View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teori – teori Umum
Sub bab ini berisi teori-teori yang menjadi landasan dasar pembuatan skripsi ini.
2.1.1 Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
2.1.1.1 Data
Data menurut Turban (2010,p6) adalah sebuah elemen – elemen yang
menggambarkan sesuatu, kejadian, aktifitas dan transaksi yang direkam, diklasifikasikan
dan disimpan tetapi tidak diorganisasikan untuk menyampaikan makna tertentu.
Data menurut O’brien (2006, p38) adalah fakta-fakta atau observasi mengenai
fenomena fisik atau transaksi bisnis. Lebih jauh lagi, data adalah ukuran objektif dari
atribut (karakteristik) dari entitas seperti orang-orang, tempat, benda, atau kejadian.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian data adalah suatu
fakta yang menggambarkan karakteristik dari entitas seperti orang-orang, tempat, benda,
atau kejadian yang direkam, diklasifikasikan dan disimpan tetapi tidak diorganisasikan
untuk menyampaikan makna tertentu.
2.1.1.2 Sistem
Sistem menurut Wasson (2006,p18) adalah kumpulan elemen yang terintegrasi,
secara eksplisit dan dibatasi kemampuan bekerja secara sinergis untuk melakukan proses
penambahan nilai untuk memenuhi kebutuhan User.
Sistem menurut Vercellis (2009,p21) adalah sebuah kumpulan komponen yang
secara bersama – sama terhubung satu dengan lainnya untuk mencapai suatu hasil dan
tujuan tertentu.
8
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian sistem adalah
kumpulan dari komponen atau elemen yang saling terhubung dan bekerja sama untuk
mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu
2.1.1.3 Informasi
Informasi menurut Laudon dan Laudon (2006,p13) adalah data yang telah
dibentuk sehingga mengandung pengertian dan berguna bagi manusia.
Informasi menurut Turban (2009, p6) adalah data yang telah diorganisasikan
sehingga mengandung arti dan berguna bagi penerima.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian informasi adalah data
yang telah dibentuk dan diorganisasikan sehingga mengandung pengertian dan berguna
bagi penerima.
2.1.1.4 Knowledge
Knowledge menurut menurut Turban (2009, p6) adalah terdiri dari data dan atau
informasi yang diorganisasikan dan diproses untuk menyampaikan pengertian.
Knowledge menurut McLean et al (2008,p41) terdiri dari data atau informasi yang
telah diorgansasikan dan diproses untuk menyampaikan pengertian, pengalaman,
akumulasi belajar, dan keahlian ketika mereka berada pada masalah atau aktivitas yang
sedang terjadi.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian Knowledge adalah
terdiri dari data dan atau informasi yang telah diorganisasikan dan diproses untuk
menyampaikan pengertian, pengalaman, pembelajaran, dan keahlian dari seseorang
sehingga dapat berguna bagi orang lain.
9
2.1.1.5 Sistem Informasi
Sistem Informasi menurut Turban (2009,p16) adalah mengumpulkan, memproses,
menyimpan, menganalisis dan menyebarluaskan informasi untuk suatu tujuan tertentu.
Sistem informasi menurut Laudon dan Laudon (2006,p13) adalah dapat
didefinisikan sebagai seperangkat komponen terkait yang mengumpulkan (atau
mengambil), memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk mendukung
pengambilan keputusan dan pengendalian dalam suatu organisasi.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian sistem informasi
adalah seperangkat komponen terkait yang mengumpulkan, memproses, menyimpan,
dan menyebarkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.
2.1.1.6 Teknologi Informasi
Teknologi informasi menurut Turban (2009,p6) adalah hubungan antara setiap
alat berbasis komputer yang digunakan manusia untuk bekerja dengan informasi dan
untuk mendukung informasi dan memproses informasi yang dibutuhkan organisasi.
Teknologi informasi menurut O’Brien (2006,p5) adalah hardware, software,
jaringan, manajemen database dan teknologi pengolah informasi lainnya yang
digunakan dalam sistem informasi berbasis komputer.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian teknologi informasi
adalah sistem hardware, software, jaringan, manajemen database dan teknologi
pengolah informasi lainnya yang digunakan untuk mendukung informasi dan memproses
informasi yang dibutuhkan organisasi.
10
2.1.2 Manajemen
2.1.2.1 Matriks SWOT
Menurut David (2006,p248-292), matriks SWOT merupakan alat untuk
mencocokkan faktor yang penting untuk membantu manajer dalam mengembangkan
empat tipe strategi, yaitu SO (strength-opportunity), WO (weakness-opportunity), ST
(strength-threat), WT (weakness-threat).
Terdapat faktor eksternal dan internal dan penjelasannya , yaitu:
a. Faktor Internal
1. Strength (kekuatan) : Sumberdaya, kegiatan – kegiatan perusahaan, keahlian
yang relatif unggul dari pesaing.
