View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Gangguan Kebutuhan
DasarOksigenasi : Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas di RSUD. dr.Pringadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh :
MARIA ANASTASIA SIMANJUNTAK
142500061
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Prioritas masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Oksigenasi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di RSUD. dr. Pirnngadi Medan”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan ahli madya keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,motivasi, doa, bimbingan dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena ini pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep. Ns, M.Kep, Sp KMB, selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji saya.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp,M.Kep, Sp. Mat, selaku wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Prodi DIII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Ikhsanuddin A Harahap, S.Kp,MNS, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, serta dengan sabar membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah.
7. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS, selaku dosen pembimbing akademik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
8. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 9. Yang paling saya sayangi dan cintai, kepada kedua orang tua saya, Bapak Tagor
Simanjuntak, Ibu Lamria Silalahi, abang saya Alex, Andrew, Arnold, Tommy beserta keluarga yang tidak lelah memberi motivasi, semangat, perhatian dan kasih sayang, serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.
10. Teman-teman fakultas keperawatan saya, Carolina Sinaga, Dede Atika, Desi Puspita, Eka Rina, Jessica Yolanda, Noviyanti, Novita Fransisca dan seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan stambuk 2014 yang telah mendukung dan memberi motivasi selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Teman-teman satu bimbingan dengan saya, Naomi Munthe dan Noviyanti Simanjuntak, yang selalu memberi dukungan serta motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Universitas Sumatera Utara
12. Teman-teman terkasih saya, Gita Wulandari, Joice Nermia, Miryam Asi, Rissa Theresia dan Sandra Pradipta beserta Yenni CS, Noni Clara, Ati yang selalu memberi motivasi,bantuan, mengingatkan saya untuk tetap bersyukur, menjaga kesehatan serta dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
13. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempatan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2017
Maria Anastasia Simanjuntak
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ...................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1 1.2 Tujuan .....................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Khusus ........................................................................2 1.2.2 Tujuan Umum ........................................................................2
1.3 Manfaat ....................................................................................................2 1.3.1 Manfaat Teoritis....................................................................2 1.3.2 Manfaat Praktis.....................................................................2
Bab II Pengelolaan Kasus
2.1 Konsep Dasar pada Pasien Tuberkulosis ..................................................4
2.1.1 Defenisi tuberkulosis...........................................................4
2.1.2 Etiologi tuberkulosis.............................................................4
2.1.3 Klasifikasi Tuberkulosis.......................................................4
2.1.4 Penularan dan faktor-faktor resiko.......................................5
2.1.5 Patofisiologi..........................................................................5
2.1.6 Manifestasi Klinis.................................................................6
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang........................................................7
2.1.8 Penatalaksanaan...................................................................7
2.2 Konsep Dasar Prioritas Oksigenasi.....................................................9
2.2.1 Definisi Oksigenasi..............................................................9
2.2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi....9
2.2.3 Proses Oksigenasi................................................................10
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi.........................11
2.2.5 Masalah Kebutuhan Oksigenasi...............................................11
Universitas Sumatera Utara
2.3 Gangguan Kebutuhan Oksigenasi......................................................13
2.3.1 Pengkajian............................................................................13
2.3.2 Rumusan Masalah.............................................................14
2.3.3 Perencanaan.......................................................................14
2.4 Asuhan Keperawatan Kasus..............................................................18
2.4.1 Pengkajian...........................................................................18
2.4.2 Pemeriksaan fisik.................................................................21
2.4.3 Analisa Data..........................................................................23
2.4.4 Rumusan Masalah................................................................24
2.4.5 Perencanaan.........................................................................25
2.4.6 Pelaksanaan.........................................................................28
Bab III Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan..............................................................................32
3.2 Saran.......................................................................................33
Daftar Pustaka...........................................................................................34
Lampiran 1................................................................................................35
Lampiran 2................................................................................................44
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap
manusia memiliki lima kebutuhan dasar. Dasar paling bawah atau tingkat pertama,
termasuk kebutuhan fisiologi seperti udara, air dan makanan. Tingkat kedua yaitu
kebutuhan keamanan dan perlindungan, termasuk juga keamanan fisik dan psikologis.
Tingkat ketiga berisi kebutuhan akan cinta dan memiliki, termasuk didalamnya hubungan
pertemanan, hubungan sosial, hubungan cinta. Tingkat keempat yaitu kebutuhan akan
penghargaan diri, termasuk juga kepercayaan diri, pendayagunaan, penghargaan, dan nilai
diri. Tingkat terakhir merupakan aktualisasi diri, keadaan pencapaian potensi, dan
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan
kehidupan ( Potter & Perry, 2009).
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-
menerus dan oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas ( Tarwoto &
Wartonah, 2010).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi saluran pernafasan guna mempertahankan jalan nafas yang bersih
serta inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat ( Nic,Noc, 2013).
Di masyarakat tentunya sering kita jumpai kasus TBC. Adapun pengertian dari
Tuberkulosis adalah merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru,
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis ( Somantri, 2009).
Berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi
dengan baik. Untuk itu dalam karya tulis ilmiah ini penulis mengangkat kasus
Tuberculosis dengan prioritas masalah kebutuhan dasar oksigenasi di RSUD. Dr. Pirngadi
Medan. Dengan masalah yang menjadi diagnosa keperawatan yang dialami oleh pasien
adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Adapun tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengidentifikasi
pemberian asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi di
Rumah Sakit Umum Daerah. DR. Pirngadi Medan.
1.2.2 Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada klien dengan masalah
kebutuhan dasar oksigenasi.
b. Mengidentifikasi analisa data kemudian merumuskan diagnosa
keperawatan yang tepat berdasarkan hasil pengkajian pada klien dengan
masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang tepat pada klien dengan
masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
d. Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang tepat pada klien dengan
masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam
pengembangan ilmu yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Praktik Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber tambahan
pengetahuan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
b. Pendidikan Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi yang dapat digunakan
sebagai pedoman bagi praktik mahasiswa keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
c. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan
dasar oksigenasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar pada Pasien Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mycobacterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan yang sebagian besar masuk kedalam jaringan paru. Tuberculosis
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan mycobacterium tuberculosis
yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh tubuh organ lainnya (Amin &
Hardhi, 2016).
2.1.2 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan
sinar ultraviolet. Ada dua tipe mycobacterium yaitu yang pertama tipe human
yang berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari penderita
TBC dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. Tipe yang
kedua adalah tipe bovin, berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus.
Setelah organisme terinhalasi dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran
darah yang dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi laten dapat
bertahan sampai bertahun-tahun ( Andra & Yessie, 2013).
