View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
DI KANTOR KETAHANAN PANGAN KOTA MAKASSAR
DIAN EKAWATY
K10573442613
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
SKRIPSI
ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK DI KANTOR KETAHANAN PANGAN
KOTA MAKASSAR
DIAN EKAWATY
K10573442613
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
iii
ABSTRAK
DIAN EKAWATY. 2015 Dengan judul Analisis Sistem Informasi Akuntansi Sektor
Publik Pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar. Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar dibimbing oleh Dr. Ansyarif
Khalid, SE,M.Si.Ak.CA selaku Pembimbing I dan Ismail Badollahi, SE, M.Si.Ak.CA
selaku Pembimbing II.
Peneliti ini bertujuan untuk menganalisis sistem informasi akuntansi sektor
publik, apakah telah sesuai dengan desain sistem informasi akuntansi yang baik dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sistem informasi akuntansi sektor publik dan analisis sistem informasi
akuntansi sektor publik. Sistem informasi akuntansi memiliki elemen-elemen yang dapat
dianalisis yaitu struktur organisasi, catatan akuntansi, prosedur serta bukti dan formulir.
Metode analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yang
memberikan gambaran tentang Sistem Informasi Akuntansi Kantor Ketahanan Pangan
Kota Makassar pada prosedur penerimaan dan pengeluaran kas.
Hasil dari penelitian ini adalah penerapan sistem informasi akuntansi sektor
publik pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar pada dasarnya telah sesuai dengan
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, namun demikian masih diperlukan penyempurnaan
pada bagian bukti dan formulir dan struktur organisasi.
Kata kunci: Analisis, Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar, Sistem Informasi
Akuntansi, Sektor Publik.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan curahan Rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya, skripsi sederhana ini dapat terselesaikan dengan baik.
Terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr. Ansyarif Khalid S.E, M.Si.Ak.CA selaku
Pembimbing I atas arahan dan bimbingan yang tiada mengenal lelah menyempatkan waktu demi
suksesnya skripsi ini. Kepada Bapak Ismail Badollahi, S.E, M.Si, Ak.CA selaku Pembimbing II
yang dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan dan
motivasi kepada penulis sejak awal hingga selesai skripsi ini.
Harapan yang tinggi kami sampaikan semoga skripsi ini dapat berkontribusi dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Sistem Informasi Akuntansi Sektor
Publik di Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam skripsi ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga skripsi
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr.
H. Irwan Akib,M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Dr. H.
Mahmud Nuhung, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar. Bapak Ismail Badollahi, S.E, M.Si.Ak.CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Makassar serta segenap staf pengajar Jurusan Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Makassar atas segala bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama
di bangku kuliah.
v
Ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kota
Makassar Ibu Dra.Hj. Sri Sulsilawati, M.Si, Bapak Sahrir Pasangki, MM selaku Kasubag Tata
Usaha Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar, Bapak Herman, S.Pt. selaku Bendahara
Keuangan Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar serta seluruh staf Kantor Ketahanan Pangan
Kota Makassar, atas segala bantuannya yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.
Rekan-rekan Mahasiswa Angkatan 2013 Jurusan Akuntansi Unismuh yang telah
bersama-sama menjalani masa-masa perkuliahan, terima kasih atas persaudaraan dan
persahabatan kita, semoga tetap terjalin dalam sebuah ikatan yang begitu kuat dan indah untuk
selamanya.
Spesial ucapan penghargaan dan terima kasih kepada kedua Orang Tua Alm. Sudiatmo
dan Almh. Hartining atas pengorbanan yang tiada terhingga, doa senantiasa ananda panjatkan
semoga Jannah-Nya menjadi tempat terindah bagi kedua orang tua. Selanjutnya kepada Mama
Sri Sudiarti dan seluruh saudara dan segenap keluarga di Solo atas pengertian dan bantuannya.
Terima kasih kepada kedua Mertua dan keluarga serta terkhusus kepada Suamiku Ir. Taufik Nur,
S.T., M.T., IPM atas segala pengertian, bantuan dan kasih sayangnya sehingga seluruh rangkaian
proses kegiatan studi ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhirnya kami berharap semoga karya
ilmu pengetahuan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan akuntansi sektor publik
khususnya di Kota Makassar.
Makassar, Oktober 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………..i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................................. ii
ABSTRAK ……………………………………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………...iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………………..ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………….4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………..4
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………………………4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Informasi Akuntansi …………………………………………………….….6
B. Akuntansi Sektor Publik …………………………………………………………...7
C. Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik ………………………………………...8
D. Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor Publik …………………………………....9
E. Perkembangan Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor Publik …………………..12
F. Standar Akuntansi Pemerintah ……………………………………………………15
G. Pokok – Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah …………………………………..16
H. Analisis Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik ……………………………...18
I. Kerangka Pikir …………………………………………………………………….27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………………….29
B. Jenis dan Sumber Data ……………………………………………………………29
C. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................30
D. Metode Penganalisaan Data.....................................................................................30
BAB IV GAMBARAN UMUM INSTANSI
A. Sejarah Pendirian ……………………………………………………………….. 32
B. Landasan Hukum …………..…………………………………………………….32
vii
C. Fungsi ……………….……………………………………………………………33
D. Visi dan Misi Organisasi ………………………………………………………….33
E. Tujuan dan Sasaran ………………………………………………………………. 34
F. Strategi dan Kebijakan ……………………………………………………………36
G. Struktur Organisasi dan Program Kerja …………………………………………...37
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Akuntansi Sektor Publik ………………………………………………….40
B. Kebijakan Akuntansi Sektor Publik Berdasarkan PP 71 Tahun 2010 ……………41
C. Akuntansi Sektor Publik Menurut PP Nomor 59 Tahun 2007 ………..………….44
D. Realisasi Program Kegiatan menurut Sistem Akuntansi Sektor Publik ………… 61
E. Hasil Analisis ……………………………………………………………………. 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……. …………..…………………………………………………….65
B. Saran ……………….……………………………………………………… ..…..66
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………67
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Akuntansi Pokok ……………………………………………………… 20
Gambar 2.2 Laporan Keuangan SKPD ……………………………………………………. 21
Gambar 2.3 Alur (Flow Chart) Sistem Pengeluaran Kas ………………………………… 26
Gambar 2.4 Alur (Flow Chart) Sistem Penerimaan Kas …………………………………. . 27
Gambar 2.5 Kerangka Pikir Penelitian ……………………………………………………... 28
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar ……. ..………. 38
Gambar 5.5 Flow Chart Penatausahaan Keuangan ………………………………………. 58
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Identifikasi Struktur Organisasi …………………………………………………… .. 45
Tabel 5.2 Identifikasi Unsur Struktur Organisasi ……………………………………………… 46
Tabel 5.3 Identifikasi Penatausahaan Keuangan (Penerimaan) ……………………………… 52
Tabel 5.4 Identifikasi Penatausahaan Keuangan (Pengeluaran) ……………………………... 55
Tabel 5.6 Identifikasi Prinsip Dasar Dokumen ………………………………………………… 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kemandirian daerah sebagai bagian utama dari program
desentralisasi dan otonomi daerah, merupakan implementasi dari regulasi
yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian menjadi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian menjadi Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Tujuan pelaksanaan dari penerapan regulasi
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemandirian daerah dalam
menetapkan kebijakan-kebijakan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan daerah
tersebut (Mardiasmo, 2002).
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, merupakan salah satu peraturan operasional dalam
implementasi otonomi daerah, setelah era reformasi tata kelola keuangan
negara atau daerah yang ditandai dengan disahkannya paket undang-undang
bidang keuangan negara. Peraturan tersebut telah mendorong daerah-daerah
untuk melakukan perubahan dan perbaikan dalam manajemen dan
pengelolaan keuangan daerah.
1
2
Selanjutnya Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah yang kemudian disempurnakan menjadi
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Peraturan tersebut merupakan hasil dari
reformasi manajemen keuangan negara baik pada pemerintah pusat, maupun
pada pemerintah daerah dengan ditetapkannya paket undang-undang (UU)
bidang keuangan negara, yaitu melalui UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan
Negara.
Peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa
Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan,
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Tahun anggaran berakhir.
Laporan keuangan yang disajikan diharapkan dapat tergambar transformasi
data keuangan menjadi informasi keuangan dari berbagai susunan dokumen,
alat komunikasi, tenaga pelaksana dalam bentuk sistem informasi keuangan.
Untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan dalam rangka
meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran, antar
periode maupun antar entitas.
3
Laporan keuangan juga harus disusun dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada
pemerintah daerah.
