View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGUE HAEMORRAGIC FEVER
(DHF) DENGAN MASALAH RESIKO PERDARAHAN DI RUMAH
SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG
Cita Fransiska, Sr. Felisitas A Sri S, Maria Magdalena Setyaningsih
Prodi D-III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang
E-mail: Cita fransiska7@gmail.com
ABSTRAK
Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypty, sehingga dapat terjadi penurunan trombosit dan
kebocoran plasma yang beresiko terhadap perdarahan. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dewasa dengan Dengue Haemorragic Fever (DHF) dengan masalah
Resiko Perdarahan dengan menggunakan metode studi kasus. Waktu penelitian pada pasien satu dan
pasien dua bulan Maret 2019 dan masing-masing dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari,
dengan intervensi dan implementasi yang sama. Berdasarkan hasil penelitian, pada pasien satu tidak
terjadi perdarahan dengan memenuhi tiga dari empat kriteria hasil yaitu tanda-tanda vital dalam rentang
normal, nilai hemoglobin dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda perdarahan. Pada pasien kedua
tidak terjadi perdarahan dengan memenuhi semua kriteria hasil yang telah di tetapkan. Oleh karena itu,
pada pasien DHF dengan resiko perdarahan perlu dilakukan monitoring hasil laboratorium trombosit
dan keadaan klinis pasien sehingga resiko perdarahan tidak terjadi.
Kata kunci : Dengue Haemorragic Fever (DHF), Resiko Perdarahan
ABSTRACT
Dengue Haemorragic Fever (DHF) is a infectious disease caused by the dengue virus which is
transmitted through the bite of aedes aegypty, so it can be decreasing trombochyte and plasma leakage
at risk of bleeding. This study intend to do implementing the Nursing Care in Adult Patients with
Dengue Haemorragic Fever (DHF) with a risk of bleeding problems using the case method. Research
time on the first patient and the second patient, on March 2019 and each one nursing care for three
days, with the same intervention and the implementation. Based on research results, the first patient is
not bleeding with fulfill three of the four criteria, is a the results of vital signs within normal ranges,
hemoglobin values within normal limits, there are no signs of bleeding. In the second patient is not
bleeding by fulfilling all criteria of the results has been set. Therefore, in DHF patients with bleeding
risk should be to monitored platelet laboratory results and clinical status of the patient's so that the
risk of bleeding does not occur.
Keywords: Dengue Haemorragic Fever (DHF), Risk of Bleeding
3
PENDAHULUAN
Dengue Haemorraghic fever (DHF) atau demam
berdarah dengue adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus
dengue yang telah masuk ke dalam tubuh akan
menimbulkan viremia (virus di dalam aliran
darah) dengan gejala demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, bintik merah pada kulit, dan kelainan
yang mungkin terjadi pada sistem
retikuloendotial seperti pembesaran kelenjar-
kelenjar getah bening,hati dan limpa (Soegeng,
2012.
Data World Health Organization (WHO) tahun
2014, penderita penyakit DHF mencapai 2,5-3
miliar, terutama yang tinggal di negara tropis
maupun subtropis, dengan perkiraan 50 juta
infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia
setiap tahun (Elvin, 2016). Proporsi penderita
terbanyak yang mengalami DHF pada anak-anak
usia 5-14 tahun mencapai 34,49%, dan
mengalami pergeseran dengan adanya
peningkatan proporsi penderita pada kelompok
umur 15-44 tahun mencapai 42,72%, sedangkan
pada kelompok umur >45 tahun sangat rendah
berkisar 3,64% ( Depkes, RI 2012). Penderita
DHF yang di rawat di Rumah Sakit Panti Waluya
Malang pada tahun 2018 sebanyak 108 orang,
pada kelompok umur 5-15 tahun, 15-44 tahun
dan ≥45 tahun (Data RM RSPW, 2018).