2. Weakness (kelemahan) : Keterbatasan atau kekurangan dalam kegiatan-kegiatan
perusahaan sehingga mengakibatkan tidak berjalan dengan baik, atau sumber
daya yang dibutuhkan oleh perusahaan tetapi tidak dimiliki oleh perusahaan.
b. Faktor External
1. Opportunity (peluang) : faktor lingkungan luar yang positif dimana terdapat
situasi menguntungkan bagi lingkungan perusahaan.
2. Threats (tantangan) : faktor lingkungan luar yang negatif dimana situasi tidak
menguntungkan bagi lingkungan perusahaan. Tantangan merupakan
penghambat untuk mencapai posisi yang diharapkan perusahaan
11
IFAS
EFAS
STRENGTH (S)
Faktor kekuatan internal
WEAKNESS (W)
Faktor kelemahan internal
OPPORTUNITY (O)
Faktor peluang
eksternal
Strategi SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
THREATS (T)
Faktor ancaman
eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
Gambar 2. 1 Matriks SWOT
(Rangkuti2006, p31)
2.1.2.2 Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2006, p18-19) analisis SWOT adalah gambaran dari berbagai
faktor secara sistematis bertujuan untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis
SWOT dibuat didasarkan pada logika untuk dapat memaksimalkan kekuatan (Strength)
dan peluang (Opportunity), namun dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan
ancaman (Threat). Proses pengambilan keputusan secara strategis selalu berkaitan
dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Oleh karena itu
perencana strategis harus dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor strategis
perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi saat ini.
12
Analisis SWOT merupakan sebuah analisis yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan internal (kekuatan dan kelemahan ) dan kecenderungan lingkungan
perusahaan (peluang dan ancaman).
Untuk menentukan strategi yang yang dapat diterapkan oleh perusahaan, yang
harus dilakukan adalah menentukan pada kuadran berapa posisi perusahaan berada
dengan melakukan analisis faktor eksternal dan faktor internal. Langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Faktor Eksternal
Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi perusahaan yang
cenderung mendapat pengaruh yang muncul dari luar sehingga dapat memberi pengaruh
kinerja organisasi perusahaan. Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal,
selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors
Analysis Summary/EFAS), dengan langkah sebagai berikut :
a. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.
b. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis
yang berupa peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1.
c. Menghitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberi
skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak
baik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi.
Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang
semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1.
Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya
besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1.
13
d. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya
adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
e. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi
organisasi pada diagram analisis SWOT.
Tabel 2.1 Faktor-faktor Strategis Eksternal
(Rangkuti2006, p24)
Faktor-faktor
strategis eksternal Bobot Rating
Skor Pembobotan
(Bobot x rating)
Peluang
(Opportunities)
1. Peluang 1
2. Peluang 2
Bobot peluang 1
Bobot peluang 2
Rating peluang 1
Rating peluang 2
Jumlah O A B
Ancaman (Threat)
1. Ancaman 1
2. Ancaman 2
Bobot ancaman 1
Bobot ancaman 2
Rating ancaman 1
Rating ancaman 2
Jumlah T C D
T o t a l (a+c) = 1 (b+d)
2. Analisis Faktor Internal
Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja
yang menjadi faktor kekuatan dan kelemahan pada perusahaan untuk mencapai tujuan
organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara
yang sama menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors
Analysis Summary/IFAS).
14
Tabel 2. 2 Faktor-faktor Strategis Internal
(Rangkuti2006, p25)
Faktor-faktor
strategis internal Bobot Rating
Skor
Pembobotan
(Bobot x rating)
Kekuatan (Strength)
1. Kekuatan 1
2. Kekuatan 2
Bobot kekuatan 1
Bobot kekuatan 2
Rating kekuatan 1
Rating kekuatan 2
Jumlah S A B
Kelemahan
(Weakness)
1. Kelemahan 1
2. Kelemahan2
Bobot kelemahan
1
Bobot kelemahan
2
Rating kelemahan
1
Rating kelemahan
2
Jumlah W C D
T o t a l (a+c) = 1 (b+d)
Skor pembobotan dari analisis faktor eksternal dan faktor internal tersebut
kemudian dimasukan kedalam grafik untuk menentukan kuadran posisi perusahaan
berada. Setelah kuadran tersebut ditentukan, maka akan didapatkan strategi yang cocok
diterapkan oleh perusahaan.
15
OPPORTUNITIES
STRATEGI TURN STRATEGIAROUND AGGRESSIVE
WEAKNESS STRENGTH
STRATEGI STRATEGIDEFENSIVE DIVERSIFIKASI
THREAT
Gambar 2. 2 Diagram Analisis SWOT
(Rangkuti2006, p19)
Keterangan 4 (empat) kuadran dalam diagram SWOT :
1. Kuadran I : Strategi Aggressive
Pada kuadran ini perusahaan berada pada posisi yang menguntungkan karena
perusahaan mempunyai kekuataan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi yang
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
2. Kuadran II : Strategi Diversifikasi
Pada kuadran ini perusahaan memiliki kekuatan tetapi menghadapi ancaman dari
luar. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
3. Kuadran III : Strategi Turn Around
pada kuadran ini perusahaan menghadapi peluang yang besar, tetapi menghadapi
beberapa kelemahan secara internal. Strategi yang diterapkan dalam posisi ini adalah
yang mendukung dalam meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat
merebut pasar yang lebih baik (turn around).