Kota Makassar merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan yang
terus melakukan pembenahan dan pengembangan insfrastruktur dan non
infrastruktur daerah. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan
pengelolaan keuangan daerah yang tertib, efektif, efisien, akuntabel dan
transparan; serta mendukung pelaksanaan sistem akuntansi pemerintahan
maka diterbitkan Peraturan daerah (Perda) tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah diatur dalam Perda Nomor 4 Tahun 2009 oleh Walikota dan
DPRD Kota Makassar. Keberlangsungan organisasi Pemerintah Daerah Kota
Makassar yang bergantung pada dana dari pemerintah pusat dan masyarakat
dalam melakukan segala kegiatan terkait, menyebabkan Pemerintah Kota
Makassar harus mempertanggungjawabkan penggunaan dana kepada
pemerintah pusat dan masyarakat.
Instansi pemerintah yang bertugas membantu penyelenggaraan
pemerintahan bidang pengelolaan ketahanan pangan adalah Kantor Ketahanan
Pangan. Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar adalah salah satu Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintahan Kota Makassar yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari
4
tanggung jawab pengguna anggaran/barang dalam bentuk laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dimaksud disajikan sebagai suatu bentuk sistem
informasi akuntansi publik sebagai tuntutan pelaksanaan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya dilakukan analisis
mengenai sistem informasi akuntansi sektor publik pada Kantor Ketahanan
Pangan Kota Makassar.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
implementasi sistem informasi akuntansi sektor publik dalam penatausahaan
keuangan pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistem informasi akuntansi
sektor publik khususnya untuk sistem penatausahaan keuangan pada Kantor
Ketahanan Pangan Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis, manfaat praktis dan
manfaat terhadap kebijakan.
1. Manfaat Teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang sistem informasi akuntansi
sektor publik terkait sistem penatausahaan akuntansi di Kota Makassar.
5
2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi pelaksanaan sistem informasi akuntansi di Kantor Ketahanan
Pangan Kota Makassar dan diharapkan dapat diimplementasikan di SKPD
se-Pemerintah Kota Makassar.
3. Manfaat untuk Kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi pengambil kebijakan dalam pelaksanaan sistem penatausahaan
keuangan di Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Informasi Akuntansi
Sistem merupakan suatu kesatuan yang memiliki tujuan bersama dan
memiliki bagian-bagian yang saling berintegrasi satu sama lain. Sebuah sistem
harus memiliki dua kegiatan; pertama yaitu adanya masukan (input) yang
merupakan sumber tenaga untuk dapat beroperasinya sebuah sistem; kedua,
adanya kegiatan operasional (proses) yang mengubah masukan menjadi
keluaran (output) berupa hasil operasi (tujuan/sasaran/target pengoperasian
suatu sistem) (Mardi, 2014). Informasi adalah data yang diolah kemudian
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya,
menggambarkan suatu kejadian (event) dan kesatuan nyata (fact and entity)
serta digunakan untuk pengambilan keputusan.
Mardi (2014) dalam Widjajanto (2001) menyatakan bahwa Sistem
Informasi Akuntansi adalah susunan berbagai dokumen, alat komunikasi,
tenaga pelaksana, dan berbagai laporan yang didesain untuk
mentransformasikan data keuangan menjadi informasi keuangan. Romney
(2005) menyebutkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah sumber daya
manusia dan modal dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk persiapan
6
7
informasi keuangan dan informasi yang diperoleh dan mengumpulkan dan
memproses berbagai transaksi perusahaan.
Kegiatan sistem informasi akuntansi (SIA) memiliki komponen yang
terdiri atas pelaku (orang), prosedur dan perangkat lunak. Pelaku (orang)
yang bertindak sebagai operator sistem atau orang yang mengendalikan dan
melaksanakan berbagai fungsi. Prosedur, baik manual maupun yang
terotomatisasi, yang dalam kegiatan mengumpulkan, memproses dan
menyimpan data tentang aktivitas keuangan institusi. Perangkat lunak
(software) dipakai untuk mengolah data institusi. Keberadaan perangkat
komputer, alat pendukung dan peralatan untuk komunikasi jaringan
merupakan infrastruktur teknologi informasi.
B. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik diberbagai buku Anglo Amerika diartikan
sebagai mekanisme akuntansi swasta yang diberlakukan dalam praktik-praktik
organisasi publik. Dari berbagai buku lama terbitan Eropa Barat, akuntansi
sektor publik disebut akuntansi pemerintahan atau akuntansi keuangan publik.
Berdasarkan dampak keberhasilan penerapan accrual base di Selandia Baru,
pemahaman akuntansi sektor publik menjadi akuntansi dana masyarakat
(Bastian, 2006).
Definisi akuntansi sektor publik di Indonesia menurut Bastian (2006)
sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
8
pengelolaan dana masyarakat di lembaga tinggi negara dan departemen-
departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, dan yayasan
sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta.
Secara konseptual, perbedaan antara akuntansi sektor publik dengan
akuntansi sektor swasta terletak pada tujuan yang akan dicapai. Pada tahap
perencanaan, organisasi sektor swasta menitik beratkan pada keuntungan
usaha semaksimal mungkin. Sementara, organisasi sektor publik lebih
mengutamakan kesejahteraan masyarakat. Secara ringkas, perbedaaan praktik
akuntansi sektor publik dengan sektor swasta disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dengan Sektor Swasta
(Bastian,2006)
Perbedaan Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor
Swasta
Tujuan Kesejahteraan Masyarakat Keuntungan
Organisasi Sektor Publik Swasta
Keuangan Negara, Daerah, dan
Masyarakat
Individual
C. Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik
Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik menurut Bastian (2007)
sistem informasi akuntansi sektor publik merupakan sistem pembagian
kekuasaan dalam organisasi Pemerintah Daerah melalui pemrosesan data
9
keuangan, mulai dari catatan akuntansi sampai dengan penyajian informasi
dalam laporan keuangan. Perancangan sistem pengolahan informasi
diintegrasikan untuk mengelola informasi akuntansi. Selain itu, perancangan
berbagai unsur pengendalian internal dilekatkan dalam sistem pengolahan
informasi tersebut. Sistem informasi akuntansi sektor publik disusun karena
adanya perubahan sistem politik, sosial dan kemasyarakatan serta ekonomi
yang dibawa oleh arus reformasi yang menimbulkan tuntutan yang beragam
terhadap pengelolaan pemerintah yang baik (good governance).
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah mensyaratkan perlu dilakukannya pertanggungjawaban
dalam bentuk laporan keuangan oleh kepala daerah sehingga dibutuhkan
pengelola keuangan daerah untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien
dan efektif. Sistem akuntansi sektor publik merupakan alat elaborasi
pengelolaan pemerintah yang baik secara nyata.
D. Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor Publik
Standar akuntansi merupakan pedoman umum atau prinsip-prinsip
yang mengatur perlakukan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan, sedangkan
prosedur akuntansi merupakan praktek khusus yang digunakan untuk
10
mengimplementasikan standar. Untuk memastikan diikutinya prosedur yang
telah ditetapkan, sistem akuntansi sektor publik harus dilengkapi dengan
sistem pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran dana publik.
Penetapan standar akuntansi sangat diperlukan untuk memberikan jaminan
dalam aspek konsistensi pelaporan keuangan. Tidak adanya standar akuntansi
yang memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya
reliabilitas dan objektivitas informasi yang disajikan, inkonsistensi dalam
pelaporan keuangan serta menyulitkan pengauditan.
Akuntansi sektor publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan
akuntansi biasa. Karena, akuntansi biasa belum mencakup
pertanggungjawaban kepada masyarakat yang ada di sektor publik. Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) sebenarnya telah memasukan standar untuk
organisasi nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Standar ini tercantum pada PSAK Nomor 45 tentang organisasi nirlaba.
Namun, standar ini belum mengakomodasi praktik-praktik lembaga
pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang dimilikinya. Karna itu,
pemerintah menyusun suatu standar yang disebut dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
Proses penetapan dan pelaksanaan standar akuntansi sektor publik
merupakan masalah yang serius bagi praktek akuntansi, profesi akuntan, dan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pembuatan suatu standar mungkin
dapat bermanfaat bagi suatu pihak, namun dapat juga merugikan bagi pihak
11
lain. Penentuan mekanisme yang terbaik dalam menetapkan keseragaman
standar akuntansi merupakan faktor penting agar standar akuntansi dapat
diterima pihak-pihak yang berkepentingan dan bermanfaat bagi
pengembangan akuntansi sektor publik itu sendiri.