2.1.3 Klasifikasi Tuberkulosis
Klasifikasi Tb paru dibagi sebagai berikut :
a. TB paru BTA positif dengan kriteria :
Dengan atau tanpa gejala klinik seperti BTA positif : mikrokospik
positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif 1
kali atau disokong radiologik positif 1 kali
Universitas Sumatera Utara
b. TB paru BTA negatif dengan kriteria :
Gejala klinik dan gambaran radiologi sesuai dengan TB paru aktif
BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologi positif
c. Bekas TB paru dengan kriteria
Bakteriologik ( mikroskopik dan biakan) negatif, gejala klinik
tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru. Radiologik
menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto
yang tidak berubah dan ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat
( lebih mendukung).
2.1.4 Penularan dan Faktor-faktor Risiko
Individu yang beresiko tinngi untuk tertular tuberkulosis adalah :
a. Mereka yang kontak dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Penggunaan obat-obat iv dan alkoholik.
c. Imigran dari negara dengan insiden TB paru yang tinggi
d. Setiap individu yang tinggal di institusi, misalnya seperti fasilitas
keperawatan jangka panjang,institusi psikiatrik, penjara
e. Individu yang tinggal di daerah perumahan substandard kumuh
f. Petugas kesehatan
g. Risiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya
organisme yang terdapat di udara
2.1.5 Patofisiologi
Seseorang yang dicurigai menghirup basil Mycobacterium tuberculosis
akn menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan napas ke alveoli, di mana
pada aderah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil
ini bisa juga melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh lain. Sistem
kekebalan tubuh berespon sama dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag menmfagositosis ( menelan) bakteri. Limfosit yang spesifik
terhadap tuberkulosis menghancurkan ( melisiskan) basil dan jaringan normal.
Universitas Sumatera Utara
Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelahterpapar.
Penyakitakan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena
respon sitem imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif juga timbul akibat infeksi
ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi
ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menjadi perkijuan. Tuberkel yang
ulserasi mengalami proses penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru-paru
yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan bronkopneumonia,
pembentukan tuberkel. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam
sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi limfosit ( membutuhkan 10-20 hari). Daerah
yang mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid
dan fibroblast akan menimbulkan respons berbeda dan akhirnya membentuk
suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel ( Somantri, 2009).
2.1.6 Manifestasi klinis
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan
gejala sistemik :
a. Gejala respiratorik
Batuk seperti gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
Kemudian batuk darah seperti darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau
darah segar dengan jumlah yang sangat banyak. Selanjutnya sesak napas
seperti gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,anemia dan lain-lain
dan nyeri dada seperti nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan dan gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi :
Universitas Sumatera Utara
Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lama
makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
Keringat pada malam hari, anoreksia, penurunan berat badan dan
kehilangan nafsu makan
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu hingga bulan,
akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,sesak napas.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis paru, yaitu :
a. Laboratorium darah rutin hasilnya LED normal/meningkat
b. Pemeriksaan sputum BTA untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
c. Tes tuberkulin untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
d. Pemeriksaan radiologi untuk rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu seperti bayangan
lesi terletak di lapangan paru, bayangan berwarna ( patchy) atau bercak (
nodular), adanya kavitas, tunggal atau ganda, kelainan bilateral terutama pada
lapangan paru, bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
2.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis yang dapat dilakukan adalah :
a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Jenis obat utama yang digunakan adalah rimfapisin, INH, pirazinamid,
streptomisin, etambutol. Kombinasi dosis tetap, terdiri dari empat obat
antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifamphisin 150mg, isoniazid 75mg,
pirazinamid 400mg, dan etambutol 275mg. Tiga obat anti tuberkulosis dalam
satu tablet, yaitu rimpafisin 150 mg, isoniazid 75 mg, dan pirazinamid 400mg
b. Pengobatan suportif
Penderita rawat jalan makan makanan yang bergizi, bila dianggap
perlu dapat diberikan vitamin tambahan, bila demam dapat diberikan obat
penurunan demam, bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala
batuk, sesak nafas atau keluhan lain.
Universitas Sumatera Utara
Penderita rawat inap
Penderita TB disertai keadaan/ komplikasi sbb: batuk darah, keadaan umum
buruk. Tb di luar paru yang mengancam jiwa seperti TB paru militer
c. Terapi pembedahan
Indikasi mutlak, semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat
tetapi dahak tetap positif, penderita batuk darah yang masih tidak dapat
diatasi dengan cara konservatif.
Indikasi relatif, penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah
berulang dan kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
Universitas Sumatera Utara
2.2 Konsep Dasar Prioritas Oksigenasi
2.2.1 Definisi
Oksigen suatu gas tak berwarna dan tak berbau yang terkandung dalam sekitar
21% udara yang kita hirup, sangat dibutuhkan bagi semua kehidupan sel Barbara
Kozier et al. (2011).
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara
terus-menerus.(Tarwoto & Wartonah, 2010).
2.2.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
a. Saluran pernapasan bagian atas
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang memuat
kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung
dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh
darah. Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui
hidung oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian
dihangatkan serta dilembabkan.
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak
sampai esofagus yang terletak dibelakang nasofaring (dibelakang hidung),
dibelakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring (laring faring). Laring
merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri dari atas bagian dari
tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri dari atas dua
lamina yang bersambung di garis tengah. Epiglotis merupakan katup tulang rawan
yang bertugas membantu menutup laring pada saat proses menelan.
b. Saluran pernapasan bagian bawah
Trakea disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih
sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrata torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tidak lengkap berupa cinci, dilapisi selaput lendir terdiri atas epitelium
bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar
Universitas Sumatera Utara
daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah dan bawah, sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan
bawah. Dan bronkioulus merupakan saluran percabangan setelah bronkus
(Hidayat,2006).
2.2.3 Proses Oksigenasi
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu ;
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di
pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer
dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,
demikian sebaliknya, semakin rendah tempat maka tekanan udara semakin
tinggi. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang, kemampuan ini
dipengaruhi oleh faktor, yaitu adanya surfaktan yang terdapat di alveoli yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan torak. Recoil adalah
kemampuan mengeluarkan karbondioksida atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik namun recoil terganggu, maka karbondioksida tidak
dapat keluar secara maksimal.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan karbondioksida di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran
ini dipengaruhi oleh luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi yang
terdiri atas epitel alveoli dan intertisial, perbedaan tekanan dan konsentrasi
oksigen.
