View
11
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
OME
Citation preview
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 1/29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otitis media efusi (OME) merupakan salah satu kelainan pada telinga
tengah yang sering ditemukan pada anak. Hal ini menjadi penting karena kelainan
ini secara tidak disadari dapat menyebabkan gangguan pendengaran konduktif
pada anak rata-rata sebesar 3-! d"# yang dapat menimbulkan gangguan
perkembangan $icara# gangguan pendengaran# kemampuan komunikasi pada
anak dan kemampuan mengikuti pelajaran di sekolah. %estuti & pada penelitiannya
dengan menggunakan Brain Evoked Response Audiometry ("E%') melaporkan
terdapat pemanjangan latensi gelombang # H dan pada anak dengan OME
yang diteliti. *elain itu kelainan ini dapat menjadi faktor penyebab penyakit
telinga kronis.&-+
,arakteristik penyakit ini adalah inflamasi telinga tengah disertai
terdapatnya cairan efusi di telinga tengah selama 3 bulan atau lebih tanpa adanya
tanda-tanda dan gejala infeksi dengan membran timpani yang utuh.+# OME jarang
menimbulkan keluhan pada anak. ,eluhan yang biasanya disampaikan oleh orang
tua atau guru adalah anak kurang memberikan respons jika dipanggil# adanya
keterlambatan bicara serta prestasi belajar anak yang menurun di sekolah.
,eluhan lain seperti telinga terasa penuh# autofoni dan tinitus akan dikeluhkan
pada anak yang usianya lebih besar.#& *ebanyak /-01 anak-anak usia 3-&
tahun mengalami minimal satu episode OME# dan 01 anak mengalami OME
bilateral.2#+
hen dkk && di 4ai$an melaporkan angka kekerapan OME pada 3&3 anak
di 4aman ,anak-kanak (4,) usia 3-2 tahun adalah 0#/!1. *aim dkk &/ di Malaysia
melaporkan angka pre5alensi OME pada &+ anak 4, usia 0-2 tahun adalah
&3#1. 4amin&3 melakukan skrining terhadap 20/ anak di 4, dan *ekolah 6asar
(*6) di 7akarta mendapatkan pre5alensi OME adalah /2#+1 dengan persentase
terbanyak usia !-2 tahun.
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 2/29
8ajanan asap rokok berperan sebagai salah satu penyebab teijadinya OME#
yaitu dengan mengakibatkan kerusakan silia dan metaplasia kelenjar mukosa di
telinga tengah. Hal ini dapat menyebabkan gangguan patensi pada fungsi tuba
Eustachius. 8ajanan asap rokok dapat juga menyebabkan timbulnya infeksi
pernapasan atas ataualergi./#&!#&2
8enelitian 5ersen dkk &# pada anak-anak usia sampai + tahun pada tempat
penitipan anak telah menunjukkan bah$a kejadian OME mencapai 21 (diukur
dengan timpanometri) pada anak-anak yang orangtuanya adalah perokok. Et9el
dkk &2 melaporkan dari beberapa penelitian bah$a sepertiga kasus OME pada anak
usia 2-+ tahun timbul oleh karena pengaruh perokok pasif. 8ajanan asap rokok ini
juga menyebabkan durasi episode OME menjadi � kali lebih lama. *elain itu
OME persisten yang memerlukan tindak lanjut berupa pemasangan pipa 5entilasi
memiliki risiko empat kali lebih sering pada anak yang terkena pajanan asap
rokok dari orang tuanya./
8ajanan terhadap asap rokok dapat dinilai dengan cara metode subjektif
dan obyektif. "anyak penelitian yang menyatakan metode subjektif (self-reports
of smoking status) tidak selalu mendapatkan informasi yang dapat diandalkan#
misalnya kebiasaan merokok dalam keluarga. Oleh karena pada perokok pasif
tingkat pajanan dapat dipengaruhi oleh: keadaan jarak terhadap sumber asap
rokok# lamanya pajanan dan kondisi 5entilasi lingkungan saat itu. Oleh karenanya
sangatlah penting untuk mendapatkan jumlah pajanan asap rokok bagi perokok
pasif secara obyektif.3#/& 8emeriksaan kotinin dapat digunakan sebagai metode
objektif untuk menilai pajanan asap rokok tembakau. ,otinm merupakan hasil
metabolik utama nikotin yang terdapat pada plasma darah# air liur dan urin.
,otinin memiliki kelebihan terhadap nikotin yaitu memiliki $aktu paruh yang
lebih lama dibandingkan nikotin yang hanya beberapa menit.3#!
Hal-hal tersebut di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian
tentang OME dengan risiko pajanan asap rokok tembakau pada kelompok usia
dengan angka pre5alensi perokok pasif tertinggi dengan metode obyektif# yaitu
melakukan pemeriksaan kadar kotinin urin secara lateral flow chromatographic
immunoassay menggunakan The CT ne !tep Cotinine Test "evice#$ *aat ini
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 3/29
belum ada data mengenai pre5alensi OME pada kelompok usia anak dengan risiko
pajanan asap rokok tembakau berdasarkan pemeriksaan secara obyektif di
ndonesia. Hal ini juga sangat berguna sebagai bahan dasar dari penyuluhan
pengendalian faktor risiko yang berasal dari lingkungan (environmental risk
factor control counseling) yang merupakan bagian dari penatalaksanaan penyakit
OME.
1.2. Masalah Penelitian
dentifikasi masalah dalam uraian latar belakang menjadi dasar bagi
peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut;
&. "erapa proporsi OME pada anak usia -&! tahun dengan risiko pajanan asap
rokok tembakau di ,otamadya 7akarta 4imur dengan metode obyektif
menggunakan pemeriksaan kadar kotinin urin<
/. "agaimanakah karakteristik perokok pasif pada anak OME usia -&! tahun
yang memiliki risiko pajanan asap rokok tembakau di ,otamadya 7akarta
4imur<
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Meningkatkan jangkauan pelayanan dan upaya penatalaksanaan OME
pada anak# dengan harapan dapat dilakukan usaha pencegahan dan
penangguiangan dini terhadap k=emungkinan komplikasi maupun dampak
samping yang ditimbulkannya.
1.3.2. Tujuan husus
&. 6iketahuinya proporsi OME pada anak usia -&! tahun dengan risiko pajanan
asap rokok tembakau dengan metode obyektif menggunakan pemeriksaan
kotinin urin di ,otamadya 7akarta 4imur.
/. 6iketahuinya karakteristik ri$ayat merokok dalam keluarga pada anak OME
usia -&! tahun yang memiliki risiko pajanan asap rokok tembakau di
,otamadya 7akarta 4imur.
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 4/29
1.!. Man"aat Penelitian
1.!.1. Bi#ang Aka#emik
&. 6iperolehnya data proporsi OME pada anak usia -&! tahun dengan risiko
pajanan asap rokok tembakau di ,otamadya 7akarta 4imur dengan metode
obyektif menggunakan pemeriksaan kadar kotinin urin.
