View
15
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
ancaman perlambatan dan inflasi amerika serikat
Citation preview
Bab 5 - A r t i k e l
83
A R T I K E L
5B A B
A. Ancaman Perlambatan dan Inflasi Amerika Serikat
Oleh : Wahyu Pratomo
Gejolak pasar keuangan internasional
sebagai buntut dari krisis KPR subprime di
Amerika agak mereda setelah Federal Reserve
memangkas suku bunga kebijakan fedfund
sebesar 50 bps pada 18 September menjadi
4,75% untuk menambah likuiditas ekonomi
yang terancam mengering. Pelaku pasar
keuangan menyambut antusias langkah pre-
emptive dari Fedres ini. Pasar keuangan AS dan
internasional cenderung lebih positif semenjak
itu daripada periode-periode sebelumnya.
Namun, gejolak keuangan akhir-akhir ini telah
melahirkan ketidak-pastian dan risiko yang
mungkin berpengaruh negatif terhadap
prospek ekonomi AS dan dunia.
Sebagai salah satu sektor yang selama
ini menopang pertumbuhan konsumsi di AS,
ancaman resesi sektor perumahan sebagai
akibat krisis KPR subprime dikuatirkan akan
merembet ke sektor-sektor ekonomi lain.
Sebagai akibatnya, aktivitas konsumsi dan
investasi domestik AS terancam melambat.
Di tambah lagi, krisis di sektor subprime
itu sendiri masih belum berakhir. Proses
penilaian kembali risiko (repricing of risk) aset-
aset keuangan masih akan berlangsung, yang
pada gilirannya mendorong kenaikan biaya
pinjaman (borrowing cost).
Dampak Krisis SubprimeEkonomi China
memanas
Import pricedari China naik
Lonjakanharga minyak
Ekspektasiinflasi AS naik
Respon Fedreskedepan?
Apresiasi matauang dunia, Rp
DepresiasiUSD
EkonomiIndonesia
Perlambatanekonomi dunia Trade channel
Tekanan inflasiAS moderat
Fedfund 50bps cut
US subprimecrisis
Spill-over kesektor lain
Konsumsi &investasi turun
Perlambatan/ancaman resesi AS
Lonjakanborrowing cost
C
D
E
BA
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2007
84
Perkembangan di atas melahirkan
ancaman perlambatan dan bahkan mungkin
resesi ekonomi di Amerika Serikat. Kelesuan
ekonomi ASƒpenyumbang 25% PDB duniaƒ
diperkirakan akan berpengaruh negatif
terhadap ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Selain melalui jalur perdagangan,
perlambatan ekonomi dunia juga disumbang
oleh kenaikan biaya pinjaman, khususnya di
Eropa. Sejumlah bank dan lembaga keuangan
di kawasan tersebut memiliki exposure yang
cukup besar terhadap KPR subprime di AS.
Akibatnya, kondisi keuangan mereka
memburuk seiring dengan semakin parahnya
krisis di sektor tersebut.
Selain banyak dikritik bahwa langkah
penurunan suku bunga kebijakan Fedres
menyuburkan moral hazard, langkah yang
sama juga dikuatirkan mendorong kenaikan
ekspektasi inflasi di Amerika Serikat.
Terlebih harga minyak kembali melonjak
akhir-akhir ini. Harga komoditas pertanian juga
masih tinggi di pasar internasional. Ekonomi
China yang sedang memanas juga dikuatirkan
akan menambah tekanan inflasi melalui
kenaikan harga impor produk China di pasar
AS.
Kenaikan ekspektasi inflasi and
ancaman perlambatan ekonomi di AS pada
gilirannya berdampak pada tekanan depresiasi
dollar AS. Mata uang ini kini diperdagangkan
pada level terendah terhadap mata uang
utama dunia, khususnya Euro, dalam beberapa
tahun terakhir. Apresiasi Euro dan mata uang
dunia lainnya terhadap USD dapat
mengancam kinerja ekspor dan ekonomi
negara mitra dagang AS.
Dalam laporan World Economic
Outlook (WEO) edisi September 2007, IMF
menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi
AS di tahun 2007 menjadi 1,9%, terkoreksi
0,1% dari proyeksi pada bulan Juli 2007 lalu.
