................................................ 63
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ................................................................ 63
B. Analisis Deskriptif ........................................................................................... 64
C. Hasil Uji Instrumen Penelitian ......................................................................... 76
1. Estimasi Data Panel ...................................................................................... 76
2. Pemilihan model terbaik ............................................................................... 77
3. Analisis Teknis ............................................................................................. 78
4. Analisis Ekonomi ......................................................................................... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 96
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 96
B. Saran ................................................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 99
ix
DAFTAR TABEL
Penelitian Terdahulu ................................................................................................ 32
PDRB Kabupaten Tahun 2006-2015 ....................................................................... 64
Rata-rata Nilai PDRB Kabupaten ........................................................................... 65
Nilai Produksi Budidaya Tambak ........................................................................... 68
Rata-rata Nilai Produksi Budidaya Tambak ......................................................... 69
Nilai Produksi Budidaya Kolam .............................................................................. 70
Rata-rata Nilai Produksi Budidaya Kolam ............................................................ 71
Nilai Produksi Budidaya Minapadi ......................................................................... 73
Rata-rata Nilai Produksi Budidaya Minapadi ....................................................... 74
Uji Chow Test ............................................................................................................ 76
Hasil Estimasi Data Panel FEM GLS ..................................................................... 78
Uji R Square .............................................................................................................. 78
F. Statistic .................................................................................................................. 79
Uji T.Statistic ............................................................................................................. 81
Hasil Estimasi Fixed Effect Model GLS ................................................................. 83
x
DAFTAR GAMBAR
Tren Konsumsi Ikan Perkapita Pertahun ................................................................ 4
Sumbangan Konsumsi Protein Ikan Indonesia Terhadap Total Konsumsi
Protein .......................................................................................................................... 5
Kontribusi PDB Perikanan Terhadap PDB Nasional Indonesia Tahun 2012-2015
....................................................................................................................................... 6
Produksi Perikanan di Jawa Barat, 2016 (Ton) ....................................................... 7
PDRB Jawa Barat, 2013-2016 (Triliun Rupiah) ...................................................... 9
Proses Produksi ......................................................................................................... 22
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Sukirno (2000) pertumbuhan ekonomi berarti adanya
perkembangan dalam segala aktivitas ekonomi yang menyebabkan produksi
barang dan jasa dalam masyarakat bertambah dan meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan proses peningkatan
kapasitas produksi di suatu daerah yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomu merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan hasil
output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah factor
produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat. (Todaro, 2000)
secara umum pertumbuhan ekonomi memiliki arti peningkatan PDRB suatu
Negara.
Dalam Undang-undang no 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah,
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2
Sehingga dengan adanya otonomi daerah pemerintah daerah
diharapkan mampu dan terus berupaya dalam memaksimalkan potensi yang
ada di wilayahnya untuk menjadikannya daerah yang mandiri serta memiliki
keunggulan daerah yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakat di daerah
tersebut.
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan
luas wilayah sebesar 1.904.569 km2 dan jumlah pulau sebanyak 17.508 buah.
Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan termasuk dalam wilayah Asia
Tenggara, diapit oleh dua benua, Asia dan Australia dan dua samudera,
Pasifik dan Hindia. Karena itu, Indonesia juga sebut sebagai Nusantara
(Kepulauan Antara). Dengan populasi sekitar 260 juta jiwa (berdasarkan data
2017), Indonesia merupakan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.
(indonesialibrary.com)
Dua per tiga wilayah Indonesia merupakan lautan yaitu sebesar 5,8
juta km2. Indonesia merupakan Negara yang memiliki potensi sumberdaya
alam yang sangat besar. Indonesia dikenal sebagai Negara Maritime karena
besarnya potensi kekayaan laut dan perikanan yang dimiliki. Wilayah
Indonesia sebagian besar dikelilingi oleh lautan, sehingga kekayaan
sumberdaya alam laut tidak kalah besarnya dari kekayaan sumberdaya alam di
darat.
3
Sektor perikanan memiliki potensi penggerak perekonomian baik
secara makro atau nasional maupun mikro. Secara makro sektor perikanan
menjadi penyumbang devisa dengan kegiatan ekspor. Secara mikro sektor
perikanan memberi dampak penyediaan tenaga kerja dan meningkatkan daya
beli masyarakat seiring dengan peningkatan pendapatan para pelaku usaha di
bidang perikanan (Nugroho, 2013).
Sumber daya perikanan merupakan salah satu sumber daya yang
penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi sebagai penggerak
utama ekonomi nasional. (Daryanto, 2007)
Potensi lahan perikanan budidaya secara nasional diperkirakan sebesar
17,74 juta Ha, yang terdiri atas lahan budidaya air tawar 2,23 juta Ha,
budidaya air payau 2,96 juta Ha dan budidaya laut 12,55 juta Ha. Sedangkan
pemanfaatannya hingga saat ini masing-masing baru mencapai 16,62 % untuk
budidaya air tawar, 50,06 % untuk budidaya air payau dan 2,09 % untuk
budidaya laut. (Kementrian Perikanan dan Kelautan)
Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang cukup besar.
Produksi perikanan Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi setelah
Jawa Timur. Salah satu potensi perikanan yang peningkatannya sangat
signifikan adalah perikanan budidaya. Dimana perikanan budidaya mengalami
4
kenaikan rata-rata pertahun 25,62% lebih tinggi dibanding perikanan tangkap
yang hanya sebesar 3,2%.
Peningkatan jumlah penduduk yang selalu meningkat di Jawa Barat,
Indonesia serta penduduk dunia yang diiringi dengan meningkatnya kesadaran
manusia terhadap gizi ikan bagi kesehatan, kekuatan, serta kecerdasan.
Masyarakat Indonesia telah mengalami pergeseran pola konsumsi
sebagaimana Negara-negara lain di dunia. Tren konsumsi ikan perkapita yang
cenderung terus naik.
Gambar 1.1
Tren Konsumsi Ikan Perkapita Pertahun
Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap, Ditjen Perikanan Budidaya
30,48 32,25 33,89 35,21 38,14 41,1 43,94
0
10
20
30
40
50
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tren Konsumsi Ikan
5
FAO (Food & Agriculture Organization) telah mengindikasikan bahwa
43% ikan yang dikonsumsi berasal dari ikan budidaya. Sehingga diprediksi
bahwa kedepannya perikanan budidaya akan menjadi barometer utama dan
salah satu sumber daya yang akan sangat diandalkan dalam menopang
kebutuhan pangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat global.
Gambar 1.2
Sumbangan Konsumsi Protein Ikan Indonesia Terhadap Total
Konsumsi Protein
Sumber: SUSENAS
Data SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) – BPS
menunjukkan bahwa sumbangan protein ikan terhadap konsumsi protein
hewani masyarakat Indonesia mencapai 57%. Ini terjadi seiring pergeseran
konsumen dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dari produk berbasis
6
daging merah ke daging putih dalam hal ini ikan. Dimana kandungan gizi ikan
ini juga menumbang terhadap peningkatan kecerdasan masyarakat Indonesia.
Gambar 1.3
Kontribusi PDB Perikanan Terhadap PDB Nasional Indonesia Tahun
2012-2015
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Perkembangan sector perikanan semakin baik, dimana ekspor
perikanan terus meningkat. Menurut international trade center ekspor
perikanan meningkat 2% per tahun. Kemudian kontribusi perikanan terhadap
PDB nasional terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini
menunjukan bahwa perikanan saat ini terus di maksimalkan melalui program-
program pemerintah yang mana telah mampu meningkatkan kesejahteraan dan
pemberdayaan masyarakat.
2,14 2,21 2,342,56
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
2012 2013 2014 2015
Kontribusi Perikanan
7
Gambar 1.4
Produksi Perikanan di Jawa Barat, 2016 (Ton)
Total produksi perikanan laut pada tahun 2016 sebanyak 218.017 ton,
perikanan umum sebanyak 14.873 ton, dan perikanan budidaya sebanyak
1.117.387 ton. Jika dirinci menurut jenis lokasi budidaya, maka budidaya
terbesar dilakukan di kolam. Jumlah produksi budidaya kolam mencapai
546.073 ton pada tahun 2016. Kemudian budidaya tambak sebanyak 333.795
ton dan budidaya di jaring apung sebanyak 199.617 ton. Adapun budidaya
sawah sebanyak 33.454 ton, budidaya karamba sebanyak 2.930 ton dan
budidaya laut sebanyak 1.518 ton.
Pada tahun 2016, jumlah rumah tangga perikanan sebanyak 378.056
rumah tangga, dimana ada tiga rumah tangga yang mendominasi kegiatan
budidaya perikanan yaitu di kolam sebanyak 254.386, di sawah 46.858 dan di
tambak sebanyak 41.198. sedangkan rumah tangga yang melalukan
8
penangkapan di perairan umum dan laut masing-masing 25.775 dan 11.620
rumah tangga.
Nilai produksi perikanan budidaya di Jawa Barat didominasi oleh
budidaya kolam dengan kontribusi tertinggi yang mengalami peningkatan
setiap tahun yaitu sebesar 994 miliyar pada tahun 2006, hingga pada tahun
2015 sebesar 9,942 miliyar. Budidaya kolam banyak diminati masyarakat
karena perawatannya yang mudah dan tidak membutuhkan banyak modal
seperti pembudidayaan ikan lele, ikan nila dll. Kemudian diikuti oleh
budidaya tambak dengan nilai yang berfluktuasi pada tahun 2006 sebesar
1,674 miliyar, dan pada tahun 2015 sebesar 7,881 miliyar. Kemudian nilai
produksi terendah adalah budidaya minapadi pada tahun 2006 sebesar 184
miliyar dan pada tahun 2015 sebesar 722 miliyar.
Nilai produksi perikanan budidaya di Jawa Barat mengalami
peningkatan karena banyaknya program-program pemerintah untuk
memaksimalkan potensi perikanan dan kelautan serta dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Seperti adanya program revitalisasi, sarana dan
prasarana untuk para pembudidaya, bantuan benih serta bantuan kelembagaan
yang mana program tersebut mampu secara nyata meningkatkan produksi
perikanan di Jawa Barat. Sehingga beberapa kabupaten di Jawa Barat telah
mampu memenuhi kebutuhan konsumsi di wilayahnya hingga mampu
memasok ikan ke luar daerah.
9
Gambar 1.5
PDRB Jawa Barat, 2013-2016 (Triliun Rupiah)
PDRB Provinsi jawa barat yang diukur atas dasar harga berlaku
maupun harga konstan (tahun dasar 2010) menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya. Hal ini menggambarkan tumbuhnya aktivitas ekonomi di jawa
barat.
Pada tahun 2016 PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 1.653
triliun, meningkat dari tahun 2015 yang mencapai 1.525 triliun. Adapun jika
dihitung atas dasar harga konstan tahun 2010, PDRB Tahun 2016 mencapai
1.276 triliun. Di banding tahun 2015 meningkat sebesar 5,67 persen.
Adanya potensi perikanan yang tinggi di Jawa Barat maka sudah
seharusnya dimanfaatkan sedemikian rupa untuk memberdayakan masyarakat
dan meningkatkan kesejahteraan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
10
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengambil
judul “ANALISIS PENGARUH NILAI PRODUKSI PERIKANAN
BUDIDAYA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(PDRB) PADA SEMBILAN KABUPATEN DI PROVINSI JAWA
BARAT”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka
perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh simultan dari nilai produksi perikanan budidaya
tambak, kolam, dan minapadi terhadap produk domestik regional bruto
pada sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat?
2. Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh nilai produksi perikanan
budidaya tambak terhadap produk domestik regional bruto pada sembilan
Kabupaten di Provinsi Jawa Barat?
3. Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh nilai produksi perikanan
budidaya kolam terhadap produk domestik regional bruto pada sembilan
Kabupaten di Provinsi Jawa Barat?
4. Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh nilai produksi perikanan
budidaya minapadi terhadap produk domestik regional bruto pada
sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat?
11
5. Bagaimana nilai produk domestik regional bruto pada masing-masing dari
sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, akibat adanya individual
efek dan apabila variabel bebas yang ada pada model bernilai nol?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penulis adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh simultan dari nilai produksi perikanan
budidaya tambak, kolam, dan minapadi terhadap produk domestik
regional bruto pada sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
b. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh nilai produksi
perikanan budidaya tambak terhadap produk domestik regional bruto
pada sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
c. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh nilai produksi
perikanan budidaya kolam terhadap produk domestik regional bruto
pada sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
d. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh nilai produksi
perikanan budidaya minapadi terhadap produk domestik regional
bruto pada sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
e. Untuk mengetahui nilai produk domestik regional bruto pada masing-
masing dari sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, akibat
12
adanya individual efek dan apabila variabel bebas yang ada pada
model bernilai nol.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak yang terkait antara lain:
a. Akademisi, sebagai rujukan penelitian untuk yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai subsector perikanan di Provinsi Jawa
Barat.
b. Pihak swasta, sebagai referensi bagi pengusaha di subsector perikanan
yang ingin mengembangkan usahanya.
c. Pemerintah, sebagai acuan awal dalam mengambil kebijakan-kebijakan
perekonomian di Provinsi Jawa Barat terutama yang menyangkut
subsector perikanan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan agregat
nilai tambah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh
aktivitas ekonomi di suatu wilayah dalam satu kurun waktu tertentu.
PDRB dapat dihitung dengan dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan
agregat nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan agregat nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (sebagai tahun dasar).
