View
241
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS VALUE FOR MONEY PADA RENCANA
PROYEK SISTEM IRIGASI PERTANIAN DI
KABUPATEN LAMONGAN
Diusulkan oleh :
Billy Ratham Satria (2510100105)
Dosen Pembimbing :
Dody Hartanto S.T., M.T.
Dosen Ko-Pembimbing :
Nugroho Priyo Negoro S.T., S.E., M.T.
PENELITIAN TUGAS AKHIR
OUTLINE
PendahuluanTinjauanPustaka
MetodologiPengumpulan& Pengolahan
Data
Analisis & Intepretasi
Data
Kesimpulan & Saran
LATAR BELAKANG
DAMPAK
Peran :
Kebutuhan pangan pokok
Perolehan devisa
Penyedia lapangan kerja
Penanggulangan kemiskinan
(Pertanian, K. 2006)
9.888.808,58 ton/tahun
Kontribusi sebesar 17,68% terhadap
produksi padi nasional (Pertanian, D,
2013).
Kemampuan jaringan irigasi
tersier hanya mampu
memenuhi kebutuhan air
sebesar 51,4% (Pertanian,
D, 2013)
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pro
du
kti
vit
as
Ku
/Ha
Tahun
Produktivitas Tanaman Pangan Jawa Timur
Padi Jagung Kacang Hijau Kacang Tanah Kedelai
Kerjasama Pemerintah-
Swasta
Hasil fluktuatif dari tahun
ke tahun berikutnya.
Petani di Burkina Faso
sebesar 21% mengakatan
dengan adanya KPS mampu
memberikan dampak yang
lebih baik terhadap
pertanian (Joost Wellensa,
2013).
197 mm/hari(KasdiSubagyono, 2005)
PERUMUSAN MASALAH
AnalisisVfM pada sektor irigasi di
wilayah kabupaten Lamongan
TUJUAN & MANFAAT PENELITIAN
Tujuan :
1. Mengidentifikasi komponenVfM pada sektor irigasi.
2. MenghitungVfM berdasarkan nilai dari masing-masing komponen.
3. Membandingkan nilaiVfM pada skema KPS (HIPPA) dengan KPS (swasta murni).
Manfaat :
1. Memberikan komponenVfM yang berpengaruh dalam proyek KPS di sektor irigasi.
2. Memberikan evaluasi terhadap rencana proyek KPS di sektor irigasi.
BATASAN DAN ASUMSI
Batasan
1. Pengujian dan pengolahan data
dilakukan pada pembangunan proyek
jaringan irigasi tersier.
2. Perhitungan model VfM dilakukan
hanya pada pertanian padi.
Asumsi
1. Tidak terjadi perubahan luas lahan
pertanian padi di kabupaten
Lamongan.
2. Model perhitungan bersifat
deterministik.
SISTEM IRIGASI
Sistem (jaringan) irigasi merupakan saluran atau bangunan
yang berfungsi sebagai penyediaan, penyaluran dan
pembagian serta pembuangan air guna menunjang
kegiatan pertanian (Umum, D.P, 2000).
Sistem Irigasi Teknis Sistem Irigasi Semi-Teknis Sistem Irigasi Sederhana
KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA
KPS adalah pendekatan inovatif yang digunakan
pihak swasta dan pemerintah dengan hubungan
jangka panjang dalam upaya pelayanan pada
publik (Takkim, dkk 2011) dalam (Hana, 2014).
VALUE FOR MONEY
Value for Money (VfM) adalah metode yang
digunakan untuk menilai apakah suatu
organiasi telah memperoleh manfaat yang
maksimal dari pelaksanaan suatu proyek
(Rasa Apanavičienė , 2010).