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses perdistribusian oksigen kapiler ke
jaringan tubuh dan karbondioksida jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas
dapat dipengaruhi oleh curah jantung, kondisi pembuluh darah,latihan,
perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta
eritrosit dan kadar Hb.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi
a. Faktor Perilaku
Nutrisi seperti olahraga yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen,
merokok zat nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner. Penyalahgunaan substansi (alkohol atau obat-obatan) dapat
menyebabkan masukan nutrisi menurun akibat penurunan hemoglobin,
alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan. Kecemasan dapat
menyebabkan metabolisme meningkat.
b. Faktor Lingkungan
Tempat kerja seperti temperatur lingkungan dan ketinggian tempat dari
permukaan laut.
c. Faktor perkembangan
Dewasa muda dan pertengahan dapat mempengaruhi diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
2.2.5 Masalah Kebutuhan Oksigenasi
a. Hipoksia merupakan kondusi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh atau peningkatakan oksigen dalam sel, ditandai dengan warna
kebiruan pada kulit dan disebabkan oleh menurunnya kadar Hb.
b. Perubahan pola pernapasan
Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari
29x/mnt. Bradypnea merupakan pola pernafasan yang lambat kurang dari
10x/mnt. Hiperventilasi adalah cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan
jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hipoventilasi
merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang
dilakukan pada saat ventilasi alveolar. Dispnea merupakan perasaan sesak dan
berat saat bernapas. Orthopnea merupakan kesulitan bernapas kecuali pada saat
duduk atau berdiri.
c. Obstruksi jalan napas
Universitas Sumatera Utara
Obstruksi jalan napas merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat
ketidakmampuan batuk secara obstruktif dan disebabkan oleh sekret yang
kental.Tanda klinis seperti batuk tidak efektif, tidak mampu mengeluarkan sekresi
di jalan napas, suara napas menunjukkan adanya sumbatan dan jumlah,irama, dan
kedalaman pernapasan tidak normal.
d. Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun
karbon dioksida antara alveoli dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekret
kental atau penyakit radang pada paru.
Terjadinya pertukaran gas ini menunjukkan kapasitas difusi menurun, antara lain
disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi, dan terganggunya aliran
darah. Tanda klinis seperti dispnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada
fase ekspirasi panjang, lelah, meningkatnya tahanan vaskular paru, menurunnya
saturasi oksigen.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan secara komprehensif pada Tn. M dengan diagnosa medis
Tuberkulosis 29 Mei 2017 dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa.
Pengkajian keperawatan terhadap status oksigenasi terdiri atas pengkajian riwayat,
pemeriksaan fisik, dan tinjauan data diagnostik yang relevan.
a. Riwayat keperawatan
Sebuah riwayat keperawatan komprehensif yang relevan dengan status
oksigenasi harus mencakup data tentang masalah pernapasan saat ini dan masa
lalu, gaya hidup, apakah ada batuk, sputum ( material yang dibatukkan), nyeri,
pengobatan untuk pernafasan, dan apakah ada faktor risiko gangguan status
oksigenasi. Contoh pertanyaan wawancara untuk mendapatkan informasi ini di
tunjukkan dalam wawancara pengkajian.
b. Pemeriksaan fisik
Dalam mengkaji status oksigenasi klien, perawat menggunakan empat
teknik pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Perawat pertama kali mengobservasi frekuensi, kedalaman, irama, dan kualitas
pernafasan, dengan memperhatikan posisi klien saat bernapas. Beberapa klien
yang mengalami masalah pernapasa kronis memilih untuk mencondongkan
tubuhnya kedepan dari batas pinggang untuk memudahkan pernapasan atau
memilih untuk duduk bersandar pada meja di depannya karena posisi ini
memungkinkan ekspansi paru yang lebih besar. Posisi telungkup atau miring
membatasi ekspansi bagian thoraks (bagian yang disandari). Peningkatan
ekspansi paru yang relatif kecil ini mungkin sangat penting bagi klien dispnea.
Keragaman bentuk toraks dapat menunjukkan adaptasi terhadap masalah
pernapasan kronis. Misalnya, klien emfisema sering kali mempunyai dada
berbentuk seperti tong ( barrel chest).
c. Pemeriksaan diagnostik
Dokter dapat memprogramkan berbagai pemeriksaan diagnostik untuk
mengkaji status pernapasan, fungsi, dan oksigenasi. Program ini terdiri atas
spesimen sputum, biakan tenggorok, dan prosedur visualisasi, spesimen darah
vena dan arteri, dan pemeriksaan/uji paru. Pengukuran gas darah arteri
merupakan sebuah prosedur diagnostik yang sangat penting. Spesimen darah
Universitas Sumatera Utara
arteri biasanya diambil oleh perawat spesialis, terapis pernafasan, atau teknisi
medis.
Darah untuk pemeriksaan ini diambil secara langsung dari arteri radialis,
brakialis, atau arteri femoralis atau dari kateter sentral yang terpasang di arteri
besar. Karena tekanan darah di arteri ini relatif besar, penting untuk mencegah
perdarahan dengan memberi tekanan pada tempat tpungsi selama 5 menit
setelah mencabut jarum.
d. Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan fungsi paru mengukur volume dan kapasitas paru. Klien
yang menjalani pemeriksaan fungsi paru, biasanya dilakukan oleh ahli terapi
pernapasan, tidak membutuhkan anestesi. Klien bernapas dalam sebuah mesin.
Pemeriksaan ini tidak menyakitkan, tetapi kerja sama klien sangat penting.
Perawat sebelumnya perlu menjelaskan pemeriksaan sering kali melelahkan.
2.3.2 Rumusan Masalah
Masalah-masalah oksigenasi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas
2.3.3 Perencanaan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan
bersihan jalan napas (Nic, Noc,2013).
Ada beberapa batas karakteristik seperti suara napas tambahan, perubahan
frekwensi napas, perubahan irama napas, dipsneu, sputum dalam jumlah yang
berlebihan, batuk yang tidak efektif, gelisah, mata terbuka lebar.
Faktor-faktor yang berhubungan seperti lingkungan terdapat perokok pasif,
mengisap asap dan merokok. Obstruksi jalan nafas seperti spasme jalan nafas,
materi asing dalam jalan nafas, sekresi bertahan/sisa sekresi, sekresi dalam bronki.
Fisiologis seperti jalan napas alergik, asma, penyakit paru obstuktif kronik,
infeksi.
Universitas Sumatera Utara
Mengukur penyelesaian dari diagnosis adalah respiratory status seperti
ventilation dan respiratory status seperti airwat patency.
Kriteria hasil yang diharapkan adalahmendemontatrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu ( mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah tidak ada pursed lips). Menunjukkan
jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal). Mampu
mengindentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas.
Intervensi keperawatan yang disarankan adalah kaji fungsi napas
auskultasi bunyi suara nafas,bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan
sesuai keperluan, berikan oksigen untuk memenuni kebutuhan oksigen, gunakan
alat yang steril setiap melakukan tindakan, anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas,ajarkan keluarga pentingnya untuk tidak meroko dalam ruang perawatan,
posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, kkeluarkan sekret dengan batuk
atau suction
Auskultasi suara nafas,catat adanya suara tambahan, berikan pelembab udara
kassa basah NaCl lembab,atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
dan pemberian obat sesuai indikasi.
b. Ketidakefektifan pola nafas
Ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat ( Nic, Noc, 2013)
Ada beberapa batas karakteristik seperti perubaahan kedalaman pernafasan,
bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan ventilasi semenit, dispneu,
pernapasan cuping hidung, ortopneu, fase ekspirasi memenjang, pernapasan bibir,
takipneu, penggunaan otot aksesorius untuk bernapas.