Dalam publikasi ini, tahun dasar yang digunakan untuk menghitung
PDRB atas dasar harga konstan adalah tahun 2000. Dari dua cara
penghitungan PDRB tersebut, dapat diperoleh beberapa indikator
ekonomi makro yang biasa digunakan oleh berbagai kalangan seperti
pemerintah, peneliti, maupun masyarakat baik individu maupun dunia
usaha. Indikator ekonomi makro tersebut antara lain adalah Laju
Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Struktur Ekonomi, dan PDRB per kapita.
14
2. Manfaat PDRB
a. PDRB atas dasar harga konstan (PDRB riil) dapat digunakan untuk
menunjukkan kinerja perekonomian baik secara sektoral maupun
kinerja perekonomian secara keseluruhan di suatu wilayah tertentu
dalam satu kurun waktu tertentu. Pertumbuhan PDRB atas dasar
harga konstan menggambarkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).
b. PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB nominal) menunjukkan
kemampuansumber daya ekonomi yang dihasilkan di suatu wilayah
dalam satu kurun waktutertentu. Distribusi persentase PDRB atas
dasar harga berlaku menurut sector menunjukkan struktur
perekonomian yang menggambarkan peranan masing- masing
sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang
berperan besar menunjukkan basis kegiatan ekonomi yang
mendominasi perekonomian wilayah tersebut.
c. PDRB atas dasar harga berlaku bila dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun, maka akan didapatkan PDRB perkapita atas
dasar harga berlaku yang digunakan sebagai pendekatan (proxy)
untuk menunjukkan rata-rata pendapatan per satu orang penduduk
secara nominal. Sementara itu apabila
15
d. PDRB atas dasar harga konstan dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun, maka akan didapatkan PDRB perkapita atas
dasar harga konstan yang berguna untuk mengetahui rata-rata
pendapatan per satu orang penduduk secara riil (tanpa
memperhitungkan faktor fluktuasi harga).
3. Konsep dan Definisi
a. Pendekatan Penyusunan PDRB
PDRB dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu :
1) Pendekatan Produksi (Production Approach)
PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah
pada suatu periode tertentu (biasanya setahun). Unit-unit produksi
tersebut dalam penyajian inidikelompokkan menjadi 17 lapangan
usaha (sektor) yaitu: 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan
Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Pengadaan listrik dan gas;
5. Pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang; 6.
Konstruksi; 7. Perdagangan besar dan eceran; 8. Transportasi dan
pergudangan; 9. Penyediaan akomodasi dan makan minum; 10.
Informasi dan komunikasi; 11. Jasa keuangan dan asuransi; 12.
Real estate; 13. Jasa perusahaan; 14. Administrasi pemerintah; 15.
16
Jasa pendidikan; 16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial; 17. Jasa
lainnya.
2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor- factor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di
suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Balas jasa faktor produksi yang dimaksudadalah upah dan gaji
(balas jasa tenaga kerja), sewa tanah (balas jasa tanah),bunga
modal (balas jasa modal) dan keuntungan (balas jasa
kewiraswastaan/enterpreneurship); semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini,
PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto
(pajak tak langsung dikurangi subsidi).
3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang
terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga; (2) lembaga
non profit yang melayani rumah tangga; (3) pengeluaran konsumsi
pemerintah; (4) pembentukan modal tetap domestik bruto; (5)
perubahan inventori; (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor)
17
b. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan, baik
pada saat menilai produksi, biaya antara, maupun komponen nilai
tambah.
c. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu
sebagai tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara,
maupun komponen nilai tambah.
d. PDRB per Kapita
PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
e. Pendapatan Regional
PDRB ditambah dengan balas jasa faktor produksi milik
penduduk wilayah tersebut (yang berasal dari luar) dikurangi dengan
balas jasa faktor produksi yang mengalir keluar.
f. Pendapatan per Kapita
Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi antara pendapatan
regional denganjumlah penduduk pertengahan tahun. Namun demikian
sampai saat ini,penghitungan PDRB melalui pendekatan pendapatan
masih sulit dilakukan karena belum tersedianya data arus pendapatan
yang mengalir antar propinsi (baik masuk maupun keluar). Oleh
karena keterbatasan tersebut, maka publikasi ini masih menggunakan
pendekatan PDRB per kapita.
18
4. Metode Penghitungan PDRB
a. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu:
1) Metode Langsung
Metode langsung dapat dilakukan dengan pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran. Ketiga pendekatan tersebut akan memberikan
hasil yang sama.
2) Metode Tidak Langsung
Dalam metode ini, nilai tambah di suatu wilayah
diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah suatu kegiatan
ekonomi nasional ke dalam masing-masing kegiatanekonomi
pada tingkat regional menggunakan indikator yang memiliki
pengaruh paling kuat terhadap kegiatan ekonomi tersebut.
5. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Ada empat cara yang digunakan untuk menghitung nilai tambah bruto
(NTB) atas dasar harga konstan 2000, yaitu :
a. Revaluasi
Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya
antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 2000. Hasilnya
19
merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000.
Selanjutnya NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara
output dan biaya antara. Dalam prakteknya, sangat sulit melakukan
revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan karena mencakup
komponen input yang sangat banyak. Selain itu, data harga yang tersedia
juga tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu,
biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian
antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio
tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.
b. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000
diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000
dengan indeks produksi. Indeks produksi yang digunakan sebagai
ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang
dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi,misalnya tenaga
kerja, jumlah perusahaan, dan lainnya yang dianggap cocok denganjenis
kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap
penghitungan output atas dasar harga konstan. Kemudian dengan
menggunakan rasio tetap nilaitambah terhadap output akan diperoleh
perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
20
c. Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara
membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun
dengan indeks harga.Indeks harga yang digunakan sebagai deflator
biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB), dan sebagainya. Indeks-indeks harga di atas
dapat pula digunakan sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai
tambahatas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah
atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.
d. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda, komponen yang dideflasi adalah output
dan biaya antaranya.Sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara
output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan
sebagai deflator untuk penghitungan output atasdasar harga konstan
biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan
besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan indeks harga untuk
biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.Dalam
kenyataannya, sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara. Hal
tersebut dikarenakan komponennya terlalu banyak dan indeks harga yang
belum tersedia secara baik. Oleh karena itu, dalam penghitungan PDRB
atas dasar harga konstan, metode deflasi berganda ini belum banyak
digunakan. Penghitungan komponen penggunaan PDRB atas dasar harga
21
konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara di atas.Namun
mengingat keterbatasan data yang tersedia, maka digunakan metode deflasi
maupun ekstrapolasi.
2. Produksi
a. Pengertian Produksi
Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah input
menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat
terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi dan
output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi.
(Sri Adiningsih)
Produksi dapat pula didefinisikan sebagai penciptaan guna. Guna
berarti kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Proses perubahan bentuk faktor-faktor produksi dinamakanproses
produksi. (Ari Sudarman). Produksi tidak hanya mencakup pembuatan
barang-barang yang dapat dilihat, tetapi termasuk di dalamnya produksi
jasa.Kemampuan barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat
diperbesar melalui penciptaan :
1) Guna bentuk (form utility) yaitu guna yang diciptakan karena adanya
perubahan bentuk suatu barang.
2) Guna tempat (place utility) yaitu guna yang diciptakan karena adanya
perpindahan tempat penggunaan suatu barang.
22
3) Guna waktu (time utility) yaitu guna yang diciptakan karena adanya
perubahan waktu dalam penggunaan barang.
4) Guna pemilikan (possessive utility) yaitu guna yang diciptakan
karena adanya perpindahan hak milik suatu barang.
Produksi juga dapat didefinisikan sebagai transformasi atau
pengubahan faktor produksi menjadi barang produksi atau prosesdimana
masukan (input) diubah menjadi luaran (output). (Suparmoko)
Suatu proses produksi dapat digambarkan sebagai berikut :
(Sugiarto)
Gambar 2.1
Proses Produksi
→ →
→
b. Proses Produksi
Selain itu, produksi juga dapat ditinjau dari pengertian
secaraekonomis. Ditinjau dari pengertian secara ekonomis,
produksimerupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber yang
tersediauntuk memperoleh hasil yang terjamin kualitasnya maupun
kuantitasnya serta terkelola dengan baik sehingga merupakan
komoditiyang dapat diperdagangkan. Adanya hubungan antara faktor-
OUTPUT
(Barang & Jasa)
FUNGSI PRODUKSI
(Dengan Teknologi
Tertentu)
INPUT
(Kapital, Tenaga Kerja,
Tanah dan Sumber Daya
Alam, Kewirausahaan)
23
faktor produksi yang digunakan dengan output yang dihasilkan
dinyatakandalam suatu fungsi produksi.
c. Faktor Produksi
Faktor produksi yang dimaksud adalah benda-benda
yangdisediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang
dapatdigunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor-faktor
produksiyang tersedia dalam perekonomian dibedakan menjadi 4
golongan:(Sadono Sukirno)
1) Tanah dan sumber alam
Tanah dan sumber alam merupakan faktor produksi
yangdisediakan oleh alam. Faktor produksi ini meliputi tanah. Hasil
hutan dan sumber daya alam yang dapat dijadikan modal.
2) Tenaga Kerja
Keberhasilan pembangunan ekonomi akan dipengaruhi
olehbanyak faktor produksi. Faktor produksi tersebut diantaranya
adalah penduduk (Sumber Daya Manusia). Yang dimaksud dengan
Sumber Daya Manusia adalah penduduk dalam usia kerja. Dari segi
penduduk sebagai faktor produksi maka tidak semua penduduk dapat
bertindak sebagai faktor produksi, hanya penduduk usia kerja dalam
arti sudah bekerja atau mencari kerja.
24
3) Modal
Modal adalah faktor produksi buatan yang merupakan
inputsekaligus output dalam perekonomian (Paul Samuelson &
WilliamD. Nordhaus). Modal dalam kegiatan produksi dapatdibedakan
menjadi 2 macam, yaitu modal tetap dan modal variabel.Perbedaan ini
disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modaltersebut. Faktor
produksi seperti tanah, bangunan dan mesin-mesinsering dimasukkan
dalam kategori modal tetap. Dengan demikianmodal tetap dapat
didefinisikan sebagai biaya yang tidak habisdalam sekali proses
produksi tersebut. Misalnya biaya yangdikeluarkan untuk membeli
bahan baku dan bahan penolong atauyang dibayarkan untuk
pembayaran tenaga kerja.
Besar kecilnya modal sangat tergantung dari berbagai hal,
antaralain :
a) Skala Usaha
Besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar
kecilnyamodal yang dipakai, makin besar skala usaha maka
semakinbesar pula modal yang dipakai.
b) Macam Komoditas
Komoditas tetentu dalam produksi juga menentukan
besarkecilnya modal yang dipakai.
25
c) Tersedianya Kredit
Kredit sangat menentukan suatu usaha. Dalam banyak
kegiatansering dijumpai adanya pengusaha yang kekurangan
modal danuntuk pemecahannya diperlukan kredit.
d) Keahlian Kewirausahaan
Keahlian kewirausahaan meliputi kemahiran para
pengusahamengorganisasikan berbagai faktor produksi tanah dan
sumberalam, tenaga kerja dan modal sehingga usahanya tersebut
berhasildan berkembang serta dapat menyediakan barang dan jasa.
d) Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel
yangdijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X), variabel
yangdijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang
menjelaskanbiasanya berupa input (Soekartawi). Definisi lain
fungsiproduksi adalah fungsi yang menunjukkan sifat keterikatan
diantarafaktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.
Faktorproduksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu seperti
yangberikut (Sadono Sukirno)
Q = f ( K. L. R. T )
Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga
kerja, Radalah kekayaan alam dan T adalah teknologi yang
digunakan.Dalam membicarakan fungsi produksi yaitu hubungan
26
antaramasukan (faktor produksi) dan luaran (barang produksi),
dapatdibedakan antara pengertian jangka pendek dan jangka panjang.
Yang dimaksud dengan jangka pendek adalah bahwa dalam proses
produksi terdapat faktor produksi yang sifatnya tetap (fixed input)
dimana factor produksi yang jumlahnya dapat diubah-ubah (variable
input).Sedangkan yang dimaksud jangka panjang adalah bahwa dalam
proses produksi terdapat faktor produksi yang bersifat dapat diubah
jumlahnya.
27
B. Penelitian Terdahulu
1. M. Zulkarnain (2013). Analisis Pengaruh Nilai Produksi Perikanan
Budidaya Terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Perikanan di
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
secara parsial dan simultan dominan dari nilai produksi perikanan budidaya
terhadap Perikanan Produk Domestik sektor perikanan di Indonesia.
Peneliti menggunakan bantuan program spss 13.0 dalam proses pengolahan
data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder dari tahun 2000-2010 dengan menggunakan analisis regresi linier.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai produksi perikanan budidaya
secara bersama-sama mempengaruhi PDB sektor perikanan di Indonesia,
nilai produksi perikanan sebagian mempengaruhi Produk Domestik Bruto
sektor perikanan di Indonesia. Budidaya Laut memiliki efek paling
dominan terhadap Produk Domestik Bruto dari sektor perikanan di
Indonesia dan diikuti budidaya kolam dan budidaya tanggul. Kesimpulan
dan rekomendasi dari penelitian ini bahwa budidaya laut dapat menjadi
penggerak utama pertumbuhan ekonomi perikanan di Indonesia, diikuti
oleh tambak dan tambak, budidaya padi.