1. Full cost-benefit,
2. PSC (Public Service Comparator) & PPP
(Public Private Partnership) Comparison,
3. UK style PSC & PPP
4. Competitive Bidding
NPV proyek skema KPS < NPV proyek skema PSC
PSC (Public Sector Comparator) adalah biaya pembanding yang
didasarkan pada perkiraan nilai dari kualitas pelayanan, harga,
jangka waktu, alokasi risiko dan kepastian dalam memberikan
manfaat yang ekivalen dengan skema KPS Hui, dkk (2010) pada
Hana (2014).
VALUE FOR MONEY
Model MatematisVfM
VfM = Total NPV PSC – Total NPV KPS
= NPV [(Total Risk Adjusted PSC + Total NFBsPSC]– NPV (Total Risk Adjusted
KPS + Total NFBsKPS)]
= NPV [(Raw PSC + Competitive Neutrality + Retained Risk PSC + Transferred
Risk) + Total NFBsPSC] – NPV [(Service Payment + Retained Risk KPS) + ∑
(NFBsKPS)]
Hana (2014)
PENELITIAN SEBELUMNYAMetode Penelitian
Kerjasama
Pemerintah
Swasta
ManajemenPengembangan
modelVfM
Gelanggang
Olahraga
(Stadion)
Jaringan Irigasi
1Shahbaz Khan dan Shahbaz Mushtaq
2008 Jurnal
Regional Partnership to assist public-private invesment in irrigation system
v v
Model KPS pada irigasi regional yang disebut Regional Irrigation Bussiness Partnership (RIBP)
2
Joost Wellensa, Martial Nitcheuc, Farid Traoreb dan Bernard Tychonb
2013 Jurnal
A public–private partnership experience in the management of an irrigation scheme using decision-support tools in Burkina Faso
v v vManajemen pengelolaan jaringan irigasi
3J. Irrig. Drain Eng. 2000 Jurnal
Problem of Irrigation in Developing Countries v v
Manajemen serta identifikasi permasalahan pada sektor irigasi di negara berkembang
4 Hana 2014 Tugas AkhirEvaluasi Value for Money (VfM) pada Proyek Publik di Surabaya
v v v vModel pengembangan VfM sebagai metode evaluasi KPS di Indonesia
5 Billy Ratham Satria
2014 Tugas Akhir
Analisa Proyek Sistem Irigasi yang Berbasis Kerjasama Pemerintah Swasta dengan Pendekatan Value for Money
v v vAnalisa proyek perbaikan dan pembangunan sistem irigasi dengan skema KPS
OutputNo Penulis Tahun Kategori
Topik Bahasan
Judul Penelitian
Objek Penelitian
Identifikasi Permasalahan pada Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta mengenai Kelayakan Proyek Saluran
Irigasi berdasarkan Value for Money
Studi Literatur Sistem Irigasi Kerjasama Pemerintah Swasta Value for Money (VfM)
Studi Lapangan
Pengamatan pada Proyek sistem irigasi
Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah
Perumusan Masalah, Penetapan Tujuan Penelitian dan Ruang Lingkup
A
Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Identifikasi aspek manfaat terhadap skema PSC dan KPS
Identifikasi aspek finansial benefit pada skema PSC
Raw PSC Transferable Risk Retained Risk Competitive Netruality
Identifikasi finansial benefit pada skema KPS
Service Payment Retained Risk
A
B C
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Perhitungan Biaya-biaya dan NPV pada skema PSC
Perhitungan VfM dari perbandingan skema PSC dan KPS
Identifikasi non-finansial benefit pada skema KPS
Accelerated Delivery Enhanced Delivery Wilder Social Impact
Perhitungan Biaya-biaya dan NPV pada skema KPS
Identifikasi non-finansial benefit pada skema PSC
Accelerated Delivery Enhanced Delivery Wilder Social Impact
D
B C
Tahap Analisa dan Kesimpulan
Analisa dan Intepretasi
Kesimpulan dan Saran
Tahap Analisa dan Kesimpulan
D
PERTANIAN KAB. LAMONGAN
Kabupaten Lamongan memiliki 27 kecamatan dengan luas lahan
pertanian sawah seluas 87.940 Ha
Pada kecamatan Sugio terdapat 5.295 Ha sawah yang ditanami
padi. Berdasarkan klasifikasi jaringan irigasi, luas lahan sawah
pada kecamatan Sugio yang telah memiliki jaringan irigasi teknis
sebesar 1.115 Ha dan sebesar 4.180 Ha berupa jaringan irigasi
non-teknis.
