View
28
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS SWOT PROGRAM LAYANAN KESEHATAN
MASJID AL-BAKRIE KELURAHAN MENTENG ATAS JAKARTA
SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )
Oleh :
ACHMAD ANDRIANSYAH
NIM : 108053000024
POGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
ANALISIS SWOT PROGRAM LAYANAN KESEHATAN
MASJID AL-BAKRIE KELURAHAN MENTENG ATAS
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )
oleh :
ACHMAD ANDRIANSYAH
NIM : 108053000024
Dibawah Bimbingan
Drs. M. Sungaidi. MA
Nip :196008031997031006
POGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Mei 2013
Achmad Andriansyah
i
ABSTRAK
AHMAD ANDRIANSYAH, 108053000024
Analisis SWOT Program Layanan Kesehatan Masjid Al-Bakrie, Kelurahan
Menteng Atas, Jakarta Selatan
Masjid Al-Bakrie, didirikan pada tahun 2004 di bawah Bakrie Group tak
hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga menjadi salah satu lembaga
yang fokus kepada penuntasan masalah sosial yang ada dilingkungan setempat,
Kelurahan Menteng Atas Jakarta Selatan. Kondisi kesehatan warga setempat yang
belum tertangani dengan baik, membuat Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Al-
Bakrie membuat satu program layanan kesehatan secara gratis yang ditujukan
kepada warga yang kurang mampu dalam pembiayaan kesehatan di rumah sakit
dan instansi swasta lainnya.
Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mencari tahu
tentang bagaimana penerapan program kesehatan tersebut kepada warga setempat
dan mengetahui bagaimana pihak pelaksana mengelola semua faktor-faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di program tersebut. Penulis
menggunakan metode deskriptif kualitatif yang memaparkan tentang berbagai
layanan yang disediakan dalam program tersebut dan menganalisis sesuai dengan
hasil temuan penelitian.
Dari hasil temuan tersebut, penulis mengetahui tentang berbagai layanan
yang disediakan dalam program kesehatan tersebut, antara lain layanan periksa
darah, gula darah, kolesterol, berbagai poliklinik, donor darah, ibu hamil dan bayi,
serta berbagai penyuluhan tentang kebiasaan hidup sehat dan bersih dikalangan
masyarakat, dengan menjalin kerja sama dari para petugas medis di berbagai
Rumah Sakit, Puskesmas serta petugas sukarela dari pihak kelurahan setempat.
Warga Kelurahan Menteng Atas bisa menggunakan layanan tersebut tanpa harus
mengalami birokrasi yang sulit, sehingga masalah kesehatan pun bisa tertangani
dengan baik, termasuk dalam penyediaan obat-obat generik. Kemudian juga
penulis temukan ada beberapa faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman dari terselenggaranya program tersebut, yang dikelola dengan baik
oleh DKM sehingga program tersebut bisa berjalan sesuai harapan DKM dan
harapan warga Kelurahan Menteng Atas.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, sebagaimana
kitatelah diberi nikmat Iman dan Islam, serta nikmat sehat sebagai bentuk kasih
sayang-Nya kepada kita semua. Berkat rahmat dan hidayah-Nyalah skripsi ini bisa
terselesaikan.
Shalawat beriring salam kita panjatkan kepada Junjungan Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan Insya Allah kepada kita
semua sebagai umatnya yang masih taat dan patuh mengikuti ajaran serta sunnah-
sunnahnya.
Penulis merasa, penulisan skripsi ini banyak dibantu oleh banyak orang yang
selalu berhubungan langsung maupun tidak langsung kepada penulis, dan hanya
ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka semua, diantaranya ;
1. Orang tuapenulis, H.A.Choirullah dan Ibunda Hj. Mulyanah yang senantiasa
member semangat, doa, cinta dan kasih sayang, serta berbagai dorongan yang tak
terhingga, untuk mereka skripsi ini penulis persembahkan.
2. Dr. Arief Subhan. MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Drs. Wahidin Saputra, MA sebagai Pudek I, Drs. H. Mahmud Jalal, MAsebagai
Pudek II, serta Drs. Study Rizal LK, MA sebagai Pudek III bidang
kemahasiswaan yang telah memberikan banyak ilmu dalam bidang organisasi.
4. Drs. Cecep Castrawijaya. MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah.
5. Drs. H. Mulkannasir. MA, selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah.
6. Prof. Drs. H. samsiralam. MA, sebagai pembimbing Akademik, beserta segenap
jajaran karyawan dan kru Jurusan dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.
7. Drs. Sungaidi. MA, selaku dosen pembimbing yang telahbanyakmemberikan
perhatian bimbingan serta pengarahan dan mengingatkan lewat pesan singkat
yaitu “KapanAnda di Wisuda”, sehingga skripsi ini bisa cepat terselesaikan.
8. Ketua penguji beserta anggota penguji yang telah menguji dan memberikan
pengarahan perbaikan terhadap skripsi penulis.
9. Segenap pengurus DKM Masjid Al-Bakrie yang telah membantu penulis,
khususnya kepada bapak H. Sri Hascaryo selaku ketua DKM Masjid Al-Bakrie,
bapak H. Zulfikar selaku Koordinator Bidang Keagamaan dan Program Rutin,
bapak Agus J Alwie selaku ketua pelaksana program-program yang berada di
Masjid Al-Bakrie yang telah membantu dan memberikan waktu dan informasinya
tentang bahan penulisan skripsi ini.
10. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi,
yang telah membantu dalam menyediakan sumber-sumber pustaka selama penulis
merampung skripsi ini.
iv
11. Segenap teman-teman MD seperjuangan yang sama-sama berjuang dari semester
awalt elah kita lewati, susah senang kita bersama. Ipin, Sidik, Dito, Anis, Dian,
Reza, Tika, Abid, Farhan, Adnan, Devi, Link Ciputat dan semuanya. Khususnya
ucapan terimakasih yang tak terhingga untuk soudara Abdus Somad yang selalu
memberikan motivasi, arahan, bimbingan, selama penulis menyelesaikan skripsi
ini.
12. Segenap teman-teman MD 4, 6 dan 8, yang selalu memberikan motivasi dan doa
tulusnya untuk penulis. Sonya, Rani, Balqis, Achie, Ajeng, Faizah, Hana, japra
dan semuanya terima kasih banyak atas motivasi dan doanya.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah kami berserah diri.Dan mudah-mudahan
skripsi ini bermanfaat. Meskipun penulis menyadari masih banyak terdapat
kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini karena kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT.
Jakarta, 12 Mei 2013
Ahmad Andriansyah
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………... 5
D. Tinjauan Pustaka …………………………………………… 5
E. Metode Penelitian………………………………………….. 7
F. Sistematika Penulisan………………………………………. 10
BAB II. LANDASAN TEORITIS
A. AnalisisSWOT
1. Pengertian Analisis SWOT...……………………………. 12
2. Jenis-Jenis Analisis………………………………………. 13
a. Analisis Pest…………………………………………. . 13
b. Analisis Pihak Berkepentingan………………………. 13
B. Program
1. Pengertian Program……………………………………… 14
2. Macam-Macam Program dan Jenis-Jenis Program……… 14
vii
3. Sistem dan Penerapan Program…………………………. 15
4. Tujuan Program…………………………………………. 17
C. Pelayanan
1. Pengertian Pelayanan........................................................ 17
2. Jenis-Jenis Pelayanan........................................................ 19
a. Pelayanan Administratif................................................ 19
b. Pelayanan Jasa............................................................... 19
D. Program Layanan Kesehatan
1. Pengertian Program Layanan Kesehatan………………… 19
2. Komponen Pokok Layanan Kesehatan…………………… 20
3. Institusi Layanan Kesehatan……………………………… 20
4. FungsiProgram LayananKesehatan Masjid……………… 21
E. Masjid
1. Pengertian Masjid……………………………………….. 22
2. Fungsi Masjid…………………………………………… 25
3. RuangLingkup Masjid…………………………………… 28
4. Macam-Macam Masjid………………………………….. 30
BAB III. TINJAUAN UMUM MASJID AL-BAKRIE KELURAHAN
MENTENG ATAS JAKARTA SELATAN
A. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Bakrie Kelurahan Menteng Atas
Jakarta Selatan……………………………………………… 32
viii
B. Visi, Misi danTujuan Masjid Al-Bakrie Kelurahan Menteng Atas
Jakarta Selatan………………………………………………. 35
C. Struktur Organisasi Masjid Al-Bakrie Kelurahan Menteng Atas
Jakarta Selatan……………………………………………… 36
D. Program Kegiatan Masjid Al-Bakrie Kelurahan Menteng Atas
Jakarta Selatan……………………………………………… 38
E. Sarana Dan Prasarana Masjid Al-Bakrie Kelurahan Menteng Atas
Jakarta Selatan……………………………………………… 50
BAB IV. ANALISIS SWOT PROGRAM LAYANAN KESEHATAN
MASJID AL-BAKRIE KELURAHAN MENTENG ATAS
JAKARTA SELATAN
A. Program Layanan Kesehatan Pada Masjid Al-Bakrie Dalam
Meningkatkan Mutu Kualitas Program Masjid Al-Bakrie…. 53
B. Analisis SWOT…………………………………………….. 59
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………… 63
B. Saran-Saran………………………………………………… 65
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masjid merupakan pusat kegiatan ibadah dan muamalah bagi umat islam.
Kegiatan ibadah ini mempunyai arti luas, tidak semata-mata tempat shalat,
pengajian, dan mengaji, akan tetapi untuk segala kegiatan yang biasa membawa
kemaslahatan dunia akhirat. Salah satu bentuk kegiatan tersebut yaitu ceramah,
diskusi, kajian, social dan pelatihan keagamaan.1
Sebagaimana Allah berfirman dalam (Q.S.At-Taubah :108) yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguh-nya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba),
sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya
mesjid ituada orang-orang yang ingin membersihkan diri.Dan sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bersih.”(Q.S At-Taubah 108).
Secara teoritis konseptual, Masjid adalah pusat kebudayaan umat islam. Di
tempat suci inilah syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrawi,
material spiritual dimulai, karena setelah Nabi Muhammad SAW Hijrah ke
Madinah, beliau berusaha bersama Muhajirin lainnya dengan masyarakat
1Ahmad Yani dan Achmed Satoni Ismail, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LPZSI
Haramain.2001), hal. 11-13
2
setempat (kaum Anshor) membangun Masjid supaya orang Islam berkumpul
untuk melaksanakan shalat lima waktu.2 Selain berfungsi sebagai tempat ibadah
ritual, Masjid menurut Ulama terkemuka, Syaikh Yusuf Qardhawi,3 Masjid juga
berfungsi sebagai tempat sosial kemayarakatan seperti bersilaturrahmi untuk
memperkuat ikatan persaudaraan tempat menimba ilmu, tempat pengumpulan
dana zakat, infak dan sedekah, tempat menyelesaikan sengketa, lembaga
solideritas dan bantuan kemanusiaan, tempat pembinaan dan pengembangan
kader-kader pemimpin umat, tempat membina keutuhan jamaah, dan tempat
bergotong royong di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Masjid juga
berfungsi sebagai tempat memberikan motivasi dalam semua kegiatan
masyarakat baik menyangkut kegiatan formal atau informal maupun untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat atau umat dalam mencapai tujuan
pembangunan Indonesia, yaitu masyarakat adil, makmur, dan sejahtera lahir dan
batin.
Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tirmizdi dari Abi Sa’id Al-Khudri”
Bahwa tiap potong tanah adalah masjid”. Dalam hadist lain Nabi Muhammad
SAW menerangkan” Telah dijadikan Masjid itu bagiku tempat sujud”.
Sedangkan arti masjid itu bersal dari kata sajada-sujud, salah satunya bermakna
mengikuti maupun menyesuaikan diri dengan ketetapan Allah yang berkaitan
dengan alam raya (Sunnatullah).
2Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual ( Jakarta: Gema Insani Press, 1998).h.29
3Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007).Cet.1, h.7
3
Akan tetapi belakangan ini ternyata diantara Masjid yang masih
memfungsikan Masjid sebagai ritual ibadah semata, tidak menjadikan masjid
sebagai mestinya, tentu hal ini akan menjadi mimpi belaka saat mengelola masjid
tanpa diiringi manajemen dan program yang professional. Karena masjid
dipandang sebagai bangunan yang megah semata namun perlu untuk
memakmurkan oleh seluruh komponen (pengurus Masjid) dan jama’ah. Oleh
karena itu perlu upaya peningkatan mutu akan kualitas kegiatan Masjid
khususnya meningkatkan program kegiatan bantuan kemanusian.
Di kelurahan Menteng Atas Jakarta selatan, terletak sebuah Masjid
sebagaimana umumnya Masjid di daerah-daerah lain atau di masyarakat muslim
tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah. Akan tetapi sebagai tempat
bantuan masyrakat yang bersifat sosial, yang berperan dalam membantu
masyrakat fakir miskin dan para kaum dhuafa.Salah satu Masjid yang memiliki
program layanan kesehatan klinik terletak dikelurahan Menteng Atas Jakarta
Selatan,Masjid tersebut adalah Masjid Al-Bakrie.
Masjid Al-Bakrie mendirikan program layanan kesehatan klinik ini dengan
maksud membantu masyarakat menteng atas dalam meringankan beban
pembiayaan, dikarenakan biaya yang tidak terjangkau oleh masyarakat yang
kurang mampu.