Fenomena yang di temukan oleh penulis saat
praktik klinik di Rumah Sakit Panti Waluya pada
bulan Januari 2017 di ruang St.Anna Bawah
(STAB) dan Placida Paviliun (PP) terdapat 2
pasien dengan diagnosa medis DHF, pasien
pertama, laki-laki, usia 19 tahun, dengan keluhan
demam naik turun selama 5 hari disertai kepala
pusing, badan lemas, dan di sertai mual, nyeri
persendian didapatkan data pemeriksaan tanda-
tanda vital yaitu tekanan darah 100/70 mmHg,
nadi 80x/menit, RR 22x/menit, suhu 38ºC, pada
pemeriksaan laboratorium hasil trombosit
129.000/µl, saat dilakukan uji tourniquet,
didapatkan hasil tidak tampak ptekie menyebar
di bawah kulit, dan tidak tampak perdarahan
pada hidung, gusi, telinga, dan di bawah kulit
(ptekie). Pada pasien kedua, laki-laki, usia 27
tahun, dengan keluhan demam naik turun selama
7 hari, disertai mual di dapatkan data
pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan
darah 110/70 mmHg , nadi 80x/menit , suhu
38ºC , RR :18x/menit, pada pemeriksaan
laboratorium hasil trombosit 100.000/µl, saat
dilakukan uji tourniquet, didapatkan hasil tidak
tampak ptekie menyebar di bawah kulit
Peran Perawat yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah resiko perdarahan adalah
memberikan Asuhan Keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi ,
implementasi, dan evaluasi. Selain itu,
penatalaksanaan yang bisa dilakukan kepada
4
pasien DHF dengan resiko perdarahan yaitu
dengan menganjurkan klien untuk banyak
minum, istirahat, menerapkan tindakan
pencegahan dan keselamatan, memantau tanda-
tanda vital, memberi kompres hangat, dan
memotivasi pentingnya minum obat secara
teratur (Depkes, RI, 2012).
METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus
pada pasien Dengue Haemorragic Fever (DHF)
dengan masalah Resiko Perdarahan di ruang
rawat inap dewasa Rumah Sakit Panti Waluya
Malang.
HASIL
Pada studi kasus ini diperoleh hasil sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pada pasien 1 masuk rumah sakit pada tanggal
25-3-2019 dengan keluhan demam disertai mual,
tidak nafsu makan, pusing, dan nyeri pada
persendian. Di UGD dilakukan pemeriksaan lab
darah dan didapatkan hasil Trombosit :
109.000/µl, Leukosit : 3,12/µl, Hemoglobin :
13,0 dan hasil Pemeriksaan TTV TD: 110/70
mmHg , N : 82x/menit , RR : 16x/menit , S :
38,2 C. Keadaan umum : klien lemah, terpasang
infus RL 10tpm, akral teraba hangat, tidak ada
perdarahan di bawah kulit, telinga, hidung, dan
gusi.
Pada pasien 2 masuk rumah sakit pada tanggal
28-3-2019 dengan keluhan pasien demam
disertai mual, nyeri pada ulu hati, badan lemas
dan kelemahan pada otot, di rumah hanya di
berikan paracetamol dan di kompres. badan
terasa lemas. Di lakukan pemeriksaan darah dan
didapatkan hasil trombosit : 53.000/µl , Leukosit
: 7,89/ µl, Hemoglobin : 17,9/ dan hasil
pemeriksaan TTV TD: 110/70mmHg, N :
80x/menit, RR : 20x/menit, S: 38,5 akral
teraba hangat, tidak tampak perdarahan dibawah
kulit, gusi, hidung, dan telinga.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dapat ditegakkan
diagnose pada pasien 1 dan 2 yaitu Resiko
Perdarahan berhubungan dengan Gangguan
Koagulasi (Trombositopeni)
3. Intervensi Keperawatan
Pada pasien 1 dan 2 telah ditetapkan intervensi
yang sama, pada intervensi untuk diagnose
Resiko Perdarahan sudah sesuai dengan teori.
Penulis merencanakan 11 intervensi yang sama
yang akan dilakukan pada kedua pasien karena
setiap intervensi yang akan dilakukan tersebut
sesuai dengan kondisi terkini pasien yang didapat
saat pengkajian. Intervensi yang telah
direncanakan bagi kedua pasien telah sesuai
dengan teori menurut Ackley (2011) yaitu pantau
hasil laboratorium untuk mengevaluasi resiko
terjadinya perdarahan termasuk trombosit, Hb,
dan Ht. Menurut Nurarif dan Kusuma (2013),
5
intervensi berupa menganjurkan pasien
menggunakan sikat gigi yang lunak untuk
menghindari terjadinya penekanan berlebih pada
area gusi. Menurut Yekti (2011) intervensi
berupa anjurkan untuk banyak minum air putih
1,5 liter/hari untuk mencegah terjadinya
dehidrasi. Menurut teori Giyatmo (2013),
memberi jus jambu selama 3 hari dalam jumlah
pemberian 1 kali perhari berturut turut berguna
untuk membantu meningkatkan trombosit yang
hasilnya dapat dilihat pada pemeriksaan
laboratorium.
