View
121
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
menurut departemen kesehatan tahun 1991 puskesmas adalah organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat & memberikan pelayanan secara
menyeluruh & terpadu kepada masyarakat di wilyah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.
Fungsi dari puskesmas yaitu Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan
Masyarakat di wilayah kerjanya, Membina peran serta masyarakat di wilayah
kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, Memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya.
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
kerja Puskesmas.
1
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga
pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan
saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis,
dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize, tatalaksana kegiatan
yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian
maajerial di atas bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai
bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD yang berorientasi kepada kepentingan
masyarakat. Adapun ke depan, Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan
teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara
komprehensif dan terpadu.
Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun
fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda.
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan
masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk
kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya.
Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD ).
Salah satu ujung tombak suksesnya pelayanan kesehatan adalah sarana pelayanan
kesehatan strata pertama yaitu puskesmas yang di tanggung jawabi dinas kesehatan
kota medan. Puskesmas berperan dalam upaya baik promotif, prefentif, kuratif, dan
rehabilitatif. Oleh karna itu, dalamrangka membentuk petugas kesehatan yang tidak
hanya piawai dalam bidang kuratif dan rehabilitatif. Tetapi juga dalam bidang
2
prefentif dan promotif, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara menyelengarakan kegiaatan kepanitraan senior klinik (KKS) di dinas kesehatan
kota medan yang kemudian memberi pembekalan bagi peserta KKS untuk melakukan
kegiatan KKS di pukesmas dan desa binaan yang ditentukan kemudian.
1.2. Tujuan Kegiatan
1.2.1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan program kesehatan di Puskesmas
2. Untuk mengetahui struktur organisasi Puskesmas serta program dari masing-
masing unit yang ada.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui program wajib dan pengembangan Puskesmas Binjai.
2. Untuk Mengetahui sejauh mana program-program tersebut telah berjalan,
melalui data – data yang tersedia di Puskesmas Binjai.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dijumpai dalam
melaksanakan program yang ada di Puskesmas Binjai.
1.3 Prosedur Kerja
1. Pendataan sistem pelaksanaan upaya pokok kesehatan administrasi yang
dilaksanakan di puskesmas melalui :
a. Mencatat data dan laporan laporan yang ada di Puskesmas
b. Melakukan wawancara dengan tenaga kesehatan maupun staf
administrasi puskesmas
2. Melakukan Pengamatan Langsung/Terlibat secara langsung dalam
kegiatan/pelaksanaan di lapangan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Puskesmas
2.1.1. Pengertian Puskesmas
Puskemas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di
samping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerja dalam bentuk kegiatan pokok.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004,
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
Yang dimaksud dengan :
1. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Yakni suatu unit organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang melakukan tugas teknis operasional dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pengertian
4
pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan yang berwawasan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga, serta pelayanan kesehatan.
3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara Nasional, standar wilayah Puskesmas adalah satu Kecamatan. Tetapi
apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung
jawab wilayah kerja di bagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut
secara operasional bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dari uraian di atas, jelas bahwa Puskesmas adalah satu satuan organisasi yang
diberikan kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota unutk
melaksanakan tugas – tugas operasional pembangunan kesehatan di wilayah
Kecamatan.
Adapun pengertian batasan Puskesmas dengan kewenangan kemandirian yang
dimaksud disini adalah Puskesmas yang mempunyai kewenangan sebagai berikut :
Kewenangan menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan sesuai dengan situasi dan kondisi,
kultur budaya dan potensi setempat.
Kewenangan mencari, menggali dan mengelola sumber pembiayaan yang berasal
dari pemerintah, masyarakat, swasta dan sumber lain dengan sepengetahuan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang kemudian dipertanggungjawabkan untuk
ppembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
5
Kewenangan untuk mengangkat tenaga institusi/honorer, pemindahan tenaga, dan
pendayagunaan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya dengan sepengetahuan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kewenangan untuk melengkapi sarana dan prasarana termasuk peralatan medis
yang dibutuhkan.
2.1.2 Tujuan Puskesmas
Tujuan Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dalam rangka menwujudkan Indonesia Sehat 2015.
2.1.3. Fungsi Puskesmas
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menyelenggarakan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Di samping itu, Puskesmas aktif memantau da melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengakibatkan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
6
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(Private Goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat umum atau
Public Goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, memberantas penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
7
2.2. Visi dan Misi Puskesmas
2.2.1. Visi Puskesmas
Visi Puskesmas adalah Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan
Dalam menentukan keberhasilan mewujudkan visi tersebut, perlu ditetapkan
indikator kacamatan sehat, antara lain sebagai berikut:
Indikator lingkungan sehat
Indikator perilaku sehat
Indikator Pelayanan Kesehatan yang bermutu
Indikator derajat kesehatan yang optimal
Indikator yang ditetapkan hendaknya mempertimbangkan kaedah sederhana,
mudah diperoleh, mudah diolah, mudah diinterpretasikan, sensitif dan spesifik.
2.2.2. Misi Puskesmas
Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :
1. Membina pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, puskesmas
akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain kesehatan yaitu pembangunan
dampak positif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat semakin sehat.
2. Mendorong kemandirian bagi keluarga masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya, semakin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang di selenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar yang
8
memuaskan masyarakat dan mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dan sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara mengkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorongan, keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya tanpa diskriminasi dan
dengan menerapkan kemauan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan mencakup pula aspek lingkungan di
wilayah kerjanya
2.3. Azas dan Upaya Penyelenggara Puskesmas
2.3.1. Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Penyelenggara Upaya - Kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan
harus menetapkan azas penyelenggara Puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggara puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas.Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam, menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan
wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggara puskesmas yang dimaksud adalah
1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas, harus bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kedanya, dengan kegiatan antara lain :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
9
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kedanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diseleggarakkan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan
tejangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas wajib memperdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas dengan kegiatan
antara lain :
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita.
(BKB).
b. Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD).
c. Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI).
d. Upaya Kesehatan Sekolah : Dokter Kecil, Penyertaan Guru dan Orangtua/wali
murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren).
e. Upaya Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f.Upaya Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda.
g. Upaya Kesehatan Kerj a: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
h. Upaya Kesehatan Jiwa : Posyandu, Tim Pelaksana kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM).
i.Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional : Taman Obat Kelarga (TOGA)
10
j.Upaya Pembiayaan Jaminan Kesehatan (Inovatif) : Dana Sehat, Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), Mobilisasi Dana Keagamaan
3. Azas Keterpaduan
Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya harus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, bermitra dengan BPKM
1 BPP dan organisasi masyarakat lainnya, berkoordinasi dengan lintas sektoral dan
lintas program, agar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan sehingga lebih berhasil
guna dan berdaya guna.
4. Azas Rujukan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan pertama, yang bila tidak
mampu mengatasi masalah karena berbagai keterbatasan, bisa melakukan rujukan
baik secara vertical ke tingkat yang lebih tinggi, atau secara horizontal ke Puskesmas
lainnya. Ada dua macam rujukan di Puskesmas
a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan.
b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat.
2.3.2. Upaya Penyelenggaraan Puskesmas
Dalam mencapai Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat 2015, Puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan .menjadi dua yakni :
1. Upaya Kesehatan Wajib.
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
11
komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daysa ungkit tinggi
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan harus diselenggarakan
di setiap Puskesmas :
1. Upaya Promosi Kesehatan.
2. Upaya Kesehatan Lingkungan.
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
5. Upaya Pencegahan dan. Pemberantasan Penyakit Menular.
6. Upaya Pengobatan.
7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok Puskesmas yang telah ada yakni :
1. Upaya Kesehatan Sekolah.
2. Upaya Kesehatan Olahraga.
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
4. Upaya Kesehatan Kerja.
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
6. Upaya Kesehatan Jiwa.
7. Upaya Kesehatan Mata.
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.
12
10. Upaya Laboraturium sederhana
2.4. Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas
2.4.1. Kedudukan Puskesmas
Kedudukkan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem
Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah
Daerah :
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam sistem Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya.
3. Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukkan Puskesmas dalam sistem Pemerintahan Daerah adalah sebagai unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit
struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat
kecamatan.
13
4. Antara Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan
strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek
dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan
masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan
kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas
terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan-kesehatan berbasis dan
bersumber daya masyarakat seperti: Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos
UKK. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan
berbasis dan bersumber daya masyarakat adalah sebagai pembina.
2.4.2. Organisasi Puskesmas
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari beban tugas masing-masing
Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di satu Kabupaten/Kota
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangakan penetapannya
dilakukan dengan Peraturan Daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai
berikut :
a) Kepala Puskesmas
b) Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas
dalam pengelolaan:
Data dan Informasi
Perencanaan dan Penilaian
14
Keuangan
Umum dan Kepegawaian
c) Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas :
Upaya Kesehatan Perorangan ( UKP)
Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
d) Jaringan Pelayanan Perorangan :
Unit Puskesmas Pembantu
Unit Puskesmas Keliling
Unit Bidan di Desa/Komunitas
2. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas disusuaikan
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit Puskesmas. Khusus
untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang
sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup
kesehatan masyarakat.
3. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di
tingkat Kecamatan. Sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya
peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
tingkat kecamatan maka jabatan Kepala Puskesmas adalah jabatan struktural
Eselon IV.
Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat
jabatan Eselon IV ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria
15
Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum
pendidikannya mencakup di bidang kesehatan masyarakat, dengan
kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.
2.4.3 Tata Kerja Puskesmas
1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi dengan kantor
kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat
kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakkan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal
pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh Puskesmas,
koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitas.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dengan demikian secara teknis dari administratif, Puskesmas bertanggung
jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bertanggung jawab membina serta memberikan bantuan
administratif dan teknis kepada Puskesmas.
3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerja sama termasuk
penyelenggara rujukan dan membantu kegiatan yang diselenggarakan.
Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,
Puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan
sesuai kebutuhan.
16
4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai
pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan
kerja sama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan
kesehatan perorangan seperti Rumah Sakit ( Kabupaten/Kota) dan Balai
Kesehatan Masyarakat ( Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru, Balai
Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan Kerja Masyarakat, Balai Kesehatan
Olahraga Masyarakat, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Balai Kesehatan
Indra Masyarakat).
Untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan
dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai
Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat.
Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang
menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Dengan Lintas Sektor
Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk hasil optimal, penyelenggaraan
pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan
berbagai lintas sektor terkait di tingkat Kecamatan.
17
6. Dengan masyarakat
Sebagai penganggung jawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat
sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut
diwujudkanmelalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang
menghimpun berbagai potensi masyarakat serta dunia usaha. BPP tersebut
berperan sebagai mitra Puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan
kesehatan.
2.5. Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja puskesmas bisa satu kecamatan atau sebagian dari wilayah
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik, dan keadaan
infrastruktur lain yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
kerja puskesmas (Depkes RI, 2006).
Luas wilayah kerja yang masih efektif bagi semua puskesmas di daerah
pedesaan adalah suatu area dengan jari-jari 5 km, sedangkan luas wilayah kerja yang
dipandang optimal adalah area dengan jari-jari 3 km (Depkes RI, 2006).
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga
pembagian wilayah kerja puskesmas di tetapkan oleh Bupati/Walikota mendengar
saran teknis dari Kepala Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya/Kepala Dinas
Kesehatan Dati II yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan Provinsi (Depkes RI, 2006).
18
BAB 3
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
3.1. Gambaran Umum Puskesmas Desa Binjai
Puskesmas Desa Binjai pada tanggal 23 Juli 1981 oleh Walikota Madya TK. II,
Sumatera Utara. Puskesmas Desa Binjai terletak di Kecamatan Medan Denai yaitu
terletak di Jalan Seksama No.2 Blok D, Kelurahan Binjai.Jarak Puskesmas dengan
Dinas Kesehatan DATI II berkisar 10 Km, sehingga letak Puskesmas dapat dijangkau
dengan kendaraan beroda 2 atau 4.Wilayah kerja Puskesmas Desa Binjai terdiri dari 1
Kelurahan, dengan jumlah lingkungan 20. Luas wilayah kerjanyan adalah 412,5 ha,
dan jumlah penduduk 53.507 jiwa.
3.2. Visi dan Misi
3.2.1.Visi
“Terwujudnya pelayanan kesehatan 2016”
3.2.2.Misi
Ada empat misi Puskesmas, yaitu :
a) Menggerakkan pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan.
b) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
19
c) Memelihara dan meningkatkan pelayanan bermutu, merata dan
terjangkau.
d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu warga dan
masyarakat serta lingkungan.
3.3. Wilayah Kerja Puskesmas dan Data Umum Puskesmas
Dalam melaksanakan kegiatan Puskesmas Desa Binjai mempunyai wilayah
kerja yang meliputi :
a) Luas wilayah : 412,5 Hektar
b) Jumlah Kelurahan : 1 Kelurahan
c) Jumlah Lingkungan : 20 Lingkungan
d) Jumlah Penduduk : 53.507 jiwa dengan 10.200 KK
3.4. Data Geografis
Secara geografis Puskesmas Desa Binjai berbatasan dengan
Sebelah Barat : Kel. Tegal sari II / Pasar Merah
Sebelah utara : Kel. TS. Madan III/ Kel. Tg. Sari II
Sebelah Selatan : Kel. Siderejo III
Sebelah Timur : Kel. Denai/Kel. Menteng (Sei Denai)
3.5. Data Demografi
Tabel 3.5.1.Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa) %
1. Laki-laki 23.950 44%
20
2. Perempuan 29.557 56%
JUMLAH 53.507 100
Keterangan Tabel 3.5.1
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak
di Kelurahan Desa Binjai adalah perempuan sebesar 29.557 jiwa.
Tabel 3.5.2 Menurut Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
Kelompok Umur Jumlah Jiwa Persentase
Pendidikan 0 – 3 tahun 6.373 11%
4 – 6 tahun 5.236 9%
7 – 12 tahun 3.269 6%
13 – 15 tahun 6.808 12%
16 – 18 tahun 3.196 5%
> 19 tahun 817 1,5%
Tenaga Kerja 10 – 14 tahun 1.286 2,4%
15 – 19 tahun 3.646 6,8%
20 – 26 tahun 5.401 10%
27 – 40 tahun 4.039 7,5%
57 tahun 16.655 31%
Jumlah 53.507 100%
Keterangan tabel 3.5.2
21
Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk terbanyak pada kelompok
pendidikan di Kecamatan Medan Denai adalah usia 13 – 15 tahun yaitu sebanyak
6.808 jiwa atau 12% sedangkan pada kelompok tenaga kerja yang terbanyak di
Kecamatan Medan Denai adalah usia > 57 tahun yaitu sebanyak 16.655 jiwa atau
31%.
Tabel 3.5.3 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Agama di Wilayah Kerja
Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
No Agama Populasi (Jiwa)
1 Islam 23.280
2 Kristen 9.912
3 Katolik 2.840
4 Budha 30
Keterangan tabel 3.5.3
Berdasarkan tabel diatas penduduk dengan agama terbanyak adalah muslim
berjumlah 23.280 jiwa, kemudian kristen 9.912, katolik 2840 dan buddha 30 jiwa.
Tabel 3.5.4 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian di Wilayah Kerja
Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014
No. Keterangan Jumlah Jiwa
1. PNS 1.128
2. TNIIPOLRI 187
3. Wiraswasta 3.135
4. Pensiunan 277
5. Pedagang 831
6. Tani 180
7. Lain-lain 2.024
22
JUMLAH 7.762
Keterangan tabel 3.5.4
Berdasarkan tabel diatas mata pencaharian masyarakat terbanyak di wilayah
Kecamatan Medan Denai adalah wiraswasta yaitu bejumlah 3.135 jiwa.
Tabel 3.5.5 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum dan
Khusus di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun
2014.
Pendidikan Populasi
TK 115
SD 11.785
SLTP 4.475
SLTA 6.827
AKADEMI 1.335
SARJANA 828
Pendidikan Khusus 120
3.6. Tenaga Kesehatan Puskesmas Desa Binjai
Tenaga kesehatan wilayah kerja puskesmas desa Binjai kecamatan Medan Denai
Januari s/d Mei 2015.
1. Dokter Umum : 3 orang
2. Dokter Gigi : 2 orang
3. Bidan : 3 orang
4. SKM (promkes) : 3 orang
5. Perawat : 8 orang
6. Asisten Apoteker : 2 orang
23
7. Tata Usaha : 1 orang
8. Petugas Gizi : 1 orang
9. Analisis : 2 orang
Jumlah : 25 orang
3.7. Tenaga Kesehatan Puskesmas
Tabel 3.5.6. Distribusi Data Pegawai Desa Binjai Kesehatan Kota Medan Tahun 2015
No Nama NIP GOL Keterangan Pendidikan
1 Dr. Fera M. Manalu 197007022002122001 IV A Ka. Puskesmas FK
2Megawati Sitorus,
SKM.197011031993032004 IIIC KTU SKM
3. Dr. Netty Sitorus 197107052002122003 IV A Dokter Poli FK
4 Drg. Dortha Rauli
Nadeak
197202242006042006 III D Dokter Poli Gigi FKG
5. Dr. Rita Dolok Saribu 197504202009042003 IIIC Dokter Poli FK
6. Drg. Sabar Menanti 198106282010012015 IIIB Pengobatan FKG
7. Berliana Sitorus 195906031981032002 IIID SP2TP/kesling SpK
8. Atup Pita Uli Girsang 196002081982082002 IIID Obat/Inventaris Saa
9. Linna 196307061983032005 IIID DBD/Serveilance SpK
10. Machdalena 196008191983032002 IIID Mata/ ISPA SpK
24
11. Herlina.Simatupang 196608101992032003 IIID Deteksi dini/KIA SkM
12.Togi Berliana
Simangunsong197011031993032004 IIID TB Paru AmKeb
13. Sorta Sitorus 196909251994032004 IIIC Jurim SpK
14. Darni 196604111995032001 IIIB Laboratorium/Askes Aak
15.Eva F Juliana, Amk.
