View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PERIKANANTANGKAP TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN
DI KECAMATAN SUSOH KABUPATENACEH BARAT DAYA
SKRIPSI
OLEH
NANDANIM : 10C20101101
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT
2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan strategis, dengan
sumber daya alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik di darat maupun di
perairan tawar dan laut. Berdasarkan data yang terukur, Indonesia memiliki 95.181
km panjang garis pantai dengan kurang lebih 5,0 juta luas Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Indonesia yang terdiri dari 5 pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Sulawesi, dan Papua, ditambah pula dengan ribuan pulau-pulau kecil yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke. Kepulauan Indonesia yang dua pertiganya adalah laut,
di dalamnya terkandung kekayaan keanekaragaman hayati yang tersebar mulai dari
dasar laut sampai daerah permukaan (Nuitja 2010, h. 1).
Sebagai Negara kepulauan terbesar didunia, dengan panjang pantai 81.000 km
dan memiliki 17.508 buah pulau serta dua pertiga dari luar wilayahnya berupa
perairan. Indonesia memiliki potensi perikanan yang besar. Potensi lestari ikannya
paling tidak ada sekitar 6,17 juta ton per tahun, terdiri atas 4,07 juta ton di perairan
nusantaranya yang hanya 38 persennya dimanfaatkan dan 2,1 juta ton pertahun
berada di perairan ZEE. Potensi ini pemanfaatannya juga baru 20 persen (Mulyadi
2005, h. 25).
Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan kekuatan otonomi yang
lebih besar di penghujung Pulau Sumatera. Aceh terletak dibarat laut Sumatera
dengan kawasan seluas 57,365.57 km persegi atau merangkumi 12,26 persen pulau
Sumatera. Aceh memiliki 119 buah pulau,73 sungai yang besar dan 2 buah tasik,
2
yaitu Tasik Laut Tawar di Takengon, Aceh Tengah dan Tasik Aneuk Laot di Kota
Sabang. Aceh dikelilingi oleh Selat Malaka di sebelah utaranya, Provinsi Sumatra
Utara di timur dan Lautan Hindia di sebelah selatan dan baratnya. Ibu kota Aceh
adalah Banda Aceh yang dahulunya dikenali sebagai Kutaraja. Wilayah pesisir di
Provinsi Aceh mempunyai panjang garis pantai 1.660 km, dengan luas wilayah
perairan laut seluas 295.370 km terdiri dari laut wilayah (perairan territorial dan
perairan kepulauan) 56.563 km dan zona ekonomi eksklusif (ZEE) 238.807 km.
Akibat tsunami pada 26 Desember 2004, dari 1660 km panjang garis pantai, 800 km
rusak terkena gelombang tsunami (http://regionalinvestment.com) di akses 17
November 2013.
Sektor perikanan dari segi serapan tenaga kerja menyerap 257.300 jiwa yang
terdiri dari 4 (empat) sektor yaitu : sektor penangkapan, sektor budidaya, sektor
pengolahan dan sektor pemasaran hasil perikanan. Sektor penangkapan terdiri dari
nelayan tidak tetap sebanyak 164.080 jiwa, sektor budidaya sebanyak 56.300 jiwa,
sektor pengolahan sebanyak 20.670 jiwa dan sektor pemasaran hasil perikanan
melalui penjual ikan (mugee ungkoet) mencapai 16.250 jiwa
(http://regionalinvestment.com) di akses 17 November 2013.
Masyarakat nelayan di Provinsi Aceh pada umumnya identik dengan
Lembaga Adat Panglima Laot yang memimpin wadah masyarakat nelayan sekaligus
basis masyarakat nelayan lokal untuk membangun kesepakatan bersama dalam
mengatur dan mengawasi pelaksanaan norma dan ketentuan tata cara pengelolaan
sumber daya perikanan yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan. Lembaga
Hukom Adat Laot/ Panglima Laot sudah ada sejak Kerajaan Samudera Pasai abad ke
3
14, dan dikukuhkan kembali dan diorganisir sesuai dengan perkembangan zaman
sejak 22 Mei 2000. Pengembangan masyarakat nelayan pada umumnya kurang begitu
diperhatikan, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dari pemerintah untuk
menjadikan masyarakat nelayan itu dinamis (http://regionalinvestment.com) di akses
17 November 2013.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh telah melakukan penentuan
tempat-tempatpengembangan untuk berbagai sub sektor di sektor perikanan yang
disebut dengan pusat pertumbuhan. Dengan adanya pusat-pusat pertumbuhan ini,
diharapakan dapat memacu tingkat perikanan di Aceh sekaligus dapat menarik
wilayah-wilayah disekitar pusat pertumbuhan itu untuk secara bersama-sama
memberi kontribusi dalam meningkatkan jumlah produksi perikanan di Aceh
(http://regionalinvestment.com) di akses 17 November 2013.
Kabupaten Aceh Barat Daya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh,
Indonesia Kabupaten ini resmi berdiri setelah disahkannya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Jaya,
Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Tamiang, dan
Kabupaten Gayo Lues. Kabupaten Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari
Kabupaten Aceh Selatan bukanlah merupakan ekses dari reformasi pada tahun 1998
semata. Meskipun perubahan pemerintahan nasional saat itu mempercepat pemekaran
tersebut, namun wacana untuk pemekaran itu sendiri sudah berkembang sejak sekitar
tahun 1960-an(http://.id.m.wikipedia.org/wiki/KabupatenAcehBaratDayadi akses
tanggal 25 November 2013).
.
4
Letak geografis Kabupaten Aceh Barat Daya termasuk dalam gugusan
Pegunungan Bukit Barisan. Dengan batas wilayah Sebelah Utara Kabupaten Gayo
Lues, Selatan Kabupaten Aceh Selatan dan Samudera Indonesia, Barat Kabupaten
Nagan Raya, dan Timur Kabupaten Gayo Lues.
Dalam bidang ekonomi Aceh Barat Daya mengandalkan sektor pertanian dan
perdagangan untuk kelangsungan perekonomiannya. Hal ini ditunjang dengan
posisinya yang sangat strategis di jalur dagang kawasan barat Aceh, khususnya kota
Blangpidie yang sejak dulu menjadi pusat perdangangan dipantai barat Aceh.
Sebenarnya bila kondisi keamanan semakin membaik, banyak sekali potensi yang
dapat digali di kawasan ini, seperti pariwisata, karena posisinya yang merupakan
paduan antara pantai Samudera Hindia dan Bukit Barisan yang hijau. Selain itu Aceh
Barat Daya dapat dikembangkan sebagai kawasan agroindustri, agribisnis dan
peternakan terpadu serta sektor lain yang akan berkembang.
Dari segi demografinya penduduk Aceh Barat Daya didominasi oleh etnis
Aceh (80%), Minangkabau atau yang biasa dikenal dengan Aneuk Jamee (12%)
sedangkan sisanya adalahorang-orang pendatang berbagai suku (8%)
(http://.id.m.wikipedia.org/wiki/KabupatenAcehBaratDayadiakses tanggal 25
November 2013).
Nelayan juga merupakan salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai
corak kehidupan yang berbeda dari kelompok masyarakat lain. Demikian juga
kehidupan masyarakat nelayan Aceh Barat Daya. Masalah yang mendasar dalam
kehidupan nelayan Aceh Barat Daya adalah kemiskinan. Kemiskinan ini disebabkan
oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternalyang
5
sangat penting adalah sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan
pedagang perantara.
Munculnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujoeng Serangga di Kecamatan
Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya diharapkan meningkatkan taraf kehidupan
nelayan yaitu perbaikan sistem pemasaran hasil perikanan yang menguntungkan
nelayan. Namun kebenaran argumen ini perlu dibuktikan melalui kegiatan penelitian
agar diperoleh jawaban yang akurat. Tempat pelelangan ikan pada hakikatnya
berfungsi untuk mengatur jual beli ikan yang saling menguntungkan kedua belah
pihak, keuntungan bagi nelayan adalah jaminan menjual ikan dengan waktu yang
cepat dan dengan harga yang wajar serta dengan pembayaran yang tunai sehingga
membuat pendapatan masyarakat nelayan terjamin. Sedangkan bagi pengusaha
pengolahan ikan adalah terjamin dalam memperoleh ikan dalam keadaan segar dan
baik.