/. Meningkatkan pengetahuan mengenai manfaat pemeriksaan kotinin urin
sebagai penanda adanya risiko pajanan asap rokok tembakau di dalam tubuh.
1.!.2. Bi#ang Pela$anan Mas$arakat
6apat meningkatkan pelayanan pre5entif# kuratif dan rehabilitatif denganmemperhatikan faktor lingkungan asap rokok tembakau sebagai salah satu faktor
risiko penyakit OME khususnya di bidang penyuluhan pengendalian faktor risiko
yang berasal dari lingkungan (environmental risk factor control counseling) yang
merupakan bagian dari penatalaksanaan penyakit OME.
1.!.3. Bi#ang Pengem%angan Penelitian
6iharapkan penelitian ini dapat menjadi pemicu peneliti lain untuk lebih
memperdalam hubungan antara OME dengan perokok pasif dengan menggunakan
kotinin urin sebagai metode obyektif.
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 5/29
BAB 2
TIN&AUAN PU'TAA
2.1. De"inisi
Otitis media Efusi adalah suatu peradangan pada telinga tengah yang
ditandai dengan adanya cairan# tanpa disertai tanda-tanda infeksi akut dengan
membran timpani yang utuh.&! Otitis media efusi berdasarkan larnanya cairan
dalam telinga tengah# OME terbagi menjadi keadaan akut (terdapat cairan dalamtelinga tengah kurang dari 3 minggu)# subakut (terdapat cairan dalam telinga
tengah lebih dari 3 mjnggu dan kurang dari 3 bulan)# dan kronis (bila cairan
berada dalam telinga tengah lebih dari 3 bulan).//
2.2. Anat(mi
2.2.1. )uang Telinga Tengah *a+um Tim,ani-
,a5um timpani memiliki batas lateral adalah membran timpani# batas
medialnya promontorium# batas superiomya adalah tegmen timpani# batas
inferiornya adalah bulbus jugularis dan ner5us fasialis# batas posterior pada
bagian atasnya terdapat pintu (aditus) yang menunju ke antrum mastoid dan batas
anterior berbatasan dengan arteri karotis dan muara tuba Eustachius. ,a5um
timpani dihubungkan dengan nasofaring oleh tuba Eustachius./3#/!
,a5um timpani secara 5ertikal dibagi menjadi 3 bagian# yaitu; (&)
epitimpanum yaitu rongga yang berada disebelah atas batas atas membran
timpani: (/) mesotimpanum yaitu rongga yang terletak diantara batas atas dan
ba$ah membran timpani: (3) hipotimpanum yaitu rongga yang berada di ba$ah
batas ba$ah membran timpani./3#/!
6i dalam ka5um timpani terdapat tulang-tulang pendengaran (maleus#
inkus dan stapes) serta struktur penting lainnya seperti korda timpani# otot tensor
timpani dan tendon otot stapedius./3#/!
,a5um timpani dilapisi oleh mukosa saluran napas yang memiliki silia
pada permukaannya dan memiliki kelenjar mukus. *ekret telinga tengah
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 6/29
dihasilkan oleh sel-sel goblet dan kelenjar mukus# yang sebagian besar berkumpul
di sekitar muara tuba Eustachius. Mukosa ka5um timpani menutupi seluruh
dinding tulangnya# tulang-tulang pendengaran dan seluruh ligamen. Mukosa
tersebut juga membentuk lipatan-lipatan sehingga membagi ka5um timpani
menjadi beberapa ruangan yang telah dijelaskan sebelumnya./!
,a5um timpani mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri karotis
eksterna dan interaa. 'rteri timpani anterior (cabang dari a.maksilaris) dan
stilomastoid (cabang a.aurikularis posterior) merupakan pembuluh utamanya./!
2.2.2. Mem%ran Tim,ani
Membran timpani (M4) merupakan lapisan cekung tipis berbentuk o5al#
yang membentuk sudut 00> dengan dinding dasar liang teiinga# dengan diameter
terbesar pada posterosuperior hingga anteroinferior. M4 membentuk penebalan
cincin fibrokartilago pada sekelilingnya yang disebut anulus timpanikus. "agian
M4 di atas lipatan maleolus tersebut disebut pars flaksida# sedangkan bagian
ba$ahnya disebut pars tensa. M4 merupakan struktur berbentuk cekungan dengan
bagian yang paling dalam pada daerah umbo./!
Membran timpani memiliki tiga lapisan# yaitu lapisan epitel paling luar
adalah epidermis# yang merupakan kelanjutan kulit liang teiinga: bagian
tengahnya terutama dibentuk oleh lapsan fibrosa yang disebut lamina propria: dan
lapisan paling dalam yang dibentuk oleh mukosa telinga tengah./!
Epitel mukosa pada pars tensa memiliki ketinggian yang ber5ariasi# dapat
berapa lapisan skuamosa atau kuboid yang tipis# hingga terbentuk epitel torak
berlapis semu. 8ermukaan sel yang menghadap ka5um timpani memiliki
mikro5ili# dan pada daerah sel kuboid dan torak dapat ditemukan adanya silia#
namun silia ini tersebar tidak merata. 8ada lapisan ini tidak ditemukan adanya sel
goblet# pada sel-sel yang tidak memiliki silia# dapat ditemukan granul sekresi.
?apisan mukosa dipisahkan dari lamina propria oleh membran basal. Mukosa
pada pars flaksida dan pars tensa memiliki gambaran yang sama./!
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 7/29
2.2.3. Tu%a Eustahius
@ambar /.&; 8erbedaan sudut 4uba Eustachius pada bayi dan de$asa.
4uba Eustachius adalah suatu saluran yang terdiri dari mukosa# kartilago#
jaringan lunak# otot-otot perituba dan sulkus tulang sfenoid di superiornya. 4uba
Eustachius terdiri atas tulang ra$an pada /A3 anterior ke arah nasofaring dan &A3
posterior terdiri atas tulang ke arah ka5um timpani. "entuk tuba Eustachius
seperti dua buah kerucut yang bertemu di bagian puncak. 4empat pertemuan ini
disebut ismus yang biasanya berlokasi pada pertemuan bagian tulang dan tulang
ra$an. smus ini berukuran tinggi / mm dan lebar & mm. ,e arah nasofaring
tinggi lumen menjadi -& mm# dengan lebar &-/ mm./3
4uba Eustachius berkembang hingga mencapai ukuran seperi de$asa pada
usia + tahun dengan panjang sekitar 32 mm# sedangkan pada bayi sekitar & mm.