Pada tahun 2008, perlambatan semakin
dirasakan dengan ekonomi AS kini
diproyeksikan hanya tumbuh 1,9% dari 2,8%
proyeksi sebelumnya.
Menjadi pertanyaan bagi kita di
Indonesia, apa kira-kira dampak krisis subprime
di AS ini pada ekonomi dunia umumnya dan
Indonesia khususnya? Melalui jalur-jalur apa
saja dampak krisis subprime dan juga
perlambatan ekonomi AS akan dirasakan oleh
ekonomi Indonesia?
(i) Spill-over ke Sektor Lain
Perlambatan ekonomi AS sebenarnya
sudah terjadi sejak awal 2007. Krisis subprime
akhir-akhir ini diperkirakan semakin menekanGrafik 1 S&P/Case-Shiller Home-price IndexGrafik 1 S&P/Case-Shiller Home-price IndexGrafik 1 S&P/Case-Shiller Home-price IndexGrafik 1 S&P/Case-Shiller Home-price IndexGrafik 1 S&P/Case-Shiller Home-price Index
Sumber: Standard & Poor's
(% yoy)
-10
-5
0
5
10
15
20
25
1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2002 2005
Bab 5 - A r t i k e l
85
kinerja ekonomi AS dalam triwulan-triwulan
mendatang.
Sektor perumahan AS yang demikian
marak dan harganya meroket hingga akhir
2006 kini telah terseret dalam kelesuan
terparah dalam tiga puluh tahun terakhir.
Untuk pertama kali sejak depresi di tahun
1930-an, harga rumah tumbuh negatif secara
tahunan. Indeks harga rumah S&P/Case-Shiller
untuk 20 kota terbesar turun 4,5% (yoy) pada
bulan Juli (Grafik 1). Penjualan rumah-jadi
anjlog 4,3% di bulan Agustus.
Harga rumah diperkirakan akan terus
jatuh, setidaknya hingga dua tahun ke depan.
Sejumlah faktor menjadi penyebab tingginya
persediaan (inventory) rumah baru dan rumah-
jadi yang belum terjual, termasuk (a) pasokan
rumah berlebih di tengah-tengah jatuhnya
permintaan rumah baru, (b) semakin ketatnya
persyaratan kredit sektor perumahan menekan
permintaan rumah baru, serta (c) sekitar USD 1
triliun kredit dengan suku bunga adjustableƒ
dikenal dengan hybrid mortgageƒakan
berubah menjadi kredit dengan suku bunga
jauh meningkat dalam 12 bulan kedepan.
Resesi di sektor perumahan saja
sebenarnya tidak mampu mendorong
ekonomi AS ke dalam resesi karena sektor ini
hanya menyumbang 5% PDB. Namun,
kelesuan sektor perumahan berpotensi
merembet ke sektor-sektor lain. Sektor
kendaraan bermotor, misalnya, kini dilanda
kelesuan. Penjualan mobil dan truk jenis ringan
di tahun 2007 diperkirakan turun menjadi 16,0
juta unit, dari 16,9 juta dan 16,5 juta masing-
masing di tahun 2005 dan 20061 .
Konsumsi yang menyumbang 70% dari
agregat permintaan sekarang ini dikuatirkan
tertekan. Nilai rumah yang jatuh menimbulkan
efek kesejahteraan negatif. Pengetatan
persyaratan kredit di pasar perumahan dan
pasar utang konsumen mendorong kenaikan
biaya pinjaman (borrowing cost). Sementara
itu, harga BBM juga kian meningkat.
Grafik 2 US Confidence IndexGrafik 2 US Confidence IndexGrafik 2 US Confidence IndexGrafik 2 US Confidence IndexGrafik 2 US Confidence Index(Conference Board)(Conference Board)(Conference Board)(Conference Board)(Conference Board)
Index
Sumber: Bloomberg
40
60
80
100
120
140
160
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
expectation
confidence
80,1
95,6
Grafik 3 US Confidence IndexGrafik 3 US Confidence IndexGrafik 3 US Confidence IndexGrafik 3 US Confidence IndexGrafik 3 US Confidence Index(University of Michigan)(University of Michigan)(University of Michigan)(University of Michigan)(University of Michigan)
future situation(expectation)
current situation
Sumber: Bloomberg
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
70,1
97,6
1 Angka Concensus Forecast, September 2007.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2007
86
Hingga kini, kesempatan kerja dan
pendapatan konsumen yang kuat baik yang
berasal dari upah maupun pendapatan dari
pasar modal masih mampu menopang
pengeluaran konsumsi dan mengkompensasi
penurunan pendapatan dari sektor perumahan.