Kesehatan merupakan assetutama bagi mereka yang tergolong miskin, bila
mereka jatuh sakit, keluarga miskin kehilangan daya untuk melangsungkan
kehidupan keluarganya, hal ini diperparah dengan meningkatnya biaya pelayanan
4
kesehatan yang dirasakan sebagai hal yang mahal sehingga makin sulit dijangkau
keluarga miskin.Tak jarang ketika sakit, mereka pasrah tanpa berbuat lebih
banyak untuk memgobati sakitnya itu.Dalam kondisi yang demikian, mereka
sulit memahami budaya sehat, hal ini karena keterbatasan dana yang mereka
miliki sehingga mereka memiliki keterbatasan untuk menerima pelayanan yang
dapat meningkatkan kemampuan kerja mereka dan secara tidak langsung
meningkatkan penghasilan mereka. Dengan demikian berdasarkan pasal 6 ayat 2
tahun 2009 “ Setiap manusia mempunyai hak memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu dan terjangkau”.
Faktor inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengetahui program
layanan kesehatan klinik yang dilaksanakan oleh pengurus Masjid Al-Bakrie
yang berada dikelurahan Menteng Atas Jakarta Selatan, Dengan demikian
penulis tertarik untuk menulis dalam sebuah skripsi yang berjudul “ANALISIS
SWOT PROGRAM LAYANAN KESEHATAN MASJID AL-BAKRIE
KELURAHAN MENTENG ATAS JAKARTA SELATAN”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah.
Masjid sebagai fungsi sosial, salah satunya adalah untuk
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial, seperti pendidikan agama,
penghimpunan atau penyuluhan dana zakat, tempat pelaksanaan akad nikah
dan juga tempat penyelengaraan layanan kesehatan. Sesuai dengan judul dan
5
masalah yang penulis ambil yaitu mengenai Program Layanan Kesehatan
Masjid Al-Bakrie Kelurahan Meteng Atas Jakarta selatan.
2. Perumusan Masalah.
Adapun perumusan masalah-masalah pokok yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan program layanan kesehatan klinik di
Masjid Al-Bakrie?
b. Bagaimana DKM Al-Bakrie melihat dan mengelola faktor kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan
ancaman (treatment) yang ada pada program layanan kesehatan
tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian.
Untuk mengetahui penerapan program layanan kesehatan klinik di
Masjid Al-Bakrie dalam meningkatkan mutu kualitas program Masjid Al-
bakrie.
2. Manfaat Penelitian.
a. Menambahkhajanah ilmu pengetahuan khususnya jurusan Manajemen
Dakwah dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
b. Penulis dapat memberikan wawasan praktis dan pandangan bagi pihak-
pihak yang terkait khususnya lembaga kemasjidan dan kemasyarakatan.
6
c. Hasil Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi pihak-pihak
lembaga dan pihak lain.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum masuk lebih jauh mengenai pembahasan penelitian ini, ada
beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat pembahasan yang hampir sama
dengan yang dituliskan oleh penulis, namun tentunya ada sudut perbedaan dalam
hal pembahasan maupun obyek kajian dalam penelitian ini, adapun penelitian
tersebut diantaranya adalah:
1. “Analisis pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin diKota Bandar
Lampung (studi kasus : Rumah Sakit Umum Abdul Moebek).” Oleh Rini
Yulianti, karya ilmuan ini berisikan tentang kualitas pelayanan kesehatan
yang diberikan RSUAM terhadap pasien keluaarga miskin, khususnya
pasien sakit rawat inap. Yang membedakan judul peneliti dengan judul ini,
dari tempat lokasi yang diambildaerah Bandar Lampung dengan studi
kasus: Rumah Sakit Umum Abdul Moebek, sedangkan peneleti berlokasi
dikelurahan Menteng Atas yang bertempat diMasjid Al-Bakrie.
2. Peran Masjid Raya Cinere Dalam Meningkatkan Solideritas Masyarakat
Cinere Limo Depok. Oleh Siti Sholihah. Skripsi ini membahas tentang
bagaimana Peran Masjid Raya Cinere untuk meningkatkan solideritas
masyarakat Cinere Limo. Skripsi ini membahas tentang bagaimana peran
Masjid Raya Cinere dalam meningkatkan solidaritas masarakat Cinere
7
Limo Depok, berbeda dengan skripsi yang akan penulis teliti yang lebih
menfokuskas tentang layanan kesehatan diMasjid Al-Bakrie.
Dari hasil tinjauan pustaka yang peneliti lakukan, maka peneliti belum
menemukan adanya judul maupun tema yang serupa seperti yang akan peneliti
teliti. Dikarenakan belum adanya skripsi yang membahas ini, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian untuk diajukan sebagai proposal skripsi
dengan judul“ANALISIS SWOT PROGRAM LAYANAN KESEHATAN
MASJID AL-BAKRIE KELURAHAN MENTENG ATAS JAKARTA
SELATAN”
E. Metode Penelitian.
Metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud
sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja
yaitu cara kerja untuk memahami objek.
1. Metode Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif
ini, perlu kiranya di kemukan teori menurut Bogdan dan
Taylormendefinisikan, metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari
8
orang-orang perilaku yang dapat diamati.4 Dengan memilih metode
kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap
dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan
metode deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang
tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau
prediksi.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek yang akan diteliti adalah Pengurus Masjid Al-Bakrie
atau sekelompok orang yang berkaitan dengan penyusunan program
Layanan Kesehatan klinik di Masji Al-Bakrie, dalam hal ini adalah dengan
Bapak H. Zulfikar selaku Koordinator Bidang Keagamaan dan Program
Rutin Masjid Al-Bakrie. Sedangkan objeknya adalah program kesehatan
yang dibuat dan dilaksanakan oleh DKM Al-Bakrie.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan langsung dengan maksud
tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu
pewawancara(interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan ketua
DKM Masjid Al-Bakrie yang di wawancarai(interviewee)dengan
4Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2000),
Cet. 11, hal. 3
9
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.5 Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi arus informasi dalam wawancara,yaitu: pewawancara
(interviewer), responden (interviewee), pedoman wawancara dan
situasi wawancara.
b. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan penelitian dengan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.6 Sutrisno Hadi
mengungkapkan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, satu proses yang tersusun dalam dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Diantara yang penting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.7 Dalam melakukan observasi penulis
mendatangi langsung ke Masjid Al-Bakrie Kelurahan Menteng Atas
yang beralamat di Jl.Menteng Atas Jakarta Selatan. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan data konkrit tentang hal-hal yang menjadi objek
penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dipakai guna melengkapi data-data yang telah
terkumpul, juga untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan
5Ibid, h. 135
6Sutrisno Hadi, Metodologi Riset II, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
UGM, 1984), h. 141 7Sugiono, Metode Penulisan Administrasi, (Bandung : Penerbit al-Fabeta 2005), Cet, ke- 12,
h. 166
10
dengan permasalahan yang diteliti antara lain mencari data berupa
arsip foto, buku, catatan, transkip, bulletin, makalah dan sebagainya.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Masjid Al-Bakrie Kelurahan Menteng
Atas yang beralamat di Jl.Menteng Atas Jakarta Selatan yang berlangsung
sejak 14 Juni 2012 sampai dengan 23 Maret 2013.
5. Analisis Data.
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis
secara kualitatif, analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di
lapangan secara berkesinambungan agar tercapai proses kesimpulan
tertentu terhadap informasi yang terdapat pada lembaga tersebut, dengan
mempertimbangkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan
dianggap mendasar dan universal. Dalam bahasan ini, penulis akan
membahas mengenai analisis SWOT yang ada dalam objek penelitian yang
penulis lakukan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan
sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai
berikut :
11
BAB I :PENDAHULUAN
Di dalam bab ini tertuangkan sub-bagian dengan komposisi Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
dan Sistematika Penulisan.
BAB II :TINJAUAN TEORI
Di dalam bab ini akan dibahas tentang definisi dan jenis-jenis analisis,
definisi program yang terdiri dari jenis program dan tujuan program, kemudian
membahas sekilas mengenai pelayanan kesehatan dan terakhir mengenai ruang
lingkup masjid yang terdiri dari pengertian masjid, fungsi dan tujuan masjid.
BABIII :GAMBARAN UMUM MASJID AGUNG ALBAKRIE
Dalam bab ini penulis menerangkan sejarah dan profilMasjid Al-Bakrie, visi
misi dan tujuan Masjid Al-Bakrie, struktur organisasi Masjid Al-Bakrie, letak
geografis Masjid Al-Bakrie, program-program kerja Masjid Al-Bakrie.
BAB IV : HASIL ANALISIS PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menerangkan tentang pelaksanaan dan
penerapanprogram layanan kesehatan pada Masjid Al-Bakrie Kelurahan Menteng
Atas Jakarta Selatan., juga disertakan dengan analisis hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
Di dalam bab ini mencakup kesimpulan yang merupakan jawaban dari
perumusan masalah penelitian yang penulis lakukan, juga berisi saran-saran
untuk pelaksanaan program kesehatan Masjid Al-Bakrie.
12
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Analisis SWOT
1. Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats),
adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats). Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat
faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT,
dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu
mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya
bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats)
yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.
13
Dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT adalah perkembangan
hubungan atau interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan
kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman.1
2. Jenis-jenis Analisis
a. Analisis PEST (politic, economy, social, technology) adalah Suatu
teknik dalam manajemen strategis yang digunakan untuk melihat
faktor-faktor lingkungan luar yang berpengaruh terhadap suatu hal
(perusahaan, proyek, masalah, dll.). Sesuai dengan singkatannya,
analisis ini dilakukan terhadap 4 unsur, yaitu Politik: Pengetatan
peraturan tata kelola perusahaan dan manajemen risiko oleh
pemerintah, Ekonomi: Peningkatan anggaran pelaksanaan tata kelola
perusahaan, Sosial: Peningkatan tuntutan masyarakat terhadap tata
kelola perusahaan yang baik, Teknologi: Peningkatan penerimaan
terhadap aplikasi berbasis web.2
b. Analisis Pihak Perkepentingan, adalah mengindentifikasi perorangan
dan lembaga yang menaruh perhatian pada organisasi anda dan
kegiatannya, dan menggali alasan-alasan mengapa mereka mungkin
tertarik membantudengan dana atau menyumbangkan sumber daya
lainnya, atau melalui semacam kemitraan.3
1http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-analisis-swot.html
2http://en.wikipedia.org/wiki/PEST_analysis
3Michael Norton, Menggalang Dana. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 72
14
B. Program
1. Pengertiam Program
Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh seoang atau sekelompok organisasi lembaga bahkan Negara
mempunyai suatu program.
Suharsimi Arikanto mengemukan program adalah
“Sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai suatu kegiatan tertentu.”4
Kegiatan yang sudah dilaksanakan bukan lagi suatu program, kegiatan
yang tidak direncanakan walaupun terjadi bukan merupakan suatu
program.Jadi seseorang, sekelompok organisasi, lembaga bahkan Negara
mempunyai suatu program.
2. Macam-Macam Program
Jenis-jenis program dapat bermacam-macam wujud, jikaditinjau dari:
a. Tujuan, ada yang bertujuan mencari keuntungan (kegiatan komersial).
Jika program tersebut mencari keuntungan, maka ukurannya adalah
seberapa banyak program tersebut telah memberikan keuntungan yang
bertujuan sukarelawan.
b. Jenis, ada program pendidikan, program koperasi program
kemasyarakatan dan sebagainya tergantung dari isi program yang
bersangkutan
4Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan.(Yogyakarta: Bina Aksara, 1988),
h. 1
15
c. Jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang.
d. Keluasan, terbagi menjadi 2 macam :
1) Program sempit, hanya menyangkut program yang terbatas.
2) Program luas, menyangkut banyak variabel besar.
e. Pelaksanaannya, terbagi menjadi 2 macam :
1) Program penting, yang dampaknya menyangkut orang banyak dan
menyangkut hal-hal yang vital.
2) Program yang kurang penting adalah hal yang sebaliknya.5
3. Sistem dan Proses Penerapan Program
Dalam menentukan sasaran program yang dicapai agar berjalan secara
maksimal, diperlukannya sebuah sistem, sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Adapun dalam sistem tersebut teerdiri dari sub-sub sistem yang
berdiri sendiri serta saling berkaitan.
Dalam pengertiannya sistem merupakan suatu kesatuan dari beberapa
subsistem atau elemen untuk mencapai tujuan.Dalam pengertian lainnya
komponen-komponen atau subsistem yang saling berinteraksi, dimana
masing-masing bagian tersebut dapat bekerja secara sendiri-sendiri
(independen) atau juga bersama-sama serta saling berhubungan
membentuk satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran sistem tersebut
dapat tercapai secara keseluruhan.
5Ibid, h. 2-3
16
Keterkaitannya dalam pelaksanaanya program sangat berpengaruh
pada pentingnya kualitas informasi yang digunakan untuk menyusun
berbagai program kegiatan dalam bentuk informasi yang diperoleh dengan
cara menyimpan, memelihara dan menggunakan informasi tersebut.
Dalam mengimplementasikan sebuah kegiatan atau program
diperlukan metode sebagai alat penunjang jalannya sebuah kegiatan atau
program diantaranya dikemukakan oleh Suhendel dan Hofel, sebagai
berikut:
a. Struktur, termasuk didalamnya metode spesialisasi, metode
departementalisasi, koordinasi, delegasi, wewenang dan organisasi
informal.
b. Proses, meliputi sistem alokasi sumberdaya, sistem informasi, sistem
evaluasi, system pengukuran, sistem imbalan, prosedur pelaksanaan
dan sistem promosi.
c. Berkenaan perilaku antar pribadi dalam organisasi, gaya
kepemimpinan dan penggunaan kekuasaan.
Proses pelaksaan program tertuang dalam pelaksaan kegiatan
diantarannya kegiatan layanan dan kegiatan pendukung merupakan ujung
tombak kegiatan secara keseluruhan.6
6Haller A, Bimbingan Dan Konseling, hal 8
17
4. Tujuan Program
Tujuan adalah sasaran atau maksud yang harus dicari dalam proses
pelaksanaan kegiatan yang direncanakan, hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Suharsimi Arikanto.7
“Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus
dijadikanpusat perhatian oleh evaluator.Jikasuatu program tidak
mempunyai tujuan atau tujuan yang tidak bermanfaat maka
program tersebut tidak perlu dilaksanakan.Tujuan menentukan
apa yang akan diraih.”
