View
547
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
ATRAKSI BUDAYA KOTA DENPASAR SEBAGAI PRODUK EVENT WISATA
Ni Made Eka Mahadewi
Abstract
The background of this research is based on the growth of cultural event activities which relate to Denpasar as a tourism destination in Bali. The purposes of this research include (1) to identify cultural events in Denpasar, (2) to identify cultural events in Denpasar as tourism attractions, (3) to study the implications of Denpasar tourism events to help create the city become a tourism destination.
To fully achieve the research objectives resource persons or experts are needed to give description of the Bali’s cultural events which are held in Denpasar area. The paper reports on an empirical study that examines the extent to which industrial tourism events are judges as a recognisable type of tourism event which can be isolated and identified. The research applies a qualitative analysis focusing on cultural event in Denpasar to be indicated as a tourism event. The implications of the findings are discussed in relation to the tourism destination and other aspects of the management of tourism attraction and tourism event.
Keywords : Tourism event, tourist attraction, cultural event, tourism destination.
A. Pendahuluan
Konsep pengembangan pariwisata di Indonesia adalah pariwisata yang berkelanjutan
dengan salah satu strategi pencapaiannya melalui pariwisata event. Dengan program 100
event yang dicanangkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di tahun 2008; maka
dianggap perlu untuk terus mengidentifikasi setiap event-event masyarakat maupun event
budaya untuk dapat menunjang event wisata yang dicanangkan (Depbudpar, 2008). Pada
tahun 2008 ini, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menargetkan kunjungan wisatawan
mancanegara sejumlah 7 juta, dengan pendapatan sebesar US$ 6,7 Milyard (TVOne, 27
September 2008). Fenomena ketertinggalan laju pengembangan pariwisata event di
Indonesia dan Bali khususnya, menjadi masalah bagi Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata Indonesia. Melalui Direktur MICE, pengembangan model pariwisata event bagi
daerah amatlah penting dilakukan. Penyusunan kegiatan event-event pariwisata yang tertuang
1
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
pada kalender event berbagai daerah di Indonesia, sampai saat ini belum maksimal
(Direktorat MICE, 2007).
Bali terkenal dengan sebutan ”The Island of God dan Pulau Dewata” (TFS-
STPNB,2007) yang semua sebutan tersebut berdasar pada kebudayaan Bali dengan agama
Hindunya . Untuk menarik wisatawan berkunjung ke Bali, semestinya Bali tidak sulit untuk
bersaing dengan destinasi lain di seluruh dunia. Hal ini dapat dibuktikan dari berbagai
penghargaan dunia yang diberikan kepada Bali dengan sebutan Bali the Most Wanted
Destination in the World (2003). Penghargaan yang senada tiap tahun diperoleh Bali sampai
tahun 2008. Dan yang perlu mendapat catatan penting adalah pada tahun 2008 telah terjadi
kunjungan yang paling tinggi dalam sejarah perkembangan kepariwisataan Bali dan tanah air
Indonesia. Tabel berikut menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Bali
dalam kurun waktu 12 tahun terakhir.