Kondisi lapangan kerja sekarang ini
memberikan tanda-tanda yang masih mixed.
Laporan tenaga kerja di bulan September
menunjukkan kenaikan sekitar 110.000
pekerjaan (Grafik 4). Penciptaan lapangan
kerja di sektor jasa kembali mampu
mengkompensasi penurunan lapangan kerja
di sektor manufaktur. Namun, angka
pengangguran pada bulan yang sama
meningkat hingga 4,7%, tertinggi dalam
setahun terakhir (Grafik 7).
Angka terkini masih memberi
gambaran daya tahan konsumsi swasta yang
cukup kuat. Konsumsi personal tumbuh 0,4%
(mtm) di bulan Agustus. Angka pertumbuhan
di triwulan III-2007 nya diperkirakan mencapai
2,8% (yoy). Penjualan ritel tumbuh kuat 5%
(yoy) pada bulan September.
Namun, tingkat kepercayaan konsumen
pada bulan September kembali menurun. Baik
survei kepercayaan konsumen yang dilakukan
oleh Conference Board dan University of
Michigan mengkonfirmasi hal tersebut (Grafik
2 dan Grafik 3).
Bila konsumsi benar-benar melemah ke
depan, perusahaan-perusahaan AS yang
selama ini banyak bergantung pada
pengeluaran konsumsi masyarakat sebagai
sumber keuntungan terancam harus
mengurangi produksi, tenaga kerja, dan
pembelian barang modal.
Selain ancaman konsumsi yang
melemah, aktivitas investasi yang sudah lemah
dalam beberapa triwulan terakhir dikuatirkan
semakin lesu sebagai dampak (a) kenaikan
biaya pinjaman, (b) ketidakpastian akibat
gejolak keuangan akhir-akhir ini, serta (c)
lonjakan harga minyak.
Melemahnya kegiatan investasi
ditunjukkan oleh indeks produksi manufaktur
yang terus menurun (Grafik 5). Survei
manufaktur ISM menunjukkan angka pesanan
Grafik 4 US Non-farm Job PayrollGrafik 4 US Non-farm Job PayrollGrafik 4 US Non-farm Job PayrollGrafik 4 US Non-farm Job PayrollGrafik 4 US Non-farm Job Payroll
127
services
-31
goods
thousand (mom)
Sumber: Bloomberg
-200
-100
0
100
200
300
400
500
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Grafik 5 Industrial ProductionGrafik 5 Industrial ProductionGrafik 5 Industrial ProductionGrafik 5 Industrial ProductionGrafik 5 Industrial Production
Sumber: Bloomberg
1.9
(% yoy)
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Bab 5 - A r t i k e l
87
baru di bulan September yang kembali lebih
rendah dari bulan-bulan sebelumnya. Pesanan
barang modalƒproxi bagi pengeluaran
perusahaanƒjuga turun. Ini menunjukkan
naiknya ketidak-pastian seputar prospek
investasi.
(ii) Lonjakan Biaya Pinjaman
Dampak gejolak keuangan
kemungkinan masih akan dirasakan sektor riil
AS untuk sementara waktu. Proses penilaian
kembali risiko (repricing of risk) di pasar-pasar
kredit masih akan berlangsung.
Krisis yang bermula dari KPR subprime
kini merembet ke berbagai pasar kredit,
termasuk pasar uang antar bank, pasar
leveraged-buy-out (LBO), pasar collaterilized-
debt-obligations (CDO), dan structured-
investment-vehicles (SIV) yang dimiliki bank-
bank. Akibatnya, biaya pinjaman (borrowing
cost) di berbagai pasar kredit melonjak.