8ada orang de$asa# tuba Eustachius membentuk sudut !0> terhadap bidang
hori9ontal# sedangkan pada bayi ber5ariasi dari hori9ontal hingga membentuk
sudut sekitar &> terhadap bidang horisontal serta tidak membentuk sudut pada
ismus tetapi menyempit. *udut yang menghubungkan antara tensor 5eli palatini
dan kartilago ber5ariasi pada bayi# sedangkan relatif stabil pada de$asa. /3#/0
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 8/29
8ada bagian inferolateral tuba terdapat lapisan lemak disebut lemak
Ostmann yang ikut membantu proses menutupnya tuba dan perlindungan telinga
tengah terhadap sekret nasofaring. ?apisan lemak ini pada bayi 5olumenya lebih
kecil# tetapi lebarnya sama dengan de$asa./3
Mukosa tuba Eustachius menyerupai epitel saluran napas# yaitu terdiri atas
epitel kolumnar bersilia# sel-sel goblet dan kelenjar mukus. ?apisan paling luar
adalah epitel bersilia yang bergerak ke arah nasofaring. *emakin dekat ke telinga
tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar mukus makin berkurang# mukosa
bersilia juga menghilang. *el-sel goblet dan kelenjar serosa pada bayi lebih sedikit
dibandingkan de$asa. "ayi juga memiliki lumen dengan mukosa yang lebih
berlipat-lipat dibandingkan de$asa. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan
compliance dari tuba. /3
4uba Eustachius terdiri atas m.tensor 5eli palatini# m.le5ator 5eli palatini#
m.salpingofaringeal dan m.tensor timpani. Otot-otot tersebut berfungsi untuk
membuka dan menutup tuba. 6alam hal ini m.tensor 5eli palatini berperan juga
pada proses dilatasi aktif tuba. /3
4uba Eustaschius diperdarahi oleh arteri faringeal ascenden dan arteri
meningea media. 4uba Eustaschius dipersarafi oleh cabang faringeal dari ganglion
sfenopalatina yang berasal dari n.maksilaris (ner5us /) pada bagian ostium tuba#
ner5us spinosus yang berasal dari n.mandibularis (ner5us 3) pada bagian tulang
ra$an dari tuba dan pleksus timpani yang berasal dari ner5us glossofaringeal pada
bagian tulang dari tuba./3
2.3. /isi(l(gi Telinga Tengah
2.3.1. /isi(l(gi Tu%a Eustahius
4uba Eustachius terhadap telinga tengah berfungsi sebagai; (&) 5entilasi
dari ka5um timpani dan sel-sel udara mastoid di telinga tengah: (/) drainase sekret
telinga tengah: (3) perlindungan infeksi yang berasal dari daerah nasofaring./3
/.3.&.&. entilasi ka5um timpani dan sel-sel udara mastoid di telinga tengah
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 9/29
4uba Eustachius khususnya bagian superior berfungsi mengatur agar tekanan
udara di telinga tengah sama dengan tekanan udara luar. Hal ini dimungkinkan
dengan cara kontraksi dari otct tensor 5eli palatini pada saat menelan yang
menyebabkan tuba Eustachius terbuka secara periodik# sehingga dapat
mempertahankan tekanan udara di telinga tengah mendekati normal. Bungsi
5entilasi tuba Eustachius ini berkembang sesuai usia dimana pada anak tidak
sebaik pada orang de$asa./3
/.3.&./. 6rainase sekret telinga tengah
4erdapat dua rnekanisme drainase tuba Eustachius# yaitu drainase mukosilia dan
muskular. 6rainase mukosilia yaitu pergerakan silia bermula dari bagian telinga
tengah kemudian makin ke distal dan aktif menuju tuba Eustachius. 6rainase
muskular terjadi pada saat pemompaan drainase sekret dari telinga tengah ke
nasofaring yang terjadi pada saat tuba Eustachius menutup secara pasif. /3
/.3.&.3. 8erlindungan infeksi yang berasal dari daerah nasofaring
8erlindungan ini dapat terjadi yaitu melalui anatomi fungsional tuba Eustachius-
telinga tengah# secara imunologis dan pertahanan mukosiliar dari lapisan
membran mukosa./3
*ebagai contoh pada saat kita mengunyah maka bagian akhir proksimal tuba
Eustachius akan terbuka# namun sekret yang berasal dari nasofaring tidak dapat
masuk ke telinga tengah karena terdapat ismus pada tuba Eustachius.
8erlindungan telinga tengah-mastoid juga dilakukan oleh epitel respiratori lumen
tuba Eustachius dengan cara pertahanan imunologi lokal maupun pertahanan
mukosilia# yaitu drainase./3
2.3.2. /isi(l(gi 'ekret Mukus Telinga Tengah
4elinga tengah secara terus menerus menghasilkan sekret mukus yang
ditransportasi oleh silia mele$ati mukosa telinga tengah menuju tuba Eustachius
yang kemudian mukus tersebut akan tertelan. 'liran mukus ini dipertahankan
dengan tujuan mencegah bakteri dari daerah nasofaring masuk ke daerah telinga
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 10/29
tengah. Mukus ini juga berfungsi sebagai pelindung untuk mencegah adhesi
bakteri ke epitel. mukosa# namun apabila perlindungan ini gagal# mukosa telinga
tengah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sekret mukus yang
mengandung immunoglobulin# lyso9yme# lactoferrin dan komponen komplemen
sebagai benteng pertahanan terakhir. 'pabila gagal juga maka otitis media akut
akan terjadi.
2.!. Eti(l(gi #an Pat("isi(l(gi
OME pada dasarnya adalah suatu kondisi inflamasi. *ecara histologis
mukosa OME menujukkan adanya proliferasi 5askular dengan infiltrasi dari sel
plasma dan limfosit. Epitel mukosa telinga tengah juga mengalami metaplasia
menjadi tipe sekresi dengan proliferasi sel goblet dan kelenjar mukus. ,ondisi
inflamasi ini dapat disebabkan oleh bakteri# 5irus dan alergi.#/2
"akteri yang paling banyak ditemukan dari hasil kultur cairan efusi pada
OME adalah %aemophilus influen&ae' oraella catarrhalis dan !treptococcus
pneumoniae yaitu sebanyak !1. %ayner dkk seperti dikutip oleh ,ubba dkk &#
melaporkan sebanyak !31 anak dengan efusi telinga tengah terdapat %$influen&ae
m%C' dengan metode reaksi berantai polimerase meskipun hanya &/1 positif
dengan kultur.
