View
220
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
57
AUTENTIKASI LEMAK CELENG DENGAN KROMATOGRAFI GAS-
SPEKTROSKOPI MASSA YANG DIKOMBINASIKAN
KEMOMETRIKA PCA (Principle Component Analysis)
Any Guntarti1,2*, Abdul Rohman1, Sudibyo Martono 1, dan Agustinus Yuswanto1
1Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
*Corresponding author email: any_guntarti@yahoo.co.id.
Abstrak
Latar belakang: Makanan halal merupakan topik yang menarik untuk dibahas. Sebagian besar item non-halal yang
ditemukan di pasar adalah daging babi dan turunannya. Salah satu turunan babi adalah celeng (babi hutan). Daging
celeng beberapa kasus dipalsukan dalam sediaan produk makanan olahan, misalnya bakso.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asam lemak yang terkandung dalam daging celeng dan diolah
dengan menggunakan kemometrika PCA dengan lemak hewan lain yaitu ayam, babi, kambing dan sapi.
Metode: Hewan Celeng yang digunakan dalam penelitian berasal Kabupaten Kotawaringin, Kalimantan Tengah.
Lemak diperoleh dari gajih celeng. Gajih celeng dipanaskan dalam oven pada suhu 90-100ᵒC selama kurang lebih satu
jam sampai keluar minyaknya. Setelah itu dilakukan proses derivatisasi untuk mengubah lemak menjadi senyawa metil
ester yang mudah menguap. Proses derivatisasi dengan menggunakan NaOCH3 dan BF3. Senyawa metil ester
diiinjeksikan kedalam sistim instrumen Chromatography Gas-Mass Spectrometry (GCMS). Selain gajih celeng, juga
dilakukan proses yang sama pada gajih babi, sapi, ayam, dan kambing.
Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak pada celeng dengan menggunakan KGSM
menghasilkan 8 jenis asam lemak yaitu : laurat (0,71±0,075)%, miristat (1,96±0,114)%, palmitoleat (2,14±0,074)%,
palmitat (2,14±0,074)%, margarat (0,27±0,024)%, linoleat (8,46±0,114)%, oleat (45,43±0,339)%, dan stearat
(14,37±0,310)%. Kandungan total asam lemak celeng sebesar 92,95%, dengan asam lemak tidak jenuh 56,03% dan
asam lemak jenuh sebesar 36,92%. Dengan kemometrika Principles Component Analysis (PCA) lemak celeng, ayam,
babi, sapi, dan kambing berhasil dikelompokkan. Asam lemak celeng berdasarkan kemometrika PCA sifatnya dekat
dengan asam lemak ayam dan babi.
Kesimpulan: Asam lemak yang terkandung pada lemak celeng dapat digunakan untuk otentikasi daging celeng.
Kata kunci: celeng, asam lemak, GCSM, kemometrika PCA
1. PENDAHULUAN Isu keaslian makanan halal telah
menimbulkan kekhawatiran di kalangan
konsumen Muslim di seluruh dunia. Hal ini
karena pemalsuan komponen yang halal dengan
komponen haram atau shubhah dalam produk
makanan telah meluas dan sulit untuk
diidentifikasi dengan mata telanjang9. Metode
yang digunakan untuk mengidentifiasi produk
yang non-halal, diantaranya metode
kromatografi, spektroskopi, pembau elektronik,
differential scanning calorimetry (DSC), serta
polymerase chain reaction (PCR)1.
Salah satu jenis makanan yang diharamkan untuk dikonsumsi adalah makanan
yang mengandung babi. Jenis babi yang tidak
diternakkan adalah babi hutan (celeng). Daging
sapi yang dicampur dengan daging celeng
biasanya untuk mengurangi biaya produksi,
sehingga akan memperoleh keuntungan ekonomi
yang tinggi. Aktivitas babi liar bervariasi
tergantung pada habitat dan iklim17. Babi celeng
(Sus barbatus), celeng saja atau secara umum
dikenal sebagai babi hutan yang berasal dari
Kalimantan adalah nenek moyang babi liar yang
menurunkan babi ternak (Sus domesticus)11.