Luas Lahan Sawah Menurut Jaringan Irigasi (Ha)
Jenis jaringan sawah Luas (Ha)Irigasi Teknis 1.115 Irigasi Semi Teknis 810 Irigasi Sederhana 483 Tadah Hujan 2.887
JUMLAH 5.295
PROSES PENGOLAHAN PADI
Pertanian Padi PanenPadi
Air
Pengolahan tanah
Bibit
Pupuk
Pemberantasan Hama
Pengeringan
PenyimpananPenggilinganPenggilingan
(Pemecahan Kulit)
Gabah Basah
Gabah Kering Panen
Gabah Kering
Simpan
Gabah Kering Giling
Beras
IDENTIFIKASI
KOMPONENVFM
No Komponen
Shahbaz
Khan
(2008)
Joost
Wellens
(2012)
Drain Eng.
(2000)
Stephen E.
Draper
(2008)
1 Investasi awal v
2 Pajak v v
3 Peraturan v v v
4
Kesediaan petani untuk
membayar v
5 Peningkatan Produksi v v v
6
Biaya Operasioanal dan
Pemeliharaan v v v
7 Efisiensi penggunaan air v v v
8 Kesuburan Tanah v v v
9 Pelayanan v v
10 Budaya (Kearifan lokal) v
11 Variasi tanaman v
12 Risiko kehilangan air v v
13 Pola tanam (mixed cropping) v
14 Ketahanan pangan daerah v
15 Kualitas hasil produksi v
16 Percepatan pembangunan v v
17
Perubahan Kualitas
Lingkungan v
18
Peningkatan kesejahteraan
petani v
No Komponen1 Investasi awal
2 Kesediaan petani untuk membayar3 Pajak4 Biaya Operasional dan Pemeliharaan5 Peningkatan Produksi6 Efisiensi penggunaan air7 Pola tanam (mixed cropping)8 Percepatan pembangunan
PENGELOMPOKAN KOMPONEN BERDASARKAN SKEMA
No Aspek Skema PSC Variabel
1 Finansial
Raw PSC Investasi awal
Transferable Risk -
Retained Risk -
Competitive
Neutrality-
2 Non-finansial
Accelerated
Delivery-
Enhanced
Delivery
Efisiensi
penggunaan air
Pola tanam (mixed
cropping)
Wilder Social
Impact
Peningkatan
Produksi
No Aspek Skema KPS Variabel
1 FinansialService Payment
Investasi awal
Biaya operasional
dan pemeliharaan
Kesediaan petani
membayar
Pajak
Retained Risk -
2 Non-finansial
Accelerated
Delivery
Percepatan
pembangunan
Enhanced Delivery
Efisiensi
penggunaan air
Pola tanam (mixed
cropping)
Wilder Social
Impact
Peningkatan
Produksi
RUMUS PERHITUNGANVFM
Total NPV PSC = NPV (investasi awal) - NPV (Efisiensi
penggunaan air + Pola tanam +
Peningkatan Produksi)
Total NPV KPS = NPV [(biaya operasional dan
pemeliharaan – kesediaan petani
membayar/pendapatan) + investasi
awal + pajak] - NPV (Efisiensi
penggunaan air + Pola tanam + Lahan
terdampak irigasi + Peningkatan
Produksi)
RUMUS PERHITUNGANVFM
VfM = NPV [(investasi awal) – (Efisiensi penggunaan air + Pola tanam + Lahan
terdampak irigasi + Peningkatan Produksi)] – NPV [[(kesediaan petani
membayar/pendapatan - biaya operasional – pajak) + investasi] – (Efisiensi
penggunaan air + Pola tanam + Lahan terdampak irigasi + Peningkatan
Produksi)]
SKEMA KPS
KPS
KPS (SwastaMurni)
KPS (HIPPA)
PERHITUNGAN KOMPONEN INVESTASI AWAL
No Skema BiayaDampak
(Ha)
Luas lahan
yang dibangun
(Ha)
Total Investasi
