View
265
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
i
i
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TUBERKULOSIS
PARU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENISASI
DI DESA MEKAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SOROPIA KABUPATEN KONAWE
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program
Diploma III Keperawatan
Oleh :
NUTI
NIM. P00320015089
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
ii
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Nuti
NIM : P00320015089
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan
Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
TUBERKULOSIS PARU DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENISASI DI DESA MEKAR
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOROPIA
KABUPATEN KONAWE.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
penjiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 09 Juli 2018
Yang Membuat Pernyataan
NUTI
iii
iii
iv
iv
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Nuti
2. Tempat/Tanggal Lahir : Kaisabu, 26 April 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Buton/Indonesia
6. Alamat : Jl. Poros Pasar Wajo Km.14.
Kelurahan Kaisabu Baru.
Kecamatan.sorawolio.
Kota. Baubau Sulawesi Tenggara
7. No. Telp/HP : 0821 9304 7231
II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri : SD Negeri 1 Kabauria Kota Baubau
2. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 10 Baubau
3. Sekolah Menengah Umum : SMA Negeri 6 Baubau
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun 2015-2018
v
v
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan . Maka apa
bila Kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh urusan yang lain.
Hidup itu harus terus melangkah maju, jika tidak maka kita tetap
berada ditempat. Dan modal untuk melangkah adalah ilmu
Karya ini kupersembahkan kepada orang tuaku, saudara-
saudaraku yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang,
motivasi dan semangat setulus hati.
vi
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi di Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia
Kabupaten Konawe 2018”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, peneliti tidak akan sampai ke tahap ini. Pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada, Yth:
Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah., S.Kp.M.Kes selaku pembimbing I dan
Bapak Indriono Hadi.,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan KTI ini.
1. Ibu Askrening S.KM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ka. Jurusan D III
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
3. Ibu Reni Devianti Usman,M.Kep, Sp.KMB selaku Sek. Jurusan D III
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
4. Pimpinan Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe yang telah menberikan
izin penelitian.
5. Bapak tercinta La Unta dan Ibu tercinta Wandaoa yang telah memberikan
motivasi terbesar dalam hidup saya dan memberikan dukungan materil
dan moral.
vii
vii
6. Saudara-saudari saya yang selalu memberikan dukungan Rahman, Wa
Niana, Wa Niani, La Antun, Wa Liani, Reno.
7. Kelurga binaan yang telah bersedia menjadi objek penelitian.
8. Sahabat-sahabat saya Isnawati, Yayat Muslihat, Desi Melina Saadi, Ria
irawati, Okta Via Rama Ayu Wandani, dan Teman- teman Perawat Muda
yang membantu memberi dukungan untuk menyelesaikan KTI.
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Kendari, 09 Juli 2018
Penuli
8
ABSTRAK
Nuti (P00320015089). “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tuberkulosis Paru
dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Desa Mekar Wilyah Kerja
Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe ” Dibawah bimbingan ibu Hj. Sitti
Rachmi Misbah, S.Kp.M.Kes, Dan Bapak Inriono Hadi.S.Kep.Ns.M.kes ( xiii + 61
hal + 2 tabel + 7 lampiran). Latar belakang : Keluarga merupakan sentral pelayanan
kesehatan pertama pada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Tuberkulosis Paru adalah salah satu penyakit yang kerap menjadi masalah pada setiap
keluarga. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya. Menurunnya daya tahan tubuh menyebabkan tubuh rentan terhadap
infeksi bakteri tuberkulosis yang menyerang system pernapasan. Masalah keperawatan
yang dapat muncul pada penderita tuberculosis yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
napas. Salah satu intervensi keperawatan dari ketidakefektifan bersiahan jalan napas
adalah fisioterapi dada. Peran perawat dalam keperawatan keluarga memberikan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga. Tujuan : Mengambarkan “Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Desa
Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe meliputi pengkajian,
perumusan diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi. Metode : Metode
penelitian yang digunakan meliputi wawancara, obsevasi dan pemeriksaan fisik. Hasil
penetian: Studi kasus diolah secara narasi. Berdasarkan hasil pengkjian masalah
keperawatan yang didapatkan Ketidakefektifan bersihan jalan napas, intervensi yang
dilakukan memberikan konseling pada keluarga mengenai teknik fisioterapi dada, dan
bersama-sama keluarga mendemonstrasikan teknik fisioterapi dada. Evaluasi yang
didapatkan keluarga paham dengan konseling yang diberikan. Kesimpulan : Peneliti
menyimpulkan dengan memberikan asuhan keperawatan keluarga dapat menambah
pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang mengalami
Tuberkulosis Paru, saran dari peneliti diharapkan keluarga dapat menerapkan fisioterapi
dada.
Kata Kunci: Asuhan Keperawatan Keluarga, Tuberkulosis Paru, Fisioterapi dada.
viii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
KEASLIAN PENELITIAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar belakang ..... ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus .......................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
A. Konsep Asuhan Keluarga Pada Kasus Tuberkulosis Paru .............. 6
B. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga ................... 26
C. Konsep Tuberkulosis Paru ............................................................... 27
D. Konsep Fisioterapi Dada ................................................................. 29
BAB III METODE STUDI KASUS .......................................................... 42
A. Rancangan Studi Kasus .................................................................. 42
B. Subjek Studi Kasus ......................................................................... 43
C. Fokus Studi ......... ........................................................................... 43
D. Definisi Operasional ....................................................................... 43
E. Tempat dan Waktu .......................................................................... 44
F. Pengumpulan Data .......................................................................... 44
G. Penyajian data ...... ........................................................................... 45
H. Etika Studi Kasus ........................................................................... 45
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ......................... 49
A. Hasil Studi Kasus ........................................................................... 49
1. Data Umum Keluarga ............................................................... 49
2. Pengkajian .... ........................................................................... 50
3. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 51
4. Rencana Keperawatan .............................................................. 51
5. Implementaasi Keperaawatan ................................................... 52
6. Evaluasi ........ ........................................................................... 53
B. Pembahasan ........ ........................................................................... 54
1. Pengkajian .... ........................................................................... 54
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 55
ix
10
3. Rencana Keperawatan .............................................................. 56
4. Implementasi Keperawatan ....................................................... 57
5. Evaluasi Keperawatan .............................................................. 58
C. Keterbatasan ....... ........................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 60
A. Kesimpulan ......... ........................................................................... 60
B. Saran ................... ........................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rumusan diagnosa keperawatan keluarga ........................................ 17
Tabel 2.2 Skala prioritas masalah keluarga ....................................................... 19
xi
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2 Surat Ijin studi kasus
Lampiran 3 Informasi dan pernyataan persetujuan (informed consent)
Lampiran 4 Instrumen studi Kasus
a. Format Pengkajian Keluarga
b. SAP fisioterapi Dada
c. Leaflead tentang fisioterapi dada.
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian
Lampiran 6 Lembar proses bimbingan KTI
Lampiran 7 Foto dokumentasi penelitian
Lampiran 8 Surat Keterangan Bebas Administrasi
Lampiran 9 Surat Keterangan Bebas Pustaka
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keluarga adalah sebagai suatu sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri
atas suatu rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi baik
oleh struktur internal maupun lingkungan eksternal. Mendefinisikan keluarga
adalah bagian sub sistem dalam masyarakat memiliki karakteristik yang unik dalam
kehidupan keluarga tersebut. Keluarga berperan penting dalam menciptakan hidup
sehat yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan pada keluarga (Susanto
(2012). Keluarga merupakan sentral pelayanan keperawatan karena keluarga
merupakan sumber kritikal untuk pemberian pelayanan keperawatan, intervensi
yang dilakukan pada keluarga merupakan hal penting untuk pemenuhan kebutuhan
individu. Disfungsi apapun yang terjadi pada keluarga akan berdampak pada satu
atau lebih anggota keluarga atau keseluruhan keluarga. Adanya hubungan yang
kuat antara keluarga dan status kesehatan setiap anggota keluarga, sangat
memerlukan peran keluarga pada saat menghadapi masalah yang terjadi pada
keluarga (Komang Ayu, 2010).
Masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tidak dari lepas tugas keluarga
dalam pemeliharan fisik keluarga dan para anggotanya. Keluarga sebagai kelompok
yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah
kesehatan yang ada. Kondisi lingkungan yang tidak terjaga, pola hidup keluarga
yang tidak sehat, kondisi keuangan yang tidak stabil, stress dalam keluarga
berkepanjangan masalah ini dapat timbul dalam keluarga yang menyebabkan
1
2
masalah kesehatan. Semua hal tersebut dapat memicu timbulnya penyakit, salah
satu penyakit dapat timbul yaitu penyakit tuberkulosis paru.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pencernaan (GI) dan luka
terbuka pada kulit. Terapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari
orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Nurarif, 2015).
Hasil Riskesdas 2013, menyebutkan bahwa prevalensi penderita
Tuberkulosis Paru yang berada di Indonesia mencapai angka 0,4% tidak berbeda
dengan tahun 2007. Di Sulawesi Tenggara menempati urutan pertama dari sepuluh
penyakit menular terbesar dalam tahun 2016 yaitu sebesar 3105 kasus baru BTA
positif . Data yang sama didapatkan dari Puskesmas Soropia Tuberkulosis Paru juga
termasuk dalam sepuluh besar penyakit kunjungan tertinggi khususnya di desa
mekar terdapat 5 kasus tuberkulosis paru. Penderita tuberkulosis paru cenderung
meningkat diakibatkan kurangnya daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri
individu.
Menurunnya daya tahan tubuh menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi
bakteri tuberkulosis yang menyerang system pernapasan. Masalah keperawatan
yang dapat muncul pada penderita tuberculosis yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
napas. Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas. Salah satu intervensi keperawatan dari
3
ketidakefektifan bersiahan jalan napas adalah fisioterapi dada. (NANDA
Internasional, 2015).
Fisioterapi dada adalah tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas. (NANDA Internasional, 2015).
Peran perawat dalam keperawatan keluarga adalah memberikan asuhan
kepererawatan keluarga melalui pengenalan kesehatan, memberi pelayanan
kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit maupun sehat, pendidikan kesehatan,
penyuluhan, dan konseling khususnya pada keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan.
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
“ Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi Di Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia
Kabupaten Konawe ’’.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka rumusan
masalah studi kasus ini adalah bagaimana “ Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Tuberkulosis Paru dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Desa Mekar
Wilayah Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe ’’.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
4
Mengambarkan “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru
dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Desa Mekar Wilayah Kerja
Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe ’’.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut:
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian “ Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Tuberkulosis Paru dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di
Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe’’.