4. Implementasi Keperawatan
Pada pasien 1 dari 2 seluruh intervensi yang telah
direncanakan semua dilakukan sesuai dengan
kondisi pasien dan dilakukan tindakan
keperawatan yang telah disetujui sebelumnya,
tindakan di lakukan berdasarkan inform consent
dari pasien dan keluarga.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada pasien 1 memenuhi 3 kriteria hasil dari 4
kriteria hasil yaitu tanda-tanda vital dalam
rentang normal, nilai hemoglobin dalam batas
normal, tidak ada tanda-tanda terjadi perdarahan.
Pada pasien kedua memenuhi semua kriteria
hasil yang telah ditetapkan, sehingga evaluasi
dalam 3x24 jam selama perawatan di rumah
sakit, tidak terjadi perdarahan.
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pasien 1 berjenis kelamin perempuan usia 18
tahun di tegakkan diagnose DHF oleh dokter,
yang ditunjang dengan hasil laboratorium
mengalami penurunan trombosit yaitu
109.000/µl, pasien juga mengalami gejala-gejala
berupa demam naik turun seperti bentuk pelana
kuda selama 3 hari dengan suhu : 38,2 , pusing,
mual, tidak nafsu makan, dan kelemahan pada
otot. Pada pemeriksaan fisik ditemukan bibir
kering, akral teraba hangat, tidak terdapat
perdarahan pada hidung,pada telinga,pada gusi,
dan perdarahan bawah kulit. Pada pasien ke 2
berjenis kelamin laki-laki usia 20 tahun oleh
dokter ditegakkan diagnose DHF yang di tunjang
dengan jumlah trombosit yaitu 53.000/µl,
Hemoglobin : 17,9/µl , jumlah Hematokrit 51,8.
Pasien juga mengalami tanda dan gejala penyakit
DHF seperti demam naik turun seperti bentuk
pelana kuda selama ±5 hari dengan suhu :38,5 C
pada pemeriksaan fisik bibir pasien kering, akral
teraba hangat, konjungtiva pucat, tidak terdapat
perdarahan pada hidung, pada telinga,pada gusi,
dan perdarahan bawah kulit.
Kondisi ini sesuai dengan teori Soegijanto (2012)
bahwa resiko perdarahan merupakan penurunan
volume darah yang mempengaruhi kesehatan,
dapat terjadi permeabilitas kapiler meningkat, hal
tersebut menyebabkan kandungan trombosit
dalam darah berkurang, atau yang di kenal
dengan trombositopenia.
6
2. Diagnosa Keperawatan
Pasien 1 dan 2 mengalami resiko perdarahan
dibuktikan bahwa pasien mengalami demam naik
turun seperti bentuk pelana kuda lebih dari tiga
hari , pada pemeriksaan laboratorium mengalami
penurunan pada jumlah trombosit. Kondisi ini
mengakibatkan pasien ditegakkan diagnosa
resiko perdarahan berhubungan dengan
gangguan koagulasi (trombositopeni). Pada
tujuan yang telah ditetapkan pada kedua pasien
sudah sesuai dengan teori pada tinjauan pustaka
yanag mengatakan bahwa menetapkan tujuan
keperawatan bagi pasien DHF yang mengalami
resiko perdarahan adalah dapat mempertahankan
nilai trombosit dalam batas normal.
3. Intervensi Keperawatan
Pada pasien 1 dan 2 telah ditetapkan intervensi
yang sama, pada intervensi untuk diagnose
Resiko Perdarahan sudah sesuai dengan teori.