Menurut Mardiasmo (2004), ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara lain:
a. Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan
dalam laporan posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah
organisasi bagi seluruh pengguna informasi.
b. Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang
memungkinkan pengujian secara hati-hati dan independen saat
menggunakan keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan
suatu organisasi serta saat membuktikan kewajaran.
c. Standar memberikan petunjuk tentang data yang perlu disajikan yang
berkaitan dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam
bidang perpajakan, regulasi, perencanaan serta regulasi ekonomi dan
peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan sosial 1ainnya
d. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh
pihak yang berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.
12
E. Perkembangan Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor Publik
1) Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi
Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada
masa Era pra Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut :
1. UU 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Daerah
2. PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD. Indikator
kinerja Pemerintah Daerah meliputi :
Perbandingan anggaran dan realisasi
Perbandingan standar dan realisasi
Target prosentase fisik proyek
3. Kepmendagri No.900-099 Tahun 1980 tentang Manual Administrasi
Keuangan Daerah. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi
diperkenalkan double entry bookkeeping.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang Pelaksanaan
APBD.
5. UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
6. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan Susunan Perhitungan
APBD. Bentuk laporan perhitungan APBD yaitu:
13
a. Perhitungan APBD
b. Nota Perhitungan
c. Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan
(PP/1975)
2) Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah
untuk mengelola keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik
Bentuk Reformasi yang ada meliputi
1. Penataan peraturan perundang-undangan;
2. Penataan kelembagaan;
3. Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan
4. Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan
3) Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Kebutuhan atas standar akuntansi sektor publik terus berkembang
akibat kedinamisan regulasi pemerintah. Kedinamisan ini ditandai dengan
pelaksanaan otonomi daerah dan reformasi keuangan. Otonomi daerah berlaku
akibat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
UU ini menjelaskan bahwa pemerintah melaksanakan otonomi daerah dalam
rangka penyelenggaraan urusan pemeirntah yang lebih efisien, efektif, dan
bertanggung jawab. UU ini mulai berlaku sejak Tahun 2001, namun kemudian
pemerintah mengeluarkan UU baru, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
14
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-undang tersebut menjadikan pedoman pelaksanaan otonomi
daerah lebih jelas dan terperinci, khusunya tentang pengelolaan keuangan
daerah dan pertanggungjawaban. Perubahan undang-undang tersebut
merupakan salah satu hal yang signifikan dalam perkembangan otonomi
daerah. Perubahan itu sendiri dilandasi oleh beberapa hal, antara lain :
1. Adanya semangat desentralisasi yang menekankan pada upaya efektivitas
dan efisiensi pengelolaan sumber daya daerah.
2. Adanya semangat tata kelola yang baik (good governance).
3. Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan (money
follows function) yang mengatur hak dan kewajiban daerah terkait
dengan keuangan daerah.
4. Perlunya penyelarasan dengan paket Undang-undang (UU) Keuangan
Negara, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara, UU Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, serta UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Peraturan perundangan terus bergerak dinamis khususnya Peraturan
Pemerintahan (PP) sebagai turunan berbagai undang-undang tersebut, antara
lain :
15
1. PP Nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
2. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
3. PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
4. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
5. PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
6. PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
7. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
8. PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal.
9. PP Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
10. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
F. Standar Akuntansi Pemerintah
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan
tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang
independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih
dahulu mendapatkan pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.
16
Standar Akuntansi Pemerintah, yang disingkat SAP, adalah prinsip-
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan meyajikan laporan
keuangan pemerintah. Pada penerapan standar akuntansi pemerintahan,
pemerintah menerapkan SAP berbasis akrual. SAP berbasis akrual adalah
SAP yang mengakui pendapatan, beban, asset, utang, dan ekuitas dalam
pelaporan financial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang
diterapkan dalam APBN/APBD. Hal ini secara jelas diatur dan dipaparkan
pada PP Nomor 71 Tahun 2010. Adapun penerapan SAP Berbasis Akrual
sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 Pasal 4 Ayat 1, dapat
dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas menuju akrual
menjadi penerapan SAP berbasis Akrual.
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) menjadi acuan pemerintah
dalam menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sistem Akuntansi
Pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara,
peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisa
transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi
pemerintah.
G. Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
Dukungan kebijakan yang menyempurnakan pengelolaan keuangan
khususnya di Pemerintahan Kota Makassar adalah Peraturan Daerah (Perda)
Kota Makassar Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
17
Keuangan Daerah. Pada Bab II Pasal 2 ayat c dan d tentang ruang lingkup
Perda meliputi 1) Penerimaan Daerah yaitu uang yang masuk ke kas daerah
dan 2) Pengeluaran Daerah yaitu uang yang keluar dari kas daerah.
Ruang lingkup Perda pada Pasal 3 ayat h memuat Penatausahaan
Keuangan Daerah sebagai bagian dari proses pengelolaan keuangan daerah
yaitu keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah; dan ayat i yaitu Akuntansi Keuangan Daerah, dimana yang dimaksud
dengan keuangan daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan dan
manfaat untuk masyarakat.
Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang
terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap Tahun ditetapkan
dengan peraturan daerah. Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2009 dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD) yaitu Kepala SKPD (Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah). Fungsi PPKD diantaranya melaksanakan sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan daerah; dan menyajikan informasi keuangan daerah.
18
Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah pada Bab XI Pasal 107
dijelaskan sebagai serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual
atau dapat menggunakan aplikasi komputer. Penyusunan laporan keuangan
meliputi:
1. Laporan realisasi anggaran
2. Neraca
3. Laporan arus kas
4. Catatan atas laporan keuangan
H. Analisis Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik
Analisis Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik Menurut Bastian
(2007), analisis sistem dimaksudkan untuk mengetahui keunggulan dan
kelemahan sistem yang sekarang berlaku. Analisis sistem informasi sektor
publik didalamnya mencakup analisis terhadap:
1. Struktur Organisasi
Menurut Bastian (2007), struktur organisasi merupakan kerangka
(framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit
organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan. Struktur organisasi dapat menunjukan pembagian tugas untuk
masing-masing bagian dalam organisasi. Stoner (1996) menyatakan bahwa
19
akan bermanfaat menganalisa struktur organisasi berdasarkan unsur-unsur
sebagai berikut:
(1) Spesialisasi Pekerjaan.
(2) Standardisasi Aktivitas,
(3) Koordinasi Pekerjaan,
(4) Sentralisasi dan Desentralisasi Pengambilan Keputusan, dan
(5) Ukuran Unit Kerja.
2. Catatan Akuntansi
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Pasal 243 mensyaratkan bahwa
untuk mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran kas terdiri dari: (1)
Buku jurnal penerimaan dan pengeluaran kas, (2) Buku besar, dan (3) Buku
besar pembantu.
20
Gambar 2.1 Proses Akuntansi Pokok
Proses akuntansi pokok seperti pada Gambar 2.1 dinyatakan bahwa
format pencatatan secara jelas dicantumkan dalam lampiran E.I-IV
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Nomor 59 Tahun 2007. Setelah
transaksi dianalisis dan dicatat, selanjutnya dirangkum dalam laporan
keuangan. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
sebagaimana dimaksud Pasal 232 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, entitas
akuntansi menyusun laporan keuangan yang meliputi:
(1) Laporan Realisasi Anggaran,
(2) Neraca, dan
21
(3) Catatan atas Laporan Keuangan.
Gambar 2.2 Laporan Keuangan SKPD
3. Prosedur
Berdasarkan Permendagri No.59 Tahun 2007 Pasal 241 dan Pasal 247,
prosedur akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas pada Satuan Kerja
22
Perangkat Daerah (SKPD) meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
aplikasi komputer. Dijelaskan pula bahwa Permendagri No 59 Tahun 2007
tidak membedakan antara prosedur BUMN yang mengumpulkan dana
masyarakat dengan SKPD yang bertugas sebagai alat pengembangan
infrastruktur dan non-infrastruktur daerah. Ini membuat setiap SKPD
membuat penyesuaian prosedur sendiri.