16
4. Kuadran VI : Strategi Defensive
posisi ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan karena pada posisi ini
perusahaan menghadapi berbagai ancaman dari luar dan kelemahan secara internal.
Strategi yang patut diterapkan adalah strategi yang berfokus pada tindakan
penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive).
2.2. Teori Khusus
Teori berikut merupakan teori pendukung dari berbagai sumber yang menjadi
landasan analisis.
2.2.1 Information Economics
Information Economics (IE) menurut Parker et al (1998,p5) yaitu sekumpulan alat
hitung untuk mengukur manfaat dan biaya proyek teknologi informasi. IE melihat pada
analisis manfaat dan biaya yang berhubungan dengan nilai dari kinerja bisnis. Dengan IE
maka perusahaan dapat menangani hal-hal yang dapat memberikan dampak strategis
bagi kelangsungan hidup perusahaan dan digunakan untuk proses pembuatan keputusan.
Menurut Parker et al (1998, p102), terdapat tiga komponen utama untuk
menghitung score dari suatu proyek investasi, yaitu:
1. perhitungan ROI,
2. penilaian pada business domain,
3. penilaian pada teknologi domain.
Melakukan investasi teknologi informasi pada perusahaan saat ini telah menjadi
kebutuhan yang wajib untuk dilakukan. Banyak proses yang memerlukan dukungan
teknologi. Asumsi dasar dengan penerapan teknologi informasi adalah bahwa
perusahaan dapat melakukan proses bisnis lebih cepat, lebih akurat, pembuatan laporan
yang lebih baik, peningkatan produktivitas karyawan, dan sebagainya. Berdasarkan
17
penjabaran tersebut dapat simpulkan investasi teknologi informasi sulit untuk dikelola,
pengukuran yang bersifat intangible, risiko yang harus diukur, dan kemungkinan
kegagalan yang dapat merugikan perusahaan. (Yanti,2008)
2.2.2 Nilai
Menurut Parker et al (1988, P64), Nilai didasarkan pada keuntungan dari
persaingan yang dicerminkan alam kinerja masa sekarang dan masa yang akan datang.
Nilai (Value) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu : Return On
Investment (ROI), Strategic Match, Competitive Advantage, Management Information,
Competitive Respone, dan Strategic IS Architecture.
2.2.3 Biaya
Menurut Parker et al (1988, p90), biaya merupakan sebuah pengukuran atas
sejumlah sumber daya yang diperlukan dalam menghasilkan produk. Dalam IE terdapat
dua macam biaya yaitu, biaya pengembangan dan biaya berjalan. Biaya pemeliharaan
termasuk dalam biaya berjalan.
ketika bisnis dan IT eksekutif bersama - sama merancang kembali bisnis proses
perusahaan, dapat menghasilkan investasi yang dapat mengurangi biaya traditional IT
hingga sepuluh kali. Caranya adalah dengan melihat kesempatan – kesempatan yang
ada, misalnya meningkatkan pengalaman kepada pelanggan, mencegah berkurangnya
pendapatan, dan memperbaiki operasi perusahaan. (Kaplan,2008)
2.2.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari IE menurt Parker et al (1988, p92) yaitu:
a. Tangible Benefits, merupakan keuntungan nyata dan dapat dikalkulasikan secara
keuangan.
18
b. Quasi-Tangible Benefits, merupakan keuntungan yang mengacu pada peningkatan
efisiensi proses kerja yang sudah diterapkan dalam perusahaan.
c. Intangible Benefits, keuntungan yang mengacu pada efektifitas proses kerja yang
sudah diterapkan dalam perusahaan.
2.2.5 Analisis Dua Domain
Istilah “domain” digunakan untuk mengkarakteristikkan aktivitas bisnis dan
aktivitas teknologi pendukung dari suatu perusahaan. Tujuan pembagian ini adalah
untuk menekankan perbedaan peran manajemen dan perencanaan dalam bisnis dan
teknologi. Domain bisnis adalah pengguna teknologi informasi (User). Domain
teknologi adalah penyedia layanan teknologi informasi.
Information Economics mendasari justifikasinya dalam domain-domain secara
vertikal, memisahkan justifikasi dan kelayakan domain bisnis dan justifikasi dan
viabilitas domain teknologi.
Analisis dua domain merupakan model yang menekankan perbedaan biaya (cost)
dan nilai (Value) dalam dua domain. Dari perspektif domain bisnis, Value diciptakan
dengan penggunaan teknologi informasi untuk menghasilkan pendapatan, mengurangi
biaya, meningkatkan keefektifan. Dari perspektif domain teknologi, Value merupakan
investasi pada domain teknologi yang dibutuhkan untuk menciptakan layanan.