Tujuan program dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus (obyektives). Tujuan umum biasanya menunjukkan output
dari program jangka panjang sedangkan tujuan khusus, outputnya jangka
pendek.8
C. Layanan
1. Pengertian layanan
Dalam kamus besar bahasa indonesia, Pelayanan diartikan sebagai
kemudahan yang diberikan sehubungan jual beli barang atau jasa.9
Tentang pengertian pelayanan para ahli mengemukakan pendapatnya
yang berbeda-beda satu sama lain. Diantara para ahli yang mengemukakan
pendapatnya yaitu:
7Suharsimi Arikanto, Penilaian Program Pendidikan.(Yogyakarta: Bina Aksara, 1988), h.
35 8Ibid, h. 35
9Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Edisi Ke-3, cet ke 2, h. 646
18
a. Menurut AS. Moenir, “Pelayanan adalah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diterima.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Pelayanan merupakan
tindakan yang dilakukan orang lain agar masing-masing memperoleh
keuntungan yang diharapkan dan mendapat kepuasan.10
b. Menurut Philip Kottler, “Pelayanan dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas yang bermanfaat atau yang diberikan oleh satu atu beberapa
pihak kepada pihak lain untuk dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan yang pada dasarnya bersifat berwujud dan tidak akan
menimbulkan kepemilikan apapun kepada yang menerimanya.11
c. Pelayanan menurut Atep Adya Brata adalah segala usaha penyediaan
fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para calon pembeli atau
pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya transaksi.12
d. Herbert N. Casson, mendifinisikan Pelayanan sebagai tindakan yang
dinyatakan atau dikerjakan untuk menyenangkan, mencari petunjuk
atau memberi keuntungan kepada pembeli dengan tujuan menciptakan
good will atau nama baik serta peningkatan penjualan serta
pendapatan.13
Dari beberapa definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan pelayanan adalah suatu usaha untuk memberikan
10
AS. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, (Jakarta Bumi Aksara, 2000),
cet ke-4, h. 17 11
Philip Kottler, Marketing Manajemen: AnalisisPlanning, Implementasi and Control,
Eight Edition, New jersey, (Prentice Hall, 1994), h. 446 12
Atep Adya Brata, Bisnis dan Hukum Perdata dagas SMK, (Bandung: Armico, 1999), h.
93 13
Ibid, h. 13
19
bantuan dalam kebaikan yang bermanfaat dan saling menghasilkan
keuntungan antara yang memberikan layanan dengan orang yang
menerima pelayanan dengan tujuan memberikan kepuasan dari apa yang
menjadi keinginan konsumen.
2. Jenis Pelayanan
a. Pelayanan administratif, yaitu pelayanan publik yang menghasilkan
berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan masyarakat. Produk
ini meliputi status kewarganegaraan, status usaha, sertifikat
kompetensi dan kepemilikan.
b. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk
jasa yang dibutuhkan masyarakat. Misalnya, pendidikan, kesehatan,
penelengaraan transportasi, dan lain sebagainya.14
D. Program Layanan Kesehatan
1. Pengertian Pengertian Program Layanan Kesehatan
Menurut pendapat Levy dan Loomba (1973) yang dikutip oleh Dr.
Azrul M.P.H maka yang dimaksud dengan layanan kesehatan ialah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.15
14
Diaksese pada 9 Desember 2012
Sehttp:/id.answer.yahoo.com/question/index?qid=2010121404008AAACTIMEz 15
Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan. (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), h.
35
20
2. Komponen Pokok Layanan Kesehatan
Komponen pokok layanan kesehatan yaitu Promotif,Preventif
(mencegah), Kuratif (penyembuhan),16
promotif artinya bersifat
memajukan atau meningkatkan,17
Preventif artinya bersifat mencegah,
supaya jangan terjadi apa-apa,18
Kuratif artinya menyembuhkan atau
mengobati.19
3. Institusi Layanan Kesehatan
a. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga kerja
medis profesional yang terorganisasi serta sarana kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesimbungan, diagnosis serta pengobatan
penyakit yang diderita oleh pasi.
Rumah sakit adalah tempat pusat dimana layanan kesehatan
masyarakat pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.
b. Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu unit
pelaksanaan funsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan
kesehatan, pusat pembinaan masyarakat dalam bidang kesehatan, serta
pusat layanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
16
Soemarno Markan, dkk, Kamus Kedoteran. (Jakarta: Fakultas Kedokteran Univertsitas
Indonesia, 2004), Cet. Ke-4 17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 898 18
Ibid, h. 895 19
Ibid, h. 617
21
kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dalam
suatu wilayah tertentu.20
c. Pos Sehat
Pos sehat adalah upaya pemberdayaan kesehatan masyarakat
miskin melalui upaya promotif dan preventif.21
4. Fungsi Program Layanan Kesehatan Masjid
Ketika terjadi perang, biasanya ada saja pasukan perang yang
mengalami luka-luka dan tentu saja memerlukan perawatan serta
pengobatan pada masa Rosul.Bila hal itu terjadi maka perawatandan
pengobatan terhadap pasukan perang dilakukan dilingkungan masjid
sehingga pada waktu itu didirikan sebuah tenda oleh seorang shahabiyah
(sahabat wanita) yang bernama Rafidah.Diantara sahabat yang dirawat
dikemah tersebut adalah Sa‟ad Bin Mutadh yang akhirnya meninggal
dunia.
Dalam konteks sekarang, bias juga didirikan poli klinik dimasjid untuk
kepentingan memberikan penyuluhan kesehatan dan melayani
pemeriksaan, perawatan dan pengobatan bagi jama‟ah Masjid yang
memerlukannya manakala hal ini dilakukan sangat membantu kaum
muslimin yang merupakan jama‟ah Masjid dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan jasmani.22
20
Azrur Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan.(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), h.
82 21
Eva Rohila Dan Rulli Nasrullah, Mengelola Pelayanan Kesehatan Untuk Dhuafa.
(Jakarta: Devisi Hubungan Masyarakat), h. 25 22
Ahmad Yani dan Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Deal. (Jakarta: HaramainLp23i,
2001), h. 14-15
22
E. Masjid
1. Pengertian Masjid
Masjid adalah rumah ibadah atau tempat beribadah, seperti makna
yang tersirat dalam firman Allah dalam surat An-Nur: 36-37:
Artinya:“Bertasbilah kepada Allah di Masjid-Masjid yang diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut namanya didalamnya pada waktu pagi dan
waktu petang, laki-laki yang tidak dilahirkan oleh perniagaan dan tidak
(pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan dari mendirikan
sembahyang, dan dari membanyarkan zakat, mereka takut kepada suatu
hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”.
(Qs, An-nur: 36-37).
Dengan demikian masjid adalah suatu bangunan yang dipergunakan
sebagai tempat mengerjakan shalat baik untuk sholat lima waktu maupun
untuk sholat jum‟at atau hari raya.23
Dilihat dari segi harfiah, Masjid memanglah tempat sembahyang.
Masjid berasal dari bahasa Arab yang brarti sajada –yasjudu yaitu sujud,
jadi ejaan aslinya Masjid.24
Menurut Rudy Hartono yang dikutip oleh Ahmad Yani, masjid secara
etimologis berarti tempat sujud, sedangkan secara terminologis masjid
adalah tempat melakukan kegiatan kegiatan ibadah dalam makna
23
Nana Rukmana, D.W Masjid Dan Dakwah. (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), h. 41 24
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam. (Jakarta; Gema Insani
Press, 2009), h. 8-9
23
luas.Dengan demikian Masjid merupakan bangunan yang sengaja
didirikan umat Islam untuk melaksanakan shalat berjama‟ah dan berbagai
keperluan lain yang terkait dengan kemaslatan umat Islam.25
Jadi, Masjid adalah suatu bangunan yang digunakan dalam kegiatan
ibadah dalam makna luas, baik untuk shalat lima waktu maupun shalat
jum‟at dan shalat hari raya.
2. Fungsi Masjid
Menurut Dr. Yusuf Al-Qardawi, fumgsi Masjid yaitu mencerdaskan
ummat dan memberikan orientasi dakwah sebagai pusat cahaya dan
petunjuk bagi masyarakat yang ada disekitarnya, sosial, tempat para
penduduk biasa saling jumpa, saling berkenalan satu sama lain,
mendekatkan hati, berjabat tangan, memperkuat ikatan persaudaraan, bisa
saling bertaya tentang kondisi masing-masing.26
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat
shalat, tempat beribadah kepadanya. Selain itu masjid berfungsi sebagai
tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah
SWT, tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihkan diri,
menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan
pengalaman batin atau keagamaan sehingga selalu terpelihara
keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian, tempat
bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan
25
Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid. (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2002), h. 3 26
Yusuf Qaradhawi, Tuntunan Membangun Masjid. (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.
8-9
24
yang timbul dalam masyarakat, tempat kaum muslimin berkonsultasi,
mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.27
Menurut Drs. H. Ahmad Yani, fungsi Masjid pada Rasul inilah yang
sangat penting telah kita ketahui agar tidak menyimpang dalam
memfungsikan Masjid.28
a. Tempat Pelaksanaan Pribadatan
Masjid, sebagaimana kita ketahui berasal dari kata sajada-yasjudu
yang berarti „„merendahkan diri‟‟ menyembah atau sujud.Dengan
demikian menjadi tempat shalat dan dzikir kepada Allah SWT
merupakan fungsi utama Masjid.
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Qur‟an surat Al-Jin ayat 18:
Artinya:“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan
Allah, maka janganlah kamu menyembuh seseorang didalamnya
disamping (menyembah) Allah SWT”.
(Qs. Al-Jin: 18)
b. Tempat Pertemuan
Salah satu tempat yang saling rutin digunakan oleh Rasulullah
SAW dan para sahabatnya untuk saling bertemu adalah masjid
c. Tempat Bermusyawarah
Pada masa Rosulullah SAW, Masjid juga dijadikan sebagai tempat
untuk bermusyawarah, baik dalam merencanakan suatau maslah
27
Moh. E. Ayub, dkk, Petunjuk Praktis Bagi Para PengurusManajemen Masjid.(Jakarta:
Gema Insani, 1996), h. 7-8 28
Ahmad Sani dan Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Deal. (Jakarta: Lp23i
Haramain, 2001), h. 10-18
25
maupun memecahkan persoalan yang terjadi baik yang berkaitan
dengan urusan pribadi, keluarga maupun urusan ummat secara
keseluruhan.
d. Tempat Kegiatan Sosial
Manusia disebut juga dengan makhluk sosial, islam amat
menekankan asas persamaan dalam masyarakat, karenanya hubungan
sosial diantara masyarakat muslim berlangsung secara harmonis
sehingga tidak terjadi adanya kejenjangan sosial, apalagi shalat
berjama‟ah yang mempunyai prinsip kehidupan sosial.
e. Tempat Pengobatan Orang Sakit
Ketika terjadi perang biasanya ada saja pasukan perang yang
mengalami luka-luka dan tentu saja memerlukan perawatan serta
pengobatan terhadap pasukan perang yang dilakukan di lingkungan
masjid.
f. Tempat Penerangan Dan Madrasah Ilmu
Rasulullah SAW juga menjadikan masjid sebagai tempat untuk
menimba ilmu yang telah diperolehnya dari Allah SWT berupa
wahyu.Ini berarti masjid itu berfungsi sebagai madrasah yang
didalamnya kaum muslimin memperoleh ilmu pengetahuan.
g. Tempat Berdakwah
Di masjid, para sahabat juga saling ta‟aruf (berkenalan) melalui
ta‟aruf, kadang kala ditemukan kekurangan-kekurangan atau hal-hal
yang kurang baik, maka merekapun saling bertausyiah (menasehati)
26
agar menjadi orang yang lebih baik lagi. Dengan ta‟aruf inilah kita
dapat bertausyiah dengan kesediaan untuk memperbaiki kesalahan
para sahabat yang sulit diperbaiki, bahkan dengan ini justru ukhuwah
mereka semakin mantab.
Ini berarti, masjid amat besar fungsinya dalam dakwah yang dilakukan
oleh Rasulullah kepada para sahabat. Oleh karena itu, dakwah merupakan
suatu yang amat mulia didalam islam dan masjid sarana utamanya.