4. Bukti dan Formulir
Dalam surat pengantar Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, bukti dan
formulir merupakan dokumen yang dinamis (live document) yang artinya akan
senantiasa diperbaharui dan Pemerintah Daerah dapat menyesuaikannya
sesuai kondisi daerah masing-masing dengan tetap mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan. Karena adanya penyesuaian dokumen ini,
maka perlu diadakannya analis terhadap dokumen yang dipergunakan. Bastian
(2007) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik yang
mengacu pada Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, mengemukakan prinsip-
prinsip dasar dalam pembuatan dokumen SKPD.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan meliputi:
(1) Pemanfaatan Tembusan atau Copy Formulir,
(2) Penghindaran Duplikasi dalam Pengumpulan Data,
23
(3) Rancangan Formulir yang Sederhana dan Ringkas,
(4) Unsur Pengendalian Internal dalam Merancang Formulir,
(5) Nama dan Alamat Perusahaan pada Formulir,
(6) Nama Formulir,
(7) Nomor Identifikasi pada Setiap Formulir,
(8) Formulir Besar/ Nomor Garis Formulir,
(9) Pencetakan Garis pada Formulir,
(10) Pencantuman Nomor Urut Tercetak,
(11) Rancangan Formulir dengan Pengisian Tanda Tertentu atau Jawaban
“Ya” atau “Tidak”,
(12) Formulir Ganda, dan
(13) Pembagian Zona.
Dokumen yang digunakan pada sistem penerimaan kas menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, adalah
1. Bukti Transfer
2. Slip Setoran.
Sedangkan Dokumen yang digunakan pada sistem pengeluaran kas
menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, adalah sebagai berikut:
24
1. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor
59 Tahun 2007 Pasal 198-210, Surat Permintaan Pembayaran (SPP) adalah :
a. SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh bendahara
pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu untuk mengajukan
permintaan pembayaran atas suatu belanja.
b. Pengajuan SPP dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran/ Bendahara
pengeluaran pembantu kepada Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
c. Didasarkan kepada Surat Penyediaan Dana (SPD) yang telah dikeluarkan.
d. Ada 4 (empat) jenis SPP yaitu :
1) Uang Persediaan (UP),
2) Ganti Uang (GU),
3) Tambah Uang (TU), dan
4) Pembayaran Langsung (LS).
2. Surat Perintah Membayar (SPM)
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor
59 Tahun 2007 pasal 211/215 bahwa Surat Perintah Membayar (SPM) adalah
a. SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) atas beban pengeluaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
SKPD.
25
b. Dokumen ini dibuat oleh PPK berdasarkan SPP telah dibuat oleh
Bendahara Pengeluaran atau Bendahara Pengeluaran Pembantu.
c. SPM diotorisasi oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran
3. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor
59 Tahun 2007 Pasal 216-219 bahwa Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).
SP2D adalah surat yang dipergunakan untuk mencairkan dana lewat bank
yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh BUD. SP2D adalah spesifik, dimana
satu SP2D hanya dibuat untuk satu SPM. SP2D dapat diterbitkan jika
pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia dan
didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan perundangan. Waktu
pelaksanaan penerbitan SP2D, diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari sejak
SPM diterima dan apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak
diterima SPM.
Terkait dengan proses pada alur (flowchart) pada sistem pengeluaran
kas dapat dilihat pada Gambar 2.3. dan disertakan pula alur (flowchart) pada
sistem penerimaan kas dapat dilihat pada Gambar 2.4.
26
Gambar 2.3 Alur (Flow Chart) Sistem Pengeluaran Kas
27
Gambar 2.4 Alur (Flow Chart) Sistem Penerimaan Kas
4. Slip Penarikan
Slip penarikan dibuat untuk pengajuan pencairan dana.
I. Kerangka Pikir
Untuk mengetahui gambaran yang jelas bagaimana hubungan
antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini dan bagaimana latar belakang
dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dibuatlah suatu
kerangka konseptual seperti pada Gambar 2.5.
28
Gambar 2.5 Kerangka Pikir Penelitian
Sistem Informasi Akuntansi
Sektor Publik
Regulasi & Standar
Akuntansi Sektor Publik
Implementasi Sistem
Informasi Akuntansi Sektor
Publik
Kesesuaian Sistem Informasi
Akuntansi pada Kantor
Ketahanan Pangan Kota
Makassar dengan peraturan
yang berlaku
Kantor Ketahanan Pangan
Kota Makassar
Hasil Penelitian
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan secara terstruktur mengenai metode penelitian sebagai
gambaran pelaksanaan teknis operasional penelitian. Terdiri atas penjelasan tempat
dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan metode
penganalisaan data.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
yaitu Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar yang akan dijadikan sebagai obyek
penelitian penulis yang beralamat di Jalan Ahmad Yani Makassar. Waktu penelitian
dimulai bulan Januari-Juli 2015.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk keterangan atau informasi
baik lisan maupun tulisan berupa gambaran umum tentang sistem informasi akuntansi
pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.
b. Data Kuantitatif
29
30
Merupakan data statistik berupa angka-angka, baik secara langsung dari
hasil penelitian maupun dari hasil pengolahan data. Data kuantitatif dan kualitatif
dapat berupa laporan Tahunan atau data yang berupa dokumen-dokumen pemasukan
dan pengeluaran pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berdasarkan teori-teori
yang mendukung kegiatan sistem informasi akuntansi, khususnya sistem
penatausahaan dan sistem pengeluaran kas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007.
a. Data Primer
Data primer yaitu berupa data yang diperoleh langsung dari penelitian
di lapangan yaitu di Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar, berupa:
1. Penetapan kebijakan akuntansi terkait sistem informasi akuntansi
2. Penerapan sistem informasi akuntansi sektor publik oleh Kantor Ketahanan
Pangan Kota Makassar
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu berupa data yang bersumber dari data-data yang telah
dihimpun sebelumnya dan data-data yang diperoleh dari bacaan literatur, tulisan
ilmiah dan sumber lainnya yang berhubungan dengan topik yang dibahas dalam
penelitian proposal ini, berupa:
1. Sejarah singkat instansi/kantor
2. Struktur organisasi instansi/kantor
3. Data lain yang berhubungan dengan instansi/kantor
31
Responden penelitian ini adalah pimpinan dan bendahara pengelola
keuangan serta staf lainnya yang berkaitan dengan data yang diperlukan untuk
penulisan skripsi.
C. Teknik Pengumpulan Data
a) Teknik Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab wawancara
langsung dengan bagian bendahara atau pengelola keuangan dan bagian terkait
lainnya
b) Teknik Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
sistem informasi akuntansi oleh Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.
D. Metode Penganalisaan Data
Metode Komparatif yaitu suatu metode analisis dengan membandingkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dengan penerapannya di
Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.
32
BAB IV
GAMBARAN UMUM INSTANSI
A. Sejarah Pendirian
Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Kota Makassar terbentuk pada Tahun 2009
sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009. Institusi KKP
Kota Makassar berawal dari pemekaran instansi Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian
dan Peternakan Kota Makassar. Pemekaran menjadi instansi KKP bertujuan agar
fokus pada penanganan menjamin ketersediaan pangan khususnya di Kota Makassar.
Kepemimpinan KKP berturut-turut adalah Agus AS SH, MH, selanjutnya Abd.
Rahman Bando, SP, M.Si., Drs. Andi Yasir, M.Si, Ir. Agus Djaya Said, M.Si., dan
Dra. Hj. Sri Sulsilawati, M.Si. Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar berlokasi di
Gedung Menara Balaikota Makassar. Memiliki beberapa kelompok binaan ketahanan
pangan yang tersebar di seluruh kelurahan di Kota Makassar.
B. Landasan Hukum
Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar mempunyai tugas membantu
Walikota dalam penyelenggaraan pemerintah kota dengan tugas pokoknya adalah
melaksanakan kegiatan dan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan dan
pengendalian serta koordinasi bidang ketersediaan pangan dan kerawanan pangan,
keamanan dan distribusi serta penyuluhan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah
32
33
Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Kantor Ketahanan
Pangan Kota Makassar.
C. Fungsi
1. Penyediaan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang ketersediaan pangan dan
kerawanan pangan, keamanan dan distribusi serta penyuluhan.
2. Penyiapan bahan bimbingan peningkatan ketersediaan pangan dan kerawanan
pangan, keamanan dan distribusi serta penyuluhan.
3. Penyiapan bahan penyusunan program pemantauan ketersediaan pangan dan
kerawanan pangan, keamanan dan distribusi serta penyuluhan.
4. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan
keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya.
5. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.
6. Pembinaan tenaga fungsional
7. Rumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan.
D. Visi dan Misi Organisasi
1. Visi
Terwujudnya rumah tangga tahan pangan yang beragam, bergizi, seimbang
dan aman pada Tahun 2019.
34
2. Misi
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka pelayanan
penyediaan pangan yang aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan
berbahan baku lokal.