Penulis merencanakan 11 intervensi yang sama
yang akan dilakukan pada kedua pasien karena
setiap intervensi yang akan dilakukan tersebut
sesuai dengan kondisi terkini pasien yang didapat
saat pengkajian. Intervensi yang telah
direncanakan sesuai dengan teori menurut
Ackley (2011) yaitu pantau hasil laboratorium
untuk mengevaluasi resiko terjadinya perdarahan
termasuk trombosit, Hemoglobin, dan
Hematokrit. Menurut Yekti (2011) intervensi
berupa anjurkan untuk banyak minum air putih
1,5 liter/hari untuk mencegah terjadinya
dehidrasi. Menurut teori Giyatmo (2013),
memberi jus jambu selama 3 hari dalam jumlah
pemberian 1 kali perhari berturut-turut berguna
untuk membantu meningkatkan trombosit yang
hasilnya dapat dilihat dari pemeriksaan
laboratorium.
4. Implementasi Keperawatan
Menurut penulis, Implementasi yang dilakukan
kepada pasien 1 dilakukan sesuai dengan
intervensi 1 sampai 11 sesuai dengan kondisi
pasien dan tindakan dilakukan berdasarkan
Informed Consent dari klien dan keluarga. Pada
kedua pasien dilakukan tindakan keperawatan
yang sama yaitu mengobservasi intake dan
output seperti mual, muntah, IWL
mengidentifikasi tanda dan gejala perdarahan ,
memantau hasil pemeriksaan laboratorium,
menganjurkan istirahat, dan menganjurkan untuk
banyak minum air putih,
Hal diatas sesuai dengan teori menurut Debora
(2013) dengan melakukan implementasi sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan pasien untuk
dapat mencapai kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Serta, implementasi juga disesuaikan
menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2016) yang
berisi memonitoring tanda-tanda-vital,
memantau pemeriksaan laboratorium,
memberikan penekanan selama 5 menit setelah
selesai ambil darah, mempertahankan bedrest,
menjelaskan tanda dan gejala perdarahan,
7
menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung vitamin K, dan
Kolaborasi pemberian obat pengontrol darah jika
perlu. tanda gejala perdarahan.
5. Evaluasi Keperawatan
Pasien 1 dan 2 setelah dilakukan perawatan
selama 3 hari , pasien pertama sudah tidak
demam, tidak lemas, hasil tanda-tanda vital
dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda
perdarahan pada hidung, gusi, telinga ,
perdarahan bawah kulit , tetapi pada hasil
trombosit menurun dan masih dalam batas
normal. Pada pasien kedua sudah tidak demam,
tidak nyeri pada ulu hati, nafsu makan
meningkat, tidak ada tanda-tanda perdarahan
gusi, telinga, hidung dan perdarahan bawah kulit,
dan mengalami peningkatan pada jumlah
trombosit. Pasien 1 dan pasien 2 mampu
mencapai 4 kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), bahwa
pasien menunjukkan selama 3 hari tidak terjadi
perdarahan hasil yang diperoleh adalah keadaan
pasien awalnya lemah kini sudah mulai
membaik, tanda-tanda vital normal, nilai
hemoglobin dalam batas normal, nilai trombosit
pasien selama 3 hari mengalami peningkatan
setiap harinya.
KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pasien dewasa yang
mengalami Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
dengan masalah Resiko Perdarahan telah
dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 selama
3x24 jam di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.
Pada pasien 1 dan 2 tidak terjadi perdarahan,
karena tercapainya 4 kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, Betty.J. & Ladwig, Gail.B 2010,
Nursing Diagnosis Handbook : An
Evidence Based Guild to Planning Care.
USA: Deborah L, Vogel
Depkes, RI. 2012. Demam Berdarah Meningkat
di Januari. Di akses : 12 Mei
2015. www.depkes.go.id
Dinkes Kabupaten Kota Malang. 2017. Buku
Saku Profil Kesehatan Kabupaten
Malang. Dinas Kesehatan Kabupaten
Malang
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2015. Profil
Kesehatan Jawa Timur 2015, Surabaya
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Kemenkes RI. Pencegahan Dan Pemberantasan
Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit
Dan Penyehatan Lingkungan : 2011
Nurarif A.H dan Kusuma H. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta : Medi Action
8
Soegeng, Soegijanto. 2012. Demam Berdarah
Dengue. Jakarta : Salemba Medika
Riset Kesehatan Dasar Kota Malang. (2017).
Profil Kesehatan Kota Malang, Jawa
Timur, Indonesia
Tim Pokja SDKI PPNI, 2016. Standart
Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
WHO. Preventing Dengue and Dengue
Haemorrhagic Fever. Division of
Comunicable Disease, Geneva
:
9
10
11
12
Recommended