8eranan adenoid dalam patogenesis terjadinya OME masih banyak
diperdebatkan oleh para ahli. 'da 3 cara adenoid dapat mempengaruhi
terbentuknya OME# yaitu; (&) adenoid yang berada sekitar torus tubarius
menggangu fungsi drainase tuba Eustachius: (/) sel mast di dalam jaringan
adenoid mengikat antigen dengan gE dan melepaskan histamin serta mediator
inflamasi lainnya: (3) infeksi adenoid berulang dapat bertindak sebagai sumber
infeksi.
nfeksi 5irus dapat menstimulasi inflamasi pada telinga tengah. irus
infeksi pernapasan terutama disebabkan oleh respiratory syncytial virus'
adenovirus dan 5irus influen9a tipa ' atau " dapat menjadi predisposisi terjadinya
OME. "eberapa penelitian telah menemukan asam nuklcat yang berasal dari
rhinovirus' respiratory syncytial virus dan adenovirus di dalam efusi telinga
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 11/29
tengah# namun hubungan sebab akibat terhadap OME belum dapat ditegakkan.
Masih belum jelas apakah 5irus ini bekerja sendiri untuk menyebabkan OME atau
hanya sebagai predisposisi terhadap superinfeksi bakteri.
%eaksi alergi di telinga tengah selama ini dianggap sebagai penyebab
OME. %hinitis alergi telah diidentifikasi sebanyak !/1 anak-anak dengan OME.
Camun beberapa studi kontrol telah gagal untuk menunjukkan adanya
peningkatan pre5alensi dari anak dengan ri$ayat atopik atau uji cukit kulit (skin
prick test) positif dengan OME. Meskipun efusi telinga tengah mengandung
mediator dari suatu respons alergi seperti gE dan eosinophil cationic protein'
namun konsentrasi di dalam efusi adalah sama atau lebih rendah dibandingkan
dengan kandungan di dalam serum. ni menunjukkan bah$a mediator alergi
tersebut tidak secara lokal diproduksi di telinga tengah sehingga dapat
ditunjukkan bah$a ri$ayat alergi hanya merupakan faktor risiko yang lemah
terhadap terjadinya OME persisten atau rekuren.
*elain itu terdapat faktor-faktor sosial yg dapat menyebabkan OME# yaitu
tingkat sosial ekonomi keluarga dan anak yang banyak memiliki banyak saudara
kandung di rumah. Hal ini dikaitkan dengan semakm besarnya pajanan indi5idu
terhadap infeksi terutama infeksi pernapasan.
2.!.1. 0angguan Aliran Musin #i Telinga Tengah
8ada OME terjadi gangguan aliran musin. *ecara garis besar hal ini dapat
terjadi oleh karena beberapa hal# yaitu; (&) gangguan fungsi silia: (/) sifat dari
sekresi mukus: (3) gangguan fungsi tuba Eustachius: (!) terdapatnya celah
palatum.#/2#/+
/.!.&.& @angguan fungsi silia
Mukus yang berasal dari telinga tengah didrainase oleh aktifitas silia. *el yang
mengandung silia terdapat sebagian besar di daerah promontorium# epi dan
hipotimpanum dan sekitar muara tuba Eustachius. 8enambahan jumlah sel sekresi
pada OME secara paralel mengurangi jumlah dan fungsi sel bersilia yang
kemudian akan mengganggu drainase dari efusi.
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 12/29
@angguan fungsi silia ini dapat disebabkan oleh bakteri dan endotoksin bakteri.
*elain itu dyskinesia silia primer sering terdapat pada keadaan ini.
/.!.&./ *ifat dan sekresi mukus
iskositas mukus sangat mempengaruhi proses pengeluaran mukus oleh silia di
telinga tengah. Dntuk dapat melakukan transportasi mukus secara efektif maka
diperlukan suatu kondisi 5iskositas yang optimum. 7ika mukus terlalu kental atau
terlalu encer maka silia akan sulit untuk melakukan pergerakannya (gambar &).
0am%ar /./; Hubungin antara 5iskositas mukus dan kecepatan transport silia.
/.!.&.3. @angguan fungsi tuba Eustachius
@angguan fungsi tuba Eustachius telah lama dianggap turut andil dalam
pembentukan OME. Camun teori lama yang menyatakan bah$a adanya sumbatan
di muara tuba Eustachius di daerah nasofaring yang mengarah terjadinya tekanan
negatif di telinga tengah sehingga timbulnya transudat yg mengisi telinga tengah
mempunyai beberapa kelemahan# yaitu; (&) 4elah dibuktikan bah$a pada OME
terjadi peristi$a eksudasi dimana mukosa telinga tengah secara aktif
mengeluarkan sekret yang mengandung substansi dengan berat molekul yang
lebih besar dibandingkan dengan transudat pasif dari serum: (/) teori tersebut
gagal untuk menjelaskan inflamasi dan metaplasia yang terjadi di telinga tengah.
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 13/29
airan transudasi dan eksudasi bisa terjadi sebagai bagian dari perjalanan
penyakit yang keberadaanya tidak saling menghilangkan satu sama lain.
*ade dkk seperti dikutip oleh ,ubba dkk # menyimpulkan bah$a sumbatan fisik
pada tuba Eustachius belum dapat menjelaskan terjadinya OME. Hal tersebut
dibuktikan pada beberapa kasus pasien dengan polip dan massa yang besar di
nasofaring tidak selalu menimbulkan kelainan di telinga tengah# namun tumor
kecil yang mengin5asi otot-otot tuba sehingga menyebabkan disfungsi tuba
Eustachius justru memberikan dampak terjadinya OME.
8enelitian lain menyatakan bah$a disfungsi tuba Eustachius pada anak dapat
terjadi setelah terjadinya OME# sehingga OME lebih sebagai penyebab dari pada
efek dari abnorrnalitas tuba Eustachius. Obstruksi tuba Eustachius bisa
menyebabkan terjadinya efusi telinga tengah# namun masih diragukan sebagai
penyebab utama terjadinya OME.
/.!.&.!. elah palatum
nsiden OME yang tinggi pada anak dengan celah palatum banyak disebabkan
oleh adanya disfungsi dari tuba Eustachius oleh karena gangguan fungsi otot-otot
pembentuk tuba Eustachius (otot tensor dan le5ator 5eli palatini). @angguan
fungsi tuba ini menyebabkan tekanan positif di nasofaring dapat masuk ke dalam
telinga tengah sehingga dapat menyebabkan patogen di nasofaring mengalami
refluks ke dalam telinga tengah sehingga menimbulkan infeksi.