3. Ruang Lingkup Masjid
a. Eksistensi Masjid
Dengan ini umat islam harus terus menerus mengupayakan
pembangunan masjid. Bermunculan Masjid-Masjid baru diberbagai
tempat, disamping renovasi atau masjid-masjid lama semangat
pembangunan rumah-rumah Allah itu layak dibanggakan. Hamper
seluruh tanah air tidak ada yang tidak tersentuh oleh pembangunan
Masjid. Ada yang berukuran kecil tapi mungil, ada yang besar dan
megah, namun tidak sedikit pula masjid yang terkatung-katung
pembangunannya dan tak kunjung rampung, terutama didaerah-
daerah yang solidaritas jama‟ahnya belum kuat.
b. Masjid Sebagai Pelengkap
Tidak sedikit Masjid diadakan pelengkap dalam suatu lingkungan,
misalnya dipabrik-pabrik, kantor, perusahaan, pasar, terminal, kampus
atau ditempat rekreasi. Disitu lazim dijumpai masjid kecil atau
sekedar mushalah dengan perawatan ala kadarnya, yang
27
keberadaannya mungkin sekedar mengukuhkan “legitmasi” keislaman
bagi lingkungan itu. Tempat ibadah semacam itu takkan menggangu
masjid lain yang sudah baik dan lancer biasanya.
c. Muballig Kurang Dikenal Lingkungannya
Banyak muballig yang disebut muballig terbang, munkin dia sudah
popular disuatu lingkungan masyarakat.Namun belum merupakan
jaman bahwa dia juga dikenal dengan baik dilingkungannya sendiri,
apalagi dianggap sebagai pembina jama‟ah.
d. Dinamika Masjid
Dinamika sebuah masjid sangat ditentukan oleh faktor objektif
umat islam disekitarnya. Umat yang dinamis akan menjadikan
masjidnya dinamis. Berbagai aktivitas dan kreatifitas tentu
akanberlangsung dimasjid.Dinamika Masjid juga dapat berbentuk
dengan adanya suara adzan yang berkumandang dimasjid, shalat
berjama‟ah dan suara ayat-ayat suci Al-Qur‟an.
e. Problematika Masjid
Masjid tidak luput dari berbagai problematika, baik menyangkut
pengurus kegiatan maupun yang berkenan dengan jama‟ah misalnya,
pemgurus tertutup, jama‟ah pasif, berphak pada satu golongan atau
paham, kegiatannya kurang dan tempat wudhunya kotor.
f. Mengatasi Problematika Masjid
Setiap problematika Masjid yang muncul perlu diatasi sesuai
dengan keadaan dan kemampuan pengurus dan jama‟ah
28
Masjid.Teknik pemecahan masalah diantaranya dengan musyawarah
keterbukaan dan kerjasama.
g. Memelihara Citra Masjid
Pemeliharaan dan pelestarian citra Masjid terpikul sepenuhnya
dipundak ummatislam. Untuk memelihara citra Masjid dapat
dilakukan dengan cara akhlak pengurus yang baik, akhlak jama‟ah,
kebersihan Masjid dan pelaksanaan masjid.29
4. Macam-Macam Masjid
Ada beberapa macam-macam masjid, diantaranya:
a. Masjid Kota
Masjid kota ini jelas harus berlokasi dipusat Kota dan harus
mempunyai aksebelitasi yang sangat tinggi terhadap penduduk
diseluruh wilayah Kota.
b. Masjid Wilayah
Masjid wilayah ini berfungsi melayani penduduk didaerah perumahan
dalam skak wilayah dan penduduk yang berada pada pusat-pusat
aktifitas untuk melaksanakan shalat sehari-hari.Shalat jum‟at serta
kegiatan keagamaan lainnya yang mencakup kegiatan sosial bagi
masyarakat.
c. Masjid Kecamatan
Pada prinsipnya Masjid kecamatan ini dibangun untuk melayani
penduduk islam yang berada disekitar kecamatan teersebut terutama
29
Moh. E. Ayub, dkk, Petunjuk Praktis Bagi Para PengurusManajemen Masjid(Jakarta:
Gema Insani, 1996), h. 15-27
29
dalam melaksanakan shalat jum‟at, shalat hari raya, serta kegiatan-
kegiatan sosial masyarakat.
d. Masjid Lingkungan
Lokasi lingkungan ini lebih berorientasi kearah perumahan, karena
fungsinya hanya melayani penduduk didalam daerah pelayanannya
untuk melaksanakan shalat sehari-hari, shalat jum‟at sserta kegiatan
keagamaan lainnya.
e. Masjid local (Langgar/Mushalah)
Langgar/Mushalah ini hanya dipergunakan untuk shalat sehari-
hari, tidak dipergunakan dalam pelaksanaan shalat jum‟at.30
30
Nana Rukmana, D.W Masjid Dan Dakwah (Jakarta: Al-mawardi Prima, 2002), h. 86-89
32
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID AL-BAKRIE KLURAHAN
MENTENG ATAS
A. Latar Belakang Berdirinya Masjid Al-Bakrie
Dalam rangka melaksanakan ibadah serta amaliah nyata dalam
pengembangan sarana pendidikan agama Islam, PT Bakrie Swasakti Utama
melaksanakan pembangunan masjid yang berlokasi di Jalan Muria Dalam Raya,
Menteng Atas, di lingkungan Kompleks Apartemen Taman Rasuna. Anindya N.
Bakrie, Ketua Umum Panitia Pembangunan Masjid Al Bakrie mengungkapkan
"Pembangunan Mesjid ini kami realisasikan bukan hanya semata-mata dalam
memenuhi tanggung jawab kami sebagai pengembang Kompleks Apartemen
Taman Rasuna, tetapi juga dalam upaya menyediakan sarana Ibadah dan
pendidikan yang memadai bagi masyarakat sekitar."1
Masjid Al Bakrie dibangun di atas tanah milik Pemda Provinsi DKI Jakarta
seluas 3200 m2 dengan tujuan untuk;
1. Melalui kegiatan dakwah dan syiar Islam yang nantinya merupakan bagian
dari kegiatan di lingkungan Masjid, diharapkan dapat tumbuh keimanan,
ketakwaaan serta Akhlakul Kharimah dari masyarakat, terutama anak-anak
dan generasi muda.
1Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Jakarta 12 Februari 2013.
33
2. Memberikan pelayanan agama, pendidikan dan sosial, khususnya bagi
anggota masyarakat yang kurang mampu.
3. Membina, memupuk serta menumbuh kembangkan ukhuwah Islamiyah dan
rasa persaudaraan menuju persatuan dan kesatuan nasional antar pribadi,
keluarga dan masyarakat pada umumnya sesuai dengan ajaran Rasulullahi
Shallallahu a’laihi wassallam.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat(QS.At-Toubah:18)dikatakan:
Artinya:”Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada
Allah, maka merekalah orang-orang yg diharapkan termasuk golongan orang-
orang yang mendapat petunjuk ".(QS.At – Taubah:18).
Peresmian pembangunan Masjid Al Bakrie dilaksanakan pada tanggal 23
Februari 2004 dan dihadiri oleh Bapak Aburizal Bakrie, KH. Abdullah
Gymnastiar, aparat instansi pemerintah terkait, pimpinan dan karyawan
perusahaan di lingkungan Group Bakrie, tokoh masyarakat, dan masyarakat di
lingkungan lokasi Masjid.2
2Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Jakarta 13 Februari 2013.
34
Masjid Al-Bakrie mampu menampung 1.000 orang jemaah dan memiliki
fasilitas-fasilitas seperti perpustakaan, ruang pertemuan dan ruang sekretariat
dengan luas bangunan 1.458 meter persegi dengan rincian sebagai berikut :
a. Lantai semi basement dengan luas 532,02 m2
b. Lantai dasar dengan luas 464,33 m2
c. Lantai mezanin dengan luas 418,97 m2
d. Menara 42,95 m2
Bentuk bangunan mengadopsi nuansa bentuk dari asrsitektur Masjid
Medan, dengan mengikuti kaidah-kaidah desain Masjid berdasarkan syariat
Islam dan pemilihan material dari jenis konstruksi yang ekonomis tanpa
mengurangi nilai estetika bentuk arsitekturnya. Pada lantai Satu bangunan masjid
terdapat ruang serba guna, tempat wudhu dan toilet, ruang administrasi, gudang
dan tempat penitipan.Sedangkan pada lantai Dua murni merupakan truang shalat
dengan dilengkapi mihrab dan ruang tunggu khatib.3
Masjid Al Bakrie mulai dapat digunakan sejak Bulan Oktober 2005, namun
masih terus dilakukan pekerjaan untuk penambahan kanopi maupun pekerjaan-
pekerjaan lain untuk mempercantik Masjid.
3https://foursquare.com/v/masjid-bakrie-kuningan/4caef45a39458cfa0740f69f, di akses
pada tanggal 23 Maret 2013.
35
B. Visi, Misi Dan Tujuan Masjid Al-Bakrie
1. Visi
Mewujudkan sarana ibadah dan pendidikan untuk meningkatkan ketaqwaan
kepada Allah SWT serta meningkatkan nilai-nilai ukhuwah Islamiyah.
2. Misi
a. Menumbuh kembangkan keimanan, ketakwaan serta akhlakul kharimah
bagi masyarakat, terutama anak-anak dan generasi muda melalui
kegiatan dakwah dan syiar Islam serta AmarMa'ruf Nahimunkar.
b. Memberikan pelayanan agama, pendidikan dan sosial,khususnya bagi
anggota masyarakat yang kurang mampu.4
3. Tujuan
Membina, memupuk serta menumbuh kembangkan ukhuwah Islamiyah
dan rasa persaudaraaan menuju persatuan dan kesatuan nasional antar
pribadi, keluarga dan masyarakat pada umumnya, serta memberikan
pelayanan agama, pendidikan dan sosial, khususnya bagi anggota
masyarakat yang kurang mampu.
4Wawancara langsung dengan Bapak Agus J Alwie, Ketua pelaksana, Jakarta 20 Maret 2013.
36
C. Struktur Organisasi dan Susunan Kepengurusan Masjid Al-Bakrie 2011-
2014.
1. Stuktur Organisasi
Gambar : Bagan Struktur Organisasi DKM Al-Bakrie, Menteng Atas tahun 2011-2014.5
5Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Jakarta 13 Januari 2013.
Dewan Pembina dan Penasihat
Ketua Umum, Ketua Pelaksana dan Wakil
Ketua
Sekertaris
Bidang Keagamaan dan Program Rutin
Bendahara
Bidang Pendidikan, Pembinaan dan Perpustakaan
Bidang Informasi dan Humas
Bidang Pengelolaan
Property
Bidang Pencari Dana
Bidang Pengembangan dan
Program Khusus
Rismaba (Remaja Islam
Masjid Al-Bakrie)
Majlis Ta’lim Kaum ibu Al-Bakrie
Majlis Ta’lim Fajar Shodiq
Majlis Ta’lim Penghuni Apartemen Rasuna
Sahid
37
Dilihat dari segi bahasa, struktur dapat berarti cara bagaimana sesuatu
disusun atau dibangun. Sedangkan organisasi dapat berarti susunan atau atruran
dari berbagai bagian, sehingga merupakan kesatuan yang teratur dan tersusun.6
2. Susunan Pengurus.
Susunan pengurus dewan kesejahteraan Masjid Al-Bakrie untuk masa bakti
2011-2014 adalah sebagai berikut7:
Susunan Pengurus Dewan Kesejahteraan
Masjid Al-Bakrie
Ketua : H. Sri Hascaryo
Ketua Pelaksana : Agus J Alwie
Wakil Ketua : H. Diky Setiawan
Sekertaris : Dedi Cahyono
Bendahara I : Totot Prihartono
Bendahara II : Syarief Thoyib
Bidang Pendidikan, Pembinaan dan Perpustakaan
Koordinator : H.Indra Gunawan
Anggota : Jovial Mecca Alwis
Bidang Pengelolaan Properti
Koordinator :Melky Aliandri
6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994/1995), Cet. Ke-3 h. 860 7Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Jakarta 13 Januari 2013.
38
Anggota : Nining D Trisnayanti, Firman,
Warjo, Eko
Bidang Pencari Dana
Koordinator :H. Andre R Makallam
Anggota : H. Dendy Noviandri
Bidang dan Humas
Koordinator :Erfan Bachtiar
Anggota I : Biba Nelly
Bidang Keagamaan dan Program Rutin
Koordinator : H. Zulfikar
Anggota I : H. Achmad Solahudin
Anggota II : H. Achmad Hidayatullah
Anggota III : Hj. Sri Lestari, H. Riswanto
Bidang Pengembangan dan Program Khusus8
Kordinator :Andang Pranowo
Anggota : Cahyawan
D. Program Kegiatan Masjid Al-Bakrie
Masjid Al-Bakrie semakin hari semakin dirasakan manfaatnya dikalangan
masyarakat dan jama’ah. Keberadaan dan kelangsungan yang mencerminkan
kesinambungan inilah yang akhirnya menimbulkan kepercayaan masyarakat,
8Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Jakarta 13 Januari 2013.
39
sehingga dengan sukarela turut serta bersama pengurus Masjid dalam
mensukseskan program.
1. Pengajian Mingguan.
a. Hari Senin malam Selasa, materi yang dipelajari dalam pertemuan ini
yaitumembahas Mutharol Hadist dan Fiqih, diselengarakan setelah shalat
Maghrib dengan mendatangkan Habib Muchsin Bin Zaid Alatos.
b. Selasa Pagi jam 08.00-09.00, materi yang dipelajari dalam pertemuan
tersebut yaitu membahas Tafsir Al-qur’an, dengan mendatangkan Drs.
Ahmad Fauzi, sedangkan malamnya diselenggrakan setelah shalat isya,
dengan mendatangkan Drs. Hajanudin Sidik.
c. Hari Rabu malam Kamis setelah, materi yang dipelajari dalam pertemuan
tersebut yaitu membahas Tafsir Jalalain dengan mendatangkan K.H.
Abdul Hakim Hadi, diselenggarakan setelah shalat Maghrib.9
d. Hari Kamis malam Jum’at, pembacaan Yasin dilanjutkan pengajian
dengan materi Riyadus Shalihin dengan mendatangkan Ust. Syamsul
Ma’arif, MA diselenggarakan sestelah shalat maghrib.
e. Hari Jum’at Shubuh, materi yang dipelajari dalam pertemuan tersebut
yaitu membahas Hadist Shahih dengan mendatangkan K.H. Abdul Hakim
Hadi, setelah shalat shubuh.
9Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Jakarta 2 Maret 2013.
40
f. Hari Jum’at malam Sabtu, kajian agama dengan mendatangkan ceramah
Ust. Abdul Sa’rony, setelah shalat maghrib.
g. Hari Sabtu Shubuh, kuliah Shubuh Fajar Shadiq Madani, dengan
penceramah Drs. Taum Puli. Setiap Sabtu Shubuh di isi dengan Majlis
Fajar Shadiq Madani yang secara bergilir tingkat Masjid kelurahan
Menteng Atas Jakarta Selatan dan dengan peceramahnya tersebut.