Modernisasi perikanan membawa perubahan yang positif terhadap kondisi
pengetahuan dan perekonomian para nelayan. Terjadinya peningkatan pengetahuan
dari tradisional ke modern, baik berupa pengetahuan tentang tehnik penangkapan
maupun sarana produksi yang dipergunakan dapat meningkatkan perkembangan
sosial ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
Dalam bidang ekonomi mereka telah mampu meningkatkan produksi melalui
kesempatan lebih lama dan member peluang untuk mendapatkan ikan lebih besar
sehingga terjadi peningkatan produktifitas kerja melalui intensitas turun ke laut dan
areal penangkapan ikan lebih luas.
6
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2012 dibagi
kedalam dua jenis nelayan yaitu Nelayan Tetap dan Nelayan Sambilan, nelayan tetap
yang berjumlah sebanyak 2.783 jiwa, sedangkan nelayan sambilan berjumlah 229
jiwa, sehingga jumlah keseluruhannya adalah 3.012 jiwa (Dinas Kelautan dan
Perikanan Aceh Barat Daya, 2013).
Secara potensial sumber daya perikanan yang ada dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya
masih banyak nelayan yang belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya
dikarenakan kurangnya alat tangkap sehingga pendapatan nelayan tidak meningkat.
Masyarakat yang bermata pencaharian dan berpenghasilan sebagai nelayan
merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas usaha
dengan memperoleh penghasilan yang bersumber dari kegiatan nelayan itu sendiri.
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam penangkapan
ikan dan binatang air lainnya. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh
besarnya pendapatan. Besarnya pendapatan tercermin pada banyaknya pendapatan
yang diterima, dimana pendapatan tersebut sebagian besar digunakan untuk
menambah kebutuhan keluarga. Dengan demikian tingkat kebutuhan konsumsi
keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya.
Para nelayan melakukan pekerjaannya dengan tujuan untuk memperoleh
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Didalam pelaksanaannya
diperlukan beberapa perlengkapan yang dipengaruhi oleh banyaknya faktor guna
untuk mendukung keberhasilan kegiatan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari
7
besarnya modal, jumlah tenaga kerja dan jarak tempuh melaut. Dengan demikian
pendapatan nelayan dapat dilihat berdasarkan besar kecilnya volume tangkapan dan
masih terdapat beberapa faktor-faktor lain yang ikut menentukannya selain faktor
sosial dan ekonomi.
Faktor modal, tenaga kerja dan jarak tempuh melaut adalah gaktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
dengan adanya modal, maka nelayan dapat membeli keperluan melaut untuk
menangkap ikan dan kemudian menjualnya. Semakin besar modal maka akan
semakin besar dalam memperoleh alat tangkap dan keperluan lainnya sehingga hasil
tangkapan ikan yang diperoleh akan semakin besar pula.Faktor tenaga kerja juga
berpengaruh terhadap pendapatan karena semakin banyak tenaga kerja yang
berpengalaman maka akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh.Faktor
jarak tempuh melaut akan mempengaruhi pendapatan nelayan karena jarak tempuh
tersebut menentukan hasil besar atau kecil hasil tangkapan, dimana semakin jauh
jarak melaut akan memiliki lebih banyak kemungkinan untuk memperoleh hasil
tangkapan yang lebih banyak pula dan tentunya akan memberikan pendapatan yang
lebih besar dibandingkan penangkapan ikan di dekat pantai (Frioni 2011, h. 3).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul: “Analisis Pengaruh Produksi
Perikanan Tangkap Terhadap PendapatanNelayan di Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya”.
8
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : Berapa besar pengaruh produksi perikanan
tangkap terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini dibuat ialah untuk mengetahuipengaruh produksi
perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten
Aceh Barat Daya.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diharapkan dan diperoleh dari hasil penelitian ini
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1.4.1.Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis / Peneliti
Manfaat penelitian bagi penulis adalah penambah wawasan bagi penulis dan
pengetahuan tentang analisis produksi perikanan terhadap pendapatan masyarakat
nelayandi Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya dan sebagai salah satu
sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara ilmiah, sistematis dan
metodelogis penulis dalam menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan
suatu wacana baru kedepan.
9
b. Bagi Lingkungan Akademik
Manfaat penelitian bagi lingkungan akademik adalah memberikan wawasan
dan pengetahuan untuk pihak akademik baik secara langsung maupun tidak langsung
bagi perpustakaan Fakultas Ekonomi, serta sebagai bahan acuan untuk kedepannya
dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam bagi para mahasiswa/i, khususnya
kalangan Fakultas Ekonomi.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini khususnya bagi pemerintah atau bagi pihak
lainnya yaitu sebagai informasi dan arahan yang baik, sehingga akan mendapatkan
gambaran yang secara global dari pemerintah dan pihak lainnya yang berkaitan.
Dengan adanya penelitian ini, maka kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh
produksi perikanan tangkapterhadap pendapatan nelayan diKecamantan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya.
1.5. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini pada bagian pertama merupakan pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Pada bagian dua berisi tentang tinjauan pustaka dari penelitian yang berjudul
analisis pengaruh produksi perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya khususnya mengenai pengetian antar
variabel dalam judul tersebut, serta perumusan hipotesis.
10
Pada bagian tiga berisi tentang ruang lingkup penelitian yang didalamnya
mengenai jenis dan sumber data serta pengumpulan data, model analisis data, definisi
operasional variabel dan pengujian hipotesis.
Pada bagian empat berisi tentang Hasil dan Pembahasan yang didalamnya
dijelaskan mengenai statistik deskriptif, variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis,
dan pembahasan hasil penelitian.
Pada bagian lima berisi kesimpulan dan saran yang didalamnya dijelaskan
mengenai simpulan-simpulan yang diambil dari keseluruhan hasil penelitian serta
saran-saran. Serta dalam skripsi ini dilengkapi dengan daftar pustaka yang penulis
gunakan untuk melengkapi penyusunan skripsi ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pelabuhan Perikanan (PP)
Pelabuhan Perikanan merupakan wilayah dimana semua aktivitas bisnis
perikanan dilakukan yang menyediakan multi pelayanan terhadap aktifitas perikanan
dan menyerap tenaga kerja yang besar. Merujuk pada Pasal 1 Ayat 1 Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan,
bahwa pelabuhan perikanan berfungsi untuk mendukung pengolahan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis
perikanan.
Pelabuhan perikanan dibagi kelas pelabuhan, yaitu pelabuhan perikanan
samudra (PPS), pelabuhan perikanan nusantara (PPN), pelabuhan perikanan pantai
(PPP) dan pangkalan pendaratan ikan (PPI). Sementara itu, pelabuhan perikanan
Aceh yang telah ada saat ini dapat dikelompokkan dalam dua kelas pelabuhan
perikanan, yaitu PPP dan PPI. Sebagian besar dari PPI ini secara faktual merupakan
tempat-tempat dilakukan aktifitas pendaratan ikan yang dalam bahasa masyarakat
disebut TPI (Tempat Pendaratan Ikan), dimana masih banyak diantaranya yang belum
memiliki fasilitas maksimal untuk operasionalisasi.
Perikanan adalah sumberdaya bebas-masuk semua orang (open accsess
resourse) dimana pengguna boleh masuk secara tak terbatas untuk bersaing yang bisa
mengantarkan pada over fishingatau overeploitasidan pengguna sumberdaya yang
12
tidak efisien. Oleh karena itu nelayan tidak mampu memaksimumkan keuntungannya
sesuai dengan usaha penangkapan ikan yang dilakukannya.