Biaya dalam domain bisnis didefinisikan sebagai pembayaran untuk penggunaan
surnber daya teknologi yang diaplikasikan untuk memproduksi Value, termasuk resiko.
Biaya yang dimaksud dalam domain bisnis adalah biaya atas sumber daya proyek yang
digunakan bersama dengan proyek lainnya (shared resource), rnisalnya penggunaan
jaringan komunikasi data atau komputer main-frame.
19
Sedangkan biaya dalam domain teknologi didefinisikan sebagai biaya atas
penggunaan sumber daya sebenarnya yang digunakan langsung untuk layanan ke
domain bisnis, termasuk resiko.
Biasanya setelah melewati waktu 1 tahun total biaya dari domain teknologi
diharapkan dapat seimbang dengan kredit (credits) biaya pemulihan yang dibebankan
(charges) kepada pengguna bisnis. Pengeluaran biaya yang dilakukan oleh domain
bisnis harus menyesuaikan dengan kebutuhan domain teknologi.
Pertama yang dilakukan dalam analisis ini adalah substitusikan nilai untuk
manfaat. Kedua, pisahkan biaya aktual dari pelayanan yang berlangsung dalam domain
teknologi dengan distribusi biaya dalam domain bisnis. Maka para manajer bisnis dapat
menjustifikasi domain bisnis, dan para manajer TI dapat mengatur ketersediaan
teknologi.
Perbedaan nilai dan biaya di dalam kedua domain terlihat pada gambar di bawah.
Dari perspektif domain bisnis, nilai diciptakan dengan menggunakan TI untuk
menciptakan keuntungan, mengurangi biaya, meningkatkan efektifitas atau nilai.
Sedangkan dari perspektif domain teknologi, nilai-nilai pada domain bisnis adalah sama
seperti untuk manfaat yang diperoleh para pengguna TI.
20
Gambar 2. 3 Analisis Dua Domain
Hubungan antara biaya domain teknologi yang terkait erat dengan manfaat domain
bisnis (seperti ditunjuk pada Gambar 2.3) merupakan cerminan Value yang diperoleh
atas pengaplikasian TI. Pada Gambar 2.3 ini, dijelaskan pula adanya perbedaan antara
biaya (cost) dan nilai (Value) dalam kedua domain tersebut.
Dari sisi domain bisnis, Value dapat tercipta dengan adanya penggunaan TI yang
menghasilkan revenue, menurunkan biaya, dan meningkatkan kinerja. Sedangkan dari
sisi domain teknologi, Value dilihat dari manfaat dalam domain bisnis, yaitu adanya
pembiayaan kembali atau investasi lebih lanjut terhadap teknologi informasi. Value ini
kemudian digunakan kembali untuk menciptakan manfaat terhadap domain bisnis.
Biaya (cost) dalam domain bisnis merupakan semacam pembayaran atas
digunakannya pelayanan dari suatu domain teknologi (merupakan nilai bagi domain
21
teknologi) dan biaya pada domain teknologi merupakan penggunaaan sumber daya
teknologi informasi.
2.2.5.1 Domain Bisnis
Business domain adalah variabel yang ditambahkan dalam menghitung nilai total
dari sebuah proyek TI dalam membuat ranking keseluruhan dari proyek menjadi
realistis. Variabel ini di tambahkan untuk menghitung faktor-faktor yang tidak dapat
secara langsung dihitung oleh ROI sederhana dengan kata lain untuk menghitung
manfaat-manfaat yang bersifat intangible.
Faktor–faktor dalam business domain antara lain:
A. Strategic Values
1. Strategic Match (SM)
SM lebih fokus pada keterkaitan antara TI dalam pencapaian tujuan strategis
perusahaan. Nilai ini menyediakan sebuah jalan dalam meningkatkan nilai dari
aplikasi inovatif yang menjadi pendukung langsung dalam pencapaian tujuan bisnis.
2. Competitive Advantage (CA)
CA termasuk strategi utama yang di ikuti oleh bisnis dan termasuk sebuah
implementasi dari cost leadership, differentiation atau fokus. Gradasi penilaian
sangat berbeda untuk setiap tipe strategi.
Ada 3 tujuan dasar yang harus dicapai perusahaan, jika perusahaan menginginkan
peningkatan CA :
a. Perusahaan harus memposisikan diri untuk mengubah struktur industri. Contoh:
mengubah kapasitas industri.
b. Perubahan harus memperbaiki posisi perusahaan dalam bisnis dijalani. Perushaan
harus mendukung inisiatif yang dapat membedakan produk perusahaan atau
22
pelayanan atau bahkan merubah lingkup persaingan dari bisnis, Contoh :
menciptakan sebuah produk yang unik dan keunikan tersebut harus menjadi nilai
utama dimata pelanggan.
c. Perusahaan harus menciptakan kesempatan bisnis baru. Ada beberapa cara yang
dapat di kontribusikan oleh sebuah inisiatif untuk CA, termasuk inisiatif TI
untuk menjual atau menggunakan informasi sebagai by-product (hasil tambahan)
dari bisnis sekarang ini.