Proses penilaian kembali risiko di pasar
uang antar bank (PUAB), misalnya, mendorong
bank-bank tidak mau saling memberi
pinjaman. Suku bunga LIBOR USD dan mata
uang lainnya melonjak tajam pada 9 Agustus
lalu dan semenjak itu cenderung merangkak
naik hingga 18 September 2007 (Grafik 6).
Hanya setelah Federal Reserve dan ECB
melakukan operasi pasarƒdalam bentuk
lelang dengan jangka waktu tiga bulanƒ
untuk menenangkan pasar uang antar bank,
suku bunga London Interbank-Offered Rate
(LIBOR) jangka waktu tiga bulan turun 35 bps
menjadi 5,24% pada tanggal 19 September
2007. Suku bunga LIBOR Euro dan
poundsterling dengan jangka waktu yang
sama juga menurun.
Meski suku bunga cenderung turun,
masalah ketatnya likuiditas pasar belum
berakhir sepenuhnya. Level suku bunga LIBOR
USD jangka waktu overnight meningkat dari
4,88% pada tanggal 25 September menjadi
5,09% pada 26 September dan 5,30% pada
27 September 2007. Kurang lebih selama
September, saldo pinjaman melalui fasilitas
discount window Fedres selalu positif dengan
puncaknya sebesar USD 2,2 miliar pada
minggu III-September.
Ketatnya likuiditas pasar diperkirakan
masih akan berlangsung dalam beberapa
bulan ke depan. Survei yang dilakukan oleh
perusahaan Norton Rose terhadap responden
bank, perusahaan, dan perusahaan sekuritas
menunjukkan bahwa pasar keuangan LBO
belum akan pulih hingga musim semi
mendatang.
Grafik 6Grafik 6Grafik 6Grafik 6Grafik 6
Source: Thomson Datastream *London inter-bank offered rate
A crack in the ice?3-month LIBOR* rates, %
2007August September
S
1710327201361
7.0
6.5
6.0
5.5
5.0
4.5
4.0
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2007
88
Prediksi ini sejalan prediksi IMF dalam
Global Financial Stability Report (GFSR) mereka
yang terakhir. Mereka menyatakan bahwa
proses penyesuaian di pasar keuangan sebagai
dampak krisis di KPR subprime masih
berlangsung di depan. Normalisasi pasar kredit
memerlukan waktu cukup lama.
Semakin lama suku bunga PUAB berada
di level yang tinggi, semakin besar
kemungkinan gejolak pasar keuangan
berdampak buruk pada sektor ekonomi riil.
(iii) Ekonomi AS Akan Melambat
Ekonomi AS diperkirakan melambat
hingga awal tahun depan sebagai akibat krisis
perumahan yang masih berlanjut, pasar kredit
yang mengetat, dan harga minyak yang
melonjak. Namun, dua kali penurunan suku
bunga fedfund diyakini banyak kalangan,
termasuk Fedres, cukup untuk mencegah
ekonomi AS jatuh ke jurang resesi.
Data ekonomi terakhir menunjukkan
masih cukup kuatnya daya tahan ekonomi AS.
Selain itu, kontribusi positif dari ekspor dan
jasa diyakini membantu mengkompensasi
melesunya konsumsi swasta. Dengan nilai
tukar USD yang cenderung lemah, kinerja
ekspor yang terus membaik diperkirakan
mendorong penurunan defisit transaksi
berjalan menjadi USD 783 miliar pada tahun
2007, dari USD 811 miliar tahun
sebelumnya2 .
Namun, ekonomi AS juga memiliki
sejumlah risiko ke depan. Kekuatiran investor
akan memburuknya KPR bermasalah masih
tinggi dan kemungkinan meningkat. Bila hal
ini terus berlangsung, pasar kredit akan
semakin ketat dan biaya pinjaman tetap tinggi.
Lonjakan harga minyak dunia, selain
menambah tekanan ke atas bagi inflasi, juga
dikuatirkan dapat menahan laju ekonomi lebih
lanjut.
