View
252
Download
15
Category
Preview:
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
MAKALAH
Oleh:
Kelompok 7
Auliya Hidayati NIM 132310101001Fikri Nur Latifatul Qolbi NIM 132310101011Aulia Bella Marinda NIM 132310101030Rizky Bella MulyaningsasiNIM 132310101043Ike Andriani NIM 132310101057Yeheskiel Febria N NIM 132310101061
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
ii
KEPERAWATAN KLINIK 1AASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIVE
MAKALAHdiajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik 1A
Oleh:
Kelompok 7
Auliya Hidayati NIM 132310101001Fikri Nur Latifatul Qolbi NIM 132310101011Aulia Bella Marinda NIM 132310101030Rizky Bella MulyaningsasiNIM 132310101043Ike Andriani NIM 132310101057Yeheskiel Febria N NIM 132310101061
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
iii
PRAKATA
Segala puji bagi Tuhan YME atas rahmatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperative”
dengan lancar dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dalam pengamatan
dan penulisan makalah ini tak lepas dari bantuan, dukungan dan do’a berbagai
pihak.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu. Penulis mengakui dalam penulisannya masih
banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun diharapkan oleh
penulis dalam perbaikan makalah selanjutnya.
Namun, semoga makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Perioperative”
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, sehingga dalam pembuatannya
dapat menghasilkan suatu hasil yang berguna.
Jember, Mei 2014 Penulis
iv
Daftar Isi
PRAKATA...............................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Bedah Jantung.......................................................................3
2.2 Tujuan Bedah Jantung.............................................................................3
2.3 Diagnosis Penderita Penyakit Jantung.....................................................4
2.4 Asuhan Keperawatan Perioperatif bedah jantung...................................5
BAB 3. PENUTUP................................................................................................17
3.1 Kesimpulan............................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangBedah jantung merupakan pengobatan ataupun upaya yang dilakukan untuk
mengetahui baik tidaknya keadaan jantung setelah dilakukan pemeriksaan fisik
maupun diagnostik dengan timbulnya tanda dan gejala. Upaya ini dilakukan
dengan proses pembedahan bagian thorak. Upaya pembedahan atau sering dikenal
dengan proses operasi ini semakin berkembang selama beberapa tahun setelah
keberhasilan Ludwig Rehn (1896) menutup luka jantung akibat tusukan.
Bedah jantung berkembang selama beberapa tahun belakangan ini. Hal ini
dapat mengatasi pasien masalah jantung umum seperti penyakit arteri koroner dan
kelainan katup jantung dengan efektif. Beberapa kemajuan teknologi dari teknik
maupun peralatan telah banyak memberikan kemudahan untuk berhasilnya
pengobatan. Beraneka ragam aspek bedah jantung pun semakin
dipertimbangkangkan untuk memungkinkan pemulihan yang lebih cepat dan
pasien dapat beraktifitas kembali, sehingga resiko komplikasi pasien juga dapat
dihindari.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam perkembangan pembedahan
jantung adalah teknik pintasan jantung-paru. Pertama kali digunakan dengan
berhasil pada manusia di tahun 1951. Di masa kini lebih dari 250.000 prosedur
yang dilakukan dengan menggunakan pintasan jantung paru. Terbanyak (lebih
dari 200.000) dilakukan di Amerika Utara. Kebanyakan prosedur adalah graft
pintasan arteri koroner (CABG = coronary artery bypass graft) dan perbaikan atau
penggantian katup.