Faktor-faktor yang berhubungan seperti ansietas, posisi tubuh, keletihan,
hiperventilasi, obsesitas, nyeri.
Mengukur penyelesaian dari diagnosis adalah respiratory status seperti
ventilation dan respiratory seperti airway patency, vital sign status.
Kriteria hasil yang diharapkan adalah mendemontrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips ). Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
Universitas Sumatera Utara
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal). Tanda Tanda
vital dalam rentang normal (tekanan dara, nadi, pernafasan.
Intervensi keperawatan yang disarankan kaji fungsi pernafasan, auskultasi
bunyi nafas, buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu,
posisikan pasien untuk memaksimalkan vertilasi, keluarkan sekret dengan batuk
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan, berikan pelembab udara
kassa basah NaCl lembab, atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan,bersihkan mulut, hidung dan secret trakea, pertahankan jalan nafas
yang paten, pertahankan posisi pasien,observasi adanya tanda tanda hipoventilasi,
monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigen. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR, catat adanya fluktasi tekanan darah, monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri, auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan, monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas, monitor frekuensi dan irama
pernapasan,monitor pola pernapasan abnormal, monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit, identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
c. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit pada iksigenasi
dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler ( Nic, Noc,
2013)
Ada beberapa batas karakteristik seperti pH darah arteri abnormal, pernapasan
abnormal ( mis.,kecapean, irama, kedalaman), warna kulit abnormal ( mis.,pucat,
kehitaman), penurunan karbon dioksida, dispnea,sakit kepala saat bangun,
hiperkapnia, hipiksemia, hipoksia, iritabilitas, napas cuping hidung,
gelisah,samnolen, takikardi, gangguan penglihatan.
Mengukur penyelesaian dari diagnosis adalah respiratory status seperti gas
exchange, respiratory status seperti ventilation dan vital sign status.
Kriteria hasil yang diharapkan adalah mendemontrasikan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, memelihara kebersihan paru paru dan
bebas dari tanda tanda distress pernafasan, mendemontrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips), tanda tanda vital
dalam rentang normal.
Universitas Sumatera Utara
Intervensi keperawatan yang sarankan adalah buka jalan nafas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu, posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi, keluarkan sekret dengan batuk atau suction, auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan, berikan pelembab udara, atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan, monitor respirasi dan status O2, monitor rata-
rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi, catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraciavicular dan
intercostal, monitor suara nafas, seperti dengkur, monitor pola nafas seperti
bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, auskultasi suara
nafas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
entukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
Universitas Sumatera Utara
2.4 Asuhan Keperawatan Kasus
2.4.1 Pengkajian
PROGRAM D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 42 tahun
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Utama, Gang Manat
Tanggal Masuk RS : 22-05-2017
No. Register : 00.91.62.56
Ruangan/kamar : R-XVIII/bed 19
Tanggal Pengkajian : 29-05-2017
Diagnosa Medis : TB paru
b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sesak nafas, batuk disertai dengan sputum dan menggigil.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Provocative/palliative
Apa penyebabnya :
Klien mengatakan yang menyebabkan hal ini terjadi karena terlalu lelah
Universitas Sumatera Utara
bekerja sebagai tukang becak yang bekerja dari pagi hingga malam hari
dimana terdapat banyak debu akibat polusi udara, klien juga seorang perokok
aktif dan klien tinggal di lingkungan yang padat penduduk.
Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Hal-hal yang memperbaiki keadaan adalah dengan tidak bekerja hingga larut
malam, istirahat yang cukup, pada saat istirahat menggunakan 2-3 bantal atau
dalam posisi semi fowler
Quantity/quality
Bagaimana dirasakan :
Klien merasakan sesak nafas disertai batuk berdahak.
Bagaimana dilihat :
Klien terlihat lemah.
Region
Dimana lokasinya :
Klien merasakan sesak di daerah dada
Apa menyebar :
Klien mengatakan rasa sesaknya tidak menyebar
Severity
Sesak nafas yang dirasakan klien karena batuk yang mengganggu aktifitas
klien.
Time
Sesak nafas yang dirasakan klien setiap saat.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang serius, 1 bulan yang lalu
klien hanya batuk kurang lebih 2 minggu dan demam selama 3-4 hari.
Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien tidak pernah mengalami pengobatan hanya kalau sakit minum obat yang dijual
diwarung seperti bodrex, panadol dan komix.
Universitas Sumatera Utara
Pernah dirawat/operasi
Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dan tidak pernah dioperasi
sebelumnya.
Lama dirawat
Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
Alergi
Klien tidak memiliki alergi
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orangtua
Orangtua klien tidak memiliki penyakit yang serius yang pernah dialaminya.
Saudara kandung
Saudara klien juga tidak memiliki penyakit yang serius.
Penyakit keturunan yang ada
Klien dan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan.
Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien tidak memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan bahwa ayah klien sudah meninggal dunia.
Penyebab meninggal
Klien mengatakan bahwa ayah klien meninggal karena sakit tua.
f. Riwayat Keadaan Psikososial
Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien berusaha untuk sembuh dan menerima keadaan dengan berpasrah kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Konsep diri
Universitas Sumatera Utara
Gambaran diri :
Klien terus berusaha untuk cepat sembuh agar dapat berkumpul kembali dengan
keluarga.
Ideal diri :
Klien berharap dan percaya bahwa klien akan segera sembuh dan ingin cepat
pulang.
Harga diri :
Klien dapat menerima penyakitnya seperti ini dengan pasrah.
Peran diri :
Klien berperan sebagai ayah dan kepala rumah tangga dalam keluarganya.
Identitas :
Klien sebagai ayah dan kepala rumah tangga dalam keluarganya.
Keadaan emosi :
Emosi klien dalam keadaan stabil.
Orang yang berarti :
Orang yang berarti dalam kehidupan klien adalah keluarganya.
Hubungan dengan keluarga :
Hubungan klien dengan keluarga terjalin dengan baik.
Hubungan dengan orang lain :
Klien berhubungan baik dengan orang lain yang ada disekitarnya.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien tidak mengalami hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Spiritual
Nilai dan keyakinan :
Klien memiliki keyakinan bahwa klien akan sembuh dengan terus berusaha dan
berdoa.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan ibadah :
Selama berada di rumah sakit klien tidak melakukan sholat dikarenakan
penyakitnya tetapi klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien memiliki kesadaran penuh, klien terlihat pucat, lemah, lemas dan sesak
nafas.
b. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,7C
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85x/i
Pernafasan : 28x/i
Tinggi badan : 160cm
Berat badan : 53kg
c. Pemeriksaan Head to Toe
Hidung
Lubang hidung :
Lubang hidung klien dalam keadaan bersih, simetris dan tidak ada sinusitis
dan polip.