Salah satu kendala yang sering dihadapi
dalam menangani isu makanan halal adalah
ketiadaan metode yang benar-benar valid untuk menganalisa substansi tidak halal dalam bahan
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
58
pangan9. Salah satu senyawa yang sering
digunakan adalah lemak dan minyak. Perbedaan
antara lemak satu dengan yang lainnya terdapat
pada komponen asam lemak penyusunnya,
urutan asam lemak, serta tingkat kejenuhan dari
asam lemak14. Asam lemak yang pada rantai
hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut
asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak
terdapat ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbonnya disebut dengan asam lemak
jenuh8,16. Salah satu faktor yang dapat digunakan
untuk memilih pelarut yang sesuai untuk
ekstraksi minyak atau lemak adalah derajat atau
tingkat kepolarannya5.
Salah satu tehnik umum yang digunakan
untuk karakterisasi minyak adalah kromatografi
gas3. GC-MS dapat menganalisis secara cepat,
kapasitas tinggi, sensitif dan dapat
dikombinasikan dengan berbagai metode
lainnya, termasuk spektrometri massa10.
Penggunaan teknik berbasis kromatografi untuk
analisis komponen non-halal telah dilaporkan
oleh Rohman dan Che Man13.
Detektor yang umum digunakan adalah
detektor ionisasi nyala (flame ionization
detector)15 atau detektor spektrometer massa
yang gabungannya dengan kromatograf gas
disebut dengan gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS)6.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Bahan
Sampel yang digunakan adalah gajih celeng dari
Kabupaten Sawit Kalimantan Selatan, gajih babi,
gajih kambing, gajih ayam. Bahan untuk
penelitian standar FAME dari Supelco, n-
heksana, larutan NaOCH3 0,2 N, larutan BF3,
NaCl jenuh dan Na2SO4 anhidrat7,12.
2.2. Alat GC dengan menggunakan mesin autosampler.
Pemisahan dilakukan dalam kolom DB1-MS
Restech, 30 m x 0.25 mm ID, 0.25 µm, dengan
fase diam Polymethyl xiloxan, suhu injektor
230oC, suhu kolom 70oC dan dinaikkan sampai
300oC dengan kenaikan 10oC/menit, laju alir
1,15 mL/menit. Fase gerak gas Helium. Detektor
MS yang digunakan adalah Electron Multifier
Detector (EMD) 70 MeV.
2.3. Ekstraksi lemak Gajih celeng, babi, sapi, kambing dan ayam
dipotong kecil-kecil, dilelehkan pada suhu 90o-
100oC selama 1-1,5 jam dalam oven. Lemak
yang sudah meleleh disaring dengan kain flanel,
ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan kemudian
disentrifus pada 3000 rpm selama 20 menit.
Lapisan minyak didekanter, disaring dengan
kertas Whatman yang ditaruh Na2SO4 anhidrat14.
Larutan disimpan di almari es pada suhu -20oC
di dalam tabung reaksi bergulir. Larutan
digunakan untuk proses derivatisasi.
2.4. Derivatisasi Derivatisasi asam lemak bertujuan untuk
mengubah asam lemak menjadi bentuk metil
ester asam lemak (fatty acid methyl ester)
menggunakan NaOCH3 0,2 N dan larutan BF3.
Hasil derivatisasi yang mengandung derivat
asam lemak metil ester (FAME) diambil dan
diinjeksikan ke sistem kromatograf gas.
Sebanyak 1µL supernatan diinjeksikan ke
kromatograf gas-spektrometri massa, dilakukan
replikasi sebanyak 3 kali.
2.5. Analisis data
Data yang diperoleh dari GC-MS berupa asam
lemak dalam bentuk metil ester. Kandungan
metil ester asam lemak dari masing-masing gajih
celeng, babi, sapi, ayam dan kambing
dikelompokkan dengan menggunakan
kemometrika PCA dengan minitab 16.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Ekstraksi lemak
Pengambilan minyak dengan
menggunakan oven dapat mempertahankan
kandungan minyak karena suhu dan waktunya
terkontrol. Selain itu dengan menggunakan oven
dapat mencegah hilangnya komponen volatile
minyak, rendemen yang dihasilkan lebih banyak
dan pelaksanaannya lebih sederhana dan murah
karena tanpa menggunakan bahan kimia.