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada “Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru dalam Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi Di Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten
Konawe ”.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada “ Asuhan
Keperawatan Keluarga Tuberkulosis Paru dalam Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi Di Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia Tahun
Kabupaten Konawe’’.
d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada “ Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi Di Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia
Kabupaten Konawe ’’.
e. Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi keperawatan pada “ Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi Di Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia
Kabupaten Konawe” .
5
D. Manfaat studi kasus
Studi kasus ini, di harapkan dapat memberikan manfaat bagi Masrakat/keluaraga
pasien pemenuhan oksigen yang baik dan benar.
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan:
Menambah keluasan wawasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan oksigen.
2. Bagi penulis:
Dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata memberikan pada “ Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru dalam Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi Di Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten
Konawe”.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga pada Kasus Tuberculosis Paru
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan
individu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan
keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan
rencana, perencanaan asuhan dan penilaian (Padila,2012).
1. Pengkajian Keluarga
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil data secara
terus menerus terhadap keluarga yang dibina.
a. Pengumpulan data
Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan
metode wawancara observasi misalnya tentang keadaan/fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to too
dan telaahan data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil X-ray,
papsmear dan lain - lain sebagainya. Hal - hal yang perlu dikumpulkan
datanya dalam pengkajian keluarga adalah :
1) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a) Nama kepala keluarga (KK)
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
6
7
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
Komposis keluarga, menjelaskan anggota keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Komposisi
tidak hanya mencantumkan penghuni rumah tangga, tetapi juga
anggota keluarga lain yang menjdi bagian dari keluarga tersebut
(Padila,2012).
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang
menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga). Genogram
merupakan alat pengkajian informatif yang digunakan untuk
mengetahui keluarga, riwayat dan sumber- sumber keluarga
(Padila,2012).
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga tersebat.
g) Suku bangsa
h) Agama
i) Status sosial ekonomi keluarga
j) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga saat ini
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
8
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta Kendala - kendala mengapa tugas
perkembangan perkembangan tersebut belum terpenuhi
(Padila,2012).
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing -
masing anggota keluarga. Perhatian keluarga terhadap pencegahan
penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan
yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan (Padila, 2012).
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
3) Pengkajian lingkungan
a) Karektiristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi
dengan denah rumah.
b) Karekteristik tetangga dan komunitas RW.
Menjelaskan mengenai karektiristik dari tetangga dan komunitas
setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
9
kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Struktur keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas - fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
dukungan dari masyarakat setempat.
b) Pola komunikasi keluaga
Menjelaskan mengenai cara berkominikasi antar anggota keluarga.
c) Struktus kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah prilaku.
d) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing - masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
e) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga
yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi keluarga
10
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta
pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosilisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta
perilaku.
c) Fungsi perawatan keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Hal yang
perlu dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan kesehatan keluarga adalah:
(1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, maka perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui
fakta - fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda
dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengruhi serta
persepsi keluarga terhadap masalah.
(2) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji:
(a) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah?
11
(b) Apakah masalah ksehatan yang dirasakan keluarga?
(c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah
kesehatan yang dialami?
(d) Apakah keluarga merasa takut akan dari penyakit?
(e) Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap
masalah kesehatan?
(f) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas yang ada?
(g) Apakah keluarga kurang percaya terhadap kesehatan yang
ada?
(h) Apakah keluarga dapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
(3) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit termasuk kemampuan kemampuan
memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat, maka perlu dikaji:
(a) Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan untuk mengulangi masalah
kesehatan atau penyakit?
(b) Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan?
(c) Apakah keterampilan keluarga mengenai macam perawatan
yang diperlukan?
(d) Apakah keluarga mempunyai pandangan negative
perawatan yang diperlukan?
12
(e) Apakah keluarga dapat keuntungan dalam pemeliharaan
lingkungan di masa mendatang?
(f) Apakah keluarga mengetahui upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit?
(g) Apakah keluarga merasa takut akan akibat tindakan
(diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi)?
(h) Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya
perawatan dan pencegahan.
(4) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat, maka perlu dikaji:
(a) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga
yang dimiliki?
(b) Sejauhmana keluarga melihat keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan?
(c) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene dan
sanitasi?
(d) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan
penyakit?
(e) Bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap
hygiene dan sanitasi?
(f) Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga?
(5) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat,
maka perlu dikaji:
13
(a) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan?
(b) Sejauhmana keluarga memahami keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan?
(c) Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas
dan fasilitas kesehatan?
(d) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik
terhadap petugas kesehatan?
(e) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga?
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
(1) Beberapa jumlah anak?
(2) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
(3) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga?
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
(1) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan?
(2) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga?
14
f) Strees dan koping keluarga
(1) Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memperlakukan penyelesaian dalam waktu kurang dari
enam bulan.
Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam
bulan.
(2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dikaji
sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor.
(3) Strategi koping yng digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan/stress
(4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi keluarga bila menghadapi
permasalahan/stress.
g) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
h) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keuangan
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah
keperawatan yang didapat berdasarkan masalah keperawatan yang didapat dari
15
data-data pada pengkajian yang berhubungan dengan etiologi yang berasal dari
data - data pengkajian fungsi perawatan keluarga (Padila,2012).
Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi,
dan simtom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari
NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas
keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah (Padila,2012).
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa
keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa keperawatan keluarga actual (terjadi
defisit/gangguan kesehatan), resiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera
(wellness). Penulisan diagnosa kepewaratan keluarga :
a. Diagnosa keperawatan keluarga: actual
b. Diagnosa keperawatan keluarga : resiko (ancaman)
Diagnosa keperawatan keluarga resiko dirumuskan apabila sudah ada data
yang menunjang namun belum terjadi gangguan,misalnya lingkungan
rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat,stimulasi tumbuh
kembang yang tidak adekuat dan lain sebagainya.
c. Diagnosa keperawatan keluarga : sejahtera (potensial)
Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera merupakan suatu keadaan dimana
keluarga didalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat di
tingkatkan. Rumusan diagnosanya boleh tidak menggunakan etiologi.
d. Diagnosa keperawatan untuk klien tuberkulosis paru.
Sesuai dalam tinjauan teori diatas diagnosa keperawatan Tuberkulosis paru
dalam NANDA NIC-NOC 2015 : memunculkan 5 diagnosa keperawatan
yaitu :
16
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d bronkospasme.
2) Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
3) Hipertermia b.d reaksi inflamasi.
4) Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakadekuatan intake nutrisi, dispneu.
5) Resiko infeksi b.d organism purulen.
Tabel 2.1: Rumusan Diagnosa keperawatan keluarga (Padila,2012)
Aspek Rumusan Diagnosa
Kesehatan lingkungan
keluarga
Kerusakan pemeliharaan rumah
Pola dan proses komunikasi
keluarga
Kerusakan komunikasi verbal
Struktur kekuatan (power)
keluarga
Konflik menyangkut kelutusan
Struktur peran (role)
keluarga
Berduka yang diantisipasi
Berduka disfungsional
Isolasi sosial
Perubahan dalam parenting
Perubahan kinerja peran
Gangguan citra tubuh
Nilai – nilai keluarga Konflik lain
Fungsi efektif Gangguan proses keluarga
17
Gangguan menjadi orang tua
Berkabung yang disfungsional
Koping keluarga tidak efektif
Resiko terjadi kekerasan
Fungsi sosialisasi Perubahan proses keluarga
Kurang pengetahuan
Kurang peran orang tua
Perubahan menjadi orangtua
Prilaku mencari pertolongan
kesehatan (diagnosa wellness)
Fungsi perawatan kesehatan Perubahan pemeliharaan
kesehatan
Perilaku mencari kesehatan
Proses dan strategi koping
keluarga
Koping keluarga tidak efektif
Resiko kekerasan
Sumber :Baylon&Maglaya
Pada satu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari satu diagnosa
keperawatan menemukan lebih dari satu diagnosa keperawatan keluarga, maka
selanjutnya bersama keluarga harus menentukan prioritas dengan
menggunakan skala perhitungan sebagai berikut:
18
Tabel 2.2 : skala prioritas masalah keluarga
Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
a. Aktual (tidak/kurang sehat
b. Ancaman kesehatan
c. Keadaan sejahtera
3
2
1
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat
2
1
0
2
3. Potensi masalah untuk dicegah
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
3
2
1
1
Sumber :Baylon&Maglaya
3. Perencanaan
Perencanaan perawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup
tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana
evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik ,
dapat diukur (merusable), dapat dicapai (achivable), rasional dan menunjukan
waktu (SMART). Rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan
(Padila,2012).
19
Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi
intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku).
Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi modalitas ataupun
terapi koplementer pada akhirnya ditujukan untuk meningkatnkan kemampuan
keluarga melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan (Padila, 2012).
Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan berdasarkan tujuan
khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respon verbal, sikap atau
psikomotor, sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang kita tentukan
berdasarkan kemampuan keluarga, sehingga dalam menentukan standar antara
klien satu dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya sama, standarnya
bisa jadi berbeda (Padila,2012).
1. Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas: ketidakefektifan bersihan jalan napas
adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. Batasan
karakteristik: tidak ada batuk, suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas,
perubahan irama napas, sianosis, kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara,
penurunan bunyi napas, dispnue, sputum dalam jumlah, berlebihan, batuk yang
tidak efektif, orthopnue, gelisah, mata terbuka lebar. (NANDA Internasional,
2015)
2. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
20
b. Tujuan
1) Tujuan umum
Setelah dilakukan kunjungan keluarga sebanyak enam kali empat puluh
lima menit diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga
dengan tuberkulosis paru.
2) Tujuan khusus
Setelah dilakukan kunjungan keluarga sebanyak enam kali empat puluh
lima menit, keluarga mampu:
a) Keluarga mampu mengenal masalah (menjelaskan kembali
pengertian, manfaat, tujuan dan teknik fisioterapi dada)
Evaluasi:
(1) Kriteria, keluarga mampu menjelaskan pengertian fisioterapi
dada secara mandiri, tujuan,manfaat fisioterapi.
(2) Standar
(a) Fisioterapi dada adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan.
(b) Tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan
membersihkan jalan napas.