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan
anestesia, dan pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit
perawatan kritis serta program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan
menjadi pilihan penanganan yang aman untuk pasien dengan penyakit jantung
1.2 Rumusan Masalah2.4.2 Apakah pengertian bedah jantung?
1
2.4.3 Apakah tujuan bedah jantung?
2.4.4 Apakah diagnosis penderita penyakit jantung?
2.4.5 Bagaimana Asuhan Keperawatan Perioperatif bedah jantung?
1.3 Tujuan Masalah1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan perioperatif pasien
bedah jantung.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian bedah jantung
b. Mengetahui tujuan dilakukannya bedah jantung
c. Mengetahui diagnosis penderita penyakit jantung
d. Mengetahui asuhan keperawatan pasien bedah jantung
2
3
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bedah Jantung
Bedah jantung merupakan upaya operasi atau pembedahan yang dilakukan
untuk mengetahui baik tidaknya keadaan jantung setelah dilakukan pemeriksaan
fisik maupun diagnostik dengan timbulnya tanda dan gejala. Bedah jantung
dilakukan pada tubuh bagian thorak. Bedah jantung dilakukan untuk mengatasi
berbagai masalah jantung. Prosedur yang paling sering dilakukan adalah
angiolasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner, dan perbaikan atau
penggantian katup jantung yang rusak. Pembedahan jantung terbagi menjadi 2
macam, antara lain:
a. Operasi Jantung Terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka
rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra
corporal)
b. Operasi Jantung Tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa
membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
2.2 Tujuan Bedah Jantung
Pembedahan atau yang sering dikenal dengan operasi jantung dilakukan
sesuai dengan kebutuhan pasien. Kondisi pasien menentukan tuajuan yang akan
dicapai. Berikut macam-macam tujuan dilakukannya pembedahan jantung adalah:
a. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD,
Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.
b. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan
terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
c. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan
mempersiapkan operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi total
belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF,
Pulmonal atresia.
4
d. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami
insufisiensi.
e. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami
kerusakan.
f. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi
stenosis/sumbatan arteri koroner.
g. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak
dengan blok total atrioventrikel.
h. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin
diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena
sebab lain.
2.3 Diagnosis Penderita Penyakit Jantung
Prosedur pemeriksaan diagnosis perlu dilakukan sebelum proses
pembedahan dilakukan maupun direncanakan. Prosedur ini sebagai penunjang
perlu tidaknya pembedahan dilakukan. Beberapa pemeriksaan laboratorium
standar dapat mendeteksi masalah yang berkaitan dengan jantung yaitu seperti tes
darah lengkap, elektrolit, glukosa, lemak, dan gas darah arteri. Berikut beberapa
pemeriksaan lainnya sebagai penunjang data kondisi jantung:
a. Pemeriksaan enzim serum, dilakukan sebagai petunjuk ada tidaknya
kerusakan miokardium sebelum pembedahan di rencanakan dan
dilakukan.
b. Pemeriksaan sinar-X toraks, dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan hantaran, kelainan irama, pembesaran bilik jantung, iskemia,
miokardium, dan infark miokardium.
c. EKG dengan uji stres olah raga, dilakukan untuk menentukan apakah
terjadi perubahan EKG iskemik ketika seseorang berolah raga
d. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram
untuk melihat pembesaran atrium kiri (foto lateral).
e. Fonokardiografi
5
f. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang
pendek dan pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali.
Sehingga terlihat gambaran rongga jantung dan pergerakan katup
jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler Echocardiografi dengan
warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat bisa dilihat shunt,
kebocoran katup atau kolateral.
g. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop
intra vena kemudian dengan “scanner” ditangkap pengumpulan isotop
pada jantung.
h. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter
yang dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung.
Kateterisasi jantung kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung
kiri melalui arteri femoralis.
2.4 Asuhan Keperawatan Bedah Jantung
Proses pembedahan/ operasi mempunyai beberapa tahapan, yaitu :
a. Tahapan sebelum dilakukannya pembedahan (pre operative), tahapan
ini digunakan sebagai persiapan pasien dari pengkajian data pasien
sampai persiapan alat yang digunakan saat proses pembedahan.
b. Tahapan saat dilakukan pembedahan di ruang operasi (intra
Operative), tahapan ini dimulai saat pasien memasuki ruang operasi
sampai dilakukannya operasi oleh tim operasi.
c. Tahapan setelah dilakukan proses operasi ( Post Operative),tahapan ini
berawal dari pasien dipindahkan menuju Recovary Room yaitu, ruang
perawatan setelah dilakukan operasi. Disini pasien belum dalam
keadaan sadar sempurna.