3.2. Komposisi asam lemak standar Analisis asam lemak standar digunakan
dalam bentuk metil ester Fatty acid methyl ester
(FAME) menggunakan kromatografi gas-
spektroskopi massa. Selain waktu retensi (Tr)
dari hasil pemisahan dalam kromatografi gas,
juga informasi Similarity Index (SI) untuk
mengetahui kedekatan struktur kimia dari jenis
asam lemak yang dibandingkan antara target
standar dengan asam lemak pada spektra dari
dengan library WILLEY147 & NIST47 yang
terdapat pada software GC-MS. Hasil SI>90
menunjukkan kemiripan dengan spektra target.
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
59
Gambar 1. Hubungan antara Waktu retensi dengan Jumlah Karbon dan ikatan rangkap penyusun
asam lemak
Pada Gambar 1 terlihat bahwa jumlah unsur
karbon (C) semakin banyak maka semakin lama
Tr. Selain unsur C, ikatan rangkap pada asam
lemak mempengaruhi Tr. Semakin banyak
jumlah ikatan rangkap semakin pendek Tr.
Waktu retensi oktanoat (C8:0) mempunyai Tr
paling awal karena unsur C paling sedikit.
Sedangkan trikosanoat(C24) mempunyai Tr yang
paling besar karena unsur C paling banyak. Pada
stearat (C18:0) mempunyai Tr paling besar dari
pada palmitoleat (C18:2) . Palmitoleat Tr nya
lebih kecil dari Tr oleat (C18:1). Hal disebabkan
karena jumlah ikatan rangkapnya yang berbeda.
Stearat tidak punya ikatan rangkap (asam lemak
jenuh), palmitat mempunyai 2 ikatan rangkap
dan oleat mempunyai satu ikatan rangkap.
Jumlah unsur C yang mempengaruhi
proses pengubahan bentuk lemak yang tidak
menguap diubah menjadi bentuk senyawa metil
ester yang mudah menguap. Semakin banyak
unsur C semakin besar bobot molekul (BM) nya,
sehingga dibutuhkan Tr yang lebih lama. Jumlah
ikatan rangkap berhubungan dengan BM suatu
senyawa. Semakin banyak ikatan rangkapnya
akan semakin kecil BM nya, sehingga perubahan
bentuk menjadi metil esternya semakin cepat dan
Tr juga semakin pendek.
3.3. Komposisi Asam lemak pada celeng.
Gambar 2. Histogram jenis asam lemak pada lemak celeng
Berdasarkan Gambar 2 celeng
mengandung 8 jenis asam lemak. Hasil analisis
dengan GC-MS diperoleh bahwa oleat
merupakan komponen penyusun asam lemak yang tertinggi pada celeng dengan 45,43%,
diikuti oleh palmitat (19,61%), stearat (14,37),
linoleat (8,46%), palmitoleat (2,14%), miristat
(1,96%), laurat (0,71%) dan margarat (0,27%).
Oleat merupakan asam lemak tidak jenuh dengan satu ikatan rangkap. Asam lemak jenuh dalam
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
60
celeng yaitu laurat, miristat, palmitat, margarit,
dan stearat. Sedangkan asam lemak tidak jenuh
adalah asam palmitoleat, asam linoleat (C18:2)
dan asam oleat (C18:1). Jika dilihat jumlah
persentase kandungan, asam lemak tidak jenuh
lebih banyak yaitu sebesar 56,03%. Asam lemak
jenuh sebesar 36,92% dan 7,05% adalah
kandungan selain metil ester. Jumlah kandungan
asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak akan
berpengaruh pada bentuk fisik pada suhu kamar
dan stabilitas lemaknya.