Cuping hidung :
Klien bernafas dengan menggunakan cuping hidung.
Pemeriksaan thoraks/dada
Inspeksi thoraks ( normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest,
kifos koliasis) : bentuk thoraks klien normal dan tidak ditemukan adanya
kelainan.
Pernafasan ( frekuensi, irama) : irama pernafasan klien tidak teratur dengan
frekuensi pernafasan yang cepat.
Tanda kesulitan bernafas : klien terpasang oksigen dengan nasal kanul sebanyak
2liter/i.
Pemeriksaan paru
Palpasi getaran : getaran yang dirasakan antara paru-paru kanan dan kiri tidak
sama.
Perkusi : terdapat bunyi hipersonan pada pemeriksaan paru klien.
Auskultasi : terdengar suara nafas abnormal ronchi pada paru klien sebelah
kanan.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS :
- Klien
mengatakan
sesak nafas
DO :
- Klien tampak
pucat, gelisah
dan lemas
- Klien bernafas
menggunakan
cuping hidung
- Irama pernafasan
klien tidak teratur
dengan frekuensi
pernafasan yang
cepat RR : 28x/i,
Nadi : 85x/i
- Bunyi nafas
abnormal ronkhi
- Terpasang
oksigen 2l/i
- Terdapat sputum
di paru-paru
kanan klien
Mycobacterium
tubercel
↓
Saluran pernafasan
↓
Menetap dijaringan
paru
↓
Terjadi proses
peradangan
↓
Tumbuh dan
berkembang di
sitoplasma makrofag
↓
Pembentukan tuberkel
↓
Kerusakan membrane
alveolar
↓
Pembentukan sputum
berlebihan
↓
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Rumusan Masalah
Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Diagnosa Keperawatan ( Prioritas)
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret ditandai
dengan bunyi nafas abnormal ronkhi, klien sesak nafas RR 28x/i, nadi 85x/i
dan terdapat sputum.
Universitas Sumatera Utara
2.4.5 Perencanaan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napasberhubungan
dengan sekret
ditandai dengan
bunyi nafas
abnormal ronkhi,
klien sesak nafas RR
28x/i, nadi 85x/i dan
terdapat sputum.
Definisi :
Ketidakmampuan
untuk membersihkan
sekresi atau
obstruksi dari
saluran pernafasan
untuk
mempertahankan
jalan nafas
Batas Karakteristik :
• Suara napas
tambahan
• Perubahan
Frekwensi
napas
• Perubahan
irama napas
• Penurunan
bunyi napas
NOC
- Respiratory status :
Ventilation
- Respiratory status :
Airwat patency
Kriteria Hasil :
- Mendemontatrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (
mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah tidak ada
pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas
yang paten ( klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
- Mampu
mengindentifikasikan dan
mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan
nafas
NIC
Airway suction
- Kaji fungsi
pernapasan
- Auskultasi bunyi
napas
- Bersihkan sekret
dari mulut dan
trakea, penghisapan
sesuai keperluan
- Gunakan alat yang
steril setiap
melakukan tindakan
- Anjurkan pasien
untuk istirahat
- Ajarkan keluarga
tentang larangan
merokok di ruang
perawatan
Airway Management
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Ajarkan batuk
efektif
- Lembabkan udara
atau oksigen
inspirasi
- Atur intake untuk
- Pengkajian perlu
dilakukan untuk
mengetahui
penurunan
pernafasan bunyi
nafas dapat
menunjukkan
atelektesis. Ronki
menunjukkan
ketidakmampuan
untuk membersihkan
jalan nafas.
- Mencegah
obstruksi/spirasi.
Prnghisapan dapat
dilakukan bila klien
tidak mampu
mengeluarkan sekret
- Penggunaan alat
yang steril dalam
setiap tindakan
penting dilakukan
untuk mengurangi
resiko terkena
infeksi
- Untuk membantu
proses pemulihan
- Penting untuk
mencegah udara
yang bersih dalam
Universitas Sumatera Utara
• Dipsneu
• Sputum
dalam
jumlah yang
berlebihan
• Batuk yang
tidak efektif
• Orthiopneu
• Gelisah
• Mata terbuka
lebar
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Lingkungan :
− Perkokok
pasif
− Mengisap
asap
− Merokok
• Obstruksi Jalan
Nafas :
− Spasme jalan
nafas
− Eksudat
dalam jalan
alveoli
− Materi asing
dalam jalan
nafas
− Adanya jalan
napas buatan
− Sekresi
bertahan/sisa
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Pemberian obat-
obatan sesuai
indikasi
ruang perawatan
untuk kenyamanan
pasien
- Posisi membantu
memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan upaya
pernafasan. Ventilasi
maksimal membuka
area atelektasis dan
meningkatkan
gerakan sekret
kedalam jalan nafas
yang benar untuk
dikeluarkan
- Untuk
mempermudah
mengeluarkan sekret
- Mencegah
pengeringan
membran mukosa
untuk membantu
pengenceran sekret
- Pemasukan tinggi
cairan membantu
untuk mengencerkan
sekret, membuatnya
mudah dikeluarkan
- Menurunkan
kekentalan dan
perlengketan sekret
paru untuk
mempermudah
Universitas Sumatera Utara
sekresi
− Sekresi
dalam bronki
• Fisiologis :
− Jalan napas
alergik
− Asma
− Penyakit
paru
obstuktif
kronik
− Hiperplasi
dinding
bronklasi
− Infeksi
− Disfungsi
Neuromusku
lar
pembersihan
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Pelaksanaan
Hari/Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Pukul Implementasi
Keperawatan
Evaluasi
(SOAP)
Senin,29 Mei
2017
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan sekret
ditandai dengan
bunyi nafas
abnormal
ronkhi, klien
sesak nafas RR
28x/i, nadi 85x/i
dan terdapat
sputum
08.00
08.15
09.00
- Mengkaji
fungsi
pernapasan
dengan hasil
pernafasan 28x/i
- Melakukan
nebulizer
ventolin 2ml /8j,
selama 5-10
menit,
menggunakan
masker wajah
venturi mask
yang
dihubungkan
dengan selang
oksigen
- Memberi
posisi pasien
semi fowler
untuk
memaksimalkan
ventilasi untuk
membantu
mengurangi
sesak nafas
klien
S : Klien
mengatakan
sesak napas
O :
- Bunyi nafas
abnormal
ronkhi
- klien belum
dapat
melakukan
batuk efektif
- Terpasang
oksigen 2l/i
- TD
:120/80mmHg
- HR : 85x/i
- RR : 28x/i
- T : 36,7C
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
- Memberikan
pendidikan
kesehatan
-
Mengauskultasi
Universitas Sumatera Utara
10.00
10.25
11.00
12.00
- Mengajarkan
batuk efektif
- Memberikan
oksigen 2l/i
melalui nasal
kanul
- Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
2500ml/hari
- Pemberian
obat-obatan
sesuai indikasi,
injeksi
cefotaxime
1gr/12j melalui
IV, ambroxol
1x1 sesudah
makan
bunyi
pernapasan