2.1.1. Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap (PPT)
Dalam upaya pemanfaatan sumber daya ikan dan laut, Dinas Kelautan
Perikanan Aceh melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Mengelola sumber daya ikan secara berkesinambungan dan bertanggung jawab.
b. Meningkatkan pendapatan nelayan.
c. Meningkatkan fasilitas pelabuhan perikanan, jumlah dan mutunya.
d. Memperkuat armada penangkapan ikan.
e. Mengembangkan bisnis perikanan yang efisien dan kompetitif.
2.1.2.Tugas dan Fungsi Bidang PPT
Pengembangan perikanan tangkap melakukan kegiatan di bidang prasarana
tangkap, tata ruang kelautan dan perikanan, pengembangan sarana, usaha dan
pemberdayaan masyarakat perikanan, pengelolaan pesisir, pulau-pulau kecil dan
konservasi taman laut.
Selain tugas tersebut, pengembangan perikanan tangkap mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. Pelaksanaan inventaris prasarana tangkap, tata ruang kelautan dan perikanan.
b. Pelaksanaan pengembangan sarana, usaha dan pemberdayaan masyarakat
perikanan.
c. Pelaksanaan dan pengelolaan pesisir, pulau-pulau kecil, konservasi sumber daya
kelautan dan perikanan.
13
2.2. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan
Tempat pelelangan ikan (TPI) adalah pasar yang biasanya terletak didalam
pelabuhan atau pangkalan pendaratan ikan, dan ditempat tersebut terjadi transaksi
penjualan ikan atau hasil laut baik secara lelang maupun tidak (tidak termasuk TPI
yang menjual atau melelang ikan darat). Biasanya TPI ini dikoordinasi oleh Dinas
Perikanan, Koperasi, atau Pemerintah Daerah. TPI tersebut harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Tempat tetap (tidak berpindah-pindah).
b. Mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan ikan.
c. Ada yang mengkoordinasi prosedur lelang atau penjualan.
d. Mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan atau Pemerintah
Daerah).
Lelang adalah proses membeli dan menjual barang atau jasa dengan cara
menawarkan kepada penawar, menawarkan tawaran harga lebih tinggi, dan kemudian
menjual barang kepada penawar harga tertinggi. Dalam teori ekonomi, lelang
mengacu kepada beberapa mekanisme atau peraturan perdagangan dari pasar modal.
(http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/tempatpelelanganikan-aspx diakses
tanggal 27 Des 2013).
2.3.Pengertian Pendapatan Masyarakat
Pendapatan masyarakat adalah jumlah pendapatan oleh faktor-faktor produksi
yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam satu tahun tertentu
(Sukirno 2010, h.36).
14
Pendapatan merupakan penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan
maupun tidak. Pendapatan atau disebut juga dengan income dari seseorang warga
masyarakat adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada
sektor produksi. Sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk
digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor
produksi.
2.3.1. Jenis Jenis Pendapatan
Menurut Sukirno (2010, h. 33) pendapatan terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a. Pendapatan nasional neto (NNI)
Pendapatan nasional neto (net national income) adalah pendapatan yang
dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik
faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak
langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat
dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dan lain-lain.
b. Pendapatan perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (personal income) adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Tidak seperti
pendapatan nasional, pendapatan perorangan tidak mengikut sertakan pendapatan
tertahan (etained earnings), yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan namun tidak
dibagikan kepada para pemiliknya. Pendapatan perorangan juga mengurangi pajak
pendapatan perusahaan dan kontribusi pada tunjangan sosial.
15
c. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (dipossable income) adalah pendapatan
yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan
selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Dipossable
incomeini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung.
Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak
pendapatan.
d. Pendapatan nasional riel
Pendapatan nasional riel adalah pendapatan nasional yang dihitung atau di
tentukan berdasarkan harga-harga yang tidak berubah atau tetap dari tahun ketahun.
e. Pendapatan nasional menurut harga yang berlaku
Pendapatan nasional menurut harga yang berlaku adalah pendapatan nasional
yang dihitung atau ditentukan berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun
dimana produksi nasional yang sedang dinilai diproduksikan.
f. Pendapatan nasional menurut harga tetap
Pendapatan nasional menurut harga tetap adalah harga yang berlaku pada
suatu tahun tertentu dan seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang
dihasilkan pada tahun-tahun yang lain.
2.3.2. Pendapatan Nelayan
Pendapatan nelayan adalah ditentukan secara bagi hasil dan jarang diterima
sistem upah/gaji tetap yang diterima oleh nelayan. Sistem upah atau gaji bulanan
16
ternyata hanya diperoleh pada alat penangkapan dengan jermal, hal mana mungkin
disebabkan karena alat adalah bersifat pasif. Dalam sistem bagi hasil, bagian yang
dibagi ialah pendapatan setelah dikurangi ongkos-ongkos eksploitasi yang
dikeluarkan pada waktu beroperasi ditambah dengan ongkos penjualan hasil. Jadi,
disini termasuk ongkos bahan bakar, oli, es dan garam, biaya makanan para awak
kapal, dan pembayaran retribusi. Biaya lain yang masih termasuk ongkos eksploitasi
seperti biaya reparasi, dengan demikian seluruhnya tanggungan dari pemilik alat dan
boat (Mulyadi 2005, h. 90).
2.4. Pengertian Nelayan
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung
langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi
daya. Nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok.
Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan (Mulyadi
2005, h.7).
Yang dimaksud dengan nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan
alat tangkap milik orang lain. Sedangkan nelayan juragan adalah nelayan yang
memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Kemudian yang disebut
nelayan perorangan adalah nelayan yang memilki peralatan tangkap sendiri, dan
dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.
Menurut Undang-Undang Perikanan Nomor 45 Tahun 2009 hasil revisi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 dalam Apridar et al (2011, h. 89) tak ada
17
terminologi yang mendekati posisi nelayan buruh. Undang-Undang ini hanya
medefinisikan yakni:
a. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.
b. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencariannya melakukan penangkapan ikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan
berukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT).
Dilihat dari pemilikan alat-alat produksi, masyarakat nelayan dibagi kedalam
dua kategori sosial, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Kedua pihak terikat
oleh hubungan kerja sama dalam organisasi penangkapan. Jumlah nelayan buruh
dalam setiap organisasi penagkapan bergantung pada jenis dan ukuran perahu yang
mengoperasikan alat tangkap yang dioperasikian.
Dilihat dari skala usahanya, masyarakat nelayan terbagi mejadi dua kategori,
yaitu nelayan besar dan nelayan kecil atau nelayan tradisonal. Nelayan yang
mengoperasikan alat tangkap payam atau porsen termasuk kategori nelayan besar,
sedangkan nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pancing atau jaring tradisional
tergolong nelayan kecil. Nelayan besar memiliki orientasi ekonomis yang tinggi,
sedangkan nelayan kecil lebih banyak bersifat subsistensi.
2.4.1. Nelayan Tradisional dan Modern
Dalam perkembangannya nelayan telah terikat degan dualisme sesuai dengan
perkembangan iptek selama ini. Gustaf Rasni dalam Nurbayan (2012 h. 19)
mendefinisikan sektor tradisional adalah sektor yang belum tersrentuh iptek. Dalam
konteks nelayan, nelayan tradisional diartikan sebagai orang yang bergerak disektor
18
kelautan dengan menggunakan perahu layar tanpa motor, sedangkan mareka yang
menggunakan mesin atau perahu motor merupakan nelayan modern.
2.5. Pengetian Produksi
Menurut Sugiarto et al (2006, h. 202) produksi adalah suatu kegiatan ynag
mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan
dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang
dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi
tertentu.
Produksi merupakan kegiatan untuk meningkatkan manfaat suatu barang.
Untuk meningkatkan manfaat tersebut, diperlukan bahan-bahan yang disebut faktor
produksi (Soeharno 2006, h. 4).
Produksi adalah kegiatan untuk mengolah bahan baku atau bahan mentah
menjadi bahan jadi atau setengah jadi yang dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh
konsumen dan mempunyai nilai lebih (Primyastanto dan Istikharoh 2006, h. 17).