3.4. Komponen menguap pada lemak sapi,
babi, ayam dan kambing.
Selain lemak celeng dalam penelitian ini
juga mencari asam lemak dalam bentuk metil
esternya untuk hewan lain. Pengambilan lemak
sama seperti yang dilakukan pada pengambilan
gajih pada lemak celeng. Lemak yang diperoleh
dilakukan derivatisasi menjadi bentuk metil
esternya yang selanjutnya diinjeksikan ke sistim
GC-MS.
3.5. Perbandingan komponen asam lemak
pada celeng, babi, ayam, sapi dan
kambing.
Parameter kualitatif pada kromatografi gas
adalah waktu retensi. Hasil antara Tr standar
dengan Tr celeng, babi, ayam, sapi dan kambing
apabila mirip maka menunjukkan jenis asam
lemak sesuai dengan standar.
Gambar 3. Perbandingan Waktu retensi (Tr) antara asam lemak standar dengan Tr asam lemak
celeng, babi, ayam, sapi dan kambing dengan kromatografi gas
Gambar 3 menyajikan data
perbandingan Tr standar dan sampel celeng,
babi, ayam, sapi dan kambing. Pada Gambar 3
terlihat bahwa semua waktu retensi jenis asam
lemak metil ester pada celeng, babi, ayam, sapi
dan kambing sangat dekat dengan Tr asam lemak
metil ester standar. Hal ini menunjukkan bahwa
jenis asam lemak pada sampel sama dengan
asam lemak pada standar. Semakin banyak
jumlah unsur karbon (C) semakin tinggi Tr nya.
Semakin banyak ikatan rangkap penyusun asam
lemak semakin kecil Tr.
Hasil analisis lemak pada babi, sapi jika
dibandingkan dengan peneliti sebelumnya oleh
Hermanto4 tidak berbeda jauh. Perbedaan asam
lemak celeng dengan babi dan ayam berdasarkan
gambar 2 bahwa celeng mengandung asam
lemak margarat sedangkan babi dan ayam tidak
terdeteksi. Penelitian sebelumnya Hermanto4
ayam dan babi mengandung asam margarat.
Kandungan margarat (C17:0) pada penelitian
Harmoko untuk babi 0,5% dan ayam sebesar
1,74%. Hal ini mungkin disebabkan bahwa
lemak margarat selama proses hilang karena
pemanasan, derivatisasi. Jadi sebenarnya antara
celeng, babi dan ayam mengandung jenis asam
lemak yang sama, hanya kuantitasnya yang
berbeda. Pada sapi dan kambing mengandung
lemak pentadekanoat dan asam arakidat. Celeng,
babi dan ayam tidak mengandung lemak
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
61
pentadekanoat dan arakidat. Asam arakidat
termasuk asam lemak jenuh. Jenis asam lemak
pada celeng, babi, ayam, sapi dan kambing
disajikan pada Tabel I.
Tabel I. Hasil perolehan prosentasi metil ester pada lemak babi, ayam, sapi dan kambing dengan
kromatografi gas
Metil ester Prosentase (%) metil ester
Celeng Babi Ayam Sapi Kambing
Laurat C12:0 0,71 1,43 0,32 0,84 0,43
Miristat C14:0 1,96 3,00 0,71 3,73 1,71
Pentadekanoat (C15:0) Ttd Ttd Ttd 0,53 0,33
Palmitoleat C16:1 2,14 1,37 6,83 0,40 0,495
Palmitat C16:0 19,61 18,55 27,39 25,94 18,03
Margarat C17:0 0,27 Ttd Ttd 0,41 1,87
Linoleat 18:2 8,46 8,17 11,12 1,15 0,665
Oleat C18:1 45,43 42,94 44,80 14,15 21,71
Stearat C18:0 14,37 9,68 5,01 34,57 35,94
Nonadekanoat (C20:0) Ttd Ttt Ttd ttd 0,35
Asam arakidat C21:1 Ttd Ttd Ttd 0,17 0,48
Berdasarkan Tabel I terlihat bahwa
celeng mempunyai asam oleat yang paling tinggi
(45,43%), kemudian selanjutnya ayam (44,80%),
babi (42,94%), kambing (21,71%) dan sapi
(14,94%). Selain oleat, asam linoleat termasuk
asam lemak tidak jenuh. Kandungan asam
linoleat yang paling tinggi adalah ayam (11,12),
celeng (8,46%), babi (8,17%), sapi (1,15%) dan
kambing (0,67%). Kandungan asam palmitoleat
yang tertinggi adalah ayam (6,83%), kemudian
celeng (2,14%) dan babi (1,37%). Jumlah
kandungan asam lemak tidak jenuh antara oleat,
linoleat dan palmitoleat maka yang paling tinggi
adalah celeng (56,03%), selanjutnya ayam
(55,92)% dan babi 51,11%.