2.. Diagn(sis
OME ditegakkan berdasarkan anamnesis# pemeriksaan fisik dan
pemenksaan penunjang seperti otoskopi# otoskopi pneumatik# timpanometri dan
audiometri./+
OME jarang menimbulkan keluhan pada anak. ,eluhan yang biasanya
disampaikan oleh orang tua atau guru adalah anak kurang memberikan respons
jika dipanggil. adanya keterlambatan bicara serta prestasi belajar anak yang
menurun di sekolah. ,eluhan lain seperti telinga terasa penuh# autofoni dan tinitus
akan dikeluhkan pada anak yang usianya lebih besar.#&
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 14/29
8ada pemeriksaan otoskopi didapatkan membran timpani utuh# dengan
gambaran yang sangat ber5ariasi# mulai tampak suram# ber$arna 7oining
kemerahan# abu-abu# sampai terjadinya *ulging$ 7ika cairan telinga bersifat serosa
maka membran timpani akan ber$arna kekuningan atau merah muda# kadang
disertai gambaran gelembung udara. Camun jika cairan telinga bersifat mukoid
maka membran timpani tampak suram dan menebal. Mobil itas membran timpani
biasanya terganggu.#&
4impanometri merupakan pemeriksaan audiologi yang bersifat obyektif
dan tidak in5asif. 7erger-?iden mengklasifikasikan gambaran timpanogram
menjadi tipe '# " dan ./#/
4ipe ' memiliki puncak kur5a dengan ketinggian normal# pada atau sekitar
tekanan atmosfer# yaitu da8a. '*H' (The American !peech +anguage %earing
Association) menentukan nilai normal compliance pada anak-anak adalah #/-#
mmho# dan #3-&#! mmho pada de$asa. ,eadaan ini ditemukan pada keadaan
telinga tengah normal. 4ipe ini memiliki 5ariasi yaitu tipe 'd dan 's./#/
4ipe 'd memiliki puncak kur5a yang jauh melebihi nilai normal. Hal ini
terjadi akibat compliance yang sangat tinggi terjadi pada tekanan udara sekitar#
dengan peningkatan kelenturan yang amat cepat saat tekanan diturunkan mencapai
tekanan udara sekitar normal. 4ipe 'd ditemukan pada keadaan diskontinuitas
atau disartikulasi tulang pendengaran./#/
4ipe 's memiliki compliance di ba$ah nilai normal# misalnya ditemukan
pada keadaan fiksasi atau kekakuan sistem tulang pendengaran./#/
4ipe " memiliki gambaran kur5a datar# misalnya pada .OME atau oklusi
akibat serumen. /#/
4ipe jika puncak kur5a berada pada tekanan negatif lebih dari -& mmHO#
misalnya pada disfungsi tuba Eustachius. 8ada OME tidak terdapat refleks
stapedial./=/
8emeriksaan audiometri nada murni dapat membantu menentukan jenis
ketulian dan derajat ketulian. *elain itu pemeriksaan ini juga digunakan untuk
menilai kemajuan terapi yang telah diberikan. 8emeriksaan "E%' dilakukan pada
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 15/29
anak yang belum kooperatif untuk dilakukan pemeriksaan audiometri nada
murni.#&
2.. Tatalaksana
2..1. %ser+asi
'nak dengan OME tanpa faktor risiko dan komplikasi dapat dilakukan
obser5asi selama 3 bulan sejak onset atau sejak terdiagnosis. *ebesar +0-1
OME akan sembuh dengan sendirinya. 8emberian terapi sesuai faktor ri$ayat
penyakit# misalnya alergi# dapat diberikan pada tahap ini.3
2..2. Me#ikament(sa
8emberian antibiotik dan kortikosteroid oral jangka pendek selama /
minggu# meningkatkan /01 angka resolusi OME. Hasil 3 penelitian randomi&ed
control trials menyatakan bah$a penggunaan antihistamin dan dekongestan oral
tidak memberikan hasil yang bermakna dibandingkan plasebo# sehingga
pemberiannya tidak disarankan.3#3&
2..3. Pen$uluhan ,engen#alian "akt(r risik( $ang %erasal #ari lingkungan
(environmental risk factor control counseling)
,egiatan ini meliputi penyuluhan terhadap penderita OME dan
keluarganya mengenai faktor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan dan
memperberat terjadinya OME. Baktor-faktor tersebut seperti pajanan asap rokok#
menyusui dengan susu botol dan tempat penitipan anak.3/
2..!. Pem%e#ahan
4erapi pembedahan berupa miringotomi dengan atau tanpa pemasangan
pipa 5entilasi dengan atau tanpa adenoidektomi. ndikasi dilakukan pembedahan
apabila; (&) tidak diperoleh respons dengan pengobatan medikamentosa selama 3
bulan untuk OME bilateral dan 2 bulan untuk OME unilateral: (/) OME berulang
lebih dari 3 kali dalam $aktu 2 bulan atau ! kali dalam $aktu setahun: (3) OME
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 16/29
bilateral dengan penurunan ambang dengar lebih dari / d": (!) telah terjadi
retraksi kronik membran timpani.3#0#3
2.4. Per(k(k Pasi"
8erokok pasif adalah indi5idu yang menghirup asap rokok yang
dihembuskan oleh indi5idu lain yang merokok (main-stream smoke, atau asap
rokok yang berasal dari rokok yang terbakar (side-stream smoke,$ 8erokok pasif
kategori !ide-stream smoke lebih berbahaya dibandingkan dengan main-stream
smoke karena side-stream smoke lebih banyak menerima material racun rokok.!=&!
'sap rokok mengandung substansi F ! macam 9at. ,omponen utama asap
rokok tembakau yang perlu diperhatikan adalah karbon monoksida# nikotin# poly
cyclic aromatic hydrocar*on dan lainnya seperti sianida dan kadmium.33
2.5. (tinin
0am%ar /.!; Metabolise nikotin.
'sap rokok mengandung nikotin (alkaloid tembakau utama) masuk ke
peredaran darah melalui sirkulasi paru pa da saat dihisap. Cikotin tersebut
kemudian dimetabolisme oleh tubuh rnanusia terutama di hati menghasilkan
sejumlah produk yang sebagian besar berasal dari oksidasi cincin pirilodin#
,otinin (gambar !) merupakan metabolit utama dan prekursor langsung dari
sedikitnya tiga metabolit lain; kotinin C-oksida# trans-3= hydroGycotinine dan y-
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 17/29
(3-pyridyl)-y-oGo-C-methylbutyramide yang akan berkonsentrasi dan diekskresi
di air liur dan urin.!#30#3+
8ajanan terhadap asap rokok tembakau dapat dinilai dengan cara metode
subjektif dan obyektif. "anyak penelitian yang menyatakan metode subjektif
(self-reports of smoking status) tidak selalu mendapatkan informasi yang dapat
diandalkan. Oleh karena pada perokok pasif tingkat pajanan dapat dipengaruhi
oleh: keadaan jarak terhadap sumber asap rokok# lamanya pajanan dan kondisi
5entilasi lingkungan saat itu. Oleh karenanya sangatlah penting untuk
mendapatkan jumlah pajanan asap tembakau rokok bagi perokok pasif secara
obyektif.3#/&
,otinin adalah hasil metabolik utama dari nikotin. ,otinin merupakan
*iomarker yang terbaik dan spesifik untuk menilai jumlah pajanan asap rokok
tembakau pada tubuh manusia dibandingkan dengan hasil metabolik lainnya.3#32#3
6ibandingkan dengan nikotin# kotinin lebih lama di dalam cairan tubuh
manusia. aktu paruh kotinin pada anak berkisar 3+ hingga &2 jam# sementara
nikotin hanya 3 hingga && menit. Oleh karenanya keberadaan kotinin dapat
die5aluasi sebagai indikator pajanan kronis terhadap produk asap tembakau#
sedangkan nikotin digunakan sebagai indikator pajanan akut.3#30#3
,otinin di tubuh manusia telah dibuktikan terdapat di dalam plasma# air
liur dan urin indi5idu yang terpapar asap tembakau. 8eneiitian terbaru
memperiihatkan kadar kotinin urin dan air liur adalah berhubungan langsung
dengan kadar kotinin plasma. 6ibandingkan dengan metode analisa kotinin
plasma# metode analisa kotinin urin dan air liur tidak bersifat in5asif.