2. Menumbuhkembangkan kelembagaan ekonomi pangan di sektor
pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
3. Melakukan pengawasan, pengendalian, dan pengelolaan ketersediaan
pangan dari sector pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
4. Meningkatkan kapasitas penyuluh dan sarana prasarana penyuluhan
E. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a. Meningkatkan ketersediaan pangan secara mandiri dengan berbahan baku
lokal.
b. Meningkatkan kemampuan mengakses pangan bagi rumah tangga di tingkat
kelurahan seiring upaya menurunkan prevelensi penduduk rawan pangan
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang bermutu, bergizi,
beragam, seimbang dan aman.
d. Meningkatkan kelembagaan ekonomi pangan di sektor pertanian, peternakan,
perikanan dan kehutanan.
35
e. Meningkatkan pengawasan, pengendalian,dan pengelolaan distribusi dan
ketersediaan pangan di sektor pertanian, peternakan, perikanan dan
kehutanan.
f. Meningkatkan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) petani, ketenagaan
penyuluh, dan penguatan kelembagaan penyuluhan pertanian, peternakan,
perikanan dan kehutanan.
2. Sasaran
a. Meningkatnya ketahanan pangan rumah tangga
b. Meningkatnya keanekaragaman, keamanan pangan yang berbahan baku lokal
c. Menurunnya persentase jumlah penduduk rawan pangan
d. Meningkatnya ketersediaan pangan segar dan distribusi pangan masyarakat
e. Meningkatnya sistem kewaspadaan pangan dan gizi
f. Meningkatnya kapasitas kelembagaan ekonomi pangan di sektor pertanian,
peternakan, perikanan, dan kehutanan.
g. Meningkatnya ketersediaan sumber daya petani, ketenagaan penyuluh, dan
penguatan kelembagaan penyuluhan pertanian, peternakan, perikanan dan
kehutanan
36
F. Strategi & Kebijakan
1. Strategi
a. Strategi Peningkatan ketersediaan pangan berbasis kemandirian bahan baku
lokal
b. Strategi peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang bergizi,
beragam, seimbang dan aman
c. Strategi Peningkatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
d. Strategi peningkatan status gizi masyarakat
e. Strategi peningkatan pengawasan, pengendalian dan distribusi ketersediaan
pangan
2. Kebijakan
a. Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian pangan ;
b. Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan ;
c. Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang ;
d. Peningkatan status gizi masyarakat ;
e. Peningkatan mutu dan keamanan pangan ;
f. Optimalisasi produk pangan daerah ;
g. Pengembangan manajemen pangan yang menjamin sustainabiliti;
h. Pembinaan kemitraan multipihak dalam rangka ketahanan pangan daerah;
i. Pembinaan kelembagaan pangan berbasis masyarakat;
37
j. Peningkatan SDM petani, kelembagaan kelompok tani, kapasitas penyuluh
dan sarana prasarana penyuluh.
G. Struktur Organisasi dan Program Kerja
1. Struktur Organisasi
Secara umum struktur organisasi perangkat kerja pada level memiliki hirarki yang
lebih sederhana dibandingkan struktur organisasi perangkat kerja pada level
dinas. Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar terdiri atas
empat seksi atau sub bagian yang dipimpin oleh kepala kantor. Terdapat 1(satu)
sub bagian tata usaha selevel seksi dan 3 (tiga) seksi yang bersifat teknis
operasional yaitu Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Seksi Keamanan
dan Distribusi Pangan dan Seksi Penyuluhan. Terdapat juga kelompok jabatan
fungsional yang terdiri atas penyuluh organic dan Tenaga Harian Lepas (THL)
yang berada langsung di bawah kordinasi Kepala Kantor. Struktur organisasi
Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 4.1.
38
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar
2. Program Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar
A. Sub Bagian Tata Usaha :
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2. Program Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
4. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
5. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
6. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan
39
B. Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
C. Seksi Keamanan dan Distribusi Pangan
Program Peningkatan Keamanan Pangan
D. Seksi Penyuluhan
Program Perberdayaan Penyuluhan
.
40
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian mengenai sistem akuntansi
publik, kebijakan akuntansi, akuntansi sektor publik menurut PP Nomor 59 Tahun
2007, realisasi program kerja menurut sistem akuntansi sektor publik dan kajian hasil
analisis Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik pada Kantor Ketahanan Pangan
Kota Makassar.
A. Sistem Akuntansi Sektor Publik
Sistem Akuntansi Publik pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar
menggambarkan rangkaian sistematik mulai dari proses pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual dan
atau dapat menggunakan aplikasi komputer. Pengelolaan keuangan daerah
dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD
yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Dalam pelaksanaan
pengelolaan keuangan daerah berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2009 dilaksanakan
oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) yaitu Kepala SKPD (Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah) oleh Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar.
Proses pengumpulan data pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar
dilaksanakan oleh Bendahara Pengeluaran. Data-data berupa dokumen antara lain
40
41
kuitansi, bukti daftar honor kegiatan, nota pesanan, berita acara penerimaan. Kegiatan
pencatatan dilakukan secara komputerisasi sebagai proses input sehingga akan
tersinkronisasi dengan pengikhtisaran, dimana pencatatan dilaksanakan oleh
Bendahara Pengeluaran. Karena proses pada sistem akuntansi dilaksanakan dengan
komputerisasi maka pengikhtisaran terbentuk secara otomatis. Selanjutnya kegiatan
pelaporan keuangan dilaksanakan juga oleh Bendahara Pengeluaran yang meliputi
laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan. Penjelasan rinci mengenai penyusunan laporan keuangan dapat dilihat
pada bagian C bab V.
B. Kebijakan Akuntansi Sektor Publik berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010
Kebijakan akuntansi merupakan instrument penting dalam penerapan
akuntansi akrual. Dokumen yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah ini harus
dipedomani dengan baik oleh fungsi-fungsi akuntansi, baik di SKPKD maupun di
SKPD. Selain itu, dokumen ini juga seyogyanya dipedomani oleh pihak-pihak lain
seperti perencana dan tim anggaran pemerintah daerah.
Memperhatikan sifatnya yang strategis, penyusunan kebijakan akuntansi
harus menjadi perhatian semua pihak. Dalam pembahasannya, perlu dijelaskan setiap
dampak dari metode yang dipilih, baik pada proses pengganggaran, penatausahaan
maupun pelaporan. Dengan demikian, kebijakan akuntansi yang dihasilkan menjadi
operasional serta dapat diantisipasi implementasinya.
42
Tahapan penyusunan kebijakan akuntansi terkait laporan keuangan dimulai
dari pengumpulan rujukan atau referensi berupa peraturan perundangan dan
literatur lain yang terkait dengan kebijakan akuntansi laporan keuangan pemerintah
daerah. Sebagai rujukan utama adalah Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, khususnya mengenai
Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), yaitu:
a. PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
b. PSAP 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
c. PSAP 03 tentang Laporan Arus kas
d. PSAP 04 tentang Catatan atas laporan Keuangan
e. PSAP 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
f. PSAP 12 tentang Laporan Operasional
g. International Public Sector Accounting Standards (IPSAP) dan Buletin Teknis SAP
terkait pelaporan keuangan.
Tahapan penyusunan kebijakan akuntansi terkait akun dimulai dari
mempelajari SAP khususnya pernyataan terkait akun-akun. Sebagai rujukan utama
adalah Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, khususnya :
a. PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan
b. PSAP 06 tentang Akuntansi Investasi
c. PSAP 07 tentang Akuntansi Aset tetap
d. PSAP 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
43
e. PSAP 09 tentang Akuntansi Kewajiban
f. PSAP 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan
g. International Public sector Accounting Standards (IPSAP) dan Buletin Teknis
SAP terkait akun.
Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik telah memilih dasar akrual
sebagai basis pencatatan akuntansi. Dasar akrual mengakui transaksi dan kejadian
pada saat transaksi dan kejadian tersebut terjadi. Akuntansi dasar akrual memberikan
informasi kepada pengguna tentang sumber daya yang dikendalikan oleh suatu
entitas, biaya dalam menjalankan operasinya (atau biaya dalam memberikan
pelayanan kepada publik), dan informasi lain yang terdapat pada posisi keuangan dan
perubahannya, serta informasi yang dapat digunakan untuk menilai apakah entitas
tersebut beroperasi secara ekonomis dan efisien.