Tabel 1 Jumlah Kunjungan Langsung
Wisatawan Mancanegara Ke BaliPeriode 1998-2009
TahunKunjungan Wisatawan
Mancanegara
Persen (%)
1998 1.187.153 -3,511999 1.355.799 14,212000 1.412.839 4,212001 1.356.744 -3,972002 1.285.844 -5,232003 993.029 -22,772004 1.458.309 46,852005 1.386.449 -4,932006 1.260.317 9,102007 1.664.854 32,102008 1.968.892 18,262009 2.384.819 14,56
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2010)
Atraksi wisata Bali adalah bentuk event pariwisata yang menyangkut nilai-nilai
kebudayaan Bali. Bali terkenal dengan adat istidat dan budaya Hindu yang kental, dengan
2
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
berbagai aktivitas didalamnya. Kebudayaan Bali merupakan modal dasar dalam
pembangunan pariwisata. Untuk itulah konsep pariwisata yang berlandaskan budaya menjadi
dasar setiap pengembangan kepariwisataan Bali. Banyak kekhawatiran lunturnya kebudayaan
Bali akibat pengaruh pariwisata. Untuk dapat dikemas dalam bentuk event pariwisata, ada
kendala yang sampai saat ini banyak menimbulkan pro dan kontra. Satu sisi, budaya Bali
dianggap ’terjual’ oleh pihak-pihak yang berkecimpung di pariwisata, satu sisi masyarakat
Bali tidak bisa mengelak bahwa Bali adalah daerah tujuan wisata dunia. Perkembangan
kebudayaan yang terjadi, dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat untuk melakukan penelitian
pasar pariwisata dan alat untuk menentukan pertumbuhan wisatawan mancanegara akan
pandangan mereka terhadap event budaya dan festival. Atraksi budaya masyarakat yang rutin
dilakukan dapat diidentikkan sebagai potensi event pariwisata. Getz (1991:xi) menyebutkan
definisi pariwisata event bersifat relatif. Pariwisata event dapat didefinisikan sebagai
perencanaan yang sistematik, berkembang, dan ada indikator pemasaran yang dapat
berbentuk festival dan event-event special lainnya. Festival dan event special disebutnya
sebagai atraksi, sebagai katalis dan pembangun citra destinasi dimana kegiatan itu
berlangsung. Hal ini berarti pariwisata event akan selalu berkait erat dengan sistem
kebudayaan Hindu Bali yang masih kental melekat dalam kehidupan masyarakat.
Keterbatasan pemahaman pengetahuan kepariwisataan beserta kepentingannya
oleh sumber daya manusia yang bekerja di sektor pariwisata, adalah salah satu pemicu
terhambatnya pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sebagai destinasi
MICE. (Mahadewi,2004). Untuk itu dianggap perlu untuk menjembatani fenomena upaya
pengembangan pariwisata event yang berlandaskan budaya Bali, tanpa menghilangkan nilai-
nilai kultural yang menjadi kebanggaan masyarakat Bali sendiri. Upaya mengemas paket
event wisata saja tidak cukup untuk memberikan warna event pariwisata masing-masing
daerah. Untuk Bali khususnya, ada ratusan aktivitas masyarakat Bali yang dapat menjadi
3
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
kegiatan event. Perlu diperhatikan, bahwa tidak semua kegiatan event mampu menarik
kunjungan wisatawan (Getz, 1991:1). Memilah aktivitas masyarakat Bali yang dapat menjadi
event wisata diperlukan untuk lebih memastikan produk wisata ini dapat menjadi harapan
dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara.
Menempatkan budaya sebagai modal utama pengembangan pariwisata sebenarnya
sangat riskan karena harus ditempatkan dalam posisi sulit antara konservasi dan/atau
pelestarian dengan komodifikasi. Konsekuensinya, pengembangan pariwisata budaya
memerlukan wahana atau pelembagaan untuk menjamin keberlanjutannya. Salah satu strategi
institusionalisasi yang sesuai dengan karakter Indonesia sebagai negara yang memiliki
keragamaman budaya adalah pariwisata event (event tourism). Tentu saja, pariwisata event
yang dimaksud berkarakter ‘pariwisata budaya’ sebagai payung ideologinya dan
‘berspektrum luas’ tidak hanya menekankan sisi budayanya saja. Menempatkan pariwisata
event sebagai salah satu strategi implementasi pariwisata budaya di Indonesia dihadapkan
pada kenyataan belum tersedianya bentuk pariwisata event yang mampu menjadi alat daya
tarik kunjungan wisatawan domestik maupun mancanagera. Dipilihnya Kota Denpasar
sebagai sebuah contoh pengembangan wisata event mengacu pada banyaknya kegiatan
atraksi budaya yang telah dilakukan.