Menurut Rosyidi (2003,h.56) produksi adalah suatu proses yang menciptakan
atau memperbesar nilai suatu barang atau usaha yang menciptakan dan memperbesar
daya guna barang. Faktor-faktor produksi adalah :
a. Tanah (lokasi).
b. Tenaga kerja.
c. Modal.
d. Kecakapan.
19
2.5.1. Biaya Produksi
Menurut Sugiarto et al (2007, h. 248) secara sederhana biaya produksi dapat
dicerminkan oleh jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input,
yaitu secara akuntasi sama dengan jumlah uang keluar yang tercatat.
Sebagai gambaran ukuran biaya dari tenaga kerja secara akuntasi adalah biaya
upahnya, sedangkan ukuran biaya secara ekonomi adalah nilai marginal productdari
pekerja. Untuk ukuran biaya kapital secara akuntansi adalah depresiasi, sedangkan
secara ekonomi adalah opportunity cost(hal ini karena modal adalah barang langka
(Sugiarto et al 2007, h. 249).
Biaya produksi dalam usaha nelayan terdiri dari dua kategori, yaitu biaya
yang berupa pengeluaran nyata (actual cost) dan biaya yang merupakan bukan
pengeluaran nyata (inputed cost).Dalam hal ini, pengeluaran-pengeluaran nyata ada
yang kontan dan ada yang tidak kontan. Pengeluaran kontan misalnya, bahan bakar
dan oli, bahan pengawet (es dan garam), pengeluaran untuk makanan dan konsumsi
awak, pengeluaran untuk reparasi, pengeluaran untuk retribusi dan pajak.
Investasi disektor nelayan perikanan tangkap membutuhkan biaya yang cukup
besar. Sebagian sumber pembiayaan diperoleh nelayan dari pemilik dari pinjaman
dana kontan para pedagang ikan atau pedagang perantara (tengkulak). Para tengkulak
ini juga menjalin hubungan dengan nelayan buruh berdasarkan pinjaman ikatan.
Kebutuhan nelayan pemilik menjalin kerja sama dengan tengkulak biasanya untuk
kepentingan pemasaran, sedangkan bagi nelayan buruh untuk kepentingan pemasaran
hasil tangkapan dan pemenuhan kebutuhan konsumsi atau dana konstan secara
mendesak (Kusnadi 2006, h. 29).
20
2.5.2. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara keluaran (produksi) atau
outputnya dengan masukan (faktor produksi) atau inputnya (Primyastanto dan
Istikharoh 2006, h. 17).
Fungsi produksi dianggap penting dikarenakan oleh beberapa hal antara lain
(Primyastanto dan Istikharoh 2006, h. 18) :
a. Dengan fungsi produksi maka dapat mengetahui hubungan antara input dan output
secara langsung.
b. Dengan fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antar pengeluaran dan
pendapatan.
Fungsi produksi adalah fungsi yang mentransformasikan sejumlah aspek input
dan output ini bisa diperoleh dengan banyak cara untuk menghasilkan sejumlah
output tertentu. Misalnya dengan menggunakan teknik labourintensifyaitu
menggunakan lebih banyak tenaga manusia. Teknik capital intensifyaitu
menggunakan lebih banyak tenaga kapital atau mesin (Nicholson 2001, h. 180).
2.5.3. Produksi Perikanan
Produksi perikanan adalah hasil dari suatu proses perikanan yang diperoleh
para nelayan yang melakukan aktifitas perikanan. Perilaku perikanan berbeda dengan
komoditi lainnya, karena sumber daya ikan yang bersifat terbuka, maka setiap orang
akan dengan bebas masuk kedalam kegiatan produksi ini. Kegiatan perikanan sangat
padat modal, modal yang besar itu diutamakan untuk membeli sarana produksi seperti
perahu, jaring, dan mesin. Sumber-sumber permodalan bagi nelayan adalah tabungan
21
dan harta benda pribadi, pinjaman kerabat atau tetangga, dan pengamba (Kusnadi
2000, h. 99).
2.6. Perumusan Hipotesis
Sesuai dengan kajian dari penelitian ini, maka hipotesis yang dapat
dikemukakan adalah : “Diduga produksi perikanan tangkap berpengaruh nyata
terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya”.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah nelayan Kabupaten
Aceh Barat Daya yang berjumlah 1.339 orang. Namun yang menjadi sampel dalam
penelitian adalah nelayan di Kecamatan Susoh yang berjumlah 100 orang yang terdiri
dari 35 nelayanboat TS 300, 30 nelayan boat pukat dan 35 nelayan boat karang pada
tahun 2014 dengan mewawancarai langsung para nelayan yang ada di tempat
pelelangan ikan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
skunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari sejumlah keterangan atau fakta-
fakta yang diperoleh secara langsung dari penelitian tersebut. Sedangkan data
sekunder yaitu data yang diperoleh berupa data yang sudah diolah maupun yang
belum diolah. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang digunakan yaitu antara
lain literatur yang relavan atau sesuai dengan judul penelitian ini seperti, buku-buku,
makalah, waktu dan periode petunjuk teknis dan lain-lain yang memiliki relavansi
dengan masalah yang diteliti.
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat Daya, Badan Pusat Statistik serta dari
wawancara dengan nelayan yang ada di TPI Ujoeng Serangga Kecamatan Susoh
23
Kabupaten Aceh Barat Daya. Penulis juga menggunakan buku-buku ekonomi dan
buku perikanan yang diperoleh dari perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas
Teuku Umar dan perpustakaan daerah di Meulaboh.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik kuantitatif antara lain:
a. Studi Pustaka (Library Research)
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan yaitu
dengan cara membaca buku-buku dan literatur lainnya yang diperlukan.
b. Penelitian Lapangan (field research)
Pada metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung
yaitu penulis mendatangi instansi-instansi yang relavan, misalnya Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP) Kabupaten Aceh Barat Daya dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Aceh Barat Daya. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan para
nelayan di tempat pelelangan ikan (TPI) Ujoeng Serangga Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya.
3.3. Model Analisis Data
Untuk menganalisis hubungan antara variabel dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana, analisis korelasi, dan uji t.
a. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis ini untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y), dengan persamaan sebagai berikut (Supranto 2001, h.
179):
24
Y= bX
Dimana :
Y = Variabel terikat (pendapatan nelayan)
b = Koefisien regresi
X = Variabel bebas (produksi perikanan tangkap)
b. Koefisien korelasi ( r )
Model ini untuk mengukur tingkat hubungan antara variabel bebas (X) dengan
variabel terikat (Y).
c. Koefisien Determinasi (r²)
Model koefisien determinasi ini sering juga disebut dengan koefisien penentu
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh nilai variabel X terhadap variabel Y.
d. Uji t
Uji t merupakan uji yang digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh
yang ditimbulkan oleh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
3.4. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama
pada penelitian ini, maka akan dijelaskan masing-masing variabel sebagai berikut :
a. Pendapatan (Y) adalah pendapatan yang diperoleh nelayan dari seluruh hasil
penjualan ikan di TPI Ujoeng Serangga Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya yang dihitung dalam satuan Rupiah (Rp).
25
b. Produksi perikanan tangkap (X) adalah banyaknya jumlah ikan yang ditangkap
dan dijual oleh nelayan di TPI Ujoeng Serangga Kecamatan Susoh Kabupaten
Aceh Barat Daya yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).
3.5. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan pengujian hipotesis dalam penelitian ini maka diperoleh apabila:
a. H0 ; β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh secara nyata antara variabel X
(produksi perikanan tangkap) terhadap variabel Y (pendapatan nelayan) di
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
b. H1 ; β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secaranyata antara variabel X (produksi
perikanan tangkap) terhadap variabel Y (pendapatan nelayan) di Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya .
Kriteria pengujian hipotesis yang dugunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Apabila th ˃ tt, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang
nyata antara produksi perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
b. Apabila th ˂ tt, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh
yang nyata antara produksi perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Bagian ini penulis akan menjelaskan tentang analisis pengaruh produksi
perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten
Aceh Barat Daya pada tahun 2014 dengan mendatangi nelayan secara langsung dalam
bentuk Quisioner.
4.1.1. Perkembangan Produksi Perikanan
Potensi sumber daya kelautan dan perikanan terdiri dari :
a. Perikanan tangkap yaitu penangkapan ikan dilaut dan perairan umum seperti
sungai, danau, waduk, rawa-rawa dan genangan air lainnya.
b. Perikanan budidaya seperti budidaya ikan air payau di tambak, budidaya ikan air
tawar di kolam, budidaya ikan di sawah (mina padi) dan budidaya ikan dengan
sistem keramba jaring apung baik di laut maupun di perairan tawar.
c. Budidaya perairan laut lainnya seperti rumput laut.
Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki potensi perikanan yang cukup besar,
baik perikanan darat maupun perikanan laut. Luas areal budidaya perikanan darat
sampai pada akhir tahun 2013 mencapai 52,90 Ha, terdiri dan tambak 11,75 Ha,
kolam 29,15 Ha dan karamba 12 Ha. Luas areal perikanan perairan umum mencapai
1.200 Ha, terdiri dari sungai 991 Ha, rawa 124 Ha, dan irigasi 85 Ha, di antaranya
potensi perairan tawar baik kolam, sawah dan perairan umum juga hampir tersebar di
27
seluruh Aceh Barat Daya terutama di pedalaman untuk jenis komoditi ikan mas,
gurami, nila, tawes lele, dan betutu, dan lain-lain.
Tabel 1Produksi Perikanan (Laut, Budidaya dan Perairan)
di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013
No Kecamatan Produksi (ton) Jumlah
Laut Budidaya Perairan
1 Susoh 5.852,96 25,19 9,22 6.188,03
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat Daya 2014
Berdasarkan pada tabel 1 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa produksi
perikanan di Kecamatan Susoh berjumlah 6.188,03 ton. Jumlah tersebut terdiri dari
produksi perikanan laut berjumlah 5.852,96 ton, produksi perikanan budidaya
berjumlah 25,19 ton, dan produksi perikanan perairan berjumlah 9,22 ton.
Kabupaten Aceh Barat Daya salah satu Provinsi Aceh yang memiliki potensi
laut yang cukup besar dan bisa menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya
khususnya bagi masyarakat yang tinggal di pinggir pesisir pantai dengan mata
pencarian melaut atau menangkap ikan yang menggunakan berbagai jenis bot seperti
bot TS300, bot pukat, dan bot karang dan jga banyak jenis yang lain dengan jumlah
nelayan yang sangat banyak.
28
Tabel 2Jumlah Nelayan Menurut Gampong di Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya
NoGampong Jumlah Nelayan
1 Keude Susoh 212 Panjang Baru 703 Kedai Palak Kerambil 694 Ladang 1195 Padang Panjang 1066 Rubek Meupayong 1267 Cot Mancang 188 Lampoh Drien 169 Meunasah 4
10 Blang Dalam 711 Palak Hulu 2512 Palak Hilir 1613 Rumah Dua Lapis 1814 Durian Jangek 1615 Baharu 616 Pinang 1317 Rumah Panjang 2718 Padang Baru 18419 Pulau Kayu 29620 Ujung Padang 621 Pawoh 122 Barat 1123 Durian Rampak 1724 Pantai Perak 625 Padang Hilir 426 Gadang 527 Tangah 428 Kepala Bandar 429 Gelima Jaya 124
Jumlah 1.339Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Susoh Dalam Angka 2013
Berdasarkan tabel 2tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan
penduduk di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya adalah nelayan, namun
dalam Kecamatan tersebut memiliki 29 Gampong, jumlah masyarakat yang
29
profesinya sebagai nelayan berjumlah 1.339 orang. Jumlah nelayan terbanyak
terdapat di gampong Pulau Kayu yang berjumlah 296 orang,dan jumlah nelayan
terendah terdapat di gampong Pawoh yang berjumlah 1 orang.
4.1.2. Gambaran Umum Hasil Penelitian
Kabupaten Aceh Barat Daya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh,
Indonesia Kabupaten ini resmi berdiri setelah disahkannya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Jaya,
Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Tamiang, dan
Kabupaten Gayo Lues.
Kecamatan Susoh merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Barat
Daya Provinsi Aceh yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Blang Pidie dan
Kecamatan Jeumpa. Berikut ini merupakan data produksi perikanan tangkap dan
pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
Tabel 3Jumlah produksi perikanan tangkap dan pendapatan nelayan di TPI Ujoeng
Seurangga Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
No.
NamaResponden
JenisBot
ModalLama
Bekerja(Hari)
HasilTangkapan
(kg)
Pendapatan nelayan
Harga(Rp/Kg)
1 2 3 4 5 6 7 81 Anto TS 300 5.000.000 15 3.000 1.000 12.000
2 M. Yani TS 300 4.500.000 15 2.000 667 12.000
3 Sabirin TS 300 4.000.000 10 1.500 500 12.000
4 Samsuar TS 300 3.000.000 8 1.000 333 12.000
5 Bidin Ali TS 300 4.500.000 13 2.000 667 12.000
6 Kamaruddin TS 300 5.000.000 15 2.000 667 12.000
7 Nandar TS 300 2.000.000 7 900 300 12.000
8 Andi Ayunir TS 300 2.000.000 6 850 283 12.000
9 Aliman TS 300 2.000.000 5 500 167 12.000
30
1 2 3 4 5 6 7 8
10 Sidin TS 300 2.500.000 10 650 217 12.000
11 Tarsuman TS 300 1.500.000 6 600 200 12.000
12 Nyak Uma TS 300 2.000.000 8 700 233 12.000
13 T. Syafruddin TS 300 2.000.000 8 400 133 12.000
14 Romi Adi TS 300 2.500.000 12 1000 333 12.000
15 Yusrizal TS 300 3.000.000 12 1500 500 12.000
16 Kamaluddin TS 300 3.000.000 10 900 300 12.000
17 Hanan TS 300 2.500.000 10 900 300 12.000
18 Juliansyah TS 300 5.000.000 18 3000 1.000 12.000
19 Syahril TS 300 4.000.000 13 1500 500 12.000
20 Zainalabidin TS 300 2.500.000 8 650 217 12.000
21 Maliki TS 300 2.000.000 6 500 167 12.000
22 M. Surman TS 300 2.000.000 7 900 300 12.000
23 Sulaiman TS 300 2.000.000 7 850 283 12.000
24 Ferri Yadi TS 300 5.000.000 17 2000 667 12.000
25 Anto TS 300 4.500.000 15 2000 667 12.000
26 M. Yani TS 300 1.500.000 5 600 200 12.000
27 Asnawi TS 300 2.000.000 7 700 233 12.000
28 Mismar TS 300 2.000.000 7 400 133 12.000
29 M. Yakop TS 300 2.500.000 10 1000 333 12.000
30 Ihsan TS 300 4.500.000 15 2000 667 12.000
31 Fauzan TS 300 3.000.000 10 800 267 12.000
32 Rusdi TS 300 2.000.000 4 400 133 12.000
33 Mursalin TS 300 3.000.000 10 800 267 12.000