2. Muhendar rostar (2013). Kontribusi sub sektor perikanan terhadap produk
domestik regional bruto di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 bertempat di
28
Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Lokasi penelitian ini
ditentukan secara sengaja (purposive) metode yang digunakan adalah
survei dengan menganalisa data sekunder, data yang digunakan adalah data
rangkai waktu (time series data) dari tahun 2008 sampai 2012. Adapun
tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kontribusi sub sektor
perikanan terhadap pendapatan domestik regional bruto (PDRB),
mengetahui basis dan non basis sub sektor perikanan, mengetahui dampak
sub sektor perikanan terhadap pendapatan wilayah dan tenaga kerja. Sub
sektor perikanan terdiri dari hasil penangkapan, budidaya dan pengolahan.
Hasil kontribusi sub sektor perikanan pada tahun 2008 – 2011 mengalami
kenaikan dari 3,89% – 4,11%, sementara pada tahun 2011 – 2012
mengalami penurunan menjadi 4,09%. Berdasarkan hasil Locationt
Quetient (LQ) sub sektor perikanan dari tahun 2008 – 2012 merupakan
sektor basis dengan nilai LQ berkisar 2,67 – 2,90. Hasil multiplier effect
sub sektor perikanan dari tahun 2009- 2012 berkisar 18,49 – 25,49.
3. Akhmad riyanto (2015) . Pengaruh sektor pertanian, industri dan
perdagangan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kota
Semarang. Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa secara simultan sektor
pertanian,sektor industri, dan sektor perdagangan berpengaruh secara
signifikan terhadap PDRB Kota Semarang yang memberikan pengaruh
sebesar 87,6% sedangkan12,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
29
termasuk dari ketiga sektortersebut, artinya bahwa penghasilan dari sektor
pertanian, sektor industri, dansektor perdagangan mengalami kenaikan
dikarenakan jumlah penduduk KotaSemarang yang meningkat seiring
dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yangmeningkat.
4. Geyli Rugian. (2013). Pengaruh Produksi Olahan dan ekspor hasil
perikanan terhadap PDRB Kota Bitung . Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) merupakan tolak ukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Indikator PDRB berguna untuk menelaah struktur perekonomian, apakah
suatu daerah itu merupakan daerah industri, pertanian, atau daerah jasa
dengan membandingkan dari waktu ke waktu. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan , untuk mengetahui seberapa besar pengaruh produksi
olahan perikanan dan ekspor hasil perikanan terhadap PDRB Kota
Bitung. Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode analisis
adalah regresi berganda dan analisis deskriptif. Hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa produksi olahan perikanan dan ekspor hasil
perikanan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap PDRB Kota
Bitung. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi
pengusaha di sektor industri perikanan agar dapat meningkatkan
produksi dan ekspornya serta dapat memanfaatkan sumber daya kelautan
dan perikanan sebagai usaha dalam meningkatkan pertumbuhan industri
pengolahan ikan dan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang
30
bergerak di sektor pengolahan ikan terutama berdampak pada PDRB Kota
Bitung.
5. Pusparani rinanti (2013). Analisis peranan subsektor perikanan terhadap
peningkatan produk domestik regional bruto di kabupaten blitar. Dari
penelitian ini didapatkan hasil, anggaran APBD, teknologi dan sumber
daya manusia sangat berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten Blitar.
Ketika jumlah anggaran APBD yang didapat banyak, ditunjang oleh
teknologi canggih dan sumber daya manusia yang baik maka PDRB
Kabupaten Blitar juga akan meningkat. Menurut perhitungan, sektor
basis di Kabupaten Blitar adalah sektor pertanian, yang disusul oleh sektor
pertambangan dan penggalian. Subsektor perikanan Kabupaten Blitar
sendiri merupakan subsektor basis kedua setelah subsektor peternakan.
6. Ufira isbah dan rita yani iyan (2016) . Analisis peran sektor pertanian
dalam perekonomian dan kesempatan kerja di Provinsi Riau. Sektor
pertanian mempunyai peranan yang signifikan dalam meningkatkan nilai
PDRB Provinsi Riau, dimana kenaikan 1 juta rupiah nilai sektor pertanian
menyebabkan nilai total PDRB meningkat sebesar 3,096264 juta rupiah.
7. (Oyinbo oyakhilomen 2014).Agricultural production and economic growth
in nigeria: implication for rural poverty alleviation. Penelitian ini
bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai hubungan produksi
pertanian dan pertumbuhan ekonomi di Nigeria yang berfokus pada
31
penurunan kemiskinan. Dalam penelitian ini menunggunakan data time
series dengan unit root test dan pendekatan ARDL test. Hasil analisis
menunjukan bahwa produksi pertanian berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Nigeria.
8. K.E Uma, F.E Eboh & P.C Obidike (2013). Appraisal of the influence of
agriculture on economic growth: empirical evidence from Nigeria. Hasil
menunjukkan bahwa produksi pertanian, peternakan dan perikanan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan produksi kehutanan
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun secara
simultan semua variabel berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
9. Kamil Sertoglu, Sevin Ugural, Festus Victor Bekun (2013). The
contribution of agricultural sector on economic growth of Nigeria.Hasil
analisis menunjukkan dalam jangka pendek, terdapat hubungan yang
positif antara nilai output pertanian dan GDP. Serta terdapat hubungan
jangka panjang antara semua variable.
10. Numonjon Malikov (2016). The role of agriculture in economic
development of Uzbekistan.Hasil penelitian menunjukan bahwasektor
pertanianberpengaruh positif untuk mendukung pembangunan ekonomi dan
ketahanan pangan di uzbekistan.Hasilnya menunjukkan tren utama dalam
pembangunan ekonomi, dan menunjukkan bahwa pertanian masih
mendominasi.
32
Table 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Penulis,
Tahun dan
Lokasi
Judul
Variabel dan
Alat Analisis
Hasil Penelitian
1 M.
Zulkarnain,
(2013).
Indonesia
Analisis
Pengaruh
Nilai Produksi
Perikanan
Budidaya
Terhadap
Produk
Domestik
Bruto Sektor
Perikanan di
Indonesia
Variable:
Nilai produksi
perikanan
budidaya laut,
tambak, tanggul,
karamba, jarring
apung, padi
Alat Analisis:
Metode yang
digunakan
dalam penelitian
ini
menggunakan
data sekunder
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
nilai produksi
perikanan budidaya
secara bersama-sama
mempengaruhi PDB
sektor perikanan di
Indonesia, nilai
produksi perikanan
sebagian
mempengaruhi
Produk Domestik
Bruto sektor
perikanan di
Indonesia. Budidaya
33
dari tahun 2000-
2010 dengan
menggunakan
analisis regresi
linier. Uji t, uji F
dan R2 serta uji
ekonometrika (
multikolinearitas
,
heteroskedastisit
as, normalitas,
autokorelasi)
Peneliti
menggunakan
bantuan
program spss
13.0 dalam
proses
pengolahan data
Laut memiliki efek
paling dominan
terhadap Produk
Domestik Bruto dari
sektor perikanan di
Indonesia dan diikuti
budidaya kolam dan
budidaya tanggul.
Adapun kolam
budidaya memiliki
nilai negatif.
34
2 Muhendar
rostar
(2013).
Kabupaten
Kepulauan
Meranti.
Kontribusi sub
sektor
perikanan
terhadap
produk
domestik
regional bruto
di kabupaten
kepulauan
meranti
provinsi riau
Variabel : hasil
penangkapan,
budidaya dan
pengolahan serta
PDRB
Alat analisis:
Location
Quotient (LQ)
Hasil kontribusi sub
sektor perikanan
pada tahun 2008 –
2011 mengalami
kenaikan dari 3,89%
– 4,11%, sementara
pada tahun 2011 –
2012 mengalami
penurunan menjadi
4,09%. Berdasarkan
hasil Locationt
Quetient (LQ) sub
sektor perikanan dari
tahun 2008 – 2012
merupakan sektor
basis dengan nilai
LQ berkisar 2,67 –
2,90. Hasil
multiplier effect sub
sektor perikanan dari
35
tahun 2009- 2012
berkisar 18,49 –
25,49.
3 Akhmad
riyanto
(2015).
Kota
Semarang.
Pengaruh
sektor
pertanian,
industri dan
perdagangan
terhadap
produk
domestik
regional bruto
(PDRB) Kota
Semarang
Variabel: sektor
pertanian,
industri,
perdagangan,
PDRB
Alat analisis:
Ordinary least
square
Hasil dari penelitian
adalah bahwa secara
simultan sektor
pertanian,
sektor industri, dan
sektor perdagangan
berpengaruh secara
signifikan terhadap
PDRB Kota
Semarang yang
memberikan
pengaruh sebesar
87,6% sedangkan
12,4% dipengaruhi
oleh faktor lain yang
tidak termasuk dari
ketiga sektor
tersebut, artinya
36
bahwa penghasilan
dari sektor pertanian,
sektor industri, dan
sektor perdagangan
mengalami kenaikan
dikarenakan jumlah
penduduk Kota
Semarang yang
meningkat seiring
dengan kebutuhan-
kebutuhan
masyarakat yang
meningkat.
4 Geyli
Rugian.
(2013).
Kota
Bitung.
Pengaruh
Produksi
Olahan dan
ekspor hasil
perikanan
terhadap
PDRB Kota
Bitung
Variabel:
PDRB, Hasil
Produksi
Olahan, Ekspor
Alat Analisis:
regresi linier
berganda yang
Hasil penelitian
dapat ditarik
kesimpulan bahwa
produksi olahan
perikanan dan
ekspor hasil
perikanan memiliki
pengaruh yang
37
menunjukkan
pengaruh antara
variabel bebas
dan variabel
terikat.
sangat signifikan
terhadap PDRB Kota
Bitung.
5 Pusparani
rinanti
(2013).
Kabupaten
Blitar.
Analisis
peranan
subsektor
perikanan
terhadap
peningkatan
produk
domestik
regional bruto
di kabupaten
blitar
Variabel: nilai
perikanan,
anggaran
APBD,
Teknologi ,
SDM, PDRB
Alat analisis:
Location
Quotient (LQ) ,
shiftshare
Dari penelitian ini
didapatkan hasil,
anggaran APBD,
teknologi dan
sumber daya
manusia sangat
berpengaruh
terhadap PDRB
Kabupaten Blitar.
Ketika jumlah
anggaran APBD
yang didapat
banyak, ditunjang
oleh teknologi
canggih dan
sumber daya
38
manusia yang baik
maka PDRB
Kabupaten Blitar
juga akan
meningkat. Menurut
perhitungan, sektor
basis di Kabupaten
Blitar adalah sektor
pertanian, yang
disusul oleh sektor
pertambangan dan
penggalian.
Subsektor perikanan
Kabupaten Blitar
sendiri merupakan
subsektor basis
kedua setelah
subsektor
peternakan.
6 Ufira isbah
(2016).
Analisis peran
sektor
Variabel: hasil
sektor pertanian,
Sektor pertanian
mempunyai peranan
39
Provinsi
Riau.
pertanian
dalam
perekonomian
dan
kesempatan
kerja di
provinsi riau
PDB, tenaga
kerja
Alat analisis:
Regresi Data
Panel
yang signifikan
dalam meningkatkan
nilai PDRB Provinsi
Riau, dimana
kenaikan 1 juta
rupiah nilai sektor
pertanian
menyebabkan nilai
total PDRB
meningkat sebesar
3,096264 juta
rupiah.
7 Oyinbo
oyakhilom
en (2014).
Nigeria.
Agricultural
production
and economic
growth in
Nigeria:
implication for
rural poverty
alleviation
Variable :
Produksi,
pertumbuhan
ekonomi
Alat analisis:
kointegrasi
Hasil menunjukan
bahwa produksi
pertanian signifikan
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi di Nigeria.
40
8 K.E Uma,
F.E Eboh
& P.C
Obidike
(2013).
Nigeria.
Appraisal of
the influence
of agriculture
on economic
growth:
empirical
evidence from
Nigeria
Variable:
Crop
production,
livestock,
fishing, foresty,
GDP
Alat analisis:
Ordinary least
square
Hasil menunjukkan
bahwa produksi
pertanian,
peternakan dan
perikanan tidak
signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi sedangkan
produksi kehutanan
berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi. Serta
kombinasi efek
secara simultan
berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan.
9 Kamil
Sertoglu,
Sevin
The
contribution of
agricultural
Variable:
agricultural
output, Oil
Hasil analisis
menunjukkan dalam
jangka pendek,
41
Ugural,
Festus
Victor
Bekun
(2013).
Nigeria.
sector on
economic
growth of
nigeria
Rents, GDP
Alat analisis:
Cointegrasi dan
VECM
terdapat hubungan
yang positif antara
nilai output
pertanian dan GDP.
Serta terdapat
hubungan jangka
panjang antara
semua variable.
10 Numonjon
Malikov
(2016).
Uzbekistan
The role of
agriculture in
economic
development
of Uzbekistan
Variabel: value
of agricultural,
industrial,
services sector,
GDP
Alat analisis:
Regresi Linear
Berganda
Hasil penelitian
menunjukan
bahwasektor
pertanian
berpengaruh positif
untuk mendukung
pembangunan
ekonomi dan
ketahanan pangan di
uzbekistan.
Hasilnya
menunjukkan tren
utama dalam
42
pembangunan
ekonomi, dan
menunjukkan bahwa
pertanian masih
mendominasi.