2.4.1 Tahapan Pre Operative
Setelah pasien diputuskan operasi, maka beberapa persiapan fisik maupun
mental harus dipersiapkan. Persiapan fisik meliputi, pemeriksaan gastrointestinal
pasien, persiapan anastesi, kenyamanan dan istirahat pasien, serta obat yang akan
digunakan. Sedangkan persiapan mental meliputi dukungan dari keluarga pasien
6
dan informasi dari perawat kepada pasien dan keluarga. Adapun beberapa
pengkajian yang harus dilakukan oleh perawat antara :
a. Observasi tingkat kesadaran pasien
b. Observasi emosi pasien
c. Observasi aktivitas
d. Cek obat yang digunakan
e. Observasi pernafasan pasien
f. Riwayat penyakit, keluarga, kebiasaan hidup
g. Cek obat yang digunakan
h. Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
i. Observasi kulit: warna, turgor, suhu, keutuhan
Selain itu adapun hal yang dapat dilakukan perawat untuk menenangkan
pasien antara lain :
a. Melakukan serah terima dengan perawat ruangan
b. Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien
c. Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya
d. Memberikan surport kepada pasien
e. Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti
ganti baju, pemasangan infuse, kanulasi arteri dan pemasangan lead EKG
f. Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi
g. Menciptakan situasi yang tenang
h. Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa
dan alat bantu dengar
i. Membawa pasien keruang operasi
2.4.2 Tahapan Intra Operative
Setelah pasien di pindahkan ke ruang operasi, pasien perlu
a. Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway
antara lain: guedel, laringoskop, ETT berbagai ukuran, system hisab
lendir.
7
b. Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula,
sungkup, bagging dan ventilator
c. Circulation (sirkulasi):
1. Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau
dinding miokard bagian inferior dan V5 untuk antero lateral
2. Kanulasi arteri dipasang untuk memantau tekanan arteri dan analisa
gas darah
3. Pemasangan CVP untuk pemberian darah autologus dan infuse
kontinu serta obat-obatan yang perlu diberikan
4. Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau rektal untuk
mengevaluasi status pasien dari cooling dan rewarning, tingkat
proteksi miokard, adekuatnya perfusi perifer dan hipertermi maligna
5. Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk
memantau kejadian akut seperti iskemia atau injuri otak
6. Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan tujuan tidak sadar,
amnesia, analgesia, relaksasi otak dan menurunkan respons stress,
sedang obat lain seperti inotropik, kronotropik, antiaritmia, diuretic,
anti hipertensi, anti kuagulan dan kuagulan juga perlu
d. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang
mengancam jiwa
e. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan
ukuran untuk mencegah panas yang terlalu tinggi pada tempat
pemasangan
f. Posisi pasien dimeja operasi
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan
dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan: posisi harus fisiologis, system
muskuloskeletal harus terlindung, lokasi operasi mudah terjangkau, mudah
dikaji oleh anastesi,beri perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala,
sacrum, scapula, siku, dan tumit)
g. Menjaga tindakan asepsis
8
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi
kulit dan drapping. Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.
2.4.3 Tahapan Post Operative
A. Pengkajian
a. Monitoring Hemodinamik.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
1. CVP, RAP, LAP.
2. Denyut jantung.
3. Wedge presure dan PAP.
4. Tekanan darah.
5. Curah jantung.
6. Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi
jantung dosisnya, rutenya dan lain-lain.
7. Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacuh
jantung dll.
b. Pemantauan EKG
c. Kontrol Sistem pernapasan
1. Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
2. Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
3. Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah
lendirnya normal, kehijauan, kental atau berbusa kemerahan
sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat kultur.
d. Pengontrolan Sistem neurologi
e. Pengontrolan Fungsi ginjal
f. Gula darah
g. Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari
mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya
9
tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap ½
jam.
h. Pemeriksaan Skor pemulihan Pasca Anastesi
Selanjutnya jika pasien sudah sadar dan mengalami perkembangan yang
baik, perawat harus mengembangkan pengkajian terhadap status psikologis dan
emosional pasien, kebutuhan keluarga, dan risiko akan komplikasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Trauma saraf intraoperasi
2. Penurunan Curah Jantung b.d Penurunan kontraktilitas miokard
sekunder terhadap faktor sementara (Bedah dinding ventrikuler)
3. Pola nafas tidak efektif b.d ketidakadekuatan ventikulasi
4. . Perubahan krisis peran b.d krisis situasi (peran tergantung)/proses
penyembuhan.
C. Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Dx 1 Nyeri akut b.d Trauma saraf intraoperasi
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil:
1. Menyatakan nyeri hilang.
2. Menunjukkan postur tubuh rileks.
3. Kemampuan istirahat/tidur cukup.
4. Membedakan ketidaknyamanan bedah dari angina/nyeri jantung
pra operasi.
a. Intervensi : Dorong pasien untuk melaporkan lokasi, dan intensitas
nyeri rentang skala sampai 10. Tanyakan pasien bagaimana
membandingkan dengan nyeri pada operasi dengan nyeri dada.
Rasional : Nyeri dirasakan, dimanifestasikan dan ditoleransi secara
individual. Penting untuk pasien membedakan nyeri insisi dari tipe
lain nyeri dada, contoh angina
10
b. Intervensi : Observasi cemas, mudah terangsang, menangis,
gelisah, gangguan tidur
Rasional : Pertunjuk non verbal ini dapat mengidentifikasikan
adanya atau derajat nyeri yang dialami.
c. Intervensi : Pantau tanda – tanda vital
Rasional : Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri,
meskipun respon brakikadi dapat terjadi pada penyakit jantung
berat. Tekanan darah mungkin meningkat karena ketidaknyamanan
insisi tapi dapat menurun atau tidak stabil bila terjadi nyeri dada
berat kerusakan dan atau miokardia.
d. Intervensi : Berikan tindakan nyaman (contoh ; pijatan punggung,
perubah posisi ), bantu aktivitas perawatan diri dan dorong
aktivitas senggang sesuai indikasi.
Rasional : Dapat meninggkatkan relaksasi dan perhatian tak
langsung dan menurunkan frekuensi atau kebutuhan dosis analgesic
e. Intervensi : Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi contoh
proksifene dan asetaminofen (darvoset-N), asetaminofen dan
oksikodon (Tylox)
Rasional : Biasanya diberikan untuk control nyeri adekuat dan
menurunkan tegangan otot, yang memperbaiki kenyamanan pasien
dan meningkatkan penyembuhan.
Implementasi
1) Mendorong pasien untuk melaporkan lokasi, dan intensitas
nyeri rentang skala sampai 10. Tanyakan pasien bagaimana
membandingkan dengan nyeri pada operasi dengan nyeri dada.
2) Mengobservasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah,
gangguan tidur
11
3) Memantau tanda – tanda vital
4) Memberikan tindakan nyaman (contoh ; pijatan punggung,
perubah posisi ), bantu aktivitas perawatan diri dan dorong
aktivitas senggang sesuai indikasi.
5) Mengkolaborasi berikan obat sesuai indikasi contoh proksifene
dan asetaminofen (darvoset-N), asetaminofen dan oksikodon
(Tylox)
Dx 2 Penurunan Curah Jantung b.d Penurunan kontraktilitas
miokard sekunder terhadap faktor sementara (Bedah
dinding ventrikuler).