6ibandingkan dengan metoda analisa kotinin air liur# analisa kotinin urin
didapatkan lebih sensitif# yaitu sebesar 21 - +1 dan spesifisitas sebesar 1 -
&1. *ehingga beberapa penelitian mengindikasikan pemeriksaan kotinin
dengan menggunakan urin adalah pilihan utama.3#/#3+#3
,adar normal kotinin plasma dalam tubuh adalah kurang dari / ngAml.
,onsentrasi kotinin pada urin & kali lipat kadar dalam plasma. ,onsentrasi dari
kotinin di plasma# air liur dan urin ditentukan dengan menggunakan gas-liuid
chromatography./
8ada penelitian yang dilakukan terhadap perokok aktif
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 18/29
didapatkan pajanan kadar kotinin rata-rata sebesar &/ ngAm? ditiap batang rokok
yang dihi sap.!
2.6. Pengaruh ,er(k(k ,asi" terha#a, ME
'da beberapa mekanisme yang diyakini oleh beberapa ahli di mana asap
rokok dapat mempengaruhi terjadinya efusi telinga tengah pada anak# yaitu; (&)
efek langsung dari iritasi asap tembakau rokok pada mukosa telinga tengah dan
tuba Eustachius: (/) efek tidak langsung dari iritasi jaringan adenoid yang
menyebabkan peningkatan pelepasan histamin yang pada gilirannya menyebabkan
suatu efusi telinga tengah: (3) efek tidak langsung melalui sistem pernapasan yaitu
asap rokok dapat menyebabkan lebih sering terjadinya infeksi pernapasan pada
anak yang berakibat insiden yang lebih tinggi terhadap terjadinya efusi telinga
tengah.&!#!&#!/
4elah dibuktikan bah$a jenis epitel pernapasan adalah peka terhadap
kandungan asap rokok. 8enelitian pada he$an telah memperlihatkan ketika epitel
saluran pernapasan terkena inhalasia berbahaya seperti asap rokok akan terjadi
kerusakan epitel. ?ee dkk &! dalam penelitiannya mendapatkan terjadinya
perubahan mukosa tuba Eustachius pada binatang percobaan tikus setelah terpapar
oleh asap tembakau rokok (gambar 0 dan 2).&!
,erusakan ini menyebabkan pelepasan berbagai mediator inflamasi yang
mengakibatkan metaplasia epitel ke jenis yang lebih sekresi. 8erubahan ini
menyerupai perubahan bronkhitis kronis pada manusia./#&2#!&
"entuk normal epitel pada telinga tengah adalah terdiri atas lapisan tipis
endotel yang rata seperti disebagian besar ka5itas lainnya dengan sebagian kecil
area tersusun dari bidang epitel kolumnar sekretori bersilia. %eaksi inflamasi
diketahui menyebabkan transformasi epitel ini ke jenis epitel seperti pada saluran
napas. Hal ini menyebabkan siliostasis yang mengakibatkan menghilangnya
fungsi transpor mukosiliar. *elain itu juga pada kasus-kasus efusi telinga tengah
ditemukan adanya kelenjar mukus submukosa (hiperplasia sel goblet) yang
seharusnya tidak ditemukan pada telinga tengah normal.2##&!#&2#!&#!3
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 19/29
0am%ar /.0; *truktur epitel tuba Eustachius normal pada he$an percobaan
sebelum terpapar asap tembakau#&!
0am%ar 2.7 *truktur epitel tuba Eustachius satu minggu setelah terpapar asap
rokok. 4ampak kerusakan berat pada silia (panah hitam) dan adanya infiltrasi
neutrofil pada epitel (panah putih). 4erlihat pula metaplasia skuamosa di lapisan
subepitel di ba$ah silia yang terjadi kerusakan (kepala panah putih).&!
8erubahan pada epitel telinga tengah ini menyebabkan perubahan dalam
produksi mukus yang dapat menyebabkan disfungsi aparatus mukosiliar.
8eningkatan produksi mukus oleh bertambahnya jumlah sel goblet ini dapat
menyebabkan disfungsi mukosiliar dalam beberapa cara# yaitu; (&) peningkatan
berat mukus menghambat gerak silia: (/) konsistensi mukus yang berabah
menjadi lebih kental./#&2#!&#!3
*ejumlah penelitian menunjukkan bah$a perokok pasif dengan orang tua
yang merokok memiliki dampak buruk pada sistem pernapasan. Hal ini dapat
terjadi oleh karena pengaruh langsung asap rokok pada anak-anak atau dengan
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 20/29
peningkatan infeksi pernapasan pada para perokok de$asa yang mengarah ke
infeksi silang pada anak. *elain itu juga lingkungan asap tembakau rokok dan
infeksi 5irus bersama-sama akan mengurangi pertahanan antibakterial fagositosis
yang akan menyebabkan timbulnya kolonisasi bakteri di telinga tengah dan
mengakibatkan terjadinya OME./#&2#!&#!3
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 21/29
BAB 3
E)AN0A TE)I DAN N'EP
%eaksi inflamasi
mukosa telinga
tengah
ritasi
,ongesti
mukosa
*ekresi musin
meningkat
@angguan
fungsi tuba
ME
'lergi
nfeksi 5irusAbakteri
@angguan imunologi
Obstruksi tuba
fungsionalAekstrensik
8atensi tuba
abnormal
"arotrauma
@angguan pertukaran
gas
@enetik
Dmur
7enis kelamin
%as
*usu "otol B a k t o r p e j a m u
8ajanan asap
rokok
*C'
Musim
4empat penitipan
anak
*osial ekonomi
Baktorlingkungan
Cikotin
Masuk peredaran darah
melalui sirkulasi paru dan
dimetabolisme di hati
,otinin
Disekresi #i ginjal
#an air liur
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 22/29
3.2. erangka (nse,
*C'
Musim4empat penitipan anak
*osial ekonomi
,adar kotinin urin
B a k t o r l i n g k u n g a n ME
8ejanan asap rokok
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 23/29
3.3. Batasan ,erasi(nal
3.3.1. titis Me#ia E"usi *ME-
6efinisi; OME adalah suatu peradangan pada telinga tengah yang ditandai
dengan adanya cairan# tanpa disertai tanda-tanda infeksi akut
dengan membran timpani utuh. ,eluhan biasanya disampaikan
oleh drang tua atau guru yaitu anak kurang memberikan respons
jika dipanggil# adanya keterlambatan bicara serta prestasi belajar
anak yang menurun di sekolah. ,eluhan lain seperti telinga terasa
penuh# autofoni dan tinitus akan dikeluhkan pada anak yang
usianya lebih besar.