43
C. Kerangka Pemikiran
Dalam rumusan masalah telah ditetapkan akan meneliti tentang
pengaruh nilai produksi perikanan budidaya terhadap pertumbuhan ekonomi
di Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan konsep-konsep dasar teori yang dijelaskan di atas dan
penelitian terdahulu, maka dapat disusun sebuah kerangka pemikiran teoritis
seperti yang tersaji dalam Gambar 2.1 sebagai berikut :
44
D. Hipotesis
Dengan mengacu pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris yang
pernah dilakukan dengan penilitian dibidang ini, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
a. Nilai Produksi Budidaya Tambak, kolam dan minapadisecara bersama-
sama berpengaruhsignifikan terhadap produk domestik regional bruto
pada Sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
b. Nilai Produksi Budidaya Tambakberpengaruh positif dan signifikan
terhadap produk domestik regional bruto pada Sembilan Kabupaten di
Provinsi Jawa Barat.
c. Nilai produksi budidaya kolam berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto pada sembilan Kabupaten di
Provinsi Jawa Barat.
d. Produksi budidaya minapadi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto pada sembilan Kabupaten di
Provinsi Jawa Barat.
e. Nilai poduksi domestik regional produk pada masing-masing kabupaten
dari sembilan kabupaten di Provinsi Jawa Barat adalah bervariasi,
apabila nilai variable independen yang ada pada model adalah nol.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus terhadap ruang lingkup Nilai Produksi Perikanan
Budidaya di Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan masih dalam jangkauan
peneliti. Penelitian ini menggunakan metode analisis Data Panel yang terdiri dari
satu variabel dependen yaitu Produk Domestik Regional Bruto Pada Sembilan
Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dan tiga variabel independen yaitu Nilai
Produksi Budidaya Tambak, Kolam dan Minapadi.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data sangat penting untuk
mempertanggungjawabkan kebenaran ilmiah suatu penelitian, selain itu metode
penelitian juga diperlukan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan
penelitian yang dikehendaki.
1. Sumber Data
a. Data PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2006-2015 bersumber dari
kantor BPS Provinsi Jawa Barat.
b. Data Nilai Produksi Budidaya Tambak Kabupaten Provinsi Jawa Barat
46
tahun 2006-2015 bersumber dari kantor BPS Provinsi Jawa Barat.
c. Data Nilai Produksi Budidaya Kolam Kabupaten Provinsi Jawa Barat
tahun 2006-2015 bersumber dari kantor BPS Provinsi Jawa Barat.
d. Data Nilai Produksi Budidaya Mina Padi Kabupaten Provinsi Jawa Barat
tahun 2006-2015 bersumber dari kantor BPS Provinsi Jawa Barat.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang
berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai untuk memperoleh data
yang valid.
b. Internet Research
Buku Referensi atau literature yang penulis miliki atau pinjam di
perpustakaan tertiggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu
selalu berkembang, oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut
penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga berkembang
yaitu dengan internet sehingga data yang diperoleh merupakan data yang
sesuai dengan perkembangan zaman.
47
C. Metode Analisis Data
Metode analisis yang penulis gunakan secara umum menganalisis
tentang Pengaruh Nilai Produksi Budidaya Tambak, Kolam, Minapadi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Barat adalah metode
kuantitatif. Data ini berbentuk data time series dari tahun 2006 sampai 2015
dan cross section yang terdiri dari 9 kabupaten sehingga data yang digunakan
adalah pooled data (data panel). Data panel atau pooled data merupakan
kombinasi dari data time series dan cross section.
Dengan mengakomodasi informasi baik yang terkait dengan variabel-
variabel cross section maupun time series, data panel secara substansial
mampu menurunkan masalah omitted-variables, model yang mengabaikan
variabel yang relevan (Wibisono, 2005). Untuk mengatasi interkorelasi di
antara variabel-variabel bebas yang pada akhirnya dapat mengakibatkan tidak
tepatnya penaksiran regresi, metode data panel lebih tepat untuk digunakan
(Griffiths, 2001 : 351).
Menurut (Gujarati : 2003) keuntungan data panel anatar lain:
a. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara,
daerah dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah
homogen, sehingga penaksiran dan dapat dipertimbangkan dalam
perhitungan.
48
b. Kombinasi data time series dan cross section akan memberi informasi
yang lebih lengkap, beragam, kurang berkorelasi antar variabel, derajat
bebas lebih besar dan lebih efisien.
c. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan
dinamis dibanding dengan studi berulang dari cross section.
d. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross section.
e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih
kompleks, misalnya skala ekonomi dan perubahan teknologi.
f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi
individu atau perusahaan karena unit data yang lebih banyak.
1. Permodelan Data Panel
Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam
mengestimasi data panel, yaitu : 1) pendekatan OLS biasa (Pooled Least
Square), 2) pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model), dan 3)
pendekatan efek acak (Random Effect Model).
a. Pooled Least Square
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling sederhana
karena menggabungkan data cross section dan data time series sebagai
analisisnya. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi antar
individu maupun rentang waktu, sehingga model ini dapat pula dapat pula
disebut sebagai model OLS biasa karena menggunakan kuadrat terkecil.
49
b. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Metode efek tetap ini dapat menunjukan perbedaan antar objek
meskipun dengan regresor yang sama. Model ini dikenal dengan model
regresi Fixed Effect (efek tetap). Efek tetap ini dimaksudkan adalah
bahwa sutu objek, memiliki konstan yang tetap besarannya untuk
berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap
besaranya dari waktu ke waktu (time invariant).
Pendekatan model ini menggunakan variabel boneka (dummy)
yang dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least
Square Dummy Variabel atau disebut juga Covariance Model. Pada
metode fixed effect, estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no
weighted) atau Least Square Dummy Variabel (LSDV) dan dengan
pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS).
Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas
antar unit cross section. Penggunaan model ini tepat untuk melihat
perubahan perilaku data dari masing-masing variabel sehingga data lebih
dinamis dalam mengintrepetasi data.
Keuntungan metode efek tetap ini adalah dapat membedakan efek
individual dan efek waktu dan tidak perlu mengasumsikan bahwa
komponen error tidak berkolerasi dengan variabel bebas yang mungkin
sulit dipenuhi. Dan kelemahan metode efek tetap ini adalah
50
ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap
objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat
berbeda dengan kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Winarno,
2015).
c. Random Effect Model
Keputusan untuk memasukan variabel boneka dalam model efek
tetap (fixed effect) tidak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan
konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat
mengurangi banyaknya drajat kebebasan (degree of freedom) yang pada
akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi.
Model panel data yang didalamnya melibatkan kolerasi antar error term
karena berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi
dengan pendekatan model komponen error (eror component model) atau
disebut juga model efek acak (random effect).
Metode ini digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek
tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami
ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek
menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan
antar objek. Syarat untuk menganalisis efek random yaitu objek data
silang harus lebih besar dari pada banyaknya koefisien (Winarno, 2015).
51
2. Pemilihan Model Data Panel
a. PLS vs FEM ( Uji Chow)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least Square
(PLS) atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi. Relatif terhadap
Fixed Effect Model, Pooled Least Square adalah restricted model
dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu.
Padahal asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang
sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit
tersebut memiliki perilaku yang berbeda. Untuk mengujinya dapat
digunakan restricted F-test, dengan hipotesis sebagai berikut. H0:
Model PLS (Restricted) H1: Model Fixed Effect (Unrestricted) Di mana
restricted F-test dirumuskan sebagai berikut: F = (R2 UR – R
2 R) / m (1
– R2 UR) / df Di mana: R
2 UR : Unrestricted R
2 R
2 R : Restructed R
2 m
: df for numerator (N-1)
df : df for denominator (NT-N-K)
N : Jumlah Unit cross section
T : Jumlah Unit time series
K : Jumlah koefisien variabel
Jika nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya model panel
yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya
52
jika H0 diterima, maka model FEM harus diuji kembali untuk memilih
apakah akan memakai model FEM atau REM baru dianalisis.
3. Model Empiris
Model persamaan ekonometrik adalah sebagai berikut:
Yit = β0 + β 1 Xjit + etit
Dimana :
i : unit cross section
t : time series (periode)
j: parameter untuk variable ke j
Yit = variable terikat daerah i pada periode t
Xjit= variable bebas daerah i pada periode t
β0..., βn : koefisien regresi (kosntanta)
etit : error term
Sehingga model persamaan pengaruh nilai produksi perikanan
budidaya tambak, kolam minapadi terhadap produk domestic regional bruto
pada Sembilan kabupaten di provinsi jawa barat dengan model FEM dan
metode GLS yang diestimasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
53
PDRBit = β0 + β 1 TAMBAKit + β 2 KOLAMit + β 3 MINAPADIit + etit
Dimana:
PDRBit : PDRB atas dasar harga konstan daerah i pada periode t
TAMBAKit : Nilai Produksi Budidaya Tambak di daerah i pada periode t
KOLAMit : Nilai Produksi Budidaya Kolam di daerah i pada periode t
MINAPADIit : Nilai Produksi Budidaya Minapadi di daerah i pada periode t
β0..., βn : koefisien regresi (kosntanta)
etit : error term
Setelah model penelitian diestimasi maka akan diperoleh nilai dan
besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan diatas. Nilai
dari parameter positif atau negatif selanjutnya akan digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian.
4. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis ini digunakan untuk memeriksa atau menguji apakah
koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata). Maksudnya dari
signifikan ini adalah suatu nilai koefesien regresi yang secara statitik tidak
sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat
dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas
54
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Ada dua jenis uji hipotesis
terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Koefisien Determinasi R2
Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang penting
dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik tidaknya model
regresi yang terestimasi. Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat
mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan
data sesungguhnya. Nilai koefisien determinasi (R2) ini
mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat
diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi
sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan
oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variansi dari Y
secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2
= 1 maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi.
Dengan demikian baik buruknya suatau persamaan regresi ditentukan
oleh R2 nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat
berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara yang digunakan
adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan
ketentuan sebagai berikut:
55
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-
sama).
Ho : β > 0, berarti ada hubungan yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-
sama). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak
berarti ada variabel independen secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
berarti variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t
dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan
ketentuan sebagai berikut: Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh
positif dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
56
dependen secara parsial (individu). Ho : β > 0, berarti ada pengaruh
positif dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial (individu). Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% (α = 0,05) dengan
kriteria penilaian sebagai berikut :
a. Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak berarti
ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
b. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti
tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
5. Data Panel Metode Generalized Least Square (GLS)
Metode GLS (Generalized Least Square) dipilih dalam penelitian
ini karena adanya nilai lebih yang dimiliki oleh GLS dibanding OLS dalam
mengestimasi parameter regresi. Menyebutkan bahwa metode OLS yang
umum mengasumsikan bahwa varians variabel adalah heterogen, pada
kenyataannya variasi pada data pooling cenderung heterogen.
57
Metode GLS sudah memperhitungkan heterogenitas yang terdapat
pada variabel independen secara eksplisit sehingga metode ini mampu
menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria BLUE (best linier
unbiased estimator) Gujarati (2003).
Model regresi dengan tiga variable:
Yit = β1X1it + β2X2it + β3X3it + ε
Kemudian ditransformasi ke bentuk generalized least square menjadi:
𝑌𝑖𝑡
𝜎𝑖𝑡 = β1
𝑋1𝑖𝑡
𝜎𝑖𝑡 + β2
𝑋2𝑖𝑡
𝜎𝑖𝑡 + β3
𝑋3𝑖𝑡
𝜎𝑖𝑡 +
𝜀
𝜎𝑖𝑡
Atau dapat ditulis sebagai;
Y*it = β
*1X
*1it + β
*2X
*2it + β
*3X
*3it + ε
*
Dimana :
σi = standar deviasi error term
variable original dibagi dengan standar deviasi eror. Prosedur
mengubah variable asli sedemikian rupa sehingga transformasi variable
memenuhi asumsi klasik dan kemudian mengaplikasikan OLS ke bentuk
yang dikenal sebagai metode generalized least square (GLS). Singkatnya,
GLS adalah OLS pada variable yang di transformasikan yang memenuhi
asumsi standar least-square. (gujarati 2003)
58
Gujarati (2003) mengatakan bahwa untuk data panel, metode
generalized Least Square (GLS) ini lebih baik dan konsisten dibandingkan
dengan metode OLS.
Menurut gujarati dan porter (2009) bahwa apabila menggunakan
metode Generalized Least Square maka tidak perlu lagi melakukan asumsi
klasik, karena metode GLS sudah memenuhi asumsi klasik.
Kesulitan utama dari model data panel (penggabungan observasi
runtun waktu dan observasi lintas sektoral) ialah faktor pengganggu akan
berpotensi mengandung gangguan yang disebabkan karena penggunaan
observasi runtun waktu, observasi lintas sektoral, serta gangguan yang
disebabkan gabungan keduanya. Penggunaan observasi lintas sektoral
mempunyai potensi tidak konsistensinya parameter regresi, yang
disebabkan karena skala data yang berbeda. Penggunaan observasi runtun
waktu, menimbulkan bahaya autokorelasi antar observasi. Teknik untuk
mengatasinya digunakan Estimasi GLS (Pindyck, dalam Insukindro,
2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan GLS.