3. Competitive Response (CR)
CR mengukur akibat atau kerugian dari ditundanya implementasi proyek TI
terhadap posisi kompetitif perusahaan. Hal ini dapat muncul dikarenakan pesaing
telah lebih dulu menyediakan pelayanan, produk, pertukaran data, kapasitas yang
dibutuhkan oleh industri, serta beberapa etoritas dalam menjalankan sistem sebagai
kondisi dari jalannya suatu aktivitas bisnis.
4. Management Information for CSF’s (MI)
MI berfokus pada seberapa jauh proyek TI akan menyediakan informasi
manajemen kepada kegiatan inti perusahaan atau Line of Business perusahaan.
(Management Information Support of Core Activities). Penilaian (skor) dalam
kategori ini tergantung dari derajat dimana inisiatif dalam menyediakan informasi
manajemen yang mengijinkan pembuat keputusan untuk menaksir operasi dan untuk
membuat mereka menjadi lebih efektif dan menguntungkan bagi perusahaan secara
material.
2.2.5.2 Domain Teknologi
Variabel yang terdapat dalam domain teknologi lebih membahas pada resiko dan
keuntungan yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi pada sebuah proyek. Menurut
23
Parker et al (1988, p324), terdapat 4 variabel dalam domain teknologi yang digunakan
untuk menghitung manfaat-manfaat maupun resiko yang bersifat intangible yaitu :
A. Strategic Values
1. Strategic IT Architecture (SA)
SITA berfokus pada keterkaitan antara implementasi TI yang sudah dilakukan
dengan perencanaan strategis TI perusahaan secara keseluruhan. Aliansi ini
direfleksikan dalam perencanaan TI (blueprint), yang menyediakan struktur ke
dalam data masa depan, sistem, kecocokan inisiatif dan mengidentifikasikan
prioritas. Suatu implementasi TI yang baik harus mampu menunjang strategi sistem
informasi secara keseluruhan untuk merefleksikan rencana TI yang sudah ditetapkan
oleh perusahaan.
B. Organization Strategy Risk & Uncertainty
1. IT Definitional Uncertainty (DU)
DU berfokus pada resiko yang mungkin timbul akibat adanya ketidakpastian
akan kebutuhan. Umumnya, DU mendefinisikan ketidakpastian yang membebani
spesifikasi dari tujuan perusahaan (User atau bisnis) yang dikomunikasikan pada staf
proyek TI. Ketika User tidak dapat mendeskripsikan masalah dengan baik, atau
masalah terus berubah secara konstan, kelompok TI ditekan untuk menjawab dengan
jawaban yang benar dan layak jika kebutuhan sudah ditetapkan dengan tepat tanpa
terjadi perubahan lagi, maka akan lebih mudah bagi staf TI untuk menyediakan
sistem yang sesuai dengan kebutuhan para User.
2. Technical Uncertainty (TU)
Technical Uncertainty menilai kesiapan domain teknologi untuk menjalankan
proyek. Ada empat penilaian yang meliputi Technical Uncertainty, yaitu
24
kemampuan yang dibutuhkan, ketergantungan perangkat keras, ketergantungan
perangkat lunak dan aplikasi perangkat lunak. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk
mengetahui resiko dan menekankan pada kesiapan dan persiapan yang dibutuhkan
untuk kesuksesan proyek. Semakin besar angka negatifnya maka technical
uncertainty semakin tinggi..
3. IS Infrastructure Risk (IR)
IR menilai tingkat investasi nonproyek yang perlu segera dilakukan untuk
mengakomodasi proyek. Hal ini merupakan sebuah penilaian lingkungan yang
meliputi faktor-faktor seperti administrasi data (seperti kebutuhan kamus data),
komunikasi (seperti adanya bentuk komunikasi yang baru), dan sistem yang tersebar
(seperti kebutuhan metode akses data yang baru). Penekanannya pada organisasi SI
yang meliputi hardware, software dan staff, dimana investasi ini dibutuhkan untuk
mengakomodasi proyek yang ingin ditetapkan.
2.2.6 Analisis Biaya Manfaat
Analisis biaya manfaat merupakan langkah awal untuk Information Economics
dalam menetapkan alternatif-alternatif dan mengukur pengeluaran.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis biaya manfaat ini.
Pertama adalah studi kelayakan untuk proyek. Kedua, pada tahap akhir proyek. Dan
terakhir kepentingan bagi proyek besar. Analisis biaya manfaat ini dikerjakan setelah
pengimplementasian untuk menilai keberhasilan finansial suatu proyek.