1 PSC Rp 70.000.000 70 4.180 Rp 4.180.000.000
2 KPS (HIPPA) Rp 97.308.000 70 4.180 Rp 5.810.677.714
3 KPS (Swasta) Rp 92.257.000 70 4.180 Rp 5.509.060.857
PERHITUNGAN KOMPONEN
KESEDIAAN PETANI MEMBAYAR
(PENDAPATAN)
Pembayaran (Kg/Ha) 70Harga Gabah Kering Giling (Rp/Kg) Rp 4.350 Pembayaran (Rp/Ha) Rp 304.500 Luas lahan (Ha) 4.180 Total Pembayaran Rp 1.272.810.000
PERHITUNGAN KOMPONEN BIAYA
OPERASIONAL DAN
PEMELIHARAAN
KPS (swasta murni) KPS (HIPPA)Biaya operasional per Ha Rp 540.000 Rp 600.000 Luas lahan (Ha) 4.180 4.180 Total Biaya Rp 2.257.200.000 Rp 2.508.000.000
Dalam perhitungan ini
diharapkan dalam satu tahun
panen dapat dilakukan hingga tiga
kali panen, maka total kesediaan
petani membayar sebesar Rp
3.818.430.000,00 per tahun.
PERHITUNGAN KOMPONEN PENINGKATAN PRODUKSI
No Kondisi Jaringan IrigasiProduksi padi dalam 1 kali
panen (ton/Ha)
Luas Lahan (Ha)
Total Produksi Padi dalam 1 kali
panen (ton)
Harga Rata2 Gabah Kering Giling (Rp/Kg)
Rp 4.350
1 Irigasi Non-teknis 5,21 4.180 21.778 Rp 94.733.430.000
2 Irigasi Teknis 6,8772 4.180 28.747 Rp 125.048.127.600Peningkatan Produksi (Rp) Rp 30.314.697.600
Dengan adanya pembangunan jaringan irigasi teknis
diharapkan mampu menaikkan rata-rata produksi
sebesar 30%.
Sedangkan untuk harga gabah kering giling yaitu
sebesar Rp 4.350,00 (UPT Pertanian Sugio, 2014).
PERHITUNGAN KOMPONEN POLA TANAM
Kondisi 1Rata-rata produksi 1 kali panen (ton/Ha) 5,21
Harga Gabah (Rp/Kg) Rp 4.350Pola tanam (x) 3 2 1
Luas lahan (Ha) 78 3.847 255 JumlahTotal Produksi (ton/Ha) 1.219,14 40.085,74 1.328,55 42.633,43
Konversi (Rp) Rp 185.455.420.500Kondisi 2
Rata-rata produksi 1 kali panen (ton/Ha) 5,21Harga Gabah (Rp/Kg) Rp 4.350
Pola tanam (x) 3 2 1Luas lahan (Ha) 4.810 Jumlah
Total Produksi (ton/Ha) 75.180,3 75.180,3Konversi (Rp) Rp 327.034.305.000
Peningkatan manfaat pola tanam Rp 141.578.884.500
*keterangan :
Kondisi 1 : sebelum dibangun
jaringan irigasi teknis
Kondisi 2 : setelah dibangun
jaringan irigasi teknis
PERHITUNGAN KOMPONEN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR
Kondisi 1 Kondisi 2
Jaringan Semi Teknis Sederhana Teknis
Luas lahan (Ha) 810 483 1.293
Efisiensi 50% 40% 60%
Kebutuhan air (m3) 2.430.000 1.449.000 3.879.000
Air yang dialirkan
(m3)4.860.000 3.622.500 6.465.000
Efisiensi (m3) 2.017.500
Efisiensi (Rp) dengan harga Rp 84,50 per m3 Rp 170.478.750
*keterangan :
Kondisi 1 : sebelum dibangun
jaringan irigasi teknis
Kondisi 2 : setelah dibangun
jaringan irigasi teknis
Jenis tanamanKebutuhan air tanaman menurut fase fenologi (m3)
Pembentukan tunas Vegetatif Pembungaan Pengisian Pematangan Jumlah
Padi 250 1600 400 425 325 3000Sumber : Kasdi Subagyono, 2005
PERHITUNGAN
KOMPONEN PERCEPATAN
PEMBANGUNAN