(c) Manfaat Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi
paru, memperkuat otot pernapasan, mengeluarkan secret dari
saluran pernapasan, klien dapat bernapas dengan bebas dan
tubuh mendapatkan oksigen yang cukup.
21
(3) Rencana
Kaji pengetahuan keluarga, diskusikan bersama keluarga tentang
pengertian fisioterapi dada, jelaskan kepada keluarga tentang
tujuan dan manfaat fisioterapi, beri kesempatan keluarga untuk
bertanya, bantu keluarga untuk mengulangi apa yang telah di
jelaskan, beri pujian atas jawaban yang benar.
b) Mengambil keputusan untuk mengatasi pada anggota keluarga
dengan tuberkulosis paru.
Evaluasi :
Respon verbal, keluarga mampu mengambil keputusan .
Standar, keluarga mengatakan keputusan dalam mengatasi
tuberkulosis paru.
Intervensi:
Kaji penetahuan keluarga, jelaskan tindakan yang akan dilakukan
saat anggota keluarga mengalami tuberculosis paru, bimbing dan
motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dalam menangani
masalah tuberkulosis paru. Beri pujian atas keputusan yang
diambil untuk mengatasi masalah tuberkulosis paru.
c) Merawat anggota keluarga yang tuberkulosis paru dengan
mendemontrasikan fisioterapi dada untuk penderia tuberkulosis paru.
Evaluasi :
Respon verbal ; keluarga mampu mendemostrasikan teknik
fisioterapi dada pada penderta tuberkulosis paru.
Intervensi :
22
Kaji keluarga, jelaskan kepada keluarga teknik fisioterapi dada,
memberi kesempatan kepada keluarga untuk menerapkan, beri pujian
atas tindakan yang benar.
d) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk
menunjang perawatan pada anggota keluarga dengan tuberkulosis
paru.
(1) Kriteria evaluasi : Respon verbal psikomotor
(2) Standar evaluasi
Fasilitas layanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan adalah:
(a) Puskesmas: tempat untuk konsultasi masalah kesehatan,
pengobatan
(b) Dokter praktek tempat untuk berobat
(c) Rumah sakit tempat untuk perawatan, pengobatan dan
konsultasi masalah kesehatan.
(3) Intervensi
(1) Kaji keluarga tentang penggunaan layanan kesehatan.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada
keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan perawat terhadap
keluarga mencakup dapat berupa:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan, dengan cara:
1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
23
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaiman membuat lingkungan
menjadi :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara:
1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
5. Evaluasi Kerawatan Keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan sehingga memiliki produktivitas
yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen
kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menentukan
24
apakah tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan apakah tujuan yang telah
ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi
(Sugiarto,2012). Untuk penilaian keberhasilan tindakan maka selanjutnya
dilakukan panilaian. Tindakan - tindakan keperawatan keluarga mungkin saja
tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara
bertahap, demikian halnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan SOAP (subyaktif, obyektif, analisa, dan planing)
(Padila,2012).
B. Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga
Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa peran
yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah :
1. Pengenal kesehatan (health monitor)
Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari keadaan
normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data secara objektif serta
membuat keluarga sadar akan akibat masalah tersebut dalam perkembangan
keluarga (Padila,2012).
2. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan memberikan
asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit. Seringkali kontak
pertama kali dengan keluarga dimulai dengan adanya anggota keluarga yang
sakit baik melalui penemuan langsung maupun rujukan (Padila,2012).
3. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga, yaitu
berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan kelarga baik secara
berkelompok maupun individu (Padila,2012).
25
4. Fasilitator yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya
5. Pendidikan kesehatan yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak
sehat menjadi perilaku sehat.
6. Penyuluh dan konsultan yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang
asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.
C. Konsep tuberkulosis paru
1. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pencernaan (GI)
dan luka terbuka pada kulit. Terapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang
berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut, (Nurarif, 2015).
2. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah di basmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan
sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu Tipe Human
dan Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis
usus. Basil Tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan diudara yang
berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila
menghirupnya. (Nurarif, 2015).
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat
bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui
aliran darah ini dapat menyebabkan tuberkulosis pada organ lain, dimana
26
infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun. Dalam perjalanan
penyalanan penyakitnya terdapat 4 fase:
b. Fase 1 (Fase Tubekulosis Primer)
Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi
pertahanan tubuh
c. Fase 2
d. Fase 3 (Fase laten)
fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur hidup) dan reaktifitas
jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bisa terdapat di
tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfatikus, leher dan
ginjal.
e. Fase 4
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke organ
yang lain dan yang kedua keginjal setelah paru.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adalah demam 40-41oC, serta ada batuk /batuk darah,
sesak napas dan nyeri dada, suara khas pada perkusi dada, bunyi dada,
peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit, pada anak: berkurangnya
BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh, demam
tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu, batuk kronik ≥ 3
minggu, dengan atau tanpa wheeze, riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis
paru dewasa, semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari
setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem scoring tuberkulosis anak,
27
anak dengan tuberkulosis jika jumlah skor ≥ 6 (skor maksimal 13), pasien usia
balita yang terdapat skor 5, dirujuk ke rumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberkulosis paru,
yaitu:
a. Laboratorium darah rutin: LED normal/meningkat, limfositosis.
b. Pemeriksaan sputum BTA: untuk memastikan diagnosik tuberkulosis paru,
namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang
dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil tuberkulosis.
d. Tes mantoux/tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil tuberkulosis.
e. Tehnik polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya
resistensi.
f. Becton Dickinson diagnostic instrument sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh mykobakterium tuberculosis.
28
g. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang didekatkan pada
suatu alat berbentuk sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam jumlah
memadai memakai warna sisir yang berubah.
h. Pemeriksaan radiology: Rontgen Thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis tuberkulosis, yaitu:
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus
bawah
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
4) Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
5) Adanya klasifikasi
6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
7) Bayangan millie
5. Penatalaksaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari
panduan obat utama dan tambahan.
a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
1) Jenis obat utama (lini1) yang digunakan adalah:
a) Rifampisin
Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3 kali/minggu atau
BB > 60 kg: 600 mg
BB 40-60 kg: 450 mg
29
BB < 40 kg: 300 mg
Dosis intermiten 600 mg/kali
b) INH
Dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, 10 mg/kg BB 3 kali seminggu,
15 mg/kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg/hari
Untuk dewasa. Intermiten: 600 mg/kali
c) Pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu, 50
mg/kg BB 2 kali seminggu atau
BB > 60 kg: 1500 mg
BB 40-60 kg: 1000 mg
BB < 40 kg: 750 mg
d) Streptomisin
Dosis 15 mg/kgBB atau
BB > 60 kg: 1000 mg
BB 40-60 kg: 750 mg
BB < 40 kg: sesuai BB
e) Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30
mg/kg BB 3 kali seminggu, 45 mg/kg BB 2 kali seminggu atau
BB > 60 kg: 1500 mg
BB 40 - 60 kg: 1000 mg
BB < 40 kg: 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/kg BB/kali
30
f) Kombinasi dosis tetap (fixetd dose combination), kombinasi dosis
tetap ini terdiri dari:
(1) Empat obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin
150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275
mg dan
(2) Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150
mg, isoniazid 75 mg pirazinamid 400 mg
(3) Kombinasi dosis tetap rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi
dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama
fase intensif, sedangkan fase dapat menggunakan kombinasi dosis
2 obat anti tuberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan
sesuai dengan pedoman pengobatan.
g) Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
(1) Kanamfisin
(2) Kuinolon
(3) Obat lain masih dalam penelitian, makrolid, amoksilin + asam
klavulanat
(4) Derivat rifampisin dan INH
Sebagian besar penderita tuberkulosis dapat menyelesaikan
pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat
mengalami efek samping. Oleh karena itu pemantauan
kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau
31
berat, bila efek samping ringandan dapat di atasi dengan obat
simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.
b. Panduan Obat Anti Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:
2) Tuberkulosis paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas
Panduan obat yang diberikan: 2 RHZE4 RH Alternatif: 2 RHZE/4R3H3
atau (program P2TB) 2 RHZE/ 6HE panduan ini di anjurkan untuk:
a) Tuberkulosis dengan lesi luas.
b) Disertai penyakit komorbid (diabetes mellitus)
c) Pemakaian obat (imunosepresi/kortikosteroid)
d) Tuberkulosis kasus berat (milier,dll)
Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan
dengan hasil uji resistensi.
3) Tuberkulosis paru (kasus baru), BTA negative
Panduan obat yang diberikan: 2 RHZ/4 RH, Alternatif: 2 RHZ/4R3H3
atau 6 RHE Panduan ini dianjurkan untuk:
a) Tuberkulosis paru BTA negatif dengan gambaran radiologik lesi
minimal.
b) Tuberkulosis diluar paru kasus ringan
c) Tuberkulosis paru kasus kambuh
Pada tuberkulosis paru kasus kambuh minimal menggunakan 4
macam OAT pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji
resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama
pengobatan fase lanjutan 6 bulan atau lebih lama dari pengobatan
32
sebelumnya, sehingga panduan obat yang diberikan: 3 RHZE/ 6 RH.
Bila tidak ada/tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan
panduan obat: 2 RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 (program P2TB)
4) Tuberkulosis paru kasus gagal pengobatan
Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi, dengan minimal
menggunakan 4-5 OAT dan minimal 2 OAT yang masih sensitif
(seandainya H resisten, tetap diberikan). Dengan lama pengobatan
selama 1-2 tahun.
5) Tuberkulosis paru kasus lalai berobat, akan di mulai pengobatan kembali
sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
a) sPenderita yang menghentikan pengobatannya < 2 minggu,
pengobatan OAT dilanjutkan sesui jadwal
b) Penderita menghentikan pengobatan ≥ 2 minggu
c) Berobat ≥ 4 bulan, BTA negatif dan klinik, radiologik negatif,
pengobatan OAT stop.
d) Berobat > 4 bulan, BTA positif: pengobatan dimulai dari awal
dengan panduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan
yang lebih lama.
e) Berobat < 4 bulan, BTA positif: pengobatan dimulai dari awal
dengan panduan obat yang sama.
f) Berobat < 4 bulan, berhenti berobat > 1 bulan, BTA negatif, akan
tetapi klinik dan radiologik positif: pengobatan dimulai dari awal
dengan panduan obat yang sama.