Pengukuran akuntansi akrual berfokus pada pengukuran sumber daya
ekonomis dan perubahan sumber daya tersebut pada suatu entitas. Model pelaporan
terdiri dari Neraca, Laporan Kinerja Keuangan, Laporan arus Kas. Materialitas
merupakan konsep dalam pelaporan keuangan yang menghubungkan karakteristik-
karakteristik kualitatif laporan keuangan. Karakteristik kualitatif laporan keuangan
dasar akrual dapat diukur berdasrkan faktor-faktor antara lain dapat dipercaya,
relevan pada kebutuhan pemakai, mudah dipahami, jelas dan akurat, disajikan
menurut periodisasi konsisten, dan komparabilitas di antara entitas yang sama, dan
materialitas.
44
Dalam konteks sektor publik, akuntansi dasar akrual memberikan informasi
bahwa Pemerintah menerapkan akuntabilitas untuk sumber daya yang digunakannya,
pemerintah menerapkan akuntabilitas untuk manajemen atas aktiva dan kewajiban
yang diakui dalam laporan keuangan, Menunjukkan bagaimana sektor publik
membiayai kegiatannya dan memenuhi segala persyaratan kasnya, mengijinkan
publik untuk mengavaluasi kemampuan pemerintah dalam membiayai aktivitasnya
dan memenuhi segala kewajiban serta komitmennya, menunjukkan kondisi keuangan
pemerintah dan perubahan dalam kondisi keuangan tersebut, informasi yang disajikan
berguna untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam biaya pelayanan jasa kepada
publik, efisiensi, dan pencapaiannya.
Untuk penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 baru dimulai
pada awal Tahun 2015 khususnya di lingkup Pemerintah Kota Makassar termasuk
Kantor Ketahanan Pangan.
C. Akuntansi Sektor Publik Menurut PP Nomor 59 Tahun 2007
Analisis sistem informasi akuntansi sektor publik untuk sistem penerimaan
dan pengeluaran kas Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar meliputi:
1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar terdiri dari
beberapa Bagian , yaitu:
(1) Kepala Kantor Ketahanan Pangan
(2) Kepala Sub bagian Tata Usaha, dan
45
(3) Seksi-Seksi yang terdiri dari Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,
Seksi Keamanan dan Distribusi Pangan serta Seksi Penyuluhan. Adapun
Jabatan Fungsional (penyuluh) tidak masuk dalam Struktur Organisasi.
Tabel 5.1 Identifikasi Struktur Organisasi
No Permendagri Nomor 59
Tahun 2007 Pasal 1
Implementasi pada Kantor
Ketahanan Pangan Kota Makassar
1 Pengguna Anggaran Kepala Kantor
2 Kuasa Pengguna Anggaran -
3 PPK – SKPD Kepala Bagian Tata Usaha
4 PPTK Kepala Seksi
5 Bendahara Penerimaan -
6 Bendahara Pengeluaran Bendahara Pengeluaran
7 Unit Kerja -
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa implementasi struktur organisasi
belum sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 17-27. Jika
dilakukan analisis atas unsur-unsur struktur organisasi yang baik dapat dilihat dalam
Tabel 5.2, bahwa struktur organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar belum
memenuhi semua prinsip dasar yang baik terkait spesialisasi pekerjaan dan koordinasi
pekerjaan.
46
Tabel 5.2 Identifikasi Unsur Struktur Organisasi
No Unsur Struktur
Organisasi (Stoner, 2001)
Sesuai / Tidak
Sesuai
Keterangan
1 Spesialisasi Pekerjaan Tidak Sesuai Spesialisasi pekerjaan belum
dilakukan oleh Kantor
Ketahanan Pangan
2 Standarisasi Aktivitas Sesuai Tersedianya Sumber Daya
Manusia yang terampil
3 Koordinasi Pekerjaan Tidak sesuai Kurangnya pengawasan dari
bagian tata usaha serta
sebagian tugas di seksi
dikerjakan oleh bagian
keuangan
4 Sentralisasi – Desentralisasi Sesuai Kantor Ketahanan Pangan
menggunakan system
desentralisasi
5 Ukuran Unit Kerja Sesuai Dalam mengisi unit-unit kerja
di Kantor Ketahanan Pangan
telah memperhitungkan
kemampuan sumber daya
manusianya
2. Catatan Akuntansi
Sebagaimana yang diisyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Kantor
47
Ketahanan Pangan Kota Makassar telah menerapkan siklus akuntansi mulai dari
pencatatan transaksi ke dalam jurnal, posting ke perkiraan di buku besar, penyusunan
neraca saldo sampai ke pembuatan laporan keuangan. Catatan-catatan akuntansi yang
digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas Kantor
Ketahanan Pangan Kota Makassar adalah sebagai berikut :
1. Buku Jurnal
Buku Jurnal ini terdiri dari Jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas
dan jurnal umum. Pecatatan pada buku jurnal ini yang seharusnya dibuat oleh Pejabat
Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD dalam
implementasinya hal ini dilakukan oleh staf keuangan (bendahara pengeluaran). Buku
jurnal ini digunakan sebagai acuan untuk membuat Buku Besar Pembantu. Buku
jurnal (Penerimaan kas, pengeluaran dan umum) sudah memenuhi atribut-atribut
dalam format jurnal pada Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E, yang
meliputi: judul, kolom tanggal, kolom keterangan, kolom nomor bukti, kolom nomor
rekening, kolom jumlah, kolom akumulasi dan otorisasi.
2. Buku Besar
Buku Besar merupakan kumpulan rekening-rekening yang digunakan
untuk menyortasi dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Format
buku besar yang ada di Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar sudah sesuai
dengan format buku besar pada Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E, yang
meliputi : judul, keterangan buku besar, kolom tanggal, kolom keterangan, kolom
debet kredit, kolom saldo dan otorisasi.
48
3. Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar telah sesuai
dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 yang berisi laporan realisasi anggaran,
neraca, arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
(1) Laporan Realisasi Anggaran menyajikan realisasi pendapatan dan belanja yang
diperbandingkan dengan anggarannya selama satu Tahun. Atribut Laporan realisasi
Anggaran kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar meliputi: judul, nomor
urut/nomor rekening, kolom uraian: pendapatan/belanja/pembiayaan, kolom anggaran
setelah perubahan, kolom realisasi, dan kolom lebih/kurang. Format Laporan
Realisasi Anggaran ini belum sepenuhnya sesuai dengan format yang ada pada
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E. Kekurangan tersebut berupa tidak
adanya kolom otorisasi dokumen. Laporan realisasi anggaran dapat dilihat pada
Lampiran 1.
(2) Neraca menyajikan asset, utang dan ekuitas dana pada saat (tanggal) Tahun
anggaran. Atribut Neraca Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar meliputi judul,
nomor urut/nomor rekening, kolom uraian, jumlah (Tahun n dan Tahun n-1), kolom
kenaikan/penurunan (jumlah dan persen). Format neraca ini belum sepenuhnya sesuai
dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E. Kekurangan tersebut berupa
tidak adanya kolom otorosasi dokumen. Neraca dapat dilihat pada Lampiran 2.
(3) Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal berupa informasi
mengenai kebijakan keuangan dan pencapaian target, ikhtisar pencapaian kinerja
keuangan, informasi tentang dasar pelaporan keuangan, kebijakan akuntansi, dan
49
informasi rinci tentang pos-pos laporan. Format catatan atas Laporan keuangan
Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar sudah sesuai dengan format yang ada pada
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E, yang meliputi judul, pendahuluan,
ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD, ikhtisar
pencapaian kinerja keuangan, kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan
keuangan, penjelasan atas informasi non keuangan dan penutup. Neraca dapat dilihat
pada Lampiran 3.