Jika dilihat dari kandungan asam lemak
jenuh yang paling tinggi adalah sapi (66,29%),
kemudian kambing (58,59%), celeng (36,92%),
babi (32,66%) dan ayam yang paling sedikit
yaitu 33,43%. Jika dibandingkan kandungan
asam lemak jenuh pada ayam, celeng dan babi
menunjukkan celeng paling tinggi kandungan
asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Sementara
pada babi kandungan asam lemak jenuh dan
tidak jenuhnya yang paling kecil. Ayam
kandungan asam lemak jenuh dan tidak diantara
babi dan celeng. Secara umum bahwa sifat fisika
kimia asam lemak ayam, babi dan celeng
mempunyai kemiripan dari jumlah kandungan
asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Gambar 4
menyajikan jumkah total asam lemak pada
berbagai hewan.
Gambar 4. Jumlah total asam lemak pada celeng, babi, ayam, sapi dan kambing
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
62
Berdasarkan Gambar 4 bahwa jumlah
asam lemak total (asam lemak jenuh dan tidak
mampu mengelompokkan mampu
mengelompokkan selanjutnya ayam (89,35%),
babi (85,77%), sapi (81,99%) dan kambing
(81,81%). Jika dilihat dari jenis asam lemaknya
yang paling banyak adalah kambing (11 Jenis).
3.6. Principal Component Analysis (PCA) asam
lemak metil ester .
Analisis PCA digunakan data jenis asam
lemak. Variabel yang digunakan di dalam
analisis PCA adalah jenis hewan. Tipe matriks
yang dipilih adalah korelasi yang
menghubungkan antara jenis hewan dengan asam
lemak2. Analisis PCA dapat mengetahui
kemiripan antara asam lemak yang dipunyai oleh
masing-masing lemak celeng, babi, ayam, sapi
dan kambing. Hasil kemometrika PCA disajikan
pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa
antara lemak celeng dan babi dekat, sedangkan
yang lain terpisah. Sehingga dengan
kemometrika PCA bahwa jenis asam lemak pada
ayam, babi, celeng, kambing dan sapi mampu
dikelompokkan.
Gambar 5. Score Plot hasil analisis PCA kambing dan sapi
KESIMPULAN Berdasarkan Hasil penelitian
menunjukkan bahwa asam lemak pada celeng
dengan menggunakan GCMS menghasilkan 8
jenis asam lemak yaitu : laurat (0,71±0,075)%,
miristat (1,96±0,114)%, palmitoleat
(2,14±0,074)%, palmitat (2,14±0,074)%,
margarat (0,27±0,024)%, linoleat
(8,46±0,114)%, oleat (45,43±0,339)%, dan
stearat (14,37±0,310)%. Kandungan total asam
lemak celeng sebesar 92,95%, dengan asam
lemak tidak jenuh 56,03% dan asam lemak jenuh
sebesar 36,92%. Dengan kemometrika Principles
Component Analysis (PCA) lemak celeng, ayam,
babi, sapi, dan kambing berhasil dikelompokkan.
Asam lemak celeng berdasarkan kemometrika
PCA sifatnya dekat dengan asam lemak babi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aparicio, R., Morales, M.T., Aparicio-Ruiz,
R., Tena, N., dan García-González, D.L.