33
6) Tuberkulosis paru kasus kronik
a) Pengobatan tuberkulosis paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji
resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji rsistensi (minimal
terdapat 2 macam OAT yang masih sensitif dengan H tetap diberikan
walaupun resisten) ditambah dengan obat lain seperti kuinolon,
betalaktam,makrolit
b) Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup. Pertimbangkan
pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan.
c) Kasus tuberkulosis paru perlu di rujuk ke ahli paru.
7) Pengobatan suportif/ simptomatik
Pengobatan yang diberikan kepada penderita tuberkulosis paru
perlu di perlihatkan keadaan klinisnya. Bila klinisnya baik dan tidak ada
indikasi rawat, dapat rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan
tambahan atau suportif/ simptomatik untuk meningkatkan daya tahan
tubuh atau mengatasi gejala/keluhan.
c. Terapi pembedahan
Tindakan ivasitif (selain pembedahan) yaitu brongkoskopi, punksi pleura,
dan pemasangan WSD (Water Sealed Drainage).
Kriteria sembuh : BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif
dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekut, pada
foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan, bila ada
fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan Negatif.
34
D. KONSEP FISIOTERAPI DADA
1. Pengertian
Fisioterapi dada adalah tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Nanda
Internasional, 2015)
2. Manfaat
a. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
b. Memperkuat otot pernapasan
c. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
d. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang
cukup.
3. Tujuan
a. Secara mekanik dapat melepaskan secret yang melekat pada diding
brongkus.
b. Untuk membebaskan jalan napas dari akumulasi sekret
c. Mengurangi sesak napas akibat akumulasi sekret
4. Tenik fisioterapi dada
Prosedur pelaksanaan:
a. Tahap Pre Interaksi
a) Siapka alat-alat dan dekatkan kepasien
b) Cuci tangan
c) Gunakan sarung tangan
35
b. Tahap Orientasi
a) Memberikan salam serta dan senyum kepada klien (BHSP)
b) Menjelaskan kegiatan dan tujuan yang akan dilakukan
c) Menjelaskan waktu yang akan dibutuhkan
d) Menjelaskan kerahasiaan bila perlu pasang sampiran
e) Atur posisi pasien sesuai indikasi
c. Tahap kerja
Perkusi
1. Pengertian
Perkusi (clapping) adalah pukulan kuat pada kulit dengan tangan di
bentuk mangkuk.
2. Tujuan
Secara mekanik dapat melepaskan secret yang melekat pada diding
brongkus.
3. Prosedur kerja
a) Pilih area yang akan dilakukan perkusi
b) Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian
untuk mengurangi ketidaknyamanan
c) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi.
d) Jari dan ibu jari pemeriksa berhimpitan dan fleksi membentuk
mangkuk
e) Secara bergantianlakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
secara cepat untuk menepuk dada
36
f) Perkusi dilakukan pada setiap segmen paru selama 1-2 menit
g) Koste paling bawah sampai bahu pada bagian belakang
h) Koste paling bawah sampai koste atas bagian depan
Vibrasi
1. Pengertian
Vibrasi adalah pukulan kuat secara serial yang oleh tangan yang
diletakkan datar pada dinding dada pasien.
2. Tujuan
Vibrasi dilakukan setelah perkusi untuk meningkatkan turgulasi udara
ekskirasi dan melepas mucus kental serta sering di lakukan secara
bergantian dengan perkusi
3. Prosedur kerja
a) Pilih area yang akan dilakukan vibrasi
b) Tutup area yang akan dilakukan vibrasi dengan handuk atau pakaian
yang mengurangi ketidaknyamanan
c) Letakkan tangan dengan posisi telapak tangan mengahap kebawah di
area dada yang akan di drainase, satu tangan di atas tangan yang lain
dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara lain tangan
bisa diletakkan berseblahan.
d) Anjurkan pasien menarik napas dalam dan mengeluarkan secara
lambat lewat mulut
e) Selama masa ekspirasi tegangkan seluruh otot tangan dan lengan, dan
gunakan hampir semua tumit tangan, getarkan tangan, gerakkan
kearah bawah. Hentikan getaran ketika klien inspirasi
37
f) Vibrasi dilakukan selama 5 kaliekspirasi pada segmen paru yang
terserang
g) Setelah setiap kali vibrasi, anjurkan klien untuk batuk dan keluarkan
secret ke dalam sputum pot.
Drainase postural
1. Pengertian
a. Mengalirkan sekresi dan berbagai segmen paru dengan gravitasi
b. Suatu bentuk pembersihan jalan napas pada pengeluaran sekresi
dengan menempatkan pasien pada berbagai macam posisi dengan
dibantu oleh gaya gravitasi yang membantu pengeluaran dari mucus.
2. Tujuan
a. Melepaskan secret yang melekat pada dinding brongkus atau
terkumpulnya sekresi pada pasien sehingga dapat terjadi resiko pada
komplikasi paru
b. Menaikan sekresi setiap saat terjadi pengumpulan dalam paru dada.
3. Prosedur kerja
a) Pilih area tersumbat yang akan di drainase berdasarkan pengkajian
segmen paru, data klinis dan gambaran foto thoraks.
b) Baringkan pasien dalam posisi untuk mendrainase area yang
tersumbat. Bantu pasien memilih posisi sesuai kebutuhan. Ajarkan
klien memposisikan postur, lengan, serta kaki secara tepat.
c) Meminta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit.
d) Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini
e) Lakukan perkusi dan vibrasi diatas area yang di drainase
38
f) Setelah drainase pada posisi pertama minta klien duduk dan batuk.
Tamping sekresi tang dikeluarkan dalam sputum pot jika klien tidak
dapat batuk harus dilkukan pengisapan
g) Minta klien istrahat sebentar
h) Anjurkan klien untuk minum sedikit air
i) Ulangi langkah 5-10 sampai semua area yang tersumbat yang di pilih
telah terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit.
d. Tahap terminasi
a) Pasien dirapikan dan alat-alat dirapikan
b) Cuci tangan
c) Perhatikan keadaan umum pasien
d) Dokumentasi tindakan.
5. Kontra indikasi
a. fisioterapi dada tidak boleh dilakukan pada daerah yang mudah cedera
seperti mamae, tulang belakang, ginjal, hati, limpa, scapula, klavikula,
dan sternum.
b. fisioterapi dada tidak boleh dilakukan pada pasien setelah makan untuk
menghindari terjadi defluks.
c. Fisioterapi dada tidak boleh dilakukan pada pasien jantung.
39
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus
Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif artinya suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
B. Subjek Studi Kasus
Subyek pada penelitian ini adalah pasien yang menerima pelayanan
kesehatan tuberkulosis paru dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan napas Di Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe.
1. Kriteria inklusi
a. Pasien yang menerima pelayanan tuberkulosis paru dengan diagnosa
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas Di Desa Mekar Wilayah
Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe.
b. Pasien yang bersedia untuk diwawancara
c. Pasien yang sedang menjalani pengobatan ± 3 bulan.
2. Kriteria Enklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
seperti, halnya adanya hambatan etis, menolak diwawancarai atau suatu keadaan
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah pasien yang tidak menerima
pelayanan kesehatan tuberkulosis paru dengan diagnosa keperawatan
39
40
ketidakefetifan bersihan jalan napas Di Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas
Soropia Kabupaten Konawe dan pasien tuberkulosis paru dengan diagnosa
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas yang tidak bersedia untuk
diwawancarai.
C. Fokus studi
1. Asuhan keperawatan keluarga dengan tuberkulosis paru
2. Penerapan teknik fisioterapi dada
D. Definisi operasional
1. Asuhan keperawatan keluarga merupakan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian terhadap anggota keluarga, perumusan diagnosa keperarawatan
keluarga, perencanaan, pelaksaan serta evaluasi.
2. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan mycrobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru. Dengan pasien tuberkulosis paru yang
terdiagnosa oleh dokter.
Studi kasus penerapan prosedur keperawatan:
1. Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan
kontrol dan memperbaiki kesehatan individu maupun keluarga
2. Fisioterapi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan dengan postural
drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan system
pernapasan.
E. Tempat dan Waktu
Studi kasus ini telah di lasanakan di rumah keluarga Tn. G dimana anak Tn.
G, Tn. J mengalami tuberkulosis paru dan dalam masa pengobatan 6 bulan yang
41
berjalan 3 bulan. Di dusun 2 Desa Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Soropia. Studi
kasus ini dilaksanakan pada tanggal 19 sampai 24 juli.
F. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Obsevasi atau pengamatan kegiatan merupakan suatu kegiatan untuk
melakukan kegiatan langsung seperti pengukuran, pengamatan dengan indra
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyan pada pasien.
Hal yang perlu diobservasi pada pasien tuberkulosis paru dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas meliputi : ada atau tidaknya pengeluaran
sputum, warna sputum, jumlah sputum.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden atau pasien
dengan menggunakan format pengkajian keluarga.
G. Penyajian Data
Penyajian data penelitian merupakan cara penyajian dan penelitian dilakukan
melalui berbagai bentuk, (Notoatmodjo,2010). Dari data yang sudah terkumpul dan
telah diolah akan disajikan dan dibahas dalam bentuk textular atau verbal. Penyajian
cara textular merupakan penyajian data hasil penelitian dalam bentuk uraian
kalismat. Penelitian ini akan dijabarkan dalam bentuk narasi untuk mengetahui hasil
penelitian (Notoatmodjo, 2010).
42
H. Etika Studi Kasus
Penelitian yang mengguanakan manusia sebagai subyek tidak boleh
bertentangan den kode etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak responden
harus dilindungi. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menekankan pada
prinsip etika yang meliputi:
1. Prinsip manfaat (Nursalam, 2011).
a) Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
subyek khususnya jika menggunakan tindakan khusus ( Nursalam, 2011).
b) Bebas dari Eksploitasi
Partisiasi subyek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang
tidak menguntungkan. Subyek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam
penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan
dalam hal-hal yang dapat merugikan subyek dalam bentuk apapun
(Nursalam, 2011).
c) Risiko
Penelitian harus hati-hati memperimbangkan risiko dan keuntungan yang
akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan (Nursalam, 2011).
2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (respect human dignity) (Nursalam,
2011).
a) Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self determination).
Subjek harus diperlakukan diperlakukan secara manusiawi. Subjek
mempunyai hak memutuskan apakan mereka bersedia menjadi subjek
43
ataupun tidak tanpa adanya sanksi apa pun atuu akan berakibat terhadap
kesembuhannya jika mereka seorang pasien (Nursalam, 2011).
b) Hak untuk mendapat jaminan dari pelakuan yang yang diberikan (right to
full disclosure).