Tujuan: Mengembalikan curah jantung untuk menjaga/mencapai
gaya hidup yang diinginkan
Kriteria Evaluasi:
1. Parameter hemodinamik dalam batas normal
2. Drainase dada melalui selang pada 4-6 jam pertama kurang dari
300 ml/jam
3. Tanda-tanda vital stabil
4. Nyeri terbatas pada luka operasi
5. EKG negative terhadap perubahan iskemik
a. Intervensi : Pantau/catat kecenderungan frekuensi jantung dan
td, khususnya mencatat hipotesis waspada terhadap batas
sistolik/diastolic khusus pada pasien
Rasional : Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan,
disritmia, gagal jantung/syok.
b. Intervensi : Catat suhu kulit/warna dan kualitas/kesamaan nadi
perifer.
Rasional : Kulit hangat/merah muda, dan nadi kuat adalah
indicator umum curah jantung adekuat.
12
c. Intervensi : Pantau program aktifitas. Catat respon pasien, tanda
vital sebulum/selama/setelah aktivitas, terjadinya disritmia.
Rasional : Merangsang sirkulasi/tonur kardiovaskuler dan
meningkatkan rasa sehat. Kemajuan aktifitas tergantung
toleransi jantung.
d. Intervensi : Berikan O2 tambahan sesuai indikasid.
Rasional : Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang
menurunkan kerja jantung, alat dalam memperbaiki iskemia
jantung dan disritmia jantung.
Implementasi
1) Pantau/catat kecenderungan frekuensi jantung dan td,
khususnya mencatat hipotesis waspada terhadap batas
sistolik/diastolic khusus pada pasien.
2) Mencatat suhu kulit/warna dan kualitas/kesamaan nadi
perifer.
3) Memantau program aktifitas. Catat respon pasien, tanda
vital sebulum/selama/setelah aktivitas, terjadinya disritmia.
4) Memberikan O2 tambahan sesuai indikasi.
Dx 3 Pola nafas tidak efektif b.d ketidakadekuatan ventikulasi
Tujuan : Inefektif pola nafas tidak terjadi.
Kriteri hasil : Pasien menunjukan pola nafas adekuat.
a. Intervensi : Observasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan
ekspansi atau ketidak simetrisan gerakan dada.
13
Rasional : Udara atau cairan pada area pleural mencegah
ekspansi lengkap (biasanya satu sisi) dan memerlukan
pengkajian lanjut status ventilasi.
b. Intervensi : Liat kulit dan membrane mukosa untuk adanya
sianosis.
Rasional : Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga atau keabu-
abuan umum menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan
dengan gagal jantung atau komplikasi paru.
c. Intervensi : Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat
upaya pernafasan contoh adanya dipsnea, penggunaan otot
bantu nafas, pelebaran nasal.
Rasional : Respon pasien bervariasi kecepatan dan upaya
mungkin meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan
volume sirkulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi
secret, hipoksia, atau distensi gaster.
d. Intervensi : Tekankan menahan dada dengan bantal selama
nafas dalam atau batuk.
Rasional : Menurunkan tegangan pada insisi, menuingkatkan
ekspansi paru, dan meningkatkan upaya upaya batuk efektif.
Kolaborasi : Berikan tambahan oksigen dengan kanul atau
masker, sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk
kebutuhan sirkulasi, khususnya pada adanya penurunan atau
gangguan ventilasi.
Implementasi
1) Mengobservasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan
ekspansi atau ketidak simetrisan gerakan dada.
14
2) Melihat kulit dan membrane mukosa untuk adanya
sianosis.
3) Mengevaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
Catat upaya pernafasan contoh adanya dipsnea,
penggunaan otot bantu nafas, pelebaran nasal.
4) Menekankan menahan dada dengan bantal selama nafas
dalam atau batuk.
5) Kolaborasi : Memberikan tambahan oksigen dengan
kanul atau masker, sesuai indikasi.
Dx 4 Perubahan krisis peran b.d krisis situasi (peran
tergantung)/proses penyembuhan
a. Intervensi : Kaji peran pasien dalam hubungan keluarga
idetifikasi masalah tentang disfungsi peran atau gangguan,
contoh : penyembuhan, transisi sehat sakit.