2 Angka Consensus Forecast September 2007
Grafik 7 US Unemployment RateGrafik 7 US Unemployment RateGrafik 7 US Unemployment RateGrafik 7 US Unemployment RateGrafik 7 US Unemployment Rate
Seperti telah disebutkan sebelumnya,
IMF memangkas proyeksi pertumbuhan
ekonomi AS di tahun 2007 sebesar 0,1%
menjadi 1,9% (yoy). Proyeksi pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2008 bahkan dipangkas
menjadi 1,9% (yoy) dari 2,8% proyeksi
sebelumnya.
(iv) Ekonomi Dunia Terpengaruh
Dampak perlambatan ekonomi AS
terhadap ekonomi dunia terjadi melalui dua
jalur, yakni (a) perdagangan dan (b) keuangan
Sumber: Bloomberg
(%)
2
3
4
5
6
7
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Bab 5 - A r t i k e l
89
khususnya dalam bentuk kenaikan biaya
pinjaman.
Jika ekonomi AS melambat, negara
tersebut akan mengurangi impor dari negara-
negara lain. Meski fenomena decoupling tengah
berlangsung, perlambatan ekonomi ASƒ
penyumbang 25% PDB duniaƒdiperkirakan
masih akan berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi belahan dunia lain3.
Perlambatan ekonomi dikuatirkan juga
banyak dipengaruhi oleh kenaikan biaya
pinjaman. Di tengah globalisasi pasar
keuangan yang semakin intens, ketatnya pasar
kredit dan kenaikan biaya pinjaman juga
dirasakan di belahan dunia lain, terutama
Eropa. Krisis seputar Northern Rock
menunjukkan bahwa sejumlah bank di Eropa
mempunyai exposure yang cukup besar
terhadap kredit subprime AS.
Sejalan dengan perkembangan di pasar
uang AS, suku bunga LIBOR Euro dan
poundsterling jangka waktu tiga bulan terlihat
melonjak di pertengahan bulan Agustus 2007
sebagai dampak ketatnya likuiditas di pasar
tersebut (Grafik 6). Semenjak itu, kedua suku
bunga LIBOR tersebut merangkak naik. Hanya
setelah Fedres memangkas suku bunga
fedfund sebesar 50 bps dan bank-bank sentral
terkemuka di dunia melakukan operasi pasar,
suku bunga LIBOR Euro dan poundsterling
berangsur turun sejak 19 September 2007.
3 Baik Eropa dan Asia kini relatif kurang bergantung padaAS daripada dulu. Pasar AS kini menyumbang 22% daritotal ekspor China. Sumbangan pasar Eropa bagi eksporChina sekarang ini telah setara dengan pasar AS.
Meski suku bunga LIBOR telah
menurun, permintaan likuiditas di pasar masih
sangat tinggi. Per 26 September 2007, suku
bunga LIBOR poundsterling memang tercatat
menurun hingga level 6,34%. Namun, level
ini sebenarnya masih sekitar 50 bps di atas
suku bunga dasar.
Ketatnya l ikuiditas pasar juga
tercermin dari besarnya fasilitas refinancing
ECB yang dimanfaatkan oleh bank-bank.
Pada tanggal 27 September yang lalu, ECB
mencatat pemanfaatan fasilitas refinancing
sebesar Euro 3,9 miliar, terbesar sejak
Oktober 2004, dengan suku bunga penalti
sebesar 5,0%.
Selain itu, survei yang dilakukan Bank
of England menunjukkan bahwa bank-bank
Inggris akan mengurangi pasokan kredit
kepada perusahaan-perusahaan secara
signifikan di triwulan IV-2007 sehubungan
dengan pengetatan persyaratan kredit dan
kenaikan biaya pinjaman.
Terutama sebagai dampak krisis
subprime yang meluas, pertumbuhan ekonomi
negara maju untuk tahun 2007 dan 2008
dikoreksi IMF. Proyeksi pertumbuhan kawasan
Eropa dikurangi masing-masing 0,1% dan
0,4% menjadi 2,5% di tahun 2007 dan 2,1%
tahun 2008 sebagai dampak dari apresiasi nilai
tukar Euro terhadap kinerja ekspor serta
tingginya biaya pinjaman. Sementara, ekonomi
Jepang diperkirakan turun menjadi 2,0% pada
2007 dan 1,7% pada 2008 sebagai akibat
turunnya investasi dan konsumsi domestik
serta penguatan yen. Melemahnya
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2007
90
pertumbuhan negara maju berdampak pada
penurunan volume perdagangan dunia akibat
turunnya permintaan.