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan informasi secara rinci
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek (Nursalam,
2011).
c) Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud tujuan penelitan,
mengetahui dampaknya. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed
consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukan tindakan,
jenis data yang dibutuhkan,komitmen, prosedur pelaksaan, potensial yang
akan terjadi, manfaat, kerasiaan, informasi yang mudah dihubungi,dan lain-
lain (Hidayat, 2008). Merupakan lembar persetujuan studi kasus yang
diberikan kepada responden, agar responden remaja putri setuju untuk
terlibat dalam studi kasus yang telah mendatangani lembar persetujuan.
d) Prinsip keadilan (right in fair treatment) (Nursalam, 2011).
1) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil ( right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian dalam penelitian tanpa adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari
penelitian (Nursalam, 2011).
44
2) Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Masalah etika keperawatan Tanpa Nama (Anonimity) merupakan masalah
yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan ( Hidayat, 2008). Untuk
menjaga kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden,
penulis tidak mencantumkan nama lengkap, responden hanya menuliskan
nama inisial saja.
Masalah etika keperawatan kerasiaan (confidentiality) merupakan
masalah etika dengan memberikan jaminan kerasiaan hasil penelitian,
baik informasi maupun masalah-masalah dalam hal meneliti. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2008). Peneliti menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari
responden akan di jaga kerahasiaannya oleh peneliti.
45
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan melaporkan dan membahas hasil studi kasus studi kasus
yang telah dilakukan dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada tanggal 19 sampai
dengan 24 juli 2018 sesuai dengan fokus studi, dengan merujuk pada rumusan masalah
atau tujuan dilaksanakan studi kasus. Deskripsi data hasil studi kasus tentang fokus
studi dilaporkan sebagai hasil studi kasus yang telah diolah secara narasi.
A. Hasil Studi Kasus
Penulis melakukan studi kasus yang bertempat di Desa Mekar Wilayah
Kerja Puskesmas Soropia pada keluarga Tn. G yang mempunyai masalah
kesehatan yaitu tuberkulosis paru Tn. J anak dari Tn. G. Penulis melakukan
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tuberkulosis Paru dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi yang dimulai dari Pengakajian , Perumusan Diagnosa,
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
1. Data Umum Keluarga
Tn. G tinggal di desa Mekar Kecamatan Soropia. Nama kepala keluarga Tn.
G umur 60 tahun pekerjaan sebagai nelayan pendidikan terakhir tamat SD,
dengan komposisi keluarga tinggal bersama Ny. R umur 58 tahun sebagai
istri dan sebagai ibu rumah tangga Tn. G dan Tn. J umur 36 tahun anak ke 3
dan bekerja sebagai nelayan, pendidikan terakhir tamat SMA. Pasien adalah
Tn. J yang mengalami tuberkulosis paru. Dimana tipe keluarga Tn. G lansia
dengan komposisi terdiri dari tiga anggota keluarga dan kepala keluarga
memasuki usia lanjut. Status sosial ekonomi keluarga Tn. G yang bekerja
sebagai nelayan berpendapatan ± 1.000.000 perbulan dan Tn. J juga bekerja
46
46
sebagai nelayan yang bekerja sebagai bependapatan ± 500.000 yang
digunakan untuk membantu kebutuhan keluaga sehari-hari.
2. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 juli 2018, dari riwayat kesehatan
keluarga inti Tn. G tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan
riwayat penyakit menular dan Ny.R tidak memiliki riwayat penyakit
sedangkan Tn. J kurang lebih sejak 4 bulan yang lalu positif terinfeksi
kuman tuberkulosis paru, , ada suara napas tambahan (ronkhi), sputum
dalam jumlah yang berlebihan. Pasien sedang menjalani pengobatan 6 bulan
dan pasien berobat di puskesmas soropia.
Fungsi keluarga merawat anggota yang sakit, keluarga dan pasien
mengatakan tidak mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit
tuberkulosis paru. Pasien mengatakan batuk-batuk disertai sulit
mengeluarkan dahak, pasien juga mengatakan sedang menjalani pengobatan
obat anti tuberkulosis paru. Berdasarkan hasil pengkajian diatas didapatkan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pasien di dapatkan ada
suara napas tambahan ( rokhi), sputum dalam jumlah yang berlebihan,
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernapasan 20 kali per
menit. Rambut hitam, bersih, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
hidung simetris, telinga tidak ada serumen, mulut klien terlihat mukosa bibir
lembab tidak ada karies gigi, pada leher tidah ada pembesaran kelenjar getah
bening.
47
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 19 juni 2018 penulis mengangkat
masalah keperawatan ketidakefektifan berihan jalan napas berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
dengan tuberkulosis paru. Data subjektif : Pasien mengatakan batuk-batuk
disertai sulit mengeluarkan dahak, pasien juga mengatakan sedang menjalani
pengobatan obat anti tuberkulosis paru. Data objektif: pasien Nampak batuk
dan sulit mengeluarkan dahak, suara napas tambahan ronkhi. sputum dalam
jumlah yang berlebihan, Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 90 kali per
menit, pernapasan 20 kali per menit.
4. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga Tn. G yang
dilakukan hari kamis tanggal 19 juli 2018 dengan tujuan umum setelah
dilakukan kunjungan sebanyak 6 kali 45 menit keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang sakit dengan tuberkulosis paru, tujuan khusus :
setelah dilakukan intervensi keperawatan 1 kali 45 menit keluarga mampu
merawat anggota keluarga yang sakit , mengambil keputusan untuk
mengatasi tuberkulosis paru pada Tn. J, Merawat anggota keluarga yang
tuberkulosis paru dengan mendemonstrasikan penerapan teknik fisisotrapi
dada. Berdasarkan tujuan tersebut penulis membuat rencana keperawatan
dengan tujuan khusus pertama yang dilakukan pada tanggal 19 juli 2018
pukul 09.00 WITA pada pasien kaji pengetahuan keluarga tentang fisioterapi
dada, dengan menggunakan leaflead, evaluasi kembali tentang pengertian
fisioterapi dada, beri pujian pada keluarga atas jawaban yang benar. Rencana
48
tujuan khusus kedua yang dilakukan pada tanggal 20 juli 2018, keluarga
mampu mengambil keputusan mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan
napas dengan penerapan fisioterapi dada yaitu kaji keputusan yang diambil
oleh keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang keputusam yang telah
dibuat, evaluasi kembali tentang keputusan yang dibuat, beri pujian kepada
keluarga tentang keputusan yang di ambil. Rencana keperawatan tujuan
khusus ketiga dilakukan pada tanggal 21 juli sampai dengan 24 juli 2018,
keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan mendemonstrasikan
penerapan fisioterapi dada yaitu kaji pengetahuan keluarga tentang merawat
anggota yang tuberkulosis paru, demonstrasikan bersama keluarga penerapan
fisioterapi dada, evaluasi kembali tentang kemampuan merawat keluarga
yang tuberkulosis paru, beri pujian kepada keluarga atas tindakan yang
benar.
5. Imlementasi Keperawatan
Berdasarkan intervensi yang telah disusun, di dapatkan implementasinya
yang dilakukan pada tanggal 19 juli 2018 untuk diagnosa prioritas utama.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 19 juli 2018 jam 09.00
WITA: mengkaji pengetahuan keluarga dengan memberikan penyuluhan
tentang fisioterapi keluarga mau mengikuti penyuluhan yang diberikan,
tindakan kedua dilakukan pada tanggal 20 juli 2018 jam 09.00 WITA :
mengkaji keputusan keluarga yang diambil untuk mengatasi masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas, keluarga mengungkapkan mampu
memutuskan tindakan yang diambil dengan mau mengikuti penerapan
fisioterapi dada, tindakan keperawatan ketiga dilakukan pada tanggal 21 juli
49
sampai dengan 24 juli 2018: mengkaji kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang tuberkulosis paru dengan cara penerapan fisioterapi
dada, keluarga nampak mau mendemonstrasikan kegiatan.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi dilakukan, saat evaluasi pada
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan
tuberkulosis paru, memutuskan dan merawat anggota keluarga dengan
tuberkulosis paru didapatkan evaluasi: subjektif : tujuan khusus 1 Tn. G dan
Tn. J mengatakan sudah tau tentang penerapan fisioterapi dada, tujuan
khusus 2 : Tn. G dan Tn. J mengatakan mampu memutuskan tindakan yang
akan dilakukan, tujuan khusus 3 : Tn. G dan Tn. J mampu
mendemonstrasikan tindakan fisioterapi dada. Objektif : tujuan khusus 1 Tn.
G dan Tn. J dapat menyebutkan pengertian, tujuan dan manfaat fisioterapi
dada, tujuan khusus 2 Tn. G dan Tn. J mampu memutuskan tindakan yang
dilakukan , tujuan khusus 3 Tn. G dan Tn. J mampu mendemonstrasikan
tindakan fisioterapi dada. Analisa : tujuan khusus 1 teatasi tanggal 19 juli
2018, tujuan khusus 2 teratasi tanggal 20 juli 2018, tujuan khusus 3 teratasi
tanggal 21 juli 2018 sampai dengan 24 juli 2018, perencanaan :
implementasi dihentikan.
B. Pembahasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga dengan tuberkulosis paru
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi di Desa Mekar Wilayah Kerja
Puskesmas Soropia yang telah dilakukan sejak awal tanggal 19 juli sampai
50
dengan 24 juli 2018, maka pada bagian pembahasan penulis akan menjabarkan
adanya kesesuaian maupun kesenjangan yang terdapat pada pasien antara teori
dan kasus. Tahapan pembahasan sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan
yang dimulai dari pengkajian, diagnosa, perancanaan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap dimana perawat mengambil data yang ditandai
dengan pengumpulan informasi terus menerus dan keputusan professional
yang mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan. Sesuai dengan
teori yang di jabarkan penulis melakukan pengkajian keluarga Tn. G
menggunakan format pengkajian keluarga dengan metode wawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang di perlukan.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 juli 2018 Tn. J usia 36 tahun Tn.
J mengatakan kurang lebih sejak 4 bulan yang lalu positif terinfeksi kuman
tuberkulosis paru, ada suara napas tambahan (ronkhi), sputum dalam jumlah
yang berlebihan. Pasien sedang menjalani pengobatan 6 bulan dan pasien
berobat di puskesmas soropia.