- Menganjurkan
klien untuk
batuk efektif
- Membantu
membersihkan
sekret dari
mulut dan
trakea,
penghisapan
sesuai
keperluan
- Pemberian
obat-obatan
sesuai indikasi
Hari/Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Pukul Implementasi
Keperawatan
Evaluasi
(SOAP)
Selasa, 30
Mei 2017
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan sekret
ditandai dengan
bunyi nafas
abnormal
ronkhi, klien
09.00
- Memberikan
pendidikan
kesehatan
kepada
keluarga
tentang
larangan
merokok di
ruang
S : klien
mengatakan
sesak nafas
O :
-Bunyi nafas
klien abnormal,
ronkhi
-Batuk efektif
(+)
Universitas Sumatera Utara
sesak nafas RR
28x/i, nadi 85x/i
dan terdapat
sputum
09.30
09.45
10.00
12.00
13.00
perawatan
-
Mengauskultasi
bunyi
pernapasan
klien dan bunyi
yang terdengar
ronkhi
- Menganjurkan
klien untuk
batuk efektif
- Membantu
membersihkan
sekret dari
mulut dan
trakea,
penghisapan
sesuai
keperluan
- Pemberian
obat-obatan
sesuai indikasi,
injeksi
cefotaxime
1gr/12j melalui
IV,infus amino
fluid /8j ,
ambroxol 1x1
sesudah makan
- Menggunakan
alat yang steril
setiap
melakukan
-Terpasang
oksigen 2l/i
-TD :
120/80mmHg
- HR : 85x/i
- RR : 28x/i
-T : 37C
A : Masalah
sebagian
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
- Mengkaji
fungsi
pernapasan
-Menganjurkan
klien batuk
efektif
- Membantu
membersihkan
sekret dari
mulut dan
trakea,
penghisapan
sesuai
keperluan
- Memberi
posisi pasien
semi fowler
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Menganjurkan
Universitas Sumatera Utara
tindakan medis pasien untuk
istirahat 2-3 jam
pada siang hari
Hari/Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Pukul Implementasi
keperawatan
Evaluasi
(SOAP)
Rabu, 31 Mei
2017
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan sekret
ditandai dengan
bunyi nafas
abnormal
ronkhi, klien
sesak nafas RR
28x/i, nadi 85x/i
dan terdapat
sputum
09.00
09.45
10.00
12.00
14.00
- Mengkaji
fungsi
pernapasan
dengan jumlah
pernafasan
25x/i
-Menganjurkan
klien batuk
efektif
- Membantu
membersihkan
sekret dari
mulut dan
trakea,
penghisapan
sesuai
keperluan
- Memberi
posisi pasien
semi fowler
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Menganjurkan
pasien untuk
istirahat 2-3 jam
pada siang hari
S : klien
mengatakan
sesaknya mulai
berkurang nafas
O :
- Bunyi napas
abnormal
- Batuk efektif
(+)
- Sputum (+)
- Terpasang
oksigen 2l/i
RR : 25x/i
A : Masalah
sebagian
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
- Mengkaji
pernafasan
-
Mengauskultasi
bunyi nafas
- Memberi
posisi pasien
semi fowler
untuk
Universitas Sumatera Utara
memaksimalkan
ventilasi
- Mengajarkan
batuk efektif
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 kedalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
metabolisme sel.
a. Hasil pengkajian dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi pada Tn. M yaitu
adanya batuk berdahak yang tidak sembuh-sembuh dan sesak nafas yang dirasakan
klien seperti tercekik.
b. Diagnosis yang ditemui setelah pengkajian adalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan sekret.
c. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi pada Tn. M yaitu, kaji
fungsi pernafasan, cacat kemampuan untuk menggeluarkan mukosa/batuk efektif,
beri posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi, bersihkan sekret dari mulut
klien, pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
d. Implementasi asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi pada Tn. M yaitu,
mengkaji fungsi pernafasan, mencatat kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk
efektif, memberi posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi, membersihkan
sekret dari mulut klien, mempertahankan masukan air sedikitnya 2500 ml/hari.
e. Evaluasi dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada Tn. M yaitu klien
menyatakan sesak sedikit berkurang dan klien mampu melakukan batuk efektif yang
benar.
3.2 Saran
a. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penulisan ini diharapakan dapat memberikan informasi baru tentang
kebutuhan oksigenasi, khususnya bagi mata kuliah kebutuhan dasar manusia,
sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif
terhadap masalah kebutuhan oksigenasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi Praktek Keperawatan
Sebaiknya peran perawat lebih dioptimalkan dalam memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan dasar oksigenasi, sehingga dapat mencegah masalah
pernafasan/oksigenasi yang lebih buruk lagi.
c. Bagi penulis
Hasil penulisan ini diharapakan dapat memberikan bagi informasi baru bagi
penulis tentang kebutuhan dasar oksigenasi, sehingga penulis dapat memberikan
asuhan keperawatan yang lebih baik lagi terhadap masalah kebutuhan oksigenasi.
Universitas Sumatera Utara
Daftar Pustaka
Amin & Hardhi (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta: Mediaction
Bulechek et al (2013). Nursing Intervensi Classification (NIC Edisi Ke-enam). Singapore:
Elsevier
Hidayat, A. Aziz Ahmul (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan,
Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan
Kozier dkk(2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta: EGC
Moorhead et al (2013). Nursing Outcome Classification(NOC Edisi Ke-lima). Singapore:
Elsevier
Nurarif, A. N., & Kusuma, H (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
PenerapanDiagnosa NANDA, NIC, NOC dalam Berbasis Kasus, Jogjakarta :
Mediaction
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006).Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan praktik. Edisi 4. Alih Bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Alih bahasa Diah
Nur Fitriani, S.Kep, dkk. Penerbit Elsevier. Jakarta : Salemba Medika
Tarwoto & Wartonah (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Salemba Jakarta
Tarwoto & Wartonah(2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: Salemba Jakarta
Universitas Sumatera Utara
Lampiran
I. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Klien memiliki kesadaran penuh, klien terlihat pucat, lemah, lemas dan sesak nafas.
B. Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,7C
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 85x/i
- Pernafasan : 28x/i
- Tinggi badan : 160cm
- Berat badan : 53kg
C. Pemeriksaan head to toe
Kepala dan rambut
- Bentuk :
Bentuk kepala klien simetris dan tidak ada ditemukan benjolan atau kelainan.
- Kulit kepala :
Kulit kepala klien terlihat tampak bersih.
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut :
Penyebaran rambut klien merata dan rambut klien terlihat sedikit berminyak
Universitas Sumatera Utara
- Bau :
Rambut klien tercium sedikit berbau.
Wajah
- Warna kulit :
Kulit wajah klien putih karena pucat.
- Struktur wajah :
Struktur wajah klien simetris dan tidak ditemukan kelainan.
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan :
Klien memiliki mata yang lengkap dan simetris antara kanan dan kiri.
- Konjungtiva dan sklera :
Konjungtiva klien tidak anemis dan sklera putih.
- Pupil :
Pupil klien ikut mengecil pada saat diberi rangsangan cahaya.
- Cornea dan iris :
Cornea dan iris mata klien tidak ditemukan adanya kelainan.
Hidung
- Lubang hidung :
Lubang hidung klien dalam keadaan bersih, tidak ditemukan adanya s
inusitis dan dalam keadaan normal.
- Cuping hidung :
Klien bernafas dengan menggunakan cuping hidung.
Universitas Sumatera Utara
Telinga
- Bentuk telinga :
Klien memiliki 2 telinga dengan bentuk yang normal dan simetris antara t
elinga kanan dan kiri.
- Ukuran telinga :
Ukuran telinga klien antara kanan dan kiri sama besar.
- Lubang telinga :
Lubang telinga klien tampak bersih dan tidak terdapat cairan yang keluar dari
lubang telinga klien.
- Ketajaman pendengaran :
Klien dapat mendengar dengan baik.
Mulut
- Keadaan bibir :
Bibir klien simetris dan bibir klien tampak kering.
- Keadaan gusi dan gigi :
Gigi klien tidak mengalami kelainan tetapi jumlah gigi klien tidak lengkap lagi
serta tidak ada kelainan pada gusi klien.
- Keadaan lidah :
Keadaan lidah klien berada di garis tengah dan klien mampu menggerakkan
lidah dengan baik serta kebersihan lidah klien bersih.
Leher
- Posisi trachea :
Trachea berada pada posisi yang normal dan tidak ditemukan adanya kelainan.
- Thyroid :
Universitas Sumatera Utara
Tidak ditemukan massa di daerah thyroid klien.
- Suara :
Suara klienterdengar dengan jelas dan tidak ada kelainan.
- Kelenjar limfe :
Tidak ditemukan pembengkakan pada kelenjar limfe
Pemeriksaan integumen
- Kebersihan :
Kulit klien terlihat bersih tidak terdapat kotoran dikulit klien
- Warna :
Kulit klien warna putih.
- Turgor :
Turgor kulit kembali sebelum 2 detik.
- Kelembaban :
Kulit klien tidak terlalu lembab.
- Kelainan pada kulit :
Tidak ditemukan kelainan pada kulit klien.
Pemeriksaan payudara dan ketiak
- Ukuran dan bentuk :
Ukuran dan bentuk payudaran klien normal dan simetris antara kanan dan kiri.
- Warna payudara dan aerola :
Aerola klien berwarna coklat dan tidak ada kelainan.
Universitas Sumatera Utara
- Kondisi payudara dan puting :
Payudara klien dalam keadaan baik dan tidak ditemukan adanya kelainan dan
puting datar.
Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks ( normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest,
kifos koliasis) :
Bentuk thoraks klien normal dan simetris.
- Pernafasan ( frekuensi, irama) :
Irama pernafasan klien tidak teratur dengan frekuensi yang cukup cepat
dengan jumlah 28x/i.
- Tanda kesulitan bernafas :
Klien terpasang oksigen dengan nasal kanul sebanyak 2liter/i.
Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara :
Dengan menggunakan teknik taktil fremitus dan meminta klien untuk
menyebutkan tujuh puluh tujuh dan getaran yang dirasakan antara paru-paru
kanan dan kiri tidak sama.
- Perkusi :
Terdapat bunyi hipersonan pada pemeriksaan paru klien.
- Auskultasi ( suara nafas ) :
Terdengar suara nafas abnormal ronchi pada paru klien sebelah kanan.
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi ( bentuk, benjolan) :
Universitas Sumatera Utara
Tidak ditemukannya benjolan pada abdomen klien dan abdomen simetris.
- Auskultasi :
Tidak ditemukannya kelainan pada abdomen klien dengan peristaltik usus
10x/i/
- Palpasi ( tanda nyeri tekan, benjolan ) :
Klien tidak merasakan nyeri tekan pada saat palpasi abdomen klien.
- Perkusi ( suara abdomen) :
Suara abdomen tymphani dan tidak ditemukan kelainan pada abdomen klien.
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
- Genitalia :
Genitalia klien tidak mengalami kelainan.
- Anus dan perineum :
Anus dan perineum klien tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstermitas ( kesimetrisan, kekuatan otot, edema) :
Kesimetrisan pada ekstermitas klien simetris antara kanan dan kiri tidak
ditemukannya edema dan klien memiliki kemampuan otot yang masih baik dengan
nilai 5.
Fungsi motorik :
Pada pemeriksaan motorik klien masih mampu berjalan tanpa bantuan orang lain.
Fungsi sensorik ( identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin) :
Identifikasi klien dengan sentuhan baik, klien mampu membedakan antara sentuhan
tajam dengan tumpul dan dapat merasakan rasa panas dengan dingin.
II. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
Universitas Sumatera Utara
- Frekuensi makan/hari :
Klien makan 3x/hari
- Nafsu/selera makan :
Klien nafsu makan selama berada di rumah sakit.
- Nyeri ulu hati :
Klien tidak merasakan nyeri ulu hati.
- Alergi :
Tidak ditemukan alergi makanan pada klien.
- Mual dan muntah :
Klien tidak mengalami muntah dan mual.
- Waktu pemberian makan :
Klien makan pada pagi,siang dan malam hari
- Jumlah dan jenis makan :
Jumlah makanan yang di makan klien 1 porsi dan jenis makanannya makan
biasa.
- Waktu pemberian cairan/minum :
Klien minum pada saat klien merasakan haus saja.
- Masalah makan dan minum ( kesulitan menelan, mengunyah) :
Tidak ditemukan kesulitan pada saat klien menelan dan mengunyah.
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh :
Klien dibantu keluarga dalam kebersihan diri klien.
Universitas Sumatera Utara
- Kebersihan gigi dan mulut :
Gigi klien terlihat bersih dan mulut tidak tercium bau.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan :
Kuku kaki dan tangan klien tampak bersih dan pendek.