34 Mursal TS 300 2.000.000 7 700 233 12.000
35 Herman TS 300 5.000.000 15 3000 1.000 12.000
1 Bonidi Pukat 20.000.000 20 6.000 400 12.000
2 Bahrum Pukat 25.000.000 30 6.500 433 12.000
3 Harun Pukat 20.000.000 25 5.000 333 12.000
4 Mizi Pukat 22.000.000 27 4.000 267 12.000
5 Ridwan Pukat 23.000.000 18 2.500 167 12.000
6 Syukri Pukat 23.000.000 19 4.000 267 12.000
7 Khaidir Pukat 20.000.000 18 4.500 300 12.000
8 Abdurrahman Pukat 18.000.000 22 5.000 333 12.000
9 Riyadi Pukat 24.000.000 20 7.000 467 12.000
10 Jas Amin Pukat 20.000.000 20 3.000 200 12.000
11 Rasip Pukat 15.000.000 25 2.500 167 12.000
31
1 2 3 4 5 6 7 8
12 Saipul Pukat 20.000.000 25 3.500 233 12.000
13 Rudiansyah Pukat 22.000.000 20 5.000 333 12.000
14 M. Arif Pukat 20.000.000 21 6.500 433 12.000
15 Kamal Pukat 23.000.000 23 6.000 400 12.000
16 Dedek Pukat 23.000.000 23 8.000 533 12.000
17 Suriadi Pukat 24.000.000 25 7.000 467 12.000
18 Mahrizal Pukat 18.000.000 20 6.000 400 12.000
19 Tahir Pukat 19.000.000 19 5.500 367 12.000
20 Zulfikar Pukat 17.000.000 18 5.000 333 12.000
21 Fauzi Pukat 16.000.000 18 5.000 333 12.000
22 M. Ali Pukat 20.000.000 25 6.000 400 12.000
23 M.Hasbi Pukat 21.000.000 24 4.500 300 12.000
24 Daud Pukat 15.000.000 14 6.000 400 12.000
25 Mustafa Pukat 20.000.000 15 5.000 333 12.000
26 Marhaban Pukat 16.500.000 20 8.000 533 12.000
27 Faizal Pukat 14.000.000 20 7.000 467 12.000
28 Muhammad Pukat 15.000.000 21 5.500 367 12.000
29 M. Yasin Pukat 10.000.000 20 5.000 333 12.000
30 Heri Pukat 10.000.000 18 4.000 267 12.000
1 Ikbal Karang 2.500.000 5 800 267 35.000
2 Yanis Karang 3.000.000 7 700 233 35.000
3 Nasrun Karang 3.000.000 7 1.000 333 35.000
4 Iman Karang 5.000.000 10 1.500 500 35.000
5 Adnan Karang 2.000.000 6 750 250 35.000
6 M. Amin Karang 2.000.000 5 750 250 35.000
7 Abu Bakar Karang 2.000.000 6 600 200 35.000
8 Zainal Karang 3.000.000 8 350 117 35.000
9 Ismail Karang 3.000.000 7 200 67 35.000
10 Hasanuddin Karang 4.000.000 9 200 67 35.000
11 Ibnu Hasan Karang 4.000.000 7 250 83 35.000
12 Tarmizi Karang 3.500.000 7 250 83 35.000
13 Razali Karang 2.000.000 5 200 67 35.000
14 Rasyidin Karang 2.500.000 8 300 100 35.000
15 Erlian Karang 3.000.000 8 350 117 35.000
16 Darmi Karang 5.000.000 10 450 150 35.000
17 Musnawi Karang 4.000.000 10 300 100 35.000
18 M. Nawi Karang 4.000.000 10 200 67 35.000
19 Umar Karang 2.500.000 6 200 67 35.000
32
1 2 3 4 5 6 7 8
20 Banta Ali Karang 3.500.000 5 250 83 35.000
21 Sahuddin Karang 3.000.000 8 300 100 35.000
22 Bahauddin Karang 2.000.000 6 600 200 35.000
23 Bahktiar Karang 3.500.000 7 300 100 35.000
24 Romi Karang 3.000.000 7 450 150 35.000
25 Supardi Karang 4.500.000 10 600 200 35.000
26 Alim Karang 2.000.000 5 300 100 35.000
27 Deni Karang 2.000.000 5 250 83 35.000
28 Taufik Karang 3.000.000 7 250 83 35.000
29 Iskandar Karang 3.500.000 6 300 100 35.000
30 Dedi Karang 4.000.000 10 600 200 35.000
31 Hendri Karang 4.000.000 12 700 233 35.000
32 Fandri Karang 5.000.000 12 1000 333 35.000
33 Putra Karang 5.000.000 10 700 233 35.000
34 Zulkarnaini Karang 4.000.000 11 700 233 35.000
35 JokoKaran
g3.000.00
07 400 133 35.000
Sumber : Data Primer April 2014
Berdasarkan tabel 3 di atas maka penulis dapat menjelaskan bahwa jumlah
produksi perikanan tangkap jenis bot TS 300 di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh
Barat Daya yang paling tinggi adalah sebesar 3.000 Kg, dengan jumlah pendapatan
sebesar Rp4.650.000,-. dan lama bekerja selama 15 hari. Sedangkan jumlah produksi
terkecil adalah 400 Kg , dengan hasil penapatan Rp 420.000,-dan lama bekerja 8 hari
kerja.
Jumlah produksi perikanan pukat di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya yang paling tinggi adalah 8.000 Kg dengan total pendapatan Rp 2.252.500,- dan
lama bekerja 20 hari. Sedangkan hasil produksi terkecil adalah 2.500 Kg dengan
pendapatan sebesar Rp 198.333,- dan lama bekerja 18 hari dengan rata-rata penjualan
Rp 12.000/Kg.
33
Jumlah produksi perikanan tangkap jenis bot karang di Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya yang paling tinggi adalah sebesar 1.500 Kg, dengan
jumlah pendapatan nelayan adalah sebesar 7.520.833,- dan lama bekerja selama 10
hari. Sedangkan jumlah produksi terkecil adalah 200 Kg, dengan hasil pendapatan
sebesar Rp 475.000,- dan lama bekerja 7 hari kerja dengan rata-rata harga penjualan
Rp 35.000/Kg.
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis
Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh
produksi perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya yang akan dianalisis dengan menggunakan model
analisis regresi linear sederhana yang diolah dengan program SPSS versi 20. Dari
hasil penelitian diperoleh hasil akhir sebagai berikut :
Tabel 4Analisis Statististik
No Jenis BotVariabel
Mean Root MeanSquare
N
1 TS 300Pendapatan.Nelayan 31.628,58 372.660,32 35
Produksi.Perikanan 87.747,14 1.152.389,12 35
2 PukatPendapatan.Nelayan 35.220,00 364.552,60 30
Produksi.Perikanan 5.283,33 5.468,85 30
3 KarangPendapatan.Nelayan 16.234,29 189.146,96 35
Produksi.Perikanan 4.157,85 478.912,56 35Sumber : Hasil Regresi April 2014
Berdasarkan tabel 4 rata-rata pendapatan nelayan jenis bot TS 300
Rp31.628,58 dengan root mean square Rp 372.660,32, sedangkan rata-rata produksi
perikanan87.747,14Kg dengan root mean square 1.152.389,12 Kg dan n berjumlah 35
34
orang. Rata-rata pendapatan nelayan jenis bot pukat adalah Rp 35.220,00 dengan root
mean square Rp 364.552,60, sedangkan rata-rata produksi perikanan 5.283,33 Kg
dengan root mean square5.468,85 Kg dan n berjumlah 30 orang. Rata pendapatan
nelayan jenis bot karang adalah Rp 16.234,29, dengan root mean square 189.146,96
Kg, sedangkan produksi perikanan 41.578,58 Kg dengan root mean square478.912,56
Kg dan n berjumlah 35 orang.
4.2.1. Uji Regresi Linear Sederhana
4.2.1.1.Uji Regresi Linear Sederhana Jenis Bot TS 300
Uji Regresi Linear ini untuk mengetahui arah hubungan antara nilai
konstansta terhadap produksi perikanan bot TS 300 apakah positif atau negatif dan
untuk mengetahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan.
Tabel 5Uji Regresi Linear Sederhana
Sumber : Hasil Regresi April 2014
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear
sederhana akhir estimasi sebagai berikut :
Y = bX
Y = 31.628,57X
Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan sebagai berikut :
Model UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std.