Pertumbuhan ekonomi negara
berkembang diproyeksi IMF tetap tinggi di
tahun 2007 dan hanya terkoreksi tipis di tahun
2008. Ekonomi China diprediksi tumbuh
11,5% pada tahun 2007, lebih tinggi dari
prediksi semula 11,2%, dengan aktivitas
ekonomi domestik sebagai motor
pertumbuhan. Proyeksi pertumbuhan China
pada tahun 2008 hanya turun tipis dari 10.5%
pada tahun sebelumnya menjadi 10,0%.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi India tetap di
atas 8% pada 2007 dan 2008.
(v) Ancaman Inflasi & Respon Fedres
Fed menurunkan suku bunga fedfund
untuk pertama kalinya sejak tahun 2003 pada
18 September 2007. Suku bunga fedfund
sebesar 50 bps menjadi 4,75% (Grafik 8).
Penurunan tersebut di luar ekspektasi pasar
yang cenderung memprediksi hanya 25 bps.
Grafik 8 Fedfund Rate dan PCE CoreGrafik 8 Fedfund Rate dan PCE CoreGrafik 8 Fedfund Rate dan PCE CoreGrafik 8 Fedfund Rate dan PCE CoreGrafik 8 Fedfund Rate dan PCE Core
Penurunan suku bunga bertujuan untuk
mencegah dampak buruk gejolak di pasar
keuangan terhadap perekonomian. Kebijakan
ini diambil karena besarnya potensi koreksi
pada sektor perumahan dalam memperlambat
pertumbuhan ekonomi AS.
Sumber: Bloomberg
Fedfund rate
PCE Core
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
4,50
1,8
Grafik 9 Import Price of Chinese Products in USGrafik 9 Import Price of Chinese Products in USGrafik 9 Import Price of Chinese Products in USGrafik 9 Import Price of Chinese Products in USGrafik 9 Import Price of Chinese Products in US
Index
All commodity
Excluding Oil
Sumber: Bloomberg
85
90
95
100
105
110
115
120
125
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
122.3
106.9
Selain itu, inflasi relatif terkendali. Inflasi
inti pada bulan Agustus tercatat 2,1% (yoy),
turun dari 2,2% di Juli 2007. PCE core turun
dari 1,9% pada bulan Juni dan Juli 2007
menjadi 1,8% pada bulan Agustus (Grafik 8).
Level PCE core kini berada dalam batas target
yang diperhatikan oleh Fed, yakni di kisaran
1,0%-2,0%, setelah lebih dari 3 tahun berada
di atas 2%.
Namun, keputusan Fedres untuk
memangkas fedfund rate menimbulkan
kekuatiran terhadap kemungkinan peningkatan
laju inflasi kedepan. Penurunan suku bunga
diperkirakan akan mendorong kenaikan
aktivitas ekonomi dan akhirnya tekanan inflasi.
Tekanan inflasi juga berasal dari
peningkatan harga komoditi dunia, khususnya
harga minyak (Grafik 9). WTI sudah mencapai
Bab 5 - A r t i k e l
91
USD 83,3/barrel pada minggu-minggu terakhir
September lalu.
Selain itu, dengan ekonomi China yang
memanas, harga impor produk China di
Amerika serikat juga mengalami kenaikan
(Grafik 9). Kenaikan harga impor kemungkinan
berimbas pada kenaikan harga konsumen dan
wholesale.
Kenaikan ekspektasi inflasi terlihat dari
yields T-bond yang meningkat. Yield US T-Bond
jangka waktu 10 tahun mencapai 4,6% pada
minggu terakhir September 2007 naik dari
4,5% pada minggu sebelumnya (Grafik 10).
Yield US T-Bond jangka waktu 30 tahun juga
mengalami kenaikan dari 4,7% menjadi 4,9%
pada minggu terakhir September.
Di tengah-tengah ekspektasi inflasi yang
meningkat, pertanyaan yang banyak muncul
sekarang ini adalah apakah keputusan yang
akan diambil Fedres dalam pertemuan FOMC
mereka pada akhir Oktober mendatang.