Estimasi waktu KonstruksiPSC (Tahun) 2Estimasi waktu Konstruksi KPS (Tahun) 1,7
Manfaat
Pendapatan Tambahan Rp 1.272.810.000
Total Rp 1.272.810.000
KOMPONEN PAJAK,
INFLASI DAN DISCOUNT
RATE
• Komponen Pajak :
Tarif PPh Pasal 17 ayat 2 yang berisi mengenai besaran pajak
untuk menghitung pajak penghasilan pada badan dalam negeri dan
badan usaha tetap sebesar 28 % (Jenderal Pajak, D. 2014)
• Komponen Inflasi :
Inflasi yang digunakan merupakan rata-rata inflasi BI sebesar
7% (Indonesia, B, 2014).
• Komponen Discount Rate :
Discount Rate yang digunakan merupakan ketetapan world
bank sebesar 10%-12%. Pada perhitungan awal VfM skema PSC
digunakan Discount rate 10% dan skema KPS 12%.
PERHITUNGANVFM PADA SKEMA KPS (HIPPA)
Skema PSC KPS (HIPPA)
Finansial NPV NPV
Invesatasi awal Rp 4.180.000.000 Rp 5.810.677.714
Biaya Operasioanal dan Pemeliharaan Rp 0 Rp 22.457.922.303 Kesediaan petani untuk membayar Rp 0 Rp 34.192.186.706 Pajak Rp 0 Rp 3.285.594.033 Jumlah Rp 4.180.000.000 Rp (2.637.992.656)
Non Finansial NPV NPV
Peningkatan Produksi Rp 82.676.448.000 Rp 81.200.082.857 Efisiensi penggunaan air Rp 464.942.045 Rp 456.639.509 Pola tanam (mixed cropping) Rp 128.708.076.818 Rp 126.409.718.304 Percepatan pembangunan Rp 0 Rp 0Jumlah Rp 211.849.466.864 Rp 208.066.440.670
Total NPV Rp (207.669.466.864) Rp (210.704.433.326)
VfM Rp 3.034.966.462
PERHITUNGANVFM PADA SKEMA KPS (SWASTA MURNI)
Skema PSC KPS (Swasta murni)
Finansial NPV NPV
Invesatasi awal Rp 4.180.000.000 Rp 5.509.060.857 Biaya Operasioanal dan Pemeliharaan Rp 0 Rp 20.212.130.073 Kesediaan petani untuk membayar Rp 0 Rp 34.192.186.706 Pajak Rp 0 Rp 3.914.415.857 Jumlah Rp 4.180.000.000 Rp (4.556.579.919)
Non Finansial NPV NPV
Peningkatan Produksi Rp 82.676.448.000 Rp 81.200.082.857 Efisiensi penggunaan air Rp 464.942.045 Rp 456.639.509 Pola tanam (mixed cropping) Rp 128.708.076.818 Rp 126.409.718.304 Percepatan pembangunan Rp 0 Rp 1.136.437.500 Jumlah Rp 211.849.466.864 Rp 209.202.878.170
Total Rp (207.669.466.864) Rp (213.759.458.089)
VfM Rp 6.089.991.225
ANALISA PERUBAHAN POLA TANAM
Rp(4.000.000.000)
Rp(2.000.000.000)
Rp-
Rp2.000.000.000
Rp4.000.000.000
Rp6.000.000.000
Rp8.000.000.000
3 2
Nil
ai
VfM
Pola Tanam (x)
Perubahan Pola Tanam terhadap Nilai VfM
PSC - KPS (HIPPA) PSC - KPS (swasta murni)
ANALISA PERUBAHAN KESEDIAAN PETANI MEMBAYAR
Rp(2.000.000.000)
Rp(1.000.000.000)
Rp-
Rp1.000.000.000
Rp2.000.000.000
Rp3.000.000.000
Rp4.000.000.000
Rp5.000.000.000
Rp6.000.000.000
Rp7.000.000.000
1 2
Nil
ai
VfM
Metode Pembayaran
Perubahan Kesediaan Petani Membayar terhadap Nilai
VfM
PSC - KPS (HIPPA) PSC - KPS (swasta murni)
*keterangan :
Metode Pembayaran 1 : pembayaran
didasarkan pada acuan satu kali panen
70kg/Ha.