B. Atraksi Wisata
Setiap orang bisa membuat susunan atraksi wisata, beberapa yang terkenal di dunia
maupun pada kota-kota kecil seperti: Angkor Wat, Disneyland, the Eiffel Tower, Kuta Beach,
Kakadu National Park, Sydney Opera House, the Big Banana, Whales at Byron Bay,
Bledisloe Cup matches. Permasalahannya adalah apakah yang menyebabkan wisatawan
tertarik kepada pemandangan, tempat-tempat, objek serta peristiwa-peristiwa tersebut, itulah
4
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
yang menarik untuk dibahas dalam mengungkap pentingnya atraksi wisata (Leiper,
2004:305).
Swarbrooke (1995:3) menyatakan atraksi merupakan sektor yang sangat kompleks
dalam industri pariwisata. Menurutnya ada beberapa buku yang khususnya membahas
tentang atraksi ada beberapa definisi yang tidak semua dapat diterima secara umum. Berikut
beberapa kutipan dari berbagai definisi tentang atraksi:
Atraksi adalah sesuatu yang permanen dalam daerah tujuan wisata. Atraksi ditujukan kepada pengunjung, yang tujuan utamanya untuk memberikan hiburan, bersenang-senang, pendidikan, menyaksikan sesuatu yang menarik . Hal ini terbuka untuk umum tanpa harus ada pemesanan, harus di publikasikan setiap tahun dan dapat menarik wisatawan maupun masyarakat lokal setiap hari. (Scottish Touris Board, 1991)
Atraksi juga merupakan sumber daya yang bersifat alami, dikontrol dan diatur untuk kegiatan bersenang-senang, hiburan, musik dan pendidikan, serta dikunjungi oleh publik (Middleton, 1988)
Dari berbagai penelitian ilmiah bidang pariwisata, definisi mengenai atraksi
beserta hal-hal yang terkait didalamnya oleh Ritchie dan Zinns (1978) serta Ferrario (1979),
pengklasifikasian atraksi dapat dilihat seperti keindahan alam, iklim, situs, dan budaya.
Menurut Stear (Leiper, 2004:305) kebanyakan penulis tidak jelas dalam memaparkan fungsi
sebuah atraksi karena menggunakan kalimat khiasan. Istilah-istilah seperti “atraksi, gambar,
ketertarikan, faktor pendorong, pengaruh grafitasi” memiliki kekuatan mempengaruhi tingkah
laku wisatawan, yang merupakan kekuatan dari sebuah atraksi di seluruh dunia. Tempat-
tempat, bangunan-bangunan, objek dan peristiwa-peristiwa yang biasa dikenal sebagai atraksi
wisata yang populer (Bondi Beach, Disneyland, Gracelands, the Empire State Building,
whales, Pandas) menurut Stear tidaklah sepenuhnya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
tingkah laku wisatawan. Terkait dengan Bali, ketertarikan pada atraksi adalah faktor yang
menentukan pilihan mereka untuk berkunjung ke Bali (Mahadewi, 2004).
5
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
Definisi atraksi wisata yang lain adalah ‘segala hal yang membuat wisatawan tertarik’
(Lundberg,1985: 33); ‘atraksi bisa berupa situs atraksi atau peristiwa-peristiwa, dimana
keduanya merupakan pengaruh gravitasi yang mempengaruhi’ (Burkart dan Medlik,1974:
44); ‘atraksi adalah merupakan daya pikat’, jika tidak demikian, tidak bisa dikatakan sebagai
sebuah atraksi’ (Gunn,1972: 37), ‘terkadang alam dan sejarah mempunyai daya tarik
intrinsik’ (Gunn,1979: 71) dan, yang paling nyata, ‘saya yakin bahwa objek wisata memiliki
kesatupaduan, keunggulan unik yang mampu menarik wisatawan’ (Schmidt, 1989: 447). Dari
berbagai peristilahan dan definisi berbagai ahli pariwisata, dapat dikatakan bahwa kata
‘atraksi’, ‘daya pikat’ merupakan kata yang menarik dalam penjabaran atraksi wisata. Namun
hal ini pun masih ditentang kembali oleh Pigram (1983:193), bahwa atraksi sebagai daya
pikat bukanlah semata-mata sebuah kesatupaduan’. Ungkapan seperti atraksi, faktor
pendorong, kesatupaduan memiliki arti yang biasa. Makna yang lebih berarti, akan terungkap
ketika terjadinya suatu ‘proses’. Melalui contoh Bumi menjaga keseimbangan dengan daya
tarik gravitasi, dan magnet menarik besi dengan gaya tarik magnet. Proses tersebut
melibatkan sebuah kesatupaduan sifat didalam menarik suatu benda yang mampu membuat
suatu perubahan fisik dan menggerakkan benda lain didalam suatu area.