ErrorBeta
1 Produksi TS 300 ,205 ,043 ,632 4.760 ,000
35
Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan bahwa nilai koefisien
variabel produksi perikanan bernilai positif adalah31.628,57. Hal ini menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot TS 300 akan mengakibatkan
pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya meningkat
sebesar Rp. 31.628,57.
4.2.1.2.Uji Regresi Linear Sederhana Jenis Bot Pukat
Uji Regresi Linear ini untuk mengetahui arah hubungan antara nilai
konstansta terhadap produksi perikanan bot Pukat apakah positif atau negatif dan
untuk mengetahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan.
Tabel 6Uji Regresi Linear Sederhana
Sumber : Hasil Regresi April 2014
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear
sederhana akhir estimasi sebagai berikut :
Y = bX
Y = 35.220,00X
Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan sebagai berikut :
Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan bahwa nilai koefisien
variabel produksi perikanan bernilai positif adalah 35.220,00. Hal ini menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot TS 300 akan mengakibatkan
Model UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std.
ErrorBeta
1 Produksi 666,60 ,010 1.000 69.378,93 ,000
36
pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya meningkat
sebesar Rp. 35.220,00.
4.2.1.3.Uji Regresi Linear Sederhana Jenis Bot Karang
Uji Regresi Linear ini untuk mengetahui arah hubungan antara nilai
konstansta terhadap produksi perikanan bot Karang apakah positif atau negatif dan
untuk mengetahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan.
Tabel 7Uji Regresi Linear Sederhana
Sumber : Hasil Regresi April 2014
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear
sederhana akhir estimasi sebagai berikut :
Y = bX
Y = 16.234,29X
Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan sebagai berikut :
Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan bahwa nilai koefisien
variabel produksi perikanan bernilai positif adalah 16.234,29. Hal ini menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot TS 300 akan mengakibatkan
pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya meningkat
sebesar Rp.16.234,29.
Model UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std.
ErrorBeta
1 Produksi ,333 ,036 ,844 9.176 ,000
37
4.3. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Kriteria interprestasi untuk menetukan keeratan hubungan atau korelasi antar
variabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai koefisien korelasi sebagai patokan
(Hasan 2002, h. 234):
1. 0,9 sampai mendekati 1 menunjukan adanya derajat hubungan yang sangat kuat
dan positif
2. 0,7 sampai dengan 0,8 menunjukan derajat hubungan yang kuat dan positif
3. 0,5 sampai dengan 0,6 menunjukan derajat hubungan korelasi sedang.
4. 0,3 sampai dengan 0,4 menunjukan adanya derajat korelasi yang rendah.
5. 0,1 sampai dengan 0,2 yang atrinya hubungan derajat korelasi yang sangat rendah
6. 0,0 tidak ada korelasi
Analisis koefisen korelasi dan determinasi digunakan untuk melihat keeratan
hubungan keterkaitan antara variabel bebas (X) dengan variabel tak bebas (Y).
berikut penjelasannya.
a. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi jenis bot TS 300
Tabel 8Koefisien korelasi dan determinasi
Pendapatan.Nelayan.TS Produksi.Perikanan.TS
Std. Cross-
product
Pendapatan.Nelayan.TS 1,000 ,632
Produksi.Perikanan.TS ,632 1,000
Model
a. Koefisien Korelasi ,632
b. Koefisien Determinasi ,400
c. Koefisien Determinasi
Adjusted,382
Sumber : Hasil Regresi April 2014
38
Berdasarkan tabel 8 diatas peneliti menjelaskan bahwa koefisien korelasi
variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R = 63,2 secara positif menjelaskan
terdapat hubungan yang kuat antara produksi perikanan tangkap (X) jenis bot TS 300
terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan keeratan 40,0 persen. Berdasarkan hasil R
tersebut apabila produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan maka
pendapatan nelayan juga akan meningkat, keeratan pengingkatan tersebut sangat kuat,
sehingga pengaruh yang ditimbulkan juga sangat kuat.
Pada penelitian ini menggunakan satu variabel bebas sehingga yang
digunakan untuk menjelaskan adalah koefisien determinasi. Hal ini berarti 38,2
persen pendapatan nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan tangkap,
sedangkan sisanya sebesar 61,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain.
b. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi jenis bot Pukat
Tabel 9Koefisien korelasi dan determinasi
Pendapatan.Nelayan.P Produksi.Perikanan.P
Std. Cross-
product
Pendapatan.Nelayan.P 1,000 1,000Produksi.Perikanan.P 1,000 1,000
Model
a. Koefisien Korelasi 1,000
b. Koefisien Determinasi 1,000
c. Koefisien Determinasi
Adjusted1,000
Sumber : Hasil Regresi April 2014
Berdasarkan tabel 9 diatas peneliti menjelaskan bahwa koefisien korelasi
variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R = 1,000 secara positif menjelaskan
terdapat hubungan yang kuat antara produksi perikanan tangkap (X) jenis bot pukat
terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan keeratan 1,000 persen. Berdasarkan hasil R
39
tersebut apabila produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan maka
pendapatan nelayan juga akan meningkat, keeratan pengingkatan tersebut sangat kuat,
sehingga pengaruh yang ditimbulkan juga sangat kuat.
Pada penelitian ini menggunakan satu variabel bebas sehingga yang
digunakan untuk menjelaskan adalah koefisien determinasi. Hal ini berarti
1,000persen pendapatan nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan
tangkap, sedangkan sisanya sebesar -900 persen dipengaruhi oleh variabel lain.
c. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi jenis bot Karang
Tabel 10Koefisien korelasi dan determinasi
Pendapatan.Nelayan.K Produksi.Perikanan.K
Std. Cross-
product
Pendapatan.Nelayan.K 1,000 ,844Produksi.Perikanan.K ,844 1,000
Model
a. Koefisien Korelasi ,844
b. Koefisien Determinasi ,712
c. Koefisien Determinasi
Adjusted,704
Sumber : Hasil Regresi April 2014
Berdasarkan tabel 10 diatas peneliti menjelaskan bahwa koefisien korelasi
variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R = 84,4 secara positif menjelaskan
terdapat hubungan yang kuat antara produksi perikanan tangkap (X) jenis bot karang
terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan keeratan 84,4 persen. Berdasarkan hasil R
tersebut apabila produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan maka
pendapatan nelayan juga akan meningkat, keeratan pengingkatan tersebut sangat kuat,
sehingga pengaruh yang ditimbulkan juga sangat kuat.
40
Pada penelitian ini menggunakan satu variabel bebas sehingga yang
digunakan untuk menjelaskan adalah koefisien determinasi. Hal ini berarti 70,4persen
pendapatan nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan tangkap, sedangkan
sisanya sebesar 29,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain.
4.3.1. Uji t (Uji parsial/individual)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel
bebas produksi perikanan (X) terhadap pendapatan nelayan (Y) secara individual
dengan tingkat kepercayaan (level of confidence 95 %) yaitu :
a. Produksi perikanan tangkap (X) jenis bot TS 300
Variabel produksi perikanan tangkap tangkap (X) jenis bot TS 300 nilai thitung>
ttabel (4,760>1,6924) maka Ho ditolak H1 diterima, sehingga secara individual
variabel produksi perikanan tangkap jenis bot TS 300 berpengaruh secara nyata
terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
b. Produksi perikanan tangkap (X) jenis bot pukat
Variabel produksi perikanan tangkap tangkap (X) jenis bot pukat nilai thitung> ttabel
(69.378,93>1,7011) maka Ho ditolak H1 diterima, sehingga secara individual
variabel produksi perikanan tangkap jenis pukat berpengaruh secara nyata terhadap
pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
c. Produksi perikanan tangkap (X) jenis bot Karang
Variabel produksi perikanan tangkap tangkap (X) jenis bot Karang nilai thitung>
ttabel (9,176>1,6924) maka Ho ditolak H1 diterima, sehingga secara individual
41
variabel produksi perikanan tangkap jenis bot karang berpengaruh secara nyata
terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Adapun simpulan di jelaskan menurut jenis bot sebagai berikut :
a. Bot TS 300
Rata-rata pendapatan nelayan jenis bot TS 300Rp 1.718.142,86,- dengan
standar deviasi Rp 1.211.592,95,- sedangkan rata-rata produksi perikanan
1.205,71 Kg dengan standar deviasi 764,06 Kg, dengan jumlah observasi 35
sampel.