III. Pola kegiatan/Aktivitas
- Uraikan aktivitas klien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebagian atau total :
Aktivitas klien banyak dilakukan diatas tempat tidur klien. Klien melakukan
aktivitas sehari-hari seperti makan, berpakaian dan kamar mandi klien meminta
bantuan keluarga atau perawat ruangan tetapi jika klien tidak sesak nafas klien
mampu melakukannya dengan sendiri.
- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :
Selama klien dirawat di rumah sakit klien tidak melakukan ibadah sholat
dengan teratur, hanya berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.
IV. Pola eliminasi
1. BAB
- Pola bab :
Klien BAB sekali dalam sehari klien BAB pada pagi hari tapi terkadang pada
sore hari klien juga bisa BAB.
- Karakter feses :
Karakter feses klien lunak tidak cair dan berwarna kuning.
- Riwayat perdarahan :
Tidak ditemukan adanya riwayat perdarahan pada BAB klien.
- BAB terakhir :
Universitas Sumatera Utara
Klien BAB terakhir pada pagi hari.
- Diare :
Klien tidak mengalami diare
2. BAK
- Pola BAK :
Klien BAK 4-5x perhari.
- Karakter urine :
Urine klien berwarna kuning dan lancar.
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK :
Klien tidak mengalami rasa sakit saat BAK dan tidak ditemukan kesulitan
dalam BAK.
- Riwayat penyakit ginjal/kadung kemih :
Klien tidak ditemukan adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih.
Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Pukul Implementasi
Keperawatan
Evaluasi
(SOAP)
Selasa, 30 Ketidakefektifan 08.00 - Mengkaji S:Klien
Universitas Sumatera Utara
Mei 2017 bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan sekret
ditandai dengan
bunyi nafas
abnormal
ronkhi, klien
sesak nafas RR
28x/i, nadi 85x/i
dan terdapat
sputum
08.15
09.00
10.00
10.25
11.00
fungsi
pernapasan
dengan jumlah
pernafasan 28x/i
- Melakukan
nebulizer
ventolin 2ml /8j,
selama 5-10
menit,
menggunakan
masker wajah
venturi mask
yang
dihubungkan
dengan selang
oksigen
- Memberi
posisi pasien
semi fowler
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Mengajarkan
batuk efektif
- Memberikan
oksigen 2l/i
melalui nasal
kanul
- Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
2500ml/hari
mengatakan
sesak napas
O :
- Bunyi nafas
abnormal
ronkhi
- Batuk efektif
(-)
-TD:
120/80mmHg
- HR : 85x/i
- RR : 28x/i
- T : 36,7C
- Sputum (+)
A: Masalah
belum teratasi
P:Intervensi
dilanjut
- Memberikan
pendidikan
kesehatan
kepada
keluarga
tentang
larangan
merokok di
ruang
perawatan
-
Mengauskultasi
bunyi
pernapasan
klien
Universitas Sumatera Utara
12.00 - Pemberian
obat-obatan
sesuai indikasi,
injeksi
cefotaxime
1gr/12j melalui
IV, ambroxol
1x1 sesudah
makan
- Menganjurkan
klien untuk
batuk efektif
- Membantu
membersihkan
sekret dari
mulut dan
trakea,
penghisapan
sesuai
keperluan
- Pemberian
obat-obatan
sesuai indikasi,
injeksi
cefotaxime
1gr/12j melalui
IV,infus amino
fluid /8j,
ambroxol 1x1
Hari/Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Pukul Implementasi
Keperawatan
Evaluasi
(SOAP)
Rabu, 31 Mei
2017
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan sekret
ditandai dengan
bunyi nafas
abnormal
ronkhi, klien
sesak nafas RR
09.00
- Memberikan
pendidikan
kesehatan
kepada
keluarga
tentang
larangan
merokok di
ruang
perawatan
S:Klien
mengatakan
sesak napas
O :
- Bunyi nafas
abnormal
ronkhi
- Batuk efektif
(+)
-TD:
Universitas Sumatera Utara
28x/i, nadi 85x/i
dan terdapat
sputum
09.30
09.45
10.00
12.00
13.00
-
Mengauskultasi
bunyi
pernapasan
klien dan bunyi
yang terdengar
ronkhi
- Menganjurkan
klien untuk
batuk efektif
- Membantu
membersihkan
sekret dari
mulut dan
trakea,
penghisapan
sesuai
keperluan
- Pemberian
obat-obatan
sesuai indikasi,
injeksi
cefotaxime
1gr/12j melalui
IV,infus amino
fluid /8j,
ambroxol
sesudah makan
- Menggunakan
alat yang steril
setiap
melakukan
tindakan medis
120/80mmHg
- HR : 85x/i
- RR : 27x/i
- T : 37C
- Sputum (+),
kental dan
berwarna
kuning pudar
- Terpasang
Oksigen 2l/i
A: Masalah
teratasi
sebagian
P:Intervensi
dilanjutkan
- Mengkaji
fungsi
pernapasan
dengan jumlah
pernafasan
25x/i
-Menganjurkan
klien batuk
efektif
- Membantu
membersihkan
sekret dari
mulut dan
trakea,
penghisapan
sesuai
keperluan
- Memberi
Universitas Sumatera Utara
yaitu spuit,
sarung tangan,
kapas alkohol
dan needle
posisi pasien
semi fowler
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Menganjurkan
pasien untuk
istirahat 2-3 jam
pada siang hari
Hari/Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Pukul Implementasi
Keperawatan
Evaluasi
(SOAP)
Kamis, 01
Juni 2017
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan sekret
ditandai dengan
bunyi nafas
abnormal
ronkhi, klien
sesak nafas RR
28x/i, nadi 85x/i
dan terdapat
sputum
09.00
09.45
10.00
12.00
- Mengkaji
fungsi
pernapasan
dengan jumlah
pernafasan
25x/i
-Menganjurkan
klien batuk
efektif
- Membantu
membersihkan
sekret dari
mulut dan
trakea,
penghisapan
sesuai
keperluan
- Memberi
posisi pasien
semi fowler
untuk
S:Klien
mengatakan
sesak napas
mulai
berkurang
O :
- Bunyi nafas
abnormal
ronkhi
- Batuk efektif
(+)
-TD:
120/70mmHg
- HR : 82x/i
- RR : 25x/i
- T : 37C
- Sputum (+)
sedikit encer
dan berwarna
kuning pudar
- Terpasang
Universitas Sumatera Utara
14.00
memaksimalkan
ventilasi
- Menganjurkan
pasien untuk
istirahat 2-3 jam
pada siang hari
oksigen 2l/i
A: Masalah
teratasi
sebagian
P:Intervensi
dilanjutkan
- Mengkaji
pernafasan
-
Mengauskultasi
bunyi nafas
- Memberi
posisi pasien
semi fowler
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Mengajarkan
batuk efektif
Universitas Sumatera Utara
Recommended