Sebagai tempat yang menawarkan atraksi, daerah tujuan wisata mempunyai
keistimewaan pada suatu wilayah sebagai suatu tempat untuk berlibur dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Sesuatu yang menarik wisatawan yang berbeda dari tempat asalnya dimana wisatawan dapat melakukan aktivitas yang sesuai dengan keinginannya.
2. Memberikan kesenangan dan pengalaman yang menarik, kepuasan pengunjung/wisatawan untuk menghabiskan waktu berliburnya.
3. Mengembangkan potensi pengetahuan/pendidikan4. Menyajikan atraksi wisata, memberikan kesenangan kepada wisatawan.5. Kemungkinan membayar dalam kunjungannya (Walsh-Heron and Stevens, 1990 ed.
Swarbrooke, 1995:4)
6
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
Dari definisi diatas, Atraksi wisata terbagai dalam 4 kelompok (Swarbrooke,1996:5)
1.Menonjolkan keistimewaan kealamian lingkungan2.Terbentuk dari buatan manusia, struktur dan tempatnya tergantung kepada tujuan para
pengunjung, seperti kegiatan budaya dan tempat bersejarah, akan tetapi sekarang ada beberapa wisatawan yang menggunakannya untuk kegiatan bersantai
3.Terbentuk dari buatan manusia, struktur dan tempatnya dengan desain untuk menarik wisatawan dan kebutuhan tujuan mereka seperti seperti Taman Safari
4.Special event
C. Produk Wisata
Lazar and Kelley (1962:413) yang diadopsi oleh Hebestreit (1975:82 ed
Scmoll,1976:22-32) menyebutkan instrumen produk pariwisata terdiri dari beberapa hal
yaitu: (1) pelayanan kepada wisatawan; (2) kualitas produk , (3) harga produk, (4) kondisi
tempat penyelenggaraan produk, (5) transportasi, (6) akomodasi, (7) entertainment, (8) jasa
travel agent, (9) pedagang pengecer. Sedangkan Lickorish (1958:216 ed Scmoll,1976:46)
menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap destinasi wisata sebagai
sebuah produk terdiri dari (1) harga, (2) Atraksi wisata, (3) Fasilitas wisata,(4) pelayanan
wisata, (5) aksessibilitas, (6) pelayanan awal perjalanan, (7) informasi wisata, (8), image, (9)
asosiasi wisata.
Swarbrooke (1995: 36) mengemukakan atraksi wisata adalah a service product.
Sebagai sebuah produk jasa (Sasser, 1978 ed Swarbrooke), maka (1) atraksi wisata yang
ditawarkan didalamnya termasuk pelayanan yang diberikan oleh tenaga kerja yang bekerja
disektor tersebut. (2) ada konsumen yang menikmati produk atraksi wisata yang ditawarkan,
(3) atraksi wisata tidak bisa diukur (not standardize), yang artinya produk wisata sangat
tergantung dari proses terjadinya penawaran produk yang melibatkan pengelola, pelayanan
dan konsumen. (4) produk wisata dapat rusak dan bersifat tidak bisa disimpan (perishable
and cannot be stored), yang artinya proses produksi dan konsumsi terjadi secara bersamaan.