59
Dari beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka
dapat dibuat model penelitan sebagai berikut:
Y*it =β0*+β1*X1*it+ β2*X2*it +β3*X3*it +ε
Yang kemudian di transformasikan kedalam persamaanlogaritma
natural, yaitu:
lnY*it =β0*+ln β1*X1*it+ ln β2*X2*it + ln β3*X3*it +ε
Keterangan :
Ln Yit= Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
β0= Konstanta
Ln β123= Koefisien variabel 1,2,3
Ln X1= Tambak
Ln X2= Kolam
Ln X3= Minapadi
i= Kabupaten
t= Periode Waktu ke-t
ε= Error Term
60
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang mendasari
penelitian variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen.
Variabel dependen dapat di tulis dalam Y. Variabel dependen ialah
variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat.
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan pengaruh nilai produksi terhadap produk
domestik regional bruto, maka penelitian ini menspesifikasikan variabel
dependen dan definisi operasional sebagai ―Y‖ (PDRB). Data yang
digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga konstan tahun 2010 menurut Provinsi Jawa Barat tahun 2006-
2015.
2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain (Umar, 2003:45). Variabel dapat di tulis dalam X.
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan pengaruh produksi Perikanan terhadap produk
domestic regional bruto, maka penelitian ini menspesifikasikan variabel
independen dan definisi operasional sebagai berikut :
61
X1 (Nilai Produksi Budidaya Tambak).
Definisi tambak atau kolam menurut Biggs et al. (2005) adalah
badan air yangberukuran 1 m2 hingga 2 ha yang bersifat permanen
atau musiman yang terbentuk secaraalami atau buatan manusia.Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai Produksi Budidaya
Tambak pada Sembilan Kabupaten Provinsi Jawa Barat tahun 2006-
2015.
X2 (Nilai Produksi Budidaya Kolam).
Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air
dalam jumlah tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan
ikan dan atau hewan air lainnya. Berdasarkan pengertian teknis
(Susanto, 1992), kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya
terbatas dan sengaja dibuat manusia agar mudah dikelola dalam hal
pengaturan air, jenis hewan budidaya dan target produksinya.Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai Produksi Budidaya
Kolam pada Sembilan Kabupaten Provinsi Jawa Barat tahun 2006-
2015.
62
X3 (Nilai Produksi Budidaya Minapadi).
Sistem mina padi merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-
sela tanaman padi. Jenis ikan yang dapat dipelihara pada sistem
tersebut adalah ikan mas, nila, mujair, karper, tawes dan lain-lain. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai Produksi Budidaya
Minapadi pada Sembilan Kabupaten Provinsi Jawa Barat tahun 2006-
2015.
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Kondisi Geografis
Provinsi Jawa Barat merupakan daratan yang dibedakan atas wilayah
pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m dpl, wilayah
lereng bukit yang landai di tengah dengan ketinggian 100-1.500 mdpl, wilayah
dataran luas di utara dengan ketinggian 0-10 m dpl, dan wilayah aliran sungai.
Jawa Barat terletak pada posisi antara 5o50'-7o50' Lintang Selatan dan 104o48'-
108o48' Bujur Timur. Luas wilayah Jawa Barat adalah berupa daratan seluas
35.377,76 km2.
Akhir tahun 2016, wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat terdiri dari 18
wilayah kabupaten dan 9 kota, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri no.
56 tahun 2015 luas daratan masing-masing Kabupaten/Kota, yaitu: Bogor
(2.710,62 km2), Sukabumi (4.145,70 km2), Cianjur (3.840,1662 km2), Bandung
(1.767,9662 km2), Garut (3.074,0762 km2), Tasikmalaya (2.551,1962 km2),
Ciamis (1.414,7162 km2), Kuningan (1.110,5662 km2), Cirebon (984,5262 km2),
Majalengka (1.204,2462 km2), Sumedang (1.518,3362 km2), Indramayu
(2.040,1162 km2), Subang (1.893,9562 km2), Purwakarta (825,7462 km2)
Karawang (1.652,2062 km2), Bekasi (1.224,8862 km2), Bandung Barat
(1.305,7762 km2), Pangandaran (1.010,0062 km2), Kota Bogor (118,5062 km2),
64
Kota Sukabumi (48,2562 km2), Kota Bandung (167,6762 km2), Kota Cirebon
(37,3662 km2), Kota Bekasi (206,6162 km2), Kota Depok (200,2962 km2), Kota
Cimahi (39,2762 km2), Kota Tasikmalaya (171,6162 km2),serta Kota Banjar
(113,49 km2).
Wilayah Provinsi Jawa Barat bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa,
bagian selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, bagian barat berbatasan
dengan Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta, dan bagian timur berbatasan
dengan Provinsi Jawa Tengah.
B. Analisis Deskriptif
1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto
PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah (BPS).
Table 4.1
PDRB Kabupaten Tahun 2006-2015
Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010
sukabumi 21513501500 23231569500 25057016750 26882464000 28600532000
cianjur 14892498260 16057208500 17294713130 18532217760 19696928000
garut 19973175540 21304580500 22719198270 24133816040 25465221000
tasik 12572213900 13367643500 14212787450 15057931400 15853361000
ciamis 10261232960 11098800000 11988714980 12878629960 13716197000
cirebon 16446475720 17670741000 18971522860 20272304720 21496570000
subang 16411817660 17237369500 18114518330 18991667160 19817219000
karawang 7247014068 7905709300 8605572984 9305436668 9964131900
bekasi 11366853568 12353017600 13400816884 14448616168 15434780200
65
Kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015
sukabumi 29863296000 31767699000 33516818000 35521432000 37265254000
cianjur 20660191000 21817064000 22883159000 24041991000 25357130000
garut 26726849000 27815340000 29138481000 30541631000 31919044000
tasik 16526567000 17191752000 17991115000 18849712000 19662486000
ciamis 14433281000 15213674000 16026514000 16839415000 17779910000
cirebon 22621716000 23857749000 25042254000 26312992000 27596254000
subang 20465660000 20588972000 21431369000 22506484000 23696760000
karawang 10617467500 11142408300 12029486300 12674869200 13245356700
bekasi 16453884200 17527980100 18620658900 19716357400 20596748000
Table 4.2
Rata-rata Nilai PDRB Kabupaten
kabupaten Rata-rata
sukabumi 29321958275
cianjur 20123310065
garut 25973733635
tasik 16128556925
ciamis 14023636890
cirebon 22028857930
subang 19926183665
karawang 10273745292
bekasi 15991971302
Pertumbuhan PDRB di beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Barat relative mengalami peningkatan selama tahun 2006-2015. Hal tersebut
menunjukkan kinerja ekonomi yang baik. Rata-rata PDRB tertinggi terdapat
pada kabupaten sukabumi dan terendah pada Kabupaten Karawang. Faktor-
faktor yang menyebabkan bervariasinya Pendapatan Daerah Regional Bruto
66
di masing-masing kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat juga cukup
bervariasi, antara lain pengembangan sektoral yang berbeda antar daerah,
efisiensi kebijakan, jumlah penduduk dan tenaga kerja yang berbeda antar
daerah.
2. Perkembangan Perikanan Budidaya Tambak
Definisi tambak atau kolam menurut Biggs et al. (2005) adalah badan
air yangberukuran 1 m2 hingga 2 ha yang bersifat permanen atau musiman
yang terbentuk secara alami atau buatan manusia. Rodriguez-Rodriguez
(2007) menambahkan bahwa tambakatau kolam cenderung berada pada lahan
dengan lapisan tanah yang kurang porus. Istilah kolam biasanya digunakan
untuk tambak yang terdapat di daratan dengan air tawar,sedangkan tambak
untuk air payau atau air asin. Biggs et al. (2005) menyebutkan salah satu
fungsi tambak bagi ekosistem perairan adalah terjadinya pengkayaan jenis
biota air.Bertambahnya jenis biota tersebut berasal dari pengenalan biota-biota
yangdibudidayakan.
Usaha peningkatan produksi sector perikanan di jawa barat tidak
semestinya hanya menggantungkan pada usaha penangkapan ikan di laut lepas
dan perairan umum, karena jika terjadi eksploitasi secara terus menerus
seiring teknologi penangkapan yang semakin modern akan mengganggu
kelestarian sumber daya perairan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh
karena itu produksi perikanan penangkapan ikan harus diimbangi dengan
usaha budidaya perikanan di darat atau yang biasa disebut perikanan darat.
67
Dalam usaha budidaya tambak sangat penting bagi petani untuk
memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai factor-faktor produksi yang
berpengaruh terhadap hasil produksi. Agar kegiatan budidaya memperoleh
hasil yang menguntungkan.
Nilai produksi perikanan tambak di Jawa Barat selalu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2006 sebesar 1,674 trilyun meningkat pada tahun
2015 sebesar 7,881 trilyun.
Produksi perikanan budidaya tambak di jawa barat mengalami
peningkatan pada tahun 2006 sebesar 73.325 ton hingga 2013 sebesar 338.439
ton lalu menurun pada tahun 2014 sebesar 310.418 ton dan kembali naik pada
tahun 2016 sebesar 320.278. sedangkan luas lahan area tambak juga
mengalami fluktuasi mulai tahun 2006 sebanyak 52.133 ha lalu meningkat
pada tahun 2011 sebanyak 65.326 ha dan menurun pada tahun 2015 sebesar
57.735 ha.
68
Tabel 4.3
Nilai Produksi Budidaya Tambak
kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010
sukabumi 28809000 27320000 3513800 3867380 23882400
cianjur 649200 1044069 2071328 3560800 4513575
garut 1249475 1695570 6934800 7597620 7731987
tasik 128600 363550 640450 623280 1513575
ciamis 1001200 13188500 15391500 15772500 15973636
cirebon 63415503 97985900 85813000 269695000 317961625
subang 137147834 100716447 142972240 339072780 155294009
karawang 675348300 429927324 657284300 315955934 690851710
bekasi 124508907 135217384 144467800 196308055 176348984
kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015
sukabumi 20151450 20786114 25450140 23019120 24961500
cianjur 8213950 5058000 10240000 19441350 28642700
garut 8213950 8416806 6719131 4413658 9919483
tasik 2628000 2150770 2380400 3482450 4148290
ciamis 26280000 25751000 27919450 28465933 29012416
cirebon 356840965 362622530 469377386 358842156 570321226
subang 185333071 345027206 545191100 103413032 805122494
karawang 651288761 815456970 909426309 334135435 1,206E+09
bekasi 192439683 167252504 196600568 235412048 249274940
69
Table 4.4
Rata-rata Nilai Produksi Budidaya Tambak
kabupaten Rata-rata
sukabumi 20176090
cianjur 8343497
garut 6289248
tasik 1805936
ciamis 19875613
cirebon 295287529
subang 285929021
karawang 668567504
bekasi 181783087
Seperti dalam tabel 4.4 perolehan nilai produksi budidaya tambak rata-
rata tertinggi diperoleh oleh kabupaten karawang sebesar 668 miliyar karena
adanya revitalisasi tambak sehingga program tersebut telah berhasil
meningkatkan produktivitas lahan tambak, meningkatkan kesejahteraan
petambak serta menyerap tenaga kerja. kemudian selanjutnya adalah
kabupaten kab. cirebon hal ini dikarenakan sebagian besar tepian pantai di
kabupaten cirebon sudah beralih menjadi tambak ikan serta udang. sedangkan
produksi terendah diperoleh oleh kabupaten tasik sebesar 1 miliyar dalam
kurun waktu 2006-2015 karena budidaya masih belum sepenuhnya
dilakukan. Potensi yang tersedia antara lain kurang lebih 200 hektar untuk
tambak dan kurang lebih 1500 hektar biocrate, namun potensi tersebut baru
12 hektar yang dimanfaatkan.
70
3. Perkembangan Budidaya Kolam
Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam
jumlah tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau
hewan air lainnya. Berdasarkan pengertian teknis (Susanto, 1992), kolam
merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat
manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya
dan target produksinya. Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus
dapat berfugsi sebagai sumber makanan alami bagi ikan, artinya kolam harus
berpotensi untuk dapat menumbuhkan makanan alami.
Table 4.5
Nilai Produksi Budidaya Kolam
kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010
sukabumi 18038385 22142876 32983530 30157727 40172262
cianjur 33437000 1036684951 1099927550 1089387800 1034802907
garut 152145400 183389158 127403507 389419222 344044525
tasik 133678000 157664096 249491025 279842290 348029070
ciamis 110560710 119664096 130010705 195004650 280132180
cirebon 9014020 11219960 12722550 31331400 12067990
subang 38268496 45269118 85451223 189202860 226888832
karawang 26633000 16301774 37845900 36242000 30738690
bekasi 4809509 4514888 6472106 7520123 10812770
71
kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015
sukabumi 45733020 57833635 170165119 359162270 548159421
cianjur 1057879700 1056736500 1083243460 1129295150 1240053053
garut 496201852 626987503 619441000 523315682 864408554
tasik 278705707 457038634 509083075 669434625 799677597
ciamis 278705707 324422749 436692879 523315682 569177345
cirebon 28064983 50664525 59620250 99241890 121035365
subang 200990460 193891695 138353800 166503823 194653846
karawang 32202570 29040655 29670340 31840780 33240842
bekasi 13542815 16424550 26168800 39284430 43593795
Table 4.6
Rata-rata Nilai Produksi Budidaya Kolam
kabupaten Rata-rata
sukabumi 132454824
cianjur 986144807
garut 432675640
tasik 388264411
ciamis 296768670
cirebon 43498293
subang 147947415
karawang 30375655
bekasi 17314378
Mengingat perikanan tangkap sudah mulai overfishing, maka budidaya
perikanan merupakan salah satu langkah penting untuk menjaga stabilitas dan
melestarikan perikanan laut. Untuk memenuhi kebutuhan pasar dan konsumsi
ikan nasional, perikanan budidaya kolam menjadi alternative dalam upaya
meningkatkan produktifitas dan memenuhi kebutuhan tersebut.