Kep198207072005022001 IIIA Diare/SIK Akper
16. Nur Aisyah, S.Kep 198010032005022001 IIIA Usila/UKS Akper
17.Friastian Ningsih,
Amkg198104192010012018 IID Perawat Gigi Akg
18.Tiur ma Roselina Op.
Sunggu Am.Keb197807082011011006 IID Sp2pt/Perkesmas Amkeb
19 Khadijah, Skep. Ns 198111142005022005
20 Reni Sri Ramadhani 198207172011012028
21.Henlida Erpian
Silaen, SKM198203092005022003
22. Rumiati Sinaga 198102272010012023
23 Murni mayang sari 198307042010012028
24Syammasi umarah
sinaga197807082011011006
25
25. Marzuki Ahmad Honorer - Loket D3 MPKS
3.7 Struktur Organisasi Puskesmas Desa Binjai
3.7.1.Fungsi Struktur Organisasi
a. Kepala Puskesmas
Mempunyai tugas pokok dan fungsi yaitu : memimpin, mengawasi, dan
mengkoordinasi kesalahan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan
struktural fungsional.
b. Tata usaha
Melaksanakan administrasi
Pengurusan suporting (kepegawaian)
Perlengkapan
Keuangan
Penanggung jawab
c. Penanggungjawab
Bertanggungjawab atas segala sesuatu kegiatan/program puskesmas:
a) Unit I
Mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu melaksanakan kegiatan
26
kesejahteraan ibu dan anak KB dan perbaikan gizi.
b) Unit II
Mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu melaksanakan kegiatan
pencegahan dan pemberantasan penyakit khususnya immunisasi,
kesejahteraan lingkungan.
c) Unit III
Mempunyai tiga pokok dan fungsi, yaitu melaksanakan kegiatan
pengobatan rawat jalan dan penyuluhan kesehatan masyarakat.
d) Unit IV
Mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu : melaksanakan
kegiatan gigi dan mulut dan usaha kesehatan sekolah.
e) Unit V
Mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu: mencatat semua hasil
penyalahan farmasi dan laboraturium.
f) Unit VI
Mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu: mencatat semua hasil
penerimaan pengeluaran puskesmas.
3.8. Fasilitas Fisik Puskesmas Desa Binjai
3.8.1. Fasilitas Gedung Puskesmas Permanen
27
3.8.1.1. Sarana Fisik
Puskesmas desa binjai dalam menajalankan kegiatannya didukung oleh
fasilitas fisik, meliputi :
1. Ruangan rawat jalan : 8 Ruangan
2. Ruangan dilengkapi dengan alat kesehatan yang sesuai
3. Mempunyai SPAL atau Sistem Pembuangan Air Lembah
Sarana Fisik yang dimiliki Puskesmas Desa Binjai meliputi
Ruangan kepala puskesmas : 1
Ruang Periksa pasien : 1
Ruang Kartu/Komputer : 1
Ruang Tunggu : 1
Ruang pengobatan gigi dan mulut : 1
Ruang obat/apotik : 1
Ruang KIA/KB/Gizi : 1
Ruang imunisasi : 1
Kamar mandi : 1
Kendaraan roda empat : 1
Kendaraan roda dua : 1
3.8.1.2.Fasifitas Administrasi
Adapun fasilitas administrasi yang dimiliki oleh Puskesmas Desa Binjai :
28
a. Kartu berobat pasien
b. Buku catatan pasien
c. Kartu laporan
d. Kartu laporan terpadu
e. Kartu KIA
f. Lemari/rak buku
g. Stempel
h. Arsip komputer
i. Buku bendahara.
j. Surat rujukan
k. Meja dan kursi
3.8.1.3.Fasilitas Imunisasi
Fasilitas imunisasi yang dimiliki puskesmas desa Binjai
a. Lemari pendingin
b. Alat-alat imunisasi
c. Vaksin seperti : BCG, DPT, Polio, TT, Hepatitis, Campak.
3.8.1.4.Fasilitas Alat-alat
Adapun peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Desa Binjai, antara lain :
1. Alat-alat pemeriksaan pasien, seperti
a. Stetoskop : 3
b. Tensimeter : 2
29
c. Temperatur : 1
d. KIA KIT : 1
2. Alat-alat suntik dan P3K
3. Timbangan bayi dan dewasa
4. Lemari pendingin penyimpanan bahan-bahan imunisasi
3.8.1.5.Fasilitas Obat-obatan
Puskesmas Desa Binjai dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokoknya
memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung oleh perlengkapan obat-
obatan antara lain :
Tabel 3.6. Obat-obatan yang digunakan di Puskesmas Desa Binjai
No Golongan Nama Jenis sediaan Kemasan
I Antibiotik 1. Amoksisilin
Kapsul 250 mg
Sirup kering 125 mg/5 ml
Kapsul
Botol
2. Ampisilin
Kaplet 500 mg
Sirup kering 125 mg/ 5ml
Kapsul
Botol
3. Fenoximetil PenicilinaTablet 250 mg,
500 mgTablet
30
4. Kloramfenikol
Kapsul 250 mg
Salep mata 1%
Tetes telinga 3%
Kapsul
Tube
Botol
5. Cotrimoxazole
Tablet kombinasi
Tablet pediatrik
Suspense
Tablet
Tablet
Botol
6. Tetrasiklin HCL Kapsul 250 mg Tablet
7. OksitetrasiklinSalep mata 1%
Salep 3%
Tube
Tube
2Antiparasit
Antielmentik
1. metronidazole
2. pirentil pamoat
Tablet 250 mg
Tablet 250mg
Basa
Tablet
Tablet
3Analgetik-
Antipiretik
1. Antalgin
2. Paracetamol
3. Asam mefenamat
Tablet 500 mg
Tablet 500 mg
Sirup 125mg /5 ml
Tablet
Tablet
Tablet
Botol
Tablet
4 Kortikosteroid
1. Deksametason
2. Hidrokortison
3. Prednison
Tablet 0,5 mg
5 mg/ml IM
Krim 2,5%
Tablet
Ampul
Tube
5 Vitamin
1. Asam askorbat
(Vit C)
2. Vit K
3. Vit B6
4. Vit B12
Tablet 50 mg
Tablet salut 10mg
Injeksi 10 mg/ml
Tablet 10 mg
Injeksi 500 mg/ml
Tablet
Tablet
Ampul
Tablet
Ampul
31
6. Vit B kompleks
7. Besi (II) sulfat
Injeksi 100 mg/ml
Tablet
Tablet salut
Ampul
Tablet
Tablet
6 Hipnotik/sedative
1. Diazepam
2. Fenobarbital
Tablet 2 mg
Tablet 30 mg
Tablet
Tablet
7 Antitusif/Ekspektoran
1. OBH
2. Dekstrometropan
3. Ambroksol
4. GG
5. Codein HCL
Sirup
Tablet 15 mg
Sirup 10 mg
Sirup 10 mg/5 ml
Tablet 100 mg
Tablet 10 mg
Botol
Tablet
Boto
Botol
Tablet
Tablet
8 Bronkodilator
1. Aminofilin
2. Salbutamol
Tablet 200 mg
Tablet 2 mg
Tablet
Tablet
9 Antihistamin 1. CTM Tablet 4 mg Tablet
10 Antidiabetik 1. Glibenklamid Tablet 5 mg Tablet
11 Antiinflamasi 1. Ibuprofen
2. Piroksikam
Tablet 200 mg
Tablet
Tablet
Tablet
12 Antifungi
1. Griseofulvin
2. Belerang endap
4% + asam
salisilat 2%
Salep Pot
32
13 Antihipertensi1. Nifedipin
2. Captopril
Tablet 10 mg
Tablet 12,5 mg
Tablet
Tablet
14Obat
Kardiovaskular
1. Digoksin Tablet Tablet
15 Obat saluran nafas
1. Gliseril glucolat
2. Natrium carbonat
Tablet 100 mg
Tablet 500 mg
Tablet
Tablet
16 Obat saluran cerna 1. Antasida Tablet Tablet
2. Ranitidin Tablet Tablet
3. Famotidine Tablet Tablet
17 Antiseptik1. Rivanol 0,1%
2. Etanol 70%
Larutan
Larutan
Botol
Botol
18 Diuretik1. HCT
2. Furosemid
Tablet 25 mg
Tablet 40 mg
Tablet
Tablet
19 Antidiare1. Diaform
2. Oralit 200 ml air
Tablet
Serbuk
Tablet
Sachet
20 Antipirai 1. Allopurinol Tablet Tablet
21 Anti emetik 1. MetoclopramideTablet 10 mg
Syr 2mg/5ml
Tablet
Botol
22 Antikolinergik 1. ekstrabeladona Tablet 10 mg Tablet
23 Keratolitik
1. asam benzoat 3%
2. asam salisilat 20% belerang endap 4%
3. salisil perak 2%
Salep Pot
33
PROGRAM KERJA PUSKESMAS
4.1. Program Dasar dan Program Pengembangan Puskesmas Desa Binjai
4.1.1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Desa Binjai
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat juga membina peran serta
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas
mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat
dalam wilayah kerja.
Fungsi puskesmas adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,
memberdayakan keluarga serta memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Upaya kesehatan wajib puskesmas desa binjai terdiri dari :
1.Upaya promosi kesehatan
2.Upaya kesehatan lingkungan
3.Upaya kesehatan Ibu dan anak serta kesehatan keluarga berencana
4.Upaya perbaikan gizi masyarakat
5.Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6.Upaya pengobatan
7.Upaya Pencatatan & Pelaporan
4.1.2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Desa Binjai
37
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Desa Binjai terdiri dari:
1.Upaya usaha kesehatan sekolah (UKS)
2.Upaya kesehatan olahraga
3.Upaya perawatan kesehatan masyarakat
4.Upaya kesehatan kerja
5.Upaya kesehatan gigi dan mulut
6.Upaya kesehatan jiwa
7.Upaya kesehatan mata
8.Upaya kesehatan usia lanjut
9.Upaya pembinaan pengobatan tradisional
10. Laboratorium Sederhana
4.2. Program Prioritas Puskesmas Desa Binjai
4.2.1. Upaya Promosi Kesehatan
Tujuan meningkatkan kesadaran penduduk akan nilai kesehatan, melalui
upaya promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah
perilakunya menjadi perilaku sehat.
Program promosi kesehatan secara tidak langsung telah dilakukan oleh
Puskesmas Desa Binjai dengan menempatkan poster-poster di dalam ruangan
Puskesmas dan mengadakan penyuluhan di setiap Posyandu maupun di Kelurahan
dan di sekolah-sekolah wilayah.kerja Puskesmas Desa Binjai.
Kegiatan :
38
Mengadakan penyuluhan mengen'ai kesehatan pribadi, kesehatan
lingkungan, gizi keluarga, KB, imunisasi, posyandu dan sebagainya.
Mengadakan ceramah dan diskusi dengan bantuan poster, pamflet dan
brosur.
Pembinaan lansia untuk hidup sehat di dalam kegiatan berupa olahraga.
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Pengertian
Posyandu merupakan suatu wadah pusat kegiatan pemberian pelayanan
kesehatan dan KB yang terpadu tingkat desa.
Sasaran
Bayi, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia.
Tujuan
Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran.
Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.
Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera).
Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan. Pendekatan
dan pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan penduduk dan geografi.
Menurut tingkatnya posyandu dibagi 4 strata:
39
1. Pratama, kegiatan posyandu strata ini belum mantap dan belum teratur tiap
bulannya, juga terbatas dalam kader.
2. Madya, kegiatan posyandu strata ini delapan kali dalam setahun, mempunyai
kader sebanyak 5 orang dengan cakupan yang masih rendah dengan adanya
dana sehat.
3. Purnama, kegiatan posyandu strata ini lebih dari delapan kali dalam setahun
dengan kader lebih dari 5 orang dengan cakupan baik dan telah memiliki
dana sehat.
4. Mandiri, kegiatan posyandu strata ini sebanyak dua belas kali dalam
setahun, jumlah kader lebih dari 5 orang, cakupan baik dan dana sehat sudah
tersedia untuk lebih dari 50% KK.
Pelayanan posyandu dilakukan dengan pola 5 meja, yaitu :
1. Meja I : pendaftaran
2. Meja II : penimbangan bayi dan balita.
3. Meja III : pengisian KMS
4. Meja IV : penyuluhan perorangan
- Mengenai balita berdasarkan hasil penimbangan berat badan yang diikuti
pemberian makanan, oralit dan vitamin A dosis tinggi.
- Mengenai gizi, kesehatan diri, perawatan payuclara, ASI eksklusif dan
P2P terhadap ibu hamil dan menyusui.
- Menjadi peserta KB lestari, pemberian kondom, pil ulangan atau tablet
busa.
5. Meja V : Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga professional
meliputi KIA, KB, Imunisasi, dan pengobatan dan pelayanan lain sesuai dengan
kebutuhan setempat.
40
Tabel 4.1. Distribusi Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai Tahun
2014
No KelurahanJernis Posyandu
JumlahPratama Madya Purnama Mandiri
1 Desa Binjai - - 22 - 22
Keterangan Tabel 4.1.
Dari tabel di atas, diketahui bahwa :
1. Jumlah seluruh Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Desa Binjai
mencakup satu kelurahan dengan jenis Posyandu purnama.
2. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Desa Binjai belum mencakupi dengan jumlah balita yang ada
karena. :
1 posyandu melayani : 100 balita
Jumlah balita : 11.235 balita
Jumlah posyandu seharusnya : Jumlah balita
100
= 11.235 = 113 Posyandu
100
Jumlah posyandu yang ada : 22 Posyandu
Jumlah Posyandu yang ada belum mencukupi jumlah balita yang ada di
wilayah kerja puskesmas Medan Binjai : 113-22 = 91 Posyandu.
41
Tabel 4.2. Distribusi Data Posyandu Puskesmas Desa Binjai
No. Kelurahan Nama-Nama Posyandu Alamat
1. Desa Binjai 1. Nusa Indah I Jl. Pelajar Timur
2. Dahlia III Jl. Selamat
3. Melati II Jl. Raya Menteng Gg. Iman
4. Cempaka Jl.Seksama
5. Matahari Jl.Pelajar Gg.Perbatasan
6. Melur I Jl. Raya Menteng Gg.Rahayu
7. Nusa Indah II Jl. Pelajar
8. Anggrek Jl. Pelajar Gg.Mestika
9. Melati IV Jl. Bromo Gg. Pelita
10. Kenanga Jl. Jl. Menteng II Gg. Jermal
XII
11. Cemapaka I Jl. Seksama Gg. Sadar I
12. Dahlia I Jl. Bromo Gg. Ikhlas
13. Melati I Jl. Air Bersih
14. Tekwa Jl.Turi Gg. Pemilu
15. Kenari Jl. Raya Menteng X
42
16. Teratai Jl. Rahayu Menteng XVI
17. Melati III Jl. Menteng II
18. Flamboyan I Jl. Seksama
19. Klinik Dina Jl. Selamat
20. Marquisa ASPOL P.Merah XV
21. Mangga Jl. Raya Menteng
22. Cempaka II Jl. Seksama
Keterangan Tabel 4.2.
Posyandu yang menjadi Unggulan di Kelurahan Desa Binjai adalah posyandu
kenanga yang terletak di Jl. MentengII Gg. Jermal XII .
4.2.2. Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya kesehatan lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan
di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya
sanitasi dasar ,pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat.
Kegiatan :
43
1. Penggunaan sumber air bersih dan pembuatan WC yang memenuhi syarat
kesehatan .
2. Higienis dan sanitasi tempat tinggal yang mencakup :
a. Mendata pembuangan sampah dan sarana jamban keluarga.
b. Mendata sarana air minum.
c. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan ( pembatasan
sarang nyamuk dan pemeriksaan jentik berkala).
d. Mendemontrasikan tentang sumur yang baik untuk kesehatan .
Sasaran :
a. Daerah dengan kesehatan air bersih
b. Daerah yang rawan penyakit menular
c. Daerah –daerah percontohan dan pemukiman baru.
d. Tempat – tempat umum seperti terminal ,pasar swalayan ,dan lain-lain
e. Daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan lingkungan yang kotor
(pemukiman kumuh)
Tabel 4.3. Distribusi sarana sumber air, jamban, pembuangan sampah.
Perumahan penduduk, dan pembuangan air limbah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Desa Binjai
44
No. Sarana Sasaran Target(%) Cakupan %
1. Sumber air(KK)
a. PDAM
b. SGL
c. Pompa Tangan
d. Lain-lain
5350
4256
98
501
100%
100%
100%
100%
5278
4115
50
489
98,65%
96,68%
51,02%
97,60%
2. Jamban (KK)
a. Septi tank
b. Cemplung
c. Lain-lain
9545
287
368
100%
100%
100%
9330
158
290
97,74%
55,05%
78,80%
3. Sarana Pengolahan
sampah (kk)
a. Dikelola pada
kebersihan
b. Lubang sampah
c. Berserakan
7891
2068
241
100%
60 %
60 %
7529
1866
213
95,41%
54,13 %
53,02
4. Perumahan Penduduk
a. Permanen
b. Semi Permanen
c. Darurat
4727
2418
1138
75%
75%
75%
3977
2125
1083
84,56%
87,88%
95,17%
5. Pembuangan air limbah
a. Menggunakan 3470 80% 1766 40,71%
45
SPAL
b. Lancar Tanpa SPAL
c. Menggenang
2993
857
37,07%
10,61%
2125
1083
26,32%
13,40%
Keterangang Tabel 4.3
Berdasarkan table di atas kita lihat upaya kesehatan lingkungan pada
puskesmas Desa Binjai tidak tercapai yang dilihat dari sumber air,jamban , dan
sarana pengelolaan sampah tidak memenuhi target yang telah di tetapkan .
4.2.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
a. Upaya KIA
Pengertian KIA adalah upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil,ibu bersalin, bayi dan balita serta anak usia pra sekolah yang
menjadi tanggung jawab puskesmas dalam rangka meningkatkan kesehatan serta
kesejahteraan bangsa pada umumnya.