(5) produk wisata tidak bisa dibawa pulang, dan harus dinikmati di destinasi penghasil
7
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
produk tersebut. Yang bisa dibawa pulang hanyalah pengalaman selama menikmati produk
wisata yang telah dinikmati. (6) Lingkungan/atmosphere tempat diselenggarakannya produk
merupakan faktor penting bagi produkyang ditawarkan.
D. Event Wisata
Peristilahan yang menyangkut Event dalam tulisan ini mengungkapkan lingkup
(a)Festivals, Special Event, Mega Event (Getz:1991), (b) Major Event
(Torkildson,1986:456). Pengertian event dalam kamus secara umum dapat berarti sesuatu
yang terjadi, kejadian, sebagai suatu hasil atau bagian dari kegiatan olahraga (Getz, 1991:43).
A special event is a onetime or infrequently occurring event outside the normal program or activities of the sponsoring or organizing body.To the customer, a special event is an opportunity for a leisure, social, or cultural experience outside the normal range of choices or beyond everyday experience.
Menurut Getz (1991:45), dalam bukunya “Festivals, Special Event and Tourism”,
memberikan gambaran Pariwisata event dilihat dari sisi penawaran. Terdapat 7 (tujuh)
elemen yang ada dalam sebuah daerah tujuan wisata untuk kategori event. Adapun ketujuh
elemen tersebut (1) infrastruktur (2) akomodasi (3)transportasi (4) atraksi (5) katering (6)
pedagang pengecer (7)sarana rekreasi atau hiburan.
Karakteristik dari Pariwisata event adalah sebagai berikut :
1. Terbuka untuk umum2. Tujuan utamanya untuk memperingati atau memamerkan tema tertentu3. Diselenggarakan dalam jangka waktu setahun atau kurang4. Ada acara pembukaan dan penutupan5. Struktur organisasi yang dibentuk tidak permanen6. Program acara terdiri dari beberapa aktivitas7. Seluruh aktivitas diselenggarakan pada tempat dan lokasi yang sama dalam satu
wilayah.
8
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
Event muncul sebagai sektor yang signifikan dan berkembang serta dipandang
sebagai memiliki dampak ekonomi, sosial budaya dan politik yang signifikan. Secara
bersamaan, menurut Arcodia dan Whitfield (2006), Buch (2006), Chalip (2006), Hughes
(2007) pada Tassiopoulus (2009), telah terjadi peningkatan minat merancang cara-cara untuk
mengidentifikasi berbagai biaya dan manfaat yang terkait dengan penyelenggaraan event.
Special event memainkan peranan penting dalam kebudayaan modern. Dalam budaya
barat, special event sering digunakan untuk mengembangkan citra positif dari daerah tujuan
wisata, dan digunakan untuk menarik wisatawan. Pada intinya, special event memberikan
kesempatan kepada manusia untuk meluangkan diri mereka dari rutinitas kehidupan sehari-
hari (Getz, 1997; Jago, 1997). As a “onetime or infrequently occuring event of limited
duration,” special events can, therefore, play an important role for attendees by providing
them with an opportunity for leisure, social and cultural experiences, beyond everyday
experiences. Dalam waktu yang terbatas, special event memainkan peranan penting bagi
peserta yang telah diberikan kesempatan untuk pengalaman rekreasi, sosial dan budaya, di
luar pengalaman sehari-hari (Getz, 1997; Jago, 1997 ).
E. Penyelenggaraan Event di Kota Denpasar
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar yang merupakan ibukota Provinsi Bali
yang mempunyai program kerja penegmbangan pariwisata budaya. Pengumpulan data secara
kualitatif berdasarkan studi literatur diperoleh dengan menyoroti aktivitas/kegiatan
kepariwisataan yang meliputi (a) jenis kegiatan-kegiatan atraksi budaya kota Denpasar, (b)
pengelola kegiatan-kegiatan atraksi budaya di Kota Denpasar, (c) Lokasi tempat
penyelenggaraan atraksi budaya, (d) narasumber yang memahami dan memiliki peran penting
dan berkompetensi dalam pengembangan event wisata.