2. Pengajian Kaum Ibu
a. Hari Minggu, Minggu pertama dengan penceramah Drh. HJ. Nurma
Nugraha dengan membahas materi Hadist Shahih.
b. Hari Minggu, Minggu kedua dengan penceramah HJ. Khodijah. Else
dengan membahas materi Hadist Shahih dan Al-Qr’an.
c. Hari Minggu, Minggu Ketiga dengan penceramah Ustz. HJ. Ajizah
Turahmi. Else dengan membahas materi isi kandungan Al-Qur’an.
d. Hari Minggu, Minggu Keempat dengan penceramah Ustz. Drh. HJ.
Romlah Adnan dengan membahas materi Fiqih Islami.
3. Membentuk Panitia Hari Besar Islam (PHBI)
a. Ramadhan dan Idul Fitri:
1) Mengadakan shalat tarawih dan tadarus Al-qur’an.
2) Menyiapkan penceramah untuk ceramah setiap ba’da shalat isya
selama bulan ramadhan.
41
3) Memperingati malam Nuzulul Qur’an dengan menyelenggarakan
lomba-lomba ke Islaman.
4) Menerima Zakat Fitrah, Zakat Maal, Shodakoh, Infaq, dan
membagikan kepada yang berhak menerimanya.
5) Menyelenggarakan shalat Idul Fitri.
b. Idul Adha
1) Bekerja sama dengan RT dan RW untuk memberikan surat edaran
mengenai hewan Qurban.
2) Bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengadaan hewan qurban.
3) Menerima dan mendistribusikan kepada yang berhak menerimanya.
4) Menyelenggarakan shalat I’dul Adha berikut menyediakan khotibnya.
5) Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Isra Mi’raj.
6) Kegiatan-kegiatan tersebut, dilakukan didalam Masjid. Dan
mengkoordinasi dengan aparat, kantor kelurahan setempat, dan
bekerja sama dengan Masjid-Masjid lainnya.10
4. Pemberangkatan Umrah pengurus Masjid Al-Bakrie
Jama’ah Masjid Al-Bakrie terdiri berbagai macam tingkatan masyarakat,
dapat dilihat dari segi latar belakang ekonomi, pendidikan, sosial dan
budayanya.
10
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin,, Jakarta 2 Maret 2013.
42
Dalam hal ini tentu diperlukan karyawan yang merupakan bagian dari
berjalannya program di Masjid Al-Bakrie untuk melaksanakan ritual
haji.Terlebih bilamana diperlukan oleh jama’ah untuk menjelaskan masalah
tersebut atau lebih jauh lagi jika untuk membimbingnya.
Program pemberangkatan umroh untuk pengurus Masjid Al-Bakrie
menjadi bagian kebijakan DKM Masjid Al-Bakrie.Dengan memberangkatkan
Ust. Maliki selaku sebagai imam shalat wajib disamping bidng-bidang yang
lain.
5. Program Layanan Kesehatan Masjid Al-Bakrie
Masjid Al-Bakrie merupakan salah satu masjid ternama di wilayah
Menteng Atas Jakarta Selatan yang masih memiliki struktur kepengurusan
dengan sistem Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM). Adapun beberapa fungsi
dari Masjid Al-Bakrie ini adalah sama dengan fungsi masjid-masjid pada
umumnya, yaitu untuk tempat ibadah, akan tetapi ada beberapa fungsi lainnya
sebagai salah satu lembaga berbasis sosial keagamaan, yakni antara lain
membina para jama’ahnya sebagai anggota masyarakat untuk menjadi muslim
yang bertaqwa kepada Allah SWT. Kedua, membina para jama’ahnya untuk
membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam
rangka usaha pembangunan masyarakat.Ketiga, membina para jama’ahnya
supaya bebas buta huruf Al-Quran sehingga bisa memberikan bekal
terciptanya generasi yang mampu memahami mengamalkan dan
43
memasyarakatkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.Keempat,
mensejahterakan jama’ahnya melalui pelayanan kesehatan.11
Namun secara obyektif, DKM Masjid Al-Bakrie belum sepenuhnya dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal sebagai lembaga sosial
kemasyarakatan. Namun demikian, terus berusaha untuk menyejahterakan
masyarakat sekitar, yaitu dengan cara membuka unit pelayanan kesehatan,
khususnya dalam pengembangan manajemen pengelolaan dan fungsi Masjid.
Selain beberapa alasan di atas terkait pembentukan program kesehatan,
Masjid Al-Bakrie juga melihat bahwa kondisi kesehatan masyarakat di
Kelurahan Menteng Atas, Jakarta Selatan masih terbilang kurang baik dengan
fasilitas kesehatan yang belum mencukupi kebutuhan kesehatan
masyarakat.Untuk itulah Masjid Al-Bakrie membuat satu program yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan utama masyarakat, yakni pemenuhan
kebutuhan kesehatan sebagai salah satu penopang untuk menjalani rutinitas
sehari-hari.
Program kesehatan Masjid Al-Bakrie dilaksanakan dalam jangka waktu
setahun bisa mencapai 2 atau 3 kali pelaksanaan.Program kesehatan yang
dilaksanakan ini bertempat di Aula Masjid Al-Bakrie, program kesehatan
Masjid Al-bakrie juga menyediakan beberapa layanan untuk memenuhi
kebutuhan standar kesehatan masyarakat Kelurahan Menteng Atas, Jakarta
11
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Masjid Al-Bakrie, Menteng Atas, Jakarta 7 Maret 2013.
44
Selatan. Layanan yang sudah berjalan sampai saat ini baru layanan donor
darah, khitanan massal yang bekerja sama dari kedokteran Universitas
Indonesia (UI), kegiatan tersebut dilaksanakan untuk donor darah tiga bulan
sekali sedangkan untuk khitanan massal satu tahun sekali. Adapun layanan
kesehatan khusus seperti pemeriksaan penyakit umum, poli gigi, poli mata,
pemeriksaan kehamilan dan keluarga berencana (KB).
Untuk berbagai poliklinik di atas, sasaran utamanya adalah masyarakat
yang berasal dari Kecamatan Setiabudi dengan total pasien yang datang setiap
programnya berkisar 500-800 orang dengan tujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan dan juga untuk menyambung silaturahmi antara pejabat
setempat dengan warga Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan12
.
Jadwal pelaksanaan program tersebut, rutin dilaksanakan 5 kali seminggu
selama 1 kali pelaksanaan, seperti yang tertera dalam table berikut :
12
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Jakarta 8 Maret 2013.
No. Nama Dokter Jadwal Praktek Keterangan
1 dr. Irfah Senin s/d Jumat -
2. dr. Nadya Selasa dan Kamis
Jam praktek mulai dari 12.00
s/d 16.00 WIB
3. dr. Nuraini Jumat
Jam praktek mulai dari 10.00
s/d 15.00 WIB
45
i tadari table di atas, jadwal praktek layanan kesehatan tersebut dilakukan
oleh 3 dokter dan 1 orang bidan serta ditunjang oleh petugas medis lainnya,
Dr. Irfah menangani layanan kesehatan umumsetiap hari Senin sampai dengan
Jumat dilaksanakan pada pukul 08.00 sampai dengan 16.00 WIB.Dr. Nadya
melayani poli mata setiap Selasa dan Kamis, keduanya dilaksanakan pada
pukul 08.00 sampai dengan 16.00 WIB. Kemudiandr. Nuraini melayani poli
kulit setiap hari Jumat pada jam 10.00 s/d 15.00 WIB, terakhir adalah Bidan
Aam melayani kebidanan untuk ibu hamil setiap hari pada 24 Jam.13
Adapun untuk menikmati semua layanan tersebut, masyarakat Kelurahan
Menteng Atas haya perlu menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan
Kartu Keluarga (KK) kepada petugas saat hendak menggunakan layanan
kesehatan yang ada di Masjid Al-Bakrie. Hal tersebut dilakukan untuk
pendataan warga yang sudah pernah menjadi pasien di layanan kesehatan
Masjid Al-Bakrie dan tidak perlu lagi menunjukan syaratnya jika ingin
berobat di lain waktu.
13
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Masjid Al-Bakrie, Menteng Atas, Jakarta 7 Maret 2013.
4. Bidan Aam Kamis -
46
Selain melalui program-program tersebut di atas, Masjid Al-Bakrie juga
kerap mengadakan seminar kesehatan mengenai pola hidup sehat dan bakti
sosial sebagai salah satu langkah masjid sebagai fungsi sosial dalam
menyadarkan dan membantu kehidupan sehat kepada masyarakat setempat
serta melakukan penyuluhan bahaya narkoba bagi murid-murid SLTA
sederajat.
Program-program tersebut dinilai sudah berjalan cukup baik, karena
didukung oleh tim pelaksana yang mengelola semua proses dari mulai
perencanaan hingga proses pelaksanaan berlangsung dan dalam hal ini juga
menyangkut perhatian dan kepedulian petugas kesehatan dalam memberikan
layanan kepada pasien yang datang tanpa melihat atau membedakan latar
belakang pasien, informasi mengenai program kesehatan yang ada disebarkan
secara merata melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan serta memperhatikan
kebutuhan imunisasi ibu dan bayi serta keselamatannya, memperhatikan
ketersediaan tenaga kesehatan (SDM yang memadai), memperhatikan
ketepatan waktu kunjungan, jadwal pemeriksaan agar pasien tidak menunggu
terlalu lama dan memperhatikan ketersediaan obat-obatan generik begitupun
dengan pemeliharaan alat.14
Untuk kesemua proses tersebut dimulai dari membuat perencanaan
program yang dibuat juga oleh DKM Al-Bakrie. perencanaan strategis
14
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Jakarta 12 Maret 2013.
47
merupakan syarat utama untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan layanan
kesehatan, ini juga sekaligus untuk menjamin program yang berkelanjutan
(sustainable programme). Memang, ada yang berpendapat bahwa tindakan
strategis (yang dirumuskan dalam program jangka menengah dan jangka
panjang) hanya relevan dengan persoalan-persoalan ekonomi, sedangkan
untuk persoalan layanan kesehatan yamg diperlukan adalah sikap taktis dan
tindakan atau program jangka pendek.Pelaksanaannya dilaksanakan oleh
DKM Masjid Al-Bakrie dibantu dengan Masjid lainnya serta pihak
puskesmas, kelurahan, RT/RW dan masyarakat yang ada disekitar lingkungan
Masjid Al-Bakrie. Untuk pengorganisasiannya, selama ini memang belum
ada, baik berupa struktur maupun susunan kepengurusan, akan tetapi selama
ini hanya masih dijalankan oleh segenap pihak DKM dengan beberapa
bantuan dari tokoh masyarakat setempat. Sedangkan untuk pengawasan juga
sampai saat ini belum terbentuk secara maksimal dan juga akan berusaha
bersama untuk membentuk rumah sehat.
Adapun bentuk sosialisasi program tersebut adalah dengan melalui
kelurahan, pengurus RT/RW setempat dan papan informasi Masjid/Mading
yang terdapat di sisi utara dan selatan Masjid, sedangkan segmentasinya lebih
ke arah masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Program-program tersebut yang sudah disosialisasikan menurut
segmentasinya masing-masing, mulai mendapat respon positif dengan adanya
48
kegiatan program kesehatan tersebut dan berharap kegiatan seperti ini dapat
diterapkan diMasjid-Masjid dekat lainnya.15
Setelah program tersebut disosialisasikan dan mendapat respon positif
dari masyarakat, pihak DKM masih terus melakukan upaya pencitraan agar
program kesehatan tersebut mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat,
misalkan dengan melakukan program yang mengedepankan kepercayaan
masyarakat, seperti donor darah, penyedian keranda jenazah dan mobil
Ambulance, untuk menyakinkan kepada masyarakat banyak yang sudah
menyambungkan donor darah.
Adapun untuk anggaran pelaksanaan program kesehatan ini, dana
tersebut berasal dari infak, shodaqoh, perusahaan-perusahaan yang ada
dilingkungan Masjid Al-Bakrie dan donatur lainnya yang dikoordinir oleh
pihak DKM Masjid Al-Bakrie serta didukung juga oleh beberapa instansi
yang bersedia menjadi sponsor untuk program kesehatan.
Di dalam anggaran tersebut sudah tercatat dari tahun 2010-2013, dari
total infak untuk program layanan kesehatan di Masjid Al-bakrie dengan total
pertahunnya Rp 5.000.000 x 12 bulan = Rp 60.000.0000, untuk shodaqoh
dengan total perbulannya Rp 300.000 x 30 hari = Rp 9.000.000, dan dari
perusahaan-perusahaan dengan total Rp 10.000.000,-+ Rp 60.000.000,- + Rp
9.000.000,- = Rp 79.000.000 pertahunnya.
15
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, 12 Maret 2013.
49
Dan untuk sponsor tersebut biasanya memberikan obat-obatan dan
pengobatan yang bekerja sama dengan PMI (palang merah Indonesia) serta
Rumah Sakit MMC.
Adapun anggaran danaoperasionalnya:
Efektivitas pelaksanaan program kesehatan yang dilaksanakan sejauh ini
sangat efektif karena melibatkan beberapa pihak diantaranya DKM Masjid
Al-Bakrie, Kelurahan Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi, dan pihak-pihak
terkait lainnya dan beberapa rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit MMC
Jakarta yang mendukung dengan program pemberian obat-obatan secara gratis
beserta tenaga medisnya, dan bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia
(PMI) untuk program donor darah.16
Selain Rumah Sakit MMC, program kesehatan Masjid Al-Bakrie juga
bekerja sama dengan beberapa pihak, antara lain Kelurahan Menteng Atas,
Kecamatan Setiabudi, Kodim 05 dan juga Bakrie Amanah.