Keluhan yang disampaikan Tn. J sesuai dengan gejala dan tanda tuberkulosis
paru menurut Nurarif, 2015 ( Aplikasi asuhan keperatan berdasarkan
diagnosa medis dan nanda Nic-Noc) yaitu seseorang yang di anggap
tuberkulosis paru jika sudah positif terinfeksi kuman mycrobacterium
tuberculosis.
51
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah
keperawatan yang didapat dari data pengkajian yang berhubungan dengan
etiologi dan pengkajian fungasi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan
mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi dan simtom) dimana untuk
problem menggunakan rumusan masalah dari NANDA, sedangkan untuk
etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau dengan
menggambarkan pohon masalah (padila, 2012).
Masalah keperawatan yang menjadi focus studi peneliti ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam
merawat aggota keluarga yang sakit. Data ini didukung oleh data subjektif:
Tn. J mengatakan kurang lebih sejak 4 bulan yang lalu positif terinfeksi
kuman tuberkulosis paru, Pasien sedang menjalani pengobatan 6 bulan dan
pasien berobat di puskesmas soropia. Sedangkan data objektif Tn. J Data
objektif: pasien Nampak batuk dan sulit mengeluarkan dahak, suara napas
tambahan ronkhi, sputum dalam jumlah berlebihan,Tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 90 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit.
Diagnosa yang diangkat oleh peneliti ketidakefektifan bersihan jalan napas
sesuai dengan batasan karakteristik NANDA NIC-NOC 2015
ketidakefektifan bersihan jalan napas di tandai dengan adanya batuk, suara
napas tambahan (ronkhi), sputum dalam jumlah yang berlebihan,
3. Rencana keperawatan
Perencanaan perawatan keluarga terdiri dari penerapan tujuan mencakup
tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana
52
evaluasi yang memuat kriteria dan standar tujuan dirumuskan secara
spesifik, dapat diukur (merusable), dapat dicapai (achievable), rasional dan
menunjukan waktu
(SMART). Rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan (pradila,
2012).
Intervensi ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga dalam merawat aggota keluarga yang sakit sesuai dengan
tugas perawatan keluarga tentang fisioterapi dada. Selanjutnya mengambil
keputusan dengan mendiskusikan tindakan yang akan dilakukan jika terjadi
masalah dalam keluarga. Selanjutnya mampu mendemontrasikan penerapan
tindakan fisioterapi dada dan dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
ada di masyarakat.
Menurut asumsi peneliti, rencana keperawatan dibuat untuk pedoman dalam
melakukan implementasi kepada keluarga. Mengenalkan masalah kepada
keluarga, sehingga keluarga mampu mengambil keputusan,merawat anggota
keluarga yang sakit, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk
kesehatan yang untuk mengatasi masalah yang ada didalam keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan bebagai sumber didalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga didik untuk
menilai potensi yang dimiliki mereka dalam mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan yang
53
dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi
kesehatannya, mendemostrasikan penerapan fisioterapi dada, serta
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat (sudiharto, 2012)
Implementasi yang dilakukan pada keluarga dan Tn. J mengenal masalah
dilakukan dengan cara mengkaji pengetahuan keluarga dan melakukan
fisiotrapi dada, dilanjutkan dengan mengambil keputusan tindakan yang
dilakukan. Implementasi selanjutnya yaitu mengakaji pengetahuan keluarga
tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit, medemontrasikan
tindakan fisioterapi dada.
Implementasi yang dilakukan pada keluarga sesuai dengan teori menurut
NANDA salah satu penatalaksanaan ketidakefektifan bersihan jalan napas
yaitu fisioterapi dada (Nanda Internasional, 2015)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki
produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga.
Sebagai komponen kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan yang telah diterapkan akan menentukan
mudah atau sulitnya dalam melaksakan evaluasi (Sugiarto, 2012).
Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi dilakukan, saat evaluasi pada
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di dapatkan
evaluasi : subjektif : tujuan khusus 1 Tn. G dan Tn. J mengatakan sudah tau
tentang penerapan fisioterapi dada, tujuan khusus 2 : Tn. G dan Tn. J
54
mengatakan mampu memutuskan tindakan yang akan dilakukan, tujuan
khusus 3 : Tn. G dan Tn. J mampu mendemonstrasikan tindakan fisioterapi
dada. Objektif : tujuan khusus 1 Tn. G dan Tn. J dapat menyebutkan
pengertian, tujuan dan manfaat fisioterapi dada, tujuan khusus 2 Tn. G dan
Tn. J mampu memutuskan tindakan yang dilakukan , tujuan khusus 3 Tn. G
dan Tn. J mampu mendemonstrasikan tindakan fisioterapi dada. Analisa :
tujuan khusus 1 teatasi tanggal 19 juli 2018, tujuan khusus 2 teratasi tanggal
20 juli 2018, tujuan khusus 3 teratasi tanggal 21 juli 2018 sampai dengan 24
juli 2018, perencanaan : implementasi dihentikan.
6. Keterbatasan
Keterbatasan yang dialami peneliti selama melakukan penelitian yaitu
keluarga baru mendengar tentang fisioterapi dada, sehingga pada saat
penyuluhan keluarga kurang memahami tentang fisioterapi dada. Dibutuhkan
kerjasama terhadap keluarga untuk mengikuti dan memahami teknik
fisioterapi dada. Pada saat kunjungan klien malu untuk memberitahukan
penyakitnya, sehingga peneliti berusa untuk menanyakan penyakit
menggunakan kata-kata yang tidak menyinggung perasaan klien. Agar klien
mau bekerja sama sebagai keluarga binaan.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan
tuberculosis paru dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi di Desa Mekar wilayah
Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe, penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian didapatkan Tn. J kurang lebih sejak 4 bulan yang lalu positif
terinfeksi kuman tuberkulosis paru, ada suara napas tambahan (ronkhi), sputum
dalam jumlah yang berlebihan. Pasien sedang menjalani pengobatan 6 bulan dan
pasien berobat di puskesmas soropia.
2. Diagnosa yang diangkat berdasarkan data fokus dari pengkajian yaitu
ketidakefektifan berihan jalan napas berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Intervensi yang dilakukan kepada keluarga Tn. G berdasarkan diagnosa yang
telah didapatkan dan berdasarkan 5 tugas khusus keluarga yaitu mengenal
masalah, memutuskan tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
4. Implementasi yang dilakukan pada Tn. J mulai tanggal 19 juli 2018 sampai
dengan 24 juli 2018 sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat.
Implementasi dilakukan dengan metode, berdiskusi, demonstrasi, dan
penyuluhan.
55
56
5. Pada tahap akhir peneliti melakukan evaluasi pada Tn. J pada tanggal 19 juli
sampai dengan 24 juli 2018, mengenai tindakan keperawatan yang telah
dilakukan berdasarkan catatan SOAP.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Puskesmas Soropia
Melalui pimpinan puskesmas dan tenaga kesehatan yang memegang program
puskesmas diharapkan hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dalam mengembangkan program puskesmas di keluarga dengan
tuberkulosis paru dan mengoptimalkan asuhan keperawatan keluarga dan
melakukan kunjungan rumah sekali sebualan.
2. Bagi keluarga
Kepada keluarga Tn. G diharapkan dengan pemberian asuhan keperawatan
keluarga tentang penerapan fisioterapi dada pada Tn. G dan lebih meningkatkan
lagi fungsi perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat memperoleh data yang lebih akurat
dalam proses pengkajian berkaitan dengan ketidakefetifan bersihan jalan napas
dengan penerapan fisioterapi dada.
57
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan.
Keluarga Cetakan I. Jakarta : Sagung Seto.
Dalam teks: (Komang Ayu, 2010)
Dinkes prov. Sultra. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari
Hidayat, A.A.A. (2008). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Kemenkes RI. (2013). Riset Keperawatan Dasar 2013.
http://depkes.go.id/download/riskesdas2013/hasil%20riskesdas%202013.pdf.Diu
nduh 20 Mei 2018
Nanda Internasional. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2015-2017. Edisi ke-10. Jakarta: ECG.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurarif. H, dkk. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 1,2,3. Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga . Yokyakarta: Nuha Medika.
Susanto, Tantut. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Aplikasi Teori Pada
Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media.
World health organization. (2012). Laporan Tuberkulosis Global. Switzerland: WHO.
58
LAMPIRAN
59
60
61
62
PENGKAJIAN KELUARGA
I.
1.
Data Umum
Nama keluarga ( KK )
: Tn. G 2. Alamat dan telepon : Dusun 2 Desa Mekar Kec. Soropia
3. TTL/Umur : Bokori, 22 April 1958/60 tahun
4. Komposisi keluarga :
No Nama Hub dg
KK
TTL/ umur Pendidikan
1. Ny. R Istri KK Bokori, 20 Mei 1960/58
tahun
Tidak tamat
SD
2. Tn. J Anak
kandung
Bokori,10 November
1989/29 tahun
Tamat SMA
Genogram :
Keterangan :
63
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Menikah
4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. G yaitu tipe keluarga inti yang terdiri dari
ayah yang bertugas mencari nafkah, dan ibu yang mengurusi
rumah tangga.
5. Suku
Semua anggota keluarga Tn. G bersuku Bajo. Kebudayaan yang
dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan.
6. Agama
Semua anggota keluarga Tn. G beragama islam, Ny. R selalu
melaksanakan sholat 5 waktu, keluarga selalu berdoa untuk
lxiv
lxiv
selalu diberikan kesehatan dan di berikan kesembuhan pada Tn.
J
7. Status Sosial Ekonomi
Tn. G bekerja sebagai nelayan dan Ny. R sebagai ibu rumah
tangga dengan penghasilan perbulan ± 1.000.000, Ketika Tn. J
berobat ke Puskesmas menggunakan jaminan kesehatan
Jamkesmas dan sekarang di ganti denga KIS.
8. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn. G hanya sekali setahun untuk pergi rekreasi, dan
keluarga mendapatkan sarana hiburan dari menonton TV.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap keluarga saat ini yaitu tahap VIII ( tahap terakhir
perkembangan keluarga ini mulai pada saat pensiunan salah
satu kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah
satu pasangan, dan berakhir
2. Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tn. J pada saat ini belum menikah.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
lxv
lxv
a. Tn, G
Tidak ada keluhan yang dirasakan pada Tn. G
b. Ny. R
Tidak ada keluhan yang dirasakan pada Tn. G
c. An. D
Sementara Tn. J, mengeluh batuk berdahak kurang lebih
4 bulan yang lalu dan klien mengeluh susah untuk
mengeluarkan dahak,dan jumlah sputum berlebih.