9
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
Penelitian ini difokuskan untuk menentukan atraksi budaya yang dapat dikemas
sebagai produk event wisata. Dengan metode penggunaan data primer, informasi diperoleh
melalui wawancara (interview) dengan narasumber. Sedangkan data sekunder dilakukan
melalui studi pustaka yang relevan. Buku-buku tentang Bali terutama yang menyangkut kota
Denpasar beserta fenomenanya dalam kepariwisataan, merupakan referensi dalam penelitian
ini. Dengan menggunakan pedoman wawancara dan Daftar Periksa Atraksi-Event Wisata,
dapat diketahui atraksi budaya Kota Denpasar yang dikemas menjadi bentuk event budaya
adalah seperti tabel 1 berikut. Terdapat lebih dari puluhan atraksi budaya di Kota Denpasar.
Dari studi kepustakaan, Denpasar sebagai bagian dari Bali dalam kurun waktu setahun atau
dalam 365 hari, Bali mempunyai hari raya suci umat Hindu (rerahinan) sebanyak 139 hari.
Dalam kurun waktu setahun itu juga terdapat sekitar 4.560 hari baik untuk melakukan
kegiatan ritual, baik yang menyangkut hari baik upacara Panca Yadnya, pertanian-pengairan,
peternakan-perikanan, perumahan-kesenian-perdagangan serta lainnya. (Wisma, 2008).
Untuk kegiatan ritual tersebut diperkirakan pelaksanaan ritual dilakukan di sekitar 1.200 pura
diseluruh Bali (Kalender Bangbang Gde Rawi dan putra-putranya, 2009). Dari ketentuan ini,
layaklah Bali dikatakan dengan sebutan “Bali Seribu Pura”.
Tabel 2 pada halaman selanjutnya menunjukkan kategori event budaya Kota
Denpasar yang telah dianalisis, dinyatakan sebagai bentuk event budaya yang mempunyai
kriteria sebagai bentuk event wisata. Berdasrkan pada konsep dan teori Event, Special Event
and Tourism; atraksi budaya Kota Denpasar yang dapat dikategorikan sebagai produk event
wisata adalah pawai Ogoh-ogoh, Med-medan, Pesta Kesenian Bali, Sanur Village Festival,
Denpasar Festival dan Serangan Festival.
10
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
Tabel 1
Events Budaya Kota Denpasar
No. Name of Events Type of Event Schedule 1. Ogoh-ogoh paper-mache parade Community & Cultural
EventMarch/April*)
2. Nyepi (Silence Day) Hallmark Event March/April*)3 Med-medan
(Tug of kissing war)Community & Cultural Event
March/April*)
4 Bali Art Festival/BAF Community and Cultural Event (Festival)
June – July
5 Kite Festival Community Event July6 National Children Day ( Painting
Competition, Culinary show, Parade and show)
Community Event July
7 Tumpek Kandang“Cow competition”
Community Event July *)
8 Sanur Village Festival (SVF) Community & Cultural Event (Festival)
August
9 17Agustus /Independent Day, ( Pillow Fight, Fishing Competition, Duck catching Competition ,Pole Climbing Competition, Badung River music competition )
Community Event August
10 Saraswati Science Day (Denpasar Book Fair)
Community Event September *)
11 Endek Garment Design competitionFashion Show, Children Competition
Community Event September
12 Maha Bhandana Prasada religious ceremony
Community & Cultural Event
September
13 Tumpek Landep/Religious celebration for metal related equipment, (Kris show, Culinary show, Seminar, Musical show)
Community Event October *)
14 Gema Perdamaian (Love and Peace celebration)
Community and Spiritual Event
October
15 Puputan Badung commemoration“Maha Bhandana Pershada”
Community & Cultural Event November
16 Serangan Island Festival Festival 19-21November
17 Denpasar Great Sale Community Event 15-25 December
18 Denpasar Festival(Parade, Agro-Industry show, Endek Germent Fashion show, Culinary show, Traditional food recipe competition, Suckling Pig Competition, Betutu Chicken Recipe competition.