Sasaran:
Ibu hamil ,ibu bersalin, bayi ,balita,ibu nipas
Anak pra sekolah
Tujuan :
Pemeriksaan ibu pada masa kehamilan ,yaitu :timbang BB,Mengukur TD,
memberi Fe
46
Pemeriksaan imunisasi TT 2x pada ibu hamil ,dan pada bayi adalah
pemberian imunisasi BCG 1x , DPT 3X, Polio 4x, Campak 1x,Hepatitis B 3x.
Mengadakan penyuluhan dan demontrasi tentang menu makanan ibu
hamil ,ibu menyusui serta makanan sehat untuyk bayi dan balita.
Pengarahan dan nasehat tentang perawatan bayi
Pemeriksaan ibu menyusuidan penyuluhan tentang cara menyusui yang baik
dan benar
Mengadakan penimbangan berat badan bayi ,balita dan ibu haamil di
posyandu dan puskesmas
Pemberian imunisasidasar dan ulang
Pendataan Bumil Risti/Kelurahan
Pencatatan dan pelaporan KPKIA
Merujuk pasien ke rumah sakit apabila penyakitnya tidak dapat di tanggulangi
di puskesmas.
Kegiatan:
Pemeriksaan ibu hamil, masa nifas,bayi dan balita
Pemeriksaan dan imunisasi bagi ibu hamil
Pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih
Memberi vitamin A dosis tinggi kepada balita secara gratis setiap 6 bulan
sekali.
Pemberian imunisasi dasar dan ulangan pada bayi dan balita
Memberikan keterangan pada ibu-ibu tentang gizi dan perawatan ibu
hamil,masa nifas dan bayi.
Melakukan operasi penimbangan di lapangan
Tabel 4.4. Cakupan kegiatan program KIA Puskesmas Desa Binjai Tahun 2014
No Kegiatan Sasaran Target Cakupan Ket
47
Angka % Angka %
1. Ibu hamil/KI 1177 1118 95% 1098 93% BelumTercapai
2. Ibu hamil/K4 1177 1118 95% 1055 89% BelumTercapai
3. Deteksi resiko tinggi 0 0 0% 1 -% BelumTercapai
4. Persalinan 1070 963 90% 1037 96% Tercapai
5. Neonatus 1070 963 90% 1037 96% Tercapai
Keterangan tabel 4.4
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa kegiatan program KIA di
Puskesmas Desa Binjai yang tercapai hanya Persalian dan Neonatus ,sedangkan
program lain belum tercapai.
b. Upaya Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah penggunaan cara-cara kesuburan menjarangkan
kelahiran selanjutnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan :
Menaikan kesalahan melalui upaya menjarangkan kelahiran dalam NKKBS.
Sasaran :
PUS,ibu hamil,dan menyusui
Kegiatan KB :
48
1. Memberikan penyuluhan dan penerangan tentang KB dengan usaha-usaha
terpadu
2. Memberikan layanan kontrasepsi pada aseptor KB dalam bentuk pil, IUD,
kondom, suntikan, KONTAP, dan susuk.
3. Menerima aseptor dan calon aseptor yang dirujuk daripos-pos KB dan
posyandu wilayah kerja puskesmas.
4. Motivasi calon aseptor KB agar menjadi motivator KB
5. Melayani konsultasi kemandulan dan konsultasi mantap(KONTAP)
6. Membuat Laporan kegiatan KB bulanan,triwulan ,dan tahunan.
Tabel 4.5. Cakupan KB Puskesmas Desa Binjai Tahun 2014
No. Akseptor KB
Jumlah Total
Baru Lama
1. IUD 12 30 42
2. Pil 61 39 100
3. Suntik 34 34 68
4. Implan 26 13 39
5. Kondom 163 145 304
Keterangan tabel 4.5
Berdasarkan table di atas dapat kita lihat bahwa penggunaan kontrapepsi yang
terbanyak pada tahun 2014 adalah Kondom sebanyak 304
49
c. Upaya Imunisasi
Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan tubuh terhadap
penyakit tertentu.
Sasaran :
Bayi,balita, ibu hamil,anak sekolah,dan pasangan usia subur (PUS)
Tujuan :
1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian
2. Mencegah terjadinya cacat pada bayi,anak,bu hamil,dan pencegahan penyakit.
Macam-macam Imunisasi
1. BCG
Fungsi : Menghindari dan membiarkan kekebalan terhadap penyakit TBC pada anak.
Cara Pemberian :
a. Diberikan pada bayi umur 0-11 bulan, diberikan sekali
b. Lokai pemberian pada lengan kanan atas
c. Dengan injeksi SC(subkutan)
d. Dosis
2. DPT
Fungsi :untuk mencegah difteri ,pertusis, dan tetanus
50
Cara pemberian :
a. Diberikan pada bayi umur 2-11 bulan, sebanyak 3 kali
b. Dosis 0,5 dengan interval minimal 4 minggu ,sebanyak 3 kali suntikan
c. Lokasi suntikan dip aha bagian atas
d. Injeksi IM (Intramuskular)
3. Polio
Fungsi : memberikan kekebalan aktif pada penyakit polio
Cara pemberian :
a. Diberikanpada bayi 2-11 bulan,ebanyak 4 kali dengan jarak 4 minggu .
b. Diberikan dengan meneteskan ke dalam mulut.
c. Dosis 2 tetes
4. Hepatitis
Fungsi : Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B.
Cara pemberian :
a. Pada bayi 2-11 bulan ,3 kali dengan jarak 4 minggu,secara injeksi
b. Sekarang ada metode baru dengan unit ject,biasanya diberikan mulai usia 0-7
hari dan diberikan selama 3 kali pemberian.
5. Campak
Fungsi : Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
51
Cara pemberian :
a. Pada bayi 9-11 bulan,sebanyak0,5 ml denganSC
b. Dapat diberikan mulai umr 6 bulan di susul suntikan 6 bulan kemudian
c. Vaksin terlebih dahulu di rutkan dengan pelarut khusus dengan sehu 2-80c
hanya tahan sampai 8 jam.
Tabel 4.6. Cakupan Kegiatan Program Imunisasi Puskesmas Desa Binjai
Tahun 2014
No. Kegiatan Sasaran
Target Cakupan Ket
Angka % Angka %
1. BCG 1070 1037 97% 1065 99,5% Tercapai
2. Hepatitis B 1070 1037 97% 1063 99,3% Tercapai
3. DPT HBI 1070 1037 97% 1061 99,1% Tercapai
4. DPT.HB2 1070 1016 95% 1057 98,7% Tercapai
5. DPT.HB3 1070 1016 95% 1050 98,1% Tercapai
6. Polio 1 1070 1037 97% 1065 99,5% Tercapai
7. Polio 2 1070 1016 95% 1061 99,1% Tercapai
8. Polio 3 1070 1016 95% 1057 98,7% Tercapai
9. Polio 4 1070 1037 97% 1050 98,1% Tercapai
10. Campak 1070 1037 97% 1059 98,9% Tercapai
Keterangan table 4.6
Berdasarkan table di atas maka dapat dilihat bahwa program imunisasi di
puskesmas Desa Binjai semuanya sudah mencapai target.
52
4.2.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyaakat
Gizi adalah kebutuhan pokok bagi mausia yang sehat,yang didapat dari
makanan yang kita konsumsi . hendaknya makanan yang dikonsumsi mengandung
gizi yang lengkap,beragam dan memenuhi menu seimbang.Makanan yang sederhana
dan gizi yang terkandung didalamnya lebih baik daripada makanan yang mahal dan
banyak tapi rendah nilai gizinya .Usaha perbaikan gizi dilaksanakan dalam setiap
keluarga di Indonesia.Usaha ini bersifat lintas sector yang dilaksanakan oleh
departeme terkait.
Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup berat dan
komplit, pada dasarnya dikarenakan oleh keadaan ekonomi yang kurang serta
rendahnya pengetahuan tentang gizi dari bahan-bahan makanan yang ada.
Beberapa kegiatan usaha perbaiakan gizi dipuskesmas desa binjai yaitu :
1. Mendata jumlah balita yang ada di wilayah kerja puskesmas
2. Melakukan survey terhadap keadaan gizi masyarakat terutama gizi balita
3. Melaksanaka pemberian Vitamin A dosis tinggi untuk mencegah defisiensi
vitamin A pada balita setiap februari dan agustus
4. Memberikan penambahan darah untuk mencegah dan mengobat anemia pada
ibu hamil dan menyusui.
5. Melakukan demontrasi menu makanan bergizi dengan harga murah dan
terjangkau di posyandu dan puskesmas.
6. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat untuk memanfaatkan
pekarangan rumah dengan makanan sayuran dan buah-buahan serta
memelihara ternak terutama unggas.
53
Tabel 4.7. Distribusi Upaya Peningkatan Gizi di Puskesmas Desa Binjai Tahun
No Bulan
Balok SKDN N/S
(%)
N/D
(%)
K/S
(%)
D/S
(%)
D/K
(%)S K D N
1. Januari 960 801 601 598 62,2 99,5 83,,4 62,6 75
2. Februari 964 778 558 545 56,5 97,6 80,7 57,8 71,7
3. Maret 970 912 713 681 70,2 95,5 94 73,5 78,1
4. April 880 617 661 622 70,6 92,6 76,2 76,2 98,5
5. Mei 890 769 757 488 54,,8 97,4 86,4 56,2 65,1
6. Juni 898 788 501 632 70,3 93,2 87,7 75,5 86
7. Juli 960 865 678 570 59,3 96,7 90,1 61,3 68
8. Agustus 960 930 589 733 80,5 98,9 96,8 81,3 83,9
9. September 963 830 781 713 74 97,1 86,1 76,2 88,4
10. Oktober 958 877 734 569 59,3 93,4 91,5 63,5 68,6
11. November 958 830 609 680 70,9 96,7 86,6 73,3 84,6
12. Desember 964 881 703 743 77 96,9 91,3 79,4 86,9
Jumlah 11.325 9932 7894 7614 67,23 96,4 87,7 69,7 79,4
Keterangan :
S :Semua balita di wilayah kerja puskesmas
K :Semua balita yang terdaftar dan mempunyai KMS
D :Semua balita yang di timbang di posyandu
N :Semua balita yang naik timbanganya
Dari tabel di atas dapat dilihat dari hasil pencapaian program upaya
peningkatan gizi dimana Target SKDN secara keseluruhan :
Target N/S = Pencapaian Program (Target: 67,23%)
54
Target K/S = Cakupan program (Target: 87,7% )
Target D/S = Partisipasi Masyarakat (Target: 69,7%)
Target D/K = Penggerak (Target: 79,4%)
Target N/D = Keadaan Pertumbuhan balita (Target: 96,4%)
Keterangan Tabel 4.7
1. Efektifitas kegiatan (N/S) pencapaian 67,23%, target 40%,berarti target
tercapai.
2. Cakupan program (K/S) pencapaian 87,7%, target 85%,berarti target tercapai.
3. Peran serta masyarakat (D/S) pencapaian 69,7% target 75%,berarti kurang
5,3% untuk mencapai target.
4. Status gizi (N/D) pencapaian 96,4%,target 80%,berarti mencapai target.
Tabel 4.8. Hasil kegiatan program Gizi Puskesmas Desa Binjai Tahun 2014
No. Kegiatan Jumlah
1.Jumlah anak balita dapat dosis vitamin A dosis tinggi
(200.000 IU)0
2. Jumlah ibu nifas dapat vitamin A dosis tinggi 1
3.Jumlah ibu hamil dapat tablet tambah darah (Fe) 30 tablet
(Fe1)778
4.Jumlah ibu hamil dapat tablet tambah darah (fe) 90 tablet
(Fe3)783
5. Jumlah balita dapat syrup tambah (Fe) botol I 150 cc (Fe Bal 1) 0
6.JUmlah balita dapat syrup tambah darah (Fe) botol II 300
cc(Fe Bal 2)0
7. Jumlah bayi (<1 Tahun) ditimbang 4.191
55
8. Jumlah anak dan balita (1-4 Tahun) ditimbang 9.470
9.Jumlah bayi dan balita dengan berat badan dibawah dosis
merah24
10. Jumlah ibu hamil yang mendapat kapsul yodium 0
11. Jumlah penduduk lainya yang mendapat kapsul yodium 0
12. Jumlah PUS baru yang diukur LILA 2.635
13. Jumlah WUS baru dengan LILA <23,5% 2.265
Keterangan Tabel 4.8.
Berdasarkan table kegiatan bulanan program gizi di puskesmas desa binjai
dapat disimpulkan bahwa program kegiatan gizi tidak berjalan dengan baik, yang
dapat dilihat dari jumlah ibu hamil tidak ada yang mendapat vitamin A ,tidak ada
balita yang mendapat syrup penambah darah(Fe) dan tidak ada penduduk maupun ibu
hamil yang mendapat kapsul yodium.
4.2.5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M)
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang di pindahkan dari hewan sakit
ataupun benda-benda yang mengandung bibit penyakit lainya ke manusia sehat.
Sasaran : Seluruh lapisan masyarakat
Tujuan :
1. Mecegah terjangkitnya penyakit.
2. Meningkatkan kesehatan yang optimal
3. Menurunkan angka kematian dan kesakitan.
Pemberantasan penyakit menular (P2M) dilaksanakan karena :
56
1. Banyak terjadi penyakit menular yang berhubungan dengan hygiene dan
sanitasi yang buruk misalnya :diare ,sentry,infeksi mata dan cacing.
2. Terdapat penyakit menular perantara vector misalnya: Malaria dan demam
berdarah
3. Masih tingginya penderita penyakit menular yang diturunkan secara langsung
misalnya TB dan ISPA
Kegiatan P2M berupa :
1. Mencari kasus sendini mungkin dan melakukan pengobatan
2. Melaporkan penyakit menular
3. Menyelidiki di lapangan untuk melihat ada tidaknya laporan yang masuk ,
menemukan kasus-kasus untuk mengetahui sumber penularnya.
4. Menyembuhkan penderita hingga sehat,pemberian imunisasi.
5. Pemberantasan vector nyamuk ,pendidikan kesehatan.
Tabel 4.9. Laporan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) di puskesmas Desa
Binjai Periode Januari-Mei 2015
No. Jenis Penyakit Menular Total
1. TB paru 93
2. DBD 21
3. Acute Flaccid Paralysis (AFP) 0
4. Tetanus Neonatorum 0
5. Malaria 0
57
6. Rabies 0
7. Diare(Kolera dan disentri) 340
8. Kusta 0
Keterangan Tabel 4.9
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa pemberantasan penyakit menular
harus lebih ditingkatkan lagi karena masih terlihat angka yang tinggi pada kasus
Diare dan TB paru.
4.2.6 Upaya pengobatan
Kegiatan pokok yang dilakukan adalah pengobatan umum dan gigi.upaya
pengobatan pelayanan kesehatan puskesmas Desa Binjai adalah pengobatan riwayat
jalan yang dilakukan oleh dokter umum,dokter gigi,bidan dan perawat lainya.
Tujuan :
1. Meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat
2. Berkurangnya angka kesakitan dan kecacatan
3. Merujuk penderita ke fasilitas diagnose dan pelayanann yang lebih modern
bila diperlukan atau kerumah sakit.
4. Tabel 4.10. Tabel Data Kesakitan Puskesmas Desa Binjai Periode
Januari-Mei 2015
No. Jenis Penyakit Jumlah
1. ISPA 505
2. Diare 845
3. Penyakit Lain pada saluran pernafasan atas 389
4. Tonsillitis 201
5. Hipertensi 310
58
6. Penyakit Periodental 145
7. Penyakit system otot 196
8. Penyakit kulit/Alergi 97
9. Penyakit Rongga Mulut 70
10. TB paru 93
11. Kecelakaan Ruda Paksa 47
12. Hipotensi 55
13. Infeksi Telinga Tengah 35
14. Penyakit Pada aluran Kencing 12
15. DBD 21
KeteranganTabel 4.10
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa penyakit yang sering diderita
pada masyarakat yang berada di kelurahan Desa Binjai adalah Diare yaitu sebanyak
845 kasus.
Tabel 4.11. Tabel daftar 10 penyakit Terbesar di puskesmas Desa Binjai Periode
Januari – Mei 2015
No. Jenis Penyakit Jumlah Kasus
1. Diare 845
2. ISPA 505
3. Penyakit Lain pada Saluran Pernafasan Atas 389
4. Hipertensi 310
5. Tonsilitis 201
6. Penyakit Sistem Otot 196
59
7. Pnyakit Periodental 145
8. Penyakit Kulit Alergi 97
9. TB Paru 93
10. Penyakit Rongga Mulut 70
Jumlah 2.851
Keterangan Tabel 4.11
Berdasarkan table di atas penyakit terbesar yang terdapat di puskesmas Desa
Binjai adalah Diare yaitu sebanyak 845 Kasus.
Tabel 4.12. Tabel Laporan Hasil Kegiatan Bulanan Puskesmas Desa Binjai
Periode Januari-Mei 2015
No
.Jenis Kegiatan Jumlah
1.
KUNJUGAN PUSKESMAS
a. Jumlah Kunjungan Puskesmas
b. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
c. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi
27.344
2.952
386
2.
KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
a. Jumlah Keluarga Yang Menderita Tb Paru yang dibina
b. Jumlah Keluarga Dengan Balita Resti yang dibina
c. Jumlah Keluarga dengan Usia Resti yang dibina
d. Jumlah Keluarga yang Mempunyai Kartu Sehat yang
dibina
0
0
0
0
3. PELAYANAN MEDIK DASAR KESEHATAN GIGI
60
a. Jumlah Pencabutan Gigi tetap
b. Jumlah Murid SD yang Perlu Perawatan Kesehatan
Gigi
c. Jumlah Murid SD yang Mendapat Perawatan Kesehatan
Gigi
d. Jumlah Perawatan Gigi Lainnya
62
131
26
118
4
KESEHATAN PELAYANAN RUJUKAN
a. Jumlah Kunjungan AKSES
b. Jumlah Kunjungan Umum
c. Jumlah Kunjungan GAKIN/Puskesmas
437
1.977
778
Keterangan Tabel 4.12
Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa kunjungan masyarakat ke
puskesmas Desa Binjai mulai dari Januari-Mei 2015 yaitu sebanyak 27.344 jiwa.