Sebagian besar memperkirakan bahwa
Fedres akan memangkas suku bunga lagi
Grafik 10 US T-Bond YieldsGrafik 10 US T-Bond YieldsGrafik 10 US T-Bond YieldsGrafik 10 US T-Bond YieldsGrafik 10 US T-Bond Yields
setidaknya sebesar 25bps. Ini diperlukan untuk
≈memastikanΔ bahwa ekonomi AS tidak akan
terseret kedalam jurang resesi di tengah masih
berlangsungnya krisis di sektor perumahan dan
pasar kredit. Sebagian yang lain sebaliknya
berpandangan bahwa Fedres akan stay put
mengingat tekanan inflasi ke depan semakin
besar.
(vi) USD Melemah
Ekspektasi kenaikan inflasi di Amerika
Serikat dan penurunan suku bunga fedfund
sebesar 50 bps menekan nilai tukar USD (Grafik
11). USD terus melemah dan di bulan
September lalu berada di level terendah
terhadap Euro dalam beberapa tahun terakhir.
Meski sedikit rebound pada minggu
terakhir September, pelemahan USD
diperkirakan akan berlangsung sementara
waktu seiring dengan prospek ekonomi AS
yang relatif memburuk dan tingginya tekanan
inflasi AS dalam waktu-waktu mendatang.
Apresiasi mata uang dunia lainnya,
terutama Euro, mulai mengkuatirkan otoritas
Grafik 11 Yen/USD dan Euro/USDGrafik 11 Yen/USD dan Euro/USDGrafik 11 Yen/USD dan Euro/USDGrafik 11 Yen/USD dan Euro/USDGrafik 11 Yen/USD dan Euro/USD
Sumber: Bloomberg
Euro/USD
Yen/USD
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 20070
20
40
60
80
100
120
140
160
0,69
115,43
Sumber: Bloomberg
Tenor 10 tahun
Tenor 30 tahun
3,8
4
4,2
4,4
4,6
4,8
5
5,2
4.672
5.034
4,77
4.332
2007
9Ags
16Ags
13Ags
30Ags
6Sep
13Sep
20Sep
27Sep
4Okt
11Okt
18Okt
25Okt
1Nov
8Nov
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2007
92
di Uni Eropa. Ekonomi mereka yang selama
ini banyak bergantung pada kinerja ekspor
yang kuat dikuatirkan akan terpengaruh
negatif oleh penguatan mata uang Euro.
Banyak desakan ditujukan pada ECB
untuk segera mengikuti langkah Fedres
memangkas suku bunga kebijakan mereka.
Namun banyak pihak memperkirakan bahwa
ECB tidak akan gegabah menuruti desakan
tersebut mengingat masih besarnya tekanan
inflasi di depan. Hanya kenaikan suku bunga
kebijakan ECB yang rencananya dilakukan
pada akhir 2007 kemungkinan besar akan
ditunda untuk sementara waktu.
(vii) Dampak Ekonomi ke Indonesia
Dampak krisis subprime AS terhadap
ekonomi Indonesia dapat terjadi melalui lima
jalur (Lihat Bagan pada halaman 1). Kelima
jalur tersebut adalah: (A) jalur perdagangan
langsung antara Indonesia dan Amerika
Serikat, (B) jalur perdagangan Indonesia dan
Asia/Eropa yang kemungkinan akan terkena
dampak perlambatan ekonomi AS, (C) jalur
(kenaikan) biaya pinjaman, (D) jalur (apresiasi)
nilai tukar Rupiah, dan (E) jalur (suku bunga)
kebijakan moneter Fedres kedepan.
Apresiasi nilai tukar rupiah yang
berlebihan dikuatirkan dapat berpengaruh
negatif terhadap kinerja ekspor Indonesia,
terutama yang ditujukan ke pasar Amerika
Serikat. Sementara itu, ketidak-pastian
seputar keputusan Fedres pada pertemuan
FOMC akhir bulan Oktober ini akan
berpengaruh terhadap kebijakan dan kondisi
moneter khususnya dan ekonomi Indonesia
umumnya.
Recommended