Festival 28-31December
19 Year End Sun Festival Community Event 31 December
Sumber : Dinas Pariwisata Kota Denpasar (2010)
11
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
Tabel 2Event Wisata Kota Denpasar
No. Nama Event Type of Event Schedule1. Ogoh-ogoh paper- mache
parade & Silence DayHallmark Event March/April*)
2 Med-medan (Tug of kissing war)
Special Event March/April*)
3 Bali Arts Festival/Pesta Kesenian Bali
Festival June – July
4 Sanur Village Festival (SVF) Festival August5 Serangan Island Festival Festival November6 Denpasar Festival Festival 15-31
December Sumber : Data diolah (2010)
F. Dampak Penyelenggaraan event
Penyelenggaraan event, secara langsung mauun tidaklangsung memberikan dampak
bagi destinasi wisata. Dampak dari penyelenggaraan event budaya dan event wisata di Kota
Denpasar, dapat dilihat sebagai berikut :
1. Peningkatan Jumlah Turis
Secara statistik belum ditemukan data wisatawan yang bertujuan untuk melihat event
yang digelar. Namun dari hasil observasi, penyelenggara event menyebutkan bahwa
ada peningkatan kunjungan jumlah wisatawan yang berkunjung ke hampir semua
tempat penyelenggaraan event.
2. Pertumbuhan Infrastruktur
Keuntungan-keuntungan yang paling nyata dari penyelenggaraan event terletak di
dalam penambahan infrastruktur dan memungkinkan dunia pariwisata internasional
dan domestik tumbuh di daerah Denpasar. Perubahan-perubahan penting harus ikut
dipertimbangkan, (1) jumlah sarana akomodasi, hotel dan penginapan bertambah
sekitar tempat penyelenggaraan event; (2) dibangunnya atraksi wisata alternatif
penunjang event yang tumbuh secara tidak langsung; dan (3) terciptanya rumah
12
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
makan-rumah makan di sekitar daerah penyelenggaraan event yang memberi dampak
fisik lingkungan Kota Denpasar.
3. Keuntungan-keuntungan bagi Masyarakat
Kepariwisataan dan event-event khusus memberi keuntungan bagi masyarakat yang
menjadi tuan rumahnya. Masyarakat penting diperhatikan sebagai bagian dari target
pasar kepariwisataan (Haywood, 1990). Persepsi-persepsi masyarakat lokal terhadap
kepariwisataan dan dukungan mereka terhadap perkembangan kepariwisataan
tampaknya akan menjadi lebih positif apabila mereka bisa mendapatkan beberapa
keuntungan dari kepariwisataan itu sendiri, serta mampu meningkatkan kualitas
kehidupan mereka. Secara mikro untuk lingkungan sekitar penyelenggaraan event,
ada pengaruh keuntungan bagi masyarakat. Akan tetapi, pengaruh bagi masyarakat
Bali secara keseluruhan belum dapat diperoleh. Setiap Event yang diselenggrakan
Kota Denpasar belum diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari
penyewaan tempat pameran, yang kemudian menjadi sumber penghasilan yang
memberi kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
4. Meningkatnya tanggapan positif Media
Salah satu dampak utama dari diselenggarakannya event-event besar adalah
kesempatan untuk menikmati cakupan media yang luas bagi masyarakat.
Penyebarluasan berita secara mendunia dapat mengawali tahun-tahun sebelum
dilangsungkannya event, dan hal ini nampaknya belum secara maksimal diperguanakn
oleh penyelenggara event. Media biasanya menampilkan penyelenggaraan suatu
event-besar yang positif bagi masyarakat yang akan menghasilkan suatu citra yang
lebih kuat dan mampu meningkatkan kepedulian terhadap tempat tujuan wisata
(destinasi) tersebut.