4.2.7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah bagian dari seluruh usaha kesehatan pokok
yang menjadi tugas dan tanggung jawab puskesmas. Pencatatan ini ditentukan dalam
SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas). Pencatatan didalam
rangka SIK (Sistem Informasi Kesehatan)
Adapun Jenis Laporan yaitu:
61
1. Laporan terpadu puskesmas
2. Laporan obat-obatan
3. Laporan bulanan tentang timbangan bayi
4. Laporan imunisasi
5. Laporan bulanan dan tahunan
6. Laporan rencana kerja bulanan tentang KB
7. Laporan tahunan peralatan yang rusak
8. Laporan tahunan kesehatan gigi
Secara teknis pelaporan yang dilakukan di puskesmas Desa Binjai meliputi :
1. Laporan mingguan
2. Laporan bulanan
3. Laporan triwulan
4. Laporan tahunan
5. Laporan kasus P2M bila terjadi wabah
4.3. Program Pengembangan Puskesmas Desa Binjai
4.3.1 Upaya Kesehatan Sekolah
Tujuan :
a. Untuk mencegah dan mempertinggi nilai kesehatan rehabilitas anak-anak
sehingga sehat jasmani dan rohani.
62
b.Menurunkan angka kesakitan anak sekolah.
c. Mempunyai sikap dan tingkah laku serta kebiasaan yang sehat.
Kegiatan :
a. Memberikan imunisasi DP/TT
b.Perlatihan dokter kecil dan remaja
c. Pemeliharaan berkala
Tabel 4.13. Laporan Program UKS Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan
Denai Perieode November s/d Desember 2014
No. Criteria
Jumlah
Sekolah
Jumlah
Siswa
Jumlah
Guru
UKS
Jumlah
Dokter
Kecil/Besar
Jumlah
Kunjungan
Binaan
1.
Jumlah
SD
14 9632 14 135 23
2.
Jumlah
SLTP
7 4386 7 148 70
3.
Jumlah
SLTA
8 4154 8 299 77
Keterangan tabel 4.13 :
1.Jumlah SD adalah 14 buah.
2. Jumlah SLTP adalah 7 buah.
3. Jumlah SLTA adalah 8 buah.
63
4.Target dokter kecil 10% jumlah murid kelas IV dan V = 10%x3.210 =321
dokter kecil.
Pencapaian 135 orang – 186 orang kecil – tidak tercapai
5.Target Dokter remaja : 10% x jumlah murid SLTP dan SLTA=10% x
8.540=854 dokter remaja
Pencapaina 447 orang – 407 doter remaja – tidak tercapai
6.Target jumlah kunjungan pembinan : 7x/tahun x seluruh sekolah =7x29
=203x/tahun- tercapai.
4.3.2. Upaya Kesehatan Olahraga
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Memberikan penyukuhan kepada masyarakat tentang kesehatan olahraga
b. Mengadakan pembinaandan perlatihan pada lansia berupa senma lansia.
4.3.3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang baik dilakukan dipuskesmas maupun
diluar puskesmas
b. Mencari masyarakat resti dengan adanya desa binaan
c. Pendataan dan pembinaan terhadap tempat-tempat umum
d. Perawatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara home visit
yang bertuuan :
a) Mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan
b) Meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat
c) Agar masyarakat mengerti hidup dan sehat
64
d) Menambah pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
4.3.4. Upaya Kesehatan Kerja
Pengertian kesehatan kerja adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh tenaga,
kesehatan dalam bidang kesehatan kerja masyarakat baik dalam waktu sakit maupun
sehat guns meningkatkan derajat kesehatan pars pekeda dan keluaranya. Hasil upaya
perawatan kesehatan keda belum ada dikarenakan pengumpulan data belum selesai
dilakukan.
Sasaran : Para pekerja dan keluarganya
Tujuan :
Meningkatkan derajat kesehatan tiap pekerja agar dapat menjalankan fungsinya
seoptimal mungkin di wilayah Puskesmas Desa Binjai. Untuk itu perlu diadakan
pendataan dan penyuluhan bagi pekerja.
4.3.5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Tujuan :
1. Tercapainya derajat kesehatan didi masyarakat yang optimal
2. Meningkatkan kesadaran dan sikap masyarakat dalam kemampuan
pemeliharaan diri dibidang kesehatan gigi dan mencari pengobatan sedini
mungkin.
3. Menurunkan revalensi penyakit gigi banyak diderita masyarakat dengan
upaya perlindungan terutama pada kelompok masyarakat.
4. Berkurangnya fungsi penggunaan atau gangguan mengunyah akibat
kerusakan gigi.
Kegiatan :
65
a. Pemeriksaan dan Pengobatan
b. Rujukan dan konsultasi
c. Penyuluhan kesehatan gigi melalui UKS
Tabel 4.14. Hasil Tahunan Program Gigi Puskesmas desa Binjai Tahun 2014
No
.Kegiatan Kelaian Gigi dan Mulut Total
1 Karies Gigi 14
2 Penyakit gusi dan jaringan periodontal 26
3 Penyakit pulpa dan jaringan perikapikal 146
4 Abses 139
5 Peristensi 103
6 Kelaian Dentofacial termasuk Melokasi 1
7 Stoatis Moniliasis 0
8 Lain-lain 429
Keterangan tabel 4.14:
Berdasarkan table diatas penyakit terbanyak gigi dan mulut di puskesmas Desa
Binjai adalah penyakit pulpa dan jaringan yaitu sebanyak 146 kasus.
Tabel 4.15. Hasil Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas Desa Binjai tahun
2014
No
.Jenis Kegiatan Jumlah
1 KUNJUNGAN PUSKESMAS PASIEN GIGI DAN
MULUT533
a. Jumlah Kunjungan AKSES
b. Jumlah Kunjungan Umum
98
180
66
c. Jumlah Kunjumgan Gakin255
2 PELAYANAN MEDIK DASAR KESEHATAN GIGI
a. Jumlah Pencabutan Gigi Tetap
b. Jumlah Murid Sd Yang Perlu Perawatan
Kesehatan Gigi
c. Jumlah Murid Sd Yang Mendapat Perawatan
Kesehatan Gigi
d. Jumlah Perawatan Gigi Lainnya
94
72
320
60
Keterangan Tabel 4.15.
Berdasarkan tabel diatas jumlah kunjungan pasien terbanyak adalah kunjungan
gakin yaitu sebanyak 255 orang.
4.3.6 Upaya Kesehatan Jiwa
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Pengenalan dini gangguan jiwa
b. Memberikan pertolongan pertama pada pendrita gangguan jiwa
c. Melakukan rujukan kepada unit yang lebih mampu bila diperlukan
4.3.7 Upaya Kesehatan Mata
Kegiatan yang dilakukan :
a. Dengan UKS penyuluhan kesehatan mata disekolah.
b. Melakukan pengobatan mata yang dapat ditanggulangi
c. Melakukan rujukan kepada unit yang mampu, apabila pengobatan tidak
mampu ditanggulang.
67
Tabel 4.16. Laporan Kunjungan Pasien Mata di Puskesmas Desa Binjai tahun
2014
No. Jenis Penyakit Jumlah
1 Konjungtiva Non Purulenta 98
2 Kelaian Refraksi dan Akomodasi 82
3 Glukoma 0
4 Katarak 2
5 Radang Saluran Air Mata 1
Keterangan Tabel 4.16.
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa penyakit mata yang terbanyak
adalah konjungtiva Non Purulenta
4.3.8 Upaya Kesehatan Usia Lanjut Tujuan:
a. Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatan
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghayati dan mengatasi
masalah kesehatan usia secara optimal.
Kegiatan :
a. Posyandu lansia
a. Menimbang berat badan
b. Pengukuran tekanan darah
c. Mengukur kadar gula darah
d. Pengobatan
e. Memberikan makanan tambahan, misalnya : bubur kacang hijau, telur.
f. Penyuluhan tentang kesehatan lansia
68
b. Senam lansia
4.3.9. Upaya Pengobatan Tradisioanal
Kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Memberikan pembinaan kepada masyarakat pengobatan tradisional antara lain
; dukun patah, dukun beranak, dukun pijat dan tulang jamu
b. Memberikan penyuluhan tentang manfaat lingkungan sebagai bahan untuk
menanam tanaman Obat keluarga (TOGA)
4.3.10. Laboratium Sederhana
Melakukan pemeriksaan laboratoriu sederhana yaitu :
1) Laboratium rutin
- Darah rutin : Eritrosit, Leukosit, Trombosit, Hb, LED, Diftel
- Urin-urin :Ph, warna, reduksi, bilirubin, urobirin, protein, sedimen
- Feses rutin :warna, konsistensi telur cacing, amoeba
2) Laboratium Khusus
- Darah khusus :golongan darah, widal test, malaria test, KGD, dll
- Urin khusus :plano test
- Sputum (BTA)
3) Membuat Laporan Hasil Laboratium
69
BAB 5
LAPORAN KEGIATAN PUSKESMAS
5.1. Laporan Kegiatan di Puskesmas Desa Binjai
No. Hari/Tanggal Jenis Kegiatan
1 Senin, 15 Juni 2015 - Perkenalan dengan Kepala Puskesmas
70
beserta seluruh Staf di Puskesmas Desa
Binjai
2. Selasa, 16 Juni 2015
- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
vital sign pasien
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien.
- Membantu di bagian farmasi, memberikan
obat kepada pasien.
- Kegiatan pelayanan posyandu
- Penyuluhan ASI
3. Rabu,17 Juni 2015
- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien.
- Membantu pelayanan farmasi
4. Kamis, 18 Juni 2015- LIBUR
5. Jum’at, 19 Juni 2015- LIBUR
6 Sabtu, 20 Juni 2015
- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien.
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien.
- Membantu bagian farmasi
- Home visit
7. Senin, 22 Juni 2015 - Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
71
dan vital sign pasien.
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien.
- Membantu bagian farmasi
- Kegiatan pelayanan Posyandu
- Penyuluhan Imunisasi
- Penyuluhan ASI
- Penyuluhan ISPA
8 Selasa, 23 Juni 2015
- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien.
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien.
- Membantu bagian farmasi
- Kegiatan pelayanan Posyandu
- Penyuluhan Imunisasi
- Home Visit
9. Rabu, 24 Juni 2015
- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien.
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien.
- Membantu bagian farmasi
- Home Visit
10. Kamis, 25 Juni 2015 - Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien.
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien.
72
- Membantu bagian farmasi
11 Jumat, 26 Juni 2015
- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien.
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien.
- Membantu bagian farmasi
- Penyuluhan TBC
- Gotong royong
12 Sabtu, 27 Juni 2015
- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien.
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien
- Membantu bagian farmasi
13 Senin, 29 Juni 2015
- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien.
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien
- Membantu bagian farmasi
14 Selasa, 30 Juni 2015
- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien.
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien
- Membantu bagian farmasi
15 Rabu, 1 Juli 2015 - Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien.
73
- Membantu bagian farmasi
- Penyuluhan Penyakit Tidak Menular
- Kegiatan pemeriksaan TD, KGD, Kolesterol,
Asam urat
16 Kamis, 2 Juli 2015
- Poli Umum: Anamnesis pasien, Memeriksa
dan vital sign pasien.
- Poli Gigi : Anamnesis pasien, membantu
dokter memeriksa pasien
- Membantu bagian farmasi
- Responsi di Puskesmas
5.1.1. Kegiatan Harian di Puskesmas Desa Binjai
1. Poli Umum
Kegiatan :
Menganamnesa, memeriksa, mendiagnosa dan meresepkan obat untuk
pasien dibawah bimbingan dokter di Puskesmas serta merujuk pasien
untuk pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan di Puskesmas.
Hal yang ditemukan :
74
Fasilitas di ruangan ini memadai.
2. Farmasi
Kegiatan :
Meracik obat dibawah bimbingan apoteker, memberikan dan memberitahu
cara penggunaan obat yang benar kepada pasien.
Masalah :
Jenis obat yang terbatas
Pemecahan masalah :
Menambah jenis obat
3. Poli Gigi
Kegiatan :
Membantu dokter menganamnesa dan belajar dibawah bimbingan dokter.
Hal yang di temukan :
Fasilitas di ruangan ini cukup memadai.
5.1.2 Posyandu Tanggal 16 Juni, 22 Juni, 23 Juni dan 24 Juni
Kegiatan :
Penimbangan Berat Badan, pengukuran tinggi badan dan imunisasi pada
bayi dan balita.
Tujuan :
75
Memberikan imunisasi pada bayi dan balita serta menisi KMS masing
masing.
Tempat :
o Posyandu Tekwa di jalan Turi Gg. Pemilu V
o Posyandu Klinik Dina di jalan Selamat Ling XX
o Posyandu Marquisa di Aspol P. Merah XV
o Posyandu Cempaka II di jalan Seksama Gg. Raja Aceh Ling XIX
o Posyandu Melur II di jalan Raya Menteng Gg. Benteng
Waktu :
Hari Selasa tanggal 17 Juni, 22 Juni, 23 Juni dan 24 Juni 2015. Posyandu
dilaksanakan setiap hari mulai dari tanggal 5-25 di setiap bulannya.
Hasil :
Beberapa orang tua terlihat kooperatif dan mau membawa bayi atau
balitanya datang ke posyandu walaupun sebagian dari mereka tidak ada
jadwal imunisasi pada hari tersebut. Namun beberapa orang tua lain masih
ada yang tidak datang untuk membawa anaknya imunisasi.
Saran :
76
Perlunya penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi dan pengetahuan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi agar orang tua
lebih yakin untuk membawa bayi/balitanya ke posyandu.
5.1.3. Tuberculosis Day (TB-Day)
Kegiatan :
Memberikan penyuluhan pada semua pasien yang datang ke puskesmas
desa binjai baik pasien TB ataupun tidak.
Tujuan :
Untuk memberikan pengetahuan kepada seluruh masyarakat, pasien
ataupun keluarga terdekat tentang bahaya TB, bagaimana cara pencegahan
dan cara untuk tidak menularkannya ke orang lain. Mengingatkan akan
penting nya minum obat teratur sampai tuntas pada pasien TB dan
memberi pengertian pada keluarga akan pentingnya dukungan dan peran
serta mereka kepada pasien TB yang bertujuan untuk mengurangi angka
kejadian pasien TB.
Waktu dan Tempat
Puskesmas Desa Binjai, Jumat 26 Juni 2015
Hasil :
Walaupun kasus TB masih tergolong banyak di puskesmas desa Binjai,
namun seluruh pasien baik pasien TB ataupun tidak terlihat antusias
memperhatikan penyuluhan yang di berikan.
77
Saran :
Perlunya penyuluhan yang sering dan bermanfaat untuk seluruh
masyarakat agar tetap mengingatkan bahaya dari TB.
5.1.4. Gotong Royong
Kegiatan :
Melakukan gotong royong pada selokan Puskesmas Desa Binjai .
Waktu :
26 Juni 2015
Tujuan :
Meningkatkan rasa gotong royong dan saling kerja sama antara para
pegawai puskesmas Desa Binjai.
Hasil :
Kurangnya alat kebersihan sehingga kebersihan di lingkungan Puskesmas
Desa Binjai kurang terjaga.
Saran :
- Perlu diberikan penyuluhan ataupun ajakan untuk membangkitkan
lagi rasa peran serta masyarakat untuk mau melakukan hidup
bersih dan sehat.
- Perlunya dilakukan gotong royong yang rutin untuk warga.
78
- Tersedianya alat-alat kebersihan yang lengkap.
5.1.5. Home Visit (Kunjungan Rumah)
Kegiatan :
Mengunjungi rumah warga atau pasien yang telah dipilih pada saat pasien
berkunjung berobat ke puskesmas
Tujuan :
Untuk mengetahui lebih spesifik bagaimana proses terjadinya penyakit
pasien, lingkungan rumah, penyakit keluarga dan hal-hal yang
mempengaruhi pola hidup pasien.
Hasil :
Pasien dan keluarga tampak antusias dan ramah pada saat rumahnya
dikunjungi. Pasien dan keluarga tampak lebih leluasa dan tenang dalam
menceritakan penyakit ataupun hal-hal lain yang mengganggu pikirannya.
Saran :
Perlunya dilakukan kegiatan ini untuk lebih mengetahui penyebab
penyakit pasien ataupun keluarga lebih dalam karena semua kegiatan
dilakukan pada unit terkecil yaitu rumah dan keluarga
5.1.6. Penyuluhan Mencuci Tangan Yang Benar.
Kegiatan :
79
o Mengajarkan bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar
kepada anak-anak di Yayasan Panti Asuhan Putera
Muhammadiyah Cabang Medan.
Waktu dan Tempat :
o Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 Juni 2015 di
Yayasan Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Cabang Medan.
Tujuan
o Para anak-anak diharapkan mengetahui bagaimana cara mencuci
tangan dengan baik dan benar untuk di terapkan di kehidupan
sehari-hari..
Hasil :
Anak-anak sangat antusias pada penyuluhan yang diberikan. Para anak-
anak dengan baik mengikuti contoh bagaimana cara mencuci tangan yang
baik.
Saran :
Diharapkan perhatian yang lebih dari para orang tua untuk lebih
mengarahkan anak-anak untuk mencuci tangan dengan baik.
5.1.7. Penyuluhan Penyakit Tidak Menular (Posyandu Lansia)
Kegiatan :
- Memberikan penyuluhan tentang penyakit tidak menular seperti
Hipertensi.
- Melakukan pemeriksaan KGD, kolesterol, Tekanan darah dan Asam urat.
80
Waktu dan Tempat :
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 1 Juli 2015 di Puskesmas
desa Binjai.
Hasil :
Masyarakat terlihat antusias mengikuti penyuluhan dan mengaku sangat
membutuhkan adanya pemeriksaan KGD, asam urat, kolesterol yang
dilakukan.