16
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, 12 Maret 2013
1. tenaga Operasional Harian JumlahPerbulannya
Dokter 1 orang, Rp 400.000 x 30 hari = Rp 12.000.000
2 Para medisnya 1 orang x Rp 100.000 = Rp 100.000
Total = Rp 12.100.000
50
Upaya Masjid Al-Bakrie dalam memaksimalkan sarana dan prasarana
untuk program kesehatan yakni dengan menggandeng institusi terkait dalam
halini kelurahan dan Puskesmas yang berada disekitar Masjid Al-Bakrie.
Untuk harapan dan rencana ke depan Masjid Al-Bakrie terkait
pengembangan program layanan kesehatan tersebut, harapan kedepannya
program layanan kesehatan ini semakin baik dan didukung berbagai pihak
terutama dapat mendirikan “Rumah Sehat Gratis” dimana nantinya semua
pelayanan kesehatan secra professional dan sumber daya yang mampu
dibidangnya.17
Sudah selayaknya masjid menjadi tempat dilaksanakannya kegiatan-
kegiatan yang dapat melahirkan umat yang cerdas dan berkualitas. Karena
masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga dapat
difungsikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan baik kegiatan
sosial, pendidikan, dan musyawarah.
Di Masjid Al-Bakrie ada beberapa program kegiatan yang telah tersusun
yaitu dalam program kegiatan tahunan. Program kegiatan tahunan ini di
antaranya adalah program donor darah yang di adakan pada bulan Mei,
Agustus, dan bulan November. Di hadiri oleh karyawan Masjid Al-Bakrie,
siswa-siswi dan masyarakat sikitar Masjid Al-Bakrie. Kegiatan ini bekerja
sama dengan Palang merah Indonesia serta kelurahan setempat.
17
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, 12 Maret 2013
51
Program khitanan massal diadakan pada bulan Juni dihadiri masyarakat
sekitar Masjid Al-Bakrie dan program ini bekerja sama dengan rumah sakit
sekitar kelurahan menteng atas, program bedah buku yang di adakan pada
bulan Juni, Agustus, Oktober, Desember dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswi
bakrie Secholl dan masyarakat sekitar Masjid Al-bakrie, program santunan
anak yatim piatu yang diadakan pada bulan Mei yang dihadiri olehmasyarakat
sekitar Masjid Al-Bakrie dan masyarakat menteng atas, dan program pasar
murah Ramadhan yang diadakan pada bulan Ramadhan.18
E. Sarana dan prasarana Masjid Al-Bakrie
Masjid Al-Bakrie sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana guna
untuk untuk memfasilitasi berbagai macam kegiatan-kegiatan yang ada di Masjid
Al-Bakrie.
Adapun sarana dan prasarana yang ada di Masjid Al-Bakrie sebagai
berikut:
1. Ruang Ibadah Utama Masjid
Kengunaannya ruang ibadah utama ini untuk akad nikah, ceramah agama dan
pengajian dengan kapasitas 800 orang.
2. Aula Serbaguna.
Kegunaan aula serbaguna ini untuk resepsi pernikahan dan pertemuan umum
dengan kapasitas 500 orang.
18
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Jakarta 7 Maret 2013
52
3. Plaza Masjid
Kegunaan plaza Masjid ini untuk hari besar islam, syukuran,bazar dan lain-
lain.
4. Kantor Sekertariat.
Kegunaannya untuk kegiatan administrasi dan segala hal yang terkait dengan
pengelolaan Masjid tentu saja amat memerlukan ruangan.
5. Perpustakaan Masjid.
Kegunaannya untuk menambah wawasan bagi masyarakat yang
membutuhkan segudang ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
6. Ruang Kesehatan.
kegunaannya untuk memudahkan transaksi kepada masyarakat sebelum
melakukan pemeriksaan dan melakukan proses pendaftaran.19
19
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Jakarta 7 Maret 2013.
53
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Program Layanan Kesehatan Masjid Al-Bakrie Kelurahan Menteng Atas
Jakarta Selatan
1. Latar Belakang Program Layanan Kesehatan Masjid Al-Bakrie
Layanan kesehatan Masjid Al-Bakrie adalah program sosial untuk
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.1Adapun hal
yang melatar belakangi dibuatnya program kesehatan tersebut adalah ingin
menerapkan pola hidup bersih dan sehat, sebagaimana yang dianjurkan oleh
Rasulullah SAW. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Alasan kedua
adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pola hidup
sehat.Ketiga untuk memberikan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang ada disekitar Masjid Al-Bakrie.Keempat, adanya suatu kebutuhan
masyarakat yang harus dipenuhi terutama dalam hal pelayanan kesehatan
dan juga daya beli masyarakat ekonomi lemah.2
Upaya pemerintah umtuk membantu menanggulangi kemiskinan
dengan memberikan bantuan kepada masyarakat miskin yang disalurkan
melalui kelurahan sudah sering dilaksanakan, akan tetapi program-program
tersebut hanya seumur jagung dan belum memberikan hasil yang optimal
sampai sekarang.
1Hasil wawancara pribadi dengan Dr. Aini selaku dokter yang bertugas di klinik Masjid
Al-Bakrie, Jakarta 12 Maret 2013. 2 Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Masjid Al-Bakrie, Jakarta 23 Februari 2013.
54
Dalam upaya menanggulangi kemiskinan tersebut disebabkan oleh
faktor-faktor, baik yang datang dari penerima bantuan maupun yang datang
dari pihak pengelola bantuan.
Oleh karna itu sesuai dengan hasil penelitian lapangan yang penulis
temukan mengenai analisis program layanan kesehatan di Masjid Al-Bakrie,
ada beberapa poin bahasan yang menjadi fokus penelitian yang akan penulis
bahas dalam bab ini. Hal pertama yang akan penulis bahas adalah mengenai
alasan mengapa Masjid Al-Bakrie membuat satu program kesehatan di
lingkungan Kelurahan Menteng Atas, Jakarta Selatan.
2. Tujuan Program Layanan Kesehatan Masjid Al-Bakrie
Tujuan program layanan kesehatan Masjid Al-Bakrie adalah
perbaikan kualitas kesehatan dan aksesibilitas layanan kesehatan anggota
pemberdayaan di wiliyah Masjid Al-Bakrie baik per kecamatan maupun
kelurahan.
Visi
Menjadikan pusat pemberdayaan kesehatan masyarakat yang bersifat
universal.
Misi
Menyelengarakan program kesehatan yang bersifat komperhensif di
seluruh Indonesia menuju pemerataan akses pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
55
3. Struktur layanan kesehatan Masjid Al-Bakrie
Struktur layanan kesehatan Masjid Al-Bkarie yaitu:
Ketua : H. Zulfikar
General Administrasi : Syarief Thoyib
Staf Keuangan : totot Prihartono
Dokter Jaga : dr. Irfah, dr. Nadya, dr. Nuraini
Bidan Jaga : Aam
Keamanan : Aris M dan arif M
Supir Ambulance : Toni Hariyanto
4. Sasaran Program Layanan Kesehatan Masjid Al-Bakrie
Sasaran program layanan kesehatan Masjid Al-Bakrie adalah
mengkhususkan untuk warga sekitar kelurahan Menteng Atas, khususnya
kepada warga yang tingkat ekonominya lemah atau kurang mampu.
Sosialisasi dilakukan dengan cara melalui pihak kelurahan, pengurus Rt/Rw
dan papan informasi di Masjid Al-Bakrie.
5. Jenis Layanan Kesehatan Masjid Al-Bakrie
Jenis layanan kesehatan Masjid Al-Bakrie
Tabel 1.
Praktek Jenis Layanan Program Pelayanan
Kesehatan
Dokter Umum
Hari: Senin-Jumat
Jam: 08.00-16.00WIB
Layanan Umum a. Pelayanan Kesehatan
Umum
56
Bidan
Setiap Hari
24 Jam
Hari Senin-Sabtu
Jam 08.00-16.00
Layanan Ibu Hamil
Layanan Ibu dan anak
b. Pelayanan persalinan
c. Pelayanan KB
d. Pelayanan Imunisasi
Dokter Poli Mata
Hari: Selasa-kamis
Jam: 08.00-16.00
Layanan Poli Mata e. Pelayanan Katarak
Dokter Poli Kulit
Hari: Jumat
Jam: 10.00-15.00 WIB
Layanan Poli Kulit f. Pelayanan Gatal-
Gatal
6. Sumber Dana Program Layanan Kesehatan Masjid Al-Bakrie
Sumber dana program layanan kesehatan Masjid Al-Bakrie
a. Rumah Zakat (Bakrie Amanah)
b. Infaq dan Shadaqah (Zis)
c. Sponsorsip dari pihak terkait seperti rumah sakit MMC Jakarta
d. Bakrie Telkom
B. Perencanaan Program Kesehatan Masjid Al-Bakrie
Tahap pertama dalam setiap kegiatan adalah tahap perencanaan, di mana
pada tahap ini akan menemukan beberapa rancangan kegiatan tersebut. Masjid
Al-Bakrie dalam program kesehatan ini membuat rancangan kerja mulai dari
penentuan sasaran program, perencanaan anggaran hingga sosialisasi.Pertama
untuk sasaran program kesehatan tersebut, Masjid Al-Bakrie mengkhususkan
untuk warga sekitar Kelurahan Menteng Atas, khususnya kepada warga yang
tingkat ekonominya lemah atau kurang mampu. Sosialisasi dilakukan dengan
57
cara melalui pihak kelurahan, pengurus RT/RW dan papan informasi di Masjid
Al-Bakrie.
C. Pelaksanaan Program Kesehatan Masjid Al-Bakrie
a. Program Penyuluhan Kesehatan
Dalam layanan kesehatan Masjid Al-Bakrie, yang termasuk dalam
materi penyuluhan kesehatan ini antara lain tentang penyuluhan Keluarga
Berencana (KB) dan penyuluhan narkotika untuk pelajar SMP/se-derajat.
Untuk penyuluhan KB, biasanya yang menjadi target adalah ibu-ibu rumah
tangga, karena pada umumnya ibu rumah tangga lah yang harus
memahami tentang program KB dari pemerintah, untuk nantinya
disampaikan kepada suaminya.3Para ibu rumah tangga rentan memiliki
anak lebih dari dua karena pada dasarnya tugas mereka hanyalah berkutat
dengan tugas rumahan, sehingga mereka kurang tanggap dengan berbagai
informasi seputar KB yang telah disosialisasikan oleh pemerintah di
berbagai tempat umum.Pada prakteknya, penyuluhan KB berisi tentang
penjelasan tentang penggunaan alat kontrasepsi bagi pasangan suami istri
terkait pencegahan kehamilan dengan jarak kehamilan 5 tahun setelah
kelahiran pertama.4
”karna masalah ekonomi, saya kan orang gak mampu jadi disitu
saya sangat mudah untuk berobatnya, palagi saya kan sedang
hamil.Jadi penyuluhan KB yang diadakan oleh Masjid Al-Bakrie
3 Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Masjid Al-Bakrie, Jakarta 23 februari 2013. 4 Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Masjid Al-Bakrie, Jakarta 23 februari 2013.
58
ini sangat bagus programnya, dan proses pengobatannya juga
sudah gratis”.5
Penyuluhan KB bukan hanya diberikan kepada para ibu rumah
tangga, tetapi juga diberikan kepada pasangan yang baru akan menikah,
sebagai upaya pencegahan dini kehamilan dengan jarak dekat dan dengan
jumlah yang banyak (lebih dari dua). Biasanya diberikan pada seminar
pra-nikah yang materinya disampaikan oleh para tenaga penyuluh dan
dokter dari rumah sakit yang bekerja sama dengan Masjid Al-Bakrie.
Target penyuluhan kesehatan ini yang bermateri KB sasarannya dari
ibu-ibu rumah tangga yang berada diwilayah Menteng Atas Jakarta
Selatan. Sedangkan konsepnya setiap Rt diambil diambil 30 orang dan
didata berdasarkan Rtnya. Dan hasil dari penyuluhan tersebut para peserta
berhak mendapatkan buku panduan tentang KB sofvenir lainnya.
Sedangkan untuk penyuluhan narkotika, target utamanya adalah
pelajar SMA/se-derajat yang notabene pada usia 17-25 sangat rentan
terhadap berbagai godaan yang bisa menjerumuskan kepada tindak
kriminal, seperti penggunaan narkoba. Dalam penyuluhan ini diberikan
materi tentang bahaya penggunaan narkoba, pemaparan dampak fisik dan
mental penggunaan narkoba, upaya pencegahan terhadap kemungkinan
penggunaan narkoba dan memberikan solusi bagi orang tua untuk
mengikutsertakan anaknya yang masih remaja dalam kegiatan yang positif.
5Hasil wawancara pribadi dengan pasien di klinik Masjid Al-Barie, Jakarta 12 Maret
2013.
59
Untuk target setiap materi penyuluhan kesehatan sasarannya dari
masyarakat yang berasal dari kec. Setiabudidengan total peserta yang hadir
rata-rata 500 orang-800 orang. Sedangkan konsepnya setiap RT d didata
berdasarkan RT-nya.Dan hasil dari penyuluhan tersebut para peserta
berhak mendapatkan buku panduan setiap materi dan souvenir
lainnya.Dengan tujuan melaksanakan pola hidup bersih dan sehat anjuran
dari pemerintah Republik Indonesia dan sebagai ajang silahturahmi dengan
masyarakat.
b. Imunisasi dan Periksa Kehamilan
Layanan imunisasi ini sudah jelas ditargetkan untuk anak balita,
sebagai langkah pencegahan terhadap virus-virus yang sering menyerang
kekebalan tubuh balita. Adapun vaksin yang diberikan adalah antara lain:
1) Bacillus Calmete-Guerin (BCG) yang diberikan untuk pencegahan
penyakit tuberculosis (TBC).