Authenticity of olive oil: Mapping and
comparing official methods and promising
alternatives. Food Research International.
2013;54: 2025–2038.
2. Bosque-Sendra, J.M., Cuadros-Rodriguez,
L., Ruiz-Samblas, C., and de la Mata, A.P.
combining Chromatography and
Chemometrics for the characterization and
authentication of fats and oils from
triacyglycerol compositional data-Areview.
Analytica Chimica Acta. 2012;724:1-11
3. Grob, R.I. Theory of Gas Chromatography,
dalam: Emeritus, R.L.G.P.D. essor,
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
63
Chemistry, E.F.B.P.D. essor of (Eds.),
Modern Practise of Gas Chromatography,
John Wiley & Sons, Ins. 2004; p. 23-63
4. Hermanto, S., Anna Muawanah., Rizkina
Harahap. Profil dan Karakteristik Lemak
Hewani (Ayam, Sapi dan Babi) Hasil
Analisa FTIR dan GCMS. 2008;102 – 109.
5. Isa, I.Penetapan Asam Lemak Linoleat dan
Linolenat Pada Minyak Kedelai Secara
Kromatografi Gas, Saintek. 2011;6 (1) : 1 -
6.
6. Kealey, D. And Haines, P.J. Instant Notes:
Analytical Chemistry. Printed by BIOS
Scientific Publishers Limited. 2002;26-53
7. Kumar, A., Lindley, M.R., and Mastana,
S.S. Atime efficient adaptation of GCiFID
method for analysis of PBMC lipid
composition. Journal of Biochemical
Trchnology. 2014;5:760-764.
8. Lobb, K., dan Chow, C. K. Fatty Acid Classification and Nomenclature, dalam
Chow, C. K., (Ed.) Fatty Acid in Foods and
Their Health Implications, 3rd edition CRC
Press, Boca Raton. 2007
9. Mursyidi, A. The Role of Chemical Analysis
in the Halal Authentication of Food and
Pharmaceutical Products. Journal of Food
and Pharmaceutical Sciences. 2013; 1
10. Park, J.R. and Lee, D.S. Changes in dry
matter, oil content and fatty acids
composition of avocado during harvesting
time and post-harvesting ripening period,
Food Chemistry. 2003;86: 79-83
11. Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N.
Kartikasari. Panduan Lapangan Mamalia di
Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam, The Sabah Society & WWF
Malaysia, Jakarta. 2000; hal :365
12. Rohman, A. dan Che Man, Y.B.
Authentication analysis of cod liver oil from
beef fat using fatty acid composition and
FTIR spectra. Food Additives &
Contaminants: Part A. 2011;28: 1469–1474.
13. Rohman, A. dan Che Man, Y.B. Application
of Fourier transform infrared (FT-IR)
spectroscopy combined with chemometrics
for authentication of cod-liver oil.
Vibrational Spectroscopy. 2011;55: 141–
145.
14. Rohman, A., Sugeng, R., and Che Man, Y.B.
Characterization of red fruit (Pandanus
conoideus Lam) oil. International Food Research Journal. 2012;19:563-567.
15. Ruiz-Samblas, C., Gonzalez-Casado, A.,
Cuaros-Rodriguez, L., and Garcia, F.P.R.
Application of selected ion monitoring to the
analysis of triacylglycerols in olive oil by
high temperature-gas chromatography/mass
spectrometry. Talanta. 2010;82:255-260.
16. Silalahi, J dan Siti Nurbaya. Komposisi
Distribusi dan Sifat Anterogenik Asam
Lemak dalam Minyak Kelapa dan Kelapa
Sawit, J Indon Med Assoc. 2011;61 (11) :
453 – 457.
17. Young, L.C., VanderWerf, E.A., Lohr, M.T.,
Miller, C.J., Titmus, A.J., Peters, D., dkk.
Multi-species predator eradication within a
predator-proof fence at Ka‘ena Point,
Hawai‘i. Biological Invasions. 2013;15:
2627–2638.
Recommended