Saran :
Perlunya diadakan penyuluhan dan kegiatan pemeriksaan ini secara rutin.
5.2 Posyandu
5.2.1 Pengertian Posyandu
Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan dari dua atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.Kegiatan – kegiatan yang
dipadukan khususnya adalah Program KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan
Penanggulangan diare (Anonim, 1991).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya
merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan, tempat masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB – kesehatan
ibu dan anak (KIA), Gizi, Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu
dan tempat yang sama (Effendy, 1998).
81
Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat oleh
masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader
kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari tim
puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar (Effendy,1998).
5.2.2 Tujuan Posyandu
Tujuan pembentukan posyandu adalah :
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran
dalam rangka mempercepat terwujudnya keluarga catur warga.
b. Menjadi kebutuhan pokok dan bagian yang tidak terpisah dari kegiatan
masyarakat.
5.2.3 Sasaran Penyelenggaraan posyandu
Sasarannya meliputi :
a. Bayi usia kurang dari 1 tahun
b. Anak balita usia 1 – 5 tahun
c. Ibu hamil, menyusui dan ibu nifas
d. Wanita Usia Subur
5.2.4.Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu menurut Panca Krida Posyandu ( Effendy,1998) :
a. Kesehatan Ibu dan Anak
b. Keluarga Berencana
82
c. Imunisasi
d. Peningkatan Gizi
e. Penanggulangan Diare Kegiatan gizi di posyandu sebagai bagian dari UPGK
dalam langkah – langkah kebijaksanaan perbaikan gizi merupakan kegiatan
upaya langsung yang meliputi :
Pemantauan pertumbuhan anak balita dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
melalui penimbangan oleh kader.
Pemberian Makanan Tambahan
Penyuluhan Gizi.
Prosedur pelaksanaan posyandu mengikuti system lima meja atau lima
langkah dasar. Pola pelaksanaan posyandu sistem lima meja dapat dilihat pada
Gambar 1.
SKEMA POLA PELAYANAN POSYANDU
Meja 1
Meja 2
Meja 3
Meja 4
Meja 5
5.2.5 Klasifikasi Posyandu
Klasifikasi posyandu terdiri dari :
a. Posyandu pratama ( warna merah )
83
Pendaftaran Balita dan Ibu Hamil
Penimbangan Balita dan Ibu Hamil
Pencatatan Hasil Penimbangan
Penyuluhan Ibu Balita dan Ibu Hamil
Pelayanan Kesehatan
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
b. Posyandu Madya ( warna kuning )
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali pertahun, dengan rata rata jumlah kadertugas 5 orang atau lebih.
Akan tetapi cakupan program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan Imunisasi )
masih rendah yaitu kurang dari 50%.
c. Posyandu purnama ( warna hijau )
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinyalebih
dari 8 kali pertahun, rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan
cakupan 5 program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan Imunisasi ) lebih 50%.
Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat tetapi
masih sederhana.
d. Posyandu Mandiri ( warna biru )
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secarateratur.
Cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana
sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK
5.3 IMUNISASI
5.3.1. Pengertian
Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan
morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada
84
bayi dan anak. (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi
dan anak denganmemasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegahterhadap suatu penyakit tertentu.Sedangkan vaksin adalah bahan
yang dipakai untukmerangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam
tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti
vaksin polio.(IGN Ranuh, 2008).
5.3.2. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
padaseseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti
pada imunisasi cacar variola.Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada
jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria.
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seeorangdan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau
populasi ataubahkan menghilngkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacarvariola.Keadaan yang terakhir lebih mungkin terjadi pada jenis
penyakit yang hanyadapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit
difteria.
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dankematian
dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.Pada saat ini penyakit tersebut
adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan
tuberculosis.
5.3.3 Manfaat Imunisasi
85
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan
menurunnyaangka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh :
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorongpembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akanmenjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong
penyiapan keluargayang terencana, agar sehat dan berkualitas.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untukmelanjutkan pembangunan Negara.
5.3.4 Imunisasi Dasar pada Bayi
a. Jenis-jenis Imunisasi
Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan
adajuga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana
yang diwajibkan oleh WHO yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis
B. (Hidayat,2005, hal 46). Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang
diberikan pada semua orang, terutama bayi dan balita sejak lahir untuk
melindungi tubuhnya dari penyakit yang berbahaya.Lima jenis imunisasi
dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit
86
yaitu TBC, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campakdan hepatitis B.
Kelima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh adalah:
- Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalanaktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-
paru yang sangatmenular yang dilakukan sekali pada bayi sekali pada bayi
usia 0-11 bulan
- Imunisasi DPT yaitu merupakan imunisasi dengan memberikan
vaksinmengandung racun kuman yang telah dihilangkan racunnya akan
tetapi masihdapat merangsang pembentukan zat anti(toxoid) untuk
mencegah terjadinyapenyakit difteri,pertusis,dan tetanus,yang diberikan 3
kali pada bayi usia 2-11bulan dengan interval minimal 4 minggu.
- Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalanterhadap penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada kaki,yang diberikan 4 kali pada bayi 0-11 bulan dengan
interval minimal 4 minggu
- Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkankekebalan kekebalan aktif terhadap penyakit campak karena
penyakit ini sangatmenular, yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9-11
bulan
- Imunisasi hepatis B, adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkankekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit
yang dapat merusakhati, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan,
dengan interval minimal 4minggu cakupan imunisasi lengkap pada anak,
yang merupakan gabungan daritiap jenis imunisasi yang didapatkan oleh
seorang anak. Sejak tahun 2004hepatitis-B disatukan dengan pemberian
DPT menjadi DPT-HB.
5.3.5 Vaksinasi
87
Adalah merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan
paparan dengan antigen yang berasal dari mokroorganisme patogen.Antigen
yang diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit
namun mampu mengaktivasi limfosit menghasilkan antibody dan sel memori
yang menirukan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup
memberikan kekebalan dengan tujuan memberikan infeksi ringan yang tidak
berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun.
Tabel 2.1 Dosis, Cara pemberian, Jumlah pemberian, Intervensi Dan
waktuPemberian imunisasi
Vaksin Dosis Cara pemberianJumlah
pemberianInterval
Waktu
pemberian
BCG O,05 cc
Intracutan di
daerah musculus
Deltoideus
1 kali - 0-11 bulan
DPT 0,5 cc Intra muscular 3 kali 4 minggu 2-11 bulan
Poliuo 2 tetesDiteteskan ke
Mulut
4 kali4 minggu 0-11 bulan
Hepatitis
B0,5 cc
Intra muscular
pada paha bagian
luar
3 kali 4 minggu 0-11 bulan
Campak 0,5 cc
Subkutan,
Biasa di
lengan kiri atas
1 kali 4 minggu 9-11
5.3.6. Jadwal Pemberian Imunisasi
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi
88
Usia Vaksin
0 bulan Hep B 1, BCG, Polio 0
1 bulan Hep B2
2 bulan DPT 1, Polio 1
3 bulan DPT 2, Polio 2
4 bulan DPT 3, Polio 3
6 bulan Hep B 3
9 bulan Campak
5.3.7 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
a. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
Diphtheriae.Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan.Daya
tular penyakit ini tinggi. Gejala awal penyakit adalah : gelisah, aktifitas
menurun, radangtenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-
3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan
tonsil.Komplikasi difteri berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian.
Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh Hyppocrates pada abad ke-5
SM dan epidemi pertama dikenal pada abad ke-6 oleh Aetius. Seorang anak
dapat terinfeksi difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian
akanmemproduksi toksin yang menghambat sintesis protein seluler dan
menyebabkan destruksi jaringan setempat dan terjadilah suatu selaput/membran
yang dapat menyumbat jalan nafas. Toksin yang terbentuk pada membran
tersebut kemudian diabsorbsi ke dalam aliran darah dan dibawa ke seluruh
tubuh.Penyebaran toksin ini berakibat komplikasi berupa miokarditis dan
neuritis, serta trombositopenia dan proteinuria.
89
b. Pertusis
Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada
saluran pernafasan yang disebabkan oleh Bordetella Pertussis.Penyebaran
pertussis adalah melalui percikan ludah yang keluar dari batuk atau
bersin.Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam, dan batuk
ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk
menggigil yang cepat dan keras.Komplikasi pertusis adalah Pneumania
Bacterialis yang dapat menyebabkan kematian (Depkes, 2009, hlm.12).Sebelum
ditemukan vaksinnya, pertussis merupakan penyakit tersering yang menyerang
anak dan merupakan penyebab kematian (diperkirakan sekitar 300.000
kematian terjadi setiap tahun). Pertusismerupakan penyakit yang bersifat toxin-
mediated toxin yang dihasilkan melekat pada bulu getar saluran nafas atas akan
melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran
sekret saluran pernafasan, berpotensi menyebabkan sumbatan jalan nafas dan
pneumonia.
C. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang
menghasilkan neurotoksin.Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang,
tetapimelalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam.Gejala awal
penyakit adalahkaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan
menelan, kaku otot perut,berkeringat, dan demam.Pada bayi terdapat juga
gejala berhenti menetek antara 3sampai dengan 28 hari setelah lahir.Gejala
berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.Tetanus dapat
ditemukan pada anakanak, juga dijumpai kasus tetanus neonatal yang bersifat
fatal. Komplikasi tetanus yang sering terjadi antara lain laringospasme, infeksi
nosokomial dan pneumonia ostostatik.
d. Tuberkulosis
90
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacteriumtuberculosa disebut juga batuk darah.Penyakit ini menyebar
melalui pernafasanlewat bersin atau batuk.Gejala awal penyakit adalah lemah
badan, penurunan beratbadan, demam, dan keluar keringat pada malam
hari.Gejala selanjutnya adalah batukterus-menerus, nyeri dada dan mungkin
batuk darah. Gejala lain tergantung padaorgan yang diserang. Komplikasi
tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.
e. Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae
measles.Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk
daripenderita.Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk,
pilek,konjunctivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada muka dan
leher, kemudianmenyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.Komplikasi campak
adalah diare hebat,peradangan pada telinga, dan infeksi saluran nafas
(pneumonia).Prioritas utamauntuk penanggulangan penyakit campak adalah
melaksanakan program imunisasilebih efektif.
f. Poliomielitis
Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3.
Secara klinispenyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang
menderita lumpuh layu akut(acute flaccid paralysis=AFP). Penyebaran
penyakit adalah melalui kotoran manusia(tinja) yang
terkontaminasi.Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri ototdan
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit.
g. Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit kuning yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
yang merusak hati.Penularan penyakit secara horizontal yaitu dari darah
danproduknya melalui suntikan yang tidak aman melalui tranfusi darah dan
91
melaluihubungan seksual. Sedangkan penularan secara vertikal yaitu dari ibu
ke bayi selamaproses persalinan.
PENBINAAN DAN PENCEGAHAN HIPERTENSI SERTA PEMBINAAN
PENYAKIT TB PARU DI PUSKESMAS DESA BINJAI MEDAN
5.4 HIPERTENSI
5.4.1 Pengertian Penyakit Hipertensi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan
sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua
puluh per delapan puluh.
Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau
lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan
sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai
140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan
92
diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia
lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah ; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara
perlahan atau bahkan menurun drastis.
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak
diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang
terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan
seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki
tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari.
5.4.2 Klasifikasi Penyakit Hipertensi
Normal Dibawah : 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi : 130-139 mmHg 85-89 mmHg (Stadium 1)
Hipertensi ringan : 140-159 mmHg 90-99 mmHg (Stadium 2)
Hipertensi sedang : 160-179 mmHg 100-109 mmHg (Stadium 3)
Hipertensi berat : 180-209 mmHg 110-119 mmHg (Stadium 4)
Hipertensi maligna : 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
5.4.3 Patofisiologi Penyakit Hipertensi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
93
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal
dan kaku karena arteriosklerosis.
3. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
4. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume
darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika:
1. aktivitas memompa jantung berkurang
2. arteri mengalami pelebaran
3. banyak cairan keluar dari sirkulasi
maka tekanan darah akan menurun.
5.4.4 Penyebab Penyakit Hipertensi
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan
keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab. Beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
94
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya, yaitu:
Penyakit ginjal (5-10%)
Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB) (1-2%)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif
(malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress
telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
Penyakit Ginjal
Stenosis arteri renalis
Pielonefritis
Glomerulonefritis
Tumor-tumor ginjal
Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
Kelainan Hormonal
Hiperaldosteronisme
Sindroma Cushing
95
Feokromositoma
Obat-obatan
Pil KB
Kortikosteroid
Siklosporin
Eritropoietin
Kokain
Penyalahgunaan alkohol
Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
Penyebab Lainnya
Koartasio aorta
Preeklamsi pada kehamilan
Porfiria intermiten akut
Keracunan timbal akut.
5.4.5 Gejala Penyakit Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah :
Sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,maupun pada seseorang dengan
96
tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,
bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur
yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang
penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
5.4.6 Pengobatan Penyakit Hipertensi
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan
untuk mencegah terjadinya komplikasi.
1. Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan
untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau
6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
97
d. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.
e. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.
f. Berhenti merokok.
2. Pemberian Obat-obatan
Diuretik
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati hipertensi.
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang
diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Diuretik sangat efektif pada:
orang kulit hitam
lanjut usia
kegemukan
penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun
Penghambat adrenergik
Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa blocker, betablocker dan
alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf
simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap
stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. Yang paling sering digunakan adalah
beta-blocker, yang efektif diberikan kepada:
penderita usia muda
98
penderita yang pernah mengalami serangan jantung
penderita dengan denyut jantung yang cepat
angina pektoris (nyeri dada)
sakit kepala migren.
Angiotensin converting enzyme
Inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada:
orang kulit putih
usia muda
penderita gagal jantung
penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit
ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik
pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
Angiotensin-II-bloker
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip
dengan ACE-inhibitor.
Antagonis kalsium
Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-
benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada:
orang kulit hitam
lanjut usia
penderita angina pektoris (nyeri dada)
denyut jantung yang cepat
99
sakit kepala migren.
Vasodilator langsung
Menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir
selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat antihipertensi lainnya.
3. Kedaruratan Hipertensi
(misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan tekanan
darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan
cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah):
diazoxide
nitroprusside
nitroglycerin
labetalol.
Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa
diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga
pemberiannya harus diawasi secara ketat.
4. Pengelolaan Hipertensi Sekunder
1. Pengobatan hipertensi sekunder tergantung kepada penyebabnya.
2. Mengatasi penyakit ginjal kadang dapat mengembalikan tekanan darah ke
normal atau paling tidak menurunkan tekanan darah.
100
3. Penyempitan arteri bisa diatasi dengan memasukkan selang yang pada
ujungnya
4. terpasang balon dan mengembangkan balon tersebut.
5. Atau bisa dilakukan pembedahan untuk membuat jalan pintas (operasi
bypass).
6. Tumor yang menyebabkan hipertensi (misalnya feokromositoma) biasanya
diangkat melalui pembedahan.
5.5 TB Paru
5.5.1 Epidemiologi Penyakit TB Paru
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan
tuberkulosis sebagai « Global Emergency ». Laporan WHO tahun 2004 menyatakan
bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah
kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di
Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari
jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali
lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk.
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta
setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar
kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka
mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat
di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens HIV yang cukup tinggi
mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
101
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB
setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar
140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu
diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.
5.5.2 Definisi Penyakit TB Paru
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex
5.5.3 Biomolekuler M.Tuberculosis
5.5.3.1 Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,
tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan
panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan
lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam
mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord
factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat
merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan
arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan
fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang
kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu
apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna
tersebut dengan larutan asam – alkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen
lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis dapat
102
diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal
purified antigens dengan berat molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa
yang memberikan sensitiviti dan spesifisiti yang bervariasi dalam mendiagnosis TB.
Ada juga yang menggolongkan antigen M. tuberculosis dalam kelompok antigen
yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen yang disekresi hanya
dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen 30.000a,protein MTP 40 dan
lain-lain.
5.5.3.2 Biomolekuler
Genom M. tuberculosis mempunyai ukuran 4,4 Mb (mega base) dengan
kandungan guanin (G) dan sitosin (C) terbanyak. Dari hasil pemetaan gen, telah
diketahui lebih dari 165 gen dan penanda genetik yang dibagi dalam 3 kelompok.
Kelompok 1 gen yang merupakan sikuen DNA mikobakteria yang selalu ada
(conserved) sebagai DNA target, kelompok II merupakan sikuen DNA yang
menyandi antigen protein, sedangkan kelompok III adalah sikuen DNA ulangan
seperti elemen sisipan.
Gen pab dan gen groEL masing masing menyandi protein berikatan posfat
misalnya protein 38 kDa dan protein kejut panas (heat shock protein) seperti protein
65 kDa, gen katG menyandi katalase-peroksidase dan gen 16SrRNA (rrs) menyandi
protein ribosomal S12 sedangkan gen rpoB menyandi RNA polimerase.
Sikuen sisipan DNA (IS) adalah elemen genetik yang mobile. Lebih dari 16 IS
ada dalam mikobakteria antara lain IS6110, IS1081 dan elemen seperti IS (IS-like
element). Deteksi gen tersebut dapat dilakukan dengan teknik PCR dan RFLP.
5.5.4 Patogenesis
5.5.4.1 Tuberkulosis Primer
103
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja
dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan
tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis
regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai
kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai
berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
2. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya
bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang
tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada
lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan.
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat
imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup
104
gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis
Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat
tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan
sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis,
tuberkuloma ) atau
- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis
primer.
5.5.4.2 Tuberkulosis Post-Primer
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer
mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa,
localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis
inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi
sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang
umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini
ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan
mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan
sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif
kembali dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila
jaringan keju dibatukkan keluar.
105
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti
akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya
berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).
Kaviti tersebut akan menjadi:
- meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang
pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan
di atas
- memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi
mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
- bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut
sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
5.5.5 Klasifikasi TB Paru
5.5.5.1 Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura.