Uji regresi linear sederhana dengan persamaaan Y = -190.662,65 +
1583,13X, nilai konstanta sebesar-190.662,65, nilai konstanta ini menyatakan
apabila variabel bebas (produksi perikanan) sama dengan nol, maka pendapatan
nelayan jenis bot TS 300 di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
sebesar Rp -190.662,65,-. Untuk koefisien regresi variabel produksi perikanan
tangkap (X) nilai koefisien regresi bernilai positif adalah 1.583,13. Hal ini
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot TS 300 akan
mengakibatkan pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya meningkat sebesar Rp 1.583,13,-.
Koefisien korelasi variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R = 0,998
secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang kuat antara produksi perikanan
tangkap (X) jenis bot TS 300 terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan keeratan
99,8 persen. Untuk koefisien determinasi diperoleh hasil 99,7 persen pendapatan
nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan tangkap, sedangkan sisanya
sebesar 0,03 persen dipengaruhi oleh variabel lain
43
Berdasarkan pengujian secara individual variabel produksi perikanan
tangkap dengan jenis bot TS 300 berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan
nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
b. Bot Pukat
Rata-rata pendapatan nelayan jenis bot pukat adalah Rp 1.254.694,37,-
dengan standar deviasi Rp 487.148,18,- sedangkan rata-rata produksi perikanan
5.283,33 Kg dengan standar deviasi 1.436,49 Kg, dengan jumlah observasi 30
sampel.
Uji regresi linear sederhana dengan persamaaan Y = -491.587,95 +
330,53X, nilai konstanta sebesar-491.587,95, nilai konstanta ini menyatakan
apabila variabel bebas (produksi perikanan) sama dengan nol, maka pendapatan
nelayan jenis bot pukat di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar
Rp -491.587,95, Untuk koefisien regresi variabel produksi perikanan tangkap (X)
nilai koefisien regresi bernilai positif adalah 330,53. Hal ini menyatakan bahwa
setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot pukat akan mengakibatkan
pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya meningkat
sebesar Rp 330,53,-.
Koefisien korelasi variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R =
0,975 secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang kuat antara produksi
perikanan tangkap (X) jenis bot pukat terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan
keeratan 97,5 persen. Untuk koefisien determinasi diperoleh hasil 95 persen
pendapatan nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan tangkap,
sedangkan sisanya sebesar 5 persen dipengaruhi oleh variabel lain.
44
Berdasarkan pengujian secara individual variabel produksi perikanan
tangkap dengan jenis bot pukat berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan
nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
c. Bot Karang
Rata-rata pendapatan nelayan jenis bot karang adalah Rp 2.179.345,17,-
sedangkan produksi perikanan tangkap 487,14 Kg dengan standar deviasi 295,64
Kg dengan jumlah observasi 35 sampel.
Uji regresi linear sederhana dengan persamaaan Y = -449.417,94 +
5396,29X, nilai konstanta sebesar-449.417,94, nilai konstanta ini menyatakan
apabila variabel bebas (produksi perikanan) sama dengan nol, maka pendapatan
nelayan jenis bot karang di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
sebesar Rp -449.417,94, untuk koefisien regresi variabel produksi perikanan
tangkap (X) nilai koefisien regresi bernilai positif adalah 5.396,29. Hal ini
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot karang akan
mengakibatkan pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya meningkat sebesar Rp 5.396,29,-.
Koefisien korelasi variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R =
0,996 secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang kuat antara produksi
perikanan tangkap (X) jenis bot karang terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan
keeratan 99,6 persen.untuk koefisien determinasi diperoleh hasil 99,2persen
pendapatan nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan tangkap,
sedangkan sisanya sebesar 0,08 persen dipengaruhi oleh variabel lain.
45
Berdasarkan pengujian secara individual variabel produksi perikanan
tangkap dengan jenis bot karang berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan
nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis akan
mengajukan saran untuk :
1. Kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya khususnya Dinas Kelautan
dan Perikanan untuk memperhatikan kondisi perekonomian nelayan Aceh
Barat Daya dengan memberikan penyuluhan dan bantuan modal usaha.
2. Kepada pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dalam mengambil keputusan
agar dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam mengatasi masalah
peningkatan pendapatan nelayan di Kabupaten Aceh Barat Daya.
3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat menambahkan beberapa variabel yang
lebih berpengaruh terhadap pendapatan atau menggunakan variabel lain agar
terlihat lebih besar pengaruhnya dari hasil penelitian sebelumnya.
4. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan metode lain dalam
menganalisisnya, sehingga dapat membandingkan dengan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini.
5. Kepada para nelayan supaya bisa meningkatkan kepedulian yang sangat
tinggi kepada objek atau individu-individu lain dalam mengambil sebuah
kebijakan untuk mengatasi masalah peningkatan pendapatan nelayan di
Kabupaten Aceh Barat Daya.
DAFTAR PUSTAKA
BPS.2013.KabupatenAceh Barat Daya Dalam Angka Aceh Barat Daya.
.2013. Kecamatan Susoh Dalam Angka. Aceh Barat Daya.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2013. Kabupaten Aceh Barat Daya.
Apridar, Karim Muhammad, Suhana. 2011. Ekonomi Kelautan dan Pesisir. Edisi 1.Graha Ilmu. Yogyakarta.
Frioni, Rita Yuliana. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayandi Kecamatan Meurubo Kabupaten Aceh Barat. NAD. Skripsi,Universitas TEuku Umar, Meulaboh.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). BumiAksara. Jakarta
Kusnadi.2006. Filosofi Perbedayaan Masyarakat Pesisir. Humaniora, Bandung.
Mulyadi, 2005. Ekonomi Kelautan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nuitja, I Njoman Sumerta. 2010. Manajemen Sumber Daya Perikanan. Edisi ke-1.PT. Penerbit IPB Press. Bogor.
Nicholson. Walter. 2001. Teori Ekonomi Mikro: Prinsip Dasar danPengembangannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nurbayan. 2012. Analisis Pengaruh Produksi Perikanan Terhadap PendapatanNelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Johan PahlawanKabupaten Aceh Barat. NAD.Skripsi, Universitas Teuku Umar,Meulaboh.
Primiyastanto, Mimit dan Istikharoh, Nunik. 2006. Potensi dan Peluang Bisnis,Usaha Unggulan Ikan Gurami dan Nila. Bahtera Press. FakultasPerikanan Unibraw, Malang.
Rosyidi, Suherman. 2003. Pengantar Teori Ekonomi:Pendekatan Kepada TeoriEkonomi Mikro dan Makro. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soeharno. 2006. Teori Mikro Ekonomi. Andi . Yogyakarta.
47
Sukirno, Sadono. 2006. Teori Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi-1. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2010. Teori Pengantar Makro Ekonomi. Edisi-3. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.
Supranto.2001.Statistik Teori Aplikasi. Edisi ke-6. Erlangga. Jakarta.
Soemakaryo, Soepanto. 2001. Model Ekonometrika Perikanan Indonesia. Agritex jl.Soekarno-Hatta Malang.
Sugiarto, et al. 2007. Ekonomi Mikro. Edisi-4. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
http://regionalinvestment.com. Diakses tanggal 17 November 2013
http://.id.m.wikipedia.org/wiki/kabupaten acehbaratdaya. Diakses tanggal 25
November 2013.
http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/tempat_pelelangan_ikan.aspx. Diakses
tanggal 27 Desember 2013.
CoverBAB I ndabab II ndabab III ndabab IV ndabab V ndaDAFTAR PUSTAKA 1
Recommended