Analisis cost-benefit merupakan teknik yang paling umum digunakan untuk
mengkuantifikasi biaya dan manfaat suatu proyek TI. Untuk melakukan analisis cost-
benefit, harus terlebih dahulu menentukan biaya dan manfaat apakah yang layak untuk
25
diperhitungkan, bagaimana biaya dan manfaat dibobot, dan untuk mencapai itu semua,
hambatan apa saja yang kiranya muncul.
Analisis biaya manfaat dapat digunakan dalam dua cara, yang pertama adalah
sebagai alat perencana yang membantu dalam pengambilan keputusan apakah suatu
sistem layak atau tidak layak. Kedua, analisis biaya manfaat digunakan sebagai alat
evaluasi apakah proyek sistem informasi sudah sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan sebelumnnya.
Biaya (Cost) merupakan sejumlah sumber daya yang dikeluarkan atau dihabiskan
untuk membiayai proyek yang dibangun. Manfaat lebih berupa suatu bentuk
penghematan, pengurangan biaya, perolehan keuntungan, peningkatan efektifitas atau
produktivitas kerja para karyawan.
Menurut Parker et al (1988, p92) terdapat 2 jenis biaya yang dihitung dengan
metode Information Economics, yaitu:
1. Biaya pengembangan sistem (development cost)
2. Biaya pemeliharaan atau biaya berjalan (maintenance / on going expenses)
Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan hubungan
antara biaya dan manfaat, di antaranya: Simple Return on Investment (Simple ROI).
2.2.6.1 Simple Return on Investment (Simple ROI)
Teknik ini disebut juga dengan accounting rate of return. Simple ROI adalah rasio
pendapatan bersih rata-rata proyek terhadap investasi internal proyek itu. Metode ini
sangat baik untuk proyek pemrosesan data atau sistem informasi. Biaya implementasi
dan operasional serta manfaat yang diharapkan akan ditentukan untuk tahun-tahun
mendatang. Titik ketika akumulatif manfaat melebihi akumulatif biaya adalah titik
dimana dasar ROI diperoleh.
26
Perusahaan harus menyesuaikan investasi dalam pemberian manfaat pada
karyawan dan pelangan, seperti apa yang dilakukan perusahaan maju sekarang ini.
Sebuah teknologi yang sejenis untuk menanalisis pelanggan dan segmen pasar yang ada,
keuntungan yang didapat akan berdampak pada penjualan yang dilakukan. pendekatan
ini dikaitkan dengan ROI(Return of Invesment), dimana investasi yang dikeluarkan akan
kembali berupa keuntungan pada tahun-tahun selanjutnya. (Kalamas,2008)
2.2.6.2 Lembar Kerja untuk Menghitung ROI
Untuk menghitung ROI sederhana, digunakan tiga lembar kerja :
A. Development Cost Worksheet (Lembar Kerja Biaya Pengembangan)
Lembar kerja berisi semua biaya awal pembangunan proyek pada tahun pertama.
Dalam lembar kerja biaya pengembangan ini, terdiri atas lima kategori:
1. Development Effort (usaha pengembangan), mencakup biaya peningkatan sistem dan
pemrograman, biaya peningkatan adanya tambahan karyawan, seperti administrasi
data.
2. New Hardware (perangkat keras baru), mencakup biaya-biaya tambahan untuk
berbagai peralatan, misalnya terminal, printer, monitor, jaringan komunikasi, dan
sebagainya.
3. New Purchased Software ( pembelian perangkat lunak baru), mencakup semua biaya
yang berkaitan dengan adanya tambahan software baru dalam perusahaan.
4. User Training (pelatihan User), mencakup keseluruhan biaya yang dikeluarkan
untuk memberikan pelatihan bagi pengguna dengan adanya suatu sistem yang baru.
5. Other Costs (biaya lain-lain), mencakup semua biaya lain yang dikeluarkan,
termasuk juga biaya pengujian sistem baru pada saat sistem tersebut
diimplementasikan.
27
Usaha pengembangan meliputi biaya penambahan sistem dan programming, dan
dukungan staf tambahan seperti data administration. Perangkat keras baru
merefleksikan biaya tambahan untuk sambungan, printer, dan komunikasi. Perangkat
lunak baru meliputi pembelian perangkat lunak atau penyewaan perangkat lunak baru,
dan pelatihan User merefleksikan biaya pendidikan dan pembelajaran. Untuk biaya lain-
lain, termasuk testing, merupakan kategori yang terakhir. Lembar kerja harus
dikembangkan setiap tahunnya dengan pengadaan biaya pengembangan.