3. Prosedur
Prosedur yang digunakan dalam sistem akuntansi penatausahaan keuangan
pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar adalah sebagai berikut :
Pada Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar, penerimaan kas hanya terjadi
apabila dana APBD dicairkan. Tahapan penyusunan Anggaran pada masing-masing
SKPD diawali dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) merupakan dokumen perencanaan periode 5 tahun yang bersifat makro
yang memuat visi misi walikota dan wakil walikota Makassar. Selanjutnya dibuat
Rencana Strategis (RENSTRA) SKPD , Renja SKPD adalah dokumen perencanaan
SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat .selanjutnya menurut
Permendagri No. 13/2006 dan Permendagri No. 59/2007 dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan
SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD disebut Rencana
50
Kerja dan Anggaran (RKA). Dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna
anggaran adalah Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA). Pada SKPD Dokumen
Pelaksana Anggaran (DPA) adalah sebagai acuan untuk melakukan program kerja
atau kegiatan – kegiatan, karena DPA SKPD merupakan dokumen yang memuat
pendapatan belanja dan pembiayaan digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran
oleh Pengguna Anggaran/Barang yangmana memuat informasi tentang kelompok
belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing diuraikan menurut
jenis, objek dan rincian objek belanja. Selanjutnya adalah tugas bendahara untuk
menyiapkan dokumen pendukungnya yaitu SPD terdiri dari 2(dua) rangkap yang
akan diberikan kepada BUD dan PPKD, setelah SPD selanjutnya dokumen SPP
terdiri dari 4 (empat) rangkap yang akan diberikan kepada BUD, PPKD, PPK-SKPD
dan sebagai arsip. Selanjutnya SPM terdiri dari 4 (empat) rangkap yang akan
diberikan kepada BUD, PPKD, PPK-SKPD, dan sebagai arsip.Tiga jenis dokumen
tersebut diajukan ke BUD untuk menjadi dasar mengeluarkan dokumen SP2D. Sama
halnya dengan SPP dan SPM, SP2D juga dibuat 4 (empat) rangkap yang akan
diberikan kepada BUD, PPKD, PPK-SKPD dan sebagai arsip. Setelah SP2D dibuat
ini berarti telah siap untuk dicairkan, jika peruntukannya SP2D LS berarti akan
masuk kerekening Pihak Ke-3, sedangkan jika peruntukannya SP2D UP/GU/TU
berarti akan masuk ke rekening bendahara. Selanjutnya dana yang tersimpan di kas
bendahara akan digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang ada di SKPD.
51
Selanjutnya semua rangkapan dokumen yang ditujukan ke PPK-SKPD adalah sebagai
acuan atau dasar PPK-SKPD untuk melakukan pencatatan dari membuat jurnal
pengeluaran, Buku Besar / Buku Besar Pembantu, hingga Neraca Saldo dan pada
akhirnya mebuat Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Jadi dapat dilihat
fungsi bendahara dan PPk-SKPD dalam penatausahaan keuangan pada Kantor
Ketahanan Pangan Kota Makassar.
Pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 disajikan identifikasi prosedur menurut
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dengan realisasi prosedur yang ada pada Kantor
Ketahanan Pangan Kota Makassar.
52
Tabel 5.3. Identifikasi Prosedur Penatausahaan Keuangan (Penerimaan)
No Komponen
Utama
Permendagri No 59
Tahun 2007
Realisasi di Kantor
Ketahanan Pangan Kota
Makassar
1 Fungsi Terkait Fungsi Akuntansi pada
Pejabat Penatausahaan
SKPD
Fungsi Akuntansi pada
Pejabat Penatausahaan
SKPD
2 Dokumen 2. Surat Tanda
Setoran
3. Bukti Transfer
4. Nota Kredit Bank
5. Surat Ketetapan
Pajak
6. Surat Ketetapan
Retribusi
7. Buku Jurnal
Penerimaan Kas
8. Buku Besar
9. Buku Besar
Pembantu
1. SPP
2. SP2D
3. SPJ Penerimaan Kas
4. Buku Jurnal
Penerimaan Kas
5. Buku Besar
6. Buku Besar Pembantu
3 Laporan yang
dihasilkan
1. Laporan Realisasi
Anggaran SKPD
2. Neraca SKPD
3. Catatan Atas
Laporan Keuangan
1. Laporan Realisasi
Anggaran SKPD
2. Neraca SKPD
3. Catatan Atas Laporan
Keuangan
4 Uraian
Prosedur
1. Fungsi akuntansi
pada PPK-SKPD
berdasarkan bukti
1. PPK-SKPD menerima
SPJ Penerimaan dari
bendahara penerima
53
transaksi
penerimaan kas
mencatat ke dalam
jurnal penerimaan
kas disertai uraian
rekening asal
penerimaan kas
dimaksud
2. Bukti transaksi
penerimaan kas
mencakup antara
lain :
a. Surat Tanda
Setoran
b. Bukti Transfer
c. Nota Kredit
d. Bukti
penerimaan
lainnya
3. Fungsi Akuntansi
SKPD secara
periodik
melakukan posting
ke buku besar
4. Jika dianggap
perlu, fungsi
akuntansi dapat
membuat jurnal
2. Berdasarkan dokumen
SPJ penerima dan
lampirannya (bukti
transfer), PPK-SKPD
mencatat transaksi
penerimaan
3. Setiap periode, jurnal-
jurnal tersebut akan
diposting ke buku besar
SKPD sesuai dengan
kode rekening
pendapatan
4. Di akhir periode
tertentu, PPK-SKPD
memindahkan saldo-
saldo yang ada ditiap
buku besar ke dalam
Neraca Saldo
54
pembantu sebagai
control buku besar
5. Pencatatan ke
dalam buku jurnal
penerimaan kas,
buku besar dan
buku besar
pembantu
dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi
PPK – SKPD
sesuai dengan
tugas dan fungsi
yang telah
ditetapkan dalam
ketentuan yang
berlaku
55
Tabel 5.4. Identifikasi Prosedur Penatausahaan Keuangan (Pengeluaran)
No Komponen
Utama
Permendagri No 59 Tahun 2007 Realisasi di Kantor
Ketahanan Pangan
Kota Makassar
1 Fungsi Terkait Fungsi Akuntansi pada Pejabat
Penatausahaan SKPD
Fungsi Akuntansi pada
Pejabat Penatausahaan
SKPD
2 Dokumen 1. Surat Perintah Pencairan Dana
2. Nota Debet Bank
3. Surat Perintah Membayar
4. Surat Penyediaan Dana
5. Kuitansi Pembayaran & bukti
tanda terima
6. Buku Jurnal Pengeluaran Kas
7. Buku Besar
8. Buku Besar Pembantu
1. Surat Perintah
Pencairan Dana
2. Surat Permintaan
Pembayaran
3. Surat Perintah
Membayar
4. Surat Penyediaan
Dana
5. Kuitansi
Pembayaran
6. Buku Jurnal
Pengeluaran Kas
7. Buku Besar
8. Buku Besar
Pembantu
3 Laporan yang
dihasilkan
1. Laporan Realisasi Anggaran
SKPD
2. Neraca SKPD
3. Catatan Atas Laporan
Keuangan
1. Laporan Realisasi
Anggaran SKPD
2. Neraca SKPD
3. Catatan Atas
laporan Keuangan
4 Uraian 1. Fungsi akuntansi pada PPK- 1. PPK-SKPD
56
Prosedur SKPD berdasarakan bukti
transaksi penerimaan kas
mencatat ke dalam jurnal
penerimaan kas disertai uraian
rekening asal penerimaan kas
dimaksud
2. Bukti transaksi pengeluaran kas
mencakup antara lain :
a. Surat Perintah Pencairan
Dana
b. Bukti Transfer
c. Bukti Penerimaan lainnya
3. Fungsi akuntansi SKPD secara
periodik melakukan posting ke
buku besar
4. Jika dianggap perlu, fungsi
akuntansi dapat membuat jurnal
pembantu sebagai kontrol buku
besar
5. Pencatatan ke dalam buku
jurnal pengeluaran kas, buku
besar dan buku besar pembantu
dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi PPK-SKPD sesuai
dengan tugas dan fungsi yang
telah ditetapkan dalam
ketentuan yang berlaku.
menerima SP2D
dari Kuasa BUD
melalui Pengguna
Anggaran.
Berdasarkan SP2D
terkait, PPK-SKPD
mencatat transaksi
belanja
2. Khusus untuk
transaksi belanja
yang menghasilkan
asset tetap, PPK-
SKPD juga
mengakui
penambahan asset
3. Setiap periode,
jurnal tersebut
akan diposting ke
buku besar sesuai
dengan kode
rekening belanja
4. Di akhir bulan,
PPK-SKPD
memindahkan
saldo-saldo yang
ada di tiap buku
besar ke dalam
Neraca saldo.
57
Terkait dengan alur (flow chart) pada Sistem Penatausahaan Keuangan (Penerimaan
dan Pengeluaran) berdasarkan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 telah sesuai
dengan alur (flow chart) pada Pengeluaran Kas Kantor Ketahanan Pangan Kota
Makassar seperti pada Gambar 5.5. Dimana pada flowchart berdasarkan ketentuan
dan implementasi, dimulai dari DPA sebagai dasar untuk melaksanakan program
kerja. Kemudian terdapat SPD untuk penyediaan dana. Terkait dengan hal tersebut
maka dibuatlah SPP (Surat Permintaan Pembayaran). Dokumen selanjutnya adalah
SPM atau Surat Perintah Membayar. SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh
pengguna anggaran untuk penerbitan dokumen SP2D. SP2D adalah Surat Perintah
Pencairan Dana, sebagai dasar pencairan dana.