2) Difteri pertusis tetanus (DPT) untuk pencegahan penyakit diphteri,
partusis dan tetanus.
3) Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis, yakni kelumpuhan pada
usia balita yang ditandai dengan ukuran kaki yang kecil.
4) Campak, untuk mencegah penyakit campak.
60
c. Donor Darah
Kegiatan donor darah dilaksanakan setiap 3 bulan sekali yang bekerja
sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI).Pelaksanaan donor darah ini
sudah berlangsung dari tahun 2007- sekarang. Jumlah pendonor dari tahun
2007 – sekarang jumlahnya adalah:6
Tabel 2.
Jumlah pendonor dari tahun 2007- sekarang
Tahun Jumlah Pendonor
2007 115 pendonor
2008 130 pendonor
2009 150 pendonor
2010 100 pendonor
2011 95 pendonor
2012 110 pendonor
2013 100 pendonor
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun untuk
program donor darah di Masjid Al-Bakrie tetap berjalan dan tidak ada
batasannya untuk pendonor baik keluarga yang kurang mampu maupun
yang mampu.
6Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan Program
Rutin, Masjid Al-Bakrie, Jakarta 23 Februari 2013
61
d. Khitanan Massal
Khitanan massal dilaksanak setahun sekali untuk para anak-anak usia
5-10 tahun di wilayah Menteng Atas dan sekitarnya. Dilaksanakan oleh
tim medis dari rumah sakit dan puskesmas setempat.
e. Poliklinik
Untuk layanan poliklinik, ada 3 poli khusus diantaranya adalah poli
mata, poli gigi dan poli umum.
1. Poli Mata
Dalam mengupayakan pemeliharankesehatan indera penglihatan dan
pencegahan kebutaan merupakan satu hal yang perlu mendapat
perhatian dari berbagai pihak, untuk meningkatkan derajat
kesehatannya yaitu mencari pertolongan pengobatan kesehatan berupa
klinik yang bisa di manfaatkan sebagai layanan kesehatan.
Masjid Al-bakrie telah menyediakan program berupa layanan
kesehatan yang bertujuan untuk membantu masyarakat dan
meringankan biaya kesehatan di sekitar Masjid Al-Bakrie dengan
berbagai macam penyakit mata salah satunya yaitu penyakit Katarak.7
2. Poli Gigi
Untuk poli gigi ini masyarakat sangat antusias dalam melakukan
pemeriksaan, dalam pemeriksaan tersebut manyoritas dari anak-anak
yang melakukannya.Adapun untuk obat-obtannya dikasih secara gratis
dan cuma-cuma.
7http://skripsi-qt.blogspot.com/2011_09_01_archive.html. tanggal 12 Maret 2013
62
3. Poli Umum
Poli umum ini menangani berbagai macam penyakit dari mulai
penyakit dalam dan penyakit luar. Dan proses pengobatannya itu
dibantu dari pengurus Masjid Al-Bakri yang bekerjasama dengan PMI
(Palang Merah Indonesia).
Selain untuk membantu masyarakat kurang mampu (miskin) program ini
diharapkan juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti
kesehatan, karena pada hakekatnya kesehatan merupakan bagian terpenting
dari kehidupan manusia, tanpa kesehatan manusia tidak dapat melakukan
berbagai aktivitasnya, selain itu kesehatan juga merupakan nikmat yang telah
diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Dengan berdirinya program
layanan kesehatan di Masjid Al-Bakrie inilah, masyarakat yang kurang mampu
(miskin) sangat terbantu, karena hal itu dapat mengurangu beban hidup
mereka. Hal ini seperti yang diungkapan oles salah satu pasien diklinik Masjid
Al-Bakrie:
“Alhamdulillah, ketika ada program layanan kesehatan diMasjid Al-
Bakrie ini saya jadi gak jauh kalo mo berobat, mana gratis lagi
berobatanya dan obat-obatannya pun ga jauh beda dengan obat yang ada
di rumah sakit lain atau puskesmas kemudian dokternya juga sangat
berpengalaman..pokoknya mah saya cocok aja mas berobat disini, jadi
saya merasa beruntung banget berobat disni”.8
8Hasil wawancara pribadi dengan pasien di klinik Masjid Al-Bakrie, Jakarta 12 Maret
2013.
63
Sebagai timbal baliknya, masyarakat sangat antusias untuk mendukung
dan membantu setiap program yang dilaksanakan di Masjid Al-Bakrie
tterutama dalam program layanan kesehatannya.9
D. Analisis SWOT.
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah penulis paparkan pada
pembahasan sebelumnya, penulis dapat memberikan beberapa analisis terhadap
hasil temuan tersebut.Di antaranya adalah beberapa poin mengenai analisis
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan
ancaman (treatment) (SWOT) dari layanan kesehatan yang dibuat oleh Masjid
Al-Bakrie Kelurahan Menteng Atas Jakarta Selatan. Di dalam analisis ini
diperlukan suatu analisa mendalam serta menyeluruh lingkungan dimna
terdapat lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Disini penulis akan
memaparkan sebagai berikut:
1. Linkungan Eksternal
lingkungan eksternal berguna untuk mengidentifikasi berbagai peluang
(opportunity)dan ancaman (threat). Peluang adalah kondisi-kondisi dalam
lingkungan eksternal yang dapat membantu jalannya program layanan
kesehatan untuk mencapai sebuah tujuan. Sedangkan ancaman adalah
kondisi yang dapat mengganggu jalannya program layanan kesehatan.
Hasil Identifikasi faktor SWOT peluang dan ancaman program layanan
kesehatan Masjid Al-Bakrie:
9Hasil wawancara pribadi dengan Dr. Aini selaku dokter yang bertugas di klinik Masjid
Al-Bakrie, Jakarta 12 Maret 2013.
64
a. Faktor Peluang
Mengenai peluang pelayanan kesehatan di Masjid Al-Bakrie tersebut
adalah masih banyak masyarakat Menteng Atas yang belum tersentuh
pelayanan yang murah dan terjangkau.Hal tersebut menjadi salah satu
kesempatan bagi DKM Al-Bakrie untuk membantu masyarakat setempat
dan sekitarnya untuk menjadi lembaga sosial masyarakat yang berbasis
agama Islam dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan
sejahtera.Termasuk dalam hal ini, bisa menjadi salah satu media untuk
pencitraan Masjid Al-Bakrie yang lebih baik dan bisa menjadi lembaga
yang dipercaya oleh masyarakat.
b. Faktor Ancaman
Mengenai ancaman atau kendala, pelayanan kesehatan tersebut adalah
masih banyak masyarakat yang berpikiran bahwa apabila ada pelayanan
kesehatan gratis, maka pemberian pelayanan kesehatannya tidak maksimal
dan obat-obatan yang diberikan pun tidak bagus atau yang lebih dikenal
obat generik.Pandangan tersebut bisa menjadi satu motivasi dan pendorong
DKM Al-Bakrie untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat terkait
pemberian layanan kesehatan secara gratis dan untuk menghilangkan citra
negatif masyarakat terhadap sesuatu yang diberikan oleh sebuah instansi
secara cuma-cuma. Pemberian layanan dan obat generik pun dilakukan
dengan profesional oleh tenaga medis yang dikelola oleh DKM Al-Bakrie,
agar menjadi sesuatu yang bernilai positif bagi kedua belah pihak, yakni
untuk tenaga medis dan DKM Al-Bakrie yang akan mendapat respon secara
65
baik dan masyarakat menilai layanan kesehatan tersebut tidak berjalan
secara setengah hati.10
2. Linkungan Internal
Lingkungan internal secara langsung berguna untuk melakukan
analisis lingkungan dalam program layanan kesehtan, maka hal-hal yang
menjadi perhatian adalah yang terkait dengan sumber daya manusianya
(SDM).
Dari hasil analisis diatas terdapat beberapa aspek-aspek tersebut
dengan diketahui bagaimana sesungguhnya aspek tersebut dapat
merupakan suatu kekuatan atau potensi yang dapat dikembangkan oleh
pihak DKM Masjid Al-Bakrie dalam suatu proses program layanan
kesehatan yang merupakan kelemahan atau hambatan yang harus
disempurnakan dan ditingkatkan.
Hasil identifikasi faktor SWOT kekuatan dan kelemahan program
layanan kesehatan Masjid Al-Bakrie:
a. Faktor Kekuatan
Mengenai faktor kekuatan dari layanan kesehatan.yang dirasakan oleh
DKM Al-Bakrie adalah lokasi Masjid Al-Bakrie yang berbatasan dengan
RW 05 Kelurahan Menteng Atas sehingga sangat mudah dijangkau dari
berbagai wilayah dan masyarakat dapat dengan mudah mencapai ke lokasi
tersebut.Hal inilah yang menjadi keunggulan yang dimiliki oleh Masjid Al-
Bakrie dalam proses sosialisasi program layanan kesehatan tersebut,
10
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Masjid Al-Bakrie, 23 Februari 2013.
66
sebagai salah satu pendukung dalam mencapai tujuan DKM Al-Bakrie
dalam menciptakan dan menumbuhkan kesadaran hidup sehat di kalangan
masyarakat Kelurahan Menteng Atas dan sekitarnya melalui berbagai
layanan kesehatan yang disediakan dalam program tersebut.
b. Faktor Kelemahan
Mengenai faktor kelemahan pelayanan kesehatan tersebut adalah
sarana prasarana pendukung pelayanan kesehatan yang masih belum
maksimal. Hal tersebut, sarana dan prasarana memang seharusnya menjadi
hal utama yang harus disediakan oleh pihak pelaksana, dalam hal ini adalah
DKM Al-Bakrie sampai saat ini layanan kesehatan masih dilaksanakan di
Aula Masjid Al-Bakrie dan beberapa kali dilaksanakan di Kelurahan
Menteng Atas. Untuk kedepannya, sesuai dengan rencana Masjid Al-Bakrie
akan mendirikan Rumah Sehat Gratis yang pada nantinya semua layanan
kesehatan yang saat ini sering dilaksanakan secara berkala akan
dipindahkan ke rumah sehat tersebut agar pelaksanaannya bisa lebih
profesional dan tidak ada waktu berkala, sehingga masyarakat bisa bebas
kapan saja untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya di rumah sehat
tersebut. Untuk mewujudkan hal tersebut, pihak DKM Al-Bakrie juga telah
menjalin kerja sama dengan sejumlah instansi terkait, baik swasta maupun
instansi pemerintahan setempat untuk merealisasikan Rumah Sehat Gratis,
67
dalam hal ini juga menjalin kerja sama dengan Puskesmas setempat untuk
penyediaan tenaga medis.11
O
W S
T
Gambar 1 :Matriks (Kuadran) Analisis SWOT12
1. Kuadran I (positif, positif)
DKM Al-Bakrie, memiliki program kesehatan yang berlokasi
strategis sehingga memungkinkan program tersebut untuk tetap terus
diselenggarakan bahkan memungkinkan untuk menambah beberapa
layanan, guna menunjukan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
2. Kuadran II (positif, negatif)
Disamping kondisi atau keadaan program kesehatan yang sudah
baik dibutuhkan penambahan sarana dan prasarana untuk memberikan
kenyamanan lebih untuk pasien, sehingga tidak ada lagi warga yang
merasa ragu untuk datang berobat dilayanan kesehtan Masjid Al-Bakrie
11
Wawancara langsung dengan Bapak H. Zulfikar, Koordinator Bidang Keagamaan dan
Program Rutin, Masjid Al-Bakrie, Jakarta 23 Februari 2013. 12
http://daps.bps.go.id/file_artikel/66/Analisis%20SWOT.pdf, diakses pada Selasa, 23
Juli 2013 jam 13.00 WIB
(+,+)
Kuadran I
Bergerak / Progresif
(+,-)
Kuadran II
Diversifikasi
(-,+)
Kuadran III
Ubah Strategi
(-,-)
Kuadran IV
Bertahan
68
3. Kuadran III (negatif, positif)
Untuk kondisi ini DKM Masjid Al-Bakrie masih membutuhkan sarana
prasarana yang memadai, tetapi untuk sementara ini program layanan
kesehatan Masjid Al-Bakrie masih mnggunakan Aula Masjid dan
Kelurahan Menteng Atas. Sedangkan untuk kedepannya, sesuai dengan
rencana Masjid Al-Bakrie akan mendirikan Rumah Sehat Gratis yang pada
nantinya semua layanan kesehatan yang sering dilaksanakan secara
berkala akan dipindahkan ke rumah sehat tersebut agar pelaksanaannya
bisa lebih profesional dan tidak ada waktu berkala, sehingga masyarakat
bisa bebas kapan saja untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya di rumah
sehat tersebut.
4. Kuadran IV (negatif, negatif)
Strategi bertahan, membuat sebuah program didalam program;
misalnya sunatan missal yang sudah terselenggarakan. DKM masjid Al-
Bakrie bisa membuat beberapa program tambahan lainnya untuk tetap
menanamkan kebiasaan hidup sehat dikehidupan bermasyarakat juga
meningkatkan kualitas kinerja atau pelayanan dari tenaga medis.