Gambar 2. 4 Development Cost Worksheet
B. Ongoing Expenses Worksheet (Lembar Kerja Biaya Berjalan)
Lembar kerja berisi biaya berjalan dan biaya yang akan datang dari awal proyek
hingga tahun terakhir proyek. Untuk biaya berjalan, dibagi menjadi enam kategori,
yaitu :
1. Apllication Software Maintenance (pemeliharaan aplikasi perangkat lunak);
2. Incramental Data Storage Expanses (penambahan biaya data storage);
28
3. Incramental Communications (penambahan komunikasi);
4. New Software and Hardware Leases (penyewaan perangkat lunak dan perangkat
keras);
5. Supplies (persediaan);
6. Others (lainnya).
Biaya pemeliharaan aplikasi perangkat lunak diperoleh dari penghitungan jumlah
hari pengembangan (dari lembar kerja biaya pengembangan). Biaya penambahan data
storage adalah hasil dari penghitungan jumlah megabytes dengan penghitungan biaya
megabytes. Biaya penambahan komunikasi adalah biaya yang berhubungan dengan
sambungan telepon, pesan-pesan, dan sebagainya. Biaya yang berhubungan dengan
penyewaan perangkat lunak dan perangkat keras yang baru diketahui bersamaan dengan
pasokan dan biaya-biaya lainnya. Seperti lembar kerja biaya pengembangan, lembar
kerja biaya berjalan harus dikembangkan setiap tahunnya, sehingga biaya diharapkan
dapat diperoleh.
Gambar 2. 5 Ongoing Expenses Worksheet
29
C. Economic Impact Worksheet (Lembar Kerja Dampak Ekonomis)
Lembar kerja ke tiga merangkum dampak ekonomis dari proyek. Penilaian
dampak ekonomis didasarkan pada hubungan garis lurus untuk menghitung ROI
sederhana dari periode aliran kas bersih selama 5 tahun.
Bagian utama lembar kerja ini adalah pertama, membuat biaya bersih investasi
yang dibutuhkan (net investment required) yang diambil langsung dari Development
Cost Worksheet. Kedua, membuat alur dana tahunan (yearly cash flows) yang didapat
langsung dari manfaat ekonomis bersih (net Economic benefit), dijumlahkan dengan
pengurangan biaya operasional (operating cost reduction) menghasilkan pendapatan
sebelum pajak (pre tax income). Lalu di kurangi Ongoing expenses. Simple ROI
dikalkulasi dari pembagian rata-rata net cash flow selama 5 tahun dibagi net investment
required. Setelah mendapat simple ROI, maka skor proyek dapat ditentukan
Gambar 2. 6 Economic Impact Worksheet
30
2.2.6.3 Faktor – faktor dalam Perhitungan Skor Proyek
Ada tiga variabel yang akan dijumlahkan untuk memperoleh skor proyek, yaitu
Weighted Simple ROI, Weighted Business Domain, dan Weighted Technology Domain
(Parker et al, 1988, p102).
Gambar 2. 7 Faktor perhitungan skor sebuah proyek
Weighted Simple ROI merupakan teknik pembenaran keuangan yang digunakan
untuk mengukur dan menetapkan aplikasi teknologi informasi yang potensial. Lima
variabel yang dipertimbangkan dalam menghitung Simple ROI, yaitu Traditional Cost
Benefit Analysis (TCBA), Value Linking, Value Acceleration, Value Restructuring,
Innovation Valuation.
Traditional Cost Benefit Analysis mutlak dilakukan, sedangkan empat variabel
lainnya dapat dilakukan setelah proyek TI diimplementasikan.
Gambar 2. 8 Perhitungan ROI
Untuk mendapatkan bobot domain bisnis, meliputi penentuan yang Management
Information, Competitive Response, dan Organizational Risks.
Sedangkan untuk mendapatkan bobot domain teknologi meliputi faktor-faktor
penentuan seperti nilai dan resiko untuk Strategic IS Architecture, Definiton
Uncertainty, Technical Uncertainty dan IS Infrastructure Risk.
31
Untuk mendapatkan skor domain bisnis dan teknologi, terdapat beberapa variabel yang
perlu dibobot, dievaluasi dan diformulasikan melalui kuesioner maupun wawancara.
Variabel-variabel dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2. 3 Variabel-variabel Domain Bisnis dan Domain Teknologi
Category Business Domain Technology Domain
Strategic Value Strategic Match
Competitive advantage
Management Information
Competitive Response
Strategic IS architecture
Organizational Risk &
uncertainty
Project or Organizational
Risk
Defitional uncertainty
Technology uncertainty
IS Infrastructure risk
2.2.7 Value Linking and Value Acceleration
Value Linking dan Value Acceleration adalah teknik dan konsep yang saling
berkaitan. Kedua teknik ini membantu dalam mengidentifikasi efek samping dan
perubahan teknologi di organisasi. Value Linking digunakan untuk mengevaluasi secara
finansial dampak kombinasi dan peningkatan performa suatu fungsi terhadap fungsi
yang lain. Value Acceleration digunakan untuk mengevaluasi secara finansial
percepatan waktu yang terjadi dan manfaat karena mengaitkan (Linking) dua
departemen atau fungsi dalam hubungan sebab akibat.