Riwayat Ny.R tidak ada yang menderita tuberkulosis
paru. Ketika Tn. J batuk ia langsung membeli obat di kios
atau langsung ke puskesmas.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
III. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Tn. G dan Ny. R sudah memiliki rumah sendiri yang lokasinya
mengarah ke jalan raya, rumah Tn. G yaitu permanen ,
dengan kamar 3, kamar mandi 1 dengan kondisi jamban
leher angsa dan memiliki penampungan, dapur 1, atap
sengan dan lantai dari tehel. Rumah mempunyai ventilasi
yang cukup dan sirkulasi udara yang bagus serta
lxvi
lxvi
pencahayaan yang baik. Sumber air keluarga yaitu air
gunung yang dialirkan melalui pipa, dengan kondisi bersih
dan tidak berbau.
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Penduduk sekitar rumah yaitu penduduk suku bajo yang
sebagian besar berprofesi sebagai nelayan.
3. Mobilitas Geografi Keluarga
Mobilitas keluarga menggunakan sepeda motor dan
perahu. Tn. J jika ingin ke Puskesmas membawa motor
sendiri dan pergi bersama ibunya, yang berjarak ≥ 3 km, Tn.
J ke puskesmas sekali sebulan untuk mengambil obat.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interkasi dengan Masyarakat
Keluarga berkumpul pada saat malam hari dan duduk di
ruang tamu sambil menonton TV, interaksi antar warga
banyak dilkukan pada saat sholat bersama di masjid dan
pada saat ada perkumpulan-perkumpulan di masyarakat
seperti arisan dan kerja bakti.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Kelurga Tn. G memiliki kelurga besar, jika ada masalah
maka kelurga yang lain akan saling membantu.
lxvii
lxvii
IV. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
Keluarga Tn. G selalu berkomunikasi dengan baik dan selalu
berkomunikasi dengan keluarga yang lainnya, komunikasi di
lakukan dengan cara terbuka, jika ada masalah maka
keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Cenderung bersifat efektif, sifat merubah perilaku keluarga
timbul karena ada perasaan sering peduli dan bukan
paksaan.
3. Struktur Peran
Tn. G sebagai KK menjalankan tugas dengan baik. Tn. G
bekerja sebagai nelayan dan tidak melepaskan tanggung
jawab untuk mencari nafkah. Ny. R sebagai ibu rumah
tangga memiliki akdil yang cukup berpengaruh dalam
keluarga dan Tn.J membatu keluarga untuk mencari nafkah
bekerja sebagai nelayan.
4. Nilai dan Norma Budaya
Di dalam keluarga Tn. G tidak ada nilai dan norma khusus
yang mengikat anggota keluarga, untuk masalah kesehatan
lxviii
lxviii
keluarga juga tidak memiliki praktik yang harus dilakukan.
Sistem nilai yang dianut dipengaruhi oleh adat dan agama.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Hubungan Tn. G dengan istri beserta anaknya terjalin
dengan baik, angota keluarga saling menghormati,
memperhatikan, menyayangi dan menyemangati.
2. Fungsi Sosialisasi
Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab dan
disiplin, saling mengenal dengan masyarakat lainnya.
3. Fungsi Perawatan Keluarga
Keluarga belum mampu merawat masalah anggota keluarga
yang sakit keluarga tuberkulosis paru, belum mampu
memutuskan perawatan yang akan diberikan kepada Tn. J.
keluarga tidak mampu memodifikasi lingkungan yang sehat
lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga dan
keluarga sudah mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada didesanya.
lxix
lxix
VI. Stres dan Koping Keluarga
1. Stressor Jangka Pendek
Stressor jangka pendek yang dialami keluarga Tn. G adalah
penyakit tuberkulosis paru yang dialami Tn. J dan Tn. J yang
masih belum mendapatkan pendamping.
2. Stressor Jangka Panjang
Keluarga takut penyakit Tn. J akan semakin parah dan di
rawat di rumah sakit
3. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap masalah
Keluarga menganggap masalah kesehatan yang dialami Tn.J
harus mendapatkan penanganan segera agar tidak terjadi
kondisi lebih buruk lagi.
4. Strategi Koping yang Digunakan
Keluarga berusaha agar tidak larut dalam menghadapi
masalah yang ada sehingga bisa dipikiran secara jernih
tindakan apa yang dilakukan.
5. Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga Tn. G tidak pernah melakukan perilaku kasar atau
kejam terhadap istrinya dan tidak pernah melakukan
ancaman dalam menjelaskan masalah.
lxx
lxx
VII. Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar diberikan kesembuhan kepada Tn. J
VIII. Pemeriksaan Fisi
Pemeriksaa
n Fisik
Tn. G Ny. R Tn. J
KU Compos
mentis
kooperatif
Compos
mentis
kooperatif
Compos
mentis
kooperatif
TD 110/80
mmHg
100/70
mmHg
110/80
mmHg
Nadi 90x/menit 100x/menit 90 x/menit
Pernapsan 20x/menit 22x/menit 20 x/menit
BB
Kepala Bentuk Bentuk Bentuk
simetris,
bersih,
sudah ada
uban
simetris,
bersih,
sudah ada
uban
simetris,
bersih, rambut
warna hitam
Mata Simetris kiri
dan kanan,
kongjungtiv
a tidak
anemis,
sklera tidak
ikterik
Simetris kiri
dan kanan,
kongjungtiv
a tidak
anemis,
sklera tidak
ikterik
Simetris kiri
dan kanan,
kongjungtiv a
tidak anemis,
sklera tidak
ikterik
lxxi
lxxi
Hidung Simetris kiri
dan kanan
tidak ada
pembesaran
konka,
hidung
tampak
bersih
Simetris kiri
dan kanan
tidak ada
pembesaran
konka,
hidung
tampak
bersih
Simetris kiri
dan kanan tidak
ada pembesaran
konka, hidung
tampak bersih
Telinga Simetris kiri
dan kanan,
tidak ada
serumen,
pendengara n
baik
Simetris kiri
dan kanan,
tidak ada
serumen,
pendengara n
baik
Simetris kiri
dan kanan, tidak
ada serumen,
pendengara n
baik
Mulut Tidak ada
stomatitis,
ada nya
caries
Tidak ada
stomatitis,
mukosa bibir
lembab tidak
ada caries
Tidak ada
stomatitis, tidak
ada caries
Leher Tidak ada
pembesaran
kelenjar
getah
bening
Tidak ada
pembesaran
kelenjar
getah
bening
Tidak ada
pembesaran
kelenjar getah
bening
Paru-paru I : tidak ada
retraksi
dinding
dada.
P : pnemilus
kiri dan
kanan
P : sonor
A : vesikular
I : tidak ada
retraksi
dinding
dada.
P : pnemilus
kiri dan
kanan
P : sonor
A : vesikular
I : tidak ada
retraksi
dinding
dada.
P : pnemilus
kiri dan
kanan
P : sonor
A : vesikular
lxxii
lxxii
Abdomen I : simetris,
distensi
(-)
P : iktus
Kordis
teraba
P : pekak
A: irama
jantung
reguler
I : simetris,
distensi
(-)
P : iktus
Kordis
teraba
P : pekak
A: irama
jantung
reguler
I : simetris,
distensi
(-)
P : iktus
Kordis
teraba
P : pekak A:
irama
jantung
regular
Ekstremitas Ekstermitas
atas tidak
Ekstermitas
atas tidak
Tidak ada
edema, CRT
oedema,
pergerakan
baik,
ekstermitas
bawah tidak
oedem,
varises tidak
ada, turgor
kulit baik,
punggung
kaki terlihat
sedikit
kering,
oedema,
pergerakan
baik,
ekstermitas
bawah tidak
oedem,
varises tidak
ada, turgor
kulit baik,
punggung
kaki terlihat
sedikit
kering.
< 2 detik
Genitalia Tidak
dilakukan
pemeriksaan
Tidak
dilakukan
pemeriksaan
Tidak
dilakukan
pemeriksaan
lxxiii
lxxiii
Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS :
1. Tn. J mengatakan batuk
berdahak sejak 4 bulan
yang lalu dan sulit untuk
mengeluarkan dahaknya.
2. Tn. J mengatakan sedang
menjalani pengobatan 6
bulan dan beobat di
puskesmas soropia.
DO :
- Nampak batuk dan sulit
untuk mengeluarkan dahak.
- Ada suara napas tambahan
(ronkhi)
- Sputum dalam jumlah yang
berlebihan
TD : 110/80 mmHg
N : 90 kali/menit
P : 20 kali/menit
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
Ketidakmapuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Dignosa Keperawatan Keluarga
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
Prioritas Masalah
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
lxxiv
lxxiv
No Kriteria Bobot Perhitung
an
Skore Pembenaran
1. Sifat masalah
a. Aktual : 3
b. Resiko : 2
c. Potensial :
1
1 3x1/ 3 1 Masalah kurang
pengetahuan tentang
diet pada Ny. I, karena
keluaarga kurang
pengetahuan.
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah :
a. Tinggi : 2
b. Sedang : 1
c. Rendah : 0
2 2x2/2 2 Pengetahuan sumber
daya dan fasilitas
kesehatan tersedia dan
dapat
dijangkau/dimanfaatkan
3. Potensial
untuk dicegah:
a. Mudah : 3
b. Cukup : 2
c. Tidak
dapat : 1
1 2x1/3 0,6 Hipertensi adalah
penyakit yang tidak
dapat dicegah dan
diobati bila keluarga
mengetahui.
4. Menonjol
masalah
a. Masalah
dirasakan
dan perlu
ditangani :
2
b. Masalah
dirasakan:
1
c. Masalah
tidak
dirasakan:
0
1 2x1/2 1 Masalah dirasakan Ny.
I dan keluarga
Total skore 4,6
75
75
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
No DX Kep Tujuan Evaluasi Rencana Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Ketidakefektifan berisan jalan napas behubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Setelah dilakukan
kunjungan
sebanyak 6 x
45 menit
keluarga
mampu
merawat
anggota
keluarga
yang sakit
dengan
tuberkulosis
paru.