Metode Pembayaran 2 : pembayaran
didasarkan pada jumlah pemakaian air
dalam satu kali panen dengan rata-rata
pemakaian 3000 m3, harga air Rp
84,5/m3.
ANALISA PERUBAHAN MASA KONSESI
Rp-
Rp1.000.000.000
Rp2.000.000.000
Rp3.000.000.000
Rp4.000.000.000
Rp5.000.000.000
Rp6.000.000.000
Rp7.000.000.000
Rp8.000.000.000
10 15 20
Nil
ai
VfM
Masa Konsesi
Perubahan Masa Konsesi terhadap Nilai VfM
PSC - KPS (HIPPA) PSC - KPS (swasta murni)
ANALISA PEMBERIAN BOBOT PADA ASPEK FINANSIAL DAN
NON-FINANSIAL
Rp(1.000.000.000)
Rp-
Rp1.000.000.000
Rp2.000.000.000
Rp3.000.000.000
Rp4.000.000.000
Rp5.000.000.000
Rp6.000.000.000
30/70 40/60 50/50 60/40 70/30
Nil
ai
VfM
Bobot Aspek Finansial/Non-finansial
Pemberian Bobot pada Aspek Finansial dan Non-
finansial terhadap Nilai VfM
PSC - KPS (HIPPA) PSC - KPS (swasta murni)
ANALISA PERUBAHAN DISCOUNT RATE
Rp(4.000.000.000)
Rp(2.000.000.000)
Rp-
Rp2.000.000.000
Rp4.000.000.000
Rp6.000.000.000
Rp8.000.000.000
Rp10.000.000.000
Rp12.000.000.000
10;12 10;10 12;12 7;12 7;10
Nil
ai
VfM
Dsicount rate PSC;KPS
Perubahan Discount rate terhadap Nilai VfM
PSC - KPS (HIPPA) PSC - KPS (swasta murni)
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan komponen VfM pada sektor irigasi antara lain : Invetasi awal, Kesediaan
petani membayar, Pajak, Biaya operasional dan pemeliharaan, Peningkatan produksi, Efisiensi penggunaan air, Pola
tanam (mixed cropping) dan Percepatan pembangunan.
2. Berdasarkan perhitungan nilai VfM pada skema KPS (HIPPA) sebesar Rp 3.034.966.462,00. Sedangkan pada
perhitungan nilai VfM dengan skema KPS (swasta murni) sebesar Rp 6.089.991.225,00.
3. Berdasarkan perbandingan yang dilakukan skema KPS (swasta murni) lebih menguntungkan dibanding dengan skema
KPS (HIPPA). Hal terbukti dengan nilai VfM pada skema KPS (swasta murni) lebih besar dibanding dengan nilai VfM
pada skema KPS (HIPPA)
SARAN
1. Pada perhitungan nilai VfM sebaiknya
meminimalkan penggunaan pendekatan. Hal
tersebut akan mampu menghasilkan nilai
VfM yang mampu mendekati dengan kondisi
riil.