13
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
5. Peningkatan Promosi Pariwisata
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, strategi pemasaran penyelenggaraan
event Kota Denpasar, termasuk publisitas dan periklanannya, perlu lebih ditingkatkan.
Dengan bekerjasama dengan promosi usaha-usaha lainnya, diharapkan akan tercapai
tujuan memberikan citra positif destinasi dan peningkatan jumlah kunjungan.
G. Penutup
Kegiatan event kota Denpasar, secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut,
bahwa :
1. Atraksi budaya Kota Denpasar merupakan awal dari terselenggaranya event wisata.
2. Bentuk atraksi budaya yang ada di Kota Denpasar, dapat dikategorikan ke bentuk
Hallmark event, Special event dan festival.
3. Event Wisata Kota Denpasar, dapat digunakan untuk menunjang kepariwisataan Bali
secara keseluruhan, terutama dalam upaya menarik jumlah wisatawan.
4. Berbagai bentuk event wisata, mampu memberikan dampak positif bagi Denpasar
dalam pengembangannya sebagai daerah tujuan wisata.
5. Perlu dilakukan pendataan kegiatan event yang dilakukan kota Denpasar, baik dari
sisi jumlah kunjungan maupun jumlah pendapatan dari penyelenggaraan event.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, J., O’Toole, et al, 2002, Festival and Special Event Management, John Willey & Sons Inc. Hoboken, New Jersey
Ardika, IW, dalam Pustaka Bali Post, 2004, Pariwisata Bali: Membangun Pariwisata-Budaya dan Mengendalikan Budaya-Pariwisata, BP, Denpasar
Berridge, G., 2007, Event Management Series; Events Design and Experiences, Butterworth Heinemann, Linacre Jordan, Oxford
14
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusadua Bali - eka.mahadewi@gmail.com
Getz, D, 1991, Festivals, Special Events, and Tourism, Van Nostrand Reinhold, New York
Inskeep, E, 1991, Tourism Planning, An Integrated and Sustainable Development Approach, VNR Tourism and Commercial Recreation Series, Van Nostrand Reinhold, New York
Koentjaraningrat, 2000, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Leiper, N., 2004, Tourism Management, Pearson Education Australia
Mahadewi, NME, 2004, Faktor-faktor yang Menentukan Kepuasan Wisatawan Konvensi terhadap Bali sebagai Destinasi MICE, Tesis, Pasca Sarjana UNUD
Mahadewi, NME, 2007, Pesta Kesenian Bali XXIX, Persepektif Pariwisata Event, Materi Lomba Artikel Ilmiah, Pemerintah Provinsi Bali, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali
Mahadewi, NME, 2009, Pengembangan Atraksi Budaya Kota Denpasar sebagai Event Wisata, Penelitian STP Nusadua Bali, Puslitabmas
Sonder, M., 2004, Event Entertainment and Production, John Willey & Sons Inc. Hoboken, New Jersey
Sorin,D,. 2003, The Special Event Advisor, A Business and Legal Guide for Event Profesionals, John Willey & Sons Inc. Hoboken, New Jersey
Torkildsen, G, 1989, Leisure and Recreation Management, Second Edition, Presenterd by
Britain, London New York, E & F.N. Spon Ltd
Tribe, J, 1999, The Economic of Leisure and Tourism, Second Edition, Butterworth-Heinemann Ltd, Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, 225 Wildwood Avenue, Woburn, MA 01801-2041, a Devision of Reed Educational and Professional Publishing Ltd
Trigg, P, 1996, Leisure and Tourism GNVQ : Advanced Textbook, Butterworth-Heinemann Ltd, Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, a Division of Reed Educational and Professional Publishing Ltd
Tusthi Eddy, N, 2000, Mengidamkan PKB yang Komplit, Majalah Sarad Edisi Juni 2000 No.6 Tahun I, hal. 47
Yoeti, Oka,A, 1990, Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata, Penerbit Angkasa Bandung
15
Recommended