72
Pentingnya peran budidaya sebagai fasilitator harus terus menerus
dikembangkan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya
kelautan dan perikanan. Ada 5 aspek yang perlu diperhatikan dalam budidaya
perikanan antara lain benih ikan, pakan yang berkualitas, kualitas air, wadah atau
kolam dan sumber daya manusia dalam mengelola budidaya.
Nilai produksi perikanan kolam merupakan yang tertinggi dibandingkan
tambak dan minapadi. Karena tidak membutuhkan modal yang besar serta
perawatan yang mudah.
Perikanan kolam di Jawa Barat mengalami peningkatan dari tahun 2006
hingga 2013 sebesar 994 milyar dan 4,816 trilyun kemudian menurun di tahun
2014 sebesar 7,609 trilyun dan kembali meningkat hingga tahun 2015 sebesar
9,942 trilyun. Sedangkan luas area kolam juga fluktuasi pada tahun 2006 sebesar
21.138 ha meningkat menjadi 51.529 ha pada tahun 2009 kemudian menurun
pada tahun 2015 sebesar 22.986 ha.
Perikanan budidaya kolam tertinggi ada pada kabupaten cianjur selain
karena luas wilayahnya yang terbesar di jawa barat sehingga potensi
pembudidayaan kolam sangat besar dan banyak pembudidayaan yang ditekuni
warganya seperti ikan mujair, nila, gurame dan lele serta ikan hias seperti ikan
koi dan koki. Bahkan ikan hias koi hasil budidaya cianjur merupakan ikan
dengan kualitas super yang banyak dicari para pengkoleksi ikan koi.
73
4. Perkembangan Budidaya Minapadi
Sistem mina padi merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-sela
tanaman padi. Jenis ikan yang dapat dipelihara pada sistem tersebut adalah
ikan mas, nila, mujair, karper, tawes dan lain-lain.
Table 4.7
Nilai Produksi Budidaya Minapadi
kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010
sukabumi 3893741 3813600 4395000 4976500 5557900
cianjur 103680000 106759214 104805660 112852745 140277930
garut 55256940 61858305 62750974 71285274 70592191
tasik 85457000 95498650 107730700 108619970 115843100
ciamis 4166800 5498650 5772150 4914700 5438642
cirebon 63950 64800 36000 52800 20225
subang 3692350 27090059 25635366 55406500 103555728
karawang 1063300 1186591 1803000 2779232 1078782
bekasi 17011 19900 12431 17675 33935
kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015
sukabumi 6139300 6720800 6487797 11694900 22109106
cianjur 129499200 119013000 130478500 147280200 154165691
garut 70733349 61056461 86857678 59926668 62260287
tasik 116223389 118347847 120525675 161833670 173331312
ciamis 6223389 4216207 5983430 5992666 8840767
cirebon 69600 86400 103200 147800 136800
subang 103722941 104978000 128300000 127180000 140355823
karawang 2086330 2441620 3415687 3441030 3573389
bekasi 50195 31960 48420 61739 68975
74
Table 4.8
Rata-rata Nilai Produksi Budidaya Minapadi
kabupaten Rata-rata
sukabumi 7578864
cianjur 124881214
garut 66257812
tasik 120341131
ciamis 5704740
cirebon 78157
subang 81991676
karawang 2286896
bekasi 36224
Pemanfaatan potensi minapadi di jawa barat masih minim. Minapadi
berpotensi meningkatkan pendapatan petani. Pemanfaatan minapadi di jawa barat
masih kurang menggairahkan.
Nilai produksi perikanan minapadi di Jawa Barat mengalami fluktuasi,
pada tahun 2006 sebesar 184,202 juta naik pada tahun 2011 sebesar 405,468 juta
kemudia turun sebesar 154 juta dan kembali naik pada thaun 2015 sebesar
722.949 juta. Pada tahun 2006 luas lahan minapadi mencapai 30.717 hektar dan
naik menjadi 46.679 hektar tahun 2010.
Namun, luas lahan itu turun hingga 31.753 pada tahun 2015. Hal itu
membuat jumlah petani minapadi juga berkurang dari 172.693 orang pada tahun
2006 menjadi 140.676 orang pada tahun 2015. Minimnya hasil panen akibat
minimnya pengetahuan petani.
75
Sistem minapadi sangat tepat diterapkan karena area tanam milik petani
ini semakin berkurang sehingga petani tidak hanya menggantungkan
pendapatannya dari produksi tanaman pertanian untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga, tetapi juga bisa memanfaatkan sektor perikanan. Melalui
minapadi petani memperoleh dua sumber penghasilan yaitu dari hasil tanaman
padi dan budidaya ikan.
Perikanan budidaya minapadi rata-rata tertinggi ada pada kabupaten
cianjur sebesar 124 juta. Kondisi sumber daya alam seperti iklim, lahan dan air di
kabupaten cianjur sangat mendukung. Salah satunya karena adanya waduk cirata
yang memiliki berbagai potensi di bidang sosial ekonomi, seperti sumber
pengairan sawah, air bersih, air minum, tempat budidaya ikan dan sebagainya.
Sehingga pembudidayaan ikan di sawah cukup berpotensi karena adanya air yang
memadai.
76
C. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Estimasi Data Panel
a. Uji Chow (CEM vs FEM)
Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka
digunakan uji F-Restricted dengan cara melihat nilai probabilitas (P-
Velue) F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%. Sebelum
melihat nilai probabilitas (P-Velue) F-Statistik lebih kecil dari tingkat
signifikansi α = 5%, terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Model PLS
H1 : Model Fixed Effect
Dari hasil berdasarkan metode Fixed Effect Model (FEM) dan
Pooled Least Square (PLS) diperoleh nilai probabilitas F-statistik
yakni sebagai berikut:
Table 4.9 Uji Chow Test
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 208.635716 (8,78) 0.0000 Sumber: Hasil pengolahan data dengan eviews
77
Dari tabel 4.9 diatas diperoleh F-statistik adalah 208.635716
dengan d.f (8.78) dan nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0.0000,
yang berarti bahwa nilai probabilitas F-Statistik lebih kecil dari tingkat
signifikansi α 5% (0.0000 < 0.05). Maka H0 ditolak, sehingga model
panel yang digunakan adalah Fixed Effect Model.
2. Pemilihan model terbaik
Model Fixed Effect Model(FEM)
Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan model Fixed Effect Model (FEM) GLS dapat di
jelaskan melalui persamaan sebagai berikut:
LnPDRB = 18.22487 + 0.086585 LnTAMBAK + 0.192608 LnKOLAM +
0.047595 LnMINAPADI + e
Dimana:
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
Tambak : Nilai Produksi Budidaya Tambak
Kolam : Nilai Produksi Budidaya Kolam
Minapadi : Nilai Produksi Budidaya Minapadi
e : error term
78
Berdasarkan hasil uji Chow yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini menggunakan metode
analisi dengan pendekatan efek tetap (fixed effect).
Table 4.10 Hasil Estimasi Data Panel FEM GLS
Variable Coefficient probabilitas
C 18.22487 0.0000
TAMBAK 0.086585 0.0000
KOLAM 0.192608 0.0000
MINAPADI 0.047595 0.0020
F.stat 283.0791 0.000000
R2 0.975563
Adj r2 0.972117
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews
3. Analisis Teknis
Uji R2
Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Interpretasi Hasil Analisis
Table 4.11 Uji R Square
R square 0.975563
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews
79
Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan koefisien determinasi sebesar
0.975563 atau 97,55%. Hal ini terlihat bahwa 97,55% produk domestik
regional bruto pada Sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dapat
dijelaskan oleh nilai produksi perikanan budidaya tambak, kolam dan
minapadi. Sedangkan sisanya (100% - 97,55% = 2.45%) produk domestik
regional bruto dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Uji F Statistik
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependennya, maka digunaan uji F dengan
cara membandingkan F-statistik dengan F-tabel.
Tabel 4.12 F. Statistic
F.statistic Prob.
283.0791 0.00000
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews
Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat digunakan untuk membuktikan
hipotesis penelitian yang sudah disusun, sebagai berikut:
Nilai Produksi Budidaya Tambak, kolam dan minapadi secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap produk domestik regional
bruto pada Sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
80
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh tersebut maka pembuktian
hipotesis yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut:
Hasil regresi data panel menggunakan Fixed Effect Model GLS
diperoleh nilai F-statistik sebesar 283.0791 dengan probabilitas sebesar
0.000000, pada tingkat keyakinan α = 5%, k = 3, n = 90, sehingga diperoleh
F-tabel dengan nilai df yaitu (2.71). Maka terlihat bahwa F-statistik > F-tabel
(188.4303 > 2.71) atau nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat
signifikansi α 5% (0.000000 < 0.05), maka H0 ditolak, artinya bahwa variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap produk
domestic regional bruto.
Uji T Statistik
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
berpengaruh secara parsial (secara individu) terhadap variabel terikat dan
seberapa besar pengaruhnya secara parsial.
Dengan kriteria membandingkan nilai probabilitas masing masing
variabel. Jika nilai probabilitas masing-masing variabel < 0,05 maka tolak H0
dan terima H1, dan jika nilai probabilitas masing-masing variabel > 0,05
maka terima H0 dan tolak H1.
81
Table 4.13 Uji T. Statistic
VARIABEL T.STATISTIC PROB.
Tambak 10.29095 0.0000
Kolam 6.871251 0.0000
Minapadi 3.199050 0.0020
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews
Tabel 4.13 dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian
yang telah disusun. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Nilai Produksi Budidaya Tambak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produk domestic regional bruto pada Sembilan Kabupaten di
Provinsi Jawa Barat.
b. Nilai produksi budidaya kolam berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto pada sembilan Kabupaten di
Provinsi Jawa Barat.
c. Produksi budidaya minapadi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produk Domestik Regional Bruto pada sembilan Kabupaten di Provinsi
Jawa Barat.
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh tersebut, maka pembuktian
dari hipotesis yang telah dipaparkan sebagai berikut :
82
a. Nilai Probabilitas t-Statistic variabel Tambak sebesar 0.0000 lebih
kecil dari 0.05 yang berarti Nilai Produksi Budidaya
Tambakberpengaruh positif dan signifikan terhadap produk domestic
regional bruto pada Sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat
dengan asumsi ceteris paribus. Apabila tambak meningkat 1 persen
maka akan meningkatkan produk domestik bruto sebesar 0.086585
persen.
b. Nilai Probabilitas t-Statistic variabel Kolam sebesar 0.0000 lebih kecil
dari 0.05 yang berarti Nilai produksi budidaya kolam berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto pada
sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan asumsi ceteris
paribus. Apabila kolam meningkat 1 persen maka akan meningkatkan
produk domestik bruto sebesar 0.192608 persen.
c. Nilai Probabilitas t-Statistic variabel Minapadi sebesar 0.0020 lebih
kecil dari 0.05 yang berarti Produksi budidaya minapadi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto pada
sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan asumsi ceteris
paribus. Apabila minapadi meningkat 1 persen maka akan
meningkatkan produk domestik bruto sebesar 0.047595 persen.
83
Dapat kita lihat pada tabel 4.14 bahwa Sembilan kabupaten memiliki
pengaruh individu yang berbeda-beda untuk setiap perubahan pada nilai produksi
budidaya tambak, kolam dan minapadi.
Tabel 4.14
Hasil Estimasi Fixed Effect Model GLS
Variable C Individual Efek C+ Indv. Efek
18.22487
Fixed effect cross
_sukabumi--C 0.572380
18,79725
_Cianjur—C -0.408683
17,816187
_Garut--C -0.019678
18,205192
_Tasik--C -0.460503
17,764367
_Ciamis--C -0.258225
17,966645
_Cirebon--C 0.898117
19,122987
_Subang--C -0.565807
17,659063
_Karawang--C -0.561722
17,663148
_Bekasi--C 0.804122
19,028992
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews
84
Kabupaten sukabumi
Apabila perubahan variable tambak, kolam, minapadi bernilai nol,
maka kab. sukabumi akan mendapatkan pengaruh individu terhadap produk
domestik regional bruto sebesar 18,79725 satuan.
Kabupaten cianjur
Apabila perubahan variable tambak, kolam, minapadi bernilai nol,
maka kab. cianjur akan mendapatkan pengaruh individu terhadap produk
domestik regional bruto sebesar 17,816187 satuan.
Kabupaten garut
Apabila terjadi perubahan variable tambak, kolam, minapadi bernilai
nol, maka kab. garut akan mendapatkan pengaruh individu terhadap produk
domestik regional bruto sebesar 18,205192 satuan.
Kabupaten tasikmalaya
Apabila perubahan variable tambak, kolam, minapadi bernilai nolmaka
kab. tasikmalaya akan mendapatkan pengaruh individu terhadap produk
domestik regional brutosebesar 17,764367satuan.
Kabupaten ciamis
Apabila terjadi perubahan variable tambak, kolam, minapadi bernilai
nol, maka kab. ciamis akan mendapatkan pengaruh individu terhadap produk
domestik regional bruto sebesar 17,966645satuan.
85
kabupaten cirebon
Apabila perubahan variable tambak, kolam, minapadi bernilai nol,
maka kab. cirebon akan mendapatkan pengaruh individu terhadap produk
domestik regional brutosebesar 19,122987 satuan.