32
2.2.8 Value Restructuring
Value Restructuring mengevaluasi nilai (va1ue) yang terjadi karena restrukturisasi
sebuah fungsi pekerjaan atau departemen. Value Restructuring mengukur nilai dan
peningkatan produktivitas yang dihasilkan dan perubahan organisasional. Salah satu
contoh dari Value Restructuring ini adalah terjadinya peningkatan produktifitas dalarn
suatu fungsi atau departemen karena penerapan aplikasi office automation. Peningkatan
produktifitas merupakan perpindahan kemampuan organisasi dan kegiatan yang bernilai
lebih rendah ke nilai yang lebih tinggi.
2.2.9 Value Valuation
Inovasi menciptakan fungsi baru bersamaan dengan domain bisnis, sehingga
merubah cara perusahaan dalam mengendalikan bisnis mereka. Teknik penilaian inovasi
ini diaplikasikan ketika masalah keuangan berubah dari cara pengukuran biasa ke cara
alternatif pengukuran yang lain. Teknik ini berguna untuk aplikasi TI yang baru dan
belum pernah terjadi sebelumnya. Teknik ini mempertimbangkan nilai dalam
memperoleh atau mempertahankan sisi kompetitif, resiko, dan biaya dalam penerapan
aplikasi yang pertama kalinya, serta resiko dan biaya kegagalan atau kesuksesan (Parker,
1988, p134).
2.2.10 Information Economic Scorecard
Langkah terakhir dari kerangka kerja Information Economics adalah
memasukkan semua skor pembobotan dari perhitungan Simple ROI, penilaian
faktor domain bisnis dan domain teknologi ke dalam Scorecard (lembar penilaian).
Proyek dapat diurutkan berdasarkan nilainya, menyediakan penilaian yang seimbang
dari nilai ekonomis yang sebenarnya untuk perusahaan. Ini menyediakan ukuran
33
untuk membangun sebuah prioritas investasi yang logis untuk sistem informasi,
MIS, dan perusahaan. (Parker, 1988, p145).
Berikut adalah contoh dari Scorecard :
Gambar 2. 9 Lembar Kerja Information Economics
2.2.11 Skala Likert
Syahu Sugian menyebutkan skala Likert (Licert Scales) sebagai metode
pengukuran yang diberikan oleh Renis Likert, dinamakan Skala Likert, dinamakan skala
Likert, biasanya digunakan dalam survei perilaku. Survei tersebut memperkenankan
jawaban dari ‘sangat tidak setuju’ sampai ‘sangat setuju’. Suatu skala Likert mengukur
sejauh mana seorang responden setuju atau tidak setuju dengan suatu pernyataan.
Survei kepuasan pelanggan biasanya menggunakan skala rating dan skala yang
paling banyak dipakai untuk pernyataan kepuasan pelanggan adalah: 1= sangat tidak
setuju, 2=tidak setuju, 3=tidak berkomentar, 4=setuju, 5=sangat setuju.
34
Namun berlaku juga untuk survei lainnya yang berhubungan dengan:
• Frekuensi (1=tidak pernah, 2=jarang, 3=kadang-kadang, 4=sering, 5=selalu).
• Kepentingan (1=tidak penting, 2=agak penting, 3=sedang, 4=penting, 5=sangat
penting).
• Mutu (1=sangat jelek, 2=jelek, 3=rata-rata, 4=bagus, 5=bagus sekali).
Sedangkan Asep Hermawan menyatakan bahwa Skala Likert merupakan skala
yang mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap serangkaian
pernyataan berkaitan dengan keyakinan atau perilaku sesuai dengan obyek tertentu.
Sebenarnya skala Likert merupakan skala ordinal, akan tetapi dalam penelitian-
penelitian bisnis khususnya pemasaran seringkali dimodifikasi dan diasumsikan sebagai
skala interval.
Biasanya format skala Likert merupakan perpaduan antara kesetujuan dan
ketidaksetujuan, skala ini dikembangkan oleh Renis Likert sehingga dikenal dengan
skala Likert. Skala ini umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu (1) Sangat
Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, dan (5) Sangat Setuju.
Menurut Bilson Simamora, Skala Likert disebut juga summated rating scale. Skala
ini banyak digunakan karena memberi peluang kepada responden untuk
mengekspresikan perasaan mereka dalam bentuk persetujuan terhadap suatu pernyataan.
Pertanyaan yang diberikan berjenjang, mulai dari tingkat terendah sampai tertinggi.
Jumlah pilihan jawabannya bisa tiga, lima, tujuh, sembilan, yang jelas harus ganjil.
Semakin banyak pilihannya, semakin mewakili, semakin mewakili jawaban
responden. Namun, semakin banyak pilihan jawaban, semakin sulit mencari kata-kata
yang dapat dipahami secara umum. Dalam bahasa Inggris, misalnya, pilihan jawaban
berikut lumrah: extremely disagree, strongly disagree, disagree, neither agree nor
35
disagree, agree, strongly agree, extremely agree. Dalam bahasa Indonesia sepanjang
dapat disepakati pilihan jawaban berikut ini dapat dipakai: amat sangat tidak setuju,
sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju, amat sangat setuju.
Masalahnya kata ’amat sangat’ jarang dipakai.
Recommended