58
RPJMD RENSTRA RENJA RKA DPA
DPA SKPD
BENDAHARA
SPD
SPP
SP2D BUD
KAS
BENDAHARA
PIHAK KE-3
SPJ : - SPP - SPM - SP2D - BUKTI PENDUKUNG
PPK SKPD
59
Gambar 5.5 Flow Chart Penatausahaan Keuangan
d. Bukti dan Formulir
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi
penerimaan dan pengeluaran kas Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar adalah
sebagai berikut :
(1) Surat Pertanggungjawaban Penerimaan Kas,
(2) Surat Pencairan Dana (SP2D),
(3) Surat Permintaan Pembayaran (SPP),
PPK SKPD JURNAL
PENGELUARAN
AN
BUKU BESAR BUKU BESAR
PEMBANTU
NERACA
SALDO
LAPORAN
KEUANGAN
NERACA CALK LRA
60
(4) Surat Perintah Membayar (SPM),
(5) Surat Tanda Setoran, dan
(6) Surat Penyediaan Dana.
Berikut pada Tabel 5.6 akan diidentifikasi bukti dan formulir Kantor
Ketahanan Pangan Kota Makassar berdasarkan prinsip-prinsip dasar pembuatan
dokumen yang baik.
Tabel 5.6 Identifikasi Prinsip Dasar Dokumen
No Prinsip Dasar Bukti dan Formulir
SPJ
Penerimaan
Kas
SP2D SPP SPM Surat
Tanda
Setoran
Surat
Penyediaan
Dana
1 Tembusan
2 Penghindaran
duplikasi
dalam
pengumpulan
data
3 Sederhana dan
ringkas
-
4 Unsur Internal
Chek
5 Nama dan
Alamat
perusahaan
6 Nama
Dokumen
61
7 Nomor
Identifikasi
Dokumen
- -
8 Pencetakan
garis dokumen
9 Nomor Urut
Tercetak
10 Pengisian
tanda V atau X
- - - - - -
11 Dokumen
Ganda
Bukti dan formulir yang dimiliki Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar
sudah memenuhi beberapa prinsip dasar dokumen yang baik.
D. Realisasi Program Kegiatan Menurut Sistem Akuntansi Sektor Publik
Sebagai pelaksana teknis Program kegiatan Kantor Ketahanan Pangan Kota
Makassar diantaranya adalah Kegiatan Desa Mandiri Pangan, Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan, Kawasan Rumah Pangan Lestari, Pengawasan
Keamanan Pangan, Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi. Dalam melaksanakan
program dan kegiatan, Pejabat Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat
menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku Pejabat Pelaksanan Teknis Kegiatan
(PPTK). Tugas PPTK adalah mengendalikan pelaksanaan kegiatan, melaporkan
perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan menyiapkan dokumen anggaran atas beban
62
pengeluaran pelaksanaan kegiatan. Mekanisme pelaksanaan anggaran belanja secara
sistematis dijelaskan yaitu
1. Memastikan program kegiatan yang dilaksanakan sesuai Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA). DPA adalah dokumen yang memuat
pendapatan dan belanja setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.
2. Kemudian dibuat dokumen Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD berisi
dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan
sebagai dasar penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sesuai jenisnya
apakah SPP UP/ GU/ TU atau SPP LS. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
dapat dilihat pada Lampiran 4.
3. Selanjutnya dibuatkan dokumen Surat Perintah Membayar (SPM). SPM
adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
atas beban pengeluaran DPA SKPD sama halnya dengan SPP, SPM yang
dikeluarkan juga sesuai jenisnya SPM UP/ GU/ TU atau SPM LS. Pada
lampiran 3, bukti dokumen SPM kegiatan temu teknis kelompok usaha
pemasaran produk pangan untuk keperluan pembayaran langsung belanja alat
tulis kantor dan belanja penggandaan. Atribut SPM menjelaskan tahun
anggaran, nomor SPM, nama SKPD, nama pihak ketiga, nomor rekening
bank, nomor SPD, kode rekening atas pembebanan, nama kegiatan, untuk
pembayaran, rincian jumlah yang dibayar, dan telah terotorisasi oleh pejabat
63
yang berwenang. Hal ini telah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan
yang telah ditetapkan. Dokumen dapat dilihat pada Lampiran 5.
4. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah dokumen yang digunakan
sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah
(BUD) berdasarkan SPM, dan terakhir masuk ke rekening tempat
penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk
menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar
seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan. Dokumen dapat
dilihat pada Lampiran 6.
Berdasarkan mekanisme dan penerapan Sistem Akuntansi Sektor
Publik di Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar telah sesuai dengan regulasi
PP Nomor 59 Tahun 2007.
E. Hasil Analisis
Berdasarkan hasil pembahasan sistem informasi akuntansi
pemerintahan di Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar. maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Manfaat
Implementasi sistem informasi akuntansi sektor publik memastikan proses
pelaksanaan program kerja dapat berjalanan secara sistematis. Sistem informasi
akuntansi sektor publik memuat aturan pelaksanaan secara detail dan sistematis
sehingga dapat menuntun dan memudahkan pelaksanaan kegiatan sistem
akuntansi.
64
b. Kelebihan
Sistem informasi akuntansi sektor publik memiliki keunggulan yaitu
terintegrasi dan terpadu, sehingga secara langsung data yang diinput akan
terkoneksi dan sinkron dengan data yang lain.
65
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar sudah sesuai
dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Meskipun dalam pelaksanaannya
masih terdapat kendala-kendala terkait spesialisasi dan koordinasi pekerjaan.
2. Catatan akuntansi Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar sudah sesuai
dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 lampiran E, namun untuk format
laporan keuangan belum sepenuhnya sesuai dengan Permendagri tersebut.
3. Prosedur Penatausahaan Keuangan baik Penerimaan dan pengeluaran kas
sudah ada, meskipun prosedur yang ada masih kurang terperinci sehingga
tidak mudah dipahami. Oleh karena itu perlu disusun prosedur yang lebih
terperinci dan selanjutnya disosialisasikan melalui pelatihan-pelatihan kepada
pegawai.
4. Bukti dan formulir yang dimiliki Kantor Ketahanan Pangan Kota Makassar
sudah memenuhi beberapa prinsip dasar dokumen yang baik.
5. Pada dasarnya prosedur pelaksanaan berdasarkan flowchart ketentuan
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dengan implementasi pada Kantor
Ketahanan Pangan Kota Makassar telah sesuai, namun masih terdapat
beberapa kekurangan terkait faktor bukti formulir dan struktur organisasi.
65
66
B. Saran
1. Diharapkan dalam pengelolaan keuangannya Kantor Ketahanan Pangan Kota
Makassar berpedoman sepenuhnya pada Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sedangkan untuk menyikapi perubahan peraturan dari Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 ke Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, Kantor Ketahanan
Pangan Kota Makassar diharapkan dapat melakukan simulasi dan pelatihan
untuk implementasi Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 pada sistem
informasi akuntansinya.
2. Pelaksanaan penelitian selanjutnya dapat membandingkan implementasi
sistem informasi akuntansi sektor publik pada dua atau lebih instansi
pemerintah.
67
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta
Bastian, Indra, 2007, Sistem Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat. Jakarta
Mardi, 2014. Sistem Informasi Akuntansi. Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia.
Bogor.
Mardiasmo, 2002,Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Serial Ketiga,
Andi.Yogyakarta.
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 Tahun 2005 tentang Kerangka
Konseptual Sistem Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
Abdul Hafiz Tanjung, Akunansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual untuk SKPD,
Alfabeta. Bandung
67
68
Romney, Marshal B & Paul John Steintbart. 2006. Sistem Informasi Akuntansi.
Jakarta; Salemba Empat.
Stoner, James A. F.,2001,Manajemen, (Alih Bahasa: Alfonsus Sirait), Edisi
Kedua Belas, Erlangga, Jakarta.
Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Widjajanto, Nugroho. 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Jakarta: Penerbit
Erlangga
Lampiran 1. Laporan Realisasi Anggaran
Lampiran 2. Neraca (1)
Lampiran 2. Neraca (2)
Lampiran 3. Catatan atas Laporan Keuangan
Lampiran 3. Catatan atas Laporan Keuangan
Lampiran 3. Catatan atas Laporan Keuangan
Lampiran 3. Catatan atas Laporan Keuangan
Lampiran 3. Catatan atas Laporan Keuangan
Lampiran 4. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Lampiran 5. Surat Perintah Membayar (SPM)
Lampiran 6. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
Recommended