'lat ukur; Otoskop merek Heine mini 3 BOI dan timpanometer merek
0nter acoustics AT1./h#$
ara ukur; Otoskop digunakan untuk melihat gambaran membran timpani.
@ambaran normal membran timpani berupa membran yang jeraih#
ber$arna bening keabuan# dengan refleks cahaya di jam 0 pada
telinga kanan dan jam + pada telinga kiri. @ambaran membran
timpani pada OME adalah membran timpani yang retraksi atau
menonjol (*ulging)' suram# $arna kekuningan atau kebiruan atau
terdapat gambaran gelembung udara dan atau batas air-udara
dengan otoskopi.
8ada pemeriksaan otoskopi pneumatik pada OME terlihat tidak
adanya pergerakan pada membran timpani.
7erger-?iden mengklasifikasikan gambaran timpanogram menjadi
tipe ' (normal)# 's# 'd# " dan ./#/#!!
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 24/29
Dntuk percontoh usia J 2 bulan dilakukan pemeriksaan
menggunakan timpanometri 2+ H9# sedangkan percontoh dengan
usia K 2 bulan digunakan timpanometri //2 H9.
'pabila timpanogram merupakan 4ipe " maka dimasukkan dalam
kelompok OME.
Hasil Dkur ; 4erdapat OME atau tidak terdapat OME.
3.3.2. )isik( Pajanan Asa, )(k(k Tem%akau #engan Met(#e %jekti"
6efinisi ; %isiko timbulnya suatu penyakit pada indi5idu akibat menghirup
asap rokok yang berasal dari lingkungan asap rokok tembakau yang
dinilai berdasarkan kadar kotinin di dalam tubuh. ndi5idu dapat
seorang perokok pasif atau perokok aktif.
'lat ukur ; Menggunakan 'lat test kadar kotinin urin (The CT ne !tep
Cotinine Test "evice#)
ara ukur ; Mengukur hasil metabolit nikotin di dalam tubuh yaitu kadar
kotinin urin dengan menggunakan teknik lateral flow
chromatographic immunoassay$
Hasil ukur ; ,adar kotinin dikatakan positif apabila kadar kotinin urin K/ ngA
m?# atau dikatakan negatif apabila kadar kotinin urin J / ngAm?.
3.3.3. Per(k(k ,asi"
6efinisi; 8erokok pasif adalah indi5idu yang menghirup asap rokok yang
dihembuskan oleh indi5idu lain yang merokok (main-stream
smoke) atau asap rokok yang berasal dari rokok yang terbakar
(side-stream smoke)$
3.3.!. Per(k(k Akti"
6efinisi; ndi5idu yang melakukan langsung akti5itas merokok dalam arti
mengisap batang rokok yang telah dibakar. 6efinisi HO untuk
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 25/29
perokok sekarang adalah mereka yang merokok setiap hari untuk
jangka $aktu minimal 2 bulan selama hidupnya dan masih
merokok pada saat penelitian dilakukan.
'latukur; ,uesioner.
3.3.. Angg(ta eluarga Mer(k(k
6efinisi; 4erdapatnya perokok aktif yang tinggal serumah dengan perokok
pasif. 6apat berjumlah lebih dari satu indi5idu.
'lat ukur ; ,uesioner.
ara ukur ; 6itanyakan kepada orang tua percontoh.
Hasil ukur ; La atau tidak.
3.3.. Umur
6efinisi; Dmur merupakan rentang $aktu sejak percontoh dilahirkan sampai
saat penelitian dilakukan. Dmur dihitung dalam tahun dengan
pembulatan ke ba$ah bila kelebihan J 2 bulan# dan pembulatan ke
atas bila kelebihan K 2 bulan. 8erhitungan berdasarkan kalender
Masehi.
'lat ukur; 'namnesis.
ara ukur ; 6itanyakan kepada orang tua percontoh.
Hasil ukur; 6alam tahun.
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 26/29
DA/TA) PU'TAA
&. %estuti %6. @angguan pendengaran berdasarkan pemeriksaan "E%' pada
anak dengan OME 2tests3$ 7akarta; Dni5ersitas ndonesia# &.
/. Ey 7?# Holberg 7# 'ldous M"# right '?# Martine9 B6. 8assi5e smoke
eGposure and otitis media in the first year of life. 8ediatrics &0: 0;2+-+.
3. licali O# ,eles C# 6eger ,# et al. E5aluation of the effect of passi5e
smoking on otitis media in children by an objecti5e method; urinary cotinine
analysis. ?aryngoscope /&: &&&;&23-+.
!. harlton '. hildren and passi5e smoking; a re5ie$. 7 Bam 8ract &!:
3;/2+-+!.
0. licali O# ,eles C# 6eger ,# et al. %elationship of passi5e cigarette smoking
to otitis media. 'rch Otolaryngol Head Ceck *urg &: &/0;+0-2/.
2. Caini '*# Caini '*# a9irne9am M. 8arental smoking and risk of otitis media
$ith effusion among children. 4anaffos //: 3;/0-.
+. Marchisio 8# 8rincipi C# 8assali 6# et al. Epidemiology and treatment of otitis
media $ith effusion in children in the first year of primary school. 'cta
Otolaryngol &: &&;00+-2/.
. ,ubba H# 8earson 78# "irchall 78. 4he aetiology of otitis media $ith effusion;
a re5ie$. lin Otolaryngol /: /0;&&-!.
. "luestone 6# ,lein 7O. Otitis media in infant and children. ! th ed.
8hiladelphia; " *aunders# /+;&-&.
&. "luestone 6# ,lein 7O. Otitis media# atelectasis# and eustachian tube
disfunction. n; "luestone 6# *tool *E# ,enna M'# eds. 4ediatric
tolaryngology$ .rd ed$ 8hiladelphia; " *aunders o.# &2;3-!2/;
&&. hen H# ?in 7# H$ang 4H# et al. Epidemiology of otitis media in hinese
children. lin Otolaryngol 'llied *ci /3: /;!!/-0.
&/. *aim '# *aim ?# *aim *# et al. 8re5alence of otitis media $ith effusion
amongst preschool children in Malaysia. nt 7 Bed Otorhinolaryngol &+:
!&;/&-.