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil
BTA positif
106
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis
aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan M. tuberculosis 2.
2. Berdasarkan tipe pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
Ada beberapa tipe pasien yaitu :
- Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan.
- Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
107
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA
negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi
aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapa kemungkinan :
o Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur,
keganasan dll)
o TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis
yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis
- Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan
tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai.
- Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum
akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
- Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan yang baik
- Kasus Bekas TB:
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada)
dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak
108
aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang
tidak ada perubahan gambaran radiologi
5.5.5.2 Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran
kencing dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari
tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen
maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.
109
5.5.6 Diagnosis
5.5.6.1 Gambaran Klinik
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan
penunjang lainnya
5.5.6.2 Gejala klinik
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)
1. Gejala respiratorik
- batuk > 2 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
111
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya
pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri
dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan
kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
5.5.6.3 Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau
sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah
apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain
suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari
banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi
suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
112
Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di
daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”
Paru : apeks lobus superior dan apeks lobus inferior
5.5.6.3 Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai
arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL),
urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
113
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung
dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir,
tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat
dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek, atau
untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml
sebelum dikirim ke laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada
gelas objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium,
harus dipastikan telah tertulis identiti pasien yang sesuai dengan formulir
permohonan pemeriksaan laboratorium. Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh
dari klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas
saring melalui jasa pos.
Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:
- Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar
terlihat bagian tengahnya
- Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian
tengah dari kertas saring sebanyak + 1 ml
- Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi
pada satu ujung yang tidak mengandung bahan dahak
- Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat
yang aman, misal di dalam dus
114
- Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam
kantong plastik kecil
- Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan
melidahapikan sisi kantong yang terbuka dengan menggunakan
lidi
- Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal
pengambilan dahak
- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke
alamat laboratorium.
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.
Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
/BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara
- Mikroskopik
- Biakan
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
screening)
lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
- 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif ® BTA positif
- 1 kali positif, 2 kali negatif ® ulang BTA 3 kali, kemudian
- bila 1 kali positif, 2 kali negatif ® BTA positif
- bila 3 kali negatif ® BTA negatif
115
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi
WHO).
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :
- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
- Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
Pemeriksaan biakan kuman:
Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara :
- Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh
- Agar base media : Middle brook Melakukan biakan dimaksudkan untuk
mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium
tuberculosis dan juga Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Untuk
mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat
cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun
pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul
5.5.6.4 Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto
lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis
dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran
radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
116
- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
- Bayangan bercak milier.
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
- Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (destroyed Lung ) :
- Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat,
biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologi luluh paru
terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit
untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran
radiologi tersebut.
- Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses
penyakit
- Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) :
- Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai
kaviti
- Lesi luas, Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
117
5.5.6.5 Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional.
Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat
mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini
dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan. Bentuk lain teknik ini adalah
dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).
2. Polymerase chain reaction (PCR):
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,
termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini
adalah kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai,
kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya.. Hasil pemeriksaan PCR
dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut
dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar internasional. Apabila hasil
pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang ke arah
diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk
diagnosis TB. Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstraparu sesuai dengan organ yang
terlibat.
118
3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons
humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik
ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama.
b. ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji
serologi untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan
uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran
sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut
diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran immunokromatografik (2
antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum yang
akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum
akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung antibodi IgG
terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit
terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran.
c. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat
yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum
pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam
jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan
warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah.
119
d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang
terjadi. Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para
klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi
yang terdeteksi.
e. Uji serologi yang baru / IgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis. Uji IgG
berdasarkan antigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16 kDa dan
kombinasi lainnya akan menberikan tingkat sensitiviti dan spesifisiti yang dapat
diterima untuk diagnosis. Di luar negeri, metode imunodiagnosis ini lebih sering
digunakan untuk mendiagnosis TB ekstraparu, tetapi tidak cukup baik untuk
diagnosis TB pada anak.Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis.
5.5.6.6 Pemeriksaan Penunjang lain
1. Analisis Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura perlu
dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis.
Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta
positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit
dominan dan glukosa rendah
120
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB.
Pemeriksaan yang dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat
diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu :
- Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB)
- Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen
Silverman)
- Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan
bronkoskopi, trans thoracal needle aspiration/TTNA, biopsi paru terbuka).
- Otopsi
- Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan
dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi
untuk dikultur serta sediaan yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi.
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik
untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat
digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada
proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis.
Limfositpun kurang spesifik.
4. Uji tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di
Indonesia dengan prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu
diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai
makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositivan dari uji yang didapat
121
besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil
negatif.
Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa
122
5.5.7 Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan
obat utama dan tambahan.
5.5.7.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
- INH
- Rifampisin
- Pirazinamid
- Streptomisin
- Etambutol
Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):
- Kanamisin
- Amikasin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam
klavulanat
Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :
o Kapreomisin
o Sikloserino
o PAS (dulu tersedia)
123
o Derivat rifampisin dan INH
o Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
Kemasan
- Obat tunggal,Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, rifampisin,
pirazinamid dan etambutol.
- Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination – FDC)
- Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet.
Dosis OAT
Jenis dan dosis OAT
O
bat
Dosis
(Mg/Kg
BB/
Hari)
Dosis yg dianjurkan DosisMak
s (mg)
Dosis (mg) / berat
badan (kg)
Haria
n
(mg/
kgBB
/ hari)
Intermitten
(mg/Kg/BB/kali
)
< 40 40-
60
>60
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750100
0
150
0
E 15-20 15 30 750100
0
150
0
S 15-18 15 15 1000Sesua
i BB750
100
0
124
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting
untuk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant
tuberculosis). Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB
merupakan prioriti utama WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease (IUALTD) dan WHO menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal
dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada tahun 1998. Dosis
obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel.
Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:
1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal.
2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan
pengobatan yang tidak disengaja.
3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang
benar dan standar.
4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit
5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan
penggunaan monoterapi
Dosis obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap
BB
Fase intensif Fase lanjutan2 bulan 4 bulan
Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu
RHZE
150/75/400/275
RHZ
150/75/400
RHZ
150/150/500
RH
150/75
RH
150/150
30-37
38-54
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
125
55-70
>71
4
5
4
5
4
5
4
5
4
5
Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis
yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk
dalam batas dosis terapi dan non toksik.Pada kasus yang mendapat obat kombinasi
dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah
sakit/dokter spesialis paru / fasiliti yang mampu menanganinya.
5.5.7.2 Efek Samping OAT
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama
pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat (terlihat pada tabel 4),
bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian
OAT dapat dilanjutkan.
1. Isoniazid (INH)
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama
pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat (terlihat pada tabel 4),
bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian
OAT dapat dilanjutkan.
2. Rifampisin
126
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan
simptomatis ialah :
- Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-
kadang diare
- Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan.
Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop
dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu
dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan
lagi walaupun gejalanya telah menghilang
- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas. Rifampisin dapat
menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata dan air liur.
Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak
berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar mereka mengerti
dan tidak perlu khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan
kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan
disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi
reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
127
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya
ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan
okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya
15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu.
Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat
dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan
okuler sulit untuk dideteksi
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan
meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko
tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala
efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan
keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau
dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat
keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli). Reaksi
hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit
kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang
terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi
segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi
0,25gr. Streptomisin dapat menembus sawar plasenta sehingga tidak boleh diberikan
pada perempuan hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.
128
Efek samping OAT dan Penatalaksanaannya
Efek samping Kemungkinan
Penyebab
Tatalaksana
Minor OAT diteruskan
Tidak nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin Obat diminum malam
sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin
/allopurinol
Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki INH Beri vitamin B6
(piridoksin) 1 x 100
mg perhari
Warna kemerahan pada air seni Rifampisin Beri penjelasan, tidak
perlu diberi apa-apa
Mayor Hentikan obat
Gatal dan kemerahan pada
kulit
Semua jenis OAT Beri antihistamin dan
dievaluasi ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin
dihentikan
Gangguan keseimbangan
(vertigo dan nistagmus)
Streptomisin Streptomisin
dihentikan
Ikterik / Hepatitis Imbas Obat
(penyebab lain disingkirkan)
Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT
sampai ikterik
menghilang dan boleh
diberikan
129
hepatoprotektor
Muntah dan confusion
(suspected drug-induced pre-
icteric hepatitis)
Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT
dan lakukan uji fungsi
hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Kelainan sistemik, termasuk
syok dan purpura
Rifampisin Hentikan rifampisin
130
KUISIONER HIPERTENSI DAN TB PARU
DI PUSKESMAS DESA BINJAI MEDAN
2015
Biodata Pasien.
NAMA :
UMUR :
ALAMAT :
PENDIDIKAN :
PEKERJAAN :
1. Apakah bapak/ibu tahu tentang TB paru ?
a. Tidak tahu
b. Penyakit menular
2. Apakah penyebab penyakit TB paru ?
a. Tidak tahu
b. Kuman TB (Microbacterium Tuberculosis)
131
3. Sebutkan tanda-tanda penyakit TB paru ?
a. Tidak tahu
b. Batuk berdahak selama 3 minggu/lebih, batuk berdahak bercampur
darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan terasa lemah, nafsu makan
berkurang, berat badan terasa turun, sering berkeringat malam
4. Menurut saudara bagaimana penularan penyakit TB paru ?
a. Tidak tahu
b. Menyebar ke udara ketika penderita batuk/bersin, kemudian kuman
TB terhirup masuk kedalam paru-paru
5. Berapa lama jika penderita TB paru harus minum obat ?
a. Tidak tahu
b. Minimal 6 bulan
6. Setelah 2 minggu minum obat merasa sembuh, apakah boleh berhenti minum
obat TB paru?
a. Boleh
b. Tidak boleh
7. Bagaimana cara pencegahan penularan TB paru ?
a. Tidak tahu
b. Penderita tidak meludah sembarangan, penderita menutup mulut pada
saat batuk/bersin, mengupayakan sinar matahari masuk kedalam
rumah
8. Penyakit hipertensi merupakan penyakiit tekanan darah tinggi?
a. Benar
b. Salah
9. Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan tekanan darah ke
pelayanan kesehatan yang terdekat?
a. Benar
b. Salah
132
10. Membatasi makanan berlemak salah satu usaha untuk mencegah tekanan
darah tinggi ?
a. Benar
b. Salah
11. Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan tekanan darah
meningkat ?
a. Benar
b. Salah
12. Selain mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain untuk mencegah tekanan
darah tinggi adalah olah raga secara teratur?
a. Benar
b. Salah
13. Menjauhi diri dari stress adalah salah satu cara untuk mencegah tekanan darah
tinggi ?
a. Benar
b. Salah
14. Merokok dan minum alcohol merupakan penyebab timbulnya penyakit
tekanan darah tinggi ?
a. Benar
b. Salah
15. Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan mengontrol pola
makanadalah usaha mencegah penyakit tekanan darah tinggi ?
a. Benar
b. Salah
16. Menjaga berat badan dalam kisaran normal bias mengurangi resiko terjadinya
penyakit tekanan darah tinggi ?
a. Benar
b. Salah
133
TINDAKAN
No Pernyataan Melakukan Tidak
melakukan
1 Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap saya
merasakan gejala
2 Saya tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol tinggi seperti daging merah, gorengan, jeroan
3 Saya mengkonsumsi setidaknya lima porsi buah dan
sayuran segar setiap hari
4 Saya selalu minum obat anti hepertensi secara teratur jika
tekanan darah tinggi
5 Saya selalu meluangkan waktu untuk istirahat walaupun
pekerjaan menumpuk
6 Saya berolahraga secara teratur untuk mengontrol tekanan
darah
7 Saya tidak mengkonsumsi minuman keras seperti anggur,
134
tuak, dan bir bila sedang mempunyai masalah yang berat
ataupun tidak mempunyai masalah
8 Saya mengurangi kebiasaan merokok dan konsumsi
makanan yang mengandung garam tinggi untuk
menghindari kekambuhan tekanan darah tinggi
9 Saya mengusahakan mengadakan rekreasi setelah
mengerjakan pekerjaan yang berat.
10 Saya akan mengontrol emosi saya jika sedang marah atau
banyak pikiran.
Hasil :
Dari 14 kuisoner yang dibagikan kepada pasien, disimpulkan bahwa:
Pasien mengerti dan memahami
o apa itu penyakit TB Paru
o apa penyebab TB Paru
o tanda-tanda penyakit TB Paru
o Bagaimana cara penularan penyakit TB Paru
o Berapa lama pengobatan penyakit TB Paru
Pasien mengerti dan memahami
o Apa itu penyakit Hipertensi
o Apa penyebabnya dan factor resiko penyakit Hipertensi
135
o Bagaimana pencegahan penyakit Hipertensi
o Bagaimana pengobatan penyakit Hipertensi
Pasien mengerti dan memahami
o Pentingnya menjaga gaya hidup sehat
o Pentingnya konsumsi buah dan sayuran yang cukup
o Pentingnya olahraga yang teratur
o Pentingnya menghindari rokok dan minuman beralkohol
o Pentingnya menghindari stress dan mengontrol emosi
136
HOME VISITE 1
1.1. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
1.1.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Tn.
Rahmad Efendi :
Tabel1.1.DaftarAnggotaKeluarga yang TinggalSerumah
NamaKedudukan
Dalam Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Rahmad
EfendiKepalaKeluarga Laki-laki 82 hn SD Wiraswasta -
Sriwarsih Istri Perempuan 73 thn SDIbu Rumah
TanggaPenderita
Ridwan Anak Laki- laki 52thn SD Supir -
Irwan Anak Laki-laki 34thn SMA Wiraswasta -
Rahmayani Menantu Perempuan 30 thn SMAIbu Rumah
Tangga-
1.1.2 BENTUK KELUARGA
137
Dari table diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwakeluargainti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling
ideal. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan menantu
tinggal dalam satu rumah, dimana anak adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu
rumah tangga.
1.1.3 GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
= Laki=laki sehat
= Perempuan sehat
= Perempuan sakit
138
PenderitaSuami Penderita
1.2 STATUS PENDERITA
1.2.2 IDENTITAS PASIEN
Nama : Sriwarsih
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl.H.M Nawi. Gang Keluarga
Status : Menikah
139
BAGIAN 2
HOME VISIT
Tanggal Home Visit : 24 juni 2015
Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)
1. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak
- Penggunaan alat bantu Ya Tidak
- Gangguan keseimbangan Ya Tidak
- Gangguan sensoris Ya Tidak
2. Nutrisi
Makanan : Pasienmakan 3x/hari, denganlauk
paukberupaikandansayur, konsumsi
buahjarang.
Variasi dan kualitas makanan
140
√
√
√
√
Dapur :
o Beras : Beras bulog
o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll
o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 2 minggu sekali),
Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)
o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang
o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang
dikonsumsi oleh keluarga ini)
Kulkas : Ada
Status nutrisi :
BeratBadan : 50 kg
TinggiBadan : 151cm
Kesan : Normoweight
Konsumsi alkohol Ya Tidak
3. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : Baik
Eksterior rumah :
o Atap : Seng
o Pintu rumah : Kayu
o Dinding Rumah : Batu 1/2 ( bawah) papan dan triplek (atas)
o Jendela : Jerjak besi denganjendelakacabertingkat
o Ventilasi : daripintudanjendela
141
√
o Halaman : tidakada, hanyateras.
Interior rumah :
o Kepadatan : Terlalu padat
o Kebersihan : Cukup Baik
o Kenyamanan : cukupnyaman
o Privasi : Ada
o Hewan peliharaan : Tidak ada
o Buku-buku : Ada
o Televisi : Ada
o Pernak-pernik : Ada
4. Orang Lain
Dukungan sosial Ya Tidak
Semangat hidup Ya Tidak
Sumber penghasilan : Dari pekerjaananakpenderita yang bekerja
Sebagai supir dan wiraswasta.
Sikap pasiendankeluarga : Menyambut dengan ramah dan baik
5. Medikasi
Obat resep Ya Tidak
Obat non-resep Ya Tidak
Suplemen diet Ya Tidak
142
√
√
√
√
√
√
Obat tertata rapi Ya Tidak
Kepatuhan minum obat Ya Tidak
6. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)
Berat Badan : 50 Kg Tinggi Badan : 151 cm
Tekanan darah : 140/80 mmHg
a. Anamnesis Penyakit
Keluhan utama : Nyeri pada kedua lutut.
Telaah : Pasien mengeluhkan nyeri pada kedua lutut sejak 1
tahun ini.pertama lutut kanan lalu tak lama kemudian lutut kiri juga nyeri dan
makin lama makin berat.nyeri kedua lutut terutama dirasakan ketika
beraktivitas dan mereda ketika istirahat. Keluhan Nyeri kedua lutut pada
kedua lutut ketika bangun tidur di pagi hari atau ketika sedang beristirahat.
Pasien juga sering merasa kaku ketika duduk lama. Pasien juga sering merasa
kram pada kedua kaki pada malam hari terutama saat udara dingin.
b. Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi (-), Diabetes mellitus (-),
Trauma/Jatuh (-), Maag (+)
c. Anamnesis RiwayatPemakaianObat : Tidak ada
d. Riwayat Keluarga : Tidak ada yang mengalami hal serupa
e. Riwayat Pribadi :
143
√
Anamnesis RiwayatKelahiran : Pasien lahir normal dengan oleh bidan
kampung.
Anamnesis Makanan : Pasienmakan 3x/hari, denganlauk
Pauk berupa ikan dan sayur konsumsi
buah jarang.