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan program kesehatan Masjid Al-Bakrie Kelurahan Menteng
Atas yang terdiri dari berbagai layanan ini sudah berjalan dengan cukup
baik, karena didukung oleh beberapa instansi swasta seperti rumah sakit
dan perusahaan swasta yang menyalurkan dana bantuan sosialnya untuk
program tersebut, dan juga mendapatkan dukungan dari instansi
pemerintahan seperti dari pihak Kelurahan Menteng Atas dan Kecamatan
Setia Budi
Adapun layanan yang disediakan oleh DKM sudah sangat memenuhi
kebutuhan dasar hidup sehat masyarakat setempat, di antaranya adalah
kesehatan kulit, mata, gigi dan kebutuhan akan obat-obat yang harganya
terjangkau. Namun segala sesuatu masih tidak lepas dari berbagai
kekurangan, seperti halnya pada program kesehatan ini, yakni program
kesehatan Masjid Al-Bakrie masih belum terlalu maksimal dalam
penyediaan tempat yang lebih baik, karena sampai saat ini masih
menggunakan fasilitas di Masjid Al-Bakrie, yakni aula serbaguna dan
juga masih sering dilaksankan di kantor Kelurahan Menteng Atas, Jakarta
Selatan. Dengan proses sosialisasi yang serentak, maka minat masyarakat
pun banyak yang tertarik untuk memnuhi kebutuhan dasar kesehatannya
di layanan kesehatan yang disediakan oleh program tersebut, yang
64
notabene masih banyak masyarakat yang berada di bawah garis
ketidakmampuan secara finansial.
2. Secara garis besar, program kesehatan Masjid Al-Bakrie memiliki
kekuatan atau keunggulan dilihat dari kesuksesan dan nama baik dari
Masjid Al-Bakrie itu sendiri, yang sudah memiliki kredibilitas dari
masyarakat setempat, serta lokasi pelaksanaan program tersebut yang
mudah dijangkau oleh masyarakat, seperti dilaksanakan di Masjid Al-
Bakrie itu sendiri dan juga di kantor Kelurahan Menteng Atas, Jakarta
Selatan, selain sebagai penyedia layanan kesehatan juga sebagai salah
satu ajang silaturahmi antara masyarakat setempat dengan para pejabat
pemerintahan lokal dan pengurus Masjid Al-Bakrie. Namun, program ini
juga masih memiliki beberapa kekurangan, slaah satunya adalah yang
masih dilaksanakan di Masjid Al-Bakrie dan di kantor kelurahan, karena
pihak pelaksana pun juga ingin melaksanakan program kesehatan ini
secara independen, dengan memiliki lokasi tersendiri yang tidak jauh dari
Masjid dan kantor kelurahan, sehingga masih mudah untuk diakses oleh
masyarakat setempat. Selain itu, masih ada juga hambatan atau ancaman
yang datang dari warga setempat, semisal dengan masih tidak percayanya
masyarakat terhadap layanan kesehatan yang diberikan secara cuma-
cuma. Selain beberapa kekurangan, ancaman dan kekuatan yang ada,
peluang terbesar yang dilihat oleh DKM Al-Bakrie dalam pelaksanaan
program kesehata ini adalah masih banyaknya warga Kelurahan Menteng
Atas yang masih belum tersentuh oleh berbagai layanan kesehatan yang
65
disediakan oleh pemerintah dan pihak swasta, di antaranya adalah masih
banyaknya jasa penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit swasta
dan rumah sakit pemerintah yang biaya perawatannya masih tergolong
mahal dan tidak mampu terjangkau oleh masyarakat kelas menengah ke
bawah, hal itu yang dimanfaatkan oleh DKM Al-Bakrie untuk pencitraan
positif bahwa masih ada instansi swasta yang peduli terhadap masalah
sosial masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta.
B. Saran
1. Segera merealisasikan pembangunan Rumah Sehat Gratis agar kesehatan
warga setempat makin terpenuhi secara mudah dan cuma-cuma .
2. Tingkatkan terus program-program yang telah dilakukan oleh masjid Al-
Bakrie, terutama dalam hal pelayanan kesehatan terhadap warga kurang
mampu (miskin) misalnya, melakukan kerjasama dengan rumah sakit
tertentu untuk menangani pasien yang menderita penyakit berat/serius
agar tercapainya program layanan kesehatan yang baik.
3. Lebih ditingkatkan lagi dalm hal penggalngan dana, supaya pelayanan
kesehatannya dapat menjangkau di semua wilayah miskin yang ada.
66
DAFTAR PUSTAKA
A, Haller, Bimbingan Dan Konseling.
Arikunto, Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, Yogyakarta: Bina Aksara,
1988.
Ayub, E, Moh, dkk, Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus Manajemen Masjid,
Jakarta: Gema Insani, 1996.
Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta: Binarupa Aksara, 1996.
Brata, Adya, Atep, Bisnis dan Hukum Perdata dagas SMK, Bandung: Armico, 1999.
Bulaeng, Andi, Metode Penelitian Kominikasi Kontemporer, Yogyakarta: Andi,
2004.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2005.
Gzalba, Sidi, Masjid pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam, Jakarta; Gema Insani
Press, 2009.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Riset II, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM, 1984.
Hafidhudin, Didin, Dakwah Aktua, Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Kottler, Philip, Marketing Manajemen: Analisis Planning,Implementasi and Control,
Eight Edition, New Jersey, Prentice Hall, 1994.
Kriyantono, Rachmad, Teknik Praktis Riset komunikasi Disertai Contoh praktis Riset
Media, Publik Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Markan, Soemarno, Markan, dkk, Kamus Kedoteran, Jakarta: Fakultas Kedokteran
Univertsitas Indonesia, 2004.
Masduki, Menjadi Broadcaster Propesional, Yogyakarta: LKIS, 2004.
Milles, Mattew, B, dan Huberman Michel, Analisis Data Kualitatif. Penerjemah
tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press, 1992.
67
Moenir, AS, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta Bumi Aksara,
2000.
Moleong, Lexy, J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2000.
Muntana, Ahmad, dan Setiawan, Bambang, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta
Universitas Terbuka, 2004.
Norton, Michael, Menggalang Dana, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002.
Qaradhawi, Yusuf, Tuntunan Membangun Masjid, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Rohila, Eva, dan nasrullah, Rulli, Mengelola Pelayanan Kesehatan Untuk Dhuafa.
Jakarta: Devisi Hubungan Masyarakat.
Rukmana, Nana, Masjid Dan Dakwah, Jakarta: Al-mawardi Prima, 2002.
Sadily, Hasan, dan Echol, Jhon, M, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta :
Pt. Gramedia, 1990.
Sugiono, Metode Penulisan Administras, Bandung : Penerbit al-Fabeta 2005.
Yani, Ahmad, dan Ismail, Achmed Satoni, Menuju Masjid Ideal, Jakarta: LPZSI
Haramain.2001.
_ _ _ _ _ _ _ _ _, Panduan Mengelola Masjid, Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007.
http://en.wikipedia.org/wiki/PEST_analysis. akses pada tanggal 27 februari 2013
https://foursquare.com/v/masjid-bakrie-kuningan/4caef45a39458cfa0740f69f, akses
pada tanggal 27 februari 2013.
http:/id.answer.yahoo.com/question/index?qid=2010121404008AAACTIEz, akses
pada 9 Desember 2012
BUKTI WAWANCARA
Narasumber : Bapak. H. Ahmad Zulfikar
Jabatan : Koordinator Bidang Keagamaan dan Program Rutin Masjid Al-
Bakrie
Tanggal dan waktu : 4-7 Februari 2013 jam 13.00-15.00 WIB
Tempat : Masjid Al-Bakrie, Menteng Atas, Jakarta Selatan
1. Tanya (T) : Hal apa yang melatarbelakangi DKM Al-Bakrie membuat satu program
terkait pelayanan kesehatan di Kelurahan Menteng Atas?
Jawab (J) : Pertama, sebagai penerapan anjuran Rasulullah tentang hidup sehat. Kedua,
untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat kepada masyarakat setempat. Ketiga, untuk
memberikan layanan kesehatan yang baik bagi masyarakat Kelurahan Menteng Atas dan
sekitarnya. Keempat, adanya seuatu kebutuhan kesehatan masyarakat yang masih belum
terpenuhi dan daya beli masyarakat terhadap obat-obatan yang masih rendah.
2. T : Bagaimana penerapan fungsi manajemen untuk program layanan kesehatan tersebut?
J : Untuk manajemen atau pengelolaan, keseluruhan program layanan kesehatan Masjid
Al-Bakrie dikelola oleh pihak DKM sendiri, mulai dari proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengawasan. Proses perencanaan dibuat oleh
DKM dengan penanggung jawabnya adalah Bidang Keagamaan dan Program Rutin,
sekaligus menjadi organisasi kerjanya. Sedangkan proses pelaksanaan juga dilakukan
oleh DKM namun juga dibantu oleh petugas medis dari puskesmas dan rumah sakit
setempat, serta petugas Kelurahan Menteng Atas. Namun untuk pengawasannya, masih
belum dilaksanakan secara optimal oleh DKM.
3. T : Bagaimana bentuk sosialisasi program kesehatan tersebut kepada masyarakat dan
bagaimana segmentasinya?
J : Bentuk sosialisasi yang dilakukan hanya dengan menempelkan informasi di majalah
dinding (mading) Masjid Al-Bakrie karena masjid tersebut tergolong ramai sehingga
informasi tentang layanan kesehatan tersebut akan mudah dilihat oleh jamaah dan akan
disebarkan kepada warga yang lainnya. Untuk segmentasinya, layanan kesehatan ini
lebih ditujukan kepada masyarakat dengan tingkat ekonomi mengengah ke bawah.
4. T : Bagaimana respon masyarakat setempat terhadap layanan kesehatan yang dibuat
oleh DKM Al-Bakrie?
J : Respon dari masyarakat terbilang sangat positif, karena sangat menunjang
kebutuhan kesehatan masyarakat yang masih belum mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan hidup mereka. Masyarakat juga berharap layanan kesehatan ini bukan hanya
diadakan oleh DKM Al-Bakrie, namun juga di masjid-masjid terdekat lainnya.
5. T : Sejauh mana efektifitas program layanan kesehatan tersebut di tengah kehidupan
kasyarakat?
J : Program tersebut sudah berjalan efektif karena tingginya minat masyarakat setempat
terhadap layanan yang disediakan oleh Masjid Al-Bakrie dan juga ini dikarenakan
program tersebut didukung oleh banyak pihak seperti puskesmas setempat, berbagai
rumah sakit swasta dan juga kelurahan Menteng Atas.
6. T : Layanan apa saja yang ada di dalam program kesehatan Masjid Al-Bakrie?
J : Ada banyak layanan, antara lain pemeriksaan kesehatan seperti pemeriksaan tekanan
darah, gula darah dan kolesterol, ada juga pemeriksaan gigi, mata, pelayanan terpadu
untuk balita (Posyandu), pelayanan Keluarga Berencana (KB), penyuluhan kesehatan
untuk warga dan juga penyuluhan bahaya Narkotika kepada pelajar SMD/sederajat di
Jakarta. Selain itu, DKM Al-Bakrie juga mengadakan program donor darah dan khitanan
massal untuk masyarakat setempat.
7. T : Bagaimana bentuk pencitraan DKM Al-Bakrie terkait program kesehatan tersebut
kepada masyarakat setempat?
J : Ada beberapa hal yang selalu diperhatikan agar program ini tetap mendapat
kepercayaan dari masyarakat, seperti pemberian layanan kesehatan yang memuaskan,
tidak membeda-bedakan latar belakang sosial, budaya dan ekonominya, kemudian juga
menyebarkan informasi tersebut secara luas, kemudian memperhatikan kebutuhan ibu
hamil dan juga keselamatan ibu dan bayi, ada juga memerhatikan tenaga kesehatan
(SDM) yang memadai, berusaha tepat waktu di setiap kunjungan dan yang terakhir
adalah selalu menyediakan obat-obat generik serta pemeliharaan alat kesehatan agar
menciptakan kesehatan yang baik dan bersih di setiap program tersebut dilaksanakan.
8. T : Untuk menjaga stabilitas pelaksanaan program kesehatan, bagaimanakah sistem
pencarian dana anggaran untuk program tersebut?
J : Terkait penyediaan dana anggaran, hal tersebut didapat dari sumbangan donatur dan
juga sponsorship dari pihak terkait, seperti rumah sakit dan pihak kelurahan.
9. T : Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan oleh DKM untuk program kesehatan
tersebut dan upaya apa untuk memaksimalkannya?
J :DKM Al-Bakrie belum menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk
masyarakat yang ingin memeriksakan diri di program kesehatan tersebut, hanya masih
menggunakan fasilitas ruang serbaguna yang ada di Masjid Al-Bakrie. DKM juga
berupaya untuk memaksimalkan sarana dan prasaran dengan menggandeng sejumlah
instansi kesehatan terkait penyediaan ruangan dan pembangunan fasilitas independen di
sekita Masjid Al-Bakrie.
10. T : Apa saja faktor yang menjadi keunggulan, kekurangan, peluang dan ancaman terkait
pelaksanaan program kesehatan Al-Bakrie?
J : Ada beberapa faktor, yang menjadi keunggulannya adalah lokasi masjid yang mudah
dijangkau oleh masyarakat, kekurangannya adalah tak lain terkait fasilitas atau sarana
dan prasarana untuk program kesehatan tersebut, kemudian yang menjadi peluangnya
adalah masih banyaknya warga Menteng Atas yang belum tersentuh layanan kesehatan
yang baik, dan yang terakhir yang menjadi ancamannya adalah masih banyaknya
masyarakat yang beranggapan bahwa setiap layana ksehatan yang dijalankan secara
cuma-cuma akan hanya dijalankan dengan setengah hati.
11. T : Terakhir, apa harapan dan rencana DKM Al-Bakrie untuk pengembangan program
kesehatan tersebut?
J : Harapan Masjid Al-Bakrie adalah program kesehatan ini bisa terus berjalan dengan
baik untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat setempat, yakni untuk kebutuhan
kesehatan. Sedangkan rencana ke depannya adalah DKM Al-Bakrie berencana
membangun Rumah Sehat Gratis yang bekerja sama dengan instansi swasta seperti
rumah sakit dan berbagai perusahaan lainnya.
Narasumber
H. Ahmad Zulfikar
Recommended