Kabupaten subang
Apabila perubahan variable tambak, kolam, minapadi bernilai nol,
maka kab. subang akan mendapatkan pengaruh individu terhadap produk
domestik regional brutosebesar 17,659063 satuan.
Kabupaten karawang
Apabila perubahan variable tambak, kolam, minapadi bernilai nol,
maka kab. karawang akan mendapatkan pengaruh individu terhadap produk
domestik regional brutosebesar 17,663148 satuan.
Kabupaten bekasi
Apabila perubahan variable tambak, kolam, minapadi bernilai nol,
maka kab. bekasi akan mendapatkan pengaruh individu terhadapproduk
domestik regional brutosebesar 19,028992 satuan.
86
4. Analisis ekonomi
a. Nilai Produksi Tambak
Dari hasil estimasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara tambak terhadap produk domestik regional bruto yang artinya
peningkatan tambak akan meningkatkan produk domestik regional bruto.
Menurut Slamet, (1988) ―tambak berasal dari bahasa Jawa yaitu
nambak yang artinya membendung air dengan pematang sehingga
terkumpul pada suatu tempat atau biasa disebut empang yang dekat pantai
laut‖. Karena dekat dengan pantai, petakan tambak selalu menerima air
payau, campuran dari sungai dan air laut yang memasuki muara sungai
pada saat terjadi pasang. Sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tani
tambak merupakan jenis pertanian yang diusahakan pada daerah jalur
pantai atau daerah pasang surut dengan memanfaatkan pasang surut air
laut dan biasanya dipadukan dengan air payau atau air dan sungai melalui
sebuah saluran.
Secara khusus sektor perikanan juga turut berkontribusi
meningkatkan pendapatan daerah serta penyedia lapangan kerja, oleh
karena itu perikanan merupakan salah satu aktivitas yang memberikan
kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa (Fauzi, 2006).
87
Sektor perikanan dapat memberikan dampak positif bagi
pendapatan nasional. Adanya Perikanan budidaya tambak dapat
memberikan penghasilan bagi masyarakat. Penghasilan yang diperoleh
masyarakat dari penjualan ikan adalah untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi. Pendapatan rakyat yang baik secara otomatis mempengaruhi
pendapatan nasional yang baik pula. Hasil tambak memiliki kontribusi
yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat.
Perikanan tambak jawa barat pada tahun 2015 didominasi oleh
komoditi udang vanamei sebesar 3,109 juta, kemudian udang windu
1,995 juta dan ikan bandeng sebesar 1,614 juta serta diikuti oleh udang
api-api, ikan nila, udang putih, ikan mujair dan lain-lain.
Salah satu komoditas yang merupakan primadona ekspor adalah
udang. Permintaan udang terus meningkat, bahkan menurut FAO (Food
Agriculture & Organization) telah terjadi peningkatan pasokan dari
Negara-negara penghasil udang tambak dunia, dimana Indonesia
merupakan salah satu eksportir udang terbesar.
Petambak lebih memilih membudidaya udang vanamei karena
peluang hidupnya tinggi juga harganya yang mahal. Budidaya jenis udang
vanamei ini memiliki resiko kegagalan lebih kecil dibandingkan udang
lainnya. Sehingga membudidaya udang ini lebih menguntungkan.
88
Sedangkan budidaya udang windu juga memiliki nilai ekonomis
yang tinggi dan menjadi unggulan ekspor di jawa barat. namun juga
membutuhkan modal yang tidak sedikit, karena pembudidayaan udang
windu membutuhkan tambak yang luas namun jumlah udangnya sedikit,
jika memaksakan udang lebih banya, maka perkembangan udang windu
tidak maksimal bahkan bisa mengakibatkan kematian. Karena udang
windu hidup di dasar tambak. Saat ini petambak sudang menggunakan
teknologi modern untuk mengelola tambak sehingga budidaya udang
windu rentan terkena penyakit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya tambak adalah
mengenai cara perawatan dan persediaan makanan. Selain itu juga sangat
penting dalam memilih lokasi btambak serta kualitas air tambak guna
meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditi budidaya tambak.
Peran pemerintah untuk mengembalikan budidaya tambak sebagai
salah satu alternative dalam usaha perikanan budidaya sangat diperlukan
karena budidaya tambak juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Beberapa cara yang dapat diberikan ialah penyuluhan dan monitoring
rutin dari budidaya tambak sehingga dapat diketahui masalah-masalah
yang dihadapi untuk dicarikan solusinya.
89
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
M. Zulkarnain (2013) bahwa nilai produksi tambak berpengaruh secara
parsial terhadap produk domestik bruto. Budidaya tambak berpengaruh
dalam peningkatan pendapatan dan lapangan pekerjaan, sehingga tambak
berkontribusi besar terhadap GDP dan ekspor (M.Khrisnan,2014)
b. Nilai Produksi Kolam
Dari hasil estimasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara kolam terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) yang
artinya peningkatan kolam akan meningkatkan produk domestik regional
bruto (PDRB).
Beberapa tahun belakangan ini mulai tumbuhnya keinginan
masyarakat untuk berbudidaya kolam diharapkan dapat menumbuhkan
perekonomian perikanan jawa barat karena populasi penduduk Indonesia
yang lebih banyak didarat daripada di pesisir. Hal ini juga tentu berguna
apabila budidaya kolam dapat dijadikan pondasi ekonomi di masyarakat.
Kolam menjadi salah satu hal penting dalam usaha perikanan
budidaya yang harus dibuat sebagai tempat untuk ikan. Kolam budidaya
dapat dibuat secara permanen seperti kolam berbahan semen dan secara
non permanen seperti kolam berbahan terpal. Kolam terpal menjadi
andalan pembudidaya awam yang ingin mencoba bergelut di dalam bisnis
90
budidaya ikan. Walaupun sebenarnya beberapa pembudidaya juga ada
yang langsung membuat kolam permanen untuk memulai bisnis
budidayanya.
Jawa Barat juga menempatkan diri sebagai sentra benih nasional,
karena mampu menyediakan 33% dari kebutuhan benih ikan air tawar
nasional. Dalam upaya meningkatkan produktivitas, pemerintah telah
berupaya melakukan perbaikan genetik dan pemuliaan terhadap beberapa
jenis varietas induk ikan, antara lain yang telah dirilis yaitu ikan Nila
Nirwana dan ikan Mas Marwana, serta yang sedang dalam proses yaitu
pemuliaan ikan Gurame Galunggung, Patin, dan domestikasi ikan Kancra.
Perikanan kolam didominasi oleh komoditi ikan lele sebesar 4,602
juta, kemudian ikan mas 1,778 juta dan ikan nila sebesar 1,703 juta serta
diikuti oleh ikan gurame, ikan nilem, ikan tawes, ikan patin, ikan bawal
dan lain-lain.
Budidaya lele sekarang digemari oleh masyarakat. Sekarang
masyarakat membudidayakan ikan lele dengan menggunakan kolam
terpal karena modal yang diperlukan tidak sebanyak modal yang
diperlukan untuk membuat kolam tanau atau membeli kolam fiber.
Sehingga membudidaya ikan lele sangat menguntungkan, karena ikan ini
91
mudah dikembangkan dan sebagai salah satu ikan yang paling banyak di
konsumsi.
Selain itu dudidaya ikan nila juga sudah banyak dilakukan oleh
para petani. Salah satu sumber protein asal hewan air yang paling
diminati pasar dunia adalah filler ikan nila. Sehingga permintaan pasar
dunia terhadap jenis fillet tersebut semakin meningkat dan Indonesia
merupakan pemasok fillet nila terbesar dunia. Para petani memilih
membudidaya ikan nilai karena pembudidayaannya yang mudah serta
mudah dalam pemasarannya. Minat pasar ikan nila masih sangat lebar
mulai dari bibit sampai ikan nila siap konsumsi.
Perkembangan nilai produksi ini tidak bisa lepas dari segi
permodalan dimana dengan semakin banyak modal maupun investasi
yang tersedia maka nilai produksi juga akan mengalami peningkatan.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
M. Zulkarnain (2013) bahwa nilai produksi kolam berpengaruh secara
parsial terhadap produk domestik bruto. Budidaya perikanan air tawar
memiliki dampak terhadap GDP. (John F. Craig,2016)
92
c. Nilai Produksi Minapadi
Dari hasil estimasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara minapadi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) yang
artinya peningkatan tambak akan meningkatkan produk domestik regional
bruto (PDRB).
Pada tahun 2017 kementrian pertanian menyediakan 4.000 hektar
lahan pertanian baru untuk budidaya Minapadi (teknologi tepat guna
pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman padi). Sejauh ini teknologi
Minapadi baru berkembang satu persen dari luas lahan pertanian yang ada
di Indonesia.
Keterbatasan lahan yang terjadi saat ini akibat alih fungsi lahan
sebagai perumahan atau industri menyebabkan berkurangnya lahan
pertanian. Maka dari itu bagaimana caranya dengan lahan yang seadanya
ini masyarakat tetap bisa mendapatkan penghasilan lebih dengan
memaksimalkan potensi yang ada. Yaitu dengan cara pengembangan
minapadi. Mina padi merupakan teknologi tepat guna dalam rangka
optimalisasi lahan sawah irigasi untuk peningkatan pendapatan petani.
Sistem minapadi merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman
padi. Minapadi sudah berkembang sejak lama, sebagai sistem untuk
meningkatkan pendapatan para petani. Dengan cara ini ada pendapatan
lain, masyarakat tidak hanya memanen padi tapi juga ikan, namun
93
teknologi ini masih terbatas, baru di wilayah tertentu saja. Teknologi
minapadi ini memiliki keunggulan dengan peningkatan produksi padi
mencapai 10-20 persen atau sekitar 7-8 ton per hektar per sekali panen.
Salain itu sistem ini saling menguntungkan karena karena efesiensi
penggunaan pakan mencapai 50-10 persen.
Perikanan minapadi di jawa barat pada tahun 2016 didominasi
oleh ikan mas 615 juta, kemudian ikan nila sebesar 81 juta, dan ikan
nilem sebesar 13 juta serta diikuti oleh ikan tawes, ikan lele, ikan bawal
dan lain-lain.
Pemeliharaan ikan mas disawah banyak digemari karena
menanam ikan mas di sawah tidak memerlukan modal banyak, serta
waktu yang relative singkat. Integrasi padi dan budidaya ikan bisa
meningkat pendapatan petani sampai 60 juta per hektar. Keuntungkan
dari minapadi petani tak mengalami banyak kerugian jika sawahnya
mengalami gagal panen karena masih mendapatkan manfaat dari
budidaya ikan. Padi yang dihasilkan dengan adanya budidaya ikan ini
harga jualnya bahkan lebih mahal karena bebas pupuk kimia karena
kotoran ikan membantu pertumbuhan padi.
Ikan dapat membantu pengendalian hama padi sedangkan kotoran
ikan dapat menjadi pupuk bagi padi dan memperbaiki struktur tanah
94
dengan efesiensi pemanfaatan lahan 80 persen dan bibit padi 20 persen.
Teknologi minapadi ini belum berkembang secara baik di Indonesia
karena semakin sempitnya lahan pertanian. Sehingga sektor pertanian
belum mampu meningkatkan kesejahteraan para petani karena kebutuhan
perekonomian belum bisa terpenuhi oleh produk pertanian.
Minapadi menjadi salah satu solusi untuk mengatasi persoalan
kesejahteraan petani. Pasalnya, para petani juga akan mendapat nilai
tambah melalui budidaya perikanan di lahan pertanian. Karena dengan
cara ini, berarti ada pendapatan lain yang dihasilkan petani, tidak sekadar
dari hasil memanen. Kualitas air di jawa barat cukup bagus untuk
perikanan juga bagus sehingga jawa barat sangat cocok untuk
menerapkan budidaya minapadi. Hal-hal yang perhatikan dalam budidaya
minapadi adalah system irigasi yang termanage dengan baik sehingga
mampu mempertahankan dan menjaga pemeliharaan budidaya minapadi
tersebut.
Nilai budidaya sawah merupakan yang terendah dibandingkan
tambak dan kolam dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dan
pengetahuan masyarakat dalam mengelola budidaya minapadi yang baik
dan benar. Sehingga masyarakat masih belum berani untuk usaha
95
budidaya minapadi karena pengelolaannya yang sulit. Minat masyarakat
dalam budidaya minapadi ini masih terbilang sepi.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
M. Zulkarnain (2013) bahwa nilai produksi minapadi berpengaruh secara
parsial terhadap produk domestik bruto.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai produksi
perikanan budidaya terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pada data
yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai produksi budidaya tambak, kolam dan minapadi secara bersama-
sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap produk domestic regional
bruto pada Sembilan kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
2. Nilai Produksi Budidaya Tambak mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan produk domestic regional bruto pada
Sembilan kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
3. Nilai Produksi Budidaya Kolam mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap produk domestic regional bruto pada Sembilan
kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
4. Nilai Produksi Budidaya Minapadi mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap produk domestic regional bruto pada Sembilan
kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
97
5. Apabila variable bebas bernilai nol maka nilai produk domestic reginal
bruto masing-masing kabupaten yang menjadi objek penelitian nilainya
bervariasi di antara 17 – 19 satuan.