&3. 4amin *. 8re5alensi dan faktor yang berhubungan dengan otitis media etusi
pada aria, sekolah tarn an ,anak-kanak dan sekolah dasar di $ilayah desa
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 27/29
tertinggal dan desa maju di 7akarta 2tests3$ 7akarta; Dni5ersitas ndonesia#
&2.
&!. ?ee # @oh E,# %oh H7# et al. Histologic changes in the eustachian tube
mucosa of rats after short-term eGposure to cigarette smoke. Otology
Ceurotology /2: /+;!33-!.
&0. *trachan 68# ook 6@. 8arental smoking# middle ear disease and
adenotonsillectomy in children. 4horaG &: 03;0-2.
&2. Et9el %'# 8attishall EC# Haley C7# et al. 8assi5e smoking and middle ear
effusion among children in day care. 8ediatrics &/: ;//-3/.
&+. 6epartemen ,esehatan % %iset kesehatan dasar (%iskesdas)# /+.
&. "adan 8usat *tatistik. *ur5ei sosial ekonomi nasional (*usenas)# /+.
&. Health oE. En5ironmental tobacco smoke; a ha9ard to children. 8ediatrics
&+: ;23-!/.
/. asselbrant M?# Mandel EM. Epidemiology. n; %osenfeld %M# "luestone
6# eds. Evidence-*ased otitis media$ ?ondon; ".. 6ecker nc.# &;&&+-
32.
/&. Haley H7# 'Gelrad M# 4ilton ,'. alidation of self-reported smoking
beha5ior; biochemical analyses of kotinin and thiocyanate. 'm 7 8ub Health
&3: +3;&/!-+.
//. ,enna M'# ?at9 '6. Otitis media $ith effusion in head and neck surgery
otolaryngology. 8hiladelphia;. ?ippincott illiams ilkins# /2;&/20-+&.
/3. "luestone 6. Eustachian tube function and dysfunction. n; %osenfeld %M#
"luestone 6# eds. Evidence-*ased titis edia5 " 6ecker nc.# /3;&23-
+.
/!. right '. 'natomy and ultrastructure of human ear. n; ,err '@# "ooth 7"#
eds. !cott-Brown6s tolaryngology 76 ed$ OGford; "utter$oth-Heinemann#
&+;&A&A&-0.
/0. orbeel ?. hat is ne$ in otitis media< Eur 7 8ediatr /+: &22;0&&-.
/2. 7acoby 8'# oates H?# 'rumugas$amy '# et al. 4he effectt*f passi5e
smoking on the risk of otitis media in 'boriginal and non-'boriginal children
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 28/29
in the ,algoorlie-"oulder region of estern 'ustralia. M7' /: &&;00-
23.
/+. "arr @*# oates$orth '8. 8assi5e smoking and otitis media $ith effusion.
"M7 &&: 33;&3/-3.
/. Bo$ler @# *hanks 7E. 4ympanometry. n; ,at9 7# "urkard %# Med$etsky ?#
eds. %and*ook of Clinical Audiology 0r ed$ 8hiladelphia; ?ippincott illiams
ilkins# //;&+0-/!.
/. 'dams @?# "oies ?%# Higler 8'. Embriologi# anatomi dan fisiologi telinga
Buku a8ar penyakit T%T$ 7akarta; "alai 8enerbit "uku ,edokteran E@#
&+;-&&.
3. %osenfeld %M# ulpepper ?# 6oyle ,7. linical practice guideline; otitis
media $ith effusion. Otolaryngol Head Ceck *urg /!: &3;0.
3&. "erman *. Otitis media in de5eloping countries. 8ediatrics &0: 0;&/2-3&.
3/. Magit 'E. linical practice @uidelines- n; %osenfeld %M# "luestone 6#
eds. Evidence-*ased otitis media$ ?ondon; "..6ecker nc.# &;2&-+/.
33. @ryc9ynska 6# ,obos 7# Nakr9$eska '. %elationship bet$een passi5e
smoking# recurrent respiratory track infection and otitis media in children. nt
7 8ed Otorhinolaryngol &: !;/+0-.
3!. ?angone 77# @jika H"# unakis H. Cicotine and its metabolites.
%adioimmunoassays for nicotine and cotinine. "iochemistry &+3: &/;0/0-
3.
30. 7ar5is M# 8edoe H4# Beyerabend # et al. "iochemical markers of smoke
absorption and self reported eGposure to passi5e smoking. 7 Epid and omm
Health &!: 3;330-.
32. Moyer 48# harlson 7%# Enger %7# 6ale ?# et al. *imultaneous analysis of
nicotine# nicotine metabolites# and tobacco alkaloids in serum or urine by
tandem mass spectrometry# $ith clinically rele5ant metabolic profiles. linical
hemistry //: !;&!2-+&.
3+. 68. otinine chemical information. '5ailable at;
cdc.go5AeGrG)surereportAdatatablesAcotirimechernicalinfonnation.htrnl.
'ccessed 7anuary & /&/.
7/18/2019 BAB I , II, III RR
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-ii-iii-rr 29/29
3. "luestone 6# ,lein 7O. Epidemiology. n; "luestone 6# ed. titis media in
infants and children 9th ed$5 " 6ecker nc.# /+;+-!.
3. "ehera 6# Dppal %# Majumdar *. Drinary le5els of nicotine cotinine in
tobacco users. ndian 7 Med %es /3: &&;&/-33.
!. "lackford '?# Lang @# '5ila MH# 8r9e$o9niak ,# et al. otinine
concentration in smokers from different countries; relationship $ith amount
smoked and cigarette type. ancer Epidemiol "iomarkers 8re5 /2:
&0;&+-!.
!&. Hinton 'E# "uckley @. 8arental smoking and middle ear effusion in children.
7 Otolaryngol &: &/;/-2.
!/. Hinton 'E. *urgery for otitis media $ith effusion in children and its
relationship to parental smoking. 7 Otolaryngol &: &3;00-2&.
!3. *traclran 68# 7ar5is M7# Beyerabend . 8assi5e smoking# sali5ary cotinine
concentrations# and middle ear effusion in + year old children. "r Med 7 &:
/;&0!-0/.
!!. O=onnor 'B. EGamination of the ear. n; ,err '@# ed. !cott-Brown6s
tolaryngology$ OGford; "utter$orth-Heinemann# &2;3A&A&-3A&A/.
!0. "adan 8usat *tatistik. 7umlah penduduk kabupaten menurut kelompok umur#
/&.
!2. Mayangsari. Hubungan reaksi hipersensiti5itas tipe pada anak dengan otitis
media efusi 2tesis3$ 7akarta; Dni5ersitas ndonesia# /+.
!+. Penelis 7# 8aschalidis 7# @eorgalas # et al. Bactors influencing the presence of
otitis media $ith effusion &2 month after initial diagnosis in a cohort of school
age children in rural @reece; a prospecti5e study. nt 7 Bed Otorhinolaryngol
/0: 2;&2!&-+.
Recommended