Sikap : Pasien cukup aktif
f. Riwayat Lingkungan :
Pasien tinggal dengan suami,kedua anaknya dan menantu. Di rumah pasien
yang hanya ada dua kamar yaitu satu kamar tidur untuk pasien dan suaminya,
dan satu lagi kamar untuk anak yang sudah berumah tangga, satu ruang
keluarga yang bersamaan dengan ruang tamu dan ruang makan, satu dapur
dan satu kamar mandi. Sirkulasi udara kurang baik karena kamar tidak ada
jendela, pencahayaan cukup, kebersihan kurang..
g. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),
pupil isokor, diameter 2-3 mm, RC (+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,
144
sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada
kedua lapangan paru
Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan
perut, peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Teraphi : - Ibuprofen : 3 x 200 mg /hari
- Omeprazole: 1x 20 mg/hari
- Vitamin B complex : 3 x 1 tab
Keselamatan, kesehatan Spiritual
Kamar mandi : Cukup bersih
Dapur : kurang layak, hanya ada satu kompor dengan
alat dapur yang minimal. Alatdapur di simpan di
dinding kamar mandi/sumur.
Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)
Pencahayaan : Cukup
Listrik : Ada
Tangga : Tidak ada
145
Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, TV
dll
Sumber air : Sumur Timbah
AC/Kipas angin : Ada
Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
146
HOME VISITE 2
1.2. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
1.2.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny.
Ngatiem :
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Nama
Kedudukan
Dalam
Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.
SuwarnoKepala
KeluargaLaki-laki 73 thn SD Pedagang
Ngatiem Istri Perempuan 68 thn SDIbu Rumah
TanggaPenderita
Ari
WibowoAnak Laki-laki 46 thn SMA
Kuli
bangunan
Reni
SusantiAnak Perempuan 43 thn SMA
Ibu rumah
tangga
147
1.2.3 BENTUK KELUARGA
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu
rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
1.2.4 GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
= Laki=laki sehat
= Perempuan sehat
= Perempuan sakit
148
Suami penderita Istri Penderita
Anak Penderita
1.3 STATUS PENDERITA
1.3.2 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ngatiem
Umur : 69 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : jawa/Indonesia
Alamat : JL. HM. Nawi harahap
Status : Menikah
149
BAGIAN 2
HOME VISIT
Tanggal Home Visit : 24 April 2015
Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)
7. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak
- Penggunaan alat bantu Ya Tidak
- Gangguan keseimbangan Ya Tidak
- Gangguan sensoris Ya Tidak
8. Nutrisi
Makanan : Pasien makan 2x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan,,dan sayur, konsumsi
buah belimbing, pisang, pepaya.
Variasi dan kualitas makanan
Dapur :
o Beras : Beras bulog
o Ikan : ikan gembung, ikan gabus, ikan Teri, ikan Asin dll
o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 2 bulan sekali),
Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)
150
√
√
√
√
o Sayur : Daun Ubi, Kol, Wortel, Sawi, Kentang, Genjer
o Buah : belimbing, pisang, pepaya (namun buah jarang
dikonsumsi oleh keluarga ini)
Kulkas : Tidak ada
Status nutrisi :
Berat Badan : 85 kg
Tinggi Badan : 162 cm
IMT : BB/TB(m)² = 32,4
Kesan : obase tipe II
Konsumsi alkohol Ya Tidak
9. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : Kurang baik
Eksterior rumah :
o Atap : Seng
o Pintu rumah : Kayu
o Dinding Rumah : Batu
o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kain
o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
o Halaman : ada
Interior rumah :
o Kepadatan : Tidak terlalu padat
o Kebersihan : Cukup Baik
151
√
o Kenyamanan : nyaman
o Privasi : Ada
o Hewan peliharaan : Tidak ada
o Buku-buku : Ada
o Televisi : Ada
o Pernak-pernik : Ada
10. Orang Lain
Dukungan sosial Ya Tidak
Semangat hidup Ya Tidak
Sumber penghasilan : Dari berdagang
o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada
Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik
11. Medikasi
Obat resep Ya Tidak
Obat non-resep Ya Tidak
Suplemen diet Ya Tidak
Obat tertata rapi Ya Tidak
Kepatuhan minum obat Ya Tidak
12. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)
152
√
√
√
√
√
√
√
Berat Badan : 85 Kg Tinggi Badan : 162 cm
Tekanan darah : 150/100 mmHg
h. Anamnesis Penyakit
Keluhan utama : Sakit kepala
Telaah : Os mengeluh sering sakit kepala sejak 5 bulan ini. Dan
memberat setelah baru bangun tidur. Os juga merasa sakit kepala menjalar
dari tengkuk sampai bahu. Sesak nafas (-), batuk (-), mual (-), muntah (-),
penurunan berat badan (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal. Riwayat sakit
darah tinggi (+) sejak ± 10 tahun yang lalu, dengan tekanan darah tertinggi
180/120 mmHg dan Os tidak teratur minum obat darah tinggi.
i. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada
j. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat
Pasien mengkonsumsi captopril
k. Riwayat Keluarga : DM (-), Hipertensi (+)
l. Riwayat Pribadi :
Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu
oleh bidan desa.
Anamnesis Makanan : Pasien makan 2x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur konsumsi
buah jarang.
Sikap : Pasien cukup aktif
153
m. Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan 2 orang anaknya. Di rumah
yang hanya ada satu ruangan,sirkulasi udara kurang baik, pencahayaan cukup,
kebersihan cukup. Selain di rumah pasien juga berinteraksi dengan teman dan
tetangga sekitar.
n. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),
pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya
(+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,
sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada
kedua lapangan paru
Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan
perut, peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
154
Teraphi : - Amlodipin 5 mg 1x1
- Vit B.Complex 3x1
Keselamatan, kesehatan Spiritual
Kamar mandi : bersih
Dapur : Ada
Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)
Pencahayaan : Cukup
Listrik : Ada
Tangga : Tidak ada
Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, dan
lain-lain.
Sumber air : PDAM
Kipas angin : Ada
Kesehatan Spiritual : Beribadah di rumah
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
155
HOME VISITE 3
1.3. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
1.3.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Tn.
Amiruddin:
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Nama
Kedudukan
Dalam
Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.
SamsudinKepala
KeluargaLaki-laki 49 thn SMA Pedagang
Rosmalawati IstriPerempua
n38 thn SMA
Ibu Rumah
TanggaPenderita
Budi Santoso Anak Laki- laki 16 thn SMA Pelajar
Bambang
Sahputraanak Laki-laki 13 thn SMP Pelajar
1.3.3 BENTUK KELUARGA
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.
156
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu
rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
1.3.4 GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
= Laki=laki sehat
= Perempuan sehat
= Laki-laki sakit
157
Suami Penderita Penderita
Anak Penderita
1.4 STATUS PENDERITA
1.4.2 IDENTITAS PASIEN
Nama : Rosmalawati
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. H.M. Nawi Gg. Keluarga No. 24
Status : Menikah
158
BAGIAN 2
HOME VISITE
Tanggal Home Visite : 22 Juni 2015
Checklist Home Visite (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)
13. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak
- Penggunaan alat bantu Ya Tidak
- Gangguan keseimbangan Ya Tidak
- Gangguan sensoris Ya Tidak
14. Nutrisi
Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi
buah jarang.
Variasi dan kualitas makanan
Dapur :
o Beras : Beras bulog
o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll
o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),
Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)
159
√
√
√
√
o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang
o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang
dikonsumsi oleh keluarga ini)
Kulkas : Tidak ada
Status nutrisi :
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 158 cm
IMT : BB/TB(m)² = 22,0
Kesan : Normoweight
Konsumsi alkohol Ya Tidak
15. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : Buruk
Eksterior rumah :
o Atap : Seng
o Pintu rumah : Kayu
o Dinding Rumah : Batu seluruhnya
o Jendela : Kayu ditutup dengan kain
o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
o Halaman : Tidak ada
Interior rumah :
o Kepadatan : Terlalu padat
160
√
o Kebersihan : Cukup Baik
o Kenyamanan : Kurang
o Privasi : Ada
o Hewan peliharaan : Tidak ada
o Buku-buku : Tidak ada
o Televisi : Ada
o Pernak-pernik : Ada
16. Orang Lain
Dukungan sosial Ya Tidak
Semangat hidup Ya Tidak
Sumber penghasilan : Dari berdagang
o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada
Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik
17. Medikasi
Obat resep Ya Tidak
Obat non-resep Ya Tidak
Suplemen diet Ya Tidak
Obat tertata rapi Ya Tidak
Kepatuhan minum obat Ya Tidak
161
√
√
√
√
√
√
√
18. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)
Berat Badan : 55 Kg Tinggi Badan : 158 cm
Tekanan darah : 120/70 mmHg Glukosa : -
o. Anamnesis Penyakit
Keluhan utama : Gatal-gatal di kedua pergelangan tangan.
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak ± seminggu yang lalu.
Awalnya berbentuk bentol-betol kecil berwarna kemerahan,kemudian lama
kelamaan menjadi bersisik. Demam tidak dijumpai, rasa panas di daerah lesi
dijumpai. Sebelumnya os mengaku setelah satu jam sehabis mencuci pakaian,
os merasakan lesi tersebut timbul. Riwayat memakai deterjen dijumpai. Karna
lesi semakin melebar serta rasa nyeri dan sangat gatal tidak kunjung sembuh
pasien memutuskan untuk pergi berobat ke Puskesmas.
p. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada
q. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat
Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya
r. Riwayat Keluarga : -
s. Riwayat Pribadi :
Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu
oleh dukun beranak.
Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur konsumsi
162
buah jarang.
Sikap : Pasien cukup aktif
t. Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan suami dan kedua anaknya. Di
rumah kontrakan pasien yang hanya ada satu ruangan,sirkulasi udara kurang
baik, pencahayaan cukup, kebersihan kurang. Selain di rumah pasien juga
berinteraksi dengan teman dan tetangga sekitar kontrakan.
u. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),
pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya (+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,
sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada
kedua lapangan paru
Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan
perut, peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
163
Status Dermatologis : Terdapat papul, vesikel yang eritematous
berukuran miliar di regio antebrachii dextra dan
sinistra.
Teraphi :- Hidrokortison 0,5% (dioleskan setelah mandi)
- Cetirizin 1x10mg perhari (malam)
- Asam mefenamat 3x500 mg per hari
Keselamatan, kesehatan Spiritual
Kamar mandi : Cukup bersih
Dapur : Ada (tidak bersih)
Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)
Pencahayaan : Cukup
Listrik : Ada
Tangga : Tidak ada
Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, TV,
dll
Sumber air : Sumur
AC/Kipas angin : Tidak ada
Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid
164
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
HOME VISITE 4
1.4. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
1.4.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Tn.
Amiruddin:
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Nama
Kedudukan
Dalam
Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.
SutrisnoKepala
KeluargaLaki-laki 66 thn SMA
Kuli
Bangunan
Arwidah Istri Perempuan 61 thn SMPIbu Rumah
TanggaPenderita
Hadi Anak Laki- laki 30 thn SMA Pedagang
1.4.3 BENTUK KELUARGA
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu
rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
165
1.4.4 GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
= Laki=laki sehat
= Perempuan sehat
= Laki-laki sakit
166
Suami Penderita Penderita
Anak Penderita
1.5 STATUS PENDERITA
1.5.2 IDENTITAS PASIEN
Nama : Arwidah
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Seksama No. 53 Medan
Status : Menikah
167
BAGIAN 2
HOME VISIT
Tanggal Home Visit : 21 Juni 2015
Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)
19. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak
- Penggunaan alat bantu Ya Tidak
- Gangguan keseimbangan Ya Tidak
- Gangguan sensoris Ya Tidak
20. Nutrisi
Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi
buah jarang.
Variasi dan kualitas makanan
Dapur :
o Beras : Beras bulog
o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll
o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),
Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)
168
√
√
√
√
o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang
o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang
dikonsumsi oleh keluarga ini)
Kulkas : Tidak ada
Status nutrisi :
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 161 cm
IMT : BB/TB(m)² = 21,22
Kesan : Normoweight
Konsumsi alkohol Ya Tidak
21. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : Baik
Eksterior rumah :
o Atap : Seng
o Pintu rumah : Kayu
o Dinding Rumah : Beton
o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kain
o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
o Halaman : Tidak ada
Interior rumah :
o Kepadatan : Terlalu padat
169
√
o Kebersihan : Cukup Baik
o Kenyamanan : Kurang
o Privasi : Ada
o Hewan peliharaan : Tidak ada
o Buku-buku : Tidak ada
o Televisi : Ada
o Pernak-pernik : Ada
22. Orang Lain
Dukungan sosial Ya Tidak
Semangat hidup Ya Tidak
Sumber penghasilan : Dari suami
o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada
Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik
23. Medikasi
Obat resep Ya Tidak
Obat non-resep Ya Tidak
Suplemen diet Ya Tidak
Obat tertata rapi Ya Tidak
Kepatuhan minum obat Ya Tidak
170
√
√
√
√
√
√
√
24. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)
Berat Badan : 55 Kg Tinggi Badan : 161 cm
Tekanan darah : 150/100 mmHg Glukosa : -
v. Anamnesis Penyakit
Keluhan utama : nyeri lutut di kedua tungkai
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak ± 2 tahun yang lalu.
Awalnya dialami pasien hanya pada saat mengganti posisi dari duduk lama ke
berdiri, namun 3 bulan terakhir ini sudah mulai memberat ditandai dengan
timbulnya nyeri lutut saat berjalan namun ini tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari seperti mandi, menyapu dan lain-lain. Karna tidak kunjung
sembuh pasien memutuskan untuk pergi berobat ke Puskesmas.
w. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tekanan darah tinggi namun pasien tidak
pernah berobat untuk penyakit tersebut.
x. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat
Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya
y. Riwayat Keluarga : -
z. Riwayat Pribadi :
Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu
oleh dukun beranak.
Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur konsumsi
buah jarang.
171
Sikap : Pasien cukup aktif
aa. Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan suami dan seorang anaknya. Di
rumah kontrakan pasien yang hanya ada satu ruangan,sirkulasi udara kurang
baik, pencahayaan cukup, kebersihan kurang. Selain di rumah pasien juga
berinteraksi dengan teman dan
Tetangga sekitar kontrakan.
bb. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),
pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya
(+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,
sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada
kedua lapangan paru
Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan
perut, peristaltik (+) normal
172
Ekstremitas : Akral hangat, dijumpai nyeri pada kedua lutut saat
difleksi-ekstensi, dijumpai krepitasi pada kedua lutut, edema (-),
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Teraphi :- Piroxicam 2x20 mg per hari
- Vit B12 1x1
Keselamatan, kesehatan Spiritual
Kamar mandi : Cukup bersih
Dapur : Tidak ada (bersatu dengan kamar tidur)
Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)
Pencahayaan : kurang
Listrik : Ada
Tangga : Tidak ada
Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur,TV
dll
Sumber air : Sumur Timbah
AC/Kipas angin : Tidak ada
Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid
173
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
HOME VISITE 5
1.5. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
1.5.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny.
Rosmeini :
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Nama
Kedudukan
Dalam
Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Azhar
Tanjung
Kepala
KeluargaLaki-laki 56 thn SD Pedagang
Rosmeini Istri Perempuan 53 thn SDIbu Rumah
TanggaPenderita
Anwar
SolihinAnak Laki-laki 28 thn SMA Pedagang
Arif
FadillahAnak Laki-laki 24 thn SMA Karyawan
Fachrul
RoziAnak Laki-laki 20 thn SMA Karyawan
1.5.3 BENTUK KELUARGA
174
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu
rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
1.5.4 GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
= Laki=laki sehat
= Perempuan sehat
= Perempuan sakit
175
Suami penderita Istri Penderita
Anak Penderita
1.6 STATUS PENDERITA
1.6.2 IDENTITAS PASIEN
Nama : Rosmeini
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
Alamat : jl. HM. Nawi Harahap
Status : Menikah
176
BAGIAN 2
HOME VISIT
Tanggal Home Visit : 29 April 2015
Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)
25. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak
- Penggunaan alat bantu Ya Tidak
- Gangguan keseimbangan Ya Tidak
- Gangguan sensoris Ya Tidak
26. Nutrisi
Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi
buah jarang.
Variasi dan kualitas makanan
Dapur :
o Beras : Beras bulog
o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll
o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),
Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)
177
√
√
√
√
o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang
o Buah : Pepaya, Semangka, Pisang (namun buah jarang
dikonsumsi oleh keluarga ini)
Kulkas : Tidak ada
Status nutrisi :
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 152 cm
IMT : BB/TB(m)² = 21,641
Kesan : Normoweight
Konsumsi alkohol Ya Tidak
27. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : Kurang baik
Eksterior rumah :
o Atap : Seng
o Pintu rumah : Kayu
o Dinding Rumah : Batu
o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kain
o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
o Halaman : Tidak ada
Interior rumah :
o Kepadatan : Terlalu padat
178
√
o Kebersihan : Cukup Baik
o Kenyamanan : Kurang
o Privasi : Ada
o Hewan peliharaan : Tidak ada
o Buku-buku : Ada
o Televisi : Ada
o Pernak-pernik : Ada
28. Orang Lain
Dukungan sosial Ya Tidak
Semangat hidup Ya Tidak
Sumber penghasilan : Dari berdagang
o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada
Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik
29. Medikasi
Obat resep Ya Tidak
Obat non-resep Ya Tidak
Suplemen diet Ya Tidak
Obat tertata rapi Ya Tidak
Kepatuhan minum obat Ya Tidak
179
√
√
√
√
√
√
√
30. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)
Berat Badan : 50 Kg Tinggi Badan : 152 cm
Tekanan darah : 150/100 mmHg
cc. Anamnesis Penyakit
Keluhan utama : Sakit kepala
Telaah : Os mengeluh sakit kepala sejak 3 hari yang lalu yang
terjadi secara mendadak. Dan memberat sejak pagi setelah baru bangun tidur.
Os juga merasa sakit kepala menjalar dari tengkuk sampai bahu. Sesak nafas
(-), batuk (-), mual (-), muntah (-), penurunan berat badan (-), BAK (+)
normal, BAB (+) normal. Riwayat sakit darah tinggi (+) sejak ± 10 tahun
yang lalu, dengan tekanan darah tertinggi 200 mmHg dan Os tidak teratur
minum obat darah tinggi.
dd. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada
ee. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat
Pasien mengkonsumsi captopril
ff. Riwayat Keluarga : DM (-), Hipertensi (+)
gg. Riwayat Pribadi :
Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu
oleh dukun beranak.
Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur konsumsi
buah jarang.
180
Sikap : Pasien cukup aktif
hh. Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan 3 orang anaknya. Di rumah
yang hanya ada satu ruangan,sirkulasi udara kurang baik, pencahayaan cukup,
kebersihan kurang. Selain di rumah pasien juga berinteraksi dengan teman
dan tetangga sekitar.
ii. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),
pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya
(+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,
sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada
kedua lapangan paru
Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan
perut, peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
181
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Teraphi : - Amlodipin 5 mg 1x1
- Vit B.Complex 3x1
Keselamatan, kesehatan Spiritual
Kamar mandi : Kotor
Dapur : Ada
Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)
Pencahayaan : Cukup
Listrik : Ada
Tangga : Tidak ada
Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, dan
lain-lain.
Sumber air : PDAM
Kipas angin : Ada
Kesehatan Spiritual : Beribadah di rumah
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
182
HOME VISITE 6
1.6. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
1.6.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny.
Partina:
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Nama
Kedudukan
Dalam
Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Abdul
Halim
Kepala
KeluargaLaki-laki 56 thn SMA Pedagang
Partina Istri Perempuan 49 thn SDIbu Rumah
TanggaPenderita
Ahmad
FauziAnak Laki- laki 23 thn SMA Pedagang
Masita
PutriAnak Perempuan 19 thn SMA
Karyawan
Toko
1.6.3 BENTUK KELUARGA
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.
183
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu
rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
1.6.4 GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
= Laki-laki sehat
= Perempuan sehat
= Laki-laki sakit
1.7 STATUS PENDERITA
184
Suami Penderita Penderita
Anak Penderita
1.7.2 IDENTITAS PASIEN
Nama : Partina
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. H.M Nawi Gg. Saudara No. 32
Status : Menikah
185
BAGIAN 2
HOME VISIT
Tanggal Home Visit : 23 Juni 2015
Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)
31. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak
- Penggunaan alat bantu Ya Tidak
- Gangguan keseimbangan Ya Tidak
- Gangguan sensoris Ya Tidak
32. Nutrisi
Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi
buah jarang.
Variasi dan kualitas makanan
Dapur :
o Beras : Beras bulog
o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll
o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),
Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)
186
√
√
√
√
o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang
o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang
dikonsumsi oleh keluarga ini)
Kulkas : Tidak ada
Status nutrisi :
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 154 cm
IMT : BB/TB(m)² = 21,108
Kesan : Normoweight
Konsumsi alkohol Ya Tidak
33. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : Baik
Eksterior rumah :
o Atap : Seng
o Pintu rumah : Kayu
o Dinding Rumah : Batu
o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kain
o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
o Halaman : Tidak ada
Interior rumah :
o Kepadatan : Padat
187
√
o Kebersihan : Cukup Baik
o Kenyamanan : Cukup
o Privasi : Ada
o Hewan peliharaan : Tidak ada
o Buku-buku : Tidak ada
o Televisi : Ada
o Pernak-pernik : Ada
34. Orang Lain
Dukungan sosial Ya Tidak
Semangat hidup Ya Tidak
Sumber penghasilan : Suami (Berdagang)
o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada
Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik
35. Medikasi
Obat resep Ya Tidak
Obat non-resep Ya Tidak
Suplemen diet Ya Tidak
Obat tertata rapi Ya Tidak
Kepatuhan minum obat Ya Tidak
188
√
√
√
√
√
√
√
36. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)
Berat Badan : 50 Kg Tinggi Badan : 154 cm
Tekanan darah : 110/90 mmHg Glukosa : -
jj. Anamnesis Penyakit
Keluhan utama : Sesak napas
Telaah : Hal ini dialami os sejak 1 tahun yang lalu, namun
semakin memberat dalam 1 minggu ini. Sesak nafas bersifat hilang timbul.
Sesak nafas berhubungan dengan aktivitas dan tidak berhubungan dengan
cuaca. Nafas berbunyi (+). Sering terbangun malam hari karena sesak nafas
(-). Riwayat menggunakan 2-3 bantal untuk mengurangi sesak (-).
Batuk (+) dialami os ± 1 minggu ini, dahak (+), warna putih, darah (-),
volume ± ½ sendok teh. Batuk bersifat hilang timbul. Batuk dipengaruhi
aktivitas dan cuaca (-). Demam (-), menggigil (-), berkeringat malam (-).
Mual (-), muntah (-), pusing (-), BB turun (-), nyeri perut (-), perut kembung
(-). Riwayat merokok (-) . Riwayat hipertensi (-). Riwayat DM (-).
Riwayat kontak dengan penderita batuk lama (-). Riwayat minum obat enam
bulan yang membuat kencing berwarna merah (-).
BAK dan BAB (+) normal. Karna sesak dirasakan semakin lama semakin
parah maka pasien memutuskan untuk pergi berobat ke Puskesmas.
kk. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada
ll. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat
189
Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya
Riwayat Keluarga : -
Riwayat Pribadi :
Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu
oleh dukun beranak.
Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur konsumsi
buah jarang.
Sikap : Pasien cukup aktif
Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan suami dan dua orang anaknya.
Di rumah kontrakan pasien yang hanya ada satu ruangan, sirkulasi udara
kurang baik, pencahayaan cukup, kebersihan cukup. Selain di rumah pasien
juga berinteraksi dengan teman dan tetangga sekitar rumah.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),
pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya
(+)
190
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Barrel Chest, stem fremitus kanan dan kiri sama,
hipersonor pada kedua lapangan paru, wheezing
pada kedua lapangan paru
Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan
perut, peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Teraphi : - Salbutamol 4 mg 3x1
- Gliceril Guaiacolat 3x1
- CTM 4 mg 3x1
- B. Comp 3x1
Keselamatan, kesehatan Spiritual
Kamar mandi : Cukup bersih
Dapur : Ada tapi kecil
Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)
Pencahayaan : Cukup
Listrik : Ada
191
Tangga : Tidak ada
Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur,TV,
dll
Sumber air : Sumur Timbah
AC/Kipas angin : Tidak ada
Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
192
HOME VISITE 7
1.7. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
1.7.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny
Rohani Tanjung:
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Nama
Kedudukan
Dalam
Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.
SyamsulKepala
KeluargaLaki-laki 63 thn SMA Pedagang
Rohani
TanjungIstri Perempuan 61 thn SD
Ibu Rumah
TanggaPenderita
Romi Anak Laki-laki 38 thn SMA Pedagang
Arif Anak Laki-laki 34 thn SMA Karyawan
Fachrul Anak Laki-laki 28 thn SMA Karyawan
1.7.3 BENTUK KELUARGA
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.
193
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu
rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
1.7.4 GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
= Laki-laki sehat
= Perempuan sakit
= Laki-laki sehat
194
Suami penderita Penderita
Anak Penderita
1.8 STATUS PENDERITA
1.8.2 IDENTITAS PASIEN
Nama : Rohani Tanjung
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
Alamat : Jl. HM.Nawi Gg Pribadi no 13
Status : Menikah
195
BAGIAN 2
HOME VISIT
Tanggal Home Visit : 20 Juni 2015
Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)
37. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak
- Penggunaan alat bantu Ya Tidak
- Gangguan keseimbangan Ya Tidak
- Gangguan sensoris Ya Tidak
38. Nutrisi
Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi
buah jarang.
Variasi dan kualitas makanan
Dapur :
o Beras : Beras bulog
196
√
√
√
√
o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll
o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),
Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)
o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang
o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang
dikonsumsi oleh keluarga ini)
Kulkas : Tidak ada
Status nutrisi :
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : BB/TB(m)² = 22,9
Kesan : Normoweight
Konsumsi alkohol Ya Tidak
39. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : Baik
Eksterior rumah :
o Atap : Seng
o Pintu rumah : Kayu
o Dinding Rumah : Batu 1/2 ( bawah) papan dan triplek (atas)
o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kain
o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
o Halaman : Tidak ada
197
√
Interior rumah :
o Kepadatan : Terlalu padat
o Kebersihan : Cukup Baik
o Kenyamanan : Kurang
o Privasi : Ada
o Hewan peliharaan : Tidak ada
o Buku-buku : Tidak ada
o Televisi : Ada
o Pernak-pernik : Ada
40. Orang Lain
Dukungan sosial Ya Tidak
Semangat hidup Ya Tidak
Sumber penghasilan : Dari berdagang
o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada
Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik
41. Medikasi
Obat resep Ya Tidak
Obat non-resep Ya Tidak
Suplemen diet Ya Tidak
Obat tertata rapi Ya Tidak
198
√
√
√
√
√
√
√
Kepatuhan minum obat Ya Tidak
42. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)
Berat Badan : 55 Kg Tinggi Badan : 155 cm
Tekanan darah : 140/100 mmHg Glukosa : 376 mg/dL
mm. Anamnesis Penyakit
Keluhan utama : Penurunan berat badan
Telaah : Hal ini dialami OS dalam 3 bulan ini, selain itu OS
juga merasakan tubuhnya sering lemas walau tidak beraktivitas dan juga
mengeluhkan banyak minum dan makan serta tidur terganggu akibat sering
buang air kecil pada malam hari. Rasa kebas juga dirasakan OS pada kedua
tangan.
nn. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada
oo. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat
Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya
pp. Riwayat Keluarga : DM (+), Hipertensi (+)
qq. Riwayat Pribadi :
Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu
oleh dukun beranak.
Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
199
pauk berupa ikan dan sayur konsumsi
buah jarang.
Sikap : Pasien cukup aktif
rr. Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan istri dan 3 orang anaknya. Di
rumah yang hanya ada satu ruangan,sirkulasi udara kurang baik, pencahayaan
cukup, kebersihan kurang. Selain di rumah pasien juga berinteraksi dengan
teman dan tetangga sekitar.
ss. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),
pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya
(+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,
sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada
kedua lapangan paru
Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan
200
perut, peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Teraphi :- Glibenclamid 1X1
- Amlodipin 5 mg 1x1
- Vit B.Complex 3x1
Keselamatan, kesehatan Spiritual
Kamar mandi : Cukup bersih
Dapur : Tidak ada (bersatu dengan kamar tidur)
Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)
Pencahayaan : Cukup
Listrik : Ada
Tangga : Tidak ada
Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, dan
lain-lain.
Sumber air : Sumur Timbah
AC/Kipas angin : Tidak ada
201
Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
HOME VISITE 8
1.8. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
1.8.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny.
Sumarsih :
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Nama
Kedudukan
Dalam
Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Abdul
Halim
Kepala
KeluargaLaki-laki 82 thn SD Pensiunan
Sumarsih Istri Perempuan 85 thn SDIbu Rumah
TanggaPenderita
Suprapti Anak Perempuan 60 thn SMPTidak
bekerja
1.8.3 BENTUK KELUARGA
202
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
(Tradisional Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
keluarga inti merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu
rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
1.8.4 GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
= Laki-laki sehat
= Perempuan sehat
203
Suami Penderita Penderita
Anak Penderita
= Perempuan sakit
1.9 STATUS PENDERITA
1.9.2 IDENTITAS PASIEN
Nama : Sumarsih
Umur : 85 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. H.M Nawi Gg. Keluarga No. 16
Status : Menikah
204
BAGIAN 2
HOME VISIT
Tanggal Home Visit : 24 Juni 2015
Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)
43. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak
- Penggunaan alat bantu Ya Tidak
- Gangguan keseimbangan Ya Tidak
- Gangguan sensoris Ya Tidak
44. Nutrisi
Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur, konsumsi
buah jarang.
Variasi dan kualitas makanan
Dapur :
o Beras : Beras bulog
o Ikan : Gembung, Teri, ikan Asin dll
o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),
Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)
205
√
√
√
√
o Sayur : Daun Ubi, Kangkung, Kol, Wortel, Sawi, Kentang
o Buah : Jeruk, Semangka, Pisang (namun buah jarang
dikonsumsi oleh keluarga ini)
Kulkas : Tidak ada
Status nutrisi :
Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : BB/TB(m)² = 18,73
Kesan : Normoweight
Konsumsi alkohol Ya Tidak
45. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : Baik
Eksterior rumah :
o Atap : Seng
o Pintu rumah : Kayu
o Dinding Rumah : Kayu
o Jendela : Kayu ditutup dengan kain
o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
o Halaman : Tidak ada
Interior rumah :
o Kepadatan : Padat
206
√
o Kebersihan : Cukup Baik
o Kenyamanan : Cukup
o Privasi : Ada
o Hewan peliharaan : Tidak ada
o Buku-buku : Tidak ada
o Televisi : Ada
o Pernak-pernik : Ada
46. Orang Lain
Dukungan sosial Ya Tidak
Semangat hidup Ya Tidak
Sumber penghasilan : Dari Anak
o Orang Tua Pasien : Sudah tidak ada
Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik
47. Medikasi
Obat resep Ya Tidak
Obat non-resep Ya Tidak
Suplemen diet Ya Tidak
Obat tertata rapi Ya Tidak
Kepatuhan minum obat Ya Tidak
207
√
√
√
√
√
√
√
48. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)
Berat Badan : 45 Kg Tinggi Badan : 155 cm
Tekanan darah : 230/90 mmHg Glukosa : -
Anamnesis Penyakit
Keluhan utama : Batuk
Telaah : Hal ini dialami os sejak 2 minggu yang lalu, dan
memberat dalam 2 hari ini. Batuk bersifat hilang timbul, kadang-kadang
berdahak, dengan dahak berwarna putih dan sulit dikeluarkan. Volume dahak
± ½ sendok teh, demam (-), berkeringat malam (-), penurunan BB dan
penurunan nafsu makan (-). Os mengaku belum pernah mengkonsumsi obat
batuk atu membawakan diri untuk berobat kedokter selama keluhan ini ada.
Batuk tidak berhubungan dengan aktivitas dan tidak berhubungan dengan
cuaca.
Riwayat Hipertensi (+) dialami os ± 20 tahun ini, dengan riwayat tekanan
darah tertinggi 280/100. Os mengaku tidak rutin untuk memeriksakan diri
kedokter dan tidak rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi. Pusing (+), mual
(+), muntah (-). Riwayat DM (-).
Riwayat kontak dengan penderita batuk lama (-). Riwayat minum obat enam
bulan yang membuat kencing berwarna merah (-).
BAK dan BAB (+) normal. Karna batuk dirasakan semakin lama semakin
memberat maka pasien memutuskan untuk pergi berobat ke Puskesmas.
208
Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada
Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat
Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya
Riwayat Keluarga : -
Riwayat Pribadi :
Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu
oleh dukun beranak.
Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur konsumsi
buah jarang.
Sikap : Pasien cukup aktif
Riwayat Lingkungan : Pasien tinggal dengan suami dan satu orang anaknya.
Di rumah pasien sendiri yang hanya ada satu ruangan, sirkulasi udara kurang
baik, pencahayaan cukup, kebersihan cukup. Selain di rumah pasien juga
berinteraksi dengan teman dan tetangga sekitar rumah.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),
pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya (+)
209
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris fusiformis, Stem fremitus kanan dan kiri
sama, sonor pada kedua lapangan paru
Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan
perut, peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Teraphi : - Amlodipine 10 mg 1x1
- Gliceril Guaiacolat 3x1
- B. Comp 3x1
Keselamatan, kesehatan Spiritual
Kamar mandi : Cukup bersih
Dapur : Ada tapi kecil
Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)
Pencahayaan : Cukup
Listrik : Ada
Tangga : Tidak ada
210
Perabotan : Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur, TV,
dll
Sumber air : Sumur Timbah
AC/Kipas angin : Tidak ada
Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
211
BAB 6
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
6.1.Permasalahan
1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyebab-penyebab dari
penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas desa Binjai.
2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk rutin memeriksakan tekanan
darahnya ke puskesmas desa binjai.
3. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk patuh diet rendah garam dan
rutin minum obat.
4. Kurangnya kesadaran penderita TB paru dimasyarakat untuk memakai masker
dan tidak membuang dahak sembarangan.
5. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk rutin berobat dan patuh minum
obat TB paru.
6.2.Pemecahan Masalah
1) Memberikan edukasi kepada masyarakat desa Binjai berupa penyuluhan
mengenai penyakit hipertensi terutama penyebab dan faktor-faktor
penyebabnya upaya mencegah bertambahnya penderita hipertensi
2) Selalu mengingatkan penderita serta keluarga penderita untuk rutin
memeriksakan tekanan darah, rutin minum obat dan diet rendah garam.
3) Selalu memberikan edukasi kepada penderita TB, keluarga penderita serta
masyarakat di sekitar penderita desa Binjai untuk selalu memakai masker
kemanapun dan dimanapun, guna mencegah penularan lebih banyak lagi.
4) Selalu mengadakan kegiatan pokok di puskesmas yaitu hari TB (TB Day)
untuk memudahkan penderita TB tetap waktu untuk mengambil obat.
212
5) Memberikan sosialisai kepada keluarga penderita TB untuk mengawasi
penderitan meminum obat TB agar penderita tidak lupa meminumnya.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.KESIMPULAN
1. Pengetahuan masyarakat desa Binjai mengenai penyebab hipertensi masih
kurang
2. Kesadaran penderita hipertensi di masyarakat desa binjai untuk rutin
memeriksakan dirinya, rutin minum obat dan diet rendah garam masih kurang
3. Kesadaran penderita TB paru di masyarakat desa binjai untuk selalu memakai
masker dan tidak membuang dahak sembarangan masih kurang
4. Kesadaran penderita TB paru di desa binjai untuk patuh minum obat TB
masih kurang.
7.2.SARAN
1. Untuk lebih meningkatkan program kerja puskesmas di bidang penyakit tidak
menular dan pencegahan TB paru perlu koordinasi dan kerjasama antara kepala
lingkungan, tokoh masyarakat, maupun lintas sektor lainnya terhadap pihak
puskesmas di wilayah kerjanya serta dengan Dinas Kesehatan Kota.
2. Untuk lebih meningkatkan kinerja puskesmas dalam program DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course).
213
Recommended