B. Saran
Saran berdasarkan hasil penelitian analisis pengaruh nilai produksi
perikanan budidaya terhadap Produk Domestik Bruto sektor Perikanan di
Jawa Barat adalah
1. Bagi Civitas Akademika
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti perikanan budidaya,
diharapakan menambah beberapa variabel lain yang berkaitan dengan
perikanan budidaya, agar dapat diketahui secara lebih banyak lagi dalam
menentukan variabel yang berpengaruh terhadap produk domestic
regional bruto khususnya sector budidaya.
2. Bagi Pihak Swasta
Perlu adanya investasi di bidang perikanan supaya produksi
perikanan di Jawa Barat semakin meningkat. Sehingga mampu
meningkatkan perekonomian di daerah tersebut. Sector perikanan
merupakan salah satu sector yang memiliki potensi sangat besar
khususnya bidang budidaya.
98
3. Bagi Pemerintah
Perlu adanya upaya yang sungguh-sungguh untuk lebih
meningkatkan hasil perikanan budidaya karena produksi sector perikanan
budidaya berpengaruh positif terhadap produk domestik regional bruto.
99
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, sri. 1999. Ekonomi mikro. BPPE: Yogyakarta
Akhmad riyanto. 2015. Pengaruh sektor pertanian, industri dan perdagangan
terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Semarang. Skripsi
Universitas Negeri Semarang.
Badan Pusat Statistik. 2016. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2016. BPS Provinsi
Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2015. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2015. BPS Provinsi
Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2014. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2014. BPS Provinsi
Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2013. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2013. BPS Provinsi
Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2012. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2012. BPS Provinsi
Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2011. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2011. BPS Provinsi
Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2010. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2010. BPS Provinsi
Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2009. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2009. BPS Provinsi
Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2008. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2008. BPS Provinsi
Jawa Barat
100
Badan Pusat Statistik. 2007. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2007. BPS Provinsi
Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi 2010-2016.
BPS Provinsi Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi 2000-2010.
BPS Provinsi Jawa Barat
Badan Pusat Statistik. 2016. Cara Menyamakan Tahun Dasar. BPS Provinsi Jawa
Barat
Badan Pusat Statistik. 2016. Renja Jabar 2016. BPS Provinsi Jawa Barat
Daryanto, Arief. 2007. Dari kluster menuju peningkatan daya saing industry
perikanan. Bulletin Craby & Starky. Edisi januari 2007. Ditjen pengolahan
dan pemasaran perikanan.
Geyli Rugian. 2013. Pengaruh Produksi Olahan dan ekspor hasil perikanan terhadap
PDRB Kota Bitung. Jurnal Universitas Sam Ratulangi Manado.
Gujarati, Damodar N. Porter, Dawn C.2013. Dasar-dasar Ekonometrika Edisi 5 Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Gujarati, Damodar N. 2004. Basic Econometrics. Jakarta: Salemba Empat.
Indonesialibrary. Negara Kepulauan Terbesar di Dunia. Artikel diakses pada 10 desember
2017 dari http://indonesialibrary.com/negara-kepulauan-terbesar-di-dunia/
Kamil Sertoglu, Sevin Ugural, Festus Victor Bekun .2013. The contribution of
agricultural sector on economic growth of Nigeria. Economics and Financial
Issues Journal.
K.E Uma, F.E Eboh & P.C Obidike. 2013. Appraisal of the influence of agriculture
on economic growth: empirical evidence from Nigeria. Science and Education
Publishing Journal.
101
Michael P. Todaro, 2000, ―Economic Development”, Seventh Edition, New York
University, Addison Mesley.
Mulki, M harrafi. Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia. Artikel diakses
pada 25 desember 2017 dari http://mybooksanddreams. blogspot.co.id/2017/09/
potensi-sumber-daya-alam-dan-kemaritiman-indonesia.html
Muhendar rostar .2013. Kontribusi sub sektor perikanan terhadap produk domestik
regional bruto di kabupaten kepulauan meranti provinsi riau . Skripsi
Universitas Riau.
M. zulkarnain. 2013. Analisis Pengaruh Nilai Produksi Perikanan Budidaya
Terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Perikanan di Indonesia. Jurnal
ECSOFiM Vol. 1 No. 1, 2013
Nugroho E, Kristanto, A, 2013, Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar
Popupler, Cetakan 3, Penebar Swadaya: Jakarta.
Numonjon Malikov. 2016. The role of agriculture in economic development of
Uzbekistan. Journal University of World Economy and Diplomacy.
Oyinbo oyakhilomen (2014). Agricultural production and economic growth in
Nigeria: implication for rural poverty alleviation. Journal Ahmadu Bello
University Nigeria.
Paul a samuelson & William d nordhaus. 1996. Mikroekonomi. Erlangga Cetakan
keempat. Jakarta
Pusparani rinanti. 2013. Analisis peranan subsektor perikanan terhadap peningkatan
produk domestik regional bruto di kabupaten blitar. Skripsi Universitas
Brawijaya.
Sadono Sukirno, 2000. Makroekonomi Modern: perkembangan pemikiran klasik
hingga Keynesian baru. Raja grafindo persada. Jakarta.
102
Soekartawi. 2003. Teori ekonomi produksi. Rajawali: Jakarta.
Soetrisno. Budidaya Tambak. Artikel diakses pada 25 desember 2017 dari
file:///E:/DATA%20LAMPIRAN/Budidaya%20Tambak%20_%20Fadly%20S
oetrisno%20Institute.htm
Sudarman, Ari. 2004. Teori ekonomi mikro. BPFE: Yogyakarta.
Sugiarto dkk, 2002. Ekonomi mikro: sebuah kajian komprehensif. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta .
Suparmoko. 2002. ekonomi public untuk keuangan dan pembangunan. ANDI:
Yogyakarta.
Ufira isbah. 2016. Analisis peran sektor pertanian dalam perekonomian dan
kesempatan kerja di provinsi riau. Jurnal Universitas Riau.
Undang-undang no 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Yunianto. Peran sub sector perikanan budidaya dalam perekonomian nasional.
Artikel diakses pada 12 desember 2017 dari
www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=1041
103
LAMPIRAN
1. DATA
A. PDRB Kabupaten Tahun 2006-2015
Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010
sukabumi 21513501500 23231569500 25057016750 26882464000 28600532000
cianjur 14892498260 16057208500 17294713130 18532217760 19696928000
garut 19973175540 21304580500 22719198270 24133816040 25465221000
tasik 12572213900 13367643500 14212787450 15057931400 15853361000
ciamis 10261232960 11098800000 11988714980 12878629960 13716197000
cirebon 16446475720 17670741000 18971522860 20272304720 21496570000
subang 16411817660 17237369500 18114518330 18991667160 19817219000
karawang 7247014068 7905709300 8605572984 9305436668 9964131900
bekasi 11366853568 12353017600 13400816884 14448616168 15434780200
Kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015
sukabumi 29863296000 31767699000 33516818000 35521432000 37265254000
cianjur 20660191000 21817064000 22883159000 24041991000 25357130000
garut 26726849000 27815340000 29138481000 30541631000 31919044000
tasik 16526567000 17191752000 17991115000 18849712000 19662486000
ciamis 14433281000 15213674000 16026514000 16839415000 17779910000
cirebon 22621716000 23857749000 25042254000 26312992000 27596254000
subang 20465660000 20588972000 21431369000 22506484000 23696760000
karawang 10617467500 11142408300 12029486300 12674869200 13245356700
bekasi 16453884200 17527980100 18620658900 19716357400 20596748000
B. Nilai Produksi Budidaya Tambak
kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010
sukabumi 28809000 27320000 3513800 3867380 23882400
cianjur 649200 1044069 2071328 3560800 4513575
garut 1249475 1695570 6934800 7597620 7731987
104
tasik 128600 363550 640450 623280 1513575
ciamis 1001200 13188500 15391500 15772500 15973636
cirebon 63415503 97985900 85813000 269695000 317961625
subang 137147834 100716447 142972240 339072780 155294009
karawang 675348300 429927324 657284300 315955934 690851710
bekasi 124508907 135217384 144467800 196308055 176348984
kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015
sukabumi 20151450 20786114 25450140 23019120 24961500
cianjur 8213950 5058000 10240000 19441350 28642700
garut 8213950 8416806 6719131 4413658 9919483
tasik 2628000 2150770 2380400 3482450 4148290
ciamis 26280000 25751000 27919450 28465933 29012416
cirebon 356840965 362622530 469377386 358842156 570321226
subang 185333071 345027206 545191100 103413032 805122494
karawang 651288761 815456970 909426309 334135435 1,206E+09
bekasi 192439683 167252504 196600568 235412048 249274940
C. Nilai Produksi Budidaya Kolam
kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010
sukabumi 18038385 22142876 32983530 30157727 40172262
cianjur 33437000 1036684951 1099927550 1089387800 1034802907
garut 152145400 183389158 127403507 389419222 344044525
tasik 133678000 157664096 249491025 279842290 348029070
ciamis 110560710 119664096 130010705 195004650 280132180
cirebon 9014020 11219960 12722550 31331400 12067990
subang 38268496 45269118 85451223 189202860 226888832
karawang 26633000 16301774 37845900 36242000 30738690
bekasi 4809509 4514888 6472106 7520123 10812770
kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015
sukabumi 45733020 57833635 170165119 359162270 548159421
cianjur 1057879700 1056736500 1083243460 1129295150 1240053053
105
garut 496201852 626987503 619441000 523315682 864408554
tasik 278705707 457038634 509083075 669434625 799677597
ciamis 278705707 324422749 436692879 523315682 569177345
cirebon 28064983 50664525 59620250 99241890 121035365
subang 200990460 193891695 138353800 166503823 194653846
karawang 32202570 29040655 29670340 31840780 33240842
bekasi 13542815 16424550 26168800 39284430 43593795
D. Nilai Produksi Budidaya Minapadi
kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010
sukabumi 3893741 3813600 4395000 4976500 5557900
cianjur 103680000 106759214 104805660 112852745 140277930
garut 55256940 61858305 62750974 71285274 70592191
tasik 85457000 95498650 107730700 108619970 115843100
ciamis 4166800 5498650 5772150 4914700 5438642
cirebon 63950 64800 36000 52800 20225
subang 3692350 27090059 25635366 55406500 103555728
karawang 1063300 1186591 1803000 2779232 1078782
bekasi 17011 19900 12431 17675 33935
kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015
sukabumi 6139300 6720800 6487797 11694900 22109106
cianjur 129499200 119013000 130478500 147280200 154165691
garut 70733349 61056461 86857678 59926668 62260287
tasik 116223389 118347847 120525675 161833670 173331312
ciamis 6223389 4216207 5983430 5992666 8840767
cirebon 69600 86400 103200 147800 136800
subang 103722941 104978000 128300000 127180000 140355823
karawang 2086330 2441620 3415687 3441030 3573389
bekasi 50195 31960 48420 61739 68975
106
2. HASIL OUTPUT
A. COMMON EFFECT MODEL
Dependent Variable: LNPDRB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 02/27/18 Time: 15:35
Sample: 2006 2015
Included observations: 10
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 90
Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNTAMBAK? 0.382587 0.026000 14.71492 0.0000
LNKOLAM? -0.193779 0.049941 -3.880167 0.0002
LNMINAPADI? 1.062720 0.058535 18.15535 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.774443 Mean dependent var 28.55476
Adjusted R-squared 0.763511 S.D. dependent var 9.119787
S.E. of regression 0.964592 Sum squared resid 80.94801
Durbin-Watson stat 0.329117 Unweighted Statistics R-squared 0.751192 Mean dependent var 23.68323
Sum squared resid 89.00582 Durbin-Watson stat 0.195761
107
B. FIXED EFFECT MODEL
Dependent Variable: LNPDRB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 02/27/18 Time: 15:36
Sample: 2006 2015
Included observations: 10
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 90
Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 18.22487 0.246479 73.94094 0.0000
LNTAMBAK? 0.086585 0.008414 10.29095 0.0000
LNKOLAM? 0.192608 0.028031 6.871251 0.0000
LNMINAPADI? 0.047595 0.014878 3.199050 0.0020
Fixed Effects (Cross)
_SUKABUMI--C 0.572380
_CIANJUR--C -0.408683
_GARUT--C -0.019678
_TASIK--C -0.460503
_CIAMIS--C -0.258225
_CIREBON--C 0.898117
_SUBANG--C -0.565807
_KARAWANG--C -0.561722
_BEKASI--C 0.804122 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.975563 Mean dependent var 33.57419
Adjusted R-squared 0.972117 S.D. dependent var 18.09264
S.E. of regression 0.067921 Sum squared resid 0.359835
F-statistic 283.0791 Durbin-Watson stat 1.219788
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.962938 Mean dependent var 23.68323
Sum squared resid 0.387546 Durbin-Watson stat 0.738474
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
108
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 208.635716 (8,78) 0.0000
C. UJI CHOW
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 208.635716 (8,78) 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: LNPDRB?
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 02/27/18 Time: 15:36
Sample: 2006 2015
Included observations: 10
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 90
Use pre-specified GLS weights Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 20.16370 0.465808 43.28759 0.0000
LNTAMBAK? 0.064877 0.017541 3.698569 0.0004
LNKOLAM? -0.034038 0.019603 -1.736344 0.0861
LNMINAPADI? 0.157323 0.030438 5.168724 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.452645 Mean dependent var 33.57419
Adjusted R-squared 0.433551 S.D. dependent var 18.09264
S.E. of regression 0.306135 Sum squared resid 8.059782
F-statistic 23.70642 Durbin-Watson stat 0.099395
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.036980 Mean dependent var 23.68323
Sum squared resid 10.06992 Durbin-Watson stat 0.034005
Recommended