2. Bila dalam perhitungan VfM dibutuhkan bobot,
maka pemberian bobot sebaiknya digunakan
metode pembobotan yang lebih terukur.
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. (2012). Buku Panduan Skema KPS di Indonesia. Retrieved 6 Februari 2014
http://pkps.bappenas.go.id/index.php/en/publikasi/majalah-kps-terbaru
Draper, S. E. (2008). Limits to Water Privatization. Water Resources Planning and Management (134), 493-503.
Eng., J. I. D. (2000). Problem of Irrigation Developing Countries. Journal of Irrigation and Drainage Engineering, 126,
195-202.
Hana (2014). EvaluasiValue for Money (VfM) pada Proyek Publik di Surabaya. Teknik Industri. Surabaya, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Harun al-Rasyid LUBIS , N. N. M. (2013). Developing a Standardized Assessment for PPP Infrastructure Project.
Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, 9, 1-20.
Indonesia, B. (2014). Penganalan Inflasi. Retrieved 8 Juli 2014
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx
Indonesia, B. (2014). Inflation Report (Consumer Price Index).
http://www.bi.go.id/en/moneter/inflasi/data/Default.aspx
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, K., Takim, R., Nawawi, A. H. (2011), “The Evaluation Criteria of Value for Money (VFM) of Public Private
Partnership (KPS) bids”, International Conference on Intelligent Building and Management, Vol. 5, hal. 349-355.
Ismail, K., Takim, R., Nawawi, A. H. (2011), “A value for money assessment method for Public Private Partnership: A
lesson from Malaysian approach”, International Conference on Economics and Finance Research, Vol. 4, hal. 509-514.
JoostWellensa, M. N., Farid Traoreb, Bernard Tychonb. (2013). A public–private partnership experience in the
management of an irrigation scheme using decision-support tools in Burkina Faso. Agricultural Water Management,
116, 1-11.
Kasdi Subagyono, A. D., Elsa Surmaini Dan Undang Kurnia. (2005). Pengelolaan Air Pada Lahan Sawah. 193-222.
Lamongan, P. K. (2014). Layanan Air Minum. Retrieved 1 Juli 2014. http://www.lamongankab.go.id/layanan-air-
minum.aspx
Macartney, J. (2011). Can Public-Private Partnership Leverage Private Iinvestment in Agricultural Value Chains in
Africa? A Preliminary Review. 40(1), 96-109.
Najiyati, S. (1993). Sistem Penyaluran Air dalam Dampak Petunjuk Mengairi Tanaman Jakarta: Penebar Swadaya.
DAFTAR PUSTAKA (CON’T)
Pertanian, D. (2013). Jaringan Irigasi Usaha Tani dan Jaringan Irigasi Desa 2006-2013. Pertanian. Surabaya.
Pertanian, D. (2013). Sumber Daya Pertanian. Pertanian. Surabaya.
Pertanian, K. (2006). Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009. Jakarta: Kementerian Pertanian.
Rasa Apanavičienė , R. R.-K. (2010). "Analysis Of Evaluation Methodologies For Public-Private Partnership (Ppp)
Projects In Infrastructure Construction." 356-364.
Shahbaz Khan, S. M. (2008). Regional Partnership To Assist Public-Private Investments In Irrigation Systems.
Agriculture Water Management (96), 839-846.
Sony Trianto, I. D. P., Ms, Ir. Laksono Djoko Nugroho, MM,MT (2013). "Perencanaan Sipon Dan Bangunan Pelengkap
Pada Saluran Selowogo Daerah Irigasi Nangger Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo." 1-15.
Sugio, U. P. K. (2014). [Hasil Pertanian Padi Kecamatan Sugio].
Umum, D. P. (2000). Kriteria Perencanaan - Jaringan Irigasi (Kp.01).
Recommended