Rasional : Membantu mengetahui tanggung jawab pasien
bagaimana efek penyakit terhadap peran ini. Peran tergantung
pasien menimbulkan cemas dan masalah tentang bagaimana
pasien akan mampu menangani tanggung jawab peran biasanya.
b. Intervensi : Kaji tingkat cemas, persepsi pasien tentang derajat
ancaman terhadap diri atau hidup.
Rasional : Informasi memberikan dasar untuk identifikasi atau
perencanaan perawatan individual.
c. Intervensi : Bantu pasien atau orang terdekat mengembangkan
strategi untuk menerima perubahan, contoh : pembagian
tanggung jawab untuk anggota keluarga lain atau teman atau
tetangga: menerima bantuan sementara (perawatan rumah atau
petugas kebun) ; selidiki adanya bantuan finansial.
15
Rasional : Perencanaan untuk perubahan yang dapat terjadi atau
meningkatkan rasa control dan mnyeselsaikan tanpa kehilangan
harga diri.
d. Intervensi : Pertahankan prilaku positif terhadap pasien, berikan
kesempatan untuk pasien melakukan latihan control sebanyak
mungkin.
Rasional : Membantu pasien menerima perubahan yang terjadi
dan mulai menyadari control terhadap diri sendiri.
Implementasi
1) Mengkaji peran pasien dalam hubungan keluarga
idetifikasi masalah tentang disfungsi peran atau
gangguan, contoh : penyembuhan, transisi sehat sakit.
2) Mengkaji tingkat cemas, persepsi pasien tentang derajat
ancaman terhadap diri atau hidup.
3) Membantu pasien atau orang terdekat mengembangkan
strategi untuk menerima perubahan, contoh :
pembagian tanggung jawab untuk anggota keluarga lain
atau teman atau tetangga: menerima bantuan sementara
(perawatan rumah atau petugas kebun) ; selidiki adanya
bantuan finansial.
4) Mempertahankan prilaku positif terhadap pasien,
berikan kesempatan untuk pasien melakukan latihan
control sebanyak mungkin.
D. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan :
a). Tercapainya curah jantung yang adekuat
b). Terpeliharanya pertukaran gas yang adekuat
c). Terpeliharanva keseimbangan cairan dan elekirolit
16
d). Hilangnya gejala penginderaan yang berlebihan, kembali
terorientasi terhadap orang, tempat dan waktu
e). Hilangnya nyeri
f). Terpeliharanya perfusi jaringan yang adekuat
g). Tercapainya istirahat yang adekuat
h). Terpeliharanya perfusi ginjal yang adekuat
i). Terpeliharanya suhu tubuh normal
17
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bedah jantung merupakan upaya operasi atau pembedahan yang dilakukan
untuk mengetahui baik tidaknya keadaan jantung setelah dilakukan pemeriksaan
fisik maupun diagnostik dengan timbulnya tanda dan gejala. Bedah jantung
dilakukan pada tubuh bagian thorak. Bedah jantung dilakukan untuk mengatasi
berbagai masalah jantung. Pembedahan jantung terbagi menjadi 2 macam, antara
lain:
a. Operasi Jantung Terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka
rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra
corporal)
b. Operasi Jantung Tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa
membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
Proses pembedahan/ operasi mempunyai beberapa tahapan, yaitu tahapan sebelum
dilakukannya pembedahan (pre operative), tahapan saat dilakukan pembedahan di
ruang operasi (intra Operative), dan tahapan setelah dilakukan proses operasi
( Post Operative).
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan
anestesia, dan pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit
perawatan kritis serta program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan
menjadi pilihan penanganan yang aman untuk pasien dengan penyakit jantung.
3.2 Saran
Proses pembedahan akan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
tujuan apabila tim kesehatan saling berkomunikasi baik verbal dan nonverbal
ataupun dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Setiap anggota tim
18
kesehatan yang menangani proses persiapan sampai pemulihan operasi harus
saling bertanggung jawab dengan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi
revisi. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses
menghadapi Operasi. Sahabat Setia : Yogyakarta.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius : Jakarta
19
Recommended