1. Setelah dilakukan
kunjungan
1 x 45
menit
keluarga
mampu
merawat
anggota
keluarga
yang sakit
Keluarga mampu menyebutkan defenisi fisioterapi dada
Keluarga
mampu
menyebutkan
tujuan
fisioterapi dada
Fisioterapi adalah
tindakan keperawatan
yang dilakukan
clapping dan
vibrating, pada pasien
dengan gangguan
system pernapasan
Membantu untuk
meningkatkan
efisiensi pola
pernapasan dan
membersihkan jalan
napas
Kaji pengetahuan tentang fisioterapi dada
Diskusikan dengan
keluarga tentang
pengertian fisioterapi
dada dengan
menggunakan
leafleat.
Evaluasi kembali pengertian fisioterapi dada pada keluarga.
Berikan pujian pada
keluarga atas
jawaban yang benar.
Mengakaji
pengetahuan tujuan
fisioterapi dada
Diskusikan dengan
keluarga tentang
tujuan fisioterapi
dada
Evaluasi kembali
Berikan pujian pada
keluarga atas
jajawaban yang
benar.
76
76
2. Setelah
dilakukan
kunjungan
rumah
1x45 menit
keluarga
mampu
mengambi l
keputusan
Keluarga
mampu
memutuskan
tindakan yang
akan dilakukan
merawat
anggota
keluarga yang
sakit
Keluarga member
keputusan untuk
tindakan
keperawatan yang
akan diambil
Kaji keputusan
yang diambil oleh keluarga
Diskusikan dengan
keluarga tentang
keputusan yang
telah dibuat
Evaluasi
kembali tentang
keputusan yang
telah dibuat
Berikan pujian
pada keluarga atas
jawaban yang
benar.
77
77
3. Setelah dilakukan kunjungan 1x45
menit
keluarga
mampu
merawat
keluarga
yang sakit
Keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang
sakit.
Keluarga mengatakan mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit.
Diskusikan dengan
keluarga tentang
merawat anggota
keluarga yang sakit .
Evaluasi kembali
tentang merawat
anggota keluarga
yang sakit.
Berikan pujian pada
keluarga atas
jawaban yang benar.
3. 3. Setelah 4. dilakukan 5. kunjungan 6. 1x45 menit
keluarga mampu mendemontrasikan teknik fisioterapi dada
7. 8. 9. 10. 11. 12.
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
4. Setelah dilakukan
21. kunjungan 1x45 menit
keluarga
mampu
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan
Keluarga mampu mendemontrasikan fisioterapi dada
keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan
Keluarga mempraktikkan teknik fisioterapi dada.
Memanfaatkan
fasilitas
kesehatan untuk
mencegah sedini
mungkin
Masalah
kesehatan pada
Kaji tentang kemampuan keluarga mendemostrasikan teknik fisioterapi
Diskusikan bersama keluarga mendemontrasikan teknik fisioterapi
Evaluasi kembali tentang mendemonstrasikan fisioterapi dada.
Berikan pujian atas keberhasilan keluarga dalam melakukan tindakan fisioterapi.
Kaji pengetahuan
keluarga tentang
manfaat fasilitas
kesehatan
Dsikusikan bersama
keluarga bagaimana
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
lxxix
lxxix
keluarga.
Untuk mengetahui dan memeriksa masalah kesehatan.
Sebagai
pelayanan
pengobatan
kesehatan.
Evaluasi kembali bagaimana memanfaatkan fasilitas kesehatan pada semua anggota keluarga
Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban
yang benar.
lxxx
lxxx
Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang salkit.
Implementasi
Mengkaji pengetahuan tentang Fisioterapi dada.
Mendiskusikan dengan keluarga tentang fisioterapi dada dengan menggunakan leafleat/ lembar balik.
Mengevaluasi kembali pengertian Fisioterapi dada pada keluarga.
Memberikanerikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
1. Mengkaji keputusan yang diambil
oleh keluarga 2. Mendiskusikan dengan keluarga
tentang keputusan yang telah dibuat 3. Evaluasi kembali tentang keputusan
yang telah dibuat 4. Memberikan pujian pada keluarga atas
jawaban yang benar.
Evaluasi S : Keluarga dan Tn. J mengatakan sudah paham
dengan fisioterapi,
O : Keluarga dan Tn. J mampu
menyebutkan pengertian,
manfaat dan tujuan fisioterapi
dada
A : Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
S : Keluarga dan Tn. J bisa
mengambil keputusan
O : Tn. J tampak biasa mengambil
keputusan
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
TT/Tgl/Waktu 19 Juli 2018/
09.00 WITA
20 Juli 2018
09.00 WITA
Catatan perkembangan Tn. j
lxxxi
lxxxi
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
berhubungan
dengan ketidak
mampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang salkit.
1. Mengkaji keluarga tentang cara
merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Mendiskusikan dengan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
3. Mendemonstrasikan tindakan
fisioterapi dada
4. Mengevaluasi kembali tentang
merawat anggota keluarga yang sakit.
5. Memberikan pujian pada keluarga
atas jawaban yang benar
S : Keluarga dan Tn. J bisa merawat
anggota keluarga yang sakit
O : Keluarga danTn. J tampak paham
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
21 juli sd 24
2018
09.00 WITA
82
82
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
FISIOTERAPI DADA
Pokok pembahasan : Penerapan Fisioterapi Dada Pada Penderita Tuberculosis Paru
Sub pokok bahasan :menjelaskan tentang pengertian, tujuan, manfaat, dan
mendemonstrasikan fisioterapi dada.
Sasaran : Keluarga Tn. G
Jumlah : 3 orang
Hari/ tanggal : Jum’at 20 Juli 2018
Waktu : 1×20 menit
Tempat : Rumah Keluarga Tn. G
Penyuluh : Nuti
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pembelajaran diharapkan keluarga memahami dan menerapkan
fisioterapi dada pada anggota keluarga yang menderita tuberculosis paru
2. Tujuan khusus
Setelah diberikan 1×20 menit sasaran diharapkan mampu:
a. Menyebut pengertian fisioterapi dada
b. Menjelaskan tujuan pemberian fisioterapi dada
c. Menjelaskan manfaat pemberian fisioterapi dada
d. Mendemostrasikan fisioterapi dada
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian fisioterapi dada
2. Tujuan fisioterapi dada
3. Manfaat fisioterapi dada
4. Teknik fisioterapi dada
83
83
C. Media
Ceramah, Tanya jawab
D. Media
Leafled
E. Kegiatan penyuluhan
1. Pembukaan selama 3 menit
a. Menyebutkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Kontrak waktu
e. Mengkondisikan keluarga
f. Apresiasi
2. Kegiatan inti selama 7 menit
a. Menyebut pengertian fisioterapi dada
b. Menjelaskan tujuan pemberian fisioterapi dada
c. Menjelaskan manfaat pemberian fisioterapi dada
d. Mendemostrasikan fisioterapi dada
e. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
3. Evaluasi selama 6 menit
Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan lisan
4. Kesimpulan 2 menit
Merangkum dan menyimpulkan materi penyuluhan
5. Penutup 2 menit
a. Memberikan reinforsemen dan mengucapkan terima kasih
b. Mengucap salam penutup
F. Evaluasi
Prosedur : setelah pembelajaran materi
Jenis : Lisan
Bentuk : Uraian singkat
Alat Evaluasi : Secara lisan
84
84
NUTI
Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari
kendari 2018
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada
fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita
penyakit respirasi baik yang bersifat akut
maupun kronis.
1. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-
otot pernafasan
2. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan
ekspansi paru
3. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh
mendapatkan oksigen yang cukup
4. Mengeluarkan sekret dari saluran
pernapasan.
a. Persiapan Alat :
1) Handuk (jika perlu)
2) Peniti (jika perlu)
3) Tempat sputum
b. Anjurkan untuk tarik napas dalam
untuk meningkatkan relaksasi
c. Posisikan tubuh yang akan di
fisioterapi dada
d. Tutup area yang akan di tepuk dengan
handuk
85
85
e. tepuk-tepuk selama 1-2 menit, jangan
menepuk pada area yang mudah
cedera
f. Setelah selesai menepuk-nepuk,
lanjutkan dengan memberikan getaran
pada area yang sama
g. Anjurkan untuk tarik napas dalam, dan
berikan getaran ketika
menghembuskan napas
h. Lakukan getaran tersebut sebanyak 3-5
kali
i. Setelah selesai memberikan getaran,
atur posisi agar riak/sekret mudah
keluar
j. Pertahankan posisi tersebut selama 10-
15 menit
k. Ulangi tepuk-tepuk dan juga getaran
selama posisi tersebut
l. Selama proses diatas apabila terasa
ingin batuk, siapkan tempat
penampungan riak
m. Setelah 10-15 menit. Kemudian duduk
dan lakukan batuk efektif, yakni
dengan tarik napas dalam 4-5 kali.
Tarik napas dari hidung dan keluarkan
lewat mulut perlahan-lahan.
n. Pada tarik napas dalam yang terakhir,
tahan napas untuk beberapa detik dan
keluarkan napas.
o. saat mengeluarkan napas, batukkan.
86
86
p. Lakukan tepuk-tepuk selama 1-2
menit, jangan menepuk pada area yang
mudah cedera
q. Setelah selesai menepuk-nepuk,
lanjutkan dengan memberikan getaran
pada area yang sama
r. Anjurkan untuk tarik napas dalam, dan
berikan getaran ketika
menghembuskan napas
s. Lakukan getaran tersebut sebanyak 3-5
kali
t. Setelah selesai memberikan getaran,
atur posisi agar riak/sekret mudah
keluar
u. Pertahankan posisi tersebut selama 10-
15 menit
v. Ulangi tepuk-tepuk dan juga getaran
selama posisi tersebut
w. Selama proses diatas apabila terasa
ingin batuk, siapkan tempat
penampungan riak
x. Setelah 10-15 menit. Kemudian duduk
dan lakukan batuk efektif, yakni
dengan tarik napas dalam 4-5 kali.
Tarik napas dari hidung dan keluarkan
lewat mulut perlahan-lahan.
y. Pada tarik napas dalam yang terakhir,
tahan napas untuk beberapa detik dan
keluarkan napas.
z. saat mengeluarkan napas, batukkan.
87
87
88
88
89
89
DOKUMENTASI
Gambar Pengkajian Pada Keluarga
Gambar Memeriksa Tekana Darah
Gambar Melakukan Perkusi
Gambar Melakukan Vibrasi
90
90
91
91
Recommended